1 | P a g e
TUGAS
HERMENEUTIK PERJANJIAN LAMA II
Yehezkiel 45:9-17
“Rakyat dan Pemimpinnya dalam Pembangunan dan Restorasi”
OLEH:
NAMA: HINNA K. M. A. PRAING
NIM: 12210030
SEMESTER: IV A
DOSEN PA: Pdt. Yulius Rato, M.Th
DOSEN MK: Pdt. W. F. RUKU, M.Th, MA.
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA
KUPANG
2014
2 | P a g e
“Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana
bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat
bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah
karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah
bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan
mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih
setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu
Kusukai, demikianlah firman TUHAN."
(Yeremia 9:23-24)
3 | P a g e
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………………… 1
Ayat Favorit………………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………... 3
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….4
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………. 5
1.1.Latar Belakang……………………………………………………………….. 5
1.2.Tujuan Penulisan…………………………………………………………… 5
1.3. Metode Penulisan………………………………………………………….. 6
1.4. Sistematika Penulisan……………………………………………………… 6
Bab II Pembahasan……………………………………………………………………. 7
2.1. Pengantar Kitab…………………………………………………………. 7
2.1.1. Nama Kitab………………………………………………………. 7
2.1.2. Penulis Kitab……………………………………………………… 7
2.1.3. Waktu Penulisan…………………………………………………. 8
2.1.4. Struktur Kitab……………………………………………………. 9
2.2. Tafsiran…………………………………………………………………… 10
2.2.1. Ayat 9……………………………………………………………… 10
2.2.2. Ayat 10…………………………………………………………… 11
2.2.3. Ayat 11…………………………………………………………….. 11
2.2.4. Ayat 12 ……………………………………………………………. 12
2.2.5. Ayat 13-16………………………………………………………… 13
2.2.6. Ayat 17…………………………………………………………….. 14
2.3. Nilai-nilai Teologis dan Implikasinya…………………………………… 16
Bab III Penutup……………………………………………………………………… 18
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………. 19
4 | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas kasih
setia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Hermeneutik Perjanjian Lama II,
yaitu makalah mengenai Kitab Yehezkiel 45:9-17 dengan baik dan tepat waktu. Tugas ini
diberikan sebagai tugas akhir semester genap untuk memenuhi nilai dari tes akhir semester.
Dari karya tulis ini, penulis berharap bahwa tulisan ini bisa menjadi berguna bagi
banyak orang.
Dalam penyelesaian tugas ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung proses penyelesaian tugas. Ucapan terima kasih ini, penulis
sampaikan kepada:
1. Pdt. W. F. Ruku, M.Th, sebagai dosen pengasuh “Hermeneutik Perjanjian Lama II”
yang juga telah memberikan tugas ini kepada Mahasiswa termasuk penulis;
2. Orang tua dan keluarga, yang selalu mendukung penulis baik melalui doa, dorongan
dan materi guna menunjang penyelesaian tugas ini;
3. Semua saudara terbaik Fateg 12 yang telah memberikan semangat dan banyak
memberikan bantuan bagi penulis sehubungan dengan penyelesaian tugas ini;
Dalam penyelesaian tugas ini penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
penulisa harapkan demi penyempurnaan tugas-tugas yang lain ke depan.
Atas semua kontribusi berupa kritik dan saran dari pihak yang membaca karya ini,
penulis ucapkan terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.
Kupang, 20 April 2014
Penulis
5 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memasuki tahun 2014, bangsa Indonesia sekaligus memasuki suatu tahun politik yang
baru. Tahun ini bangsa Indonesia akan memilih pemimpin-pemimpin barunya dengan
harapan bahwa dalam periode 5 tahun dari sekarang para pemimpin akan memberikan
perubahan dan kesejahtraan bagi bangsa ini.
Seperti tahun-tahun pemilu sebelumnya, penutupan periode kepemimpinan kali ini
diwarnai protes dan penagihan janji-janji para pemimpin. Rakyat menuding pemerintah tak
becus menjalankan roda pemerintahan. Dalam berbagai pemberitaan, media masa selalu
menyorot pemerintah sebagai yang paling salah dan paling bertanggung jawab dari masalah
dan krisis yang dihadapi bangsa ini.
Padahal masalah pembangunan di negeri kita merupakan tanggung jawab bersama
pemerintah dan rakyat. Bagaimana seharusnya kita berpartisipasi untuk membantu
pemerintah mewujudkan visi bersama menuju kesejahtraan bangsa ini?
