LITERATURE REVIEW: PENGARUH PEMBERIAN SERAT
PSYLLIUM TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PADA DEWASA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
ASTRI RATNA SARI
J 310 160 130
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i
HALAMAN PERSETUJUAN
LITERATURE REVIEW: PENGARUH PEMBERIAN SERAT PSYLLIUM
TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PADA DEWASA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
ASTRI RATNA SARI
J310160130
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Dosen Pembimbing :
Dyah Intan Puspitasar i,S.Gz.,M.Nutr
NIK/NIDN : 1467/06-2403-8802
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LITERATURE REVIEW: PENGARUH PEMBERIAN SERAT PSYLLIUM
TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PADA DEWASA
Oleh :
ASTRI RATNA SARI
J 310 160130
Telah diper tahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakar ta
Pada har i Sabtu, 13 Maret 2021
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Dyah Intan Puspitasar i, S.Gz., M.Nutr ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Siti Zulaekah, A., M.Si ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dwi Sarbini, SST., M.Kes ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Irdawati, S.Kep., M.Si. Med
NIK/NIDN. 753/061 805 7001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan
saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 13 Maret 2021
Penulis
ASTRI RATNA SARI
J 310 160 130
1
LITERATURE REVIEW: PENGARUH PEMBERIAN SERAT PSYLLIUMTERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PADA DEWASA
Abstrak
Serat psyllium merupakan jenis serat tidak larut yang diolah dari sekam biji tanaman yangdisebut plantago ovata. Pengaruh kurangnya asupan serat psyllium yang tidak memadaiberkonstribusi pada ketidakteraturan buang air besar dan sembelit. Serat dapat mencegah ataumengurangi adanya konstipasi karena menyerap air saat melalui saluran pencernaan sehinggamampu meningkatkan ukuran feses.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dariserat psyllium terhadap kejadian konstipasi pada orang dewasa yaitu terhadap peningkatankebiasaan buang air besar dan pengurangan sembelit. Artikel dipilih dari database googlescholar dan web jurnal Nutrients dengan kata kunci pencarian “psyllium intake andconstipation” atau “Efek psyllium pada konstipasi” atau “constipation and soluble/insolublefiber” pada dewasa. Kata kunci pertama pada pencarian google scholar dan nutrientdilakukan penyesuaian dengan tema, karakteristik responden, jenis penelitian serta kurunwaktu 10 tahun terakhir (2011-2020) dengan terindeks Scopus Q1-Q4. Pencarian artikellainnya dengan melihat halaman berikutnya, didapatkan 5 artikel dengan tema psyllium dankonstipasi. Kelima artikel yang terpilih paling relevan memuat pemberian psyllium terhadapsubjek konstipasi dengan dosis dan durasi serta bagaimana efek pemberian psyllium terhadapkonstipasi. Artikel dengan terindeks scopus Q1 berjumlah 4, artikel dengan terindeks scopusQ2 berjumlah 1 serta didapatkan artikel dengan tahun 2011, 2016, 2018, dan 2019. Hasilmenunjukkan serat psyllium dengan dosis 3,5 gram, 3,6 gram dan 7 gram secara signifikanberpengaruh terhadap kejadian konstipasi ditunjukkan dengan frekuensi tinja lebih dari3x/seminggu dan konsistensi tinja tidak keras. Psyllium mampu mengatasi kejadian kontipasifungsional dengan meningkatkan frekuensi buang air besar dan konsistensi feses.
Kata kunci: Konstipasi, Serat Psyllium, Dewasa
Abstract
Psyllium fiber is a type of insoluble fiber that is processed from the husks of the seeds of aplant called plantago ovata. The effect of inadequate intake of psyllium fiber contributes toirregular bowel movements and constipation. Fiber can prevent or reduce constipationbecause it absorbs water as it passes through the digestive tract so that it can increase the sizeof the stool. This study aimed to determine the effect of psyllium fiber on the incidence ofconstipation in adults, which is to increase bowel habits and reduce constipation. Articleswere selected from the Google Scholar database and the web journal Nutrients with thesearch keywords of “psyllium intake and constipation” or “Effect of psyllium onconstipation” or “constipation and soluble/insoluble fiber” in adults. The first keywords in theGoogle Scholar and Nutrient search were adjusted to the theme, respondent characteristics,type of research and the last 10 years (2011-2020) indexed by Scopus Q1-Q4. Searching forother articles by looking at the next page, it was found 5 articles with the theme of psylliumand constipation. The five articles that were selected to be the most relevant contained theadministration of psyllium to the constipated subject with the dose and duration and how theeffect of psyllium administration on constipation. Articles indexed to Scopus Q1 included 4articles, articles indexed to Scopus Q2 included 1 article, and articles were obtained for the
2
period of 2011, 2016, 2018, and 2019. The results showed that psyllium fiber with doses of3.5 grams, 3.6 grams and 7 grams significantly affected the incidence of constipation asindicated by the frequency of stools more than 3x/week and the consistency of the stoolswere not hard. Psyllium is able to overcome the incidence of functional constipation byincreasing the frequency of bowel movements and stool consistency.
