PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan...

98
PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT MINANGKABAUKENAGARIAN TUJUAH KOTO TALAGO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : HIDAYATUL FITRI NIM.11140440000051 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H/2018 M

Transcript of PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan...

Page 1: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT

MINANGKABAUKENAGARIAN TUJUAH KOTO TALAGO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

HIDAYATUL FITRI

NIM.11140440000051

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2018 M

Page 2: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 3: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 4: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 5: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

v

ABSTRAK

Hidayatul Fitri. NIM 11140440000051. PELAKSANAAN HUKUM

KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT MINANGKABAU KENAGARIAN

TUJUAH KOTO TALAGO. Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal

Syakhshiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2018 M. ix + 67 + 18.

Skripsi ini membahas pelaksanaan pembagian hukum kewarisan Islam di

masyarakat Minangkabau Kenagarian Tujuah Koto Talago.Masyarakat Kenagarian

Tujuah Koto Talago hidup dengan menjaga adat, tetapi juga kuat dalam keyakinan

beragama Islam. Dibuktikan dengan 100% masyarakatnya yang beragama Islam.

Pelaksanaan pembagian kewarisan yang telah diatur dalam Agama Islam ini,

nyatanya sulit ditemukan praktiknya pada masyarakat yang agamis tersebut. Secara

khusus, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, pemahaman

serta kesadaran masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago dalam melaksanakan

pembagian kewarisan sebagaimana tuntutan Agama Islam.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode field research dengan

objeknya adalah masyarakat lingkup Kenagarian Tujuah Koto Talago. Sumber data

primer diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung ke masyarakat

Kenagarian Tujuah Koto Talago. Sumber data sekunder dilakukan dengan kajian

kepustakaan guna memperoleh teori-teori yang relevan dalam pembahasan skripsi

pelaksanaan hukum kewarisan Islam masyarakat Minangkabau Kenagarian Tujuah

Koto Talago.Hasil observasi dan wawancara dianalisis menggunakan pendekatan

kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah

masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan dan kesempatan

mempelajari ilmu kewarisan yang terbatas, selain itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan

pembagian waris menurut adat istiadat yang berlaku di Kenagarian Tujuah Koto

Talago.

Kata Kunci : Kewarisan Islam, Minangkabau, Pelaksanaan,

Kenagarian Tujuah Koto Talago

Pembimbing : Hj. Hotnidah Nasution, MA

Daftar Pustaka : 1982 s.d 2017

Page 6: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah

mencurahkan nikmat jasmani dan ruhani kepada kita semua. Salawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan bagi seluruh

umat manusia. Alhamdulillahirabbil‟alamin penulisan skripsi “Pelaksanaan Hukum

Kewarisan Islam Masyarakat Minangkabau Kenagarian Tujuah Koto Talago” telah

penulis selesaikan. Dukungan moril dan materil dari berbagai pihak terus penulis

dapatkan tanpa henti. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih dan menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag., dan Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H.,Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga yang senantiasa mengarahkan,

membimbing serta memotivasi mahasiswa dengan begitu semangat.

3. Hj. Hotnidah Nasution, MA., dosen pembimbing skripsi sekaligus sebagai dosen

pembimbing akademik penulis. Beliau memberikan banyak ide, gagasan, saran,

serta kritik yang sangat membangun daya pikir penulis. Lebih dari itu, Beliau

adalah sosok dosen yang senantiasa sabar, mendengarkan dan mengarahkan

penulis, baik saat penulisan skripsi maupun selama menjadi dosen pembimbing

akademik. Semoga, seluruh usaha, kesabaran dan kerja keras Beliau menjadi

amal salih baginya dan mendapatkan pahala yang sebaik-baiknya.

4. Wali Nagari Tujuah Koto Talago dan jajarannya, terkhusus kepada Bapak

Nasrullah, M.Ag., S.H dan Ibu Retnita yang dengan segenap hati membantu serta

memfasilitasi penulis selama melaksanakan penelitian di wilayah Kenagarian

Tujuah Koto Talago.

5. Bapak Drs. Hasbi dan Ibu Dra. Khaidawati, orang tua yang luar biasa penulis

sayangi dan hormati. Keduanya tidak pernah patah semangat untuk selalu

Page 7: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

vii

memberikan pendidikan yang lebih baik kepada putra putrinya, serta tidak henti-

hentinya berdo‟a demi kesuksesan penulis dan saudara-saudaranya. Tidak lupa,

penulis ucapkan terimakasih kepada adik-adik penulis Jamilatul Husna, Fikrul

Arif, Syaiful Nur Salam dan Miftahur Rizki. Mereka adalah pemupuk semangat

juang penulis, agar dapat menjadi contoh dan tauladan sebagai anak tertua.

6. Anggun Pratiwi, S.Psi. dan Defi Uswatun Hasanah, S.Sy.,MA. yang banyak

memberikan bantuan moril dan materil dan senantiasa meluangkan waktunya

untuk menjadi teman diskusi penulis. Keduanya selalu mengarahkan penulis,

serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menghasilkan karya yang lebih

baik.

7. Seluruh rekan mahasiswa/i angkatan 2014. Terkhusus pada mereka yang

senantiasa menjadi tempat bertukar pikiran dan memotivasi penulis diantaranya,

Ratih Afriana Ningsih, Wilda Utami Rizqillah, Meidiana Lara Kharisma, S.H,

Permata Syifa Nur Rahmah, Neng Emawati, S.H, dan Taufik Hidayat.

8. Masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago secara umum, terkhusus para

narasumber yang telah meluangkan waktunya dalam sesi wawancara yang

penulis lakukan.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih

yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum

keluarga Islam. Selain itu, penulis juga mengharapkan kritik serta saran yang

membangun dari seluruh pembaca dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan

kualitas tulisan ini kedepannya.

Jakarta, 13 September 2018 M

2 Muharam 1440 H

Penulis

Page 8: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ iv

ABSTRAK ................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6

C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ............................................ 8

F. Metode Penelitian ...................................................................... 11

G. Teknik dan Sistematika Penulisan ............................................. 12

BAB II KESADARAN HUKUM, KEWARISAN ISLAM DAN

KEWARISAN MINANGKABAU ................................................ 14

A. Makna dan Aspek Kesadaran Hukum ....................................... 14

B. Konsep Hukum Kewarisan Islam .............................................. 16

C. Kewarisan dalam Budaya Minangkabau ................................... 26

BAB III MASYARAKAT MINANGKABAU KENAGARIAN TUJUAH

KOTO TALAGO ........................................................................... 35

A. Letak Geografis dan Demografis ............................................... 35

B. Kondisi Ekonomi, Pendidikan, dan Sosial Keagamaan ............. 37

C. Pengaruh Sistem Kekerabatan (Matrilineal) dalam Masyarakat 40

Page 9: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

ix

BAB IV HUKUM KEWARISAN ISLAM DI KENAGARIAN

TUJUAHKOTO TALAGO ........................................................... 44

A. Pengetahuan Hukum Kewarisan Islam Masyarakat Kenagarian

Tujuah Koto Talago ................................................................... 44

B. Pemahaman Masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago

terhadap Pentingnya Pembagian Waris dalam Islam ................. 54

C. Kesadaran Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam pada

Masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago ............................ 58

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 64

A. Kesimpulan ................................................................................ 64

B. Saran .......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama yang rahmatan lil‟alamin telah mengatur pembagian

kewarisan dengan sebaik-baiknya. Hukum waris merupakan bagian dari syariat Islam

lebih spesifiknya kepada aspek muamalah. Hukum kematian yang mutlak terjadi

pada setiap manusia menjadi faktor utama pentingnya mengkaji hukum waris.Hukum

waris ini menempati kedudukan yang penting dalam agama Islam.1 Al-Qur‟an

sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan pentingnya hukum waris secara

lebih terperinci jika dibandingkan dengan hukum-hukum lain yang mayoritas masih

tergolong global. Pembagian kewarisan di jelaskan tidak hanya terbatas pada orang-

orang yang berhak atas suatu warisan, namun sampai kepada pelaksanaan hingga

persentase warisan masing-masing ahli waris diatur jelas dalam Al-Qur‟an.

Secara umum, kewarisan adalah perkara harta benda yang ditinggalkan

seseorang setelah datangnya kematian. Dalam kehidupan bermasyarakat, memahami

hukum kewarisan merupakan hal yang krusial sebab kewarisan akan terus

berlangsung selama masih adanya kehidupan manusia di muka bumi.

Hukum Islam dikenal sejak Islam itu masuk dan bermukim di nusantara.

Perkara waris merupakan salah satu bagian dari Hukum Islam yang dapat mengikuti

perkembangan bangsa Indonesia, bahkan pelaksanaan Hukum Kewarisan pun

kemudian dianggap sebagai jalan menuju kesempurnaan Islam. Hukum Islam hadir

menjawab problematika yang muncul di masyarakat. Bagi seorang muslim

memahami hukum Islam berarti seseorang telah menjalankan syariat agama terhadap

dirinya.

1 Abdul Ghafor Anshori, Filsafat Hukum Kewarisan Islam., Konsep Kewarisan Bilateral

Hazairin, t.t.,t.p.,t.th., h. 8.

Page 11: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

2

Kewarisan dalam pemahaman hukum Islam adalah proses pemindahan harta

benda yang bernilai uang dari si-mayyit kepada ahli warisnya yang masih hidup

dengan ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan di dalam

ajaran agama Islam. Ketentuan pemindahan berdasarkan ajaran agama Islam ini

hanya berlaku bagi pemeluk agama Islam.

Sebelum hukum Islam masuk dan berkembang, hukum adat telah lebih dulu

mendominasi setiap perkembangan di tengah-tengah masyarakat. Sehingga

memungkinkan hukum kewarisan Islam dalam masyarakat juga akan dipengaruhi

oleh hukum adat dalam praktik hidup keseharian yang berkembang di masyarakat.

Hukum adat sendiri merupakan salah satu sumber hukum di Indonesia, yang

turut mendalami sejarah pembentukan peraturan di Indonesia dan masih banyak

ditemukan praktiknya pada masyarakat pedesaan. Dalam praktiknya, penerapan serta

pelaksanaan hukum kewarisan Islam di masyarakat pedesaan dengan eksistensi

hukum adat yang telah mengakar, tentu tidak menutup kemungkinan dalam

pelaksanaannya akan lebih didominasi oleh hukum adat. Sehingga hukum adat

menjadi pertimbangan yang tidak kalah penting dalam penerapan hukum kewarisan

berdasarkan hukum Islam.

Indonesia memiliki beberapa aturan hukum yang berkembang dalam

penyelesaian mengenai pembagian kewarisan, diantaranya: Hukum Islam, sistem

hukum Perdata Barat (BW) dan keanekaragaman sistem hukum kewarisan adat yang

berkembang di Indonesia, salah satunya hukum kewarisan adat Minangkabau. Dalam

pelaksanaannya pembagian harta warisan dilakukan berdasarkan kesepakatan para

pihak ahli waris. Sementara dalam penyelesaian sengketa hak waris yang berujung di

pengadilan, kewenangan penyelesaian sengketa bagi orang yang beragama Islam

dilimpahkan ke Pengadilan Agama dan bagi Non-Islam menjadi kewenangan

Pengadilan Negeri,sehingga penyelesaiannya dilakukan berdasarkan ketentuan

hukum masing-masing agamannya.

Page 12: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

3

Selanjutnya, dalam tatanan perkembangan hukum kewarisan adat di

Indonesia, pada prinsipnya masing-masing daerah mengacu pada sistem keturunan

yang berkembang dan diakui dalam masyarakat, di Indonesia terdapat 3 sistem

keturunan yaitu:2

1. Sistem keturunan bapak (patrilineal), dimana pertalian darah diambil berdasarkan

garis keturunan bapak, seperti yang ada pada suku Batak, Nias, atau Sumba.

2. Sistem keturunan ibu (matrilineal), dimana pertalian darah yang diyakini sebagai

keturunan klannya adalah dari garis keturunan ibu, seperti suku Minangkabau

dengan aturan bermamak-kemenakan dalam hukum persekutuannya.

3. Sistem keturunan keduanya (parental), yaitu pertalian darah diambil dari kedua

belah pihak, baik menurut garis bapak maupun menurut garis ibu. Keduannya

diyakini sama-sama memiliki hak atasnya. Contohnya pada kebudayaan suku

Jawa, Madura, Sunda, Aceh dan Dayak.

Hukum waris yang telah dibangun semenjak abad ke-7 masehi, dalam tatanan

teori ilmu ini tidaklah mengalami perubahan dan akan terus dipertahankan seperti

adanya, hal ini dikarenakan hukum waris dianggap sebagai hukum Tuhan yang

berlaku sepanjang masa dan tidak menerima perubahan. 3

Pembaruan hukum waris di Indonesia pertama kali dikenalkan oleh Hazairin

dengan teori waris bilateral, selanjutnya diikuti dengan gagasan Munawir Sadzali

dengan reaktulisasi hukum Islam. Ayat-ayat Al-Qur‟an menurut Hazairin perihal

hukum waris itu mencita-citakan bentuk masyarakat bilateral. Berdasarkan pemikiran

ini, Hazairin kemudian memberikan pemahaman, bahwa Hadits tentang kewarisan

bukan lagi produk hukum yang berlaku umum di masyarakat Islam tetapi berlaku

menyeluruh sesuai dengan waktu dan keadaan. Persoalan lain mengenai kewarisan

2Umar Said Suhiarto, Pengantar Hukum Indonesia Jakarta: Sinar Grafika, 2014, Cet. Kedua,

h., 123. 3Edi Riadi, ed. Muchit A. Karim, Paradigma Baru Hukum Waris Islam di Indonesia dalam

Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat

Kementrian Agama, 2012, h, 59.

Page 13: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

4

Islam juga muncul dari Munawir Sadzali dalam kritikan yang lebih tajam

perihalporsi waris wanita setengah dari bagian laki-laki. Hal ini menurutnya adalah

suatu kekakuan dalam memahami hukum Islam, sebab baginya hukum Islam

menerima perubahan sesuai budaya dan perkembangan zaman.

Masalah waris bagi umat Islam tidak hanya merupakan perpindahan tangan

harta peninggalan saja, melainkan juga sebagai ketaatan terhadap hukum agama dan

proses ibadah. Secara umum kewarisan dalam Islam mengatur diantaranya; harta

peninggalan dari seorang yang telah meninggal, ahli waris dari harta yang

ditinggalkan, dan besar bagian masing-masing yang diperoleh ahli waris terhadap

harta yang ditinggalkan.4

Bagi masyarakat Minangkabau yang beragama Islam, dengan sistem

keturunan matrilineal yang dipakai, menimbulkan sejumlah persoalan dan pertanyaan

hukum, bagaimana pelaksanaan serta penerapan kewarisan Islam dalam masyarakat

tersebut? bagaimana kesadaran masyarakatnya dalam menerapkan hukum kewarisan

Islam?. Penghargaan terhadap perempuan yang cukup besar dalam masyarakat

Minangkabau tergambar dari penarikan garis keturunan yang diperkenalkan.

Kelahiran anak perempuan menjadi sebuah dambaan karena akan menjadi penerus

klannya dan akan merawat budaya serta harta kaumnya.

Secara umum persoalan ini cukup banyak menarik perhatian berbagai pihak

terutama kalangan akademisi dan pengamat hukum. Sebab kesadaran hukum yang

terdapat di dalam masyarakat erat kaitannya dengan kaidah-kaidah hukum yang

diyakini dalam masyarakat. Begitu pula kesadaran penerapan hukum kewarisan

Islam dalam masyarakat yang notabennya menjadikanagama Islam sebagai dasar

keyakinan utama masyarakatnya. Dekatnya hubungan adat dan agama dalam

kehidupan keseharian masyarakat, mengakibatkan hukum yang seharusnya

dijalankan seringkali terlupakan, sebab keduannya sudah saling menyatu dan

4 Desti Budi Nugraheni dan Haniah Ilhami, Pembaruan Hukum Kewarisan Islam di

Indonesia, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2014, h, 8.

Page 14: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

5

tenggelam dalam budaya masyarakat. Gagasan yang akan terbangun adalah, bahwa

hukum adat yang dipakai sudah sangat relevan dan sejalan dengan keyakinan

agamanya. Persoalan inilah yang akhirnya berpeluang memicu perkembangan

pemikiran dengan mengatasnamakan “demi kemaslahatan”. Akhirnya kesalahanpun

tetap dapat diupayakan dalam konteks “demi kemaslahatan”, kesadaranpun

seringkali baru akan muncul setelah dijumpainya pelanggaran.5

Berdasarkan uraian di atas muncullah pertanyaan-pertanyaan besar terhadap

kesadaran perkembangan praktik kewarisan Islam di Minangkabau khususnya

Kenagarian Tujuah Koto Talago. Bagaimana kesadaran dari masyarakat Kenagarian

Tujuah Koto Talago sendiri terhadap pentingnya praktik pembagian kewarisan Islam,

dalam masyarakat yang satu keyakinan, meyakini kebenaran daripada ajaran Islam?.

Kenagarian Tujuah Koto Talago merupakan sebuah kenagarian di wilayah

Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, yang merupakan

sebuah kenagarian dengan penduduk 100% beragama Islam6, bagaimana kesadaran

pelaksanaan hukum kewarisan Islam di masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago,

terlebih dengan adanya budaya matrilineal dalam penarikan garis keturunan di

masyarakatnya, apakah penerapan hukum kewarisan yang berkembang masih sesuai

dengan hukum Islam? Bagaimana penyelesaian urusan harta warisan di Kenagarian

Tujuah Koto Talago saat ini?.

Segenap pertanyaan terkait pelaksanaan pembagian kewarisan Islam di

Kenagarian Tujuah Koto Talago hingga kepatuhan masyarakatnya dalam

menjalankan syariat Islam menjadi titik tolak penulis untuk mengangkat tema skripsi

“Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Masyarakat Minangkabau Kenagarian

Tujuah Koto Talago.”

5 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok sosiologi Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2010, cet.5, h, 2. 6 Data Wilayah dan Penduduk Kenagarian VII Koto Talago, Tahun 2017

Page 15: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

6

B. Identifikasi Masalah

Berikut penulis mencoba mengidentifikasi masalah-masalah yang berpeluang

muncul seputar penelitian ini

1. Bagaimana kedudukan ahli waris dan harta warisan di Kenagarian Tujuah

Koto Talago?

2. Bagaimana mekanisme pembagian harta warisan di Kenagarian Tujuah Koto

Talago?

3. Apakah jumlah harta mempengaruhi praktik kewarisan Islam di Kenagarian

Tujuah Koto Talago?

4. Apakah posisi dan kedudukan seseorang dalam keluarga mempengaruhi

kesadaran pelaksanaan kewarisan Islam di Kenagarian Tujuah Koto Talago?

5. Apakah hukum adat dan faktor sosial lingkungan mempengaruhi penerapan

hukum kewarisan Islam di Kenagarian Tujuah Koto Talago?

6. Bagaimana praktik pembagian warisan sesungguhnya dalam Islam?

7. Apakah meninggalnya seseorang, harta yang ditinggalkan harus langsung

disegerakan pembagiannya?

8. Bagaimana eksistensi hukum kewarisan Islam dalam adat Minangkabau di

Kenagarian Tujuah Koto Talago?

9. Bagaimana pandangan hukum kewarisan Islam terhadap perilaku saling

berkerelaan atas harta warisan di antara sesama ahli waris?

10. Bagaimana pengetahuan masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago tentang

hukum waris?

11. Bagaimana sikap masyarakat tentang pelaksanaan pembagian waris di

kampung mereka?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang penulis

paparkan diatas, persoalan yang timbul mengenai Pelaksanaan

Page 16: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

7

HukumKewarisan Islam Masyarakat Minangkabau Kenagarian Tujuah Koto

Talago cukup kompleks dan luas. Oleh karena itu, demi mempertajam

pembahasan, penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut.

a. Skripsi ini meneliti tentang pelaksanaan hukum kewarisan Islam di

masyarakat Minangkabau Kenagarian Tujuah Koto Talago

b. Sumber utama skripsi ini adalah informan yang berada di Kenagarian

Tujuah Koto Talago diantaranya tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat

secara umum

c. Fokus penelitian ini adalah masyarakat Minangkabau di Kenagarian

Tujuah Koto Talago

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan-

batasan yang telah penulis kemukakan, maka ditarik rumusan masalah

sebagai berikut.

a. Bagaimana pengetahuan masyarakat kenagarian Tujuah Koto Talago

tentang hukum kewarisan Islam?

b. Bagaimana pemahaman masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago

terhadap pentingnya pembagian kewarisan dalam Islam?

c. Bagaimana kesadaran masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago dalam

melaksanakan hukum kewarisan Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan hukum kewarisan Islam pada

Masyarakat Minangkabau di Kenagarian Tujuah Koto Talago.

b. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat Kenagarian Tujuah Koto

Talago akan pentingnya pembagian waris dalam Islam.

c. Untuk mengetahui kesadaran masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago

dalam melaksanakan hukum kewarisan Islam

Page 17: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

8

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terhadap

praktik penerapan hukum kewarisan Islam yang ada di tengah-tengah

masyarakat saat ini dan mengetahui seberapa sadar masyarakat dalam

melaksanakan hukum kewarisan Islam, khususnya pada masyarakat

Minangkabau di Kenagarian Tujuah Koto Talago.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi para

peneliti dan akademisi yang tertarik untuk mendalami sejauh mana

pelaksanaan hukum kewarisan Islam di tengah-tengah masyarakat, khususnya

pada masyarakat Minangkabau di Kenagarian Tujuah Koto Talago, serta

penelitian ini dapat menjadi pembanding penelitian-penelitian sejenis

kedepannya.

