8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan suatu karunia yang diberikan
kepada para ibu, dimana terjadi perubahan fisik dan
psikologis pada ibu. Lamanya kehamilan normal yaitu
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan
dibagi atas 3 triwulan ( trimester ). Kehamilan
triwulan I antara 0-12 minggu, triwulan II antara
12-28 minggu, dan triwulan III antara 28-40 minggu
(Sarwono, 2002). Dalam triwulan I organ-organ janin
mulai dibentuk. Dalam triwulan kedua organ-organ
janin telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan
kemampuan janin untuk hidup diluar kandungan masih
disangsikan. Janin yang dilahirkan dalam triwulan
terakhir telah mampu bertahan hidup diluar kandungan
(Rustam Mochtar, 1998).
Setelah ibu melewati masa kehamilan maka ibu
akan menghadapi proses persalinan yaitu suatu proses
alamiah dimana terjadi pembukaan serviks serta
pengeluaran bayi dan plasenta dari uterus ibu.
Setiap ibu berharap dapat melewati persalinannya
dengan normal dan lancar, tanpa ada penyulit.
Di Indonesia angka kematian ibu dan bayi masih
cukup tinggi. Pada tahun 2012 kematian meternal di
Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup,
9
dan angka kematian bayi mencapai 35 per 1000
kelahiran hidup. Angka ini masihlah jauh dari target
MDGs 2015 yaitu, untuk AKI 102 per 100.000 kelahiran
hidup dan AKB 23 per 1000 kelahiran hidup. Dalam
upaya penurunan AKI dan AKB tersebut, di Indonesia
mulai diterapkan gerakan “Safe Motherhood”, untuk
mengamankan para ibu hamil, melahirkan dan pada masa
nifas menuju ke keluarga yang sehat dan sejahtera.
Selain gerakan “Safe Motherhood” penurunan angka
kematian dapat dilakukan dengan melakukan penanganan
pada penyebab-penyebab kematian maternal dan yang
lebih penting adalah dengan melakukan pencegahan
terhadap komplikasi-komplikasi yang mungkin muncul
seperti halnya pencegahan terhadap komplikasi atau
penyulit saat persalinan.
Oleh karena itu dalam upaya penurunan angka
kematian ibu saat dalam proses persalinan perlu
dilakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin secar
komprehensif.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan teori dan keterampilan
yang telah didapatkan di perkuliahan dengan
melakukan Asuhan Kebidanan Hellen Varney.
2. Tujuan Khusus
8
10
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data
secara akurat dari berbagai sumber yang
berhubungan dengan kondisi ibu.
b. Menegakkan diagnosa kebidanan dan
mengidentifikasi masalah-masalah berdasarkan
data subyektif dan obyektif yang telah
dikumpulkan.
c. Mengidentifikasi masalah potensial yang
mungkin terjadi.
d. Menentukan kebutuhan akan tindakan segera atau
kolaborasi atas diagnosa yang telah diambil.
e. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan
untuk menangani kasus sesuai dengan diagnosa
dan masalah yang ada.
f. Melaksanakan tindakan asuhan.
g. Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah
dilakukan.
C. MANFAAT
Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan
laporan kasus ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mengetahui tentang perawatan atau
asuhan yang diberikan pada ibu bersalin
b. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang
didapatkan dari institusi dan menuangkannya
dalam dokumentasi asuhan kebidanan.
11
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa.
3. Bagi KlienKlien mengerti artinya persalinan itu apa, serta
cara dan proses persalinan. Sehingga klien dapat
tenang dalam menghadapi persalinan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI MEDIS
1. Definisi
Persalinan adalah suatu proses yang dialami,
peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola
dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
(Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
13
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawirohardjo, 2006).
2. Sebab-sebab Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,
namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor
hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi.
a. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut
terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.
b. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur
hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progeston
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis
parst posterior. Perubahan keseimbangan
esterogen dan progesteron dapat mengubah
11
14
sensitivitas otot rahim, sehingga sering
terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya
konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan, maka oksitosin dapat meningkatkan
aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
d. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
hamil 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan konsentrasi otot rahim sehingga
hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin
dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
(Haffieva, 2011)
3. Tanda-tanda Mulainya Persalinan
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah
Lightening atau settling atau dropping yang
merupakan kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Perut
kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil
karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
diuterus (fase labor pains). Servik menjadi
15
lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih
kuat, sering dan teratur.b. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih
banyak, robekan kecil pada bagian servik.c. Kadang-kadang ketuban pecahd. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar dan
pembukaan telah ada. (Mochtar ,1998)
4. Faktor Persalinan
a. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati
oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar
panggul, serviks dan vagina. Syarat agar
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir
tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal. Passage terdiri dari :
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka
panggul)
a) Os. Coxae
(1) Os illium
(2) Os. Ischium
(3) Os. Pubis
b) Os. Sacrum = promotorium
c) Os. Coccygis
16
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan
ligamen-ligamen
Pintu Panggul
1) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet
dibatasi oleh promontorium, linea
inominata dan pinggir atas symphisis.
2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada
spina ischiadica, disebut midlet
3) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi
simfisis dan arkus pubis, disebut outlet
4) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis
cavity) berada antara inlet dan outlet.
Bidang-bidang :
1) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran
PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium
2) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I
setinggi pinggir bawah symphisis.
3) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II
setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
4) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan
III setinggi os coccygis.
(Obstetri Fisiologi, 1983)
b. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk
melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
17
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan
utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi
dan retraksi otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power)
terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot
polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot
rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan
lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih
kecil serta mendorong janin dan kantung
amneon ke arah segmen bawah rahim dan
serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan
mengejan
4) ketegangan dan ligmentous action terutama
ligamentum rotundum
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-
otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) kontraksi simetris
2) fundus dominan
3) relaksasi
4) involuntir : terjadi di luar kehendak
18
5) intermitten : terjadi secara berkala
(berselang-seling)
6) terasa sakit
7) terkoordinasi
8) kadang dapat dipengaruhi dari luar secara
fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his :
1) Pada uterus dan servik
Uterus teraba keras/padat karena
kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban
dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar
(effacement) dan terbuka (dilatasi).
2) Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan
kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi
dan tekanan darah.
3) Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-
plasenter kurang, maka timbul hipoksia
janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar
karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu
bersalin hal – hal yang harus diperhatikan
dari his:
19
1) Frekuensi his
Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau persepuluh menit.
2) Intensitas his
Kekuatan his diukurr dalam mmHg.
Intensitas dan frekuensi kontraksi uterus
bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju.
Telah diketahui bahwa aktifitas uterus
bertambah besar jika wanita tersebut
berjalan – jalan sewaktu persalinan masih
dini.
3) Durasi atau lama his
Lamanya setiap his berlangsung diukur
dengan detik, misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his
Apakah datangnya sering, teratur atau
tidak.
5) Interval
Jarak antara his satu dengan his
berikutnya, misalnya his datang tiap 2
sampe 3 menit.
6) Aktivitas his
Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit
Montevideo.
20
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang
tidak efisien atau spasme usus, kandung
kencing dan otot-otot dinding perut yang
terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari
sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup
bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan
membuat lelah pasien sehingga pada waktu
persalinan sungguhan mulai pasien berada
dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun
mental.
Kelainan kontraksi otot rahim
1) Inertia Uteri
a) His yang sifatnya lemah, pendek dan
jarang dari his yang normal yang
terbagi menjadi : Inertia uteri primer
yaitu apabila sejak semula kekuatannya
sudah lemah
b) Inertia uteri sekunder : His pernah
cukup kuat tapi kemudian melemah. Dapat
ditegakkan dengan melakukan evaluasi
pada pembukaan, bagian terendah
terdapat kaput dan mungkin ketuban
telah pecah. His yang lemah dapat
menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun
janin sehingga memerlukan konsultasi
21
atau merujuk penderita ke rumah sakit,
puskesmas atau ke dokter spesialis.
2) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering,
sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi
otot rahim. Akibat dari tetania uteri
dapat terjadi :
a) Persalinan Presipitatus
b) Persalinan yang berlangsung dalam waktu
tiga jam. Akibat mungkin fatal
c) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
Terjadi trauma janin, karena tidak
terdapat persiapan dalam persalinan
Trauma jalan lahir ibu yang luas
dan menimbulkan perdarahan
inversion uteri
Tetania uteri menyebabkan asfiksia
intra uterin sampai kematian janin
dalam rahim
3) Inkoordinasi otot rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot
rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan
otot rahim untuk dapat meningkatkan
pembukaan atau pengeluaran janin dari
dalam rahim. Penyebab inkoordinasi
kontraksi otot rahim adalah :
a) Faktor usia penderita relative tua
22
b) Pimpinan persalinan
c) Karena induksi persalinan dengan
oksitosin
d) Rasa takut dan cemas
(Mochtar, 1993)
c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan
plasentaa. Janin merupakan passangge utama
dan bagian janin yang paling penting adalah
kepala karena bagian yang paling besar dan
keras dari janin adalah kepala janin. Posisi
dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan
persalinan.
Kelainan – kelainan yang sering
menghambat dari pihak passangger adalah
kelainan ukuran dan bentuk kepala anak
seperti hydrocephalus ataupun anencephalus,
kelainan letak seperti letak muka atau pun
letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti
kedudukan lintang atau letak sungsang.
(Mochtar, 1993)
d. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati,
seolah-olah pada saat itulah benar-benar
23
terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau
memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang
semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang
belum pasti “ sekarang menjadi hal yang
nyata.
Psikologis meliputi :
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan
persiapan intelektual
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada
kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi
oleh:
1) Persalinan sebagai ancaman terhadap
keamanan
2) Persalinan sebagai ancaman pada self-image
3) Medikasi persalinan
4) Nyeri persalinan dan kelahiran
(Mochtar, 1993)
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal
ini Bidan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
24
janin. Proses tergantung dari kemampuan skill
dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses
persalinan.
