HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN DAN MUTU GIZI PANGAN (MGP4)
KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA PALUH SIBAJI
KECAMATAN PANTAI LABU
SKRIPSI
AULIA TARA ULFA
P01031214003
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2018
HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN DAN MUTU GIZI PANGAN (MGP4)
KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA PALUH SIBAJI
KECAMATAN PANTAI LABU
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Studi Sarjana Terapan di Politeknik Kesehatan Medan
AULIA TARA ULFA
P01031214003
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2018
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul :Hubungan Ketahanan Pangan Dan Mutu Gizi
Pangan (MGP4) Keluarga Dengan Status Gizi Balita
Di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu
Nama Mahasiswa : Aulia Tara Ulfa
Nomor Induk Mahasiswa : P01031214003
Program Studi : Sarjana Terapan Gizi
Menyetujui :
Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes NIP. 196611141992031003
Pembimbing Utama
Efendi S Nainggolan, SKM, M.Kes Berlin Sitanggang, SST, M,Kes
NIP. 196109091985011001 NIP. 196206211984031001
Penguji I Penguji II
Mengetahui :
Ketua Jurusan,
Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes
NIP. 196403121987031003 Tanggal Lulus : 21 Agustus 2018
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi
yang berjudul”Hubungan Ketahanan Pangan Dan Mutu Gizi Pangan (MGP4)
Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai
Labu“ .
Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Medan.
2. Bapak Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, saran dan motivasi.
3. Bapak Efendi Nainggolan, SKM, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan usulan penelitian ini.
4. Bapak Berlin Sitanggang, SST, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan usulan penelitian ini.
5. Bapak Abdul Hafiz selaku Kepala Desa Paluh Sibaji yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di Desa Paluh Sibaji.
6. Ibu Duma selaku bidan Desa Paluh Sibaji yang membantu untuk melakukan penelitian di Desa Paluh Sibaji.
7. Responden di Desa Paluh Sibaji yang berpartisipasi memberikan informasi dalam penyusun skripsi.
8. Kedua orangtua dan keluarga yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
9. Seluruh dosen dan pegawai yang bekerja di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Medan.
10. Ganang Rosadi, Risky Salsabilla, Nurhasanah Umma yang senantiasa turut membantu dalam penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman mahasiswa Prodi D-IV angkatan 2014 Jurusan Gizi yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,untuk itu
penulis mengharapkan sumbang saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga apa yang telah ditulis bisa menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
v
RINGKASAN
AULIA TARA ULFA “ Hubungan Ketahanan dan Mutu Gizi Pangan (MGP4)
Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai
Labu”(DI BAWAH BIMBINGAN URBANUS SIHOTANG).
Ketahanan pangan keluarga merupakan kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan anggota keluarga rumah tangga dari segi jumlah, mutu dan
ragamnya sesuai dengan budaya setempat, sedangkan ketahanan pangan
keluarga tercermin dari ketersediaan, kemampuan daya beli dan keterjangkuan
keluarga dalam memilih pangan.Status gizi balita dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang dibedakan menjadi factor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung
meliputi tingkat konsumsi gizi, penyakit infeksi, dan adanya riwayat Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).Sedangkan factor tidak langsung meliputi ketahanan pangan
keluarga, pola asuh, kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan dan kondisi
ekonomi.
Tujuan:Untuk mengetahui hubungan ketahanan pangan dan mutu gizi pangan
keluarga dengan status gizi balita.
Penelitian dilakukan di Desa Paluh Sibaji periode September – Juli 2018. Jenis
penelitian adalah survey dengan rancangan cross sectional study. Populasi adalah
keluarga yang mempunyai anak balita sebesar 600. Sampel adalah anak balita
sebanyak 78 dengan teknik pengambilan sampel acak systematik random
sampling. Data yang dikumpulkan ketahanan pangan, mutu gizi pangan dan status
gizi balita.Ketahanan pangan diperoleh dari % pengeluaran total, mgp diperoleh
dengan metode food recall, status gizi digunakan indeks BB/TB. Analisa data
dengan uji chi – square.
Hasil penelitian diperoleh 52,6% keluarga rawan pangan, 31,0% keluarga dengan
mutu gizi pangan (MGP4) tidak baik, Status gizi balita 6,4 % sangat kurus, 21,8 %
kurus, 12,8 % gemuk.Tidak ada hubungan antara ketahanan pangan keluarga
dengan status gizi balita. Ada hubungan antara mutu gizi pangan keluarga dengan
status gizi balita
Kata kunci :Ketahanan Pangan, Mutu Gizi Pangan (MGP4), Status Gizi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
RINGKASAN ............................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 4
1. Tujuan umum .................................................................. 4
2. Tujuan khusus ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 6
A. Balita .................................................................................. 6
1. Pengertian Balita ......................................................... .... 6
2. Karakteristik Balita .......................................................... 6
B. Status Gizi .......................................................................... 6
1. Pengertian Status Gizi .................................................... 6
2. Faktor-faktor Status Gizi ................................................. 7
3. Penilaian Status Gizi ...................................................... 7
C. Keluarga ............................................................................. 10
1. Pengertian Keluarga ....................................................... 10
2. Fungsi Keluarga .............................................................. 11
3. Karakteristik Keluarga ..................................................... 11
viii
D. Ketahanan Pangan ............................................................. 12
1. Pengertian Ketahanan Pangan ....................................... 12
2. Faktor-faktor Ketahanan Pangan .................................... 13
3. Sistem Pangan dan Gizi ................................................. 15
4. indikator Ketahanan Pangan ........................................... 15
E. Mutu Gizi ............................................................................ 16
1. Pengertian Mutu Gizi ..................................................... 16
2. Mutu Gizi Konsumsi Pangan . ......................................... 17
F. Survei Konsumsi Makanan ................................................. 19
G. Kerangka Teori ................................................................... 21
H. Kerangka Konsep .............................................................. 22
I.Definisi Operasional .............................................................. 23
J.Hipotesis .............................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 26
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 26
B. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................ 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 26
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................... 28
E. Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 32
A. Hasil Penelitian ................................................................... 32
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... 32
2. Karakteristik Balita .......................................................... 33
3. Ketahanan Pangan Keluarga .......................................... 34
4. Mutu Gizi Pangan Keluarga ............................................ 35
5. Status Gizi Balita ............................................................ 35
6. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan
Status Gizi Balita ............................................................ 36
7. Hubungan Mutu Gizi Pangan Keluarga dengan
Status Gizi Balita .............................................................. 37
ix
B. Pembahasan ..................................................................... 38
1. Karakteristik Balita ........................................................ 38
2. Ketahanan Pangan Keluarga ....................................... 38
3. Mutu Gizi Pangan Keluarga .......................................... 39
4. Status Gizi Balita .......................................................... 40
5. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga
dengan Status Gizi ....................................................... 41
6. Hubungan Mutu Gizi Pangan Keluarga dengan
Status Gizi .................................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 43
A. Kesimpulan ......................................................................... 43
B. Saran .................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 44
LAMPIRAN ........................................................................................... 47
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kelebihan dan Keterbatasan Pengukuran Antropometri .................... 8
2. Indikator Pengukuran Ketahanan Pangan ........................................ 15
3. Definisi Operasional .......................................................................... 23
4. Distribusi Sampel Berdasarkan anak Balita ....................................... 33
5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 34
6. Distribusi Ketahanan Pangan Keluarga ............................................. 34
7. Distribusi Mutu Gizi Pangan Keluarga ............................................... 35
8. Distribusi Status Gizi Balita ............................................................... 36
9. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi ........... 36
10. Hubungan Mutu Gizi Pangan Keluarga dengan Status Gizi .............. 37
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Teori .................................................................................. 21
2. Kerangka Konsep .............................................................................. 22
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Master Tabel ...................................................................................... 47 2. Karakteristik keluarga ........................................................................ 51
3. Formulir Konsumsi Recall Keluarga 1 x 24Jam ................................. 52
4. Formulir Pengeluaran Pangandan Non Pangan ................................. 56
5. Lembar Persetujuan Setelah Pengesahan Responden ...................... 58
6. Frekuensi Variabel ............................................................................. 59
7. Hasil Uji Statistik ................................................................................ 61
8. Dokumentasi ..................................................................................... 63
9. Daftar Riwayat Hidup ......................................................................... 64
10. Pernyataan Keaslian Skripsi .............................................................. 65
11. Bukti Bimbingan Skripsi ..................................................................... 66
12. Surat Izin Penelitian ........................................................................... 68
13. Surat Balasan Penelitian .................................................................... 69
14. Persetujuan Etical Cleranse ............................................................... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Sunita, 2009 Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan
tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi,
membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses – proses
kehidupan. Gizi merupakan bagian yang cukup penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mencapai
keseimbangan konsumsi gizi pada setiap individu atau keluarga juga
dipengaruhi banyak faktor, seperti ekonomi, sosial budaya, kebiasaan,
kesukaan, kondisi kesehatan termasuk juga Pendidikan dan pengetahuan
seputar masalah gizi ( Eliana Desy, Solikhah, 2012).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat - zat gizi. Bila tubuh memperoleh cukup zat
– zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal
yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja ( Almatsier, 2009).Status gizi baik bila tubuh memperoleh asupan
gizi yang baik, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik dan kesehatan
secara umum pada keadaan umum sebaik mungkin. Status gizi kurang
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan zat gizi ( Aidina dkk, 2015 ).
Masalah gizi yang sering terjadi pada Balita antara lain adalah
masalah gizi kurang (BB/U), kependekan (TB/U), gizi lebih atau obesitas
dan kurang vitamin A. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi pada umumnya terjadi
pada balita karena umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang
pesat (Natalia dkk, 2013).
Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita
termasuk dalam golongan kelompok rentan gizi, yaitu kelompok yang
paling mudah menderita kelainan gizi, akibat dari kurang gizi ini
kerentanan terhadap penyakit infeksi dapat menyebabkan meningkatnya
angka kematian balita ( Soegeng, 2004 dalam Ihsan dkk, 2012).
2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia(RISKESDAS)
tahun 2013 prevalensi menurut indikator BB/U secara nasional prevalensi
gizi kurang sebesar 19,6% terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi
kurang. Jika di bandingkan dengan Riskesdas 2007 (18,4%) dan tahun
2010 (17,9%) prevalensi gizi kurang terlihat meningkat. Perubahan utama
terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari tahun 2007 (5,4%) pada
tahun 2010 gizi buruk yaitu 4,9% dan naik menjadi 5,7% pada tahun 2013.
Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9%.Dibandingkan
dengan PSG 2016 hasil status gizi menggunakan indeks BB/TB atau
BB/PB prevalensi anak yang sangat kurus dan kurus dari hasil PSG Deli
Serdang 2016 yaitu gizi sangat kurus hanya 6.4% dan kurus sebesar
7.7%.
Laporan hasil Studi Diet Total ( SDT) tahun 2014 prevalensi gizi
kurang di Sumatera Utara sebesar 22,4 % dan stunting sebesar 42,5 %
sedangkan hasil Riskesdas 2013 Sumatera Utara termasuk 18 provinsi
yang memiliki prevalensi gizi buruk – kurang diatas angka prevalensi
nasional berkisar 19,6 % sedangkan prevalensi gizi kurang pada balita di
Deli Serdang sebesar 19,8% dan stunting 37,7%.