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Sebelum lebih jauh masuk membahas penelitian ini penulis telah lebih dulu

melakukan review studi terdahulu melalui studi pustaka. Berdasarkan temuan yang

penulis peroleh untuk perkara waris di dominasi oleh pembahasan analisis

perbandingan hukum kewarisan adat dan hukum kewarisan Islam serta perihal

kewarisan harta pusaka. Sedangkan penelitian terhadap pelaksanaan hukum

kewarisan Islam itu sendiri di masyarakat dan bagaimana kesadaran masyarakat

dalam mengamalkannya sangat minim.

Sedangkan untuk menjaga agar penerapan hukum kewarisan Islam tetap

terjaga dengan baik dalam masyarakat dan tidak dirusak oleh pemahaman lain yang

bertentangan dengan hukum kewarisan Islam itu sendiri, pengetahuan

danpengamalan terhadap hukum kewarisan Islam perlu dikaji sehingga terjaga dalam

penerapannya.

Page 18: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

9

Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai persoalan kewarisan pernah

dilakukan diantaranya:

1. Aep Saifullah, dengan judul “Analisa Perbandingan Hukum Kewarisan adat

Sunda dengan Hukum Kewarisan Islam”, konsentrasi Peradilan Agama, FSH,

UIN Jakarta, tahun 2007. Penelitian fokus pada perbandingan dan pengaruh

hukum Islam di kewarisan adat Sunda, dimana masyarakat Sunda sebagai objek

bahasan utama, dalam hal pembagian kewarisan masyarakat tidak menerima

kewarisan Islam karena dianggap tidak memiliki keadilan dan akhirnya memilih

mengutamakan asas kekeluargaan. Sehingga perbandingan kewarisan yang

dipakai adalah 1:1 antara laki-laki dan perempuan (sama rata). Penelitian ini

menggunakan metode dekriptif analisis dengan study kepustakaan (Library

Research) dan pendekatan sejarah (analisis histories). Berbeda dengan penelitian

penulis, yang mana masyarakat yang menjadi objek kajiannya adalah masyarakat

yang kuat dalam beragama (Islam), pembagian kewarisan berdasarkan hukum

Islam 2:1 juga diakui keberadaannya. Masyarakat penelitian penulis memiliki

adat dan hukum Islam yang sama-sama dijadikan landasan hidup masyarakatnya,

namun dalam hal pelaksanaan, masyarakatnya punya landasan keyakinan yang

kuat bahwa hukum adatnya bersumber dari ajaran Islam dan tidak bertentangan

dengan hukum Islam.

2. Moh. Khoiruddin, dengan judul “Tradisi Penyelesaian Waris di Desa Tunggul

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”, merupakan skripsi konsentrasi

Peradilan Agama, FSH, UIN Jakarta tahun 2011. Titik fokus penelitian ini adalah

pada pertentangan hukum adat dan hukum Islam yang terjadi di desa Tunggul

Kecamatan Paciran Lamongan, dimana dalam pelaksanaannya warga desa lebih

mengutamakan penerapan hukum adat daripada hukum Islam karena anggapan

hukum adat lebih menjamin rasa keadilan. Sehingga pembagian kewarisan yang

diterapkan adalah 1:1 antara laki-laki dan perempuan dan yang menjadi objek

utama penelitiannya adalah masyarakat Desa Tunggul Lamongan. Penelitian ini

menggunakan pendekatan studi kasus kajian antropologi hukum.

Page 19: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

10

Berbeda dengan penelitian penulis pada masyarakat Kenagarian Tujuah Koto

Talago. Penulis mengedepankan penelitian terhadap pelaksanaan hukum

kewarisan Islam di lingkungan masyarakatnya. Penulispun tidak membahas

masing-masing bagian yang diterima ahli waris, sebab pembagian yang

dilakukan disini sesuai dengan hukum Islam 2:1.

3. Achmad Fahmi Ramdhan, dengan judul “Pelaksanaan Hukum Kewarisan di

Perkampungan Budaya Betawi Srengseng Sawah di Jakarta Selatan”, merupakan

skripsi konsentrasi Peradilan Agama, FSH, UIN Jakarta pada tahun 2014. Fokus

penelitiannya adalahpelaksanaan hukum yang tidak sesuai dengan ajaran Islam

sebab membagi waris antara laki-laki dan perempuan ditetapkan pembagian

perbandingan 1:1, serta yang menjadi objek utama penelitiannya adalah

masyarakat dan kebudayaan Betawi. Metode penelitian yang digunakan adalah

studi kepustakaan (Library Research) dan metode lapangan (Field Research).

Hal ini berbeda dengan penelitian penulis yang berjudul pelaksanaan hukum

kewarisan Islam di Kenagarian Tujuah Koto Talago dengan kondisi lingkungan

masyarakatnya 100% beragama Islam, ditambah dengan sistem keturunan

matrilineal dan berbeda pula dengan Betawi yang condong pada sistem keturunan

parental. Penulis juga memiliki responden dari masyarakat yang pernah dibagi

kewarisannya, sedangkan pada penelitian Achmad Fahmi hanya mewawancarai

secara umum.

Selain beberapa perbedaan di atas penelitian ini juga memiliki kelebihan

daripada penelitian sebelumnya. Pertama penelitian ini difokuskan pada masyarakat

dalam lingkup yang lebih kecil sehingga target mengenai upaya penelusuran

pelaksanaan hukum kewarisan Islam di tengah-tengah masyarakat dapat

tercapailebih optimal. Kedua penelitian ini berusaha menyajikan data-data

pendukung penelitian dari informan-informan yang memang terkait langsung dengan

penelitian ini, dan sangat berkompeten dibidangnya. Sehingga data yang diperoleh

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Ketiga penelitian ini dilakukan di

tengah-tengah masyarakat yang kental dengan ajaran hukum adat namun kuat pula

Page 20: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

11

dalam keyakinan beragama yaitu agama Islam. Keyakinan ini dibuktikan

dengankeberadaan penduduknya yang 100% adalah muslim.

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif. Melalui

pendekatan riset lapangan, penulis kemudian mendeskripsikanhasil penelitian

atas ukuran data-data yang ada di lapangan mengenai pengetahuan,

pemahaman, hingga kesadaran pelaksanaan hukum kewarisan Islam di

masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago.

2. Sumber data dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan dua jenis

sumber, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang penulis kumpulkamselama 2 dua bulan

di Kenagarian VII Koto Talago.Data ini dikumpulkan melalui wawancara

dengan tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat Minangkabau Kenagarian

Tujuah Koto Talagoyang terkait langsung dengan masalah kewarisan ini.

Masyarakat tersebut akan menjadi responden penulis saat melakukan

wawancara dan observasi.

b. Data Skunder

Data skunder yang digunakan oleh penulis diperoleh dari buku-buku,

jurnal dan beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan

kewarisanIslam, kewarisan adat dan lainnya yang relevan dalam memperkuat

penelitian serta analisis penulis.

3. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi dan

wawancara. Wawancara akan banyak dilakukan terhadap masyarakat yang

telah berkeluarga, ataupun masyarakat yang telah cukup umur dan telah

pernah melakukan pembagian kewarisan, agar lebih mengerti persoalan yang

sedang di bicarakan.Selain itu pada penelitian ini juga penulis menggunakan

teknik dokumenter berupa audio (wawancara) dengan masyarakat wilayah

Page 21: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

12

Kenagarian Tujuah Koto Talago yang penulis jabarkan dalam lampiran hasil

wawancara dengan narasumber, agar dapat mempelajari secara lebih dalam

realitas yang mungkin akan terlewatkan saat melakukan observasi.

4. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,

yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan hasil

observasi dan wawancara yang diperoleh. Sehingga mendapat suatu

kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan

yang penulis lakukan dalam penelitian ini.

5. Teknis penulisan penelitian skripsi ini mengacu kepada buku Pedoman

Penulisan Skrispsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2017.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skrispsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.Adapun

sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.

Bab I bagian pendahuluan merupakan kerangka dasar yang menjadi acuan

dalam penelitian ini. Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, review kajian

terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai kesadaran hukum kewarisan Islam dan kewarisan

Minangkabau. Bab ini berisi kajian kepustakaan dan hal-hal yang berhubungan

dengan konsep kewarisan Islam dan budaya Minangkabau. Bagian ini merupakan

landasan teori penulis dalam memperkuat analisi yang akan penulis uraikan.

Bab III membahas masyarakat Minangkabau Kenagarian Tujuah Koto

Talago. Bab ini menjelaskan tentang profil dan gambaran umumKenagarian

TujuahKoto Talago. Bagaimana sistem kewarisan yang selama ini terbentuk dan

berjalan di Kenagarian Tujuah Koto Talago.

Page 22: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

13

Bab IV mengenai hukum kewarisan Islam di Kenagarian Tujuah Koto

Talago. Bab ini menjelakan tentang analisis penulis mengenai pengetahuan hukum

kewarisan Islam masyarakat Minangkabau Kenagarian Tujuah Koto Talago serta

kesadaran masyarakat dalam pelaksanaannya. Dalam bab ini akan diuraikan segala

bentuk persoalan pelaksanaan kewarisan Islam di Kenagarian Tujuah Koto Talago

dalam kondisi masyarakat yang taat serta kuat dalam beragama.

Bab V adalah bagian penutup dan kesimpulan dari seluruh hasil kegiatan

penelitian serta analisis yang penulis lakukan. Bagian ini akan melengkapi dan

menjadi titik terang hasil penelitian serta analisis penulis. Kemudian, akan diakhiri

dengan saran serta masukan dari penulis setelah melakukan penelitian.

Page 23: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

14

BAB II

KESADARAN HUKUM, KEWARISAN ISLAM DAN KEWARISAN

MINANGKABAU

A. Makna dan Aspek Kesadaran Hukum

Hubungan antara manusia satu dengan lainnya dalam bermasyarakat diatur

oleh serangkaian kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam perilaku, yang secara bertahap

akan melembaga membentuk pola-pola. Sehingga dalam kelahiran, sesungguhnya

manusia telah sadar bahwa dirinya adalah bagian dari kesatuan manusia dalam

kelompok yang lebih besar dan dalam kesatuan kebudayaan.7

Prof. Dr. Soerjono Soekanto dan Prof. Purnadi Purbacaraka dalam bukunya

“sendi-sendi ilmu hukum dan tata hukum”, mengemukakan unsur-unsur adanya

hukum diantaranya adalah unsur idiil dan unsur riil. Unsur idiil ini mencakup hasrat

susila dan rasio manusia. Hasrat susila akan menghasilkan azas-azas hukum, seperti:

“tidak ada hukuman tanpa kesalahan”. Kemudian rasio manusia menghasilkan

pengertian-pengertian hukum, seperti: subyek hukum, hak dan kewajiban dan

seterusnya. Selanjutnya unsur riil terdiri dari manusia, kebudayaan materiil dan

lingkungan alam. Apabila kemudian unsur ini melahirkan kaidah-kaidah hukum

melalui filsafat hukum, maka unsur riil ini akan melahirkan tata-hukum. 8

Hubungan yang tercipta dalam kehidupan bermasyarakat tentu memiliki

kaidah-kaidah yang telah mereka sepakati dan tetapkan, baik itu yang tertulis

ataupun yang berkembang mengikuti perkembangan kehidupan tanpa mereka sadari.

Perlu dipahami bahwa, aspek kesadaran hukum tumbuh dan terbentuk dari dalam diri

manusia, mengenai hukum yang ada ataupun hukum yang diharapkan ada. Hal ini

7 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2010, h, 2 8 Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum,

Cet-6, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 1993, h, 4

Page 24: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

15

juga berkaitan dengan fungsi apa yang hendak dijalankan oleh hukum dalam

masyarakat.9 Kemudian dituangkan dalam bentuk penerapan di dalam kesehariannya.

Sedikit banyaknya kesadaran hukum dijadikan sebagai cerminan dari aturan-aturan

yang telah disepakati dan diharapkan, dengan menyatakan patuh serta tunduk

dibawahnya. Sebagai suatu kajian sosiologi hukum, kenyataan ini serasi dengan

objek utama kajian sosiologi hukum, di mana kesadaran hukum menjadikan

masyarakat sebagai makhluk sosial yang menyadari eksistensi berbagai kaidah sosial

yang disepakati dan diakui, dengan kesadaran dan pernyataan diri tersebut, setiap

warga masyarakat harus menaatinya.

Aspek kesadaran hukum dalam Islam, dapat dipahami dari teori kredo dan

teori kedaulatan Tuhan. Teori kredo identik dengan persaksian atau syahadah (dalam

Islam), mengharuskan tunduk serta patuh seorang yang memiliki keyakinan hukum

terhadap agama yang dianutnya.10

Kesadaran beragama yang dimiliki cenderung

memiliki pengaruh yang lebih besar dalam dirinya dalam memunculkan kesadaran

hukum. Hal ini termaktup dalam QS. Al-Fatihah ayat 5 yang berbunyi:

Artinya: Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah

kami meminta pertolongan.

Dari teori di atas dapat dipahami bahwa setiap insan yang telah menyatakan

diri untuk tunduk pada suatu keyakinan, wajib sepenuhnya patuh dan tunduk dalam

persaksiannya itu, sehingga ketundukannya ini menjadi sebuah kesadaran hukum

baginya.

Secara sederhana menilai kesadaran hukum dapat dilakukan dengan mempelajari

proses terbentuknya norma hukum dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Perbuatan

9Achmad Ali, dan Dr.Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum, Cet-2

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, h, 141 10

Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011, h, 20

Page 25: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

16

yang dilakukan secara berulang dan dirasakan masyarakat sebagai perbuatan yang

sudah seharusnya, akan menjadi hukum kebiasaan.11

Dalam penerapannya di

masyarakat terdapat hukum yang berasal dari ajaran agama yang diyakini dan

terdapat pula hukum adat atau kebiasaan yang memang berkembang mengikuti

perjalanan hidup keseharian masyarakatnya. Berdasarkan ajaran agama Islam,

masyarakat yang memiliki hukum adat serta meyakini pula hukum agama Islam,

dalam penerapan aspek kesadaran hukum tidak boleh bertentangan antara kesadaran

beragama dan kesadaran hukum adat. Hukum Islam haruslah menjadi landasan

kesadaran utama yang harus didahulukan sebelum berpedoman pada hukum adat.

Secara tegas hukum Islam tidak boleh dikesampingkan dan hukum yang ada tidak

boleh menyalahi apalagi bertentangan dengan hukum Islam.

Faktor-faktor yang erat kaitannya dalam mempengaruhi kesadaran hukum

masyarakat, biasanya disebabkan oleh rasa takut terhadap sanksi yang akan

dikenakan apabila dirinya melanggar hukum, karena kepentingan-kepentingannya

akan terjamin dengan mengikuti hukum, karena pengetahuan dan pemahaman

masyarakat yang belum sesuai terhadap suatu hukum, atau bahkan kepatuhannya

memang disebabkan karena hukum yang berlaku dirasa sesuai dengan nilai-nilai

yang ada dalam dirinya, sehingga terbentuklah kepatuhan hukum dan kesadaran

hukum.12

B. Konsep Hukum Kewarisan Islam

Pusaka mempusakai sudah berlangsung sejalan dengan keberadaan manusia

itu sendiri. Setiap adanya kematian, kerabat yang masih hidup mewarisi dan

mengelola harta peninggalan13

si-mayyit, meski hanya berdasarkan adat istiadat

11

Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat terhadap Hukum Waris, Cet 1, Bandung:

Penerbit Alumni, 1993, h, 26 12

Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat terhadap Hukum Waris,..., h, 30. 13

Harta peninggalan dalam hukum Islam disebut tirkah. Harta peninggalan adalah segala

suatu benda atau yang bernilai kebendaan yang dapat dimiliki, yang ditinggalkan oleh yang meninggal

dunia yang dibenarkan oleh syara‟ dan dapat diwarisi oleh para ahli waris. lihat: Kedudukan Wasiat

Page 26: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

17

yangmereka ciptakan sendiri dimasanya. Sejarah kewarisan orang Arab zaman

Jahiliyah yaitu sebelum datangnya Islam juga dijalankan dengan sisa-sisa syari‟at

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ditambah dengan aturan yang mereka bentuk

sesudahnya.14

Dalam bahasa Indonesia, kewarisan adalah turunan dari kata dasar

waris yang berarti hal yang berhubungan dengan waris atau warisan.15

Waris sendiri

berasal dari bahasa Arab, dimana kewarisan berasal dari kata al-Miirats,16

yang

diartikan sebagai perpindahan dari pada sesuatu yang adanya hak padanya setelah

wafatnya yang menjadi pemilik asal.

Mustofa Hasan, dalam bukunya Pengantar Hukum Keluarga sebagaimana

dikutip dari buku Hukum Warisan di Indonesia karangan Wirjono Prodjodikoro

(1991:12), hukum waris diartikan sebagai suatu cara penyelesaian perhubungan

hukum dalam masyarakat, yang melahirkan sedikit banyak kesulitan sebagai akibat

wafatnya seseorang.17

Hukum Kewarisan sendiri dalam literatur hukum Islam memiliki banyak

penyebutan lain, diantaranya Fiqih Mawaris, Faraid, dan Hukmal-Waris.18

Penggunaan istilah Fiqih Mawaris atau fiqih tentang warisan lebih sering digunakan

dalam tata cara menghitung harta waris yang ditinggalkan, sedangkan penggunaan

istilah faraid lebih kepada penjelasan Allah SWT. tentang bagian yang di terima oleh

dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, h, 28 diakses dari

Fathurrahman Djamil, “wasiat: Makna, Urgensi dan Kedudukannya dalam Islam”, Artikel dalam

Mimbar Hukum, 1999, Nomor 38 Tahun IX. 14

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqih Mawaris untuk Warisan dalam Syari‟at

Islam, Cet- 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1973, h, 13 15

KBBI Online, diakses pada 13 April 2018, pukul 20:28 WIB 16

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris menurut Islam, Cet- 1, Jakarta: Gema

Insani Press, 1995, h, 33 17

Mostofa hasan, Pengantar Hukum Keluarga, Cet-1, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011, h,

290 18

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Cet-3, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008, h, 5

Page 27: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

18

masing-masing ahli waris yang telah ditentukan dengan tetap dan pasti.19

Istilah lain

dalam bahasa Indonesia “hukum waris” merujuk kepada subjek yang dikenai

hukum,dalam hal ini adalah orang-orang yang berhak atas harta warisan yang di

tinggalkan.20

Secara terminologis ilmu Al-Mawarits di definisikan sebagai cara

menghitung bagian dari masing-masing ahli waris terhadap harta peninggalan

pewaris, serta untuk mengetahui ahli waris yang dapat menerima warisan beserta

kadar bagian harta yang dapat diterima,21

sehingga Ilmu al-Mawarits mencakup tiga

unsur :

1. Pengetahuan terhadap pihak-pihak yang menjadi ahli waris

2. Pengetahuan mengenai besar bagian yang berhak diterima masing-masing ahli

waris

3. Pengetahuan tentang cara perhitungan harta warisan yang akan diterima setiap

ahli waris

Kewarisan identik dengan sebuah perpindahan, kematian adalah sebab yang

menimbulkannya, sehingga terdapat peralihan kepemilikan yang mutlak di

dalamnya. Tidak hanya itu, kewarisan memerlukan pengaturan yang jelas serta tegas

guna meminimalisir segala bentuk persoalan yang akan mempermasalahkan

kewarisan tersebut di kemudian hari.

