HIJAB
Diajukan untuk memenuhi Tugas mata Kuliah Fiqih MawaristSemester Genap STEI Tazkia Bogor
Dosen :Ust. Muhammad Isa
Disusun Oleh:
Muhammad Adam Amiruddin.Muhammad Umar Azka.
Muhammad Fathani Azka.Wahidin Al-faqih.Pandu Abdi Esa.
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM (STEI) TAZKIASentul CityTlp. (0251) 421076-421077 BogorKode Pos 16680, Website :www.tazkia.ac.id
2009/2010
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. DEFINISI AL-HAJB............................................................................................................3
B. PERBEDAAN ANTARA AL-HAJB DAN AL-HIRMAN.................................................4
C. MACAM-MACAM AL-HAJB...........................................................................................6
1. Hajb Awshof/washf...........................................................................................................6
2. Hajb Asykhash/syakhash..................................................................................................7
1) Hajb an-Nuqshon...........................................................................................................7
2) Hajb Al-Hirman.............................................................................................................9
D. KAIDAH-KAIDAH YANG BERLAKU DALAM HIJAB AL-HIRMAN.......................14
1. Beberapa Catatan Penting...............................................................................................15
2. Beberapa Contoh Hajb dan Penyelesaiannya..................................................................15
BAB III..........................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
1. KESIMPULAN...............................................................................................................18
REFERENSI..................................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum kewarisan Islam mengakui adanya prinsip keutamaan dalam kekerabatan, ini
disebabkan oleh adanya jarak yang lebih dekat diantara ahli waris dengan pewaris dibanding
dengan yang lain. Umpamanya anak lebih dekat dibanding cucu, ayah lebih dekat ke anak
dibanding saudara, karena hubungan ayah kepada anak secara langsung sementara saudara
kepada saudaranya melalui ayah.
Keutamaan itu juga disebabkan oleh kuatnya hubungan kekerabatan, umpamanya saudara
kandung lebih utama dibandingkan saudara seayah atau seibu, karena saudara kandung
mempunyai dua garis kekerabatan yaitu melalui ayah dan ibu, sementara saudara seibu hanya
melalui garis ibu atau saudara seayah hanya melalui garis ayah.
Al-Hajb termasuk bagian yang penting dalam ilmu faraidh, sampai sebagian ulama
berkata, ”Haram berfatwa dalam bidang ilmu faraidh bagi yang tidak memahami al-hajb.” Sebab,
para ulama khawatir orang itu keliru dalam fatwanya, sehingga orang yang berhak menjadi tidak
mendapatkan bagian, atau sebaliknya, orang yang tidak berhak justru mendapatkan bagian.
Untuk menjelaskan berbagai persoalan mengenai al-Hajb ini, kami membaginya menjadi
tiga bagian : pertama, tentang definisi al-hajb dan perbedaannya dengan al-hirman ‘tidak dapat
sama sekali’; kedua, tentang macam-macam al-hajb; dan ketiga, tentang kaidah-kaidah hajb al-
hirman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI AL-HAJB.
Al-hajb dalam bahasa Arab berarti al-man’u (terhalang), seperti contoh kalimat hajabahu
idza mana’uhu min ad-dukhul, yang artinya ‘dia terhalang masuk‘. Termasuk dalam arti al-hajb
adalah kata al-hijab yang berarti apa saja yang dapat melindungi dan menghalanginya dari
pandangan. Hajabahu hajban dan hijaaban, artinya ‘melindungi’. Dalam istilah ilmu fiqih,
definisi al-hajb ialah “menghalangi orang yang mempunyai sebab mendapatkan warisan, baik
secara menyeluruh maupun sebagian.”
Kalimat “menghalangi orang yang mempunyai sebab mewarisi”, maksudnya adalah
orang yang mempunyai sebab mewarisi”, maksudnya adalah orang yang memiliki salah satu dari
tiga sebab mendapatka warisan yang telah disepakati para ulama, yaitu nasab (keturunan), nikah,
dan al-wala’ (hubungan tuan yang memerdekakan hamba). Ketentuan ini, berbeda dengan
ketentuan menghalangi orang yang tidak mempunyai salah satu dari tiga sebab mewarisi, yang
tidak dinamakan al-hajb (terlarang), menurut istilah para ulama.
Orangasing, yaitu orang yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan si mayit, yang
terhalang mendapatkan warisan, dinamakan alhajb (terhalang) karena dia memang tidak
mempunyai salah satu dari tiga sebab mendapatkan warisan.
