51
PENGARUH DIVIDEN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA RETURN ON ASSETS,
DEBT TO EQUITY RATIO, DAN CURRENT RATIO DENGAN HARGA SAHAM
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
ZUWINA MIRAZA
Dosen Tetap STIE Harapan Medan
ABSTRACT
The purpose of this study is to empirically analyze the effect of accounting variables – current ratio, return on assets, debt to equity ratio, and dividend – on stock prices of the mining
companies registered on Indonesian Stock Exchange between 2008 - 2010. Purposive sampling
technique was used in terms of colected samples. There was thirty one mining companies registered on Indonesian Stock Exchange, but only twelve companies involved in this study based
on criterias, published audited and comprehensive income statement also provide dividend
annually from 2008 to 2010. This study used multiple regression in two way analysis model with level of significance 5%.
The result shows that: (1) current ratio, return on assets, and debt to equity ratio
simultaneously and significantly effect dividend; (2) partially only return on asset give significant effect to dividend, while current ratio and debt to equity ratio did not give significant effect to
dividen; (3) current ratio, return on asset, and debt to equity ratio simultaneously and significantly
effect stock price; (4) partially only return on asset give significant effect to stock price; (5) return on asset directly and indirectly effect stock price, however dividend give higer impact to stock
price.
Keywords: Current Ratio, Return on Assets, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Stock
Price
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini pasar modal di Indonesia telah
menjadi suatu lembaga investasi yang
berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini
dikarenakan pasar modal memiliki fungsi
ekonomi, yaitu menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki
kelebihan dana (investor) kepada pihak yang
membutuhkan dana (perusahaan). Pasar
modal menjadi wadah alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana guna
menjalankan dan mengembangkan usahanya
selain melalui lembaga keuangan. Sebagai efeknya yang terjadi di pasar modal, harga
saham selalu mengalami fluktuasi.
Turunnya permintaan konsumen terhadap produk manufaktur, terutama di
negara-negara industri, berpengaruh pada
pengurangan permintaan bahan baku industri
seperti logam dan energi. Kondisi ini menyebabkan turunnya permintaan produk
pertambangan yang begitu besar karena daya
beli konsumen industri melemah tanpa diikuti
pengurangan produksi atau pasokan dari para produsen pertambangan. Krisis ekonomi
global yang terjadi pada tahun 2008 dan
anjloknya harga komoditas telah meluruhkan keuntungan perusahaan-perusahaan
pertambangan. Menurut survey
Pricewaterhouse Coopers, laba perusahaan-perusahaan tambang publik pada tahun 2008
melorot 33% dibandingkan laba mereka
tahun 2007, hal ini menurunkan rasio
profitabilitas (Rubiyantoro dkk, 2009).
Secara teoritis fluktuasi harga saham
tergantung pada penawaran dan permintaan
akan saham. Harga saham perusahaan mencerminkan juga nilai perusahaan. Jika
suatu perusahaan mencapai prestasi baik,
maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh investor. Menurut Ang
(1997) ada dua faktor yang mempengaruhi
return suatu investasi yaitu pertama, faktor
internal perusahaan seperti kualitas dan reputasi manajemennya, struktur
Jurnal e-maksi Harapan
Vol. 1, No. 1, Februari 2013
51 - 66 Jurnal e-maksi Harapan Februari
52
permodalannya, struktur hutang perusahaan, dan sebagainya, kedua adalah menyangkut
faktor eksternal, misalnya pengaruh
kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, faktor ekonomi misalnya
terjadinya inflasi, dan sebagainya.
Faktor internal tersebut digambarkan melalui laporan keuangan perusahaan, yang
memuat lima macam rasio keuangan, antara
lain; rasio likuiditas yaitu rasio yang
mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva
lancar relatif terhadap hutang lancarnya.
Kedua rasio solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi segala kewajiban jangka panjang.
Ketiga, rasio profitabilitas yaitu rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Keempat, rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur seberapa jauh efektivitas
perusahaan dalam mengerjakan sumber
dananya. Kelima adalah rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar saham
relatif terhadap nilai bukunya.
Selain mengacu kepada kinerja
perusahaan yang tergambar pada laporan keuangan, investor juga mengharapkan
pertumbuhan dividen yang stabil. Sesuai
dengan pendapat Brigham dan Houston (2006) yang menyatakan bahwa manajer
percaya bahwa investor lebih menyukai
perusahaan yang mengikuti dividend payout ratio yang stabil. Kebijakan dividen pada
hakikatnya adalah suatu keputusan untuk
menentukan berapa besarnya bagian
pendapatan perusahaan yang akan dibagikan pada pemegang saham. Dalam menetapkan
kebijakan dividen, manajer keuangan
dihadapkan pada keputusan penggunaan keuntungan yang diperoleh, akan dibagikan
dalam bentuk dividen atau ditahan untuk
keperluan tambahan investasi atau kombinasi
keduanya (Yuningsih dan Kolmi, 2002). Besarnya dividen dapat dilihat dari rasio
pembayaran dividen atau dividend payout
ratio (DPR), yaitu persentase dari laba setelah pajak yang dibagikan kepada
pemegang saham.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011), Nurmala
(2006) meneliti mengenai keterkaitan antara kebijakan dividen terhadap harga saham pada
perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, hasilnya mengindikasikan bahwa kebijakan dividen tidak
mempengaruhi harga saham.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan
dividen antara lain profitabilitas, likuiditas,
dan solvabilitas perusahaan. Menurut Ang
(1997), profitabilitas merupakan faktor pertama yang menjadi pertimbangan direksi
dalam membayarkan dividen. Peningkatan
profitabilitas dapat tercermin dari meningkatnya ROA (Return on Assets) yang
kemudian diharapkan akan meningkatkan
kemampuan perusahaan dalam membayarkan
dividen. Faktor kedua yang mempengaruhi pembayaran dividen adalah rasio likuiditas.