Status gizi balita dipengharui oleh beberapa faktor yang dibedakan
menjadi faktor langsung dan tidak langsung.Faktor langsung meliputi
tingkat konsumsi gizi, penyakit infeksi, dan adanya riwayat Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan faktor tidak langsung meliputi
ketahanan pangan keluarga, pola asuh, kesehatan lingkungan, tingkat
Pendidikan, dan kondisi ekonomi (Supariasa, 2008)
Ketahanan pangan keluarga merupakan kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan pangan anggota rumah tangga dari segi
jumlah, mutu dan ragamnya sesuai dengan budaya setempat, sedangkan
ketahanan pangan keluarga tercermin dari ketersediaan, kemampuan
daya beli, dan keterjangkauan keluarga dalam memenuhi pangan (Natalia
dkk, 2012).
Menurut Badan Pusat Statistik, berdasarkan data pengeluaran
keluarga dapat diungkapkan tentang pola konsumsi keluarga dengan
3
menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk pangan dan non
pangan. Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan
bergeser dari pengeluaran pangan ke pengeluaran non pangan.
Penelitian Arida (2015) di Aceh Besar ternyata proporsi
pengeluaran untuk pangan adalah 60% yang artinya pengeluaran
konsumsi pangan masih mengambil sebagian besar dari pengeluaran
rumah tangga petani. Demikian juga penelitian Yudaningrum (2011) di
Surakarta, proporsi pengeluaran untuk pangan masih lebih besar 50%
dibandingkan pengeluaran non pangan.
Hasil laporan Studi Diet Total 2014 pada umur 19 – 55 tahun rata-
rata asupan energi di Indonesia sebesar 1695 kalori masih dibawa AKE
nya.
Status gizi juga di pengharui mutu gizi pangan. Semakin tinggi mutu
gizi pada keluarga maka status gizinya semakin baik ( Anwar dkk, 2014).
Hasil penelitian Natalia dkk, 2013 bahwa ada hubungan ketahanan
pangan tingkat keluarga dengan status gizi balita dan penelitan menurut
Rohaedi dkk, 2014 mengatakan ada hubungan antara tingkat ketahanan
pangan rumah tangga dengan status gizi balita.
Konsumsi pangan dengan gizi yang cukup dan seimbang
merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat kesehatan dan
tingkat kecukupan konsumsi pangan dan gizi seseorang akan
mempengharui keseimbangan perkembangan jasmani dan rohani yang
bersangkutan untuk mempertahankan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga, ditetapkan rekomendasi kecukupan energi dan protein per orang /
hari adalah 2.200 kilokalori dan 52 gram (Rahmadi dkk, 2013).
Berdasarkan perhitungan tingkat kecukupan zat gizi, dapat diperoleh
nilai mutu gizi konsumsi pangan (MGP) dari seluruh zat gizi yang di
konsumsi oleh subjek.Penilaian MGP dilakukan dengan menganalisis
kandungan gizi makanan yang dikonsumsi dibandingkan dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan dan dinyatakan dalam persen (prasetyo
dkk, 2013).
4
Berdasarkan penelitian Anwar (2014) bahwa Mutu Gizi di Indonesia
sebanyak 36,6% tergololong sangat kurang dan penelitian Prasetyo
(2013) pada usia 2-6 tahun 34,6% termasuk kategori baik.
Hasil laporan Dinas Ketahanan Pangan Deli Serdang 2016 di
peroleh penduduk yang sangat rawan pangan sebesar 18,2 % dan rawan
pangan sebesar 36,4 % demikian juga asupan protein di daerah nelayan
lebih rendah di bandingkan daerah pertanian ( Dinas Ketapang, 2016).
Pantai Labu merupakan suatu kecamatan yang terletak di daerah
pesisir pantai sehingga diharapkan masyarakat mengkonsumsi ikan lebih
tinggi agar gizinya semakin baik dan Desa Paluh Sibaji sebagian besar
bermata pencarian nelayan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik meneliti
”Hubungan Ketahanan Pangan dan Mutu Gizi Pangan (MGP4) Keluarga
dengan Status Gizi Balita di Desa Palu Sibaji Kecamatan Pantai Labu”.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan ketahanan pangan dan mutu gizi pangan (MGP4)
keluarga dengan status gizi balita ?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan ketahanan pangan dan mutu gizi
pangan keluarga dengan status gizi balita.
2. Tujuan Khusus
a. Menilai ketahanan pangan keluarga di Desa Paluh Sibaji.
b. Menilai mutu gizi pangan keluarga di Desa Paluh Sibaji.
c. Menilai status gizi balita.
d. Menganalisis hubungan tingkat ketahanan pangan keluarga
dengan status gizi balita di Desa Paluh Sibaji.
e. Menganalisis hubungan tingkat mutu gizi keluarga pangan dengan
status gizi balita di Desa Paluh Sibaji.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Sebagai informasi tentang pentingnya ketahanan pangan
keluarga dan bagaimana pengaruh status gizi dengan mutu gizi.
2. Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan kemampuan peneliti tentang hubungan
ketahanan pangan dan mutu gizi pangan keluarga dengan
status gizi balita.
3. Bagi Instasi Terkait
Sebagai masukan atau informasi mengenai masalah gizi pada
balita dan mutu gizi pangan penduduk.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian Anak Balita
Anak balita merupakan kelompok usia dengan pertumbuhan badan
yang pesat. Namun, balita juga merupakan kelompok yang rentan gizi dan
mudah menderita kelainan gizi ( Okti Woro, 2012). Gizi merupakan bagian
terpenting dalam tumbuh kembang anak yang memiliki keterkaitan dengan
kecerdasaan dan kesehatan (Proverawati & wati dalam Marelda, 2014).
2. Karekteristik Balita
Anak usia 1 – 3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi
demikian, anak balitadiperkenalkan dengan berbagai bahan makanan.
Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang lebih besar(Proverawati &
wati, 2011 dalam Marelda, 2014). Pertumbuhan anak dipengharui oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari genetik,
sedangkan faktor eksternal yaitu status gizi pada balita ( Hastuti, 2013).
B. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat – zat gizi.Dibedakan menjadi status gizi buruk,
kurang, baik, dan lebih. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan
dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun,
dan memelihara jaringan tubuh, serta mengtur proses – proses kehidupan
dalam tubuh ( Almatsier, 2010)
7
2. Faktor – faktor yang mempengharui status gizi
a. Penyebab langsung
1) Keadaan infeksi
Ada hubungan yang erat antara infeksi ( bakteri, virus dan parasit)
dengan kejadian malnutrisi. Penyakit infeksi akan menyebabkan
gangguan gizi.
2) Tingkat konsumsi makanan
Konsumsi makanan oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis
pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga. Hal ini
bergantung pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan tingkat
Pendidikan ( Almatsier, 2005 dalam Susanto, 2015).
b. Penyebab Tidak Langsung
1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan
pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik
jumlah maupun mutu gizinya.
2) Pola pengasuhan anak kurang memadai
Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan
waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik fisik, mental dan sosial.
3. Penilaian Status Gizi
a. Pengukuran Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.Antropometri
sangat umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein
dan energi yang biasanya terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
(Depkes RI, 2005 dalam Frisda Turnip, 2008).
8
Tabel 1. Kelebihan dan Keterbatasan Pengukuran Antropometri
Kelebihan Keterbatasan
Relative murah, tidak
menimbulkan rasa sakit pada
responden
Membutuhkan data referensi yang
relavan
Cepat, sehingga dapat dilakukan
pada populasi besar
Kesalahan yang muncul seperti
pada peralatan (belum dikalibari),
kesalahan obsever ( pengukuran,
pembaca, pencatatan)
Objektif, gradable, dapat
dirangking apakah ringan, sedang
atau berat
Hanya mendapatkan data
pertumbuhan, obesitas, malnutrisi
karena kurang energi protein, tidak
dapat memperoleh informasi
karena defisiensi zat gizi mikro.
Sumber : Supariasa dkk, 2008
b. Indeks Antropometri
Penentuan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
secara biokimia, dietetika, klinik dan antropometri ( cara yang paling
umum dan mudah digunakan untuk mengukur status gizi dilapangan).
Indeks antropometri yang dapat digunakan adalah Berat Badan per Umur
(BB/U), Tinggi Badan per Umur (TB/U) dan Berat Badan per Tinggi Badan
(BB/TB), (Depkes RI, 2005 dalam Frisda Turnip, 2008).Indikator tersebut
antara lain adalah sebagai berikut :
1) Berat Badan terhadap Umur (BB/U)
Merupakan indikator status gizi kurang saat sekarang dan sensitive
terhadap perubahan kecil.Dapat digunakan untuk memonitor pertumbuhan
dan pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena
infeksi atau KEP.Kekurangan memakai indeks ini adalah sulitnya untuk
mendapatkan umur yang akurat, keliru dalam menginterprestasikan status
gizi bila terdapat edema dan kesalahan pengukuran yang dapat
9
disebabkan oleh pengaruh pakaian atau anak bergerak saat ditimbang
serta adanya hambatan dari segi perspektif budaya.
2) Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U)
Merupakan indikator status gizi masa lalu dan kesejahteraan dan
kemakmuran suatu bangsa.Kekurangan pemakaian indeks ini adalah
sulitnya mendapatkan umur yang akurat dan perubahan tinggi badan tidak
banyak terjadi dalam waktu singkat dan perlu dua orang untuk membantu
mengukur tinggi anak.
3) Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.Indeks
BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur merupakan
indikator untuk menilai status gizi saat ini dimana umur tidak perlu
diketahui.Indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui proporsi badan
gemuk, normal dankurus.
Langkah – langkah menimbang berat badan (BB) adalah :
a. Meletakan alat timbangan berat badan ditempat yang datar.
b. Sebelum melakukan penimbangan, timbangan digital dikalibrasi
terlebih dahulu dengan menggunakan air mineral 1,5 Liter
sebanyak 4 buah.
c. Setelah alat siap, responden disuruh untuk melepaskan segala
macam aksesories dan alas kaki
d. Responden dipastikan rileks
e. Kemudian mencatat hasil pengukuran dalam satuan kilogram
(kg)
Langkah – langkah mengukur tinggi badan (TB) :
a. Memilih bidang yang datar misalnya tembok untuk meletakkan
microtoise
b. Kemudian menarik ujung meteran hingga 2 meter ke atas
secara vertical hingga microtoise menunjukkan angka nol.
c. Memasang paku sebagai penguat agar alat tidak bergeser
d. Setelah alat siap, meminta responden untuk melepas alas kaki
dan melonggarkan ikat rambut bila ada.
10
e. Responden berdiri tegap, pandangan lurus kedepan, kedua
lengan berada disamping, telapak tangan posisi siap.
f. Memastikan kepala, punggung, bokong, betis, dan rumit
menempel pada bidang vertical
g. Menurunkan microtoise hingga menyentuh rambut dan posisi
microtoise tegak lurus
h. Catat hasil pengukuran
c. Klasifikasi Status Gizi
Pengukuran status gizi balita pada penelitian ini
menggunakanindikator BB/TB atau berat badan menurut tinggi badan
karena berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang
memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak). Masa
tubuh sifatnya akut terhadap perubahan mendadak, seperti terserang
penyakit, menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi, maka berat
badan merupakan ukuran yang stabil yang ditunjukan dari hasil
penimbangan berat badan(Supariasa, 2008).
C. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, individu mempunyai
peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga. Definisi ini
sesuai dengan yang terdapat dalam UU No 10 tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera
yang menyatakan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari suami istri atau suami istri dan anak- anaknya (Sutikno, 2011).
11
2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga secara umum ( Lewandowski, et al., 2010; Vliem,
2009; Wedastra, 2015) meliputi :
a. Fungsi afektif , fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat sosialisasi, fungsi
mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan
social sebelum meninggal rumah untuk berhubungan dengan
orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi, keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan, fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi.
3. Karakteristik Keluarga
Pangan keluarga merupakan kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan anggota rumah tangga dari segi jumlah, mutu, dan
ragamnya sesuai dengan budaya setempat.
Ketersediaan pangan keluarga akan di pengharui oleh faktor
keterjangkauan (jarak) dan kemampuan daya beli keluarga terhadap
bahan makanan (Natalia dkk, 2013).
12
D. Ketahanan Pangan
1. Pengertian Pangan
Pangan adalah kebutuhan dasar bagi manusia yang bersifat hakiki yang
harus dipenuhi setiap saat. Oleh karena itu pangan yang tersedia
dimasyarakat harus layak dikonsumsi dana man untuk dikonsumsi.
Pendapat lain menyatakan bahwa pangan hendaknya tersedia secara
cukup dan memenuhi kaidah aman, bermutu, bergizi dan beragam untuk
memenuhi kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari.
Kekeurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama berakibat buruk
terhadap kesehatan (Almatsier, 2011).
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Rahmawati,
2012).
Menurut Nurhemi 2014, Ada berbagai definisi ketahanan pangan tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
a. First World Food Conference (1974), United Nations (1975)
mendefinisikan ketahanan pangan sebagai ketersediaan pangan
dunia yang cukup dalam segala waktu untuk menjaga keberlanjutan
konsumsi pangan dan menyeimbangkan fluktuasi produksi dan
harga.
b. FAO (Food and Agricultural Organization), 1992 mendefinisikan
ketahanan pangan sebagai situasi pada saat semua orang dalam
segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman
dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif. Ketahanan
pangan dijelaskan dalam 4 pilar, yakni food availability, physicial
and economic access to food, stability of supply and access, and
food utilization.
c. USAID (1992) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi
ketika seluruh orang pada setiap saat memiliki akses secara fisik
13
dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk
hidup sehat dan produktif.
d. International Conference in Nutrition (FAO/WHO, 1992)
mendefinisikan ketahanan pangan sebagai akses setiap rumah
tangga atau individu untuk memperoleh pangan pada setiap waktu
untuk keperluan hidup sehat.
e. World Bank (1996) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai
akses oleh semua orang pada segala waktu atas pangan yang
cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif.
f. Hasil Lokakarya Ketahanan Pangan Nasional (DEPTAN, 1996)
mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pangan anggota rumah tangga dalam jumlah,
mutu, dan ragam sesuai dengan budaya setempat dari waktu ke
waktu agar dapat hidup sehat.
g. OXFAM (2001) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi
ketika setiap orang dalam segala waktu memiliki akses dan kontrol
atas jumlah pangan yang cukup dan kualitas yang baik demi hidup
yang sehat dan aktif. Ada dua kandungan makna yang tercantum
disini, yakni ketersediaan dalam artian kualitas dan kuantitas, dan
akses dalam artian hak atas pangan melalui pembelian, pertukaran,
maupun klaim.
2. Faktor – faktor Ketahanan Pangan
Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan
rumah tangga nelayan menurut ( Yuliana, 2013) dan (Khomsan, 2013) :
a. Pendidikan ibu rumah tangga
Pendidikan ibu tidak berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan
rumah tangga dan dalam memberikan konsumsi pangan untuk anggota
rumah tangganya tidak berasal dari Pendidikan formal.
b. Besar anggota rumah tangga
14
Semakin besar ukuran anggota rumah tangga maka akan semakin
kecil peluang tercapainya ketahanan pangan rumah tangga (
Desfaryani,2012).
c. Pengeluaran rumah tangga
Pengeluaran rumah tangga nelayan terbagi atas dua pengeluaran
yaitu pengeluaran untuk membeli kebutuhan pangan dan kebutuhan non
pangan (Herdiana, 2009 dalam Yuliana, 2013).
d. Pekerjaan di rumah tangga
Mata pencaharian berhubungan erat dengan akses pangan yang
meliputi produksi rumah tangga dan alat untuk memperoleh pendapatan/
sumber nafkah.Fungsi dari akses terhadap sumber pangan adalah daya
beli rumah tangga. Dengan kata lain, akses pangan terjadi seiring
terjaminnya pendapatan dalam jangka panjang ( Hildawati, 2008 dalam
Salim, 2016).
e. Pengetahuan gizi ibu rumah tangga
Pengetahuan gizi terkait dengan keputusan ibu dalam memilih jenis
dan jumlah pangan yang akan dikonsumsi untuk anggota keluarga,
semakin baik pengetahuan gizi ibu maka ketahanan pangan rumah
tangga dapat di capai. Penegtahuan gizi ibu rumah tangga berpengaruh
nyata terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga.
f. Asupan energi dan kecukupan gizi rumah tangga
Menurut Nguyen et al (2013), pola konsumsi pangan individu dapat
mencerminkan kecukupan gizi seseorang. Keanekaragaman konsumsi
pangan merupakan upaya seseorang untuk mencukupi asupan gizinya
baik berupa energi, protein, vitamin, mineral dan lain – lain. Pada
dasarnya semakin beragam konsumsi pangan seseorang semakin besar
peluang mencukupi kebutuhan gizinya.
15
3. Sistem Pangan Dan Gizi
Sistem pangan dan gizi mempunyai tujuan meningkatkan dan
mempertahankan status gizi masyarakat dalam keadaan optimal. Sistem
pangan dan gizi mempunyai empat komponen yaitu :
1) Penyediaan Pangan
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai
dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup
diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri dalam melalui upaya
pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur –
mayur, dan buah – buahan.
2) Konsumsi makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung
pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam
keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini bergantung
pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan pendidikan masyarakat
(Almatsier 2009).
4. Indikator pengukuran ketahanan pangan
Tabel2.Pengukuran Ketahanan Pangan : Pangsa Pengeluaran Pangan dan
Konsumsi Energi
Tingkat
Konsumsi
Energi
Pangsa Pengeluaran Pangan
Rendah (<60%
pengeluaran total)
Tinggi(≥60% pengeluaran total)
Cukup (>80%
kecukupan
energi)
1. Tahan Pangan
2. Rentan Pangan
Kurang (≤80%
kecukupan
energi)
3. KurangPangan
4. Rawan Pangan
Sumber:Jonsson dan Toole, 1991 dalamMaxwelS, etal(2000) dalam Rahmi (2013)
16
E. Mutu Gizi Pangan
1. Pengertian Mutu Gizi Pangan
Mutu adalah kumpulan sifat atau ciri yang membedakan suatu produk
dengan produk lain. Menurut PP Nomor 28 tahun 2004 mutu pangan
adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan dan
minuman. Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam
pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan
manusia (Amrin dkk, 2013).
Evaluasi mutu gizi pangan dilakukan terhadap :
1. Kadar zat gizi pangan
Kadar zat gizi diukur jenis dan kepadatannya menggunakan analisis
kimia seperti analisia protein, analisis lemak, analisis karbohidrat, analisis
mineral dan analisis vitamin. Hasil analisis digunakan untuk membantu
dalam penentuan nilai gizi pangan.
2. Nilai gizi pangan
Nilai gizi pangan ditentukan berdasarkan ketersediaan zat – zat gizi
baik secara teoritis. Penentuan nilai gizi pangan dilakukan dengan cara
penentuan nilai gizi protein, nilai gizi lemak, nilai gizi karbohidrat, nilai gizi
mineral dan nilai gizi vitamin.
Peningkatan Mutu dan Kadar Gizi Pangan dilakukan untuk meningkatkan
ketersediaannya sebagai sumber zat gizi. Peningkatan kadar gizi pangan
dilakukan terhadap baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Beberapa
teknik peningkatan kadar zat gizi antara lain :
1) Fortifikasi pangan adalah penambahan satau atau lebih zat gizi (
nutrien) pada taraf yang lebih tinggi daripada yang ditemukan pada
pangan awal.
2) Restoration mengacu kepada penggatian zat gizi yang hilang selama
proses pengolahan.
17
3) Suplementasi pangan ditujukan untuk menambah konsumsi pangan
sehari – hari yang kurang yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
kurangnya pengertian, lemahnya ekonomi, dan sebagainya.
4) Tingkat kesehatan masyarakat diharapkan meningkatkan karena pada
prinsipnya makin banyak jenis bahan pangan yang dikonsumsi, makin
lengkap perolehan zat gizinya ( Artikel Persagi Gorontalo, 2014)
Nilai mutu gizi pangan (MGP) dari seluruh zat gizi yang dikonsumsi oleh
subjek.Penilaian mutu gizi pangan dilakukan dengan meng-analisis
kandungan gizi makanan yang dikonsumsi dibandingkan dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan dan dinyatakan dalam persen.Mutu gizi
pangan dihitung berdasarkan tingkat pemenuhan kebutuhan gizi rata –
rata dari 4 zat gizi (MGP4) yaitu Energi, protein, lemak dan
karbohidrat.(Prasetyo dkk, 2013).
2. Mutu Gizi Konsumsi Pangan
Mutu gizi konsumsi pangan didasarkan tingkat pemenuhan
kebutuhan gizi anak balita rata-rata dari 4 zat gizi (MGP4) yakni :
a. Energi
Kebutuhan energi sehari pada tahun pertama 100-200 kkal/kgBB.
Untuk tiap tiga tahun pertambahan umur,kebutuhan energi turun 10
kkal/kgBB. Penggunaan energi dalam tubuh adalah 50% atau 55
kkal/kgBB/hari untuk metabolisme basal, 5-10% untuk specific Dynamic
Action, 12%untuk pertumbuhan, 25% atau 15-25 kkal/kgBB/hari untuk
aktivitas fisik dan 10% terbuang melalui feses.
Zat-zat gizi yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak, dan
karbohidrat.Dianjurkan agar jumlah energi yang diperlukan didapat dari
50-60%karbohidrat, 25-35% lemak, sedangkan selebihnya (10-15%)
berasal dari protein.
b. Protein
Protein merupakan sumber Asam amino esensial yang diperlukan
sebagai zat pembangun, yaitu pertumbuhan dan pembentukan protein
dalam serum, hemoglobin, enzim, hormon serta antibodi; mengganti sel-
18
sel tubuh yang rusak; memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh
dan sumber energi.