Key words: Constipation, Psyllium Fiber, Adult
1. PENDAHULUAN
Asupan zat gizi serat yang tidak adekuat atau tidak seimbang dapat menyebabkan kondisi
kesehatan yang buruk dan berpengaruh terhadap konstipasi. Kekurangan kebutuhan zat gizi
juga dapat dipengaruhi adanya pertambahan usia maupun faktor-faktor lainnya. Prevalensi
konstipasi fungsional bervariasi dikarenakan adanya perbedaan antara kelompok jenis
kelamin, umur dan pendidikan yang sangat berpengaruh dengan prevalensi konstipasi
(Basson, 2011). Diseluruh dunia menggunakan kriteria ROMA IV , sekitar 2-31% populasi
dunia dipengaruhi oleh konstipasi fungsional kronis (Sanchez, 2011). Data RSCM pada
periode tahun 1998–2005 menunjukkan sekitar 9% pasien melaporkan adanya konstipasi
(Rajput M dan Saini SK, 2014). Selain itu, Bardosono dan Sunardi melaporkan prevalensi
konstipasi pada pekerja perempuan di Jakarta sebesar 52,9%, sampai saat ini belum ada data
prevalensi konstipasi di Indonesia (PGI, 2010).
Konstipasi masih sulit digambarkan secara pasti karena tidak adanya tes diagnostik
yang objektif. Selama ini diagnosis konstipasi fungsional hanya berdasarkan gejala yang
dilaporkan langsung atau secara subjektif (Andrews C, 2011). Gejala konstipasi berdasarkan
kriteria ROME IV harus memenuhi sedikitnya dua kriteria berikut, yaitu : 1) mengejan
selama lebih dari seperempat waktu defekasi ; 2) kurang dari tiga kali gerakan usus spontan
dalam seminggu atau buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu ; 3) adanya sensasi
obstruksi/rintangan selama mengejan 4) konsistensi feses keras (Christodoulides S et al,2014). Terlepas dari gangguan endokrin, metabolisme, dan neurologis, penyebab paling
umum dari konstipasi fungsional dilaporkan adalah asupan serat yang rendah, hidrasi yang
tidak adekuat dan mobilitas yang berkurang (Leung L, 2011).
Konstipasi dengan gejala yang bertahan dalam jangka waktu yang lama, dapat
menyebabkan diagnosa yang tidak tepat dan penyalahgunaan obat. Selain itu jangka panjang
akibat konstipasi fungsional dapat menimbulkan beberapa komplikasi yaitu : konsistensi
3
feses yang keras pada usus, hemoroid, hipertensi arterial atau peningkatan tekanan darah di
dalam arteri (Setyani, 2012).
Faktor asupan serat menjadi faktor resiko utama terjadinya kejadian konstipasi.
Psyllium adalah jenis serat yang diolah dari sekam biji tanaman yang disebut plantago ovata.
Serat ini dikenal juga dengan nama isphagula. Psyllium tersedia dalam bentuk suplemen.
Suplemen psyllium dapat ditemukan dalam bentuk granul, bubuk, wafer dan kapsul. Psyllium
juga mengandung serat tidak larut air, yang membantu mengondisikan feses menjadi lebih
padat (Lawton, 2013). Mekanisme psyllium sebagai serat yang tidak dapat larut dalam air
menyebabkan psyllium tidak difermenstasi di dalam saluran pencernaan sehingga akan relatif
utuh dan akan mempercepat perjalanan makanan melalui usus untuk segera dibuang. Serat
tidak larut lainnya seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin banyak terdapat pada kelompok
pangan jenis sayuran dan biji-bijian atau polong-polongan (Nazario, 2011).
2. METODE
Sumber data base yang digunakan untuk mencari kelima artikel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah database bereputasi Internasional Scopus (www.scimagolab.com).