Salah satu ukuran dari likuiditas perusahaan
adalah CR (Curent Ratio). CR merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Semakin tinggi CR menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (Brigham dan
Houston, 2006). Faktor ketiga adalah DER
(Debt to Equity Ratio), Brigham dan Houston (2006) berpendapat bahwa kontrak hutang
biasanya membatasi pembagian dividen dari
laba yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena pembayaran hutang dan bunga akan
didahulukan dari pada pembayaran dividen,
sehingga bagian laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen akan menjadi
semakin kecil.
Rumusan Masalah
Uraian latar belakang masalah di atas
menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan dan
dividen terhadap harga saham masih sangat
bervariatif. Mengingat laba, leverage dan
dividen masih menjadi perhatian yang penting bagi investor maka penelitian ini
ingin menganalisis kembali temuan
penelitian sebelumnya dari sudut fundamental perusahaan, yaitu rasio yang
terdapat dalam laba (profitabilitas), leverage,
juga rasio likuiditas terhadap harga saham perusahaan-perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI.
2013 Zuwina Miraza
53
Dengan demikian rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Apakah variabel CR, ROA, dan DER berpengaruh signifikan terhadap
dividen?
2. Apakah variabel CR, ROA, dan DER
berpengaruh signifikan terhadap
harga saham?
3. Apakah variabel variabel CR, ROA,
dan DER berpengaruh tidak langsung
terhadap harga saham melalui variabel dividen?
4. Apakah model penelitian fit dengan data?
TINJAUAN PUSTAKA
Current Ratio Terhadap Dividen
Likuiditas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban finansial untuk membayar kewajiban
finansial jangka pendek tepat pada waktunya.
Likuiditas perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum
mengambil keutusan untuk menetapkan
besarya dividen yang akan dibayarkan
(Riyanto, 2001). Karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka
semakin besar likuiditas perusahaan secara
keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Salah
satu ukuran rasio likuiditas adalah dengan
menggunakan current ratio (CR).
Pengaruh ROA Terhadap Dividen
Daya tarik utama bagi pemilik
perusahaan (pemegang saham) dan para calon investor dalam suatu perusahaan adalah
profitabilitas. Hanafi (2004) menyatakan
bahwa profitabilitas mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen karena dividen
dibagikan dari keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan, maka besarnya
keuntungan tentu akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan.
Dengan kata lain profitability mempengaruhi
hubungan yang positif.
Pengaruh DER terhadap Dividen
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan hutang) terhadap total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Faktor ini
mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan
semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin
tinggi kemampuan perusahaan memenuhi
kewajibannya.
Peningkatan utang akan
mempengaruhi tingkat pendapatan bersih
yang tersedia bagi pemegang saham, artinya
semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan
perusahaan membayar deviden (Sudarsi
dalam Marlina dan Danica, 2009). Oleh karena itu, semakin rendah DER akan
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajibannya.
Pengaruh CR Terhadap Harga Saham
Current Ratio yang rendah akan menyebabkan terjadi penurunan harga pasar
dari harga saham yang bersangkutan.
Sebaliknya Current Ratio terlalu tinggi juga belum tentu baik, karena pada kondisi
tertentu hal tersebut menunjukkan banyak
dana perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan.
Current Ratio yang tinggi dapat
disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual,
yang tentunya tidak dapat digunakan secara
cepat untuk membayar hutang. Disisi lain perusahaan yang memiliki aktiva lancar yang
tinggi akan lebih cenderung memiliki aset
lainnya dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa
mengalami penurunan nilai pasarnya (menjual efek). Perusahaan dengan posisi
tersebut sering kali terganggu likuiditasnya,
sehingga investor lebih menyukai untuk membeli saham-saham perusahaan dengan
nilai aktiva lancar yang tinggi dibandingkan
perusahaan yang mempunyai nilai aktiva lancar yang rendah (Ang, 1997).
51 - 66 Jurnal e-maksi Harapan Februari
54
Semakin besar current ratio yang dimiliki menunjukkan besarnya kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga perfomance
kinerja perusahaan yang pada akhirnya
mempengaruhi performance harga saham. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada
investor untuk memiliki saham perusahaan
tersebut sehingga dapat meningkatkan return
saham.
Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham
Return on Assets (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan
dengan total aset yang dimiliki oleh
perusahaan (Brigham dan Houston, 2006).
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang
mejadi hak pemilik modal sendiri (saham).
ROA adalah rasio yang memberikan informasi pada para investor tentang seberapa
besar tingkat pengembalian modal dari
perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba.