Disarankan untuk memberikan 2,5-3 g/kgBB bagi bayi dan 1.5-2
g/kgBB bagi anak sekolah sampai adolesensia. Jumlah protein yang
diberikan dianggap adekuat jika mengandung semua asam amino
esensial dalam jumlah yang cukup, mudah dicerna dan diserap oleh
tubuh, maka protein yang diberikan harus sebagaian berupa protein yang
berkualitas tinggi seperti protein hewani.
c. Lemak
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak, dianjurkan
15-20% energitotal berasal dari lemak. Di indonesia energi yang berasal
dari lemak pada umumnya sekitar 10-20%. Proporsi kandungan lemak
yang rendah ini diduga lebih baik untuk kesehatan, karena risiko untuk
mendapat penyakit arterosklerosis lebih renda.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa lemak harus ada dalam makanan dan jumlah lemak
yang ada dalam hidangan di Indonesia pada umumnya memadai.
Masukan lemak setelah umur 6 bulan sebanyak 30-35% dari jumlah
energi seluruhnya masih dianggap normal, akan tetapi seharusnya tidak
lebih rendah. Diet sangat rendah lemak dapat menimbulkan rasacapai dan
menghilangkan rasa kenyang.Senbaiknya pemberian lemak berlebihan
dapat menyebabkan obesitas.
d. Karbohidrat
Dianjurkan 60-70% energi total basal berasal dari hidrat arang, pada
ASI dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalori
berasal dari hidrat arang terutama laktosa.
Karbohidrat diperlukan anak-anak yang sedang tubuh sebagai sumber
energi, dan tidak ada ketentuan tentang kebutuhan minimal karbohidrat,
karena glukosa dalam sirkulasi dapat dibentuk dari protein dan
gliserol.Masukan yang dianggap optimal berkisar antara 40-60% dari
jumlah energi.Sebaiknya karbohidrat yang dimakan terdiri dari
polisakarida seperti yang terdapat dalam beras, gandum, kentang, dan
sayuran. Gula yang terdapat dalam minuman manis,selai, kue, gula-gula
19
dan cokelat harus dibatasi dan tidak melebihi10% dari jumlah energi.
Monosakarida dan disakarida lainnya terdapat dalam buah-buahan dan
susu serta produk susu. Buah, susu dan produk susu merupakan sumber
vitamin dan trace element untuk anak yang sedang tumbuh. Makanan
yang terlalu manis dapat mangakibatkan kerusakan gigi anak-anak.
F. Survei Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan ( food consumption Survey), ditujukan untuk
mengetahui kebiasaan makan, gambaran tingkat kecukupan bahan
makanan, dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan
perorangan, serta faktor – faktor yang mempengharuinya. Metode atau
pendekatan yang umum digunakan dalam pengukuran survei konsumsi
makanan dikenal dengan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan gabungan.
Namun harus diakui bahwa masing – masing pendekatan tersebut
mempunyai kelemahan dan keunggulan. Oleh sebab itu, petugas
pelaksana harus mampu menggunakan pendekatan terpilih yang
mempunyai bias sekecil mungkin agar hasil yang didapatkan mendekati
hasil ukur sebenarnyan ( Supariasa dan Hardianyah, 2017).
Metode Pengukuran yang dilakukan adalah metode recall 24 jam salah
satu metode yang banyak digunakan dalam survei konsumsi makanan di
berbagai belahan dunia walaupun pada dasarnya metode ini lebih
cenderung termasuk kategori kualitatif. Metode ini lebih mengedepankan
kekuatan daya ingat individu yang diwawancarai dalam mengonsumsi
makanan selama 24 jam yang lalu.
Metode recall 24 jam dengan kelebihan sebagai berikut:
1) Mudah melaksanakannya serta tidak perlu membebani responden.
2) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan perlatan khusus dan
tempat yang luas untuk wawancara.
3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar – benar
dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
20
Kekurangan metode recall 24 jam :
1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari –hari bila,
hanya dilakukan recall satu hari
2) Ketepatannya sangan tergantung pada daya ingat responden. Oleh
karena itu responden harus mengingat daya ingat yang baik,
sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dibawah
7 tahun dan orang yang hilang ingatan
3) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terampil dan terlatih
dalam menggunakan alat – alat bantu URT dan ketepatan alat
bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
4) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan
dari penelitian (supariasa dkk, 2008).
21
G. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Management of Severe Malnutition (WHO, 2000) dalam
Hardinsyah dan Supariasa (2017).
Status Gizi
Faktor
Langsung
Faktor Tidak
Langsung
Perilaku
asuhan Ibu
dan Anak
KetersediaanPa
ngan tingkat
Rumah Tangga
Pelayanan
Kesehatan &
Sanitasi
Kemiskinan,
Pendidikan Rendah,
Ketersediaan Pangan,
Kesempatan Kerja
Krisis Ekonomi,
Politik, dan
Sosial
Mutu Gizi
22
H. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Status gizi balita disebabkan karena ketahanan pangan dan mutu gizi
pangan. Jika tingkat ketahanan pangan dan mutu gizi pangan keluarga
baik maka status gizinya juga akan baik.
Status Gizi Balita
Ketahanan Pangan
Mutu Gizi Pangan
23
I. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara
Ukur
Hasil Ukur Skala
1 Ketahana
n Pangan
Ketahanan pangan merupakan Terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang di ukur dari 2 komponen yaitu presentase pengeluaran pangan dengan non pangan dan kecukupan konsumsi energi. Dikategorikan menjadi : a. Tahan pangan b. Rentan pangan c. Kurang pangan d. Rawan pangan ( Rahmi, 2013)
Wawancara
Indikator pengukuran ketahan pangan :
a. Tahan pangan Jika pengeluaran pangan rendah <60% dan tingkat konsumsi energi cukup (>80%)
b. Rentan pangan Jika pengeluaran pangan tinggi ≥60% dan tingkat konsumsi energi cukup (>80%)
c. Kurang pangan jika pengeluaran pangan rendah <60% dan tingkat konsumsi energi kurang (≤80%)
Rawan pangan jika pengeluaran pangan tinggi ≥60% dan tingkat konsumsi energi kurang( ≤80%)
Ordinal
2 Mutu Gizi Penilaian Mutu Gizi Pangan dilakukan dengan meng-analisis kandungan gizi makanan yang dikonsumsi ( energi, protein, lemak dan
Wawancara Food recall 24 jam
Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Baik :TKG≥100 % AKG
b. Sedang :
Ordinal
24
karbohidrat ) dibandingkan dengankecukupan gizi yang dianjurkan dan dinyatakan dalam persen lalu dikategorikan.
TKG 80-99 % AKG
c. Kurang :TKG 70-79% AKG
d. Defisit :TKG < 70% AKG
(Supariasa dkk, 2008 )
3 Status
Gizi
Balita
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat - zat gizi yang di ukur dengan indeks BB/TB, Berat badan di timbang dengan timbangan digital, tinggi badan di ukur dengan microtoise. Di olah dengan WHO Antrhro 2005 (Almatsier, 2009).
Pengukuran BB dan TB
Indikator pengukuran BB/TB dengan kategori :
a. Sangat kurus <-3 SD
b. Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
c. Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Gemuk > 2 SD
(Kemenkes, 2010)
Ordinal
25
J. Hipotesis
Ho1 : Tidak Ada hubungan ketahanan pangan dengan status gizi balita
di DesaPaluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
Ha2 : Ada hubungan mutu gizi pangan keluarga dengan status gizi
balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data ini telah dilakukan pada keluarga
yang ada di desa Paluh Sibaji, kecamatan Pantai Labu. Pengumpulan
data dilakukan pada tanggal 24 – 28 Juni 2018.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasional dengan rancangan penelitian adalah cross sectional study.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua keluarga yang
mempunyai anak balita sebanyak 600 kepala keluarga.
2. Sampel
Sampel sebagian dari populasi. Sampel yang memenuhi kriteria
inklusiadalah :
a. Keluarga yang mempunyai anak balita umur 1 – 5 tahun.
b. Rumah tangga lengkap yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
c. Semua makanan anggota keluarga di sediakan di rumah.
d. Bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian ini dengan
mengisi surat persetujuan menjadi responden.
27
Jumlah sampel dihitung dengan rumus (Notoatmodjo, 2012) :
=
=
=77,47 dibulatkan menjadi 78 Kepala Keluarga
Keterangan :
n = jumlah sampel
= nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)
p = proporsi pada kelompok kasus (36,4%)
q = 1 –p ( proporsi bukan pada kasus 63,6%)
d = limit dari error atau presisi absolut ( 0,1)
N = banyak populasi ( 600)
Teknik pengambilan sampel adalah systematik random sampling. Dengan
langkah – langkah sebagai berikut :
1) Hitung interval dengan rumus jumlah populasi dibagi dengan jumlah
sampel.
Ket :
Interval
N = Populasi
n = Sampel
2) Penentuan sampel pertama di random ( no 1 – 8 di acak dari masing –
masing rumah dan nomor yang keluar merupakan sampel pertama)
28
3) Sampel selanjutnya diambil dengan interval 8 sampai mencapai
jumlah 78 anggota sampel ( Notoatmodjo, 2010).
3. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu atau bapak yang tinggal di
Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu yang menjadi sampel
penelitian.
D. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
a. Data primer
Jenis data primer dalam penelitian ini meliputi :
a. Data identitas sampel meliputi : nama, tanggal lahir, BB, TB,
umur, jenis kelamin
b. Data identitas keluarga
Data identitas keluarga meliputi: nama,usia, besar keluarga,
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
c. Data ketahanan pangan
Data ketahanan pangan diperoleh dengan mengukur jumlah
pengeluaran pangan dan non pangan keluarga yang
dikumpulkan dengan wawancara dengan alat bantu kuesioner.
d. Mutu gizi pangan
Data mutu gizi pangan diperoleh dengan survei konsumsi
makanan keluarga dengan metode Food Recall 24 jam
keluarga.
Adapun langkah – langkah pelaksanaan recall 24 jam adalah :
1. Enumerator melakukan probing dengan menanyakan menu
apa yang di masak 1 hari kemarin.
2. Enumerator menanyakan kembali dan mencatat semua
makanan dan makanan yang dikonsumsi keluarga dalam
29
ukuran rumah tangga (URT) selama kurang waktu 24 jam
yang lalu. Dalam membantu pengguna mengingat apa yang
dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti
waktu setelah bangun pagi, pulang kerja dan sebagainya.
Enumerator juga menggunakan buku food model untuk
membantu sampel memperkirakan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsinya.
3. Memasukkan nama bahan makanan ke program
nutrisurvey untuk mengetahui nilai gizi.
e. Status gizi
Data status gizi dikumpulkan dengan menimbang berat badan
(BB) menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg
dan mengukur tinggi badan (TB) menggunakan microtoise
dengan ketelitian 0,1 cm. status gizi diolah menggunakan
program WHO Anthro 2005.
b. Data sekunder
Meliputi gambaran umum Desa Paluh Sibaji yang di perolehdengan
mencatat data – data yang ada di kantor kepala desa.
