Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 19, No. 1, Agustus 2021, Hlm. 1 - 16,
P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X, doi: http://dx.doi.org/10.25105/jetri.v19i1.8795
Received 15 April 2021, revised 10 Juni 2021, accepted 05 Agustus 2021
Simulasi Antena Cross Yagi Pada Komunikasi Satelit
Menggunakan Perangkat Lunak Mmana-Gal
Bernadus Kbato Seigi, Yohanes Calvinus, Tjandra Susila
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara
Jl. Letjen S. Parman No.1, Jakarta Barat, 11440, Indonesia
E-mail:[email protected]
ABSTRACT
In this era, the role of telecommunications facilities is very important because of that
we needed several components of good telecommunications support equipment. One of the
most important components in telecommunications is the antenna to be used in the transmitter
as well as receiver transmission system. The most widely used antenna is the Yagi antenna. In
communication, especially satellite communication also uses Yagi antenna type Cross Yagi.
This Cross Yagi Antenna uses different frequencies to distinguish the uplink and downlink
processes. when the uplink uses the VHF frequency and the downlink uses the UHF frequency.
This simulation is done to find out the changes that occur if there is a rounding of the size made
during manufacture. Rounding on the antenna is done because at the time of manufacture it is
not possible for someone to measure and cut the components precisely according to
calculations. The test results indicate a change that occurs from the radiation pattern where
the UHF antenna radiation pattern becomes leaner. In the Gain for UHF antennas it also
changes where it becomes larger, while for beamwidth there is a calculation error wherein
the simulation cannot designate 3 dB.
Keywords: Cross Yagi antenna, VHF, UHF
ABSTRAK
Saat era ini peranan sarana telekomunikasi sangatlah penting sehingga diperlukan
beberapa komponen alat pendukung telekomunikasi yang baik. Salah satu komponen yang
sangat penting dalam telekomunikasi adalah antena yang digunakan pada sistem transmisi
pemancar maupun transmisi penerima. Antena yang paling banyak digunakan adalah antena
Yagi. Pada komunikasi khususnya komuniksi satelit juga menggunakan antena Yagi bertipe
Cross Yagi. Antena Cross Yagi ini menggunakan frekuensi yang berbeda untuk membedakan
proses uplink dan downlink . saat uplink menggunakan frekuensi VHF dan downlink
menggunakan frekuensi UHF. Simulasi ini di lakukan untuk mencari tahu perubahan yang
terjadi jika adanya pembulatan ukuran yang dilakukan saat pembuatan. Pembulatan pada
antena dilakukan karena pada saat pembuatan tidak memungkinkan untuk seseorang
mengukur dan memotong komponen dengan tepat sesuai perhitungan. Hasil pengujian
menunjukkan adanya perubahan yang terjadi dari pola radiasi dimana pada antena UHF pola
radiasi menjadi lebih ramping. Pada Gain untuk antena UHF juga berubah dimana menjadi
lebih besar, sedangkan untuk beamwidth mengalami kesalahan perhitungan dimana pada
simulasi tidak dapat menunjuk 3 dB.
Kata kunci: antena Cross Yagi, VHF, UHF
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 19, No. 1, Agustus 2021,
P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X
2
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Antena adalah alat untuk mengirim dan menerima gelombang elektromagnetik,
bergantung kepada pemakaian dan penggunaan frekuensinya. Antena bisa berwujud
berbagai bentuk, mulai dari seutas kabel, dipole, yagi, dan lain sebagainya [1]. Model
antena yang banyak dikenal adalah antena Yagi. Antena Yagi adalah salah satu contoh
antena yang banyak dipakai oleh masyarakat. Antena Yagi terdiri dari antena dipole
lipat (folded dipole) setengah gelombang (½λ) yang ditambah pemantul (reflector)
didepannya dan beberapa pengarah (director) di dibelakangnya[2].