Yehezkiel 45:9-17 dengan perikop yang diberikan LAI “Tugas Umat TUHAN dan
Tanggung Jawab Raja” berbicara mengenai kesinambungan antara tugas dari umat Tuhan dan
tanggung jawab raja. Bagaimana seharusnya pemimpin Israel (rajanya) menjadi penyalur
keadilan dan kesejahteraan umat Tuhan dan bagaimana sebaliknya umat Tuhan melaksanakan
kewajibannya untuk membantu raja menjaga dan melaksanakan tanggung jawabnya. Inilah
yang membuat saya tertarik untuk mengangkat nats Yehezkiel 45:9-17 untuk dikaji lebih jauh
dengan mengangkat tema “Rakyat dan Pemimpinnya dalam Upaya Restorasi dan
Pembangunan” dalam kaitan dengan isu di atas.
1.2. Tujuan Penulisan
Yang menjadi tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
- Memenuhi Tugas TAS Hermeneutik PL 2
- Menganalisa dan menjelaskan pada pembaca makna kepemimpinan dalam Yehezkiel
45:9-17.
- Menganalisa dan menjelaskan pada pembaca makna tanggung jawab dan tugas Umat
TUHAN dan Raja dalam Yehezkiel 45:9-17.
- Menjelaskan pada pembaca implikasi dari Yehezkiel 45:9-17 terhadap kehidupan
masa kini.
6 | P a g e
1.3. Metode Penulisan
Untuk mencapai tujuan tersebut maka penulis akan menggunakan metode kritik teks
dan historis kritis dan didukung dengan telaah pustaka.
1.4. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan Penulisan
1.3. Metode Penulisan
1.4. Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
2.1. Pengantar Kitab
2.1.1. Nama Kitab
2.1.2. Penulis Kitab
2.1.3. Waktu Penulisan
2.1.4. Struktur Kitab
2.2. Tafsiran
2.2.1. Ayat 9
2.2.2. Ayat 10
2.2.3. Ayat 11
2.2.4. Ayat 12
2.2.5. Ayat 13-16
2.2.6. Ayat 17
2.3. Nilai-nilai Teologis dan Implikasinya
7 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengantar Kitab
Kitab Yehezkiel merupakan kitab yang masuk dalam kelompok kitab nabi-nabi besar
di dalam kanon Ibrani, sesudah Yeremia dan Yesaya. Sekalipun kitab ini masuk dalam kanon
Ibrani, kitab ini masih sering diperdebatkan nilai kanoniknya oleh para sarjana Yahudi oleh
karena ketidaksesuaiannya dengan hukum musa dalam hal susunan ibadah di Bait Allah.1
2.1.1. Nama Kitab
Nama kitab ini adalah dalam BHS adalah laqez>x,y (yekh-ez-kal), Iezekihl
(Iezekiel) dalam LXX, Ezechiel dalam Vulgata, Ezekiel dalam bahasa Inggris dan
Yehezkiel dalam TB LAI. Yehezkiel dalam bahasa Ibrani artinya Allah menguatkan.
Kitab ini diberi nama menurut nama nabi yang bernubuat dalam kitab ini.
2.1.2. Penulis
Banyak sarjana modern berpendapat bahwa penulisan kitab ini bukan oleh
Nabi Yehezkiel namun oleh murid-muridnya. Yehezkiel memang merupakan sumber
lisan dari kitab ini namun yang menuliskannya adalah para murid Yehezkiel.2
Akan tetapi, gaya autobiografi yang seringkali menggunakan kata ganti orang
pertama tunggal menunjukan bahwa Nabi Yehezkiel sendirilah yang menuliskan
kitab-kitab ini dengan menerima kemungkinan bahwa tulisan-tulisan sang nabi
kemudian dikumpulkan, disusun dan diterbitkan oleh murid-muridnya.3
Nabi Yehezkiel adalah anak Imam Busi. Kemungkinan nabi Yehezekiel lahir
sekitar tahun 623-622 sM. Yehezkiel diperkirakan lahir satu tahu sebelum
ditemukannya “kitab Taurat” di Bait Allah yang melatarbelakangi reformasi Yosia
(621 BC, 2 Raja-raja 22-23).4 Panggilan kenabiannya dimulai ketika ia berusia 30
tahun. Sekitar tahun ke 5 pembuangan Yoyakhin, raja Yehuda (592 sM, Yehezkiel
1:1-2). Pelayanannya berlangsung selama 22 tahun, yakni hingga tahun ke 27 masa
pembuangan Yoyakhin (± 571sM, Yeh. 29:17).5 Oleh karena itu Yehezkiel
1 Andrew Hill & John W. Walton, Survey Perjanjian Lama, Cet. 6, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2008. Hlm
559 2 Ibid..... hlm 560 dan D. Guthrie (Ed) dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini I 2,Cet. 6, Jakarta: Yayasan KBK/OMF,
1996. Hlm 507 3 Andrew Hill, ibid...hlm 560
4 Tremper Longman III & Raymond B. Dillard, An Introduction to the Old Testament (2
nd Edition), Grand Rapids:
Zondervan Publishing, 2009, hlm 355 5 Ibid… hlm 354
8 | P a g e
seharusnya menjalani tugasnya sebagai imam pada usia ketika ia diangkut ke
pembuangan. Seiring dengan menjauhnya Yehezkiel dari Yerusalem di mana Bait
Allah berada maka Yehezkiel tidak lagi dapat melaksanakan tugas keimamannya. Di
pembuanganlah ia menerima tugas kenabiannya. Oleh karena itu kitab ini pun sangat
kental dengan hal-hal yang berhubungan dengan keimaman. Ciri ini membuat sang
nabi dipandang sebagai nabi yang mengkombinasikan pandangan keimaman dan
inspirasi kenabian6.