Al-Qur‟an dan Hadits sudah memberikan ketentuan pembagian waris yang

rinci dan jelas. Amin Husein Nasution, dalam bukunya “Hukum Kewarisan Islam

Analisis Komparatif Pemikiran Mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam” menjelaskan,

apabila terdapat perintah dalam Al-Qur‟an atau Hadits dengan nash yang sarih, maka

19

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris Ahkamul-Mawaarits

fil-Fiqhil-Islami, Cet- 1, Jakarta: Senayan Abdi Publishing, 2004, h, 12-13 20

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ... h, 6 21

Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama RI Tahun

2013, Panduan Praktis Pembagian Waris dalam Islam, h, 13

Page 28: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

19

hukum melaksanakannya adalah wajib, selama tidak ada dalil nash yang

menunjukkan ketidakwajibannya.22

1. Dasar hukum kewarisan

QS. An-Nisaa‟/4:7

Artinya: “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak

dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta

peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bagian yang telah ditetapkan”.

Ayat di atas menunjukkan makna yang lebih luas, Syariat Islam jelas

memberikan ketetapan dan kepastian waris atas setiap bagian dari harta-harta

peninggalan keluarganya baik laki-laki ataupun perempuan, baik itu dari garis

keturunan laki-laki ataupun garis keturunan perempuan berdasarkan ketentuan yang

telah diatur pula di dalamnya, dimana keduanya juga memiliki hak atasnya. Ayat ini

secara tegas menentang perlakuan masyarakat jahiliyah yang mendiskriminasikan

perempuan saat itu dengan tidak memberikan kewarisan yang sesungguhnya menjadi

hak setiap keturunan baik laki-laki maupun perempuan.

QS. An-Nisaa‟/4:8

Artinya: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan

orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan

ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”.

22

Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan Islam Analisis Komparatif Pemikiran Mujtahid

dan Kompilasi Hukum Islam, Cet-1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, h, 50.

Page 29: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

20

QS. An-Nisaa‟/4:9

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang

benar”.

Kewarisan Islam adalah masalah paling sempurna yang dijelaskan di dalam

Al-Qur‟an. Pentingnya melaksanakan pembagian kewarisan, sesuai dalam QS. An-

Nisaa‟/4:8 di atas. Perhatian dalam pembagian waris disampaikan tidak hanya bagi

ahli waris, tetapi keluarga yang tidak mendapat bagian warispun tidak lepas dari

perhatian Islam. Hal ini disebutkan dalam pemberian yang sekadarnya pada kerabat

atau para pihak yang turut hadir membantu dalam pelaksanaan pembagian warisan

tersebut.

Ayat selanjutnya dalam QS. An-Nisaa‟/4:9 kembali ditegaskan Allah untuk

pelaksanaan pembagian kewarisan dalam bentuk larangan meninggalkan keluarga

ataupun anak-anak mereka dalam keadaan yang lemah. Sebab meninggalkan dengan

kemampuan dan keadaan yang berkecukupan lebih baik daripada meninggalkan

keluarga dalam keadaan susah dan meninta-minta, sehingga pembagian kewarisan

menjadi syariat yang harus menjadi perhatian untuk segera dilaksanakan.

Selain sumber dari ayat Al-Qur‟an, Amir Syarifuddin juga berpendapat,

bahwa terdapat pula hadits yang menerangkan mengenai kewarisan Islam

diantarannya:23

Hadis riwayat Abdullah Ibnu Abbas berbunyi:

هو ههف ي ق اب م اف ه ل ى أ ب ض ائ ر االف و ق ح ل :أ ال ق م ل س و و ي ل غ ىاللهل ص ي ب الن ن ع وهن ع اللهض ر اس ب ع ن ب إ ن ع ر ك ذ ل جهىر ول ل

23

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Cet-1, Jakarta: Prenada Media, 2004, h, 12-16

Page 30: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

21

Artinya:“Telah bersabda Rasulullah SAW: Laksanakan pembagian waris

kepada ahli warisnya, (bila) ada yang tersisa maka itu adalah bagian (ahli

waris) laki-laki yang terdekat”.

Hadits Nabi dari abu Hurairah menurut riwayat al-Bukhari dan Muslim

ن ي د و ي ل ع و ات م ن م ف م ه س فهن أ ن م ن ي ن م ؤ مهال ىب ل و اأ ن :أ ال ق م ل س و و ي ل ع ىاللهل ص ى ب الن ن ع ق ال وهن ع اللهض ر ة ر ي ر ىىهب أ ن ع

و ت ث ر و ل ف ال م ك ر ت ن م و ههاؤهض اق ن ي ل ع ف الام ك رهت ي م ل و

Artinya:“Saya adalah lebih utama bagi seorang muslim dari diri mereka

sendiri. Siapa-siapa yang meninggal dan mempunyai utang dan tidak

meninggalkan harta untuk membayarnya, maka sayalah yang akan

melunasinya. Barangsiapa yang meninggalkan harta, maka harta itu untuk

ahli warisnya”.

Selain hadits diatas, terdapat juga ijma‟ dan ijtihad ulama yang membahas

tentang pelaksanaan pembagian waris yang belum ditemukan pada masa Rasulullah,

sehingga dalam hal ini ijma‟ dan ijtihad yang dilakukan para ulama semakin

menunjukkan pentingnya pembagian waris. Diantara contoh menarik ijtihad ulama

yang berkembang ialah kasus anak angkat dan ahli waris non-muslim yang

diperbolehkan menerima kewarisan, dimana ini bertentangan dengan hukum Islam.24

Persoalan lain juga dapat ditemukan pada wasiat wajibah, serta „aul dan raad yang

merupakan beberapa contoh dari hasil ijma‟ dan ijtihad para ulama. Hal ini

memberikan keilmuan baru serta perkembangan dalam ilmu kewarisan.

2. Asas-asas kewarisan Islam dan peralihan harta

a. Asas Ijbari

Asas Ijbari diartikan sebagai suatu peralihan yang tanpa melalui perencanaan,

dengan kata lain terjadi dengan sendirinya. Secara leksikal „ijbari‟ berarti sebuah

paksaan, sehingga kewarisan bukan lagi merupakan pilihan, tetapi berada pada

tingkatan yang lebih kuat yaitu kewajiban yang timbul sebab adanya kematian,

24

Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011, h, 9

Page 31: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

22

meskipun tanpa adanya kehendak dari pewaris ataupun ahli warisnya. Asas ijbari

juga dapat dilihat dengan beberapa unsur diantaranya:25

1) Segi pewaris, ijbari berarti tidak dapat menolak. Pewaris boleh jadi memiliki

sejumlah kemauan semasa hidupnya berkenaan dengan harta yang dimiliki, akan

tetapi keinginan tersebut dibatasi oleh ketentuan yang ditetapkan Allah, sehingga

tanpa berbuat sesuatu hal pun ahli waris telah ditetapkan.

2) Segi peralihan harta, ijbari berarti peralihan harta, sehingga harta si-mayyit

otomatis berpindah sesuai ketentuan Allah. Intinya sadar atau tidak, kematian

telah mendatangkan hak sebagai ahli waris.

3) Segi jumlah harta, ijbari berarti bagiannya telah jelas dalam ketentuan yang

ditetapkan Allah, sehingga setiap pihak terkait pada ketetapan tanpa ada porsi

untuk menambah ataupun mengurangi apa yang telah diperhitungkan.

4) Segi penerima peralihan harta, ijbari berarti telah memiliki ketetapan yang

menjadi pemiliknya, sehingga tidak dapat seorangpun ditambahkan ataupun

dikeluarkan dari ketentuan yang telah ditetapkan hak baginya.

b. Asas Bilateral

Asas bilateral berarti bahwa setiap orang memiliki hak kewarisan dari kedua

belah pihak yang menjadi kerabatnya, baik itu pihak laki-laki maupun pihak

perempuan, dimana keduanya saling mewarisi. Asas bilateral dibagi dalam dua

dimensi yaitu; baginya sebagai ahli waris pihak ibu atau ayahnya dan baginya

sebagai ahli waris saudaranya yang tidak memiliki keturunan ataupun orang tua.26

c. Asas Individual

Asas individual adalah setiap ahli waris berhak atas harta warisan yang telah

ditetapkan untuknya tanpa tergantung kepada pihak lain. Sebagai perseorangan, hak

dan kewajiban orang atau person tidak bergantung pada lain hal karena iya juga

25

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Cet-3, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008, h, 18 26

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet-2, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h,

122

Page 32: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

23

sebagai subyek hukum yang juga diakui.27

Kepemilikan pribadi dapat diperoleh

dengan penuntutat hak pribadi langsung tanpa diikuti oleh ahli waris lain.

d. Asas Keadilan Berimbang

Asas keadilan berimbang adalah keberadaan hak dan kewajiban yang

berimbang antara yang diperoleh dengan yang digunakan, selain itu dapat pula

dikatakan bahwa perbedaan jenis kelamin bukanlah dasar penuntutat ataupun

penerapan hukum kewarisan Islam,28

diluar itupun kewarisan tetap dapat

dilaksanakan.

Upaya peralihan harta yang dilakukan di atas, terlihat bahwa pelaksanaan

kewarisan merupakan hal yang telah menjadi kewajiban, baik dari kekerabatan laki-

laki ataupun perempuan dan upaya penuntutat pembagian dapat pula dilakukan oleh

perorangan ataupun secara bersama-sama.

3. Rukun pelaksanaan kewarisan

Al-Mawarrits, yaitu orang yang meninggal dunia baik merupakan kematian

hakiki ataupun hukmiy yang ditetapkan oleh pengadilan dengan suatu sebab.

Sehingga menimbulkan hukum perpindahan harta kewarisan. Sedangkan dalam

Panduan Waris Direktorat Urusan agama Islam dan Pembinaan Syariah

Kementerian Agama RI, saat detik pertama mayyit menghembuskan nafasnya, harta

sudah berpindah kepada ahli waris.29

27

Riduan Syahrani,Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: PT. Alumni, 2010,

h, 41. 28

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ... h, 19-24 29

Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama RI, Panduan

Praktis Pembagian Waris dalam Islam, Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan

Syariah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, 2013, h, 21.

Page 33: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

24

a. Al-Warits, yaitu kerabat si-mayyit yang masih hidup, yang memiliki hubungan

darah dan dikenai ketetapan ahli waris terhadap dirinya, seperti yang timbul

akibat perkawinan dan hubungan darah.30

b. Al-Mauruts, yaitu harta benda yang menjadi warisan, atau harta yang menjadi

kategori bisa diwariskan,31

sehingga mewariskan hak dan kewajiban tidak dapat

masuk dalam kategori ini.

4. Syarat-syarat kewarisan

a. Orang yang mewariskan telah meninggal dunia dengan sebenar-benarnya,

dengan melihat langsung dan mendapatkan bukti yang diterima secara syariat,

atau secara legal seperti orang yang hilang. Sehingga tidak ada berita

diketahui hidup matinya dengan pemberian jangka waktu sesuai ketentuan

syariat, maupun berdasarkan perkiraan seperti ibu hamil yang dipukul

perutnya oleh seseorang, kemudian janin tersebut mengalami keguguran sebab

pemukulan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan janin tersebut dapat

mewarisi sesuatu.

b. Ahli warisnya masih hidup, dapat disaksikan dengan mata serta diterima

secara syar‟i ketika orang yang memiliki warisan meninggal dengan sebenar-

benarnya. Sebab kadang masih banyak ahli waris yang masih diragukan

kehidupannya, seperti orang hilang dan anak yang masih dalam kandungan

serta ahli waris yang mati bersamaan waktunya dengan si mati.32

c. Pihak yang akan mendapatkan waris (ahli waris) diketahui secara definitif,

dimana jelas hubungan antara pewaris dan ahli waris. Seperti saudara

30

Hasbi Ash-Shiddiqy, Fiqih mawaris untuk Warisan dalam Masyarakat Islam, Jakarta:

Bulan Bintang, 1973, h, 42. 31

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, Cet-1,Jakarta:

Senayan abadi Publishing, 2004, h, 28 32

Asyhari Abta dan Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidl Deskripsi Berdasarkan

Hukum Islam Praktis dan Terapan, Cet 1, Surabaya: Pustaka Hikmah Perdana, 2005, h, 30.

Page 34: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

25

yangakan mewarisi harta saudaranya tanpa adanya halangan dalam perolehan

harta kewarisan tersebut dan syarat ini khusus di pengadilan.33

5. Sebab-sebab mendapatkan kewarisan

a. Karena hubungan kekerabatan (Nasab), yaitu hubungan sebab kelahiran yang

dapat ditinjau berdasarkan tiga golongan yaitu:

1) Furu‟, yaitu anak turunan dari cabang dari si mati,

2) Ushul, yaitu leluhur (pokok atau asal) yang menyebabkan adanya si mati,

3) Hawasyi, yaitu keluarga yang dihubungkan dengan si mati melalui garis

menyamping.

b. Hubungan Perkawinan, dimana suami menjadi ahli waris bagi istri dan

begitupun sebaliknya istri menjadi ahli waris bagi suaminya yang meninggal.

c. Hubungan sebab Al-Wala‟, yaitu hubungan yang timbul sebab membebaskan

budak, sekalipun di antarannya tidak ada hubungan darah. Khusus dalam

kehidupan sekarang, hubungan ini hanya terdapat dalam tataran wacana saja.

d. Hubungan sesama Islam, hal ini dimaksudkan apabila seorang yang meninggal

dunia tidak memiliki ahli waris, maka harta warisannya itu diserahkan kepada

pembendaharaan umum atau disebut Baitul Maal yang akan digunakan oleh

umat Islam.34

6. Penghalang yang menyebabkan tidak diperolehnya hak kewarisan

a. Hajb Hirmaan, yaitu terhalangnya ahli waris sebab keberadaan seseorang

lain yang lebih dekat hubungannya dengan pewaris. Di antara ahli waris

yang akan selalu mendapatkan kewarisan tanpa adanya hukum hajb atas

dirinya adalah: 1) anak perempuan kandung si-mayyit, 2) anak laki-laki

33

Muhammad Muhyidin Abdul Hamid, Panduan Waris Empat Madzhab, Cet 1, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2009, h, 11-14 34

Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia, Cet-1, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h, 72-75

Page 35: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

26

kandung si-mayyit, 3) bapak si-mayyit, 4) ibu si-mayyit, 5) suami si-mayyit

dan 6) istri si-mayyit. Selain ke enam orang di atas berlaku atasnya

hajbhirmaan.35

b. Perbudakan, di mana status seorang budak tidak dapat menjadi ahli waris,

c. Pembunuhan, di mana pewaris yang dibunuh oleh ahli waris akan gugur hak

kewarisannya terhadap pewaris tersebut,

d. Berlainan agama, di mana tidak berhaknya muslim dan non muslim saling

mewarisi, sehingga hubungan kekerabatan yang berbeda agama hanya

sebatas pergaulan yang bukan urusan agama.36

C. Kewarisan dalam Budaya Minangkabau

Peranan adat di Minangkabau cukup mengatur tata kehidupan masyarakatnya,

sehingga adat disebut sebagai undang-undang.Hukum dibentuk sejalan berdasarkan

keyakinan yang diterima dan diakui masyarakat. Hukum yang lahir ini dipelihara

oleh keputusan-keputusan warga masyarakat, terutama pihak yang dituakan

(berwibawa) di antara masyarakat.37

Adat Minangkabau sejak dahulu telah memiliki aturan-aturan dan norma

sosial yang mengatur kehidupan keseharian masyarakat, sehingga tercipta

keteraturan di tengah masyarakat. Hal ini terwujud dengan adanya aturan

bertatakrama dalam berhubungan dengan orang yang sekerabat maupun diluar

kerabat, serta pantang atau larangan yang harus diikuti. Pelanggar pantang atau

larangan adat juga akan dikenai sanksi adat dan yang berwenang adalah mamaknya

atau penghulu kaumnya.38

35

Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Tuntunan Praktis Hukum Waris, Jakarta: Pustaka

Ibnu „Umar, 2009, h, 35-36 36

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia,... h, 112 37

Umar Said Suhiarto, Pengantar Hukum Indonesia, Cet-2, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, h,

115 38

Musyair Zainuddin, Ranah Minang dan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Penerbit Ombak

(Anggota IKAPI), 2014, h, 31

Page 36: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

27

Islam masuk dan berkembang di Minangkabau menggantikan ajaran Hindu

Budha yang sebelumnya dinilai tidak sesuai dengan falsafah hidup orang

minang.Kehadiran Islam mampu mendalami karakter dan budaya masyarakat

Minangkabau. Orang minang adalah penganut agama Islam yang taat dan boleh

dikatakan fanatik. Agama yang telah lebih diterima sejak berabat-abat ini seakan

tidak dapat dipisahkan dengan adat sebab pertalian yang mendalam. Kepercayaan

asli yang diperkirakan ada ialah kepercayaan terhadap arwah nenek moyang dan

kepercayaan akan kekuatan gaib. Kewajiban beribadat Islam, oleh orang minang

terlihat dengan dipaterinya janji yang mengatakan bahwa “adat basandi syarak dan

syarak basandi kitabullah”. Bagi orang minang, Islam tidak hanya agama tapi

merupakan bagian dari hidupnya. 39

Falsafah adat, “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”, diartikan

bahwa adat Minangkabau itu bersumberkan Syariat Islam dan Syariat Islam

Minangkabau itu bersumberkan kitabullah (Al-Qur‟an dan Sunnah). Hal ini

membuktikan kuatnya pengaruh Islam di Minangkabau. Falsafah ini telah dimulai

sejak sumpah sakti bukit Maapalam pada awal abad ke-19. Sejak saat itu orang

minang sepenuhnya beragama Islam.40

Masyarakat Minangkabau sudah sangat terkenal dengan keteguhan dan

kuatnya pengaruh Islam dalam kehidupan masyarakatnya. Falsafah “adat

bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah” yang menjadi simbol hukum

adat yang mereka terapkan, telah menjadi dasar penerapan aturan dalam keseharian

masyarakat. Hal ini juga berarti bahwa adat dapat mereka jalankan dengan aman jika

dilindungi oleh agama mereka yaitu agama Islam.41

39

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Adat Istiadat Daerah Sumatera

Barat, Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan Daerah, 1978, h, 138 40

Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat

Minangkabau, Cet-1 Jakarta: PT Gunung Agung, 1984, h, 177 41

Yaswirman, Hukum Keluarga Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam, ... h, 96-97

Page 37: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

28

Ada beberapa persamaan adat Minangkabau dan ajaran Islam yang

ditemukan, baik tentang dasar ataupun falsafahnya. Adat Minangkabau berpedoman

kepada alur dan patut, yang sebagai dasarnya adalah rasa dan periksa, cipta dan

karsa, dengan perkataan lain dapat disebut rasa kemanusiaan yang murni, perasaan

yang halus, pikiran yang tajam, cita-cita luhur dan kemauan yang kuat. Adat basandi

syarak dan syarak basandi kitabullah adalah falsafah orang minang sekarang dan

akan datang. Sebelumnya adat Minangkabau berpegang pada falsafah “alam

takambang jadi guru”, kemudian diganti karena mudahnya terjadi perilaku yang

tidak bersesuaian dengan ajaran Agama Islam dalam perkembangannya saat itu.

