perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
WACANA PEDULI LINGKUNGAN dan MAJALAH REMAJA
(Analisis Wacana Peduli Lingkungan dalam Artikel di Rubrik “Green Page”
Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 Menggunakan Model
Analisis Wacana Teun A. van Dijk)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
RAHAJENG KARTIKARANI
D0207130
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Ora et Labora”
“Semua akan indah pada waktu-NYA”
“I can do everything through Him who gives me stregth”
(Phil 4:13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Papa, Mama, serta Adikku tercinta atas dukungan, semangat, dan doa yang begitu
luar biasa bagi penulis.
Cerry Mandala Paradipta atas semangat, dukungan, dan doa bagi penulis.
(Almh.) Eyang Putri atas harapan yang besar dan doa yang tulus agar penulis
segera menyelesaikan studi.
Semoga karya sederhana ini dapat membuat mereka bangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus atas berkat dan kasih anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi berjudul Wacana Peduli Lingkungan dan Majalah Remaja (Analisis
Wacana Peduli Lingkungan dalam Artikel di Rubrik “Green Page” Majalah
GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 Menggunakan Model Analisis Wacana Teun
van Dijk) dengan segala kurang dan lebihnya.
Skripsi ini merupakan sebuah analisis wacana kirits untuk mengetahui
bagaimana peduli lingkungan diwacanakan dalam artikel di Rubrik “Green Page”
Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011. Pemilihan tema penelitian berangkat
dari minat peneliti terhadap peduli lingkungan yang belum banyak ditulis di
media. Permasalahan tentang pemanasan global yang tiap hari semakin
memberikan dampak bagi lingkungan, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Manusia
juga bertanggungjawab atas kelangsungan hidup bumi. Berbagai bencana alam
yang terjadi di berbagai belahan bumi seperti banjir, badai, gempa bumi, tsunami,
dan lainnya juga sebagai akibat kurang pedulinya manusia terhadap alam. Dalam
hal ini, media memiliki peran untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi
masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Berangkat dari pandangan
tersebut, peneliti melakukan peneilitian ini yang kemudian hasil laporannya
disusun dalam bentuk skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
UNS Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan pertolongan dari
berbagai pihak. Dengan segenap keikhlasan dan kerendahan hati, penulis
memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan
kasih karunia-Nya, sehingga berbagai kemudahan ditemui penulis dalam
pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga penulis haturkan kepada:
1. Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Sri Hastjarjo, S. Sos, Ph. D selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dengan sangat baik, senantiasa
memberi masukan, semangat serta motivasi bagi penulis.
4. Redaksi Majalah GoGirl! yang telah memberikan kemudahan akses data,
kritik, dan saran serta motivasi kepada penulis.
5. Keluarga “Keylight”: Maulana, Syamrotun, Leila, Amal, Maya, Dini, Hafi,
Ratna, Herka, Aji, Sigit, Pusa yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
6. KOMPI, suka duka kita bagi bersama selama 5 tahun. Tetap kompak ya
sampai tua nanti!
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Terimakasih atas semua bantuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Tiada gading yang tak retak, mungkin itulah cerminan dari skripsi ini.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya sederhana ini.
Terima kasih dan semoga bermanfaat. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL --------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PERSETUJUAN ---------------------------------------------------- ii
HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------- iii
HALAMAN MOTTO -------------------------------------------------------------- iv
HALAMAN PERSEMBAHAN -------------------------------------------------- v
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- vi
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- ix
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------ xiii
DAFTAR GAMBAR --------------------------------------------------------------- xiv
ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------- xv
ABSTRACT ------------------------------------------------------------------------- xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah --------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah ---------------------------------------------------- 5
C. Tujuan Penelitian ----------------------------------------------------- 5
D. Manfaat Penelitian ---------------------------------------------------- 5
E. Telaah Pustaka
1. Majalah Sebagai Saluran Komunikasi -------------------------- 6
2. Feature -------------------------------------------------------------- 15
3. Mengangkat Masalah Lingkungan ke Media------------------- 19
4. Analisis Wacana -------------------------------------------------- 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
F. Kerangka Pemikiran ---------------------------------------------------- 35
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian ---------------------------------------------------- 36
2. Metode Penelitian ------------------------------------------------- 36
3. Objek Penelitian --------------------------------------------------- 37
4. Teknik Pengumpulan Data --------------------------------------- 38
5. Teknik Analisis Data --------------------------------------------- 38
6. Sistematika Pembahasan ----------------------------------------- 39
BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah Majalah GoGirl! ---------------------------------------------- 41
B. Visi dan Misi
1. Visi -------------------------------------------------------------------- 42
2. Misi ------------------------------------------------------------------- 42
C. Profil Media GoGirl!
1. Data Teknis ---------------------------------------------------------- 43
2. Target Pembaca ------------------------------------------------------ 44
3. Sirkulasi dan Distribusi --------------------------------------------- 44
4. Promosi --------------------------------------------------------------- 45
D. Newsroom Majalah GoGirl!
1. Monthly Routine ----------------------------------------------------- 46
2. Feature ---------------------------------------------------------------- 46
3. Fashion --------------------------------------------------------------- 47
4. Celebrity -------------------------------------------------------------- 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
5. Health and Beauty --------------------------------------------------- 49
6. Lifestyle --------------------------------------------------------------- 49
E. Struktur Kepemimpinan dan Redaksi Majalah GoGirl! ----------- 50
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Artikel “Go Gas!”
1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 55
2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 71
3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 72
B. Analisis Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir5
1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 74
2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 92
3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 93
C. Analisis Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”
1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 95
2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 115
3. Analisis Konteks Sosial --------------------------------------------- 115
D. Analisis Artikel “Green Eating; Simple Planting”
1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 117
2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 142
3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 143
E. Analisis Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”
1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 144
2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 162
F. Analisis Artikel “Drug Management”
1. Analisis Teks -------------------------------------------------------- 163
2. Analisis Kognisi Sosial -------------------------------------------- 184
3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 186
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------- 194
B. Saran ---------------------------------------------------------------------- 196
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Elemen Wacana Teun van Dijk --------------------------------------- 34
Tabel 3.1 Analisis Teks Majalah GoGirl! --------------------------------------- 78
Tabel 3.2 Hasil Analisis Teks ----------------------------------------------------- 189
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Penulisan Feature ----------------------------------------- 17
Gambar 1.2 Model Analisis Teun van Dijk ------------------------------------- 33
Gambar 3.1 Layout Artikel “Go Gas!” ------------------------------------------ 70
Gambar 3.2 Layout Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” -- 86
Gambar 3.3 Layout Artikel “Asia’s Most Polluted Cities” -------------------- 107
Gambar 3.4 Layout Artikel “Green Eating; Simple Planting” ---------------- 133
Gambar 3.5 Layout Artikel “Let’s Go Zero-Waste!” -------------------------- 148
Gambar 3.6 Layout Artikel “Drug Management” ------------------------------ 167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK RAHAJENG KARTIKARANI, D0207130, WACANA PEDULI
LINGKUNGAN DAN MAJALAH REMAJA (Analisis Wacana Peduli
Lingkungan dalam Artikel di Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi
Juli-Desember 2011 Menggunakan Analisis Wacana Teun A. van Dijk),
Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.
Pemanasan global yang ditandai dengan perubahan cuaca ekstrim,
berbagai bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan
lainnya semakin sering terjadi di berbagai belahan bumi. Bencana alam yang silih
berganti juga menjadi tanggung jawab manuisa sebagai salah satu penghuni di
dalamnya. Kurangnya atau rendahnya kepedulian manusia terhadap lingkungan,
membuat alam seakan dibiarkan begitu saja. Kebanyakan media hanya
mengekspos kejadian alam yang terjadi akibat pemanasan global. Belum banyak
media yang memberitakan berbagai cara yang bisa dilakukan sebagai bentuk
peduli lingkungan. Padahal, melalui tulisan yang dimuat dalam media, turut
mempengaruhi cara pandang serta memotivasi masyarakat untuk lebih peduli
lingkungan. Untuk peduli terhadap lingkungan pun tidak hanya menjadi tanggung
jawab orang dewasa, ilmuwan, maupun pemerintah saja. Generasi muda sebagai
generasi penerus juga bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan.
Dengan memotivasi generasi muda, diharapkan mampu mengubah pola pikir dan
semakin banyak yang peduli terhadap lingkungan tanpa ada batasan usia, status,
maupun gender.
Penelitian yang dilakukan akan menganalisis artikel dan serta menjelaskan
bagaimana peduli lingkungan diwacanakan dalam rubrik “Green Page” Majalah
GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011. Rubrik “Green Page” merupakan rubrik yang
dikhususkan untuk memuat artikel-artikel yang berhubungan dengan go green.
Berbeda dengan majalah remaja lainnya yang hanya menuliskan sesuatu tentang
go green sebagai artikel lepas dan tidak dimuat secara rutin.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga dimensi analisis wacana Teun A. van
Dijk yaitu teks, konteks sosial, dan kognisi sosial. Dalam analisis teks, artikel
diteliti sesuai dengan struktur teks seperti tematik, skematik, semantik, stilistik,
dan retoris. Pada dimensi kognisi sosial, diteliti tentang bagaimana wartawan
memproduksi berita. Selanjutnya pada dimensi konteks sosial dianalisis mengenai
apa yang terjadi pada masyarakat yang berkaitan dengan artikel yang dianalisis.
Dari hasil analisis tersebut, wacana yang muncul adalah mengenai bentuk
kepedulian terhadap lingkungan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara
misalnya mengganti BBM dengan gas, mejaga kebersihan lingkungan, menanam,
mengolah limbah obat-obatan dengan cara yang benar, mengaplikasikan pola
jahitan yang sedikit atau bahkan tidak menghasilkan limbah sama sekali dan yang
paling penting, semua yang dilakukan berawal dari diri kita sendiri.
Setelah melakukan analisis dari ketiga dimensi tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan. Bahwa ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi satu sama lain
dan tidak dapat dipisahkan dalam membentuk sebuah wacana.
Kata kunci: peduli lingkungan, media massa, analisis wacana kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
RAHAJENG KARTIKARANI, D0207130, THE DISCOURSE OF
ENVIRONMENTAL CARE AND YOUTH MAGAZINE (Critical Discourse
Analysis of Environmental Concern in the Articles in the rubric “Green
Page” GoGirl Magazine! July-December 2011 Edition Using Discourse
Analysis of Teun A. van Dijk), Thesis, Department of Communication
Studies, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University,
2012.
Global warming is marked by extreme weather changes, natural disasters
such as floods, earthquakes, tsunamis, volcanic eruptions, and other, increasingly
common in many parts of the earth. Successive natural disasters is also the
responsibility of human as one of the occupants in it. Lack of or low awareness of
human impacts on the environment, nature seemed to go unpunished. Most media
just expose the natural events that occur due to global warming. Only few medias
reported the various ways to do as a form of care for the environment. In fact,
their writings published in the media, also influence the outlook and motivate
people to pay more attention for the environment. Environment was not only the
responsibility of adults, scientists, and government. Youth as the next generation
is also responsible for environmental sustainability. By motivating the youth, it is
expected to change the mindset and more people care about the environment
without any restriction of age, status, or gender.
Research conducted to analyze article and explain how to care for the
environment is discoursed within the rubric of “Green Page” GoGirl Magazine!
Edition of July-December 2011. Rubric of “Green Page” is a section devoted to
load the articles associated with the go green. In contrast to other teen magazines,
which only issue something about go green as a freelance article and not loaded
on a regular basis.
The research was conducted through a three-dimensional analysis of the
discourse of Teun A. van Dijk including the text, social context, and social
cognition. In text analysis, the article examined in accordance with the structure of
the text as thematic, schematic, semantic, stylistic, and rhetorical. The dimensions
of social cognition, analyzed about how journalists produce news. Then, the
dimensions of the social context is analyzed as to what happens to people related
to the article being analyzed. From the analysis, the discourse that emerges is of a
form of environmental stewardship that can be done in various ways such as
replacing fuel oil with gas, protecting the purity of environment, planting,
processing medicine waste in the right way, applying the pattern stitches that have
little or no waste at all and most important, is all of performances started from
ourselves.
After analyzing the three dimensions, it will be found a conclussion in it. That the
three dimensions influence each other and can’t be separated in the form of a
discourse.
Key words: environmental care, mass media, critical discourse analysis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sama seperti makhluk hidup lainnya, manusia berinteraksi dengan
lingkungan hidupnya, mampu mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan karena manusia dan lingkungan hidup saling bergantung. Namun,
akhir-akhir ini begitu banyak bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi
membuat permasalahan lingkungan hidup kini menjadi sebuah topik hangat yang
diperbincangkan.
Beberapa puluh tahun yang lalu, masalah mengenai lingkungan hidup
seringkali dianggap sebagai masalah bagi para pecinta lingkungan, ahli biologi,
maupun ahli geologi saja. Permasalahan mengenai lingkungan hidup kini menjadi
permasalahan bagi semua orang, karena semua orang bertanggungjawab terhadap
kelangsungan lingkungan hidup manusia itu sendiri maupun makhluk hidup
lainnya. Berbagai peristiwa alam yang terjadi akhir-akhir ini tentu saja bukan
disebabkan oleh faktor alam saja, namun juga campur tangan manusia yang
kurang bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Segala permasalahan lingkungan yang terjadi timbul akibat ulah manusia itu
sendiri sehingga membuat lingkungan tidak lagi sesuai untuk mendukung
kehidupan manusia. Kepedulian manusia akan kerusakan lingkungan yang
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
berdampak menjadi bencana dirasa masih kurang. Hal ini terlihat dari kesadaran
manusia modern yang ketika melihat tanda kerusakan lingkungan menjadi
terbiasa dan menyesuaikan diri dengan penurunan kualitas lingkungan yang
terjadi secara bertahap dalam jangka waktu panjang. Kerusakan tersebut baru
disadari setelah terlambat dan tidak lagi bisa diperbaiki kembali (Soemarwoto,
1992:18).
Lembaga-lembaga pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat
(LSM) berlomba-lomba menggugah kesadaran masyarakat terhadap upaya
memelihara lingkungan yang nyaman bagi kehidupan. Namun selain lembaga-
lembaga tersebut, media massa juga turut menyumbangkan berbagai pengetahuan
yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup guna membangun kesadaran
masyarakat. Sebab, jika tidak ada pengetahuan mengenai masalah lingkungan
hidup, maka akan sulit terwujud penanggulangan masalah lingkungan hidup itu
sendiri serta pemahaman yang keliru sehingga timbullah bencana maupun hal-hal
yang tidak diinginkan.
Media massa diakui oleh LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi) sebagai alat yang efektif untuk melibatkan publik dalam perdebatan
mengenai pembangunan berkelanjutan. Akan tetapi, Walhi juga mengingatkan
bahwa untuk merangsang sebuah perdebatan, media massa tidak cukup dengan
berita namun juga dalam bentuk kisah maupun feature berkedalaman
(Atmakusumah, 1996:x).
Media massa dianggap efektif untuk mampu menyampaikan pesan kepada
khalayak, dalam hal ini adalah pesan mengenai lingkungan hidup. Beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
media massa mulai dari surat kabar, majalah, hingga internet berlomba-lomba
memuat berita maupun feature mengenai lingkungan hidup. Hal ini mampu
memberikan dampak positif bagi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan hidup yang semakin hari keadaannya semakin mengkhawatirkan.
Pengemasan pesan sadar lingkungan hidup kedalam bentuk berita maupun feature
pun bervariasi disesuaikan dengan target pembacanya agar pesan tersebut lebih
mudah dipahami dan diharapkan mampu memotivasi berbuat sesuatu yang
bermanfaat bagi kelangsungan lingkungan hidup.
Jika biasanya sering dijumpai berita maupun feature tentang lingkungan
hidup di media cetak surat kabar, kali ini penelitian ini akan meneliti artikel
tentang lingkungan hidup di majalah remaja. Mengapa majalah remaja? Karena
biasanya majalah dengan segmentasi pembacanya mayoritas remaja memuat
informasi mengenai fashion, trend, hingga gosip mengenai artis idola mereka.
Sekarang, majalah remaja pun berlomba-lomba ingin menyampaikan pesan untuk
peduli terhadap lingkungan melalui berbagai kegiatan yang diadakan hingga
penulisan artikel maupun membuat rubrik khusus tentang lingkungan hidup.
Dalam penelitian ini, diteliti artikel-artikel mengenai lingkungan hidup di
majalah remaja GoGirl!. Artikel-artikel yang diteliti ini dimuat dalam rubrik
khusus “Green Page” yang selalu ada di setiap edisi majalah remaja GoGirl!.
Topik yang diangkat di setiap edisi pada rubrik “Green Page” selalu berbeda
namun tetap membawa pesan tentang go green.
Lalu mengapa majalah GoGirl! yang diteliti? Majalah ini merupakan salah
satu majalah dengan segmentasi pembaca remaja perempuan yang sangat peduli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
terhadap permasalahan lingkungan hidup. Majalah ini juga yang mempelopori
kepedulian terhadap lingkungan, hal ini terlihat dari ukuran majalah yang
diperkecil dan dicetak menggunakan kertas bekas, memuat artikel dan membuat
rubrik khusus tentang peduli lingkungan secara tematik hingga acara off-air
dengan tema peduli lingkungan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis Teun A. van Dijk
yaitu dengan menganalisis setiap artikel lingkungan hidup di rubrik “Green
Page”. Penelitian ini melihat bagaimana majalah remaja sebagai salah satu media
massa mampu menyampaikan pesan untuk sadar lingkungan hidup kepada
pembacanya yang mayoritas berusia remaja melalui artikel-artikel yang dimuat
dalam rubrik khusus “Green Page”. Sebab, untuk peduli terhadap lingkungan,
bukan saja menjadi tanggung jawab orang dewasa, namun usia remaja bahkan
anak kecilpun juga bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Remaja khususnya yang masih duduk dalam jenjang pendidikan adalah
modal dasar pembangunan di masa mendatang. Melalui pembekalan awal, akan
memacu kepedulian terhadap hal-hal yang positif, khususnya terhadap
lingkungan. Selain memperoleh pembekalan, peranan masyarakat (remaja) juga
memiliki pengetahuan yang ada di lingkungannya (kearifan lokal), sehingga bisa
saling membagikan pengetahuannya. Kelak akan memacu terhadap penelitian
yang bersifat perorangan, serta mengetahui persis kondisi alam lingkungan di
sekitarnya (Waryono, 2009:4-5).
Penelitian ini meneliti bagaimana sebuah media massa khususnya majalah
remaja untuk menyampaikan pesan peduli lingkungan melalui artikel-artikel di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
rubrik khusus “Green Page” majalah GoGirl! kepada pembacanya. Dalam
menyampaikan sesuatu yang sangat penting kepada remaja bukanlah hal yang
mudah, terlebih lagi adalah menyampaikan pesan untuk peduli lingkungan yang
mungkin dianggap oleh beberapa remaja adalah hal yang sulit ataupun malah
dianggap bukan seharusnya mereka yang melakukan hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Bagaimana wacana yang terdapat pada artikel-artikel di rubrik “Green
Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 dibangun?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wacana yang terdapat
pada artikel-artikel di rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember
2011 dibangun.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Pada tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan pencerahan mengenai model analisis wacana pada salah satu bentuk
wacana yang termuat dalam artikel di majalah remaja GoGirl! . Di tingkat praktis,
hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu masyarakat dalam memahami
secara kritis wacana yang ada di media massa serta membantu menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
wacana yang dikembangkan oleh majalah remaja GoGirl! terkait dengan
permasalahan lingkungan.
E. Telaah Pustaka
1. Majalah sebagai Saluran Komunikasi
a. Komunikasi massa
Deddy Mulyana mengatakan bahwa yang dipahami sebagai komunikasi
massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat
kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga
atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen (Mulyana, 2005:75).
Sedangkan Harold Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says
What in Which Channel to Whom with What Effect?. Berdasarkan definisi
Lasswell, terdapat beberapa unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam
komunikasi, yaitu (Mulyana, 2005 : 62) :
(1) Sumber, yang merupakan pihak yang memiliki kebutuhan untuk
melakukan komunikasi, baik individu maupun kelompok (Mulyana,
2005:63).
(2) Pesan, yaitu sesuatu yang hendak dikomunikasikan dari sumber kepada
penerima berupa simbol verbal dan atau nonverbal yang mampu
mewakili pendapat, gagasan, atau keinginan dari sumber (Mulyana,
2005:63).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(3) Saluran atau media, yaitu sarana yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesan kepada penerima. Bentuk pesan berupa verbal
dan nonverbal membedakan saluran yang digunakan, bisa melalui tatap
muka langsung maupun melalui media cetak (surat kabar, majalah)
maupun media elektronik (radio, televisi) (Mulyana, 2005:63).
(4) Penerima, yaitu pihak yang menerima pesan dari sumber. Penerima
pesan memahami atau menafsirkan simbol-simbol yang termuat dalam
pesan baik verbal maupun nonverbal kemudian diterima sebagai
gagasan yang dapat dipahami (Mulyana, 2005:64).
(5) Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan dari
sumber, seperti perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan
perilaku, dan lainnya (Mulyana, 2005:63).
Secara singkat, dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan sebuah
proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media
sehingga mampu menimbulkan efek tertentu. Komunikasi massa menggunakan
media seperti media cetak, media elektronik, maupun media lainnya untuk
menyampaikan pesan.
Melalui definisi komunikasi massa yang sudah dijelaskan oleh beberapa ahli
di atas, dapat diperoleh karakteristik dari komunikasi massa. Komunikasi massa
berbeda dengan komunikasi lainnya karena komponen-komponen yang terlibat di
dalamnya berbeda satu sama lain. Berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik
komunikasi massa (Ardianto, 2005:7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Karakteristik komunikasi massa yang pertama adalah komunikator
terlembagakan. Wright mengatakan bahwa komunikasi juga melibatkan lembaga,
dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Sebagai contoh
dalam proses penyampaian pesan melalui media cetak, dalam hal ini dicontohkan
adalah surat kabar, diawali dari pembuatan pesan dalam bentuk artikel kemudian
diperiksa oleh penanggungjawab rubrik lalu diserahkan kepada redaksi untuk
diperikas layak atau tidaknya pesan tersebut dimuat dengan pertimbangan tidak
menyalahi kebijakan dari lembaga media massa. Selanjutnya ketika pesan
dianggap layak, maka dibuat setting untuk lay-out hingga tahap akhir dicetak
kemudian didistribusikan pesan tersebut kepada pembacanya. Proses ini
merupakan contoh dari betapa komunikator itu merupakan sekumpulan orang
sesuai dengan job desk masing-masing memproses pesan tersebut hingga dapat
sampai kepada komunikan atau penerima pesan (Ardianto, 2005:7-8).
Yang kedua, karakteristik komunikasi massa adalah pesan yang
disampaikan bersifat umum. Pesan yang dibuat bersifat umum karena tidak hanya
ditujukan untuk orang-orang tertentu namun ditujukan kepada semua orang. Pesan
dapat berupa fakta maupun opini. Namun tidak semua fakta atau peristiwa yang
terjadi di sekitar kita dapat dianggkat menjadi pesan (Ardianto, 2005:8).
Berikutnya adalah komunikan anonim dan heterogen. Dalam komunikasi
massa, tidak dikenal komunikan (anonim) karena proses komunikasinya
menggunakan media dan tidak dilakukan tatap muka. Selain itu, komunikannya
heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang dikelompokkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
berdasar usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama,
dan tingkat ekonomi (Ardianto, 2005:9).
Karakteristik yang keempat adalah media massa mampu menimbulkan
keserempakan. Jumlah komunikan relatif banyak dan tidak terbatas serta secara
serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula, hal ini
yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi lainnya (Ardianto,
2005:10).
Yang kelima adalah komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan.
Dalam sebuah proses komunikasi pasti melibatkan unsur isi dan hubungan, namun
dalam komunikasi massa, yang terpenting adalah unsur isi. Pesan disusun
sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dana disesuaikan dengan
karakteristik media massa yang akan digunakan (Ardianto, 2005:10-11).
Selanjutnya, komunikasi massa bersifat satu arah, hal ini dijelaskan bahwa
proses komunikasi dilakukan melalui media massa sehingga komunikator yang
aktif menyampaikan pesan dan komunikan yang juga aktif menerima pesan tidak
bisa bertatap muka langsung (Ardianto, 2005:11).
Karakteristik komunikasi massa yang ketujuh adalah stimulasi alat indra
yang “terbatas”. Karakteristik ini juga menjadi kelemahan bagi komunikasi massa
karena dalam prosesnya, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa
(Ardianto, 2005:12).
Yang terakhir adalah umpan balik yang tertunda. Efektivitas komunikasi
seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan komunikan. Feedback
terbagi menjadi dua, yaitu umpan balik yang bersifat langsung (direct feedback)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dan umpan balik yang bersifat sementara (immediate feedback). Namun dalam
komunikasi massa, feedback tertunda karena komunikator dan komunikan tidak
bisa kontak langsung (Ardianto, 2005:12).
Selain itu, diungkapkan fungsi-fungsi dari komunikasi massa, yaitu
(Effendy, 2004:31) :
(1) Menyiarkan informasi (to inform)
Khalayak pembaca membeli maupun berlangganan majalah karena
ingin memenuhi kebutuhannya akan informasi maupun berita.
Informasi yang disiarkan biasanya berbentuk berita maupun gagasan
(Effendy, 2004:31).
(2) Mendidik (to educate)
Selain memberikan informasi, media massa juga memuat tulisan-tulisan
yang mengandung pengetahuan sehingga pembaca saat membaca
majalah tidak hanya memperoleh informasi namun juga pengetahuan
(Effendy, 2004:31).
(3) Menghibur (to entertain)
Tulisan yang bersifat menghibur dimuat untuk mengimbangi berita-
berita berat dan artikel-artikel yang berbobot. Maksud pemuatan isi
yang mengandung hiburan itu semata-mata untuk melemaskan pikiran
setelah pembaca membaca berita maupun artikel yang berat (Effendy,
2004:31).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(4) Mempengaruhi (to influence)
Informasi yang dimuat bukan dibuat tanpa adanya tujuan tertentu.
Sebagai contoh, majalah memuat tulisan-tulisan yang di dalamnya
mengandung pesan-pesan sehingga para pembaca mendapat pengaruh
yang baik, terinspirasi, serta termotivasi (Effendy, 2004:31).
b. Majalah
Merupakan salah satu media cetak yang kini bisa ditemui dengan berbagai
pilihan kategori yang juga memuat berbagai pesan sesuai dengan kategori masing-
masing majalah.
Menurut Slamet Soeseno, yang dimaksud dengan majalah adalah wadah
yang terbit mingguan atau bulanan yang tidak berupa lembaran lebar yang disebut
koran, tetapi lembaran kecil yang dijilid seperti buku (Soeseno, 1993:7).
Sedangkan menurut Kurniawan Junaedhi dalam bukunya Rahasia Dapur Majalah
Indonesia memberikan pengertian bahwa yang disebut dengan majalah adalah
(Junaedhi, 1995:xiii) :
(1) Media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan yang terbit setiap
hari (Junaedhi, 1995 : xiii).
(2) Media cetak itu bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan
dirancang secara khusus (Junaedhi, 1995 : xiii).
(3) Media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah
halaman tertentu (Junaedhi, 1995 : xiii).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(4) Media cetak itu, harus berformat tabloid, atau saku, atau format
konvensional sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini
(Junaedhi, 1995 : xiii).
Berbeda dengan surat kabar yang selalu menyuguhkan berita aktual dan
informasi yang bersifat menerangkan, majalah cenderung lebih banyak berisi
feature dan biasanya dilengkapi dengan foto maupun gambar ilustrasi serta
halaman yang beberapa atau keseluruhannya dicetak berwarna sehingga lebih
terlihat menarik daripada koran. Majalah selalu memuat tulisan yang tidak lekang
oleh waktu sehingga informasi yang disajikan tidak akan basi jika dibaca suatu
saat nanti. Dalam penulisan majalah yang kebanyakan memuat feature, akan lebih
banyak mengulas unsur “mengapa” dan “bagaimana”. Bahan di dalam majalah
bukanlah tulisan yang ditulis oleh wartawan yang menuruti kesenangannya sendiri
melainkan menomorsatukan apa yang menjadi keinginan pembacanya.
Majalah sebagai media massa muncul setelah surat kabar dan sejarah
kemunculan majalah pun bermula dari Eropa dan Amerika. Berawal pada 1704,
Daniel Depoe menerbitkan majalah Review di London, Inggris yang memuat
berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral, dan lainnya. Kemudian pada
tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zaman keemasan majalah dan majalah
yang paling populer saat itu adalah North American Review dan Saturday Evening
Post yang terbit pada 1821. Selanjutnya pada abad 20, Reader’s Digest yang
diterbitkan Dewitt Wallace dan Lila menjadi majalah dengan pelanggan sebanyak
18 juta untuk pembaca di Amerika saja dan pembaca lainnya di dunia.
Kesuksesan juga dikecap Hugh Hefner yang menerbitkan majalah khusus pria,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Playboy pada 1953 dan di tahun 1970-an sirkulasinya mencapai enam juta
eksemplar (Ardianto, 2005 : 109-110).
Di Indonesia sendiri, majalah muncul menjelang dan awal kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1945. Pantja Raja, yang merupakan majalah bulanan terbit
pertama kali pada 1945 di bawah pimpinan Markoem Djojohadikusumo dengan
prakata Ki Hajar Dewantara selaku Menteri Pendidikan pertama RI. Kemudian di
awal kemerdekaan, Soemanang, S.H. menerbitkan Revue Indonesia yang dalam
satu edisinya mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar
yang jumlahnya ratusan dengan satu tujuan untuk menghancurkan sisa-sisa
kekuasaan Belanda dan menempa semangat persatuan nasional. Di zaman orde
lama, perkembangan majalah tidak begitu baik karena sedikitnya majalah yang
terbit. Sejarah mencatat Star Weekly dan majalah mingguan Geledek namun
hanya berumur beberapa bulan saja. Pada tahun 1966 yang merupakan awal
zaman orde baru, banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya hal ini
sejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia yangsemakin baik dan tingkat
pendidikan masyarakat yang semakin maju (Ardianto, 2005:110-111).
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, namun majalah tetap memiliki
karakteristik yang berbeda dengan surat kabar, yaitu (Ardianto, 2005 : 113-115) :
(1) Penyajian lebih dalam
Majalah pada umumnya terbit mingguan, dwi mingguan, hingga
bulanan, dalam hal ini memudahkan wartawan maupun reporternya
memilik waktu yang lebih longgar untuk melakukan liputan hingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam
(Ardianto, 2005 : 113).
(2) Nilai aktualitasnya lebih lama
Berbeda dengan nilai aktualitas sebuah berita yang dimuat pada surat
kabar, maka nilai aktualitas pada majalah bisa satu minggu atau bahkan
berita maupun informasi yang disajikan tidak akan pernah basi
walaupun kita membacanya beberapa waku yang akan datang
(Ardianto, 2005 : 113).
