ATMOSFERA 3
Pada bulan Maret 2020 se-
luruh wilayah di Jawa Timur masih
dalam kategori musim penghujan.
Kondisi cuaca di Jawa Timur pada
bulan Maret 2020 masih didominasi
oleh hujan sedang hingga lebat dis-
ertai angin kencang yang berasal
dari awan Cumulonimbus. Bencana
alam akibat fenomena hidrometeor-
ologi juga melanda beberapa wila-
yah di Jawa Timur pada bulan Maret
2020. Mulai dari bencana banjir,
tanah longsor, dan angin kencang.
Beberapa wilayah yang terkena
bencana banjir adalah Sidoarjo,
Lumajang, Jember, Malang dan juga
Kediri. Bahkan pada tanggal 14
Maret 2020, dua desa di keca-
matan I jen, kabupaten
Bondowoso dilaporkan terjadi ban-
jir bandang yang besar yang mem-
bawa material berat seperti
pasir bercampur lumpur dan
batu serta kayu-kayu beruku-
ran besar dan merusak sekitar
316 rumah warga.
Hingga pertengahan bulan
Maret, daerah ITCZ (Intertropical
Convergence Zone) masih berada di
selatan khatulistiwa. ITCZ atau yang
Gambar. 1. Normal Streamline bulan Maret selama 30 tahun
(Sumber : Wind book 2015)
BULAN MARET 2020 DI JAWA TIMUR
Swasti Ayudia P.
ATMOSFERA 4
dikenal dengan Daerah Konvergensi
Antar Tropik (DKAT) merupakan
daerah pertemuan massa udara an-
tar benua dengan cakupan yang lu-
as, yang berada antara 10° LU – 10°
LS dekat equator. Di daerah tropis
bertiup angin pasat timur laut dan
pasat tenggara yang berhembus dari
daerah tekanan tinggi di subtropik
menuju ke daerah tekanan rendah di
ekuator dan kemudian bertumbukan.
Daerah tumbukan kedua massa
udara tersebut merupakan daerah
pemanasan yang bertekanan ren-
dah, kemudian massa udara berge-
rak ke atas. Angin yang bergerak
menuju ke satu titik lalu bergerak
keatas disebut Konvergensi. Dae-
rah sepanjang terjadinya konvergen-
si disebut daerah konvergensi antar
tropik. Pada daerah-daerah yang
dilintasi DKAT pada umumnya ber-
potensi terjadinya pertumbuhan
awan-awan yang menjulang tinggi
dan berpotensi terjadi hujan lebat
dan angin kencang.
Posisi ITCZ akan bergerak
sesuai dengan pergerakan semu
matahari, setelah tanggal 23 Maret
ITCZ akan bergeser ke utara khatu-
listiwa. Antara bulan April – Septem-
ber, posisi ITCZ akan bergeser jauh
ke arah utara khatulistiwa, sehingga
akan mengakibatkan berkurangnya
jumlah curah hujan di wilayah Indo-
nesia.
Sebagai contoh berikut ini ada-
lah data yang sudah dicatat dan dio-
lah dari Stasiun Meteorologi Juanda
Surabaya pada bulan Maret 2020
yang dapat mewakili kondisi cuaca
untuk sebagian wilayah Surabaya
Gambar 2. Grafik prosentasi kejadian cuaca
di Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya bulan Maret 2020.
(Sumber : Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya.)
ATMOSFERA 5
selatan dan sebagian Sidoarjo utara.
Kondisi cuaca pada bulan Maret
2020 masih didominasi oleh hujan
yang disertai dengan badai guntur.
Untuk lebih jelasnya akan digam-
barkan dalam sebuah grafik.
Pada grafik diatas, hari hujan
pada bulan Maret 2020 tercatat
sebanyak 78% atau sebanyak 24
hari. TS artinya kondisi cuaca di-
mana te r j ad i bada i g untu r
(thunderstorm) tanpa adanya hujan.
Sedangkan RA adalah kondisi cuaca
hujan tanpa adanya badai guntur.
Hujan yang disertai badai guntur
(RA+TS) sebanyak 52% atau 16
hari. Cuaca cerah hanya tercatat 3%
atau 1 hari dan cuaca berawan ter-
catat 3% atau 1 hari. Berikut ini ada-
lah grafik curah hujan bulan Maret
2020.
Jumlah curah hujan pada bu-
lan Maret 2020 di Stasiun Meteorolo-
gi Juanda Surabaya ialah 234.2 mm
dengan hujan maksimum sebesar
48.6 mm pada tanggal 08 Maret
2020.
Kejadian hujan lebat yang ter-
jadi pada bulan Maret 2020 juga dis-
ertai angin kencang sesaat dengan
kecepatan mencapai 28 knots atau
50 km/jam. Arah kecepatan angin
pada bulan Maret 2020 untuk wila-
yah Surabaya dan Sidoarjo masih
didominasi dari arah Barat.
Sebanyak 45% arah angin di
Surabaya dan Sidoarjo berasal dari
arah Barat. Barat Laut sebanyak 7%,
Timur Laut sebanyak 3%, Timur
sebanyak 28%, Tenggara sebanyak
3%, Selatan sebanyak 7%, Barat
daya sebanyak 7%. Walaupun domi-
Gambar 3. Grafik curah hujan di Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya bulan Maret 2020.
(Sumber : Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya.)
ATMOSFERA 6
nasi angin dari arah barat tetapi arah
angin pada bulan Maret sudah mulai
bervariasi. Kondisi ini menunjukkan
akan adanya perubahan musim atau
akan memasuki masa peralihan/
pancaroba.