Kalimat “baik secara menyeluruh maupun sebagian“, memberikan isyaratt bahwa al-hajb
ada dua macam yaitu hajb al-hirman (terhalang sama sekali) dan hajb an-nuqshan (terhalang
sebagian/berkurang).
B. PERBEDAAN ANTARA AL-HAJB DAN AL-HIRMAN.
Al-hirman tidak sama dengan al-hajb. Al-hirman adalah seseorang yang terhalang
mewarisi karena ada salaha satu penghalang, seperti pembunuhan, berbeda agama atau
perbudakan.seorang anak yang membunuh ayahnya, sama sekali tidak dapat mewarisi harta
ayahnya karena pembunuhan yang dilakukannya, sekalipun sebab boleh mewarrisi masih
dimilikinya, yaitu nasab (keturunan) atau kerabat. Dalam hal ini, orang yang terhalang karena
sifatnya (misalnya pembunuh) tidak bisa menghalangi orang lain secara keseluruhan ataupun
sebagian. Bahkan, dia dianggap tidak pernah ada.
Contoh dari kasus di atas adalah sebagai berikut. Seseorang meninggal dunia,
meninggalkan ahli waris : seorang anak pembunuh, istri dan seorang bapak. Harta warisannya
dibagikan untuk istri seperempat (¼) bagian, seakan-akan si mayyit tidak mempunyai anakm dan
bapaknyamendapankan sisa sebagai ‚ashobah bin-nafs. Jika si mayit meninggalkan seorang anak
yang kafir dan seorang paman, makan seluruh harta warisannya diberikan untuk si paman, dan
anak yang kafir itu dianggap tidak ada.
Ashlu masalah:4
Bapak Ashobah bin-nafsi 3
Anak pembunuh - -
istri 1/4 1
Ashlu masalah :
Paman Ashobah bin-nafsi Seluruh warisan
Anak kafir - -
Dalam masalah pertama, anak yang pembunuh tidak menghalangi istri secara nuqshon
(berkurang) dan dalam masalah kedua, anak yan kafir sama sekali tidak dapapt menghalangi
paman secara hirman (keseluruhan). Dalam dua masalah tersebut, meskipun ada, anak diaggap
tidak ada.
Adapun makna al-hajb ialah seseorang terhalang untuk mewarisi bukan karena sebab
penghalang tersebut di atas, namun karena ada seseorang yang lebih dekat dengan si mayit.
Orang yang terhalang oleh seseorang, dapat juga menghalangi orang lain, dan dia dianggap tetap
ada.
Contohnya, seseorang yang meninggaldunia, meninggalkan ahli waris : bapak, ibu,
mendapatkan bagian seperenam (1/6) karena ada dua orang saudara kandung, padahal mereka
mahjub (terhalang) dengan adanya bapak, kemudian bapak mendapatkan sisa sebagai a’shobah
bin-nafs, dua orang saudara kandung telah menghalangi ibu untuk memperoleh bagian sepertiga
(1/30) sehingga menjadi seperenan (1/6) karena hijab nuqshon, padahal mereka juga mahjub
dengan adanya bapak.
Ashlu masalah: 6
Bapak A’shobah bin-nafs 5
Ibu 1/6 1
2 saudara laki-laki Mahjub oleh bapak -
Contohnya, seseorang meninggal dunia, meninggalkanahli waris : bapak, ibunya bapak
dari si mayit, dan ibunya ibu dari si mayit. Dalam kasus tersebut, seluruh warisan diberikan
kepada bapak sebagai a’shobah. Nenek dari bapak menurut jumhur ulama tidak mendapatkan
apa-apa, karena terhalang oleh bapak, dan ibunya ibu dari si mayit juga tidak mendapatkan apa-
apa, karena terhalang oleh nenek dari bapak. Padahal, ia sendiri terhalang dengan keberadaan
bapak (hijab hirman).
Ashlu masalah:
Bapak A’shobah bin-nafs Seluruh warisan
Ibu dari bapak si mayit Mahjub oleh bapak -
Ibu dari ibu si mayit Mahjub oleh ibu dari bapak si mayit -
Dengan demikian, orang yang terhalang oleh seseorang dapat menghalangi orang lain
(hajb an-nuqshon atau hajb al-hirman), seperti ibunya bapak yang terhalang oleh bapak, dan
ibunya bapak yang dapat menghalangi ibunya ibu dari si mayit, sebagaimana yang tertera pada
dua contoh di atas.