(3) Gambar ilustrasi dan foto
Tampilan majalah lebih menarik daripada tampilan surat kabar karena
dalam majalah yang memiliki banyak halaman, di setiap halamannya
mampu disisipi gambar ilustrasi maupun foto terkait berita dan
informasi yang disajikan. Gambar ilustrasi dan foto tersebut dicetak
dengan berbagai ukuran serta warna-warna yang mampu membuat
tampilan majalah lebih menarik (Ardianto, 2005 : 114).
(4) Cover sebagai daya tarik
Selain dimuat foto, pada cover juga biasanya dimuat informasi maupun
berita yang akan dibahas pada edisi tersebut sehingga cover memiliki
daya tarik sendiri. Bahan untuk cover berbeda dengan isi, karena lebih
tebal daripada kertas untuk halaman isi (Ardianto, 2005 : 115-116).
Selain sudah disebutkan tentang karakteristik majalah, tentunya setiap
majalah yang sejak awal dibentuk oleh redaksi telah menentukan siapa segmen
pembaca majalahnya, Junaedhi menggolongkan jenis majalah sesuai pembacanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
berdasarkan: jenis kelamin (pria, wanita), hobi dan minat (interior, psikologi,
otomotif, arsitektur, dan sebagainya), dan usia (anak-anak, remaja, keluarga)
(Junaedhi, 1995 : xiv).
Majalah remaja termasuk dalam kategori majalah yang terbagi sesuai usia.
Munculnya segmentasi pembaca remaja dikarenakan remaja tidak hanya
mengalami perkembangan secara fisik namun juga perkembangan rekreasi.
Menurut Hurlock, perkembangan minat rekreasi terjadi pada permainan olahraga,
bepergian, hobi, dansa, membaca, menonton, radio dan kaset, televisi, dan
melamun. Khusus pada hal membaca, remaja telah membatasi waktunya untuk
membaca sebagai salah satu bentuk rekreasi, dan yang cenderung mereka baca
adalah majalah daripada membaca buku (Hurlock, 1997:45).
2. Feature
Menurut Mappatoto, feature atau karangan khas yang selalu ada di dalam
media massa memiliki pengertian sebagai karangan ringan yang bersifat umum
dengan melukiskan suatu pernyataan dengan lebih rinci sehingga apa yang
dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca. Feature terkadang
bersifat subyektif dan dirancang untuk menghibur dan memberitahu pembaca
tentang peristiwa, situasi atau aspek kehidupan (Mappatoto, 1994:2-3).
Sedangkan Soeseno menyebutkan struktur penulisan feature berbeda dengan
sturktur news (berita/ press release) yang disusun seperti piramida terbalik terdiri
dari lead, tubuh dan penutup saja. Sedangkan feature disusun seperti kerucut
terbalik yang terdiri atas: (lead, jembatan di antara lead dan tubuh, tubuh tulisan
dan penutup (Soeseno, 1997:77).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 1.1
Struktur penulisan feature
Sumber: (Soeseno, 1997:78)
Pembuka atau lead merupakan bagian penting dalam penulisan feature.
Sebuah lead bisa terdiri dari hanya satu paragraf, bisa pula tersusun atas beberapa
paragraf. Lead dalam struktur feature digunakan sebagai alat pemancing minat
dan atensi pembaca. Selanjutnya terdapat jembatan yang menjadi perantara antara
lead dengan tubuh yang berperan seakan-akan melukiskan identitas dan situasi
dari hal yang akan dituturkan nanti. Selanjutnya tubuh feature yang berisi situasi
dan proses disertai penjelasan mendalam tentang bagaimana dan mengapa.
Sturktur feature diakhiri dengan penutup yang menimbulkan kesan mendalam dan
kuat dibenak pembaca, serta menumbuhkan hasrat pembaca untuk terus memakai
gagasan-gagasan yang diterimanya dari penulis (Soeseno, 1997:78).
Feature yang sering dimuat di media massa dapat dipilah-pilah jenisnya.
Jenis-jenis feature tersebut sangat bermanfaat untuk memberikan wawasan kepada
wartawan, betapa luasnya permasalahan yang bisa dijadikan feature. Jenis-jenis
feature tersebut diuraikan Ermanto sebagai berikut (Ermanto, 2005: 149-150) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
a. Feature human interest
Feature human interest ialah feature yang menyajikan permasalahan-
permasalahan kehidupan yang memiliki daya tarik manusiawi/ human
interest, permasalahan hidup yang menyentuh rasa/ lubuk hati manusia
(Ermanto, 2005:149).
b. Feature sejarah
Jenis feature ini mengangkat persoalan sejarah yang menarik untuk
dicerna pembaca masa kini. Persoalan-persoalan yang terdapat dalam
peristiwa sejarah pantas disajikan kembali, sepanjang wartawan mampu
menemukan sisi-sisi yang menarik yang disajikan dengan sudut pandang
tertentu (Ermanto, 2005:149).
c. Feature biografi
Feature ini mengangkat sosok yang terkenal. Keberhasilan dan sikap
hidup seseorang yang disegani atau dikagumi amat penting diketahui
oleh masyarakat (Ermanto, 2005:149).
d. Feature perjalanan
Feature perjalanan objeknya hampir sama dengan reportase, sebab
perjalanan wartawan dapat dijadikan reportase. Dalam penulisan
reportase, permasalahan yang ditemui dalam perjalanan dijadikan dalam
pendalaman data dan fakta. Sedang dalam penulisan feature,
permasalahan yang dijadikan feature merupakan permasalahan yang
dianggap penting walaupun sederhana, menarik, dan bermanfaat bagi
pembaca (Ermanto, 2005:150).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
e. Feature petunjuk melakukan sesuatu
Feature ini mengajarkan kepada orang lain (pembaca) untuk melakukan
sesuatu. Feature ini biasanya berbentuk tulisan-tulisan yang memberi
petunjuk-petunjuk sederhana (Ermanto, 2005:150).
Selain itu, penulisan feature dalam sebuah media cetak memiliki peran,
antara lain (Kurnia, 2003 : 232-235):
a. Feature sebagai jembatan
Dalam perkembangan jurnalisme, feature merupakan teknik penulisan
yang mengatasi kekakuan straight news dalam meng-cover berita-berita
utama (hard news atau spot news) (Kurnia, 2003 : 232).
b. Feature sebagai news story
Feature disini berperan sebagai alat pemberitaan yang dapat menunjang
kekuatan tulisan. Hal tersebut tercermin ketika penulis menentukan
sasaran dan efek tulisannya, serta menyusun elemen fakta dan elemen
waktu (timelines) menjadi materi tulisan yang erat kaitannya dengan
berita utama (Kurnia, 2003 : 233).
c. Feature sebagai artikel
Feature berperan sebagai penyelamat yang dapat mengatasi kelemahan
penyajian berita majalah yang dianggap sudah basi. Dengan rekayasa
yang kreatif, isu-isu yang telah digarap dalam surat kabar diolah menjadi
sajian yang tetap hangat, aktual, dan memikat. Penulisan artikel feature
yang lengkap bertujuan sebagai hiburan; memberi informasi (to inform);
mengajarkan sesuatu (to teach) (Kurnia, 2003 : 234).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
d. Feature sebagai esai
Proses asimolasi timbul saat feature memasuki struktur penulisan esai.
Proses tersebut berlangsung dalam tataran penentuan tujuan saat menulis
esai (yang kerap kontemplatif) dengan hasil tulisannya (yang menyerap
gaya struktur feature) (Kurnia, 2003 : 235).
3. Mengangkat Masalah Lingkungan ke Media Massa
Banyaknya berita mengenai kerusakan alam mulai dari gunung meletus,
kekeringan, kebakaran hutan, dan lain sebagainya diketahui masyarakat melalui
televisi dan surat kabar. Namun para ahli kurang puas terhadap pemberitaan
tentang kerusakan alam yang telah dilakukan karena dianggap belum sempurna
karena masih sering terjadi kesalahan dalam pemberitaan masalah lingkungan
seperti tidak adanya informasi yang relevan dengan pemberitaan, judul yang
sering menyesatkan, serta kurangnya pemikiran lebih dalam mengenai resiko
pemberitaan (Salomence dalam Abrar, 1993:59-60).
Susanto dalam artikelnya “Media Massa dalam Menyelatkan Lingkungan”
menyatakan bahwa eksistensi media yang dapat menyebarkan pesan kepada
khalayak luas, dimanfaatkan untuk menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya
pelestarian lingkungan hidup untuk kesejahteraan manusia. Melalui pemberitaan,
kampanye publik, iklan layanan masyarakat, dan propaganda, media diharapkan
mampu berperan dalam menjaga keseimbangan alam, lingkungan sosial, ekonomi
dan politik yang berkembang dalam satu kawasan. Pada dasarnya media dengan
kekuatan komunikasinya harus berjalan seiring dengan program pemeliharaan
lingkungan (Susanto, 2011:ch.IV).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut Lembaga Pers Dr. Sutomo dalam Atmakusumah menggungkapkan
bahwa terdapat tiga misi utama media massa di bidang lingkungan, yaitu
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan masalah-masalah lingkungan;
merupakan wahana pendidikan untuk masyarakat dalam menyadari perannya
dalam mengelola lingkungan; memiliki hak mengoreksi dan mengontrol dalam
masalah pengelolaan lingkungan hidup (Atmakusumah, 1996:58).
Menurut Friedman, untuk membuat tulisan lebih mendalam tentang
lingkungan, penulisan jurnalistik lingkungan perlu menjawab pertanyaan lebih
dari satu, “what”, “who”, “why”, dan “how” (Atmakusumah, 1996:45). Begitu
besar peran media massa dalam menggerakkan kesadaran masyarakat tentang
persoalan lingkungan karena dengan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran
masyarakat mampu menjadi kunci sukses untuk memecahkan masalah lingkungan
yang sedang berkembang.
Survei penelitian komunikasi lingkungan dari empat dekade terakhir, artikel
melukiskan beberapa tren kunci dan pendekatan dalam penelitian yang telah
berusaha untuk mengatasi peran yang dimainkan oleh media dan proses
komunikasi dalam elaborasi, definisi publik dan politik dan kontestasi masalah
lingkungan dan masalah. Kebutuhan untuk menyambung kembali tradisional,
tetapi secara tradisional juga relatif berbeda, tiga fokus utama penelitian
komunikasi pada media dan isu-isu lingkungan: produksi/ konstruksi pesan-pesan
media dan komunikasi publik; konten/ pesan media komunikasi, dan dampak dari
media dan komunikasi publik tentang pemahaman publik/ politik dan tindakan
berkenaan dengan lingkungan, dan kebutuhan untuk media dan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
komunikasi pada isu-isu lingkungan/ kontroversi untuk berhubungan kembali
dengan masalah sosiologis tradisional tentang kekuasaan dan ketidaksetaraan di
ruang publik, terutama dalam hal menunjukkan bagaimana ekonomi, kekuasaan
politik dan budaya secara signifikan mempengaruhi kemampuan untuk
berpartisipasi dalam dan mempengaruhi sifat komunikasi “dimediasi” masyarakat
tentang lingkungan (Hansen, 2011:75).
Namun, dalam mengkomunikasikan pesan, perlu diperhatikan siapa sasaran
dari pesan kita, meskipun pesan yang hendak disampaikan sama namun bahasa
yang digunakan berbeda. Dalam hal ini adalah remaja sebagai pembaca sehingga
penulisan pesan lebih baik singkat namun tetap menarik dan menginspirasi.
Dalam hal ini, penyampaian pesan melalui artikel dilakukan terus menerus agar
pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik oleh pembacanya.
Sesuai perannya, majalah yang merupakan salah satu bentuk media cetak
memiliki tugas untuk menyampaikan berbagai informasi, termasuk informasi
tentang lingkungan. Penyebaran informasi mengenai lingkungan sangat
diperlukan mengingat isu lingkungan sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup
manusia. Berbagai artikel mengenai lingkungan sudah banyak dimuat di beberapa
surat kabar, namun merupakan hal yang baru jika artikel tentang lingkungan
terkhusus tentang pemanasan global dimuat di majalah remaja yang kebanyakan
membahas tentang fashion. Majalah remaja seakan ingin membangun karakter
pembacanya yang kebanyakan adalah remaja untuk lebih peduli terhadap
lingkungan sehingga lingkungan bisa dikelola dengan baik dan mampu
meningkatkan kualitas hidup manusia. Tanggung jawab mengelola lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
bukan lagi menjadi tanggung jawab orang yang lebih dewasa, namun semua usia
bertanggungjawab atas kelangsungan lingkungan.
Dalam jurnal “Pemaknaan Isu Pemanasan Global dan Lingkungan di Media
oleh Kaum Perempuan Urban”, Sarwono menyatakan bahwa pemberitaan
mengenai lingkungan hidup akan menarik apabila informannya wanita terlebih
lagi dari kalangan artis. Terlebih artis idola remaja melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan peduli lingkungan, maka akan ada pemberitaan mengenai hal
tersebut dan dimaksudkan akan lebih mudah memaknai peduli lingkungan apabila
dilakukan oleh idolanya. Namun, dalam penelitian ini juga, tidak harus dengan
cara memberitakan artis yang terlibat dalam kegiatan peduli lingkungan, namun
juga dapat disosialisasikan melalui pendidikan, hukum, dan adanya roll mode
(Sarwono, 2010:178-190).
Selain itu, Jun Yin dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ada
pengaruh besar dari sikap lingkungan kaum elit pada sikap lingkungan
masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa sikap pro-lingkungan dapat dipelajari
dari elit dan bahwa upaya untuk mengubah sikap publik pertama harus diarahkan
pada para elit yang nantinya mempengaruhi publik massa. Kaum elit disini
dimaksudkan oleh orang-orang berkuasa yang pendapatnya sangat berpengaruh
terhadap khalayak masyarakat. Jika kaum elit dan pesan media pro-lingkungan,
maka kesadaran lingkungan, kepedulian, dan dukungan untuk perlindungan
lingkungan dapat disosialisasikan walaupun di kalangan publik didominasi oleh
nilai-nilai materialis atau orang kurang pengalaman langsung dengan masalah
lingkungan (Yin, 1999:82).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4. Analisis Wacana
a. Definisi analisis wacana
Wacana merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yakni discourse.
Sementara kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari
kian kemari, diturunkan dari dis-dari dalam arah yang berbeda dan currere-lari.
Kemudian menurut Webster dalam Analisis Teks Media, kata tersebut dimaknai
sebagai (Sobur, 2003:57) :
(1) Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-
gagasan; konversasi atau percakapan (Sobur, 2003:57).
(2) Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subyek studi atau
pokok telaah (Sobur, 2003:57).
(3) Risalah tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah (Sobur,
2003:57).
Sementara Sobur menyimpulkan wacana sebagai rangkaian ujar atau
rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan
secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang kohern, dibentuk oleh unsur
segmental maupun non-segmental bahasa (Sobur, 2003 : 23).
Lain halnya dengan Littlejohn yang mengungkapkan bahwa analisis wacana
lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan
terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga
mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana
(Sobur, 2003:25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sementara itu, padangan Mills dalam buku Analisis Teks Media mengatakan
bahwa analisis wacana merupakan sebuah reaksi terhadap bentuk linguistic
tradisional yang bersifat formal (linguistic structural). Menurut Mills linguistik
tradisional ini memfokuskan kajiannya pada pilihan unit-unit dan struktur-struktur
kalimat tanpa memperhatikan hal-hal analisis bahasa dalam penggunaannya.
Sedangkan analisis wacana justru lebih memperlihatkan hal-hal yang berkaitan
dengan struktur pada level kalimat, misalnya hubungan ketatabahasaan
(gramatikal) seperti subjek-kata kerja-objek, sampai pada level yang lebih luas
daripada teks (Sobur, 2003:13).
b. Karakteristik analisis wacana
Fairclough, van Dijk, dan Wodak menyebutkan karakteristik analisis
wacana kritis sebagai berikut (Eriyanto, 2009:7-14) :
(1) Tindakan
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action) yang diasosiakan
sebagai bentuk interaksi. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang
bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk,
menyangga, beraksi dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai
sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang
di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran (Eriyanto, 2009:8).
(2) Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti
latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana di sini dipandang
diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Mengikuti Guy Cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari
komunikasi: siapa yang mengkomunkasikan dengan siapa dan
mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa;
bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan
hubungan untuk setiap masing-masing pihak. Guy Cook menyebutkan
ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana; teks, konteks, dan
wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang
tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi,
ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks
memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks (Eriyanto,
2009:8-10).
(3) Historis
Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita
bisa memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan.
Bagaimana situasi sosial politik, suasana pada saat itu. Oleh karena itu,
pada waktu melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa
wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa
bahasa yang dipakai seperti itu, dan seterusnya (Eriyanto, 2009:10-11).
(4) Kekuasaan
Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan atau apa
pun, tidak dipandang sebagai seusatu yang alamiah, wajar dan netral
tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Analisis wacana kritis
tidak membatasi dirinya pada detil teks atau struktur wacana saja tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik,
ekonomi dan budaya tertentu. Kekuasaan itu dalam hubungannya
dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut sebagai
kontrol. Kontrol di sini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan
langsung tetapi juga kontrol secara mental atau psikis. Bentuk kontrol
terhadap wacana tersebut dapat berupa kontrol atas konteks, atau dapat
juga diwujudkan dalam bentuk mengontrol struktur wacana (Eriyanto,
2009:11-12).
(5) Ideologi
Wacana dipandang sebagai medium kelompok yang dominan
mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi
kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah
dan benar. Ideologi dari kelompok dominan hanya efektif jika
didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang
didominasi menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran
(Eriyanto, 2009:13-14).
c. Unsur-unsur wacana
Menurut Mulyana, wacana memiliki dua unsur utama, yaitu unsur dalam
(internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal wacana berkaitan dengan
aspek formal kebahasaan yang terdiri atas satuan kata atau kalimat. Untuk
menjadi susunan wacana yang lebih besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan
bertalian dan bergabung. Sedangkan unsur eksternal wacana berkaitan dengan
unsur luar bahasa, seperti latar belakang budaya pengguna bahasa tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur
eksternal wacana itu terdiri atas implikatur, preposisi, referensi, inferensi, dan
konteks wacana. Kedua unsur itu membentuk suatu kepaduan dalam satu struktur
yang utuh dan lengkap (Mulyana, 2005: 7-24).
d. Pendekatan – pendekatan analisis wacana
Fairclough dan Wodak menjelaskan mengenai beberapa pendekatan dari
analisis wacana yang diringkas sebagai berikut (Eriyanto, 2009:15-18):
(1) Analisis bahasa kritis (critical linguistics)
Pendekatan ini melihat bagaimana gramatika bahasa mampu membawa
posisi dan makna ideologi tertentu. Dengan kata lain, aspek ideologi
dapat dialami dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa
yang digunakan (Eriyanto, 2009:15).
(2) Analisis wacana pendekatan Perancis (French discourse analisys)
Pendekatan Pecheux ini banyak dipengaruhi oleh teori ideologi
Althusser dan teori wacana Foucault yang mempertemukan bahasa dan
ideologi pada pemakaian dan materialisasi bahasa pada ideologi
(Eriyanto, 2009:16).
(3) Pendekatan kognisi sosial (socio cognitive approach)
Pendekatan kognisi sosial dikembangkan oleh Teun van Dijk. Disebut
kognisi sosial karena van Dijk melihat faktor kognisi sebagi elemen
penting dalam produksi wacana. Wacana dilihat bukan hanya dari
struktur wacana tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu
diproduksi (Eriyanto, 2009:16).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
(4) Pendekatan perubahan sosial (sosiocultural change approach)
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada bagaimana hubungan
wacana dan perubahan sosial. Wacana di sini dipandang sebagai praktik
sosial, ada hubungan dialektis antara praktik diskursif tersebut dengan
identitas dan relasi sosial (Eriyanto, 2009:17).
(5) Pendekatan wacana sejarah (discourse historical approaches).
Dalam pendekatan ini, analisis wacana harus menyertakan konteks
sejarah. Hal ini berkaitan dengan bagaimana wacana tentang suatu
kelompok atau komunitas digambarkan (Eriyanto, 2009:17).
e. Model-model analisis wacana
Menurut Lubis, penggunaan pendekatan analisis wacana dalam ranah
penelitian merupakan sesuatu yang relatif baru. Meski demikian sebenarnya telah
banyak ahli yang mengembangkan model pendekatan analisis wacana. Di antara
para ahli yang mengembangkan model analisis wacana antara lain Roger Fowler
(1979), Theo Van Leeuwen (1986), Sara Mills (1992), Norman Fairclough (1998)
dan Teun Van Dijk (1998) yang akan dijelaskan di bawah ini (Sobur, 2003:73) :
(1) Model analisis wacana Roger Fowler (1979)
Dalam model analisis ini, dibahas mengenai kosakata yang digunakan
di dalam bahasa pemberitaan di media cetak, kemudian mengenai tata
bahasa yakni efek bentuk kalimat pasif dan efek nominalisasi, serta
kerangka analisis yang digunakan dalam menganlisis teks wacana di
media cetak meliputi kata dan susunan kata atau kalimat (Eriyanto,
2009:133-164).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(2) Model analisis wacana Theo van Leeuwen (1986)
Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk
mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang
dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Model analisis ini secara
umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (bisa seseorang
atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan serta dapat digunakan
dalam menganalisis wacana pemberitaan suatu teks berita (Eriyanto,
2009:171-195)
(3) Model analisis wacana Sara Mills (1992)
Pendekatan perspektif feminis Sara Mills lebih menekankan bagaimana
perempuan dicitrakan dalam teks berita. Dengan konsep bagaimana
posisi aktor-aktor dalam teks berita, akan didapatkan siapa yang
dominan menceritakan kejadian (sebagai subjek) serta posisi yang
ditarik ke dalam berita. Pendekatan perspektif feminis memberikan
gambaran pada kita bagaimana citra perempuan dalam berita. Sara
Mills memusatkan perhatiannya pada wacana tentang perempuan
seperti bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, dalam novel,
gambar, foto ataupun berita. Ada dua konsep inti dalam analisis wacana
Sara Mills, yaitu posisi subjek-objek yang digunakan untuk melihat
posisi subyek yang memberikan penafsiran atas sebuah peristiwa dan
terhadap orang lain yang menjadi objek yang ditafsirkan dan posisi
penulis-pembaca yang tidak hanya meninjau dari sisi penulis saja,
namun mencoba menggali wacana yang muncul dari sisi pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Sebab Mills menilai pembaca memiliki pengaruh ketika tulisan itu
dibuat oleh penulis (Eriyanto, 2009:199-210).
(4) Model analisis wacana Norman Fairclough (1998)
Dalam melakukan penelitian menurut Fairclough, seorang peneliti atau
penulis melihat teks sebagai hal yang memiliki konteks. Dengan
demikian, untuk memahami wacana (naskah/ teks) tidak dapat
melepaskan dari konteksnya. Untuk menemukan “realitas” di balik teks
diperlukan penelusuran atas konteks produksi teks, konsumsi teks, dan
aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks. Dikarenakan
dalam sebuah teks tidak lepas akan kepentingan yang yang bersifat
subjektif. Di dalam sebuah teks juga dibutuhkan penekanannya pada
makna yaitu ketika sudah mendapat sebuah teks, maka akan juga
didapatkan gambaran tentang teori yang akan dipakai untuk membedah
masalah, maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan kedua hal
tersebut menjadi kesatuan yaitu dengan adanya teks tersebut dengan
sebuah teori untuk membedahnya (Eriyanto, 2009:285–326).
(5) Model analisis Teun A. Van Dijk (1998) (Eriyanto, 2009:221-274)
Dari beberapa model analisis yang sudah dijelaskan di atas, model van
Dijk merupakan model yang paling banyak digunakan. Model ini
dinamakan kognisi sosial karena dalam penelitian ini juga dilibatkan
proses dari pendekatan dari lapangan psikologi sosial, terutama untuk
menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Van Dijk juga
menjelaskan bahwa penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kognisi Sosial
pada analisis teks saja, karena teks merupakah sebuah hasil produksi
yang juga harus diamati. Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana
proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari
komunikator. Sedangkan, aspek analisis sosial mempelajari bagunan
wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.
Gambar 1.2
Model Analisis Van Dijk
Sumber : (Eriyanto, 2009:225)
(a) Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa bagian struktur
yang masing-masing saling mendukung dan membaginya dalam
tiga tingkat. Pertama, struktur makro merupakan makna global atau
umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau
tema yang dikedepankan dalam suatu teks. Kedua, superstruktural
yaitu merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan
kerangka suatu teks. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana
yang diamati dari bagian terkecil dari suatu teks seperti, kata,
kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. Berikut
dapat diuraikan satu persatu elemen wacana model van Dijk :
Konteks
Teks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 1.1
Elemen Wacana Model Van Dijk
Struktur wacana Hal yang diamati Elemen
Struktur makro Tematik
Tema/ topik yang
dikedepankan dalam
berita
Topik
Superstruktur Skematik
Bagaimana bagian dan
urutan berita diskemakan
dalam teks berita utuh
Skema
Struktur mikro Semantik
Makna yang ingin
ditekankan dalam teks
berita. Misal dengan
memberi detil pada satu
sisi atau membuat
eksplisi satu sisi dan
mengurangi detil sisi
lain.
Latar, detil, maksud,
pranggapan,
nominalisasi
Struktur mikro Sintaksis
Bagaimana kalimat
(bentuk, susunan) yang
dipilih.
Bentuk kalimat,
koherensi, kata ganti
Struktur mikro Stilistik
Bagaimana pilihan kata
yang dipakai dalam teks
berita.
Leksikon
Struktur mikro Retoris
Bagaimana cara
penekanan dilakukan.
Grafis, metafora,
ekspresi
Sumber : (Eriyanto, 2009:228-229)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(b) Kognisi sosial
Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya
didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari
suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus
dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga diperoleh
suatu pengetahuan mengapa teks bisa semacam itu. Proses produksi
itu melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial.
Teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana.
Di sini ada dua bagian: teks yang mikro yang merepresentasikan
suatu topik permasalahan dalam berita, dan elemen besar berupa
struktur sosial. Van Dijk membuat suatu jembatan yang
menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut
dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang
dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial menunjukkan bagaimana
proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan/ media dan
menggambarkan nilai-nilai masyarakat itu menyebar dan diserap
oleh kognisi wartawan dan akhirnya digunakan untuk membuat
teks berita.
(c) Analisis sosial
Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam
masyarakat. Sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis
intertekstualitas dengan meneliti bagaimana wacana pemberitaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tentang suatu hal diproduksi dan direkontruksi dalam masyarakat.
Menurut van Dijk dalam analisis sosial ada dua poin, yaitu:
(i) Kekuasaan (power)
Kekuasaan untuk mengontrol kelompok lain, didasarkan pada
kepemilikan atas sumber yang bernilai, seperti uang, status,
dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat
langsung dan fisik kekuasaan itu juga berbentuk persuasif:
tindakan seseorang secara tidak langsung mengontrol dengan
jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan,
sikap, dan pengetahuan. Yang nantinya dapat berpengaruh
pada pemahaman pada sebuah wacana tertentu.
(ii) Akses
Selanjutnya, analisis wacana model van Dijk memberi
perhatian besar pada akses. Bagaimana akses diantara
kelompok masyarakat elit mempunyai akses lebih besar
dibandingkan kelompok masyarakat yang tidak berkuasa.
Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan
untuk mengkontrol kesadaran khalayak lebih besar. Tapi juga
membentuk topik dan isi wacana apa yang dapat disebarkan
dan didiskusikan pada khalayak. Namun khalayak yang tidak
memiliki akses tidak hanya menjadi konsumen dari dikursus
yang telah ditentukan. Tapi juga berperan besar lewat
reproduksi, karena apa yang mereka terima dari kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yang lebih tinggi disebarkan lewat pembicaraan dengan
keluarnga, teman sebaya, dan sebagainya. Dan akhirnya
merujuk pada sebuah manipulasi bahasa untuk mendapat
massa dan dukungan.
Penelitian ini menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk. Model ini
mempunyai pendangan bahwa bagaian yang terpenting adalah analisis terhadap
struktur wacana. Struktur wacana terdiri dari tematik, skematik, semantik,
sintaksik, dan retoris.
F. Kerangka Pemikiran
Artikel merupakan wahana diskusi dan sosialisasi gagasan serta kontribusi
pemikiran dalam rangka mencari solusi. Permasalahan lingkungan yang
berdampak pada pemanasan global terkait dengan keberlangsungan kehidupan di
bumi mendatangkan ketertarikan dan tanggapan cukup serius dari sejumlah pihak.
Salah satu wujud ketertarikan diwujudkan oleh majalah remaja untuk membuat
sebuah rubrik yang muncul di setiap edisinya, dan di setiap edisinya dimuat
artikel dengan tema yang berbeda-beda namun tetap membahas tentang
permasalahan lingkungan.
Melalui artikel, penulis bermaksud menyampaikan gagasan terkait
permasalahan lingkungan. Hal ini dalam komunitas khalayak pembaca, mampu
membangun wacana tertentu terkait permasalahan tersebut. Atau secara ringkas
dapat dikatakan artikel mampu memberikan atau memunculkan pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pembacanya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan
lingkungan serta memotivasi untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini bersifat deskriptif kualitatif yang tidak
mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat,
1985:49).
Sedangkan yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah
penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau juga dengan penemuan-
penemuan yang tidak dicapai/ diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (Moleong, 2004:35).
2. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode analisis wacana kritis (Critical
Discourse Analysis) sebagai pendekatan analisis. Analisis wacana kritis memang
menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, namun bahasa dianalisis bukan
dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga
menghubungkannya dengan konteks tertentu, seperti latar, situasi, pristiwa, dan
kondisi. Teun A. van Dijk membagi analisis wacana ke dalam tiga dimensi, yaitu
dimensi teks, kognisi sosial dan yang terakhir adalah dimensi konteks sosial.
Menurut van Dijk, analisis teks wacana tertulis tidak terbatas pada struktur-
struktru tekstual karena struktur-struktur semacam ini telah memberikan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mengekspresikan beberapa makna, opini, dan ideologi untuk menunjukan
bagaimana makna-makna dini dihubungkan dengan teks.
Kemudian, untuk mengaplikasikan analisis wacana ini, van Dijk membuat
kerangka analisis dengan membagi dimensi teks menjadi tiga struktur, dimana
masing-masing saling mendukung satu sama lain. Yang pertama adalah struktur
makro, merupakan makna umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan
melihat topik suatu teks. Kedua adalah superstruktur, yaitu kerangka suatu teks –
bagaimana struktur dan elemen wacana tersebut disusun dalam teks secara utuh.
Ketiga, struktur mikro yaitu makna wacana yang dapat diamati dengan
menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan sebagainya.