Beberapa artikel juga didapatkan dari database Google Scholar dan Nutrient. Artikel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kurun waktu 10 tahun terakhir (2011-2020) dan
didapatkan artikel dengan tahun 2011, 2016, 2018, dan 2019. Artikel dengan terindeks
Scopus Q1 berjumlah empat jurnal dan artikel terindeks scopus Q2 berjumlah satu jurnal.
Beberapa kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel adalah : “constipation” atau
“fiber intake” atau “low fiber intake” atau “psylium and constipation” atau “keberhasilan
pemberian serat”. Pencarian kata kunci dalam artikel menggunakan tanda “ “ agar
mempermudah pencarian artikel yang lebih spesifik sesuai dengan kata kunci yang telah
dituliskan. Kata kunci dituliskan pada pencarian di google scholar maupun di database
nutrient, sehingga muncul jurnal dengan kategori yang diinginkan. Kriteria inklusi : Artikel
yang digunakan pada penelitian ini maksimal 10 tahun terakhir (2011-2020), artikel dalam
Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, artikel dengan jenis penelitian systematic review atau
randomized control trial, terindeks Scopus Q1-Q4, artikel full text, subjek yang digunakan
usia dewasa dan penelitian eksperimental. Kriteria eksklusi : subjek mengkonsumsi obat
pencahar, diet dan analisis yang tidak sesuai.
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berikut hasil data dari artikel-artikel yang telah dirangkum:
Tabel 1. Data Extraction
No Penulis Tujuan Subject Intervensi Desainpenelitian
Dosis/durasi Kelompok
1. Judul :Laxative effects ofwheat bran andpsyllium : Resolvingenduringmisconceptions aboutfiber in treatmentguidelines for chronicidiopatic constipation
Jurnal :Journal of theAmerican Associationof Nurse Practitioners
Penulis :Johnson W, McRorieJr PhD, George C.Fahey
Tujuan :Untukmembandingkanefek dari dua seratterisolasi, wheatbran (gandum kasar)dan psyllium, padapengeluaran tinjadan kadar tinja padapasien dengankonstipasi.
Subjekberusia 50tahun dengankonstipasi
Intervensiyangdiberikan dariserat gandumkasar (wheatbran) danpsyllium
RandomizedControll Trial(RCT)
Dosis gandumkasar (wheatbran) 20gram/haridengan durasi16 minggudan dosispsyllium 7gram/haridurasi 4minggu
Kelompokgandum kasar(wheat bran)dan kelompokpsyllium
2. Judul :Demonstration ofdifferences in colonicvolumes, transit,chyme consistency,
Tujuan adalah untukmengetahuipenggunaanpsyllium terhadapsubjek konstipasi
Subjekberjumlah 20orang berusia>25 tahundengan
Intervensiyangdiberikanyaitupsyllium
RandomizedControll Trial(RCT)
Dosismaltodekstrindanpsyllium 7gram/hari dan
Kelompokperlakuan(psyllium) dankelompokplacebo
5
and response topsyllium betweenhealthyand constipatedsubjects usingmagnetic resonanceimaging
Jurnal :Neurogastroenterology& Motility
Penulis :Major et al (2018)
dan subjek sehat konstipasi 3,5 gram/haridengan durasipemberianselama 6 hari
(maltodekstrin)
3. Judul :Randomized ClinicalTrial :Soluble/Insoluble fiberor psyllium for chronicconstipaton
Jurnal : AlimentaryPharmacology andTerapheutics
Penulis :Askin Erdogan et al(2016)
Tujuan adalah untukmembandingkanefek dari campuranserat atau psylliumpada gejala usus,pada pasien dengankonstipasi, sertadampaknya padaselera, dissolvabilitydan kualitas hidup
Subjekberjumlah 72dengan usia18-75 tahundengan gejalakonstipasikronis
Subjekdiberikanseratcampuran danpsyllium
RandomizedControll Trial(RCT)
Dosisdiberikan 5gramsuplemenseratcampuran dariplum atau 5grampsylliumselama 4minggu.Pemberian2x/ seharisetelah makan
Kelompok MF(mixture fiber)/serat campurandan kelompokpsyllium
4. Judul :Influence of lactitoland psyllium on bowel
Tujuan :Untuk mengevaluasiefek intervensi
Subjekberjumlah172 subjek
Subjekdiberikanlactitol
RandomizedControll Trial(RCT)
Dosis lactitol10 g, psyllium3,5 gram,
Kelompoklactitol,kelompok
6
function in constipateindian volunteera : ARandomizedControlled TrialJurnal : Nutrients
Penulis :Jin Cheng, JuliaTennilla, lotta stenmanet al (2019)
lactitol dan psylliumdengan durasi 4minggu pada fungsiusus relawankonstipasi
relawandengankonstipasi
an psylliumsertakelompok laindiberikanplacebo
kombinasi 10gram lactitoldengan 3,5grampsyllium sertaplacebodengan durasipemberianselama 4minggu
psyllium dankelompokplacebo