Kondisi atmosfer pada bulan
Maret 2020 menunjukkan kondisi
yang tidak stabil atau labil. Kondisi
atmosfer yang labil atau tidak stabil
dapat mendukung terjadinya pem-
bentukkan awan-awan konvektif
yang dapat mengakibatkan hujan
lebat dan kondisi cuaca buruk
lainnya. Untuk mengetahui kondisi
atmosfer dapat menggunakan anali-
sa data udara atas yang sudah di-
petakan kedalam aerogram dengan
menggunakan software RAOB 5.7.
Berikut ini adalah analisa Raob tang-
gal 22 Maret 2020 jam 00.00 UTC.
Pada pengamatan Radiosonde
yang dilakukan di Stasiun Meteorolo-
gi Juanda Surabaya, tanggal 22
Maret 2020 jam 00.00 UTC didapat-
kan data sebagai berikut :
Dari Stability Index, diketahui
bahwa LI (Lifted Index) sebesar -8.0.
Kondisi ini menunjukkan bahwa In-
deks pengangkatan sangat besar,
yang dapat mengakibatkan ter-
Gambar 4. Grafik prosentasi arah angin terbanyak
di Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya bulan Maret 2020.
(Sumber : Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya.)
Indeks Keterangan
LI - 8.0
SI -0.5
K Index 36.1
SWEAT 206.0
CAPE 4430 J/Kg
PW 5.855 cm/2.3 inch
ATMOSFERA 7
bentuknya awan-awan konvektif
penyebab terjadinya hujan.
Nilai LI digunakan untuk
mengetahui tingkat kestabilan at-
mosfer. Bila LI antara -2 sampai -6,
atmosfer dikategorikan dalam
keadaan tidak stabil, dalam keadaan
tersebut badai guntur dan hujan
lebat dapat terjadi.
Kondisi atmosfer tidak dapat
dinyatakan dengan menggunakan
hanya satu indeks saja. Penaksiran
biasanya dengan menggabungkan
dua atau lebih nilai indeks, yaitu
g a b u n g a n a n t a r a I n d e k s
Pengangkatan (LI) dan Sholwater
Index (SI). Index LI digunakan untuk
menandai ketidakstabilan pada
Gambar 5. Analisa RAOB tanggal 22 Maret 2020 jam 00 UTC.
(Sumber : Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya)
ATMOSFERA 8
lapisan bawah dan SI digunakan un-
tuk menandai ketidakstabilan pada
lapisan atas.
Indek SI pada jam 00 UTC
sebesar – 0.5. Bila LI dan SI negatif
menunjukkan bahwa di lapisan
troposfer bawah dalam keadaan
tidak stabil, dan pada lapisan
troposfer atas dalam keadaan tidak
stabil juga. Pada saat atmosfer da-
lam keadaan tidak stabil, maka ber-
potensi menimbulkan badai guntur,
hujan lebat dan angin kencang.
Dari K indeks jam 12
UTC, sebesar 36.1 menunjukkan
adanya potensi timbulnya badai gun-
tur disertai hujan lebat.
Indeks SWEAT (Severe
Weather Treath) baik digunakan un-
tuk menandai potensi terjadinya
cuaca buruk. Indeks SWEAT pada
jam 00 UTC tercatat sebesar 206.0
Dari nilai indeks SWEAT tersebut
menunjukkan adanya potensi tim-
bulnya cuaca buruk dalam beberapa
jam kedepan.
U n t u k m e n g e t a h u i
besarnya energi yang terkandung
da lam suatu massa udara,
digunakan indeks CAPE (Convective
Available Potential Energy). Nilai
CAPE pada jam 00 UTC adalah
sebesar 4430 J/Kg. Nilai ini terma-
suk dalam kategori nilai CAPE yang
besar. Dengan adanya energi yang
besar maka pertumbuhan awan-
awan hujan akan menjulang tinggi
ke atas.
PW adalah singkatan dari Pre-
cipitable Water. PW menunjukkan
kadar air yang ada di lapisan
Troposfer. PW pada pada jam 00
UTC besar yaitu 5.855 cm atau 2.3
inch. Nilai PW diatas 2 inch menun-
jukkan kandungan kadar air yang
sangat tinggi di lapisan Troposfer.
Dari indeks-indeks di
atas dapat disimpulkan bahwa kon-
disi atmosfer berdasarkan data
RAOB jam 00 UTC tanggal 22 Maret
2020 dalam keadaan tidak stabil
atau labil, yang berpotensi mengaki-
batkan pertumbuhan awan-awan
konvektif (Cb) yang menjulang tinggi
dengan ketinggian dapat mencapai
>10 km yang merupakan penyebab
cuaca buruk.
ATMOSFERA 9
Musim kemarau 2020 di Jawa
Timur diprakirakan dominan terjadi
pada bulan Mei 2020, yang mana
berarti pada bulan April 2020 meru-
pakan masa pancaroba atau perali-
han musim. Pada masa pancaroba
biasanya kecenderungan terjadi
cuaca ekstrim seperti hujan es, hu-
jan lebat yang sporadis, angin puting
beliung, dan lain sebagainya. Curah
hujan pada bulan April 2020 dipra-
kirakan lebih rendah dari pada bulan
Februari dan Maret 2020. Melihat
kondisi cuaca secara dinamis atau
kondisi cuaca yang terus-menerus
berubah, menjadi penting untuk
memprakirakan faktor-faktor cuaca
apa saja yang akan terjadi dan yang
berdampak pada intesitas curah hu-
jan yang tinggi, khususnya di Jawa
Timur. Untuk memprakirakan kondisi
cuaca Bulan April 2020, sebagai
bahan acuan dapat juga melihat
kondisi cuaca di penghujung bulan
Maret 2020.