2.1.3. Waktu Penulisan
Diperkirakan kitab ini ditulis sekitar 571-562 oleh karena Yehezkiel tidak
menyampaikan sesuatu pun yang berhubungan dengan pelepasan Yoyakin pada tahun
562. Ada beberapa ucapan-ucapan Yehezkiel yang telah diberi tanggal, yaitu:7
Referensi Ayat Tanggal Menurut
Teks
(hari/bulan/tahun)
Tanggal Menurut
Kalender
Yulianus (sM)
Event
Yehezkiel 1:1 5/4/30 31 Juli 593 Panggilan naratif
1:2 5/4/5 31 Juli 593 Panggilan naratif
8:1 5/6/6 17 September 592 Penglihatan
mengenai kejadian-
kejadian di
Yerusalem
20:1 10/5/7 14 Agustus 591 Para tua-tua datang
untuk meminta
keterangan
24:1 10/10/9 15 Januari 588 Pengepungan
Yerusalem dimulai
26:1 1/-/11 April 587- April
586
Ucapan Ilahi
melawan Tirus
29:1 12/10/10 7 Januari 587 Ucapan Ilahi
melawan Mesir
29:17 1/1/27 26 April 571 Mesir diganti oleh
Tirus
6 Daniel M. O’Hare, Have You Seen, Son of Man?, Atlanta: Society of Biblical Literature,2010, hlm 1
7 Tremper Longaman III & Raymond Dillard, op.cit....hlm 315
9 | P a g e
30:20 7/1/11 29 April 587 Ucapan Ilahi
melawan Firaun
31:1 1/3/11 21 Juni 587 Ucapan Ilahi
melawan Firaun
32:1 1/12/12 3 Maret 585 Ucapan Ilahi
melawan Firaun
32:17 15/-/12 April 586 – April
585
Ucapan Ilahi
melawan Mesir
33:21 5/10/12 8 Januari 585 Pelarian dari
Yerusalem tiba
40:1 10/1/25 28 April 573 Penglihatan tentang
pembaharuan
Yerusalem
2.1.4. Struktur Kitab
Secara garis besar struktur dari Kitab Yehezkiel adalah sebagai berikut:8
a. Penghakiman atas Yehuda dan Yerusalem (Pasal 1-24)
- Panggilan sang nabi (1-3)
- Aksi simbolik tentang penghancuran Yerusalem (4-5)
- Ucapan Ilahi melawan gunung-gunung Israel (6)
- Penghabisan (7)
- Sebuah penglihatan tentang penghakiman di Yerusalem (8-11)
- Ucapan Ilahi tentang dosa-dosa Israel dan Yerusalem (12-24)
b. Ucapan-ucapan ilahi melawan bangsa-bangsa asing. (25-32)
- Amon (25:1-7)
- Moab (25:8-11)
- Edom (25:12-14)
- Filistia (25:15-17)
- Tyrus (26-28)
- Mesir (29-32)
c. Berkat untuk Yehuda dan Yerusalem (33-48)
- Yehezkiel sang Penjaga (33)
8 Tremper Longman III & Raymond Dillard, op.cit hlm 320
10 | P a g e
- Para gembala Israel (34)
- Melawan Edom (35)
- Sebuah nubuatan atas gunung-gunung Israel (36)
- Lembah tulang-tulang kering (37:1-14)
- Dua papan menjadi satu (37:15-28)
- Gog dan Magog (38-39)
- Sebuah penglihatan tentang suatu pembaharuan di Yerusalem (40-48)
Dalam makalah ini yang akan menjadi pokok pembahasan penulis adalah
Pasal 45:9-17 yang masuk dalam bagian penglihatan akan pembaharuan di
Yerusalem.