Berdasarkan contoh di atas, dalam al-hajb, seseorang dapat menghalangi orang lain
bukan karena sifat yang dimiliki oleh orang yang terhalang, melainkan karena ada seseorang
yang lebih dekat nasabnya dengan si mayit. Meski demikian, ia tetap berhak mendapatkan
warisan.
Adapun dalam al-hirman, seseorang dapat menghalangi orang lain karena adanya sifat
yang dimiliki oleh orang yang terhalang, seperti pembunuh atau kafir. Sifat itulah yang
menyebabkan keberkahannya untuk mendapatkan harta waris, hilang.
C. MACAM-MACAM AL-HAJB.
Al-hajb dalam ilmu faraidh ada dua macam, yaitu hajb Awshof/washf dan hajb
Asykhosy. Berikut ini penjelasan mengenai kedua hajb tersebut.
1. Hajb Awshof/washf.
Hijab awshof/washf, pada kalimat awshof/washf adalah ; sifat, yaitu; memiliki sifat-sifat
yang dapat menghalangi dirinya dari bagian warisannya dengan sifat-sifat yang telah lalu, seperti
: sifat perbudakan, membunuh dan perbedaan agama.
Bagian hijab ini dapat mengenai semua ahli waris. Setiap orang dari mereka mungkin
bisa menjadi budak atau pembunuh si mayit atau berbada agama dengan si mayit.
Orang yang terhalangi bagian warisannya dengan sifat hajib ini keberadaan dirinya di
antara ahli waris seperti ketika dirinya tidak ada di antara mereka, maka dia tidak dapat
menghalangi lainnya dari bagiannya dan tidak dapat menjadikan yang lainnya menjdapatkan
bagian warisan dengan bagian 'ashobah
2. Hajb Asykhash/syakhash.
Hijab Ashkhash/shakhsh, pada kalimat ashkhsh/shakhash adalah ; seseorang/seorang ;
yaitu ahli waris terhalang bagian warisannya disebabkan adanya ahli waris lain. Bagian ini
terbagi menjadi dua macam yaitu :
1) Hajb an-Nuqshon.
Hajb an-Nuqshon adalah menghalangi seseorang yang memiliki sebab-sebab boleh
mewarisi dari bagiannya yang sempurna atau utuh menjadi bagian yang lebih sedikit.contohnya,
suami terhalang mendapatkan bagian warisan, dari setengah (1/2) menjadi seperempat(1/4),
karena adanya keturunan istri yang dapat mewarisi, kemudian istri terhalang mendapatkan
bagian warisan, dari seperempa (1/4) menjadi seperdelapan (1/8) karena adanya keturunan suami
yang dapat mewarisi. Semikian pula ibu, terhalang mendapatkan bagian warisan dari sepertiga
(1/3) menjadi seperenam (1/6) karena adanya keturunan yang dapat mewarisi dan karena sebab
berkumpulnya beberapa saudara laki-laki atau saudara perempuan.
Ashlu masalah :6
Suami 1/2 3
Bapak Ashobah Bin Nafsi 1
Ibu 1/3 2
Ini adalah contoh Ashabul bagian dari para ashabul furudh ketika tidak ada faru’ warist
yang menghalangi bagian mereka menjadi bagian yang lebih kecil.
Ashlu masalah :12
Suami 1/4 3
Bapak 1/6 2
ibu 1/6 2
Anak laki-laki Ashobah bin nafsi 5 (sisa)
Inilah contoh dari bagian ashabul furudh ketika ada furu‘ waris yang menghalangi
mereka dari yang seharusnya mendapat bagian lebih besar menjadi bagian yg lebih kecil.
Hajb an-Nuqshon terjadi pada lima ash-habul furudh, yang mendapatkan dua bagian
untuk masing-masing, baik yang lebih tinggi derajatnya, maupun yang lebih rendah. Mereka
adalah suami, istri, ibu, cucu perempuan dari anak laki-laki, dan saudara perempuan sebapak.
