7/31/2019 wrap up ske-3
1/27
BLOK GINJAL DAN SALURAN KEMIH
Tidak Bisa Buang Air Kecil
Wrap up
KELOMPOK A-5
KETUA : AULIA THUFAEL ALFARISI 1102010042
SEKRETARIS : FITRIA RIZKA UTAMI 1102010106
NAMA ANGGOTA : AAN MUTHMAINNAH 1102010001
ANDHIKA DWIANTO 1102010019
ANNISA CHAERANI B. 1102010027
FALLY USMAN ARIF 1102010092
CUT RADHIAH SWADIA 1102008062
DITA PERMATA AYU 1102009089
GEA PUTERI P. 1102008062
ISNAN WAHYUDI 1102009145
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2012
7/31/2019 wrap up ske-3
2/27
2
Skenario 3
TIDAK BISA BUANG AIR KECIL
Lakilaki, 56 tahun datang berobat ke Poliklinik Bedah dengan keluhan tidak bisa buang airkecil sejak 1 hari yang lalu, meskipun rasa ingin kencing ada. Sebelum riwayat LUTS (Lower
Urinary Tract Syndrome) seperti hesistensi, nokturia, urgensi, frekuensi, terminal dribbling
sering dirasakan sebelumnya. IPSS (International Prostate Symptom Score) > 30 dan Skor
kualitas hidup (QoL) > 5. Pada pemeriksaan fisik didapatkan region supra pubik bulging dan
pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostate membesar. Oleh dokter yang
memeriksanya dianjurkan untuk dipasang kateter urin dan dilakukan pemeriksaan BNO-IVP
7/31/2019 wrap up ske-3
3/27
3
SASARAN BELAJAR
LO. 1Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis dan mikroskopis prostatLO. 2
Memahami dan menjelaskan fisiologi prostatLO. 3Memahami dan menjelaskan Benign Prostatic Hyperpiasia (BPH)LI.3. 1Definisi BPHLI.3. 2EtiologiLI.3. 3PatofisiologiLI.3. 4ManifestasiLI.3. 5DiagnosisLI.3. 6Diagnosis bandingLI.3. 7KomplikasiLI.3. 8PencegahanLI.3. 9Prognosis
LO. 4Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang BPHLO. 5Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan BPHLO. 6Memahami dan menjelaskan pemeriksaan organ kelamin menurut islam
7/31/2019 wrap up ske-3
4/27
4
LO. 1Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis dan mikroskopis prostatMakroskopis
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul
fibromuskuler,yang terletak disebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal
uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buahkenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke
apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm.12
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5
lobus:
1 lobus medius2 lobus lateralis (2 lobus)3 lobus anterior4 lobus posterior
Selama perkembangannya
lobus medius, lobus anterior, lobus
posterior akan menjadi satu dan
disebut lobus medius saja. Pada
penampang, lobus medius kadang-
kadang tak tampak karena terlalu
kecil dan lobus lain tampak homogen
berwarna abu-abu, dengan kista kecil
berisi cairan seperti susu, kista ini
disebut kelenjar prostat.8
Mc Neal (1976) membagi prostat dibagi atas 4 bagian utama:
1. Bagian anterior atau ventral yang fibromuskular dan nonglandular. Inimerupakansepertiga dari keseluruhan prostat. Bagian prostat yangglandular dapat dibagi menjadi
3 zona (bagian 2,3 dan 4).
2. Zona perifer, yang merupakan 70 % dari bagian prostat yang glandular,membentukbagian lateral dan posterior atau dorsal organ ini. Secaraskematik zona ini dapat
digambarkan seperti suatu corong yang bagiandistalnya terdiri dari apex prostat dan
bagian atasnya terbuka untuk menerima bagian distal zona sentral yang berbentuk
baji. Saluran-salurandari zona perifer ini bermuara pada uretra pars prostatika bagian
distal.
3. Zona sentral, yang merupakan 25 % dari bagian prostat yang glandular,dikenalsebagai jaringan kelenjar yang berbentuk baji sekeliling duktusejakulatorius dengan
apexnya pada verumontanum dan basisnya padaleher buli-buli. Saluran-salurannya
juga bermuara pada uretra prostatikabagian distal. Zona central dan perifer ini
membentuk suatu corong yang berisikan segmen uretra proximal dan
bagianventralnya tidak lengkaptertutup melainkan dihubungkan oieh stroma
fibromuskular.
4. Zona transisional, yang merupakan bagian prostat glandular yang terkecil(5 %),terletak tepat pada batas distal sfinkter preprostatik yang berbentuk silinder dan
7/31/2019 wrap up ske-3
5/27
5
dibentuk oleh bagian proximal uretra. Zona transisional dankelenjar periuretral
bersama-sama kadang-kadang disebut sebagai kelenjarpreprostatik.
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara dikanan dari
verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Disebelah depan didapatkanligamentum pubo prostatika, disebelah bawah ligamentum triangulare inferior dan disebelah
belakang didapatkan fascia denonvilliers.
Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat
dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia
pelvis dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul
sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesikal.
Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :
1. Kapsul anatomi2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler3. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian,
a. Bagian luar disebut kelenjar prostat sebenarnya.b. Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai
adenomatous zone
c. Disekitar uretra disebut periurethral glandPada BPH kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :
1. kapsul anatomis2. kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya
(outer zone) sehingga terbentuk kapsul3. kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner
zone) dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.12
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung
banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada
lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan
suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena
sedikit mengandung jaringan kelenjar.