(Mochtar, 1993)
5. Kala Persalinan
Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partus mulai) ditandai dengan
keluarnya lendir bercampur darah, servik
mulai membuka dan mendatar, darah berasal
dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis
servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
1) Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat sampai
pembukaan menjadi 3 cm. Berlangsung ≤8 jam
2) Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub
fase :
a) periode akselerasi : berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
b) periode dilatasi maksimal (steady)
selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2
jam, cepat dari 4 menjadi 9 cm.
25
c) periode deselerasi berlangsung lambat
dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9
menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh,
uterus servik dan vagina menjadi saluran yang
continue, selaput amnio ruptur, kontraksi
uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik
untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke
pelvis.
(Prawirohardjo, 2006)
b. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin
telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflek menimbulkan rasa
ngedan karena tekanan pada rectum sehingga
merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka.
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan,
vulva membuka dan perineum meregang. Dengan
his mengedan yang terpimpin akan lahir dan
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II
pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5-1 jam.
Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala,
ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua
26
kehamilan.Presentasi janin paling umum
dipastikan dengan palpasi abdomen dan
kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat
awal persalinan dengan pemeriksaan vagina
(toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi
belakang kepala masuk dalam pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang.
Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme
persalinan dalam presentasi belakang kepala
dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan
anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang
tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala
bayi hampir sama besarnya dengan dengan
ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala
harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
mulai dari pintu atas panggul, ke bidang
tengah panggul dan pada pintu bawah panggul,
supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika
sutura sagitalis dalam arah muka belakang
pada pintu atas panggul, maka hal ini akan
mempersulit persalinan, karena diameter
antero posterior adalah ukuran yang terkecil
dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada
pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam
jurusan muka belakang yang menguntungkan
27
karena ukuran terpanjang pada pintu bawah
panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme
persalinan adalah :
1) Penurunan kepala.
2) Fleksi.
3) Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
4) Ekstensi
5) Rotasi luar ( putaran paksi luar)
6) Ekspulsi.
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi
bersamaan, akan tetapi untuk lebih jelasnya
akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
1) Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke
dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari
kehamilan, tetapi pada multigravida
biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP,
biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan.
Masuknya kepala melewati pintu atas
panggul (PAP), dapat dalam keadaan
asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis
terdapat di tengah-tengah jalan lahir
28
tepat di antara simpisis dan
promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan
dan belakang sama tingginya. Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati
simpisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka dikatakan kepala dalam
keadaan asinklitismus, ada 2 jenis
asinklitismus yaitu :
(a) Asinklitismus posterior : Bila
sutura sagitalis mendekati simpisis
dan os parietal belakang lebih rendah
dari os parietal depan.
(b) Asinklitismus anterior : Bila
sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal
belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti
terjadi pada persalinan normal, tetapi
kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan
disproporsi sepalopelvik dengan panggul
yang berukuran normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi
pada kala I dan kala II persalinan. Hal
ini disebabkan karena adanya kontraksi
dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
29
menyebabkan tekanan langsung fundus pada
bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan
terjadi relaksasi dari segmen bawah
rahim, sehingga terjadi penipisan dan
dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir.
Penurunan kepala ini juga disebabkan
karena tekanan cairan intra uterine,
kekuatan mengejan atau adanya kontraksi
otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak.
(a) Sutura sagitalis terdapat di
tengah-tengah jalan lahir tepat di
antara simpisis dan promontorium.
(b) Sutura sagitalis mendekati simpisis
dan os parietal belakang lebih
rendah dari os parietal depan
(c) Sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal
belakang
2) Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi
dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan
majunya kepala biasanya fleksi juga
bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa
lebih dekat ke arah dada janin sehingga
30
ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-
ubun besar hal ini disebabkan karena
adanya tahanan dari dinding seviks,
dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan
adanya fleksi, diameter suboccipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter
suboccipito frontalis (11 cm). sampai di
dasar panggul, biasanya kepala janin
berada dalam keadaan fleksi maksimal.
3) Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran
dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin
memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang
terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang akan memutar ke depan
kearah simpisis. Rotasi dalam penting
untuk menyelesaikan persalinan, karena
rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bidang tengah dan
pintu bawah panggul.
4) Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar
panggul dan ubun-ubun kecil berada di
bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi
31
dari kepala janin. Hal ini di sebabkan
karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan ke atas
sehingga kepala harus mengadakan fleksi
untuk melewatinya. Kalau kepala yang
fleksi penuh pada waktu mencapai dasar
panggul tidak melakukan ekstensi maka
kepala akan tertekan pada perineum dan
dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir
bawah simpisis akan menjadi pusat
pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perineum:
ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan
dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
5) Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya
mengalami restitusi yaitu kepala bayi
memutar kembali ke arah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu
melintasi pintu dalam keadaan miring. Di
dalam rongga panggul bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami
putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter
32
bisa kromial) menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah
panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi
juga melanjutkan putaran hingga belakang
kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum
sepihak.
6) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan
sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu
belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir ,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan
searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi
kepala yang adekuat, dan janin dengan
ukuran yang rata-rata, sebagian besar
oksiput yang posisinya posterior berputar
cepat segera setelah mencapai dasar
panggul, dan persalinan tidak begitu
bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira
5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan
ini tidak terjadi. Sebagai contoh
kontraksi yang buruk atau fleksi kepala
yang salah atau keduanya, rotasi mungkin
tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi
sama sekali, khususnya kalau janin besar.
(Obstetri Fisiologi, 1983)
33
c. Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim
istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta
menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam
vagina dan akan lahir secara spontan atau
dengan sedikit dorongan dari atas
simpisis/fundus uteri, seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
(Mochtar, 1998:97)
Macam-macam pelepasan plasenta
1) Secara Schultzel
Pelepasan dimulai dari bagian tengah
plasenta, bagian plasenta yang nampak
pada vulva ialah bagian fetal. Perdarahan
tidak ada sebelum plasenta lahir.
2) Secara Duncan
Pelepasan mulai dari pinggir plasenta,
plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih
dahulu, yang nampak di vulva ialah bagian
maternal. Perdarahan sudah ada sejak
bagian dari plasenta terlepas.
34
Perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta :
1) Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan
di atas symphisis, tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk
berarti belum lepas, diam atau maju atau
bertambah panjang berarti sudah lepas.
2) Klein
Sewaktu ada his rahim kita dorong sedikit
pada daerah fundus, bila tali pusat
kembali masuk berarti belum lepas, diam
atau turun atau bertambah panjang berarti
sudah lepas.
3) Stassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada
fundus uteri, bila tali pusat bergetar
berarti belum lepas, tidak bergetar
berarti sudah lepas.
(Mochtar. 1998 : 107-108)
d. Kala IV
Kala IV dimulai dari lepasnya plasenta dan
selaput ketuban. Observasi yang ketat
dilakukan selama 2 jam post partum.
Observasi yang dilakukan :
1) Kesadaran penderita
35
2) Pemeriksaan yang dilakukan
a) Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
b) Kontraksi rahim
c) Perdarahan
d) Kandung kemih
Lamanya persalinan pada primi dan multi
adalah :
Primi
Multi
Kala I 13
jam 7 jam
Kala II 1
jam ½ jam
Kala III ½
jam ¼ jam
Lama persalinan : 14 ½
jam 7 ¾ jam
(Mochtar, 1998 : 97)
6. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN)
dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal
sebagai berikut :
1. kenali adanya tanda dan gejala kala II
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan
persalinan termasuk mematahkan ampul
36
oksitosin & memasukan alat suntik sekali
pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan,
mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan
kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan
dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang
bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan
kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam - pastikan
pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah
kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ
dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap
dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
37
meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3
bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan
memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua
tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva
dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk
38
bersih untuk menderingkan janin pada perut
ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada
leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai
melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi
luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala
kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah
kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan
kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
39
a. Apakah bayi menangi kuat dan atau
bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka,kepala dan bagian tubuh lainnya kecualibagian tangan tanpa membersihkan verniks.Ganti handuk basah dengan handuk/kain yangkering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untukmemastikan tidak ada lagi bayi dalamuterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntikoksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,suntikan oksitosin 10 unit IM(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagiandistal lateral (lakukan aspirasi sebelummenyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepittali pusat dengan klem kira-kira 3 cm daripusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali talipusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusatyang telah dijepit (lindungi perut bayi),dan lakukan pengguntingan tali pusatdiantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTTatau steril pada satu sisi kemudianmelingkarkan kembali benang tersebut danmengikatnya dengan simpul kunci pada sisilainnya.
40
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kainhangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hinggaberjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain padaperut ibu, di tepi atas simfisis, untukmendeteksi. Tangan lain menegangkan talipusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkantali pusat dengan tangan kanan, sementaratangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasentatidak lahir setelah 30 – 40 detik,hentikan penegangan tali pusat danmenunggu hingga timbul kontraksiberikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongandorsokranial hingga plasenta terlepas,minta ibu meneran sambil penolong menariktali pusat dengan arah sejajar lantai dankemudian kearah atas, mengikuti porosjalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva,teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),pegang plasenta dengan kedua tangan danlakukan putaran searah untuk membantupengeluaran plasenta dan mencegah robeknyaselaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukanmasase pada fundus uteri dengan menggosokfundus uteri secara sirkuler menggunakan
41
bagian palmar 4 jari tangan kiri hinggakontraksi uterus baik (fundus terabakeras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetalplasenta dengan tangan kanan untukmemastikan bahwa seluruh kotiledon danselaput ketuban sudah lahir lengkap, danmasukan kedalam kantong plastik yangtersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi padavagina dan perineum. Melakukan penjahitanbila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi denganbaik dan tidak terjadi perdarahanpervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontakkulit ke kulit di dada ibu paling sedikit1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukanpenimbangan/pengukuran bayi, beri tetesmata antibiotik profilaksis, dan vitaminK1 1 mg intramaskuler di paha kirianterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitaminK1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis Bdi paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi danmencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukanmasase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangandarah.