Contohnya suami terhalang hajb nuqshon dari seperdua menjadi seperempat (1/4) karena adanya
keturunan istri yang dapat mewarisi, istri terhalang dari seperempat (1/4) menjadi seperdelapan
(1/8) karena adanya keturunan suami, dari dirinya sendiri ataupun dari istri suaminya yang lain,
kemudian ibu terhalang dari sepertiga (1/3) menjadi seperenam (1/6) karena adanya keturunan
yang dapat mewarisi, juga karena berkumpulnya beberapa saudara laki-laki dan saudara
perempuan dari jalur maa saja. Batasan berkumpulnya adalah dua atau lebih.
Contoh lainnya, cucu perempuan dari anak laki-laki terhalang hajb nuqshon mewarisi,
dari setengah (1/2) menjadi seperenam (1/6) karena adanya anak perempuan kandung atau
karena adanya cucu perempuan dari anak laki-laki yang tertinggi derajatnya juka ia bukan anak
perempuan tertinggi derajatnay jika ia bukan anak perempuan kandung. Saudara perempuan
sebapak terhalang hijab nuqshon mewarisi dari setengah (1/2) menjadi seperenam (1/6) karena
adanya saudara perempuan kandung.
Perlu diperhatikan bahwa menurut mazhab Hanafiah, hajb nuqshon tidak berlaku bagi
selain kelima ash-habl furudh tersebut. Adapun menurut para ulama fiqih lainnya, khususnya
syafi’iyyah dan Hanabilah, hajb nuqhshon bisa terjadi pada semua ahli waris yang berjumlah
tujuh, yaitu empat dengan sebab al-intiqol (perpindahan) dan tiga dengan sebab al-izdiham
(terlalu banyak).
Adapun yang dimaksud dengan sebab perpindahan (al-intiqol) adalah sebagai berikut:
a) Perpindahan dari satu bagian tetap menjadi bagian tetap lainnya yang lebih
sedikit, seperti perpindahan bagian suami dari separuh (1/2) menjadi seperempat
(1/4) karena adanya keturunan istri, dan seterusnya, sebagaimana yang telah kami
sebutkan di atas.
b) Perpindahan dari a’shobah menjadi a’shobah yang lebih sedikit, seperti
perpindahan saudara perempuan kandung atau saudara perempuan sebapak dari
a’shobah ma’al ghoir (a’shobah karena bersama orang lain) menjadi a’shobah bil
ghair (a’shobah dengan orang lain).
c) Perpindahan dari bagian tetap (fardh) menjadi a’shobah yang lebih sedikit, seperti
perpindahan para ahli waris yang mendapatkan separuh (1/2) menjadi a’shobah
bil ghoir. Para ahli waris yang mendapatkan separuh (1/2) itu adalah anak
perempuan, cucu erempuan dari anak laki-laki, saudara perempuan kandung, dan
saudara perempuan sebapak.
d) Perpindahan dari a’shobah menjadi bagian tetap yang lebih sedikit, seperti
perpindahan bapak dan kakek dari mewarisi secara a’shobah menjadi bagian
tetap, ketika ada keturunan si mayit.
Sementara itu, yang dimaksud sebab terlalu banyak (al-izdihaam) adalah:
a) Terlalu banyak pada bagian tetap, seperti terlalu banyak istri pada bagian
seperempat (1/4) dan seperdelapan (1/8).
b) Terlalu banyak dalam a’shobah, seperti terlalu banyak a’shobah terhadap harta
waris atau terhadap harta ang tersisa dari bagian tetap.
c) Terlalu banyak sebab adanya a’ul, seperti terlalu banyak ash-habul furudh dalam
pokok masalah yang dimasuki oleh masalah a’ul. Oleh karena itu, bagian tetap
yang mereka dapatkan masing-masing, menjadi berkurang.
2) Hajb Al-Hirman
Hajb al-hirman adalah menghalangi orang yang mempunyai sebab-sebab boleh mewarisi
secara keseluruhan karena ada seseorang yang lebih dekat kekerabarannya dengan si mayit,
seperti kakek yang terhalang karena adanya bapak, dan cucu laki-laki dari anak laki-laki yang
terhalang karena adanya anak laki-laki.
Para ahlu waris dalam hajb hirman ada dua kelompok, pertama, ahli waris yang sama
sekali tidak pernah terhalang secara hijab hirman. Ahli waris ini ada enam orang, yaitu tiga dari
anak laki-laki dan tiga dari perempuan. Tiga orang dari laki-laki yang dimaksud adalah bapak,
anak, dan suami. Sementara itu tiga orang erempuan yang dimaksud adalah ibu, anak
perempuan, dan istri.