Mikroskopis
Prostat melingkari pangkal uretra yang keluar dari kandung kemih. Kelenjar tersebut
merupakan kumpulan dari 30-50 kelenjar tubule alveolar kompleks yang kecil-kecil,
bermuara ke dalam uretra pars prostatika, melalui 15-30 saluran keluar kecil. Unsur-unsur
kelenjar tersebar pada tiga daerah yang berlainan yang tersusun kurang lebih konsentris
mengelilingi uretra.
7/31/2019 wrap up ske-3
6/27
6
Kelenjar-kelenjar kecil terletak di mukosa dan dikelilingi oleh kelenjar-kelenjar
submukosa. Kelenjar utama terletak di bagian tepi dan merupakan bagian terbesar dari
kelenjar. Keseluruhan kelenjar dibungkus oleh simpai fibroelasuk yang mengandung banyak
serat otot polos di sebelah dalam
dan kaya akan pleksus vena.Bagian-bagian kelenjar terbenam di
dalam stroma padat yang di bagian
tepi berlanjut pada simpai.
Stromanya juga fibroelastik dan
mengandung sejumlah berkas serat
otot. Alveoli dan tubuli kelenjar
sangat tidak teratur dan sangat
beragam bentuk dan ukurannya.
Alveoli dan tubuli bercabang
berkali-kali, keduanya memiliki
lumen yang lebar. Lamina basal
kurang jelas dan epitel sangat
berlipat-lipat. Jenis epitelnya selapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubis
rendah, tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar. Sitoplasma banyak
mengandung butir sekret dan butir lipid. Saluran keluar mempunyai lumen yang tidak teratur
dan mirip tubuli sekretoris yang kecil. Sekret prostat merupakan cairan seperti susu, bersifat
agak alkali, kaya dengan enzim proteolitik, terutama fibrinolisin yang membantu pencairan
semen.
Sekret juga mengandung sejumlah besar fosfatase asam. Pada sajian, sekret terlihatsebagai massa granular yang asidofilik. Seringkali mengandung badan-badan bulat atau bulat
telur disebut konkremen prostat (korpora amilasea) yang merupakan kondensasi sekret yang
mungkin mengalami perkapuran.
LO. 2Memahami dan menjelaskan fisiologi prostatKelenjar prostat dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi selama ejakulasi,
mengeluarkan lebih kurang 0,5 ml cairan prostat tetapi fungsi pasti cairan ini belum
diketahui, paling tidak sebagai medium pembawa sperma. Prostat adalah organ yang
bergantung kepada pengaruh endokrin, dapat dianggap imbangannya (counterpart) dengan
payudara pada wanita. Pengetahuan mengenai sifat endokrin ini masih belum pasti, tetapi
pada pengebirian kelenjar prostat jelas akan mengecil. Jadi prostat dipengaruhi oleh hormon
androgen, ternyata bagian yang sensitive terhadap androgen adalah bagian perifer, sedangkan
yang sensitive terhadap estrogen adalah bagian tengah. Karena itu pada orang tua bagian
tengahlah yang mengalami hiperplasia, oleh karena sekresi androgen yang berkurang
sedangkan estrogen bertambah secara relatif ataupun absolut.
Sel-sel kelenjar prostat dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling aktif
bekerja pada ph 5. Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna putih susu dan
bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase, kalsium dan koagulase
serta fibrinolisis. Selama pengeluaran cairan prostat, kapsul kelenjar prostat akan
7/31/2019 wrap up ske-3
7/27
7/31/2019 wrap up ske-3
8/27
8
Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma pada
kelenjar periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme glandular buddingkemudian bercabang yang menyebabkan timbulnya alveoli pada zona preprostatik.
Persamaan epiteleal budding dan glandular morphogenesis yang terjadi pada embrio
dengan perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya reawakening yaitujaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologik, sehinggajaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya, sehingga teori ini
terkenal dengan nama teori reawakening of embryonic induction potential of prostatic
stroma during adult hood.
3 Hipotesis keseimbangan estrogen dan testoteronPada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen dan testosteron relative
meningkat. Telah diketahui pada estrogen di dalam prostat berperan dalamterjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-
sel prostat terhadap rangsangan hormone androgen, peningkatan jumlah reseptor
androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari
semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat
rangsangan testosterone menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur
yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar
4 Hipotesis Dihidrotestoteron (DHT)Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari
kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin
menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan
testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam target cell yaitusel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel,
testosteron direduksi oleh enzim 5alpha reductase menjadi 5 dehidrotestosteron yang
kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex.Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi reseptor, menjadinuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan
menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese proteinmenyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.
5 Hipotesis Growth faktor (faktor interaksi stroma dan epitel)Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic Fibroblast Growth Faktor
(b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi lebih besar
pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. b FGF dapat dicetuskan olehmikrotrauma karena miksi, ejakulasi atau infeksi. Terdapat empat peptic growth factor
yaitu: basic transforming growth factor, transforming growth factor 1, transforming
growth factor 2, dan epidermal growth factor.
