8/8/2019 wenner 2
1/10
ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
mailto:[email protected]8/8/2019 wenner 2
2/10
ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
ISBN : 978-979-1165-74-7 V-58
dilakukan penelitian pendahuluan dengan menggunakan metode survei geofisika, salah satunya
adalah metode geolistrik tahanan jenis.
Metode geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu metode geofisika yang dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui keadaan bawah permukaan, seperti
penyelidikan air tanah, keberadaan suatu reservoar dan batuan-batuan penyusun. Untuk lokasi
penelitian ini sendiri, sebelumnya sudah dilakukan penyelidikan dengan menggunakan metode
geomagnetik, salah satunya yaitu analisis sesar Gunung Rajabasa Lampung Selatan sebagai
daerah prospek geothermal berdasarkan data anomali medan magnet total (Rasimeng, 2006),
namun pada penyelidikan ini hanya mendapatkan lokasi keberadaan sesar saja, tetapi tidak
diketahui pola dari penyebaran fluida geothermal itu sendiri. Penggunaan metode geolistrik
tahanan jenis untuk maksud eksplorasi sudah banyak dilakukan sebelumnya, antara lain
penyelidikan geolistrik tahanan jenis di daerah panasbumi Pincara, Kabupaten Masamba
Sulawesi Selatan (Suhanto dan Bakrun, 2005), selain itu ada juga penyelidikan air tanah dengan
menggunakan metode tahanan jenis 2D pada daerah Rangkas Bitung Banten (Turmayatiningsih,
2007) dan masih banyak penelitian yang lainnya yang menggunakan metode geolistrik tahanan
jenis.
2. METODE PENELITIANPeralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk pengambilan data lapangan yaitu:
1. Resistivity meter tipe Naniura NRD 22S
2. GPS
3. Elektroda Potensial dan Elektroda Arus
4. Kabel penghubung
5. Accu
Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam pengambilan data yaitu metode geolistrik tahanan jenis
sounding dengan Konfigurasi Wenner-Schlumberger . Konfigurasi ini dipakai untuk mengetahui
variasi harga tahanan jenis secara vertikal. Konfigurasi ini menggunakan 4 elektroda, masing-
masing 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Jarak elektroda potensial relatif jarang
diubah-ubah meskipun jarak elektroda arus selalu berubah-ubah, hal yang harus diperhatikan
adalah jarak elektroda arus harus lebih besar dari jarak elektroda potensial.
8/8/2019 wenner 2
3/10
ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
ISBN : 978-979-1165-74-7 V-59
n = 8
Gambar 1 . Konfigurasi Elektroda Wenner-Schlumberger (Loke, 2000)
Proses pengambilan data di lapangan dilakukan dengan metode geolistrik tahanan jenis
sounding, dimana untuk mendapatkan model 1D pengukuran dimulai dari bentangan elelktroda
arus (AB/2) diawali pada jarak 1,5 meter sampai dengan jarak 300 meter. Masing-masing
elektroda potensial (MN/2) yaitu 0,5 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 1,5 meter
sampai dengan 12 meter, (MN/2) 5 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 15 meter
sampai dengan 60 meter dan (MN/2) 10 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 75 meter
sampai dengan 300 meter. Kemudian untuk model 2D pengukuran dimulai dari bentangan
AB/2 = 30 meter sampai dengan 310 meter yang terdiri dari 8 sounding dengan bentangan
elektroda potensial (MN/2) 10 meter. Data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan adalah
besar arus ( I ) dan beda potensial ( V ). Yang kemudian dilakukan perhitungan untuk menentukan
harga tahanan jenis semu a yaitu hasil kali faktor geometri K dengan perbandingan potensial
dan arus dengan perumusan sebagai berikut:
I V
k a
= (1)
Setelah didapatkan harga tahanan jenis semu kemudian dibuat pemodelan 1D dan 2D untuk
mendapatkan harga tahanan jenis yang sebenarnya. Pada pemodelan 1D, harga resistivitas semu
dan jarak antar elektroda arus (AB/2) digunakan sebagai data masukan pada program Resty di
masing-masing titik ukur. Untuk pemodelan 2D menggunakan Software Res2Dinv . Dan dari
model 1D dan 2D yang didapatkan kemudian dapat dibuat pemodelan 3D untuk mendapatkan
hasil model 3D dengan menggunakan program Rockwork. Kemudian dapat dilakukaninterpretasi yang didukung dengan data geologi daerah penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui pengukuran berupa beda potensial dan arus kemudian
dihitung tahanan jenis semunya. Setelah dibuat pemodelan 1D menggunakan program Resty
maka diperoleh nilai tahanan jenis yang sebenarnya pada tiap-tiap perlapisan sehingga dapatdiketahui ketebalan perlapisan dan jenis batuan pada tiap-tiap titik pengukuran. Untuk
mengetahui jenis-jenis batuan yang ada pada masing-masing titik disesuaikan dengan besar
8/8/2019 wenner 2
4/10
ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
ISBN : 978-979-1165-74-7 V-60
kecilnya nilai tahanan jenis yang dimiliki serta data geologi pada daerah penelitian. Kemudian
untuk hasil pemodelan 2D didapatkan dari pengolahan data resistivitas dengan menggunakan
program Res2Dinv sehingga diperoleh model penampang 2D bawah permukaan sepanjang
lintasan dimana nilai tahanan jenis dibedakan berdasarkan warna untuk melihat nilai resistivitas
pada setiap lapisan. Dan untuk hasil pemodelan 3D didapatkan dengan penggabungan harga
resistivitas sebenarnya pada model 1D dan 2D dengan menggunakan program Rockwork . Hasil
pemodelan dengan menggunakan Program Resty diperoleh variasi nilai resistivitas pada tiap
kedalaman sehingga dapat diketahui ketebalan perlapisan dan jenis batuan pada tiap-tiap titik
pengukuran. Untuk mengetahui jenis-jenis batuan yang ada pada masing-masing titik
disesuaikan dengan besar kecilnya nilai tahanan jenis yang disesuaikan dengan tabel nilai
resistivitas serta data geologi daerah penelitian. Data resistivitas yang sudah melalui tahap
pengolahan data tersebut selanjutnya dianalisis untuk menjelaskan mengenai keadaan bawah
permukaan. Analisis data ini dilakukan untuk setiap lintasan geolistrik 1D.