Semakin besar nilai ROA maka
tingkat pengembalian yang di harapkan
investor juga besar. Semakin besar nilai ROA maka perusahaan dianggap semakin
menguntungkan oleh sebab itu investor
kemungkinan akan mencari saham ini sehingga menyebabkan permintaan
bertambah dan harga penawaran dipasar
sekunder terdorong naik (Martini dan
Yolana, 2005). Pernyataan tersebut di perkuat oleh hasil penelitian Deitiana (2011),
Natarsyah (2000) yang menemukan bahwa
ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Pengaruh DER Terhadap Harga Saham
Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara hutang yang dimiliki
perusahaan dan total ekuitasnya
(Dharmastuti, 2004). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini
menunjukkan perbandingan antara dana pinjaman atau utang dan modal dalam upaya
pengembangan perusahaan. Jika Debt to
Equity Ratio (DER) perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan
rendah karena jika perusahaan memperoleh
laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar
utangnya dibandingkan dengan membagi
dividend (Dharmastuti, 2004).
Pengaruh Dividen Terhadap Harga
Saham
Dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi
perusahaan, harga saham, struktur finansial,
arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan
perkataan lain, dividen menggambarkan informasi mengenai performa (performance)
perusahaan. Dalam membayar dividen
kepada para pemegang sahamnya, perusahaan mungkin tidak dapat
mempertahankan dana yang cukup untuk
membiayai pertumbuhannya dimasa mendatang. Sebaliknya, maka saham
perusahaan menjadi tidak menarik bagi
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untuk
mengembangkan perusahaan.
Dividen dapat membantu memberikan informasi yang baik mengenai
manajemen perusahaan ke pasar modal
(Myers dalam Deitiana, 2011), sehingga
dapat dikatakan bahwa dividen dapat dipandang sebagai sinyal terhadap prospek
perusahaan (Miller dalam Deitiana, 2011).
Keputusan untuk meningkatkan dividen hanya dilakukan bila manajemen yakin akan
dapat mempertahankan peningkatan tersebut
pada masa yang akan datang.
Hubungan CR, ROA, DER, Dividen, dan
Harga Saham
Berdasarkan uraian teori dan tinjauan atas penelitian terdahulu maka hubungan
antara CR, ROA, DER, Dividen dan Harga
Saham dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
2013 Zuwina Miraza
55
Gambar 1. Kerangka Hubungan Pengaruh CR, ROA, dan DER Terhadap Harga
Saham dengan Dividen Sebagai Variabel Intervening
Hipotesis
Berdasar pada kerangka pemikiran dan dukungan teori-teori dari penelitian
terdahulu, maka penulis mengajukan
beberapa hipotesis sebagai berikut:
- Hipotesis untuk substruktur pertama,
dengan variabel dividen sebagai endogen:
a. H01: Tidak ada hubungan linier antara CR, ROA, dan DER
dengan dividen perusahaan
pertambangan b. Ha1: Ada hubungan linier antara
CR, ROA, dan DER dengan
dividen perusahaan pertambangan.
- Hipotesis untuk substruktur kedua,
dengan variabel harga saham sebagai endogen:
a. H02: Tidak ada hubungan linier
antara CR, ROA, dan DER dengan harga saham
perusahaan pertambangan.
b. Ha2: Ada hubungan linier antara
CR, ROA, dan DER dengan harga saham perusahaan
pertambangan.
- Hipotesis ketiga :
a. H03: Dividen tidak berpengaruh
secara tidak langsung terhadap hubungan antara CR, ROA,
dan DER dengan harga saham
perusahaan pertambangan.
b. Ha3: Dividen berpengaruh tidak langsung terhadap hubungan
antara CR, ROA, dan DER
dengan harga saham perusahaan pertambangan.
- Hipotesis keempat :
a. H04 : Model penelitian tidak fit dengan data penelitian.
b. Ha4: Model penelitian tidak fit
dengan data penelitian
METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan pertambangan yang
terdaftar (listing) di BEI. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Capital
Market Direktory (ICMD), jumlah populasi
dalam penelitian ini adalah 31 perusahaan.
Sampel yang digunakan ditentukan
dengan teknik purposive sampling yaitu
pemilihan sampel perusahaan non keuangan
selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang
ditetapkan untuk memperoleh sampel sebagai
berikut:
1. Perusahaan pertambangan yang telah go
public, yang tercatat di BEI sejak tahun
51 - 66 Jurnal e-maksi Harapan Februari
56
2007 s/d 2011 secara terus menerus (tidak pernah mengalami delisting)
2. Perusahaan pertambangan yang mempublikasikan laporan keuangan
teraduit sejak tahun 2008-2010.
3. Perusahaan pertambangan yang
memberikan dividen selama periode
penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut
ditetapkanlah jumlah sampel sebanyak 12
perusahaan, dari 31 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
Variabel Penelitian dan Defenisi
Operasional
Definisi operasional variabel
merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Penelitian ini menggunakan
dua jenis variabel, yaitu variabel eksogen dan
variabel endogen.
1. Variabel eksogen yaitu variabel
independen yang mempengaruhi
variabel dependen (Santoso, 2007). Variabel eksogen dalam penelitian ini
antara lain:
X1 : Current Ratio
Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (Sawir, 2005). Untuk mengukur
likuiditas perusahaan dalam
penelitian ini menggunakan rasio
current ratio (CR). Current ratio merupakan salah satu ukuran
likuiditas bertujuan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya
dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio ini dihitung
dengan membagi aktiva lancar
dengan kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja
yang menunjukkan jumlah aktiva
lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon
kebutuhan-kebutuhan bisnis dan
meneruskan kegiatan bisnis hariannya.
