MENJADI GURU BAHASA INDONESIA YANG PROFESIONAL DAN
BERKUALITAS DENGAN MELEK TEKNOLOGI
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Menulis Ilmiah
Dosen Pengampu:
Dra. Ani Rakhmawati, M.A., Ph. D.
Oleh:
Marfuah Unsayaini (K1212046/ 5B)
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
2014
MENJADI GURU BAHASA INDONESIA YANG PROFESIONAL DAN
BERKUALITAS DENGAN MELEK TEKNOLOGI
Oleh:
Marfuah Unsayaini
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP UNS
Abstrak
Guru merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan bagisuatu bangsa, tak terkecuali bangsa Indonesia. Untukmenghasilkan bangsa Indonesia yang berkualitas, dibutuhkanpula guru yang berkualitas. Kualitas guru tak hanya tercerminpada keluasan materi yang diajarkannya, akan tetapi juga padakreativitas dalam proses pengajarannya, karakterkepribadiannya, dan selalu mengikuti perkembangan zaman.Salah satu indikator guru profesional dan kompeten adalah guruyang mampu beradaptasi dengan perkembangan keilmuan yanghari demi hari semakin canggih dengan cara penguasaanTeknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Di era teknologiinformasi yang berkembang pesat saat ini, guru dituntut untukbisa mengikuti perkembangannya. Citra guru berkembang danberubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsepdan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itusendiri. Perubahan itu terjadi karena perkembangan yang cukupradikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidanginformasi dan komunikasi yang kemudian mendorongpengembangan media belajar dan paradigma teknologipendidikan. Oleh karena itu guru harus siap menghadapinyadengan profesionalisme. Guru yang profesional adalah orangyang mempunyai kelengkapan kompetensi hingga mampu
bekerja dan bertanggungjawab. Agar proses pendidikan berjalandengan baik dan menghasilkan produk yang baik pula makaprofessionalisme guru harus ditingkatkan melalui prosespengajaran, pembelajaran, maupun pendidikan, sehingga outputyang menjadi harapan masyarakat dapat terwujud.
Kata Kunci: Pendidikan, Guru Bahasa Indonesia, Guru Berkualitas,
Profesional, Era Teknologi Informasi.
A. Pendahuluan
Bidang pendidikan merupakan salah satu faktor yang
sangat fundamental dalam upaya meningkatkan kualitas
kehidupan, di samping juga merupakan faktor penentu
bagi perkembangan sosial dan ekonomi ke arah kondisi
yang lebih baik. Pendidikan juga dipandang sebagai
sarana paling strategis untuk mengangkat harkat dan
martabat suatu bangsa. Mengingat begitu pentingnya
peran pendidikan bagi kehidupan masayarakat, maka
pemerintah dewasa ini sangat memperhatikan segala aspek
pendidikan yang ada untuk ditingkatkan, termasuk
peningkatan mutu produktivitas guru. Harapannya adalah
agar pendidikan di Indonesia bangkit dari keterpurukan
dan menjadi garda terdepan dalam pembangunan bangsa.
(Subandowo, 2009:109-110).
Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan
dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, sifatnya
mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga,
masyarakat, maupun bangsa dan negara. Untuk
melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan
tenaga kependidikan sampai pada usaha peningkatan mutu
tenaga kependidikan. Kemampuan guru sebagai tenaga
kependidikan, baik secara personal, sosial maupun
professional, harus benar-benar dipikirkan karena pada
dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan
tenaga lapangan yang langsung melaksanakan kependidikan
dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.
Masalah penting yang menjadi perhatian berbagai
kalangan berkaitan dengan pendidikan adalah masalah
kualitas pendidikan. Sejalan dengan perkembangan zaman,
tuntutan akan kualitas pendidikan semakin mengemuka.
Kekhawatiran akan beratnya persaingan sumber daya
manusia Indonesia di era global mendatang menjadi salah
satu alasan tuntutan tersebut. Oleh karena itu upaya
melahirkan sumber daya manusia yang unggul, kompetitif,
dan berkarakter merupakan sebuah keharusan untuk dapat
bersaing di era teknologi.