3. Obyek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah artikel lingkungan dalam Rubrik “Green
Page” pada Majalah GoGirl!, pada rentang waktu Juli-Desember 2011. Pemilihan
objek berupa artikel didasarkan pada keingintahuan seberapa banyak artikel, yang
juga harusnya tidak hanya memberitakan fakta tapi juga memotivasi pembacanya
untuk lebih peduli lingkungan. Alasan lainnya karena masih sedikit literasi dan
penelitian mengenai permasalahan lingkungan berkaitan dengan media massa.
Rentang waktu yang dipilih enam bulan selama Juli-Desember 2011 karena
penulis ingin mengetahui sejauh mana artikel tentang lingkungan mampu
menginformasikan kepada pembacanya. Selain itu, juga karena di setiap edisi
yang terbit satu kali dalam sebulan, topik yang diangkat selalu berbeda namun
tetap berkaitan dengan lingkungan dan dalam periode tersebut juga diuraikan
bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan guna menjaga lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik dokumentasi data
dari majalah remaja bulanan GoGirl! edisi Juli-Desember 2011 yang memuat
artikel mengenai lingkungan hidup di rubrik “Green Page”.
5. Teknik Analisis Data
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan. Analisa di tingkat
wacana mempunyai sensibilitas yang cukup tinggi untuk membuka kekuatan-
kekuatan ideologis yang hadir, baik secara eksplisit maupun implisit sebagai
pesan terselubung. Penelitian ini menggunakan analisis wacana Teun A. Van
Dijk. Model ini mempunyai pendangan bahwa bagaian yang terpenting adalah
analisis terhadap struktur wacana. Struktur wacana terdiri dari tematik, skematik,
semantik, sintaksik, dan retoris.
Suatu teks mempunyai koherensi yang saling mendukung dari tingkatan
yang tertinggi sampai terendah, yaitu dari makna global (struktur makro),
kerangka teks atau struktur skematis (superstruktur) sampai pada makna lokal
(struktur mikro). Elemen-elemen yang diamati dari struktur wacana tersebut
adalah: tema pada tingkatan tematik, skema pada tingkatan skematik, latar, detil,
maksud dan pengandaian pada tingkat semantik, koherensi, bentuk kalimat, kata
ganti pada tingkat sintaksis, kata kunci, pemilihan kata pada tingkat stilistik, gaya,
interaksi, ekspresi dan metafora pada tingkat retoris. Teks secara keseluruhan
adalah unit analisis dalam struktur makro dan superstruktur. Teks secara
keseluruhan adalah unit analisis dalam struktur makro dan superstruktur. Pada
tingkat semantik yang dapat diamati adalah paragraf dan kata. Pada tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sintaksis mengamati kalimat, proposisi dan kata. Pada tingkat stilistik, unit
analisisnya adalah kata. Sementara pada tingkat retoris menganalisa kalimat dan
proposisi.
Sampel teks akan dipilih berdasarkan kategori yang berdasarkan pada level
analisis struktur wacana yang disebut dengan korpus. Kemudian korpus-korpus itu
akan dianalisis berdasarkan perangkat wacananya, misalnya pemakaian kata,
retorika, dan distribusi halamannya yang akan ditempatkan ke dalam konteks
yang ada. Analisis ini akan dideskripsikan secara kualitatif, secara berurutan
berdasarkan level struktur wacananya.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan model analisis wacana
yang ditawarkan Teun A. Van Dijk yang terkenal dengan model kognisi sosial
(social cognition). Van Dijk melihat wacana sebagai sebuah strutktur tiga dimensi
yang terdiri atas teks, kognisi sosial, dan konteks.
6. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini akan terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pembuka, isi, dan
penutup.
a. Pembuka
Bagian ini terdiri dari halaman judul, abstrak, lembar pengesahan,
pengakuan orisinalitas karya, motto, kata pengantar, dan daftar isi.
b. Isi
Pada bagian ini dimuat bab-bab hasil penelitian yang terdiri dari:
Bab I Pendahuluan, Bab II Gambaran Umum Obyek Penelitian, Bab III
Sajian dan Analisis Data, Bab IV Penutup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
c. Penutup
Pada intinya, bagian penutup berisi hal-hal yang tidak termuat dalam
pembukaan maupun isi namun dianggap penting oleh peneliti untuk
dicantumkan. Misal lampiran, glossary, index, biodata penulis, dan
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB II
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah Majalah GoGirl!
Ide untuk menerbitkan sebuah majalah lokal dengan berbagai inspirasi ini
digagas oleh tiga bersaudara, yaitu, Nina, Anita, dan Gita Moran. Redaksi majalah
yang kemudian diberi nama GoGirl! itu pun resmi bekerja sejak 29 November
2004, hingga akhirnya terbit pertama kali pada bulan Februari 2005 di bawah
bendera PT. Aprilis Maju Media. Dalam perkembangannya, majalah yang
memiliki target pasar remaja putri 15-23 tahun ini tidak hanya digemari segmen
utamanya, tapi sering pula mendapat surat pembaca dari murid SD, ibu-ibu muda,
bahkan laki-laki. Hal ini dikarenakan GoGirl! sering memasukkan artikel-artikel
yang bersifat human interest, tidak hanya seputar remaja putri saja.
Sejak awal, GoGirl! menetapkan diri untuk bersaing di segmen majalah
remaja franchise yang saat itu didominasi oleh Cosmogirl dan Seventeen. Itulah
mengapa GoGirl! selalu tampil dengan cover majalah artis luar negeri seperti
yang ada pada majalah franchise. Meskipun terbilang anak baru di tengah
persaingan bisnis media yang sudah ketat, saat itu. Gogirl! sudah mampu
mendapat tempat di hati para pecinta majalah, khususnya remaja putri.
GoGirl! yang mengusung tagline “Magazine For Real”, ingin menjadi
majalah yang lebih sesungguhnya, lekat dan dekat dengan pembacanya. Dalam
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
arti menciptakan feature dan tips yang lebih realistis disesuaikan dengan
kehidupan sehari-hari remaja Indonesia, dibuat dengan perspektif remaja untuk
remaja.
Hal lain untuk menjadi majalah yang sesungguhnya ialah ditunjukkan pula
oleh GoGirl! melalui halaman fashion yang lebih mudah diaplikasikan,
menggunakan bahasa yang tidak terlalu santai namun tidak pula terlalu baku, serta
dikemas dalam ukuran yang lebih praktis.
B. Visi dan Misi
1. Visi
GoGirl! believe in feminism karena yakin bahwa setiap perempuan
menyimpan potensi besar yang harus dikeluarkan. We also believe in good
morality dan self motivation dimana kebaikan harus dimulai dari diri sendiri. Just
like Mahatma Gandhi said "You must be the change you want to see in the world".
2. Misi
Be the magazine that shows teens their true potential, to show teens that it's
important to be smart, pick the right choices in life, and also knows how to
present themselves through comfortable, wearable and stylish fashion.
GoGirl! yang kini jumlah eksemplarnya hingga 120.000 copies merupakan
majalah yang percaya pada feminisme, karena yakin bahwa setiap perempuan
menyimpan potensi besar yang harus dikeluarkan. Visi lain adalah membuat
remaja meyakini bahwa sikap moral yang baik dan segala kebaikan harus dimulai
dari diri sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Misi majalah ini pun menjadi majalah yang membatu remaja mengungkap
dan menunjukkan potensi dirinya. Sekaligus menyakinkan pentingnya menjadi
remaja yang pintar, mampu memilih keputusan yang baik dalam hidup, dan
mengerti cara membawa diri lewat penampilan atau maupun gaya hidup.
C. Profil Media GoGirl!
1. Data Teknis
a. Mulai terbit : Februari 2005
b. Bentuk media : Majalah
c. Jumlah halaman : 224 halaman (Full Colour)
d. Hari terbit : bulanan setiap tanggal 1
e. Harga eceran : Rp 27.500,-/ eksemplar (Jawa), kecuali edisi
khusus
Rp. 28.500,-/eksemplar (luar Jawa), kecuali edisi
khusus
f. Jenis kertas : Cover : art paper 190 gr, vernis
Isi : art paper 85 gr, glossy
g. Bidang cetak : 175 mm x 232 mm (lebar x tinggi)
h. Printing : PT. Indonesia Printer
i. Office : Jl. Kebayoran Lama No. 2C Jakarta Selatan
j. Telephone : 021-53652430 021-53652431
k. Fax : 021-53653343
l. Account Number : PT. Aprilis Maju Media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Bank Mandiri Cabang Kebayoran Lama
1280004419146
2. Target Pembaca
a. Sex : 97% wanita, 3% pria
b. Usia : 90% usia 15-23 tahun, 5% usia di atas 23 tahun, 5 % usia
di bawah 15 tahun
c. S.E.S : Primary A, A+
Secondary A, B
d. Edukasi : SMA 60%, Universitas 30%, dan lainnya 10%
e. Profesi : 80% pelajar dan mahasiswa, 20% pegawai dan profesional
3. Sirkulasi dan Distribusi (Circulation and Disribution)
a. Total Sirkulasi 120.000 eksemplar.
b. Distribution Area (Area of Distribution):
i. JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) 40%
ii. Jawa Barat (Bandung, Sukabumi, Cirebon, Tasikmalaya) 15%
iii. Jawa Tengah (Solo, Semarang, Purwokerto) dan Yogyakarta 10%
iv. Jawa Timur (Surabaya, Malang, dan sekitarnya) 14%
v. Sumatera (Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang,
Lampung, Batam) 11%
vi. Kalimantan (Balikpapan, Pontianak) 2%
vii.Indonesia Timur (Makasar, Manado, Palu, Kendari) 2%
viii.Bali dan Lombok 5%
ix. Lain-lain 1%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4. Promosi
a. Promosi Lini Atas (Above The Line)
i. Radio:
(a) Gen FM, Jakarta
(b) OZ Radio, Jakarta
(c) Istara FM, Surabaya
(d) Geronimo FM, Yogyakarta
(e) Gemaya FM, Balikpapan
(f) Star FM, Medan
(g) 99ers FM, Bandung
ii. Internet:
(a) Official website www.gogirlmagz.com
(b) Facebook Gogirl! Magazine
(c) Twitter @gogirlmagz
b. Promosi Lini Bawah (Below The Line)
i. Annual Event: Gogirl! Look, Gogirl! Phenomenon (Fashion Design
Competition).
ii. Join promo dengan beberapa brand.
D. Newsroom Majalah Gogirl!
Gogirl! merupakan majalah remaja wanita yang terbit setiap bulan. Majalah
ini dikemas secara collectable, selain memiliki artikel tetap, ada beberapa artikel
yang hadir disesuaikan dengan kebutuhan per edisi (artikel lepas). Secara garis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
besar rubrikasi majalah Gogirl! terdiri atas enam kelompok besar yang di
dalamnya terdapat rubrik-rubrik, sebagai berikut:
1. Monthly Routine
Monthly Routine adalah kumpulan rubrik yang berisi kumpulan artikel-
artikel yang hadir secara tetap setiap bulannya. Terdiri dari rubrik “Crew” atau
kru/tim yang terlibat dalam keseluruhan proses produksi dan distribusi GoGirl’s
Menu yang berisi daftar isi majalah. Editor’s Letter, berisi tulisan pengantar
keseluruhan GoGirl! edisi bulan ini dari pemimpin redaksi (Editor-in-Chief).
Selain mengantar edisi, tulisan ini juga mengulas singkat seputar isu yang sedang
marak dibicarakan. Rubrik lain seperti “Agenda Events” berisi promo event,
produk, jasa, dan pengetahuan umum secara singkat dalam format kalendar.
Attention Board adalah rubrik pemberitahuan untuk para pembaca Gogirl! tentang
acara yang diselenggarakan Gogirl! atau berbagai pengumuman recruitment.
“Cerpen” yang berisi cerita pendek hasil seleksi dari kontributor. Surat-surat yang
berisi surat pembaca. “Promo” merupakan halaman advertorial, dan “Directory”
yang berisi alamat-alamat butik, salon, dan tempat-tempat yang berkontribusi
dalam Gogirl! edisi bulan tersebut.
2. Feature
Feature merupakan salah satu regular topics Gogirl! yang berisi artikel-
artikel feature. Hanya rubrik “Reality” (kisah nyata) dan “Recent Issue” (isu-isu
aktual) yang menjadi rubrik tetap di sini, rubrik lain bersifat lepas dan judul-
judulnya disesuaikan dengan tema majalah bulan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3. Fashion
Fashion yang berisi aneka rubrik seputar dunia fashion, aplikasi, hingga
modifikasinya. Rubrik-rubrik fashion di majalah ini menghabiskan sekitar 45
hingga 50 halaman dari 186 halaman di Gogirl! Dengan kata lain rubrik ini
mendominasi content majalah, terutama untuk “Fashion Spread” yang berisi foto-
foto fashion dengan tema dan lokasi tertentu. Berikut rubrik-rubrik tentang
fashion :
a. Fashion Quotes
b. Model Off Duty
c. 4 Ways to Wear
d. Fashion Tips
e. Hottest Stuff this Month
f. Fashion Spread
g. Girl of The Moment
h. Runaway We Love
i. Fashion Theme
j. Mix and Match
k. What’s Hot Now
l. Hollytrend
m. Our Local Designer
n. Rated Stylish
o. Do It Yourself
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4. Celebrity
“Celebrity” merupakan salah satu bagian dari regular topics yang khusus
membahas seputar kehidupan selebritas. Baik itu khusus seputar selebritas di
Hollywood dalam rubrik “Hollywood Pages”, serta selebritas pada umumnya
dalam rubrik “Gossip”. Pembahasan mengenai siapa model sampul majalah edisi
tersebut dalam rubrik “Our Cover”. Sekilas pula ditampilkan seseorang atau grup
yang sedang meniti karir, dalam rubrik “On Promo”. Selain rubrik tetap juga
selalu ada rubrik lepas khusus selebritis dengan tema yang bervariasi.
5. Health & Beauty
“Health and Beauty” seperti namanya juga khusus membawahi rubrik-
rubrik seputar kesehatan dan kecantikan. Rubrik seperti “Make Over”, yang
membuat perbedaan dari penampilan dan tata rias seseorang. “Beauty Tips” yang
berisi tips-tips kecantikan, serta artikel-artikel lepas lainnya yang judulnya
berganti-ganti setiap bulannya.
6. Lifestyle
“Lifestyle” adalah regular topics terakhir dalam pembahasan. Lifestyle
berisi artikel-artikel tetap seperti “You Say So”, berisi kumpulan pendapat dari
beberapa orang yang dianggap kompeten tentang suatu topik. “Post Anything”
merupakan rubrik khusus bagi para pembawa berkontribusi mengirimkan tulisan,
rating versi mereka, tempat yang direkomendasikan dan sebagainya. Rubrik
“Tanya Cowok” yang berisi pendapat mengenai masalah yang dialami wanita
dalam perspektif pria. “Bond of The Month” merupakan rubrik tentang cerita
mengenai pasangan atau kelompok pembaca yang memiliki ikatan yang spesial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Jalan-jalan seperti namanya berisi tentang cerita dan rekomendasi dari tempat-
tempat menarik di Indonesia maupun luar negeri. “Quiz” merupakan aneka
permainan dan kuis yang disiapkan untuk pembaca. “Hilite Books” adalah
ringkasan dan buku-buku yang direkomendasikan baik dari redaksi Gogirl!
maupun toko buku-toko buku ternama. “Hilite Movie” pun seperti namanya berisi
tentang ringkasan film, daftar, dan serba-serbi film yang tengah beredar di
bioskop Indonesia. Terakhir, yaitu “Music Pages” yang berisi review lagu-lagu,
album, penyanyi, dan hal-hal menarik seputar dunia musik di tanah air dan
mancanegara.
Dengan jumlah dan jenis rubrik-rubrik semacam itu, ritme GoGirl! yang
majalah bulanan yang memiliki ritme keredaksian yang terbilang tidak seketat
majalah sejenis yang terbit 10 harian atau dwi mingguan. Redaksi setiap awal
tahun telah menyiapkan main isssue untuk tiap edisi GoGirl! selama setahun.
Rencana awal tersebut biasanya sudah dapat diprediksi berdasarkan trend dan
kejadian yang lumrah terjadi di setiap bulan selama setahun ke depannya.
Misalnya, edisi di bulan Februari akan selalu diisi dengan tema besar yaitu ulang
tahun GoGirl! dan Agustus diisi dengan tema kemerdekaan. Penyesuaian nantinya
akan dilakukan pada rapat redaksi, sekitar dua bulan sebelum tanggal terbit.
Pengecualian untuk edisi khusus ulang tahun GoGirl! di bulan Februari, materi
biasanya disiapkan lebih jauh dari waktu persiapan edisi biasa.
Rapat redaksi setiap bulannya dilakukan setiap tanggal 15, dengan deadline
kepada para reporter untuk mengumpulkan artikel diberikan cukup fleksibel
sekitar satu bulan atau lebih setelah rapat tema dilaksanakan. Artikel langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dikumpulkan kepada Pimpinan Redaksi, karena di GoGirl! sementara diputuskan
untuk meniadakan fungsi editor, sehingga semua proses editing hingga
pengecekan hasil layout dilakukan sendiri oleh Pimpinan Redaksi. Hingga
akhirnya siap masuk ke percetakan.
Hal menarik, ketika gaya penulisan dalam GoGirl! sering dikatakan sebagai
code mixing, atau percampuran antara bahasa dan kode-kode bahasa Indonesia,
sebagai bahasa utama dengan bahasa lain, seperti bahas Inggris. Code mixing ini
dilakukan dengan argumen bahwa ada beberapa kata akan lebih tepat dinyatakan
dalam bahasa aslinya (bahasa Inggris). Dengan tidak memaksakan menggunakan
bahasa Indonesia sepenuhnya, harapan yang dituju yaitu pesan akan lebih mudah
tersampaikan kepada pembaca.
Ketika banyak yang mengusulkan GoGirl! untuk mengganti format terbit
bulanannya, selain masih nyaman dengan ritme bulanan yang tidak memaksa
sehingga kualitas tetap terjaga, juga karena Pemimpin redaksi (Editor in Chief)
GoGirl! dalam hal ini memiliki kebijakan agar semua tulisan reporter dan fashion
writer nantinya akan langsung diedit sendiri olehnya. Jika dikaitkan dengan
format newsroom yang ada di media massa kebanyakan, GoGirl! cenderung
berbeda.
E. Struktur Kepemimpinan dan Redaksi Majalah GoGirl!
CEO : Dilip J. Moran
Bussiness Director : Nina Moran
Finance Manager : Laurence Titus
Editor in Chief & Creative Director : Anita Puspa Moran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Managing Editor : Yenni Kartika Sari
Editor : Ika V. Ayyudiah
Bunga Ayu Rosvita
Fashion & Beauty Editor : Githa Moran
Web Editor : Mamora Basaria
Reporter : Rianti Rusmalia
Fausta Christy Advent
Shinta
Fashion Stylist : Media Friesna
Beauty Writer : Shanifer Ariela
Art Director : Yohanes Radityo
Graphic Designer : Fauziah Ria Saputri
Ida Diandani
Micka Pradipta
Nur Asiyah
Trista Puspita Dewi
Photographer : Arman Yonathan
Personal Assistant : Suhani Desmiani
Web Admin : Wigianti
Ass. Manager Marketing : Nida Daulay
Marketing : Dewi Nova Wulansih
Renata Valentina
Promotion : Annisa Prawoto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dewata Priyo H.
Accountant : Adhitya
HRD : Githa Sari
Administration : Suhani Desmiani
Distribution Manager : Supriyanto
Staff Distribusi : Supriyanto
Eko Trisulo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini akan berisi penyajian dan analisis dari 6 (enam) teks tentang
“Wacana Peduli Lingkungan dalam Rubrik “Green Page” di Majalah GoGirl!
edisi Juli-Desember 2011. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab pertama bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana wacana peduli
lingkungan yang terdapat pada artikel-artikel di rubrik “Green Page” Majalah Go
Girl! Edisi Juli-Desember 20111 dibangun.
Untuk metodologi penelitian, peneliti menggunakan analisis wacana dengan
menggunakan pendekatan kognisi sosial (social cognitive approach) yang
dikembangkan oleh Teun A. van Dijk. Terdapat tiga dimensi analisis yang
menjadi satu kesatuan, yaitu struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial pada
kerangka analisis wacana van Dijk. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan
ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis (Eriyanto,
2004:224). Pada dimensi teks, diteliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana
yang digunakan komunikator untuk menegaskan tema tertentu. Pada dimensi
kognisi sosial, mempelajari proses produksi berita yang melibatkan kognisi
individu dari wartawan. Cara pandang wartawan dalam melihat suatu realitas
sosial dinilai van Dijk mampu mempengaruhi bagaimana sebuah berita dapat
terbentuk. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, melihat bagaimana teks
tersebut dihubungkan lebih jauh dengan pengetahuan yang berkembang dalam
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
masyarakat terhadap suatu wacana. Penelitian ini tidak hanya menganalisis
struktur kebahasaan namun juga dihubungkan dengan bagaimana komunikator
atau penulis rubrik memproduksi artikel serta konteks sosial dimana wacana
tersebut berkembang.
Penelitian 6 (enam) artikel pada Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl!
edisi Juli-Desember 2011 memasukkan tiga dimensi wacana, yaitu: struktur teks,
kognisi sosial, dan konteks sosial. Sistematika dalam bab ini terbagi menjadi tiga
sub bab sesuai dengan dimensi analisis struktur teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial. Analisis yang pertama adalah analisis teks yang didasarkan pada struktur
analisis teks model van Dijk terhadap enam artikel yang berhubungan dengan
wacana peduli lingkungan yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro.
Enam artikel pada Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! edisi Juli-Desember
2011 yang menjadi unit analisis adalah:
Tabel 3.1 Artikel Unit Analisis
No. Edisi Judul Artikel Tema / topik
1. Juli 2011 “Go Gas!” Gas sebagai bahan bakar
alternatif.
2. Agustus 2011 “Green School: SDNP
12 Bendungan Hilir”
Keberadaan sekolah “hijau”
di daerah padat penduduk,
Jakarta.
3. September
2011
“Asia’s Most Polluted
Cities”
Permasalahan lingkungan di
beberapa kota terpolusi di
dunia yang terdapat di
benua Asia.
4. Oktober 2011 “Green Eating; Simple
Planting”
Mengikuti gaya hidup
“hijau” dengan memilih
makanan yang tepat dan
cara menanam tanaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
yang bermanfaat.
5. November
2011 “Let’s Go Zero-Waste!”
Menerapkan pola jahitan
dengan sedikit atau bahkan
tidak menghasilkan limbah
sama sekali.
6. Desember
2011 “Drug Management”
Pengelolaam obat-obatan
yang sudah kedaluwarsa
dengan cara yang tepat.
Sumber: olahan peneliti
Pada analisis berikutnya yaitu analisis koginisi sosial yang memiliki fungsi
menjelaskan bagaimana kesadaran maupun pengetahuan penulis artikel dalam
memahami suatu peristiwa terhadap pembentukan suatu teks. Dari hasil analisis
ini, akan diketahui apa latar belakang penulis artikel, bagaimana proses produksi
artikel, serta bagaimana suatu masalah yang berhubungan ditafsirkan penulis
kedalam artikel. Analisis selanjutnya adalah konteks sosial yang berisi penjelasan
bagaimana keadaan di luar mengenai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
A. Analisis Artikel “Go Gas!”
1. Analisis Teks
Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga
terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka
diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik,
sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Go Gas!”:
a. Tematik
Elemen tematik merupakan gambaran umum pada teks. Topik
menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga
didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik,
sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian
lainnya.
Tema yang ingin dikembangkan melalui artikel yang berjudul “Go Gas!”
yang dimuat dalam rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! edisi Juli 2011 adalah
gas sebagai bahan bakar alternatif yang kemudian diturunkan ke dalam subtopik
yang membahas tentang jenis-jenis gas yang digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan dan keuntungan jangka panjang konsumsi gas sebagai bahan bakar
kendaraan. Sedangkan wacana yang ingin dikedepankan dalam artikel ini adalah
gas sebagai bahan bakar alternatif. Berikut kutipannya:
“Makin besar anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) udah bikin
pemerintah mulai mikirin bahan bakar alternatif. Please say welcome to
Liquified Gas for Vehicle!”
(Artikel “Go Gas!”: Paragraf 1, GoGirl! Juli 2011)
b. Skematik
Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan
bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti.
Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu
summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang
memuat isi berita secara kesuluruhan.
Secara skematik, artikel “Go Gas!” memiliki 6 paragraf. Paragraf pertama
berisi lead yang tergolong teras berita “apa” (what lead), paragraf kedua berisi
jenis gas yang akan digunakan pemerintah sebagai bahan bakar alternatif, paragraf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
selanjutnya berisi kelebihan Liquified Gas for Vehicle (LGV) dibanding dengan
bahan bakar lain. Di paragraf empat berisi negara-negara yang sudah
menggunakan LGV, paragraf berikutnya berisi alasan mengapa LGV belum
banyak digunakan di Indonesia, dan di paragraf terakhir berisi perhitungan
keuntungan jika menggunakan converter kit bahan bakar. Berikut uraian elemen
yang terkandung dalam artikel “Go Gas!”:
“Makin besar anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) udah
bikin pemerintah mulai mikirin bahan bakar alternatif. Please say
welcome to Liquified Gas for Vehicle!”
(Artikel “Go Gas!”: Paragraf 1, GoGirl! Juli 2011)
“Sebenernya ada dua bahan bakar jenis gas yang disiapin
pemerintah, yaitu Liquified Gas for Vehicle (LGV) dan Compressed
Natural Gas (CNG).....”
(Artikel “Go Gas!”: Paragraf 2, GoGirl! Juli 2011)
“Apa aja sih kelebihannya? Dari segi ekonomi, LGV lebih
terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter, lebih murah dibanding Premium
(Rp 4.500) dan Pertamax (8.900)...”
(Artikel “Go Gas!”: Paragraf 3, GoGirl! Juli 2011)
“Di beberapa negara kayak US, Australia, China, Korea, India, dan
beberapa negara Eropa, gas udah banyak digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan...”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4, GoGirl! Juli 2011)
“Tapi converter kit ini lumayan mahal, sekitar Rp 10-15 juta. Inilah
salah satu alasan kenapa LGV belum banyak dipakai di sini...”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5, GoGirl! Juli 2011)
“Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita
rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun ekonomi.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6, GoGirl! Juli 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
c. Semantik
Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan
makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil,
maksud, praanggapan, nominalisasi. Dalam penulisan artikel “Go Gas!”, penulis
memuat beberapa elemen, yaitu latar, detil, maksud, dan nominalisasi.
i. Latar
Latar penulisan artikel ini adalah mengenai gas sebagai bahan bakar
alternatif yang akan dikeluarkan pemerintah. Latar ini didasari pada
sebuah bentuk keprihatinan pemerintah akan semakin besarnya
anggaran subsidi jika masih menggunakan BBM lainnya. Sehingga
pemerintah memberikan solusi dengan mengeluarkan gas sebagai
bahan bakar alternatif. Hal ini terungkap dalam kutipan kalimat
berikut:
“Makin besarnya anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)
udah bikin pemerintah mulai mikirin bahan bakar alternatif.
Please say welcome to Liquified Gas for Vehicle!”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 1, GoGirl! Juli 2011)
ii. Detil
Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan Penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan
Penulis, maka informasi tersebut akan tertulis dengan berlebihan,
sebaliknya jika informasi dianggap merugikan Penulis, maka
informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut kutipan
elemen detil dalam artikel “Go Gas!”:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
“Apa aja sih kelebihannya? Dari segi ekonomi, LGV lebih
terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter, lebih murah dibanding Premium
(Rp 4.500) dan Pertamax (8.900).”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 1-2, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kutipan tersebut, dijelaskan mengenai segala kelebihan gas
dibandingkan dengan BBM lainnya. Semua informasi yang
menguntungkan penulis, dalam hal ini memuat kelebihan gas sebagai
bahan bakar alternatif dibanding dengan BBM lainnya cukup terlihat
jelas dan diuraikan lebih mendetail.
“Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita
rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun
ekonomi.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kutipan paragraf ini, informasi yang disampaikan begitu
menguntungkan penulis, karena memuat informasi kelebihan gas
sebagai bahan bakar alternatif dengan penghitungan yang memuat
hasil yang signifikan. Sebaliknya, informasi yang dirasa kurang
menguntungkan penulis, ditulis dengan samar-samar. Berikut
kutipannya:
“Sayangnya, LGV nggak sesukses „saudaranya‟. Belum banyak
kendaraan pribadi yang pake LGV, padahal sebenernya jenis bahan
bakar ini punya banyak keunggulan lho dibanding BBM.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 5-6, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kutipan kalimat diatas, nampak Penulis hanya menampilkan
informasi yang dianggap kurang menguntungkan baginya. Tidak
disebutkan lebih mendetail, mengapa LGV tidak sesukses CNG.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
“Tapi converter kit ini lumayan mahal, sekitar Rp 10-15 juta.
Inilah salah satu alasan kenapa LGV belum banyak dipakai di sini.
Alasan lain, jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas
(SPBG) di Indonesia masih kurang banget. Baru ada di
Jakarta, itupun jumlahnya cuma sekitar 8 SPBG.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 1-4, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kutipan kalimat diatas, tidak disebutkan lebih mendetail
mengenai mengapa harga converter kit mahal, kemudian juga tidak
disebutkan mengapa SPBG baru tersedia di Jakarta dengan jumlah
yang sedikit yaitu 8 unit.
iii. Maksud
Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih
mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan Penulis.
Sebaliknya, jika informasi dianggap kurang menguntungkan Penulis,
maka informasi tersebut ditulis dengan samar-samar dan implisit.
Berikut kutipan kalimat yang memuat elemen maksud:
“Apa aja sih kelebihannya? Dari segi ekonomi, LGV lebih
terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter, lebih murah dibanding
Premium (Rp 4.500) dan Pertamax (8.900). Selain itu, jenis
bahan bakar ini juga ramah lingkungan. Nggak menimbulkan
banyak polusi karena pembakarannya hampir sempurna.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 1-4, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kutipan tersebut, dijelaskan mengenai segala kelebihan gas
dibandingkan dengan BBM lainnya. Semua informasi yang
menguntungkan penulis, dalam hal ini memuat kelebihan gas sebagai
bahan bakar alternatif dibanding dengan BBM lainnya di segala
bidang cukup terlihat jelas dan diuraikan lebih mendetail.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
“Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita
rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun
ekonomi. Sekarang coba itung-itung yuk, misal harga converter
kit Rp 10 juta, kapan kita balik modal dan berapa keuntungan
kita per tahun?.....”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kutipan paragraf ini, informasi yang disampaikan begitu
menguntungkan penulis, karena memuat informasi kelebihan gas
sebagai bahan bakar alternatif dengan penghitungan yang memuat
hasil yang signifikan. Sebaliknya, informasi yang dirasa kurang
menguntungkan Penulis, ditulis dengan samar-samar. Berikut
kutipannya:
“Sayangnya, LGV nggak sesukses „saudaranya‟. Belum banyak
kendaraan pribadi yang pake LGV, padahal sebenernya jenis
bahan bakar ini punya banyak keunggulan lho dibanding BBM.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 5-6, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kutipan kalimat diatas, nampak penulis hanya menampilkan
informasi yang dianggap kurang menguntungkan baginya. Tidak
disebutkan lebih mendetail, mengapa belum banyak kendaraan
pribadi yang menggunakan LGV sebagai bahan bakarnya.