42
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaankandung kemih setiap 15 menit selama 1 jampertama pasca persalinan dan setiap 30menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikanbahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakaidalam larutan klorin 0,5% untukdekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilasperalatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan airDDT. Membersihkan sisa cairan ketuban,lendir dan darah. Bantu ibu memakaimemakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman danberitahu keluarga untuk membantu apabilaibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan denganlarutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalamlarutan klorin 0,5% melepaskan sarungtangan dalam keadaan terbalik danmerendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan airmengalir.
58. Melengkapi partograf.(APN 2008)
7. Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau
kemajuan persalinan dan membantu petugas
43
kesehatan dalam menentukan keputusan dalam
penatalaksanaan. (Saifudin, Abdulbari. 2002).
Partograf adalah alat bantu yang di gunakan
selama fase aktif persalinan (Depkes RI, 2004).
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah
untuk:
a. Mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dengan menilai serviks
melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan dengan normal.
Dengan demikian, juga dapat melakukan
deteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama. (Depkes RI, 2004)
Partograf harus digunakan :
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala
I persalinan sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan untuk semua persalinan, baik
normal maupun patologis. Partograf akan
membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran di semua
tempat ( rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, DLL).
44
c. Secara rutin oleh semua
penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama pesalinan dan kelahiran
(spesialis obstetri, bidan, dokter umum,
residen, dan mahasiswa kedokteran). (Depkes
RI, 2004)
Penggunaan partograf secara rutin akan
memastikan para ibu dan bayinnya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu
juga mecegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka.
Mencatat temuan pada partograf :
a. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf
secara teliti pada saat mulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan
(tertulis sebagai : “jam” pada partograf)
dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam
fase laten persalinan catat waktu
terjadinya pecah ketuban.
b. Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom,lajur dan skala pada partograf adalah
untuk pencatatn DJJ, air ketuban dan
penyusupan ( kepala janin ).
1) DJJ
Dengan menggunakan metode seperti
yang di uraikan pada bagian pemeriksaan
45
fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30
menit ( lebih sering jika ada tanda –
tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada
partograf di antara garis tebal 180 dan
100. Tetapi, penolong harus sudah
waspada bila DJJ di bawah 120 atau
diatas 160.
2) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di
lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai
warna air ketuban pecah. Catat temuan –
temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air
ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air
ketuban bercampur mekonium
D : ketuban sudah pecah dan airketuan bercampur darah
K : ketuban sudah pecah dan
tidak ada air ketuban (“kering”)
3) Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indicator penting
tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
46
menyesuaikan diri dengan bagian keras
panggul ibu. Tulang kepala yang saling
menyusup atau tumpang tindih,
menunjukkan kemungkinan adanya Chepalo
Pelvic Disporportion (CPD).
Ketidakmampuan akomodasi akan benar
– benar terjadi jika tulang kepala yang
saling menyusup tidak dapat di pusahkan.
Apabila ada dugaan disproporsi tulang
panggul, penting sekali untuk tetap
memantau kondisi janin dan
kemajuan persalinan. Lakukan tindakan
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk
ibu dengan dugaan disproporsi kepala
panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan
yang memadai. Gunakan lambang-lambang
berikut :
0 : tulang – tulang kepala janin
terpisah, sutura dengan mudah
dapat di palpasi.
1 : tulang – tulang kepala janin
hanya saling bersentuhan.
2 : tulang – tulang kepala janin
saling tumpang tindih, tapi masih
dapat di pisahkan.
47
3 : tulang – tulang kepala janin
saling tumpang tindih da tidak
dapat dipisahkan
c. Kemajuan persalinan
Menurut Depkes (2004), kolom dan lajr
kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan.
1) Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks
setiap 4 jam (lebih sering di lakukan
jika ada tanda – tanda penyulit). Saat
ibu berada dalam fase aktif persalinan,
catat pada partograf hasil temuan dari
setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus di
tulis digaris waktu yang sesuai dengan
jalur besarnya pembukaan serviks. Beri
tanda untuk temuan – temuan dari
pemeriksaan dalam yang dilakukakn pertama
kali selama fase aktif persalinan di
garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari
setiap pemeriksaan dengan garis utuh
(tidak terputus).
2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi
janin.
Setiap kali melakukan pemeriksaan
dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering
jika ada tanda – tanda penyulit, nilai
48
dan catat turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks umumnya diikuti dengan
turunnya bagian terbawah/presentasi
janin. Tetapi ada kalanya, penurunan
bagian terbawah janin baru terjadi
setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
3) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada pembukaan
serviks 4 jam cm dan berakhir pada titik
dimana pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus di
mulai di garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per
jam), maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit (misalnya fase aktif yang
memanjang, macet, dll). Pertimbangkan
pula adanya tindakan intervensi yang
diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke
fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit
atau puskesmas) yang mampu menangani
penyulit dan kegawat daruratan obsetetri.
Garis bertindak tertera sejajar dengan
garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak
atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika
49
pembukaan serviks berada di sebelah kanan
bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan.
Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum
garis bertindak terlampui.
d. Jam dan waktu
1) Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan
serviks dan penurunan) tertera kotak –
kotak yang di beri angka 1-16. Setiap
kotak menyatakan waktu satu jam sejak
dimulainnya fase aktif persalinan.
2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu
misalnya fase aktif, tertera kotak –
kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyebabkan satu jam penuh dan berkaitan
dengan dua kotak waktu 30 menit pada
lajur kotak di atasnya atau lajur
kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk
dalam fase aktif persalinan, catatkan
waktu aktual pemeriksaan ini di kotak
waktu yang sesuai.
e. Kontraksi uterus
50
Di bawah lajur waktu partograf terdapat
lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi
per 10 menit” di sebelah luar kolom paling
kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi
angka pada kotak yang sesuai.
f. Obat – obatan dan cairan yang di berikan
Di bawah lajur kotak observasi
kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk
mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan
cairan IV.
1) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di
mulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang di berikan
per volume cairan IV dan dalam satuan
tetesan per menit.
2) Obat – obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat – obatan
tambahan dan atau cairan IV dalam kotak
yang sesuai dengan kolom waktunya.
g. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf
berkaitan dengan keehatan dan kenyamanan.
51
1) Nadi, tekanan darah, dan temperature
tubuh.
Angka di sebelah kiri bagian partograf
ini berkaitan dengan nadi dan tekanan
darah ibu.
(a) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30
menit selama fase aktif persalinan.
(b) Nilai dan catat tekanan darah ibu
setiap 4 jam selama fase
aktif persalinan.
(c) Nilai dan catat temperature tubuh
ibu (lebih sering jika meningkat,
atau di anggap adanya infeksi)
setiap 2 jam dan catat temperature
tubuh dalam kotak yang sesuai.
2) Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu
sedikitnya setiap 2 jam ( setiap kali
ibu berkemih).
h. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik
lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil
pengamatan dan keputusan klinik disisi luar
kolom partograf, atau buat catatan terpisah
tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga
tanggal dan waktu saat membuat
catatan persalinan.
52
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik
mencakup :
1) Jumlah cairan peroral yang di berikan.
2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan
(pandangan) kabur.
3) Konsultasi dengan
penolong persalinan lainnya (dokter
obsgyn, bidan, dokter umum).
4) Persiapan sebelum melakukan rujukan.
5) Upaya rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang partograf :
Halaman belakang partograf merupakan bagian
untuk mencatat hal – hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan
– tindakan yang di lakukan sejak pesalinan kala
I hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah
sebabnya bagian ini disebut sebagai
catatan persalinan. Nilai dan catatkan asuhan
yang di berikan pada ibu dalam
masa nifas terutama selama persalinan kala IV
untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan
klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat
penting untuk membuat keputusan klinik,
terutamam pada pemantaun kala IV (mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain
itu, catatan persalinan ( yang sudah di isi
53
dengan lengkap dan tepat) dapat pula di gunakan
untuk menilai atau memantau sejauh mana telah
di lakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang
bersih dan aman.
(APN,2008)
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan
yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan
yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang
merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang
diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-
langkah yang disusun secara sistematis untuk
mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar
sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang
dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
Standar 7 langkah Varney, yaitu :
I. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
54
Nama : ditanyakan nama penderita dan
suaminya agar tidak keliru bila ada
kesamaan dengan penderita lain.
(Cristina,1971: 84)
Umur : dalam kurun waktu reproduksi sehat,
dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan pernikahan adalah 20-30
tahun. (Hanifa,1999:23)
semua usia subur 20-30 tahun saat
yang tepat untuk persalinan dengan
jarak kelahiran lebih dari 2 tahun
merupakan masa reproduksi yang sehat.
(Sastrawinata,1998:154)
Usia 35 tahun atau lebih dinamakan
primigravida tua,jaringan otot sudah
kurang elastis dan kaku sehingga
sukar diregangka, kemungkinan besar
persalinan akan berlangsung kurang
lancar. (Depkes RI,1999:54)
Agama : Ditanyakan berhubungan dengan
perawatan penderita, misalnya dari
agamanya tidak boleh makan daging dan
sebagainya dan dalam keadaan yang
gawat ketika memberi pertolongan dan
perawatan dapat diketahui siapa yang
harus dihubungi (Cristina S, Ibrahim,
1989 : 85)
55
Pendidikan: Makin rendah pendidikan ibu,
kematian bayi makin tinggi sehingga
perlu diberi penyuluhan. (Depkes RI
1997:30)
Pekerjaan : Pekerjaan suami dan ibu sendiri
untuk mengetahui bagaimana taraf
hidup dan social ekonominya.