Masalah kualitas pendidikan merupakan masalah yang
tidak berdiri sendiri dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktor yang memiliki andil besar
adalah sumber daya manusia pendidikan. Sumber daya
manusia dalam dunia pendidikan sangatlah penting dan
menjadi hal utama yang harus mendapat perhatian serius
dari semua pemangku kepentingan (stake holder). Artinya,
jika mutu pendidikan ingin mencapai tingkat pencapaian
terbaik maka sumber daya manusia pun harus
ditingkatkan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan
kemampuan guru dalam bidang teknologi informasi.
Teknologi Informasi dan Komunikasi, mempunyai
pengertian yang luas yang meliputi segala hal yang
berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,
manipulasi, dan pengelolaan informasi. TIK juga dapat
diartikan sebagai sebuah media atau alat bantu yang
digunakan untuk transfer data baik itu untuk memperoleh
suatu data atau informasi maupun memberikan informasi
kepada orang lain serta dapat digunakan untuk alat
berkomunikasi baik satu arah ataupun dua arah (Susanto
dalam Heriyanto, 2013).
Setyowati (2010) mengatakan bahwa seiring dengan
semakin tajamnya persaingan akibat perkembangan
teknologi dan lingkungan yang begitu drastis pada
seluruh aspek kehidupan manusia, maka setiap
organisasi, termasuk dalam bidang pendidikan,
membutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten agar
dapat memberikan pelayanan yang prima dan bernilai.
Oleh karena itu, sebagai seorang tenaga pendidik dalam
dunia pendidikan, guru juga dituntut untuk memberikan
pelayanan yang prima dan bernilai dalam dunia
pendidikan. Salah satu hal yang mendukung tercapainya
pelayanan yang prima dan bernilai tersebut adalah
penguasan guru dalam bidang teknologi informasi.
Sejauh ini masih banyak guru yang belum
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Para
guru banyak yang terjebak pada metode pembelajaran
konvensional. Padahal, kemajuan teknologi seperti
internet bisa jadi sumber belajar yang dapat menolong
guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Namun masih banyak guru-guru yang gaptek khususnya guru-
guru senior. Banyak pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dengan menggunakan pola-pola konvensional, yang
sering dikenal dengan pembelajaran berpusat pada guru.
Guru aktif sementara peserta didik seperti di-
setting untuk menjadi pendengar setia dalam kelas.
Dalam artikel ini, penulis ingin membahas mengenai
apa saja kualifikasi guru profesional dan berkualitas
dan seperti apa saja kecakapan yang harus dimiliki
seorang guru di era teknologi dan informasi seperti
sekarang ini.
B. Pembahasan
Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan satu
komponen yang sangat penting selain komponen lainnya
seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana
lingkungan, serta evaluasi. Untuk mendatangkan hasil
pendidikan yang berkualitas diperlukan sumber daya
manusia (guru) yang berkualitas pula. Oleh karena itu,
dalam konteks ini sangat dibutuhkan profesionalisme
guru. Kebijakan pemerintah pun menjawab tuntutan
tersebut dengan Undang-Undang tentang Guru dan Dosen,
kemudian realisasi program sertifikasi guru.
Seiring dengan laju perkembangan pemikiran manusia
yang melahirkan peradaban yang sangat cepat
pertumbuhannya ditandai dengan kemajuan teknologi
informasi yang kemudian dikenal dengan era globalisasi.
Globalisasi menawarkan paradigma baru dalam pendidikan.
Tentunya juga merupakan tantangan baru bagi guru
profesional yang kian hari kian meningkat.
Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan
perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia
terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Hal itu
berubah karena perkembangan yang cukup radikal di
bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang
informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong
pengembangan media belajar dan paradigma teknologi
pendidikan. Oleh karena itu guru harus siap
menghadapinya dengan profesionalisme.
Guru yang profesional adalah orang yang mempunyai
kelengkapan kompetensi hingga mampu bekerja dan
bertanggung jawab. Agar proses pendidikan berjalan
dengan baik dan menghasilkan produk yang baik pula maka
profesionalisme guru harus ditingkatkan melalui proses
pengajaran, pembelajaran, maupun pendidikan, sehingga
output yang menjadi harapan masyarakat dapat terwujud.
1. Profesionalitas Guru Bahasa Indonesia dan Kecakapan
yang Harus Dimiliki
Menurut Syaiful Sagala (2009:2), Kata profesi
berasal dari bahasa Yunani
“pbropbaino” yang berarti menyatakan secara publik dan
dalam bahasa Latin disebut “professio” yang digunakan
untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh
seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik.