7/31/2019 wrap up ske-3
9/27
9
LI.3. 12 PatofisiologiPembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk
dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase
penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran
kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan
gejala-gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensiurin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan
akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Hiperplasi prostat
Penyempitan lumen uretra posterior
Tekanan intravesikal
Buli-buli Ginjal dan Ureter
Hipertrofi otot detrusor - Refluks vesiko-ureter Trabekulasi - Hidroureter Selula - Hidronefrosis Divertikel buli-buli - Pionefrosis Pilonefritis
... Gagal ginjal
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu
komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan
adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika sehingga
terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi
tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi
7/31/2019 wrap up ske-3
10/27
10
pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun
kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga
tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.
LI.3. 13 ManifestasiGejala hyperplasia prostat menurut Boyarsky, dkk (1977) dibagi atas gejalaobstruktif
dan gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan karena penyempitan uretra parsprostatika
karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi
cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala-gejalanya antara
lain:
1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistency)2. Pancaran miksi yang lemah (Poor stream)3. Miksi terputus (Intermittency)4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying)
7/31/2019 wrap up ske-3
11/27
11
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantungtiga
factor, yaitu:
- Volume kelenjar periuretral- Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat- Kekuatan kontraksi otot detrusor
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris yang tidak
sempurnapada saat miksi atau disebabkan oleh karena hipersensitifitas otot detrusor
karenapembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica
seringberkontraksi meskipun belum penuh., gejalanya ialah:
- Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)- Nokturia- Miksi sulit ditahan (Urgency)- Disuria (Nyeri pada waktu miksi)
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara
klinisderajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing < 50 ml
Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa
urin> 150 ml.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah
bawah,WHOmenganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut
SkorInternasional Gejala Prostat atau I-PSS( International Prostatic Symptom Score).
Sistemskoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan
miksi(LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien.
Setiappertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan
5,sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7.Dari
skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: - Ringan :skor 0-7-
Sedang : skor 8-19- Berat : skor 20-35Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi
kompensasi otot vesica urinaria untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica
urinaria akan mengalami kepayahan(fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi
yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.
7/31/2019 wrap up ske-3
12/27
12
LI.3. 14 DiagnosisI. Pemeriksaan awal
1 Harus diperiksa oleh setiap dokter/tenaga kesehatan (bersifat mandatory) meliputi:i. Anamnesis/wawancara tentang riwayat penyakit untuk menyingkirkan penyebab
lain dari gangguan miksi, atau untuk mengungkap kemungkinan adanya penyakit
lain yang mempengaruhi hasil terapi yang akan diberikan.ii. Pemeriksaan fisik termasuk disini adalah colok dubur dan pemeriksaan
neurologis
iii. Urinalisis untuk mencari kemungkinan adanya hematuria dan leukosituria2 Diperiksa jika fasilitas tersedia (bersifat Recommended), meliputi :
i. PSA guna menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma prostat stadium awal.Pemeriksaan ini terutama ditawarkan kepada pasien yang mempunyai usia
harapan hidup lebih dari 10 tahun atau usianya belum mencapai 70 tahun.
ii. Test faal ginjal (kreatinin serum) untuk menilai kemungkinan adanya penyulitBPH pada saluran kemih bagian atas. Peningkatan harga kreatinin dalam serum
7/31/2019 wrap up ske-3
13/27
13
merupakan indikasi untuk melakukan evaluasi terhadap sistem urinaria bagian
atas
iii. IPSS dan QoL untuk menentukan derajat keluhan miksi dan kualitas hidup,kecuali jika pasien yang sebelumnya sudah memakai kateterisasi karena retensi
urine.iv. Catatan harian miksi.Dari pemeriksaan awal tersebut didapatkan pasiendengan kategori:
A. Pasien yang hanya mengeluh LUTS dan dalam hal ini dapat dikelompokkan dalam :- pasien dengan tingkat gangguan ringan (IPSS 7)- pasien dengan tingkat gangguan sedang (IPSS 8-19) dan berat (IPSS 20-35)
B. Pasien-pasien yang pada saat pemeriksaan awal diketemukan adanya: (a) kecurigaanadanya keganasan prostat pada colok dubur, (b) PSA abnormal, (c) hematuria, (d) nyeri
pada suprasimfisis, (e) kelainan neurologis, (f) buli-buli teraba penuh, dan (g) faal ginjal
abnormal, (h) riwayat adanya infeksi saluran kemih berulang, pernah operasi urologi,
pernah menderita tumor saluran kemih, atau pernah menderita batu saluran kemih. Pada
pasien-pasien ini diperlukan pemeriksaan - pemeriksaan tambahan yang bersifat
spesialistik sehingga harus dirujuk ke spesialis urologi untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit akibat komplikasi BPH atau penyakit lain. Penyakit-penyakit tersebut
adalah:
i. Komplikasi yang terjadi akibat BPH diantaranya adalah: retensi urine, hematuria,batu buli-buli, dan insufisiensi ginjal
ii. Penyakit lain yang memberikan keluhan mirip BPH atau yang bersamaan denganBPH adalah: karsinoma prostat, karsinoma buli-buli, buli-buli neurogenik, atau
striktura uretra.II. Pemeriksaan tambahan
Pasien-pasien yang termasuk kategori Aa, tidak memerlukan pemeriksaan
tambahan dan tidak mendapatkan terapi apapun (watchful waiting), sedangkan pada
pasien-pasien yang termasuk golongan Ab, jika diperlukan informasi yang lebih lanjut
dan lebih objektif tentang keluhan yang dinyatakan pasien, mungkin perlu mendapatkan
pemeriksaan tambahan yang bersifat optional. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di
antaranya adalah:
i. Ultrasonografi (USG) transabdominal atau transrektal. Dari USG ini dapat diketahuiukuran maupun morfologi kelenjar prostat, batu pada buli-buli, atau divertikel buli-buli. Besarnya prostat perlu diketahui jika dipilih terapi inhibitor 5- reduktase.
ii. Pancaran urine dengan uroflometeriii. Volume residual urine sehabis miksi diukur secara tidak langsung dengan memakai
ultrasonografi transabdominal.