5. Judul :Usefulness of psylliumin rehabilitation ofobstructed defecation
Jurnal : Techniques inColoproctology
Penulis :F.Pucciani,M.Raggioli. M.N.Ringressi (2011)
Tujuan :Untuk mengevaluasikegunaan psylliumbila digunakandalam rehabilitasibuang air besar yangterhambat(konstipasi/sembelit)
Subjekberjumlah 45dengan usia>25 tahundengankonstipasiatau buang airbesar yangterhambat
Subjekdiberikanpsyllium sertakelompok laindiberikan dietserat tinggi
RandomizedControll Trial(RCT)
Dosispsyllium 3,6gramsebanyak 2kali per haridan dosis diettinggi serat 30gram perhariselamarehabilitasi
Kelompokpsyllium dankelompok dietserat tinggi
7
Tabel 2. Data ExtractionNo. Judul Ar tikel Hasil Efek dan
Komplikasi lain Data awal Data akhir P value
1. Judul :Laxative effects ofwheat bran andpsyllium : Resolvingenduringmisconceptions aboutfiber in treatmentguidelines for chronicidiopatic constipation
Jurnal :Journal of theAmerican Associationof Nurse Practitioners
Penulis :Johnson W, McRorieJr PhD, George C.Fahey
Psyllium dan dedakgandum kasarmeningkatkan produksitinja, kandungan air tinjadan pelunakan tinja.
Psyllium dapatmenyebabkanperut kembungsedangkan dedakgandum kasar(wheat bran) jikadigiling halusakan menurunkankadar air tinjadanmenyebabkanefek pengerasantinja.
Tidak ada Tidak ada >0,05
2. Judul :Demonstration ofdifferences in colonicvolumes, transit,chyme consistency,and response topsyllium betweenhealthyand constipated
Hasil :Penggunaan psylliumdengan dosis 7 gramselama 6 hari,meningkatkan volumepada kolon. Dosis 7 grampsyllium menyebabkanrata-rata pada individumengalami peningkatan
Tidak adakomplikasi atauefek lain denganpemberianpsyllium
Hasil awalsebelumpemberianpsylliumadalah- Volume
kolonmedian 831mL (IQR
Hasil akhirsetelahpemberianpsylliumadalah- Volume
kolonmedian1104 mL
P<0,05
8
subjects usingmagnetic resonanceimaging
Jurnal :Neurogastroenterology& Motility
Penulis :Major et al (2018)
43%.Peningkatan volumekolon akanmeningkatkan frekuensitinja di dalam usus.
745-934) (847-1316)Kadar air padausus besarsignifikanmengalamipeningkatandibandingkandenganplacebo padafasepostprandial.Frekuensi tinjameningkatsecarasignifikanmenggunakanpsylliumdibandingkandenganplacebo
P<0,001
P<0,05
3. Judul :Randomized ClinicalTrial :Soluble/Insoluble fiberor psyllium for chronicconstipation
Jurnal : AlimentaryPharmacology andTerapheutics
Penulis :
a. (Sebelumpengobatan) Efekpada kebiasaan tinjaantara serat campurandan psylliummengenai distribusikonsistensi tinja,usaha tegang dangejala lainnya tidakberbeda (p = 0,17, p =0,06, p> 0,05masing-masing)
Tidak ada efek Seratcampuran
a.CBSM(1.48±1.77)
b. BSFS(2.68±1.04)
c.Bloating(2.07±0.95)
Psyllium
Seratcampuran
a.CBSM(3.45±2.86)
b. BSFS(2.97±1.18)
c.Bloating(1.62±0.77)
Seratcampurana.CBSM(p<0,0001)b. BSFS(p>0,0388)c. Bloating(p<0,0022)
Psyllium
9
Erdogan, askin et al(2016)
b. Hasil pada minggukeempat seratcampuran danpsyllium secarasignifikan meningkattetapi tidak adaperbedaan antarakedua kelompokdibuktikan nilai (p =0.4)
c. Rata-rata skor tegangmeningkat secarasignifikan pada seratcampuran (p =0,0064) dan psyllium(p = 0,0045) tapisekali lagi tidak adaperbedaan antarakedua kelompok (p =0,6)
d. Konsistensi tinjameningkatditunjukkan dengannilai (p :0,04)
e. Skor kembungmenurun ditunjukkandengan nilai (p :0,02)
f. Mengejan berkurangditunjukkan dengannilai (p :0,006)
g. Secara keseluruhan,67% peserta yang
a.CBSM(1.47±1.78)
b. BSFS(2.76±1.10)
c.Bloating(1.87±0.97)
Psylliuma.CBSM(3.56±3.24)
b. BSFS(3.49±1.40)
c.Bloating(1.47±0.95)
a. CBSM(p<0,0002))
b. BSFS(p>0,0124)
c.Bloating(p>0,0236)
10
menerima seratcampuran melaporkankepuasan ditunjukkandengan peningkatkanfungsi usus merekapada akhirpengobatandibandingkan 63%dari pasien yangmenerima psyllium,dan tidak adaperbedaan yangsignifikan antara duakelompok (p = 0,7)
Secara signifikan bahwapenelitian ini lebihbanyak pasienmelaporkan terjadinyapeningkatan terhadapkejadian konstipasifungsional
4. Judul :Influence of lactitoland psyllium on bowelfunction in constipateindian volunteera : ARandomizedControlled Trial
Jurnal : Nutrients
Lactitol dan psylliummampu meningkatkankonsistensi tinja,frekuensi tinja danmeningkatkan kualitashidup pada subjekkonstipasi.
