Kuliah 9
Variabel Lingkungan,Kelompok Sasaran danSikap Pelaksana(Individu)
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 1
3. Variabel Lingkungan : Argumen
Bahwa implementasi suatu kebijakansangat dipengaruhi oleh lingkungan(konteks) di mana kebijakan tersebutdiimplementasikan.
Dengan demikian kebijakan-kebijakannasional keberhasilanimplementasinya akan sangatditentukan oleh lingkungan pemerintahdaerah di mana kebijakan tersebutdiimplementasikan.Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 2
Asumsi
State ecological capacity melihat bahwapemerintah daerah sebagai suatuorganisma (sebagaimana Morgan melihatorganisasi dengan berbagai metaphor).
Sebagai suatu organisma maka kehidupanatau kelangsungan hidup pemda sangattergantung pada lingkungannya.
Atau sebagai suatu sub-sistem, kinerjapemda sangat dipengaruhi komponen-komponen sistem yang lebih besar.
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 3
Asumsi-lanjut
The ecological setting includesenvironmental conditions surroundingimplementation that have recognizableon the implementation process,
That is public policy are thrust intoalready structured social and physicalenvironment that may either resist orfacilitate those policies being carriedout. Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 4
The Organisational EnvironmentPerspective
Dipakai untuk memahami hubungan antaralembaga pengimplementasi denganlingkungan mereka Resource dependence model: untuk
menjelaskan bagaimana implementasi dibentukkarena adanya pertukaran sumberdayaekonomi, politik dan informasi.
Institutional rules: pertukaran sumberdayatersebut dipengaruhi oleh institusi yang adadisekitarnya. Institusi ini bisa menjadi faktorpendorong dan faktor penghambat terjadinyapertukaran tersebut (Echeverri-Gent, 1993:22).
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 5
Political Authorities
(executive and Legislature
Implementing Agencies
Environmental actors:
Interest Groups, Other Agencies,General Public
Exchange of economic,political, andinformation resources
Exchange of economic,political, andinformation resources
Exchange of economic,political, and informationresources
Institusional:aturan (formaldan informal)
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 6
Implikasi
Pemda sebagai suatu organisma,ketika bertanggungjawabmengimplementasikan kebijakan makakeberhasilannya sangat tergantungpada dukungan lingkungannya,apakah lingkungannya mendukungatau justru menghambat.
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 7
Definisi
State ecological capacity refers to thecontextual environment within statesthat acts as an inducement orconstraint on the freedom of action ofstate government. It is a set ofconditions that sets limits on (orprovides opportunities for) what thestates can do (or cannot do) (Gogginet al., 1990: 138).
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 8
Tiga komponen ekologi menurutGoggin
State economic capacity State political capacity State situational capacity
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 9
Kemampuan Ekonomi
Seberapa besar potensi ekonomi yangdimiliki oleh pemerintah daerah dalammengimplementasikan suatu kebijakan Pendapatan Daerahbudget (APBD) Personel income Per-capita spending
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 10
Beberapa Bukti
O’toole (1986): Hampir 50 % studiimplementasi menyebut bahwa sumberdaya(keuangan dll) adalah krusial untukmewujudkan implementasi yang efektif.
Sabatier and Mazmanian (1980): Ada batassumberdaya tertentu yang harus dipenuhiagar implementasi berhasil.
Edwards (1980): Meskipun pesan kebijakanbenar2 dilaksanakan, implementasi kurangefektif tanpa dukungan dana.
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 11
State Political Capacity
Partisan and public opinion Bagaimana pulic opinion, partisanship,
dan mobilisasi kelompok-kelompokkepentingan.
Openness and innovation in the state Apakah pemda cukup terbuka dalam
menerima partisipasi masyarakat.Apakah pemda cukup inovative dalampembuatan gagasan yang mendorongkemajuan dan partisipasi masyarakat.Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 12
State Political-Lanjut
Political culture, yaitu budaya politikyang ada pada pemerintah daerah. Individualistic (government as a
business) Tradisionalistic (government as an elitist
group) Moralistic (government pursuit common
wealth)
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 13
Lanjutan
Grindle dalam penelitiannya menemukan bahwavariabel lingkungan seperti sistem politik,sangatberpengaruh terhadap kinerja implementasikebijakan, khususnya pd negara2 berkembang ygmenjadi objek risetnya.
Cheema, Shabbir dan Rondinelli dalam buku,“Policy Implementation in Developing Countries(1983),”menyatakan bahwa variabel lingkunganseperti sistem politik sangat mempengaruhiberjalan tidaknya desentralisasi pada suatu negara.
Bersambung….
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 14
State situational capacity
Adalah situasi dan kondisi yangkhusus yang meliputi suatu programdan mempengaruhi keberhasilanimplementasi program tersebut.