Antena Yagi memiliki beberapa macam bentuk salah satunya adalah Cross
Yagi. Antena Yagi jenis ini sering dipakai untuk komunikasi satelit dalam radio
amatir. Dimana untuk melakukan komunikasi satelit ini dibutuhkan dua antena
Cross Yagi untuk melakukan dua fungsi berbeda yaitu antena pertama hanya
digunakan untuk proses uplink dan antena yang kedua hanya digunakan untuk
Proses downlink. Ini terjadi dikarenakan saat uplink dan downlink membutuh
frekuensi yang berbeda yaitu 145,880 MHz untuk proses uplink dan 435,880 MHz
untuk proses downlink[3]. Salah satu inovasi yang dapat dirancang dan
direalisasikan adalah meminimalkan jumlah antena Cross Yagi menjadi satu antena
untuk melakukan dua proses sekaligus yaitu uplink dan downlink. Pada rencana
rancangan ini dapat dilakukan dengan cara merancang suatu antena Cross Yagi
dengan memiliki dua frekuensi yang berbeda sehingga membuat panjang director
(pengarah antena) pada antena Cross Yagi akan memiliki dua ukuran berbeda.
Pada survei pertama dilakukan pada antena Cross Yagi yang ada pada
gedung elektro Universitas Trisakti. Antena tersebut dahulu digunakan untuk
praktikum komunikasi satelit. Universitas Trisakti memiliki dua buah antena Cross
Yagi yang melakukan fungsi berbeda di setiap antenanya. Fungsi tersebut yaitu
uplink dan downlink . Uplink dan downlink tersebut menggunakan frekuensi yang
berbeda. Gambar antena dapat dilihat pada Gambar 1.
Bernadus Kbato Seigi, Yohanes Calvinus, Tjandra Susila. “Simulasi Antena
Cross Yagi Pada”
3
Survei kedua dilakukan pada antena Cross Yagi yang ada pada LAPAN
(Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Antena tersebut digunakan untuk
komunikasi satelit. LAPAN memiliki dua buah antena Cross Yagi yang melakukan
fungsi berbeda di setiap antenanya. Fungsi tersebut yaitu uplink dan downlink .
Uplink dan downlink tersebut menggunakan frekuensi yang berbeda. Gambar
antena dapat dilihat pada Gambar 2 .
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, dapat dibuat perbandingan antara
hasil survei dengan alat yang akan dirancang. Perbandingan antara hasil survei
dengan alat yang dirancang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tabel Perbandingan Survei dan Alat yang Dirancang
No. Parameter Hasil Survei Alat yang
Dirancang
1 Jumlah antena
1 uplink dan
1 downlink
terpisah
1 uplink
dan 1
downlink
terpisah
1 uplink dan downlink
digabung
antena antena uplink
Gambar 1 Antena Cross Yagi Universitas Trisakti
antena uplink
antena downlink
Gambar 2 Antenna Cross Yagi LAPAN
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 19, No. 1, Agustus 2021,
P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X
4
2 Banyak elemen
untuk uplink 24 12 4
3 Banyak elemen
untuk downlink 40 18 6
1.2 Tujuan Rancangan
Tujuan perancangan alat ini untuk merancang sebuah simulasi perhitungan
dan perbandingan antara antena Cross Yagi yang memiliki 2 frekuensi sekaligus
yaitu 145,880 MHz untuk proses uplink dan 435,880 MHz untuk proses downlink.
Secara teoritik dan asumsi perubahan ukuran fisik antena yang dapat terjadi pada
proses pembuatan antena yang sebenarnya. Hal ini juga agar ditemukan apakah
perubahan perbedaan tersebut memberikan dampak baik atau buruk dibandingkan
dengan nilai teori.
1.3 Batasan Rancangan
Yang dibuat merupakan hasil perhitungan analisa Antena secara teori yang
dibuat adalah antena Cross Yagi yang memiliki 2 frekuensi yaitu 145,880 MHz
untuk proses uplink dan 435,880 MHz untuk proses downlink. Analisis akan
melakukan pembanding dengan satu kemungkinan asumsi yang dapat terjadi pada
saat perhitungan dalam proses pembuatan. Pengujian secara simulasi. Uji coba yang
dilakukan untuk mencari beamwidth, Gain, dan juga pola radiasi untuk antena UHF
dan VHF antena tersebut.
1.4 Spesifikasi Rancangan
Rancangan ini memiliki spesifikasi berupa:
1. Frekuensi yang digunakan untuk VHF adalah 145,880 MHz.
2. Frekuensi yang digunakan untuk UHF adalah 435,880 MHz.
3. Antena tersebut memiliki 4 elemen untuk VHF, yaitu : 1 reflektor, 1 driven,
dan 2 director,
4. Antena tersebut memiliki 6 elemen untuk UHF, yaitu : 1 reflektor, 1 driven,
dan 4 director.