(Cristina S. Ibrahim, 1989 : 85)
Perkawinan: Ditanya berapa kali kawin dan
berapa lamanya untuk membantu
menentukan bagaimana keadaan alat
kelamin dalam ibu. (Cristina,1971:
85)
Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal
dimana,menjaga kemungkinan bila ada
ibu yang namanya sama. Agar dapat
dipastikan ibu yang mana yang hendak
ditolong untuk kunjungan penderita.
(Cristina,1971: 84)
b. Keluhan Utama
-Pinggang terasa sakit menjalar kedepan, sifatnya
teratur,interval semakin pendek dan kekuatannya
semakin besar.
-Nyeri semakin hebat bila untuk aktifitas (jalan)
dan tidak berkurang bila dibuat tidur,
intensitas nyeri tergantung keadaan nyeri.
-Mengeluarkan lendir dan darah.
56
-Pengeluaran cairan yang sebagian besar ketuban
pecah setelah atau menjelang pembukaan lengkap.
(Manuaba,1998:165)
c. Riwayat Kesehatan
-Riwayat Kesehatan Dahulu
Keadaan ibu dengan penyakit seperti
jantung, DM, hipertensi, penyakit ginjal,
GO, akan mempengaruhi masa gangguan dn
persalinan ibu.
Pada klien yang menderita DM akan menambah
kebutuhan insulin sebagai kompetensi dari
tubuh untuk memenuhi kebutuhan glukosa
untuk energi yang meningkat, penyakit DM
dapat meningkatkan resiko bayi besar.
Pada klien hipertensi dimana terjadi
peningkatan beban kerja jantung akibat
penyempitan pembuluh darah akan semakin
meningkat sehubungan dengan kebutuhan tubuh
untuk memenuhI O2.
GO adalah penyakit kelamin yang lain akan
menjadi factor resiko bagi janin yaitu
penularan infeksi secara langsung dari
jalan lahir.
Penyakit jantung tingkat IV dapat
menyebabkan dekompensasi cordis dan setelah
kelahiran bayi.
(Sarwono,1999:434)
57
-Riwayat Kesehatan Sekarang
Bila saat hamil menderita TBC, kemungkinan
ibu tidak kuat mengejan dan berakibat
persalinan lama.
Ibu dengan DM kemungkinan sulit karena
bayi besar.
Ibu dengan penyakit jantung dilarang
mengejan karena akan memperberat
penyakitnya.
(Sarwono,1999:387)
-Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keturunan kembar kemungkinan besar
akan menurun pada anggota keluarga yang lain.
Seperti DM, hipertensi. (Sarwono,1999:387)
d. Riwayat Kebidanan
-Haid
Menarche pada waktu pubertas 10-16 tahun,haid
teratur,siklus 28-30 hari, lama 5-6 hari
jumlah darah 50-70 cc sifat darah tidak
membeku.
Selama haid tidak ada keluhan pusing-pusing
pinsan ataupun tanda-tanda anemia yang lain.
Perlu diketahuai HPHT untuk membantu
menentukan usia kehamilan dan tafsiran
persalinan. (Hanifa W,1999:125)
-Paritas
58
Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. (Hanifa
W,1999:23)
-Kehamilan Yang Lalu
Kehamilan terdahulu merupakan informasi yang
penting karena kondisi yang terdahulu dapat
terulang lagi. Misal
perdarahan,hipertensi,partus preterm. (Depkes
RI,1998:80)
-Persalinan Yang Lalu
1. Persalinan yang lalu tidak ada penyakit
2. Multiparitas dengan riwayat obstetric
baik,tidak selalu menjamin persalinan
lancar sebab janin yang besar dapat
menyebabkan disproporsi meskipun ukuran
panggul normal.
3. Kelahiran SC kemingkinan terjadi ruptura
uteri kira-kira 1% sehingga dianjurkan
untuk melakukan persalinan di RS. (Hanifa
W,1999:614)
-Riwayat Nifas
Pengeluaran lochea sampai hari ke 3 warna
merah, lochea serose hari ke 4-9 warna lebih
pucat dan kecoklatan serta lochea alba hari
ke 10-15 warna pucat kekuningan.
Ibu dengan riwayat pengeluaran lochea
porulenta,lochea statika,infeksi intra
59
uteri,rasa nyeri berlebihan memerlukan
pengawasan khusus, ibu meneteki kurang dari 2
tahun, adanya bendungan ASI sampai terjadi
abses pada payudara harus dilakukan observasi
ketat.
(Manuaba,1998:193)
-Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu hamil periksa milai ia terlambat haid,
pada TM I biasanya mual, muntah hilang pada
TM II, diharapkan minimal 4x kunjungan
antenatal pada TM I 1 kali, TM II 1 kali, TM
III 2 kali, imunisasi TT 2 kali selang I
bulan tablet Fe minimal 90 buah, kapsul
yodium I kali dan melaksanakan perawatan
payudara.
-Riwayat Persalinan
Kala I lama untuk primi 12 jam, his
adekuat, fundus dominan, tiap 5-10 menit
sekali (minimum) lama 45-60 detik ketuban
pecah spontan, lama mulai 6-8 jam.
Kala II lama untuk primi 1-2 jam
persalinan spontan, bayi lahir hidup,
tidak cacat, untuk multi ½-1 jam.
Kala III untuk primi 10 menit, plasenta
lahir spontan, lengkap, untuk multi 10
menit.
60
Kala IV 2 jam postpartum perdarahan tidak
lebih dari 500 cc.
(Obstetri Fisiologi, 1983)
-Riwayat KB
KB yang biasa digunakan untuk pasca salin
adalah suntikan KB depoprofera 3 bulan,
cyclofem 1 bulan, implant, AKDR, pil KB hanya
progesterone, pil kombinasi untuk yang kontab
syaratnya usia ibu harus lebih dari 35 tahun,
anak terkecil 10 tahun jumlah anak lebih dari
2. (Manuaba,1998:439)
Selain itu juga dapat mnggunakan kondom,
jelly ataupun tissue.
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
-Nutrisi
Pada kala pembukaan adalah waktu untuk
menyiapkan ibu untuk menghadapi persalinan,
diusahakan agar ibu dapat memesukkan makanan
kedalam tubuhnya agar ada zat bakar untuk
pembentukan energi, makanan yang mudah
dicerna agar tidak memberatkan pencernaan,
kadang-kadang karena perasaan sakit ibu
enggan makan. Dalam hal ini perlu dijelaskan
makanan tersebut,cairan diannjurkan, ibu
minum cairan yang mengandung nutrisi atau air
biasa selama proses persalinan karena cairan
atau membuat tenaga dan mencegah ibu dari
61
dehidrasi yang dapat mempengaruhi keadaan
his. (Depkes RI,2000:18)
-Eliminasi
Menjelang persalinan frekuensi meningkat
(BAK) karena bagian terendah janin menekan
kandung kemih.
BAB, bila mungkin anjurkan ibu untuk BAB
sebelum persalinan kala II jangan
memberikan klisma bila kepala janin belum
engagement, karena saat ibu mengejan untuk
mengosongkan rectum, selaput ketuban dapat
pecah dengan resiko terjadinya tali pusat
menumbung.
Ibu dalam proses persalinan harus berkemih
2 jam/lebih sering, bila kandung kemih
penuh akan menghambat penurunan kepala dan
akan membuat ibu tidak nyaman.
(Hanifa W,1999:97)
-Istirahat dan Tidur
Menjelang persalinan istirahat/tidur yang
dianjurkan adalah posisi miring kekiri karena
akan memperlancar peredaran darah ke vena
cava inferior. (Hamilton,1998:83)
-Personal Hygiene
Infeksi yang dapat terjadi selama proses
persalinan akan dapat menyebabkan kematian
62
atau penyakit pada ibu atau janin. Ibu hamil
harus selalu memakai baju bersih dan mandi,
penolong harus mencuci kedua tanggannya
sesering mungkin dan menggunakan alat-alat
steril atau DTT, alasan pencegahan infeksi
sangat penting bagi janin, ibu, maupun
penolong persalinan. (Djoko Waspodo,2000:2-
12)
-Aktifitas
Bila his jarang bagian terdepan belum masuk
PAP, kantung ketuban masih ada maka
diperbolehkan berjalan agar his bertambah
kuat dan sering sehingga mendesek turunnya
kepala ke PAP, jika kantung ketuban sudah
pecah maka ibu tidak boleh
berjalan,dianjurkan tidur terlentang.
(Ibrahim,1999:97)
f. Riwayat Ketergantungan
Mengalami ketergantungan pada minuman
beralkohol,merokok akan mengakibatkan gangguan
pada persalinan, pertumbuhan dan perkembangan
janin.
(Depkes
RI,2000:34)
g. Latar Belakang Sosial Budaya
63
Kemiskinan,ketidaktauan,kebodohan dan
rendahnya status wanita. Budaya yang berperan
pada tingginya angka kematian maternal,
transportasi yang sulit, ketidak mampuan
membayar, pelayanan yang baik, pantangan
makanan tertentu pada wanita hamil juga
merupakan factor-faktor yang ikut berperan.
(Hanifa
W,1999:25)
h. Psikososial Spiritual
Biasanya timbul perasaan takut,cemas, dan
ragu-ragu terutama pada ibu yang baru pertama
kali melahirkan, keadaan psikologis dan
pengetahuan keluarga yang stabil akan
mempengaruhi dukungan terhadap klien hamil,
semakin baik/stabil maka dukungan yang
diberikan semakin positif bagi ibu/klien.
(Obstetri Fisiologi,1983:268)
i. Kehidupan Sexual
Coitus pada akhir kehamilan lebih baik
ditinggalkan karena kadang-kadang menimbulkan
infeksi pada persalinan dan nifas, serta dapat
memecahkan ketuban pada multipara. Coitus
dapat dilakukan dengan menggunakan
kondom/perubahan posisi yang bapat mengurangi
kedalaman penetrasi.
