PENGARUH PERBEDAAN BAHAN PENGIKAT TERHADAP
UJI SIFAT FISIK SEDIAAN PASTA GIGI
EKSTRAK DAUN MINT ( Mentha piperata)
DENGAN CANGKANG TELUR
SEBAGAI ABRASIVE
KARYA TULIS ILMIAH
SAEFURROZAQ ROMDHONI
1608E054
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2019
ii
PENGARUH PERBEDAAN BAHAN PENGIKAT TERHADAP
UJI SIFAT FISIK SEDIAAN PASTA GIGI
EKSTRAK DAUN MINT ( Menthapiperata)
DENGAN CANGKANG TELUR
SEBAGAI ABRASIVE
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai
Gelar Derajat Ahli Madya
Oleh :
SAEFURROZAQ ROMDHONI
1608E054
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2019
vii
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO
Kesempatan bukanlah hal yang kebetulan. Kau harus menciptakannya “chris grosser”Kesempatan bukanlah hal yang kebetulan. Kau harus menciptakannya “chris grosser”Kesempatan bukanlah hal yang kebetulan. Kau harus menciptakannya “chris grosser”Kesempatan bukanlah hal yang kebetulan. Kau harus menciptakannya “chris grosser”
Terimalah dirimu apa adanya. Kecuali kamu pembunuh berantai “Ellen DeGeneres”Terimalah dirimu apa adanya. Kecuali kamu pembunuh berantai “Ellen DeGeneres”Terimalah dirimu apa adanya. Kecuali kamu pembunuh berantai “Ellen DeGeneres”Terimalah dirimu apa adanya. Kecuali kamu pembunuh berantai “Ellen DeGeneres”
Kamu Kamu Kamu Kamu adalah apa yang kamu pikirkan “Penulis”adalah apa yang kamu pikirkan “Penulis”adalah apa yang kamu pikirkan “Penulis”adalah apa yang kamu pikirkan “Penulis”
Kupersembahkan buat :
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan ini kepada:
1. Bapak Syaefudin dan Ibu Djubaedah yang tidak
pernah lelah membimbing saya dan terimakasih
telah memberikan do’a yang tiada henti serta
dukungan moral maupun materil untuk kesuksesan
saya. Ucapan terimakasih saja tidak akan pernah
cukup untuk membalas kebaikan kalian, karena itu
terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk
kalian bapak dan ibuku tercinta.
2. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan
pengajar yang selama ini telah tulus dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk menuntun,
mengarahkan dan memberikan bimbingan dan
pelajaran yang tiada ternilai harganya. Terimakasih
untuk Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu
terpatri dihati.
3. Adik yang senantiasa memberikan do’a, dukungan
dan semangat untuk keberhasilan saya, terimakasih
telah menjadi adik yang selalu memberi inspirasi
viii
dan senyuman, terimakasih dan sayangku untuk
kalian.
4. Sahabat-sahabatku yang selalu ada disaat suka
dan duka, yang tak pernah lelah mendengar keluh
kesahku tentang ini dan itu, serta semangat,
dukungan dan bantuan kalian. Terimakasih untuk
canda, tawa, dan perjuangan yang kita lewati
bersama dan untuk kenangan manis yang telah kita
ukir bersama. Serta teman-teman seperjuangan
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
terimakasih atas perjuangan kita selama kurang
lebih 3 tahun ini.
PRAKATA
Allamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Bahan Pengikat Terhadap Uji
ix
Sifat Fisik Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Daun Mint (Mentha piperata) Dengan
Cangkang Telur Sebagai Abrasive” .
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar ahli madya program studi DIII Farmasi Politeknik
Harapan Bersama Tegal.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakah kepada :
1. Allah SWT atas segala perlindungan, kemudahan, dan kelancaran yang
diberikan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Ir. Mc. Chambali, B.Eng.EE, M.Kom.,selaku Direktur Politeknik
Harapan Bersama Tegal.
3. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc., Apt.,selaku Kepala Program Studi
DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.
4. Ibu Rosaria Ika Pratiwi,M.Sc.,Apt selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu guna memberi pengarahan dan saran dalam menyusun
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Rizki Febriyanti, M.Farm.,Apt, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan serta arahan.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Akademik Program Studi DIII Farmasi Politeknik
Harapan Bersama Tegal yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada
penulis.
7. Seluruh karyawan laboran DIII Farmasi yang telah membantu dalam
penelitian.
8. Kedua orang tuaku serta adik yang telah memberikan dukungan moral
maupun material serta doa dan semangat dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
ini.
9. Sahabat-sahabat dan teman-teman Mahasiwa/Mahasiwi Politeknik Harapan
Bersama Tegal yang telah memberikan dukungan dan semangat.
x
10. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan yang pada hakekatnya
memberikan bantuan guna mendukung keberhasilan penulis dalam menyusun
Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang lebih baik atas segala
jasanya, bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak mempunyai kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk karya tulis yang lebih baik.
Tegal, 20 Desember 2018
Saefurrozaq Romdhoni
INTISARI
Romdhoni, Saefurrozaq., Pratiwi, Rosaria Ika., Febriyanti, Rizki., 2018. Pengaruh Perbedaan Jenis Pengikat Terhadap Uji Sifat Fisik Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Daun Mint ( Mentha piperita) dengan Cangkang Telur Sebagai Abrasive, Politeknik Harapan Bersama Tegal.
xi
Daun mint mengandung minyak atsiri yang dapat membunuh bakteri streptomutan, dan cangkang telur mengandung persenyawaan kalsium karbonat sekitar 90,9 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bahan pengikat terhadap sifat fisik pasta gigi ekstrak daun mint (Mentha piperata) dengan cangkang telur sebagai abrasive dan untuk mengetahui bahan pengikat yang paling baik. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Dibuat sediaan pasta gigi dari ekstrak daun mint dan cangkang telur sebagi bahan abrasiv dengan bahan pengikat yang berbeda-beda antara lain : Na-CMC, HPMC dan MC. Sediaan pasta gigi yang sudah dibuat kemudian diuji sifat fisik yang meliputi: uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas dan stabilitas busa. Data yang didapat kemudian dianalisa secara deskriptif dan One Way Anova.
Berdasarkan uji sifat fisik sediaan pasta gigi ekstrak daun mint dengan cangkang elur sebagai abrasive didapatkan hasil bahwa ada pengaruh perbedaan bahan pengikat yang digunakan untuk hasil uji sifat fisik pasta gigi ekstrak daun mint dan bahan pengikat yang paling baik berdasarkan sifat fisiknya yaitu Na-CMC karena hasilnya mendekati pasta gigi merk X dilihat dari uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, dan uji daya sebar. Hasil uji Anova diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05, menunjukan bahwa pada taraf kepercayaan 95 % terdapat perbedaan bermakna pada setiap uji stabilitas busa, daya sebar dan viskositas. Kata kunci : Daun Mint (Mentha piperata) , Pasta gigi, Bahan pengikat, Uji sifat
fisik.
ABSTRACT
Romdhoni, Saefurrozaq., Pratiwi, Rosaria Ika., Febriyanti, Rizki., 2018. The Effect of Differences Toward Types of Binders on Physical Properties Test of Mint Leaves Extract (Mentha piperita) Preparation with Eggshells as Abrasives, Politeknik Harapan Bersama Tegal.
xii
Mint leaves contain essential oils that can kill streptomutan bacteria. And eggshells contain calcium carbonate compounds around 90.9%. This study aims to determine the effect of different binding materials on the physical properties of mint leaves extract (Mentha piperata) with eggshell as an abrasive and to find out the best binder. The extraction method used in this study was the maceration method with 96% ethanol. Prepared toothpaste from mint leaves extract and eggshell as an abrasive material with different binding materials, including: Na-CMC, HPMC and MC. Toothpaste preparations that have been made are then tested for physical properties including: organoleptic test, homogeneity test, pH test, dispersion test, foam viscosity and stability test. The data obtained is then analyzed descriptively and One Way Anova. Based on the test of the physical properties of the preparation of mint leaf extract toothpaste with eggshells as an abrasive it was found that there was an influence of the different binding materials used for the test results of the physical properties of mint leaves extract toothpaste There was the best physical properties of Na-CMC because the results were close X brand toothpaste seen from organoleptic test, homogeneity test, pH test, viscosity test, and scattering power test. The ANOVA test results obtained a significant value of 0,000 <0,05, it can be concluded that at the 95% confidence level there were significant differences in each test of foam stability, spreadability and viscosity. Keywords: Mint Leaves (Mentha piperata), Toothpaste, Binder, Test of physical properties.
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN. ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS. .......................................... v
xiii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ................................................ vi HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN. ............................................. vii PRAKATA. .................................................................................................... ix INTISARI. ...................................................................................................... xi ABSTRACT. .................................................................................................. xii DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4 1.3 Batasa Masalah ............................................................................... 4 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 5 1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
1.5.1 Manfaat Bagi Pembaca ......................................................... 5 1.5.2 Manfaat Bagi Peneliti Lain ................................................... 6
1.6 Keaslian Penelitian ......................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7 2.1.1 Tanaman Mint ...................................................................... 7
2.1.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................... 7 2.2.1.2 Uraian Tanaman ......................................................... 8 2.2.1.3 Morfologi Tanaman .................................................... 8 2.2.1.4 Kandungan Kimia ....................................................... 9 2.2.1.5 Manfaat Tanaman Mint .............................................. 9
2.1.2 Ekstraksi ............................................................................... 10 2.1.2.1 Maserasi ...................................................................... 11
2.1.3 Cangkang Telur .................................................................... 12 2.1.4 Pasta Gigi .............................................................................. 14
2.1.4.1 Bahan Pembuat Pasta Gigi ......................................... 14 2.1.4.2 Syarat Pasta Gigi ........................................................ 17
2.2 Hipotesis ......................................................................................... 24 BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 25
3.1 Objek Penelitian.............................................................................. 25 3.2 Sampel dan Teknk Sampling .......................................................... 25 3.3 Variabel Penelitian.......................................................................... 25
3.3.1 Variabel Bebas ...................................................................... 25 3.3.2 Variabel Terikat .................................................................... 25 3.3.3 Variabel Terkendali .............................................................. 26
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 26 3.4.1 Alat dan Bahan ..................................................................... 26 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 26
3.5 Cara Kerja ....................................................................................... 27 3.6 Analisis Data ................................................................................... 40
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 41
xiv
BAB V SIMPULAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 58 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 42 LAMPIRAN ................................................................................................... 60
xv
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Mint (Menthapiperata) ............................................. 7 Gambar 3.1 Skema Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Daun Mint .......... 28 Gambar 3.2a Skema Uji Identifikasi Makroskopik........................................ 28 Gambar 3.2b Skema Uji Identifikasi Mikroskopik ........................................ 28 Gambar 3.3 Skema Pembuatan Ekstrak Daun Mint..................................... 30 Gambar 3.4 Skema Uji Bebas Etanol ........................................................... 31 Gambar 3.5 Skema Uji Minyak Atsiri Daun Mint ....................................... 32 Gambar 3.6 Skema Pembuatan Serbuk Cangkang Telur ............................. 32 Gambar 3.8 Skema Pembuatan Pasta Gigi ................................................... 35 Gambar 3.9 Skema Uji Organoleptis ........................................................... 36 Gambar 3.10 Skema Uji Homogenitas........................................................... 37 Gambar 3.11 Skema Uji pH ........................................................................... 37 Gambar 3.12 Skema Uji Viskositas ............................................................... 38 Gambar 3.13 Skema Uji Stabilitas Busa ........................................................ 39 Gambar 3.14 Skema Uji Daya Sebar ............................................................. 40
xvi
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ....................................................................... 6 Tabel 2.2 Syarat Mutu Pasta Gigi ................................................................ 17 Tabel 4.1 Hasil Uji Makroskopik Daun Mint .............................................. 41 Tabel 4.2 Hasil Uji Mikroskopik Daun Mint ............................................... 43 Tabel 4.3 Hasil Uji Bebas Etanol ................................................................. 44 Tabel 4.4 Hasil Uji Identifikasi Minya Atsiri Pada Ekstrak Daun Mint ...... 45 Tabel 4.5 Hasil Uji Organoleptis ................................................................. 47 Tabel 4.6 Hasil Uji homogenitas .................................................................. 49 Tabel 4.7 Hasil Uji pH ................................................................................. 50 Tabel 4.8 Hasil Uji Viskositas ..................................................................... 51 Tabel 4.9 Hasil Uji Anova Viskositas .......................................................... 52 Tabel 4.10 Hasil Uji Stabilitas Busa .............................................................. 53 Tabel 4.11 Hasil Anova Stabilitas Busa ......................................................... 53 Tabel 4.12 Hasil Uji Daya Sebar.................................................................... 54 Tabel 4.13 Hasil Anova Daya Sebar .............................................................. 55
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Berat Sampel dan Berat Ekstrak............................. 60 Lampiran 2 Formula Pasta Gigi ..................................................................... 61 Lampiran 3 Perhitungan Formula .................................................................. 62 Lampiran 4 Data Pengamatan Uji Viskositas Bola Jatuh .............................. 64 Lampiran 5 Hasil Data Penelitian dan Perhitungan Uji Stabilitas Busa ........ 78 Lampiran 6 Hasil Uji Daya Sebar .................................................................. 81 Lampiran 7 Gambar Proses Pembuatan Pasta Gigi dan Uji Sifat Fisik ......... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan mulut dan gigi tidak kalah pentingnya dengan kesehatan bagian
tubuh lain, karena mulut dan gigi merupakan bagian yang penting dalam
melakukan aktifitas pergaulan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kepercayaan
diri, disamping itu mulut adalah pintu utama masuknya segala macam benda asing
ke dalam tubuh. Salah satu permasalahan gigi dan mulut yang sering timbul
adalah plak gigi. Plak gigi adalah suatu struktur biofilin terorganisir rapi dan
melekat pada permukaan gigi yang hampir seluruhnya disebabkan oleh
Streptococcus mutans. Jika tidak dibersihkan secara teratur, maka akan terjadi
penumpukan plak pada gigi sehingga mengurangi estetika (Nurdianti et al., 2016).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013,
persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut meningkat dari
23,2% menjadi 25,9%. Dari penduduk yang mempunyai masalah kesehatan gigi
dan mulut, persentase penduduk yang menerima perawatan gigi meningkat dari
29,7% tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013. Masalah umum yang paling
rentan diderita masyarakat luas adalah karies gigi (Widarsih et al., 2017)
Dalam keadaan normal gigi geligi selalu dibasahi oleh saliva (Subekti et
al., 2014). Peran saliva sangan penting sekali, kandungan ion kalsium dan fosfat
pada saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini. Kemampuan
saliva dalam melakukan remineralisasi dipengaruhi oleh pHnya. Semakin asam
2
suatu pH saliva maka semakin mudah terjadinya karies. Sistem bufer asam
karbonat bikarbonat, serta kandungan amonia dan urea dalam saliva dapat
menyangga dan mentralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang
memetabolisme gula. Kapasitas penyangga dan pH saliva erat hubungannya
dengan kecepatan sekresi saliva menyebabkan peningkatan jumlah Streptococcus
mutans dan kuma-kuman Laktobasilus. Dengan demikian, aktifitas karies yag
tinggi dapat terjadi apabila kecepatan sekresi ludah berkurang (Subekti et al.,
2014).