2.2. Tafsiran
2.2.1. Ayat 9
jP'v.miW Wrysih' dvow" sm'x' laer'f.yI yaeyfin> ~k,l'-br; hwIhy> yn"doa] rm;a'-hK
`hwIhy> yn"doa] ~aun> yMi[; l[;me ~k,ytevorug> WmyrIh' Wf[] hq'd'c.W
(BHS)
Inilah firman Tuhan ALLAH: Cukuplah itu wahai penguasa-penguasa Israel,
hapuslah kekerasan dan aniaya dan laksanakanlah keadilan dan kebenaran,
jauhkanlah tindakan pengusiranmu dari umat-Ku, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
(Terjemahan Pribadi berdasarkan KJV/TP KJV)
Beginilah firman Tuhan ALLAH: "Cukuplah itu, hai raja-raja Israel, jauhkanlah
kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran; hentikanlah
kekerasanmu yang mengusir umat-Ku dari tanah miliknya, demikianlah firman Tuhan
ALLAH. (TB LAI)
Perbandingan: Tidak ada perbedaan dalam ayat ini antara TB LAI dan BHS yang
begitu mencolok selain kata raja dalam LAI yang berbeda dengan BHS yang
menggunakan kata ayfin" yang artinya dalam Bahasa Inggris adalah princes, ruler,
atau governor. Kata-kata itu dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai pangeran,
penguasa, atau gubernur. Penggunaan kata raja bisa merujuk pada raja-raja kecil yang
membawahi suatu provinsi. Jadi bukan pengertian “raja” yang mengepalai suatu
11 | P a g e
kerajaan atau negara. Umpamanya Herodes yang menjadi Raja atas Galilea. Statusnya
hanyalah sebagai wali negeri setingkat dengan gubernur.
Selain itu penulis lebih memilih menterjemahkan kata
Tafsiran: Ayat ini mengungkapkan suatu seruan kepada para penguasa Israel untuk
bertindak secara adil dan tidak memanfaat kekuasaan yang dimilikinya untuk
menindas bangsa Israel.9 Kata “pengusiran” di sini lebih tepat dikaitkan dengan
kewajiban pajak yang berlebihan dan memberatkan rakyat sehingga berakibat rakyat
kehilangan tanah dan hartanya karena ketidakmampuannya membayar pajak. Ini
adalah apa yang terjadi di masa sebelum pembuangan.10
Oleh karena itu ayat ini
menegaskan seruan ini dalam upaya restorasi pemerintahan Israel yang lalim11
(mengingat nats ini pun ada di dalam bagian penglihatan tentang pembaharuan Israel).
2.2.2. Ayat 10
`~k,l' yhiy> qd,c,-tb;W qd,c,-tp;yaew> qd,c,-ynEz>am
(BHS)
“Neraca yang benar, efa yang benar dan bat yang benarlah yang harus ada padamu”
(TP KJV)
“Neraca yang betul, efa yang betul dan bat yang betullah patut ada padamu.”
(TB LAI)
Perbandingan: tidak ada perbedaan antara teks Ibrani dalam BHS dan TB LAI.
Tafsiran: Ukuran-ukuran seperti efa dan bat serta alat ukur neraca bisa jadi
dihubungkan dengan penegakan keadilan. Penghormatan dan penghargaan terhadap
ukuran yang sebenar-benarnya bermaksud untuk mengingatkan agar kebiasaan yang
tidak adil dan dibiasakan di tempat di tempat pembuangan tidak dilanjutkan
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi nenek moyang Israellah yang harus
dilanjutkan dan dibiasakan.12
2.2.3. Ayat 11
rm,xoh; trIyfi[]w: tB'h; rm,xoh; rf;[.m; tafel' hy<h.yI dx'a, !k,To tB;h;w> hp'yaeh
`ATn>Kut.m; hy<h.yI rm,xoh;-la, hp'yaeh' 9 Tonny Craven di dalam Diane Bergant dan Robert Karris, “Tafsir Alkitab Perjanjian Lama”, Yogyakarta:
Kanisius, 2002, hlm 614 10
Adam Clarke, Clarke’s Commentary of Old Testament Vol 4: Isaiah-Malachi, Oregon: Sage Sofware, 1996. Hlm 1071 11
Lht Daniel M. O’Hare, op.cit...hlm 4-5 12
Adam Clarke, op.cit, hlm 1071
12 | P a g e
(BHS)
“Efa dan bat haruslah satu ukuran, satu bat berisi sepersepuluh homer dan satu emat
adalah sepersepuluh homer, ukuran itu ditera dengan homer.”
(TP KJV)
“Sepatutnyalah efa dan bat mempunyai ukuran yang sama yang ditera, sehingga satu
bat isinya sepersepuluh homer, dan satu efa ialah sepersepuluh homer juga; jadi
menurut homerlah ukuran-ukuran itu ditera.”
(TB LAI)
Perbandingan: tidak ada perbedaan antara BHS dan TB LAI.