Penggunaanpsylliummenyebabkanperut kembung.
Tidak ada Tidak ada P<0,01
11
Penulis :Jin Cheng, JuliaTennilla, lotta stenmanet al (2019)
5. Judul :Usefulness of psylliumin rehabilitation ofobstructed defecation
Jurnal : Techniques inColoproctology
Penulis :F.Pucciani,M.Raggioli. M.N.Ringressi (2011)
Hasil :Pasien yang yangmengkonsumsi psylliummengalami penurunannilai CRST (ConsciousRectal SensitivityThreshold) pascarehabilitasi daripadasubjek diet tinggi seratmeskipun jumlah air perminggu tidak meningkatsecara signifikan. Setelahrehabilitasi beberapapasien menjadi bebasgejala dan meningkatkanskor ODS (ObstructedDefecation Syndrome)
Tidak komplikasiselamarehabilitasidenganpemberianpsyllium
Tidak ada dataawal
- Skor skalabentuk tinjamenggunakan bristolkelompokpsyllium
- Skor skalabentuk tinjamenggunakan bristolkelompokdiet serattinggi
P<0,02
P<0,034
12
3.2 Pembahasan
Penelitian ingin melihat pemberian serat psyllium terhadap kejadian konstipasi
fungsional pada subjek. Konstipasi didefinisikan berdasarkan kriteria Roma III
memiliki dari dua atau lebih gejala yang meliputi mengejan saat buang air besar,
pengerasan feses, perasaan evakuasi tidak lengkap, pergerakan buang air besar yang
susah maupun sakit, kurang dari 3 kali buang air besar dalam seminggu atau
pengurangan frekuensi defekasi tanpa menggunakan obat pencahar setidaknya dalam
waktu 3 bulan (Taylor et al., 2015). Risiko konstipasi atau sembelit dipengaruhi olehfaktor kecenderungan genetik, status sosial ekonomi, asupan serat yang rendah,
asupan cairan yang tidak memadai, kurangnya mobilitas, ketidakseimbangan hormon
dan pengaruh dari obat-obatan yang dikonsumsi (Xu L et al, 2014).
Penggunaan psyllium sebagai salah satu serat yang dapat digunakan untuk
mengatasi konstipasi pada usia dewasa yang mengalami kekurangan serat. Psyllium
memiliki interaksi yang signifikan dengan air dan tidak memiliki kapasitas menahan
air yang cukup dalam usus besar, namun serat ini dapat secara signifikan
meningkatkan kadar air tinja (melunakkan tinja) dan massa tinja. Metabolisme serat
secara fermentasi (melalui aksi mikrobiota usus) bahwa dari sebagian besar serat
makanan terjadi di saluran pencernaan sampai batas tertentu, fermentasi serat larut
cenderung terjadi lebih mudah daripada untuk serat yang tidak larut (Taghipoor et al,
2014).