Current Ratio (CR)
merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas
(solvabilitas jangka pendek) yaitu
kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar.
Sehingga secara matematis
Current Ratio (CR) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Aktiva Lancar
CR = Kewajiban Lancar
X2 : Return on Assets
Return on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan yang
banyak digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan, khususnya menyangkut
profitabilitas perusahaan. Rasio
ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari
pemegang saham biasa. ROA
dapat dirumuskan sebagai berikut
(Brigham dan Houston, 2006):
Laba bersih yang tersedia bagi
pemegang saham ROA =
Total Aset
X3 : Debt to Equity Ratio
Salah satu aspek yang dinilai
dalam mengukur kinerja
perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang
merupakan komponen penting
perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan.
Penurunan kinerja sering terjadi
karena perusahaan memiliki utang
yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban
tersebut.
Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) merupakan
rasio yang mengukur sejauh mana
besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Rasio ini
menggambarkan perbandingan
2013 Zuwina Miraza
57
utang dan ekitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri
perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya
(Sawir, 2005). ROE dapat
dihitung sebagai berikut:
Total debt
DER =
Total Equity
2. Variabel endogen, yaitu variabel
dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen/eksogen (Santoso,
2007). Variabel endogen dalam
penelitian ini antara lain:
Z : Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio adalah
suatu keputusan untuk
menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang
akan dibagikan pada para
pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali
(reinvestment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan.
Dividend Payout Ratio (DPR)
dapat dihitung dengan rumus (Ang, 1997) :
Dividen per lembar saham DPR =
Laba per lembar saham
Y : Harga Saham Saham merupakan salah satu
bentuk efek atau surat berharga
yang diperdagangkan di pasar modal (bursa). Pengukuran dari
variabel harga saham ini yaitu
harga penutupan saham (closing
price) tiap perusahaan yang diperoleh dari rata-rata harga
saham setiap bulan.
Kaitan antar variabel penelitian dapat
dilihat pada gambar Model Diagram Jalur
Penelitian berikut (Gambar 2).
Gambar 2. Model Diagram Jalur Pengaruh Dividen Terhadap Hubungan CR,
ROA, dan DER dengan Harga Saham
Keterangan:
X1 : Variabel Return on Asset
X2 : Variabel Debt to Equity Ratio
X3 : Variabel Current Ratio Z : Variabel Dividend Payout Ratio
Y : Variabel Harga Saham
ρzx1 : Koefisien Jalur X1 ke Z
ρzx2 : Koefisien Jalur X2 ke Z
ρzx3 : Koefisien Jalur X3 ke Z
ρyx1 : Koefisien Jalur X1 ke Y
ρyx2 : Koefisien Jalur X2 ke Y ρyx3 : Koefisien Jalur X3 ke Y
ε1 : Residu Sub Struktur 1
ε2 : Residu Sub Struktur 2
51 - 66 Jurnal e-maksi Harapan Februari
58
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dilakukan
melalui penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data sekunder yang diperoleh
dari laporan keuangan audit perusahaan yang
dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 sampai dengan
2010.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
dengan regresi linier berganda model analisis dua jalur. Langkah-langkah dalam melakukan
pengujian data dengan menggunakan analisis
jalur adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Hipotesis dan Persamaan
Struktural
Ha1: Variabel CR, ROA, dan
DER, berpengaruh signifikan
terhadap Dividen
(Z = Pzx1X1+Pzx2X2+Pzx3X3+ε1)
Ha2: Variabel CR, ROA, dan
DER, berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham
(Y = Pzx1X1+Pzx2X2+Pzx3X3+ε2)
b. Membuat Model Jalur
Model jalur yaitu diagram yang
menggambarkan hubungan antara
variabel bebas, perantara, dan tergantung, yang ditunjukkan melalui anak panah.
Anak panah tunggal menunjukkan
hubungan sebab akibat antara variabel
exogenous dengan variabel endogenous. Model jalur yang memperlihatkan
hubungan antara CR, ROA, dan DER
dengan dividen dan harga saham dapat dilihat melalui Gambar 1.
c. Uji Asumsi
Penelitian ini juga menguji asumsi yang
melekat pada regresi linier berganda agar
data-data yang digunakan terbebas dari asumsi klasik. Analisis Jalur
mensyaratkan beberapa uji asumsi yang
harus dipenuhi, antara lain uji normalitas,
uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji linieritas.
d. Menentukan Besar Koefisien Jalur
Besarnya koefisien jalur didapat dari
nilai Standardized Coefficients Beta yang tampak pada lembar output tabel t-test uji
regresi serta menghitung koefisien penuh
(pengaruh langsung dan tidak langsung)
variabel eksogen terhadap variabel endogen.
e. Analisis Jalur Model Trimming
Jika ada jalur yang tidak signifikan maka
dilakukan analisis jalur model trimming,
yaitu model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur
analisis jalur, dengan cara mengeluarkan
dari model, variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan
(Riduwan dan Kuncoro, 2008).
f. Fit and Validity Model
Model yang telah dibentuk diuji apakah
telah memiliki kesesuaian dengan data atau tidak. Caranya dengan melakukan
uji kesesuaian model (goodness-of-fit
test) (Darmawan dkk, 2010).
g. Uji Hipotesis
Pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji t dan uji F. Uji statistik
t pada dasarnya menunjukkan seberapa
besar pengaruh masing-masing variabel bebas/independen terhadap variabel
terikat/dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan t-hitung dengan t-tabel pada derajat signifikan 5% (α =
0,05). Dari analisis ini sekaligus dapat
diketahui besarnya kontribusi masing-
masing faktor tersebut terhadap harga saham, dengan melihat keofisien
determinan secara parsial (R2) dari
masing-masing faktor variabel. Uji statistik f (simultan) dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel
bebas/independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan atau tidak
terhadap variabel terikat/independen.