“Tapi converter kit ini lumayan mahal, sekitar Rp 10-15 juta.
Inilah salah satu alasan kenapa LGV belum banyak dipakai di sini.
Alasan lain, jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG)
di Indonesia masih kurang banget. Baru ada di Jakarta, itupun
jumlahnya cuma sekitar 8 SPBG.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 1-4, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kutipan kalimat diatas, tidak disebutkan lebih mendetail
mengenai mengapa harga converter kit mahal, kemudian juga tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
disebutkan mengapa SPBG baru tersedia di Jakarta dengan jumlah
yang belum banyak, yaitu 8 unit.
iv. Nominalisasi
Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal
atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari
informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan
kalimat yang menggunakan elemen nominalisasi di dalamnya:
“Dari segi ekonomi, LGV lebih terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter,
lebih murah dibanding Premium (Rp 4.500) dan Pertamax (Rp
8.900).”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 2, GoGirl! Juli 2011)
Melalui kalimat ini, Penulis ingin menyampaikan bahwa
nominalisasi yang terkandung di dalamnya memuat informasi yang
memberi keuntungan penulis. Tertulis bahwa harga LGV lebih
terjangkau dengan perbedaan harga yang lumayan besar dengan
BBM lainnya, Premium dan Pertamax yaitu Rp 900 sampai Rp 5.300
per liternya.
“Dari hasil pengujian, emisi total LGV lebih kecil 15% dibanding
emisi total Premium/Pertamax.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 5, GoGirl! Juli 2011)
Elemen nominalisasi yang termuat dalam kalimat di atas
menjelaskan bahwa emisi total yang dihasilkan LGV lebih kecil
dibanding emisi total Premium/ Pertamax. Ini merupakan penguatan
informasi mengenai kelebihan dari LGV dibanding dengan BBM
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
“Tapi converter kit ini lumayan mahal, sekitar Rp 10-15 juta. Inilah
salah satu alasan kenapa LGV belum banyak dipakai di sini.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kutipan kalimat di atas, elemen nominalisasi menguatkan
maksud bahwa harga converter kit yang masih mahal dan ini
merupakan salah satu alasan mengapa LGV belum banyak
digunakan di Indonesia.
“Alasan lain, jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di
Indonesia masih kurang banget. Baru ada di Jakarta, itupun
jumlahnya cuma sekitar 8 SPBG.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 3-4, GoGirl! Juli 2011)
Elemen nominalisasi yang terkandung di dalam kalimat di atas
memberikan informasi bahwa jumlah SPBG di Indonesia baru
tersedia 8 unit dan itupun di Jakarta. Sehingga minimnya SPBG
dirasa sebagai alasan lain mengapa LGV belum banyak digunakan di
Indonesia.
v. Praanggapan
Elemen ini merupakan pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang
belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk
mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya:
“Sekarang coba itung-itung yuk, misal harga converter kit Rp 10
juta, kapan kita balik modal dan berapa keuntungan kita per tahun?”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6 kalimat 4, GoGirl! Juli 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
d. Sintaksis
Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu
disusun atau dibentuk. Elemen sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi, dan
kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya:
i. Bentuk kalimat
“Di beberapa negara kayak US, Australia, China, Korea, India, dan
beberapa negara Eropa, gas udah banyak digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011)
Kalimat di atas berbentuk induktif, dimana inti kalimat diletakkan di
akhir dan tersamar atau tersembunyi. Yang ingin ditonjolkan dalam
kalimat di atas adalah penggunaan gas sebagai bahan bakar di
beberapa negara.
“Makin besarnya anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)
udah bikin pemerintah mulai mikirin bahan bakar 64lternative.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011)
Bentuk kalimat di atas adalah kalimat aktif yang menonjolkan
subjek, yaitu pemerintah.
“Sebenernya ada dua bahan bakar jenis gas yang disiapin
pemerintah, yaitu Liquified Gas for Vehicle (LGV) dan Compressed
Natural Gas (CNG). LGV bentuknya cair dan tekanannya lebih
rendah dibanding CNG.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! Juli 2011)
Bentuk kalimat di atas adalah kalimat pasif yang menonjolkan objek,
yaitu bahan bakar gas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
“Di beberapa negara kayak US, Australia, China, Korea, India, dan
beberapa negara Eropa, gas udah banyak digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011)
Bentuk kalimat di atas adalah kalimat pasif yang menonjolkan objek,
yaitu bahan bakar gas.
ii. Koherensi
Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam
suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan
kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang
menggunakan elemen koherensi di dalamnya:
“LGV bentuknya cair dan tekanannya lebih rendah dibanding
CNG.”
(Artikel “Go Gas!”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! Juli 2011)
Dalam kalimat di atas, terdapat koherensi pembeda yaitu
“dibanding”. Penulis memberikan penjelasan bahwa bahan bakar
jenis gas yang sudah disiapkan pemerintah sebagai bahan bakar
alternatif, LGV dan CNG yang memiliki perbedaan. LGV berbentuk
cair dan tekanannya lebih rendah dari CNG.
“Belum banyak kendaraan pribadi yang pake LGV, padahal
sebenernya jenis bahan bakar ini punya banyak keunggulan lho
dibanding BBM.”
(Artikel “Go Gas!”: Paragraf 2 kalimat 6, GoGirl! Juli 2011)
Kata “dibanding” pada kalimat di atas, digunakan penulis untuk
menjelaskan sesuatu yang dibandingkan. LGV yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
bahan bakar alternatif yang sudah disiapkan pemerintah, memiliki
banyak keunggulan dari bahan bakar lainnya.
“Dari segi ekonomi, LGV lebih terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter,
lebih murah dibanding Premium (Rp 4.500) dan Pertamax (8.900).”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 2, GoGirl! Juli 2011)
Kata “dibanding” digunakan kembali oleh penulis untuk
membandingkan harga LGV sebagai bahan bakar gas alternatif
dengan bahan bakar lainnya.
“Dari hasil pengujian, emisi total LGV lebih kecil 15% dibanding
emisi total Premium/Pertamax.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 5, GoGirl! Juli 2011)
Penulis menjelaskan perbandingan hasil uji emisi dari LGV dengan
bahan bakar lainnya. Terbukti LGV memiliki keunggulan selain
harga yang lebih murah dari bahan bakar lainnya, hasil uji emisinya
juga menunjukkan bahwa LGV menghasilkan 15% lebih kecil dari
bahan bakar lainnya.
“Stok LGV juga lebih terjamin karena cadangan gas di perut bumi
Indonesia jauh lebih banyak dibanding cadangan minyak.”
(Artikel “Go Gas!”: Paragraf 3 kalimat 6, GoGirl! Juli 2011)
Setelah menuliskan keunggulan dari harga dan hasil uji emisi,
penulis kembali membandingkan keunggulan LGV dengan
menggunakan kata “dibanding”. LGV memiliki persediaan lebih
banyak dan lebih terjamin karena cadangan gas di perut bumi
Indonesia lebih banyak dari cadangan minyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
iii. Pengingkaran
Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan
bagaimana Penulis menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan
secara implisit. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen
pengingkaran di dalamnya:
“Sayang, diantara pabrikan terkenal itu belum ada yang jual mobil
yang berbahan gas ke Indonesia. Jadi kalo pingin pakai LGV, kita
harus pasang converter kit dulu di mobil.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 3-4, GoGirl! Juli 2011)
Kata “jadi” digunakan penulis untuk menjelaskan kalimat yang
intinya saling berseberangan. Pada kalimat pertama dijelaskan
bahwa pabrikan mobil terkenal belum memproduksi dan menjual
mobil berbahan gas ke Indonesia. Karena belum adanya mobil
berbahan bakar gas di Indonesia, maka jika ingin menggunakan
LGV, terlebih dahulu harus memasang converter kit pada mobil.
“Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita
rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun ekonomi.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011)
Penggunaan kata “tapi” di atas digunakan untuk menghubungkan
kalimat kemudian rangkaian kalimat tersebut memberikan makna
yang berseberangan. Dijelaskan meskipun harga converter kit
memang mahal, keuntungan yang akan didapat jika
menggunakannya akan dirasakan dalam jangka waktu yang panjang
baik dari segi lingkungan maupun ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
iv. Kata ganti
Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi
seseorang dalam wacana. Berikut kutipan kalimatnya:
“Jadi kalo pingin pakai LGV, kita harus pasang converter kit dulu di
mobil.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 4, GoGirl! Juli 2011)
“Untuk masalah kurangnya SPBG, sekarang kita emang cuma bisa
berharap sama keseriusan pemerintah untuk memperbanyak jumlah
SPBG.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 7, GoGirl! Juli 2011)
“Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita
rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun ekonomi.
Sekarang coba itung-itung yuk, misal harga converter kit Rp 10 juta,
kapan kita balik modal dan berapa keuntungan kita per tahun?”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl! Juli 2011)
Dalam beberapa kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan kata
ganti “kita” untuk memposisikan dirinya sama dengan pembaca.
Kata ganti “kita” menimbulkan keintiman penulis dengan
pembacanya.
f. Retoris
Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara
seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa
dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Berikut
uraiannya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
i. Ekspresi
Penulis menggambarkan ekspresinya dengan kata-kata yang sesuai
dengan apa yang dirasakannya. Berikut kutipannya:
“Sayangnya, LGV nggak sesukses „saudaranya‟.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 5, GoGirl! Juli 2011)
“Sayang, diantara pabrikan terkenal itu belum ada yang jual mobil
yang berbahan gas ke Indonesia.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 3, GoGirl! Juli 2011)
Dalam dua kalimat di atas, penulis mengungkapkan rasa kecewa dan
prihatinnya dengan menggunakan kata “sayang”. Pada kalimat
pertama, penulis menyayangkan LGV yang belum sesukses CNG,
bahan bakar yang sudah digunakan beberapa transportasi umum.
Kemudian pada kalimat kedua, penulis menyayangkan belum ada
pabrikan mobil terkenal yang menjual mobil berbahan bakar gas ke
Indonesia, hal inilah yang menyebabkan LGV belum banyak
dikonsumsi.
ii. Grafis
Dalam layout teks “Go Gas!”, penulis menambahkan beberapa grafis
seperti foto bus Transjakarta, foto converter kit, dan foto mobil
pribadi. Ditampilkannya beberapa grafis berupa foto untuk
mendukung apa yang ingin disampaikan. Selain itu, ada yang
mengundang perhatian yaitu background warna merah dengan warna
pada teks yang kontras yaitu putih. Teks yang tertulis pada bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Judul
Foto mobil sedan
Foto converter kit
tersebut merupakan penggambaran perhitungan rugi-laba
penggunaan beberapa BBM secara material.
Gambar 3.1
Layout Artikel “Go Gas!”
Sumber: Majalah GoGirl! Juli 2011
iii. Metafora
Ornamen dari suatu berita yaitu kiasan, ungkapan, metafora
digunakan penulis dalam menyampaikan pesan. Pemakaian
metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama untuk memaknai
suatu teks. Berikut kutipan kalimatnya:
“Sekarang, CNG udah digunain sejumlah angkutan umum kayak
Transjakarta, beberapa bajaj dan taksi. Sayangnya, LGV nggak
sesukses „saudaranya‟.”
(Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 4, GoGirl! Juli 2011)
Foto Bus Trasnjakarta
yang menggunakan gas
sebagai bahan bakarnya.
Lead
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Penggunaan metafora “saudaranya” untuk menunjukkan bahwa LGV
dan CNG merupakan jenis bahan bakar gas namun berbeda bentuk.
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa
elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan
beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah
wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah mengenai kelebihan dan
kekurangan LGV dan CNG sebagai bahan bakar alternatif.
2. Analisis Kognisi Sosial
Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Juli 2011, dan dari proses wawancara
tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang
diteliti.
“Waktu itu awalnya cuma kebetulan aja sih, pas aku lagi ngobrol sama
driver kantor, dia ngomongin tentang bahan bakar gas yang dipakai sama bus
Transjakarta. Kemudian aku browsing, ternyata emang wacana pemerintah ingin
mengubah penggunaan BBM jadi BBG itu udah lama ada, tapi emang belum
terealisasikan karena beberapa hal.” kata Starin Sani, penulis artikel “Go Gas!”
dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu.
Setelah melakukan browsing, penulis menyatakan pendapatnya saat rapat
tema dan mendapat persetujuan dari pimpinan redaksi. Penulis mendapatkan
inspirasi dan referensi dari pembicaraannya dengan driver kantor dan internet.
Menurut pandangan penulis, penggunaan BBG lebih murah dan ramah lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dibanding BBM. Penulis mendukung penggunaan BBG, namun memang untuk
saat ini masih sulit untuk diterapkan di Indonesia. Untuk saat ini memang
pemerintah belum menyiapkan cukup SPBG sehingga akan menyulitkan bagi
yang ingin menggunakan BBG.
“Tapi diharapkan saat pemerintah sudah siap nanti, pembaca Gogirl! sudah
punya awareness tentang hal ini dan lebih mudah untuk beralih.” tambah Starin.
Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis
ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai LGV dan CNG
sebagai bahan bakar alternatif. Sehingga saat semua sudah siap untuk
menggunakan bahan bakar alternatif tersebut, para pembaca sudah mengerti
terlebih dahulu.
3. Analisis Konteks Sosial
Harga premium dan pertamax terus bergerak naik seiring meningkatnya
harga minyak dunia. Sebagai pilihan lain, masyarakat dapat menggunakan
Liquified Gas for Vehicle (LGV) yang harganya lebih murah dibanding premium
maupun pertamax.
Dikutip dari situs resmi Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam
Indonesia, dijelaskan bahwa LGV atau yang dikenal dengan nama dagang Vi-Gas,
merupakan bahan bakar gas yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor yang
menggunakan spark ignition engine terdiri dari campuran propane (C3) dan
butane (C4). beberapa keunggulan lainnya, LGV ramah terhadap lingkungan,
menghasilkan pembakaran yang bersih, memiliki Oktan Number lebih dari (sama
dengan) 98, memperpanjang umur mesin dan pelumas, suara mesin lebih halus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dan bebas knocking, bebas sulfur dan timbal serta tekanan didalam tangkinya
lebih rendah 8-12 bar (http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/5375-lebih-
jauh-tentang-lgv-dan-cng.html).
Harga LGV lebih tinggi dibandingkan dengan BBM bersubsidi, tetapi lebih
rendah dari harga BBM non subsidi. LGV lebih fleksibel digunakan untuk daerah-
daerah yang jauh dari sumber gas atau tidak memiliki pipa gas bumi. Sedangkan
Compressed Natural Gas (CNG) merupakan bahan bakar gas yang dibuat dengan
melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. Bahan bakar ini
sudah banyak digunakan oleh kendaraan umum seperti taksi dan angkutan kota.
Kendaraan pribadi juga dapat menggunakannya. Harganya relatif murah yaitu Rp
3.600 per liter setara premium. Namun untuk menggunakan bahan bakar LGV,
pemilik kendaraan harus membeli converter kit terlebih dahulu. Harganya sekitar
Rp 10-15 juta.
LGV dan CNG yang disiapkan pemerintah sebagai bahan bakar alternatif
memberikan banyak keuntungan bagi konsumen namun yang kini masih menjadi
kendala adalah belum ada mobil yang menggunakan bahan bakar gas dijual di
Indonesia, sehingga harus menggunakan converter kit terlebih dahulu. Hambatan
dari belum banyaknya yang mengkonsumsi LGV adalah jumlah SPBG yang
sedikit serta belum merata. Diharapkan kedepannya pemerintah mampu
menyiapkan SPBG secara merata di seluruh Indonesia agar seluruh masyarakat
bisa merasakan penggunaan LGV.
Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan mengenai apa yang
terjadi di masyarakat ketika pemerintah mensosialisasikan bahan bakar alternatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Namun belum siapnya pemerintah dalam menyediakan SPBG yang merata di
Indonesia dan juga belum adanya produsen mobil yang memproduksi mobil
berbahan gas di Indonesia menjadi kendala.
Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial,
dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Go Gas!” memenuhi kriteria analisis
yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks,
menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk
mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada
analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang
melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks
sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu
masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing
saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
B. Analisis Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”
1. Analisis Teks
Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga
terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka
diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik,
sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Green School: SDNP 12
Bendungan Hilir”:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
a. Tematik
Elemen tematik merupakan gambaran umum pada teks. Topik
menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik
lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga
didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik,
sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian
lainnya.
Tema yang ingin dikembangkan dalam artikel “Green School: SDNP 12
Bendungan Hilir” yang dimuat dalam rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! edisi
Agustus 2011 lalu adalah sekolah “hijau”. Tema tersebut kemudian diturunkan
menjadi dua subtopik, yaitu peduli terhadap lingkungan dan revolusi sekolah
tersebut hingga mendapatkan penghargaan Adiwiyata selama 4 tahun berturut-
turut. Kemudian untuk wacana dari artikel ini adalah keberadaan sekolah “hijau”
di tengah kawasan padat penduduk Jakarta Pusat. Berikut kutipannya:
“Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah
yang masih hijau dan rindang banget lho. Bahkan, siang hari pun tetep
nggak kerasa panas di sana! Inilah dia, SDNP 12 Bendungan Hilir
(Benhil).”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 1, GoGirl!
Agustus 2011)
b. Skematik
Secara skematik, artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”
memiliki enam paragraf. Paragraf pertama berisi lead yang tergolong dalam teras
berita “siapa” (who lead), paragraf kedua dan ketiga berisi tentang bentuk
kepedulian sekolah terhadap lingkungan, di paragraf empat hingga enam memuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
tentang bagaimana usaha sekolah ini mendapatkan penghargaan Adiwiyata selama
empat tahun berturut-turut. Berikut kutipannya:
“Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah
yang masih hijau dan rindang banget lho. Bahkan, siang hari pun tetep
nggak kerasa panas di sana! Inilah dia, SDNP 12 Bendungan Hilir
(Benhil).”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 1,
GoGirl! Agustus 2011)
“Selain sejuk, SDNP 12 Benhil juga bersih banget! Murid-muridnya
emang udah dibiasain peduli lingkungan...”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2, GoGirl!
Agustus 2011)
“Oh iya, jangan coba-coba buang sampah sembarangan di lingkungan
sekolah seluas 2.664 m2 ini ya. Soalnya, ada denda buat semua warga
sekolah yang ketauan buang sampah sembarangan!...”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 3, GoGirl!
Agustus 2011)
“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin
kondisi yang cukup memprihatinkan. Walaupun statusnya SD
percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini
tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status
itu...”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4, GoGirl!
Agustus 2011)
“Ibu Murliati pun ngajuin proposal ke perusahaan-perusahaan yang
punya program CSR (Corporate Social Responsibility). Akhirnya,
General Electric menyetujui propsal SDNP 12 Benhil.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 5, GoGirl!
Agustus 2011)
“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih
penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008. Adiwiyata adalah
penghargaan dari pemerintah buat sekolah-sekolah yang berhasil
mendidik siswanya peduli terhadap lingkungan.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6, GoGirl!
Agustus 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dalam artikel ini juga dimuat beberapa kutipan langsung atau komentar
verbal dari narasumber yaitu Kepala Sekolah SDNP 12 Benhil, Ibu
Murliati.
““Mungkin sebenernya ada banyak sekolah yang punya lingkungan
bersih, tapi kuncinya adalah kesadaran dari hati. SDNP 12 Benhil
berhasil meraih penghargaan karena kesadaran lingkungan para
warganya,” ujar Ibu Murliati.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6, GoGirl!
Agustus 2011)
c. Semantik
Struktur mikro dalam sebuah wacana disebut dengan semantik yang
merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen
detil, latar, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Dalam artikel “Green School:
SDNP 12 Bendungan Hilir”, penulis hanya memuat 4 elemen yaitu elemen latar,
detil, maksud, dan nominalisasi. Berikut kutipannya:
i. Latar
Latar penulisan artikel ini adalah mengenai keberadaan sekolah
“hijau” yang masih ada di tengah padatnya Jakarta. Jakarta dikenal
dengan kota padat penduduk, keadaan lingkungan juga kurang
diperhatikan oleh penduduknya. Keberadaan sekolah “hijau” di
daerah Bendungan Hilir (Benhil) menggambarkan bahwa masih ada
sekolah yang sejuk dan bersih di tengah keadaan Jakarta yang panas
dan kotor. Berikut kutipan kalimatnya:
“Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu
sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho. Bahkan, siang
hari pun tetep nggak kerasa panas di sana! Inilah dia, SDNP 12
Bendungan Hilir (Benhil).”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 1,
GoGirl! Agustus 2011)
ii. Detil
Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan
penulis, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan
berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan penulis,
maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Elemen
detil dalam artikel ini disajikan dengan Berikut kutipan elemen detil
dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”:
“Selain sejuk, SDNP 12 Benhil juga bersih banget! Murid-
muridnya emang udah dibiasain peduli lingkungan.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2
kalimat 1-2, GoGirl! Agustus 2011)
Dalam paragraf kedua, elemen detil yang mendukung informasi yang
menguntungkan penulis, ditulis dengan jelas. Kutipan di atas
menjelaskan bahwa SDNP 12 Benhil memang mendidik murid-
muridnya untuk terbiasa menjaga lingkungan sekolahnya. Untuk
penjelasan bagaiman cara sekolah ini mendidik murid-muridnya
akan diuraikan pada analisis elemen maksud.
“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih
penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6
kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa apa yang telah
dilakukan SDNP 12 Benhil beserta warga sekolahnya dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
menjaga lingkungan mendapatkan penghargaan. Informasi ini
menguntungkan penulis karena kalimat tersebut menggambarkan
bahwa usaha SDNP 12 Benhil dalam menjaga lingkungan
mendapatkan penghargaan.
“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet
ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan. Walaupun
statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala
sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak
buat menyandang status itu.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4
kalimat 1-2, GoGirl! Agustus 2011)
Sebaliknya, jika beberapa kutipan sebelumnya menguntungkan
penulis, maka kutipan ini dianggap kurang menguntungkan penulis.
Informasi yang disampaikan dalam kalimat tersebut kurang
dijelaskan secara mendetail. Keadaan SDNP 12 Benhil sebelumnya
hanya disebutkan kurang layak tanpa disertai penjelasan seperti apa
keadaan sekolah tersebut secara detail, informasi ini hanya ditulis
dalam 2 kalimat saja.
iii. Maksud
Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih
mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan penulis.
Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang menguntungkan
penulis, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat
yang mengandung elemen maksud:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
“Murid-muridnya emang udah dibiasain peduli lingkungan. Mulai
dari buang sampah di tempatnya, selalu ngabisin makanan dan
minuman, sampai menanam pohon...”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2
kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kutipan tersebut digambarkan bahwa murid-murid SDNP 12
Benhil memang sudah dibiasakan untuk peduli lingkungan. Kalimat
selanjutnya ditulis untuk menggambarkan secara detail apa saja yang
dilakukan oleh murid-murid dan warga sekolah lainnya dalam upaya
peduli lingkungan. Informasi ini dianggap menguntungkan penulis,
sehingga kalimat yang lebih mendetail ini ditulis hampir satu
paragraf.
“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih
penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008. Adiwiyata
adalah penghargaan dari pemerintah buat sekolah-sekolah yang
berhasil mendidik siswanya peduli terhadap lingkungan. Hebatnya,
mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun
berturut-turut!”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6
kalimat 1-3 GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kutipan kalimat di atas dijelaskan informasi yang
menguntungkan bagi penulis karena memuat pernyataan bahwa
sekolah tersebut mendapatkan penghargaan sebagai bentuk
kepeduliannya terhadap lingkungan. Tidak hanya itu saja, penulis
menambahkan penjelasan bahwa sekolah tersebut bisa
mempertahankan penghargaan selama 4 tahun berturut-turut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
iv. Nominalisasi
Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal
atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari
informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan
kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya:
“Tiap minggu, ternyata anak-anak dapet pelajaran Pendidikan
Lingkungan selama 2 jam, yang penilaiannya 70% dilihat dari
praktek lapangan.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 2
kalimat 4, GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kutipan kalimat di atas, penulis ingin menyampaikan bahwa
sekolah ini memiliki pelajaran Pendidikan Lingkungan yang
diberikan 2 jam tiap minggunya. Penilaian dari pelajaran ini
berdasarkan dari 70% praktek di lapangan. Jadi pelajaran Pendidikan
Lingkungan ini tidak hanya sekedar pelajaran yang mengedepankan
teori saja namun penilaian juga didasarkan pada praktek siswa di
lapangan.
“Nggak cuma itu aja, sekolah ini juga punya 11 kelompok Pandu
Lingkungan. Tiap kelompok terdiri dari 10-12 murid kelas 4-6. Ke-
11 Pandu Lingkungan itu masing-masing bertanggungjawab
terhadap kompos, biopori, toga, kantin, energi, sampah, taman,
kolam ikan, taman lalu lintas, jumantik, dan UKS.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 3
kalimat 3-4, GoGirl! Agustus 2011)
Elemen nominalisasi yang terkandung dalam kalimat ini juga ingin
mendukung informasi yang hendak disampaikan penulis. Dijelaskan
bahwa sekolah ini memang benar-benar peduli terhadap lingkungan,
terlihat ketika sekolah ini memiliki 11 kelompok Pandu Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
yang masing-masing kelompok terdiri dari 10-12 orang yang
bertanggungjawab terhadap kompos, biopori, toga, kantin, energi,
sampah, dan lain-lain. Kelompok-kelompok tersebut akan di-rolling
tugasnya setiap bulan sehingga semua merasakan bagaimana
mengurus kesebelas bidang tersebut.
“Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4
tahun berturut-turut!”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6
kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011)
Elemen nominalisasi yang terkandung dalam kalimat di atas
menunjukkan bahwa sekolah ini mampu mempertahankan
penghargaan Adiwiyata yaitu penghargaan yang diberikan
pemerintah kepada sekolah-sekolah yang mampu mendidik siswa-
siswanya untuk peduli lingkungan. Penghargaan ini mampu
dipertahankan selama 4 tahun berturut-turut.
d. Sintaksis
Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu
disusun atau dibentuk. Sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya:
i. Bentuk kalimat
Dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”, penulis
menggunakan kalimat aktif yang umumnya digunakan agar
seseorang menjadi subyek dari tanggapannya dan kalimat pasif yang
menempatkan seseorang sebagai obyek. Berikut beberapa kutipan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
kalimat aktif yang digunakan dalam penulisan artikel “Green School:
SDNP 12 Bendungan Hilir”:
“Masih ada lagi, SD ini punya program Satu Murid Satu Pohon yang
mewajibkan murid baru bawa satu tanaman.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 2
kalimat 13, GoGirl! Agustus 2011)
“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih
penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 3
kalimat 8, GoGirl! Agustus 2011)
“Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4
tahun berturut-turut!”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 3
kalimat 10, GoGirl! Agustus 2011
Dalam kutipan ketiga kalimat di atas, penulis menulisnya kedalam
kalimat aktif, yang memposisikan seseorang menjadi subyek, dalam
hal ini, SDNP 12 Benhil diposisikan sebagai subyek dari tanggapan.
Selanjutnya, terdapat kalimat pasif dalam penulisan artikel “Green
School: SDNP 12 Bendungan Hilir”:
“Pada hari itu, murid-murid harus bawa barang bekas apapun dari
rumah buat nantinya didaur ulang.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 2
kalimat 7, GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kutipan kalimat pasif di atas, penulis memposisikan barang
bekas sebagai obyek dari tanggapannya. Barang-barang bekas
tersebut nantinya akan didaur ulang agar bisa dimanfaatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
“Sejak itu, Ibu Kepsek ini rajin masukin proposal kemana-mana
supaya semua bidang bisa dibenahi, termasuk SDM-nya.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 5
kalimat 5, GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kutipan kalimat pasif di atas, penulis memposisikan bidang-
bidang yang ada di dalam SDNP 12 Benhil sebagai obyek dari
tanggapannya. Bidang-bidang tersebut diperbaiki agar menjadi lebih
baik.
ii. Koherensi
Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam
suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan
kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang
menggunakan elemen koherensi di dalamnya:
“Ibu Murliati pun ngajuin proposal ke perusahaan-perusahaan yang
punya program CSR (Corporate Social Responsibility). Akhirnya,
General Electric menyetujui proposal SDNP 12 Benhil. Sekitar 300
volunteer diturunkan buat bersihin lingkungan SDNP 12 Benhil.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 4
kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011)
Kalimat di atas menggunakan kata “akhirnya” yang menunjukkan
koherensi sebab-akibat yaitu keadaan bahwa perusahaan dimana
Kepala Sekolah memasukkan proposal, menyetujuinya.
“Sejak itu, Ibu Kepsek ini rajin masukin proposal kemana-mana
supaya semua bidang bisa dibenahi, termasuk SDM-nya.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 5
kalimat 5, GoGirl! Agustus 2011)
Kalimat di atas menggunakan kata “supaya” yang menunjukkan
koherensi sebab-akibat akibat yaitu dengan memasukkan proposal ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
beberapa perusahaan dengan tujuan semua bidang termasuk SDM
dapat diperbaiki.
“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih
penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 6
kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)
Penulis menggunakan kata “berkat” dalam kalimat di atas yang
memiliki arti yang kurang lebih sama dengan konjungsi “karena”
yang menunjukkan adanya koherensi sebab-akibat. Usaha dari
SDNP 12 Benhil dalam menjaga lingkungannya mendapatkan
penghargaan Adiwiyata.
iii. Pengingkaran
Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan
bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang ingin
diekspresikan secara implisit. Berikut kutipan kalimatnya:
“Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati
ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata
kondisinya kurang layak buat menyandang status itu.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 4
kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011)
Bentuk pengingkaran dalam kalimat ini menggunakan kata
“walaupun”, “tapi”, dan “ternyata”. Penulis hendak menyampaikan
sesuatu yang berseberangan. Kalimat di atas menjelaskan bahwa
SDNP 12 Benhil adalah SD percontohan yang seharusnya bisa
menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain baik secara pengelolaan
lingkungan hingga SDMnya. Namun pada kenyataannya, kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
sekolah ini kurang layak untuk menyandang status sebagai SD
percontohan.
