KALIMAYA, Vol.3, nomor 2, Agustus 2017.
1 Penulis Penanggung Jawab 2 Penulis Penanggung Jawab
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN
SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI MODEL
“COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK-TALK-WRITE”
Asrofie Kurniawati
Ima Ni’mah Chudari 1
Encep Supriatna 2
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kamus Daerah Serang, Universitas Pendidikan Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari sebuah permasalahan yang terjadi dalam cara belajar pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD Negeri Drangong 2 kelas IV. Dalam hasil observasi di dapati bahwa lebih
dari 60% siswa yang belum bisa menulis pantun dengan baik dan benar. Berakar dari proses
pembelajaran yang disajikan guru kepada muridnya yang hanya menggunakan metode ceramah,
maka sebab itu kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas terlihat pasif, siswa hanya duduk
mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan tanpa interaksi yang hidup dalam aktifitas belajar di
kelas. Melihat permasalahan yang ada, peneliti mencoba menawarkan solusi dengan merancang
model pembelajaran Cooperative Learning tipe “Think.Talk.Write” dimana model ini yakni model
yang membantu anak didik dalam membangun gagasan serta pikiran yang dituangkan kedalam
sebuah tulisan. Oleh karenanya, rumusan penelitian ini ialah langkah-langkah pengimplementasian
model pembelajaran CL tipe TTW dalam menaikan skill menulis pantun di zona belajar tingkat 4.
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan langkah-langkah model “TTW” dalam menambah
kemampuan mencatat pantun di ruang kelas IV. Pola yang dipakai dalam re-search ini yakni class
room re-search yang diadopsi dari model MC Tagart & Kemmis yang terdiri dari 4 babak yaitu;
plan; act; observe; dan reflect. Hasil penelitiannya yaitu, think berarti ‘berfikir’, peserta didik
diberikan kesempatan untuk memikirkan cara penyelesaian masalah. Selanjutnya, talk yang
bermakna‘berbicara’, murid dikasih keleluasaan dalam berdiskusi membahas apa yang sudah
dipikirkannya, sehabis itu write, dimana siswa/i menuangkan segala hasil yang dipikirkan dan
didiskusikan dengan kelompoknya menjadi tulisan. berdasarkan data hasil temuan yang diperoleh
dapat dirangkum bahwa gaya belajar memakai think, talk, write bisa menaikan kemahiran anak didik
dalam upaya menulis pantun.
Kata Kunci : Menulis pantun, Cooperative learning
Asrofie Kurniawati
Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun Siswa Kelas IV Sekolah Dasar...
IMPROVE YOUR WRITING SKILLS GRADE IV ELEMENTARY
SCHOOL USING A MODEL “COOPERATIVE LEARNING
TYPES THINK-TALK-WRITE”
ABSTRACT
This study departs from a problems occurred in the way learning Indonesian Language learning
at State ELEMENTARY SCHOOL Drangong 2 grade IV. In the observations found that more
than 60% of students who have not been able to write welland true pantun. Rooted in the process of
learning is presented to the student teachers that use only methods lectures, learning activities
because it is then that occurred in class look passive, students just sat listening to the explanation
that teachers pass on without a live interaction in the learning activities in the classroom. See existing
problems, researchers try to offer solutions by designing Cooperative learning model
of Learning type "Think. Talk. Write" where this model i.e. models that help students build ideas
and thoughts that poured into his writing. Therefore, this research is the formulation of measures
implementation of model learning CL type TTW in raise the skill of writing your learning level in
zone 4. The purpose of this research describe the steps model "TTW" in adding the ability
of the recorded pantun classroom IV. The pattern used in this re-search i.e. class room re-search
adopted from the model MC Tagart & Kemmis consisting of 4 round namely; plan; Act; observe;
and reflect. The results of his research i.e., think means ' think ', learners are given the opportunity
to think of problem resolution. Furthermore, meaningful ' talk the talk ', pupils be given leeway in
discussing discusses what already is thinking, after that write, where students/i poured all the results
that are well thought out and discussed with his group into the writing. based on
the results obtained can be summarized that the learning style of wearing think, talk, write can
increase student proficiency in writing your
Key words: Writing Pantun, Cooperative learning
KALIMAYA, Vol.3, nomor 2, Agustus 2017.
