NGALE
Pertanggungjawaban Tertulis Penciptaan Musik Etnis
Oleh
Putu Eman Sabudi Subandi1410540015
Tugas Akhir ini Diajukan Kepada Dewan PengujujiJurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia YogyakartaSebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Sarjana S-1
dalam Bidang Etnomusikologi2018
2
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Motto Hidup
Pengabdian kepada Manusia,Alam dan Tuhan.
HALAMAN PERSEMBAHAN
5
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Karya ini saya persembahkan untuk:
* Kedua orang tuaku tercinta, Bapak I Made Subandi dan Ibu Gusti Ayu
Ambarawati yang selalu memberikan cinta dan kasih kepada anak-anaknya.
* Kedua adik tercinta, Kadek Ayu Mira Subandi dan Komang Saneswara Subandi
yang menjadi penyemangat dalam hidup.
* Almarhum Kakek I Made Dig dan Almarhum Nenek Ni Wayan Saba yang tiada
hentinya mendoakan cucunya.
6
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida
Sang Hyang Widhi Wasa) yang telah melimpahkan rakhmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan pertangggungjawaban Karya Tugas Akhir
yang menajuk Ngale ini tepat pada waktunya. Rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya penulis ucapkan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang
terlibat dalam hal penyusunan maupun pementasan tugas akhir ini kepada:
Bapak Dr. I Nyoman Cau Arsana, S.Sn., M.Hum. selaku dosen pembimbing I
yang banyak memberikan kontribusi berupa saran dan arahan, baik dalam
konsep garapan/komposisi dan teoretik pertanggungjawaban karya.
Bapak Warsana, S.Sn., M.Sn. selaku dosen pembimbing II yang banyak
memberikan kontribusi berupa saran dan arahan, baik dalam konsep
garapan/komposisi dan teoretik pertanggungjawaban karya.
Drs. Supriyadi, M.Hum. dan Dra. Ela Yulaeliah, M.Hum. selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Etnomusikologi yang telah memberikan arahan selama
proses penyusunan pertanggungjawaban karya ini.
Drs. Sudarno, M.Sn selaku dosen wali yang selama masa perkuliahan selalu
memberikan waktu, perhatian dan dukungan.
Seluruh staf pengajar Jurusan Etnomusikologi yang telah memberikan pengajaran
baik ilmu pengetahuan maupun moral selama perkuliahan.
Seluruh karyawan di Jurusan Etnomusikologi, mas Bowo, mas Paryanto, mas
Maryono, serta karyawan/karyawati Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta
yang berperan dalam urusan pengelolaan selama perkuliahan.
7
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Seluruh pemusik yang membantu dalam proses penggarapan karya Ngale: Yasir
Rapa-Rapa, Edip Cheese dan Putu Kopata.
Seluruh teman-teman Kami Sendiri Production yang telah membantu melancarkan
pementasan karya Tugas Akhir.
Keluarga Besar Pekak Dig yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
Riska Ayuliana yang selama hampir dua tahun bersedia mendukung dan
mendampingi penulis terutama pada proses ujian Tugas Akhir ini.
Kadek Anggara yang menjadi teman menulis dan diskusi setiap malam di griya
orange.
Bibah yang membantu proses print pertanggungjawaban karya ini.
Ucapan terima kasih penulis kepada rekan-rekan, teman-teman yang telah
membantu melancarkan terselesaikannya Tugas Akhir ini, baik moril maupun
materiil.
Akhirnya, tundukkan kepala dan segenap kerendahan hati penulis sadari
sepenuhnya bahwa karya maupun laporan pertanggungjawaban ini masih banyak
kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran pengapresiasi,
merupakan gantungan harapan penulis menutupi segala kekurangan, dan tentunya
dapat memangkas jembatan lebar kekurangan penulis dengan kesempurnaan.