Dari hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya didiskusikan dengan pasien kemungkinan
terapi yang dipilihnya. Mungkin pasien tetap memilih tanpa obat, dengan obat, atau terapi
intervensi. Jika terapi intervensi sebagai pilhannya, selanjutnya pasien dirujuk ke spesialis
urologi. Namun jika pasien memilih terapi medikamentosa, obat yang dipilih sebagai lini
pertama adalah penghambat alfa adrenergik alfa, dan pilihan kedua adalah inhibitor 5-alfa
reduktase
7/31/2019 wrap up ske-3
14/27
14
LI.3. 15 Diagnosis banding1. Kelemahan detrusor kandung kemih
a. kelainan medula spinalisb. neuropatia diabetes mellitusc.
pasca bedah radikal di pelvisd. farmakologik
2. Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh :a. kelainan neurologikb. neuropati periferc. diabetes mellitusd. alkoholismee. farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)
3. Obstruksi fungsional :a. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor
dengan relaksasi sfingter
b. ketidakstabilan detrusor4. Kekakuan leher kandung kemih :
a. fibrosis5. Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh :
a. hiperplasia prostat jinak atau ganasb. kelainan yang menyumbatkan uretrac. uretralitiasisd. uretritis akut atau kronike. striktur uretra
6. Prostatitis akut atau kronisLI.3. 16 KomplikasiObstruksi dan residual urin terutama pada vesika dan infeksi prostat, yang mungkin
sulit untuk dihilangkan.Pada beberapa pasien mungkin diikuti dengan refluks vesikoureteral,
pielonephritis. Obstruksi mungkin terutama pada perkembangan vesical diverticula. Sisa
infeksi urin mungkin membantu terbentuknya kalkuli.
LI.3. 17 PencegahanKini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran
kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto.
Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-sama
dengan hormon androgen dapat menghambat kerjaenzim 5-alpha reduktase, yang berperan
dalam proses pengubahan hormone testosterone menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH).
Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar. Zatzat gizi yang juga amat penting untukmenjaga kesehatan prostat di antaranya adalah :
7/31/2019 wrap up ske-3
15/27
15
1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah pertumbuhansel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang menjadi
kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak,dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaranair seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu system penghantaran rangsangan kesusunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas spermaLI.3. 18 PrognosisPrognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu
walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki
prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadikan kerprostat.Menurut penelitian,
kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru.
BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan
bagi penderita.
LO. 4Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang BPHUrinalisis
Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria.BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, batu buli-buli atau penyakit
lain yang menimbulkan keluhan miksi, di antara-nya: karsinoma buli-buli in situ atau
striktura uretra, pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya kelainan. Untuk itu pada
kecurigaan adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine, dan kalau
terdapat kecurigaan adanya karsinoma buli-buli perlu dilakukan pemeriksaan sitologi
urine13,16. Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah memakai kateter,
pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria
maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter.
Pemeriksaan fungsi ginjal
Obstruksi infravesika akibat BPH menyebabkan gangguan pada traktus urinarius
bawah ataupun bagian atas. Dikatakan bahwa gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-
30% dengan rata-rata 13,6%. Gagal ginjal menyebabkan resiko terjadinya komplikasi pasca
bedah (25%) lebih sering dibandingkan dengan tanpa disertai gagal ginjal (17%), dan
mortalitas menjadi enam kali lebih banyak9. Pasien LUTS yang diperiksa ultrasonografi
didapatkan dilatasi sistem pelvikalises 0,8% jika kadar kreatinin serum normal dan sebanyak
18,9% jika terdapat kelainan kadar kreatinin serum10. Oleh karena itu pemeriksaan faal
ginjal ini berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada
saluran kemih bagian atas.
7/31/2019 wrap up ske-3
16/27
16
Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer
specific. Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam
hal ini jika kadar PSA tinggi berarti: (a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat, (b) keluhan
akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan (c) lebih mudah terjadinya retensi urine akut.Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Dikatakan
oleh Roehrborn et al (2000) bahwa makin tinggi kadar PSA makin cepat laju pertumbuhan
prostat. Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2 - 1,3
ng/dl laju adalah 0,7 mL/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl sebesar 2,1
mL/tahun, dan kadar PSA 3,3-9,9 ng/dl adalah 3,3 mL/tahun19. Kadar PSA di dalam serum
dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi
prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang
makin tua. Sesuai yang dikemukakan oleh Wijanarko et al (2003) bahwa serum PSA
meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya perlahan lahan menurunterutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi 21. Rentang kadar PSA yang dianggap normal
berdasarkan usia adalah :
- 40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml- 50-59 tahun:0-3,5 ng/ml- 60-69 tahun:0-4,5 ng/ml- 70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml
Meskipun BPH bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma prostat, tetapi
kelompok usia BPH mempunyai resiko terjangkit karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA
bersamaan dengan colok dubur lebih superior daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam
mendeteksi adanya karsinoma prostat. Oleh karena itu pada usia ini pemeriksaan PSAmenjadi sangat penting guna mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma prostat. Sebagian
besar guidelines yang disusun di berbagai negara merekomendasikan pemeriksaan PSA
sebagai salah satu pemeriksaan awal pada BPH, meskipun dengan sarat yang berhubungan
dengan usia pasien atau usia harapan hidup pasien. Usia sebaiknya tidak melebihi 70-75
tahun atau usia harapan hidup lebih dari 10 tahun, sehingga jika memang terdiagnosis
karsinoma prostat tindakan radikal masih ada manfaatnya.