Penyebab utama sirkulasi
massa udara atau angin di bumi
adalah radiasi matahari. Perbedaan
penerimaan radiasi matahari me-
nyebabkan ketidakstabilan antar
daerah, sehingga daerah – daerah
yang terdapat perbedaan pe-
nerimaan radiasi matahari berusaha
menstabilkan energinya dengan cara
Gambar 1. Prakiraan Suhu Permukaan Laut April 2020
(Sumber: NMME)
Shanas Septy Prayuda
ATMOSFERA 10
mentransfer energinya. Dalam pros-
es transfer energi tersebut beri-
kutnya akan menimbulkan sirkulasi
atau pergerakan massa udara atau
angin. Selain itu, penerimaan energi
matahari oleh laut juga sangat pent-
ing untuk proses siklus hidrologi. Se-
makin intens penyinaran radiasi ma-
tahari, maka penguapan akan se-
makin banyak, yang berarti uap air
yang terkandung di atmosfer juga
semakin banyak. Jika uap air yang
terkandung banyak, maka potensi
pembentukan awan juga tinggi. Hal
ini dikarenakan uap air merupakan
bahan pokok dalam pembentukan
awan.
Terlihat pada Gambar 2 kondi-
si udara di Indonesia relatif lembap.
Sedangkan untuk wilayah Jawa Ti-
mur memiliki nilai kelembapan udara
antara 60% hingga 90% pada at-
mosfer ketinggian 700 hPa. Dengan
nilai yang cukup tinggi tersebut
menunjukkan atmosfer di Jawa Ti-
mur memiliki sifat udara yang lem-
bap. Lingkungan atmosfer yang lem-
bap ini sangat memudahkan proses
pertumbuhan awan hingga menjadi
jenuh, dengan kata lain awan yang
dihasilkan adalah awan – awan yang
dapat berpotensi hujan. Berdasarkan
dua analisa di atas dapat diperoleh
kesimpulan bahwa karakteristik
udara di atmosfer Jawa Timur pada
penghujung bulan Maret 2020 bersi-
fat lembap dan hangat.
Gambar 2. Analisis Kelambapan Udara Lapisan 700 hPa tanggal 25 Maret 2020
(Sumber : ECMWF-CIPS BMKG)
ATMOSFERA 11
Selain suhu permukaan laut
dan kelembapan udara, angin juga
memiliki peran yang penting dalam
proses pembentukan cuaca. Aliran
udara umumnya akan bergerak dari
udara bertekanan tinggi menuju ke
tekanan rendah. Tekanan tinggi dan
tekanan rendah tersebut dihasilkan
oleh penerimaan energi matahari
yang berbeda, sehingga kondisi ter-
sebut memaksa udara untuk berge-
rak guna menyeimbangkan energi.
Salah satu ciri udara bertekanan ren-
dah adalah memiliki sifat hangat,
serta berlaku sifat sebaliknya untuk
udara bertekanan tinggi. Pada Gam-
bar 3, wilayah-wilayah yang memiliki
udara bertekanan rendah disimbol-
kan dengan huruf L (Low), kemudian
udara bertekanan tinggi disimbolkan
dengan huruf H (High), sedangkan
huruf E menandakan adanya sir-
kulasi eddy atau pergerakan meling-
kar dari massa udara. Terlihat di
akhir bulan Maret 2020 tedapat
pusat tekanan tinggi di utara Indone-
sia dan tekanan rendah di selatan
Indonesia. Hal ini merupakan hal
yang wajar mengingat Indonesia
masih berada dalam musim hujan
pada bulan Maret 2020. Konsentrasi
pola tekanan rendah ini mengakibat-
Gambar 3. Analisis Angin Gradien (3000 Feet) tanggal 26 Maret 2020
(Sumber : Bureau of Meteorology, Australia)
ATMOSFERA 12
kan aliran udara dari Benua Asia
dan Samudera Pasifik Barat men-
galami perlambatan di wilayah Indo-
nesia. Perlambatan aliran ini men-
dukung pertumbuhan jenis awan Cu-
mulonimbus, yaitu jenis awan yang
menimbulkan hujan lebat, angin ken-
cang, petir, bahkan hujan es. Ber-
temunya sifat udara dingin dari wila-
yah Bumi Bagian Utara yang sedang
mengalami musim dingin dan udara
bersifat hangat di wilayah Indonesia,
menambah potensi pertumbuhan
awan Cumulonimbus menjadi sangat
tinggi.
Diprakiraan pergerakan angin
pada bulan April 2020 lebih variatif
dikarenakan di Jawa Timur dipra-
kirakan telah memasuki masa pan-
caroba. Pada bulan April 2020 dipra-
kirakan monsun Australia akan men-
guat dan monsun Asia akan cender-
ung melemah. Pada umumnya pada
masa pancaroba akan ada beberapa
Gambar 4. Prakiraan Outgoing Longwave Radiation (OLR), beserta MJO,
Wilayah Atmosfer Bertekanan Rendah, Gelombang Atmosfer ER dan Kelvin
(Sumber : North Carolina Institute for Climate Studies)
ATMOSFERA 13
hari hujan dan hari tidak hujan. Masa
peralihan dari angin Baratan dan Ti-
muran akan menimbulkan labilitas
atmosfer yang cukup tinggi, sehing-
ga dapat terjadi cuaca ekstrim seper-
ti hujan yang sporadis, puting beli-
ung, maupun hujan es.