E. Pengolahan dan Analisis Data
1.pengolahan Data
a. Presentase Pengeluaran Pangan
i. Menjumlahkan pengeluaran pangan
a. Menjumlahkan pengeluaran non pangan
b. Menghitung persen antara pengeluaran pangan dannon
pangan
c. Mengkategorikan (Rahmi, 2013):
1)Pengeluaran pangan rendah :Jika<60%
2)Pengeluaran pangan tinggi:Jika ≥60%
30
ii. Asupan Konsumsi Energi
a. Hasil food recall di olah dengan program nutrisurvey
b. Membandingkan asupan energi dengan AKG 2013
c. Mengkategorikan :
1) Tingkat konsumsi energi cukup : Jika >80% AKG
2) Tingkat konsumsi energi kurang : Jika ≤80% AKG
d. Mengkategorikan ketahanan pangan (Rahmi, 2013):
1) Tahan pangan Jika pengeluaran pangan rendah (<60%) dan
tingkat konsumsi energi cukup (>80%)
2) Rentan pangan Jika pengeluaran pangan tinggi (≥60%)
dan tingkat konsumsi energi cukup (>80%)
3) Kurang pangan jika pengeluaran pangan rendah (<60%) dan
tingkat konsumsi energi kurang (≤80%)
4) Rawan pangan jika pengeluaran pangan tinggi (≥60%) dan
tingkat konsumsi energi kurang ( ≤80%)
Dalam analisis mencari hubungan antara dua variabel
ketahanan pangan dikategorikan menjadi dua kategori
karena banyak sel yang 0 dan expedtednya <5 lebih dari 25
%, kategorinya menjadi :
Cukup pangan : Tahan pangan + Rentan pangan
Kurang Pangan : Kurang pangan + Rawan pangan
b. Mutu Gizi Pangan
1) Hasil food recall diolah dengan program nutrisurvey
2) Menghitung rata – rata asupan energi, protein, lemak, karbohidrat
3) Membandingkan dengan AKG 2013
4) Menghitung rata MGP4 dengan :
Tingkat asupan energi+ protein+ lemak+ karbohidrat
4
5) Mengkategorikan (Supariasa dkk, 2008) :
a. Baik :TKG≥100 % AKG
b. Sedang :TKG 80-99 %AKG
31
c. Kurang :TKG 70-79% AKG
d. Defisit :TKG < 70% AKG
Dalam analisis untuk mencari hubungan antara 2 variabel kategori mutu
gizi dikategorikan menjadi 2 yaitu, :
Tidak baik : <80 % AKG
Baik : >=80% AKG
c. Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/TB
1) Mengolah data dengan program WHO Antro 2005
2) Mengkategorikan berdasarkan SK Menkes 2010 yaitu :
a. Sangat kurus <-3 SD
b. Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
c. Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
d. Gemuk > 2 SD
Dalam analisis mencari hubungan antara dua variabel, kategori
status gizi dijadikan menjadi 3 kategori karena ada sel yang expectednya
< 5 lebih besar 25 % yaitu :
Sangat kurus + Kurus < - 2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk > 2 SD
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Melihat gambaran masing – masing variabel normal dengan
menyajikan data dengan tabel dan hasilnya dibaca berdasarkan
presentasi.
b. Analisis Bivariat
Digunakan untuk menguji hipotesis untuk melihat apakah ada
hubungan antara variabel independent dan variabel dependent.
Dilakukan uji statistik chi square di dasarkan pada probability.
Pengambilan keputusan jika p = < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada
hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent
tersebut ( Notoadmojo, 2010).
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Wilayah Desa Paluh Sibaji merupakan wilayah pesisir pantai,
dimana terdapat kawasan mulai dari Bedagai, Bandar Kalipah, Pantai
Cermin, Bagan Sedang, Aras Kabu.
Batas – batas wilayah Desa Paluh Sibaji Kelurahan Pantai Labu
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Desa Pantai Labu Pekan/ Selat Melaka
b. Sebelah Selatan : Desa Pantai Labu Pekan
c. Sebelah Barat : Desa Pantai Labu Pekan
d. Sebelah Timur : Desa Denai Sarang Burung / Desa
Denai Kuala
Jumlah penduduk di Desa Paluh Sibaji memiliki 965 keluarga,
berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 1.918 orang dan perempuan
1.790 orang, rata-rata sturktur mata pencarian adalah nelayan sebanyak
600 orang.
b. Visi dan Misi Desa Paluh Sibaji
Visi: ”Perekonomian dan taraf hidup masyarakat dengan
meningkatkan pertanian mandiri”
Misi Desa Paluh Sibaji :
1) Menyelenggarakan Pemerintahan Desa yang berpartisipatif
akuntabel transparan dan kriatif.
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas keagamaan.
3) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui
pembangunan sector pertanian pendidikan kesehatan
kebudayaan kependudukan dan ketenagakerjaan.
33
4) Meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan masyarakat
melalui pengelolaan pertanian intensifikasi yang maju unggul
dan ramah lingkungan menuju Desa Agrobisnis.
5) Meningkatkan Inplastruktur melalui peningkatan prasarana
jalan, energi listrik, pengelola sumber daya air pengelola
lingkungan penataan ruangan dan perumahan.
6) Menangulangi kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi
kerakyatan dan perekonomian perdesaan.
7) Menyusun regulasi Desa dan menata dokumen – dokumen
yang menjadi kewajiban Desa sebagai paying hukum
pembangunan Desa.
2. Karakteristik Balita
a. Umur Balita
Kategori usia yang digunakan pada penelitian ini adalah balita yang
berusia 12-59 bulan. Distribusi jumlah sampel menurut usia disajikan
pada tabel 4 :
Tabel4.Distribusi sampel berdasarkan usia anak balita
Usia(bln) n %
12-23 21 26.9
24-35 22 28.2
36-47 16 20.5
48-59 19 24.4
Total 78 100.0
Pada tabel 4 menunjukan bahwa rata-rata anak usia balita hampir
sama proporsinya berdasarkan kategori umur tetapi usia yang
tebanyak adalah 24 – 35 bulan sebesar 28,2 %.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan.Jenis
kelamin sampel secara keseluruhan pada penelitian ini memiliki
34
perbedaan jumlah yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Distribusi jumlah sampel menurut jenis kelamin disajikan pada tabel 5 :
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita
Jenis kelamin n %
Laki-laki 33 42.3
Perempuan 45 57.7
Total 78 100.0
Pada tabel 5 menjelaskan bahwa jumlah sampel balita terbanyak
adalah perempuan sebesar 57,7 % .
3. Ketahanan Pangan Keluarga
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Rahmawati,
2012). Ketahanan pangan diukur dari proporsi pengeluaran pangan dan
tingkat konsumsi energi.
Ketahanan pangan keluarga di Desa Paluh Sibaji Kecamatan
Pantai Labu dengan rata-rata keluarga mengalami rawan pangan, kurang
pangan, rentan pangan dan tahan pangan. Hal ini didistribusikan dalam
tabel 6 :
Tabel 6.Distribusi Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Paluh Sibaji
Kecamatan Pantai Labu
Ketahanan Pangan Keluarga n %
Rawan Pangan 41 52.6
Kurang Pangan 10 12.8
Rentan Pangan 17 21.8
Tahan Pangan 10 12.8
Total 78 100.0
35
Dari tabel 6, menunjukkan bahwa ketahanan pangan keluarga lebih
50% termasuk keluarga yang rawan pangan yaitu 52,6 % atau 41
keluarga sedangkan keluarga yang tahan pangan hanya 12,8 %. Hal ini
disebabkan karena ketersediaan pangan yang kurang pada daerah
tersebut serta pengeluaran keluarga untuk pangan tidak maksimal.
4. Mutu Gizi Pangan Keluarga
Distribusi mutu gizi pangan keluarga dinilai berdasarkan dengan
kategori Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang mana dibandingkan dengan
tingkat asupan keluarga, hal tersebut menjadi Tingkat Kecukupan Gizi
keluarga (TKG) yang akan menentukan mutu pangan gizi keluarga. Hasil
tersebut didistribusikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 7.Distribusi Mutu Gizi Pangan Keluarga di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu, Juni 2018
Mutu Gizi Pangan n %
Defisit 24 30.8
Kurang
Sedang
Baik
7
31
16
9.0
39.7
20.5
Total 78 100.0
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa mutu pangan gizi keluarga di
Desa Paluh Sibaji, 30.8 % tingkat mutu gizi pangannya termasuk kategori
defisit dibandingkan mutu gizi keluarga kategori baik sebesar 20.5%.Hal
ini disebabkan karena asupan keluarga yang rendah dan banyak keluarga
dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah.
5. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan gambaran melalui indikator
pengukuran antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan yang
ditujukan pada balita.Status gizi balita dikategorikan menjadi sangat kurus,
kurus, normal dan gemuk. Hal ini digambarkan melalui tabel 8 :.
36
Tabel 8.Distribusi Status Gizi Balita di Desa Paluh Sebaji Kecamatan Pantai Labu, Juni 2018
Status Gizi Balita n %
Sangat kurus
Kurus
5
17
6.4
21.8
Normal 46 59.0
Gemuk 10 12.8
Total 78 100.0
Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa status gizi balita Desa Paluh
Sibaji Kecamatan Pantai Labu ada sebanyak 22 balita (28,2%) dengan
status gizi sangat kurus + kurus. Demikian di Desa Paluh Sibaji sudah ada
anak balita yang gemuk sebesar 12.8 %.
6. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Hubungan ketahanan pangan keluarga dengan status gizi
merupakan salah satu faktor mempengaruhi status gizi secara tidak
langsung.
Tabel 9. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu, Juni 2018
Ketahanan
Pangan
Statu Gizi Total p
Value Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Cukup
Pangan
Kurang
Pangan
7
15
25.9
29.4
18
28
66.7
54.9
2
8
15.7
7.4
27
51
100.0
100.0
0.488
Tabel 9. menjelaskan bahwa persentase status gizi anak kurang pada
keluarga yang ketahanan pangan kurang pangan(29.4%) lebih besar
dibandingkan presentase status gizi anak kurus pada keluarga yang
cukup pangan (25.9%) dan hanpif 8 kali lipat. Demikian juga presentase
status gizi anak normal pada keluarga cukup pangan (66.7%), lebih besar
37
presentasenya dibandingkan keluarga yang kurang pangan hanya
(54.9%) status gizi anaknya normal. Hal ini menjelaskan bahwa ada
kecenderungan ketahanan pangan keluarga berhubungan dengan status
gizi anaknya. Hasil ini diperkuat dengan uji statistik diperoleh p ( < 0,488)
< 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara ketahanan
pangan keluarga dengan status gizi anaknya.
7. Hubungan Mutu Gizi Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Kualitas makanan yang dikonsumsi sehari – hari akan menentukan
zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Zat gizi dibutuhkan
tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
tubuh dan mengatur proses tubuh (Almatsier,2003).
Tabel 10. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu, Juni 2018
Mutu
Gizi
Pangan
Status Gizi Total
p
Kurus Normal Gemuk Value
n % n % n % n %
Tidak
Baik 7 22.6 17 54.8 7 22.6 31 100.0
0.002
Baik 15 31.9 29 61.7 3 6.4 47 100.0
Tabel 10.menjelaskan hasil analisis antara hubungan mutu gizi
pangan keluarga dengan status gizi diperoleh bahwa ada sebanyak 22,6%
proporsi keluarga yang status gizi anaknya juga kurus dan keluarga yang
mutu gizi pangan nya baik sebanyak 31,9%. Demikian juga jika mutu gizi
pangan keluarga baik, lebih besar anaknya dengan status gizi normal
(59,6%) dibandingkan dengan keluarga yang mutu gizi pangan
keluarganya tidak baik. Hal ini menjelaskan bahwa ada kecenderungan
mutu gizi pangan keluarga berhubungan dengan status gizi anaknya.