2013 Zuwina Miraza
59
HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan uji regresi dan
analisis jalur, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah terdapat
bias pada model persamaan. Model
persamaan yang baik adalah model yang
bebas dari bias.
Besaran degree of freedom
menentukan apakah model overidentified atau identified. Jika df untuk model penelitian
tertentu bernilai negatif maka model tersebut
dikatakan underidentified, artinya estimasi dan penilaian model tidak perlu dilakukan.
Jika df bernilai nol, maka disebut identified,
karena sudah teridentifikasi, estimasi dan
penilaian atas model juga tidak perlu dilakukan. Namun jika df bernilai positif
maka model tersebut overidentified, artinya
pengujian atas model dapat dilakukan (Santoso, 2007). Dengan memperhatikan
model diagram jalur sebagaimana tampak
pada gambar 1., df positif maka model disebut overidentified, artinya estimasi dan
penilaian terhadap model layak dilakukan.
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov satu
arah. Dari hasil uji Kolmogrov Smirnov atas
model penelitian diperoleh nilai signifikansi K-S Test 0,693 untuk substruktur 1 dan 0,266
untuk substruktur 2, maka dapat disimpulkan
data berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal.
Nilai indikator yang umum dipakai
untuk menilai ada tidaknya gejala multikolinieritas antar variabel eksogen
adalah jika nilai tolerance variabel bebas <
0,10 atau nilai VIF > 10 (Ghozali, 2006). Hasil uji multikolinieritas antar variable
diketahui bahwa pada kedua model
independen penelitian tidak terjadi multikolinieritas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Dasar
pengambilan keputusannya adalah bahwa
jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada
indikasi terjadi heteroskedastisitas, demikian
sebaliknya. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari gejala
multikolinieritas dan heterokedastisitas. Hasil
uji heterokedastisitas menyimpulkan bahwa
pada kedua model penelitian tidak terjadi heterokendastisitas.
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Indikator yang digunakan
untuk menilai ada tidaknya gejala
autokorelasi yaitu du < DW < 4 – du. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
tidak ada gejala autokorelasi yang dibuktikan
dengan nilai du=1,654 < DW=2,333 < 4-
du=2,346 untuk substruktur 1 dan du=1,654 < DW=2,239 < 4-du=2,346 untuk substruktur
2.
Uji liniertitas dilakukan dengan
menggunakan Ramsey Test (Ghozali, 2006).
Hasil olah data mengindikasikan bahwa kedua model sudah terspesifikasi linier, yang
dibuktikan dengan nilai F hitung > F tabel,
yaitu 34,26 > 2,92 untuk substruktur 1 dan
45,24 > 2,53 untuk substruktur 2.
Hasil Uji Analisis Jalur
Pengaruh Variabel Cash Ratio, Return on
Assets, dan Debt to Equity Ratio Terhadap
Dividen
Untuk melihat pengaruh variabel CR,
ROA, dan DER terhadap dividen, dilakukan
uji regresi linier berganda. Nilai koefisien jalur berserta taraf signifikansi yang
membuktikan pengaruh CR, ROA, dan DER
terhadap Dividen, terlihat dalam Tabel 1
Tabel 1
Hasil Uji Analisis Jalur Pengaruh Variabel Cash Ratio, Return on Assets,
dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividen
Variabel Signifikansi (t) ρ (Koefisien Jalur)
Cash Ratio (X1) 0,430 0,069
Return on Assets (X2) 0,000 0,895
Debt to Equity Ratio (X3) 0,773 -0,026 Sumber: Data Sekunder Diolah
51 - 66 Jurnal e-maksi Harapan Februari
60
Hasil pengolahan data
memperlihatkan bahwa variabel CR, ROA,
dan DER berpengaruh signifikan terhadap variabel Dividen, dengan nilai koefisien
determinasi 84%. Hal ini berarti variasi
perubahan dividen dapat dijelaskan sebesar 84% oleh variasi perubahan dari CR, ROA,
dan DER. Nilai probabilitas signifikansi
adalah sebesar 0,000. Sehingga Ha yang
menyatakan CR, ROA, dan DER berpengaruh signifikan terhadap Dividen
dapat dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan hasil uji analisis jalur diatas, dapat disimpulkan bahwa CR,
ROA, dan DER secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap dividen
Namun secara parsial hanya ROA yang berpengaruh secara signifikan terhadap
Dividen (Gambar 3). Artinya semakin
tinggi return on asset dari perusahaan maka akan semakin besar pula sisa laba
yang dapat dibagikan sebagai dividen
kepada investor. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Marlina dan Danica (2009), yang
menyimpulkan bahwa variabel ROA
berpengaruh signifikan terhadap dividen.
