Download - Bbrapa fktor rsiko yg brhbngan dg kjdian ht primer pd supir truk

Transcript

1

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

Melly Mustikasari1)

Korneliani dan Novianti2)

Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik1)

Universitas Siliwangi ([email protected])

Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik2)

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi

didalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung,

serangan jantung dan kerusakan ginjal. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat

diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola

makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain. Kelompok populasi yang memiliki risiko

hipertensi yang besar salah satunya adalah sopir truk. Sopir truk sebagai salah satu

kelompok risiko tinggi menderita hipertensi, karena kondisi yang berhubungan dengan

mengemudi seperti stres, dan faktor lain seperti jam kerja yang panjang dan faktor

lingkungan seperti obesitas, intake garam, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein

yang dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi. Metode penelitian menggunakan

metode survey dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 92 dari 121 populasi.

Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan

analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan responden

yang mengalami Hipertensi 67,4%,. Analisis menggunakan chi-square menunjukan

bahwa ada hubungan antara umur, riwayat keluarga, kualitas tidur, stress, kebiasaan

merokok, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan minum minuman berkafein dengan

kejadian hipertensi dengan nilai p < 0,05. Disarankan kepada sopir truk untuk

menerapkan gaya hidup yang sehat dengan cara mengurangi atau menghilangkan

kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan konsumsi kafein.

Kepustakaan : 6 (1988 – 2006)

Kata Kunci : Faktor Risiko Hipertensi, Sopir Truk, Hipertensi

2

RISK FACTORS ASSOCIATED WITH

INCIDENT IN PRIMARY HYPERTENSION TRUCK DRIVER

Melly Mustikasari1)

Korneliani dan Novianti2)

Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik1)

Universitas Siliwangi ([email protected])

Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik2)

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

ABSTRACT

Hypertension is a condition without symptoms, which are abnormally high pressure in

the arteries leading to increased risk of stroke, heart failure, heart attack and kidney

damage. Factors that influence the occurrence of hypertension were divided into two

major groups factors inherent or can not be changed such as gender, age, and genetic

factors that can be changed such as diet, exercise habits and others. Population groups

who have hypertension are major risk one of them is a truck driver. The truck driver as

one of the high -risk group had hypertension, due to conditions related to driving such

as stress, and other factors such as long working hours and environmental factors such

as obesity, salt intake, smoking, alcohol consumption, caffeine consumption can

increase the risk of hypertension. Research methods using method with cross sectional

survey with a sample of 92 of the 121 population. The analysis is performed univariate

analysis using frequency distribution and bivariate analysis using Chi-Square test. The

results showed that the respondents 67.4 % had hypertension. Using chi-square analysis

showed that there was a relationship between age, family history, quality of sleep,

stress, smoking, drinking alcohol, drinking caffeinated beverages with incident

hypertension with p < 0.05. Recommended to the truck driver to implement a healthy

lifestyle by reducing or eliminating smoking habits, alcohol consumption habits,

caffeine consumption habits.

Bibliography : 6 (1988 - 2006)

Keywords : Risk Factors of Hypertension , Truck Driver , Hypertension

3

1. Pendahuluan

Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang

abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,

gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2006). Hipertensi

disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi normalnya. Hipertensi

dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang tidak

menimbulkan gejala atau asimptomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya,

sebagian penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi.

Oleh sebab itu sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke

dokter untuk memeriksa penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang

menimbulkan gejala-gejala yang spesifik. Pengaruh patologik hipertensi sering tidak

menunjukkan tanda-tanda selama beberapa tahun setelah terjadi hipertensi (Boedhi-

Darmojo, 1988).

Berdasarkan survei kementrian kesehatan, 30% penduduk Indonesia

mengalami tekanan darah tinggi. Dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18

tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 %, hanya

7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan 0,4 % penderita

yang meminum obat.

Menurut Boedhi-Darmojo (2001) di Indonesia angka prevalensi hipertensi

berkisar antara 0,65-28,6%, biasanya kasus terbanyak ada pada daerah perkotaan.