Serat meningkatkan konsistensi feses yang cukup lunak, namun dengan efek
yang tergantung dosis dan durasi selama pemberian. Bahwa psyllium menunjukkan
efek lebih besar pada konsistensi feses, peningkatan kadar air feses dan kadar asetat
dibandingkan dengan prebiotik (GOS dan inulin) (Canani et al, 2011).Pemberian psyllium pada individu dewasa dengan beragam dosis dan durasi
yang digunakan. Dosis dan durasi psyllium secara keseluruhan artikel yaitu 7
gram/hari selama 4 minggu, 7 gram/hari selama 6 hari, 5 gram/hari sebanyak 2 kali
konsumsi selama 4 minggu, 3,5 gram/hari selama 4 minggu dan 3,6 gram/hari
sebanyak 2 kali konsumsi selama 4 minggu dapat meningkatkan frekuensi feses
dengan ukuran efek yang besar, meningkatkan produksi tinja dan pelunakan air tinja.
Mekanisme psyllium sebagai pembentuk gel tidak difermentasi dalam usus sehingga
tetap utuh dan ada di seluruh usus besar dan menimbulkan efek pelunakan tinja keluar
sebagai konsekuensi langsung dari kemampuannya untuk membentuk gel dan
13
menahan beratnya berkali-kali dalam air yang menahan dehidrasi di usus besar
(Attaluri et al, 2011).Menurut penelitian (Mark L, 2013) menemukan bahwa pada subjek yang
mengalami konstipasi, 2 kali sehari porsi psyllium sama efektifnya dengan 2 porsi
harian plum untuk meningkatkan frekuensi tinja dan meningkatkan konsistensi feses.
Psyllium dianggap sebagai obat pencahar yang ringan dan secara alami mampu
memperlancar pada proses pencernaan. Namun, psyllium juga memiliki efek samping
setelah pemberian yaitu perut kembung atau gas berlebih pada efek kebiasaan tinja
(Erdogan et al, 2016).
Menurut (Lawton,2013) menyatakan bahwa antara serat campuran dan
psyllium mengalami peningkatan yang signifikan namun tidak perbedaan antara
kedua kelompok. Istilah psyllium digunakan untuk kerak, biji dan seluruh tanaman.
Ini dianggap sebagai sumber yang baik untuk serat larut dan tidak larut. Kandungan
serat larutnya hampir delapan kali lebih banyak daripada dedak oat. Selain menjadi
bagian dari formulasi serat, suplemen psyllium juga dapat ditemukan dalam bentuk
granul, bubuk, wafer, dan kapsul. Bagian terpenting, karena psyllium mengandung
peningkatan jumlah gram serat larut untuk gram dibandingkan dengan sumber seperti
dedak oat, penggunaannya dapat membantu memenuhi rekomendasi serat makanan
harian dengan lebih mudah (Lawton, 2013)
Berdasarkan penelitian pada artikel ini bahwa pemberian psyllium dengan
dosis 7 gram selama 6 hari berpengaruh terhadap konstipasi yaitu pada gejala
penurunan frekuensi tinja dan perasaan evakuasi yang tidak lengkap lebih signifikan
pada kelompok psyllium dibandingkan kelompok serat campuran. Penggunaan
psyllium dan serat campuran pada penelitian tidak terdapat efek samping selama
pengobatan. Kedua kelompok serat campuran dan psyllium sama efektif dalam
meningkatkan jumlah buang air besar secara spontan lengkap setelah 4 minggu
pengobatan pada subjek dengan konstipasi fungsional ringan sampai sedang (Erdogan,
2016)
Menurut penelitian (Kelsay et al, 1978 dalam Mark L,2013) menunjukkan
bahwa peningkatan asupan buah dan sayuran utuh secara signifikan mengurangi
waktu transit tinja dalam 14 jam, meningkatkan jumlah buang air besar harian
diabandingkan dengan 100% jus buah dan sayuran. Serat larut sedang yang
terkandung dapat difermentasi dalam buah utuh dapat secara efektif meredakan gejala
14
sembelit contohnya buah mangga yang dikonsumsi sebanyak 300 gram atau 2
porsi/hari, , sekitar 5 g serat mangga, secara signifikan mengurangi skor sembelit total
(termasuk frekuensi buang air besar, kesulitan / tegang untuk mengungsi, nyeri saat
evakuasi, sakit perut, upaya evakuasi harian, dan durasi sembelit) sebesar 60% pada
orang dewasa yang mengalami konstipasi kronis dibandingkan dengan baseline.
Asupan harian dari 2 porsi buah kaya serat dapat meningkatkan keteraturan dan
membantu melindungi dari sembelit (Venancio et al, 2018 dalam Mark L,2013).