Diprakirakan masih adanya
potensi bencana hidrometeorologi di
bulan April 2020, mengingat hanya
sebagian kecil wilayah Jawa Timur
yang diprakirakan memasuki musim
kemarau. Hal ini didukung dengan
adanya prakiraan terhadap muncul-
nya fenomena gelombang atmosfer
Madden-Julian Oscillation (MJO) dan
Gelombang Kelvin yang melintasi
wilayah Indonesia pada Bulan April
2020. MJO adalah fenomena gelom-
bang atmosfer yang bergerak
merambat dari Samudera Hindia ba-
gian Barat menuju ke arah Timur,
sedangkan Gelombang Kelvin ada-
lah fenomena gelombang atmosfer
d i d a e r a h e k u a t o r y a n g
mempengaruhi pola pola siklonik
dan konvergensi. Namun kedua ge-
lombang tersebut sama-sama mem-
bawa udara yang bersifat basah,
yang artinya kehadiran kedua ge-
lombang atmosfer tersebut di wila-
yah Indonesia menyebabkan pening-
katan intensitas curah hujan. Dipra-
kirakan kedua fenomena tersebut
berlangsung pada awal hingga
pertengahan bulan April 2020 seperti
yang ditunjukan pada Gambar 4.
ATMOSFERA 14
Bulan April 2020
Tony Setiawan
Gambar 1. Peta prakiraan Anomali curah hujan April 2020
(Sumber : https://www.cpc.ncep.noaa.gov/}
1. Prakiraan Curah Hujan Bulan
April 2020
Pada bulan April 2020 kondisi
cuaca di wilayah Provinsi Jawa Ti-
mur masih berpotensi terjadi hujan
dengan intensitas ringan hingga se-
dang yang kadang disertai dengan
angin kencang sesaat yang bersifat
merusak baik itu downburst
(hempasan ke bawah dari awan Cu-
mulonimbus) ataupun angin puting
beliung.
Menurut Lembaga Climate
Prediction Center (CPC), National
Centers for Environmental Prediction
(NCEP), National Oceanic and At-
mospheric Administration (NOAA)
bahwa anomali curah hujan di Jawa
pada bulan April 2020 umumnya
normal hingga sebagian sedikit di
atas normal (gambar 1).
ATMOSFERA 15
Berdasarkan peta prakiraan
curah hujan April 2020 yang
dikeluarkan oleh Stasiun Klimatologi
Malang, akumulasi curah hujan sela-
ma bulan April 2020 diprakirakan
sebagian besar berkisar antara 101 -
300 mm, kecuali di beberapa wilayah
Jawa Timur dengan kategori curah
hujan rendah dengan curah hujan
berkisar < 100 mm diprakirakan ter-
jadi di wilayah Bangkalan Utara,
Sampang Utara, Sumenep Selatan,
Lamongan Utara, Gresik Utara, Se-
bagian Probolinggo, sebagian besar
Situbondo, sebagian Jombang, dan
sebagian Tulungagung. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar
2 di bawah ini.
2. Prakiraan Sifat Hujan Bulan
April 2020
Sifat hujan merupakan per-
bandingan antara jumlah curah hu-
jan yang terjadi selama satu bulan
atau periode dengan nilai rata-rata
atau normalnya dari bulan atau peri-
ode tersebut. Berdasarkan Gambar
3, prakiraan sifat hujan bulan April
2020 didominasi kategori Normal (85
– 115 %). Namun terdapat beberapa
wilayah yang berada di Atas Normal
(116 – 200 %), yaitu di sebagian be-
Gambar 2. Peta prakiraan curah hujan April 2020
(Sumber : https://karangploso.jatim.bmkg.go.id/)
ATMOSFERA 16
sar Tuban, sebagian Bojonegoro,
sebagian Lamongan, sebagian
Gresik, sebagian besar Pamekasan,
Sampang Timur, Bangkalan Barat,
Sumenep Utara, Surabaya Timur,
sebagian Sidoarjo, sebagian besar
Batu, sebagian Malang, sebagian
Pasuruan, Bondowoso Barat, seba-
gian Jember, sebagian Lumajang,
sebagian Situbondo, sebagian Blitar,
sebagian Banyuwangi, dan sebagian
Magetan. Informasi prakiraan sifat
hujan secara lengkap dapat dilihat
pada gambar 3 di bawah ini :
3. Prakiraan Potensi Banjir
Tingkat potensi banjir Wilayah
Jawa Timur di bulan April 2020
umumnya rendah. Namun perlu di-
waspadai untuk potensi banjir tingkat
menengah yaitu di wilayah Jom-
bang : (Kec. Bandar Kedung Mulyo,
Bareng, Gudo, Jogoroto, Jombang,
Kesamben, Kudu, Megaluh, Mojo
Agung, Mojo Warno, Ngoro,
Ngusikan, Perak, Peterongan,
Plandaan, Ploso, Sumobito, Tembel-
ang, Wonosalam). Kediri : (Kec.