Pasta gigi adalah sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan dengan sikat
gigi untuk tujuan membersihkan permukaan gigi yang dijangkau. Pasta gigi
berfungsi untuk membersihkan permukaan gigi, mengkilapkan permukaan gigi,
mengurangi insiden (peristiwa) karies gigi, meningkatkan kesehatan gusi,
memberikan sensasi kesehatan mulut dan kontrol bau mulut (Olii, 2014). Untuk
mengatasi hal tersebut, diperlukan bahan alami sebagai bahan alternative
pembuatan pasta gigi yang mampu memperkuat gigi dan membunuh bakteri gigi
secara efektif. Salah satu contoh tanaman yang dapat digunakan adalah daun mint,
yang sering digunakan untuk obat penyegar nafas, permen pelega tenggorokan,
pasta gigi (Karlina, 2016).
Komponen penting dalam pembuatan pasta gigi adalah bahan pengikat
yang fungsinya untuk mempertahankan bentuk sediaan sehingga stabilitasnya
terjaga sehingga mempengaruhi persyaratan fisik pembuatan pasta gigi (Nursal et
al., 2010). Komposisi bahan pengikat sangat penting dalam sediaan pasta gigi
3
karena menghasilkan pasta gigi mudah dikeluarkan tube, kemampuan zat aktif
terdispersi baik dalam mulut dan mudah dibilas (Zulfa, 2017).
Derivat sellulosa yang banyak digunakan sebagai bahan pengikat misalnya
seperti natrium carboxymethyl cellulosa (Na-CMC), hydroxy propyl methyl
cellulosa (HPMC), dan methyl cellulosa (MC). Na-CMC larut dalam air dan
campuran air-gliserin. Gel dengan medium air stabil pada pH 2-10, tetapi rentan
terhadap pertumbuhan mikroba, hidroxy propyl methyl cellulosa (HPMC)
membentuk gel pada suhu 50-900dan stabil pH 3-11. Methyl cellulosa (MC)
merupakan serbuk putih hidrofilik dan larut dalam air dingin, dan membentuk
larutan kental yang jernih dan membentuk gel. Dalam pembuatan sediaan pasta
gigi ini peneliti menggunakan zat pengikat carboxymethyl cellulosa (Na-CMC),
hydroxy propyl methyl cellulosa (HPMC), dan methyl cellulosa (MC) karena pada
penelitian sebelumnya 3 bahan tersebut digunakan pada pembuatan gel cangkang
telur (Hikmah, 2015).
Dalam hal ini penambahan daun mint digunakan untuk memberikan rasa
segar dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam saliva. Karena daun mint
mengandung minyak atsiri yang dapat membunuh bakteri streptomutans. Plak gigi
bisa dikurangi dan dihindari dengan minyak atsiri karena minyak atsiri tersebut
dapat menghambat pertumbuhan Sterptococcus mutans dengan rata-rata zona
hambat sebesar 5,6 ± 1,52 mm (Pratiwi, 2016).
Bahan abrasive yang sering digunakan dalam sediaan pasta gigi adalah
calcium carbonat, yang berasal dari bahan kimia. Namun seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan sudah banyak dilakukan penelitian tentang
4
penggunaan bahan abrasive yang diperoleh dari bahan alam. Salah satu bahan
abrasive dari alam yang bisa digunakan adalah cangkang telur, yang aman bagi
tubuh dan dapat digunakan sebagai pengurangan limbah dari cangkang telur.
Selain itu sebagian besar cangkang telur mengandung persenyawaan kalsium
karbonat sekitar 90,9 % (Warsy et al., 2016).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
“Pengaruh Perbedaan Jenis Pengikat Terhadap Uji Sifat Fisik Sediaan Pasta Gigi
Ekstrak Daun Mint (Mentaha piperita) dengan Cangkang Telur Sebagai
Abrasive”.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh perbedaan bahan pengikat terhadap sifat fisik sediaan
pasta gigi ekstrak daun mint (mentha piperata) dengan cangkang telur
sebagai abrasive?
2. Bahan pengikat apakah yang dapat menghasilkan sifat fisik paling baik
sediaan pasta gigi ekstrak daun mint (mentha piperata) dengan cangkang
telur sebagai abrasive?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Zat aktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun mint
yang diambil dari Yogja Mall dan cangkang telur ayam broiler yang
didapat dari limbah penjual nasi goreng.
2. Pembuktian daun mint dilakukan uji mikroskopik dan makroskopik
5
3. Metode ekstraksi daun mint yang digunakan adalah metode maserasi,
dengan menggunakan pelarut etanol 96% pada perbandingan 1:7,5 (daun
mint:pelarut)
4. Zat pengikat yang digunakan adalah Natrium Carboxy Methyl Cellulosa
(Na-CMC), Meyhyl Cellulosa (MC), dan Hidroxypropyl Methylcellulosa
(HPMC) dengan persentase masing-masing 5 %.
5. Uji sifat fisik pasta gigi ekstrak daun mint meliputi uji organoleptis, uji
pH, uji homogenitas,uji daya sebar, uji viskositas dan stabilitas busa.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan bahan pengikat terhadap sifat fisik
pasta gigi ekstrak daun mint (Mentha piperata) dengan cangkang telur
sebagai abrasive.
2. Untuk mengetahui bahan pengikat yang dapat menghasilkan sifat fisik
paling baik dari sediaan pasta gigi ekstrak daun mint (Mentha piperata)
dengan cangkang telur sebagai abrasive.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Pembaca
1. Sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam
rangka pengenmbangan dan memanfaatkan daun mint dan cangkang
telur
2. Memberikan pengetahuan khususnya pada para pembaca mengenai
kegunaan daun mint dan cangkang telur.
6
1.5.2 Manfaat Bagi Peneliti lain
1. Dapat mengetahui proses pembuatan pasta gigi dari esktrak daun
mint dengan cangkang telur sebagai bahan abrasive melalui
prosesmaserasi.
2. Dapat mengetahui bahan pengikat yang dapat menghasilkan sifat
fisik yang paling baik pada sediaan pasta gigi ekstrak daun mint
dengan cangkang telur sebagai abrasive.
1.6 Keaslian Penelitian
No Pembeda (Zulfa, 2017) (Widarsih et al.,2017) Saefurrozaq(2018)
1
Judul Penelitian
Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Etanol daun Suji (Pleomele angustifolia) dengan Variasi Konsentrasi bahan pengikat CMC-Na
Formulasi Pasta gigi Daun Sirih (Piper betle L.) dengan pemanis Alami Ekstrak Daun Stevia (Stevia rebaundina)
Pengaruh Perbedaan Jenis Pengikat Terhadap Uji Sifat fisik Sediaan Pasta gigi Ekstrak Daun Mint (Mentha Piperata) dengan Cangkang telur sebagai Abrasive
2 Sampel (Subjek)
Penelitian
Daun Suji Daun Sirih dan Daun Stevia
Daun Mint
3
Metode
Penelitian
Metode diambil dari data kualitatif dan kuantitatif
Metode diambil dari data kualitatif dan kuantitatif
Metode diambil dari data kualitatif dan kuantitatif
4 Zat Pengikat
Na-CMC Na-CMC Na-CMC, Hpmc, MC
5 Metode Ekstraksi
Maserasi Maserasi Maserasi
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tanaman Mint
Gambar 2.1 Tanaman Mint (Mentha piperata) (dokumen pribadi, 2018)
2.1.1.1 Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman mint adalah (Setyawati, 2017) :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famila : Lamiaceae
Genus : Mentha
Spesies : Mentha piperita L.
8
2.1.1.2 Uraian Tanaman
Tanaman peppermint (Mentha piperita) adalah keluarga mint
dariLabiatae dan merupakan herba tahunan. Pepermint banyak
dibiakkandi banyak negara Eropa, Asia Tengah dan Barat. Tumbuh
di daerahlembab pada dataran tinggi dengan tanah yang gembur
yang banyakmengandung bahan organik, berdrainase baik dan pH
berkisar antara 6– 7 (Setyawati, 2017).
Menyatakan bahwa lahan yang cocok untuk tanaman
peppermint adalah lahan yang memiliki curah hujan sedang. Lebih
tepatnya lagi pada lahan yang berada di dataran tinggi dan beriklim
sejuk. Pertulangan Daun (Beringgit) Ujung Daun (Runcing) Tepi
Daun (Menyirip) Penanaman daun mint di ketinggian lebih cepat
tumbuh dari padamenanam tanaman peppermint di dataran rendah.
Semakin tinggilahan, semakin cepat tanaman peppermint
berkembang dan cirikhasnya yaitu daun semakin lebar dan warna
hijaunya semakinmenarik (Setyawati, 2017)
2.1.1.3 Morfologi Tanaman Mint
Pada daerah tropik tanaman peppermint tidak berbunga,
pertumbuhan batang tegakan atau sedikit menjalar, tinggi tanaman
berkisar 30 – 60 cm, percabangan simpodial, batang berbentuk segi
empat.Tangkai daun dan permukaan daun tanaman peppermint
diselimuti oleh bulu – bulu yang berwarna kuning kehijauan dengan
tekstur permukaan daun licin. Warna daun hijau, panjang daun
9
berkisar antara 1,3-5,5 cm, bentuk daun lanset (Lanceolate), ujung
daun runcing (acute), tepi daun beringgit dangkal (creneate).
Tanaman peppermint memiliki pertulangan daun yang jelas dengan
anak tulang daun yang menyirip dan berkas duduk daun pada cabang
yang jelas. Pertulangan Daun (Beringgit) Ujung Daun (Runcing)
Tepi Daun (Menyirip) (Setyawati, 2017).
2.1.1.4 Kandungan Kimia
Daun mint merupakan daun yang biasa digunakan dalam
bahan pembuatan makanan agar makanan berbau khas dan segar.
Menurut (Adi, 2007), daun mint mengandung minyak atsiri 1-2 %,
mentol 80-90 %, menthon, d-pipirition, heksanolfenil-asetat, etil
amilkarbinol, dan neomentol (Karlina, 2016).
Kandungan utama daun mint adalah minyak atsiri yang
komponenya terdiri dari menthol, Monoterpan lainnya termasuk
menthone (10 – 40 %), Mentil asetat (1-10 %), Menthoufuran ( 1 –
10 %), Cineol (eucalyptol , 2 – 13 % ) dan limonene (0,2 – 6 %).
Selain itu daun mint juga mengandung flavonoid, phenolic
acids,triterpenes, vitamin C dan provitamin (precursor vitamin A),
mineral fosfor, kalsium dan potassium (Indrayanti et al., 2017)
2.1.1.5 Manfaat Tanaman Mint
Kandungan yang terdapat dalam daun mint yaitu minyak
atsiri 1-2% yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan
10
menthol dapat digunakan sebagai penambahan aroma segar pada
pembuatan obat kumur alami, Daun mint sering digunakan sebagai
obat penyegar nafas seperti obat kumur, permen pelega
tenggorokan, pasta gigi dan permen karet. Hal tersebut dikarenakan
daun mint mampu mengatasi kuman dan menghambat
pertumbuhan bakteri berbahaya dalam mulut (Suseno, 2013).
2.1.2 Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian adalah proses pemisahan senyawa dari
matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai
(Hanani, 2015). Hasil dari proses ekstraksi disebut dengan ekstrak.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang tidak ditetapkan (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).
Terdapat sejumlah metode ekstraksi, yang paling sederhana adalah
ekstraksi dingin (dalam labu besar berisi biomasa yang diagitasi
menggunakan stirer), dengan cara ini bahan kering hasil gilingan
diekstraksi pada suhu kamar secara berturut-turut dengan pelarut yang
kepolarannya makin tinggi. Keuntungan cara ini merupakan metode
ekstraksi yang mudah karena ekstrak tidak dipanaskan sehingga
kemungkinan kecil bahan alam menjadi terurai (Istiqomah, 2013).