Para politikus Romawi harus melakukan “Professio”
didepan publik yang dimaksudkan untuk menetapkan bahwa
kandidat bersangkutan memenuhi persyaratan yang
diperlukan untuk menduduki jabatan publik.
Guru merupakan bagian dari tenaga kependidikan
yang memiliki peran besar dalam peningkatan kualitas
pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan.
Oleh karena itu, pengembangan keprofesian guru sangat
penting mendapatkan porsi perhatian yang besar dalam
pelaksanaan profesionalisme pendidikan.
Terkait dengan beberapa permasalahan dalam profesi
pendidikan, menurut Anwar dan Sagala (Syaiful Sagala,
2009:8-9) terdapat empat hal yang perlu dibahas, yakni:
a. Profesionalisme profesi keguruan, pada dasarnya
pengajaran merupakan bagian profesi yang memiliki
ilmu maupun teoritikal, keterampilan, dan
mengharapkan idiologi profesional tersendiri. Oleh
sebab itu seseorang yang bekerja di institusi
pendidikan dengan tugas mengajar jika diukur dari
teori dan praktek tentang suatu pengetahuan yang
mendasarinya, maka guru juga merupakan profesi
sebagaimana profesi lain.
b. Otoritas profesional guru, disiplin profesi guru
memiliki hubungan dengan anak didik, para guru
melaksanakan tugasnya dengan penuh gairah, keriangan,
kecekatan (exhilaration), dan metode yang bervariasi
dalam mendidik anak-anak. Pendidik profesional
memberi bantuan sampai tuntas (advocation) kepada anak
didik. Jadi guru yang profesional tidak hanya
terkonsentrasi pada materi pelajaran, tetapi mereka
juga memperhatikan situasi-situasi tertentu. Guru
telah mendapat pengetahuan melalui pendidikan
profesional keguruan. Dengan dasar itu menunjukkan
bahwa yang berhak mengadvokasi dalam pendidikan untuk
anak hanya otoritas guru. Walaupun secara garis besar
guru mengajar dan membantu anak didik memperoleh ilmu
pengetahuan, maka otoritas guru ada pada subjek
pengajaran, dan pendidikan.
c. Kebebasan akademik (academic freedom), keberanian
bertindak secara otonom merupakan sikap karakteristik
profesi, dan perasaan praktisioner mengharuskannya
membuat suatu kebijakan yang diikuti oleh kliennya
tanpa suatu tekanan eksternal, yaitu dari orang lain
yang bukan anggota profesi atau organisasi kerjanya.
Academic freedom adalah suatu kebebasan yang memberi
kebebasan berkreasi dalam suatu forum dalam lingkup
kebenaran. Dalam kasus ini, secara positif guru
memiliki tanggung jawab keilmuwan. Guru bekerja bukan
atas tekanan kebutuhan belajar muridnya, tetapi atas
tuntutan profesional, dan ini adalah batas kebebasan
yang di maksud. Tetapi guru tidak mengabaikan
kebutuhan belajar muridnya. Makanya demonstrasi
pemboikotan untuk menuntut kesejahteraan bagi guru
dengan mengorbankan tugas mengajar adalah tidak
tepat. Kebebasan akademik bukan berarti bebas
otonomi, bebas dari aturan disiplin, tetapi perlu
melegitimasi permintaan sejawat, murid, dan,
profesionalismenya sendiri. Secara akademik guru
bebas menyelidiki dan mengekspresikan kebenaran tanpa
tuntutan orang lain, bebas mengajak muridnya
mendiskusikan secara kritis topik-topik yang
kontroversial, agar lebih kritis mampu mengerti apa
dan bagaimana. Jadi academic freedom adalah suatu
konsep yang mulia dan mendasar memberikan kebebasan
akademik kepada anak didik tanpa suatu kungkungan dan
mereka bisa memutuskan apa kasus dan kajian yang
mereka kaitkan.
d. Tanggung jawab moral (responsible) dan
pertanggungjawaban jabatan (accountability). Responsible
maksudnya memiliki otoritas untuk mampu membuat suatu
keputusan tanpa supervisi. Sedangkan accountability
adalah tanggung jawab atau bisa dipertanggungjawabkan
atas suatu tindakannya. Jadi penekannya adalah cara
guru mempertanggungjawabkan keputusannya tentang apa
yang diajarkan, kapan diajarkannya, dan bagaimana
mengajarkannya berdasarkan otoritas profesionalnya
sendiri sebagai perpaduan kompetensi disiplin, metode
dan pengajaran keilmuwannya.
Keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat
mutlak hadirnya sistem
dan praktik pendidikan yang berkualitas, hampir semua
bangsa di dunia ini selalu
mengembangkan kebijakan yang mendorong keberadaan guru
yang berkualitas. Penegakan profesionalisme bagi guru
bahasa bukan hanya berkaitan dengan substansi
pembelajaran yang dibawakannya, melainkan juga
berhubungan dengan kondisi kepribadian yang dimiliki
guru bahasa tersebut. Guru sebagai tenaga profesional
bisa diartikan bahwa pekerjaan guru hanya dapat
dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai
dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.
Salah satu indikator guru profesional dan kompeten
adalah guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan
keilmuan yang hari demi hari semakin canggih. Selain
itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus
mampu menerapkan model dan metode pembelajaran
berdasarkan tuntutan waktu dan kebutuhan peserta didik.
Penerapan pola ini akan menciptakan suasana
menyenangkan dalam belajar, enjoy dalam mengajar, yang
pada akhirnya akan menghasilkan proses KBM yang
berkualitas termasuk peserta didik yang berprestasi.
Menurut Arnyana (2007), ciri-ciri guru profesional
di Indonesia ditandai dengan (1) memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketaqwaan, dan akhlak mulia, (3) memiliki kualifikasi
akademik, profesi, dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas, (4) memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki
tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan,
(6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja sehingga guru menjadi bangga akan
profesi yang digelutinya, (7) dapat memanfaatkan
teknologi informasi, (8) mampu berkomunikasi secara
luas, dan (9) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat (long life learning). Hal yang perlu
ditekankan pada penjelasan di atas yang bersesuaan
dengan tema makalah ini adalah bahwa ciri-ciri guru
profesional harus bisa memanfaatkan teknologi informasi
dalam mengemban tugas keprofesiannya.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa salah satu
fungsi pengajar adalah penggerak terjadinya proses
belajar mengajar. Sebagai penggerak pengajar, guru
harus memenuhi beberapa kriteria. Kriteria itu harus
menyatu dalam diri pengajar agar dapat menunjukkan mutu
profesionalnya. Menurut Howard (dalam Pateda, 1991:39)
kriteria pengajar bahasa adalah:
a. menguasai semua metode mengajarkan bahasa dan dapat
menerapkannya dalam proses belajar mengajar;
b. menguasai bahan yang akan dan sedang diajarkan;
c. melaksanakan semua kegiatan sekolah;
d. menguasai semua jenis dan prosedur penilaian;
e. menguasai semua tipe latihan berbahasa;
f. menguasai pengelolaan kelas;
g. menguasai teknik pengajaran individual;
h. dapat menentukan dan menguasai silabus pembelajaran;
i. dapat memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia;
j. menguasai tujuan pembelajaran dan aktivitas untuk
mencapai tujuan tersebut; dan
k. menguasai teknik-teknik pendidikan.
Kesebelas kriteria tersebut berhubungan dengan
komponen-komponen
pembelajaran mulai dari rancangan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, sampai pada penilaian
kualitas pembelajaran. Teknologi informasi bisa
memudahkan guru dalam melakukan tugas-tugasnya
tersebut.
2. Guru Bahasa Indonesia Berkualitas di Era Teknologi
Informasi
Pendidikan tidak dapat terhindar dari pengaruh
gelombang perubahan teknologi informasi. Respon
terhadap perubahan tersebut adalah memanfaatkannya
sebagai wahana transformasi pendidikan. Transformasi
pendidikan dapat terjadi dalam seluruh pilar pendidikan
mulai dari kurikulum dan konten, proses pembelajaran,
sarana dan prasarana, Sumber Daya Manusia (SDM),
administrasi, manajemen, dan kebijakan serta
infrastruktur pendidikan (Heriyanto, 2013).
Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus. Untuk menjadi guru
diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru
yang berkualitas harus menguasai betul seluk beluk
pendidikan dan pengajaran. Guru memegang peran penting
dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Dalam
dunia pendidikan guru mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pengembangan sumber daya manusia melalui
pendidikan. Profesi guru mempunyai tugas sebagai
fasilitator dan komunikator untuk mendidik, mengajar
dan melatih anak didiknya
Guru merupakan komponen vital dan fundamental
dalam proses pendidikan, yang mengedepankan proses
pematangan kejiwaan, pola pikir, dan pembentukan serta
pengembangan karakter (character building) bangsa untuk
mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Keberadaan dan
peran pendidik dalam proses pembelajaran tidak dapat
digantikan oleh siapapun dan apapun. Pendidik yang
handal, profesional dan berdaya saing tinggi, serta
memiliki karakter yang kuat dan cerdas merupakan modal
dasar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang
mampu mencetak sumberdaya manusia yang berkarakter,
cerdas, dan bermoral tinggi. Sumberdaya manusia yang
demikianlah yang sebenarnya diperlukan oleh bangsa
Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara–negara
lain dan dapat berperan serta aktif dalam perkembangan
dunia di era global dan bebas hampir tanpa batas ini
(Baedhowi dalam Karwati).
Seiring dengan pesatnya perkembangan sains dan
teknologi, khususnya dalam bidang Information,
Communication and Tekhnology (TIK) semakin memudahkan siswa
dalam menggali disiplin ilmu yang diminati, dan juga
memudahkan guru dalam menyampaikan ilmu karena telah
tersedianya fasilitas yang canggih. Internet sudah ada
dimana-mana, ruang belajar tidak lagi disekat oleh
kelas, tetapi sudah mampu belajar jarak (distance learning),
dan belajar dimanapun.
Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi kini
menjadi bagian dari tuntutan kompetensi guru, baik guna
mendukung pelaksanaan tugas (penyusunan perencanaan,
penyajian pembelajaran, evaluasi dan analisis hasil
evaluasi) maupun sebagai sarana untuk mencari dan
mengunduh sumber-sumber belajar. Sehingga setiap guru
pada semua jenjang harus siap untuk terus belajar TIK
guna pemenuhan tuntutan kompetensi tersebut. Saran dari
penelitian adalah peningkatan kompetensi TIK guru harus
sejalan dengan pengadaan sarana yang memadai, walaupun
demikian peningkatan kemampuan kualitas guru melalui
TIK harus menjadi visi sinergis dan terintegrasi
sehingga perkembangan TIK, perkembangan siswa, dan
perkembangan kompetensi guru berjalan lurus mengikuti
arah perkembangan pendidikan dan pembelajaran.
Mampuono Rasyidin Tomoredjo (2009) menyatakan
bahwa supaya guru menjadi profesional yang sesuai
dengan era global dan digital ini hendaknya guru kurang
lebih memiliki sembilan kriteria guru profesional
sebagai berikut:
a. Mahir pada core competency-nya
b. Mengerti dan memahami kurikulum beserta aplikasi dan
pengembangannya
c. Menguasai pedagogik secara teoritis dan praktis
beserta pengembangannya
d. Menjadi pendengar yang baik dan empatik
e. Menguasai public speaking, terampil memotivasi dan
menginspirasi
f. Menjadi pembaca yang efektif dan broad minded
g. Biasa melakukan riset dan penulisan
h. Bisa mengaplikasikan TIK berbasis pembelajaran
i. Menguasai bahasa internasional
Pemanfaatan media TIK dalam bidang pendidikan,
dapat menunjang pembelajaran yang kini merupakan suatu
keharusan, bukan hanya untuk meningkatkan efektivitas
dan kualitas pembelajaran, tetapi yang lebih penting
adalah untuk meningkatkan penguasaan TIK baik bagi guru
mau pun siswa sebagai bekal hidup di era teknologi yang
terus berubah dan berkembang. Dalam konteks
pembelajaran, pemanfaatan dan pemberdayaan media TIK,
termasuk teknologi multimedia, dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pembelajaran, yang diharapkan
dapat memberikan kepuasan public dengan memberikan
layanan yang prima dengan hasil sesuai dengan standar
dan tujuan yang diharapkan. Hasil penelitian di Amerika
Serikat menyatakan bahwa proses belajar mengajar yang
dibantu alat peraga meningkatkan efesiensi 47%, dengan
dukungan TIK meningkatkan efesiensi 93% (Adhie dalam
Heriyanto, 2013). Membuat dan mempersiapkan materi
pembelajaran, silabus, Satuan Acara Perkuliahan (SAP),
kontrak perkuliahan, hand out, sumber referensi, media
pembelajaran, evaluasi, dan penyajian laporan dapat
dilakukan dengan dukungan TIK.