Gampangrejo, Gurah, Kandangan,
Kunjang, Ngancar, Pagu, Papar,
Tarokan). Kota Kediri : (Kec. Kota,
Gambar 3. Peta prakiraan sifat hujan April 2020
(Sumber : Stasiun Klimatologi Malang)
ATMOSFERA 17
Mojoroto). Kota Batu : (Kec. Batu,
Bumiaji, Junrejo). Kota Mojokerto :
(Kec. Magersari, Prajurit Kulon). Mo-
jokerto : (Kec. Bangsal, Gedeg, Gon-
dang, Jatirejo, Jetis, Kemlagi, Mo-
joanyar, Mojosari, Ngoro, Pungging,
Puri, Sooko, Trowulan). Nganjuk :
(Kec. Gondang, Sukomoro, Tanjun-
ganom). Pasuruan : (Kec. Gempol,
Pandaan, Purwodadi, Purwosari,
Sukorejo).
Informasi peta potensi banjir
Wilayah Jawa Timur dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
Gambar 4. Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Jawa Timur
(Sumber: Stasiun Klimatologi Malang)
ATMOSFERA 18
1. Penerbangan di Bandara Ju-
anda
Bulan April tahun 2020 normal-
nya merupakan bulan masa perali-
han dari musim penghujan ke musim
kemarau untuk Wilayah Jawa Timur.
Meskipun jumlah curah hujan
menurun, akan tetapi kecender-
ungan waktu terjadinya hujan tidak
terlalu mengerucut dibandingkan
saat musim penghujan. Kondisi
cuaca pada bulan April ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan
dalam penjadwalan keberangkatan
dan kedatangan pesawat di Bandara
Juanda. Sehingga dapat meminimal-
kan go around dan delay pen-
erbangan akibat cuaca buruk, untuk
mewujudkan keselamatan pen-
e rbangan dan k enyamanan
penumpang.
Berdasarkan Gambar 1,
rentang waktu dengan kemungkinan
kecil untuk kejadian cuaca buruk
adalah pada rentang jam 05:00 hing-
ga 15:00 WIB. Pada rentang terse-
Prakiraan Cuaca Bulan April 2020
Oky Sukma Hakim
Gambar 1. Peluang Hujan Tiap Jam pada Bulan April di Bandara Juanda
(Sumber : Data Penakar Hujan Hellman Stamet Juanda)
ATMOSFERA 19
but, peluang hujan tidak lebih dari
angka 7%. Sebaliknya, pada rentang
waktu 15:00 hingga 05:00 WIB men-
jadi waktu yang rawan terjadi
gangguan pada aktifitas pen-
erbangan. Dengan demikian,
mengambil penerbangan pada pagi
hingga siang hari menjadi pilihan
yang tepat, karena peluangnya kecil
dari gangguan terjadinya cuaca bu-
ruk.
2. Perikanan Tangkap
Salah satu fenomena yang di-
jadikan indikator adanya konsentrasi
ikan di suatu perairan adalah di area
upwelling. Upwelling merupakan ke-
jadian naiknya massa air laut dari
kedalaman bawah laut tertentu yang
kaya zat hara menuju ke permukaan.
Terjadinya Upwelling ditandai
dengan suhu muka laut yang ren-
dah, salinitas tinggi, dan pola arus
cenderung dari Timur.
Pada awal bulan April ini untuk
wilayah perairan sekitar Jawa Timur,
yang berpotensi Upwelling hanya di
Perairan Selatan Jawa Timur seperti
yang ditunjukan pada Gambar 2. Na-
mun nilai Upwelling juga belum terla-
lu signifikan. Hal ini disebabkan suhu
muka laut masih tinggi, meskipun
nilai salinitas sudah tinggi di Perairan
Selatan Jawa Timur. Selain itu kon-
disi pola arus tidak sepenuhnya
didominasi arah dari Timur seperti di
Gambar 2. Peta Prakiraan Upwelling tanggal 02 April 2020 Jam 00 UTC
(Sumber : Pusat Meteorologi Maritim, BMKG)
ATMOSFERA 20
Perairan sebelah Selatan, karena di
Perairan sebelah Utara masih
didominasi arah Barat. Diprakirakan
potensi Upwelling akan menyeluruh
di Perairan Jawa Timur masih pada
bulan Mei, seiring dengan dipra-
kirakan turunnya suhu muka laut dan
arah arus keseluruhan dari Timur.
3. Bencana Alam
Bencana alam yang diakibat-
kan oleh faktor cuaca, masih perlu
diwaspadai akan terjadi pada Bulan
April. Meskipun bulan April merupa-
kan masa peralihan dari musim
penghujan ke musim kemarau yang
identik dengan penurunan curah hu-
jan, akan tetapi parameter -
parameter cuaca seperti suhu,
kelembapan, dan arah angin yang
bervariasi saat masa peralihan mem-
buat kondisi atmosfer dapat menjadi
lebih tidak stabil daripada musim
penghujan. Selain itu kondisi tanah
yang sudah jenuh selama musim
penghujan, dapat berpotensi ter-
jadinya banjir atau tanah longsor jika
mendapat guyuran hujan ekstrem di
masa peralihan.
Prakiraan cuaca pada awal
bulan April menunjukan masih adan-
ya potensi hujan lebat disertai petir
dan angin kencang di Jawa Timur.
Meskipun jumlah prosentase wilayah
kecamatan yang diprakirakan terjadi
hujan lebat lebih sedikit dibanding-
kan bulan Maret, akan tetapi fenom-
ena hujan lebat yang terjadi dapat
berdampak menurunkan nilai salini-
tas.