Beberapa peneliti terdahulu
menyimpulkan bahwa cash ratio
berpengaruh terhadap dividen, namun pada
penelitian ini ditemukan bahwa cash ratio
tidak berpengaruh signifikan terhadap
dividen. Hal ini terjadi karena kenaikan CR di beberapa perusahaan disebebkan oleh
kenaikan piutang, sehingga cash tidak
dapat didistribusikan untuk peningkatan dividen.
Penelitian yang dilakukan oleh
Wicaksana (2012) juga mengemukakan
bahwa CR berpengaruh signifikan terhadap dividen, demikian juga DER berpengaruh
signifikan terhadap dividen dengan
korelasi negatif. Secara teoritis juga dapat ditarik kesimpulan jika hutang yang
diproksikan dengan DER meningkat, maka
cash akan dalokasikan untuk membayar
hutang-hutang yang sifatnya segera, sehingga sisa laba dalam bentuk cash tidak
akan dialokasikan sebagai dividen. Namun
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI, DER tidak berpengaruh
signifikan terhadap dividen, beberapa
perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi tetap menjaga stabilitas dividennya.
Hal ini dilakukan perusahaan untuk
menjaga investor agar tetap tidak menjual
saham perusahaan secara besar-besaran. Jika terjadi penjualan saham secara besar-
besaran maka harga saham akan runtuh.
Gambar 3. Model Diagram Jalur Hubungan Variabel CR, ROA, dan DER
Terhadap Dividen
2013 Zuwina Miraza
61
Pengaruh Variabel Current Ratio, Return
on Assets, dan Debt to Equity Ratio
Terhadap Harga Saham
Nilai koefisien jalur berserta taraf
signifikansi yang memperlihatkan pengaruh
CR, ROA, dan DER terhadap Harga Saham, terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2
Hasil Uji Analisis Jalur Pengaruh Variabel Cash Ratio, Return on Assets, dan
Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham
Variabel Signifikansi (t) ρ (Koefisien Jalur)
Cash Ratio (X1) 0,421 0,075
Return on Assets (X2) 0,000 0,884
Debt to Equity Ratio (X3) 0,829 -0,021 Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan hasil pengolahan data
diketahui bahwa variabel CR, ROA, dan
DER berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham, dengan nilai koefisien
determinasi 81,8%. Hal ini berarti variasi
perubahan harga saham dapat dijelaskan sebesar 81,8% oleh variasi perubahan dari
CR, ROA, dan DER. Nilai probabilitas
signifikansinya adalah sebesar 0,000,
sehingga Ha yang menyatakan CR, ROA, dan DER berpengaruh signifikan terhadap
harga saham dapat dibuktikan kebenarannya
(Gambar 4).
Gambar 4. Model Diagram Jalur Hubungan CR, ROA, dan DER Terhadap
Harga Saham
Berdasarkan hasil uji analisis jalur
untuk substruktur kedua, dapat disimpulkan bahwa CR, ROA, dan DER secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Namun secara parsial hanya ROA
yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga. Semakin tinggi return on asset dari
perusahaan maka akan semakin tinggi pula
harga yang bersedia dibayarkan oleh investor
atas saham perusahaan yang bersangkutan.
Penelitian ini dilakukan dengan
mengambil fenomena situasi ekonomi pasca
krisis global yang terjadi pada tahun 2007.
Saat terjadinya krisis global harga-harga saham mengalami penurunan yang signifikan
terutama harga saham perusahaan
51 - 66 Jurnal e-maksi Harapan Februari
62
pertambangan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
penyebab utama terjadi penurunan harga
saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI adalah karena terjadi
penurunan yang signifikan pada ROA.
Berbeda dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) yang
mengatakan DER berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Pada penelitian ini
DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. DER yang tinggi
mengindikasikan jumlah utang yang tinggi
dibandingkan dengan modal sendiri. Namun kenyataan ini jika didukung dengan ROA dan
CR yang optimal, maka perusahaan akan
mampu mengelola kembali hutang-hutangnya
dengan baik. Sehingga DER juga tidak mempengaruhi ekspektasi investor terhadap
perusahaan secara signifikan. Pada
kenyataannya penurunan nilai DER di beberapa perusahaan pertambangan selama
periode penelitian tidak didukung dengan
kestabilan tingkat ROA, ROA yang menurun akan meresahkan pemegang saham.
Demikian juga halnya dengan CR
yang tinggi pada beberapa perusahaan
disebabkan oleh karena jumlah piutang yang
tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan ekspektasi investor, yang lebih menyukai jumlah kas
yang tinggi dibandingkan dengan jumlah
piutang yang tinggi. Investor yang merasa resah akan penurunan harga saham di masa
mendatang akan menjual saham-sahamnya
sehingga harga pasar saham akan mengalami penurunan.
Analisis Jalur Model Trimming
Hasil olah data memperlihatkan bahwa ada variabel eksogen yang signifikan
mempengaruhi variabel endogen, namun ada
juga beberapa variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
eksogen. Karenanya model jalur tersebut
perlu diperbaiki dengan metode trimming
yaitu dengan cara mengeluarkan variabel-variabel yang koefisien jalurnya tidak
signifikan (Riduwan dan Kuncoro, 2008).