Jika pada masa lalu ada anggapan bahwa
pembelajaran tidak terlalu perlu menggunakan media TIK,
pada era saat ini penggunaan media TIK merupakan suatu
keharusan. Apalagi di era informasi kini, sudah tidak
zaman lagi para tenaga didik atau guru gagap terhadap
teknologi. Teknologi diharapkan menjadi kesatuan dalam
pembelajaran sehingga tercipta peserta didik yang lebih
aktif dan mandiri. Guru juga perlu memiliki kompetensi
profesional yaitu selalu meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Guru perlu
meningkatkan kompetensinya melalui aktivitas
kolaboratif dengan kolega, menjalin kerjasama dengan
orang tua, memberdayakan sumber-sumber yang terdapat di
masyarakat, melakukan penelitian sederhana. Guru perlu
menguasai pemanfaatan TIK untuk kebutuhan belajarnya.
Kegiatan belajar dan pembelajaran perlu dikelola dengan
baik.
C. Simpulan
Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti
bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh
seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,
kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan
persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan
tertentu. Kualifikasi akademik diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma
empat. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogis,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
profesional.
Agar menjadi guru yang berkualitas di era
teknologi informasi, penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi kini menjadi bagian dari tuntutan kompetensi
guru. Hal tesbeut guna mendukung pelaksanaan tugas guru
(penyusunan perencanaan, penyajian pembelajaran,
evaluasi dan analisis hasil evaluasi) maupun sebagai
sarana untuk mencari dan mengunduh sumber-sumber
belajar. Sehingga setiap guru pada semua jenjang harus
siap untuk terus belajar TIK guna pemenuhan tuntutan
kompetensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arnyana, Ida Bagus Putu. 2007. Pengembangan Profesionalisme
Guru Biologi di Era Global. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran Undhiksa, Edisi Khusus tahun XXXX, Mei
2007, hal. 472-490.
Djoko Kustono. 2007. Urgensi Sertifikasi Guru. Makalah
Seminar Nasional dalam Rangka Dies UNY ke-43
tanggal 5 Mei 2007. Yogyakarta.
Heriyanto. 2013. Pengaruh Pemanfaatan TIK dan Jenis Kelamin
terhadap Kompetensi Pedagogik dan Profesional Dosen Sekolah
Tinggi Agama Buddha (STAB) NegeriI Sriwijaya Tangerang Banten.
STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten.
https://www.academia.edu/ (diakses pada tanggal 20
Desember 2014)
Karwati, Euis. ___. Membangun Daya Saing Bangsa Melalui
Pendidikan: Refleksi Pprofesionalisme Guru di Era Globalisasi.
Makalah disampaikan dalam seminar internasional
(proceeding ISSN: 2086-8340). www.uninus.ac.id.
(diakses pada tanggal 18 Desember 2014).
Mugara, Rony. ___. Meningkatkan Kualitas Guru melalui
Penguasaan TIK. Prodi Pengembangan Kurikulum.
Universitas Pendidikan Indonesia.
www.jurnal.upi.edu (diakses pada tanggal 18
Desember 2014)
Pateda, M. 1991. Linguistik Terapan. Yogyakarta: Kanisius.
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan
Masyarakat, Strategi
Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta: Nimas Multima.
Setyowati, Endah. 2010. Pengembangan SDM Berbasis
Kompetensi: Solusi untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi.
Makalah. http://blog.fitb.itb.ac.id (diakses pada
tanggal 18 Desember 2014).
Subandowo. 2009. Peningkatan Produktivitas Guru dan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan pada Era Global. Jurnal
Ilmiah Kependidikan, Khazanah Pendidikan, Vol. I,
No. 2 (Maret 2009).
Tomoredjo, Mampuono Rasyidin. ___. Penguasaan ICT: Bekal
Guru Profesional Menghadapi Era Global.
http://www.jatengklubguru.com (diakses pada
tanggal 18 desember 2014)
http://eprints.uny.ac.id/ (diakses pada tanggal 7
Oktober 2014)
Top Related