64
(Manuaba,1998:139)
2. Data Obyektif
a). Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik, kesadaran
composmentis
b. Penampilan : sikap lordose,
berkeringat,nampak
Cemas. (Depkes RI, 2004
: 20)
b). Tanda-tanda Vital
-Tekanan darah tidak boleh lebih dari
140/90 mmHg atau perubahan diastole 15
mmHg bila diketahui tensi sebelumnya
kenaikan lebih dari itu hati-hati adanya
preeklamsi.
-Nadi normal 60-100x/menit bila nadi
abnormal mungkin ada kelainan pada paru-
paru/jantung.
-Pernafasan normal 20-24x/menit bila
abnormal mungkin kelainan paru-paru
/jantung.
-Suhu normal 36-37C bila suhu lebih dari
normal mungkin adanya infeksi. (Depkes
RI, 2004 : 20)
-Kala I Fase laten Fase
aktif
65
Tekanan darah Tiap 4 jam
Tiap 4 jam
Suhu Tiap 4 jam Tiap
2 jam
Nadi 30-60 menit 30-60
menit
-Kala II : nadi dan tekanan darah tiap
30 menit
sekali.
-Kala III : nadi dan tekanan darah
diperiksa setelah
pemotongan tali pusat/ bayi
dibungkus.
-Kala IV:
Nadi dan tekanan darah diperiksa 2-3x
dalam 10 menit pertama pasca persalinan,
selanjutnya setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit sekali pada 1 jam
berikutnya, untuk suhu tiap 1 jam selama
2 jam pertama pasca persalinan. (Depkes
RI, 2004 : 20)
c). Tinggi Badan
-Lebih dari 145cm, tinggi badan kurang
dari 145cm termasuk resiko sedang yaitu
factor resiko ibu hamil tidak langsung
menimbulkan kematian.
66
-TB <145cm diperkirakan mempunyai
kesempitan panggul yang merupakan pedis
posisi letak sungsang.
-BB <45kg pada TM III berarti ibu kurus,
besar kemungkinan ibu akan melahirkan
bayi dengan BBLR.
-LILA kurang dari 23,5cm merupakan
indicator kuat untuk status gizi ibu
yang kurang atau buruk, sehingga ia
resiko untuk melahirkan BBLR.
(Depkes
RI,1999:35)
d). Kepala
Muka : normal,tidak sembab,tidakpucat,ada cloasma gravidarumkarena terjadi perubahan depositpigmen dan hyperpigmentasi karenapengaruh melaniphase stimulatinghormone lobus hipofisis anteriordan pengaruh kelenjarsuprarenalin.
Rambut : normal, warna hitam,tidak mudahdicabut,tidak rontok,tidakberketombe, penyebaran merata.
Mata : kelopak mata yang bergerak
kemungkinan adanya preeklamsi,
conjungtiva normal warna merah
bila pucat mungkin anemia, sclera
67
normal warna putih, bila kuning
kemungkinan terinfeksi hepatitis.
Hidung: simetris, ada polip atau tidak,
secret atau kelainan.
Mulut dan gigi : dalam kehamilan sering
gusi menjadi bengkak dan lemah
serta mudah berdarah, karena
pengaruh hormon estrogen yang ,
sering juga timbul stomatitis dan
gingivitis kelainan ini disebut
epulis gravidarum caries dentis
juga sering dijumpai akan tetapi
tidaklah beralasan kehamilan
sebagai penyebab meningkatnya
kejadian caries dentis, caries
dentis sebelum hamil sudah ada dan
berkurang calsium akan memperburuk
kerusakan gigi.
Leher : adanya bendungan pada vena
jugularis tentuya kita curigai
adanya penyumbatan jantung, bila
mengalami pembesaran kelenjar
tyroid bekerjan lebih berat Karen
tyroid dalam kehamilan dapat
terjadi dalam 2 bentuk yitu morbus
basedowi (hipertispoidisme) dan
miksidema (hipotirodisme), walau
68
nampak gejala-gejala yang dapat
menyerupai hiperfungsi glandula
tyroid namun wanita hamil normal
itu tidak menderita
hipertyroidisme.
(Manuaba,1998:1
83)
e). Payudara
Mammae akan membesar dan tegang akibat
hormone somatomammotropin, estrogen dan
progesterone. Papila mammae membesar lebih
tegak dan nampak lebih hitam seperti
seluruh areola mammae karena
hiperpigmentasi glandula Montgomery tampak
jelas menonjol.
Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari
putting keluar cairan berwarna putih agak
jernih disebut colostrums yang berasal
dari kelenjar-kelenjar asinus ayng mulai
bersekresi.
(Hanifa
W,1999:95)
f). Abdomen
Membesar sesuai usia kehamilan, linea
alba/nigra hiperpigmentasi, nampak gerakan
janin, bentuk pembesaran (melintang,
membujur, asimetris), tampak strie
69
gravidarum, adanya bekas SC (penting)
karena bisa terjadi rupture uteri pada
persalinan berikutnya.
(Prawiroharjo,2001:190)
g). Genitalia
Vulva/vagina tidak ada kelainan, keluar
lendir bercampur darah, tidak teraba
oedem, varices, condiloma accuminata/
matalata, serviks tidak teraba, pembukaan
10cm, eff 100%, portio lunak, ketuban
utuh, kepala H IV, UUK jam 12.
Tanda-tanda inpartu pada vagina terdapat
pngeluaran pervaginam berupa bloodyshoow.
(Mochtar,1998:93)
Kemajuan pembukaan serviks dalam kala
persalinan di bagi 2 fase:
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam,
pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3cm.
2. Fase aktif : pembukaan lebih cepat,
dibagi dalam :
- Fase akselerasi : dalam waktu 2
jam pembukaan 3 jadi 4cm
70
- Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2
jam pembukaan 4cm jadi 9cm.
- Fase deselerasi : pembukaan
menjadi lambat kembali, dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap.
Fase-fase ini dijumpai pada primigravida,
pada multigravida pun terjadi demikian
tetapi terjadi lebih pendek.
Ukuran-ukuran panggul dalam :
- Promotorium tidak teraba
- Linea inominata tidak teraba
- Spina isciadika tidak teraba
- Sakrum konkaf, arcus pubis 90
(Prawiroharjo,1999:108-
109)
h). Ekstremitas
- Atas : kadang ditemukan oedem pada
jari-jari tangan yang merupakan tanda
preeklamsi, flambing finger menunjukan
adanya anemia.
- Bawah : karena pelebaran pembuluh
darah vena ditungkai kadang adanya
varises, hiperfleksi pad patella
menunjukkan adanya preeklamsi, reflek
patella (-) menunjukkan adanya
avitaminosis B1. (standar pelayanan
kesehatan ibu hamil, Depkes RI : 18).
71
i). Pemeriksaan Penunjang (LAB)
- Kadar Hb normal ≥ 11gr%
- Kadar Hb 9-10 gr% = anemia ringan
- Kadar Hb 7-8 gr%= anemia sedang
- Kadar Hb < 7 gr%= anemia berat
j). Albumin Urine Negative
k). Reduksi Urine Negative
(Sastrawinata,1998:159-179)
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH
G…P…umur kehamilan…minggu, aterm, hidup,
tunggal, intrauteri, membujur, fleksi,
puka/puki, preskep, jalan lahir normal, keadaan
ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif
dengan masalah :
- Nyeri sehubungan dengan adanya his/kontraksi
- Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
ibu
Prognosa baik.
(Prawiroharjo,2001:109)
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Masalah potensial adalah masalah yang mungkin
timbul dan bila tidak segera diatasi dapat
mengganggu keselamatan hidup klien, maka masalah
72
potensial harus diantisipasi, dicegah, diawasi
dan dipersiapkan tindakan untuk mengatasi. (Helen
Varney, 1997)
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Merupakan langkah yang berkesinambungan dan
proses penatalaksanaan asuhan kebidanan pada saat
bidan bersama kliem dimana terdapat indikasi
situasi yang gawat sehingga bidan harus bertindak
untuk menyelamatkan jiwa klien. (Helen Varney,
1997)
V. PERENCANAAN
Diagnosa : G…P…umur kehamilan…minggu, aterm,
hidup,tunggal,intra
uteri,membujur,fleksi,puka/puki,preskep,jalan
lahir normal,keadaan ibu dan janin baik,inpartu
kala I fase aktif.
Tujuan : proses persalinan berjalan
lancar, keadaan ibu dan
janin baik.
Kriteria hasil :
Ibu : TTV dalam batas normal
T :110/70-140/90mmHg
N : 60-90 x/menit
S : 36,5-37,5C
Rr : 16-20 x/menit
73
Janin : - DJJ dalam batas normal 120-160
x/menit
Kala I berlangsung maksimal 12 jam
Kala II berlangsung tidak lebih dari 1-2 jam
untuk primi dan 0,5-1 jam untuk multi.
Kala III berlangsung tidak lebih dari 0,5 jam
Kala IV tidak terjadi perdarahan yang banyak
(perdarahan <500cc)
Partus spontan pervaginam
AS : 7-10
His : minimal 2x dalam 10 menit lama 40 detik
atau lebih
Intervensi :
a. Jelaskan pada ibu bahwa saat ini masuk pada
proses persalinan.
R/ ibu memahami keadaanya dan bersikap
kooperatif
b. Perhatikan psikososial ibu, beri dukungan
fisik dan mental
R/ ibu kuat dan tabah selama menghadapi
persalinan
c. Persiapan persalinan, ibu, penolong, tempat
dan alat
R/ tercapai tujuan yang diinginkan
d. Anjurkan ibu untuk miring ke kiri
R/ memperlancar putar paksi dalam dengan
menghindari tekanan pada vena porta
74
e. Anjurkan cara meneran yang benar saat
pembukaan lengkap
R/ efektif untuk kelancaran proses persalinan
f. Observasi dengan partograf
R/ memonitor keadaan janin, segera mengambil
tindakan bila diperlukan
g. Anjurkan ibu makan dan minum
R/ kalori sebagai sumber tenaga dan persiapan
persalinan (Doengeus, 2001).