Banyak penyimpangan yang terjadi di tengah masyarakat, seperti mabuk-mabukan,

minum-minuman keras, berjudi dan lain sebagainya. Huru-hara banyak terjadi di

antara masyarakat Minangkabau. Pecahnya perang Paderi adalah puncak dari carut

marutnya kehidupan masyarakat Minangkabau saat itu. Falsafah“alam takambang

jadi guru” ini dinilai cukup luas cakupannya. Sebagaimana alam yang juga

merupakan ciptaan Tuhan, falsafah“alam takambang jadi guru” dengan mudah

disalah artikan dan terjadilah penyimpangan adat istiadat di masing-masing nagari

dalam beberapa abad pelaksanaannya.42

Berangkat dari sejarah panjang perkembangan Islam di wilayahnya yang

kuat, Minangkabau masih tetap eksis dengan adat dan budaya yang juga sudah

mentradisi dalam masyarakatnya. Kekayaan dalam pemahaman adat minang terdiri

dari dua jenis, yaitu “sako” berupa kekayaan tanpa wujud (immaterial), seperti gelar

penghulu, garis keturunan, pepatah petitih dan hukum adat. Kemudian “pusako”

yang lebih dikenal dengan harta pusaka.43

Dalam hal pandangan hidup, bagi orang

Minangkabau hidup adalah untuk berbuat jasa, sehingga mengenai pusaka orang

Minangkabau mengatakan “hiduik bajaso, mati bapusako” (hidup berjasa mati

42

Musyair Zainuddin, Ranah Minang dan Lingkungan Hidup, ... h, 29-30 43

Amir M.S, Pewarisan Harato Pusako Tinggi dan Pencaharian, Cet-4, Jakarta: Citra Harta

Prima, 2011, h, 19

Page 38: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

29

berpusaka). Artinya orang Minangkabau itu memberikan arti dan harga tinggi

terhadap hidup. Ungkapan mati berpusaka adalah harta sebagai lambang

kemakmuran dan strata sosial masyarakat. Mengembangkan dan memperbanyak

harta kaum adalah suatu keharusan dalam masyarakatnya. Selain itu hal ini juga

diperuntukkan bagi generasi selanjutnya, dengan segala yang akan ditinggalkan

setelah mati. Sehingga banyak orang Minangkabau yang bekerja keras agar dapat

mempusakakan sesuatu bagi suku dan keturunannya. Dapatlah dipahami bahwa

semangat bekerja dan memupuk kekayaan dalam diri masyarakat, tidaklah semata

terbatas pada pemenuhan materi pribadi namun juga bagi anggota kaum, dan bagian

dari upaya menjaga nilai-nilai adatnya.44

Minangkabau adalah masyarakat matrilineal dengan sistem keturunan ditarik

berdasarkan garis pihak ibu atau nenek moyang perempuan. Adanya sistem

matrilineal ini turut memberikan pengaruh dalam pelaksanaan kewarisan dalam

masyarakat.Sebagaimana keturunan itu hanya dihitung dan ditelusuri menurut garis

perempuan saja, maka bentuk kesatuan tersebut dinamakan kesatuan masyarakat

matriachaat. Dalam sistem keturunan ini pihak laki-laki tidak menjadi pewaris untuk

anak-anaknya. Anak-anak hanya akan memperoleh kewarisan dan menjadi bagian

dari kelompok suku ibu mereka, sedangkan ayahnya masih merupakan anggota

keluarganya dari orang tuanya pula.45

Akibatnya struktur sosial Minangkabau

memberikan tanggungjawab yang berat kepada laki-laki minang, dengan mendorong

untuk berusaha memenuhi tuntutan agar berjasa kepada kerabat dan kampung

halamannya.46

44

Riwayat Attubani, Adat dan Sejarah Minangkabau, Cet-1, Padang: Media Eksplorasi,

2012, h, 65-66 45

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat dan BW, Cet-4,

Bandung: PT Refika Aditama, 2013, h, 41 46

Riwayat Attubani, Adat dan Sejarah Minangkabau, ... , h, 66

Page 39: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

30

Asas-asas yang terkandung dalam sistem kewarisan Minangkabau:47

1. Asas Unilateral

Maksud asas unilateral adalah, hak kewarisan hanya berlaku dalam satu garis

kekerabatan, di mana yang mereka yakini adalah garis kekerabatan melalui ibu. Asas

kekerabatan ini juga dikenal dengan asas kewarisan Unilateral Matrilinial. Harta

pusaka dari nenek moyang hanya bisa diterima melalui garis keturunan ibu yang

diteruskan kebawah kepada anak cucu yang sama-sama dari garis keturunan ibu,

sedangkan untuk garis keturunan melalui bapak sama sekali tidak ada, baik dari atas

ataupun kebawahnya, karena seluruhnya dari pihak perempuan.

2. Asas Kolektif

Maksud asas kolektif ialah bahwa yang berhak atas harta pusaka bukanlah

orang perorangan (individu), melainkan dimiliki oleh satu kelompok secara bersama-

sama. Harta warisan tidak dibagi-bagi melainkan hanya diteruskan kepada satu

kelompok generasi berikutnya dalam bentuk kesatuan yang utuh tanpa adanya

pembagian. Prinsip kewarisan tersebut didasari oleh pokok pikiran sebagai berikut:

a. Guna menjaga kekompakan di dalam keluarga. Penilaian ini di dasarkan atas

pemahaman bahwa bagaimanapun juga pembagian warisan tidaklah selalu

memuaskan semua pihak yang menerimanya, yang akhirnya akan menimbulkan

perasaan iri juga dengki dan dikhawatirkan akan berujung pada perselisihan di

antara anggota keluarga ataupun kaum, hingga memecah kekompakan yang ada.

b. Guna menjaga keutuhan harta. Hal ini di dasari oleh keyakinan sistem kolektif

akan lebih menyulitkan harta tersebut keluar dari kelompok atau kaum, sehingga

penjagaan harta kaum akan lebih terakomodir. Selama harta menjadi kepemilikan

bersama, semua pihak dapat mengontrol keberadaan dan penggunaannya.

Singkatnya asas kolektif tidak menghendaki adanya pembagian harta. Harta

dimanfaatkan mengikuti kepentingan kelompok, seperti keluar dari rumah

47

Edison Piliang dan Nasrun Dt. Marajo Sungut, Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau,

Cet-2, Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2013, h, 295-296.

Page 40: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

31

gadang dan mendirikan rumah di atas tanah kaum akibat bertambahnya anggota

kelompok suku, yang umumnya karena bertambahnya anggota kaum.

3. Asas Keutamaan

Maksud asas keutamaan disini adalah adanya tingkatan-tingkatan dan hak

yang lebih utama antara satu pihak dibandingkan pihak lainnya. Keutamaan ini

biasanya diterima oleh seorang yang dirinya ditetapkan sebagai penghulu48

dan

penghulu akan memimpin kaum serta pengawasan terhadap harta pusaka. Adanya

keutamaan ini disebabkan oleh bentuk-bentuk lapisan kekerabatan yang terdapat

dalam sistem kekerabatan Matrilineal Adat Minangkabau. Urutan lapisan

kekerabatan pada Adat Minangkabau diantaranya:

a. Kemenakan bertali darah, merupakan hubungan kekerabatan yang paling dekat

dan merupakan hubungan atas kesamaan keturunan yang di telusuri melalui garis

ibu dari atas ke bawah.

b. Kemenakan bertali air, yaitu orang datang yang dijadikan anak kemenakan oleh

penghulu pada sebuah nagari.49

c. Kemenakan bertali budi, yaitu karena kebaikan budi kaum yang di datangi, oleh

rasa kasihan serta tingkah laku yang baik sehingga sudah dianggap sebagai anak

kemenakan.

d. Kemenakan bertali emas, merupakan orang-orang yang tidak sedarah dan tidak

pula sesuku, tetapi datang dan menetap untuk mendapatkan hak kekeluargaan

dari kaum tersebut.

Urutan di atas memiliki keutamaan dalam kewarisan, yang masing-masing

tidak bisa dialihkan kepada tingkatan di bawahnya. Selama urutan dengan hubungan

terdekat dari garis ibu masih ada, kelompok di bawahnya akan tertutup hak mewarisi.

48

Penghulu adalah ketua adat atau pemimpin dari masing-masing suku. Biasanya adalah laki-

laki tertua dalam suatu kaum, namun bukanlah hal yang mutlak sebab juga dibutuhkan kecakapan.

Setiap penghulu di panggil dengan sebutan datuak. 49

https://palantaminang.wordpress.com/sejarah-alam-minagkabau/g-sistem-kepemilikan/,

diakses pada 20 Mei 2018, Pukul 21.31 WIB.

Page 41: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

32

Sistem kepemilikan harta di Minangkabau diyakini bercorak komunal. Hal ini

bahkan terjadi sebelum masuknya Islam. Ukuran kaya adalah yang memiliki tanah

yang luas. Tanah di sini adalah milik kaum, dan kaum dengan tanah terluas lah yang

menjadi kelompok terpandang. Sistem kewarisan model ini dikenal dengan sistem

kewarisan kolektif berdasarkan kelembagaan. Maksud kelembagaan di sini adalah

keluarga sebagai suatu kesatuan yang genealogis. Harta kewarisan yang biasanya

berupa tanah dan lahan pertanian, dalam perpindahannya dari yang mati ke yang

hidup hanyadalam bentuk pelestarian dan pemanfaatan lahan tanah saja. Pembagian

yang dilakukan adalah giliran masing-masing kaum dalam memanfaatkan tanah.

Pemanfaatan umumnya dilakukan dalam membantu kesejahteraan garis

keturunannya. Sedangkan dalam hak kepemilikan, baik itu tanah ataupun benda

berharga lain adalah atas nama kaum.50

Bentuk pelaksanaan kewarisan yang dikenal di Minangkabau dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Harta pusaka tinggi

Harta pusaka tinggi adalah harta turun temurun dari beberapa generasi. Harta

ini berupa tembilang basi yakni harta yang di wariskan secara turun temurun dari

mamak ke kemenakan, ataupun tembilang perak, yaitu harta yang diperoleh dari

hasil harta tua. Kedua jenis harta di atas disebut dengan harta pusaka tinggi dan

menurut hukum adat Minangkabau harta ini akan jatuh kepada kemenakan dan tidak

boleh diwariskan kepada anak.

2. Harta pusaka rendah

Harta pusaka rendah merupakan harta yang turun atau diterima seorang anak

dari ibunya sendiri, yaitu warisan dari satu generasi di atasnya.51

50

Yaswirman, Hukum keluarga, Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, Cet-1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011, h,151 51

Amir M.S, Pewarisan Harato Pusako Tinggi dan Pencaharian,..., h, 26

Page 42: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

33

3. Harta pencaharian

Harta pencaharian merupakan harta yang diperoleh melalui pembelian atau

taruko.52

Harta ini bila pemiliknya meninggal dunia makan harta akan jatuh pada

jurainya sebagai harta pusaka rendah. Dalam pelaksanaannya hal ini telah disepakati

ninik-mamak dan alim ulama untuk dihapuskan sejak tahun 1952 dan dalam

pelaksanaannya saat ini diganti agar harta juga dapat diwariskan kepada anaknya.

4. Harta suarang

Beberapa nama lain dari harta suarang yang dikenal di Minangkabau adalah;

harta pasuarangan, harta basarikatan, harta kaduo-duo, atau harta salamo baturutan.

Maksud dari harta ini adalah seluruh harta benda yang diperoleh secara bersama-

sama oleh suami-istri selama masa perkawinan. Adapun harta bawaan dari suami

atau istri sebelum terjadinya pernikahan, bukanlah termasuk ke dalam kelompok

harta suarang. 53

Warisan di Minangkabau, baik berupa gelar maupun harta kekayaan harus

diwariskan kepada kemenakan secara turun-temurun. Kemenakan laki-laki dan

perempuan sama-sama berhak menerima warisan dengan kewajiban yang berbeda.

Gelar akan diwariskan kepada laki-laki dan harta pusaka akan diwarisi oleh

perempuan. Di samping itu pihak laki-laki juga berhak dalam pemanfaatan dan

pengembangan harta pusaka bersama dengan pihak perempuan. Hak utama atas hasil

harta adalah untuk kepentingam kaum secara matrilineal.

Fungsi harta menurut adat Minangkabau dan hukum faraid54

1. Harta tidak hanya sekedar jaminan hidup ekonomi, tetapi mempunyai fungsi

moral-sosial-harga diri di samping sebagai modal (ekonomi). Fungsi ini di

52

Taruko diartikan sebagai harta hasil cetakan sawah baru atau menggarap tanah ulayat.

Dimana proses harta ini diperoleh atas usaha penggarapan tanah negara/nagari atau tanah kaumnya

yang belum dimanfaatkan dan belum adanya kepemilikan, kemudian diolah oleh salah satu anggota

kaum, sehingga dengan usahanya tersebut menjadikan kepemilikan tanah jatuh kepadanya. 53

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia,..., h, 53-54. 54

Amir M.S, Pewarisan Harato Pusako Tinggi dan Pencaharian,..., h, 28-29

Page 43: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

34

antarannya adalah upaya menghargai jerih payah nenek moyang, lambang ikatan

berdunsanak atau yang bertalian darah, dimana kepemilikan bersama

melambangkan hubungan sosial mereka dalam bersodara, sebagai jaminan hidup

kaum sepanjang masa dan sebagai lambang harga diri keluarga sekaum.

2. Hukum tanah adat Minang di dasarkan pada prinsip keluarga jangka panjang dan

abadi sepanjang masa. Sedangkan faraid didasarkan pada prinsip keluarga dalam

satu generasi, sehingga setelah pembagian harta kewarisan di sinyalir tidak ada

lagi fungsi jaminan perekat bagi keutuhan keluarga yang berdunsanak kandung

itu.

Pada dasarnya kewarisan di Minangkabau tidak serta merta seluruhnya

ditetapkan berdasarkan hukum adat, karena memang hanya harta tertentu saja, seperti

harta pusaka yang pewarisannya diatur oleh adat. Harta pusaka ini secara turun

temurun telah diwariskan dari nenek moyang tanpa diketahui siapa pemiliknya

secara perorangan, terlebih dalam setiap generasi harta tersebut telah tercampur

dengan harta pencaharian masing-masing anggota kaum dan pewarisannya telah

berlangsung lama bahkan sebelum masuknya Islam. Menurut Syekh Abdul Karim

Amarullah (Buya Hamka), harta pusaka dapat dianalogikan sebagai harta wakaf atau

harta musabalah seperti yang pernah dilakukan oleh Umar bin Khattab sehingga

boleh diambil atau dipanen sendiri hasilnya namun tidak dengan tanahnya. Harta

tersebut tidak dapat diwariskan kepada ahli waris menurut ketentuan syarak, karena

pada dasarnya harta tersebut bukanlah hak milik pribadi secara utuh. Pemilik dari

harta pusaka adalah moyang yang tidak ingin hartanya terjual atau berpindah tangan

kecuali untuk anak kemenakannya dalam kaum tersebut.55

Selanjutnya di luar harta

pusaka, kewarisan di Minangkabau tetap melaksanakan pembagian berdasarkan

hukum kewarisan Islam. Sebagaimana janji yang terpatri dalam falsafah “adat

basandi syarak, dan syarak basandi kitabullah”.

55

Edison Piliang dan Nasrun Dt. Marajo Sungut, Budaya dan Hukum Adat di

Minangkabau,... ,h, 306-307.

Page 44: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

35

BAB III

MASYARAKAT MINANGKABAU

KENAGARIAN TUJUAH KOTO TALAGO

A. Letak Geografis dan Demografis Kenagarian Tujuah Koto Talago

Kenagarian Tujuah Koto Talago merupakan salah satu dari 4 kenagarian yang

berada di dalam lingkup Kecamatan Guguak. Kecamatan Guguak sendiri merupakan

kecamatan yang masuk ke dalam Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Bagi masyarakat desa di Sumatera Barat, khususnya Minangkabau, unit

pemerintahan terkecil dikenal dengan sebutan nagari atau kenagarian. Nagari

dipimpin oleh seorang kepala nagari. Nagari juga memiliki perangkat nagari yang

akan membantu pengurusan wilayah lingkup kenagarian. Perangkat pemerintahan

yang membantu nagari, dikenal dengan “jorong”56

dan dikepalai pula oleh seorang

kepala jorong di masing-masing wilayah. Bagi Kenagarian Tujuah Koto Talago

sendiri terdapat 7 jorong57

yang menjadi lingkup wilayah kekuasaanya. Dalam

kaitannya dengan daerah lain di Indonesia, kenagarian berada di bawah kecamatan,

sehingga dapat disamakan kenagarian setingkat dengan kelurahan. Hanya saja

khusus di Sumatera Barat dikenal dengan istilah kenagarian.

Pusat Kenagarian Tujuah Koto Talago berada di salah satu wilayah jorong

yaitu Jorong Talago, di mana pada jorong ini terdapat sebuah rumah gadang yang

menjadi tempat berkumpul serta tempat musyawarah perhelatan nagari. Luas

wilayahNagari Tujuah Koto Talago adalah 21 KM2 atau sekitar 19,77% dari total

56

Jorong adalah perangkat nagari, yang akan membantu nagari dalam pelaksanaan

pengurusan masing-masing wilayah bagian nagari. Jorong menjadi perpanjang tanganan nagari dalam

menjangkau setiap daerah, sehingga pelayanan kepada masyarakat oleh perangkat pemerintahan desa

dapat terlaksana secara optimal. Posisi Jorong dalam masyarakat berada pada tingkatan RW (Rukun

Warga). 57

7 Jorong yang berada di lingkup Kenagarian Tujuah Koto Talago diantaranya: Jorong

Tanjung Jati, Jorong Talago, Jorong ampang Gadang, Jorong Padang Japang, Jorong Takociak, Jorong

Padang Kandis, dan Jorong Sipingai.

Page 45: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

36

wilayah pemerintahan Kecamatan Guguak. Tipografi Nagari Tujuah Koto Talago

meliputi daerah datar, berbukit dan bergelombang. Nagari Tujuah Koto Talago

memiliki satu buah situs megalitik berupa batu menhir. Kenagarian Tujuah Koto

Talago berada mulai pada KM 17 dari Kota Payakumbuh.

Batas-batas wilayah Kenagarian Tujuah Koto Talago:

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kenagarian Guguak VIII Koto

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kenagarian Kubang

3. Sebelah Barat berbatasan dengan daerah Limbanang Kecamatan Suliki

4. Sebelah Utara berbatasan dengan daerah Sungai Talang dan Simpang Sugiran

Sedikit mengenai sejarah penamaan Kenagarian Tujuah Koto Talago, berawal

dari sampainya rombongan yang tujuah (tujuh) di Talago dipimpinoleh Dt. Bandaro

Hitam, kemudian membentuk taratak, dusun, koto dan akhirnya menjadi nagari

dalamsejarah sistem pemerintahannya. Pucuk pimpinan adat kala itu dipegang oleh

Datuak Paduko Tuan, yang awalnya memimpin penduduk hingga berkembang di

Talago, kemudian sebagian kelompok masyarakat tersebut pindah ke Ampang

Gadang. Di Ampang Gadang mereka mendirikan pucuk adat sendiri yang dipimpin

oleh seorang Datuak Pucuk yang bernama Datuak Karaing. Kebesaran Datuak

Karaing ditunjukkan melalui kekuasaannya atas wilayah dan rimbo (hutan), sehingga

dalam setiap penggunaan tanah di Nagari Tujuah Koto Talago harus terlebih dahulu

mendapat izin dari Datuak Karaing. Karena perkembangan penduduk maka

pemukiman diperluas.

Sebagian penduduk pindah ke Tanjung Jati dengan Datuk Pucuk bernama

Datuak Bosea Nan Elok, kebesaran Datuak Bosea Nan Elok adalah pada pakaian.

Seiring semakin berkembangnya penduduk, muncul wilayah yang dinamakan Koto

Kociak dengan Datuak Pucuknya bernama Datuak Tan Marajo yang memiliki

kekuasaan mengatur jalannya upacara arak iring. Semakin terus bertambahnya

penduduk dan perjalanan waktu maka bertambah pula terbentuknya wilayah

baruyaitu Sipingai dan masuk dalam wilayah kekuasaan Datuak Tan Marajo.

Page 46: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

37

Wilayah terakhir yang terbentuk adalah Padang Kandi dan Padang Japang, yang

masuk wilayah kekuasaan Datuak Karaing. Dengan adanya Tujuah Koto

(wilayah/daerah), maka pemuka adat semasa itu memberi nama dengan Nagari

Tujuah Koto Talago.58

B. Kondisi Ekonomi, Pendidikan dan Sosial Keagamaan Kenagarian Tujuah

Koto Talago

1. Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakat Nagari Tujuah Koto Talago secara umum

berada pada masyarakat kategori menengah. Kategori menengah yang dimaksudkan

adalah masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah dalam posisi yang cukup

seimbang dan saling melengkapi. Hampir tidak ditemukan masyarakat yang

menjadikan mengemis atau meminta-minta sebagai profesi dan jarang pula

ditemukan masyarakat yang hidup penuh kemewahan, baik segi lingkungan tempat

tinggal maupun penampilan warga masyarakatnya. Semuanya masuk dalam kategori

masyarakat yang berkecukupan secara sederhana.

Keadaan di atas terlihat dalam jumlah data pengangguran berdasarkan tingkat

pendidikan masyarakat di Tujuah Koto Talago. Hasil pengolahan data oleh tim

pendataan nagari pada tahun 2017 menyatakan hanya terdapat 19 pegangguran,

dimulai dari SD hingga Perguruan Tinggi.59

Mata pencaharian masyarakat di

Kenagarian Tujuah Koto Talago umumnya adalah sebagai petani dan pedagang.

Selain itu juga terdapat masyarakat yang bekerja sebagai sopir, peternak, guru, jasa,

industri rumah tangga dan berbagai profesi lain.

58

Profil Kenagarian Tujuah Koto Talago dalam Laporan Tim Pendataan Nagari Tujuah Koto

Talago Tahun 2017 59

Sumber Tim Pendataan Nagari Tujuah Koto Talago Tahun 2017

Page 47: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

38

2. Pendidikan

Kenagarian Tujuah Koto Talago secara umum adalah wilayah pendidikan, di

mana banyaknya sekolah-sekolah dan madrasah yang berdiri di wilayah tersebut.