a. Titik Sounding 3-4
Gambar 2 . Variasi Kedalaman Terhadap Resistivitas Pada Titik 3-4
Berdasarkan harga resistivitas pada lokasi pengukuran pertama pada titik sounding 3-4
diperoleh litologi batuan dengan harga resistivitas sebesar 100 m yang berada pada
kedalaman kurang dari 20,89 meter yang diperkirakan merupakan lapisan penutup ( top soil )
yang terdiri dari lempung tufan dan endapan batuan gunung api yang belum mengalami
kompaksi. Sedangkan pada lapisan selanjutnya diperoleh harga resistivitas antara 30,20 65,06
m yang berada pada kedalaman lebih dari 20,89 meter dan diperkirakan merupakan batuan
pasir tufan.
b. Titik Sounding 3-5
Pada lokasi pengukuran kedua pada titik sounding 3-5 diperoleh nilai resistivitas
sebesar 100 m yang berada pada kedalaman kurang dari 12,02 meter yang diinterpretasikan
8/8/2019 wenner 2
5/10
ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
ISBN : 978-979-1165-74-7 V-61
sebagai lapisan penutup yang terdiri dari batuan lempung tuan dan endapan gunung api yang
belum mengalami kompaksi. Sedangkan pada lapisan selanjutnya diperoleh harga resistivitas
antara 39,81 67,09 m yang berada pada kedalaman lebih dari 12,02 meter diinterpretasikan
sebagai batuan pasir tufan. Sehingga apabila dikorelasikan antara jenis batuan pada perlapisan
hasil pengukuran geolistrik tahanan jenis 1D dengan informasi geologi daerah penelitian, maka
dapat digambarkan bahwa pada kedalaman lebih dari 20,26 meter ditafsirkan sebagai batuan
yang berpotensi mengandung fluida yaitu batuan pasir tufan. Interpretasi ini sesuai dengan hasil
dari laporan penelitian yang telah ditulis sebelumnya bahwa litologi di daerah sekitar
manifestasi Belerang Kering berupa lapisan penutup ( top soil ) dan endapan batuan gunungapi
yang belum mengalami kompaksi (Rasimeng, dkk., 2007).
8/8/2019 wenner 2
6/10
8/8/2019 wenner 2
7/10
ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
ISBN : 978-979-1165-74-7 V-63
b. Lintasan 2
Pada lokasi terakhir (lintasan 2), diperoleh harga resistivitas pada tiap kedalaman
sehingga dapat diketahui jenis batuan pada tiap lapisan tersebut. Pada kedalaman 5 19 meter
dengan harga resistivitas berkisar antara 1 10 m ditafsirkan sebagai batuan lempung.
Kemudian pada kedalaman 20 40 meter diperoleh harga resistivitas 11 100 m yang
diinterpretasikan merupakan lapisan batuan pasir tufan dan pada kedalaman lebih dari 40 meter
diperoleh harga resistivitas lebih besar dari 100
m yang diinterpretasikan sebagai lapisan
lava. X2
Gambar 5 . Penampang Model 2D Lintasan 2
Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa lapisan yang berpotensi memiliki fluida adalah
lapisan yang berada pada kedalaman antara 5 - 40 meter dengan harga resistivitas kurang dari
100 m yang ditunjukkan dengan simbol X2.
Analisis Data 3D
Setelah diperoleh model 1D dan 2D dimana didapatkan harga tahanan jenis sebenarnya
dari masing-masing lintasan, yang kemudian harga resistivitas sebenarnya dari kedua
psemodelan tersebut dapat dilanjutkan menjadi model 3D dengan cara melakukan pengolahandata menggunakan Software Rockwork .