VI. PELAKSANAAN
Merupakan realisasi dan rencana tindakan,
tetapi tidak semua tindakan dilakukan tergantung
situasi / disesuaikan dengan keadaan klien.
(Depkes RI,1998:17)
VII. EVALUASI
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian
tujuan suatu pengkajian ulang rencana kebidanan,
sedangkan tujuan dari evaluasi adalah menentukan
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang
ditentukan dan menilai efektifitas rencana
kebidanan atau asuhan kebidanan.
Jadi secara rinci catatan perkembangan berisi
uraian yang berbentuk SOAP (Subyek, Obyek,
Assesment, Planning)
75
Dari catatan perkembangan dapat mengetahui
beberapa hal antara lain apakah tujuan sudah
tercapai dan perlu adanya perubahan modifikasi
dalam perencanaan dan tindakan. (Depkes
RI,1999:27-28)
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
PADA NY.”V”, USIA 27 TAHUN, GIP00000, UK 38-39 MINGGU
INPARTU KALA I FASE AKTIF DILATASI MAKSIMAL
DI BPM WORO, MADIUN
Tanggal masuk : 27 Maret 2014
Pukul : 14.00 WIB
76
Tempat : BPM Woro No register :
121212
I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 27 Maret 2014 Pukul :
14.00 WIB
1. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. “ V “ Tn. “ V “
Umur : 27 tahun 30 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Swasta Swasta
Penghasilan : - -
Alamat : Jl. Mayjend Panjaitan No.18
2. Keluhan utama pada waktu masuk/ alasan
kunjungan :
Ibu mengatakan merasakan kenceng – kenceng dan
keluar lendir darah sejak pukul 10.00 WIB
3. Data Kebidanan
a. Riwayat MenstruasiMenarche : umur 14 tahun
77
Banyaknya : hari ke 1-3 ganti pembalut
3-4x sehari
hari ke 4- hari terakhir ganti
pembalut 2x sehari
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Keluhan : tidak ada keluhan nyeri
perut saat haid. Timbul keputihan
3 hari sebelum haid selama 3-4
hari, tidak berbau, tidak gatal,
dan berwarna putih jernih.
Jenis : encer, tidak ada gumpalan
Warna : merah segar
Bau : khas darah
Mens terakhir : 3 Juli 2013
b. Status perkawinan
Kawin/ tak kawin : kawin
Berapa kali : 1 kali
Usia kawin pertama : 26 tahun
Lama perkawinan : 1 tahun
c. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
NoKehamil
an
Umur
Kehamil
an
Jeni
s
Part
us
Tangga
l
Partus
Tempa
t
Partu
s
Penolo
ng
Penyul
it
1. Kehamil
51
78
an ini
Riwayat nifas dan anak yang lalu :
Anak Nifas
NoJenis
Kelamin
BB
(kg
)
PB
(cm
)
Keadaa
n Anak
Lakta
si
(bula
n)
Perdarah
an
Nifa
s
(har
i)
Ket
1. Kehamil
an ini
d. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 3 Juli 2013
HPL : 10 April 2014
Usia Kehamilan : 38-39 minggu
ANC
TM I : Ibu merasakan mual, muntah dan
pusing, periksa 3x pada bidan.
Terapi yang didapat: TT 1 kali,
vit. B6 1x/hari, dan As. Folat
1x/hari. Penyuluhan yang didapat
yaitu: tanda bahaya TM I
(perdarahan/abortus, pusing yang
hebat), pemenuhan nutrisi ibu
hamil yaitu :
79
- Makan - makanan yang kering
dengan porsi kecil dan
sesering mungkin.
- Hindari makan - makanan yang
bersantan (merangsang mual)
- Hindari makanan atau bau-bauan
yang menyebabkan mual
- Makan sedikit tapi sering
TM II : Ibu mengatakan tidak mengeluh
apapun. Periksa 2 x pada bidan, 1 x
pada dokter kandungan. Terapi yang
didapat yaitu: tablet tambah darah
(Fe) 1x/hari, kalk 1x/hari, vit C.
1x/hari. Penyuluhan yang didapat
yaitu: Istirahat cukup, tanda
bahaya TM II ( perdarahan, pusing
yang hebat, gerakan janin yang
berkurang, terjadi kontraksi belum
waktunya, ketuban pecah dini ),
anjuran senam hamil, mengenai
seksual, perawatan payudara dengan
membersihkan puting dan areola
setelah mandi dengan kapas basah.
TM III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan,
4x datang pada bidan, 1x pada
dokter kandungan. Terapi yang
didapat yaitu: tablet tambah darah
80
(Fe) 1x/hari, kalk 1x/hari, vit C
1x/hari. Penyuluhan yang didapat
yaitu : tanda bahaya TM III
(perdarahan, pusing yang hebat,
ketuban pecah dini, gerakan janin
yang lemah, kontraksi yang
berlebihan), tanda – tanda
persalinan, tentang IMD, hal – hal
yang dibutuhkan saat persalinan
( perlengkapan bayi, perlengkapan
ibu, biaya persalinan, dll )
e. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah memakai alat
kontrasepsi apapun, karena ibu menginginkan
anak dari pernikahannya.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang
menderita penyakit menurun dengan gejala
sering makan, sering minum, sering kencing
(DM), sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan, kelelahan
(Hypertensi), menahun seperti jantung
berdebar-debar, rasa nyeri yang mencekam di
dada kiri atau tengah selama beberapa menit,
mudah lelah, sesak nafas, keringat dingin
81
(Jantung), menular seperti batuk tidak
sembuh-sembuh selama 2 minggu dan berdarah,
penurunan berat badan secara drastis,
kehilangan nafsu makan, nyeri dada dan paru
yang menyebabkan sesak nafas (TBC), mual
muntah disertai nyeri perut, demam, kencing
berwarna seperti teh/gelap, mata atau kulit
menguning, BAB berwarna pucat (Hepatitis).
b. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang
menderita penyakit menurun dengan gejala
sering makan, sering minum, sering kencing
(DM), sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan, kelelahan
(Hypertensi), menahun seperti jantung
berdebar-debar, rasa nyeri yang mencekam di
dada kiri atau tengah selama beberapa menit,
mudah lelah, sesak nafas, keringat dingin
(Jantung), menular seperti batuk tidak
sembuh-sembuh selama 2 minggu dan berdarah,
penurunan berat badan secara drastis,
kehilangan nafsu makan, nyeri dada dan paru
yang menyebabkan sesak nafas (TBC), mual
muntah disertai nyeri perut, demam, kencing
berwarna seperti teh/gelap, mata atau kulit
menguning, BAB berwarna pucat (Hepatitis).
c. Riwayat kesehatan keluarga
82
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang
menderita penyakit menurun dengan gejala
sering makan, sering minum, sering kencing
(DM), sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan, kelelahan
(Hypertensi), menahun seperti jantung
berdebar-debar, rasa nyeri yang mencekam di
dada kiri atau tengah selama beberapa menit,
mudah lelah, sesak nafas, keringat dingin
(Jantung), menular seperti batuk tidak
sembuh-sembuh selama 2 minggu dan berdarah,
penurunan berat badan secara drastis,
kehilangan nafsu makan, nyeri dada dan paru
yang menyebabkan sesak nafas (TBC), mual
muntah disertai nyeri perut, demam, kencing
berwarna seperti teh/gelap, mata atau kulit
menguning, BAB berwarna pucat (Hepatitis).
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai
riwayat keturunan kembar.
5. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Nutrisi
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3 x
sehari, dengan menu nasi 1
piring, sayur 1 mangkuk kecil,
tahu 1-2 buah, telur 1 butir,
dan tempe 1-2 buah, minum ±6
83
gelas / hari, dan susu ibu
hami 1 gelas / hari
Selama persalinan : Ibu mengatakan makan 1
piring dengan daging ayam
kampung 1 potong, dan sayur
bayam 1 mangkuk kecil selama
proses persalinan, ibu minum
sebanyak 2 gelas teh manis.
b. Eliminasi
Selama hamil : Ibu mengatakan BAK ±6 x /
hari, warna jernih, bau khas,
BAB 1 x / hari, konsistensi
lunak.
Selama persalinan : Ibu belum BAB maupun
BAK selama persalinan.
c. Istirahat
Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil
tidur siang selama 2 jam,
tidur malam selama 8-9 jam.
Selama persalinan : Ibu mengatakan tidak
bisa tidur, istirahat hanya
dengan tidur berbaring, karena
merasakan kenceng-kenceng.
d. Personal Hygiene
Selama hamil : mandi 2 x sehari, keramas 2
x seminggu, gosok gigi 2 x
84
sehari, ganti pakaian 2 kali
sehari.
Selama Persalinan : Ibu mengatakan belum
mandi, keramas, gosok gigi,
maupun ganti pakaian selama
proses persalinan. Namun, ibu
mengatakan sudah mandi, gosok
gigi, dan ganti pakaian pukul
9.00 WIB saat sebelum
berangkat ke bidan .
e. Aktifitas
Selama hamil : Ibu mengatakan masih
melakukan aktifitas pekerjaan
rumah seperti biasa.
Selama persalinan : Ibu mengatakan selama
proses persalinan hanya tidur-
tiduran miring kiri di tempat
tidur, dan sesekali ganti
posisi miring kanan/terlentang
namun tidak begitu lama, yaitu
tidak lebih dari 10 menit. Ibu
mengatakan tidak kuat untuk
jalan-jalan di sekitar tempat
tidur.
f. Seksual
85
Selama persalinan : Ibu mengatakan selama
hamil ibu behubungan seksual 1
minggu sekali.
Selama hamil : Ibu mengatakan tidak
melakukan hubungan seksual
selama proses persalinan.