Angka tertinggi tercatat di daerah Sukabumi, diikuti daerah Silungkang, Sumatera

barat (19,4%) serta yang terendah didaerah lembah Bariem, Irian Jaya.

Hasil penelitian Zamhir (2004) menunjukkan prevalensi hipertensi di

Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%.

Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di pedesaan 44,1% (36,2%-

51,7%).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua

kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis

kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan

olah raga dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut

secara bersamasama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu factor

risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2003).

4

Menurut Moazenzadeh (2006) Kelompok populasi yang memiliki resiko

hipertensi yang besar salah satunya adalah sopir truk. Sopir truk sebagai salah satu

kelompok resiko tinggi menderita hipertensi, karena kondisi yang berhubungan

dengan mengemudi seperti stres, dan faktor lain seperti jam kerja yang panjang dan

faktor lingkungan seperti obesitas,intake garam, merokok, konsumsi alkohol,

konsumsi kafein yang dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi.

Berdasarkan hasil survey awal pada tanggal 19 September 2013, dari 30

orang sopir truk anggota paguyuban yang diperiksa tekanan darahnya, sebanyak

66,7% sopir truk mengalami hipertensi. Sebanyak 56,7% sopir truk memiliki kualitas

tidur yang buruk, sebanyak 50% sopir truk mengalami stress kerja, sebanyak 83,3%

sopir truk merupakan perokok, sebanyak 66,7% sopir truk mengkonsumsi alcohol,

dan sebanyak 90% sopir truk mengkonsumsi minuman berkafein.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian hipertensi primer pada supir truk.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan pendekatan

cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sopir truk yang tergabung

dalam paguyuban sebanyak 121 orang. Berdasarkan hasil perhitungan rumus sampel

maka di dapatkan jumlah sample sebanyak 92 orang. Instrument penelitian yang

digunakan adalah Sphygmomanometer, stethoscope, dan kuesioner. Analisis Bivariat

menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan Kriteria inklusi dan eksklusi, dari seluruh sampel yang berjumlah 92

responden dinyatakan memenuhi kriteria. Karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan diperoleh tingkat pendidikan SD dan SMP merupakan tingkat

pendidikan yang paling banyak dimiliki responden yaitu sebanyak 34 responden

(37%).

5

a. Analisis Univariat

1) Umur

Tabel 3.1

Distribusi Frekuensi Menurut Risiko Umur pada Supir Truk

Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Umur Frekuensi

N (%)

1. Berisiko (> 40 tahun) 56 60,9

2. Tidak berisiko (≤ 40 tahun) 36 39,1

Total 92 100

Berdasarkan tabel 3.1, diketahui bahwa responden yang memiliki

umur berisiko sebanyak 56 responden (60,9%). responden yang memiliki umur

tidak berisiko sebanyak 36 responden (39,1%).

2) Riwayat Keluarga

Tabel 3.2

Distribusi Frekuensi Menurut Riwayat Keluarga Hipertensi pada Supir

Truk Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Riwayat Keluarga Frekuensi

N (%)

1 Iya Ada 65 70,7

2 Tidak Ada 27 29,3

Total 92 100

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa responden dengan riwayat

keluarga hipertensi sebanyak 65 responden (70,7%) dan yang tidak sebanyak

27 responden (29,3%).

3) Kualitas Tidur

Tabel 3.3

Distribusi Frekuensi Menurut Kategori Kualitas Tidur pada Supir Truk

Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Kualitas Tidur Frekuensi

N (%)

1 Buruk 70 76,1

2 Baik 22 23,9

Total 92 100

Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa responden dengan kualitas

tidur buruk sebanyak 70 responden (76,1%) dan kualitas tidur baik sebanyak

22 responden (23,9%).

6

4) Stress

Tabel 3.4

Distribusi Frekuensi Menurut Kategori Stress pada Supir Truk

Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Kategori Stress Frekuensi

N (%)

1 Stress 59 64,1

2 Tidak Stress 33 35,9

Total 92 100

Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa responden yang

mengalami stress sebanyak 59 responden (64,1%) dan yang tidak mengalami

stress sebanyak 33 responden (35,9%).