Yogyakarta, 3 Juli 2018
Penulis
8
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iiiHALAMAN PERNYATAAN......................................................................... ivHALAMAN MOTTO..................................................................................... vHALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viKATA PENGANTAR...................................................................................... viiDAFTAR ISI.................................................................................................... ixINTISARI........................................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUANLatar Belakang............................................................................................ 1Rumusan Ide Penciptaan............................................................................. 3Tujuan dan Manfaat Penciptaan.................................................................. 3
Tujuan................................................................................................... 3Manfaat................................................................................................. 4
Tinjauan Sumber......................................................................................... 4Lingkungan Sosial................................................................................ 4Sumber Pustaka.................................................................................... 5Karya Seni............................................................................................ 6
Metode Penciptaan...................................................................................... 8Eksplorasi............................................................................................. 8Improvisasi........................................................................................... 10Pembentukan......................................................................................... 10Penyajian............................................................................................... 13
BAB II. ULASAN KARYAIde dan Tema......................................................................................... 14
Ide Penciptaan................................................................................. 14Tema Penciptaan............................................................................. 14
Bentuk dan Struktur.............................................................................. 15Bentuk (Form)................................................................................ 15Struktur Komposisi......................................................................... 16
PenyajianMusikal........................................................................................... 19
Bagian Satu............................................................................... 20Bagian Dua............................................................................... 33Bagian Tiga............................................................................... 41Bagian Empat............................................................................ 45
Non Musikal................................................................................... 56
9
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Tata Letak Instrumen................................................................ 56Pemain...................................................................................... 57Tempat...................................................................................... 57Tata Cahaya (Lighting)............................................................. 57Sound System............................................................................ 57Kostum...................................................................................... 57
BAB III. KESIMPULANKesimpulan........................................................................................... 59Kepustakaan.......................................................................................... 60Diskografi............................................................................................. 61Glosarium............................................................................................. 62Lampiran............................................................................................... 63
10
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
INTISARI
Kale merupakan salah satu jenis tabuh atau gending pada karawitan Bali. Tabuh ini sedikit berbeda dari jenis tabuh lainnya. Hal itu bisa didengar dan dilihat dari teknik permainannya yang sederhana, yaitu hanya menggunakan satu nada saja. Ketertarikan penulis terhadap jenis tabuh kale dikarenakan dalam tabuh ini hanya menggunakan satu nada saja. Dari kesederhanaan dan keunikan tabuh kale, penulis ingin memberi tawaran baru dengan mengambil ide kale kedalam bentuk komposisi musik etnis dengan pengembangan aspek musikal. Fenomena tersebut mengilhami penulis untuk mencoba mengeksplorasi konsep kale kedalam karya penciptaan musik etnis yang diberi judul Ngale. Metode penciptaan karya Ngale menggunakan teori Alma M. Hawkins. Teori tersebut meliputi tahap eksplorasi, improvisasi dan pembentukan. Selain teori Hawkins, pada proses pembentukan karya ini mencoba mengaplikasikan metode Karl-Edmund Prier SJ. Beberapa metode tersebut seperti pelebaran pola atau motif, penyempitan motif, pengurangan motif, kontrapung, pengolahan harmoni, kanon dsb, metode tersebut digunakan untuk memaksimalkan dalam proses pembentukan karya Ngale.
Penambahan prefiks N- menjadi Ng- dalam istilah bahasa Bali menunjukan kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Dengan demikian, penambahan prefiks N- menjadi Ng- pada kata kale menunjukan subjek sedang melakukan aktivitas permainan tabuh kale. Aktivitas permainan tabuh kale dimaksudkan penulis untuk menunjukan bahwa karya ini bersumber dari tabuh kale. Karya Ngale menggunakan media gamelan bali. Media tersebut berbentuk pencon yang terdiri dari instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli. Dari penerapan teori Prier dalam bukunya yang berjudul Ilmu Bentuk Musik sangat membantu penulis dalam tahapan atau langkah-langkah untuk membuat komposisi musik. Pada karya Ngale mencoba memaksimalkan sesuatu hal yang sederhana agar menjadi lebih kompleks.