Metode trimming dilakukan dengan membuang variabel-variabel yang tidak
signifikan. Setelah dilakukan metode
trimming, maka model analisis jalur akan berubah seperti terlihat pada gambar 5.
Gambar 5. Model Diagram Jalur Hubungan Variabel ROA Terhadap Dividen
dan Harga Saham Setelah Dilakukan Metode Trimming
Berdasarkan pada gambar 5.,
diketahui bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap dividen dengan nilai
koefisien jalur sebesar 0,884 yang dibuktikan
dengan nilai probabilitas signifikansi
(ρ=0,000) yang lebih kecil dari α=0,05. Besar kontribusi variabel ROA terhadap variabel
dividen adalah 88%. Dengan demikian,
persamaan struktural untuk pengaruh ROA
terhadap Dividen adalah: .
Z = 0,884X2 + ε1
Variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan nilai
koefisien jalur sebesar 0,895. Besar
2013 Zuwina Miraza
63
kontribusi variabel ROA terhadap harga saham adalah 89%. Dengan demikian,
persamaan struktural untuk pengaruh ROA
terhadap harga saham adalah:
Y = 0,895X1 +ε2
Goodness of Fit Model
Nilai chi square (χ2) diperoleh dari
tabel distribusi chi square untuk df=2 dan
α=0,05 adalah 5,99. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai W hitung 7,80. Dengan
demikian W hitung = 7,80 > χ2 = 5,99. Maka
dinyatakan H0 ditolak. Kesimpulannya model awal dan model kedua (setelah dilakukan
trimming) berbeda secara signifikan. Matriks
korelasi sampel berbeda dengan matriks
korelasi estimasi. Ini berarti pula, setelah
dilakukan trimming, model kedua dinilai memiliki kemampuan lebih untuk membuat
generalisasi tentang pengaruh variabel ROA
terhadap dividen dan harga saham.
Pengaruh Variabel Return on Assets
Terhadap Harga Saham melalui Variabel
Dividen
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
bahwa nilai koefisien jalur antara dividen dan harga saham adalah sebesar 0,907 atau
90,7%. Model struktur jalur setelah
menggunakan variabel intervening
digambarkan seperti terlihat pada gambar 6.
Tabel 3
Standardized Coefficients Beta Pengaruh Dividen
Terhadap Harga Saham
Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -1,750 ,654 -2,677 ,011
DPR ,447 ,017 ,907 26,990 ,000
a Dependent Variable: HS Sumber: Data Sekunder Diolah
Gambar 6. Model Diagram Jalur Pengaruh Variabel ROA Terhadap Harga
Saham Melalui Variabel Dividen Setelah dilakukan Metode
Trimming
51 - 66 Jurnal e-maksi Harapan Februari
64
Nilai koefisien jalur sebesar 0,907 kemudian digunakan sebagai pengali untuk variabel eksogen seperti tampak pada Tabel 4.
Tabel 4
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Variabel ROA terhadap Harga Saham
Variabel
Pengaruh Langsung
(X Y)
Pengaruh Tidak
Langsung
(X Y Z)
Pengaruh Total
(Langsung + Tidak
Langsung)
ROA 0,895 0,884 x 0,907 = 0,802 0,895 + 0,802 = 1,697 Sumber: Data Sekunder Diolah
ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dari setiap aset yang digunakan sehingga sering dikaitkan dalam hal penilaian kinerja
operasional perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di perusahaan.
ROA sering dijadikan alat untuk
menilai keberlangsungan usaha perusahaan.
Kenaikan dan atau penurunan ROA juga akan mempengaruhi ekspektasi investor
terhadap yield yang akan diperoleh atas
investasi yang dilakukan. Dimana jika ROA meningkat diharapkan dividen juga akan
meningkat, sebaliknya jika ROA menurun
maka investor beranggapan dividen akan
menurun pula. Hal ini dapat dibuktikan dari data beberapa perusahaan yang
mengindikasikan peningkatan dan atau
penurunan ROA diikuti oleh peningkatan dan atau penurunan dividen.
Peningkatan dividen akan menarik
perhatian investor untuk melakukan investasi. Dengan demikian, jika peningkatan ROA
yang berarti adanya keberlangsungan usaha,
didukung dengan peningkatan dividen yang
berarti peningkatan kesejahteraan pemegang saham, maka akan menambah besar
kepercayaan investor terhadap perusahaan.
Keadaan ini akan menyebabkan kenaikan atas harga saham perusahaan yang
bersangkutan.
SIMPULAN dan SARAN
Simpulan
Dari hasil olah data penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel CR, ROA, dan DER (eksogen)
berpengaruh signifikan terhadap variabel dividen (endogen). Kontribusi pengaruh
variabel eksogen terhadap variabel
endogen adalah sebesar 84%. Namun
secara parsial hanya variabel ROA yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
dividen dengan nilai koefisien jalur
sebesar 89%. Semakin tinggi tingkat ROA perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI maka akan semakin
tinggi pula ratio dividennya. Sebaliknya,
jika tingkat ROA mengalami penurunan maka dividen juga akan menurun.
2. Variabel CR, ROA, dan DER (eksogen)
berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham (endogen). Kontribusi
pengaruh variabel eksogen terhadap
variabel endogen adalah sebesar 81%. Namun secara parsial hanya variabel
ROA yang berpengaruh signifikan
terhadap harga saham dengan nilai
koefisien jalur sebesar 88%. Semakin tinggi nilai ROA perusahaan maka akan
semakin tinggi pula harga saham
perusahaan tersebut, dan sebaliknya.