(Bahasa) menjadi satu dari lain hal
yang sangat dominan dalam membangun
‘interaksi’, sehingga bahasa yang
digunakan akan mempengaruhi terhadap
(perkembangan sosial; emosional);
bahkan “perkembangan intelektual”.
Bahasa yang dibawa oleh seseorang
berakar dari (bahasa awal) yang diperoleh
yang kemudian meningkat seiring dengan
perkembangan yang ada. Dalam
(pembelajaran bahasa) yang terdapat di
sekolah dasar ditujukan untuk “menaikan”
kemampuan interaksi sesama murid
dengan secara lisan maupun tulisan.
Selain itu, (pelajaran bahasa) di tingkat
sekolah dasar juga bersifat menghibur
sekaligus (menumbuhkan) apresiasi
terhadap karya kesastraan yang ada di
(tengah) masyarakat.
Kemahiran menulis menjadi salah
satu hal yang sangat krusial dalam
“pembelajaran bahasa” yang sangat
dibutuhkan untuk melatih murid dalam
membuat suatu tulisan. Tulisan yakni
sesuatu (produk) yang berasal dari sebuah
pemikiran, pengetahuan, imajinasi, ide-
ide atau hal-hal yang “menarik” yang
dituangkan kedalam kata-kata atau
kalimat-kalimat yang menghasilkan
sesuatu dampak bagi pembacanya.
Tulisan yang dihasilkan diharapkan dapat
menampung ide-ide kreatif yang dimiliki
oleh murid, sehingga tulisan yang dibuat
akan menghasilkan kepuasan tersendiri.
Pantun ialah salah satu contoh dari
(hasil) tulisan yang dilakukan dengan
memaparkan ide sesuai dengan cara
penulisan pantun yang berdasarkan pada
ciri-ciri pantun. “Tujuan” mempelajari
sebuah karya sastra pantun bagi siswa/i
sekolah dasar adalah untuk memperta-
hankan suatu “budaya” yang ada dan
mengapresiasikan (karya sastra) itu
sendiri. Oleh karenanya pantun “penting”
untuk dilestarikan sebagai ‘warisan’
sebuah budaya. Walaupun begitu, pada
“kenyataan” yang terjadi pembelajaran
menulis pantun masih sangat ‘jarang’
dipelajari, dalam arti, pada pembelajaran
menulis pantun hanya dilakukan sebagai
wujud apresiasi saja, seperti hanya
membaca pantun yang sudah disediakan
atau mencari sebuah pantun dalam suatu
(bacaan), tanpa adanya kegiatan untuk
mencoba membuat pantun karya sendiri.
Padahal, jika siswa/i diberikan
kesemppatan untuk menuangkan
‘imajinasi’ mereka, mereka akan dapat
lebih mengapresiasikan pan-tun, karena
mereka tahu bahwa pantun itu merupakan
(hasil tulisan) yang mereka buat sendiri.
Sehingga, murid menemukan pengalaman
baru dalam suatu (proses pembelajaran)
yang dilakukannya. Belajar bukan hanya
menerima pengetahuan dari suatu sumber.
Asrofie Kurniawati
Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun Siswa Kelas IV Sekolah Dasar...
Lebih dari itu, (belajar) lebih baik dengan
memberikan suatu pengala-man baru yang
akan berdampak pada suatu hal. Seperti
halnya yang dikatakan vigotsky, bahwa
pengalaman belajar akan “tercapai”
manakala murid bergotong royong
memecahkan (masalah) yang belum
diajarkan namun tetapi masih ditengah
zona kemampuannya atau keadaan
tersebut ditengah Z-P-D (dalam Susanto,
A,2016). Oleh karenanya, dalam
“merancang” sebuah cara pembelajaran
yang membuat murid (terlibat)
didalamnya, guru harus mendalami
banyak (referensi) model/gaya belajar
yang dapat memudahkan murid
mengeksplorasi, mengimaji-nasikan, serta
mengkonstruksikan (seluruh) ide dalam
suatu tulisan.