11
2.1.2.1 Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam
dalam pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi
metabolit dapat diminimalisasi (Hanani, 2015). Maserasi berasal
dari bahasa lati Macerace berarti mengairi dan melunakan.
Maserasi merupakan cara ektraksi yang paling sederhana. Dasar
dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari
sel rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi)
bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu
maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diesktraksi pada
bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan (Istiqomah, 2013).
Proses ekstraksi dengan teknik maserasi dilakukan dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang.
Keuntungan cara ini yaitu mudah dan tidak perlu pemanasan
sehingga kecil kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau
terurai. Namun, kelemahan menggunakan metode ini yaitu
membutuhkan waktu yang lama (Susanty and Bachmid, 2016).
Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada wadah
atau bejana yang bermulut lebar bersama larutan penyari yang telah
ditetapkan, bejana ditutup rapat kemudian dikocok berulang-ulang
sehingga memungkinkan pelarut masuk keseluruh permukaan
simplisia (Ansel, 1989). Rendaman tersebut disimpan terlindung
dari cahaya langsung (mencegah 6 reaksi yang dikatalisis oleh
12
cahaya atau perubahan warna). Waktu maserasi pada umumnya 5
hari, setelah waktu tersebut keseimbangan antara bahan yang
diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar sel telah tercapai.
Dengan pengocokan dijamin keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi
menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif (Voight, 1994).
2.1.3 Cangkang Telur Ayam
Kulit telur merupakan lapisan luar dari telur yang berfungsi
melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Mutiara,
2008). Pembentukan kulit telur ayam memerlukan waktu yag sangat
lam pada uterus di oviduct. Kandungan kalsium selama empat jam
pertama berkisar 2,2 % yang meningkat menjadi 5,6 % setiap 16 jam
berikutnya. Ayam betina menggunakan pakan ternak dan rangka
kalsium yang tersedia, untuk pembentukan kulit terluar telur, sekitar
47% rangka kalsium dialihkan untuk pembentukan kulit terluar telur.
Pada ayam broiler kandungan kalsium harus lebih tinggi selama ternak
itu masih memproduksi telur, karena kalsium sangat diperlukan untuk
pembentukan kulit luarnya (Mutiara, 2008).
Menurut (Mutiara, 2008) biila dilihat dengan mikroskop maka kulit
terlur terdiri dari 4 lapisan yaitu :
1. Lapisan kutikula
Lapisan kutikula merupakan protein transparan yang
melapisi permukaan kulit telur. Lapisan ini melapisi pori-pori pada
13
kulit telur, tetapi sifatnya masih dapat dilalui gas sehingga keluarnya
uap air dan gas CO2 masih dapat terjadi.
2. Lapisan busa
Lapisan ini merupakan bagian terbesar dari lapisan kulit
telur.Lapisan ini terdiri dari kalsium karbonat, kalsium fosfat,
magnesium karbonat dan magnesium fosfat.
3. Lapisan mamilary
Lapisan ini merupakan lapisan ketiga dari kulit telur yang
terdiri dari lapisan yang berbentuk kerucut dengan penampang bulat
atu lonjong. Lapisan ini sangat tipis dan terdiri dari anyaman dan
mineral protein.
4. Lapisan membran
Merupakan bagian lapisan kulit terdalam. Terdiri dari dua
lapisan selaput yang menyelubingi seluruh isi telur. Tebalnya lebih
kurang 65 mikron.
Komposisi kimia dari kulit telur terdiri atas protein 1,17%, lemak
0,36%, air 0,93%, serat kasar 16,21%, abu 71,34%. Berdasarkan hasil
penelitian, serbuk kulit telur ayam mengandung kalsium sebesar 7,2 gram
atau sekitar 39% kalsium, dalam bentuk kalsium karbonat .
14
2.1.4 Pasta Gigi
Pasta gigi adalah sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
dengan sikat gigi untuk tujuan membersihkan permukaan gigi yang dapat
dijangkau (Olii, 2014).
2.1.4.1 Bahan Pembuat Pasta Gigi
Bahan-bahan yang umum digunakan dalam pasta gigi meliputi :
1. Bahan abrasif (pembersih gigi)
Biasanya berupa bahan padat berwarna putih yang berfungsi
menghilangkan kotoran bekas karang-karang yang menempel
pada permukaan gigi. Berbagai bahan abrasif sebaiknya dipilih
bahan yang mempunyai daya pembersih maksimal tapi tidak
boleh merusak email gigi, tidak toksis, dan tidak campur dengan
bahan-bahan penyusun pasta gigi. Daya pembersih bahan abrasif
ini tergantung pada ukuran partikel. Pada umumnya apabila
ukuran partikel besar dalam jumlah banyak akan mempunyai
daya pembersih yang bersih. Contoh bahan abrasif antara lain :
kalsium karbonat (CaCO3), dan kalsium sulfat (CaSO4) (Sandi,
2012).
2. Bahan pengikat
Bahan ini digunakan dalam sediaan pasta gigi untuk
mencegah terjadinya pemisahan fase padat dan fase cair
terutama dalam waktu penyimpanan yang lama. Bahan pengikat
pada umumnya berupa koloid hidrofil yang mengembang atau
15
mengabsorbsi air dan membentuk fase cair yang kental. Bahan
pengikat merupakan bahan pemisah antara fase padat dan fase
cair yang bertindak sebagai protektif dan meningkatkan
kekentalan. Contoh bahan pengikat yang dapat digunakan antara
lain: Methyl Cellulosa (MC), Natrium carboxy Methyl Cellulosa
(CMC Na), Hidroxypropyl Methylcellulosa (HPMC) dan
bentonit. Pada umumnya konsentrasi bahan pengikat dalam
sediaan pasta gigi adalah 0,5-2,0% (Sandi, 2012).
3. Humektan
Pada pembuatan pasta gigi, biasanya bahan abrasif
dicampur dengan fase padat yang mengandung humektan.
Humektan digunakan dalam pasta gigi sebagai pembasah agar
pasta gig tetap lembab apabila terjadi penguapan air sehingga
dapat mencegah pasta menjadi keras. Bahan yang digunakan
sebagai humektan antara lain gliserin, sorbitol, dan
propilenglikol (Sandi, 2012).
4. Surfaktan
Bahan ini digunakan dalam pasta gigi sebagai pembersih
(detergent) yang mengeluarkan buih. Surfaktan yang sering
digunakan yaitu natrium lauril sulfat (NLS) memiliki reaksi
yang netral, dapat menghasilkan buih yang baik dalam cairan
maupun alkalis, tidak membentuk endapan. Detergent sebaiknya
memiliki sifat-sifat stabil, dan dapat bercampur dengan bahan-
16
bahan penyusun pasta gigi yang lain dan mengenai rasa juga
perlu diperhatikan (Sandi, 2012).
5. Flavouring agent
Bahan ini digunakan dalam pasta gigi agar dapat memberi
bau dan rasa yang enak di rongga mulut. Pada umumnya
konsentrasi flavouring agent yang digunakan adalah 0,5 - 2,0%.
Sebagai flavouring agent sebaiknya dipilih bahan yang tidak
menimbulkan efek yang merugikan pada membran mukosa
didalam mukosa mulut. Minyak atsiri yang banyak digunakan
sebagai flovouring agent dalam pasta gigi antara lain minyak
cengkeh, minyak anisi, dan minyak permen. Bahan penolong
lain juga dapat ditambahkan seperti bahan pemanis agar pasta
mempunyai rasa yang enak (manis) seperti sakarin, bahan
pewarna carmin cosin agar pasta lebih menarik (Sandi, 2012).
6. Bahan pengawet
Bahan pengawet berfungsi untuk menjaga struktur fisik,
kimiawi, dan biologi pasta gigi. Bahan ini haruslah tidak toksik.
Bahan pengawet yang digunakan antara lain: sodium benzoate,
metilparaben, dan propilparaben (Sandi, 2012).
17
2.1.4.2 Syarat Pasta Gigi
Tabel 2.2 Syarat Mutu Pasta Gigi
No Jenis Uji Satuan Syarat (Rahman, 2009)
1
Sukrosa atau
karbohidrat lain yang
dapat terfermentasi
- Negatif
2 Ph - 4,5-10,5
3
Cemaran Logam
Pb
Hg
As
ppm
ppm
ppm
Maksimal 5,0
Maksimal 0,02
Makximal 2,0
4
Campuran Mikroba
Angka lempeng total
Eschericia Coli
-
-
<105
Negatif
5 Zat pengawet - Sesuai yang diizinkan
Departemen Kesehatan
6
Fornaldehida maksimal
sebagai formaldehida
bebas
% 0,1 %
7 Flour bebas ppm 800-1500
8 Zat warna
- Sesuai yang diizinkan
Departemen Kesehatan
9
Organoleptik
keadaan
benda asing
-
-
Harus lembut, homogen,
tidak ada partikel
Tidak ada benda asing
18
2.1.5 Tinjauan Tentang Bahan
Bahan basis pasta gigi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Na-CMC (natrium carboxymethyl cellulosa)
natrium carboxymethyl cellulosa adalah garam natrium dari
polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak kurang dari
6,5% dan tidak lebih dari 9,5% natrium (Na) dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Pemerian karboksimetil selulosa natrium adalah serbuk atau
granul, putih sampai krem dan higroskopik. Kelarutan
karboksimetil selulosa natrium adalah mudah terdispersi dalam air
membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol, eter dan
pelarut organik lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2014). Penggunaan CMC Na sebagai gelling agent. Konsentrasi
yang digunakan 3,0 – 6,0 % (Rowe et al., 2009)
2. HPMC (Hidroxypropyl Methylcellulosa)
Hidroksipropil metilselulosa adalah salah satu polimer semi
sintesis. HPMC termasuk derivat dari selulosa yang merupakan eter
propilen glikol dari metilselulosa (Depkes RI,1997). Penggunaan
sebagai gelling agent adalah 2-6% (Rowe et al., 2009).
3. MC (Methyl Cellulosa)
Metilselulosa terjadi sebagai bubuk atau butiran berserat putih.
Inihampir tidak berbau dan tidak berasa. Ini harus diberi label
untuk menunjukkannya jenis viskositas (viskositas larutan 1 dalam
19
50). Kelarutan Secara praktis tidak larutdalam aseton, metanol,
kloroform, etanol (95%), eter, larutan garam jenuh, toluena, dan air
panas. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam campuran yang
samavolume etanol dan kloroform. Dalam air dingin, metilselulosa
membengkak dan menyebar perlahan untuk membentuk yang jelas.
Konsentrasnya yaitu 1-5% (Rowe et al., 2009).
4. Kalsium Karbonat
Kalsium Karbonat yang telah dikeringkan pada suhu 200˚
selama 4 jam mengandung kalsium setara tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 100,5% CaCO3. Pemerian kalsium karbonat
adalah serbuk halus mikro hablur, putih, tidak berbau, tidak berasa,
dan stabil di udara. Kelarutan kalsium karbonat adalah praktis tidak
larut dalam air, kelarutan dalam air meningkat dengan adanya
sedikit garam amonium atau karbondioksida, adanya alkali
hidroksida menurunkan kelarutan, tidak larut dalam etanol, larut
dalam asam asetat 1 N, asam klorida 3 N dan asam nitrat 2 N
dengan membentuk gelembung gas (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2014). Penggunaan kalsium karbonat sebagai
pembersih (cleansing) dan pengkilap (polishing material) (Sandi,
2012). Konsentrasi kalsium karbonat yang sering digunakan adalah
20-50% (Sukanto, 2012).
20
5. Gliserin
Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C3H8O3. Pemerian gliserin adalah cairan, jernih
seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas
lemah (tajam dan tidak enak), higroskopik, netral terhadap lakmus.
Kelarutan gliserin adalah dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemak dan dalam minyak menguap (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2014). Penggunaan gliserin sebagai emolien,
pembasah, pemanis, dan pelarut. Konsentrasi yang digunakan
<30% (Rowe et al., 2009).
6. Natrium Lauril Sulfat (Sodium Lauryl Sulfat)
Natrium Lauril Sulfat adalah campuran dari natrium alkil
sulfat, sebagian besar mengandung natrium lauril sulfat. Pemerian
natrium lauril sulfat adalah hablur, kecil, berwarna putih atau
kuning muda,dan agak berbau khas. Kelarutan natrium lauril sulfat
adalah mudah larut dalam air (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2014). Penggunaan natrium lauril sulfat sebagai
surfaktan. Konsentrasi yang digunakan 1,0-2,0% (Rowe et al.,
2009).
7. Propilparaben (Nipasol)
Propilparaben mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0% C10H12O3 dihitung terhadap zat yang telah
21
dikeringkan. Pemerian propilparaben adalah serbuk atau hablur
kecil dan tidak berwarna. Kelarutan propilparaben adalah sangat
sukar larut dalam air, sukar larut dalam air mendidih, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2014). Penggunaan propilparaben sebagai pengawet.
Kosentrasi yang digunakan 0,01-0,02% (Rowe et al., 2009).
8. Metilparaben
Metilparaben mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 102,0% C8C8O3, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Pemerian metilparaben adalah hablur kecil, tidak
berwarna atau hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah,
sedikit rasa terbakar. Kelarutan metilparaben adalah sukar larut
dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida, mudah
larut dalam etanol dan dalam etanol. Penggunaan metilparaben
sebagai pengawet. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,015-0,2%
(Rowe et al., 2009).