Kata Kunci: Kale, Ngale, pengembangan aspek musikal, pencon.
11
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kale dalam istilah karawitan Bali yaitu salah satu jenis lagu yang sering
dimainkan dalam upacara keagamaan Hindu di Bali. Lagu dalam istilah karawitan
Bali disebut tabuh dan dalam istilah karawitan Jawa biasanya disebut gending.
Ada banyak macam jenis tabuh dalam gamelan Bali, namun penulis tertarik
dengan salah satu jenis tabuh yaitu kale. Tabuh kale sedikit berbeda dengan jenis
tabuh lainnya. Hal itu bisa didengar dan dilihat dari teknik permainannya yang
sangat sederhana, yakni menggunakan satu nada saja. Tabuh kale terdiri dari
delapan ketukan yang memainkan nada deng (3) serta setiap ketukan genap
mendapat pukulan gong.1 Selain nada deng (3), tabuh kale juga memainkan
beberapa nada lain yang dihasilkan oleh ornamentasi pukulan reyong di
dalamnya. Meskipun terdengar nada-nada lain, titik berat permainan reyong
mengarah ke tonika yang dituju yaitu nada deng (3).
Menurut sepengetahuan penulis, di lingkungan seniman karawitan Bali
pukulan gong dalam tabuh kale dimainkan pada ketukan keempat dan kedelapan,
serta pukulan kempur dimainkan pada ketukan kelima dan ketujuh. Dengan
demikian, pukulan kolotomis tabuh kale yang dimainkan sama dengan pukulan
kolotomis tabuh gilak, hanya saja terdapat perbedaan dalam jumlah nada yang
dimainkan. Dilihat dari jumlah nada yang dimainkan, tabuh kale berbeda dengan
1IWM Aryasa, Komang Astita, I Nyoman Rembang, I Wayan Beratha, I Gst. Ag. Ngr.
Supartha, I Gst. Bagus Arsadja, Ida Bagus Oka Windhu, I Wayan Simpen, Pengetahuan Karawitan Bali (Denpasar: Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian Bali, 1984/1985), 66.
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
tabuh lainnya. Jenis-jenis tabuh selain bentuk tabuh kale menggunakan lebih dari
satu nada dalam satu permainan gending.
Bentuk kale yang sederhana dan unik, merangsang pengkarya untuk
mencoba memberi tawaran baru dengan mengambil ide kale ke dalam bentuk
komposisi musik etnis dengan pengembangan aspek musikal seperti
pengembangan motif, memainkan lebih banyak nada, perubahan dinamika
(tempo) serta penggunaan instrumen yang berbeda.
“Fenomena musikal merupakan sebuah cara yang digunakan oleh seniman Bali untuk membuat suatu gagasan karya baru yang mereka ciptakan. Fenomena musikal mencakup hal-hal yang terkait dengan peristiwa musikal, baik itu peristiwa yang telah terjadi maupun konsep pemikiran untuk menghadirkan model-model bunyi yang tergarap baru”.2
Mengacu pada ungkapan Ardana mengenai metode penciptaan yang bersumber
dari fenomena musikal, merupakan salah satu cara yang digunakan seniman
karawitan Bali untuk membuat suatu gagasan atau ide baru yang mereka
ciptakan.
Sepengetahuan penulis, khususnya di lingkungan seniman karawitan Bali,
ide kale jarang digunakan sebagai sumber penciptaan musik etnis. Fenomena di
atas kemudian mengilhami penulis untuk mencoba mengeksplorasi konsep bentuk
kale ke dalam karya penciptaan seni musik etnis yang diberi judul Ngale.