5) Kebiasaan Merokok

Tabel 3.5

Distribusi Frekuensi Menurut Kategori Kebiasaan Merokok pada Supir

Truk Kecamatan Cijulang Tahun 2013

Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa responden dengan kategori

perokok berat sebanyak 8 responden (8,7%), responden dengan kategori

perokok sedang sebanyak 43 responden (46,7%), responden dengan kategori

perokok ringan sebanyak 16 responden (17,4%), sedangkan responden dengan

kategori bukan perokok sebanyak 25 responden (27,2%),

6) Konsumsi Alkohol

Tabel 3.6

Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Konsumsi Alkohol pada Supir Truk

Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Jumlah Konsumsi Alkohol Frekuensi

N (%)

1 1 Botol/hari 30 46,2

2 2 Botol/hari 25 38,5

3 3 Botol/hari 5 7,7

4 4 Botol/hari 4 6,2

5 5 Botol/hari 1 1,5

Total 65 100

No Kategori Kebiasaan Merokok Frekuensi

N (%)

1 Perokok Berat (>20 batang/hari) 8 8,7

2 Perokok Sedang (10–20 batang/hari) 43 46,7

3 Perokok Ringan (<10 batang/hari) 16 17,4

4 Bukan Perokok 25 27,2

Total 67 100

7

Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa responden dengan jumlah

konsumsi alkohol paling banyak adalah 5 botol/hari sebanyak 1 responden

(1,5%), responden dengan jumlah konsumsi alkohol paling sedikit adalah 1

botol sebanyak 30 responden (46,2%), sedangkan jumlah konsumsi alkohol

terbanyak dari responden ada pada 1 botol yaitu sebanyak 30. responden

(46,2%).

7) Konsumsi Kafein

Tabel 3.7

Distribusi Frekuensi Menurut Risiko Konsumsi Kafein pada Supir Truk

Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Jumlah Konsumsi Kafein Frekuensi

N (%)

1 Berisiko (> 250 mg/hari) 46 50

2 Tidak Berisiko (≤ 250 mg/hari) 46 50

Total 66 100

Berdasarkan tabel 3.7 diketahui bahwa responden dengan jumlah

konsumsi kafein berisiko sebanyak 46 responden (50%), dan responden dengan

jumlah konsumsi kafein tidak berisiko sebanyak 46 responden (50%).

8) Kejadian Hipertensi

Tabel 3.8

Distribusi Frekuensi Menurut Kategori Kejadian Hipertensi pada Supir

Truk kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Kejadian Hipertensi Frekuensi

N (%)

1 Iya 62 67,4

2 Tidak 30 32,6

Total

Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa responden yang

mengalami hipertensi sebanyak 62 orang (67,4%) dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 30 responden (32,6%).

b. Analisis Bivariat

Tabel 3.9

Hubungan Umur Terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk

Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Umur

Kejadian Hipertensi Total P

Value Iya Tidak

N (%) N (%) N (%)

1. Berisiko 47 83,9 9 16,1 56 100

0,000 2. Tidak Berisiko 15 41,7 21 58,3 36 100

Total 62 67,4 30 32,6 92 100

OR = 7,311 CI = 2,762-19,353

8

Berdasarkan tabel 3.9, menunjukkan bahwa responden yang mengalami

hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan umur yang berisiko

(83,9%) dibandingkan dengan yang umur tidak berisiko (41,7%). Sedangkan

responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada

responden dengan umur tidak berisiko (58,3%) dibandingkan yang berisiko

(16,1%).

Hasil uji Chi Square antara umur dengan kejadian Hipertensi di dapat

nilai p value=0,000 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang

bermakna antara Umur terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR= 7,311 (95%

CI=2,762-19,353). Berarti responden dengan umur berisiko akan mengalami

risiko 7,311 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan

responden yang umur tidak berisiko.