““Mungkin sebenernya ada banyak sekolah yang punya lingkungan
bersih, tapi kuncinya adalah kesadaran dari hati. SDNP 12 Benhil
berhasil meraih penghargaan karena kesadaran lingkungan para
warganya,” ujar Ibu Murliati.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 6
kalimat 4-5, GoGirl! Agustus 2011)
Kata “tapi” sebagai penghubung pada kalimat di atas, digunakan
penulis untuk menyampaikan sesuatu yang berseberangan. Pada
kalimat pertama ibu Murliati mengemukakan bahwa ada beberapa
sekolah yang mempunyai lingkungan bersih, meskipun memiliki
lingkungan yang bersih, itu belum cukup menjadikan sekolah itu
layak mendapat penghargaan karena segala sesuatunya didasari dari
kesadaran diri setiap warganya.
iv. Kata ganti
Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi
seseorang dakam wacana. Berikut kutipan kalimatnya:
“Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih
penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 6
kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)
Kata ganti “mereka” yang terkandung dalam kalimat di atas dipilih
penulis untuk menyampaikan bahwa yang dimaksud adalah SDNP
12 Benhil. Jika pada kalimat-kalimat sebelumnya, penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
menggunakan istilah “sekolah” untuk menyebut SDNP 12 Benhil, di
kalimat ini, penulis menggunakan kata ganti “mereka”.
e. Stilistik
Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan
pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata juga
memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut. Berikut kutipannya:
“Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang
masih hijau dan rindang banget lho.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 1
kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “padatnya”.
Penggunaan kata “padatnya” menunjukkan keadaan yang penuh dengan
pemukiman penduduk di kawasan Jakarta Pusat.
Selain itu, SDNP 12 Benhil juga punya beberapa program pembiasaan buat
siswa-siswinya.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2 kalimat 8,
GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “pembiasaan” yang
menunjukkan keadaan membuat program tersebut sebagai sebuah rutinitas
bagi warga SDNP 12 Benhil.
“Jadi semuanya ngerasain gimana mengurus ke-11 bidang itu.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 3 kalimat 6,
GoGirl! Agustus 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “mengurus” yang
menjelaskan keadaan kelompok-kelompok Pandu Lingkungan yang
mengatur segala sesuatunya dan bertanggungjawab atas hal tersebut.
“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin
kondisi yang cukup memprihatinkan.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1,
GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “memprihatinkan”
untuk menunjukkan keadaan sekolah pada waktu itu memang sangat
menyedihkan.
“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin
kondisi yang cukup memprihatinkan.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 1,
GoGirl! Agustus 2011)
“Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi
kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat
menyandang status itu.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 2,
GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “kondisi” untuk
menjelaskan suatu keadaan.
“Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi
kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat
menyandang status itu.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 2,
GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “menyandang status”
untuk menjelaskan bahwa sekolah tersebut membawa predikat percontohan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
“Sejak itu, Ibu Kepsek ini rajin masukin proposal kemana-mana supaya
semua bidang bisa dibenahi, termasuk SDM-nya.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 5 kalimat 5,
GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “dibenahi” untuk
menjelaskan bahwa keadaan yang perlu diperbaiki.
“Berkat keseriusan semua warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan
Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1,
GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kalimat di atas digunakan leksikon “meraih” untuk menjelaskan
bahwa mendapatkan sesuatu dengan usaha yang keras.
“Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun
berturut-turut!”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 3,
GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “mempertahankan”
untuk menjelaskan keadaan yang dijaga seperti semula tidak mengalami
perubahan.
f. Retoris
Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara
seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa
dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Berikut
uraiannya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
i. Ekspresi
Penulis menggambarkan ekspresinya dengan kata-kata yang sesuai
dengan apa yang dirasakannya. Berikut kutipannya:
“Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4
tahun berturut-turut!”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6
kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan kata “hebatnya” untuk
mengekspresikan kekagumannya akan prestasi yang telah diraih
SDNP 12 Benhil yaitu mampu mempertahankan penghargaan
Adiwiyata selama 4 tahun berturut-turut.
ii. Grafis
Dalam layout artikel ini tidak terlalu banyak ilustrasi namun
ditampilkan beberapa foto dari SDNP 12 Benhil sendiri. Ada foto
gedung utama beserta halamannya, tempat sampah yang dibagi
sesuai kategori sampah, yaitu sampah basah dan sampah kering,
taman lalu lintas, dan penghargaan Adiwiyata yang pernah diraih.
Nuansa hijau juga dipilih penulis untuk menjadi layout dalam artikel
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 3.2
Layout artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”
Sumber : Majalah GoGirl! Agustus 2011
iii. Metafora
Ornamen dari suatu berita yaitu kiasan, ungkapan, metafora
digunakan penulis dalam menyampaikan pesan. Pemakaian
metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama untuk memaknai
suatu teks. Berikut kutipan kalimatnya:
“Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu
sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 1
kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011)
Judul Lead
Foto
Green school:
SDNP 12
Benhil
Gambar
penghargaan
Adiwiyata
Fototempat
sampah
Foto Taman
Lalu Lintas di
SDNP 12
Benhil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Metafora “hijau” digunakan penulis untuk menjelaskan keadaan
sekolah yang rindang, sejuk, penuh dengan pepohonan.
“Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet
ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan.”
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4
kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011)
Metafora “berdiri” digunakan penulis untuk menjelaskan bahwa
SDNP 12 Benhil sudah ada sejak tahun 1974.
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa
elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan
beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah
wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah mengenai sekolah dengan
konsep “hijau” dengan berbagai programnya.
2. Analisis Kognisi Sosial
Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Agustus 2011, dan dari proses wawancara
tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang
diteliti.
“Tema Gogirl! bulan Agustus tentang Ekskul Issue, jadi aku langsung
kepikiran tentang sekolah-sekolah, termasuk buat artikel “Green Page”.
Kebetulan, waktu itu penghargaan Adiwiyata 2011 sudah berlangsung. Dari situ
aku nyari sekolah di Jakarta yg berprestasi memperoleh Adiwiyata.” kata Starin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Sani, penulis artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” dalam
wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu.
Menurut pandangan penulis, setiap murid seharusnya memiliki kesadaran
untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terlebih lagi lingkungan sekolah mereka,
jika hal ini konsisten dilakukan, maka akan banya green school di Indonesia dan
juga dunia. Melalui artikel ini, penulis ingin mengingatkan bahwa kita harus
selalu peduli lingkungan di sekitar, termasuk di sekolah. Oleh karena itu artikel ini
menampilkan profil sekolah yang sudah diakui kepeduliannya terhadap
lingkungan serta apa saja kegiatan sekolah ini supaya dapat menginspirasi dan
menjadi teladan untuk siswa sekolah lain.
Penulis awalnya mendapatkan informasi dari internet, setelah mengetahui
sekolah yang menerima penghargaan Adiwiyata, penulis mendatangi sekolah
tersebut dan mencari informasi dengan melakukan wawancara terhadap kepala
sekolah dan juga guru koordiantor.
Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis
ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai sekolah dengan konsep
“hijau”. Diharapkan mampu menginspirasi dan memotivasi sekolah-sekolah lain
untuk lebih peduli lingkungan.
3. Analisis Konteks Sosial
Belum banyak sekolah dengan konsep “hijau” di Indonesia, hal ini
disebabkan kurangnya kesadaran warga sekolah dengan lingkungan. Sikap peduli
lingkungan seharusnya ditanamkan sejak dini agar pribadi dapat terbentuk dengan
baik. Meskipun banyak sekolah yang memiliki lingkungan yang bersih namun itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
semua belum cukup untuk menjadikannya sebagai sekolah “hijau”. Karena untuk
menjadi sekolah “hijau” diperlukan kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan.
Sekolah-sekolah dapat menambahkan pelajaran maupun kegiatan ekstrakulikuler
yang berhubungan dengan peduli lingkungan agar para muridnya lebih peduli
lingkungan.
Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan mengenai sekolah
“hijau” yang memulai aksi peduli lingkungan dari kesadaran hati. Dengan
program maupun kegiatan yang berhubungan dengan peduli lingkungan, sekolah
ini mampu membentuk kesadaran peduli lingkungan pada murid-murid hingga
seluruh warga sekolah.
Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial,
dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan
Hilir” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van
Dijk. Dalam analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi
wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan
bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah
bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan.
Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang
di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak
dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
C. Analisis Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”
1. Analisis Teks
Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga
terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka
diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik,
sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Asia’s Most Polluted Cities”:
a. Tematik
Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik
menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik
lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga
didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu
sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian
dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai beberapa kota di
benua Asia yang sangat berpolusi menurut www.ouramazingplanet.com pada
April 2011 lalu. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini adalah
tentang permasalahan lingkungan di beberapa kota yang ada di benua Asia.
Berikut kutipan kalimatnya:
“April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar 10 of
the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5 diantaranya
ternyata di Asia! Kota mana aja sih?”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl! September
2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
b. Skematik
Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan
bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti.
Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu
summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang
memuat isi berita secara kesuluruhan.
Secara skematik, artikel “Asia’s Most Polluted Cities” memiliki 6 paragraf.
Paragraf pertama berisi lead yang tergolong dalam teras berita “apa” (what lead),
paragraf kedua berisi tentang masalah polusi udara di Linfen, China, pada
paragraf berikutnya berisi tentang pencemaran sungai di Kyrgyztan akibat limbah
uranium. Di paragraf keempat berisi tentang permasalahan lingkungan karena
tambang bijih krom di India, selanjutnya permasalahan pembuangan emisi
berbahaya di Azerbaijan yang dimuat di paragraf 5 dan di paragraf terakhir
memuat tentang pencemaran lingkungan akibat tambang timbal di China. Berikut
kutipan paragrafnya:
“April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar 10 of
the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5 diantaranya
ternyata di Asia! Kota mana aja sih?”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl! September
2011)
“Kota di Provinsi Shanxi ini adalah pusatnya industri batu bara di China.
That makes this city has the worst air quality in China. Udaranya penuh
dengan polusi pembakaran batu bara...”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 1-3, GoGirl!
September 2011)
“Kota di Asia Tengah ini menjadi sangat polluted karena ada tambang
uraniumnya. Di sana ada 23 tempat pembuangan limbah dan 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
pembuangan batuan yang menyimpan sekitar 2 juta meter kubik
limbah...”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 1-2, GoGirl!
September 2011)
“Sukinda adalah kota penghasil bijih krom terbesar di dunia, 97%
cadangan bijih krom India ada di sini. Sayang banget, 12 tambang yang
ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam mengelola lingkungan...”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl!
September 2011)
“Kota di Asia Barat ini dulunya adalah pusat industri Uni Soviet. Tiap
tahunnya ada lebih dari 40 pabrik yang ngeluarin 70 ribu-120 ribu ton
emisi berbahaya...”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 1-2, GoGirl!
September 2011)
“Tianying adalah salah satu kota penghasil timbal terbesar. Tapi karena
kurang canggihnya teknologi dan nggak concern sama lingkungan,
banyak kasus keracunan timbal...”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl!
September 2011)
c. Semantik
Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan
makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil,
maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Berikut uraiannya:
i. Latar
Latar pada teks ini adalah mengenai kota-kota yang sangat berpolusi
di dunia, sebagian ada di Asia. Pencemaran lingkungan yang
merugikan manusia maupun hewan yang tinggal di sekitarnya
sedang marak terjadi. Pada April 2011 lalu, sebuah situs yang
mengeksplorasi keindahan dunia melalui berita, foto, maupun video,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
www.ouramazingplanet.com mengeluarkan daftar 10 tempat
terpolusi di dunia. Yang lebih mengejutkan lagi, dari 10 tempat
terpolusi di dunia tersebut, 5 diantaranya berada di Asia. Berikut
kutipannya:
“April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin
daftar 10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget
soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia! Kota mana aja sih?”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl!
September 2011)
ii. Detil
Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan
penulis, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan
berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan penulis,
maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut
kutipan elemen detil dalam artikel “Asia’s Most Polluted Cities”:
“Kota di Provinsi Shanxi ini adalah pusatnya industri batu bara di
China. That makes this city has the worst air quality in China.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 1-2,
GoGirl! September 2011)
Dalam kalimat di atas, disebutkan bahwa Linfen yang merupakan
kota di Provinsi Shanxi, China adalah pusat industri batu bara,
sehingga udara di sana mengalami pencemaran akibat pembakaran
batu bara. Hal ini merugikan warga di sekitar daerah industri tersebut
sering mengalami gangguan pernafasan. Penulis memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota
terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis
elemen maksud.
“Kota di Asia Tengah ini menjadi sangat polluted karena ada
tambang uraniumnya.”.
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl!
September 2011)
Dalam kalimat di atas, dijelaskan bahwa kota Mailuu-Suu di
Kyrgyztan sangat tercemari akibat tambang uranium. Pencemaran air
yang terjadi merupakan akibat dari pembuangan limbah tambang
uranium ke sungai. Penulis memberikan informasi mengenai
keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan
selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud.
“Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya
perencanaan dalam mengelola lingkungan...”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl!
September 2011)
Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa tambang bijih krom
di Sukinda, India tidak mempunyai perencanaan dalam mengelola
lingkungan di sekitarnya. Akibat yang ditimbulkan, selain
mencemari udara, juga mencemari air bersih yang dikonsumsi warga
sekitar. Sehingga timbul banyak penyakit akibat kejadian ini. Penulis
memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk
daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada
analisis elemen maksud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
“Kota di Asia Barat ini dulunya adalah pusat industri Uni Soviet.
Tiap tahunnya ada lebih dari 40 pabrik yang ngeluarin 70 ribu-
120 ribu ton emisi berbahaya...”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 1-2,
GoGirl! September 2011)
Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa sebanyak 40 pabrik
mengeluarkan limbah berupa emisi berbahaya seberat 70ribu-140
ribu ton tiap tahunnya. Selain penyakit yang ditimbulkan akibat
pembuangan limbah ini, kecacatan pada bayi juga merupakan akibat
dari kejadian ini. Penulis memberikan informasi mengenai keadaan
dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya
diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud.
“Tapi karena kurang canggihnya teknologi dan nggak concern
sama lingkungan, banyak kasus keracunan timbal...”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 2, GoGirl!
September 2011)
Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa salah satu kota di
China yaitu Tianying yang merupakan penghasil timbal terbesar,
belum memiliki teknologi yang canggih dan kurang peduli terhadap
lingkungan, akibatnya banyak kasus keracunan timbal yang terjadi.
Penulis memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang
masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih
mendetail pada analisis elemen maksud.
iii. Maksud
Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih
mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang menguntungkan
penulis, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat
yang mengandung elemen maksud:
“Jadi nggak heran kalau warga kota Linfen mengaku sering batuk
gara-gara debu di malam hari. Warga juga bilang, mereka nggak
bisa jemur cucian di luar rumah. Soalnya pakaian bisa berubah
jadi hitam! Bahkan menurut catatan di klinik-klinik daerah itu,
banyak warga yang kena bronkitis, pneumonia, dan kanker
paru-paru.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 4-7,
GoGirl! September 2011)
Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa
Linfen yang merupakan kota di Provinsi Shanxi, China adalah pusat
industri batu bara, sehingga udara di sana mengalami pencemaran
akibat pembakaran batu bara. Di elemen maksud ini, informasi yang
mendukung ditulis dengan jelas yaitu dengan menjelaskan bahwa
warga sekitar daerah industri sering batuk-batuk di malam hari dan
banyak penyakit yang ditimbulkan akibat kejadian ini.
“Yang bikin bahaya, di Mailuu-Suu sering ada gempa yang bisa
membuat limbah-limbah itu jatuh ke sungai. Contohnya habis
gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai Mailuu-
Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai.”.
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 3-4,
GoGirl! September 2011)
Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa
kota Mailuu-Suu di Kyrgyztan sangat tercemari akibat tambang
uranium. Maka di elemen maksud, informasi yang mendukung
ditulis dengan jelas seperti kejadian gempa yang sering terjadi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
membuat limbah-limbah tersebut jatuh ke Sungai Mailuu-Suu,
terlebih lagi peristiwa gempa yang terjadi pada tahun 2005 lalu
membuat 300.000 m3 limbah jatuh ke sungai. Jatuhnya limbah ke
sungai sangat mengganggu bahkan mengancam kelangsungan hidup
warga dan biota sungai.
“Selain itu, air bersih juga jadi tercemar sama hexavalent
chromium, logam yang bahaya banget kalo terhirup atau tertelan.
Approximately 70% of the surface water and 60% of the drinking
water contains hexavalent chromium. Para pekerja tambang yang
terus kena debu da nair itu banyak yang kena TBC dan asma.
Bahkan, sebanyak 84,7% kematian berada di wilayah tambang.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 4-7,
GoGirl! September 2011)
Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa
pertambangan bijih krom di kota Sukinda, India tidak mempunyai
perencanaan dalam mengelola lingkungan di sekitarnya. Maka di
elemen maksud, informasi yang mendukung ditulis dengan jelas
seperti pencemaran udara dan air yang mengandung hexavalent
chromium yang sangat berbahaya bagi kesehatan warga. Selain itu,
ditambahkan beberapa fakta untuk mendukung pernyataan akibat
yang ditimbulkan dari pencemaran limbah bijih krom yaitu
penambang yang terkena penyakit pernafasan seperti bronkitis dan
asma ketika menghirup maupun mengkonsumsi air dan udara yang
ada. Ditambahkan juga informasi mengenai angka kematian sebesar
84,7% berada di wilayah tambang. Dampak yang ditimbulkan akibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
pembuangan limbah ini sangat merugikan warga di sekitar dan juga
lingkungan.
“Banyak warganya yang kena kanker, banyak juga bayi yang
lahir prematur atau cacat.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 4, GoGirl!
September 2011)
Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa
sebanyak 40 pabrik mengeluarkan limbah berupa emisi berbahaya
seberat 70 ribu-140 ribu ton tiap tahunnya di Sumqayit, Azerbaijan.
Maka di elemen maksud, informasi yang mendukung ditulis dengan
jelas seperti akibat yang ditimbulkan dari pembuangan puluhan
hingga ratusan ribu ton emisi berbahaya, yaitu selain penyakit
kanker, kecacatan pada bayi juga merupakan akibat dari kejadian ini.
“Udara dan tanah di sana punya kadar timbal yang cukup
tinggi, tanaman para petani juga tercemar debu timbal. Anak-
anak pun banyak yang punya masalah pendengaran dan
penglihatan, IQ-nya menurun, mengalami kerusakan otak.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 1-2,
GoGirl! September 2011)
Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa
salah satu kota di China yaitu Tianying yang merupakan penghasil
timbal terbesar, namun belum memiliki teknologi yang canggih dan
kurang peduli terhadap lingkungan. Maka di elemen maksud,
informasi yang mendukung ditulis dengan menjelaskan beberapa
akibat yang ditimbulkan karena keracunan timbal yang terjadi yaitu
pencemaran udara dan tanah karena mengandung kadar timbal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
cukup tinggi, tanaman petani yang juga tercemari debu timbal,
hingga anak-anak di sekitar tambang memiliki masalah dengan
pendengaran, penglihatan, penurunan IQ, dan kerusakan otak.
iv. Praangapan
Elemen ini merupakan pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang
belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk
mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya:
“Selain itu, air bersih juga jadi tercemar sama hexavalent chromium,
logam yang bahaya banget kalo terhirup atau tertelan.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 4, GoGirl!
September 2011)
Kata penghubung “kalo” merupakan bahasa tidak baku, dalam
bahasa baku, kata penghubung “kalo” berubah menjadi “kalau”.
Kata ini membawa kalimat kepada sebuah pengandaian, meskipun
belum diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk
mendukung pernyataan. Kalimat di atas menjelaskan jika air yang
terkontaminasi dengan hexavalent chromium akan sangat berbahaya
bagi kesehatan warga, terlebih jika dihirup atau dikonsumsi.
v. Nominalisasi
Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal
atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari
informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan
kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
“April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar
10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5
diantaranya ternyata di Asia! Kota mana aja sih?”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl!
September 2011)
Melalui kalimat ini, penulis ingin menyampaikan bahwa melalui
situs www.ouramazingplanet.com yang dirilis pada April 2011 lalu
disebutkan daftar 10 tempat terpolusi di dunia, dan 5 diantaranya
berada di Asia. 5 kota yang disebutkan berada di wilayah Asia, ini
menandakan bahwa kurangnya kesadaran untuk lebih peduli
lingkungan. Dari kota-kota yang disebutkan, semuanya adalah kota
industri maupun tambang, namun karena pengolahan limbah yang
tidak pada tempatnya atau karena kurang canggihnya teknologi yang
ada, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Pencemaran
lingkungan yang terjadi pun tidak hanya udara, namun juga air dan
udara bahkan banyak penyakit hingga kematian ditimbulkan akibat
permasalahan ini.
“Di sana ada 23 tempat pembuangan limbah dan 13 pembuangan
batuan yang menyimpan sekitar 2 juta meter kubik limbah.
Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke
Sungai Mailuu-Suu dan sangat membahayakan warga dan biota
sungai.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 2;4,
GoGirl! September 2011)
Penggunaan elemen nominalisasi pada kalimat di atas ingin
menggambarkan bahwa jumlah pembuangan limbah dan batuan
sebanyak belasan hingga puluhan dan limbah yang dihasilkan pun
tidak sedikit, yaitu sebanyak 2 juta m3. Kemudian saat terjadi gempa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
pada 2005, sebanyak 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai Mailuu-
Suu. Dengan jumlah limbah yang begitu banyak, hingga mencemari
sungai maka sangat membahayakan bagi warga dan biota sungai.
“Sukinda adalah kota penghasil bijih krom terbesar di dunia, 97%
cadangan bijih krom India ada di sini. Sayang banget, 12
tambang yang ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam
mengelola lingkungan. Lebih dari 30 juta ton limbah batuan
tersebar di sekitar tambang. Approximately 70% of the surface
water and 60% of the drinking water contains hexavalent
chromium. Bahkan, sebanyak 84,7% kematian berada di
wilayah tambang.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 1;2;3;5;7,
GoGirl! September 2011)
Penggunaan elemen nominalisasi dalam kalimat-kalimat di atas
bertujuan untuk mendukung informasi yang hendak disampaikan
oleh penulis. Dalam kalimat pertama dijelaskan bahwa sebesar 97%
cadangan bijih krom India ada di Sukinda, hal ini menggambarkan
cadangan bijih krom India dihasilkan dan disimpan di Sukinda.
Kemudian di kalimat selanjutnya digambarkan bahwa sebanyak 12
tambang di kota ini tidak mempunyai perencanaan pengelolaan
lingkungan, sehingga limbah-limbah yang dihasilkan sebanyak 30
juta ton hanya tersebar begitu saja di sekitar tambang. Di kalimat
kelima, dijelaskan bahwa hampir 70% permukaan air dan 60% air
minum mengandung hexavalent chromium. Pencemaran lingkungan
akibat pembuangan limbah sangat merugikan warga dan banyak
penyakit pernafasan diderita warga hingga angka kematian sebesar
84,7% berada di wilayah tambang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
“Tiap tahunnya ada lebih dari 40 pabrik yang ngeluarin 70 ribu-
120 ribu ton emisi berbahaya. Sekarang sih kira-kira tinggal 20%
aja pabrik yang masih jalan.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 2;5,
GoGirl! September 2011)
Elemen nominalisasi kembali digunakan pada kalimat ke 2 dan 5 di
paragraf kelima.Pada kalimat kedua dijelaskan bahwa sebanyak 40
pabrik mengeluarkan 70 ribu-120 ribu ton emisi berbahaya tiap
tahunnya. Hal ini sangat mengganggu kelangsungan hidup
warganya, banyak penyakit yang menjangkiti warga hingga bayi
yang lahir prematur maupun cacat akibat dari pembuangan limbah
berbahaya ini. Selanjutnya di kalimat kelima dijelaskan bahwa
meskipun kurang lebih 20% dari jumlah pabrik yang ada atau sekitar
8 pabrik masih beroperasi, namun bukan hal yang mudah untuk
membersihkan kota dari pencemaran yang sudah ada puluhan tahun
sebelumnya.
d. Sintaksis
Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu
disusun atau dibentuk. Sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya:
i. Koherensi
Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam
suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan
kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang
menggunakan elemen koherensi di dalamnya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
“Udaranya penuh dengan polusi pembakaran batu bara. Jadi nggak
heran kalau warga kota Linfen mengaku sering batuk gara-gara debu
di malam hari.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 3-4,
GoGirl! September 2011)
Kata penghubung “jadi” menggabungkan 2 kalimat yang mempunyai
hubungan sebab-akibat. Di kalimat pertama yang menjelaskan
keadaan udara di kota tersebut yang tercemari polusi akibat
pembakaran batu bara dianggap sebagai penyebab kesehatan warga
yang terganggu karena debu di malam hari dan timbulnya berbagai
penyakit pernafasan sebagai akibat dari pencemaran udara tersebut.
“Kota di Asia Tengah ini menjadi sangat polluted karena ada
tambang uraniumnya.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl!
September 2011)
Kalimat di atas menggunakan kata “karena” yang menunjukkan
koherensi sebab-akibat yang menjelaskan bahwa kota Mailuu-Suu
terpolusi akibat pencemaran lingkungan dari tambang uranium.
“Para pekerja tambang yang terus kena debu dan air itu jadi banyak
yang kena TBC dan asma.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 6, GoGirl!
September 2011)
Seperti kalimat sebelumnya yang menggunakan kata penghubung
“jadi” yang menggabungkan kalimat satu dengan lainnya sehingga
membentuk makna hubungan sebab-akibat. Dalam kalimat ini,
menjelaskan bahwa akibat yang akan dirasakan oleh para pekerja
tambang jika terus menerus terkena debu dan air yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
tercemari oleh limbah adalah terkena penyakit pernafasan seperti
TBC dan asma.
“That’s why, Sumqayit had one of the highest mortality rates in the
world during the Soviet era.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 3, GoGirl!
September 2011)
Kalimat di atas menggunakan kata “that’s why” yang dalam Bahasa
Indonesia memiliki arti “itulah sebabnya” yang menunjukkan
koherensi sebab-akibat. 40 pabrik di Uni Soviet mengeluarkan 70-
120 ribu ton emisi berbahaya yang menjadikan salah satu angka
kematian tertinggi di era Uni Soviet.
ii. Pengingkaran
Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan
bagaimana penulis menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan
secara implisit. Bentuk pengingkaran yang ditemukan dalam artikel
“Asia’s Most Polluted Cities” menggunakan kata “tapi”. Penulis
hendak menyampaikan sesuatu yang bersebarangan. Berikut kutipan
kalimat yang menggunakan elemen pengingkaran di dalamnya:
“Sekarang sih kira-kira tinggal 20% aja pabrik yang masih jalan.
Tapi tetep aja nggak gampang buat bersihin kota dari pencemaran
puluhan tahun.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 5-6,
GoGirl! September 2011)
Pada kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan kata “tapi” untuk
menggambarkan sesuatu yang berseberangan. Meskipun sekarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
hanya terdapat 8 pabrik yang masih beroperasi dan tidak sebanyak
jumlah pabrik di beberapa waktu yang lalu yaitu 40 pabrik, namun
tetap saja pencemaran yang sudah dilakukan puluhan tahun yang lalu
sulit untuk dibersihkan.
“Tianying adalah salah satu kota penghasil timbal terbesar. Tapi
karena kurang canggihnya teknologi dan nggak concern sama
lingkungan, banyak kasus keracunan timbal.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 1-2,
GoGirl! September 2011)
Sama seperti kutipan kalimat sebelumnya, penulis kembali
menggunakan kata “tapi” untuk menggambarkan sesuatu yang
berseberangan. Meskipun Tianying merupakan kota penghasil timbal
terbesar di dunia yang seharusnya didukung dengan kecanggihan
teknologi serta peduli dengan lingkungan di sekitarnya, namun pada
kenyataannya, kurang canggihnya teknologi yang ada serta kurang
pedulinya terhadap lingkungan di sekitar, menyebabkan berbagai
masalah akibat keracunan timbal terjadi. Gangguan pendengaran dan
penglihatan, penurunan IQ, serta kerusakan otak merupakan akibat
dari keracunan timbal yang sudah mencemari udara dan tanah.
iii. Kata ganti
Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi
seseorang dakam wacana. Berikut kutipan kalimatnya:
“Warga juga bilang, mereka nggak bisa jemur cucian di luar
rumah.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 5, GoGirl!
September 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Kata ganti “mereka” yang terkandung dalam kalimat di atas dipilih
penulis untuk menyampaikan bahwa yang dimaksud adalah warga
kota Linfen itu sendiri. Jika pada kalimat-kalimat sebelumnya,
penulis menggunakan istilah “warga” untuk menyebut penduduk
kota, maka di kalimat ini penulis menggunakan kata ganti “mereka”.
Posisi warga kota Linfen dalam kalimat di atas seperti mereka
mengungkapkan sesuatu.
e. Stilistik
Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan
pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan
kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut. Berikut
kutipannya:
“Udaranya penuh dengan polusi pembakaran batu bara.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 3, GoGirl!
September 2011)
Penulis menggunakan leksikon “polusi” untuk menjelaskan untuk
menjelaskan pencemaran lingkungan yang dilakukan melalui udara.
Sehingga mengganggu saluran pernafasan warga sekitar.
“Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai
Mailuu-Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 4, GoGirl!
September 2011)
Penulis menggunakan leksikon “membahayakan” untuk menjelaskan
ancaman keselamatan atau mendatangkan bahaya bagi warga Mailuu-Suu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
“Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai
Mailuu-Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 4, GoGirl!
September 2011)
Penulis menggunakan leksikon “biota” digunakan untuk menjelaskan
seluruh flora dan fauna yang hidup dalam suatu ekosistem, dalam hal ini
adalah sungai.
“Selain itu, air bersih juga jadi tercemar sama hexavalent chromium,
logam yang bahaya banget kalo terhirup atau tertelan.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 3, GoGirl!
September 2011)
Penulis menggunakan leksikon “tercemar” untuk menjelaskan keadaan air
bersih di Sukinda yang kurang layak konsumsi karena mengandung
hexavalent chromium yang sangat berbahaya bagi tubuh. Leksikon
“bahaya” digunakan untuk menjelaskan ancaman keselamatan jika air
bersih yang ada di aliran di sungai mengandung hexavalent chromium.
Leksikon lain yang digunakan adalah “terhirup” untuk menjelaskan
sesuatu yang dilakukan dengan tidak sengaja, dalam hal ini adalah
mengambil udara . Selanjutnya, leksikon yang digunakan penulis adalah
“tertelan” untuk menjelaskan sesuatu yang dilakukan dengan tidak sengaja
memakan atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang sudah
dicemari oleh hexavalent chromium.
f. Retoris
Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara
seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Berikut
uraiannya:
i. Ekspresi
Ekspresi merupakan cara penulis menyampaikan apa yang ia
rasakan. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen
ekspresi di dalamnya:
“Prihatin banget soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia!”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl!
September 2011)
“Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya
perencanaan dalam mengelola lingkungan.”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl!
September 2011)
“Anak-anak pun banyak yang punya masalah pendengaran dan
penglihatan, IQ-nya menurun, mengalami kerusakan otak. Duh
sedihnya...”
(Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 5, GoGirl!
September 2011)
Dalam kutipan kalimat di atas, penulis ingin mengungkapkan apa
yang ia rasakan, seperti bentuk simpati atau prihatin atas kejadian
yang ditimbulkan akibat pencemaran timbal di lingkungan industri
tersebut.
ii. Grafis
Layout teks ini sederhana hanya menampilkan foto masing-masing
kota yang dibahas. Foto tersebut diletakkan di atas teks sehingga
membantu pembaca untuk memahami teks yang ditulis. Foto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
tersebut menggambarkan keadaan kota dengan permasalahan
lingkungannya masing-masing.