Catatan harian miksi (voiding diaries)
Voiding diaries saat ini dipakai secara luas untuk menilai fungsi traktus urinariusbagian bawah dengan reliabilitas dan validitas yang cukup baik. Pencatatan miksi ini sangat
ber-guna pada pasien yang mengeluh nokturia sebagai keluhan yang menonjol2,5,10,14.
Dengan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang dikonsumsi serta kapan dan
berapa jumlah urine yang dikemihkan dapat diketahui seorang pasien menderita nokturia
idiopatik, instabilitas detrusor akibat obstruksi infra-vesika, atau karena poliuria akibat
asupan air yang berlebih. Sebaiknya pencatatan dikerjakan 7 hari berturut-turut untuk
mendapatkan hasil yang baik2,10, namun Brown et al (2002) mendapatkan bahwa pencatatan
selama 3-4 hari sudah cukup untuk menilai overaktivitas detrusor.
7/31/2019 wrap up ske-3
17/27
17
Uroflometri
Uroflometri adalah pencatatan tentang pancaran urine selama proses miksi secara
elektronik. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemih
bagian bawah yang tidak invasif. Dari uroflometri dapat diperoleh informasi mengenai
volume miksi, pancaran maksimum (Qmax), pancaran rata-rata (Qave), waktu yangdibutuhkan untuk mencapai pancaran maksimum, dan lama pancaran. Pemeriksaan ini sangat
mudah, non invasif, dan sering dipakai untuk mengevaluasi gejala obstruksi infravesika baik
sebelum maupun setelah mendapatkan terapi. Hasil uroflometri tidak spesifik menunjukkan
penyebab terjadinya kelainan pancaran urine, sebab pancaran urine yang lemah dapat
disebabkan karena BOO atau kelemahan otot detrusor. Demikian pula Qmax (pancaran) yang
normal belum tentu tidak ada BOO. Namun demikian sebagai patokan, pada IC-BPH 2000,
terdapat korelasi antara nilai Qmax dengan derajat BOO sebagai berikut:
Qmax < 10 ml/detik 90% BOO
Qmax 10-14 ml/detik 67% BOO
Qmax >15 ml/detik 30% BOO
Harga Qmax dapat dipakai untuk meramalkan hasil pembedahan. Pasien tua yang
mengeluh LUTS dengan Qmax normal biasanya bukan disebabkan karena BPH dan keluhan
tersebut tidak berubah setelah pembedahan. Sedangkan pasien dengan Qmax 150 mL dan diperiksa berulangkali pada kesempatan yang berbeda.
Spesifisitas dan nilai prediksi positif Qmax untuk menentukan BOO harus diukur beberapa
kali. Reynard et al (1996) dan Jepsen et al (1998) menyebutkan bahwa untuk menilai ada
tidak-nya BOO sebaiknya dilakukan pengukuran pancaran urine 4 kali.
Pemeriksaan residual urine
Residual urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine yang
tertinggal di dalam buli-buli setelah miksi. Jumlah residual urine ini pada orang normal
adalah 0,09-2,24 mL dengan rata-rata 0,53 mL. Tujuh puluh delapan persen pria normal
mempunyai residual urine kurang dari 5 mL dan semua pria normal mempunyai residu urine
tidak lebih dari 12 mL.
Pemeriksaan residual urine dapat dilakukan secara invasif, yaitu dengan melakukan
pengukuran langsung sisa urine melalui kateterisasi uretra setelah pasien berkemih, maupun
non invasif, yaitu dengan mengukur sisa urine melalui USG atau bladder scan. Pengukuran
melalui kateterisasi ini lebih akurat dibandingkan dengan USG, tetapi tidak meng-enakkan
bagi pasien, dapat menimbulkan cedera uretra, menimbulkan infeksi saluran kemih, hingga
terjadi bakteriemia. Pengukuran dengan cara apapun, volume residual urine mempunyai
variasi individual yang cukup tinggi, yaitu seorang pasien yang diukur residual urinenya pada
waktu yang berlainan pada hari yang sama maupun pada hari yang berbeda, menunjukkan
perbedaan volume residual urine yang cukup bermakna9. Variasi perbedaan volume residual
7/31/2019 wrap up ske-3
18/27
18
urine ini tampak nyata pada residual urine yang cukup banyak (>150 ml), sedangkan volume
residual urine yang tidak terlalu banyak (
7/31/2019 wrap up ske-3
19/27
19
Uretrosistoskopi
Pemeriksaan ini secara visual dapat mengetahui keadaan uretra prostatika dan
bulibuli. Terlihat adanya pembesaran prostat, obstruksi uretra dan leher buli-buli, batu buli-
buli, trabekulasi buli-buli, selule, dan divertikel bulibuli. Selain itu sesaat sebelum dilakukan
sistoskopi diukur volume residual urine pasca miksi. Sayangnya pemeriksaan ini tidakmengenakkan bagi pasien, bisa menimbulkan komplikasi perdarahan, infeksi, cedera uretra,
dan retensi urine sehingga tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin pada BPH5.