Gambar 3. Prakiraan Hujan Lebat disertai Petir dan Angin Kencang dalam Prosentase
Jumlah Kecamatan di Jawa Timur (Sumber : NDF; Model IFS)
ATMOSFERA 21
4. Pertanian
Dalam pembahasan sektor
pertanian kali ini, akan lebih fokus
membahas pengaruh cuaca ter-
hadap tanaman tebu. Ulasan ini
terkait kelangkaann gula yang se-
dang melanda masyarakat. Menurut
penelitian C. Indrawanto, dkk (2010),
menyatakan tanaman tebu dapat
tumbuh dengan baik, jika pada 5
hingga 6 bulan periode pertumbuhan
vegetatif diperoleh curah hujan 200
mm per bulan. Kemudian dalam 2
bulan berikutnya diperoleh curah hu-
jan sebanyak 125 mm. Namun pada
periode pertumbuhan generative dan
pemasakan (kering), tebu tidak
membutuhkan limpahan curah hujan
dan diharapkan curah hujan kurang
dari 75 mm/bulan selama 4 hingga 5
bulan.
Hasil pengolahan data curah
hujan yang tersaji pada Gambar 4,
menyatakan bahwa bulan November
2018 hingga April 2019 mendukung
periode pertumbuhan vegetatif, se-
dangkan bulan Juni hingga Oktober
sesuai untuk periode kering. Dengan
demikian peluang gagal panen untuk
tahun kemarin akibat faktor cuaca
sangat kecil. Pada masa tanam tebu
sekarang yang idealnya dimulai pa-
da bulan Desember 2019 berdasar-
kan Gambar 4, pada bulan April di-
prakirakan curah hujan bulanan
masih cukup tinggi untuk memenuhi
periode pertumbuhan vegetatif tebu.
5. Kesehatan
Di awal tahun 2020 ini, muncul
virus baru yang telah dan terus men-
elan banyak korban jiwa di dunia,
Gambar 4. Jumlah Curah Hujan Bulanan di Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo
(Sumber : Laporan WxRev)
ATMOSFERA 22
yaitu COVID-19. COVID-19 akan
diulas secara khusus dalam sektor
kesehatan untuk mengetahui ada
tidaknya faktor pendukung cuaca
terhadap penyebaran transmisi
COVID-19. Berdasarkan penelitian
Biqing Chen, dkk (2020) dan Sajadi,
dkk (2020), diperoleh suhu udara
ideal untuk penyebaran COVID-19
adalah 8°C hingga 10°C dan kelem-
bapan ideal untuk penyebaran ada-
lah 60% hingga 90%
Grafik yang tersaji pada Gam-
bar 5 menunjukan tidak ada catatan
satu pun suhu udara minimum yang
menyentuh angka dikisaran 8°C
hingga 10°C dan kelembapan udara
yang lebih tinggi dari kriteria ideal.
Kasus positif COVID-19 di Jawa Ti-
mur baru diketahui pada tanggal 17
Maret dengan 8 pasien yang ter-
konfirmasi dan terus bertambah
hingga 31 Maret menjadi 93 pasien
positif COVID-19, dengan 17 pasien
sembuh dan 8 jiwa meninggal.
Dengan demikian, naik pesatnya
jumlah kasus positif disebabkan
tanpa adanya faktor pendukung dari
kondisi cuaca, yang diprakirakan
hingga pada bulan April mendatang.
Faktor utama yang patut diduga ada-
lah perilaku sosial atau mobilitas so-
cial, sehingga physical dinstancing
perlu dilanjutkan.
Gambar 5. Nilai Maksimum dan Minimum dari Suhu dan Kelembapan Udara yang Terukur
tanggal 1 hingga 30 Maret 2020, serta yang Diprakirakan tanggal 31 Maret hingga 05 April
2020 di Jawa Timur
(Sumber : Data WxRev dari 10 UPT BMKG di Jatim dan NDF; Pemodelan IFS)
ATMOSFERA 23
Seperti halnya pengertian se-
buah sistem, yang merupakan
kesatuan dari banyak komponen
yang saling bekerja sama untuk
mencapai sebuah tujuan, sistem in-
formasi monitoring intensitas hujan
berdasarkan citra radar (SimonRain)
bertujuan memudahkan pengguna
memonitor curah hujan dari satu
atau banyak titik koordinat sekaligus.
Adapun terdapat tiga komponen uta-
ma dalam sistem ini adalah radar
cuaca, software converter dan ap-
likasi SimonRain. Gelombang el-
ektromagnetik yang dipancarkan
oleh radar cuaca kemudian diolah
menjadi citra atau gambar oleh soft-
ware converter dan citra tersebut
selanjutnya diolah menjadi curah
hujan millimeter per jam berdasarkan
pemetaan warna dari nilai red,
green, blue oleh aplikasi SimonRain.
Pengo lahan data radar
umumnya masih menggunakan
perangkat lunak bawaan dari vendor
dan data mentah netcdf (.nc) yang
diolah memiliki ukuran file minimal
sebesar 6 Mb. Hal tersebut tentunya
menjadi sebuah kendala dari sisi
penyimpanan data. Akumulasi
jumlah data mentah per hari, per bu-
lan dan per tahun tentunya akan
sangat membebani media penyim-
panan. Berbeda dengan yang diolah
berupa citra atau gambar (.png)
yang ukuran maksimal hanya seper-
dua puluh dari data mentah yaitu
berkisar 300 – 400 Kb, tentunya san-
gat efektif dan efisien.
Tulisan Populer
Oleh. Mohammad Anwar Syaefudin
https://juanda.jatim.bmkg.go.id/radar/
ATMOSFERA 24
Dari sisi regulasi atau Pera-
turan KBMKG No 20 tahun 2014 ten-
tang Data Policy, citra radar mosaic
termasuk dalam data level dua. Data
level dua merupakan produk turunan
dari data level satu. Sehingga jika
pun hasil olahannya ditampilkan un-
tuk diakses masyarakat masih diper-
bolehkan. Hasil olahan tersebut
kemudian tersimpan di database
secara otomatis. Setiap bulan data
curah hujan hasil olahan citra radar
yang terekam di database dapat
diunduh dalam format spreadsheet
dalam bentuk laporan bulanan sep-
erti terlihat pada gambar 1 diatas.