Para ulama sepakat bahwa keenam orang tersebut tidak pernah terhalang secara hijab
hirman. Sebab, mereka langsung berhubungan dengan si mayit karena nasab atau nikah, dan
bukan dari keturunan orang lain.
Sebuah kaidah fiqih berbunya, “Hal yang pokok atau asal didahulukan daripada yang
cabang.“ Jika salah satu dari mereka ada, dia pasti mewarisi. Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa mereka yang tidak terhalang secara hajb hirman ada enam orang, yaitu: bapak, ibu, anak
laki-laki, anak perempuan, suami, dan istri.
Kedua, ahli waris yang terhalan secara hajb hirman. Mereka adalah para ahli waris yang
tersisa (selain dari 6 orang yang telah disebutkan di atas) dan jumlah mereka ada tujuh orang,
yaitu; kakek, nenek, cucu laki-laki dari anak laki-laki,cucu perempuan dari anak laki-laki,
saudara laki-laki dan saudara perempuan kandung, saudara laki-laki dan saudara perempuan
sebapak, dan anak-anak ibu.
Jika diperinci, ahli waris yang terhalang secara hijab hirman ada 19 orang, yang terdiri
dari ahli awris laki-laki dua belas orang dan ahli waris perempuan tujuh orang. Dua belas ahli
waris laki-laki yang terhalang secara hajb hirman adalah sebagai berikut:
a) Cucu laki-laki dari anak laki-laki. Cucu itu terhalang oleh anak laki-laki dari si
mayit, terhalang juga oleh bapaknya, karena dialah yang berhubungan langsung
dengan si mayit atau terhalang oleh pamannya, karena ia menjadi a’shobah
terdekat dengansi mayit.
b) Kakek dan generasi di atasnya. Mereka terhalang oleh bapak, karena ia
berhubungan langsung dengan si mayit. Seseorang tidak boleh mewarisi ketika
ada bersama orang yang berhubungan langsung dengan si mayit, kecuali orang
yang berhubungan langsung itu adalah anak-anak ibu.
c) Saudara kandung. Mereka terhalang oleh tiga orang, yaitu : anak, bapak, dan cucu
laki-laki dari anak laki-laki. Ini adalah ijma para ulama.
d) Saudara sebapak. Mereka terhalang oleh empat orang yaitu anak, susu laki-laki
dari anak laki-laki, bapak, dan saudara kandung.
e) Saudara sibu.. mereka terhalang oleh empat orang, yaitu : bapak, kakek, anak
(baik laiki-laki maupun perempuan) dan cucu laki-laki atau perempuan dari anak
laki-laki. Inilah ijma para ulama.
f) Anak saudara kandung. Mereka terhalang oleh enam orang, yaitu : bapak (karena
ia dapat menghalangi bapaknya apalagi anaknya), kakek (karena ia sederajat
dengan bapaknya) , anak laki-laki dan cucu laki-laki dari anak laki-laki (karena
mereka berdua dapat menghalangi bapaknya), dan saudara sebapak (karena ia
lebih dekat dengan si mayit.
g) Anak saudara sebapak. Mereka terhalang oleh tujuh orang yaitu enam orang yang
menghalangi anak saudara kandung (sebagaimana yang telah disebutkan di atas)
dan yang ketujuh adalah anak saudara kandung, karena ia lebih kuat hubungannya
dengan si maayit.
h) Paman kandung. Dia terhalang oleh delapan orang, yaitu delapan orang yang
menghalangi anak saudara sebapak, dan yang kedelapan adalah anak saudara
sebapak, karena ia juga lebih kuat hubungannya dengan si mayit.
i) Paman sebapak. Dia terhalang oleh sembilan orang, yaitu delapan orang yang
menghalangi paman kangung, dan yang kesembilan adalah paman kandung,
karena hubungannya lebih kuat daripada paman sebapak.
j) Anak paman kandung. Mereka terhalang oleh sepuluh orang, yaitu sembilan
orang yang menghalangi paman sebapak, dan yang kesepuluh adalah paman
sebapak karena sederajat dengan bapaknya dan lebih dekat, maka paman sebapak
didahulukan.
k) Anak paman sebapat. Mereka terhalang oleh sebelas orang, yaitu sepuluh orang
yang menghalangi anak paman kandung, dan yang kesebelas adalah anak paman
kandung, karena hubungannya lebih kuat daripada anak paman sebapak.
l) Al-mu’tiq (oreng yang memerdekakan budak). Menurut ijma para ulama mereka
terhalang dengan a’shobah nasab, karena nasab lebih kuat daripada al-wala
(pemerdekaan budak), dan dalam nasab ada hukum-hukum yang tidak ada pada
al-wala, seperti hubungan mahram, kewajiban memberi nafkah, gugurnya hukum
qishosh, tidak berlakunya kesaksian, dan lain-lain.