Bernadus Kbato Seigi, Yohanes Calvinus, Tjandra Susila. “Simulasi Antena
Cross Yagi Pada”
5
2. Kajian Pustaka
2.1 Deskripsi Konsep
Rancangan yang direalisasikan adalah antena Cross Yagi dengan dua
frekuensi yaitu VHF pada 145,880 MHz untuk uplink dan UHF pada 435,880 MHz
untuk downlink. Antena ini dibuat untuk melakukan komunikasi satelit pada radio
amatir. Antena ini memiliki dua konektor berbeda yang akan tersambung pada antena
VHF dan UHF. Sehingga antena ini dapat melakukan dua proses secara bersamaan.
Antena ini juga harus memiliki Gain sebesar 3,97 dB[4]. Penulis mendapat
rekomendasi dari pihak LAPAN untuk melakukan simulasi antena VHF dan UHF
terlebih dahulu dengan menggunakan aplikasi Mmana-Gal untuk mengetahui apakah
antena yang akan dibuat memenuhi nilai Gain yang ditetapkan. Dan hasil simulasi
dapat dilihat dari gambar 3(a) untuk VHF dan gambar 3(b) untuk UHF.
(a) (b)
Gambar 3 (a) Simulasi Perhitungan Gain VHF (b) Simulasi Perhitungan Gain
UHF
Panjang tiap element pada antena ini berbeda, yaitu bergantung pada
frekuensi yang digunakan pada antena tersebut. Frekuensi tersebut dapat
menentukan panjang gelombang saat di udara[5].
Pada antena ini dilakukan pengujian menggunakan simulasi antena dengan
pada aplikasi Mmana-Gal . Selain polaradiasi antena, dengan melakukan simulasi
menggunakan aplikasi Mmana-Gal dapat juga menentukan beamwidht dan Gain
suatu antenna. Antena Cross Yagi yang dibuat memiliki bentuk seperti Gambar 4
dibawah ini.
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 19, No. 1, Agustus 2021,
P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X
6
Gambar 4 Antena Cross Yagi Yang di Realisasi
2.2 Diagram Alir
Perancangan antena Cross Yagi ini, dapat tergambar melalui diagram blok
seperti di bawah ini.
2.3 Driven
Driven adalah komponen yang berfungsi sebagai pemancar sinyal antena.
Menentukan panjang driven dapat dilihat dari rumus yang ada pada persamaan
dibawah ini[6].
𝜆 =300
𝑓 (1)
L = 0,5 x K x L x λ (2)
Dimana :
f = frekuensi kerja yang diinginkan (MHz)
λ = panjang gelombang di udara (meter atau m)
L = panjang Driven element (meter atau m )
K = velocity factor pada logam yang diambil sebesar 0.95
2.4 Reflektor
Reflektor adalah bagian dari antena Yagi yang memiliki fungsi sebagai
pemantul sinyal yang dihasilkan oleh driven agar hanya mengarah ke satu arah
saja. Panjang Reflektor ditentukan oleh panjang gelombang pada frekuensi yang
akan dipancarkan. Panjang Reflector 7 % lebih panjang dari Driven Element[6].
2.5 Director
Director adalah bagian antena yang berfungsi untuk pengarah medan
Gambar 5 Diagram Alir
Bernadus Kbato Seigi, Yohanes Calvinus, Tjandra Susila. “Simulasi Antena
Cross Yagi Pada”
7
elektromagnetik yang dikeluarkan antena Yagi. Panjang Director ditentukan
oleh panjang gelombang pada frekuensi yang akan dipancarkan. Panjang
Director 1 dibuat 5 % lebih pendek dari Driven Element. Jika akan dibuat Yagi
yang memiliki elemen lebih dari 3 elemen, maka Director berikutnya ( Director
2 ) biasanya dipotong sedikit lebih pendek dari Director 1. Demikian juga dengan
Director 3 , Director 4 dan seterusnya [6].