Data citra radar kemudian dio-
lah menjadi curah hujan, per sepuluh
menit, per jam, per hari dan per bu-
lan. Data hasil olahan citra radar
yang masuk ke database selanjut-
nya ditampilkan di website berbasis
Geography Information System
(GIS). Website berbasis GIS meru-
pakan web yang interaktif, yang ma-
na pengguna dapat aktif berinteraksi
dengan website tersebut. Pengguna
dapat mengetahui daerah terdampak
hujan ringan hingga ekstem lewat
koordinat titik-titik yang berwarna.
Pada saat diaplikasikan, Sistem In-
formasi ini mengolah data citra dari
koordinat pos hujan di Jawa Timur.
Ya, diumpamakan kita memiliki
penakar hujan otomatis (ARG)
sebanyak 980 titik. Bisa diba-
yangkan jika proses pengambilan
hingga pengolahan data dilakukan
secara manual. Dari segi biaya san-
gat besar dan membutuhkan waktu
yang lama untuk proses pengolahan
datanya.
Gambar 1. Laporan bulanan curah hujan hasil pengolahan citra radar
ATMOSFERA 25
Saat ini, pengembangan Si-
monRain memasuki ke tahap moni-
toring curah hujan berbasis dampak.
Dampak di sini dibagi menjadi tiga
kategori siaga, waspada dan awas.
Ketiga kategori tersebut dibatasi
dengan nilai ambang batas, yang
bertujuan sebagai sistem peringatan
dini (Early Warning System). Proses
ke tahap selanjutnya yang lebih spe-
sifik yaitu diaplikasikan untuk
peringatan dini potensi longsor.
Koordinat yang diamati tentunya
koordinat rawan longsor. Memang
masih terlalu dini untuk men-
gaplikasikan hal tersebut. Karena
faktor terjadinya longsor bukan han-
ya dari curah hujan saja, faktor jenis
dan kemiringan tanah atau topografi,
vegetasi dan lainnya juga ber-
pengaruh. Tampilan web aplikasi
SimonRain berbasis dampak dengan
GIS tersebut dapat dilihat pada gam-
bar di bawah ini.
Terkait pengaplikasian sistem
informasi potensi longsor ini sudah
lebih dulu digunakan oleh BMKG
Stasiun Klimatologi Sleman Yogya-
karta lewat aplikasi SIPORA. Sistem
informasi ini merupakan turunan dari
SimonRain yang ada di Jawa Timur.
Mengenai kualitas data yang
dihasilkan dari pengolahan citra ra-
dar jika dibanding data dari penakar
hujan Hellman memang masih di
bawah nilainya (underestimate).
Faktor gangguan sinyal seperti inter-
ferensi dan pelemahan sinyal juga
Gambar 2. Tampilan web SimonRain berbasis dampak dengan GIS
ATMOSFERA 26
menjadi kendala .Namun begitu,
sampai saat ini masih terus
diupayakan mencari formula yang
tepat agar nilainya mendekati
dengan curah hujan yang tertakar.
Tujuannya tentu saja demi informasi
pengamatan yang cepat, tepat, luas
akurat serta mudah dipahami oleh
masyarakat.
[Referensi]
Achmad Sasmito. 2014. Kajian dan Validasi Data Parameter Radar Cuaca Stasiun
Meteorologi Juanda Surabaya. Laporan Penelitian. Jakarta : Puslitbang
BMKG.
Achmad Sasmito. 2014. Estimasi Curah Hujan Menggunakan Radar Cuaca dan
Perbandingannya Terhadap Curah Hujan Hillman di Wilayah DKI Jakarta
dan Palangkaraya. Laporan Penelitian. Jakarta : Puslitbang BMKG.
Wardoyo, E. 2012. Modul Pelatihan Radar Cuaca. BMKG: Jakarta
BMKG, Peraturan KBMKG No. 20 tahun 2014 Tentang Kebijakan Pengelolaan Data
(Data Policy) Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika di Lingkungan BMKG.
ATMOSFERA 27
Hingga akhir bulan Maret ta-
hun 2020 ini, sebagian besar wila-
yah Jawa Timur masih berada pada
musim penghujan. Musim penghujan
dinyatakan dengan terukurnya inten-
sitas curah hujan dalam 1 dasarian
(selama 10 harian) lebih besar dari
50 mm dalam 3 dasarian berturut-
turut. Sebaliknya untuk musim kema-
rau, dinyatakan dengan terukurnya
intensitas curah hujan dalam 1 da-
sarian kurang dari 50 mm dalam 3
dasarian berturut-turut. Jika dalam
suatu periode beberapa dasarian
berturut-turut terkadang terukur lebih
besar 50 mm dan terkadang kurang
dari 50 mm secara fluktuatif, maka
sepanjang periode tersebut dinya-
takan masa pancaroba. Jika
dibandingkan dengan data curah
hujan dasarian tahun 2019 seperti
yang ditunjukan pada Gambar 1, Ja-
wa Timur sebagian besar sudah me-
masuki masa pancaroba di dasarian
ketiga bulan Maret.