Hasil ini diperkuat dengan uji statistik diperoleh p ( < 0,002) < 0,05 artinya
38
ada hubungan yang signifikan antara mutu gizi pangan keluarga dengan
status gizi anaknya.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Balita
Anak usia 1 – 3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi
demikian, anak balitadiperkenalkan dengan berbagai bahan makanan.
Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang lebih besar(Proverawati &
wati, 2011 dalam Marelda, 2014). Pertumbuhan anak dipengharui oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari genetik,
sedangkan faktor eksternal yaitu status gizi pada balita ( Hastuti, 2013).
2. Ketahanan Pangan Keluarga
Ketahanan pangan keluarga merupakan kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan pangan anggota rumah tangga dari segi jumlah,
mutu dan ragamnya sesuai dengan budaya setempat, sedangkan
ketahanan pangan keluarga tercermin dari ketersediaan, kemampuan
daya beli, dan keterjangkauan keluarga dalam memenuhi pangan (Natalia
dkk, 2012).
Dari tabel tersebut menjelaskan bahwa sebanyak 41 keluarga
mengalami keadaan rawan pangan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran
keluarga yang tidak merata. dikarenakan beberapa keluarga memiliki
jumlah anggota keluarga yang banyak dengan pendapatan yang kurang.
Sejalan dengan penelitian Hasyim ( 2003) yaitu jumlah tanggungan
keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya
jumlah tanggungan keluarga akan mendorong kepala keluarga untuk
melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah
pendapatan keluarga.
39
Selain hal tersebut, rumah tangga dan proporsi pengeluaran yang
lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga
yang berpenghasilan rendah. Semakin tinggi tingkat penghasilan rumah
tangga, makin kecil proporsi pengeluaran pangan terhadap seluruh
pengeluaran rumah tangga. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
rumah tangga akan semakin sejatera bila persentase pengeluaran untuk
makanan jauh lebih kecil dibanding persentase pengeluaran untuk non
makanan (BPS, 2011).
Akibatnya hal ini akan berdampak bagi kesejahteraan keluarga dan
status gizi balita, yang mana ketahanan pangan merupakan faktor yang
mempengaruhi status gizi secara tidak langsung.
Maka upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan gerakan
asadar pangan dengan memberi informasi mengenai berbagai macam
bahan pangan lokal yang mudah didapatkan tanpa harus mengeluarkan
dana yang begitu besar dalam konsumsi pangan keluarga.
3. Mutu Gizi Pangan Keluarga
Mutu gizi pangan keluarga merupakan tingkat kecukupan keluarga
dalam asupan rata-rata keluarga. Mutu gizi pangan keluarga merupakan
salah satu faktor penentu tingkat kesehatan, kecerdasan serta
produktifitas keluarga.
Dari tabel menunjukkan bahwa rata-rata mutu pangan gizi keluarga
di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu adalah 53 keluarga dengan
mutu gizi pangan <=80% yang mana dikategorikan dengan mutu gizi
pangan yang kurang.
Dari sisi norma gizi, setiap keluarga memiliki standar minimum
jumlah asupan yang dibutuhkan agar keluarga sehat dan aktif beraktivitas.
Kekurangan mutu gizi pangan keluarga dari standar minimum umunya
akan berdampak pada kesehatan keluarga dan produktivitas saat bekerja.
Hal ini pula yang akan mempengaruhi sttaus gizi secara langsung yaitu
asupan gizi (Rahman dan Supriyati, 2004)
40
Hasil recall makanan pada penelitian ini diketahui bahwa seluruh
responden penelitian mengatakan bahwa makanan pokok keluarga adalah
beras ( nasi) . sumber energi protein di peroleh dari ikan, telur, tahu dan
tempe. Sedangkan sumber energi dari lemak diperoleh dari minyak
goreng yang digunakan untuk memasak. Kebanyakan dari para nelayan
mereka mengkonsumsi ikan dari hasil tangkapan mereka sendiri.
Upaya yang dilakukan dalam menanggulangi mutu pangan gizi
keluarga adalah melakukan pola makan gizi seimbang dengan
memanfaatkan kekayaan bahan pangan lokal yabng tersedia pada daerah
tersebut. Sehingga asupan keluarga tetap berada pada kategori baik
tanpa harus mengeluarkan konsumsi yang begitu besar utnuk pangan.
4. Status Gizi Balita
Status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan zat gizi
yang didapatkan dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh.Status
gizi dapat ditentukan dengan pemeriksaan klinis, pengukuran antopometri,
analisis biokimia, dan riwayat gizi.(Persagi, dkk, 2014).
Status gizi merupakan suatu keadaan fisik seseorang atau
kelompok orang ditentukan dengan salah satu kombinasi dari ukuran gizi
tertentu (Adnani, 2011).Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB).(Kemenkes, 2010).
Hasil Penelitian menunjukan anak dengan status gizi sangat kurus
ada 6,4 % dan kurus ada 21,8% dan gemuk ada 12,8%. Dibandingkan
dengan PSG 2016 hasil status gizi menggunakan indeks BB/TB atau
BB/PB prevalensi anak yang sangat kurus dan kurus dari hasil PSG Deli
Serdang 2016 yaitu gizi sangat kurus hanya 6.4% dan kurus sebesar
7.7%. hal ini diasumsikan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada
status gizi balita menggunakan indeks BB/TB atau BB/PB di Desa Paluh
Sibaji Kecamatan Pantai Labu. Hal ini akan berdampak pada status
kesehatan dasar wilayah tersebut dan mengahambar pertumbuhan dan
perkembangan anak pada wilayah tersebut.
41
Upaya yang dilakukan adalah dengan melacak setiap kejadian
wasting dan dilaporkan pada Puskesmas terdekat untuk menadapatkan
penanggulangan sejak dini dan juga menjaring kejadian KEK pada ibu
hamil untuk mencegah kejadian wasting pada anak.
5. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Dari hasil uji statistik didapatkan bahwatidak adahubungan
ketahanan pangan dengan status gizi (p<0,488). Menurut WHO bahwa
kejadian status gizi kurang secara tidak langsung salah satunya
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan pada keluarga. Ketahanan pangan
keluarga dipengaruhi dengan pengeluaran dan penghasilan pada
keluarga. Menurut hukum Engel semakin meningkat pendapatan jumlah
pengeluaran untuk makan akan semakin besar namun dilihat proporsinya
semakin kecil (Chakrabarty, M, dkk, 2011).
Pendapatan mempengaruhi jenis pangan yang akan dibeli baik
kualitas dan kuantitas makanan. Semakin rendah pendapatan, keluarga
akan membelanjakan sebagian besar untuk makanan pokok (serealia),
namun sebaliknya semakin tinggi pendapatan keluarga akan
membelanjakan kebutuhan secara bervariasi (Ihsan M, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa pengeluaran terhadap
mempengaruhi ketahanan pangan keluarga, hal ini mempengaruhi status
gizi pada balita di daerah tersebut. Ketahanan pangan yang baik akan
menghasilkan status gizi yang baik. Ketahanan gizi merupakan intake gizi
dan status gizi merupakan prasyarat terbentuknya individu yang sehat.
Timbulnya masalah gizi kurang adalah indikasi kurangnya ketahanan gizi.
Penelitian lain menyatakan tidak adanya hubungan antara
ketahanan pangan tingkat keluarga dengan status gizi balita yang
dibuktikan dengan hasil uji statistik ( Natalia dkk, 2013). Oleh karena itu
kondisi ketahanan pangan keluarga yang tercermin dari ketersediaan
pangan yang dapat mencukupi kebutuhan anggota keluarganya
berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi dan secara tidak langsung
juga akan berpengaruh terhadap status gizi.
42
6. Hubungan Mutu Gizi Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Dari hasil uji statistik menjelaskan hasil analisis antara hubungan
mutu gizi pangan keluarga dengan status gizi diperoleh bahwa ada
sebanyak 22,6% proporsi keluarga yang status gizi anaknya juga kurus,
jika dibandingkan dengan keluarga yang mutu gizi pangan nya baik .
Demikian juga jika mutu gizi pangan keluarga baik, lebih besar anaknya
dengan status gizi normal (59,6%) dibandingkan dengan keluarga yang
mutu gizi pangan keluarganya tidak baik. Hal ini menjelaskan bahwa ada
kecenderungan mutu gizi pangan keluarga berhubungan dengan status
gizi anaknya.
Tingkat kecukupan konsumsi gizi menurut nilai mutu gizi konsumsi
pangan yang tinggi belum dapat menjamin bahwa keragaman konsumsi
pangan sudah baik. Selain itu, pengaruh pola konsumsi pangan yang tidak
beragam menjadikan mutu gizi pangan keluarga yang rendah dan menjadi
masalah kronis yang dapat mempengaruhi status gizi balita, karena
keberagaman zat gizi yang dibutuhkan tubuh sangat sulit dapat dipenuhi
jika jenis pangan yang dikonsumsi dan ketersediaan pangan pada
keluarga tidak beragam.
Hal ini sejalan dengan penelitian di Kenya yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan yang nyata antara mutu gizi pangan keluarga
dengan status gizi balita khususnya gizi kurang dan masalah pendek serta
berat badan kurang dan ada konsistensi hubungan positif antara konsumsi
pangan dengan pertumbuhan anak.
Penelitian lain menyatakan bahwa mutu gizi pangan berhubungan
nyata dengan status gizi anak yang meliputi wasting, stunting, dan
underweight (Nti CA, 2011). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya
peningkatan keragaman konsumsi pangan dan mutu gizi pangan keluarga
untuk menunjang pemenuhan gizi seimbang dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai standar.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Presentase ketahanan pangan yang rawan pangan sebesar
52,6% di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
2. Presentase Mutu Gizi Pangan Keluarga yang defisit sebesar
30,8% di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
3. Presentase Status gizi balita yang sangat kurus sebesar 6,4%,
kurus sebesar 21,8% dan gemuk sebesar 12,8% di Desa
Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu.
4. Presentase hubungan ketahanan pangan keluarga dengan
status gizi balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu
yang proporsi status gizi anaknya kurus adalah sebesar
29,4% yang kurang pangan.
5. Presentase hubungan mutu gizi pangan keluarga dengan
status gizi balita di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu
yang proporsi keluarga yang status gizi anaknya kurus
sebanyak 22,6% dibandingakan dengan keluarga yang mutu
gizi pangan nya baik.
B. Saran
1. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat Desa
Paluh Sibaji yaitu usaha untuk meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga, mutu gizi pangan dan status gizi.
2. Bagi Kepala Desa Paluh Sibaji, dalam usaha untuk
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan status
gizi balita pada lokasi penelitian diharapkan dapat
memberikan program pemberian makanan sehat bagi balita
yang kurang gizi serta penyuluhan kesehatan secara
berkesinambungan kepada orang tua akan pentingnya
makanan yang baik dan bergizi. Adapun tempat penyuluhan
dapat dilakukan di Posyandu dan Puskesmas.