2.6 Jarak Antar Element
Dalam membuat antena dibutuhkan juga jarak antar element yang sesuai
agar bisa membuat gain yang bagus untuk antena tersebut. Maka adanya
ketentuan unuk mengatur jarak antar elemen sebagai berikut:
• Gain terbesar diperoleh jika jarak antara Driven Element dengan Reflector
sekitar 0,2 λ – 0,25 λ
• Untuk memperoleh coupling yang baik antara Driven Element dengan
Director 1, maka Director 1 sebaiknya ditempatkan sejauh 0,1 λ – 0,15 λ dari
Driven Element.
• Director 2 agar ditempatkan sejauh 0,15 λ – 0,2 λ dari Director 1.
• Director 3 ditempatkan sejauh 0,2 λ – 0,25 λ dari Director 2, dan seterusnya[6].
3. Metedologi Penelitian
3.1 Pemilihan Tipe Komponen
Perancangan ini menggunakan berbagai komponen perangkat sehingga
sistem dapat berfungsi dengan baik. Komponen-komponen tersebut dipilih sesuai
dengan kebutuhan sistem yang dirancang.
3.1.1 Aluminium
Bahan Alumunium tabung sebagai konduktor saat digunakan sebagai
bahan antena mempunyai nilai SWR yang kecil, untuk alumunium tabung juga
mudah dalam pembentukannya[7].
3.1.2 Aplikasi Mmana-Gal
Software Mmana-Gal pertama kali diciptakan oleh Macoto Mori, seorang
amatir radio asal Jepang (10 Januari 1999)[8]. Aplikasi ini digunakan untuk untuk
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 19, No. 1, Agustus 2021,
P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X
8
simulasi antena Yagi. Aplikasi Mmana-Gal dapat menghitung secara tepat berapa
ukuran antenna yang harus kita bangun untuk bekerja pada frekuensi tertentu yang
match dan baik[9]
3.2 Realisasi Rancangan Subsistem
Simulasi rancangan subsistem terdiri dari 2 simulasi antena dikarenakan
antena yang di rancang memiliki 2 frekuensi yang berbeda dan setiap antena
memiliki 2 jenis panjang yaitu sesuai perhitungan tanpa pembulatan dan dengan
pembulatan di tiap element-nya, simulasi tersebut terdiri dari : simulasi antena VHF
dan antena UHF dengan aplikasi Mmana-Gal. Penjelasan masing-masing realisasi
perangkat dijelaskan sebagai berikut.
3.2.1 Realisasi Panjang Driven
Driven pada antena yang dirancang memiliki 2 panjang yang berbeda yaitu
untuk VHF dan UHF. Dari rumus yang sudah ada didapat panjang driven untuk
VHF adalah 0,9766 m. Sedangkan jika dibulatkan akan menjadi 98 cm. Sedangkan
untuk panjang driven untuk UHF adalah 0,3268 m.
3.2.2 Realisasi Panjang Reflektor
Reflektor pada antena yang dirancang memiliki 2 panjang berbeda
panjang. Dari rumus yang sudah ada didapat panjang reflektor untuk VHF adalah
1,0449 m. sSedangkan jika dibulatkan akan menjadi 105 cm. Sedangkan untuk
panjang reflektor pada UHF adalah 0,3496 m , sedangkan jika dibulatkan akan
menjadi 35 cm.
3.2.3 Realisasi Panjang Director
Director pada antena yang dirancang memiliki jumlah yang berbeda di tiap
jenisnya yaitu 2 director untuk VHF dan 4 director untuk UHF. Sehingga panjang
Gambar 6 Lambang Aplikasi Mman-Gal
Bernadus Kbato Seigi, Yohanes Calvinus, Tjandra Susila. “Simulasi Antena
Cross Yagi Pada”
9
direktor untuk VHF dapat dilihat pada Tabel 3. Sedangkan untuk director pada
frekuensi UHF dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 2 Panjang Director VHF
Tabel 3 Panjang Director UHF
Director ke- Panjang Director
tanpa pembulatan (m)
Panjang Director
dengan pembulatan (m)
1 0.31 0.31
2 0.295 0.300
3 0.28 0.28
4 0.266 0.27
3.2.4 Realisasi jarak antar element
Tentunya jarak antar element juga dibedakan menjadi 2 jenis yang berbeda yaitu
untuk VHF dan UHF. Jarak antar element VHF dapat di lihat dalam Tabel 5.