Penambahan prefiks (awalan) N- menjadi bunyi Ng- muncul pada kata
dasar yang berawalan bunyi k, g, a, i u e o, l, r, w, y. Fungsi gramatikal (tata
bahasa) prefiks N- menjadi Ng- untuk menunjukkan kata kerja aktif baik transitif
2I Ketut Ardana, “Metode Penciptaan Karya-Karya Baru Karawitan Bali”, dalam
Yudiariyani, et al, ed., Karya Cipta Seni Pertunjukan (Yogyakarta: ISI Yogyakarta, 2017), 354.
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
(membutuhkan objek) maupun intransitif (tidak membutuhkan objek).3 Kalimat
aktif dalam penambahan prefiks N- menjadi Ng- dalam bahasa Bali menunjukkan
kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Contoh
penerapan prefiks N- menjadi Ng- seperti pada kata atur menjadi ngatur, sehingga
kata atur yang sudah berubah menjadi ngatur menunjukkan subjek sedang
mengatur. Dengan demikian, penambahan prefiks N- menjadi Ng- pada kata kale
untuk menunjukkan subjek sedang melakukan aktivitas permainan tabuh kale.
Aktivitas permainan tabuh kale dimaksudkan penulis untuk menunjukkan bahwa
karya ini bersumber dari ide tabuh kale.
B. Rumusan Ide Penciptaan
Rumusan ide penciptaan dalam pengertian secara harafiah bermakna
paparan yang jelas mengenai ide dasar pemikiran sebuah penciptaan karya seni.
Dari paparan di atas muncul pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana mewujudkan ide kesederhanaan pada bentuk tabuh kale yang
hanya menggunakan satu nada ke dalam bentuk komposisi musik etnis diberi
judul Ngale?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan:
a. Personal
Tujuan dari penciptaan karya ini adalah mengembangkan kale yang hanya
menggunakan satu nada ke dalam bentuk komposisi musik.
3Dewa Ayu Nyoman Suindratini, I Made Gosong, I Wayan Rasna, Interferensi Bahasa
Bali dan Bahasa Asing dalam Cerita Lisan Bahasa Indonesia Kelas VII Siswa SMP Negeri 10 Denpasar, https://media.neliti.com/media/publications/206938-interferensi-bahasa-bali-dan-bahasa-asin.pdf. Akses 22 mei 2018.
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
b. Akademik
Sebagai persyaratan guna mendapatkan gelar S-1 pada Jurusan
Etnomusikologi, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Yogyakarta.
c. Lingkungan Masyarakat
Skripsi penciptaan ini sepenuhnya dapat diakses oleh masyarakat luas
guna kepentingan lebih lanjut sebagai bagian dari pembelajaran.
2. Manfaat:
a. Personal
Sebagai pengembangan kompetensi diri penata yang melingkupi sisi
teknik dan sisi penggalian ide kreatif penciptaan (menggagas nilai tradisi).
b. Akademik
Sebagai referensi mengenai ide-ide dan proses kreatif dalam pembuatan
karya seni.
c. Lingkungan Masyarakat
Berbagi mengenai pemikiran mengenai proses kreatif dalam berkarya.
D. Tinjauan Sumber
Komposisi musik ini terwujud tidak terlepas dari sumber-sumber yang
memberi acuan, inspirasi, dan referensi. Sumber tersebut berupa karya seni, karya
pustaka maupun hasil dari wawancara. Berikut penjelasan mengenai sumber-
sumber yang digunakan sebagai referensi.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan merupakan tempat berinteraksi, bergaul, saling bertukar
pendapat dan belajar. Penulis beranggapan lingkungan sosial mampu membentuk
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
kepribadian karakteristik seseorang. Lingkungan merupakan hal terdekat dengan
keseharian, dan sangat besar kemungkinan apabila kita terinspirasi darinya. Ide
membuat komposisi Ngale muncul ketika penulis mengingat kembali saat sedang
berbincang-bincang dengan salah satu teman. Perbincangan itu mengenai proses
berkarya atau membuat komposisi musik bersumber dari objek yang memiliki
unsur bunyi atau menghasilkan bunyi. Hal tersebut mengarahkan pemikiran
penulis untuk mencoba mencari objek yang memiliki sumber bunyi. Penulis
kemudian berpikir tentang aspek-aspek musikal pada karawitan Bali. Sangat
banyak aspek musikal pada karawitan Bali yang bisa di kembangkan, salah
satunya pengembangan aspek musikal pada tabuh kale.