.
44
DAFTAR PUSTAKA
Aidina, Chintya Nurul. Zulhaida Lubis. Fitri Ardiani.2015. Pola Makan Kecukupan Gizi Dan Status Gizi Balita Pada Keluarga Miskin Di Perumnas Mandala Kelurahan Kenanga Baru.JurnalDepartemen Gizi Kesehatan Masyarakat. Sumatera Utara.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Almatsier, Sunita. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia. Jakarta. Anwar, Khoirul dan Hardiansyah. 2014. Konsumsi Pangan Dan Gizi Serta Skor
Pola Pangan Harapan Dewasa Usia 19 – 49 Tahun Di Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. Bogor
Amrin, Atika Primadala. Hardiansyah. Cesilia Meti Dwiriani. 2013. Alternatif Indeks Gizi Seimbang Untuk Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Pria Dewasa Indonesia.Jurnal Gizi Pangan. Bogor.
Arida, Agustina. Sofyan. Keumala Fadhiela. 2015. Analisis Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan Dan Konsumsi Energi. Jurnal Agrisep. Aceh.
Badan Pusat Statistik. 2016. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi. CV Dharmaputra. Jakarta.
Desfaryani R. 2012. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di
Kabupaten Lampung Tengah.Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Eliana, Desi dan Solikha.2012.Pengetahuan Buku Saku Gizi Terhadap
TingkatPengetahuan Gizi Pada Anak Kelas Muhammadiyah Dadapan Desa Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Mayarakat. Yogyakarta.
Hamzah, Diza Fathamira.2016.Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga Dengan Status Gizi Keluarga Buruk Kayu Di Kampung Kotalintang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh. Jurnal JUMANTIK. Aceh.
Hastuti, Indria Kesuma. 2013. Pengaruh Faktor – Faktor Fungsional, Psikologi
Dan Konten Terhadap Keputusan Pembelian Produk E- Commerce Website Groupon. Jurnal MIX. Semarang.
Ihsan, Muhammad. Hiswani.Jemadi. 2012.Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita Didesa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil.FKM USU. Sumatera Utara.
45
http://artikelpersagigorontalo.blogspot.co.id/2014/01/masyarakatgorontalo-tidak-perlu-takut_30.html?m=1.
Kemenkes.2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Ketahanan Pangan.2016. Laporan Ketahanan Pangan. Kabupaten Deli Serdang. Sumatera Utara.
Khomsan, Ali. Hadi Riyadi. Sri Anna Marliyati. 2013. Ketahanan Pangan Dan Gizi Mekanisme Bertahan Pada Mayarakat Tradisional Suku Ciptagelar di Jawa Barat.Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Jawa Barat.
Magdalena, dalam Supariasa I Dewa Nyoman Dan Hardinsyah.2017.Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Marelda, Andi Risma. 2014. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga, Pendidikan Dan Pengetahuan Dengan Status Gizi Pada Balita Di Desa Parit Baru Kabupaten Kubu Raya. Naskah Publikasi. Kalimantan.
Natalia,Lucia Destri. Dina Rahayuning. Siti Fatimah.2013. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga Dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Balita Di Desa Gondangwinangun. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Semarang.
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Nurhemi, dkk.2014.Pemetaan Ketahanan Pangan Di Indonesia: Pendekatan TFP
Dan Indeks Ketahanan Pangan. Working Paper.Bank Indonesia.
Okti, Woro Dan Kasmini. 2012. Kontribusi Sistem Budaya Dalam Pola Asuh Gizi Balita Pada Lingkungan Rentan Gizi. Jurnal Ekologi Kesehatan. Jawa Tengah.
Prasetyo, Teguh Jati. Hardiansyah. Tiurma Sinaga. 2013. Konsumsi Pangan Dan Gizi Serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH). Jurnal Gizi dan Pangan. Bogor.
Rahmawati, Emy. 2012. Aspek Distribusi Pada Ketahanan Pangan Masyarakat Di Kabupaten Tapin.Jurnal. Agribisnis Perdesaan. Banjarbaru.
Rahmadi. Toto Sudargo. Agus Wijanarka. 2013. Perilaku Sadar Gizi dan Ketahanan Pangan Keluarga Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Balita Di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia. Kalimantan Selatan.
46
Rahmi, Radita Dwi. Ken Suratiyah. Jangkung Handoyo Mulyo. 2013. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Di Kecamatan Ponjong Kabupaten GunungKidul. Jurnal Agro Ekonomi. Yogyakarta
Riset Kesehatan Dasar 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2013.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Rohaedi, Slamet. Madarina Julia. I Made Alit Gunawan. 2014. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Dengan Status Gizi Balita di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Indramayu. Jurnal Gizi Dan Dietetik.Indramayu.
Salim, Dewi Fajria dan Darmawaty.2016.Kajian Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan Buruh di Desa Bajo Sangkuang Kabupaten Halmahera Selatan.Universitas Ternate Indonesia.
Studi Diet Total 2014.Gambaran Konsumsi Pangan, Permasalahan Gizi Dan Penyakit Tidak Menular Di Sumatera Utara. Jakarta.
Sutikno E. 2011. Hubungan Antara Fungsi Keluarga Dan Kualitas Hidup Lansia. Med J Indones; 2011 : 2 : 73 -9.
Supriasa, I Dewa Nyoman. Bachyar Bakri. Ibnu Fajar. 2008. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Turnip, Frisda. 2008. Pengaruh “Positive Deviance” Pada Ibu Dari Keluarga Miskin Terhadap Status Anak Usia 12-24 Bulan Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007.Tesis. Program studi Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan. Universitas Sumatera Utara. Medan .
Wedastra, I Made. 2015. Hubungan Fungsi Keluarga Dan Strategi Koping Dengan Agresivitas Pada Gay Di Denpasar. Tesis.Denpasar.
Yuliana, Pramita. Wan Abbas Zakaria. Rabiatul Adawiyah.2013. Ketahanan Rumah Tangga Nelayan Di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Jurnal. JIIA. Lampung.
51
Lampiran 2. Karakteristik Anggota Kepala Keluarga
No. Responden :
Nama Kepala Keluarga :
Alamat :
No
Nama
Hubungan
Jenis
Kelamin
Tanggal Lahir
Umur
BB
(Kg)
TB
(Cm)
Pendidikan
Agama
Suku
52
Lampiran 3. Konsumsi Makanan Keluarga Recall 1 x 24 Jam
Kode Responden : Tgl Lahir :
Nama : BB :
alamat : TB :
No urut
hidangan
Waktu
Makan
Nama
Hidangan/Minuma
n/Makanan
Rincian Bahan
Makanan/Minuman
URT dan Berat Rincian Bahan
Makanan/Minuman yang di Konsumsi
JML URT Matang
(gr)
Mentah
(gr) BDD
53
==============================================================
HASIL PERHITUNGAN ENDANG 1 ==============================================================
Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.
______________________________________________________________________
nasi goreng 300 g 750,0 kcal 60,3 g
telur dadar 150 g 280,4 kcal 1,8 g
Meal analysis: energy 1030,4 kcal (22 %), carbohydrate 62,1 g (12 %)
wafer 50 g 153,0 kcal 31,9 g
bakso pentol 100 g 370,0 kcal 0,1 g
saos tomat 10 g 3,2 kcal 0,7 g
beras putih giling 300 g 1082,7 kcal 238,5 g
ikan segar 500 g 490,0 kcal 0,0 g
sambal 100 g 102,1 kcal 18,1 g
tahu goreng 200 g 412,0 kcal 3,4 g
tumis kacang panjang belu 200 g 42,1 kcal 5,6 g
Meal analysis: energy 2655,0 kcal (56 %), carbohydrate 298,3 g (56 %)
minuman susu ultra / ultra milk 100 g 66,0 kcal 4,8 g
Meal analysis: energy 66,0 kcal (1 %), carbohydrate 4,8 g (1 %)
beras putih giling 200 g 721,8 kcal 159,0 g
ikan segar 200 g 196,0 kcal 0,0 g
sambal 50 g 51,0 kcal 9,1 g
krai / mentimun 15 g 1,9 kcal 0,4 g
Meal analysis: energy 970,7 kcal (21 %), carbohydrate 168,5 g (32 %)
==============================================================
HASIL PERHITUNGAN HARI 1
==============================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
______________________________________________________________________
energy 4722,0 kcal 1900,0 kcal 249 %
water 0,0 g 2700,0 g 0 %
protein 239,7 g(21%) 48,0 g(12 %) 499 %
fat 179,7 g(34%) 77,0 g(< 30 %) 233 %
carbohydr. 533,7 g(46%) 351,0 g(> 55 %) 152 %
==============================================================
HASIL PERHITUNGAN ENDANG 2 ==============================================================
Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.
54
______________________________________________________________________
beras putih giling 200 g 721,8 kcal 159,0 g
ikan teri segar 50 g 56,0 kcal 0,0 g
tempe kedele murni 100 g 199,1 kcal 17,0 g
minyak kelapa sawit 15 g 129,3 kcal 0,0 g
cabe merah 10 g 2,7 kcal 0,6 g
bawang merah 5 g 2,2 kcal 0,5 g
teh manis 200 g 25,8 kcal 6,4 g
Meal analysis: energy 1137,0 kcal (21 %), carbohydrate 183,5 g (21 %)
beras putih giling 500 g 1804,5 kcal 397,5 g
ikan pepes 500 g 405,1 kcal 0,0 g
kelapa parutan 15 g 26,6 kcal 1,1 g
cabe merah 10 g 2,7 kcal 0,6 g
daun ubi tumbuk 300 g 141,3 kcal 17,4 g
kerupuk udang 100 g 549,0 kcal 66,6 g
Meal analysis: energy 2929,1 kcal (53 %), carbohydrate 483,2 g (56 %)
batagor 100 g 152,0 kcal 1,4 g
Meal analysis: energy 152,0 kcal (3 %), carbohydrate 1,4 g (0 %)
beras putih giling 150 g 541,3 kcal 119,3 g
ikan pepes 150 g 121,5 kcal 0,0 g
kelapa parutan 15 g 26,6 kcal 1,1 g
daun ubi tumbuk 100 g 47,1 kcal 5,8 g
kerupuk udang 100 g 549,0 kcal 66,6 g
==============================================================
HASIL PERHITUNGAN HARI 2
==============================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
______________________________________________________________________
energy 5503,6 kcal 1900,0 kcal 290 %
water 0,0 g 2700,0 g 0 %
protein 199,3 g(15%) 48,0 g(12 %) 415 %
fat 134,4 g(22%) 77,0 g(< 30 %) 174 %
carbohydr. 860,9 g(64%) 351,0 g(> 55 %) 245 %
==============================================================
HASIL PERHITUNGAN ENDANG 3 ==============================================================
Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.