Sedangkan untuk jarak antar element pada UHF dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 4 Jarak Antar Element Pada VHF
Nama element Jarak antar element
tanpa pembulatan (m)
Jarak antar element
dengan pembulatan (m)
Reflektor dengan Driven 0.4112 0.41
Driven dengan Director 1 0.3084 0.31
Director 1 dengan Director 2 0.4112 0.41
Tabel 5 Jarak Antar Element Pada UHF
Director ke-
Panjang Director
tanpa pembulatan (m)
Panjang Director
dengan pembulatan (m)
1 0.928 0.93
2 0.881 0.9
Nama element Jarak antar element tanpa
pembulatan (m)
Jarak antar element dengan
pembulatan (m)
Reflektor dengan Driven 0.1376 0.14
Driven dengan Director 1 0.1032 0.1
Director 1 dengan Director 2 0.1376 0.14
Director 2 dengan Director 3 0.1376 0.14
Director 3 dengan Director 4 0.1376 0.14
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 19, No. 1, Agustus 2021,
P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X
10
3.2.5 Simulasi Antena VHF
Simulasi Antena VHF dibuat dengan menggunakan aplikasi Mmana-Gal
Simulasi antena VHF Simulasi antena VHF ini memiliki ukuran sesuai dengan
perhitungan yang disesuaikan dengan frekuensi yang digunakan. Antena ini
memiliki 4 element. Simulasi antena tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.
3.2.6 Simulasi Antena UHF
Simulasi Antena UHF dibuat dengan menggunakan aplikasi Mmana-Gal.
Simulasi antena UHF yang pertama ini memiliki ukuran sesuai dengan perhitungan
yang disesuaikan dengan frekuensi yang digunakan. Antena ini memiliki 6 element.
Simulasi antena tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengujian dan Analisis
Pada pengujian ini ada beberapa bagian yang diuji meliputi:
1. Pengujian Polaradiasi
2. Pengujian Gain
3. Pengujian Beamwidth
Reflektor Direktor pertama Direktor
kedua Driven
Gambar 7 Simulasi Antena VHF
Direktor ketiga Direktor pertama Reflektor
Driven Director keempat Director kedua
Gambar 8 Simulasi Antena UHF
Bernadus Kbato Seigi, Yohanes Calvinus, Tjandra Susila. “Simulasi Antena
Cross Yagi Pada”
11
4.1.1 Pengujian pola radiasi
Pola Radiasi atau Radiation Pattern adalah penggambaran radiasi yang
berkaitan dengan kekuatan gelombang radio yang dipancarkan oleh antena ataupun
tingkat penerimaan sinyal yang diterima oleh antena pada sudut yang berbeda[10].
Gambar pola radiasi dapat dilihat pada Gambar 9(a) untuk antena VHF tanpa
pembulatan dan Gambar 9(b) untuk antena VHF dengan pembulatan.
(a) (b)
Sedangkan untuk gambar pola radiasi dapat dilihat pada Gambar 10(a)
untuk antena UHF tanpa pembulatan dan Gambar 10(b) untuk antena UHF dengan
pembulatan.
(a) (b)
4.1.2 Pengukuran Gain
Gain antena adalah rasio penguatan daya dalam arah tertentu dengan
penguatan daya antena referensi isotropik. Satuannya adalah dB, dBm atau dBi[11].
Pengukuran Gain antena Cross Yagi yang akan dirancang harus lebih besar
samadengan 3,97 dB. Pengukuran tersebut dapat dilihat dalam bentuk matematis
berupa :
Gambar 9 Pola radiasi Antena (a) VHF Tanpa Pembulatan (b) VHF
Dengan Pembulatan
Gambar 10 Pola radiasi Antena (a) UHF Tanpa Pembulatan (b) UHF Dengan
Pembulatan
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 19, No. 1, Agustus 2021,
P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X
12
Gambar 11 Gain Antena (a) untuk antena VHF tanpa pembulatan
dan Gambar (b) untuk antena VHF dengan pembulatan
Gambar 12 Gain Antena (a)UHF Tanpa Pembulatan (b) UHF Dengan
Pembulatan
Ga = Pa – Ps + Gs (3)
Dimana:
Ga = Gain antena yang diukur (dBi = decibels milliwatt)
Pa = Level daya antena yang diukur (dBm = decibels isotropic)
Gs = Gain antena standard (dBi)
Ps = Level daya antena standard (dBm)[12]
Hasil pengukuran Gain antena VHF dapat dilihat pada Gambar 11(a) untuk
antena VHF tanpa pembulatan dan Gambar 11 (b) untuk antena VHF dengan
pembulatan dibawah ini.