Tafsiran: Homer merupakan ukuran terbesar untuk satuan/takaran volume bahan
kering dan cair di dalam dunia PL. Efa merupakan ukuran untuk bahan kering
sedangkan bat merupakan ukuran untuk bahan cair. Kedua-duanya memiliki ukuran
volume yang sama yakni 1/10 homer. Memperoleh 1 efa gandum dari 1 homer benih
merupakan simbol kegagalan. Jadi efa tidak boleh dikurangi haruslah pada ukurannya
yang dipatok pada homer.13
Jadi bila dikaitkan dengan perihal keadilan maka dapat
dikatakan bahwa suatu keadilan harus didasarkan pada standar kebenaran tertinggi
yang sebenar-benarnya. Tidak boleh dikurangi. Karena apabila dikurangi maka itu
adalah bahwa gagalnya suatu pemerintahan/kekuasaan berlaku adil.
2.2.4. Ayat 12
hV'mix]w: hr'f'[] ~yliq'v. ~yrIf.[,w> hV'mix] ~yliq'v. ~yrIf.[, hr'GE ~yrIf.[, lq,V,h;w
`ATn>Kut.m; hy<h.yI rm,xoh;-la, hp'yaeh' rm,xoh
(BHS)
“Dan satu syikal seharusnya dua pulu gera: dua puluh syikal, lima syikal, ya lima
syikal dan sepuluh syikal, ya sepuluh syikal, dan lima puluh syikal adalah satu mina”
(TP KJV)
“Bagi kamu satu syikal sepatutnya sama dengan dua puluh gera, lima syikal, ya lima
syikal dan sepuluh syikal, ya sepuluh syikal, dan lima puluh syikal adalah satu mina.”
(TB LAI)
Perbandingan: Tidak ada perbedaan antara teks BHS dan TB LAI.
Tafsiran: Syikal merupakan timbangan berat dasar dan lazim digunakan bangsa
Semitik. Namun syikal memiliki ukuran/takaran yang berbeda-beda di tiap tempat.
13
J. D. Douglas (Ed) dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II (M-Z), Cet-2, Jakarta: Yayasab KBK/OMF, 1996. Hlm 477
13 | P a g e
Ada 3 jenis syikal yang ditemukan dalam PL, yakni Syikal Raja, Syikal untuk bahan
logam dan Syikal Bait Allah atau Syikal Tempat Kudus. Jika memperhatikan
perbandingan ukuran yang dipakai Yehezkiel, yakni 1 syikal=20 gera dan 50 syikal =
1 mina maka dapat dipastikan bahwa syikal yang dimaksud adalah Syikal Bait Allah.
Gera merupakan ukuran berat paling kecil yang standarnya ditetapkan menurut syikal.
Sedangkan mina merupakan ukuran berat emas yang juga didasarkan pada syikal.
Hampir semua ukuran berat di dalam PL didasarkan pada syikal karena syikal
merupakan ukuran standar yang umum digunakan di wilayah bangsa-bangsa Semitik.
Namun standar yang 1 mina=50 syikal merupakan standar yang digunakan di masa
sebelum pembuangan.14
Sehingga berkaitan dengan isu restorasi dan keadilan yang diangkat dalam nats ini
kita bisa menafsirkan bahwa rupanya Yehezkiel menginginkan agar pemerintahan
harus dijalankan berdasarkan standar hukum yang benar. Standar pra-exilik yang
digunakan Yehezkiel dapat menunjukan cita-cita restorasi di dalam Kitab Yehezkiel
khususnya nats ini. Seperti pada ayat 9 yang dimaksudkan untuk mengingatkan
bangsa Israel tidak menggunakan standar dan kebiasaan di pembuangan tetapi standar
yang ditetapkan Allah bagi nenek moyang bangsa Israel. Itu pun bisa kita lihat dari
standar yang digunakan adalah standar Syikal Bait Allah. Memang menurut Klaus
Koch, Yehezkiel berusaha untuk memasukan aturan-aturan dan nilai-nilai keagamaan
dalam hukum pemerintahan Israel. Atau yang dapat saya pahami sebagai
pemerintahan yang berciri khas pemerintahan Ilahi (Teokrasi).15
2.2.5. Ayat 13-16
hp'yaeh' ~t,yViviw> ~yJixih; rm,xome hp'yaeh' tyVivi WmyrIT' rv,a] hm'WrT.h; taz 13
`~yrI[oF.h; rm,xome
hp'yaeh' ~t,yViviw> ~yJixih; rm,xome hp'yaeh' tyVivi WmyrIT' rv,a] hm'WrT.h; taz 14
`~yrI[oF.h; rm,xome
hl'A[l.W hx'n>mil. laer'f.yI hqev.M;mi ~yIt;aM'h;-!mi !aCoh;-!mi tx;a;-hf,w 15
`hwIhy> yn"doa] ~aun> ~h,yle[] rPek;l. ~ymil'v.liw
`laer'f.yIB. ayfiN"l; taZOh; hm'WrT.h;-la, Wyh.yI #r,a'h' ~['h' lK 16
14
J. D. Douglas (Ed) dkk, op.cit.....hlm 473-475 15
Klaus Koch, The Prophets:The Babylonian and The Persian Period, Philadelphia: Fortress Press, hlm 99
14 | P a g e
(BHS)
“13.Inilah persembahan yang kau harus berikan, seperenam efa dari setiap homer
gandum dan seperenam efa dari setiap homer jelai. 14. Ketetapan tentang minyak,
sepersepuluh bat minyak dari setiap kor, yang mana satu kor adalah sama dengan
sepuluh bat 15. Engaku harus mempersembahkan satu domba dari setiap kumpulan
dari 200 ekor milik suatu kaum keluarga Israel, korban bakaran dan korban
perdamaian untuk mengadakan perdamaian bagi mereka, demikianlah firman Tuhan
ALLAH. Semua penduduk negeri haruslah memberi persembahan ini untuk penguasa
Israel.”