Faktor-faktor tersebut misalnya Tingkat keseriusan masalah Perhatian media terhadap masalah
tersebutErwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 15
Pemda
Masyarakat
Media
LSM
SektorSwasta
Kel.Kepentingan
Parpol
Budaya
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 16
PERINGKAT INVESTASI TERBAIK DAERAH
Kategori Faktor Kabupaten Kota
Umum Purwakarta Kediri
Kelembagaan Indramayu Gorontalo
Sosial Politik Magetan Mojokerto
Ekonomi daerah Asahan Balikpapan
Produktivitas dan TenagaKerja
Gresik Kediri
Infrastruktur Karawang DKI Jakarta
Sumber: Kompas 25 Februari 2005Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 17
Pendapat Lain
Cheema, Shabbir dan Rondinellimemetakan 5 hal yg dapat dianalisis terkaitpengaruh variabel lingkungan terhadapkinerja implementasi kebijakan, yi:
1. Pembuatan kebijakanMaksudnya adalah siapa2 ataulembaga/badan2 mana saja yang berperandalam membuat suatu kebijakan. Dengankata lain, siapa yang menjadi policymaker?
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 18
Pendapat Lain
2. Kemampuan pimpinan dalam membuatterobosanPimpinan suatu negara ataudepartemen/instansi patut dipertanyakanapakah memiliki keberanian dalammengambil risiko. Apabila ‘ya,’ maka diaakan mampu membuat terobosan 2 barutanpa harus menunggu petunjuk atasanatau petunjuk teknis dan pelaksanaan suatukebijakan seperti desentralisasi.
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 19
Pendapat Lain
3. Sosial BudayaApakah kondisi sosial dan budaya mendukungapabila desentralisasi dilaksanakan? Misalnyaapakah masyarakat daerah sudah mampu untukmenjalankan pemerintahan yang otonom? Jangansampai, ketika desentralisasi dijalankan,masyarakat atau pejabat daerah belum siap.Demikian pula dengan pejabat daerah, janganmenjadi “raja2” kecil di daerah, karena merasatelah semakin berkuasa.
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 20
Pendapat Lain
4. Organisasi Masyarakat SasaranBiasanya organisasi2 di daerah masihbersifat tradisional. Dalam pengambilankeputusan misalnya, di daerah telah adamekanisme tertentu (kearifan lokal). DiTapanuli misalnya, ada yang dinamakan“marsiadapari dan tonggo raja,” di Balidinamakan “Banjar,” di Jawa adadinamakan “selapanan.” Dengandesentralisasi, apakah organisasi ini dapatdipermodern?
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 21
Pendapat Lain
5. Infrastruktur Fisik dan PolitikBagaimana infrastruktur di daerah? Apakahbenar2 telah ada dan siap? Demikian puladengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) dan Partai Politik (Parpol). Lengkapatau tidaknya infrastruktur ini sangatmenentukan apakah desentralisasidilaksanakan atau tidak dan berhasil atautidak.
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 22
4. Variabel Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran merupakanvariabel yang sering terlupakan.
Studi implementasi yang lebihdemokratis menganjurkan perlunyamemperhatikan peran kelompoksasaran ini sejak awal, mulai dariagenda setting-implementasi
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 23
Karakteristik KelompokSasaran
Unitnya: Kelompok (komunitas) Keluarga Individu
Letak geografis: Desa Kota
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 24
Karakteristik KelompokSasaran
Status sosial ekonomi Pendapatan Pendidikan Pemilikan modal
Gender Laki-laki Perempuan
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 25
Karakteristik KelompokSasaran
Usia Anak-anak Remaja Dewasa
Pekerjaan/sektor Petani Pedagang PNS
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 26
5. Variabel Individu/Sikap Pelaksana
Merupakan variabel independen yg patutjuga diperhatikan.
Merupakan pihak yang langsungmengimplementasikan kebijakan.
Parameter untuk mengukur variabel iniadalah dengan menggunakan sikap danperilaku si individu (aparat birokrasi).
Kesungguhan individu sebagai pelaksanasangat menentukan mencapai kinerjaimplementasi kebijakan.
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 27
5. Variabel Individu/Sikap Pelaksana
Parameter lain yang dapat digunakanadalah daya nalar dan kemampuannyadalam menerjemahkan dan melaksanakankebijakan.
Daya nalar dan kemampuan yg rendahtentunya akan memberikan kinerja yangrendah pula.
Hal ini khusus bagi individu pelaksana yangberada pada jaringan birokrasi yang palingbawah.
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 28
Bias Pemahaman ImplementasiKebijakan
Pusat
Provinsi
Kabupate/Kota
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 29
Bias Pemahaman ImplementasiKebijakan
Dari pusat-daerah provinsi, biasanya bias dalammemahami maksud sebuah kebijakan masih kecil.
Ketika sampai pada daerah kota/kabupaten, biasyang muncul mulai besar, seperti apa maksud danbagaimana mengimplementasi kebijakan itu.
Ketika sampai pada tingkat kecamatan, bias itusemakin besar, seperti kesulitan dalam memahamicara-cara pencapaian sasaran dan tujuankebijakan.
Ketika sampai pada tingkat desa/kelurahan, bias itumenjadi besar, misalnya mereka baru akan bekerjasetelah ada petunjuk atasan/pimpinan.
Misalnya, kebijakan IDT.Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 30
Top Related