(a) (b)
Dari gambar diatas didapat Gain antena VHF tanpa pembulatan dan antena
VHF dengan pembulatan memiliki Gain yang sama yaitu sebesar 8,75 dBi.
Sedangkan untuk hasil pengukuran Gain antena UHF dapat dilihat pada
Gambar 12(a) untuk antena UHF tanpa pembulatan dan Gambar 12(b) untuk antena
UHF dengan pembulatan dibawah ini.
(a) (b)
Dari gambar diatas didapat Gain antena UHF mengalami perubahan
Dimana Gain antena UHF tanpa pembulatan sebesar 10,37 dBi dan Gain antena
UHF dengan pembulatan sebesar 10, 45 dBi.
F/B
Gain
Gain
F/B
Gain
F/B
Gain
F/B
Bernadus Kbato Seigi, Yohanes Calvinus, Tjandra Susila. “Simulasi Antena
Cross Yagi Pada”
13
4.1.3 Pengukuran Beamwidth
Pengukuran Beamwidth ini bertujuan untuk mengukur beam yang
dihasilkan rancangan antena Cross Yagi. Pengukuran dilakukan dengan
mengurangi 3dB terhadap daya maksimum yang dihasilkan oleh antena lalu
menghitung besar sudut yang dibentuk oleh dua titik pada pola radiasi antena
tersebut pada kertas diagram logaritmis pada nilai[13]. Pada pengujian antena VHF
mengalami kendala yaitu tidak dapat menunjukkan angka 3 dB pada antena VHF
tanpa pembulatan, sehingga penulis memilih angka 3,1 dB yang merupakan angka
yang paling mendekati 3 dB. Pengukuran Beamwidth ada antena VHF tanpa
pembulatan dapat dilihat pada Gambar 13(a) untuk titik sebelah kanan dan Gambar
13(b) untuk titik sebelah kiri.
(a) (b)
Dalam matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Beamwidth = 121o – 59o = 62o (4)
Sedangkan untuk pengukuran Beamwidth antena VHF dengan pembulatan dapat
dilihat pada Gambar 14(a) untuk titik sebelah kanan dan Gambar 14(b) untuk titik
sebelah kiri.
Gambar 13 Nilai Sudut pada (a) Sisi Kanan Antena VHF Tanpa
Pembulatan (b) Sisi Kiri Antena VHF Tanpa Pembulatan
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 19, No. 1, Agustus 2021,
P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X
14
Gambar 14 Nilai Sudut pada (a)Sisi Kanan Antena VHF Dengan
Pembulatan (b) Sisi Kiri Antena VHF Dengan Pembulatan
(a) (b)
Dalam matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Beamwidth = 120o – 60o = 60o (5)
Sedangkan untuk pengukuran Beamwidth antena UHF tanpa pembulatan dapat
dilihat pada Gambar 15(a) untuk titik sebelah kanan dan Gambar 15(b) untuk titik
sebelah kiri.
(a) (b)
Dalam matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Beamwidth = 117o- 63o = 54 (6)
Sedangkan untuk pengukuran Beamwidth antena UHF dengan pembulatan dapat
dilihat pada Gambar 16(a) untuk titik sebelah kanan dan Gambar 16(b) untuk titik
sebelah kiri.
Gambar 15 Nilai Sudut pada (a) Sisi Kanan Antena UHF Tanpa
Pembulatan (b) Sisi Kiri Antena UHF Tanpa Pembulatan
Bernadus Kbato Seigi, Yohanes Calvinus, Tjandra Susila. “Simulasi Antena
Cross Yagi Pada”
15
Gambar 4 Nilai Sudut pada (a) Sisi Kanan Antena UHF Dengan
Pembulatan (b) Sisi Kiri Antena UHF Dengan Pembulatan
.