Pemberian serat psylium yang dapat memperbaiki gejala konstipasi fungsional
yaitu dari serat larut seperti psyllium. Pemberian serat disarankan dibandingkan
dengan pemberian obat pencahar. Namun, pemberian obat pencahar yang sering telah
dilaporkan menyebabkan efek samping. Perubahan gaya hidup seperti aktivitas fisik
dan peningkatan asupan cairan atau serat makanan diterima sebagai metode yang
efektif untuk meredakan gejala sembelit tanpa efek samping. Serat makanan larut
menyerap air untuk membentuk gel viskositas dan difermentasi oleh bakteri di usus
besar. Selain itu, serat makanan yang tidak larut berperan sebagai bulking agent untuk
meningkatkan jumlah feses.
4. PENUTUP
Pemberian serat psyllium pada usia dewasa dengan dosis 3,5 gram/hari, 3,6 gram
2x/hari, 5 gram 2x/hari dan 7 gram/hari durasi rata-rata selama 4 minggu mampu
mengurangi konstipasi. Psyllium tidak difermentasi di dalam saluran pencernaan
sehingga akan relatif utuh dan akan mempercepat perjalanan makanan melalui usus
untuk segera dibuang dan mampu meningkatkan frekuensi buang air besar. Psyllium
meningkatkan frekuensi buang air besar lebih dari 3x/semingu pada subjek dewasa.
Psyllium meningkatkan pelunakan air tinja sehingga mampu meningkatkan
konsistensi feses di dalam usus. Saran penelitian ini adalah perlunya peningkatan
asupan serat baik penggunaan psyllium sebagai salah satu pencegahan kejadian
konstipasi. Selain itu pentingnya konsumsi biji-bijian sebagai sumber serat setara
dengan serat 25 gram/hari sehingga dapat mengurangi angka kejadian konstipasi pada
usia dewasa.
15
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, C dan Storr, M. 2011, ‘The pathophysiology of chronic constipation’, Can JGastroenterol, Vol.25 (suppl B):16B–21B.
Attaluri, A, Donahoe, R, Valestin, J, Brown, K & Rao, S.. 2011, ‘Randomised clinical
trial: Dried plums (prunes) vs. psyllium for constipation’, Alimentary
Pharmacology Therapheutic, hh 822–828.Basson, D & March, MD, 2011, Constipation, Medscape Reference
Canani, RB, Costanzo, MD, Leone, L, Pedata, M ,Meli, R, & Calignano, A, 2011,
‘Potential beneficial effects of butyrate in intestinal and extraintestinal disease’,
Journal Gastroenterology, vol.17, hh.1519–1528.Christodoulides, S, Dimidi, E, Fragkos, KC, McLean, PG, Aziz Q, Whelan K, et al,
2014, ‘The Effect of Fibre on Chronic Constipation in Adults: A Systematic
Review’,Gut, vol. 63(suppl 1), hh. A206–A207.
Eva, F, 2015, Prevalensi Konstipasi Dan Faktor Risiko Konstipasi Pada Anak, Tesis,Denpasar,Program Pascasarjana. Universitas Udayana.
Erdogan, A, Rao, SC, Thiruvaiyaru, D, Lee, YY, Adame, EC, Valestin, J, et al,2016, ‘Randomized clinical trial : mixed soluble/insoluble fibre vs psyllium for
chronic constipation’, Food Pharmacology, vol.44, hh. 35–44.F,Pucciani, M,Raggioli. M.N, Ringressi, 2011, ‘Usefulness of psyllium in
rehabilitation of obstructed defecation’, Techniques in Coloproctology, vol.15,hh. 377-383.
Isakov, V, Pilipenko, V, Shakhovskaya, A, & Tutelyan, V,2013, ‘Efficacy of
inulin-fortified yogurt on bowel habits in patients with irritable bowel syndrome
with constipation: a pilot study’, FASEB J, vol. 27, hh. 426.
Jin, Cheng, Julia, Tennilla, lotta, stenman, et al ,2019, ‘Influence of lactitol and
psyllium on bowel function in constipate indian volunteera : A Randomized
Controlled Trial’, Nutrients, vol.11
Johnson, W, McRorie, Jr PhD, George,C. Fahey et al,2019, ’Laxative effects of wheat
bran and psyllium : Resolving enduring misconceptions about fiber in treatment
guidelines for chronic idiopatic constipation’, Journal of the AmericanAssociation of Nurse Practitioners, vol.32(1)
16
Kassolik,K,Waldemar, A,Iwona,W,Marcin, B, Kamila et al, 2015, ‘The Effectiveness
of Massage Based on The Tensegrity Principle Compared with Classical
Abdominal Massage Performed on Pattient with Constipation’, Archives of
Gerontology and Geriatrics, vol.61, hh.202–211.Kelsay, J, Behall, KM & Prather, E.S, 1978, ‘Effect of fiber from fruits and
vegetables on metabolic responses of human subjects. Bowel transit time,
number of defecations, fecal weight, urinary excretions of energy and nitrogen
and apparent digestibilities of energy, nitrogen, and fat’, American Journal OfClinical Nutrition, vol.31, hh.1149–1153.