Sebagaimana komitmen pendidikan agar dapat memajukan bangsa,masyarakat

Kenagarian Tujuah Koto Talago juga meyakini hal tersebut. Nagari Tujuah Koto

Talago berkomitmen untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan baik bagi

masyarakatnya. Terbukti bahwa sejak zaman Belanda sudah berdiri Lembaga

PendidikanPesantren Darul Funun El Abbasiyah dan Tarbiyah Islamiah di Jorong

Padang Japang.

Kemajuan dalam bidang pendidikan terus dikembangkan di Kenagarian

Tujuah Koto Talago. Beberapa orang putra putri daerahnya yang telah menorehkan

nama, baik dalam skala kecil di daerah maupun skala nasional diantaranya, Prof. Dr.

Kamardi Talud, Prof. Drs. H. Erman Mawardi, Dipl. AIT, Prof. Ganefri, Prof.

Yunuardi, Prof. Dewi Fortuna Anwar, Prof. Safrudin Karimi, Prof. Helmi, Prof.

Suardi Tarumun dan Prof. Nursiwan Hasan yang semuanya merupakan putra asli

Tujuah Koto Talago dan banyak di antaranya yang berkiprah di luar daerah.

Pendidikan formal yang ada di nagari Tujuah Koto Talago masuk kategori

baik dan seluruhnya terpenuhi, dimulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA.

Keberadaan sekolah tersebut banyak memberikan konstribusi dalam peningkatan

sumber daya manusia masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago. Kelengkapan

sarana pendidikan juga terlihat dari banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang

berada di wilayah kenagarian, di antaranya 7 Taman Kanak-kanak (TK), 11 Sekolah

Dasar (SD), 5 Sekolah Menengah Pertama yang terdiri dari SMP dan MTs, dan 4

Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari SMA dan MA.

3. Sosial Keagamaan

Tidak hanya ekonomi serta pendidikan, sosial keagamaan Kenagarian Tujuah

Koto Talago juga mendapat perhatian yang tidak kalah penting dalam

masyarakatnya. Hal ini tampak dengan adanya9 masjid, 28 musala dan 18

Page 48: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

39

MDA/TPA yang ada pada masing-masing jorong.MDA/TPA merupakan sarana

pendidikan agama yang diperuntukkan bagi anak-anak tingkat sekolah dasar (SD).

Pendidikan Agama Islam diajarkan kepada anak-anak dalam lingkungan

formalseperti halnya pada sekolah dasar (SD). Hanya saja di MDA/TPA anak-anak

secara khusus diajarkan ilmu agama.

Penerapan filosofi adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah, di

Nagari Tujuah Koto Talago juga dapat dilihat pada kegiatan hari adat basandi syarak

(Habsyar) dalam upaya revitalisasi nagari adat. Kegiatan ini dilakukan setiap hari

Kamis dimulai pada pukul 18.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB di hari berikutnya

yaitu hari Jum‟at, dengan sejumlah kesepakatan.

a. Laki-laki dan perempuan diharuskan memakai busana muslim dan muslimah,

b. Seluruh masyarakat dilarang tersangkut permainan nagari seperti domino, kartu

remi, koa (ceki),

c. Bagi pelajar atau siswi dilarang keluar rumah (selepas magrib) kecuali pada hari

libur sekolah dan atas izin dari orang tua,

d. Seluruh ikrar dalam ketentuan ini disetujui seluruh anak nagari dan ditanda

tangani bersama-sama oleh setiap unsur perangkat nagari.

Selain itu masyarakat Nagari Tujuah Koto Talago adalah masyarakat yang

rukun dan partisipatif dalam hal membangun dan memajukan nagari. Perancangan

pembangunan nagaripun dilakukan dalam musyawarah pembangunan

(Musrembang). Sehingga apapun kegiatan dan upaya yang dilakukan di dasari atas

partisipasi masyarakat. Dalam bersikap dan berperilaku di antara kelompok yang

berbeda ras, agama, asal keturunan, adat, bahasa dan sejarah, tidak ditemukan di

Nagari Tujuah Koto Talago. Hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat Tujuah Koto

Talogo merupakan penduduk asli dengan agama yang sama (Agama Islam) sehingga

kejadian SARA dapat dihindari.60

60

Sumber Data Nagari Tujuah Koto Talago tahun 2017

Page 49: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

40

Sampai saat ini terlihat bahwa kondisi lingkungan Kenagarian Tujuah Talago

berada dalam kondisi yang cukup baik, dimulai dari kondisi perekonomian

masyarakatnya, sarana dan prasarana pendidikan baik formal maupun informal,

hingga kepada sosial keagamaan masyarakatnya merupakan masyarakat yang taat

beragama namun kuat pula dengan hukum adat.

C. Pengaruh Sistem Kekerabatan (Matrilineal) dalam Masyarakat

Matrilineal adalah istilah yang sudah umum bagi masyarakat Indonesia.

Ketika mendengar kata matrilineal, pastilah akan langsung dikaitkan dengan wilayah

penyebarannya yaitu Minangkabau. Apalagi dalam dunia pendidikan dan para pakar

ilmu-ilmu sosial. Matrilineal secara sederhana akan langsung diartikan sebagai

struktur masyarakat yang diatur berdasarkan garis keturunan ibu.

Minangkabau sebagai daerah yang menerapkan sistem kewarisan ini kerap

disandingkan dengan pelaksanaan kewarisan yang bertentangan dengan hukum

Islam, karena hukum kewarisan Islam menghendaki keturunan bilateral, yaitu garis

keturunan diambil dari kedua belah pihak, yaitu laki-laki dan perempuan. Berbeda

dengan sistem matrilineal yang hanya mengakui satu garis keturunan perempuan

saja.

Pada dasarnya setiap adat yang di jalankan di Minangkabau, filosofinya adalah

ajaran Agama Islam. Begitu pula dalam sistem matrilineal, diyakini sesuai dengan

ajaran Agama Islam yang memberikan penghargaan kepada ibu melalui ungkapan

surga itu di bawah telapak kaki ibu. Pernyataan ini memberikan pelajaran bahwa ibu

adalah sosok yang dihargai dan dihormati. Allah takdirkan ibu sebagai sumber utama

kehidupan di muka bumi. Sehingga bagi orang Minangkabau dijadikan guru dan

tauladan dalam mengatur kehidupan masyarakatanya.

Penerapan sistem matrilineal pada masyarakat Minangkabau, diwujudkan

masyarakat dalam bentuk suku-suku. Kelompok suku-suku ini kemudian

berkembang menjadi organisasi massa terkecil di tengah masyarakat. Kelompok

Page 50: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

41

wanita di Minangkabau dikenal dengan sebutan Bundo Kanduang. Kedudukan kaum

wanita Minangkabau digambarkan sebagai; kebanggaan dan kehormatan kaum,

pemegang kunci yang erat dan hemat, penguasa dan pengelola dana yang bijaksana,

serta pewaris dan pengelola harta pusaka. 61

Pada masyarakat adat Minangkabau dikenal adanya prinsip unilateral dalam

hukum kewarisannya. Prinsip ini menyebabkan hak kewarisan hanya berlaku dalam

satu garis kekerabatan yaitu garis kekerabatan melalui ibu. Anak-anak yang lahir

secara otomatis mengikuti suku ibunya. Bentuk perkawinan yang berlangsung adalah

perkawinan eksogami yang mendatangkan laki-laki dari luar lingkungan kaum yang

disebut sumando.62

Sumando haruslah berbeda suku dengan istri.

Kekerabatan matrilineal menjadikan laki-laki yang menikah dan datang pada

suatu kaum dalam hal ini keluarga dari pada istri, hanya sebagai pendatang guna

perkembangan keturunan dari suku istri. Laki-laki yang telah menikah, status

keanggotaannya tetap berada di rumah tempatnya dilahirkan dan dibesarkan.

Hubungan yang terjadi kemudian mempengaruhi harta kewarisan. Adanya tanggung

jawab mamak terhadap kemenakan juga merupakan buah dari sistem kekerabatan

matrilineal. Kewarisan mamak kemenakan inilah yang menjadi ciri khas dari pada

kewarisan adat Minangkabau yang dilandasi oleh kekerabatan matrilineal tersebut.

Dekatnya hubungan yang terjalin pada keluarga ibu, sedikit banyaknya

memunculkan rasa bertanggung jawab dan rasa kedekatan yang lebih.

61

Julius DT. Malako Nan Putiah, Mambangkik Batang Tarandam dalam Upaya Mewariskan

dan Melestarikan Adat Minangkabau Menghadapi Modernisasi Kehidupan Bangsa, Cet-1 Bandung:

Citra Umbara, 2007, h, 25-27 62

Sumando atau yang biasa disebuturang sumando, merupakan bentuk hasil perkawinan

semenda pada masyarakat matrilineal Minangkabau.Perkawinan dilakukan dengan cara mendatangkan

laki-laki dari luar lingkungan untuk maksud menghasilkan keturunan yang akan memperkembangkan

anggota kelompok itu. Suami datang dan menetap di rumah istrinya, tetapi dia tetap sebagai orang

luar. Posisi dan kedudukan suami di rumah keluarga istri inilah yang kemudian disebut sebagai urang

sumando.

Page 51: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

42

Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang merasa belum perlu untuk

membawa harta hasil pencahariannya ke luar rumah ibunya, di mana hal tersebut kait

berkait dengan sistem matrilineal itu sendiri63

.

Pertama, sikap dan rasa keterikatan seseorang dalam lingkungan keluarga

matrilinealnya. Hal ini disebabkan oleh keberadaannya di lingkungan keluarga ibu

yang cukup lama. Banyaknya waktu yang telah dihabiskan menyebabkan keintiman

dan kasih sayang mendalam. Kedekatan ini kemudian dimunculkan kembali dalam

tanggung jawab antara mamak dan kemenakan.

Kedua, sebagai urang sumando atau pendatang, hidup di lingkungan rumah

istrinya dalam waktu yang sedikit sekali, sebab sebagian besar waktu telah

dihabiskan dengan keluarga ibunya. Keintiman yang timbul tidak seperti halnya

dengan keluarga ibu, sehingga tidak adanya rasa keterikatan di rumah anak dan

istrinya.

Dilihat dalam pelaksanaan kewarisan, adat Minangkabau tidak sepenuhnya

matrilineal dan tidak pula sepenuhnya parental bilateral seperti halnya hukum

kewarisan Islam. Salah satunya adalah keberadaan harta pusaka dalam masyarakat

Minangkabau. Kaum perempuan yang diberikan kedudukan istimewa dalam menjaga

harta pusaka juga tidak bisa sewenang-wenang terhadap harta tersebut. Hak

pengawasan tetap berada pada mamak (laki-laki). Di samping itu mamak juga belum

berhak bertindak atas harta pusaka jika belum diadakannya kesepakatan kaum. Dari

sinilah terlihat asas perimbangan dalam pertentangan kaum laki-laki dan kaum

perempuan di Minangkabau.

Dapat dipahami bahwa laki-laki dan perempuan Minangkabau saling

mempengaruhi satu sama lain. Keberadaan laki-laki minang yang dianggap tidak

memiliki rumah, justru dalam kenyataannya memiliki dua rumah yaitu rumah

keluarga secara matrilineal dan rumah istri sebagai semenda. Di samping

63

Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat

Minangkabau,Cet-1 PT Gunung Agung: Jakarta, 1984, hal 262

Page 52: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

43

mengusahakan ladang milik kaumnya, laki-laki juga dapat melakukan hal yang sama

dari milik istrinya. Laki-laki dalam kaumnya bertanggung jawab sebagai mamak dari

kemenakannya dan dari pihak istrinya bertanggungjawab sebagai ayah dari anak-

anaknya.

Page 53: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

44

BAB IV

HUKUM KEWARISAN ISLAM

DI KENAGARIAN TUJUAH KOTO TALAGO

A. Pengetahuan Hukum Kewarisan IslamMasyarakat Kenagarian Tujuah

Koto Talago

Melakukan pembagian kewarisan memang bukan persoalan yang mudah,

apalagi pada lingkungan masyarakat pedesaan. Kehidupan pedesaan yang banyak

dibangun atas dasar persaudaraan dan kekeluargaan memiliki tantangan yang lebih

besar ketika membicarakan harta kewarisan dari pada masyarakat perkotaan yang

condong pada sikap individual. Masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago yang

telah melaksanakan pembagian harta warisan dalam lingkungan keluarganya,

memiliki keilmuan dan pengetahuan yang lebih baik terhadap hukum kewarisan

Islam. Di dapati bahwa sebagaian besar dari kelompok masyarakat tersebut sengaja

mendatangi ustad serta tokoh agama di Kenagarian Tujuah Koto Talago untuk

mempelajari ilmu kewarisan, sehingga saat diwawancarai seputar hukum kewarisan

dan alasan-alasan mereka melaksanakan pembagian harta dapat mereka paparkan

dengan jelas.

Proses pembagian harta kewarisan yang dilakukan masyarakat tersebut

mengikuti hukum Islam dan ketentuan ilmu faraid. Masyarakat menilai bahwa dalam

kewarisan hak mereka terikat dengan orang lain sehingga dilakukannya upaya

pembagian harta. Sedikit banyaknya masyarakat telah meyakini pelaksanaan

pembagian kewarisan akan menghindarkan dirinya dari perselisihan sebab perebutan

harta warisan di kemudian hari, hanya saja pelaksanaan hukum kewarisan yang

benar-benar atas dasar pemahaman ini tidak banyak di temukan di masyarakat

Kenagarian Tujuah Koto Talago. Wawancara yang dilakukan terhadap 10 keluarga

Page 54: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

45

yang telah melaksanakan pembagian harta warisan dan mengikuti pembagian

menurut hukum faraid, dalam pelaksanaannya juga diiringi berbagai persoalan

hingga akhirnya pembagian harta tersebut dilakukan dan sebagian besar diantarannya

karena sengketa dan perselisihan diantara para ahli waris.

Masyarakat meyakini bahwa hukum kewarisan yang dilaksanakan adalah

suatu hukum Allah dan menjadi ajaran agama, sehingga perlu untuk

menyegerakannya. Hak pribadi dan hak orang lain akan tetap terikat apabila tidak

dilakukan pembagian harta. Kelalaian terhadap pelaksanaan hukum kewarisan Islam

diyakini masyarakat akan membawanya pada dosa karena tidak mengindahkan ajaran

agama. Di mana hal ini juga bertujuan untuk menjaga diri agar tidak

termakannyabagian harta yang bukan haknya.64

Kemudian, ada pula pembagian warisan yang terlaksana bukan dari

kesepakatan awal ahli waris. Adapun pembagian yang terjadi dikarenakan suatu

sebab yang menjadikan harta harus segera dibagikan kepada masing-masing ahli

waris. Melakukan pembagian kewarisan karena terpaksa seperti ini juga ditemui di

Kenagarian Tujuah Koto Talago. Peristiwa ini disebabkan oleh perselisihan di antara

ahli waris, sehingga berujung pada perebutan harta warisan, yang kemudian

memaksa semua pihak untuk dilakukannya pembagian harta.

Masalah harta warisan yang identik di dalamnya persoalan uang,, memang

lebih banyak dihindari oleh masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago. Masyarakat

menganggap pembicaraan mengenai kewarisan adalah persoalan yang sensitif

apalagi ketika menghendaki agar dilakukannya pembagian kewarisan. Sebagian

besar ahli waris biasanya menjadi tidak enak hati untuk membicarakannya, sehingga

pembicaraan mengenai harta kewarisan menjadi tabu di tengah-tengah masyarakat.

Bentuk kewarisan Minangkabau yang dikenal dengan harta pusaka tinggi dan

harta pusaka rendah turut mempengaruhi pelaksanaan kewarisan Islam di tengah-

64

Wawancara Pribadi dengan Nasrullah, Ustad dan Da‟i, Rumah Kediaman Bapak

Nasrullah,pada Minggu 10 Juni 2018.

Page 55: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

46

tengah masyarakat. Keberadaan harta pusaka tinggi yang hanya dapat diwariskan

secara kolektif dibandingkan harta pusaka rendah yang dapat diwariskan menjadi

kepemilikan individu masih banyak di Kenagarian Tujuah Koto Talago. Sedikitnya

kepemilikan harta pusaka rendah menyebabkan pembagian harta kewarisan secara

hukum Islam tidak banyak dilakukan. Sehingga upaya pewarisan harta mengikuti

hukum adat sebagaimana harta pusaka tinggi lebih banyak mendominasi di tengah-

tengah masyarakat.65

Beberapa faktor penyebab pelaksanaan pembagian harta kewarisan yang

terjadi di Kenagarian Tujuah Koto Talago diantaranya.

a. Sebab kerelaan masing-masing ahli waris

Sebagian besar dari kelompok masyarakat ini melaksanakan pembagian harta

warisan beralasan, bahwa mereka takut akan termakannya harta yang bukan menjadi

haknya,66

sehingga dengan melaksanakan pembagian harta warisan dapat

menghindarkan diri dari keadaan tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan

terhadap 10 keluarga yang telah melaksanakan pembagian warisan ini, di dapati

bahwa dalam keluarga tersebut telah mendapatkan pendidikan mengenai hukum

kewarisan Islam. Dalam penyampaiannya diketahui bahwa ilmu kewarisan banyak

diperoleh dari mendatangi ustaz ataupun tokoh agama setempat yang telah benar

nyatanya paham mengenai ilmu waris.

Bapak H. Salman adalah salah satu dari keluarga yang telah melaksanakan

pembagian harta kewarisan di dalam keluarganya. Keluarga Bapak H. Salman

sepakat menyegerakan pelaksanaaan pembagian harta kewarisan, karena khawatir

akan timbul perebutan harta di kemudian hari. Harta yang dibiarkan tanpa adanya

penetapan hak kepemilikan secara pribadi, akan memberikan peluang penguasaan

harta secara sepihak di antara ahli waris yang lebih berani dari pada ahli waris lain.

65

Wawancara Pribadi dengan Roni, Pemuda dan Pemerhati adat Jorong Tanjung Jati,

Melalui Media Seluler, pada Senin 1 Oktober 2018 66

Wawancara Pribadi dengan Budiman, Narasumber yang Pernah Melakukan Pembagian

Kewarisan, Rumah Kediaman Bapak Budiman, Selasa 12 Juni 2018

Page 56: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

47

Beliau mendatangi Bapak Nasrullah selaku mubalig yang sudah tidak diragukan

lagikeilmuannya dalam urusan kewarisan. Bapak Nasrullah sendiri adalah ustaz yang

telah mempelajari ilmu waris melalui pendidikan formal dan non formal. Bapak

Nasrullah telah menamatkan studi sarjana hingga magister di bidang hukum. Hukum

Islam khususnya ilmu faraid konsen beliau pelajari, sehingga kerap di datangi

masyarakat dalam menangani persoalan kewarisan.67

Keluarga Ibu Mardhiati adalah salah satu keluarga yang juga telah berhasil

melakukan pembagian harta kewarisan dalam keluarganya. Pelaksanaan pembagian

kewarisan bahkan telah dilakukan dua kali saat ayah dan ibunya meninggal.

Pelaksanaan pembagian harta kewarisan ini disepakati oleh seluruh ahli waris saat

itu, bahwa mereka semua menginginkan dilakukannya pembagian harta warisan

orang tuanya tersebut. Ibu Mardhiati juga menyampaikan bahwa tidak adanya

kerugian dalam melaksanakan hukum Allah. Sehingga pelaksanaan pembagian harta

kewarisan mereka laksanakan dan diterima dengan baik oleh seluruh ahli waris.68

Pelaksanaan pembagian kewarisan yang berhasil dilakukan oleh beberapa

keluarga di Kenagarian Tujuah Koto Talago ini juga tidak terlepas dari lingkungan

keluarga tempat tinggalnya. Ditemukan bahwa, mayoritas keluarga yang berhasil

melaksanakan pembagian kewarisan bukan dari sebab sengketa, tumbuh dari

lingkungan keluarga yang terpelajar. Keadaan ini tampak pada riwayat pendidikan

dan pekerjaan yang mereka tekuni, sehingga dapatlah dikatakan pendidikan dan

pengetahuan seseorang akan suatu keilmuan mempengaruhi perilaku dan pandangan

hidup seseorang dan kesadaran sebab memahami hukum lebih terlihat dalam

kelompok tersebut.