6. Data Psikososial dan Agama
a. Hubungan ibu dengan keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan keluarganya
akrab, dan keluarga sangat mendukung proses
persalinan ibu.
b. Hubungan ibu dengan masyarakat
Ibu mengatakan hubungan dengan masyarakat
akrab.
c. Kegiatan ibadah
Ibu mengatakan beragama Islam. Sholat 5 waktu
dan selalu berdoa untuk keselamatan bayinya
dan dirinya.
d. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Respon Ibu dan keluarga bahagia dan menanti
kelahiran bayi karena merupakan anak dan cucu
pertama.
7. Latar Belakang Sosial Budaya
a. Kebiasaan yang dilakukan klien
86
Ibu mengatakan tidak pernah merokok dan
minum-minuman keras. Selama hamil ibu tidak
minum jamu apapun, dan hanya mengkonsumsi
obat dari dokter atau bidan
b. Keadaan lingkungan yang berhubungan dengan
kehamilan
Selama hamil ibu tidak diperbolehkan
mengkonsumsi nanas oleh keluarga, karena
dipercaya menyebabkan keguguran. Ibu juga
melakukan pijat, kecuali perut karena ibu
khawatir terjadi apa-apa dengan bayinya.
Dalam keluarga juga terdapat acara 3 bulanan
dan 7 bulanan selama kehamilan. Dalam
keluarga ibu tidak ada yang menggunakan
rumput fatimah selama persalinan, maupun ari-
ari kucing untuk mempercepat proses
persalinan.
2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital sign
TD : 100 / 70 mmHg N : 82 x / menit
R : 20 X / Menit S : 36,4 oC
Antopometri
BB sekarang : 58 kg
BB sebelum hamil : 50 kg
87
TB : 160 cm
LILA : 24 cm
HPHT : 3 Juli 2013
UK : 38-39 minggu
HPL : 10 April 2014
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Kulit bersih, rambut hitam,
penyebaran merata, rambut tidak
rontok, tidak ada ketombe,
rambut lurus, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan abnormal.
Muka : bersih, tidak pucat, tidak ada
kloasma, tidak odema.
Mata : Simetris, konjungtiva merah
muda, sklera putih, reflek
pupil baik.
Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak
ada secret, tidak ada
perdarahan.
Telinga : Bersih, simetris, tidak ada
serumen, tidak ada perdarahan.
Mulut & gigi : Bibir tidak pucat,
bersih, tidak ada karies gigi,
gusi tidak berdarah, tidak ada
stomatitis, tidak ada
88
labioskisis maupun
labiopalatoskisis.
b. Leher : tidak terlihat pembesaran
kelenjar tyroid (gondok), tidak
ada pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tyroid, maupun vena
jugularis.
c. Dada : pernafasan teratur, tidak sesak
nafas, tidak ada pigeon ches
maupun funnel ches, tidak ada
wheezing maupun ronchi.
Mammae : Simetris, bersih, papilla
menonjol, tampak
hiperpigmentasi areola dan
papilpa mammae, tidak ada
benjolan abnormal pada kedua
payudara, kolostrum sudah
keluar.
Axila : tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
d. Abdomen
1) Inspeksi : Bersih, pembesaran perut
sesuai usia kehamilan, tidak
ada luka bekas operasi,
terdapat linea nigra, striae
lifidae dan striae albican.
2) Palpasi
89
Kontraksi 4x dalam 10 menit lama 40
detik
Leopold I : TFU 3 jari dibawah
proxessus xypoideus. Teraba
lunak, bulat, dan tidak
melenting, ( bokong ).
Leopold II : bagian kanan perut ibu
teraba keras, memanjang
seperti papan ( punggung
janin ), bagian kiri perut
ibu teraba bagian kecil
janin (ekstermitas janin )
Leopold III : Bagian terbawah janin
teraba keras, melenting,
bulat ( kepala janin ),
tangan pemeriksa divergen
(kepala sudah masuk PAP)
Leopold IV : Kepala janin sudah
masuk PAP 2 / 5
TFU Mc.Donald : 34 cm
TBJ : ( TFU – N ) X 155
= ( 34 – 11 ) X 155
= 3565 gram
3) Auskultasi
DJJ : 130 X / menit (punctum maxsimum
2 jari bawah pusat bagian
kanan, terdengar jelas)
90
e. Genetalia : tidak terdapat pembesaran
kelenjar bartholini, terdapat
bloodshow, tidak ada condiloma
acuminata, tidak ada herpes
genital, tidak ada varises,
tidak odema.
VT : vulva / vagina tidak odema dan
tidak varises, tidak ada
condiloma acuminata, terdapat
bloodyshow, portio lunak,
pembukaan 5 cm, effecement 75
%, ketuban ( + ), preskep, UUK
kanan depan, tidak ada
penyusupan, kepala H II, tidak
ada bagian terkecil janin di
bagian bawah.
Anus : Tidak ada hemoroid
f. Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada sindaktili,
adaktili maupun polidaktili,
tidak ada odema, gerakan bebas.
Bawah : Simetris, tidak ada sindaktili,
adaktili maupun polidaktili,
tidak ada varises, gerakan
bebas, tidak ada odema.
Reflek patella + / +
91
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan panggul luar
Distansia spinarum : 26 cm
Distansia cristarum: 28 cm
Conjugata exsterna : 20 cm
Lingkaran panggul : 86 cm
b) Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 7 gr %
Albumin urine : (negatif)
Reduksi urine : (negatif)
4. KSPR
Kehamilan Resiko Rendah : jumlah skor 2
Keterangan :
Skor awal ibu hamil = 2
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal: 27 Maret 2014 Pukul
: 14.10 WIB
DX : Ny. “ V “, usia 27 tahun, GIP00000, UK 38-39
minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin,
situs bujur, habitus fleksi, posisi puka,
presentasi kepala, penurunan kepala H II,
kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan
janin baik, inpartu kala satu fase aktif
dilatasi maksimal, prognosa baik.
92
DS : - Ibu mengatakan merasakan kenceng – kenceng
dan keluar lendir darah sejak pukul 10.00
WIB
- Ibu mengatakan menstruasi terkhir tanggal 3
Juli 2013
- Ibu mengatakan usia kehamilannya sekitar 9
bulan lebih, dan ini merupakan kehamilan
pertamanya.
DO : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital sign
TD : 100 / 70 mmHg N : 82 x /
menit
R : 20 X / Menit S : 36,4 oC
Abdomen : Bersih, pembesaran perut sesuai
usia kehamilan, tidak ada luka
bekas operasi, terdapat linea
nigra, striae lifidae dan striae
albican.
Kontraksi : 4 x dalam 10 menit lama 40
detik.
Leopold I : TFU 3 jari dibawah proxessus
xypoideus. Teraba lunak, bulat,
dan tidak melenting,
( bokong ).
Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba
keras, memanjang seperti papan
93
( punggung janin ), bagian kiri
perut ibu teraba bagian kecil
janin (ekstermitas janin )
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba
keras, melenting, bulat ( kepala
janin ), tangan pemeriksa
divergen (kepala sudah masuk PAP)
Leopold IV : Kepala janin sudah masuk PAP
2 / 5
TFU Mc.Donald : 34 cm
TBJ : ( TFU – N ) X 155
= ( 34 – 11 ) X 155
= 3565 gram
DJJ : 130 X / menit (punctum maxsimum
2 jari bawah pusat bagian
kanan, terdengar jelas)
Genetalia (VT) : vulva / vagina tidak odema
dan tidak varises, tidak ada
condiloma acuminata, terdapat
bloodyshow, portio lunak,
pembukaan 5 cm, effecement 75 %,
ketuban ( + ), preskep, UUK kanan
depan, tidak ada penyusupan,
kepala H II, tidak ada bagian
terkecil janin di bagian bawah.
94
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Tidak Ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak Ada
V. INTERVENSI
Tanggal : 27 Maret 2014 Pukul
: 14.15 WIB
DX : Ny. “ V “, usia 27 tahun, GIP00000, UK 38-39
minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin,
situs bujur, habitus fleksi, posisi puka,
presentasi kepala, penurunan kepala H II,
kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan
janin baik, inpartu kala satu fase aktif
dilatasi maksimal, prognosa baik.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan
diharapkan persalinan berjalan lancar, tanpa
adanya penyulit dengan keadaan umum ibu dan
janin baik.
Kriteria Hasil : Lamanya persalinan 14 jam, dengan
rincian :
Kala 1 tidak lebih dari 12 jam
Kala 2 berlangsung tidak lebih dari
1 jam
Kala 3 tidak lebih dari 30 menit
95
Perdarahan normal < 350 cc
TTV dalam batas normal
TD : 110 / 70 – 130 / 80
mmHg
Nadi : 60 – 100 x / menit
RR : 16 – 24 x / menit
DJJ : 120 – 160 x / menit
AS : 7 – 10
Intervensi dan Rasional
1. Bina hubungan yang baik dengan ibu dan keluarga
R / Agar terjalin hubungan yang baik antara
petugas dan klien.
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
R/ Agar ibu dapat merasa tenang karena
mengetahui hasil pemeriksaannya.
3. Anjurkan ibu menarik nafas panjang melalui
hidung dan mengeluarkan melalui mulut saat ada
his
R/ Agar mengurangi rasa sakit yang dirasakan
4. Anjurkan ibu untuk tidak mengejan sebelum
pembukaan lengkap
R/ Agar tidak terjadi odema pada jalan lahir
5. Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB / BAK, dan
mengosongkan kandung kemihnya
R/ Agar kandung kemih tidak menekan uterus dan
tidak menghalangi turunnya kepala
96
6. Anjurkan ibu untuk jalan-jalan bila masih kuat,
kalau tidak kuat ibu dianjurkan miring ke kiri
R/ Jalan-jalan bertujuan agar pembukaan serviks
dan penurunan kepala berlangsung cepat. Miring
ke kiri bertujuan agar vena cava inferior
tidak tertekan oleh janin, sehingga aliran
darah dan oksigen ke janin tidak
terganggu/terhambat.