(TP KJV)
“13.Inilah persembahan khusus yang kamu harus persembahkan: seperenam efa dari
sehomer gandum dan seperenam efa dari sehomer jelai. 14. Tentang ketetapan
mengenai minyak: sepersepuluh bat dari satu kor; satu kor adalah sama dengan
sepuluh bat. 15. Seekor anak domba dari setiap dua ratus ekor milik sesuatu kaum
keluarga Israel. Semuanya itu untuk korban sajian, korban bakaran dan korban
keselamatan untuk mengadakan pendamaian bagi mereka, demikianlah firman Tuhan
ALLAH. 16. Seluruh penduduk negeri harus mempersembahkan persembahan khusus
ini kepada raja di Israel.”
(TB LAI)
Perbandingan: tidak ada yang berbeda antara BHS dan TB LAI.
Tafsiran: Ayat 13-16 merupakan peraturan persembahan khusus yang harus
diberikan bangsa Israel untuk penguasa Israel. Setelah pada ayar-ayat sebelumnya
berbicara mengenai tanggung jawab penguasa Israel. Maka kali ini Yehezkiel
berbicara mengenai tugas bangsa Israel sebagai umat Allah yang harus dipenuhi
melalui para penguasa Israel. Jadi tidak semata-mata menyoroti tanggung jawab para
penguasa Israel namun juga menekankan bahwa rakyat pun memiliki tugas yang harus
dipenuhi. Persembahan-persembahan khusus merupakan suatu kewajiban yang harus
diberikan pada para penguasa. Pemberian bangsa Israel ini yang kemudian akan
disalurkan dikelola oleh penguasa Israel dalam persembahan-persembahan dan
korban-korban pada setiap perayaan dan bulan-bulan suci Israel (akan dibahas di ayat
17)
2.2.6. Ayat 17
tAtB'V;b;W ~yvid'x\b,W ~yGIx;B; %s,NEh;w> hx'n>Mih;w> tAlA[h' hy<h.yI ayfiN"h;-l[;w
15 | P a g e
hx'n>Mih;-ta,w> taJ'x;h;-ta, hf,[]y:-aWh laer'f.yI tyBe yde[]Am-lk'B
`laer'f.yI-tyBe d[;B. rPek;l. ~ymil'V.h;-ta,w> hl'A[h'-ta,w
(BHS)
“Dan itu akan menjadi bagian penguasa untuk memberikan korban bakaran, korban
sajian dan korban curahan pada perayaan-perayaan, bulan-bulan baru, dan di hari-
hari sabat, di setiap perayaan kaum Israel. Dialah yang harus mempersiapkan
korban penghabus dosa, korban sajian, dan korban bakaran, korban perdamaian,
untuk mengadakan pendamaian bagi kaum Israel.”
(TP KJV)
“Dan rajalah yang bertanggung jawab mengenai korban bakaran, korban sajian,
korban curahan pada hari-hari raya, bulan-bulan baru, hari-hari Sabat dan pada
setiap perayaan kaum Israel. Ialah yang akan mengolah korban penghapus dosa,
korban sajian, korban bakaran dan korban keselamatan untuk mengadakan
pendamaian bagi kaum Israel."
(TB LAI)
Perbandingan: tidak ada perbedaan antara BHS dan TB LAI.
Tafsiran: Korban-korban dalam PL berfungsi sebagai wujud upaya penghapusan
dosa dan pendamaian.16
Dalam PL, pendamaian diperoleh dengan mengadakan
korban-korban. Dan pendamaian dalam PL nampakya tidak dimohonkan dengan cara
lain selain upacara pengorbanan. Kebutuhan akan pendamaian adalah karena manusia
yang “jauh” dari Allah oleh karena dosa-dosanya.