Seperti halnya Bapak H. Salman seorang pensiunan guru dan Ibu Mardhiati

yang juga berprofesi sebagai seorang guru, keduanya berhasil melaksanakan

67

Wawancara Pribadi dengan Salman, Narasumber yang Pernah Melakukan Pembagian

Kewarisan, Rumah KediamanBapak Salaman, Selasa 12 Juni 2018 68

Wawancara Pribadi dengan Mardhiati, Narasumber yang Pernah Melakukan Pembagian

Kewarisan, Rumah Kediaman Ibu Mardhiati, Kamis 14 Juni 2018

Page 57: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

48

pembagian harta kewarisan di dalam keluarganya tanpa adanya sengketa di antara

ahli waris. Terbukanya seluruh anggota keluarga Ibu Mardhiati terhadap pelaksanaan

pembagian kewarisan, membuat keluarganya selalu memperhatikan pelaksanaan

pembagian harta kewarisan dalam keluarganya. Hingga saat ini keluarga Ibu

Mardhiati telah 2 kali melaksanakan pembagian harta kewarisan di dalam

keluarganya.

Di antara kelompok keluarga yang melaksanakan kewarisan atas dasar

kerelaan masing-masing ahli waris tersebut, ditemukan setidaknya satu anggota

keluarga maupun ahli waris yang mengetahui pentingnya dalam mengupayakan

pembagian kewarisan. Ahli waris inilah yang kemudian menjadi penggerak dalam

keluarganya, sehingga pelaksanaan pembagian kewarisan tidak lagi dianggap karena

diawali sengketa saja. Tetapi benar-benar dilaksanakan karena keinginan yang

muncul dari dalam diri setiap anggota keluarga. Keluarga itupun juga memiliki

keilmuan dalam melaksanakan hukum kewarisan tersebut.

Seorang sarjana hukum bernama Hart pernah menyatakan bahwa setiap orang

yang terpelajar akan dapat mengidentifikasi ciri-ciri yang menonjol dari hukum.69

Meskipun tidak mempelajari hukum kewarisan Islam secara langsung dalam

pendidikan formal yang ditempuh, dapat disimpulkan bahwa keluarga yang

menempatkan pendidikan sebagai sebuah keharusan dalam kehidupan, memberikan

pengaruh yang cukup besar terhadap pribadi masyarakatnya. Rasa ke ingin tahuan

masyarakatnya besar dan mendorongnya untuk terus menimba ilmu pengetahuan.

Sehingga dapatlah dikatakan bahwa pendidikan penting dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan kewarisan dalam masyarakat.

Pada tahap ini, masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago telah masuk pada

kategori masyarakat yang berpengetahuan.Diketahui dalam sesi wawancara yang

dilakukan terhadap keluarga yang telah melaksanakan pembagian kewarisan,

69

Soerjono Soekanto, Antropologi Hukum Proses Pengembangan Ilmu Hukum Adat, Cet-1

Jakarta: CV Rajawali, 1984, h, 7

Page 58: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

49

seluruhnya kompak mengemukakan bahwa alasan utama melakukan pembagian

kewarisan adalah untuk menghindari termakannya hak orang lain akannya, sehingga

dalam mencegahnya diupayakan pembagian tersebut. Hal ini juga terlihat dari

pelaksanaan pembagian harta kewarisan yang timbul dari keinginan setiap ahli waris.

Seluruh ahli waris menyepakati pelaksanaan pembagian kewarisan sebagaimana

ajaran Agama Islam tanpa adanya paksaan. Pelaksanaan pembagian harta kewarisan,

secara nyata dilakukan atas dasar ilmu pengetahuan yang dimiliki kelompok

masyarakat tersebut, baik dari hasil pendidikan formal yang ditempuh maupun dari

upaya pendidikan non formal dengan ustaz ataupun guru pengajian di Kenagarian

Tujuah Koto Talago. Pelaksanaan pembagian kewarisan dilakukan guna

melaksanakan perintah agama.

b. Sebab adanya sengketa

Dibandingkan dengan masyarakat yang melaksanakan pembagian kewarisan

atas dasar kerelaan, alasan sebab adanya sengketa yang mendahului pelaksanaan

kewarisan lebih mendominasi di daerah Kenagarian Tujuah Koto Talago.

Pelaksanaan pembagian kewarisan yang di dahului oleh sengketa di antara masing-

masing ahli warismemaksa keduanya belah pihak yang berselisih melaksanakan

pembagian kewarisan. Permasalahan yang ditemukan juga cukup beragam, seperti

pada kasus keluarga Ibu Megawati ketika memperjuangkan hak anaknya hingga ke

meja pengadilan.

Persoalan bermula saat meninggalnya suami dari anak Ibu Megawati yaitu

Ibu Ilin. Ibu Megawati menjelaskan, sepeninggal suaminya, Ibu Ilin bekerja pada

toko obat yang dulu dirintis bersama dengan almarhum suaminya. Sepeninggal

suaminya tersebut, saudara laki-laki dari almarhum suami Ibu Ilin ini melakukan

penguasaan sepihak terhadap harta yang ditinggalkan suaminya tersebut. Penguasaan

harta bahkan sampai pada hasil penjualan di toko obat tempat Ibu Ilin bekerja.

Di awal kepergian suaminya, Ibu Ilin lebih banyak mendiamkan pengurusan

harta yang ditinggalkan suaminya tersebut, sehingga penguasaan atas harta banyak

Page 59: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

50

dilakukan oleh saudara almarhum suaminya. Semenjak penguasaan sepihak yang

dilakukan atas harta peninggalan itu, segala yang bisa di ambil dari hasil berjualan

obat di toko hanya sekedar pemenuhan makan sehari-hari. Pendapatan ini tidak

sebanding dengan usaha serta haknya atas peninggalan suaminya tersebut. Keadaan

inilah yang kemudian mendorong Ibu Ilin untuk segera membagi harta kewarisan

dari suaminya tersebut.70

Persoalan serupa juga dialami oleh keluarga Ibu Ainil Khairati, di mana

pembagian kewarisan dilakukan karena harta peninggalan almarhum ayahnya

dikuasai secara sepihak oleh istri kedua almarhum. Merasa haknya dihalangi

akhirnya Ibu Ainil Khairati menempuh meja pengadilan dalam memperjuangkan

haknya sebagai sesama ahli waris.71

Keluarga yang mengawali pelaksanaan pembagian kewarisan dengan

sengketa ataupun perselisihan di antara masing-masing ahli waris, tidak sepenuhnya

sampai di meja pengadilan. Banyak pula diantarannya yang memilih membagi

kewarisan dengan bantuan ustaz ataupun tokoh agama yang memang memahami

ilmu kewarisan, sehingga pembagian dapat diupayakan berdasarkan ketentuan dan

hukum Agama Islam. Barulah kemudian sengketa waris yang tidak dapat diupayakan

penyelesaiannya secara kekeluargaan akan dibawa ke meja pengadilan. Peristiwa

inilah yang paling banyak menyisakan kesenjangan di antara beberapa keluarga yang

menyelesaikan perkara di depan meja pengadilan, karena akan ada pihak yang

dimenangkan dan pihak yang dikalahkan.

Pemanfaatan penggunaan harta kewarisan secara bersama-sama di

lingkungan masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago, cukup memberikan

pengaruh dalam pelaksanaan pembagian kewarisan di tengah masyarakat.72

70

Wawancara Pribadi dengan Mega, Narasumber yang Pernah Melakukan Pembagian

Kewarisan, Rumah Kediaman Ibu Mega, Minggu 17 Juni 2018 71

Wawancara Pribadi dengan Ainil Khairani, Narasumber yang Pernah Melakukan

Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman Ibu ainil Khairani, Selasa 19 Juni 2018 72

Wawancara Pribadi dengan Sulaiman, Ustaz, Media Seluler, Sabtu 17 Februari 2018

Page 60: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

51

Kebiasaan yang terjadi cukup menurunkan minat pelaksanaan pembagian kewarisan

dalam lingkungan masyarakatnya. Doktrin yang tertanam adalah dikhawatirkan

kekompakan diantara sesama anggota keluarga akan hilang ketika harta keluar jauh

dari lingkungan keluarga tersebut.73

Pada kenyataannya di Kenagarian Tujuah Koto Talago, kehidupan

masyarakat juga tidak selalu mudah setiap saat. Banyak faktor yang juga menjadi

pemicu retaknya hubungan keluarga, selain hanya anggapan atas sebab dilakukannya

pembagian kewarisan. Sehingga alasan menunda pelaksanaan pembagian guna

menjaga kekompakan di antara anggota keluarga tersebut, tidak serta merta dapat

dijadikan suatu alasan yang akan menggoyahkan kerukunan dalam keluarga.

Seperti halnya petani yang menggantungkan pekerjaannya dari hasil

partanian, dalam pelaksanaannya tentu tidak selalu berjalan mulus. Di antaranya, ada

saat-saat kesulitan dalam menjalankan ataupun mengembangkan pekerjaan tersebut.

Adanya pelaksanaan pembagian kewarisan, justru akan membantu petani tersebut

dalam pekerjaan dan kehidupannya. Upaya tersebut tentu lebih memberikan manfaat

yang besar kepada seseorang dibandingkan sekedar mengamankan keluarga dari

pemberitaan miring masyarakat. Karena pada akhirnya kebenaran yang

sesungguhnya tetap hanya diketahui masing-masing anggota keluarga.

Peristiwa serupa terjadi pada Keluarga Bapak Hamdi Syakban ketika

memutuskan untuk melakukan pembagian kewarisan. Kondisi keluarga yang cukup

sulit saat itu membuat orang tua Bapak Hamdi mengupayakan haknya sebagai salah

satu ahli waris yang sah sebab kematian orang tuanya. Namun upaya tersebut gagal

dilaksanakan sebab keengganan ahli waris lain dalam membaginya. Bahkan harta

dikuasai oleh saudara kedua orang tuanya tersebut. Barulah setelah kematian kedua

orang tuanya dan seluruh generasi di atasnya, Bapak Hamdi Syakban berhasil

73

Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat

Minangkabau, Cet-1 Jakarta: PT Gunung Agung, 1984, h, 329

Page 61: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

52

melaksanakan pembagian harta kewarisan yang sempat gagal diupayakan kedua

orang tuanya tersebut. Bapak Hamdi menuturkan, pengalaman telah mengajarkannya

bahwa melaksanakan pembagian kewarisan itu penting sehingga ketenangan hati

dapat diperoleh.74

Kesulitan dalam menemukan kelompok masyarakat yang telah melaksanakan

pembagian kewarisan di Kenagarian Tujuah Koto Talago, tentu tidak sebanding

dengan kelompok masyarakat yang belum pernah melaksanakan pembagian harta

warisan yang lebih mudah ditemukan. Hidup dalam lingkungan masyarakat yang taat

beragama Islam dengan meyakini syariat-syariat agama, belum mampu sepenuhnya

mencuri perhatian masyarakat dalam melaksanakan hukum kewarisan.

Persoalan sebagian besar masyarakat yang belum melaksanakan pembagian

harta kewarisan cukup beragam. Beberapa di antaranya mengungkapkan, yang

menjadi alasan belum terlaksananya pembagian kewarisan di dalam keluarganya dan

di beberapa kelompok keluarga lain pada masyarakat Kenagarian Tujuah Koto

Talago, penulis bagi dalam 3 poin utama diantaranya;

a. Besar kecilnya jumlah harta

Pelaksanaan pembagian harta kewarisan yang kurang mendapat perhatian

ditengah masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago juga berkaitan dengan jumlah

harta yang menjadi warisan. Masyarakat yang bekerja sebagai petani dan

menggantungkan dirinya pada satu pekerjaan tersebut, biasanya tidak akan memiliki

sejumlah harta kewarisan yang cukup besar ketika melaksanakan pembagian

kewarisan, sehingga pihak ahli waris merasa enggan untuk membaginya. Biasanya

pihak keluarga lebih memilih mempergunakan harta warisan tersebut secara

bersama-sama, dan yang dimanfaatkan adalah hak pakai bukan hak milik. Kewarisan

yang dilakukan mengikuti pola pewarisan harta pusaka. Sepanjang tidak adanya

74

Wawancara Pribadi dengan Hamdi Syakban, Narasumber yang Pernah Melakukan

Pembagian Kewarisan), Rumah Kediaman Bapak Hamdi Syakban, Rabu 20 Juni 2018

Page 62: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

53

permintaan pembagian harta warisan di antara ahli waris, harta tetap dalam

kepemilikan berkelompok yang dimanfaatkan secara bersama-sama.75

b. Kesulitan dalam melaksanakan pembagian kewarisan

Kesulitan dalam melaksanakan pembagian harta kewarisan disebabkan

karena harta warisan bukan lagi warisan dari pewaris yang pertama, namun

keinginanpembagian baru dilakukan setelah berganti generasi. Banyaknya ahli waris

serta sulit diketahui keberadaannya, menjadikan beberapa ahli waris yang tersisa

hanya memanfaatkan penggunaan harta dan memilih untuk tidak dilakukan

pembagian harta kewarisan. Akhirnya harta kewarisanpun tetap dibiarkan tanpa

dilakukan pembagian menurut hukum kewarisan Islam.76

c. Keberadaan perempuan dalam adat yang dipegang masyarakat

Perempuan yang dijadikan sebagai simbol penjaga rumah gadang dalam adat

Minangkabau, memberikan pengaruh yang cukup besar dalam pelaksanaan hukum

kewarisan di lingkungan masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago. Pada kasus

ini, umumnya laki-laki di Kenagarian Tujuah Koto Talago lebih memilih untuk tidak

mengambil hak kewarisan yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Harta

peninggalan tersebut diberikan kepada saudara ahli warisnya yang perempuan, tanpa

dilakukannya pembagian harta kewarisan. Harta warisan sepenuhnya ditinggalkan di

rumah orang tunya yang kemudian dikelola oleh saudarinya yang perempuan.

Perempuan tersebut akan bertugas menjaga dan mendiami rumah dan harta

peninggalan kedua orang tuanya, sedangkan laki-laki terbiasa untuk merantau

ataupun menetap dirumah istrinya ketika telah menikah. Keadaan inilah yang

kemudian membuatnya enggan melaksanakan pembagian harta.

Keluarga Ibu Ernita adalah salah satu keluarga yang menyepakati

pengelolaan harta peninggalan orang tuanya pada pihak perempuan. Sedikit berbeda

75

Wawancara Pribadi dengan Yetti, Narasumber yang Belum Melakukan Pembagian

Kewarisan, Rumah Kediaman Ibu Yetti, Sabtu 23 Juni 2018 76

Wawancara Pribadi dengan Datuak Tumbi, Tokoh Adat, Media Seluler, Minggu 24 Juni

2018

Page 63: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

54

dengan kebanyakan masyarakat yang menyerahkan pengelolaan harta tanpa

mengetahui pasti bagiannya. Seluruh ahli waris di keluarga Ibu Ernita mengetahui

besar bagian harta dari masing-masing ahli waris. Sadar akan suatu kewajiban

pembagian kewarisan yang harus dituntaskan sepeninggal kedua orang tuanya, Ibu

Ernita bersama dengan tiga saudaranya yang lain berunding untuk menyelesaikan

hukum kewarisan tersebut. Setiap ahli waris diperlihatkan sejumlah harta

peninggalan kedua orang tuanya tersebut. Setelah mengatahui sejumlah harta itu, dua

orang ahli waris laki-lakimemilih untuk memberikan bagian hak warisnya kepada

masing-masing saudarinya yang perempuan. Ibu Ernita adalah salah satu yang

memperoleh harta tersebut.

Ahli waris laki-laki mengungkapkan, bahwa penyerahan hak waris tersebut

mereka lakukan dengan alasan tanggung jawabnya sebagai mamak untuk kemanakan

dari sukunya. Sedangkan tanggung jawabnya kepada istri dan anak-anaknya

diberikan dari hasil pencarian yang dia usahakan melalui pekerjaanya. Selain itu

kediaman saudarinya yang perempuan adalah rumah tempatnya berasal, yang akan

menjadi tempatnya kembali suatu saat, sehingga pemberian ini dapat pula dipandang

sebagai simpanan di keluarga asalnya, di mana hanya hak milik yang telah

diserahkan, namun hak pakai masih dapat digunakan secara bersama-sama.77

B. Pemahaman Masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago terhadap

Pentingnya Pembagian Kewarisan dalam Islam

Pembagian waris dalam agama Islam merupakan suatu kemestian (infaq

ijbary), ahli waris tidak boleh menolak penetapan dan pembagian kewarisan sebelum

dilakukan pembagian warisan. Sebagaimana perintah dan ketentuan Allah SWT.

77

Wawancara Pribadi dengan Ernita, Masyarakat,Rumah Kediaman Ibu Ernita, Senin 25 Juni

2018

Page 64: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

55

An-Nisa‟ : 2

Artinya: dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta

mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan

kamu Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-

tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.

An-Nahl : 114

Artinya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan

Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya

saja menyembah.

An-Nisa‟ : 14

Artinya: dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, dan

melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam

api neraka sedang dia kekal di dalamnya; dan bagianya siksa

yangmenghinakan.

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa melaksanakan pembagian warisan

(faraid) sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an dan Hadits adalah wajib.78

Pembagian dan pemberian harta warisan kepada ahli warisnya yang berhak adalah

suatu ketentuan yang utama agar terhindarnya diri dari pada memakan harta yang

bukan haknya.

78

Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan Islam, ... h, 51.

Page 65: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

56

Pentingnya melaksanakan pembagian waris sesuai pula dengan

haditsRasulullah tentang tujuan mempelajari hukum kewarisan, yang diriwayatkan

oleh Abi Hurairah r.a: 79

ا ف إ ن وهن ص فه هه و ع ل مهو الن ب ي صمق ال:ت ع ل مهواالف ر ائ ض ع ن وهأ ن الله أ ب يىهر ي ر ة ر ض ي م اع ن و إ ن وهي هن س ىو ىهو أ و له لع ل م

ر أهم ت يي هن عهم ن

Artinya: Dari Abi Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW telah

bersabda: Pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah, karena dia setengah dari

ilmu dan dilupakan orang, dan dia adalah ilmu yang pertama kali akan

dicabut dari umatku.

Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, masyarakat Kenagarian

Tujuah Koto Talago adalah masyarakat yang taat beragama, di samping itu

masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago juga tunduk dengan adat serta budaya

yang masih tertanam kuat mengiringi keseharian masyarakatnya. Ilmu agama yang

diperoleh juga banyak didapatkan dari tempat ibadah yang memang banyak di

wilayah Kenagarian Tujuah Koto Talago.

Bagi sebagian besar masyarakat, terutama yang berusia lanjut, masjid dan

musala menjadi sumber utama penyebaran dan tempat belajar ilmu agama.

Selanjutnya bagi anak-anak dan pelajar selain ikut pada kegiatan yang diadakan di

masjid dan musala, juga diberikan sarana penunjang berupa pendidikan di MDA dan

TPA. Pendidikan formal berbasis agama seperti pondok pesantren, MTs dan MA

juga turut membantu pembelajaran keagamaan anak-anak di Kenagarian Tujuah

Koto Talago.80

Pentingnya untuk melaksanakan pembagian kewarisan sedikit banyaknya

telah dirasakan oleh masyarakat, hanya saja dalam melaksanakan terdapat

pertimbangan-pertimbangan lain yang harus diperhatikan dan menjadi ukuran dalam

bertindaknya seseorang ketika dihadapkan dengan persoalan harta kewarisan..

79

Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia, Cet-1, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h, 10. 80

Observasi Langsung di Wilayah Kenagarian Tujuah Koto Talago, Sabtu 9 Juni 2018

Page 66: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

57

Sulitnya menemukan keluarga yang telah melaksanakan pembagian kewarisan

karena memang banyak diantaranya yang enggan membicarakan persoalan harta dan

uang. Salah seorang anggota ahli waris yang lebih berkecukupan di bandingkan yang

lainnya juga kerap membuat persoalan harta warisan ini tidak menjadi perhatian yang

besar di tengah-tengah masyarakata. Harta banyak dikelola oleh saudara yang

memang sudah lama tinggal di lingkungan yang menjadi objek warisan tersebut,

sehingga ahli waris yang jauh diperantauan juga enggan bahkan malu apabila harus

mengungkit persoalan harta.81

Akhirnya banyak dari masyarakat Kenagarian Tujuah

Koto Talago lebih senang menjaga keutuhan harta kedua orang tuanya dengan

pemakaian harta peninggalan tersebut secara bersama-sama dibandingkan harus

dimiliki secara perseorangan dan terpisah-pisah.

Masyarakat boleh jadi memberikan ataupun menghibahkan hak nya kepada

saudaranya sesama ahli waris, tetapi penghibahan harta tersebut mestilah dilakukan

setelah masing-masing pihak mengetahui jumlah dan bagian masing-masing.