Gambar 3.3
Layout Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”
Sumber: Majalah GoGirl! September 2011
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa
elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan
beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah
wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah mengenai kota-kota terpolusi
di Asia dengan segala permasalahannya.
Judul
Lead
Foto kota-kota
terpolusi di
Asia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
2. Analisis Kognisi Sosial
Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! September 2011, dan dari proses
wawancara tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang
sedang diteliti. Awalnya sesuai dengan tema besar untuk bulan September adalah
segala sesuatu tentang Asia, maka penulis menyampaikan pendapatnya untuk
memuat artikel tentang kota-kota bersih yang ada di Asia. Pendapat tersebut
disetujui oleh pemimpin redaksi, namun pemimpin redaksi menghendaki untuk
memuat tentang kota-kota kotor di Asia.
“Tujuan penulisan artikel ini cuma sekedar ngasih tau aja ke pembaca, kota-
kota mana yang paling polusi di Asia dan alasannya.” kata Starin Sani, penulis
artikel “Asia’s Most Polluted Cities” dalam wawancara yang dilakukan pada 26
Maret 2012 lalu. Disamping itu, penulis menyampaikan keprihatinannya terhadap
kota-kota yang terpolusi di dunia, ada di Asia.
Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis
ingin menyampaikan informasi kepada pembaca tentang kota terpolusi di dunia,
sebagian terdapat di Asia.
3. Analisis Konteks Sosial
Permasalahan lingkungan bukan lagi menjadi hal yang baru. Jika
permasalahan lingkungan yang sedang marak diperbincangkan adalah mengenai
dampak pemanasan global berupa naiknya suhu udara secara signifikan serta
terjadinya beberapa bencana alam di berbagai belahan bumi. Bencana alam yang
terjadi bukan murni akibat bumi yang semakin tua usianya, namun sikap manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
yang kurang peduli dengan alam juga yang menyebabkan terjadinya bencana
alam.
Dari daftar 10 kota terpolusi di dunia, 5 diantaranya terdapat di Asia.
Beberapa kota tersebut merupakan kota tambang dan industri. Sebenarnya bukan
permasalahan kota terpolusi itu merupakan kota tambang dan industri, namun
karena kurang canggihnya teknologi yang ada serta rendahnya kesadaran para
warga untuk peduli lingkungan, membuat lingkungan mereka terpolusi.
Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan bahwa penyebab
terpolusinya kota-kota tersebut adalah kurang canggihnya teknologi yang
digunakan industri maupun tambang dan juga rendahnya kesadaran para warga
untuk peduli lingkungan.
Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial,
dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Asia’s Most Polluted Cities” memenuhi
kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam
analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang
digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif.
Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses
produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada
dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat
terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan,
masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
D. Analisis Artikel “Green Eating; Simple Planting”
1. Analisis Teks
Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga
terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka
diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik,
sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Green Eating; Simple
Planting”:
a. Tematik
Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik
menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik
lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga
didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu
sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian
dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai cara makan yang
“go green” dan menanam tanaman dengan mudah. Sedangkan wacana yang
terkandung dalam artikel ini adalah tentang bagaimana seseorang bisa makan
dengan cara yang sehat dan bagaimana menanam tanaman yang bermanfaat untuk
kehidupan dengan mudah. Berikut kutipan kalimatnya:
“Ngomongin soal green life style, kebanyakan orang pasti langsung mikir
reduce-reuse-recycle, bersepeda, menanam pohon, dsb. Padahal,
dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green
living lho!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1, GoGirl! Oktober
2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
“Mungkin banyak yang nganggap kalau gardening itu ribet, susah dan
cuma bikin kotor. Eits, jangan salah. Ada juga lho beberapa tanaman
yang nggak butuh space gede, ngerawatnya nggak pake ribet dan
pastinya bermanfaat! Apa aja sih? Habis baca ini langsung tanam rame-
rame yuk!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 8, GoGirl! Oktober
2011)
b. Skematik
Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan
bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti.
Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu
summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead, serta story yang
memuat isi berita secara kesuluruhan.
Secara skematik, artikel “Green Eating; Simple Planting” memiliki 13
paragraf, paragraf 1 berisi lead yang tergolong dalam teras berita “bagaimana”
(how lead), kemudian pada paragraf 2-7 membahas mengenai cara makan namun
tetap mempertahankan gaya hidup “hijau”, dan di paragraf 8-13 dibahas mengenai
tanaman yang bermanfaat serta cara menanamnya. Berikut kutipan paragrafnya:
“... Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan
green living lho!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1, GoGirl! Oktober
2011)
“...Jadi, kalau kita termasuk meat lovers, coba deh dikurangi dikit-dikit
makan dagingnya. Nggak perlu sampai jadi vegetarian kok, minimal satu
atau dua hari aja dalam seminggu kita nggak makan daging sama
sekali...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2, GoGirl! Oktober
2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
“Makanan olahan biasanya dikemas dalam bentuk kotak, kaleng, atau
siap saji, dan mengandung zat pengawet. Pastinya nggak sehat buat
tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan bumi...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3, GoGirl! Oktober
2011)
“Konsumsi dari daerah sendiri yuk! Selain mendukung petani lokal, kita
juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4, GoGirl! Oktober
2011)
“Green eating nggak cuma berkaitan sama apa yang kita makan aja lho.
Masalah packaging makanan juga harus kita perhatiin...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5, GoGirl! Oktober
2011)
“Butuh proses sampai akhirnya makanan ada di piring kita. Kalo kita
nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia-sia?...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6, GoGirl! Oktober
2011)
“Sekarang ini emang makanan organik makin banyak dicari. Wajar aja
sih, jenis makanan ini bisa dibilang lebih sehat, karena nggak
mengandung pestisieda dan bahan kimia lain...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7, GoGirl! Oktober
2011)
“... Ada juga lho beberapa tanaman yang nggak butuh space gede,
ngerawatnya nggak pake ribet dan pastinya bermanfaat!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 8, GoGirl! Oktober
2011)
“Buah strawberry yang cantik dan punya banyak manfaat ini ternyata
gampang juga lho buat ditanam!...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9, GoGirl! Oktober
2011)
“Menanam tomat juga nggak kalah gampang lho. Sebar aja bijinya di
tanah di dalam pot...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10, GoGirl! Oktober
2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
“Selain sering dipake jadi bumbu dapur jahe juga punya banyak manfaat
lho buat kesehatan...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11, GoGirl! Oktober
2011)
“Nah, kalau tanaman yang satu ini bagus banget buat mengatasi polusi
udara. Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu
lintas dan ruangan penuh asap rokok!...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12, GoGirl! Oktober
2011)
“Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya selangit,
padahal it’s really easy to plant it...”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13, GoGirl! Oktober
2011)
c. Semantik
Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan
makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil,
maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Berikut kutipannya:
i. Latar
Latar pada teks “Green Eating; Simple Planting” adalah mengenai
pemikiran orang tentang green living yang tidak harus dengan
reduce-reuse-recycle, namun dengan menerapkan pemilihan menu
makanan yang tepat serta menanam tanaman yang bermanfaat, itu
merupakan bagian dari green living. Berikut kutipan kalimatnya:
“Ngomongin soal green life style, kebanyakan orang pasti langsung
mikir reduce-reuse-recycle, bersepeda, menanam pohon, dsb.
Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah
mempraktekkan green living lho!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13, GoGirl!
Oktober 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
“Mungkin banyak yang nganggap kalau gardening itu ribet, susah
dan cuma bikin kotor. Eits, jangan salah. Ada juga lho beberapa
tanaman yang nggak butuh space gede, ngerawatnya nggak pake
ribet dan pastinya bermanfaat! Apa aja sih? Habis baca ini
langsung tanam rame-rame yuk!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 8, GoGirl!
Oktober 2011)
ii. Detil
Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan
penulis, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan
berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan penulis,
maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut
kutipan elemen detil dalam artikel “Green Eating; Simple Planting”:
“Producing meat requires huge amounts of water and land. Belum
lagi energi listrik yang dibutuhkan buat menyimpan dan
mengolah daging.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2 kalimat 1-2,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kalimat ini dijelaskan bahwa untuk menghasilkan sebuah
daging dibutuhkan banyak energi. Informasi ini ditulis oleh penulis
untuk mendukung sesuatu yang ingin disampaikan yaitu mendorong
pembaca untuk mengurangi konsumsi daging.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
“Makanan olahan biasanya dikemas dalam bentuk kotak, kaleng,
atau siap saji, dan mengandung zat pengawet. Pastinya nggak
sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan
bumi.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3 kalimat 1-2,
GoGirl! Oktober 2011)
Informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis
terlihat dalam kalimat di atas. Kalimat di atas ingin memberikan
pemahaman bahwa makanan yang dikemas dalam kemasan apapun
kurang sehat bagi tubuh dan juga kurang baik untuk kesehatan bumi.
“Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke
lingkungan lho. Soalnya, makin deket jarak sumber makanan,
makin dikit energi buat memroses, menyimpan, dan
mengirimnya.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 1-2,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis ingin menampilkan informasi bahwa
semakin dekat jarak sumber makanan, maka semakin sedikit energi
untuk memproses, menyimpan, dan mengirimnya. Informasi ini
dianggap penulis mampu mendukung maksud yang ingin
disampaikannya yaitu untuk mengurangi mengkonsumsi makanan
yang dikemas.
“Masalah packaging makanan juga harus kita perhatiin.
Daripada beli makanan yang kemasannya susah diurai, kayak plastik
atau styrofoam, mending cari yang bungkusnya terbuat dari kertas.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 2-3,
GoGirl! Oktober 2011)
Masalah packaging makanan yang hendak dikonsumsi juga harus
diperhatikan. Penulis menambahkan informasi yang mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
gagasannya untuk menganjurkan pembaca menggunakan tempat
makan yang bisa diurai dengan mudah.
“Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia-
sia? Lagian, dengan ngabisin makanan, kita juga udah ngurangin
sampah.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 2-3,
GoGirl! Oktober 2011)
Informasi yang mendukung gagasan penulis dengan menulis
pernyataan bahwa dengan menghabiskan makanan yang ada, maka
sudah berpartisipasi dalam mengurangi sampah. Hal ini juga
mendukung gaya hidup “hijau”.
“Selain sehat buat tubuh, organic food juga sehat buat
lingkungan lho.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 3,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis ingin menambahkan informasi bahwa
ada beberapa keuntungan dengan mengkonsumsi makanan organik
yaitu sehat untuk tubuh dan juga sehat untuk lingkungan.
“Buah strawberry yang cantik dan punya banyak manfaat ini
ternyata gampang juga lho buat ditanam!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 1,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi
tambahan mengenai keunggulan buah strawberry yang selain
bentuknya cantik, juga bisa ditanam dan menghasilkan manfaat yang
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
“Menanam tomat juga nggak kalah gampang lho. Sebar aja
bijinya di tanah di dalam pot.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 1-2,
GoGirl! Oktober 2011)
Penulis menuliskan informasi untuk mendukung gagasan yang ingin
disampaikannya. Informasi tersebut menjelaskan bahwa tomat sangat
mudah untuk ditanam, dengan menyebar bijinya di atas tanah,
tanaman tomatpun bisa tumbuh.
“Selain sering dipake jadi bumbu dapur jahe juga punya banyak
manfaat lho buat kesehatan.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11 kalimat 1-2,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menambahkan informasi yang
mendukung gagasannya, yaitu dengan menambahkan fakta bahwa
selain digunakan menjadi bumbu dapur, jahe mempunyai banyak
manfaat untuk kesehatan.
“Nah, kalau tanaman yang satu ini bagus banget buat mengatasi
polusi udara. Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di
daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 1-2,
GoGirl! Oktober 2011)
Informasi berupa penjelasan keuntungan dari tanaman lidah mertua
sebagai penyerap polusi udara, juga mudah untuk ditanam. Informasi
seperti ini ditulis penulis untuk mendukung gagasan yang ingin
disampaikannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
“Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya
selangit, padahal it’s really easy to plant it.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1,
GoGirl! Oktober 2011)
Penulis menambahkan informasi berupa cara menanam tanaman
cabai yang begitu mudah, sehingga pembaca bisa menanamnya di
rumah. Meskipun di luar, harga cabai terus melambung, namun
dengan menanamnya di rumah, itu menjadi suatu keuntungan
tersendiri.
iii. Maksud
Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih
mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan penulis.
Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang menguntungkan
penulis, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat
yang mengandung elemen maksud:
“Producing meat requires huge amounts of water and land. Belum
lagi energi listrik yang dibutuhkan buat menyimpan dan
mengolah daging.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2 kalimat 1-2,
GoGirl! Oktober 2011)
Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa
untuk menghasilkan sebuah daging dibutuhkan banyak energi. Di
elemen maksud ini, informasi yang mendukung ditulis dengan lebih
mendetail yaitu dengan menjelaskan bahwa untuk memproses daging
dibutuhkan banyak air dan tenaga listrik untuk menyimpan dan
mengolahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
“Makanan olahan biasanya dikemas dalam bentuk kotak, kaleng,
atau siap saji, dan mengandung zat pengawet. Pastinya nggak
sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan
bumi.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3 kalimat 1-2,
GoGirl! Oktober 2011)
Pada elemen detil, dijelaskan bahwa makanan yang dikemas dalam
kemasan apapun kurang sehat bagi tubuh dan juga kurang baik untuk
kesehatan bumi. Di elemen maksud, informasi tersebut lebih
dijelaskan dengan menguraikan macam-macam bentuk kemasan
pembungkus makanan yaitu kotak, kaleng, siap saji, maupun
mengandung zat pengawet yang tidak baik untuk kesehatan tubuh.
“Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke
lingkungan lho. Soalnya, makin deket jarak sumber makanan,
makin dikit energi buat memroses, menyimpan, dan
mengirimnya.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 1-2,
GoGirl! Oktober 2011)
Semakin dekat jarak sumber makanan, maka semakin sedikit energi
untuk memproses, menyimpan, dan mengirimnya, hal ini dijelaskan
pada analisis elemen detil. Informasi ini dianggap penulis mampu
mendukung maksud yang ingin disampaikannya yaitu untuk
mengurangi mengkonsumsi makanan yang dikemas. Pada analisis
elemen maksud, lebih diuraikan kembali alasan mengapa lebih baik
membeli dan mengkonsumsi produk lokal, karena semakin dekat
dengan sumber makanan, maka energi yang diperlukan untuk
memproses, menyimpan, bahkan mengirimnya lebih sedikit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
“Masalah packaging makanan juga harus kita perhatiin.
Daripada beli makanan yang kemasannya susah diurai, kayak plastik
atau styrofoam, mending cari yang bungkusnya terbuat dari kertas.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 2-3,
GoGirl! Oktober 2011)
Masalah packaging makanan yang hendak dikonsumsi juga harus
diperhatikan. Penulis menambahkan informasi yang mendukung
gagasannya untuk menganjurkan pembaca menggunakan tempat
makan yang bisa diurai dengan mudah. Pada analisis elemen maksud
ini, penulis menjelaskan macam-macam bahan packaging makanan
yang tidak aman dan susah diurai seperti plastik dan styrofoam.
“Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia-
sia? Lagian, dengan ngabisin makanan, kita juga udah ngurangin
sampah.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 2-3,
GoGirl! Oktober 2011)
Informasi yang mendukung gagasan penulis dengan menulis
pernyataan bahwa dengan menghabiskan makanan yang ada, maka
sudah berpartisipasi dalam mengurangi sampah.
“Wajar aja sih, jenis makanan ini bisa dibilang lebih sehat,
karena nggak mengandung pestisieda dan bahan kimia lain.
Selain sehat buat tubuh, organic food juga sehat buat lingkungan
lho. Buah, sayuran, air, udara, ulat, dan hewan lain jadi bebas
dari bahan-bahan berbahaya.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 2-4,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kalimat di atas, penulis menambahkan informasi bahwa ada
beberapa keuntungan dengan mengkonsumsi makanan organik yaitu
sehat untuk tubuh dan juga sehat untuk lingkungan. Dan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
analisis elemen maksud ini, penulis menjelaskan lebih mendetail
tentang apa saja keuntungan yang didapat jika mengkonsumsi
makanan organik. Makanan organik tidak mengandung pestisida dan
bahan kimia lainnya sehingga sehat bagi tubuh. Selain itu, buah,
sayuran, air, udara ulat, dan hewan lainnya bebas dari bahan-bahan
berbahaya.
“Tanaman ini paling bagus tumbuh di daerah dingin yang tiap
harinya, strawberry harus kena sinar matahari 8-10 jam dan
disiram 1 kali aja. Buat yang tinggal di daerah panas, kita bisa
taruh pot strawberry di teras rumah atau tempat yang nggak
kena sinar matahari langsung. Kalau daunnya mengering,
semprot pakai sprayer berisi air dingin.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 2-4,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi
mengenai keunggulan buah strawberry yang selain bentuknya cantik,
juga bisa ditanam dan menghasilkan manfaat yang baik. Pada
analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai
bagaimana langkah-langkah dan tips menanam strawberry.
“Sebar aja bijinya di tanah di dalam pot. Biji-biji ini nantinya
bakal kering, terus jadi bibit tomat yang siap tumbuh dan
berbuah. Kalau pingin lebih gampang, beli aja bibit yang udah jadi.
Bibit tomat paling ideal ditanam pas masa peralihan dari musim
hujan ke musim panas. Enaknya, tomat nggak butuh banyak
cahaya matahari, cuma perlu disiram aja secara teratur.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 2-6,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi
mengenai keunggulan tomat yang mudah ditanam. Pada analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai bagaimana
langkah-langkah dan tips menanam tomat.
“Tinggal tanam aja bibit jahe dengan posisi direbahin ke tanah
yang cukup kering, nggak lembab. Kebetulan, tanaman ini
emang nggak butuh banyak air. Jadi nggak perlu sering-sering
disiram deh.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11 kalimat 3-5,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi
mengenai keunggulan jahe selain sebagai bumbu dapur yang mudah
ditanam. Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci
mengenai bagaimana langkah-langkah dan tips menanam jahe.
“Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat
lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok! Makanya, tanaman ini
bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya dia tahan hidup
diberbagai suhu dan cahaya. Tapi kalau mau ditaruh dalam
ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali. How to
plant it then? Ambil potongan lidah mertua beserta akarnya,
terus ditanam aja di pot. Nyiramnya cukup sekali aja ya sehari!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 2-7,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi
mengenai keunggulan lidah mertua yang bisa menyerap polusi udara.
Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai
kemampuan tanaman lidah mertua menyerap 107 jenis polutan di
daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Selain
itu, juga dijelaskan bagaimana penempatan tanaman ini yang begitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
fleksibel, cara menanam hingga merawat tanaman ini yang hanya
membutuhkan siraman air satu kali dalam sehari.
“Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya
selangit, padahal it’s really easy to plant it. Sebar biji-biji cabai ke
pot yang udah diisi tanah subur. Siram secukupnya secara
teratur. Beberapa hari berikutnya bakal mulai kelihatan tunas kecil.
Kalau udah begini, tinggal dirawat biasa sampai berbuah. Simple
kan? Kalau aja semua keluarga di negara kita mau menanam
cabai, nggak bakal deh cabai jadi barang langka.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1-7,
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi
mengenai tanaman cabai yang mudah untuk ditanam. Pada analisis
elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai bagaimana
langkah-langkah dan tips menanam cabai.
iv. Praanggapan
Elemen ini merupakan pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang
belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk
mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya:
“Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia-
sia?”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 2,
GoGirl! Oktober 2011)
Kata “kalo” digunakan penulis untuk mengungkapkan sebuah
pengandaian yang meskipun belum diketahui kebenarannya, namun
dijadikan dasar untuk mendukung apa yang hendak disampaikan.
Dalam kalimat di atas, dijelaskan bahwa ketika makanan yang ada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
piring tidak habis dimakan, selain membuang sisa makanan juga
membuang banyak energi saat memproses makanan tersebut.
“Kalau daunnya mengering, semprot pakai sprayer berisi air
dingin.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 4,
GoGirl! Oktober 2011)
Kata “kalau” digunakan penulis untuk memberikan gambaran jika
daun tanaman strawberry mengering, maka yang harus dilakukan
adalah menyemprot daun yang mengering tersebut dengan sprayer
berisi air dingin.
“Kalau pingin lebih gampang, beli aja bibit yang udah jadi.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 4,
GoGirl! Oktober 2011)
Kata penghubung “kalau” yang digunakan penulis, membawa
kalimat kepada sebuah makna pengandaian, meskipun belum
diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung
pernyataan. Dalam kalimat di atas, mempunyai makna bahwa ada
cara mudah untuk menanam tomat yaitu dengan membeli bibit yang
sudah jadi, tinggal ditanam kemudian ditunggu hingga tumbuh dan
berbuah.
“Tapi kalau mau ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya
tiap seminggu sekali.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 4,
GoGirl! Oktober 2011)
Kata penghubung “kalau” yang digunakan penulis, membawa
kalimat kepada sebuah makna pengandaian, meskipun belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung
pernyataan. Dalam kalimat di atas, mempunyai makna bahwa
tanaman lidah mertua yang bisa bertahan hidup diberbagai suhu dan
cahaya, bisa diletakkan dimana saja, namun jika memang ingin
meletakkan tanaman ini di dalam ruangan, disarankan untuk
mengeluarkan tanaman ini seminggu sekali.
“Kalau aja semua keluarga di negara kita mau menanam cabai,
nggak bakal deh cabai jadi barang langka.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 7
GoGirl! Oktober 2011)
Kata penghubung “kalau” yang digunakan penulis, membawa
kalimat kepada sebuah makna pengandaian, meskipun belum
diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung
pernyataan. Dalam kalimat di atas, mempunyai makna pengandaian
jika semua keluarga di Indonesia beramai-ramai menanam cabai,
maka cabai bukan lagi menjadi barang langka yang harganya tinggi.
v. Nominalisasi
Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal
atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari
informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan
kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya:
“Tanaman ini paling bagus tumbuh di daerah dingin yang tiap
harinya, strawberry harus kena sinar matahari 8-10 jam dan disiram
1 kali aja.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 2
GoGirl! Oktober 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Elemen nominalisasi yang terkandung dalam kalimat di atas yang
mampu mempengaruhi makna adalah “1”. Tanaman strawberry tidak
terlalu membutuhkan banyak air, karena hanya disiram satu kali
sehari.
“Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu
lintas dan ruangan penuh asap rokok!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 2
GoGirl! Oktober 2011)
Elemen nominalisasi yang ditulis dalam kalimat ini adalah “107 jenis
polutan”. Kalimat ini menginformasikan bahwa tanaman lidah
mertua mampu menyerap 107 jenis polutan yang ada di daerah padat
lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Meskipun tanaman
ini tampak seperti tanaman hias, namun manfaat yang diberikan
tanaman ini cukup memberikan dampak positif bagi manusia.
d. Sintaksis
Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu
disusun atau dibentuk. Sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut uraiannya:
i. Bentuk kalimat
Penulis menggunakan beberapa bentuk kalimat yaitu kalimat aktif
dan kalimat pasif dalam penulisan artikel “Green Eating; Simple
Planting”. Berikut kutipan kalimatnya:
“Sekarang ini emang makanan organik makin banyak dicari.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 1
GoGirl! Oktober 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Kalimat di atas ditulis dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek
yaitu makanan organik.
“Tanaman ini paling bagus tumbuh di daerah dingin yang tiap
harinya, strawberry harus kena sinar matahari 8-10 jam dan disiram
1 kali aja.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 2
GoGirl! Oktober 2011)
Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan
obyek, yaitu tanaman strawberry.
“Bibit tomat paling ideal ditanam pas masa peralihan dari musim
hujan ke musim panas. Enaknya, tomat nggak butuh banyak cahaya
matahari, cuma perlu disiram aja secara teratur.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 5-6
GoGirl! Oktober 2011)
Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan
obyek, yaitu tanaman tomat.
“Tinggal tanam aja bibit jahe dengan posisi direbahin ke tanah yang
cukup kering, nggak lembab.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11kalimat 3
GoGirl! Oktober 2011)
Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan
obyek, yaitu tanaman tomat.
“Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan,
soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya. Tapi kalau mau
ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu
sekali. How to plant it then? Ambil potongan lidah mertua beserta
akarnya, terus ditanam aja di pot.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11 kalimat 3
GoGirl! Oktober 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan
obyek, yaitu tanaman jahe.
“Kalau udah begini, tinggal dirawat biasa sampai berbuah.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 5
GoGirl! Oktober 2011)
Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan
obyek, yaitu tanaman cabai.
ii. Koherensi
Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam
suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan
kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang
menggunakan elemen koherensi di dalamnya:
“Belum lagi energi listrik yang dibutuhkan buat menyimpan dan
mengolah daging. Jadi, kalau kita termasuk meat lovers, coba deh
dikurangi dikit-dikit makan dagingnya.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 2
GoGirl! Oktober 2011)
Koherensi yang digunakan dalam kalimat di atas adalah “jadi”.
Kedua kalimat di atas saling berkesinambungan, pada kalimat
pertama dijelaskan bahwa untuk mengolah daging, diperlukan energi
listrik untuk menyimpan dan mengolahnya. Selanjutnya pada
kalimat kedua, penulis menulis kalimat penjelas dari kalimat
pertama. Tidak perlu menjadi vegetarian atau tidak mengkonsumsi
daging sama sekali, namun berusaha untuk mengurangi konsumsi
daging sedikit demi sedikit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
“Pastinya nggak sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat
keselamatan bumi. Soalnya, butuh proses produksi yang lebih rumit
buat mengemas makanan ini.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3 kalimat 2-3
GoGirl! Oktober 2011)
Penghubung kalimat di atas menggunakan kata “soalnya”. Jenis
koherensi ini adalah koherensi kondisional, dimana kalimat kedua
merupakan penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Pada
kalimat pertama dijelaskan mengenai dampak buruk dari makanan
yang dikemas dan pada kalimat kedua, dijelaskan bahwa selain
memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan, makanan kemasan
membutuhkan proses produksi yang begitu rumit, membutuhkan
energi yang banyak, serta menghasilkan limbah.
“Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke
lingkungan lho. Soalnya, makin deket jarak sumber makanan, makin
dikit energi buat memroses, menyimpan, dan mengirimnya.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 2-3
GoGirl! Oktober 2011)
Penghubung kalimat di atas menggunakan kata “soalnya”. Jenis
koherensi ini adalah koherensi kondisional, dimana kalimat kedua
merupakan penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Pada
kalimat pertama dijelaskan mengenai konsumsi makanan lokal yang
mendukung petani lokal serta mengurangi efek buruk bagi
lingkungan. Selanjutnya pada kalimat kedua, dijelaskan alasan
mengapa harus mengkonsumsi makanan lokal. Kedua kalimat
tersebut dihubungkan dengan koherensi “soalnya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
“Wajar aja sih, jenis makanan ini bisa dibilang lebih sehat, karena
nggak mengandung pestisieda dan bahan kimia lain.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 2
GoGirl! Oktober 2011)
Koherensi yang digunakan penulis untuk menggabungkan kalimat di
atas adalah “karena” yang menjelaskan adanya hubungan sebab-
akibat. Pada kalimat pertama dijelaskan bahwa makanan organik
merupakan jenis makanan sehat, dan anak kalimat menjelaskan
bahwa makanan organik dikatakan sehat karena tidak mengandung
pestisieda maupun bahan kimia lainnya yang dapat berbahaya untuk
tubuh.
“Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan,
soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 3
GoGirl! Oktober 2011)
Penghubung kalimat di atas menggunakan kata “soalnya”. Jenis
koherensi ini adalah koherensi kondisional, dimana kalimat kedua
merupakan penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Kalimat
pertama menjelaskan bahwa tanaman lidah mertua bagus jika
diletakkan di dalam ruangan, pada anak kalimat dijelaskan alasan
mengapa tanaman lidah mertua bagus jika diletakkan di dalam
ruangan, karena tanaman tersebut mampu bertahan hidup di berbagai
suhu dan cahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
iii. Pengingkaran
Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan
bagaimana penulis menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan
secara implisit.
“Ngomongin soal green life style, kebanyakan orang pasti
langsung mikir reduce-reuse-recycle, bersepeda, menanam
pohon, dsb. Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah
mempraktekkan green living lho!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1 kalimat
2 GoGirl! Oktober 2011)
Koherensi yang digunakan penulis pada kalimat di atas adalah
“padahal”. Penggunaan koherensi tersebut untuk menggabungkan
kalimat sehingga membentuk makna yang kuat. Koherensi “padahal”
menunjukkan adanya sesuatu yang berseberangan. Pada kalimat
pertama dijelaskan bahwa untuk mengikuti cara hidup “hijau” tidak
selalu dengan 3R, bersepeda, menanam pohon, dan kegiatan “hijau”
lainnya. Dengan memilih makanan yang tepat untuk tubuh, itu
termasuk dalam cara hidup “hijau”.
“Daripada beli makanan yang kemasannya susah diurai, kayak
plastik atau styrofoam, mending cari yang bungkusnya terbuat dari
kertas.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 3
GoGirl! Oktober 2011)
Koherensi yang digunakan pada kalimat di atas adalah “daripada”
dan “mending”. Kata “mending” merupakan bentuk kata tidak baku,
bentuk bakunya adalah lebih baik. Penulis menggunakan koherensi
tersebut untuk membedakan atau membandingkan peristiwa satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
dengan lainnya yang betentangan. Daripada membeli makanan
dengan kemasan yang sulit diurai seperti styrofoam atau plastik,
maka lebih baik membeli makanan yang dibungkus dengan kertas.
“Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya
dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya. Tapi kalau mau ditaruh
dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1
GoGirl! Oktober 2011)
Koherensi yang digunakan penulis pada kalimat di atas adalah “tapi”
menunjukkan pengingkaran yang menjelaskan bahwa tanaman lidah
mertua biasanya diletakkan di luar ruangan untuk menyerap polusi
udara, namun juga bisa diletakkan di dalam ruangan.
“Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya
selangit, padahal it’s really easy to plant it.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1
GoGirl! Oktober 2011)
Koherensi yang digunakan penulis pada kalimat di atas adalah
“padahal”. Penggunaan koherensi tersebut untuk menggabungkan
kalimat sehingga membentuk makna yang kuat. Koherensi “padahal”
menunjukkan adanya sesuatu yang berseberangan. Pada kalimat
pertama, dijelaskan bahwa harga cabai yang terus merangkak naik.
Namun pada anak kalimat dijelaskan bahwa tanaman cabai ini
merupkana tanaman yang mudah untuk ditanam dan dirawat. Untuk
menggabungkan kalimat tersebut, penulis menggunakan kata
“padahal”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
iv. Kata ganti
Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi
seseorang dalam wacana. Berikut kutipan kalimatnya:
“Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan
green living lho!”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1 kalimat 2
GoGirl! Oktober 2011)
“Jadi, kalau kita termasuk meat lovers, coba deh dikurangi dikit-
dikit makan dagingnya. Nggak perlu sampai jadi vegetarian kok,
minimal satu atau dua hari aja dalam seminggu kita nggak makan
daging sama sekali. We can do that, right?