Korban-korban ini disediakan oleh raja/penguasa dan menjadi tanggung jawabnya.
Semua itu berasal dari persembahan/upeti yang diberikan oleh bangsa Israel kepada
raja.17
Nampaklah kesinambungan tanggung jawab raja dan peran rakyat dalam
memenuhi kewajiban mereka pada Allah dan memelihara pendamaian antara manusia
dengan Allah serta antara manusia dan sesama manusia. Bahwa tanpa rakyatnya raja
tidak dapat memenuhi tanggung jawabnya. Dan agar rakyat dapat memenuhi
tugasnya, raja haruslah bertindak adil dan penuh kebenaran.
2.3. Nilai-Nilai Teologis dan Penerapannya di Masa Kini
16
D. Guthrie (Ed) dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 1 (A-L), Cet-8, Jakarta: Yayasan KBK/OMF, 2008. Hlm 580 17
Toni Craven,op.cit,….hlm 614
16 | P a g e
Restorasi yang merupakan cita-cita bangsa Israel juga merupakan cita-cita semua
bangsa di dunia termasuk Indonesia hingga hari ini. Menarik sekali ketika kita berbicara
mengenai restorasi dalam konteks Kitab Yehezkiel. Dalam nats Yehezkiel 45:9-17
menekankan suatu konsep restorasi yang bertitik tolak dari perintah Allah dan bukan apa
yang ditetapkan manusia dan merupakan kebiasaan buruk yang dibiasakan dalam kondisi
yang buruk pula. Untuk mencapai suatu restorasi maka pertama-tama yang harus diingat oleh
para pemimpin adalah keadilan yang seadil-adilnya dan kebenaran yang sebenar-benarnya.
Konsep “efa yang harus diukur menurut homer” menunjukan bahwa suatu keadilan haruslah
didasarkan pada standar tertinggi bukan yang terendah. Ketidakmampuan melaksakan
pemerintahan yang adil menunjukan kegagalan suatu pemerintahan (seperti halnya efa yang
tidak sesuai dengan standar homernya menunjukan kegagalan panen).
Lalu konsep “Syikal Bait Allah” sekali lagi menunjukan bahwa otoritas pemerintahan
apapun harus tunduk otoritas Allah. Yehezkiel tidak menggunakan syikal raja atau syikal
umum yang adalah ukuran standar di tempat pembuangan namun menggunakan standar
syikal Bait Allah yang telah diberlakukan sebelum pembuangan dan merupakan standar
syikal yang ditetapkan di dalam Taurat. Di sini hukum manusia harus tunduk pada hukum
Allah.
Dalam upaya restorasi dan peningkatan kesejahteraan suatu masyarakat, bukanlah
semata-mata hanya menjadi menjadi tanggung jawab pemimpin tetapi merupakan tanggung
jawab bersama. Peran aktif dan partisipasi masyarakat turut menentukan keberhasilan suatu
pembangunan. Hal ini seperti ini bukan saja berlaku dalam pemerintahan, namun juga dalam
gereja. Pengembangan jemaat tidak hanya menjadi tanggung jawab Majelis Jemaat dan
Pendeta saja namun juga bergantung pada partisipasi jemaat. Partisipasi masyarakat/jemaat
dalam pembangunan/pengembangan serta restorasi gereja dan negara bisa bermacam-
macam. Dalam nats yang telah dibahas kita mendapatkan contoh partisipasi masyarakat
mengenai upeti (berupa hasil pertanian, ternak dan lain-lain) kepada raja yang kemudian oleh
raja disalurkan untuk upacara-upacara dan pengorbanan-pengorbanan yang bertujuan untuk
pendamaian dan kesejahteraan rakyat Israel. Di dalam konteks masa kini, tentunya bentuk
upeti yang diberikan tidak lagi dalam bentuk yang sama dengan pada zaman PL. Pemerintah
telah mengatur suatu system perpajakan yang memudahkan masyarakat untuk menyalurkan
“upeti”nya kepada pemerintah untuk kembali disalurkan bagi kesejahteraan bersama.