Penyerahan harta dan penghibahan hak kewarisan sebelum mengetahui porsi masing-

masing ahli waris tidak menutup kemungkinan timbulnya rasa keinginan untuk

memiliki harta, terlebih ketika mengetahui jumlah harta yang besar dan di luar

perkiraannya selama ini, hasrat untuk memperoleh hak nya akan muncul.82

Manfaat

yang dihasilkan dari pelaksanaan pembagian kewarisan belum sepenuhnya dipahami

masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago. Hal ini cukup dirasakan, sebab

penyampaian materi dan ilmu pengetahuan tentang hukum kewarisan tidak semudah

persoalan ibadah seperti halnya sholat, puasa, sedekah, infaq ataupun penyampaian

pemahaman terhadap akhlak dan cabang ilmu agama lain di tengah masyarakat

umum, sehingga tidak banyak menjadi pilihan para mubalig dan ustaz dalam setiap

penyampaian dakwahnya.

81

Wawancara Pribadi dengan Roni, Pemuda dan Pemerhati adat Jorong Tanjung Jati, Melalui

Media Seluler, pada Senin 1 Oktober 2018 82

Wawancara Pribadi dengan Nasrullah, Ustad dan Da‟i, Rumah Kediaman Bapak

Nasrullah,pada Minggu 10 Juni 2018

Page 67: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

58

Rumitnya persoalan kewarisan khususnya dalam penghitungan besar bagian

masing-masing ahli waris, dibutuhkan kelas khusus agar ilmu kewarisan dapat

disampaikan secara optimal kepada masyarakat. Pada masing-masing daerah yang

masuk ke dalam lingkup Kenagarian Tujuah Koto Talago, pendidikan agama yang

diajarkan dan diterima masyarakat didapatkan dari masing-masing tempat ibadah

lingkungan tempat tinggalnya. Adapun pemahaman mayoritas masyarakat

Kenagarian Tujuah Koto Talago terhadap kewarisan Islam adalah sebatas, bahwa

seorang anak memiliki hak waris atas kedua orang tuanya,83

di luar ini, tidak banyak

dari masyarakat yang mengetahui bagaimana sebenarnya hukum kewarisan Islam

yang harus dilaksanakan.

Demikian tampak jelaslah tujuan akhir sebuah ilmu dengan hukum

praktiknya. Kekuatan hukum pelaksanaan kewarisan jelas dan mengikat seluruh

manusia. Tidak hanya pada aspek individu manusianya namun pelaksanaan

pembagian ini juga merupakan kewajiban hukum yang melekat pada harta

peninggalan yang ditinggal mati pemiliknya.84

Selain itu kewajiban pelaksanaan ini

adalah agar kita selalu berjalan sesuai ketentuan agama, jangan sampai ada yang

dirugikan oleh kita karena termakan bagian ahli waris lain, sebab tidak jarang

problem pembagian waris yang dibiarkan berlarut-larut karena ketidakpahaman

anggota keluarga serta masyarakatnya terhadap hukum kewarisan, berakhir dengan

sengketa perebutan harta dan memecah hubungan baik dalam keluarga.

C. Kesadaran Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam pada Masyarakat

Kenagarian Tujuah Koto Talago

Dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, alam mempunyai peran yang

sangat penting, terutama bagi orang minang yang hidup bertani, mereka menyebut

83

Wawancara Pribadi dengan Nelfita Gusti, Narasumber yang Pernah Melakukan Pembagian

Kewarisan, Kediaman Ibu Nelfira Gusti, Sabtu 30 Juni 2018 84

Achmad Kuzari, Sistem Asabah Dasar Pemindahan Hak Milik atas Harta Tinggalan, Cet

1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996, h, 62.

Page 68: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

59

alam Minangkabau sebagi dunia mereka. Dalam kesehariannya, masyarakat hidup

bersama. Mereka melihat orang lain sebagai orang yang dihormati, harus diajak

bermusyawarah dan untuk dilindungi. Pepatah adat “duduak surang basampik-

sampik, duduak basamo-samo balapang-lapang”, menunjukkan bagaimana

pandangan mereka dalam hidup kepada orang lain. Mereka yakin dengan hidup

sendiri kehidupan mereka akan menjadi sempit dan hanya dapat diatasi kalau mereka

hidup bersama-sama dalam kelompok.85

Kuatnya persaudaraan yang terjalin dalam

lingkungan masyarakat Minangkabau secara umum juga ditemukan dalam

masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago. Adat kebiasaan yang tertanam tidak

mudah untuk dihilangkan. Sebagaimana pepatah adat “sekali air besar sekali tepian

beralih”, yang mengandung arti bahwa adat dapat mengalami perubahan, bila terjadi

suatu perubahan besar, yang diibaratkan dengan air besar atau banjir yang menggeser

tepian.86

Hal inilah kemudian menyebabkan masyarakat kurang terbuka pada hal baru

selama keyakinan yang mereka jalankan masih relevan di tengah masyarakat.

Keengganan dalam melaksanakan pembagian harta warisan menjadi hal wajar dan

tidak begitu dipandang sebagai suatu persoalan yang harus segera diselesaikan.

Kesadaran pelaksanaan kewarisan dalam lingkungan masyarakat Kenagarian

Tujuah Koto Talago juga diikuti oleh rendahnya penyebaran ilmu pengetahuan

kewarisan dalam lingkungan masyarakatnya. Tidak banyak dari masyarakat

Kenagarian Tujuah Koto Talago yang benar-benar memahami secara tuntas

bagaimana hukum kewarisan Islam itu sendri. Banyak dari masyarakat Kenagarian

Tujuah Koto Talago yang menyadari pentingnya pembagian kewarisan setelah

terjadinya perselisihan di antara kelompok keluarga ahli waris. Berdasarkan

peristiwa tersebut dapat dipahami kesadaran muncul bukan dari dalam diri

masyarakat yang telah memahami pentingnya mempelajari dan melaksanakan hukum

85

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Adat Istiadat Daerah Sumatera

Barat...... h, 144-145 86

Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat

Minangkabau,…….h, 150

Page 69: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

60

kewarisan Islam, tetapi kesadaran justru dipicu oleh keadaan dan kondisi yang terjadi

di tengah keluarga saat diupayakannya pembagian kewarisan.

Di antara masyarakat yang hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar (SD)

hingga sekolah menengah pertama (SMP). Menuntut ilmu bukan lagi menjadi fokus

utama. Kehidupan digantikan dengan semangat bekerja dan mengumpulkan uang.

Kekhawatiran tidak dapat mengumpulkan harta nyatanya lebih besar ditemukan

dalam masyarakat. Sehingga lebih fokus pada hasil pekerjaan yang mereka usahakan

dibandingkan harus mengurusi harta peninggalan orang tuanya. Minimnya

pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam menangani persoalan kewarisan

juga turut mematikan gerak masyarakat dalam melaksanakan hukum kewarisan

sebagaimana ajaran agama Islam.

Lebih spesifik mengenai kesadaran kelompok masyarakat yang telah

melaksanakan pembagian harta kewarisan, dinilai sudah memiliki kesadaran yang

cukup baik dalam melaksanakan hukum kewarisan Islam.Keinginan untuk hidup

dalam kerukunan serta upaya untuk memperoleh ketenangan batin dalam hidup,

menjadi landasan dan tujuan dilakukannya pembagian harta waris tersebut.87

Pada kelompok masyarakat yang belum melaksanakan pembagian harta

kewarisan, kurangnya kesadaran dalam lingkungan keluarga tanpa latar belakang

pendidikan cukup terlihat jelas.Banyak dari masyarakat merasa belum perlu untuk

melaksanakan pembagian kewarisan. Selain itu, kesadaran diantara masyarakat

Kenagarian Tujuah Koto Talago juga dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah harta

yang akan dibagi. Kecilnya jumlah harta yang diyakini oleh ahli waris, menjadikan

daya tarik terhadap harta berkurang. Mayoritas masyarakat justru merasa malu jika

tetap melaksanakan pembagian kewarisan, sehingga banyak di antara ahli waris

akhirnya memilih untuk memanfaatkan penggunaan harta secara bersama-sama.

Kenyataannya bahwa semakin tinggi pendidikan ahli waris dalam keluarga tersebut,

87

Wawancara Pribadi dengan Ermita, Narasumber yang Pernah Melakukan Pembagian

Kewarisan, Rumah Kediaman Ibu Ernita, Sabtu 30 Juni 2018

Page 70: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

61

diikuti dengan semakin banyaknya yang berminat melaksanakan hukum kewarisan

Islam. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan ahli waris dalam keluarga

tersebut, semakin banyak ditemukan yang tidak berminat.88

Selanjutnya, adat kebiasaan yang masih dianggap relevan di tengah

masyarakat, juga sangat mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam melaksanakan

pembagian kewarisan Islam. Hubungan mamak dan kemenakan menjadi contoh

paling nyata dalam masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago. Bangunan adat

lama ini masih tertanam kuat dalam masyarakatnya, walaupun dalam bentuk yang

sudah menyesuaikan diri dalam perkembangan kehidupan yang baru.

Adapun upaya yang akan membantu dalam peningkatan kesadaran

masyarakat di lingkungan Kenagarian Tujuah Koto Talago adalah pemanfaatan

fungsi tempat-tempat ibadah seperti masjid, musala dan tempat-tempat pengajian

yang cukup banyak di daerah tersebut. Hanya saja hingga saat ini kemampuan

berbagai sarana ibadah dan keagamaan yang ada belum berjalan secara optimal,

hingga mampu membangkitkan kesadaran pentingnya hukum kewarisan yang kuat di

lingkungan Kenagarian Tujuah Koto Talago. Kesempatan memperoleh ilmu

kewarisan tidak banyak diperoleh masyarakat. Sulitnya dalam penyampaian ilmu

hukum kewarisan pada forum-forum besar, menjadi kendala ustaz dan tokoh agama

yang ada. Benarlah kiranya perlu dibentuk forum-forum khusus, dalam mengkaji

ilmu kewarisan di lingkungan masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago. Di mana

Agama Islam harus lebih bisa mengimbangi lagi adat yang lebih dulu tertanam dalam

masyarakat.

Penulis menilai pengetahuan masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago

terhadap pelaksanaan hukum kewarisan Islam sebenarnya telah ada, namun dalam

porsi yang masih sangat sedikit. Di antara kelompok masyarakat yang telah

melaksanakan dan kelompok masyarakat yang belum melaksanakan pembagian

88

Wawancara Pribadi dengan Yasni, Narasumber yang Pernah Melakukan Pembagian

Kewarisan, Rumah Kediaman Ibu Yasni, Sabtu 30 Juni 2018

Page 71: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

62

kewarisan, jelas ditemukan perbedaan pengetahuan yang sangat besar di antara

keduanya. Wawancara yang penulis lakukan pada masyarakat yang melaksanakan

pembagian harta kewarisan secara sukarela tanpa adanya sengketa di lingkungan

keluarganya memberikan kesimpulan bahwa melaksanakan hukum kewarisan Islam

tidaklah sulit untuk dilakukan, karena kesadaran pentingnya pelaksanaan pembagian

kewarisan ini di rasakan seluruh ahli waris. Hubungan keluarga di antara ahli waris

juga tetap terjaga dengan baik.

Adapun pada kelompok masyarakat yang melaksanakan pembagian

kewarisan yang di dahului oleh sebab perselisihan dan setelah munculnya sengketa

kewarisan, hanya menyelesaikan salah satu hukum agama. Keadaan ini lebih banyak

memunculkan jarak di antara ahli waris setelah pelaksanaannya. Kesadaran yang

muncul adalah kesadaran sebab terpaksa, agar persoalan yang timbul dapat

diselesaikan dan agar tidak menyisakan kesenjangan diantara ahli waris.

Pengamatan yang penulis lakukan selama dua bulan di wilayah Kenagarian

Tujuah Koto Talago cukup memberikan gambaran kepada penulis, bagaimana

pemahaman masyarakat terhadap pentingnya melaksanakan pembagian kewarisan.

Sebagaimana pengetahuan masyarakat yang juga terbatas dalam hukum kewarisan.

Pentingnya pelaksanaan pembagian kewarisan juga belum banyak dirasakan

masyarakatnya. Masyarakat baru menyadari bahwa Islam mengatur pelaksanaan

hukum kewarisan dan setiap anak memiliki hak kewarisan dari peninggalan kedua

orang tuanya. Adapun bagaimana pelaksanaan sesungguhnya yang diajarkan dalam

Agama Islam belum sepenuhnya dipahami masyarakat. Hal ini juga disebabkan oleh

keilmuan yang tidak mumpuni mengenai ilmu kewarisan.

Kesadaran masyarakat dalam melaksanakan pembagian kewarisan

berdasarkan hukum Islam juga belum dimunculkan dalam setiap pelaksanaan

pembagian kewarisan yang dilakukan. Banyak di antara masyarakat Kenagarian

Tujuah Koto Talago yang mempergunakan harta kewarisan secara bersama-sama

seperti yang dilakukan pada pewarisan harta pusaka. Selain itu pembagian karena

Page 72: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

63

sebab adanya sengketa kewarisan lebih banyak mendominasi upaya pembagian

kewarisan yang dilakukan.

Page 73: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Masyarakat daerah Kenagarian Tujuah Koto Talago pada dasarnya adalah

masyarakat adat. Adat yang dijaga dan agama Islam yang di yakini masyarakat

berjalan berdampingan sehingga tampak tidak ada celah di antara keduanya.

Kewarisan merupakan salah satu persoalan yang selalu diperdebatkan, baik

dalam ketentuan agama maupun ketentuan adat, terlebih pada pelaksanaan

pembagiannya.Selain pengetahuan dan pendidikan ilmu kewarisan yang belum

optimal di tengah-tengah masyarakat, penyebaran harta pusaka tinggi juga masih

mendominasi di wilayah tersebut. Akibatnya pengetahuan dan manfaat kewarisan

Islam tidak banyak dirasakan masyarakat.

Pengetahuan masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago terhadap

pelaksanaan hukum kewarisan Islam masih sangat rendah hingga saat ini.

Rendahnya pengetahuan masyarakat ini tidak terlepas dari kondisi kehidupan

serta sosial masyarakatnya. Faktor yang paling mempengaruhi pengetahuan

hukum kewarisan Islam dalam masyarakat ini adalah pendidikan dan adat istiadat

masyarakatnya. Kesempatan mendapatkan pendidikan ilmu kewarisan yang

terbatas dan adat istiadat yang telah mengakar.

Adat yang dimaksud disini adalah sistem kekerabatan matrilineal yang dijaga

masyarakat, nyatanya memunculkan rasa tanggung jawab dan kedekatan yang

dalam pada keluarga matrilinealnya. Banyaknya waktu yang telah dihabiskan,

dan hubungan yang terjalin diantara seseorang dengan keluarga ibunya ini

menumbuhkan kasih sayang yang lebih kepada sanak saudara dari pihak ibu.

Sebagaimana sistem adat matrilineal yang mengambil garis keturunan dari pihak

ibu, keluarga yang diakui sebagai keluarga yang sebenarnya adalah yang satu

garis keturunan ibu.

Page 74: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

65

2. Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pelaksanaan pembagian kewarisan

juga dibarengi oleh kesempatan mempelajari ilmu kewarisan yang diterima

masyarakat. Sulitnya menyampaikan ilmu kewarisan dalam forum-forum

pengajian skala yang besar, mendorong para mubalig dan ustaz-ustaz yang

mengisi pengajian tidak banyak memilih tema waris pada setiap ceramahnya.

Adapun yang berkenaan dengan sistem kekerabatan, bagi laki-laki di Kenagarian

Tujuah Koto Talago, keberadaan hubungan kekerabatan ini juga dirasakan besar

pengaruhnya dalam pertimbangan untuk melaksanakan pembagian

hartakewarisan, terlebih pada harta pencaharian yang dihasilkan dari masa lajang

hingga akhirnya bercampur dengan harta pencarian yang diperoleh setelah

menikah. Upaya pemisahan harta yang sulit dilakukan ini menyebabkan

pelaksanaan kewarisan tidak begitu mendapat perhatian di tengah masyarakatnya,

sehingga banyak dari pada masyarakat lebih memilih untuk menggunakan harta

secara bersama-sama.

3. Kesadaran masyarakat di Kenagarian Tujuah Koto Talago dalam melaksanakan

pembagian kewarisan juga belum tertanam dengan baik. Pengetahuan,

pemahaman serta penyebaran ilmu kewarisan yang tidak merata ini

mempengaruhi pola prilaku masyarakatnya. Kesadaran yang telah dimunculkan

di tengah masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago baru sebatas adanya

hukum kewarisan yang diajarkan oleh agama yang diyakini masyarakat, yaitu

Islam. Pemahaman selanjutnya adalah hukum tersebut memberikan pelajaran

bahwa setiap orang memiliki hak kewarisan dari kerabat-kerabatnya yang

terdekat. Pengetahuan serta pemahaman ilmu kewarisan yang terbatas ini yang

kemudian menyebabkan di Kenagarian Tujuah Koto Talago, meskipun berada

dalam lingkungan masyarakat yang 100% beragama Islam yang taat, kesadaran

pelaksanaan hukum kewarisan masih kurang dirasakan pribadi masyarakatnya.

Page 75: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

66

B. Saran

Keyakinan untuk beragama sudah tidak diragukan lagi dalam masyarakat

Kenagarian Tujuah Koto Talago. Lingkungan masyarakatnya juga sudah sangat

mendukung dalam upaya pelaksanaan ajaran agama Islam secara Kaffah. Terlepas

dari pengaruh sistem kekerabatan matrilineal, penanaman ajaran mengenail ilmu

kewarisan Islam perlu lebih di tekankan dalam setiap kegiatan ataupun pengajian

agama yang di lakukan oleh masyarakat. Tokoh agama, ustaz dan para mubalig perlu

menekankan pengajaran terhadap hukum kewarisan Islam dalam setiap ceramah

yang disampaikan, sehingga pengetahuan masyarakat terhadap kewarisan Islam akan

semakin berkembang dan memunculkan kesadaran yang besar dalam diri dan

lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian pelaksanaan pembagian harta

kewarisan berdasarkan hukum Islam dapat dilaksanakan seluruh masyarakat secara

optimal

Page 76: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

67

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zuhrah, Muhammad, Hukum Waris menurut Imam Ja‟far Shadiq, PT.

Lentera Basritama, 2001.

Abta, Asyhari dan Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidl Deskripsi

Berdasarkan Hukum Islam Praktis dan Terapan, Cet 1, Surabaya: Pustaka Hikmah

Perdana, 2005.

Ahmad, Amrullah, Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional

Mengenang 65 Tahun Prof. Dr. H. Busthanul Arifin, S.H, Cet-1, Depok: Gema Insani

Press, 1996.

Ali, Achmad dan Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap

Hukum, Cet-2 Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Ali Ash-Shabuni, Muhammad,Pembagian Waris menurut Islam, Cet- 1,

Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet-2, Jakarta: Sinar

Grafika, 2007.

Amir M.S, Pewarisan Harato Pusako Tinggi dan Pencaharian, Cet-4,

Jakarta: Citra Harta Prima, 2011.

Budi Nugraheni, Desti dan Haniah Ilhami, “Pembaruan Hukum Kewarisan

Islam di Indonesia”, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2014.

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, CV. Diponegoro,

Semarang, 2000.

Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama

RI Tahun 2013, Panduan Praktis Pembagian Waris dalam Islam.

Ghafor Anshori, Abdul, Filsafat Hukum Kewarisan Islam, Konsep Kewarisan

Bilateral Hazairin.

Page 77: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

68

Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia,

Kencana Prenada Media Group, 2011.

Hasan, Mustofa, Pengantar Hukum Keluarga, Cet-1, Bandung: CV Pustaka

Setia, 2011.

Hasbi Ash-Shiddieqy, Muhammad,Fiqih Mawaris untuk Warisan dalam

Syari‟at Islam, Cet- 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut al-Qur‟an dan Hadis, Jakarta:

Tintamas, 1982.

Husein Nasution, Amin, Hukum Kewarisan Islam Analisis Komparatif

Pemikiran Mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam, Cet-1, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2012.

Julius DT. Malako Nan Putiah, Mambangkik Batang Tarandam dalam Upaya

Mewariskan dan Melestarikan Adat Minangkabau Menghadapi Modernisasi

Kehidupan Bangsa, Cet-1 Bandung: Citra Umbara, 2007.

Kuzari, Achmad,Sistem Asabah Dasar Pemindahan Hak Milik atas Harta

Tinggalan, Cet 1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996.

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris

Ahkamul-Mawaarits fil-Fiqhil-Islami, Cet- 1, Jakarta: Senayan Abdi Publishing,

2004.

Lukito, Ratno, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler. Pustaka Alvabet Anggota

IKAPI, Jakarta, 2008.

Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Abu, Tuntunan Praktis Hukum Waris,

Jakarta: Pustaka Ibnu „Umar, 2009.

Muhyidin Abdul Hamid, Muhammad,Panduan Waris Empat Madzhab, Cet 1,

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009.