Sementara itu, tujuh ahli waris perempuan yang terhalang secara hajb hirman adalah
sebagai berikut.
a) Cucu perempuan dari anak laki-laki. Mereka terhalang oleh anak laki-laki, karena
bapak atau pamannya sederajat. Juga terhalang oleh dua anak perempuan atau
lebih, karena bagian tetap anak perempuan adalah dua pertiga (2/3) dan itu tidak
tersisa, kecuali juka anak perempuan dari anak laki-laki itu bersama orang yang
menjadi a’shobah, baik yang sederajat dengannya seperti saudaranya atau lebih
rendah derajatnya seperti anak laki-laki dari anak laki-laki pamannya. Jika ia
bersama orang yang menjadi a’shobah, ia ikut mendapatkan sisa setelah bagian
dua pertiga (2/3) untuk dua anak perempuan. Ketentuannya, laki-laki
mendapatkan bagian dua kali bagian anak perempuan (lidzzakari mistlu hahzdhzil
unstayain).
b) Nenek dari ibu. Ia terhalang hanya oleh ibu, karena tidak ada penghalang antara
nenek dari ibu dan si mayit selain ibu. Oleh karena itu, ia tidak terhalang oleh
bapak atau kakek.
c) Nenek bapak. Menurut ijma‘ ulama, ia terhalang oleh ibu. Sebab, ibu lebih berhak
dengan keibuannya dan ia juga lebih dekat dengan si mayit, menurut jumhur
ulama, nenek bapak juga terhalang oleh bapak.
d) Saudara permpuan kandung. Mereka terhalang oleh bapak, anak, cucu laki-laki
dari anak laki-laki, dan generasi di bawahnya.
e) Saudara perempuan sebapak. Mereka terhalang oleh oran-orang yang
menghalangi saudara perempuan kandung, dan terhalang juga oleh saudara laki-
laki kandung dan oleh saudara perempuan kandung, juka ia menjadi a’shobah
ma’al ghair. Saudara perempuan sebapak juga terhalang oleh dua orang saudara
perempuan kandung, kecuali juka saudara perempuan sebapak ini bersama
saudara laki-laki sebapak. Jika demikian, ia menjadi a’shobah dan tidak
terhalang.
f) Saudara perempuan seibu. Mereka terhalang oleh bapak, kakek, dan seluruh
keturunan yang mewarisi, baik laki-laki maupun perempuan.
g) Perempuan yang memerdekakan budak. Mereka terhalang oleh a’shobah nasab,
karena nasab lebih kuat daripada pemerdekaan budak.
Catatan Penting.
Semua a’shobah bisa saja terhalang dan tidak berpindah dari a’shobah menjadi bagian tetap, jika dihalangi0leh ash-habul furudh, yang mengambil seluruh harta waris. Misalnya, seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris : suami, ibu, saudara seibu, dan paman. Dalam kasus ini, paman tidak mendapatkan apa-apa, karena ash-habul furudh mengambil seluruh harta waris.
Ashlu masalah: 6
Suami 1/2 3Ibu 1/3 2Saudara sibu 1/6 1Paman - -
Adapun orang-orang yang tidak termasuk dalam kalimat “bisa saja terhalang“ adalah
anak laki-laki karena ia a’shobah yang tidak bisa dihalangi. Orang-orang yang tidak termasuk
dalam kalimat “tidak berpindah dari a’shobah menjadi bagian tetap“ adalah a’shobah kandung
dalam masalah al-musyarakah dan dalam masalah al-akdariyah, karena a’shobah dalam masalah
tersebut tidak dapat terhalang dengan habisnya bagian al-furudh dan karena keduanya berpindah
ke al-furudh.