Uretrosistoskopi dikerjakan pada saat akan dilakukan tindakan pembedahan untuk
menenmenentukan perlunya dilakukan TUIP, TURP, atau prostatektomi terbuka. Disamping
itu pada kasus yang disertai dengan hematuria atau dugaan adanya karsinoma buli-buli
sistoskopi sangat membantu dalam mencari lesi pada bulibuli.
Pemeriksaan urodinamika
Kalau pemeriksaan uroflometri hanya dapat menilai bahwa pasien mempunyai
pancaran urine yang lemah tanpa dapat menerangkan penyebabnya, pemeriksaan uro-
dinamika (pressure flow study) dapat membedakan pancaran urine yang lemah itu disebabkan
karena obstruksi leher buli-buli dan uretra (BOO) atau kelemahan kontraksi otot detrusor.
Pemeriksaan ini cocok untuk pasien yang hendak menjalani pembedahan. Mungkin saja
LUTS yang dikeluhkan oleh pasien bukan disebabkan oleh BPO melainkan disebabkan oleh
kelemahan kontraksi otot detrusor sehingga pada keadaan ini tindakan desobstruksi tidak
akan bermanfaat. Pemeriksaan urodinamika merupakan pemeriksaan optional pada evaluasi
pasien BPH bergejala.
Meskipun merupakan pemeriksaan invasif, urodinamika saat ini merupakan
pemeriksaan yang paling baik dalam menentukan derajat obstruksi prostat (BPO), danmampu meramalkan keberhasilan suatu tindakan pem-bedahan.
Menurut Javle et al (1998)30, pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas 87%, spesifisitas 93%,
dan nilai prediksi positif sebesar 95%. Indikasi pemeriksaan uro-dinamika pada BPH adalah:
berusia kurang dari 50 tahun atau lebih dari 80 tahun dengan volume residual urine>300 mL,
Qmax>10 ml/detik, setelah menjalani pembedahan radikal pada daerah pelvis, setelah gagal
dengan terapi invasif, atau kecurigaan adanya buli-buli neurogenik.
LO. 5Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan BPHMengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu
pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan berkurangnya
kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk :
1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat2. Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusor 2,7
Terdapat beberapa pilihan tindakan terapi didalam penatalaksanaan hiperplasia
prostat benigna yang dapat dibagi kedalam 4 macam golongan tindakan, yaitu :
1. Observasi (Watchful waiting)2. Medikamentosaa. Penghambat adrenergik
7/31/2019 wrap up ske-3
20/27
20
b. Fitoterapic. Hormonal3. Operatifa. Prostatektomi terbuka
-
Retropubic infravesika (Terence millin)- Suprapubic transvesica/TVP (Freyer)- Transperineal
b. Endourologi- Trans urethral resection (TUR)- Trans urethral incision of prostate (TUIP)- Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy) Trans urethral ultrasound guided laser induced prostatectomy (TULIP) Trans urethral evaporation of prostate (TUEP) Teknik koagulasi
4. Invasif minimal- Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT)- Trans urethral ballon dilatation (TUBD)- Trans urethral needle ablation (TUNA)- Stent urethra dengan prostacath-
Terapi konservatif ini masih terbagi lagi ke dalam berbagai kelompok, yaitu :
1. Observasi (Watchful waiting)Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang-
kadang mereka yang mengeluh pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) ringan dapatsembuh sendiri dengan observasi ketat tanpa mendapatkan terapi apapun. Tetapi diantara
mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik
yang lain karena keluhannya semakin parah.
2. Medikamentosaa. Penghambat adrenergik
Contoh obatnya adalah Phenoxy benzanmine (Dibenyline) dosis 2x10 mg/hari.
Sekarang telah tersedia obat yang lebih selektif untuk alpha 1 adrenergik bloker yaitu
Prazosine, dosisnya adalah 1-5 mg/hari, obat lain selain itu adalah Terazosin dosis 1
mg/hari, Tamzulosin dan Doxazosin. Pengobatan dengan penghambat alpha ini
pertama kali dilakukan oleh Caine dan kawan-kawan yang dilaporkan pada tahun
1976. Dengan pengobatan secara ini ditemukan perbaikan sekitar 30-70% pada
symptom skore dan kira-kira 50% pada flow rate. Tetapi kelompok obat ini tidak
dapat digunakan berkepanjangan karena efek samping obat ini berupa hipotensi
ortostatik, palpitasi, astenia vertigo dan lain-lain yang sangat mengganggu kualitas
hidup kecuali bagi penderita hipertensi.