Berdasarkan analisis grafik
kecenderungan menggunakan re-
gresi polynomial (Poly.) pada Gam-
bar 1, terlihat jelas bahwa curah hu-
jan di musim penghujan 2019 lebih
besar dari pada curah hujan di
musim penghujan 2020. Namun pa-
da musim penghujan 2020, nilai in-
tensitas curah hujan dari satu da-
sarian ke dasarian berikutnya lebih
stabil, sehingga sampai bulan Maret
berakhir belum dapat dinyatakan se-
bagai masa pancaroba. Dengan
demikian dapat diprakirakan awal
masa pancaroba pada tahun 2020
sebagian besar terjadi di bulan April.
Tulisan Populer Oleh. Oky Sukma Hakim
ATMOSFERA 28
Karakteristik dari masa pan-
caroba adalah adanya perbedaan
suhu udara yang cukup signifikan.
Karakteristik ini dapat dipahami lebih
mudah dengan melihat grafik pada
Gambar 2. Terlihat kecenderungan
grafik (Poly.) pada saat bulan Maret-
April-Mei (MAM) dan September-
Oktober-November (SON) yang
merupakan periode normal dari ma-
sa pancaroba, memiliki karakteristik
kecenderungan naik (MAM) atau
turun (SON) secara signifikan. Jika
dibandingkan data tahun 2020
dengan 2019, variasi suhu udara
tahun 2020 saat musim penghujan
lebih kecil dibandingkan tahun 2019.
Hal ini dapat menjelaskan kenapa
curah hujan 2019 lebih besar dari
pada curah hujan 2020. Sebab se-
makin besar variasi suhu udara hari-
an, maka potensi curah hujan lebat
hingga ekstrem juga semakin besar.
Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa kondisi atmosfer Jawa Timur
saat musim penghujan 2020 lebih
s tab i l d i band ingkan m us im
penghujan 2019. Namun berdasar-
kan analisis grafik kencenderungan
variasi udara harian, pada bulan
April 2020 diprakirakan akan men-
galami kenaikan yang signifikan.
Kondisi ini menjadi karakteristik dari
masa pancaroba.
Lebih kecilnya variasi suhu
udara harian pada tahun 2020
Gambar 1. Curah Hujan Dasarian yang Terukur di Stamet Juanda Sidoarjo
(Sumber : Data WxRev Stamet Juanda)
ATMOSFERA 29
dibandingkan tahun sebelumnya,
membuat menarik untuk dianalisis
lebih lanjut sehingga diketahui faktor
penyebabnya. Variasi suhu udara
harian diperoleh dari perhitungan
selisih antara suhu udara maksimum
harian dan suhu udara minimum har-
ian. Perbandingan suhu udara
maksimum antara tahun 2020 dan
2019 tersaji pada ambar 3, dengan
analisis dari grafik kecenderungan
(Poly.) menghasilkan pola nilai yang
hampir sama. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa suhu udara
maksimum tahun 2020 dan 2019
hampir sama, atau dengan kata lain,
lebih kecilnya variasi suhu udara
harian pada tahun 2020 tidak
disebabkan oleh faktor adanya
perbedaan suhu udara maksimum.
Analisis kecenderungan (Poly.)
suhu udara minimum yang termuat
pada Gambar 4, ternyata mem-
peroleh hasil yang dapat menjelas-
kan lebih kecilnya variasi suhu udara
harian pada tahun 2020 dibanding-
kan tahun sebelumnya. Lebih kecil-
nya variasi suhu ternyata di-
pengaruhi oleh lebih tingginya suhu
udara minimum pada musim
penghujan 2020 dibandingkan pada
musim penghujan 2019. Di sisi lain,
kondisi ini juga menyebabkan kondi-
si atmosfer lebih stabil karena ku-
rang signifikannya variasi suhu
udara harian. Kondisi ini juga menja-
Gambar 2. Variasi Suhu Udara Harian Terukur di Stamet Juanda Sidoarjo
(Sumber : Data WxRev Stamet Juanda)
ATMOSFERA 30
wab curah hujan selama musim
penghujan 2020 lebih keci l
dibandingkan tahun 2019. Pada bu-
lan April 2020, diprakirakan grafik
suhu udara minimum juga cender-
ung mengalami kenaikan. Hal ini ju-
ga memprakirakan bahwa pada bu-
lan April 2020, variasi suhu udara
harian tetap lebih kecil dibandingkan
bulan April 2019. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa peluang
terjadinya curah hujan lebat hingga
ekstrem pada April 2020 lebih kecil
dibandingkan April 2019.
Selain suhu udara permukan di
darat, masa pancaroba juga dicirikan
dengan perubahan suhu muka laut
yang signifikan. Peta prakiraan suhu
muka laut pada Gambar 5, men-
erangkan bahwa warna semakin me-
rah menunjukan suhu muka laut di-
prakirakan semakin hangat, se-
dangkan warna semakin biru menun-
jukan suhu muka laut diprakirakan
semakin dingin. Berdasarkan peta
tersebut diperoleh bahwa suhu muka
laut dari 5 Maret hingga 16 April
2020 masih hangat untuk wilayah
perairan sekitar Jawa Timur. Namun
pada periode 17 hingga 30 April, su-
hu muka laut diprakirakan mengala-
mi penurunan yang signifikan.
Dengan demikian dapat diprakirakan
bahwa awal masa pancaroba tahun
2020 di Jawa Timur, sebagian besar
sudah terjadi pada pertengahan bu-
lan April.
Gambar 3. Suhu Udara Maksimum Harian di Stamet Juanda Sidoarjo
(Sumber : Data WxRev Stamet Juanda)
Top Related