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2 kalimat 3-5
GoGirl! Oktober 2011)
“Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke
lingkungan lho.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 2
GoGirl! Oktober 2011)
“Green eating nggak cuma berkaitan sama apa yang kita makan aja
lho. Atau, kita juga bisa selalu bawa wadah, tas, plastik, atau tempat
minum sendiri.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 1;3
GoGirl! Oktober 2011)
“Butuh proses sampai akhirnya makanan ada di piring kita. Kalo
kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia-sia?
Lagian, dengan ngabisin makanan, kita juga udah ngurangin
sampah. Jadi, pas ngambil nasi di meja, ambil sesuai porsi yang
sanggup kita makan.”
(Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 1-4
GoGirl! Oktober 2011)
Dalam beberapa kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan kata
ganti “kita” untuk memposisikan dirinya sama dengan pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Kata ganti “kita” menimbulkan keintiman penulis dengan
pembacanya.
e. Retoris
Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara
seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa
dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Untuk
artikel “Green Eating; Simple Planting”, penekanan pada teks hanya melalui
grafis. Layout artikel ini selain teks, ditampilkan juga foto-foto yang mendukung
teks.
Gambar 3.4
Layout artikel “Green Eating; Simple Planting”
Sumber: Majalah GoGirl! Oktober 2011
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa
elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan
Judul
Lead
Lead Foto
daging
Judul
Foto paper
bag
Foto makanan
dalam kemasan
Foto buah
lokal
Foto piring
makan
Foto cabai
Foto buah dan
sayur organik
Foto
strawberry
Foto jahe
Foto tomat
Foto tanaman
lidah mertua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah
wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah green living yang bisa
dilakukan dengan cara memilih makanan dan juga mananm serta merawat
tanaman.
2. Analisis Kognisi Sosial
Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Oktober 2011, dan dari proses wawancara
tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang
diteliti.
“Sesuai dengan tema Gogirl! bulan Oktober tentang Culinary Issue. Jadi ya
nyari tema yang berkaitan dengan makanan. Pas aku browsing, ternyata pemilihan
makanan juga bisa jadi salah satu tindakan green living. Pas aku usulin di rapat
tema, disetujui Pimpinan Redaksi yang juga pingin ada tulisan tentang simple
planting. Jadi akhirnya karena dua-duanya dianggap menarik, ada 2 artikel green
page di edisi ini.” kata Starin Sani, penulis artikel “Green Eating; Simple
Planting” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu.
Pesan yang hendak disampaikan penulis melalui artikel ini adalah
memberitahu pembaca dan tentunya dipraktekkan oleh pembaca bahwa tindakan
go green dapat diakukan dalam hal sederhana, yaitu pemilihan makanan. Selain
itu, juga disampaikan bahwa menanam tanaman itu tidak susah, ada beberapa
tanaman bermanfaat yang mudah ditanam.
“Walaupun cuma langkah kecil, tapi dengan mempraktekkannya secara
rutin kita sudah turut berperan dalam menjaga kelestarian bumi.” tambah Starin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis
ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai gaya hidup go green
yang dapat dilakukan dengan hal yang sederhana yaitu memilih makanan dan
menanam tanaman yang bermanfaat.
3. Analisis Konteks Sosial
Banyak yang masih berpikir bahwa cara hidup “go green” dilakukan dengan
reduce-reuse-recycle, dan juga kegiatan seperti menanam pohon, bersepeda, dan
lainnya. Namun dengan memilih makanan, juga merupakan salah satu cara hidup
“go green” yaitu dengan mengurangi konsumsi daging, mengurangi konsumsi
makanan dalam kemasan, membeli dan mengkonsumsi makanan lokal, memilih
kemasan makanan yang aman, menghabiskan makanan yang kita makan, dan
menncari makanan organik. Hal yang terlihat kecil namun ternyata memberikan
dampak yang begitu besar.
Selain itu, menanam tanaman juga merupakan salah satu cara hidup “go
green”. Namun masih banyak yang belum melakukan kegiatan ini karena
menanam tanaman dianggap susah dan terlalu banyak aturannya. Dalam artikel ini
dijelaskan tanaman apa saja yang dapat ditanam dengan mudah, cara menanam
dan merawatnya ,serta manfaat yang diberikan dari tanaman tersebut.
Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan bahwa dengan
memulai sesuatu tindakan kecil, mampu memberikan perubahan yang besar.
Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat
ditarik kesimpulan bahwa artikel “Green Eating; Simple Planting” memenuhi
kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang
digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif.
Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses
produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada
dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat
terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan,
masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
E. Analisis Artikel “Let‟s Go Zero-Waste!”
1. Analisis Teks
Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga
terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka
diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik,
sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Let‟s Go Zero-Waste!” :
a. Tematik
Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik
menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik
lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga
didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu
sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian
dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai “zero-waste
fashion” yaitu proses produksi pakaian yang sedikit atau bahkan tidak
mengeluarkan limbah. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
adalah tentang apa itu zero-waste fashion dan sejarahnya. Berikut kutipan
kalimatnya:
“Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara lain
yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah
lingkungan lho. Here they are the newest eco-fashion innovation, zero-
waste fashion.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1, GoGirl! November 2011)
b. Skematik
Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan
bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti.
Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu
summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang
memuat isi berita secara kesuluruhan.
Secara skematik, artikel “Let’s Go Zero-Waste!” memiliki 4 paragraf,
paragraf 1 berisi lead yang tergolong dalam teras berita “apa” (what lead),
paragraf kedua berisi tentang konsep zero-waste fashion, selanjutnya di paragraf
ketiga berisi tentang awal mula kemunculan para desainer yang berusaha
meminimalisir limbah, dan di paragraf terakhir berisi tentang bagaimana
memanfaatkan baju bekas . Berikut kutipan paragrafnya:
“Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara lain
yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah
lingkungan lho. Here they are the newest eco-fashion innovation, zero-
waste fashion.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1, GoGirl! November 2011)
“Alasan inilah yang bikin beberapa desainer akhirnya nerapin konsep
zero-waste fashion, yaitu proses produksi pakaian yang nggak ngeluarin
limbah atau cuma ngeluarin sedikit aja limbah. Disini, para desainer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
ditantang buat bijak dalam bikin pola biar nggak banyak bahan yang
terbuang. Tiap inci kain yang ada, diusahain habis terpakai.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 3-5, GoGirl!
November 2011)
“Tahun 1970-an, baru deh muncul lagi desainer yang berusaha
meminimalisir limbah, kayak Zandra Rhodes. Sekarang, udah banyak
muncul eco-fashion-designer, seperti Mark Liu, Holly McQuillan, Timo
Rissanen dan Julian Roberts.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 4-5, GoGirl!
November 2011)
“Sebagai konsumen, kita juga bisa kok melakukan post-consumer zero-
waste, yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah nggak kepake. Let’s
make our own zero-waste fashion by turning our trash to treasure!”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 2-3, GoGirl!
November 2011)
Selanjutnya juga terdapat beberapa kutipan langsung dan tidak langsung
dari narasumber. Berikut kutipannya:
““It took a lot of trial and error to make a zero-waste pattern work,” kata
Mark Liu, salah satu eco-fashion designer.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 9, GoGirl!
November 2011)
“Menurut Mark Liu, “wasted materials are bad for the environment and
a loss in potential profits.””
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 7, GoGirl!
November 2011)
c. Semantik
Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan
makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil,
maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Namun dalam artikel “Let’s Go Zero-
Waste!” hanya terdapat 4 elemen yaitu latar, detil, maksud, dan nominalisasi.
Berikut uraiannya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
i. Latar
Latar dari artikel ini adalah cara desainer yang memproduksi pakaian
ramah lingkungan, selain dengan menggunakan bahan yang ramah
lingkungan, juga diterapkan konsep zero-waste fashion ini. Yaitu
dengan membuat pola jahitan baju yang hanya mengeluarkan sedikit
bahkan tidak menghasilkan limbah sama sekali. Berikut kutipan
kalimatnya:
“Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara
lain yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah
lingkungan lho. Here they are the newest eco-fashion innovation,
zero-waste fashion.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1, GoGirl! November
2011)
ii. Detil
Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan komunikator. Jika informasi tersebut akan
menguntungkan komunikator, maka informasi tersebut akan ditulis
dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap
merugikan komunikator, maka informasi akan ditampilkan dengan
jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Let’s Go
Zero-Waste!”:
“Industri fashion emang menghasilkan banyak limbah, soalnya
emang lebih gampang dan murah sih buat buang bahan-bahan
itu dibanding mendaur ulang. Alasan inilah yang bikin beberapa
desainer akhirnya nerapin konsep zero-waste fashion, yaitu proses
produksi pakaian yang nggak ngeluarin limbah atau cuma ngeluarin
sedikit aja limbah.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 2-3, GoGirl!
November 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa industri fashion
juga menghasilkan limbah yang banyak karena lebih mudah dan
murah untuk membuang sisa bahan daripada mendaur ulang
kembali. Hal inilah yang mendorong para desainer untuk bekerja
keras membuat pola jahitan yang hanya sedikit atau bahkan tidak
menyisakan kain sama sekali. Konsep inilah yang disebut dengan
zero-waste fashion.
“Disini, para desainer ditantang buat bijak dalam bikin pola biar
nggak banyak bahan yang terbuang. Tiap inci kain yang ada,
diusahain habis terpakai.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 4-5, GoGirl!
November 2011)
Dalam kalimat di atas dijelaskan bahwa para desainer ditantang
untuk lebih bijaksana dalam membuat pola yang menggunakan kain
tanpa harus menyisakannya sedikitpun. Jadi tidak hanya
menggunakan bahan yang ramah lingkungan, desainer juga harus
lebih bijaksana dalam membuat pola tanpa menyisakan bahan
sedikitpun.
“Zero-waste fashion ini sebenernya bukan konsep baru.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl!
November 2011)
Dalam kalimat di atas, dijelaskan bahwa konsep zero-waste fashion
ini bukanlah sebuah konsep baru di dunia fashion namun sudah
diterapkan pada beberapa desain baju adat beberapa negara.
Penjelasan lebih mendetail akan dijelaskan di elemen maksud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
“Menurut Mark Liu, “wasted materials are bad for the
environment and a loss in potential profits.” Itulah yang bikin
konsep ini menarik minat banyak, desainer dan sekolah fashion.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 6-7, GoGirl!
November 2011)
Kutipan pendapat Mark Liu sebagai salah satu eco-fashion designer
yang menjelaskan bahwa membuang bahan sisa jahitan sangat
merugikan lingkungan dan mengurangi keuntungan yang besar.
Konsep zero-waste inilah yang mampu menarik minat baik dari
desainer maupun dari sekolah-sekolah fashion.
“Sebagai konsumen, kita juga bisa kok melakukan post-
consumer zero-waste, yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah
nggak kepake.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl!
November 2011)
Jika pada paragraf-paragraf sebelumnya dimunculkan dengan jelas
mengenai fakta yang mendukung pemikiran komunikator tentang
konsep zero-waste, maka pada kutipan kalimat kedua paragraf
keempat menjelaskan bagaimana kita sebagai konsumen bisa
melakukan post-consumer zero-waste. Jika sebelumnya zero-waste
dilakukan oleh para desainer maupun produsen, maka kalimat ini
menggambarkan bahwa konsumen pun juga dapat menerapkan
konsep ini.
iii. Maksud
Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih
mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan
komunikator. Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
menguntungkan komunikator, ditulis dengan sama dan implisit.
Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud:
“Did you know, dalam proses produksi pakaian, 15-20 persen
dari kain yang digunakan bakal terbuang sia-sia! Industri fashion
emang menghasilkan banyak limbah, soalnya emang lebih gampang
dan murah sih buat buang bahan-bahan itu dibanding mendaur
ulang.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl!
November 2011)
Jika pada analisis elemen detil, kalimat ini menjelaskan bahwa
industri fashion juga menghasilkan limbah yang banyak karena lebih
mudah dan murah untuk membuang sisa bahan daripada mendaur
ulang kembali. Dalam analisis elemen maksud ini, pernyataan
mengenai industri fashion menghasilkan limbah yang lebih banyak
didukung pernyataan yang lebih mendetail yaitu dengan
mengawalinya dengan kalimat “Did you know, dalam proses
produksi pakaian, 15-20 persen dari kain yang digunakan bakal
terbuang sia-sia!”
“Tiap inci kain yang ada, diusahain habis terpakai. Caranya? They
pay a lot of attention to design clothes patterns where all the parts
fit together, perfectly, like pieces of a jigsaw.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 6, GoGirl!
November 2011)
Jika dalam analisis elemen detil dijelaskan bahwa desainer dituntut
untuk lebih bijaksana dalam membuat pola, sehingga setiap inci kain
bisa digunakan. Maka dalam analisis maksud ini, dijelaskan
mengenai kalimat lanjutan yang menjelaskan kalimat sebelumnya.
Kalimat di atas menjelaskan bagaimana cara tiap inci kain habis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
terpakai, yaitu dengan memusatkan pemikiran untuk mendesain pola
pakaian dimana seluruh bagiannya cocok satu sama lain, seperti
bagian dari puzzle.
“Zero-waste fashion ini sebenernya bukan konsep baru. Historically,
all clothes were desgined to minimize waste, contohnya kayak
baju kimono dan sari.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 1-2, GoGirl!
November 2011)
Jika dalam kalimat di atas pada analisis elemen detil, dijelaskan
bahwa konsep zero-waste fashion ini bukanlah sebuah konsep baru
di dunia fashion. Maka dalam analisis elemen maksud ini
menjelaskan atau memberi pemaknaan yang lebih mendetail agar
mendukung apa yang hendak disampaikan komunikator. Dalam
analisis ini, dijelaskan bahwa konsep zero-waste fashion sudah
pernah diterapkan sebelumnya. Seperti pakaian adat Jepang dan
India, baju kimono dan sari yang didesain menghasilkan sedikit
limbah.
“Let’s make our own zero-waste fashion by turning our trash to
treasure!
Ambil details dari baju yang nggak kepake, kayak kancing
atau renda, trus dijahit ke pakaian baru yang keliatan polos.
Celana jeans lama yang cuma numpuk di lemari bisa digunting
di bagian lutut buat dijadiin shorts!”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 3-5, GoGirl!
November 2011)
Dalam analisis elemen detil sebelumnya, zero-waste dilakukan oleh
para desainer maupun produsen, maka kalimat ini menggambarkan
bahwa konsumen pun juga dapat menerapkan konsep ini. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
analisis elemen maksud, dijelaskan bagaimana cara konsumen bisa
menerapkan konsep pre-consumer zero-waste yaitu dengan
memanfaatkan pakaian yang sudah tidak digunakan lagi. Dalam
kalimat di atas, dijelaskan dengan mendetail langkah-langkah
membuat pakaian bekas menjadi bermanfaat mulai dari mengambil
detail pakaian yang sudah tidak digunakan yaitu kancing atau renda,
kemudian dijahitkan pada pakaian yang tampak polos. Selain itu
pemanfaatan celana jeans yang sudah tidak digunakan bisa
digunakan kembali menjadi tas dengan menggunting bagian
bawahnya dan menjahitnya kembali.
iv. Nominalisasi
Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal
atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari
informasi yang hendak disampaikan oleh komunikator. Berikut
kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya:
“Did you know, dalam proses produksi pakaian, 15-20 persen dari
kain yang digunakan bakal terbuang sia-sia!”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl!
November 2011)
Melalui kalimat ini, komunikator ingin menyampaikan bahwa dalam
proses produksi pakaian, 15-20% dari kain yang digunakan, terbuang
sia-sia. Memang lebih mudah dan murah untuk membuang kain yang
tersisa daripada mendaur ulang. Berangkat dari fakta ini, para
desainer dituntut untuk lebih bijaksana membuat pola jahitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
memaksimalkan tiap inci kain, sehingga sedikit sekali kain yang
tersisa atau bahkan tidak tersisa sama sekali.
d. Sintaksis
Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu
disusun atau dibentuk. Sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya:
i. Bentuk kalimat
Penulis menggunakan beberapa bentuk kalimat yaitu kalimat aktif
dan kalimat pasif dalam penulisan artikel “Let’s Go Zero-Waste!”.
Berikut kutipan kalimatnya:
“Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara
lain yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah
lingkungan lho.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl!
November 2011)
Kalimat aktif menonjolkan subyek yaitu para desainer atau
perancang busana.
“Did you know, dalam proses produksi pakaian, 15-20 persen dari
kain yang digunakan bakal terbuang sia-sia!”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl!
November 2011)
Kalimat pasif menonjolkan obyek yaitu kain-kain yang digunakan
untuk memproduksi pakaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
“Nah, yang dari tadi kita bahas itu adalah pre-consumer zero-waste,
jadi meminimalisir limbahnya pas proses produksi pakaian. Sebagai
konsumen, kita juga bisa kok melakukan post-consumer zero-waste,
yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah nggak kepake.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl!
November 2011)
Kalimat diatas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan
subyek yaitu konsumen.
“Ambil details dari baju yang nggak kepake, kayak kancing atau
renda, trus dijahit ke pakaian baru yang keliatan polos.
Celana jeans lama yang cuma numpuk di lemari bisa digunting di
bagian lutut buat dijadiin shorts!”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 4-5, GoGirl!
November 2011)
Kalimat diatas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan
pakaian-pakaian yang sudah tidak dipakai lagi namun dapat
dimanfaatkan kembali.
ii. Koherensi
Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam
suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan
kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang
menggunakan elemen koherensi di dalamnya:
“Industri fashion emang menghasilkan banyak limbah, soalnya
emang lebih gampang dan murah sih buat buang bahan-bahan itu
dibanding mendaur ulang.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl!
November 2011)
Koherensi “soalnya” pada kalimat di atas memiliki arti yang kurang
lebih sama dengan koherensi “karena”. Koherensi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
diletakkan sebagai tanda penghubung kalimat satu dengan yang
lainnya sehingga memunculkan makna hubungan sebab-akibat. Pada
kalimat sebelum koherensi “soalnya” merupakan akibat yaitu limbah
yang begitu banyak dihasilkan dari industri fashion sedangkan pada
kalimat kedua dimaksudkan sebagai bukti penyebab dari kalimat
pertama, yaitu penyebab banyaknya limbah yang dihasilkan dari
industri fashion adalah cara yang begitu mudah dan murah saat
membuang sisa bahan daripada harus mendaur ulang.
“Tapi gara-gara revolusi industri yang bikin harga baju jadi murah,
orang jadi lebih gampang buang-buang bahan.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 3, GoGirl!
November 2011)
Kata “gara-gara” merupakan bentuk tidak baku, namun memiliki arti
yang sama dengan kata “karena” yang menunjukkan koherensi
sebab-akibat. Yaitu terjadinya revolusi industri yang mengakibatkan
harga baju menjadi murah sehingga membuat masyarakat justru
dengan mudah membuan-buang bahan.
iii. Pengingkaran
Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan
bagaimana komunikator menyembunyikan apa yang ingin
diekspresikan secara implisit. Bentuk pengingkaran yang ditemukan
dalam artikel “Let’s Go Zero-Waste!” menggunakan kata “tapi”.
Komunikator hendak menyampaikan sesuatu yang berseberangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen pengingkaran di
dalamnya:
“Zero-waste fashion ini sebenernya bukan konsep baru. Historically,
all clothes were desgined to minimize waste, contohnya kayak baju
kimono dan sari. Tapi gara-gara revolusi industri yang bikin harga
baju jadi murah, orang jadi lebih gampang buang-buang bahan.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 1-3, GoGirl!
November 2011)
Elemen pengingkaran yang digunakan pada kalimat di atas adalah
“tapi”. Komunikator ingin menjelaskan bahwa zero-waste bukanlah
konsep baru dalam dunia fashion karena sebelumnya memang
beberapa pakaian sudah didesain dengan konsep tersebut seperti baju
kimono dan sari. Kata “tapi” digunakan komunikator untuk
menjelaskan bahwa akibat adanya revolusi industri yang membuat
harga baju lebih murah, maka orang-orang lebih mudah untuk
membuang bahan. Kata “tapi” nampak memiliki arti yang
berseberangan, namun dalam konteks ini, kata “tapi” mendukung
pemaknaan pada kalimat sebelumnya.
iv. Kata ganti
Kata ganti digunakan komunikator untuk menunjukkan di mana
posisi seseorang dalam wacana. Berikut kutipan kalimatnya:
“They pay a lot of attention to design clothes patterns where all the
parts fit together, perfectly, like pieces of a jigsaw.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 7, GoGirl!
November 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Kata ganti “they” jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia
berarti “mereka”. Komunikator menggunakan kata ganti “they”
untuk menggantikan istilah para desainer yang sudah digunakan
pada kalimat sebelumnya.
“Sebagai konsumen, kita juga bisa kok melakukan post-consumer
zero-waste, yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah nggak kepake.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl!
November 2011)
Komunikator menggunakan kata ganti “kita” untuk memposisikan
dirinya sama dengan para pembaca. Posisi komunikator dan para
pembaca adalah konsumen dan dengan menggunakan kata ganti
“kita”, komunikator ingin mengajak pembaca bersama-sama
mendukung serta menerapkan konsep post-consumer zero-waste.
e. Stilistik
Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan
pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan
kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut.
Berikut kutipannya:
“Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara lain
yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah
lingkungan lho.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl!
November 2011)
Penulis menggunakan leksikon “desainer” untuk menjelaskan para
perancang busana yang menerapkan konsep zero-waste fashion.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
“Industri fashion emang menghasilkan banyak limbah, soalnya emang
lebih gampang dan murah sih buat buang bahan-bahan itu dibanding
mendaur ulang.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl!
November 2011)
Penulis menggunakan leksikon “mendaur ulang” untuk menjelaskan
proses yang kembali menggunakan bahan yang pernah digunakan dalam
hal ini adalah kain.
“Tapi gara-gara revolusi industri yang bikin harga baju jadi murah,
orang jadi lebih gampang buang-buang bahan.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 3, GoGirl!
November 2011)
Penulis menggunakan leksikon “revolusi industri” untuk menjelaskan
perubahan radikal dalam usaha mencapai produksi dengan menggunakan
mesin-mesin, baik untuk tenaga penggerak maupun untuk tenaga
pemroses.
“Tahun 1970-an, baru deh muncul lagi desainer yang berusaha
meminimalisir limbah, kayak Zandra Rhodes.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 4, GoGirl!
November 2011)
Penulis menggunakan leksikon “meminimalisir” untuk menjelaskan
keadaan untuk menekan serendah-rendahnya limbah yang dihasilkan
industri fashion.
“Sebagai konsumen, kita juga bisa kok melakukan post-consumer zero-
waste, yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah nggak kepake.”
(Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl!
November 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Penulis menggunakan leksikon “memanfaatkan” digunakan untuk
menjelaskan sesuatu yang dapat dimunculkan kegunaannya atau menjadi
berguna.
f. Retoris
Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara
seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa
dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Untuk
artikel “Let’s Go Zero-Waste!”, penekanan pada teks hanya melalui grafis. Layout
artikel ini tidak hanya menampilkan teks namun juga disertai beberapa foto dan
gambar. Foto yang dimunculkan penulis adalah model dengan menggunakan
busana beserta gambar pola jahitan berkonsep zero-waste fashion rancangan
beberapa eco-fashion designer yaitu Holly McQuillan dan Timo Rissanen. Selain
itu juga ditampilkan gambar hasil pemanfaatan pakaian bekas menjadi tas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Judul
Lead
Gambar 3.5
Layout Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”
Sumber: Majalah GoGirl! November 2011
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa
elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan
beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah
wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah konsep zero-waste fashion
yang menjadi solusi dari pengelolaan limbah kain yang begitu banyak dihasilkan.
Foto
rancangan
eco-fashion
designer,
Holly
McQuillan
Foto dan
gambar
rancangan
eco-fashion
designer,
Holly
McQuillan
Foto dan
Gambar
rancangan
eco-fashion
designer,
Holly
McQuillan
Foto hasil
pemanfaatan
pakaian
bekas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
2. Analisis Kognisi Sosial
Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! November 2011, dan dari proses
wawancara tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang
sedang diteliti.
“Soalnya waktu itu tema GoGirl! November adalah Fashion Issue. Jadi aku
nyari kaitannya fashion dengan lingkungan, trus ketemulah inovasi baru di dunia
fashion, yaitu zero-waste fashion.” kata Starin Sani, penulis artikel “Go Gas!”
dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu.
Disinggung mengenai tujuan penulisan artikel “Let’s Go Zero-Waste!”,
Starin mengungkapkan ingin menyampaikan pemahaman jika industri fashion
menghasilkan banyak sekali limbah. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan limbah fashion adalah dengan
memproduksi pakaian dengan konsep zero-waste fashion. Selain itu, tujuan
penulisan artikel ini adalah ingin meningkatkan awareness pembaca mengenai
konsep zero-waste fashion. Bagaimana pandangan penulis sendiri terhadap zero-
waste fashion? Penulis sangat mendukung konsep zero-waste fashion yang
diharapkan dapat diterapkan pada semua pakaian.
Dari analisis kognisi sosial pada artikel “Let’s Go Zero-Waste!”, dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang ingin ditonjolkan dalam artikel tersebut adalah
tentang penerapan konsep zero-waste fashion.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
3. Analisis Konteks Sosial
Masyarakat Indonesia pada umumnya belum begitu memahami adanya
konsep zero-waste di dunia fashion. Istilah zero-waste memang sering digunakan
untuk menjelaskan tentang pengelolaan sampah agar dapat didaur ulang. Namun,
masyarakat belum mengetahui jika konsep zero-waste dapat diterapkan di dunia
fashion. Dalam hal ini, para desainer ditantang untuk bekerja keras menghasilkan
desain pakaian yang memanfaatkan bahan dengan sedikit atau bahkan tidak ada
sama sekali bahan yang tersisa. Artinya setiap inchi bahan, benar-benar
dimanfaatkan untuk membuat pakaian.
Belum banyak desainer Indonesia yang menerapkan konsep zero-waste
fashion dalam rancangannya. Diharapkan para desainer Indonesia terinspirasi
untuk menerapkan konsep zero-waste fashion dalam rancangan mereka sehingga
limbah yang dihasilkan tidak banyak.
Dalam analisis konteks sosial ini, peneliti menganalisi apa yang terjadi pada
masyarakat dengan adanya konsep zero-waste fashion. Selanjutnya, dikaitkan
dengan hasil analisis teks dan kognisi sosial.
Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial,
dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Let’s Go Zero-Waste!” memenuhi kriteria
analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks,
menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk
mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada
analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang
melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu
masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing
saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
F. Analisis Artikel “Drug Management”
1. Analisis Teks
Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga
terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka
diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik,
sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Drug Management” :
a. Tematik
Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik
menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik
lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga
didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu
sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian
dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai pengelolaan obat
yang sudah kadaluarsa. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini
adalah tentang bagaimana cara pengelolaan obat-obat yang sudah kadaluarsa.
Berikut kutipan kalimatnya:
“Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jaga-
jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare. Kalau masa kadaluarsa obat
udah abis, trus musti dibuang kemana ya? Atau jangan-jangan pada
nggak pernah merhatiin masa kadaluarsa obat?!”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 1, GoGirl! Desember 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
b. Skematik
Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan
bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti.
Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu
summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang
memuat isi berita secara kesuluruhan.
Secara skematik, artikel “Drug Management” memiliki 12 paragraf,
paragraf 1 berisi lead yang termasuk dalam golongan teras berita “bagaimana”
(how lead), paragraf 2 sampai 6 berisi tentang beberapa cara meminimalisir
sampah obat dengan pemakaian secara bijak, selanjutnya di paragraf ketujuh
sampai paragraf keduabelas berisi tentang beberapa langkah pemanfaatan atau
cara pembuangan obat yang sudah kadaluarsa tanpa mencemari lingkungan.
Berikut kutipan paragrafnya:
“Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jaga-
jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare. Kalau masa kadaluarsa obat
udah abis, trus musti dibuang kemana ya? Atau jangan-jangan pada
nggak pernah merhatiin masa kadaluarsa obat?!”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 1, GoGirl! Desember 2011)
“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan
lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun. Kita bisa
meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak.
Caranya...”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 2, GoGirl! Desember 2011)
“Beli obat bebas (yang nggak perlu resep dokter) secukupnya aja, kira-
kira buat persediaan 6 bulan. Pilih yang batas kadaluarsanya masih lama.
Sebelum beli, cek dulu persediaan di rumah, siapa tau masih.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 3, GoGirl! Desember 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
“Masa kadaluarsa obat cair, kayak sirup dan obat tetes mata, nggak
berlaku habis segel dibuka. Batas pemakaiannya jadi lebih singkat
dibanding tanggal kemasan.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 4, GoGirl! Desember 2011)
“Obat simptomatik (diberikan sesuai keluhan penderita) bisa bertahan
sampai batas kadaluarsanya habis, kira-kira 5 tahun, selama bungkus
nggak rusak.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 5, GoGirl! Desember 2011)
“Di kemasan obat, kita sering baca tulisan “simpan di tempat kering dan
sejuk.” Tapi ada juga lho beberapa obat yang harus disimpan di lemari
es, misalnya insulin. Ikuti aja petunjuk penyimpanan di kemasan.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 6, GoGirl! Desember 2011)
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena
sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan,
tumbuhan dan kita sendiri.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1-2, GoGirl! Desember
2011)
“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau bentuk
vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi kalau
bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 8, GoGirl! Desember 2011)
“Kalau jumlah obatnya agak bahaya, serahin ke apotek, rumah sakit, atau
pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang
kadaluarsa. Nggak semua apotek menerima sih, but we can always ask.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 9, GoGirl! Desember 2011)
“Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa disumbang
ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis. Tapi kondisi obat harus
masih bagus dan bungkus belum dibuka.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 10, GoGirl! Desember 2011)
“Kalau mau buang di tempat sampah, hancurin dulu obat-obatnya.
Campur sama air, pasir atau bahan lain, trus masukin ke wadah tertutup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Jangan lupa buat merusak label obat, biar obat nggak dijual lagi sama
pihak yang nggak bertanggungjawab.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 11, GoGirl! Desember 2011)
“Ada lho beberapa obat yang justru dianjurkan buat diguyur di toilet,
kayak medicated plasters koyo. Tapi kalau nggak ada petunjuknya,
jangan dilakukan ya. ”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 12, GoGirl! Desember 2011)
c. Semantik
Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan
makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil,
maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Berikut uraiannya:
i. Latar
Latar dari artikel ini adalah obat yang ternyata berbahaya untuk
lingkungan, terlebih lagi obat yang sudah lewat dari masa
kadaluarsa, jika dibuang sembarangan, tentu akan merusak
lingkungan. Berikut kutipan kalimatnya:
“Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat
jaga-jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare. Kalau masa
kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya? Atau
jangan-jangan pada nggak pernah merhatiin masa kadaluarsa obat?!”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 1, GoGirl! Desember 2011)
ii. Detil
Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan komunikator. Jika informasi tersebut akan
menguntungkan komunikator, maka informasi tersebut akan ditulis
dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
merugikan komunikator, maka informasi akan ditampilkan dengan
jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Drug
Management”:
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang
sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan
kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Kalimat di atas memberikan dukungan terhadap apa yang ingin
disampaikan oleh komunikator yaitu bahwa obat yang sudah tidak
layak pakai atau konsumsi jika dibuang sembarangan akan
memberikan dampak yang berbahaya bagi manusia, hewan, dan
tumbuhan.