9. Aquadest
Aquadest dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemeriannya berupa cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak
mempunyai rasa. Aquadest disimpan pada wadah tertutup agar
tidak tercemar mikroba (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2014)
22
2.1.6 Evaluasi Sediaan Pasta Gigi
Uji karakteristik fisik pasta gigi meliputi organoleptis, viskositas,
pH sediaan, daya sebar, daya lekat, homogenitas dan stabilitas busa.
Berikut uraian uji yang dilakukan :
1. Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis seperti bentuk, bau, warna secara
visual. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat terjadinya
perubahan secara signifikan pada sediaan akhir yang telah dibuat
(Elfiyani et al., 2015).
2. Uji Daya Sebar
Sampel ditimbang 0,5 gr diletakan di tengah kaca uji daya
sebardan ditunggu selama 1 menit. Diameter sebar sampel diukur
dengan penggaris, kemudian ditambahkan 50 gr beban dan
didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter hingga konstan
(Warnida et al., 2016). Syarat daya sebar untuk sediaan topical
yaitu sekitar 5-7 cm (Arisanty and Anita, 2018).
3. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan
sediaan pada obyek glass. Lalu mengamati penampilan permukaan,
apakah sediaan homogen atau tidak (Warnida et al., 2016). Syarat
sediaan topikal yaitu tidak menggumapal dan tidak terdapat
partikel-partikel kecil pada saat dioleskan pada kaca objek
(Arisanty and Anita, 2018).
23
4. Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengecek dan memastikan
pH sediaan pasta gigi yang telah dibuat, apakah sesuai standart SNI
yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
pH meter. Sebelum sediaan dicelupkan, alat dikalibrasi terlebih
dahulu. Syarat nilai pH untuk sediaan pasta gigi gel menurut SNI
12-3524-1995 yaitu 4,5-10,5 (Rahman, 2009).
5. Uji Stabilitas Busa
Sediaan pasta gigi ditimbang sebanyak 1 gram, dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan aquadest 10 mL,
dikocok dengan membolak-balikkan tabung reaksi dan segera
diukur tinggi busa yang dihasilkan. Lalu tabung didiamkan selama
5 menit dan diukur lagi tinggi busa yang dihasilkan setelah 5 menit
(Sari and Ferdinan, 2017). Syarat dari tinggi busa yaitu 15mm
(Marlina and Rosalini, 2017).
6. Uji Viskositas
Cara uji viskositas pada pasta gigi ektrak daun mint adalah
dengan memasukan sediaan kedalam gelas ukur, gelas ukur tersebt
diberi dua batas dengan jarak tertentu. Kemudian mengukur
kecepatan bola pejal jatuh di dalam cairan uji, namun sebelum
melakukan viskositas bola jatuh terlebih dahulu diketahui jari-jari
bola, massa jenis bola, massa jenis sampel dan perceptan gravitasi.
24
Syarat viskositas yang ditetapkan yaitu 50.000-420.000 (Marlina
and Rosalini, 2017)
2.2 Hipotesis
1. Ada pengaruh penggunaan bahan pengikat terhadap uji sifat fisik pasta
gigi esktrak daun mint (Mentha piperata) dengan cangkang telur
sebagai abrasive.
2. Terdapat bahan pengikat yang dapat menghasilkan sifat fisik paling
baik pada sediaan pasta gigi ekstrak daun mint (Mentha piperata)
dengan cangkang telur sebagai abrasive.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah perbedaan bahan pengikat pada sediaan pasta
gigi ekstrak daun mint (Mentha piperata) dengan cangkang telur sebagai abrasive.
3.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasta gigi ekstrak daun
mint (Mentha piperata) dan cangkang telur yang dibuat dengan bahan pengikat
yang berbeda-beda.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total
sampling yaitu seluruh sediaan pasta gigi ekstrak daun mint (Mentha piperata)
dengan cangkang telur sebagai abrasive sebagai sampel.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah yang besarnya mempengaruhi variabel lain.
Varriabel bebas dalam penelitian ini adalah zat pengikat yang
digunakan adalah HPMC, MC dan Na-CMC.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat variabel yang menjadi akibat dari variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sifat fisik pasta gigi yaitu
26
uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji homogenitas, uji daya sebar,
uji stabilitas busa.
3.3.3 Variabel Terkendali
Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau
dibuat konstan sehingga tidak akan mempengaruhi variabel yang akan
diteliti. Variabel terkendali yang digunakan pada penelitian ini adalah
formulasi pasta gigi, metode ekstraksi yaitu maserasi.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah neraca
analitik, timbangan gram dan mg, mortir dan stemfer, gelas ukur,
beacker glass, cawan uap, corong, batang pengaduk, kaca arloji,
pipet tetes, deck glass, objeck glass, kain flanel, masker, sarung
tangan, dan pipet volume.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak
daun mint, Na CMC, HPMC, MC, Sodium lauril sulfat, Kalsium
Karbonat, Aquadest, Gliserin, Methylparaben, Propilparaben.
3.4.2 Teknik Pengumulan Data
1. Jenis data yang digunakan bersifat kualitatif antara lain : uji
organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji makrokopis dan uji
27
mikroskopis dan kuantitatif antara lain : uji viskositas, uji daya
sebar dan uji stabilitas busa.
2. Metode pengumpulan data menggunakan eksperimen di
laboratorium.
3.5 Cara Kerja
3.5.1 Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Daun Mint
Pengeringan dan pembuatan serbuk daun mint langkah
yang pertama antara lain mengumpulkan bahan baku, kedua dengan
melakukan sortasi basah, kemudian mencuci dengan air mengair yang
bertujuan untuk menghilangkan kotoran atau mengurangi mikroba
yang menempel pada bahan baku, kemudian keringkan daun mint
dengan pengovenan pada suhu tidak lebih dari 60o C, kemudian
melakukan sortasi kering, menumbuk daun mint yang telah kering
sampai menjadi serbuk, terakhir dengan melakukan pemanasan dan
penyimpanan simplisia.
Metode pengeringan dan pembuatan serbuk daun mint
dapat dilihat di skema dibawah ini:
28
Gambar 3.1 Skema Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Daun Mint
3.5.2 Uji Identifikasi
a. Identifikasi Serbuk Simplisia Secara Makroskopik
Mengidentifikasi serbuk simplisia daun mint berdasarkan
bentuk, bau, warna.
Uji identifikasi serbuk simplisia secara makroskopik dapat
dilihat pada skema di bawah ini :
Gambar 3.2a SkemaUji Identifikasi Makroskopik
b. Identifikasi Serbuk Simplisia Secara Mikroskopik
Uji identifikasi simplisia dilakukan dengan cara
menyiapkan mikroskop atur cahaya mikroskop dengan mencari
cahaya yang terang, kemudian sedikit simplisia di tempatkan pada
Mengambil serbuk simplisia dan daun mint
Mengamati bentuk, bau, dan warnanya
Mengumpulkan bahan baku
Melakukan sortasi basah
Mencuci dengan air mengalir
Mengeringkan dengan pengovenan dengan suhu 600 C
Melakukan sortasi kering
Menghaluskan daun mint menggunakan blender
29
objek glass, di tambahkan 1-2 tetes aquadest kemudian ditutup
dengan kaca penutup atau deg glass (diusahakan tidak ada
gelembung udara), kemudian dilihat dibawah mikroskop, dan
diamati bagian-bagian simplisia (Faulian, 2017).
Uji identifikasi simplisia secara mikroskopik dapat dilihat
pada skema di bawah ini :
Gambar 3.2b SkemaUji Identifikasi
3.5.3 Pembuatan Ekstrak Daun Mint
Pembuatan ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dengan
perbandingan (1:7,5). Timbang serbuk simplisia sebanyak 84 g
kemudian memasukan kedalam bejana, dituangi dengan etanol 96%
sebanyak 630 ml. Kemudian bejana ditutup dan dibiarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya, melakukan pengadukan berulang-ulang agar
keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif lebih cepat di dalam cairan.
Selanjutnya disaring dengan corong yang telah dilapisi dengan kain
flanel, diperoleh ekstrak cair dan ampas panas, cairan penyari kemudian
diuapkan dengan penguapan langsung. Ekstrak diuapkan sampai bau
Mengatur cahaya mikroskop dengan mencari cahaya yang terang
Mengambil sedikit simplisia tempatkan pada objek glass
Melihat dibawah mikroskop, mengamati bagian-bagian simplisia
Menambahkan 1-2 tetes aquadest kemudian menutup dengan deg
glass (usahakan tidak ada gelembung)
30
alkohol hilang didapat ekstrak kental kemudian ditimbang (Faulian,
2017).
Pembuatan ekstrak daun mint dapat dilihat pada skema di
bawah ini :
Gambar 3.3 Skema Pembuatan Ekstrak Daun Mint
3.5.4 Uji Bebas Etanol Pada Ekstrak
Uji bebas etanol pada ekstrak dilakukan sengan tujuan
untuk membebaskan ekstrak dari etanol. Uji ini dilakukan dengan
cara memasukan ekstrak kedalam tabung reaksi, kemudian
menambahkan 2 tetes asam asetat, ditambahkan dengan 2 tetes
asam sulfat pekat, selanjutnya melakukan pemanasan, mengamati
ada atau tidaknya bau ester atau etanol (Faulian, 2017).
Menimbang dimplisia serbuk sebanyak 84 g
Menambahkan etanol 96% sebanyak 630 ml
Melakukan maserasi selama 5 hari
Mengaduk setiap hari agar keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraktif lebih cepat di dalam cairan
Menyaring hasil maserasi dengan kain flanel
Filtrate diuapkan sampai didapatkan filtrate kental
31
Uji bebas etanol ektrak daun mint dapat dilihat pada skema
di bawah ini :
Gambar 3.4 Skema Uji Bebas Etanol
3.5.5 Uji Identifikasi Minyak Atsiri Daun Mint
Identifikasi minyak atsiri dilakukan dengan cara : sedikit sampel
diletakan pada objek glass, selanjutnya ditambahkan larutan sudan III 2
tetes, diamati perubahan warna yang terjadi, Uji positif menunjukan
warna merah kecoklatan (Faulian, 2017).
Uji identifikasi minyak atsiri dapat dilihat pada skema di bawah
ini :
Memasukan ekstrak ke dalam tabung reaksi
Melakukan pemanasan
Menambahkan 2 tetes asam asetat
Menambahkan 2 tetes asam sulfat pekat
Mengamati ada atau tidaknya bau ester atau etanol
32
Gambar 3.5 Skema Uji Minyak Atsiri Daun Mint
3.5.6 Cara Pembuatan Sebuk Cangkang Telur
Cangkang telur dibersihkan dan direndam menggunakan air
panas selama 30 menit. kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
1050C selama 30 menit. Setelah itu, cangkang telur dihaluskan dengan
menggunakan mortir dan stamper menjadi serbuk yang halus. Lalu,
serbuk cangkang telur diayak dengan ukuran 100 mesh (Warsy et al.,
2016).
Cara pembuatan serbuk cangkang telur dapat dilihat pada
skema di bawah ini :
Gambar 3.6 Skema Pembuatan Serbuk Cangkang Telur
Membersihkan cangkang telur menggunakan air panas
Dikeringkan dalam oven pada suhu 1050 c selama 30 menit
Haluskan menggunakan mortar dan stamper
Mengayak serbuk cangkang telur menggunakan ayakan no 100
Mengambil sedikit sample
Meletakan pada objek glass
Menambahkan larutan sudan III 2 tetes
Mengamati perubahan warna, uji positif menunjukan warna merah kecoklatan
33
3.5.7 Formulasi
Formula sediaan pasta gigi daun mint dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.7 Formulasi Sediaan Pasta Gigi
No Nama Bahan FI
(%)
FII
(%)
FIII
(%)
Range
(%) Fungsi Pustaka
1 Ekstrak Daun
Mint 2 2 2 1-2 Zat Aktif Faulian, 2017
2 Cangkang Telur 30 30 30 20-50 Abrasive Sukanto, 2012
3 Sodium Lauril
Sulfat 1 1 1 1-2 Surfaktan
Rowe et al.,
2009
4 Na CMC 5 - - 3-6 Zat Pengikat
Rowe et al.,
2009
5 MC - 5 - 1-5 Zat Pengikat
Rowe et al.,
2009
6 HPMC - - 5 2-6 Zat Pengikat
Rowe et al.,
2009
7 Methyl Paraben 0,18 0,18 0,18
0,015-
0,2 Zat Pengawet
Rowe et al.,
2009
8 Propilparaben 0,02 0,02 0,02
0,01-
0,02 Zat Pengawet
Rowe et al.,
2009
9 Gliserin 10 10 10 <30 Humektan
Rowe et al.,
2009
10 Aquadest Ad
30 g
Ad
30 g
Ad
30 g - - -
3.5.8 Pembuatan Pasta Gigi Ekstrak Daun Mint
Pembuatan pasta gigi esktrak daun mint yaitu dengan cara
menyiapkan alat dan bahan, menimbang masing-masing bahan
meliputi Na CMC, MC, HPMC, sodium lauryl sulfat, cangkang telur,
air, gliserin, methylparaben, propilparaben, dan daun mint.
34
Mengembangkan Na CMC dengan air hangat (formula 1),
mengembangkan MC dengan air dingin (formula 2), mengembangkan
HPMC dengan air dingin (formula 3) dengan mortir (campuran 1).
Selanjutnya propilparaben dan methylparaben dimasukan dalam
mortir yang lain, ditambahkan dengan 1-2 tetes eanol 95% digerus
sampai homogen, dan disisihkan (campuran 2). Kemudian
memasukan cangkang telur ke dalam mortir yang lain tambahkan
asam asetat 1 N 2-3 tetes dan digerus sampai homogen, Tambahkan
dengan sebagian gliserin sedikit demi sedikit sambil digerus sampai
homogen (campuran 3).