8/8/2019 wenner 2
8/10
ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
ISBN : 978-979-1165-74-7 V-64
Gambar 6 . Rekonstruksi Model 3D
Gambar 6 menunjukkan model keseluruhan 3 dimensi. Dimana dengan pemodelan 3D dapat
diketahui pola penyebaran fluida panas di daerah penelitian. Warna hijau tua merupakan
lapisan penutup ( top soil ) yang terdiri dari batuan lempung tufan dan endapan batuan gunungapi
yang belum mengalami kompaksi dengan harga resistivitas antara 63 101 m. Pada
pemodelan 3D lapisan penutup terlihat sedikit dipermukaan hal ini ditafsirkan terjadi karenaadanya perbedaan topografi pada lokasi pengambilan data. Warna biru tua merupakan lapisan
lempung yang memiliki harga resistivitas kurang dari 23 m pada kedalaman kurang dari 20
meter dan warna biru muda merupakan lapisan batuan pasir tufan yang ditafsirkan sebagai
lapisan yang banyak mengandung fluida geothermal dengan harga resistivitas antara 24 62,2
m pada kedalaman lebih dari 20 meter, lapisan ini ditafsirkan sebagai zona konduktif oleh
karena itu pada penelitian ini anomalinya berupa batuan pasir tufan. Lapisan biru muda
menyebar secara lateral dimana di atasnya terdapat lapisan lempung (warna biru tua) sebagai
lapisan penutupnya. Pada model 3D terlihat ada kenampakan warna biru muda dipermukaan
yang menerobos lapisan lempung (biru tua) hal ini sesuai dengan informasi geologi dan kondisi
keadaan di lokasi penelitian, bahwa sangat sedikit ditemukannya manifestasi di permukaan,
adapun manifestasi tersebut berupa belerang kering.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
8/8/2019 wenner 2
9/10
ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
ISBN : 978-979-1165-74-7 V-65
1. Lapisan batuan yang berpotensi mengandung fluida geothermal adalah lapisan batuan pasir
tufan yang memiliki harga resistivitas antara 24 62,2 m pada kedalaman lebih dari 20
meter.
2. Pola penyebaran fluida geothermal pada daerah penelitian tersebar secara lateral, dimana
lapisan pasir tufan sebagai zona konduktif dan lempung sebagai lapisan penutupnya.
Saran
1. Dilihat dari pola penyebaran fluida geothermal, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan memperluas daerah pengambilan data, sehingga potensinya akan lebih terlihat.
2. Mengadakan penelitian di tempat yang sama dengan menggunakan metode geofisika yang
lainnya, salah satunya metode magnetik dan perlu dilakukan pengukuran gradien suhu untuk
memperkuat interpretasi.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar dan Handayani, G. 2004. Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi SchlumbergerUntuk Penentuan Tahanan Jenis Batubara. Jurnal Natural Indonesia.
Harmadi. 2007. Pemodelan Sesar Regional Data Anomali Medan Magnetik Hasil Reduksi keKutub di Daerah Potensi Panasbumi Gunung Rajabasa Kalianda Lampung Selatan .Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hendrajaya, L., dan Arif, I. 1988. Geolistrik Tahanan Jenis . Laboratorium Fisika Bumi.Jurusan FMIPA. ITB. Bandung.
Hermanto, B., Kusnama, E., Rusmana., Sukardi dan Abidin, H.Z., 1999. Peta Geologi Lembar Kalianda, Sumatera . Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi. Bandung
Hidayati, L. 2004. Penentuan Batas-Batas Reservoar Daerah Panasbumi ParangtritisYogyakarta Dengan Metode Tahanan Jenis . Skripsi Universitas Lampung. BandarLampung.
Loke, M.H. 1999. RES2DINV ver.3.3 for Windows 3.1, 95 and NT: Rapid 3D Resistivity & IP Inversion Using The Least-Squares Method . Penang. Malaysia.
Mangga, S.A., Amirudin., Suwarti, T., Gafoer, F dan Sidarto. 1994. Geologi Lembar TanjungKarang, Sumatera Departemen Pertambangan dan Energi, Dirjen Geologi dan SumberDaya Mineral, PPPG. Bandung.
Rasimeng, S. 2006. Analisis Sesar Gunung Rajabasa Lampung Selatan Sebagai DaerahProspek Geothermal Berdasarkan Data Anomali Medan Magnet Total (sedang dalamtahap publikasi).
Rasimeng, S., Haerudin, N dan Harmen 2007. Penentuan Lithologi Batuan Bawah Permukaan
Menggunakan Metode Resistivitas Sounding di Daerah Prospek Geothermal Gunung Rajabasa . Makalah Dies Natalis Unila 2007.
8/8/2019 wenner 2
10/10
Top Related