Tabel 3.10

Hubungan Riwayat Keluarga terhadap Kejadian Hipertensi Tahun 2013

No Riwayat

Keluarga

Kejadian Hipertensi Total

P Value Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Iya Ada 49 75,4 16 24,6 65 100

0,022 2. Tidak Ada 13 48,1 14 51,8 27 100

Total 62 67,4 30 32,6 92 100

OR =3,298 CI = 1,285-8,464

Berdasarkan tabel 3.10, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang memiliki

riwayat keluarga hipertensi (75,4%) dibandingkan dengan yang tidak memiliki

riwayat hipertensi (48,1%). Dan responden yang tidak mengalami hipertensi

didapatkan lebih banyak pada responden yang memiliki riwayat keluarga

hipertensi (24,6%) dibandingkan yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi

(51,8%).

Hasil uji Chi Square antara Riwayat keluarga dengan kejadian

Hipertensi di dapat nilai p value=0,022 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada

hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga terhadap kejadian hipertensi.

Dengan OR= 3,298 (95% CI= 1,285-8,464). Berarti responden dengan riwayat

keluarga hipertensi berisiko 3,298 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi

dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi.

9

Tabel 3.11

Hubungan Kualitas Tidur terhadap kejadian Hipertensi pada Supir Truk

Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Kualitas

Tidur

Kejadian Hipertensi Total

P Value Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Buruk 52 74,3 18 25,7 70 100

0,024 2. Baik 10 45,5 12 54,4 22 100

Total 62 67,4 30 32,6 92 100

OR =3,467 CI = 1,281-9,384

Berdasarkan tabel 3.11, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kualitas

tidur buruk (74,3%) dibandingkan dengan yang kualitas tidur baik (45,5%). Dan

responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada

responden dengan kualitas tidur buruk (25,7%) dibandingkan yang kualitas tidur

baik (54,2%).

Hasil uji Chi Square antara Kualitas tidur dengan kejadian Hipertensi di

dapat nilai p value=0,024 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang

bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=3,467

(95% CI= 1,281-9,384). Berarti responden dengan kualitas buruk berisiko 3,467

kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang

kualitas tidur baik.

Tabel 3.12

Hubungan Stress terhadap kejadian Hipertensi pada Supir Truk

Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Stress

Kejadian Hipertensi Total

P Value Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Stress 47 79,7 12 20,3 59 100

0,002 2. Tidak Stress 15 43,5 18 54,5 33 100

Total 62 67,4 30 32,6 92 100

OR = 4,7 CI =1,848-11,945

Berdasarkan tabel 3.12 menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang mengalami

stress (79,7%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami stress (43,5%).

Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak

pada responden yang tidak mengalami stress (54,5%) dibandingkan dengan yang

mengalami stress (20,3%).

10

Hasil uji Chi Square antara stress dengan kejadian Hipertensi di dapat

nilai p value=0,002 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang

bermakna antara stress dengan kejadian Hipertensi. Dengan OR=4,7 (95%

CI=1,848-11,954). Berarti responden yang mengalami stress berisiko 4,7 kali

lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang

tidak mengalami stress.

Tabel 3.13

Hubungan Kebiasaan merokok Perokok Ringan) terhadap Kejadian

Hipertensi pada Supir Truk Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Kebiasaan

Merokok

Kejadian Hipertensi Total

P Value Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Perokok Ringan 11 68,7 5 31,3 16 100

0,084 2. Bukan perokok 9 36 16 64 25 100

Total 20 48,8 21 51,2 41 100

Berdasarkan tabel 3.13, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan

merokok yang kategori perokok ringan (68,7%) dibandingkan dengan yang

kategori bukan perokok (36%). Sedangkan responden yang tidak mengalami

hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok

kategori bukan perokok (64%) dibandingkan yang kategori perokok ringan

(31,3%).

Hasil uji Chi Square antara kebiasaan merokok (perokok ringan)

dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,084 lebih besar dari p value=

0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok

(perokok ringan) terhadap kejadian Hipertensi.