Memasukan sebagian aquadest sedikit demi sedikit sambil
digerus sampai homogen kemudian ditambahkan sisa gliserin dan
ditambahkan sodium lauril sulfat sedikit demi sedikit kedalam
campuran 2 digerus sampai homogen.
Mencampurkan campuran 2 dan campuran 3 kedalam
campuran 1 sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen.
Ditambahkan ekstrak daun mint digerus sampai homogen.
Ditambahkan sisa aquadest sedikit demi sedikit sambil digerus sampai
homogen. Memasukan sediaan pasta gigi ke dalam wadah dan
kemasan.
Cara kerja pembuatan pasta gigi ekstrak daun mint dapat dilihat
pada skema di bawah ini :
35
Gambar 3.8 Skema Pembuatan Pasta Gigi
Menyiapkan alat dan bahan
menimbang masing-masing bahan meliputi Na CMC, MC, HPMC, sodium lauryl sulfat, cangkang telur, air, gliserin, methylparaben,
propilparaben, dan daun mint.
Selanjutnya memasukan propilparaben dan methylparaben ke dalam mortir yang lain, tambahkan dengan 1-2 tetes eanol 95% gerus sampai
homogen, dan sisihkan (campuran 2).
memasukan cangkang telur ke dalam mortir yang lain gerus ad homogen, Tambahkan dengan gliserin sebagian sedikit demi sedikit gerus sampai
homogen (campuran 3)
Memasukan sebagian aquadest sedikit demi sedikit gerus sampai homogen kemudian menambahkan sisa gliserin dan menambahkan sodium lauril sulfat sedikit demi sedikit kedalam campuran 2 gerus
sampai homogen.
Mencampurkan campuran 2 dan campuran 3 kedalam campuran 1 sedikit demi sedikit gerus sampai homogen
Menambahkan ekstrak daun mint gerus smpai homogen
Menambahkan sisa aquadest sedikit demi sedikit gerus sampai homogen
Memasukan sediaan pasta gigi ke dalam wadah dan kemasan
Mengembangkan Na CMC dengan air hangat (formula
Mengembangkan MC dengan air dingin (formula 2)
Mengambangkan HPMC dengan air dingin (formula 3)
Campuran 1
36
3.5.9 Evaluasi Pasta Gigi Ekstrak Daun Mint
1. Uji Organoleptis
Dilakukan pengujian organoleptis seperti bentuk, bau
warna secara visual. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat
terjadinya perubahan secara signifikan pada sediaan akhir yang telah
dibuat (Elfiyani et al., 2015)
Uji organoleptis pada evaluasi pasta gigi dapat dilihat pada
skema di bawah ini :
Gambar 3.9 Skema Uji Organoleptis
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan
sediaan pada objek glass. Lalu mengamati penampilan permukaan,
apakah sediaan homogen atau tidak (Warnida et al., 2016).
Uji homogenitas pada evaluasi pasta gigi dapat dilihat pada
skema di bawah ini :
Gambar 3.10 Skema Uji Homogenitas
Mengambil sediaan secukupnya
Mengamati sediaan pasta gigi
Mengamati bagaimana bentuk, warna, dan bau dari sediaan
Mengamati penampilan permukaanapakah sediaan homogen atau tidak
Mengoleskan sediaan pada objek glass
37
3. Uji pH
Pengujian pengukuran pH dari formula dengan
menggunakn kertas pH universal, kertas pH tersebut dicelupkan ke
dalam sediaan pasta gigi estrak daun mint 1 gram yang dilarutkan
dalam 10 ml aquadest, setelah tercelup dengan sempurna, didiamkan
sesaat dengan mengamati warna yang timbul sesuai dengan warna
pada alat pH (pH sesuai dengan syarat mutu pasta gigi adalah
mempunyai pH antara 4,5- 10,5) (Rusyanti, 2016).
Uji pH pada evaluasi pasta gigi dapat dilihat pada skema di
bawah ini :
Gambar 3.11 Skema Uji pH
4. Uji Viskositas
Cara uji viskositas pada pasta gigi ektrak daun mint adalah
dengan memasukan sediaan kedalam gelas ukur, gelas ukur tersebt
diberi dua batas dengan jarak tertentu. Kemudian mengukur
kecepatan bola pejal jatuh di dalam cairan uji, namun sebelum
Mencocokan pada kertas skala pH meter, angka menunjukan asam, basa, netral
Mengamati perubahn warna yang terjadi
Meletakan kertas pH sediaan pada sediaan pasta gigi yang telah dibuat
Melakukan percobaan tersebut pada sediaan pasta gigi yang dibuat
38
melakukan viskositas bola jatuh terlebih dahulu diketahui jari-jari
bola, massa jenis bola, massa jenis sampel dan perceptan gravitasi.
Hitung dengan rumus stokes :
Keterangan:
Uji viskositas pada evaluasi pasta gigi dapat dilihat pada
skema di bawah ini :
Gambar 3.12 Skema Uji Viskositas
Menentukan jari-jari bola dengan mengukur diameter bola menggunakan jangka sorong
Menentukan berat jenis cairan atau sampel dengan memasukan cairan/sampel ke dalam piknometer 25 ml dan menimbangnya
Memasukan pasta gigi ekstrak daun mint pada gelas ukur, lalu memntukan dua batas dengan jarak tertentu
Memasukan bola ke dalam sediaan dan mengukur kecepatan bola pejal jatuh di dalam sediaan pasta gigi ekstrak daun mint
Menghitung uji viskositas
�=����(���)
�.�
�= Viskositas (cp) �= jari-jari bola (cm) �= gravitasi (980cm) �= kecepatan (m/s) �� = berat jenis bola (g/ml) �� = berat jenis fluida (g/ml)
39
5. Uji Stabilitas Busa
Sediaan pasta gigi ditimbang sebanyak 1 gram, dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan aquadest 10 mL,
dikocok dengan membolak-balikkan tabung reaksi dan segera diukur
tinggi busa yang dihasilkan. Lalu tabung didiamkan selama 5 menit
dan diukur lagi tinggi busa yang dihasilkan setelah 5 menit (Sari and
Ferdinan, 2017).
Uji stabilitas busa pada evaluasi pasta gigi dapat dilihat pada
skema di bawah ini :
Gambar 3.13 Skema Uji Stabilitas Busa
6. Uji Daya Sebar
Sampel ditimbang 0,5 g diletakan di tengah kaca uji daya
sebar dan ditunggu selama 1 menit. Diameter sebar sampel diukur
dengan penggaris, kemudian ditambahkan 150 g beban dan
Menimbang Sediaan pasta gigi ditimbang sebanyak 1 gram
Mengkocok dengan membolak-balikkan tabung reaksi dan segera diukur tinggi busa yang dihasilkan
Memasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan aquadest 10 mL,
Mendiamkan selama 5 menit dan diukur lagi tinggi busa yang dihasilkan setelah 5 menit
40
didiamkan selama 1 menit. Lalu diukur diameter hingga konstan
(Warnida et al., 2016).
Uji daya sebar pada evaluasi pasta gigi dapat dilihat pada
skema di bawah ini :
Gambar 3.14 Skema Uji Daya Sebar
3.6 Analisis Data
1. Pendekatan teoritis
Analisis data secara teoritis menggunakan deskriptif yaitu dengan
uji organoleptis, uji pH, uji Homogenitas, Uji daya sebar yang diperoleh
dibandingkan dengan pustaka dan literatur yang ada
2. Pendekatan statistik
Hasil uji Viskositas, uji daya sebar dan uji stabilitas busa
dibandingkan dengan menggunakan One Way Anova
Sampel ditimbang 0,5 g diletakan di tengah kaca uji daya sebar dan ditunggu selama 1 menit
Diameter sebar sampel diukur dengan penggaris, kemudian ditambahkan 150 g beban dan didiamkan selama 1 menit
Lalu diukur diameter hingga konstan
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis
pengikat terhadap uji sifat fisik sediaan pasta gigi ekstrak daun mint (Mentaha
piperita) dengan cangkang telur sebagai abrasive. Daun mint memiliki kandungan
berupa miyak atsiri yang digunakan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri
dalam saliva dan memberikan rasa segar pada mulut. Sehingga dikembangkan
sebagai sediaan pasta gigi.
Daun Mint yang digunakan diperoleh dari Yogya Mall Tegal. Daun mint
dikeringkan dengan cara pengovenan pada suhu 600 C. Proses pengeringan
dilakukan agar kandungan air yang terdapat pada daun berkurang sehingga
mengurangi potensi tumbuhnya mikroorganisme. Daun Mint yang telah kering
kemudian diserbukkan, yang bertujuan untuk memperluas kontak dengan larutan
penyari, sehingga zat aktif yang terdapat pada daun akan tersari dengan sempurna.
selanjutanya dilakukan uji mikroskopik dan makroskopik. Uji makroskopik
dilakukan dengan cara organoleptis bentuk, warna, bau dan rasa. Hasil
makroskopik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Uji Makroskopik Daun Mint
Organoleptis Hasil
Bentuk Daun berlawanan, berbentuk oval Warna Hijau tua pada permukaan atas Bau Khas aromatik Rasa Rasa agak pedas
42
Uji mikroskopik dilakukan dengan cara mengatur pencahayaan mikroskop,
kemudian serbuk daun mint diletakan secukupnya di atas object glass, kemudian
diteteskan degan aquadest secukupnya dan ditutup dengan deck glass. Fragmen
khas dari simplisia daun mint diamati di bawah mikroskop dan dicocokan dengan
literatur (Stahl, 1985). Pengujian makroskopik dan mikroskopik bertujuan untuk
membuktikan bahwa bahan yang digunakan adalah benar daun mint.
Menurut (Stahl, 1985) fragmen khas daun Mint dapat dilihat di bawah ini :
1. Tampak atas fragmen epidermis dengan kelenjar labiat ; kelenjar utuh
jarang, teteapi fragmen epidermis banyak ; tidak begitu khas, ciri daun
labiat.
2. Fragmen epidermis dengan rambut kelenjar ; jarang ; tidak khas
3. Fargmen kelenjar lebih muda, sangat jarang, tidak khas, ciri daun
labiat (lihat 1)
4. Fragmen rambut pelindung bersel banyak dengan kutikula bergaris
kasar, khas (tetapi jarang ditemukan dalam serbuk daun tua)
5. Tampak umum : fragmen jaringan daun dengan pembuluh, dua rambut
kelenjar, dan kelenjar muda ; banyak, ciri daun labiat.
Hasil uji mikroskopik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
43
Tabel 4.2 Hasil Uji Mikroskopik Daun Mint
No Nama Fragmen Hasil Pengamatan Pustaka (Stahl,1985)
Ket
1
Epidermis Atas
+
2 Epidermis
+
3 Epidermis Muda
+
4 Rambut Pelindung
+
5 Jaringan Pembuluh Daun
+
Berdasarkan tabel diatas, tampak terlihat jarngan epidermis atas, epidermis,
epidermis muda, rambut pelindung dan jaringan pembuluh daun. Hal ini
membuktikan bahwa daun yang digunakan benar-benar daun mint.
Metode ekstraksi yang dipilih adalah metode maserasi. Metode maserasi ini
dipilih karena relatif lebih sederhana dan mudah, dan tidak memerlukan proses
44
pemanasan yang dapat merusak komponen aktif dari simplisia. Cairan penyari
yang digunakan pada proses ekstraksi adalah etanol 96% yang bersifat polar.
Pemilihan etanol 96% sebagai cairan penyari karena etanol 96% mampu menyari
seluruh senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia yang bersifat polar, semi
polar maupun non polar, selain itu pelarut etanol tidak bersifat toksik.
Proses maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk daun mint dengan
pelarut etanol 96% dalam sebuah bejana selama 5 hari dengan sesekali diaduk
selama lebih kurang 5 menit dengan perbandingan (1:7,5). Kemudian disaring
dengan kain flanel agar didapatkan hasil ekstrak cair yang nantinya akan
diuapkan. Ekstrak daun mint yang didapatkan bewarna hijau pekat, bau khas daun
mint dengan berat yang didapatkan adalah dan hasil ekstrak yang didapatkan
diuapkan untuk didapatkan hasil ektrak kental. Selanjutnya pada ektrak kental
daun mint dilakukan uji bebas etanol dan uji kandungan minyak atsiri.
Ekstrak daun mint yang diperoleh dilakukan uji bebas etanol. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak yang didapat masih mengandung
etanol atau tidak. Cara mengidentifikasinya dengan menggunakan pereaksi asam
asetat dan asam sulfat. Ekstrak yang didapatkan menunjukan hasil positif tidak
mengandung etanol karena tidak tercium bau khas senyawa ester dan hanya bau
khas daun mint (Fessenden and Fessenden, 1982)
Tabel 4.3 Hasil Uji Bebas Etanol
Uji Bebas Etanol Hasil Kesimpulan
CH3COOOH (Asam Asetat) + H2S04
Tidak tercium bau khas ester
Ekstrak bebas dari etanol
45
Uji identifikasi ekstrak daun mint dilakukan untuk mengetahui kandungan
minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak daun mint. Pengujian ini bertujuan untuk
membuktikan ada tidaknya senyawa minyak atisiri. Hasil uji identifikasi ekstrak
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji Identifikasi Minyak Atsiri Pada Ekstrak Daun Mint
Uji Perlakuan Hasil Pustaka Keteranngan
Ekstrak + 2
tetes Sudan III
Mengalami
perubahan warna
merah kecoklatan
uji positif menunjukan
warna merah kecoklatan
(Stahl,1985).