______________________________________________________________________
roti manis 200 g 569,8 kcal 113,4 g
teh manis 200 g 25,8 kcal 6,4 g
pisang goreng 400 g 631,9 kcal 70,0 g
Meal analysis: energy 1227,5 kcal (27 %), carbohydrate 189,8 g (29 %)
beras putih giling 500 g 1804,5 kcal 397,5 g
gulai ikan 500 g 1144,8 kcal 3,0 g
55
kentang 100 g 93,0 kcal 21,6 g
sawi pahit 150 g 22,6 kcal 3,1 g
sambal blacan 200 g 204,1 kcal 36,2 g
Meal analysis: energy 3269,0 kcal (73 %), carbohydrate 461,5 g (71 %)
==============================================================
HASIL PERHITUNGAN HARI 3
==============================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
______________________________________________________________________
energy 4496,5 kcal 1900,0 kcal 237 %
water 0,0 g 2700,0 g 0 %
protein 166,4 g(15%) 48,0 g(12 %) 347 %
fat 139,9 g(27%) 77,0 g(< 30 %) 182 %
carbohydr. 651,3 g(58%) 351,0 g(> 55 %) 186 %
dietary fiber 38,3 g 30,0 g 128 %
alcohol 0,0 g - -
PUFA 34,7 g 10,0 g 347 %
cholesterol 300,0 mg - -
Vit. A 3142,5 µg 800,0 µg 393 %
carotene 0,0 mg - -
Vit. E 0,0 mg - -
Vit. B1 1,4 mg 1,0 mg 140 %
Vit. B2 2,0 mg 1,2 mg 168 %
Vit. B6 5,4 mg 1,2 mg 453 %
folic acid eq. 0,0 µg - -
Vit. C 122,5 mg 100,0 mg 123 %
sodium 1370,0 mg 2000,0 mg 69 %
Lampiran 4. Formulir Ketahanan Pangan
No Responden :
1. Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Ketahanan Pangan Keluarga
No Pengeluaran Pangan Hari (Rp)
Minggu (Rp)
Bulan (Rp)
Jumlah
1 Padi-padian b. Beras c. Jagung d. Lainya ( sebutkan…)
2 Umbi-umbian
3 Air minum galon
4 Sayur Mayur
5 Seafood a. Ikan
56
b. Udang c. Kerrang d. Cumi – cumi
6 Daging
7 Buah – buahan
8 Telur
9 Susu
10 Gula
11 Kopi
12 Teh
13 Minyak goreng
14 Mie
15 Bumbu Dapur
16 Jajanan
17 Kacang-kacangan
18 Makanan dan minuman jadi
19 Rokok
Sub Total I
No Pengeluaran Non Pangan
Hari (Rp)
Minggu (Rp)
Bulan (Rp)
Jumlah
1 Biaya Listrik
2 Biaya pendidikan
3 Biaya Sandang / Pakaian, Sepatu
4 Biaya Transportasi / Ongkos
5 Biaya Telepon/Pulsa
6 Minyak Tanah/ Gas Elpiji
7 Kayu Bakar
8 Biaya Perlengkapan Mandi & Kosmetik
9 Biaya Sosial ( Kemalangan, Pesta, Kenduri)
10 Biaya Sewa Rumah
11 Biaya Bensin / Solar
12 Biaya Kesehatan
13 Alat – alat Elektronik
Sub Total II
Sub Total I = Rp Sub Total II = Rp Total = Rp
57
2. Penghasilan/ Bulan keluarga :
a. Penghasilan Suami / KK = Rp……………………..
b. Penghasilan Istri = Rp……………………..
c. Penghasilan Anak = Rp…………………......
d. Penghasilan anggota keluarga yang ada dirumah = Rp……………………..
TOTAL: Rp.
3. Tingkat pengeluaran pangan keluarga/bulan
x 100%
= ……….%
58
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Setelah Pengesahan (PSP)
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBYEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Dengan Hormat
Saya Aulia Tara Ulfa Mahasiswa semester VII, Prodi D-IV Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Medan akan mengadakan penelitian tentang “Hubungan Ketahanan Pangan Dan Mutu Gizi Pangan (MGP4) Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Desa Paluh Sibaji Kecamatan Pantai Labu”. Tujuan penelitian ini untuk memberikan informasi kepada keluarga mengenai pentingnya ketahanan pangan dan mutu gizi pangan keluarga dengan status gizi balita.
Saya berharap kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.Akan dilakukan pengisian kuisioner.Saya mohon kesediaan responden menjawab pertanyaan yang diajukan, untuk dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi peneliti. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi responden dalam penelitian ini sangat kami hargai dan atas partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :……………………………………………
Umur :……………………………………………
Alamat :……………………………………………
Nomor HP :……………………………………………
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.Atas perhatian dan kesedian menjadi responden dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui Lubuk Pakam, .............2017
Responden Peneliti
(…………………………..) (Aulia Tara Ulfa)
59
Lampiran 6 . Frekuensi Variabel
1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 Tahun 21 26.9 26.9 26.9
2 Tahun 21 26.9 26.9 53.8
3 tahun 2 2.6 2.6 56.4
3 Tahun 14 17.9 17.9 74.4
4 Tahun 1 1.3 1.3 75.6
4 Tahun 18 23.1 23.1 98.7
8 Bulan 1 1.3 1.3 100.0
Total 78 100.0 100.0
3. Distribusi Data Jumlah Status Gizi Anak
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 33 42.3 42.3 42.3
perempuan 45 57.7 57.7 100.0
Total 78 100.0 100.0
Kat_BB_TB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Kurus 5 6.4 6.4 6.4
Kurus 17 21.8 21.8 28.2
Normal 46 59.0 57.7 87.2
Gemuk 10 12.8 14.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
60
4. Data Mutu Gizi Pangan
5. Data Ketahanan Pangan
ketahanan pangan 2 kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Cukup Pangan 51 65.4 65.4 65.4
Kurang Pangan 27 34.6 34.6 100.0
Total 78 100.0 100.0
Mutu gizi pangan 4 kategori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid defisit 24 30.8 30.8 30.8
kurang 7 9.0 9.0 39.7
sedang 31 39.7 39.7 79.5
Baik 16 20.5 20.5 100.0
Total 78 100.0 100.0
Mutu gizi pangan 2 kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 47 60.3 60.3 60.3
Tidak Baik 31 39.7 39.7 100.0
Total 78 100.0 100.0
ketahanan pangan 4 kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rawan Pangan 41 52.6 52.6 52.6
Kurang Pangan 10 12.8 12.8 65.4
Rentan Pangan 17 21.8 21.8 87.2
Tahan Pangan 10 12.8 12.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
61
Lampiran 7 . Hasil Uji Statistik
1. Hubungan Ketahanan Pangan dengan Status Gizi Balita
kategori ketahanan pangan * Kat_BB_TB Crosstabulation
Kat_BB_TB
Total kurus normal Gemuk
kategori
ketahanan
pangan
Cukup Pangan Count 7 18 2 27
Expected Count 7.6 15.9 3.5 27.0
% within kategori
ketahanan pangan
25.9% 66.7% 7.4% 100.0%
Kurang Pangan Count 15 28 8 51
Expected Count 14.4 30.1 6.5 51.0
% within kategori
ketahanan pangan
29.4% 54.9% 15.7% 100.0%
Total Count 22 46 10 78
Expected Count 22.0 46.0 10.0 78.0
% within kategori
ketahanan pangan
28.2% 59.0% 12.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1.434a 2 .488
Likelihood Ratio 1.517 2 .468
Linear-by-Linear Association .104 1 .748
N of Valid Cases 78
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,46.
62
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 12.233a 2 .003
Likelihood Ratio 12.686 2 .002
Linear-by-Linear Association 7.531 1 .006
N of Valid Cases 78
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,59.
2. Hubungan Mutu Gizi Pangan dengan Status Gizi Balita
kategori mpg * Kat_BB_TB Crosstabulation
Kat_BB_TB
Total Kurus normal Gemuk
Kategori mpg Tidak
baik
Count 7 17 7 31
Expected Count 8.7 18.3 4.0 31.0
% within kategori mpg 22.6% 54.8% 22.6% 100.0%
Baik Count 15 29 3 47
Expected Count 13.3 27.7 6.0 47.0
% within kategori mpg 31.9% 61.7% 6.4% 100.0%
Total Count 22 46 10 78
Expected Count 22.0 46.0 10.0 78.0
% within kategori mpg 28.2% 59.0% 12.8% 100.0%
64
Lampiran 9.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Aulia Tara Ulfa
Tempat/tgl lahir : Tebing Tinggi/ 20 November 1996
Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang
Alamat Rumah : Jalan Nangka Ujung No. 16 Tebing Tinggi
Nama Pembimbing : Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes
No HP/Telp : 0853-5895-7779
Riwayat Pendidikan : 1. SDN No. 163088 Kota Tebing Tinggi
2. SMP Negeri 4 Kota Tebing Tinggi
3. SMK Negeri 3 Kota Tebing Tinggi
Hobby : Travelling dan Memasak
Motto : La tahzan Innallaha ma ana
(Jangan bersedih Allah bersama kita).
Judul Skripsi : Hubungan Ketahanan Pangan dan Mutu
Gizi Pangan (MGP4) Keluarga dengan
Status Gizi Balita Di Desa Paluh Sibaji
Kecamatan Pantai Labu.
65
Lampiran 10. Pernyataan Keaslian Skripsi
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Aulia Tara Ulfa
NIM : P01031214003
Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di Skripsi saya adalah
benar saya ambil dan bila tidak saya bersedia mengikuti ujian ulang (ujian
utama saya dibatalkan).
Yang membuat pernyataan,
( Aulia Tara Ulfa )
66
Lampiran 11.
Bukti BimbinganSkripsi
Nama : Aulia Tara Ulfa
NIM : P01031214003
Judul :Hubungan Ketahanan Pangan dan Tingkat Mutu Gizi
Keluarga dengan Status Gizi Balita Di Desa Paluh Sibaji
Kecamatan Pantai Labu.
Dosen Pembimbing :Urbanus Sihotang, SKM,M.Kes
No. Tanggal Judul/ Hasil Diskusi T. Tangan
Mahasiswa
Bimbingan
T. Tangan
DosenPembi
mbing
1.
2 Oktober 2017
Mendiskusikan
Topik penelitian yang
akan diteliti
2.
5 Oktober 2017
Pengembangan topik
penelitian yang telah
dipilih untuk melihat
masalah
3. 16 Oktober 2017
Menyusun judul
Berdasarkan topik
4.
17 Oktober 2017
Mendiskusikan latar
belakang yang akan
dibuat menurut topik
yang dipilih
5. 19 Oktober 2017 Mendiskusikan Bab I
yang telah disusun
6.
30 Oktober 2017
Pergantian variabel pada
judul penelitian dan
perbaikan bab II dan bab
III tentang ketahanan
pangan
67
7.
03 November 2017
Perbaikan Bab I,II,III dan
lampiran. Mendiskusikan
bab I,II,III yang telah
disusun dan lampiran
yang dibuat
8. 04 November 2017 Penjilidan dan
pengumpulan proposal
9. 08 November 2017
Seminar Proposal
10. 20 November 2017
Revisi proposal dengan
dosen pembimbing
11 08 Agustus 2018 Berdiskusi mengolah
data penelitian untuk bab
IV
12 15 Agustus 2018 Revisi bab IV dan
berdiskusi tentang
mengolah data
13 16 Agustus 2018 Revisi bab IV
14 17 Agustus 2018 Revisi bab IV dan bab V
15 18 Agustus 2018 Revisi bab I – bab V
16 20 Agustus 2018 Revisi bab I – bab V fix
LubukPakam, 21 Agustus 2018