2. Pustaka
Selain lingkungan sosial, ada beberapa buku yang dijadikan referensi
dalam pembentukan komposisi yang berjudul Ngale. Buku-buku tersebut adalah
sebagai berikut.
Alma M. Hawkins, Mencipta Lewat Tari Terj. Y. Sumandyo Hadi
(Yogyakarta: Manthili, 2003). Buku ini membahas mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan tari salah satunya ialah pengembangan kreativitas. Dalam buku
tersebut pada halaman 22 – 41 dijelaskan proses-proses kreatif dalam mencipta
sebuah karya tari mulai dari tahap eksplorasi, improvisasi dan pembentukan. Buku
ini dijadikan pegangan untuk metode penciptaan dalam karya yang berjudul
Ngale.
IWM Aryasa, Komang Astita, I Nyoman Rembang, I Wayan Beratha, I
Gst. Ag. Ngr. Supartha, I Gst. Bagus Arsadja, Ida Bagus Oka Windhu, I Wayan
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
Simpen, Pengetahuan Karawitan Bali (Denpasar: Dapartemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian
Bali, 1984/1985). Dalam buku ini terdapat penjelasan mengenai gending kale.
Pada halaman 66 yang dijelaskan bentuk kale yang menggunakan satu nada dan
setiap hitungan kedua mendapat pukulan gong. Buku ini sebagai referensi untuk
membuat pertanggungjawaban serta dalam proses pembuatan komposisi agar
tidak kehilangan esensi kale.
Karl-Edmund Prier SJ, Ilmu Bentuk Musik (Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi, 1996). Dalam buku ini dijelaskan jenis-jenis bentuk lagu secara rinci.
Buku tersebut juga terdapat penjelasan mengenai pelebaran, penyempitan tema,
kontrapung kanon dsb. Penulis menjadikan buku tersebut sebagai pegangan untuk
pembuatan dan pengolahan dalam komposisi musik yang bertajuk Ngale.
3. Karya Seni
Anomali – I Putu Gede Sukaryana (Komposer). Karya ini ditampilkan kali
pertama pada acara ulang tahun GEOKS Singapadu pada tahun 2013. Anomali
merupakan karya ekplorasi yang menggunakan media ungkap pencon yang
berlaras pelog/slendro dengan mengembangkan pola permainan dan teknik
berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Alasan penulis memilih karya ini
sebagai referensi karena terdapat keunikan dalam bentuk karya, pemilihan
instrumen, serta eksplorasi. Pembeda dengan karya yang akan dibuat terletak pada
penggunaan reyong yang berbeda nada dasar yang nantinya susunannya akan
diacak, serta lebih memaksimalkan instrumen dengan mencari kemungkinan-
kemungkinan suara lain yang akan dihasilkan dari instrumen pencon.
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
X – I Putu Gede Sukaryana (Komposer). Karya ini ditampilkan kali
pertama pada acara Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2016. Karya ini merupakan
satu ide dasar dari karya sebelumnya yang berjudul Anomali. Instrumen yang
digunakan masih sama yaitu berbentuk pencon, namun pada karya ini instrumen
ditata berbentuk X. Alasan penulis memilih karya ini sebagai referensi karena
penyusunan instrumen. Menurut pengamatan penulis instrumen yang disusun
berbentuk X memudahkan setiap pemusik memainkannya tanpa harus berpindah
posisi. Pembeda dari karya yang dibuat terletak pada teknik permainan dan
penyikapan instrumen.