+
Keterangan : + ( Menandakan hasil uji sesuai dengan literatur)
Hasil uji identifikasi ekstrak yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
ekstrak positif mengandung senyawa minyak atsiri. Hal ini dibuktikan dengan
adanya perubahan warna menjadi merah kecoklatan setelah dilakukannya
penambahan Sudan III. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada (Stahl,1985).
Sediaan pasta gigi terdiri dari berbagai macam bahan salah satunya bahan
abrasive. Dalam hal ini bahan abrasive yang digunakan adalah cangkang telur
yang banyak mengandung kalsium karbonat yang banyak digunakan sebagai
bahan abrasive. Cara pembuatan serbuk cangkang telur yaitu dengan
mengumpulkan bahan dan dicuci dengan cara direndam menggunakan air panas,
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 1050 c selama 30 menit. Setelah itu
cangkang telur dihaluskan dan diayak pada ayakan Nomor 100 mesh (Warsy et
al., 2016).
46
Zat pengikat yang digunakan terdiri dalam beberapa bahan yaitu FI Na-
CMC 5%, F II MC 5%, dan pada FIII HPMC 5%. Bahan pengikat ini digunakan
untuk mempertahankan bentuk sediaan sehingga stabilitasnya terjaga, selain itu
juga digunakan beberapa bahan tambahan yang lain diantaranya :ekstrak daun
mint 2 %, cangkang telur 30 %, sodium lauril sulfat 1%, Methyl paraben 0,18 %,
propil paraben 0,02 %, Gliserin 10 %, dan aquadest ad 30 gram.
Bahan pengikat terlebih dahulu dikembangkan, pada Na-cmc
menggunakan air hangat selama 15 menit dan aduk hingga homogen, sedangkan
pada MC dan HPMC menggunakan air dingin selama 15 menit dan di aduk
sampai homogen, setelah homogen ditambahkan nipagin dan nipasol yang
sebelumnya sudah ditetesi dengan etanol penambahan nipagin dan nipasol
bertujuan sebagai zat pengawet untuk mencegah timbulnya mikroorganisme,
ditambahkan sebagian aquades dan di aduk hingga homogen, lalu ditambahkan
serbuk cangkang telur sebagai bahan abrasive yang fungsinya dapat
membersihkan dan memoles permukaan gigi tanpa merusak email gigi, kemudian
ditambahkan gliserin sebagai pembasah, lalu ditambahkan sodium lauril sulfat
sebagai zat pembentuk busa, selanjutnya ditambahkan ekstrak daun mint dan sisa
aquadest.
Sediaan pasta gigi ini dibuat seberat 30 gram, masing-masing formula
dibuat tiga replikasi. Selanjutnya dilakukan uji sifat fisik yang terdiri dari uji
organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji homogenitas, uji daya sebar, uji stabilitas
busa kemudian dibandingkan dengan merk X untuk mengetahui formula manakah
yang paling mendekati pasta gigi merk X.
47
4.1 Uji Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap
sediaan pasta gigi ekstrak daun mint, hal ini bertujuan untuk mengetahui bentuk,
warna, bau, dan rasa dari sediaan pasta gigi yang dibuat. Data yang diperoleh dari
hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Hasil Uji Organoleptis
Formula Sediaan Bentuk Warna Bau Rasa
I Kental Hijau Khas aroma daun mint
Manis permen
II Sangat kental Hijau Khas aroma daun mint
Manis permen
III Agak kental Hijau Khas aroma daun mint
Manis permen
Merk X Kental Putih tulang Khas aroma
mint dan lemon
Manis rasa permen dan
lemon
Keterangan :
Formula I : Zat pengikat Na-CMC
Formula II : Zat pengikat MC
Formula III : Zat pengikat HPMC
Hasil pengamatan uji secara organoleptik formula I dengan zat pengikat
Na-CMC memiliki hasil yaitu kental, bewarna hijau, bau khas aromatik daun mint
rasa manis, hal ini karena sifat dari Na-CMC yang akan membentuk larutan
koloid jernih apabila ditambahkan air. Formula II dengan zat pengikat MC
memiliki hasil yaitu sangat kental, bewarna hijau, bau khas aromatik daun mint
48
rasa manis, hal ini sesuai dengan sifat MC yang akan menjadi larutan koloid
kental apabila ditambahkan dengan air. Hasil formula III dengan zat pengikat
HPMC yaitu agak kental, bewarna hijau, bau khas aromatik daun mint rasa manis,
sesuai dengan sifat HPMC yang larut degan air dan membentuk larutan yang
jernih. Sedangkan pada hasil pasta gigi merk X yaitu kental, bewarna putih tulang,
bau khas mint dan lemon, rasa manis. Hasil data tersebut dapat disimpulkan
bahwa penggunaan bahan pengikat yang berbeda-beda berpengaruh terhadap sifat
organolpetis dari pasta gigi ekstrak daun mint, yaitu dari bentuk yang dihasilkan.
Kemudian pada ketiga formula yang paling mendekati dengan pasta gigi merk X
yaitu formula I dengan Na-CMC sebagai bahan pengikat.
4.2 Uji Homogenitas
Homogenitas pada pasta gigi ekstrak daun mint bertujuan untuk
mengetahui homogen tidaknya pasta gigi yang dihasilkan. Homogenitas adalah
faktor peting yang menyatakan tolak ukur kualitas sediaan pasta gigi.
Homogenitas mencerminkan bahwa tidak terbentuknya partikel-partikel yang
memisah atau fase dispers terdistribusi secara merata melalui fase pendispersi.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
49
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas
Formula Uji Homogenitas
Rata-rata Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I
Homogen tidak ada Partikel
yang terpisah
Homogen tidak ada
Partikel yang terpisah
Homogen tidak ada Partikel
yang terpisah
Homogen tidak ada Partikel
yang terpisah
II
Homogen tidak ada Partikel
yang terpisah
Homogen tidak ada
Partikel yang terpisah
Homogen tidak ada Partikel
yang terpisah
Homogen tidak ada Partikel
yang terpisah
III
Tidak Homogen Terdapat partikel
yang terpisah
Tidak Homogen Terdapat
partikel yang terpisah
Tidak Homogen Terdapat partikel
yang terpisah
Tidak Homogen Terdapat partikel
yang terpisah
Merk X
Homogen tidak ada Partikel
yang terpisah
Homogen tidak ada
Partikel yang terpisah
Homogen tidak ada Partikel
yang terpisah
Homogen tidak ada Partikel
yang terpisah
Pengujian homogenitas sediaan pasta gigi ekstrak daun mint menunjukan
bahwa pada formula I dan II menghasilkan sediaan yang homogen dan tidak ada
partikel yang terpisah. Sedangkan pada formula III menghasilkan sediaan yang
tidak homogen dan menghasilkan partikel yang terpisah, hal ini karena calcium
carbonate yang terkandung dalam cangkang telur merupakan senyawa organic,
karena HPMC jika tercampur dengan ion organic akan terbentuk endapan yang
tidak larut. menyebabkan terdapat partikel pada sediaan formula III. Hasil uji yang
telah dilakukan menunjukan bahwa ada pengaruh zat pengikat terhadap uji
50
homogenitas, dengan formula I dan formula II menghasilkan hasil yang sama
dengan pasta gigi merk X.
4.3 Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH, langkah awal adalah
sedian seberat 1 gram ditambahkan dengan aquadest 10 ml, kemudian celupkan
kertas pH pada sediaan tersebut dan cocokan dengan hasil pH dengan indikator
pH. Tujuan dilakukannya uji pH yaitu untuk mengetahi keasaman dan mengetahui
sesuai atau tidaknya pH pasta gigi ekstrak daun mint dengan fisiologis pH mulut
yaitu 7,0 dan apabila terdapat perbedaan, pH harus aman digunakan yaitu
memiliki syarat 4,5-10,5 (Rahman, 2009). Apabila nilai pH terlalu asam dapat
mengakibatkan iritasi sedangkan jika terlalu basa mengakibatkan kulit bersisik.
Data yang diperoleh dari hasil peneltian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.7 hasil Uji pH
Formula Uji pH Sediaan
Rata-rata Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I 7 7 7 7
II 7 7 7 7
III 7 7 7 7
Merk X 7 7 7 7
Hasil dari tabel diatas menunjukan bahwa pasta gigi ekstrak daun mint
pada ketiga formula menghasilkan pH yang sama dengan Merk X yaitu 7. Data di
atas menunjukkan bahwa perbedaan zat pengikat tidak berpengaruh pada pH
sediaan pasta gigi.
51
4.4 Uji Viskositas
Pengujian viskositas bertujuan untuk untuk menentukan nilai kekentalan
suatu zat. Semakin tinggi nilai viskositas, semakin tinggi tingkat kekentalan zat
tersebut. Viskositas merupakan parameter yang menyatakan besarnya kekuatan
suatu cairan untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas pasta gigi menyebabkan
pasta gigi akan sulit terdispersi dalam penggunananya, sebaliknya apabila terlalu
rendah akan berpengaruh pada penampilan fisik tidak menarik dan menyebabkan
sediaan pasta gigi tenggelam pada bulu sikat gigi. Data yang diperoleh dari
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Hasil Uji Viskositas
Formula
Uji Viskositas (cp) Sediaan Rata-rata Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I 321,909 315,339 321,909 319,719
II 393,835 393,807 380,708 389,450
II 308,637 302,070 308,659 306,445
Merk X 320,571 327,137 320,618 322,775
Berdasarkan tabel di atas menyatakan bahwa formula I menghasilkan rata-
rata viskositas sebesar 319,719 cp formula II dengan rata-rata 389,450 cp, formula
III dengan rata-rata 306,445 cp. Kemudian hasil viskositas pasta gigi merk X yaitu
menghasilkan rata-rata sebesar 322,775, dan dari ketiga formula tersebut
menunjukan bahwa formula I mempunyai hasil viskositas yang mendekati dengan
merk X, dalam hal tersebut berbanding lurus dengan bentuk fisik pada uji
organoleptis yaitu semakin kental bentuk sediaan, semakin tinggi nilai
viskositasnya. Hasil dihitung statistik menggunakan one way anova dengan taraf
52
kepercayaan 95 %. One way anova digunakan untuk menguji rata-rata sampel.
Syarat dilakukannya uji anova satu arah adalah terdapat perbedaan variasi
konsentrasi dengan sampel lebih dari dua data, dan berupa perhitungan angka.
Tabel 4.9 Hasil Uji Anova Viskositas
ANOVA
Hasil_uji_viskositas
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 11926.452 2 5963.226 207.708 .000
Within Groups 172.258 6 28.710
Total 12098.710 8
Hasil Anova di atas, diketahui F hitung lebih besar dari F tabel yaitu
sebesar 207.708 > 5,143. Nilai signifikan sebesar 0,000 dengan tingkat kesalahan
0,05 dan taraf kepercayaan 95 %. Nilai signifikasi <0,05 sehingga terdapat
pengaruh yang berbeda nyata (signifikan). Kesimpulannya yaitu ada pengaruh
yang berbeda terhadap perbedaan bahan pengikat pada uji viskositas. Viskositas
dipengaruhi oleh waktu alir dan berat jenis suatu zat yang terkandung dalam
sediaan.
4.5 Uji Stabilitas Busa
Uji stabilitas busa dilakukan dengan mengukur tinggi busa yang terbentuk
dari pasta gigi ekstrak daun mint, semakin banyak busa yang dihasilkan akan
53
membuat pembuangan plak dan sisa makanan menjadi lebih mudah. Data yang
diperoleh dari hasil penelitan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.10 Hasil Uji Stabilitas Busa
Formula Uji Stabilitas Busa Sediaan (%)
Rata-rata Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I 50 50 50 50
II 65 60 65 63
III 50 45 48 47
Merk X 30 28 25 27
Tabel di atas menunjukan bahwa ketiga formula menghsilkan stabilitas
busa yang berbeda-beda, pada formula I menghasilkan satbilitas busa dengan
rata-rata 50%, Formula II mengahsilkan stabilitas busa dengan rata-rata 63%, dan
pada formula III menghasilkan stabilitas busa dengan rata-rata 47%. Sedangkan
pada pasta gigi merk X menghasilkan stabilitas busa dengan rata-rata 27%. Hasil
dari ketiga formula menunjukan bahwa formula III menghasilkan stabilitas busa
paling mendekati hasil stabilitas busa pasta gigi merk X, pembentukan busa
tersebut dapat dipengaruhi oleh persentase SLS (sodium lauril sulfat) dan teknik
pengocokan sediaan pada saat uji stabilitas busa.
Tabel 4.11 Hasil Anova Stabilitas Busa
ANOVA
Hasil_uji_stabilitas_busa Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 330.889 2 165.444 6.958 .027
Within Groups 142.667 6 23.778
Total 473.556 8
54
Hasil Anova diatas menunjukan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel
yaitu 6,958 > 5,143. Nilai signifikasi sebesar 0,027 dengan tingkat kesalahan 0,05
dan taraf kepercayaan 95%. Nilai signifikan < 0,05 sehingga terdapat pengaruh
yang berbeda nyata (signifikan). Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh adanya
perbedaan bahan pengikat pada uji stabilitas busa.
4.6 Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kualitas pasta gigi yang
dapat menyebar pada saat digunakan. Daya sebar yang baik dapat menjamin
pelepasan bahan obat yang memuaskan.