Tetapi berkaitan dengan restorasi, pemerintah juga diingatkan untuk tidak lalim dan
mengambil apa yang menjadi milik rakyat dengan cara yang tidak sepatutnya. Dalam nats
yang telah dibahas, Allah secara tegas melarang penguasa di Israel untuk tidak mejadikan
17 | P a g e
pajak sebagai beban bagi masyarakat yang akhirnya menjadikan rakyat tidak mampu
berpartisipatif memalui pajak dan bahkan seolah-oleh terusir dari tanahnya karena tidak bisa
menikmati jerih payahnya. Sekarang di dalam upaya restorasi baik di dalam pemerintahan
dan gereja, isu korupsi merupakan isu terhangat. Tentunya kita tidak bisa menutup mata
bahwa dalam pengelolaan keuangan di gereja, korupsi bukanlah isu baru. Ini bahkan sudah
terjadi sejak sebelum abad pertengahan! Korupsi merupakan tindakan mencuri hak milik
rakyat dengan tidak sepatutnya untuk kepentingan pribadi. Ini adalah tindakan tidak
bermoral. Tepatlah kita menggunakan konsep “efa” dalam nats ini untuk menggambarkan
hak rakyat yang tidak bolehlah dikurangi sedikit pun. Sama halnya mengurangi efa sangatlah
tidak dibolehkan, demikian pula mengurangi hak rakyat.
Neraca dapatlah kita gambarkan sebagai wujud keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Apabila rakyat telah memenuhi kewajiban/tugasnya maka adalah tanggung jawab pemerintah
memenuhi apa yang menjadi hak rakyatnya. Demikian sebaliknya untuk raja dapat memenuhi
kewajibannya, ia harus mendapatkan haknya terlebih dahulu.
Berkaitan dengan semua pokok pikiran yang ada di dalam Yehezkiel dalam kaitannya
dengan kehidupan masa kini, perlu sekali kita berbicara tentang peran gereja menghadapi hal-
hal ini. Dalam bukunya “Iman Kristen dan Pancasila”, T. B. Simatupang mencatat bahwa
disamping gereja bergumul tentang hal-hal ke-Tuhan-an, gereja juga turut bergumul tentang
masyarakat di mana gereja itu hidup . Gereja tidak bisa menurut teladan dunia. Tetapi gereja
tidak bisa memisahkan diri dari dunia ini. Di dalam dunia ini dengan harapan-harapan dan
kekecewaan-kekecewaannya, gereja terpanggil untuk mendemostrasikan dan
mengkomunikasikan apa yang menjadi kehendak Allah, apa yang baik dan yang sempurna.18
Apa yang diungkapkan Simatupang ini selaras dengan apa yang dicita-citakan dalam
Yehezkiel 45:9-17, yakni kehidupan berdasarkan apa yang Allah kehendaki dan Allah
tetapkan. Bukan apa yang ditetapkan dunia.
18
T. B. Simatupang, Iman Kristen dan Pancasila, Cet. 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. hlm 89
18 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Kepemimpinan yang sejati adalah kepemimpinan yang menekankan pada keadilan dan
kebenarana serta kejujuran yang ditetapkan menurut standar tertinggi yakni standard yang
ditetapkan oleh Allah.
Keseimbangan pemenuhan hak dan kewajiban merupakan inti dari suatu upaya mencapai
keadilan dalam kehidupan bernegara dan bergereja. Upaya restorasi dan pemenuhan
kesejahteraan gereja dan bangsa adalah tanggung jawab bersama rakyat/jemaat dan
pemimpinnya. Tidak hanya dilimpahkan pada salah satu pihak saja.
Berkaitan dengan keberadaan gereja di dunia ini, maka gereja pun turut berperan dalam
menciptakan kesejahteraan dan mendukung resotorasi yang dilandaskan kehendak Allah dan
bukan kehendak manusia melalui komunikasi dan dialog yang berkesinambungan dengan
jemaat dan pemerintah sebagai unsur-unsur yang berperan langsung dalam upaya itu.
19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Bergant, Diane dan Robert Karris, “Tafsir Alkitab Perjanjian Lama”, Yogyakarta: Kanisius,
2002.
Clarke, Adam, Clarke’s Commentary of Old Testament Vol 4: Isaiah-Malachi, Oregon: Sage
Sofware, 1996.
Douglas, J. D (Ed) dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II (M-Z), Cet-2, Jakarta: Yayasab
KBK/OMF, 1996.
Guthrie, D. (Ed) dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini I 2,Cet. 6, Jakarta: Yayasan KBK/OMF,
1996.
Guthrie, D. (Ed) dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 1 (A-L), Cet-8, Jakarta: Yayasan
KBK/OMF, 2008.
Hill, Andrew & John W. Walton, Survey Perjanjian Lama, Cet. 6, Malang: Penerbit Gandum
Mas, 2008.
Koch, Klaus, The Prophets:The Babylonian and The Persian Period, Philadelphia: Fortress
Press, 1985.
Longman III, Tremper & Raymond B. Dillard, An Introduction to the Old Testament (2nd
Edition), Grand Rapids: Zondervan Publishing, 2009.
O’Hare, Daniel M., Have You Seen, Son of Man?, Atlanta: Society of Biblical Literature,
2010.
Simatupang, T. B., Iman Kristen dan Pancasila, Cet. 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985.
Top Related