Driping Water/Yeh Ngetel– I Dewa Ketut Alit (Komposer). Tidak banyak
informasi yang didapatkan tentang karya ini. Driping Water/Yeh Ngetel
merupakan karya yang dimainkan menggunakan media ungkap gamelan Salukat
(gamelan baru). Namun dalam karya ini lebih dominan menggunakan pencon.
Alasan penulis memilih karya ini menjadi referensi karena terdapat keunikan
dalam bentuk karya (pola permainan) dan pemilihan instrumen. Pembeda dari
karya yang akan dibuat terletak pada pemilihan instrumen dengan skala yang
lebih kecil.
Close At – I Kadek Dwi Santika (komposer). Karya ini ditampilkan kali
pertama dalam ujian penciptaan musik di Pasca Sarjana ISI Yogyakarta tahun
2015. Karya ini dimainkan oleh tiga orang yang menggunakan kentongan bambu
sebagai instrumennya. Teknik permainan dalam karya ini tidak begitu rumit,
namun karena setiap instrumen memiliki pola permainan yang berbeda-beda
komposisi ini terdengar rumit. Kerumitan itu dihasilkan oleh jalinan ritmis yang
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
saling berkaitan satu dengan lainnya. Karya ini dijadikan referensi karena teknik
permainan dan pengembangan motif. Pembeda dari karya yang akan dibuat
terletak pada pemilihan instrumen dan pola permainan yang akan menonjolkan
pola ubit-ubitan.
E. Metode Penciptaan
Dalam proses penciptaan sebuah karya seni tentu saja ada tahapan-tahapan
atau metode yang digunakan guna mewujudkan gagasan yang yang terpupuk di
dalam otak manusia. Pada proses kali ini penulis menggunakan teori Alma M.
Hawkins sebagai sebagai metode penciptaan. Teori Hawkins sering digunakan
untuk metode penciptaan di jurusan seni tari, namun teori tersebut juga bisa
digunakan dalam penciptaan musik etnis.
Teori mencipta tersebut meliputi dari tahap eksplorasi, improvisasi dan
pembentukan.4 Proses pembuatan karya seni tidaklah instan, perlu beberapa
tahapan yang harus melibatkan proses yang panjang dan maksimal. Berikut ini
adalah proses dalam penciptaan karya musik etnis yang bertajuk Ngale.
1. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan proses berpikir, berimajinasi serta merasakan dan
merespons suatu objek untuk mencari kemungkinan-kemungkinan lain yang
ditemui dan akan dijadikan bahan untuk menciptakan karya seni. Hawkins
menuliskan bahwa :
“Eksplorasi termasuk berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespons. Berlawanan dengan proses imitatif, proses ini aktivitas merespons harus diarahkan sendiri. Eksplorasi berbeda dari improvisasi
4Alma M. Hawkins, Mencipta Lewat Tari, Terj. Y. Sumandyo Hadi (Yogyakarta:
Manthili, 2003), 22.
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
dan komposisi, seperti tanda-tanda dari aktivitas ini dimotivasikan dari luar”.5
Dalam proses penciptaan ini juga melalui tahapan tersebut. Rangsang awal
atau pemikiran dalam penciptaan ini dimulai dari kegelisahan penata terhadap
suatu hal yang sederhana. Penata berpikir dalam kesederhanaan terdapat sesuatu
yang bermakna dan mendalam. Dewasa ini suatu yang rumit selalu dicari-cari dan
tanpa disadari kerumitan itu muncul karena adanya kesederhanaan. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya ide yang berkaitan dengan kesederhanaan muncul
ketika penulis mengingat ada satu jenis tabuh pada gamelan Bali yaitu kale.
Eksplorasi dilakukan ketika saat awal proses akan dimulai. Pada proses
penggarapan karya Ngale terlebih dahulu dilakukan pemilihan instrumen. Proses
pemilihan instrumen dilakukan sebelum memulai proses latihan dengan pemusik.