Hasil uji daya sebar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.12 Hasil Uji Daya sebar
Formula Uji Daya Sebar Sediaan (cm)
Rata-rata Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I 2,5 2,5 2,6 2,53
II 2 2,2 2 2,06
III 4,5 4,6 4,5 4,53
Merk X 2,5 2,6 2,4 2,50
Tabel diatas menunjukan bahwa ketiga formula menghasilkan daya sebar
yang berbeda-beda, dimana pada formila I menghasilkan daya sebar dengan rata-
rata 2,53, pada formula II menghasilkan daya sebar dengan rata-rata 2,06, dan
pada formula III menghasilkan daya sebar dengan rata-rata 4,53 cm. Sedangkan
pada pasta gigi merk x menghasilkan daya sebar dengan rata-rata 2,5 cm. Hasil
dari ketiga formula menunjukan bahwa formula I menghasilkan daya sebar paling
mendekati hasil daya sebar dari pasta gigi merk X.
55
Tabel 4.13 Hasil Anova Daya Sebar
ANOVA
Hasil_uji_daya_sebar Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 10.602 2 5.301 795.167 .000
Within Groups .040 6 .007
Total 10.642 8
Hasil Anova di atas menunjukan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel
yaitu 795,167 > 5,143. Nilai signifikasi sebesar 0,000 dengan tingkat kesalahan
0,05 dan taraf kepercayaan 95%. Nilai signifikan < 0,05 sehingga terdapat
pengaruh yang berbeda nyata (signifikan). Kesimpulannya bahwa terdapat
pengaruh adanya perbedaan bahan pengikat pada uji daya sebar.
56
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh perbedaan bahan pengikat yang digunakan untuk hasil uji sifat
fisik pasta gigi ekstrak daun mint
2. Bahan pengikat yang menghasilkan sifat fisik paling baik yaitu Na-CMC
karena hasilnya mendekati pasta gigi merk X dilihat dari uji organoleptis,
uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, dan uji daya sebar.
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang efektifitas sediaan pasta gigi
ekstrak daun mint terhadap bakteri Streptococcusmutans
2. Diperlukan pengujian stabilitas sediaan pada penyimpanan jangka waktu
lama
3. Pada proses pengayakan cangkang telur, sebaiknya menggunakan ayakan
yang lebih kecil agar hasil sediaan lebih halus
57
DAFTAR PUSTAKA
Adi, L.. 2007. Terapi Herbal berdasarkan Golongan Darah. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Arisanty, and Anita. 2018. Uji mutu Sediaan Krim Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan variasi Konsentrasi Na Lauril Sulfat. XIV No 1.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Elfiyani, R., Setiadi, N., and Maesaroh, S. 2015. Perbandingan Antara Penggunaan Pengikat dan Humektan Terhadap Sidat Fisik Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Etanol 96 % Daun Sosor Bebek. 12 (2).
Faulian, A.W. 2017. Pengaruh Perbandingan Konsentrasi Kalsium Karbonat Pada sediaan Pasta Gigi Herbal Kombinasi Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L.) dan Daun Mint (Mentha piperata L.) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans. Politeknik Harapan Bersama.
Fessenden, R.., and Fessenden, J.. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Hanani, E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: egc.
Hikmah, N. 2015. Pengaruh Penggunaan CMC-Na, HPMC, MC Terhadap Sifat Fisik Gel Serbuk Kulit Telur Ayam Broiler. Politeknik Harapan Bersama.
Indrayanti, F., Dewi, S.S., and Wardoyo, F.A. 2017. UJI Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Mint (Mentha piperita) Terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumonia. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus). UIN Syarif Hidayatullah.
Karlina, L. 2016. Efektivitas kombinasi Ekstrak Daun Salam dan Daun Mint Sebagai Obat Kumur Alami. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Marlina, D., and Rosalini, N. 2017. Formulasi Pasta Gigi Gel Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus Altilis) Dengan Natrium CMC sebagai Gelling agent dan Uji Kestabilan Fisiknya. 12 No 1.
Mutiara, P.A. 2008. Penetapan Kadar Kalsium Pada Kulit Telur Ayam Ras, Kulit Telur Ayam Non ras dan Kulit Telur Itik Secara Spektrofotometri Serapan Atom. universitas sumatera utara.
58
Nurdianti, L., Annissya, W.., Pamela, Y.., Novianti, E., Audina, M., and Kurniasari, E. 2016. Formulasi Sediaan Pasta Gigi Herbal Kombinasi Ekstrak Daun Sirih ( Piper betle ) dan Kulit Buah Jeruk Lemon (Citrus limon burm f.) Sebagai Pemutih dan Anti septik pada gigi. 16, 177–187.
Nursal, F.K., Indriani, O., and Lida A. Dewantini. 2010. Penggunaan Na-CMC Sebagai Gelling Agent Dalam Formula Pasta Gihi Ekstrak Etanol 70% Daun Jambu Biji (Psidium guajava L). 1, 45–51.
Olii, A.T. 2014. Pengembangan Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Etanol Biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) dengan Penambahan Bubuk Siwak (Salvador persica L.). 15, 1–5.
Pratiwi, F.R.N.I. 2016. Formulasi Sediaan Gel Pasta Gigi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum L.) dan Uji Aktifitas Antibakteri Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahman, D.A. 2009. Optimasi Sediaan Gel Gigi Yang Mengandung Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) dengan Na-CMC sebagai Gelling Agent. UIN Syarif Hidayatullah.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Washington,DC: Pharmaceutical Press.
Rusyanti. 2016. Pengaru Konsentrasi Gliserin Sebagai Humektan Terhadap Sifat Fisik Sediaan Pasta Gigi Minyak Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum). politeknik harapan bersama.
Sandi, E.O. 2012. Perbedaan Penggunaan Bahan Pengikat Na-CMC dan HPMC Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Uji Hedonik Sediaan Pasta Gigi Enzim Papain (Carica papaya l.). Universitas Sebelas Maret.
Sari, R., and Ferdinan, A. 2017. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya. 4, 111–120.
Setyawati, D. 2017. Pengaruh Air Kelapa (Cocos nucifera L.) Terhadap Induksi Tunas Stek Tanaman Peppermint (Mentha Piperata L.). Universitas Lampung.
Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.
Subekti, A., Meilya, I., and Rimbyastuti, H. 2014. Pengaruh Berkumur Rebusan Daun Mint (Mentha Piperita) Terhadap Perubahan pH Saliva. 1, 1–4.
Sukanto. 2012. Metode Pemilihan Pasta Gigi Yang Tepat Untuk Anak Usia Dini. 1.
Susanty, and Bachmid, F. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays L.). 87–93.
Suseno, M. 2013. Sehat Daun Mint.Yogyakarta: Buku Pintar.
59
Voight, R. 1994. Buku Pengantar Terknologi Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Warnida, H., Juliannor, A., and Sukawaty, Y. 2016. Formlasi Pasta Gigi Gel Ekstrak Etanol Bawang Dayak (Eleutherine bulbosa). 3.
Warsy, Chadijah, S., and Rustiah, W. 2016. Optimalisasi Kalsium Karbonat dari Cangkang Telur untuk Produksi Pasta Komposit. 4, 86–97.
Widarsih, E., Mahdalin, A., and Harismah, K. 2017. Formulasi Pasta Gigi Daun Sirih (Piper betle L.) dengan Pemanis Alami Ekstrak Daun Stevia (Stevia rebaudiana). 157–162.
Zulfa, E. 2017. Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Etanol Daun Suji (Pleomele angustifolia NE Brown) Dengan Variasi Konsentrasi Bahan Pengikat CMC-Na : Kajian Karakteristik Fisiko Kimia Sediaan. 35–41.
60
Lampiran 1. Perhitungan Berat Sampel dan Berat Ekstrak
a. Persentase bobot kering ke bobot basah
Berat sampel basah = 669,91 gram
Berat sampel kering = 84,87
Prosentase = 84,87 gram X 100 % = 12,668 % 669,91 gram
b. Perbandingan simplisia dan pelarut
Perbandingan (1:7,5)
Sampel = 84 gram
Etanol 96% = 84 x 7,5 = 630 ml
c. Rendemen ekstrak
Berat sampel = 84 gram
Berat ekstrak = 7,36 gram
Rendemen = 7,36 gram X 100 % = 8,76 % 84 gram
61
Lampiran 2. Formula Pasta Gigi
No Nama Bahan FI
(%)
FII
(%)
FIII
(%)
Range
(%) Fungsi Pustaka
1
ekstrak daun
mint 2 2 2 1-2 Zat Aktif Faulian,2017
2 cangkang telur 30 30 30 20-50 Abrasive Sukanto,2012
3
sodium Lauril
Sulfat 1 1 1 1-2 Surfaktan
Rowe et al.,
2009
4 Na cmc 5 - - 3-6 Zat Pengikat
Rowe et al.,
2009
5 MC - 5 - 1-5 Zat Pengikat
Rowe et al.,
2009
6 HPMC - - 5 2-6 Zat Pengikat
Rowe et al.,
2009
7 methyl paraben 0,18 0,18 0,18 0,015-0,2 Zat Pengawet
Rowe et al.,
2009
8 Propilparaben 0,02 0,02 0,02 0,01-0,02 Zat Pengawet
Rowe et al.,
2009
9 Gliserin 10 10 10 <30 Humektan
Rowe et al.,
2009
10 Aquadest Ad 30
gram
Ad 30
gram
Ad
30
gram - - -
62
Lampiran 3. Perhitungan Formula
a. Ekstrak daun mint = 2% x 30 gram = 0,6 gram x 3 = 1,8 gram
Cangkang telur = 30 % x 30 gram = 9 gram x 3 = 27 gram
Sodium lauril sulfat = 1 % x 30 gram = 0,3 gram x 3 = 0,9 gram
Na-CMC = 5 % x 30 gram = 1,5 gram x 3 = 4,5 gram
Methylparaben = 0,18 % x 30 gram = 0,054 g x 3 = 0,162 g
Propilparaben = 0,02 % x 30 gram = 0,006 g x 3 = 0,018 g
Gliserin = 10 % x 30 gram = 3 gram x 3 = 9 gram
Aquadest = 30 gram x 3= 90 gram
90 g – (1,8+27+0,9+4,5+0,162+ 0,018+9) =
46,62 gram
b. Perhitungan Formula 1 (MC)
Ekstrak daun mint = 2% x 30 gram = 0,6 gram x 3 = 1,8 gram
Cangkang telur = 30 % x 30 gram = 9 gram x 3 = 27 gram
Sodium lauril sulfat = 1 % x 30 gram = 0,3 gram x 3 = 0,9 gram
MC = 5 % x 30 gram = 1,5 gram x 3 = 4,5 gram
Methylparaben = 0,18 % x 30 gram = 0,054 g x 3 = 0,162 g
Propilparaben = 0,02 % x 30 gram = 0,006 g x 3 = 0,018 g
Gliserin = 10 % x 30 gram = 3 gram x 3 = 9 gram
Aquadest = 30 gram x 3= 90 gram
90 g – (1,8+27+0,9+4,5+0,162+ 0,018+9) =
46,62 gram
c. Perhitungan Formula 1 (HPMC)
Ekstrak daun mint = 2% x 30 gram = 0,6 gram x 3 = 1,8 gram
63
Cangkang telur = 30 % x 30 gram = 9 gram x 3 = 27 gram
Sodium lauril sulfat = 1 % x 30 gram = 0,3 gram x 3 = 0,9 gram
HPMC = 5 % x 30 gram = 1,5 gram x 3 = 4,5 gram
Methylparaben = 0,18 % x 30 gram = 0,054 g x 3 = 0,162 g
Propilparaben = 0,02 % x 30 gram = 0,006 g x 3 = 0,018 g
Gliserin = 10 % x 30 gram = 3 gram x 3 = 9 gram
Aquadest = 30 gram x 3= 90 gram
90 g – (1,8+27+0,9+4,5+0,162+ 0,018+9) =
46,62 gram
64
Lampiran 4. Data Pengamatan Uji Viskositas Bola Jatuh
Rumus Volume Bola :
Keterangan : V = volume bola (cm3)
π = 3,14
r = jari-jari bola (cm)
Rumus Berat Jenis Bola :
Keterangan : ρ = massa jenis bola (g/ml)
m = massa bola (g)
v = volume bola (cm3)
Rumus Volume Fluida :
Keterangan :Vf = volume fluida (cm3)
π = 3,14
r = jari-jari fluida (cm)