b. FitoterapiDalam Current Medical Diagnosis and Treatment (2001) dinyatakan bahwa
Saw Palmetto Berry (SPB) ini didalam 18 RCT (Randomized Clinical Trial) dengan
2939 subyek adalah superior terhadap placebo dan efektifitasnya sama dengan
7/31/2019 wrap up ske-3
21/27
21
finasteride. Efek samping obat berupa disfungsi ereksi = 1,1% sedangkan finasteride
= 4,9%. Dalam Life Extension Update dimuat, dari sebanyak 32 publikasi studi
terdapat catatan bahwa extract dari SPB ini secara signifikan menunjukan perbaikan
klinis dalam hal :
a)
Frekuensi nokturia berkurangb) Aliran kencing bertambah lancarc) Volume residu dikandung kencing berkurangd) Gejala kurang enak dalam mekanisme urinoir berkurangMekanisme kerja obat ini belum dapat dipastikan tetapi diduga kuat ia :
a) Menghambat aktifitas enzim 5 alpha reduktase dan memblokir reseptorandrogen
b) Bersifat anti inflamasi dan anti udem dengan cara menghambataktifitas enzim cycloxygenase dan 5 lipoxygenase.
Terapi dengan bahan dari tumbuh-tumbuhan poluler diberikan di Eropa dan baru-
baruini di Amerika. Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari tumbuhan seperti
Hypoxisrooperis, Pygeum africanum, Urtica sp, Sabal serulla, Curcubita pepo, Populus
temula, Echinacea purpurea, dan Secale cerelea. Masih diperlukan penelitian untuk
mengetahuiefektivitas dan keamanannya
3. Terapi OperatifA. Prostatektomi terbukaa. Retropubic infravesica (Terence Millin)
Keuntungan :
- Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal- Mortaliti rate rendah- Langsung melihat fossa prostat- Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli- Perdarahan lebih mudah dirawat- Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila
membuka vesika
Kerugian :
- Dapat memotong pleksus santorini- Mudah berdarah- Dapat terjadi osteitis pubis- Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal- Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari
dalam vesika
Komplikasi :
- Perdarahan- Infeksi- Osteitis pubis- Trombosis
7/31/2019 wrap up ske-3
22/27
22
b. Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)Keuntungan :
- Baik untuk kelenjar besar- Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat-
Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit :1. Batu buli2. Batu ureter distal3. Divertikel4. Uretrokel5. Adanya sistsostomi6. Retropubik sulit karena kelainan os pubis
- Kerusakan spingter eksterna minimalKerugian :
- Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesicasembuh
- Sulit pada orang gemuk- Sulit untuk kontrol perdarahan- Merusak mukosa kulit- Mortality rate 1 -5 %Komplikasi :
- Striktura post operasi (uretra anterior 25 %, bladder neck stenosis 4%)- Inkontinensia (
7/31/2019 wrap up ske-3
23/27
23
B. Prostatektomi Endourologia. Trans urethral resection (TUR)
Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya
terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bersama kapsulnya.
Keuntungan :- Luka incisi tidak ada- Lama perawatan lebih pendek- Morbiditas dan mortalitas rendah- Prostat fibrous mudah diangkat- Perdarahan mudah dilihat dan dikontrolKerugian :
- Tehnik sulit- Resiko merusak uretra- Intoksikasi cairan- Trauma spingter eksterna dan trigonum- Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar- Alat mahal- Ketrampilan khusus
b. Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran
prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan pada
pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau incisi leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi ini juga dilakukan secara
endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti yangg dipakai pada TUR P tetapi
memakai alat pemotong yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara
ureter sampai dekat ke verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul prostat.
Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya kejadian
ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR.
c. Pembedahan dengan laser (Laser prostatectomy)Keuntungan bedah laser ialah :
1. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi retensi akibatbekuan darah dan tidak memerlukan transfusi
2. Teknik lebih sederhana3. Waktu operasi lebih cepat4. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat5. Tidak memerlukan terapi antikoagulan6. Resiko impotensi tidak ada7. Resiko ejakulasi retrograd minimalKerugian :
Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional)
7/31/2019 wrap up ske-3
24/27
24
4. Invasif Minimala. Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
Cara memanaskan prostat sampai 44,5C 47C ini mulai diperkenalkan dalam tigatahun terakhir ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang membesar ini
dengan gelombang mikro (microwave) yaitu dengan gelombang ultarasonik atau gelombangradio kapasitif akan terjadi vakuolisasi dan nekrosis jaringan prostat, selain itu juga akan
menurunkan tonus otot polos dan kapsul prostat sehingga tekanan uretra menurun sehingga
obstruksi berkurang.
Di Jakarta telah tersedia dua macam alat yaitu Prostatron yang menggunakan
gelombang mikro dan dipanaskan selama satu jam. Cara ini disebut dengan Trans Urethral
Microwave Treatment (TUMT). Sedangkan alat yang lain menggunakan radio capacitive
frequency yang dapat memanaskan prostat sampai 44,5C - 47C selama 3 jam (TURF).
Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan
microwave kedalam jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan tinggi maka
perlu dilengkapi dengan surface costing agar tidak merusak mucosa ureter. Dengan proses
pendindingan ini memang mucosa tidak rusak tetapi penetrasi juga berkurang.
Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency) memancarkan gelombang
radio frequency yang panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya prostat jugaarah dari gelombang radio frequency dapat diarahkan oleh elektrode yang ditempel diluar
(pada pangkal paha) sehingga efek panasnya dapat menetrasi sampai lapisan yang dalam.