(a) (b)
Dalam matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Beamwidth = 117o – 63o = 54 (7)
5. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengujian dan analisis dari penggunaan
aplikasi Mmana-Gal untuk analisis antena Cross Yagi adalah sebagai berikut:
1. Pada polaradiasi antena VHF tidak mengalami perubahan akan tetapi pada
antena UHF adanya perubahan dimana pada pola radiasi antena UHF dengan
pembulatan memiliki pola radiasi yang lebih ramping.
2. Gain pada antena VHF tidak mengalami perubahan yaitu tetap pada 8,75 dBi
sedangkan Gain pada antena UHF mengalami perubahan yaitu dari 10,37 dBi
menjadi 10,45 dBi.
3. Pada perhitungan beamwidth mengalami kendala dimana pada antena VHF tanpa
pembulatan dan antena UHF dengan pembulatan pada aplikasi tidak dapat
menunjukkan 3 dBi, sehingga terjadi kesalahan dalam perhitungan beamwidth
dengan nilai sama walaupun berbeda besar dayanya.
6. Daftar Acuan
[1] B. Handias and B. K. Yakti, “Perbandingan Implementasi Antena Yagi Dan
Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, Vol. 19, No. 1, Agustus 2021,
P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X
16
Helix Sebagai Aplikasi Wireless Fidelity ( Wi-Fi ),” pp. 501–506, 2014.
[2] B. PRATAMA, L. LIDYAWATI, and A. R. DARLIS, “Perancangan Dan
Implementasi Antena Yagi 2.4 GHz Pada Aplikasi WIFI (Wireless Fidelity),”
ELKOMIKA J. Tek. Energi Elektr. Tek. Telekomun. Tek. Elektron., vol. 1, no. 1, p.
35, 2013, doi: 10.26760/elkomika.v1i1.35.
[3] ORARI, “Buku Pegangan Amatir Radio Pemula & Siaga,” 2007.
[4] F. N. Hammadi, B. S. Nugroho, and A. D. Prasetyo, “Perancangan dan
Realisasi Antena Quadrifillar Heliks Pada Frekuensi 145,825 MHz Sebagai
Penerima Sinyal APRS Satelit LAPAN A-2,” vol. 3, no. 3, pp. 4831–4837, 2016.
[5] “lapan-memperkenalkan-bimtek-komunikasi-melalui-satelit-amatir-io86-
lapana2lapanorari.” .
[6] Herry Sujendro, “Perekayasaan Sistem Antena,” pp. 1–138, 2013.
[7] R. K. Pramuyanti, “Alumunium Bahan Antena Untuk Optimasi Transmisi
Gelombang Radio,” Simetris J. Tek. Mesin, Elektro dan Ilmu Komput., vol. 7, no.
1, p. 345, 2016, doi: 10.24176/simet.v7i1.523.
[8] D. N. Rokhman, A. R. Darlis, and L. Lidyawati, “Implementasi Antena Yagi
5 Elemen Sebagai Penerima Siaran Televisi Di Bandung Kota,” J. Elektro dan
Telekomun. Terap., vol. 3, no. 1, pp. 227–238, 2016, doi: 10.25124/jett.v3i1.128.
[9] O. W. Purbo, “Merancang Antenna Amatir Radio Menggunakan Software
MMANA Langkah Analisa Antenna Secara Sederhana.”
[10] M. E. Pramono, R. Firmansyah, M. S. Adhim, D. Anggoro, D. Fisika, and
F. I. Alam, “Analisis pola radiasi antena mikrostrip.”
[11] A. S. Irtawaty, M. Ulfah, and H. Hadiyanto, “Pengujian Daya Pancar Antena
Yagi Terhadap Empat Jenis Antena Penerima,” J. ECOTIPE, vol. 4, no. 2, pp. 36–
44, 2017, doi: 10.33019/ecotipe.v4i2.10.
[12]“[ENG_C.A.Balanis]_Antenna.Theory.Analysis.and.Design_2ed_(Wiley_199
7).pdf.” .
[13] U. Fadlilah, “Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal,” Tek. Elektro
Univ. Diponegoro, vol. 1, pp. 1–12, 2003.
Top Related