3. Variabel CR dan DER tidak
berpengaruh terhadap harga saham
melalui variabel dividen. Hanya variabel ROA yang berpengaruh signifikan
terhadap harga saham melalui variabel
2013 Zuwina Miraza
65
dividen dengan total pengaruh langsung dan tidak langsung sebesar 167%.
4. Model yang lebih baik dalam
memprediksi perubahan harga saham adalah model setelah dilakukan
trimming dimana ROA dianggap lebih
mampu memprediksi perubahan harga saham dari pada CR dan DER.
Saran
Saran yang diajukan berdasarkan dengan penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini terkait dengan fenomena
yang terjadi pasca krisis global di tahun 2007 dan dibatasi hanya untuk
perusahaan pertambangan yang terdaftar
di BEI. Sehingga tidak dapat
digeneralisasikan untuk keadaan-keadaan yang berbeda.
2. Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder, sehingga ada kemungkinan perusahaan melakukan
window dressing, meskipun sudah di
audit oleh auditor indeoenden.
3. Untuk peneliti yang tertarik dengan
topik yang sama, hendaknya
menggunakan sebaran data yang lebih
luas, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan untuk berbagai
keadaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. (1997). Buku Pintar Pasar
Modal Indonesia. Jakarta : Mediasoft
Indonesia.
Anastasia, Njo. (2003). Analisis Faktor
Fundamental dan Risiko Sistematik
terhadap Harga Saham Properti di BEI. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Universitas Indonesia. Vol.5 No.2,
November, Hal 123-132.
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. (2006). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Buku 1, Edisi 10. Jakarta :
Penerbit Salemba Empat.
Darmawan, B., Saam, Z., Zulkarnain. (2010).
Hubungan Pengetahuan, Sikap, Perilaku,
dan Peran Serta Dengan Kesadaran Lingkungan Hidup Serta Kesanggupan
MembayarMasyarakat Sekitar Bantaran
Sungai di Kota Pekanbaru. Journal of Environmental Science. Program Studi
Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau,
ISSN 1978-5283. Vol.4 No.2, Juni, Hal 103-116.
Deitiana, Tita, (2011). Pengaruh Rasio
Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan
Dividen Terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. STIE Trisakti,
Vol.13 No.1, April. Hlm 57-66.
Dharmastuti, Fara. (2004). Analisis Pengaruh Earning Per Share, Price Earnings,
Return on Investment, Debt to Equity
Ratio dan Profit Margin dalam
Menetapkan Harga Saham Perdana (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar
di BEI). Jurnal Penelitian Balance
Vol.2 No.1, September, Hal 14-28.
Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Cetakan IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh. (2004). Manajemen
Keuangan. Yogyakarta : BPFE.
Marlina, Lisa dan Danica, Clara. (2009). Analisis Pengaruh Cash Position, Debt
to Equity Ratio, dan Return on Assets
terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis. Vol.2 No.1, Januari,
Hal 1-6.
Martini, D dan Yolana, C. (2005). Variabel yang Mempengaruhi Fenomena
Underpricing pada Penawaran Saham
Perdana di BEJ tahun 1994-2001.
Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo, 15-16 September.
Natarsyah, Syahib. (2000). Analisis Pengaruh
Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga
Saham (Kasus Industri Barang
Konsumsi yang Go Publik di Pasar
Modal Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.15 No.3, Maret,
Hal 49-55.
Nurmala. (2006). Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham
Perusahaan-perusahaan Otomotif di
51 - 66 Jurnal e-maksi Harapan Februari
66
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Mandiri. Vol.9 No.1, September, Hal 17-24.
Permana, Yogi. (2009). Pengaruh
Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap Pergerakan
Harga Saham (studi Kasus Perusahaan
Semen yang terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi-Universitas Gunadarma.
September, Hal 1-6.
Riduwan dan Kuncoro, Ahmad Engkos.
(2008). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path
Analisys). Bandung : Alfabeta.
Riyanto, Bambang. (2001). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi
Keempat, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta
: BPFE.
Santoso, Singgih. (2007). Structural Equation Modelling: Konsep dan
Aplikasi dengan AMOS. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
Sasongko, Noer dan Wulandari, Nila. (2006).
Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio
Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEJ.
Empirika. Vol.19 No.1, Juni, Hal 64-80.
Sawir, Agnes. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Ulupui, I.G.K.A. (2007). Analisis Pengaruh
Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan
dan Minuman dengan Kategori Industri
Barang Konsumsi di BEJ. Jurnal
Akuntansi dan Bisnis. Vol.2 No.1, Januari, Hal 14-25.
Wicaksana, I Gede Anandhita, (2012).
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Akuntansi
dan Bisnis. Universitas Udayana, Vol.1
No.2, Juni, Hal 56-66.
Yuningsih dan Kolmi, Maisah.(2002). Akuntansi Biaya. Cetakan Kedua.
Malang : Penerbit UMM Press.
Rubiyantoro, R. Widiyanto dan Y. Putro, G. (2009). Laba Perusahaan Tambang
Publik 2008 anjlok 33%.
www.kontan.co.id. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2011.
Top Related