Tabel 3.14

Hubungan Kebiasaan merokok (Perokok Sedang) terhadap Kejadian

Hipertensi pada Supir Truk Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Kebiasaan

Merokok

Kejadian Hipertensi Total

P Value Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Perokok Sedang 35 81,4 8 18,6 43 100

0,000 2. Bukan perokok 9 36 16 64 25 100

Total 44 64,7 24 35,3 68 100

OR =7,778 CI =2,535-23,864

Berdasarkan tabel 3.14, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan

merokok yang kategori perokok sedang (81,4%) dibandingkan dengan yang

11

kategori bukan perokok (36%). Sedangkan responden yang tidak mengalami

hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok

yang kategori bukan perokok (64%) dibandingkan yang kategori perokok sedang

(18,6%).

Hasil uji Chi Square antara kebiasaan merokok (perokok sedang)

dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,000 lebih kecil dari p value=

0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (perokok

sedang) terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR= 7,778 (95% CI=2,535-

23,864). Berarti responden dengan kebiasaan merokok kategori perokok sedang

berisiko 7,778 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan

responden yang bukan perokok.

Tabel 3.15

Hubungan Kebiasaan merokok (Perokok Berat) terhadap Kejadian

Hipertensi pada Supir Truk Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Kebiasaan Merokok

Kejadian Hipertensi Total P

Valu

e

Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Perokok Berat 7 87,5 1 12,5 8 100 0,01

1 2. Bukan perokok 9 36 16 64 25 100

Total 16 48,5 17 51,5 33 100

OR =12,444 CI =1,313-117,930

Berdasarkan tabel 3.15, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan

merokok kategori perokok berat (87,5%) dibandingkan dengan yang kategori

bukan perokok (36%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi

didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok yang

kategori bukan perokok (64%) dibandingkan yang kategori perokok berat

(12,5%).

Hasil uji Chi Square antara kebiasaan merokok (perokok berat) dengan

kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,011 lebih kecil dari p value= 0,05

berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (perokok berat)

terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=12,444 (95% CI=1,313-117,930).

Berarti responden dengan kebiasaan merokok kategori perokok berat berisiko

12,444 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan

responden yang bukan perokok.

12

Tabel 3.16

Hubungan Konsumsi Alkohol (Peminum Ringan) terhadap Kejadian

Hipertensi pada Supir Truk Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Konsumsi

Alkohol

Kejadian Hipertensi Total

P Value Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Peminum

Ringan 19 63,3 11 33,3 30 100

0,375 2. Bukan Peminum 13 48,1 14 51,9 27 100

Total 32 56,1 25 43,9 57 100

Berdasarkan tabel 3.16, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi

alkohol yang kategori peminum ringan (63,3%) dibandingkan dengan yang

kategori bukan peminum (48,1%). Sedangkan responden yang tidak mengalami

hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol

yang kategori bukan peminum (51,9%) dibandingkan yang kategori peminum

ringan (33,3%).

Hasil uji Chi Square antara konsumsi alkohol (peminum ringan) dengan

kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,375 lebih kecil dari p value= 0,05

berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol (peminum

ringan) terhadap kejadian Hipertensi.

Tabel 3.17

Hubungan Konsumsi Alkohol (Peminum Sedang) terhadap Kejadian

Hipertensi pada Supir Truk Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Konsumsi

Alkohol

Kejadian Hipertensi Total

P Value Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Peminum

Sedang 26 86,7 4 13,3 30 100

0,005 2. Bukan Peminum 13 48,1 14 51,9 27 100

Total 39 68,4 18 31,6 57 100

OR =7 CI =1,917-25,567

Berdasarkan tabel 3.17, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi

alkohol yang kategori peminum sedang (86,7%) dibandingkan dengan yang

kategori bukan peminum (48,1%). Sedangkan responden yang tidak mengalami

hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol

yang kategori bukan peminum (51,9%) dibandingkan yang kategori peminum

sedang (13,3%).

13

Hasil uji Chi Square antara konsumsi alkohol (peminum sedang)

dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,005 lebih kecil dari p value=

0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol (peminum

sedang) terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=7 (95% CI=1,917-25,567).