Muhibbin, Muhammad, dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai

Pembaruan Hukum Positif di Indonesia, Cet-1, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Page 78: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

69

Piliang, Edison, dan Nasrun Dt. Marajo Sungut, Budaya dan Hukum Adat di

Minangkabau, Cet-2, Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2013.

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Adat Istiadat Daerah

Sumatera Barat, Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan

Daerah, 1978.

Riadi, Edi “ Paradigma Baru Hukum Waris Islam di Indonesia” dalam

Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di Indonesia ed Muchit A.

Karim,Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, 2012.

Riwayat Attubani, Adat dan Sejarah Minangkabau, Cet-1, Padang: Media

Eksplorasi, 2012.

Rosyadi, A. Rahmat, dan M. Rais ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam

Perspektif Tata Hukum Indonesia, Cet-1, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006.

Said Suhiarto, Umar, Pengantar Hukum Indonesia, Cet-2,Jakarta: Sinar

Grafika, 2014.

Salman, Otje, Kesadaran Hukum Masyarakat terhadap Hukum Waris, Cet 1,

Bandung: Penerbit Alumni, 1993.

Soekanto, Soerjono, Antropologi Hukum Proses Pengembangan Ilmu Hukum

Adat, Cet-1 Jakarta: CV Rajawali, 1984.

Soekanto, Soerjono, Pokok-pokok sosiologi Hukum, Cet. Ke-5, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2010.

Soekanto, Soerjono dan Purnadi Purbacaraka, Sendi-sendi Ilmu Hukum dan

Tata Hukum, Cet-6, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti.

Suhiarto, Said Umar, Pengantar Hukum IndonesiaJakarta: Sinar Grafika,

2014, Cet. Ke-2.

Suparman, Eman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat dan

BW, Cet-4, Bandung: PT Refika Aditama, 2013.

Syahrani, Riduan, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: PT.

Alumni, 2010.

Page 79: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

70

Syarifuddin, Amin. Hukum Kewarisan Islam edisi kedua, Prenadamedia

Group, 2015.

Syarifuddin, Amin Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan

Adat Minangkabau, Cet-1 Jakarta: PT Gunung Agung, 1984.

Yahya, M.Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama

UU No 7 Tahun 1989, jakarta:Pustaka Kartini, 1997.

Yaswirman, Hukum Keluarga Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan

Adat dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau, Cet-1, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2011.

Zainuddin, Musyair, Ranah Minang dan Lingkungan Hidup, Yogyakarta:

Penerbit Ombak Anggota IKAPI, 2014.

Zamzami, Mukhtar, Perempuan dan Keadilan dalam Hukum Kewarisan

Indonesia, Kencana Prenada Media Group, 2013.

Artikel dan Wawancara

Data Wilayah dan Penduduk Kenagarian VII Koto Talago, Tahun 2017.

Hadits Riwayat Ibnu Majah No 224, tentang Penegasan Hukum Menuntut

Ilmu Adalah Wajib, https://muslim.or.id/18810-setiap-muslim-wajib-mempelajari-

agama.html, diakses pada kamis, 16 Agustus 2018, pukul 10:13.

https://palantaminang.wordpress.com/sejarah-alam-minagkabau/g-sistem-

kepemilikan/, diakses pada 20 Mei 2018, jam 21.31 WIB.

Observasi Langsung di Wilayah Kenagarian Tujuah Koto Talago, 9 Juni

2018.

Profil Kenagarian Tujuah Koto Talago dalam Laporan Tim Pendataan Nagari

Tujuah Koto Talago Tahun 2017.

Wawancara Pribadi dengan Ainil Khairani, Narasumber yang Pernah

Melakukan Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman,Selasa 19 Juni 2018.

Page 80: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

71

Wawancara Pribadi dengan Budiman, Narasumber yang Pernah Melakukan

Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman,Selasa 12 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan ErmitaNarasumber yang Pernah Melakukan

Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman,Sabtu 30 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan Ernita, Masyarakat, Rmah Kediaman, Senin 25

Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan Hamdi Syakban, Narasumber yang Pernah

Melakukan Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman, Rabu 20 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan Mardhiati, Narasumber yang Pernah Melakukan

Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman, Kamis 14 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan Mega, Narasumber yang Pernah Melakukan

Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman, Minggu 17 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan Nasrullah, Pendakwah dan Da‟i, Rumah

Kediaman, Minggu 10 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan Nelfita Gusti, Narasumber yang Pernah

Melakukan Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman, Sabtu 30 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan Roni, Pemuda dan Pemerhati Adat Jorong

Tanjung Jati, Media Seluler, Senin 1 Oktober 2018, Pukul 09.00 WIB.

Wawancara Pribadi dengan Salman, Narasumber yang Pernah Melakukan

Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman Selasa 12 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan Sulaiman, Tokoh Agama, Media Seluluer, Sabtu

17 Februari 2018, Pukul 19.30 WIB

Wawancara Pribadi dengan Tumbi, Tokoh Adat, Media Seluler, Minggu 24

Juni 2018, Pukul 08.30 WIB.

Wawancara Pribadi dengan Yetti, Narasumber yang Belum Melakukan

Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman, Sabtu 23 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan YasniNarasumber yang Pernah Melakukan

Pembagian Kewarisan, Rumah Kediaman, Sabtu 30 Juni 2018.

Page 81: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

HASIL WAWANCARA I

Nama : Nasrullah

Pekerjaan : Pendakwah dan Ustad

Hari / Tanggal : Minggu, 10 Juni 2018

Tempat : Rumah Kediaman Bapak Nasrullah

1. Bagaimana pendangan bapak terhadap kewarisan yang berkembang di

Kenagarian Tujuah Koto Talago?

Jawab: masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago secara umum mengetahui

adanya hukum kewarisan Islam disamping kewarisan yang juga dimiliki oleh

hukum adat terhadap harta pusaka. Pengetahuan yang saya maksudkan disini

adalah dari segi keberadaan hukum tersebut, sebagaimana ajaran dari agama yang

diyakini dan diakui oleh masyarakat Kenagarian Tujuah Koto Talago. Adapun

dari segi keilmuan dalam melaksanakan hukum, masyarakat kita masih sangat

kurang keilmuannya. Selama saya membantu proses pelaksanaan pembagian

harta kewarisan di tengah masyarakat juga beragam persoalan yang ditemukan.

Hasilnyapun juga ada yang menerima pembagian yang diajarkan dan adapula

yang menolak.

2. Selama membantu masyarakat dalam persoalan hukum kewarisan hingga

pelaksanaannya, bagaimana kondisi dilapangan yang bapak temui?

Jawab: Saya membantu masyarakat dalam persoalan faraid ini sudah cukup lama,

jadi peristiwa dilapangan juga sangat banyak dan masing-masing menjadi

permasalahan masyarakat dalam melaksanakan pembagian harta warisan.

Beberapa di antarannya adalah perselisihan dalam menetapkan harta kewarisan

berupa tanah dan ini paling banyak ditemukan di tengah-tengah masyarakat.

Sebagaimana masyarakat kita yang hidup bersuku-suku dan tinggal dalam satu

lingkungan yang berdekatan, penetapan atas kepemilikan tanah seringkali sulit

Page 82: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

dilakukan karena perbedaan pendapat apakah tanah ini merupakan harta pusaka,

atau harta pencaharian. Jadi, sebagian keluarganya karena beranggapan tanah

adalah haera pusaka, mereka meminta tanah ini mengikuti kewarisan adat,

sedangkan sebagian lain yang mengganggap hasil pembelian dan masuk dalam

kelompok harta pencaharian menginginkan pembagian kewarisan. Saya

membantu langsung penyelesaian kewarisan ini. Sebagaimana masyarakat

Minangkabau yang hidup bersuku-suku dan tinggal dalam satu lingkungan yang

bedekatan, pada tanah sengketa tersebut didapati milik suku caniago, sedangkan

disekeliling tanah tersebut adalah suku sipisang.Hal ini tentu janggal dan tidaklah

pas dikatakan tanah tersebut masuk dalam harta pusaka, karena sepetak tanah di

miliki oleh suku yang berbeda dengan suku-suku di sekelilingnya. Setelah

dilakukan penelusuran lebih lanjut kepada keduabelah pihak suku tersebut,

ditemukan bahwa tanah sengketa ini diperoleh dari hasil gadai. Salah satu dari

keluarga yang bersuku sipisang saat itu dalam kondisi yang mengharuskannya

menggadaikan tanah yang dimilikinya, kemudian keluarga yang bersuku

caniagolah yang kemudian memperoleh kepemilikan tanah tersebut, dari bantuan

yang diberikannya. Kesepakatan akhirnya di temukan bahwa tanah tersebut

merupakan hasil pencaharian sehingga dapat dilaksanakan pembagian kewarisan.

3. Sebagai orang yang sadar dalam pembagian waris, apakah ada masukan atau

saran bapak agar masyarakat kita dapat sadar pulaterhadap pentingnya

melaksanakan pembagian warisan dan hukumnya?

Jawab: Saya menyadari bahwa masyarakat kita memang masih terbatas

pengetahuan dan pemahamannya dalam hukum kewarisan Islam, namun bukan

berarti tidak ada sama sekali. Beberapa dari masyarakat kita datang menemui

saya untuk menanyakan persoalan kewarisan, bahkan mereka juga melaksanakan

keilmuan dan hukum yang telah mereka pelajari tersebut. Hal ini saya rasa cukup

di awal, tapi kita masih sangat memerlukan perkembangan pelaksanaan hukum

kewarisan Islam di tengah-tengah masyarakat kita, Kenagarian Tujuah Koto

Talago. Jumlah masyarakat yang melaksanakan dengan yang belum

Page 83: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

melaksanakan masih jauh dari kata imbang. Masjid, mushalla dan tempat-tempat

keagamaan yang telah kita punya perlu dikembangkan dengan penyampaian ilmu

kewarisan. Mubalig dan ustad-ustad yang kita miliki diminta memperbanyak

penyampaian dakwah mengenai ilmu kewarisan sehingga akan semakin tertanam

dalam diri masyarakat kita, agar terwujudnya pelaksanaan yang optimal menuju

masyarakat yang lebih baik lagi. Saya berharap untuk selanjutnya perhatian

masyarakat terhadap ilmu kewarisan akan lebih besar.

Page 84: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

HASIL WAWANCRA II

Nama : Ernita

Hari / Tanggal :Senin ,25 Juni 2017

Pekerjaan : Pensiunan Guru

Tempat : Kediaman Ibu Ernita

1. Apakah ibu pernah mendengar ataupun melaksanakan pembagian kewarisan?

Jawab: ya! saya pernah mendengarnya dan mempelajarinya sedikit semasa studi

saya, selain itu keluarga saya juga pernah melaksanakannya saat kematian ayah

dan ibu saya.

2. Apakah yang mendasari ibu dan keluarga dalam melaksanakan pembagian

kewarisan?

Jawab: Kami meyakini pembagian untuk kemaslahatan jangka panjang.

Pembagian akan menjadi upaya pencegahan kesalahpahaman di antara anak cucu

kami di masa depan, sehingga kejelasan penting untuk kami sampaikan di awal

kepada mereka. Sehingga mereka dapat mengetahui hak-haknya secara jelas dan

tidak lalai dengan hak saudaranya yang lain.

3. Bagaimana pelaksanaan kewarisan yang ibu lakukan saat itu?

Jawab: Hasil akhir dari pembagian yang kami lakukan menyepakati pengelolaan

harta peninggalan orang tua pada pihak perempuan. Meskipun demikian seluruh

ahli waris di keluarga mengetahui besar bagian harta masing-masing. Setiap ahli

waris diperlihatkan rincian harta peninggalan kedua orang tuanya tersebut.

Setelah mengatahui sejumlah harta itu, dua orang saudara laki-laki saya

menyepakati untuk memberikan bagian hak warisnya kepada saya dan adik

perempuan saya.

Saudara laki-laki saya mengungkapkan, bahwa penyerahan hak waris tersebut

mereka lakukan dengan alasan tanggung jawabnya sebagai mamak untuk

Page 85: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

kemanakan dari sukunya. Sedangkan tanggung jawabnya kepada istri dan anak-

anaknya diberikan dari pencarian yang dia usahakan melalui pekerjaanya. Selain

itu kediaman saudarinya yang perempuan adalah rumah tempatnya berasal, yang

akan menjadi tempatnya kembali suatu saat. Sehingga pemberian ini dapat pula

dipandang sebagai simpanan di keluarga asalnya, dimana hanya hak milik yang

telah diserahkan, namun hak pakai masih dapat digunakan secara bersama-sama

nantinya.

4. Berapa besar harta warisan yang dibagi saat itu?

Jawab: Warisan yang ditinggalkan berupa tanah, rumah, sawah, dan perkebunan,

5. Apakah pelaksanaan pembagian kewarisan yang dilakukan diterima seluruhnya

oleh ahli waris?

Jawab: Semuanya atas kesadaran dan kesepakatan kami bersaudara. Mereka

diberitahukan masing-masing hak dan bagiannya dan setelah mereka terima, hak

tersebut di hibahkan seluruhnya kepada saya dan saudari perempuan saya.

Page 86: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

HASIL WAWANCARA III

Nama : Roni

Hari / Tanggal : Senin 1 Oktober 2018

Pekerjaan : Wiraswasta

1. Bagaimana pendangan bapak terhadap kewarisan yang berkembang di

Kenagarian Tujuah Koto Talago?

Jawab: Jadi yang berkembang di masyarakat kita itu ada dua sistem kewarisan,

ada sistem kewarisan adat dan ada sistem kewarisan Islam. Sistem kewarisan

adat ini juga dikelompokkan dalam dua jenis harta dan masing-masing memiliki

tata cara pewarisannya. Pertama ada harta kewarisan pusaka tinggi, dalam

pembagian kewarisannya tidak dapat dilaksanakan menurut ketentuan Agama

Islam dengan pembagian secara individu, karena bentuk kepemilikan yang ada

dalam harta tersebut adalah dari sekelompok orang atau kaum. Akibatnya

kewarisan yang dilakukan juga dengan cara kolektif dalam penggunaan serta

kepemilikannya. Adapun untuk harta pusaka rendah yang masuk di dalamnya

mengenai harta pencaharian, hal ini dapat dilakukan pembagian dengan

kepemilikan secara perorangan atau individu, dimana harta diketahui jelas

keberadaannya dan memiliki pemilik yang tunggal.Masyarakat Kenagarian

Tujuah Koto sudah paham dalam perbedaan ini, mereka paham betul yang dapat

di bagi menurut ketentuan hukum Islam hanyalah dalam bentuk harta pusaka

rendah.

2. Pembagian kewarisan yang berkembang di daerah kita, diluar bentuk kewarisan

harta pusaka tinggi, apakah sudah sejalan dengan hukum kewarisan Islam

menurut bapak?

Jawab: Sepanjang yang saya temui, pelaksanaan pembagian kewarisan memang

jarang ditemukan di Kenagarian Tujuah Koto Talago. Pelaksanaan kewarisan

Page 87: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

Islam yang sedikit ditemui ini menurut saya lebih kepada persoalan keberadaan

harta pusaka rendah tersebut.Wilayah Kenagarian Tujuah Koto Talago masih

sangat kuat dengan adat istiadatnya sebagai orang Minang.Penyebaran harta

pusaka tinggi juga masih mendominasi di tengah-tengah masyarakatnya,

akibatnya pelaksanaan pembagian harta kewarisan dari pusaka rendah tidak

banyak terjadi.Hubungan kekeluargaan yang terjalin juga sangat kuat diantara

anggota keluarga dan masyarakat.Banyak dari masyarakat Kenagarian Tujuah

Koto Talago yang hidup bergantug kepada harta kaumnya, sehingga harta

pencaharian yang diperoleh juga banyak kembali kepada kaumnya tersebut.Hal

inilah yang mungkin mengurangi pelaksanaan kewarisan Islam di tengah-tengah

masyarakat, karena memang harta kepemilikan individu tidak banyak dimiiki.

3. Menurut bapak apakah kewarisan yang menurut hukum Islam penting untuk

dilaksanakan dan penyegeraan pelaksanaanya?

Jawab: Berkenaan dengan hukum kewarisan Islam saya setuju untuk

dilaksanakan penyegeraan kewarisannya, karena hal tersebut merupakan tuntutan

agama dan memiliki tujuan kemaslahatan jangka panjang.

4. Sebagai orang yang sadar dalam pembagian waris, apakah ada masukan atau

saran bapak agar di tengah-tengah masyarakat kita dalam mengupayakan

pembiasaan melaksankan pembagian kewarisan?

Jawab: Saya menyadari bahwa masyarakat kita memang masih terbatas

pengetahuan dan pemahamannya dalam hukum kewarisan Islam, namun bukan

berarti tidak ada sama sekali.Mayarakat hanya enggan berurusan dengan

persoalan harta dan uang tersebut.Mungkin ada satu pihak yang menginginkan,

tetapi karena hanya dirinya saja akhirnya seringkali obrolan tersebut tidak

tersampaikan. Lain lagi halnya dengan ahli waris yang barangkali lebih

berkecukupan daripada ahli waris yang lain, sehingga dalam pemanfaatan hak

kewarisan lebih diserahkan begitu saja kepada saudaranya yang lain.

Page 88: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

HASIL WAWANCARA IV

Nama : Yetti

Hari / Tanggal : Sabtu, 23 Juni 2018

Tempat : Kediaman Ibu Yetti, Kenagarian Tujuah Koto Talago

Pekerjaan : Rumah Tangga

1. Apakah ibu pernah mendengar tentang faraid atau kewarisan?

Jawab : ya saya pernah mendengarnya

2. Apakah ibu pernah melaksanakan pembagian kewarisan?

Jawab: Saya belum melaksanakannya

3. Bagaimana pandangan ibu terhadap pelaksanaan pembagian kewarisan?

Jawab: Sebagai seorang muslim saya meyakini pelaksanaan pembagian

kewarisan juga diajarkan dalam Agama Islam, namun hingga saat ini pembagian

kewarisan cukup sulit dilakukan di keluarga saya. Ahli waris di keluarga kami

cukup banyak dan semuanya tinggal berjauhan satu sama lain. Kesibukan dengan

pekerjaan masing-masing turut mengurangi perhatian kami mengenai kewarisan

peninggalan orang tua kami ini, sehingga belum dilaksanakannya pembagian.

4. Apakah pernah ada ungkapan dari ahli waris lain untuk melaksanakn pembagian

kewarisan?

Jawab: Hingga saat ini belum ada, karena kesibukan masing-masing. Selain itu

sebagian besar saudara saya lebih senang seperti saat ini, harta warisan orang tua

kami saya jaga. Salah satunya dengan saya tinggal dan merawat rumah

peninggalan orang tua saya ini. Kedepannya saya tidak bisa mengetahui pasti,

hanya untuk saat ini kami meyakini pemanfaatan harta secara bersama-sama

adalah pilihan terbaik.

Page 89: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 90: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 91: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 92: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 93: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 94: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 95: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan
Page 96: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

Gambar 1 : Wawancara dengan bapak Budiman, Narasumber yang Telah

Melaksanakan Pembagian Kewarisan di Kenagarian Tujuah Koto Talago, Kecamatan

Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Selasa 12 Juni 2018, Pukul 19.30 WIB.

Gambar 2 : Bapak Hamdi Syakban Narasumber yang Sudah Melaksanakan

Pembagian Kewarisan, di Rumah Kediamannya, Setelah Selesai Sesi Wawancara

Pada Rabu 20 Juni 2018.

Page 97: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

Gambar 3 : Wawancara dengan Ibu Nelfita Gusti, Narasumber yang Telah

Melaksanakan Pembagian Kewarisan, di Kediamannya, Sabtu 30 Juni 2018

Gambar 4 : Potret Ibu Mega dan kediamannya, Narasumber yang Telah

Melaksanakan Pembagian Kewarisan, di Kenagarian Tujuah Koto Talago, Minggu

17 Juni 2018

Page 98: PELAKSANAAN HUKUM KEWARISAN ISLAM MASYARAKAT ... FITRI-FSH.pdfmenunjukkan bahwa pelaksanaan kewarisan Islam di tengah masyarakat tidak optimal. Penyebabnya adalah karena pendidikan

Gambar 5 : Potret Rumah Kediaman Ibu Ernita, di Ambil Saat Setelah Selesai

Melaksanakan Sesi Wawancara, Senin 25 Juni 2018

Gambar 6 : Potret Ibu Yasni dan Rumah Kediamannya, Narasumber yang Telah

Melaksanakan Pembagian Kewarisan, Sabtu 30 Juni 2018

Gambar 7 : Potret Bapak Salman dan Rumah Kediamannya, Narasumber yang Telah

Melaksanakan Pembagian Kewarisan, Selasa 12 Juni 2018.