7. Anjurkan ibu untuk makan dan minum di sela-sela
kontraksi
R/ Agar ibu kuat saat mengejan
8. Anjurkan ibu untuk memilih keluarga terdekat
untuk menemani dan memberi dukungan emosional
pada ibu
R/ Agar ibu merasa lebih diperhatikan dan adanya
semangat saat bersalin karena adanya dukungan
dari keluarga.
9. Lakukan observasi his/kontraksi, nadi, DJJ
setiap 30 menit.
R/ Agar mengetahui keadaan ibu dan kesejahteraan
janin
10. Lakukan observasi pemeriksaan dalam, tekanan
darah, suhu, dan urine setiap 4 jam.
R/ Agar mengetahui kemajuan dari persalinan
VI. IMPLEMENTASI
97
Tanggal : 27 Maret 2014 Pukul
: 14.20 WIB
1. Membina hubungan yang baik dengan ibu dan
keluarga, dengan senyum, sapa dan salam serta
mendengarkan keluhan ibu. Hal ini bertujuan
agar ibu tidak cemas dalam menghadapi
persalinan, sehingga ibu bisa lebih tenang
dalam menjalani proses persalinan. Hal ini juga
akan menimbulkan kepercayaan ibu terhadap
penolong dalam memberi bimbingan dan keterangan
mengenai keadaannya.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa
pembukaan jalan lahir sudah 5cm, kepala bayi
sudah masuk jalan lahir, dan keadaan umum ibu
dan janin baik. Dengan memberitahu ibu hasil
pemeriksaannya, maka ibu akan lebih merasa
tenang dan nyaman.
3. Menganjurkan ibu menarik nafas panjang dan
mengeluarkan lewat mulut saat ada his. Hal ini
bertujuan untuk membuat ibu lebih rileks
sehingga sakit/nyeri yang dirasakan ibu dapat
berkurang.
4. Menganjurkan Ibu untuk tidak mengejan sebelum
pembukaan lengkap, agar tidak terjadi odem pada
jalan lahir. Karena bila terjadi odem saat
pembukaan belum lengkap, akan mengakibatkan
jalan lahir bertambah sempit. Dan bila terjadi
98
robekan jalan lahir, maka akan lebih sulit
dalam penjahitannya.
5. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB/BAK
dan mengosongkan kandung kemihnya dengan pergi
ke kamar mandi untuk buang air kecil agar
kandung kemih dan rectum tidak menekan uterus
sehingga dapat menghalangi penurunan kepala.
Namun kalau ibu merasa tidak cukup kuat untuk
pergi ke kamar mandi, ibu dianjurkan buang air
besar / buang air kecil di bed/kasur dengan
menggunakan pispot. Jika kandung kemih penuh,
selain berpotensi memperlambat turunnya janin,
juga akan :
a) Mengganggu kemajuan persalinan.
b) Menyebabkan ibu tidak nyaman.
c) Menyebabkan resiko perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan oleh atonia
uteri.
d) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.
e) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
pasca persalinan.
6. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan di sekitar
tempat tidur bila masih kuat, guna mempercepat
penurunan kepala janin dan mempercepat
pembukaan serviks/ jalan lahir sehingga akan
memperpendek waktu persalinan. Bila ibu tidak
kuat maka ibu dianjurkan untuk tidur miring
99
kiri agar tidak menekan vena kava inferior.
Bila ibu capek miring kiri, dapat dilakukan
miring kanan atau terlentang tapi tidak boleh
lebih dari 10 menit. Jika ibu berbaring
terlentang maka berat uterus dan isinya (janin,
cairan ketuban, plasenta dll.) akan menekan
vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke
plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan
hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada
janin. Selain itu, posisi terlentang
berhubungan dengan gangguan terhadap proses
kemajuan persalinan.
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum di sela-
sela kontraksi. Hal ini bertujuan agar nanti
ibu mempunyai tenaga saat mengejan dan mencegah
terjadinya dehidrasi. Dan juga karena dehidrasi
bisa memperlambat kontraksi dan / atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang
efektif.
8. Menganjurkan ibu untuk memilih keluarga
terdekat untuk menemani dan memberi dukungan
emosional pada ibu. Suami ibu, atau saudara
terdekat, karena dukungan emosional akan
mempengaruhi psikologi ibu sehingga akan
membantu dalam proses persalinan dan ibu merasa
lebih nyaman. Dengan adanya pendamping juga
100
dapat membantu petugas kesehatan selama
menolong persalinan, seperti :
a) Membantu dalam memberikan rangsangan
putting
b) Membantu dalam memberikan makanan/minuman
di sela-sela kontraksi
c) Membantu ibu dalam posisi persalinan
d) Memberikan kata-kata yang membesarkan
hati ibu
e) Membantu ibu bernafas secara benar, serta
mengelap keringat ibu sehingga ibu merasa
lebih nyaman.
9. Melakukan observasi his/kontraksi, nadi, DJJ
setiap 30 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kemajuan persalinan, kondisi ibu dan
janin, mengidentifikasi dini penyulit
persalinan, dan membantu dalam membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
10. Melakukan observasi pemeriksaan dalam,
tekanan darah, suhu, dan urine setiap 4 jam.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan
persalinan, kondisi ibu dan janin,
mengidentifikasi dini penyulit persalinan, dan
membantu dalam membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu.
VII. EVALUASI
101
Tanggal : 27 Maret 20114 Pukul :
14.30 WIB
S : Ibu mengatakan lega setelah diberi penjelasan
oleh petugas.
O : - Ibu mengangguk tanda mengerti mengenai
penjelasan yang telah diberikan petugas
kesehatan
- Ibu menarik nafas panjang saat his datang
- DJJ 130x/menit
- HIS 5x dalam 10 menit lamanya 45 detik.
- Nadi : 84x/menit
A : Ny. “ V “, usia 27 tahun, GIP00000, UK 38-39
minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin,
situs bujur, habitus fleksi, posisi puka,
presentasi kepala, penurunan kepala H II,
kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan
janin baik, inpartu kala satu fase aktif
dilatasi maksimal, prognosa baik.
P : Melanjutkan implementasi yang telah dilakukan,
dengan :
1. Pantau kemajuan persalinan meliputi
pemeriksaan dalam, urine, suhu, serta tekanan
darah ibu setiap 4 jam sekali.
2. Lakukan pemantauan nadi, his dan DJJ setiap
30 menit sekali.
102
3. Anjurkan ibu untuk jalan – jalan bila kuat,
kalau tidak kuat anjurkan ibu untuk miring ke
kiri guna membantu penurunan kepala janin.
4. Anjurkan ibu untuk tarik nafas panjang saat
ada his/kontraksi.
5. Anjurkan ibu untuk menambah asupan nutrisi
(makan dan minum)
6. Anjurkan ibu untuk tidak mengejan sebelum
waktunya.
7. Persiapkan partus set dan APD untuk menolong
persalinan.
8. Persiapkan perlengkapan ibu (jarik, pakaian
ibu, underpad, waslap) serta perlengkapan
bayi (gedong, pakaian bayi, topi bayi,
handuk)
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “V”
GIP00000 inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal,
dengan usia kehamilan 38-39 minggu dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan didapatkan data
subyektif dan obyektif.
103
2. Dalam pengkajian yang didapatkan dari data
subyektif dan obektif diperoleh diagnosa Ny. “ V
“, usia 27 tahun, GIP00000, UK 38-39 minggu, janin
tunggal, hidup, intra uterin, situs bujur, habitus
fleksi, posisi puka, presentasi kepala, keadaan
umum ibu dan janin baik, kesan jalan lahir normal,
prognosa baik, inpartu kala satu fase aktif
dilatasi maksimal.
3. Diagnosa potensial tidak ada karena dalam
kehamilannya Ny “V” tidak mengalami masalah.
4. Tindakan segera yang dilakukan adalah melanjutkan
intervensi sesuai kondisi pada Ny “V”
5. Intervensi yang diberikan pada Ny.”V” usia 27
tahun GIP00000 adalah melakukan pendekatan
teraupeutik pada klien (ibu), memberitahu ibu
hasil pemeriksaan menganjurkan Ibu untuk jalan –
jalan bila masih kuat, kalau tidak kuat ibu
dianjurkan miring ke kiri, menganjurkan ibu untuk
makan dan minum di sela-sela kontraksi,
menganjurkan ibu menarik nafas panjang dan
mengeluarkan lewat mulut saat ada his, menganjurkan
ibu untuk tidak mengejan sebelum pembukaan
lengkap.
6. Pada dasarnya pelaksanaan merupakan perwujudan
dari perencanaan, akan tetapi tidak semua rencana
dapat dilaksanakan. Pada kasus nyata hanya
104
dilakukan penyuluhan saja sehingga klien melakukan
sendiri di rumah sesuai petunjuk.
7. Evaluasi merupakan tahap terakhir dari Asuhan
Kebidanan yang mana setelah penulis mengadakan
evaluasi Ny “V”,usia 27 tahun GIP00000, UK 38-39
minggu, inpartu kala I fase aktif dilatasi
maksimal di BPS Woro, maka sebagian masalah dapat
teratasi dan pada akhirnya klien dapat melalui
proses persalinan dengan aman dan lancar,
keberhasilan dalam mengatasi masalah klien di
dukung oleh beberapa factor diantaranya
dilaksanakannya asuhan kebidanan ibu bersalin
sesuai dengan standartnya serta adanya pemantuan
tindakan komperehensif terhadap kemajuan
persalinan dan keluhan klien.
B. SARAN
1. Untuk Institusi :
Menyediaan sarana dan prasarana yang nyaman dan
memadai guna meningkatkan ketrampilan dan
kemampuan mahasiswa.
2. Untuk Mahasiswa :
Lebih banyak belajar, membaca, dan berlatih
sehingga kemampuan dan ketrampilan mahasiswa
dalam prakteknya dapat lebih baik dan menjadi
lulusan yang membanggakan.
3. Untuk Klien :
68
Top Related