D. KAIDAH-KAIDAHYANG BERLAKU DALAM HIJAB AL-HIRMAN.
Kaidah-kaidah yang berlaku pada hajb al-hirman ada lima. Kelima kaidah yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
1. Setiap orang yang berhubungan dengan si mayit karena adanya perantara,
penghalangnya adalah si perantara itu, seperti cucu laki-laki dari anak laki-laki
yang terhalang oleh anak laki-laki, kakek yang terhalang oleh bapak, nenek yang
terhalang oleh ibu, dan seterusnya, kecuali anak ibu, ia mewarisi bersama
perantara yang menghubungkannya, yaitu ibu. Ketentuan ini merupakan ijma para
ulama.
2. Setiap orang yang jalur keturunannya lebih dekat dapat menghalangi orang yang
jalurnya lebih jauh. Oleh karena itu, bapak menghalangi saudara laki-laki atau
saudara perempuan. Saudara laki-laki atau saudara perempuan menghalangi
paman. Anak menghalangi bapak dalam mewarisi dengan a’shobah. Dalam situasi
ini, bapak menjadi ash-habul furudh dan ia mendapatkan seperenam (1/6), karena
bapak mutlak mendapatkan bagian dari harta waris.
3. Orang yang lebih dekat derajatnya (hubungannya) dengan si mayit menghalangi
orang yang lebih jauh tali kekerabatannya, ketika kekuatan kekerabatan tidak lagi
berfungsi. Seorang anak laki-laki dapat menghalangi cucu laki-laki dari anak laki-
laki. Bapak dapat menghalangi kakek. Ibu dapat menghalangi nenek. Saudara
dapat menghalangi ank saudara, dan paman dapat menghalangi anak paman.
Demikian seterusnya.
4. Orang yang paling kuat dalam kekerabatan dapat menghalangi yang lemah.
Saudara kandung menghalangi saudara sebapak. Anak saudara kandung
menghalangi anak saudara sebapak. Paman kandung menghalangi paman
sebapak, dan anak paman kandung menghalangi anak paman sebapak.
5. Tidak ada yang dapat menghalangi ushul, kecuali ushul pula, dan tidak ada yang
dapat menghalangi furu‘,kecuali furu’pula. Orang-orang ang berada disamping
dalam hubungan kekerabatan, dihalangi oleh ushul , furu‘, dan al-hawasyi
(kerabat menyamping).
Dengan demikian, tidak ada yang menghalangi kakek, kecuali bapak, dan tidak ada yang
menghalangi nenek, kecuali ibu. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan cucu perempuan dari anak
laki-laki tidak terhalang, kecuali oleh anak laki-laki. Saudara kandung dihalangi oleh anak dan
bapak. Saudara sebapak dihalangi oleh anak, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, saudara
kandung, dan seterusnnya.
1. Beberapa Catatan Penting.
Para ahli waris dalam hajb hirman terbagi menjadi empat kelompok : pertama, ahli waris
yang bisa menghalangi, tapi tidak bisa dihalangi, yaitu bapak, ibu, dan anak laki-laki serta anak
perempuan, kedua, ahli waris yang bisa terhalang, namun tidak bisa menghalangi, yaitu saudara
laki-laki atau saudara perempuan seibu, ketiga, ahli waris yang tidak bisa menghalangi dan tidak
bisa terhalang, yaitu suami dan istri, dan keempat, ahli waris yang bisa menghalangi dan bisa
pula terhalang, yaitu para ahli waris selain yang tersebut di atas.
2. Beberapa Contoh Hajb dan Penyelesaiannya.
Contoh pertama. Seorang perempuan wafat, meninggalkan ahli waris : suami, ibu, anak
perempuan, beberapa saudara seibu, saudara perempuan sebapak, dan paman. Asal masalah
kasus ini adalah 12 dengan perincian : suami mendapatkan bagian seperempat (1/4), ibu
mendapatkan seperenam (1/6),anak perempuan mendapatkan seperdua (1/20, saudara perempuan
se-bapak mendapatkan sisa, karena ia menjadi a’shobah bersama anak perempuan, sedangkan
beberapa saudara seibu tidak mendapatkan apa-apa, karena mereka terhalang oleh anak
perempuan. Demikian juga dengan paman (tidak mendapatkan apa-apa), karena ia terhalang oleh
saudara perempuan sebapak, yang menjadi a’shobah bersama anak perempuan, dan ia ”kuat”
seperti saudara sebapak. Berikut ini tabel dari kasus tersebut.