h = tinggi fluida
Rumus Berat jenis fluida
Keterangan : ρ = berat jenis fluida (g/ml)
m = massa fluida (cm3)
v = volume fluida (cm3)
V bola = 4/3 π r2
Ρ bola = m/v
V fluida = π r2 h fluida
Ρ fluida = m/v
65
Rumus Kecepatan
Keterangan : V = kecepatan
S = jarak
T = waktu
Rumus Viskositas Bola Jatuh :
Perhitungan Viskositas
Perhitungan Viskositas Formula 1 (Na-CMC)
Replikasi 1
Mencari ρf
Berat Pikno kosong = 17,59 gram
Berat pikno + sampel = 45,46 gram
Volume sampel = 25 ml
Massa = berat pikno + sampel – Berat pikno kosong
45,46 – 17,59 = 27,87 gram
V = s/t
�=����(���)
�.�
� = Viskositas (cp) � = jari-jari bola (cm) � = gravitasi (980cm) � = kecepatan (m/s) �� = berat jenis bola (g/ml) �� = berat jenis fluida (g/ml)
66
Ρf = �
�
��,������
����= 1,1148
Mencari ρb
M kelereng = 6,06 gram
D kelereng = 1,2 cm r= 0,6 cm
V kelereng = �
x 3,14x r3
�
x 3,14 x (0,6)3
= 0,90432cm3
Ρb = �
�
&,'&
',�'� � = 6,7011677282
Mencari V
S = 4 cm = 0,04 m
t = 0,49 detik
V = (
)
','�
',��= 0,0816326531
�=����(���)
�.�
�=�(',&)��,�(&,�'//&�����/,//��)
�.','�/& �&� /= 53,6515475636 x 6 = 321,909885382 cp
67
Replikasi 2
Mencari ρf
Berat Pikno kosong = 17,59 gram
Berat pikno + sampel = 45,47 gram
Volume sampel = 25 ml
Massa = berat pikno + sampel – Berat pikno kosong
45,47 – 17,59 = 27,88 gram
Ρf = �
�
��,������
����= 1,1152
Mencari ρb
M kelereng = 6,06 gram
D kelereng = 1,2 cm r= 0,6 cm
V kelereng = �
x 3,14x r3
�
x 3,14 x (0,6)3
= 0,90432cm3
Ρb = �
�
&,'&
',�'� � = 6,7011677282
Mencari V
S = 4 cm = 0,04 m
t = 0,48 detik
V = (
)
0,04
0,48= 0,0833333333
68
Replikasi 3
Mencari ρf
Berat Pikno kosong = 17,59 gram
Berat pikno + sampel = 45,46 gram
Volume sampel = 25 ml
Massa = berat pikno + sampel – Berat pikno kosong
45,46 – 17,59 = 27,87 gram
Ρf = �
�
��,������
����= 1,1148
Mencari ρb
M kelereng = 6,06 gram
D kelereng = 1,2 cm r= 0,6 cm
V kelereng = �
x 3,14x r3
�
x 3,14 x (0,6)3
= 0,90432cm3
Ρb = �
�
&,'&
',�'� � = 6,7011677282
Mencari V
�=����(���)
�.�
�=�(',&)��,�(&,�'//&�����/,//��)
�.','� = 52,5565 x 6 = 315,339 cp
69
S = 4 cm = 0,04 m
t = 0,49 detik
V = (
)
','�
',��= 0,0816326531
Perhitungan viskositas formula 2 (MC)
Replikasi 1
Mencari ρf
Berat Pikno kosong = 17,59 gram
Berat pikno + sampel = 45,58 gram
Volume sampel = 25 ml
Massa = berat pikno + sampel – Berat pikno kosong
45,58 – 17,59 = 27,99 gram
Ρf = �
�
��,������
����= 1,1196
Mencari ρb
M kelereng = 6,06 gram
D kelereng = 1,2 cm r= 0,6 cm
V kelereng = �
x 3,14x r3
�=����(���)
�.�
�=�(',&)��,�(&,�'//&�����/,//��)
�.','�/& �&� /= 53,6515475636 x 6 = 321,909885382 cp
70
�
x 3,14 x (0,6)3
= 0,90432cm3
Ρb = �
�
&,'&
',�'� � = 6,7011677282
Mencari V
S = 4 cm = 0,04 m
t = 0,48 detik
V = (
)
','�
',&'= 0,0666666667
Replikasi 2
Mencari ρf
Berat Pikno kosong = 17,59 gram
Berat pikno + sampel = 45,59 gram
Volume sampel = 25 ml
Massa = berat pikno + sampel – Berat pikno kosong
45,59 – 17,59 = 28 gram
Ρf = �
�
������
����= 1,12
�=����(���)
�.�
�=�(',&)��,�(&,�'//&�����/,//�&)
�.','&&&&&&&&�= 65,639236451 x 6 = 393,835 cp
71
Mencari ρb
M kelereng = 6,06 gram
D kelereng = 1,2 cm r= 0,6 cm
V kelereng = �
x 3,14x r3
�
x 3,14 x (0,6)3
= 0,90432cm3
Ρb = �
�
&,'&
',�'� � = 6,7011677282
Mencari V
S = 4 cm = 0,04 m
t = 0,49 detik
V = (
)
','�
',&'= 0,0666666667
�=����(���)
�.�
�=�(',&)��,�(&,�'//&�����/,/�)
�.','&&&&&&&&�= 65,6345 x 6 = 393,807 cp
72
Replikasi 3
Mencari ρf
Berat Pikno kosong = 17,59 gram
Berat pikno + sampel = 45,58 gram
Volume sampel = 25 ml
Massa = berat pikno + sampel – Berat pikno kosong
45,58 – 17,59 = 27,99 gram
Ρf = �
�
��,������
����= 1,1196
Mencari ρb
M kelereng = 6,06 gram
D kelereng = 1,2 cm r= 0,6 cm
V kelereng = �
x 3,14x r3
�
x 3,14 x (0,6)3
= 0,90432cm3
Ρb = �
�
&,'&
',�'� � = 6,7011677282
Mencari V
S = 4 cm = 0,04 m
t = 0,48 detik
V = (
)
0,04
0,59= 0,0689655172
73
Perhitungan viskositas formula 3 (Hpmc)
Replikasi 1
Mencari ρf
Berat Pikno kosong = 17,59 gram
Berat pikno + sampel = 45,52gram
Volume sampel = 25 ml
Massa = berat pikno + sampel – Berat pikno kosong
45,52 – 17,59 = 27,93 gram
Ρf = �
�
��,� ����
����= 1,1172
Mencari ρb
M kelereng = 6,06 gram
D kelereng = 1,2 cm r= 0,6 cm
V kelereng = �
x 3,14x r3
�
x 3,14 x (0,6)3
= 0,90432cm3
Ρb = �
�
�=����(���)
�.�
�=�(',&)��,�(&,�'//&�����/,//�)
�.','&��&��/��= 63,451333333 x 6 = 380,659 cp
74
&,'&
',�'� � = 6,7011677282
Mencari V
S = 4 cm = 0,04 m
t = 0,48 detik
V = (
)
','�
',��= 0,085106383
Replikasi 2
Mencari ρf
Berat Pikno kosong = 17,59 gram
Berat pikno + sampel = 45,47 gram
Volume sampel = 25 ml
Massa = berat pikno + sampel – Berat pikno kosong
45,52 – 17,59 = 27,93 gram
Ρf = �
�
��,� ����
����= 1,1172
Mencari ρb
M kelereng = 6,06 gram
D kelereng = 1,2 cm r= 0,6 cm
�=����(���)
�.�
�=�(',&)��,�(&,�'//&�����/,//��)
�.',''��/'& � = 51,4395 x 6 = 308,637 cp
75
V kelereng = �
x 3,14x r3
�
x 3,14 x (0,6)3
= 0,90432cm3
Ρb = �
�
&,'&
',�'� � = 6,7011677282
Mencari V
S = 4 cm = 0,04 m
t = 0,49 detik
V = (
)
','�
',�&= 0,086956217
Replikasi 3
Mencari ρf
Berat Pikno kosong = 17,59 gram
Berat pikno + sampel = 45,51 gram
Volume sampel = 25 ml
Massa = berat pikno + sampel – Berat pikno kosong
�=����(���)
�.�
�=�(',&)��,�(&,�'//&�����/,//��)
�.','�&��&�/�= 50,345 x 6 = 302,070 cp
76
45,51 – 17,59 = 27,92 gram
Ρf = �
�
��,������
����= 1,1168
Mencari ρb
M kelereng = 6,06 gram
D kelereng = 1,2 cm r= 0,6 cm
V kelereng = �
x 3,14x r3
�
x 3,14 x (0,6)3
= 0,90432cm3
Ρb = �
�
&,'&
',�'� � = 6,7011677282
Mencari V
S = 4 cm = 0,04 m
t = 0,49 detik
V = (
)
','�
',��= 0,085106383
�=����(���)
�.�
�=�(',&)��,�(&,�'//&�����/,//&�)
�.','��/'& � = 51,443195499 x 6 = 308,659 cp
77
Hasil Uji Viskositas
Formula
Uji Viskositas (cp) Sediaan Rata-rata Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I 321,909 315,339
321,909
319,719
II 393,835 393,807
380,708
389,450
II 308,637 302,070 308,659
306,445
Merk X 320,571 327,137 320,618 322,775
Hasil Anova Uji Viskositas
ANOVA
Hasil_uji_viskositas
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 11926.452 2 5963.226 207.708 .000
Within Groups 172.258 6 28.710
Total 12098.710 8
78
Lampiran 5. Hasil Data Penelitian dan Perhitungan Uji Stabilitas Busa
Formula Data Penelitian Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Formula I (cm)
T awal 1 1 1 T akhir 0,5 0,5 0,5
T awal –T akhir 0,5 0,5 0,5
Formula II (cm)
T awal 2 2 2 T akhir 0,7 0,8 0,7
T awal –T akhir 1,3 1,2 1,3
Formula III (cm)
T awal 2 2 2,5 T akhir 1 1,1 1,3
T awal –T akhir 1 0,9 1,2
Merk X T awal 1,5 2,5 2 T akhir 1 1,8 1,5
T awal –T akhir 0,5 0,7 0,5 Rumus stabilitas busa
12324 − 126ℎ8�
123249100%
Perhitungan Formula I
Replikasi 1
1 − 0,5
0,59100% = 50%
Replikasi 2
1 − 0,5
0,59100% = 50%
Replikasi 3
1 − 0,5
0,59100% = 50%
79
Perhitungan Formula II
Replikasi 1
2 − 0,7
29100% = 65%
Replikasi 2
2 − 0,8
29100% = 60%
Replikasi 3
2 − 0,7
29100% = 65%
Perhitungan Formula III
Replikasi 1
2 − 1
29100% = 50%
Replikasi 2
2 − 1,1
29100% = 45%
Replikasi 3
2,5 − 1,3
2,59100% = 48%
Perhitungan Merk X
Replikasi 1
1,5 − 1
1,59100% = 30%
Replikasi 2
2,5 − 1,8
2,59100% = 28%
80
Replikasi 3
2 − 1,5
29100% = 25%
Hasil Uji Stabilitas Busa
Formula Uji Stabilitas Busa Sediaan (%)
Rata-rata Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I 50
50
50
50
II 65 60
65
63
III 50
45 48
47
Merk X 30 28 25 27
Hasil Anova Stabilitas Busa
ANOVA
Hasil_uji_stabilitas_busa
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 330.889 2 165.444 6.958 .027
Within Groups 142.667 6 23.778
Total 473.556 8
81
Lampiran 6. Hasil Uji Daya Sebar
Formula Uji Daya Sebar Sediaan (cm)
Rata-rata Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
I 2,5 2,5 2,6 2,53
II 2 2,2 2 2,06
III 4,5 4,6 4,5 4,53
Merk X 2,5 2,6 2,4 2,50
Hasil Anova Uji Daya Sebar
ANOVA
Hasil_uji_daya_sebar Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 10.602 2 5.301 795.167 .000
Within Groups .040 6 .007
Total 10.642 8
82
Lampiran 7. Gambar Proses Pembuatan Sediaan Pasta Gigi dan Uji Sifat Fisik
No Gambar Penelitian Ket
1
Penimbangan daun mint
2
Proses pengeringan
3
Proses maserasi daun mint
83
No Gambar Penelitian Ket
4
Proses penguapan daun mint
5
Hasil ekstrak
kental daun mint
6
Uji bebas etanol
84
No Gambar Penelitian Ket
7
Uji identifikasi
minyak atsiri ekstrak daun
mint
8
Proses pecucian cangkang
telur
9
Proses pengovenan cangkang
telur
85
No Gambar Penelitian Ket
10
Proses penghalusan
cangkang telur
11
Proses pengayakan cangkang
telur
87
No Gambar Penelitian Ket
14
Hasil pasta gigi formula I (Na-CMC)
15
Hasil pasta gigi formula
II (MC)
16
Hasil pasta gigi fotmula III (HPMC)
88
No Gambar Penelitiam Ket
17
Uji pH Formula I (Na-CMC)
18
Uji pH formula II
(MC)
19
Uji pH formula III (HPMC)
89
No Gambar Penelitian Ket
20
Uji homogenitas
Formula I (Na-CMC)
21
Uji homogenitas formula II
(MC)
22
Uji homogenitas formula III (HPMC)
90
No Gambar Penelitian Ket
23
Uji Viskositas formula I
(Na-CMC)
24
Uji Viskositas formula II
(MC)
25
Uji Viskositas formula III (HPMC)
91
No Gambar Penelitian Ket
26
Uji stabilitas busa formula I
(Na-CMC)
27
Uji stabilitas busa formula II
(MC)
28
Uji stabilitas busa formula III (HPMC)
92
No Gambar Penelitian Ket
29
Uji daya sebar Formula I (Na-
CMC)
30
Uji daya sebar formula II
(MC)
31
Uji daya sebar formula III (HPMC)
93
CURICULUM VITAE
Nama : Saefurrozaq Romdhoni
Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 23 Januari 1997
Alamat : Desa Setu KecamatanTarub Kabupaten Tegal
E-mail : [email protected]
No HP : 081521711139
Pendidikan
SD : MI Nurul Huda Setu
SMP : SMPN 1 Adiwerna
SMK : SMK Al-Ikhlas Kota Tegal
DIII : Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI : Pengaruh Perbedaan Bahan Pengikat Terhadap uji
Sifat Fisik Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Daun Mint
(Mentha piperata) Dengan Cangkang Telur Sebagai
Abrasive
Nama Orang Tua
Ayah : Syaefudin
Ibu : Djubaedah
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Guru
Alamat Orang Tua
Ayah : Desa Setu Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
Ibu : Desa Setu Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
Top Related