“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Jika pada paragraf-paragraf sebelumnya dijelaskan adanya bahaya
yang akan ditimbulkan jika obat yang sudah kadaluarsa dibuang
sembarangan. Namun kali ini, komunikator menambahkan informasi
yang bisa mendukung pemikirannya. Ada cara pemanfaatan jika
vitamin yang dikonsumsi sudah kadaluarsa, yaitu sebagai pupuk.
Penjelasan tentang bagaimana vitamin bisa menjadi pupuk, akan
dijelaskan pada analisis elemen maksud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
iii. Maksud
Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih
mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan
komunikator. Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang
menguntungkan komunikator, ditulis dengan sama dan implisit.
Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud:
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan,
karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya
buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri. Misalnya jenis obat
antibiotik, antiseptik, antivirus dan antijamur, kalau dibuang ke
tanah bisa membunuh mikroorganisme normal yang
bermanfaat buat tanah dan tumbuhan. Kalau dibuang ke
saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu
ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk.”
ke perut kita. Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh,
soalnya bahan beracunnya bisa lepas ke udara.
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 2-4, GoGirl!
Desember 2011)
Jika pada analisis elemen detil sebelumnya dijelaskan bahwa jika
obat yang sudah kadalauarsa dibuang sembarangan, akan
menimbulkan bahaya bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada
analisis maksud ini, informasi tersebut lebih diperjelas dengan
menyebutkan jenis-jenis obat yaitu antibiotik, antiseptik, antivirus,
dan antijamur. Kalimat selanjutnya juga menjelaskan lebih mendetail
apa yang akan terjadi jika obat-obat kadaluarsa tersebut
sembarangan dibuang ke saluran air, tanah, maupun dibakar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau
bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman.
Tapi kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke
tanaman.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1-3, GoGirl!
Desember 2011)
Pada analisis elemen detil, dijelaskan bahwa vitamin maupun
mineral yang sudah kadaluarsa dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Selanjutnya, pada analisis elemen maksud, dijelaskan lebih lagi
mengenai bagaimana cara membuat vitamin dan mineral yang
kadaluarsa menjadi pupuk bagi tanaman, yaitu jika vitamin atau
mineral berwujud air, maka langsung dituang ke tanaman, namun
jika masih berwujud tablet, maka dihancurkan terlebih dahulu
kemudian ditaburkan ke tanaman.
iv. Praanggapan
Elemen ini merupakan pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang
belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk
mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya:
“Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana
ya?”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl!
Desember 2011)
Kata “kalau” pada kalimat di atas, memberikan makna pengandaian
pada kalimat tersebut. Kalimat di atas berbentuk sebagai kalimat
tanya, pertanyaan yang muncul diawali dengan pengandaian, apa
yang harus dilakukan jika masa kadaluarsa obat sudah habis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
“Misalnya jenis obat antibiotik, antiseptik, antivirus dan antijamur,
kalau dibuang ke tanah bisa membunuh mikroorganisme normal
yang bermanfaat buat tanah dan tumbuhan. Kalau dibuang ke
saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu
ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk ke
perut kita. Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya
bahan beracunnya bisa lepas ke udara. Trus, musti diapain dong?”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 2-4, GoGirl!
Desember 2011)
Penggunaan kata “kalau” pada ketiga kalimat di atas sama-sama
memiliki makna pengandaian, meskipun belum diketahui
kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan.
Sampah obat yang dibuang di sembarang tempat bisa
membahayakan, misal dibuang di tanah, maka dikhawatirkan bisa
membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat untuk tanah
dan tumbuhan, kemudian jika dibuang di saluran air, maka akan air
yang tercemari sampah obat akan mengalir ke laut dan mengganggu
ekosistem perairan dan mencemari ikan, selanjutnya pengandaian
jika sampah obat tersebut dibakar, dikhawatirkan racun yang
terkandung di dalamnya terlepas ke udara.
“Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit,
atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok
obat yang kadaluarsa.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Kata “kalau” pada kalimat di atas memberikan makna pengandaian
yaitu jika obat yang sudah kadalauarsa berjumlah banyak, maka
pemusnahan akan lebih mudah apabila diserahkan kepada apotek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
maupun rumah sakti yang sudah terbiasa melakukan pemusnahan
obat yang sudah kadaluarsa secara massal.
“Kalau mau buang di tempat sampah, hancurin dulu obat-obatnya.
Campur sama air, pasir atau bahan lain, trus masukin ke wadah
tertutup.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 11 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Penggunaan kata “kalau” untuk memberikan makna pengandaian
kembali terlihat pada kalimat di atas. Komunikator ingin
memberikan gambaran bahwa jika obat-obat yang sudah kadaluarsa
ini hendak dibuang ke tempat sampah, sebaiknya obat-obat tersebut
dihancurkan kemudian dicampur dengan air, pasir, maupun bahan
yang lainnya kemudian dimasukkan ke dalam wadah tertutup.
Kemudian label yang melekat pada obat sebaiknya dirusak atau
disobek. Hal ini dilakukan agar obat-obat yang sudah dibuang tidak
lagi dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab
yang biasanya dijual kembali.
v. Nominalisasi
Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal
atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari
informasi yang hendak disampaikan oleh komunikator. Berikut
kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya:
“Beli obat bebas (yang nggak perlu resep dokter) secukupnya aja,
kira-kira buat persediaan 6 bulan.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
Penggunaan elemen nominalisasi “6 bulan” dalam kalimat di atas
memiliki arti bahwa lebih baik membeli obat untuk persediaan tidak
lebih dari 6 bulan, supaya persediaan obat tidak terlalu banyak
menumpuk dan bisa terkontrol masa kadaluarsanya.
“Obat simptomatik (diberikan sesuai keluhan penderita) bisa
bertahan sampai batas kadaluarsanya habis, kira-kira 5 tahun,
selama bungkus nggak rusak.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 5 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Penggunaan elemen nominalisasi “5 tahun” mengandung maksud
bahwa obat simptomatik atau obat yang diberikan sesuai keluhan
penderita dapat bertahan sampai masa kadaluarsanya habis yaitu
kurang lebih 5 tahun. Jenis obat ini bisa bertahan dalam jangka
waktu yang tidak sebentar, namun juga tetap diperhatikan masa
kadaluarsanya.
d. Sintaksis
Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu
disusun atau dibentuk. Sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya:
i. Bentuk kalimat
Dalam artikel “Drug Management”, penulis menggunakan kalimat
aktif yang umumnya digunakan agar seseorang menjadi subyek dari
tanggapannya dan kalimat pasif yang menempatkan seseorang atau
sesuatu sebagai obyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
“Kita bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara
bijak.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl!
Desember 2011)
Kalimat di atas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan
subyek yaitu konsumen.
“Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit,
atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok
obat yang kadaluarsa.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Kalimat di atas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan
subyek yaitu rumah sakit maupun apotek yang biasa memusnahkan
obat-obatan yang kedaluwarsa.
Selanjutnya, beberapa kalimat di bawah ini ditulis dalam bentuk
kalimat pasif yang menonjolkan obyek yaitu obat-obatan yang sudah
kedaluwarsa. Berikut kutipannya:
“Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana
ya?”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl!
Desember 2011)
“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat
lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Masa kadaluarsa obat cair, kayak sirup dan obat tetes mata, nggak
berlaku habis segel dibuka.
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
“Tapi ada juga lho beberapa obat yang harus disimpan di lemari es,
misalnya insulin.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 6 kalimat 2, GoGirl!
Desember 2011)
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan,
karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya
buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri. Misalnya jenis obat
antibiotik, antiseptik, antivirus dan antijamur, kalau dibuang ke
tanah bisa membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat buat
tanah dan tumbuhan. Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu
bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan
mencemari ikan yang nantinya masuk ke perut kita. Padahal kalau
mau dibakar juga nggak boleh, soalnya bahan beracunnya bisa lepas
ke udara.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1-4, GoGirl!
Desember 2011)
“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau
bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi
kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1-3, GoGirl!
Desember 2011)
“Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa
disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 10 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
ii. Koherensi
Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam
suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan
kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang
menggunakan elemen koherensi di dalamnya:
“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat
lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Kata “soalnya” merupakan bentuk bahasa tidak baku yang artinya
kurang lebih seperti kata “karena” yang memberikan makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
hubungan sebab-akibat di dalamnya. Pada kalimat di atas, dijelaskan
bahwa akibat yang bisa ditimbulkan dari membuang sembarangan
sampah obat dapat membahayakan lingkungan karena sama saja
dengan membuang racun.
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan,
karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya
buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Koherensi “karena” pada kalimat di atas menunjukkan hubungan
sebab-akibat. Obat yang mengandung bahan kimia yang berbahaya
untuk manusia, hewan, dan tumbuhan menjadi penyebab mengapa
obat-obat yang sudah tidak layak konsumsi tidak boleh dibuang
sembarangan.
“Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya bahan
beracunnya bisa lepas ke udara.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 4, GoGirl!
Desember 2011)
Kata “soalnya” merupakan bentuk bahasa tidak baku yang artinya
kurang lebih seperti kata “karena” yang memberikan makna
hubungan sebab-akibat di dalamnya. Bahan beracun yang
terkandung dalam obat-obatan yang sudah kadaluarsa menjadi
penyebab mengapa obat-obatan tersebut tidak boleh dibakar. Karena
racun yang terkandung dalam obat-obatan yang sudah kadaluarsa
dapat terlepas di udara ketika dibakar, tentu hal ini juga merugikan
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
iii. Pengingkaran
Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan
bagaimana komunikator menyembunyikan apa yang ingin
diekspresikan secara implisit. Bentuk pengingkaran yang ditemukan
dalam artikel “Drug Management” menggunakan kata “tapi”.
Komunikator hendak menyampaikan sesuatu yang berseberangan.
Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen pengingkaran di
dalamnya:
“Di kemasan obat, kita sering baca tulisan “simpan di tempat kering
dan sejuk.” Tapi ada juga lho beberapa obat yang harus disimpan di
lemari es, misalnya insulin.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl!
Desember 2011)
Elemen pengingkaran yang digunakan pada kalimat di atas adalah
“tapi”. Komunikator ingin menjelaskan bahwa ada sesuatu yang
berseberangan, yaitu banyak ditemukan tulisan “simpan di tempat
kering dan sejuk” pada kemasan obat, namun ada juga jenis obat
yang harus disimpan di dalam lemari es, seperti insulin. Disarankan
untuk mengikuti petunjuk yang terdapat dalam kemasan obat agar
tahu bagaimana dan dimana harus menyimpan obat tersebut.
“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau
bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi
kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1-3, GoGirl!
Desember 2011)
Pada kalimat di atas, komunikator kembali ingin menyajikan sesuatu
yang berseberangan. Pada kalimat kedua dijelaskan bahwa vitamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
atau mineral yang sudah kadalauarsa dan berbentuk cair, bisa
digunakan menjadi pupuk dengan cara menyiramkannya ke tanaman.
Hal yang berseberangan, jika wujud dari vitamin maupun mineral
yang kadaluarsa adalah tablet, maka dilakukan terlebih dahulu
penghancuran untuk kemudian ditaburkan pada tanaman.
“Kalau jumlah obatnya agak bahaya, serahin ke apotek, rumah sakit,
atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok
obat yang kadaluarsa. Nggak semua apotek menerima sih, but we
can always ask.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1-2, GoGirl!
Desember 2011)
Kata “but” jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti “tapi”.
Komunikator memberikan pemahaman dengan memunculkan
pernyataan yang berseberangan namun tetap mendukung
gagasannya. Apotek dan rumah sakit sudah terbiasa melakukan
pemusnahan massal terhadap obat-obatan, mineral, maupun vitamin
yang sudah kadaluarsa. Namun, tidak semua apotek mau menerima
sumbangan obat-obat yang kadaluarsa dari kita untuk dimusnahkan
bersama dengan persediaan obat-obatan apotek itu sendiri. Dengan
bertanya dan meminta ijin terlebih dahulu, mungkin pihak apotek
akan bersedia menerima sumbangan obat-obatan kadaluarsa dari
konsumen untuk dimusnahkan secara massal.
“Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa
disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis. Tapi
kondisi obat harus masih bagus dan bungkus belum dibuka.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 10 kalimat 1-2, GoGirl!
Desember 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Komunikator kembali menggunakan elemen pengingkaran “tapi”
pada kalimat di atas untuk menjelaskan sesuatu yang berseberangan.
Persediaan obat yang tersisa, kadang tidak diminum oleh konsumen,
maka sisa obat yang ada namun belum melewati masa kadaluarsa
serta kondisi yang masih bagus dan kemasan yang belum dibuka,
dapat disumbangkan kepada yayasan amal yang mengadakan
pengobatan gratis. Jadi obat-obatan yang sisa tersebut tidak dibuang
begitu saja, namun bisa dimanfaatkan dengan cara disumbangkan.
“Ada lho beberapa obat yang justru dianjurkan buat diguyur di toilet,
kayak medicated plasters koyo. Tapi kalau nggak ada petunjuknya,
jangan dilakukan ya. ”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 12 kalimat 1-2, GoGirl!
Desember 2011)
Kata “tapi‟ digunakan komunikator pada kalimat di atas untuk
menunjukkan sesuatu yang berseberangan. Beberapa jenis obat
seperti medicated plasters koyo dianjurkan dibuang setelah
digunakan dengan cara diguyur di toilet. Namun, disarankan
komunikator untuk tetap membaca dan mengikuti petunjuk yang
tertera pada kemasan. Jika tidak ada anjuran untuk mengguyurnya di
toilet setelah digunakan, maka lebih baik jangan dilakukan.
iv. Kata ganti
Kata ganti digunakan komunikator untuk menunjukkan di mana
posisi seseorang dalam wacana. Dalam artikel “Drug Management”,
komunikator sering menggunakan kata ganti “kita” untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
memposisikan dirinya sama dengan posisi pembaca. Komunikator
menulis artikel ini tidak hanya untuk dibaca, harapannya, bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga komunuikator
menggunakan kata ganti “kita” agar tercipta suasana kebersamaan
antara komunikator dengan para pembaca untuk mewujudkan apa
yang telah ditulis. Berikut kutipan kalimatnya:
“Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat
jaga-jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat
lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun. Kita
bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl!
Desember 2011)
“Di kemasan obat, kita sering baca tulisan “simpan di tempat kering
dan sejuk.””
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan,
karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya
buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
“Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke
laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang
nantinya masuk ke perut kita.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 3, GoGirl!
Desember 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
“Nggak semua apotek menerima sih, but we can always ask.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 2, GoGirl!
Desember 2011)
e. Stilistik
Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan
pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan
kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut.
Berikut kutipannya:
“Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana
ya?”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl!
Desember 2011)
“Masa kadaluarsa obat cair, kayak sirup dan obat tetes mata, nggak
berlaku habis segel dibuka.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
“Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit,
atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok
obat yang kadaluarsa.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Beberapa kalimat di atas menggunakan leksikon “kadaluarsa”
“kadaluarsa” merupakan bentuk tidak baku, bentuk bakunya adalah
“kedaluwarsa” yang digunakan untuk menjelaskan maksud sudah
terlewat dari batas waktu yang telah ditentukan.
“Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat
lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan,
karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya
buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Penulis menggunakan leksikon “bahaya” pada dua kalimat di atas
untuk menjelaskan bahwa sesuatu dapat mendatangkan bahaya
maupun dapat mengancam keselamatan jika membuang obat yang
sudah kedaluwarsa dengan sembarangan.
“Kita bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara
bijak.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl!
Desember 2011)
Penulis menggunakan leksikon “meminimalkan” untuk menjelaskan
keadaan untuk menekan serendah-rendahnya sampah obat-obatan
dengan mengkonsumsinya secara bijaksana. Selanjutnya, penulis
menggunakan leksikon “memakainya” untuk menjelaskan cara
penggunaan maupun konsumsi obat-obatan.
“Beli obat bebas (yang nggak perlu resep dokter) secukupnya aja,
kira-kira buat persediaan 6 bulan.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Penggunaan leksikon “persediaan” pada kalimat di atas untuk
menjelaskan sesuatu yang dapat disimpan dalam jangka waktu dan
jumlah tertentu untuk mengantisipasi kebutuhan yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan,
karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya
buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Penggunaan leksikon “mengandung” pada kalimat di atas untuk
menjelaskan sebagian besar obat memuat bahan kimia yang
berbahaya bagi makhluk hidup.
“Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke
laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang
nantinya masuk ke perut kita.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 3, GoGirl!
Desember 2011)
Penggunaan leksikon “mencemari” pada kalimat di atas untuk
menjelaskan obat-obatan yang dibuang sembarangan ke saluran air,
akan membuat kotor ekosistem perairan.
“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Penggunaan leksikon “dipakai” digunakan untuk menjelaskan
vitamin dan mineral bekas dapat digunakan atau dimanfaatkan
sebagai pupuk.
“Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit,
atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok
obat yang kadaluarsa.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Penggunaan leksikon “pemusnahan” untuk menjelaskan cara
membuat hancur obat-obatan yang sudah kedaluwarsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
“Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa
disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis.”
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 10 kalimat 1, GoGirl!
Desember 2011)
Penggunaan leksikon “disumbang” pada kalimat di atas menjelaskan
makna obat yang tidak diminum dan belum habis masa
kedaluwarsanya dapat diberikan dengan cuma-cuma kepada yayasan
amal yang sedang mengadakan pengobatan gratis.
f. Retoris
Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara
seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa
dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Untuk
artikel “Drug Management”, penekanan pada teks hanya melalui grafis. Layout
artikel “Drug Management” begitu sederhana, hanya ditampilkan foto beberapa
tablet dan kapsul obat maupun vitamin. Foto tersebut sebesar seperempat halaman
majalah yang kemudian menjadi background dari tulisan judul dan lead.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
Judul
Lead
Foto obat-
obatan
Gambar 3.6
Layout Artikel “Drug Management”
Sumber: Majalah GoGirl! Desember 2011
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa
elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan
beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah
wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah bagaimana pengelolaan
limbah farmasi atau obat-obatan yang sudah kedaluwarsa.
2. Analisis Kognisi Sosial
Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Desember 2011, dan dari proses wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang
diteliti.
“Pas lagi browsing gitu, nemu aja artikel kalau obat itu ternyata bahaya buat
lingkungan kalau dibuang gitu aja. Aku sendiri biasanya cenderung nggak peduli
masalah obat, bahkan masa kedaluwarsa obat juga jarang kuperhatiin, jadi pas
tahu tentang hal ini jadi tertarik pingin nulis.” kata Starin Sani, penulis artikel
“Drug Management” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu.
Berawal dari kurang pedulinya penulis terhadap obat dan masa kedaluwarsa
obat, penulis terinspirasi untuk menulis tentang pemanfaatan obat yang sudah
kedaluwarsa. Dalam tulisannya, penulis ingin memberikan pemahaman kepada
pembaca tentang cara meminimalkan sampah obat dan apa yang harus dilakukan
pada obat-obat yang sudah kedaluwarsa.
Menurut pandangan penulis, Pimpinan Redaksi setuju dengan adanya cara
pemanfaatan obat-obatan yang sudah kedaluwarsa sehingga bisa meminimalisir
sampah obat.
“Akan lebih baik jika drug management bisa dipraktekkan ke dalam hidup
sehari-hari bukan hanya sekadar pemahaman. Aku mendukung cara pemusnahan
obat kedaluwarsa dan sudah melakukan beberapa point dari drug management.”
tambah Starin Sani.
Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis
ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai cara mengolah limbah
farmasi atau obat-obatan yang sudah kedaluwarsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
3. Analisis Konteks Sosial
Apa yang akan dilakukan jika persediaan obat-obatan tidak habis
dikonsumsi? Dibuang begitu saja ke tempat sampah? Jangan! Bukan seperti itu
yang harus dilakukan jika persediaan obat-obatan sudah kedaluwarsa. Jika
dibuang begitu saja, obat-obatan ini justru membahayakan lingkungan karena saat
dibuang, obat-batan tersebut terurai menjadi racun bagi manusia, hewan, dan
tumbuhan.
Menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan klasifikasi
limbah berbahaya yang berasal dari layanan kesehatan, limbah farmasi termasuk
di dalamnya. Menurut WHO dalam artikel “Pengelolaan Limbah Aman Layanan
Kesehatan”, limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin dan
serum yang sudah kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi
yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Kategori ini juga
mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk
farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker,
selang penghubung dan ampul obat (WHO, 2005).
Beberapa jenis obat seperti antibiotik, antiseptik, antivirus, antijamur,
anticacing, dll, jika sampai ke tanah akan menyebabkan ketidakseimbangan flora
dan fauna mikro di dalam tanah, karena dapat membunuh mikroorganisme
normal. Khusus untuk antibiotik, dapat menyebabkan kekebalan mikroorganisme
yang berbahaya terhadap antibiotik tersebut. Selain itu, obat-obatan bekas yang
dibuang akan mencemari air tanah. Atau yang dibuang ke saluran air akhirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
mengalir ke laut, mencemari ikan dan mahluk laut lainnya yang pada akhirnya
masuk ke dalam perut kita.
Pemerintah juga perlu untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pengelolaan limbah farmasi ini agar masyarakat dibekali pengetahuan
yang benar mengenai limbah farmasi. Selain itu, pemerintah juga seharusnya
memfasilitasi agar pengelolaan limbah farmasi ini dapat berjalan dengan baik.
Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan mengenai bagaimana
mengolah limbah farmasi atau obat-obatan yang sudah kedaluwarsa.
Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial,
dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Drug Management” memenuhi kriteria
analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks,
menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk
mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada
analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang
melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks
sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu
masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing
saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Dari keenam artikel yang sudah dianalisis teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial, dapat disimpulkan bahwa ketiga dimensi tersebut saling berkaitan, mampu
mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Berikut uraiannya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
Tabel 3.2 Hasil Analisis Artikel
Wacana Artikel Strategi Wacana
Gas sebagai bahan bakar alternatif. “Go Gas!‟ Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam
menganalisis teks artikel “Go Gas!‟ selain tematik yang
menjelaskan mengenai tema dari artikel, adalah elemen
detil yang menjelaskan informasi-informasi yang
mendukung apa yang ingin disampaikan penulis.
Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan
menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Bentuk
kalimat pasif dan aktif, serta leskikon banyak
digunakan dalam artikel ini.Nominalisasi juga sering
digunakan dalam penulisan artikel ini guna
menunjukkan harga dan keuntungan-keuntungan
mengkonsumsi gas sebagai bahan bakar gas alternatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
dibanding dengan BBM lainnya. Selain itu,
pengingkaran juga sering digunakan untuk menjelaskan
perbedaan gas dengan BBM lainnya.
Keberadaan sekolah “hijau” di daerah
padat penduduk, Jakarta.
“Green School: SDNP 12
Bendungan Hilir”
Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam
menganalisis teks artikel “Green School: SDNP 12
Bendungan Hilir” selain tematik yang menjelaskan
mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang
menjelaskan informasi-informasi yang mendukung apa
yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang
menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih
mendetail dalam elemen maksud. Bentuk kalimat pasif
dan aktif, serta leskikon banyak digunakan dalam
artikel ini.Dalam analisis, hanya empat elemen ini saja
yang menguatkan wacana. Elemen lainnya hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
sebagai pendukung.
Permasalahan lingkungan di beberapa
kota paling polusi di dunia yang
terdapat di benua Asia.
“Asia’s Most Polluted
Cities”
Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam
menganalisis teks artikel “Asia’s Most Polluted Cities”
selain tematik yang menjelaskan mengenai tema dari
artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan
informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin
disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan
tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam
elemen maksud. Selain itu, nominalisasi juga digunakan
untuk menguatkan wacana. Yaitu dengan memunculkan
angka-angka yang berkaitan dengan dampak dari
polusi-polusi limbah di beberapa kota di Asia. Bentuk
kalimat pasif dan aktif, serta leskikon banyak
digunakan dalam artikel ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
Mengikuti gaya hidup hijau dengan
memilih makanan yang tepat dan
menanam tanaman bermanfaat dengan
mudah.
“Green Eating; Simple
Planting”
Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam
menganalisis teks artikel “Green Eating; Simple
Planting” selain tematik yang menjelaskan mengenai
tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan
informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin
disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan
tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam
elemen maksud. Selain itu, beberapa koherensi
menjelaskan kalimat yang memiliki hubungan sebab-
akibat yang mampu menguatkan wacana. Kemudian
praanggapan juga digunakan dalam penulisan artikel ini
untuk memunculkan pengandaian dalam wacana.
Selanjutnya pengingkaran digunakan untuk
memunculkan sesuatu yang berbeda atau untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
membandingkan yang juga mempengaruhi wacana
dalam artikel. Elemen-elemen yang lainnya digunakan
sebagai pendukung wacana.
Sejarah dan pengertian konsep zero-
waste fashion.
“Let’s Go Zero-Waste!” Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam
menganalisis teks artikel “Let’s Go Zero-Waste!” selain
tematik yang menjelaskan mengenai tema dari artikel,
adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-
informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan
penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih
diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen
maksud. Tidak hanya itu saja, beberapa elemen lainnya
juga digunakan dalam penulisan artikel namun tidak
terlalu berpengaruh, hanya sebagai pendukung.
Pengelolaan obat-obat yang sudah “Drug Management” Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
kedaluwarsa. menganalisis teks artikel “Drug Management” selain
tematik yang menjelaskan mengenai tema dari artikel,
adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-
informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan
penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih
diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen
maksud. Bentuk kalimat pasif dan aktif, serta leskikon
banyak digunakan dalam artikel ini. Selain itu,
praanggapan yang menjelaskan kalimat yang memiliki
hubungan sebab-akibat serta pengingkaran yang
digunakan untuk memunculkan sesuatu yang berbeda
atau untuk membandingkan digunakan dalam penulisan
artikel ini dan sangat mempengaruhi wacana.
Sumber: olahan penelit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
BAB IV
PENUTUP
Setelah dilakukan analisis data serta berkaitan dengan pembahasan pada
bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dan beberapa saran pada
penelitian ini sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap artikel rubrik “Green Page” Majalah
GoGirl! edisi Juli-Desember 2011 dapat ditarik kesimpulan bahwa kepedulian
terhadap lingkungan diwacanakan secara positif oleh penulis artikel. Hasil analisis
struktur teks berdasarkan analisis elemen tematis, skematik, semantik, sintaksis,
stilistik, dan retoris menunjukan demikian.
Selanjutnya, dari hasil analisis teks berita di rubrik “Green Page” serta
mempertimbangkan kognisi wartawan ketika menulis teks berita, peneliti
mendapatkan wacana utama yang dikembangkan terkait kepedulian terhadap
lingkungan. Wacana mengenai berbagai cara yang bisa dilakukan sebagai wujud
kepedulian terhadap lingkungan. Penulis menyampaikan bahwa untuk peduli
terhadap lingkungan, tidak hanya dapat dilakukan dengan menanam pohon,
menghemat listrik, bersepeda, namun juga dapat dilakukan dengan dengan
mengganti BBM dengan gas, menghijaukan lingkungan, menanam tanaman,
menerapkan pola makan sehat, menerapkan pola jahitan yang sedikit atau bahkan
tidak menghasilkan limbah, serta mengolah limbah obat dengan cara yang benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
Dalam penelitian, peneliti menemukan bahwa elemen-elemen yang
digunakan penulis untuk menguatkan wacana setiap artikel antara lain tematik,
detil yang memberikan informasi yang mendukung gagasan penulis serta elemen
maksud yang menguraikan elemen detil dengan lebih jelas. Selain ketiga elemen
tersebut, peneliti menemukan bahwa penulis juga menggunakan elemen
praanggapan, nominalisasi, kohesi, dan pengingkaran untuk memperkuat wacana
dalam setiap artikel. Penulis memberikan informasi yang jelas mengenai bentuk-
bentuk kepedulian terhadap lingkungan sehingga para pembaca diharapkan
mampu untuk mengerti, tergugah hatinya serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dari elemen-elemen analisis wacana model van Dijk, penulis lebih
cenderung menggunakan elemen semantik. Hal ini dibuktikan dari 6 teks artikel
yang dianalisis, elemen semantik lebih menonjol daripada elemen yang lain.
Wacana yang muncul dari 6 teks artikel yang dianalisis dengan menerapkan
model van Dijk adalah kepedulian terhadap lingkungan yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu dengan mengganti BBM dengan gas, menghijaukan
lingkungan, menanam tanaman, menerapkan pola makan sehat, menerapkan pola
jahitan yang sedikit atau bahkan tidak menghasilkan limbah, serta mengolah
limbah obat dengan cara yang benar. Penyajian positif mengenai wacana peduli
terhadap lingkungan yang dilakukan oleh penulis di rubrik “Green Page” tentu
tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial yang melingkupinya.
Pemanasan global bukan lagi sebagai isu, namun permasalahan ini
merupakan masalah serius yang dihadapi oleh semua warga dunia. Di luar negeri,
sudah diterapkan beberapa aturan guna mengurangi dampak pemanasan global.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
Namun di Indonesia, belum ada kepeduliaan terhadap lingkungan, hal ini
dikarenakan kurangnya himbauan maupun penyaluran informasi serta rendahnya
kepedulian warga Indonesia terhadap lingkungan.
Selanjutnya, peneliti menemukan bahwa belum banyak media yang
menginformasikan tentang pemanasan global dan apa tindakan nyata yang dapat
dilakukan guna mencegah maupun memperlambat pemanasan global. Maka,
dengan adanya wacana mengenai kepedulian terhadap lingkungan di rubrik
“Green Page” telah memberikan penjelasan mengenai kepedulian terhadap
lingkungan. Wacana peduli lingkungan disampaikan secara positif sekaligus
memberikan gambaran dan motivasi untuk peduli terhadap lingkungan.
B. Saran
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah dengan meneliti topik yang sama
namun pada media yang berbeda. Agar penelitian mengenai wacana peduli
lingkungan dapat diterapkan di berbagai media, baik media cetak maupun media
elektronik. Penelitian disarankan menggunakan metode analisis wacana Teun van
Dijk yang menganalisis melalui tiga dimensi yang saling mempengaruhi satu-
sama lain yaitu analisis teks, kognisi sosial, konteks sosial.
Top Related