Ashlu masalah; 12
Suami 1/4 3
Ibu 1/6 2
Anak perempuan 1/2 6
Saudara perempuan sebapak Sisa 1
Beberapa saudara seibu - -
paman - -
Contoh kedua, seorang laki-laki wafat, meninggalkan ahli waris : istri, saudara
perempuan kandung, saudara se-bapak, dan anak saudara kandung. Asal masalah dalam kasus ini
adalah 4, dengan perincian: istri mendapatkan seperempat (1/4), saudara perempuan kandung
mendapatkan separuh (1/2), saudara se-bapak mendapatkan sisa (a’shobah), sedangkananak
saudara kandung tidak mendapatkan apa-apa, karena ia terhalang oleh saudara sebapak. Berikut
ini tabelnya.
Ashlu masalah: 4
Suami 1/4 1
Saudara perempuan kandung 1/2 2
Saudara sebapak Sisa 1
Anak saudara kandung - -
Contoh ketiga. Seorang laki-laki wafat, meninggalkan ahli waris : dua orang istri, anak
perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, nenek, dua saudara kandung, dan dua saudara
sebapak. Asal masalah dalam kasus ini adalah 24, kemudian di tashhih menjadi 48, dengan
perincian: dua orang istri mendapatkan seperdelapan (1/8), anakperempuan mendapatkan (1/2),
cucu perempuan dari anak laki-laki mendapatkan seperenam (1/6), dua saudara kandung
mendapatkan sisa seperenam (1/6), dua saudara kandung mendapatkan sisa (a’shobah),
sedangkan dua saudara sebapak tidak mendapatkan apa-apa, karena terhalang oleh dua saudara
kandung. Di bawah ini tabel dari kasus tersebut.
Ashlu masalah: 24/2 Ashlu masalah: 46
Dua orang istri 1/8 3 6Anak perempuan 1/2 12 24Cucu perempuan 1/6 4 8Nenek 1/6 4 8Dua saudara kandung Sisa 1 2Dua saudara sebapak - - -
Contoh keempat. Seseorang wafat, meninggalkan ahli waris : ibu, bapak, kakek, saudara
kandung, dan saudara seibu. Asal masalah dalam kasus ini adalah 6, dengan rincian : ibu
mendapatkan sepertiga (1/3) karena ada dua orang saudara, bapak mendapatkan sisa (a’shobah),
kakek dan dua orang saudara terhalang oleh bapak. Berikut ini tabel dari kasus tersebut:
Ashlu masalah: 6
Ibu 1/3 2bapak sisa 4Kakek - -Saudara kandung - -Saudara seibu - -
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN.
Al-hajb dalam ilmu faraidh ada dua macam, yaitu hajb Awshof/washf dan hajb
Asykhosy. . Hijab awshof/washf, pada kalimat awshof/washf adalah ; sifat, yaitu; memiliki sifat-
sifat yang dapat menghalangi dirinya dari bagian warisannya dengan sifat-sifat yang telah lalu,
seperti : sifat perbudakan, membunuh dan perbedaan agama. Hijab Ashkhash/shakhsh, pada
kalimat ashkhsh/shakhash adalah ; seseorang/seorang ; yaitu ahli waris terhalang bagian
warisannya disebabkan adanya ahli waris lain.
Hijab asykhosh dibagi menjadi dua yaitu, hijab nuqshon dan hijab hirman. Hajb an-
Nuqshon adalah menghalangi seseorang yang memiliki sebab-sebab boleh mewarisi dari
bagiannya yang sempurna atau utuh menjadi lebih sedikit dari yang seharusnya. Hajb al-hirman
adalah menghalangi orang yang mempunyai sebab-sebab boleh mewarisi secara keseluruhan
karena ada seseorang yang lebih dekat kekerabatannya dengan si mayit
Para ahli waris dalam hajb hirman terbagi menjadi empat kelompok : pertama,
ahli waris yang bisa menghalangi, tapi tidak bisa dihalangi, yaitu bapak, ibu, dan anak laki-laki
serta anak perempuan, kedua, ahli waris yang bisa terhalang, namun tidak bisa menghalangi,
yaitu saudara laki-laki atau saudara perempuan seibu, ketiga, ahli waris yang tidak bisa
menghalangi dan tidak bisa terhalang, yaitu suami dan istri, dan keempat, ahli waris yang bisa
menghalangi dan bisa pula terhalang, yaitu para ahli waris selain yang tersebut di atas.
REFERENSI
1. Al-Quran’ dan As-sunnah.2. Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir “ Hukum Waris“.
Top Related