Keuntungan lain oleh karena kateter yang ada alat pemanasnya mempunyai lumen sehingga
pemanasan bisa lebih lama, dan selama pemanasan urine tetap dapat mengalir keluar.
b. Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD)Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula dikerjakan dengan jalan
melakukan commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan melalui operasi terbuka
(transvesikal)
Konsep dilatasi dengan balon ini ialah mengusahakan agar uretra pars prostatika
menjadi lebar melalui mekanisme:
1. Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar2. Kapsul prostat diregangkan3. Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut4.
Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika dirusak
c. Trans Urethral Needle Ablation (TUNA)Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk menghasilkan
ablasi termal pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik guna mencapai tujuan
untuk menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal, tidak invasif dan mekanisme
ejakulasi dapat dipertahankan.
d. Stent UrethraPada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja kateter
tersebut dipasang pada uretra pars prostatika.
7/31/2019 wrap up ske-3
25/27
25
LO. 6Memahami dan menjelaskan pemeriksaan organ kelamin menurut islamDi antara keindahan syariat Islam, yaitu ditetapkannya larangan mengumbar aurat dan
perintah untuk menjaga pandangan mata kepada obyek yang tidak diperbolehkan, lantaran
perbuatan itu hanya akan mencelakakan diri dan agamanya. Larangan melihat aurat, tidak
hanya untuk yang berlawan jenis, akan tetapi Islam pun menetapkan larangan melihat aurat
sesama jenis, baik antara lelaki dengan lelaki lainnya, maupun antara sesama wanita.
Disebutkan dalam sebuah hadits:
"Dari Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: Janganlah seorang lelaki melihat kepada aurat lelaki (yang lain),dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang lain)". [HR Muslim]
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, di antara kandungan hadits ini, yaitu
larangan bagi seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya) dan wanita melihat aurat wanita
(lainnya). Di kalangan ulama, larangan ini tidak diperselisihkan. Sedangkan lelaki melihat
aurat wanita, atau sebaliknya wanita melihat aurat lelaki, maka berdasarkan Ijma', perbuatan
seperti ini merupakan perkara yang diharamkan. Rasulullah mengarahkan dengan
penyebutan larangan seorang lelaki melihat aurat lelaki lainnya, yang berarti lelaki yang
melihat aurat wanita maka lebih tidak dibolehkan. Demikian sekilas prinsip pergaulan
dengan lawan jenis yang telah ditetapkan Islam. Tujuannya, ialah demi kebaikan yang
sebesar-besarnya.
Menurut Syekh Kamil, dokter pria boleh menangani pengobatan lawan jenis jika
dalam keadaan darurat dan tidak ada dokter wanita yang mampu mengobatinya. Demikian
halnya dengan hukum melihat aurat pasien lawan jenis, baik bagi dokter pria maupun
wanita. Jika dalam kondisi terpaksa, boleh dilakukan selama untuk kepentingan medis.
Persoalan ini juga telah dibahas dalam kajian hukum Islam klasik di kalangan ulama
mazhab. Mereka sepakat hukum pengobatan lawan jenis diperbolehkan, begitu pula hukum
menyentuh salah satu anggota tubuh, termasuk melihat atau memegang kemaluan pasien.
Menurut ulama Hanafi, melihat kemaluan pasien lawan jenis diperbolehkan dalam
kondisi darurat, seperti dikhawatirkan kondisi pasien memburuk atau munculnya penyakityang di luar prediksi. Pada saat yang sama, tidak terdapat dokter dari golongan yang sama,
baik perempuan maupun laki-laki.
Secara umum, para ulama memberlakukan beberapa syarat pengobatan oleh lawan
jenis. Syarat pertama ialah tidak didapati dokter dari golongan yang sama, baik pria maupun
wanita, atau memang ada dokter hanya saja tidak memiliki kompetensi menangani penyakit
tersebut.
Syarat kedua, dikhawatirkan penyakit akan lebih parah ataupun terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan bila tidak segera ditangani sekalipun oleh lawan jenis, sebagaimana syarat
yang berlaku di mazhab Hanafi.
7/31/2019 wrap up ske-3
26/27
26
Syarat ketiga, hendaknya dokter yang bersangkutan seorang Muslim selama masih
terdapat dokter Muslim yang mumpuni. Menurut mazhab Syafii, bila keahlian dankemampuan dokter non-Muslim lebih baik dibandingkan dokter Muslim, boleh hukumnya
berobat ke dokter tersebut. Syarat yang keempat ialah terbebas dari potensi munculnya
fitnah.Syarat ini hanya dikemukakan oleh sebagian ulama mazhab Syafii. Sedangkan,menurut mazhab lain, Maliki misalnya, syarat tersebut tidak berlaku. Lantaran kondisi
terpaksa, baik terbebas dari fitnah maupun tidak, tetap diperbolehkan berobat pada lawan
jenis. Syarat yang kelima, saat pemeriksaan atau pengobatan, hendaknya pasien perempuan
ditemani oleh muhrimnya
7/31/2019 wrap up ske-3
27/27
DAFTAR PUSTAKA
Priyanto J.E. Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang : Sub Bagian Bedah Urologi FK UNDIP
Purnomo B.P. Buku Kuliah DasarDasar Urologi, Jakarta : CV.Sagung Seto, 2011
Prince, Sylvia. A. (2005). Patofisiologi Buku 2 Edisi 6. EGC : Jakarta
Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2, Jakarta : EGC,
1994
Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 1997