Pemilihan instrumen mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap hasil
dari karya musik etnis. Instrumen yang digunakan dalam karya Ngale yaitu
berbentuk pencon. Ketertarikan terhadap instrumen berbentuk pencon
dikarenakan jika instrumen ini diolah dari cara penyikapan/cara memainkan akan
menghasilkan karakter bunyi yang cenderung lebih beragam dari instrumen yang
berbentuk bilah. Selain itu instrumen pencon bisa diposisikan sebagai instrumen
melodi dan ritmis. Setelah pemilihan instrumen atau media yang akan digunakan,
penata mulai memilih ritmis-ritmis, nada-nada dan pencarian karakter suara yang
akan digunakan untuk menambah perbendaharaan motif-motif yang nantinya akan
berpengaruh besar dalam komposisi ini. Proses kreatif ini pun akan terus berjalan,
5Hawkins, 24.
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
10
dan berkembang sesuai dengan imajinasi, hingga sampai menemukan tahap akhir
dalam penggarapan.
2. Improvisasi
Improvisasi adalah cara bermain musik tanpa perencanaan atau pun bacaan
partitur tertentu.6 Proses improvisasi untuk mencari teknik-teknik permainan serta
pengembangan yang dilakukan tanpa adanya konsep sebelumnya, namun tidak
menutup kemungkinan juga terdapat konsep sebelum melakukan improvisasi.
Proses ini bisa terjadi secara spontanitas dan dilakukan berulang-ulang untuk
menemukan pola-pola yang diinginkan. Proses improvisasi sering digunakan saat
pembuatan atau pembentukan pola-pola ritme dan melodi yang akan disusun
sebagai pondasi awal dari karya Ngale.
Pada proses kali ini, penata lebih banyak menuangkan idenya secara
spontanitas saat latihan bersama pemusik, namun tidak menutup kemungkinan
juga sudah dipikirkan sebelumnya oleh penata. Proses improvisasi dalam karya
Ngale dilakukan pada awal proses dengan pemusik, tepatnya pada pertemuan
awal. Proses ini dilakukan dengan cara mendengarkan kembali hasil dari rekaman
saat proses latihan agar bisa mengevaluasi untuk mencari bagian-bagian yang
mungkin perlu dikembangkan, dihilangkan, dan diubah maupun diperbaharui
kembali.
3. Pembentukan
Proses pembentukan komposisi dilakukan dengan cara pemilihan beberapa
motif kecil yang kemudian akan dikembangkan lagi agar tidak terlalu banyak
6Pono Banoe, Kamus Musik (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 193
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
11
motif yang dibuat. Ada beberapa proses pembentukan antara lain: menyusun
motif menjadi pola, menyusun nada menjadi melodi, menyusun nada menjadi
harmoni, menyusun ritme-ritme sederhana yang dimainkan secara kanon,
mengembangkan pola ubit-ubitan serta penyikapan atau cara memperlakukan
instrumen secara berbeda untuk mencari kemungkinan bunyi-bunyi lain yang
dihasilkan dari instrumen yang digunakan. Pembentukan karya ini juga
memperhitungkan estetika di dalamnya. Seperti pendapat DeWitt H. Parker dalam
bukunya The Principles of Aesthetics yang dikutip Liang Gie mengatakan bahwa
ada enam asas dari bentuk estetis yaitu: organic unity (asas kesatuan utuh), the
principle of theme (asas tema), the principle of thematic variation (asas variasi
menurut tema), the principle of balance (asas keseimbangan), the principle of
evolution (asas perkembangan), the principle of hierarchy (asas tatajenjang).7
Selain ke enam asas tersebut juga mucul teori lainnya yang menjelaskan tentang
teori bentuk estetis. Seperti pendapat Monroe Beardsley dalam bukunya
Aesthetics: Problems in the Philosophy of Criticism yang dikutip Liang Gie
mengatakan bahwa ada tiga ciri yang menjadi sifat-sifat membuat baik (indah)
dari benda-benda estetis pada umumnya. Ketiga ciri tersebut yaitu: kesatuan
(unity), kerumitan (complexity) dan kesungguhan (intensity).8 Dari sembilan teori
menurut DeWitt H. Parker dan Monroe Beardsley yang telah dijelaskan di atas,
pada proses pembentukan karya ini lebih berpijak pada beberapa asas yaitu:
kesatuan (unity), kerumitan (complexity), kesungguhan (intensity), the principle of
balance (asas keseimbangan) dan the principle of evolution (asas perkembangan).