Kemenkes, RI, 2018, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dilihat 3 Mei 2021,
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
Lawton,CL, Walton,J, Hoyland A, et al, 2013, ‘Short term (14 days) consumption of
insoluble wheat bran fibre-containing breakfast cereals improves subjective
digestive feelings, general wellbeing and bowel function in a dose dependent
manner’, Nutrients, vol.13, hh.1436–1455.
Leung, L, Riutta, T, Kotecha, J & Rosser, W, 2011, ‘Sembelit kronis: ulasan berbasis
bukti’, Journal Of The American Board Of Family Medicine, vol.24 (4),
hh.436-451.
Major, K,K,Murray, G,Singh, A,Nowak, C.L,Hoad, et al, 2018, ‘Demonstration of
differences in colonic volumes, transit, chyme consistency, and response to
psyllium between healthy and constipated subjects using magnetic resonance
imagine’, Neurogastroenterology & Motility.Markland, AD, Palsson, O & Goode, PS, 2013, ‘Association of low dietary intake of
fiber and liquids with constipation: evidence from the National Health and
Nutrition Examination Survey’, American Journal Gastroenterology, vol.108,
hh.796–803.
McRorie, JW & McKeown, NM, 2017,’Understanding the Physics of Functional
Fibers in the Gastrointestinal Tract: An Evidence-Based Approach to Resolving
Enduring Misconceptions about Insoluble and Soluble Fiber’. Journal Academy
Nutrient Diet, vol.117, hh.251–264.Nazario, B, 2011, ‘Dietary fiber: insoluble vs soluble’, WebMD, [last update 2010
October 29; accessed].
17
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), 2010, Konsensus NasionalPenatalaksanaan Konstipasi di Indonesia, Jakarta PGI.
Rajput, M, & Saini, SK, 2014,‘Prevalence of constipation among the general
population: a community-based survey from India’, Gastroenterol Nurs,vol.37(6), hh. 425–429.
Randal, B, cavita, K, & Franka Neumer, 2017, ‘Oligofructose Provides Allowance for
Aberrations Associated with low fiber intake’,Nutrient.
Sanchez, MI, & Bercik, P, 2011, ‘Epidemiology and the burden of cronic
constipation’,Canadian Journal Of Gastroenterology and Hepatology, vol. 25
Suppl B, hh. 11B-15B.
Taylor, M, Caroline, Northstone, K.,Wernimont, M, & Emmet, M, 2015, ‘Picky
Eating in Preschool Children : Associations With Dietary Fibre Intakes And
Stool Hardness’,Appetite, vol.100, hh. 263-271.
Setyani, F.A.R, 2012, ‘Dampak Minuman Probiotik dalam Upaya PencegahanKonstipasi pada Pasien Infark myocar di RSPAD Gatot Subroto’,. Jakarta,
Universitas Indonesia.
Taghipoor, M, Barles, C, Georgelin, J, Licois, P, & Lescoat, 2014, ‘Digestion
modeling in the small intestine ; impact of dietary fiber’, Math Biosci, vol.258,hh.101-112.
U.S. Department of Agriculture (USDA), 2013, USDA National Nutrient Database
for Standard Reference, Release 26, Nutrient Data Laboratory, dilihat 3 Mei
2021, <http://www.ars.usda.gov/ba/bhnrc/ndl>.
Venancio, V.P, Kim, H, Sirven, M.A, Ekwe, C.D, Honvoh, G, Talcott, S.T,et al, 2018,
‘Polyphenol-rich mango (Mangifera indica L.) ameliorate functional
constipation symptoms in humans beyond equivalent amount of
fiber’,Molecular Nutrition & Food Research, vol.62.Xu, L, Yu,W, Jiang, J, & Li, N, 2014, ‘Clinical benefits after soluble dietary fiber
supplementation: A randomized clinical trial in adults with slow-transit
constipation’,Zhonghua Yi Xue Za Zhi, vol.94, hh.3813–3816.
Yang J, Wang, HP, Zhou, L & Xu, CF, 2012, ‘Effect of dietary fiber on constipation:
A MetaAnalysis’, World Journal Of Gatroenterology, vol. 18(48),
hh.7378–7383
Top Related