Berarti responden dengan konsumsi alkohol kategori peminum sedang berisiko 7

kali lebih besar untuk mengalami kejadian Hipertensi dibandingkan dengan

responden yang bukan peminum.

Tabel 3.18

Hubungan Konsumsi Alkohol (Peminum Berat) terhadap Kejadian

Hipertensi pada Supir Truk Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Konsumsi

Alkohol

Kejadian Hipertensi Total

P Value Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Peminum Berat 4 80 1 20 5 100

0,190 2. Bukan Peminum 13 48,1 14 51,9 27 100

Total 17 53,1 15 46,9 32 100

Berdasarkan tabel 3.18, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi

alkohol yang kategori bukan peminum (48,1%) dibandingkan dengan yang

kategori peminum berat (80%). Sedangkan responden yang tidak mengalami

hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol

yang kategori bukan peminum (51,9%) dibandingkan yang kategori peminum

berat (20%).

Hasil uji Chi Square antara konsumsi alkohol (peminum berat) dengan

kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,190 lebih besar dari p value= 0,05

berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol (peminum

berat) terhadap kejadian Hipertensi.

Tabel 3.19

Hubungan Konsumsi Kafein terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk

Kecamatan Cijulang Tahun 2013

No Konsumsi

Kafein

Kejadian Hipertensi Total

P Value Iya Tidak N (%)

N (%) N (%)

1. Berisiko (>250

mg/hari) 39 84,8 7 15,2 46 100

0,001 2. Tidak Berisiko

(≤250 mg/hari) 23 50 23 50 46 100

Total 62 67,4 30 32,6 92 100

OR =5,571 CI =2,069-15,003

14

Berdasarkan tabel 3.19, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi

kafein yang kategori berisiko (84,8%) dibandingkan dengan yang kategori tidak

berisiko (50%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi

didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi kafein yang kategori

tidak berisiko (50%) dibandingkan dengan kategori berisiko (15,2%).

Hasil uji Chi Square antara konsumsi kafein dengan kejadian Hipertensi

di dapat nilai p value=0,001 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan

yang bermakna antara konsumsi kafein terhadap kejadian Hipertensi. Dengan

OR=5,571 (95% CI=2,069-15,003). Berarti responden dengan konsumsi kafein

kategori >250 mg/hari berisiko 5,571 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi

dibandingkan dengan responden yang konsumsi kafein dengan kategori ≤250

mg/hari.

Simpulan

1. Responden yang mengalami hipertensi sebanyak 62 responden (67,4%)

2. Ada hubungan antara umur (p value = 0,000), riwayat keluarga (p value = 0,022),

kualitas tidur (0,024), stress (p value 0,002), kebiasaan merokok (perokok sedang) (p

value = 0,000), kebiasaan merokok (perokok berat) (p value = 0,011), konsumsi

alkohol (peminum sedang) (p value = 0,005), konsumsi kafein (p value = 0,001)

dengan kejadian hipertensi. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok (perokok

ringan) (p value = 0,084), konsumsi alcohol (peminum ringan) (p value = 0,375),

konsumsi alkohol (peminum berat) (p value = 0,190) dengan kejadian hipertensi.

Saran

1. Menerapkan gaya hidup yang sehat dengan cara mengurangi atau menghilangkan

kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan konsumsi kafein.

2. Mengoptimalkan waktu untuk tidur sehingga kualitas tidur dapat tetap terjaga dengan

baik.

3. Meningkatkan kemampuan mental dalam mengatasi dan merespon stressor yang ada

sehingga diharapkan stressor yang dialami dapat diatasi dengan baik dan tidak

membahayakan kondisi kesehatan.

15

DAFTAR PUSTAKA

Boedhi-Darmojo. Mengamati perjalanan epidemiologi hipertensi di Indonesia. Medika

2001; 7: 442-448.

Boedhi-Darmojo., R. Pasudi Imam. Survei Hipertensi di Masyarakat. Medika. 1988; 8:

757-759

Departemen Kesehatan. 2003. Gizi dan Promosi.