7The Liang Gie, Garis Besar Estetik (filsafat Keindahan) (Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, 1976), 46-47.
8Gie, 48.
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
12
Kesatuan (unity) pada karya ini diberi tanda dengan menghadirkan tabuh
kale pada bagian awal dan bagian akhir yang bertujuan untuk mengikat menjadi
satu kesatuan proses kreativitas yang berada di tengah-tengah tabuh kale.
Kerumitan (complexity) pada komposisi ini ditandakan dengan permainan
interlocking yang dihasilkan karena setiap instrumen memiliki pola permainan
yang berbeda-beda. Kerumitan itu dihasilkan oleh jalinan motif atau ritmis yang
saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga menghasilkan interlocking atau
ubit-ubitan yang terdengar rumit. Kesungguhan (intensity) yang dengan kata lain
adalah penekanan. Pada karya ini ditandakan dengan penekanan pada setiap
bagian yang memiliki penonjolan yang berbeda yaitu: bagian satu lebih
menonjolkan permainan ritmis, bagian dua lebih menonjolkan permainan melodi,
bagian tiga lebih menonjolkan permainan timbre dan bagian empat menonjolkan
penggabungan pola ritmis dengan melodi. Asas keseimbangan (the principle of
balance) dalam karya ini ditandakan dengan permainan antara instrumen satu
dengan lainnya memiliki intensitas pukulan yang sama, sehingga jalinan yang
dibentuk dari motif setiap instrumen terdengar seimbang atau balance. Asas
perkembangan (the principle of evolution) dalam karya ini ditandakan dengan
proses pengembangan motif sederhana yang dikembangkan hingga menjadi
kompleks.
Karya ini cenderung menggunakan melodi atau ritmis yang sama antara
pemusik satu dengan lainnya, namun agar tidak terlihat monotone penata
mencoba mengaplikasikan metode Karl-Edmund Prier SJ dalam pembentukan
karya ini. Beberapa metode tersebut seperti pelebaran pola atau motif,
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
13
penyempitan pola atau motif, pengurangan pola atau motif, polyrhytmic,
pengolahan harmoni, kanon dsb, metode tersebut digunakan untuk
memaksimalkan dalam proses pembentukan karya Ngale. Berikut merupakan
contoh pengembangan tema dalam komposisi Ngale:
motif pokok: 6/8 _j/e/e je/e /je/e je/e j/ee /je/e _ je/e /je/e je/e j/ee /je/e je/e_
Pengurangan/Elis 6/8 _. e . e j.e . _ e . e j.e . e_
Pada karya Ngale dibagi menjadi empat bagian. Setiap bagian dibentuk
tema musikal yang akan dikembangkan dengan menggunakan beberapa teori dari
Karl-Edmund Prier SJ seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
Penjelasan secara rinci mengenai struktur karya Ngale akan dijelaskan pada Bab
selanjutnya.
4. Penyajian
Proses penyajian merupakan dimana saat sebuah karya seni akan
dipentaskan atau ditampilkan di hadapan penonton. Penyajian dari karya Ngale
mencoba menghadirkan komposisi musik etnis yang bersumber dari
kesederhanaan sesuai dengan esensi kale. Penata mencoba memaksimalkan yang
sederhana sehingga menjadi sesuatu yang lebih kompleks. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya karya Ngale menggunakan instrumen yang berbentuk
pecon. Secara rinci penjelasan tentang penyajian karya Ngale akan dijelaskan
pada BAB II.
UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Top Related