Berdasarkan hasil studi
pendahuluan, yang ditujukan kepada guru
kelas IV SDN Drangong 2 didapati
terdapat “permasalahan” yaitu; kesusahan
murid dalam membuat suatu ‘produk’
dalam (mata pelajaran) ini. Produk yang
dimaksudkan disini ialah membuat karya
sastra seperti; pantun, puisi, cerpen, dan
lain-lain. Kesulitan siswa dalam menulis
sebuah pantun disebabkan oleh beberapa
hal seperti: kurangnya ‘kesempatan’ yang
di-berikan untuk mencoba suatu penga-
laman yang baru; (ketidakmampuan)
siswa dalam mengembangkan ide-ide
yang mereka miliki; guru belum bisa
menjadi wadah yang murid inginkan
dalam mengembangkan cara pembe-
lajaran serta belum menemukan suatu
“model mengajar” yang tepat untuk
meningkatkan menulis pantun. Hal ini
berdasarkan pada (hasil belajar siswa)
kelas-IV SDN Drangong 2 yang masih
rendah. Menurut (guru) lebih dari 60 % di
dalam kelas kesulitan untuk menulis
pantun.
Think-Talk-Write menjadi suatu
model yang “dirancang” untuk melatih
“kemampuan siswa” dalam “menulis”.
Dalam pembelajarannya model ini lebih
menekankan siswa untuk mengomuni-
kasikan hasil ide yang dimilikinya,
sehingga diharapkan siswa dapat menulis
pantun yang selaras dan baik dengan
memakai (model) ini. Berdasarkan uraian
yang dipaparkan, peneliti tertarik untuk
melakukan pene-litian tersebut.
METODE
Dalam aktifitas penelitian yang
dilakukan, metode yang dipakai ialah
P.T.K yang adaptasi dari model
Mc.Taggart dan Kemmis dengan model
rotation seperti yang dibahas dalam
Wiriaatmadja (2014) terdiri dari empat
komponen penting diantaranya, plan;
implementation, observe, reflect.
Pemilihan untuk memakai method ini
KALIMAYA, Vol.3, nomor 2, Agustus 2017.
dirasakan sesuai dengan ‘kemampuan’
yang dimiliki serta tahapannya cukup
sederhana sehingga mampu dimengeri
dengan baik, karenanya model ini banyak
digunakan karena sifatnya yang fleksibel
sesuai dengan kesanggupan peneliti dalam
melakukan penelitian
Menurut Arikunto S, dkk (2015).
“Penelitian tindak kelas” yakni penelitian
yang (menjelaskan) seluruh proses pem-
belajaran baik sebelum mendapat perla-
kuan serta sesudah mendapat perlakuan
dari awal hingga akhir aktifitas pembe-
lajaran, serta (memaparkan) penyebab
terjadinya hal tersebut.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
di SDN Drangong 2 yang terletak di Jl.
Raya Cilegon, Drangong kecamatan
Taktakan kota Serang, Banten 42162,
yang ditemukan secara purposive
(sengaja) dengan alasan bahwa; sekolah
tersebut menjadi tempat untuk melakukan
P.P.L ‘peneliti’ sehingga terjadi kede-
katan emosional yang membuat peneliti
merasa nyaman dalam (melakukan)
kegiatan penelitian. Responden Penelitian
meliputi peserta ajar di zona tingkat 4
SDN Drangong 2 yang berjumlah 24
peserta ajar, diantaranya 17 laki-laki dan 7
perempuan. Selain siswa/i, responden
yang (terlibat) ialah guru kelas dan semua
warga sekolah. Instrumen yang dipakai
untuk menjadi ‘tolak ukur’ penelitian ini
meliputi;
1. Wawancara
(Aktifitas) ini dilakukan, untuk
mengetahui keterangan dari responden
yang memiliki kaitan dengan penelitian
ini; sepeti guru kelas
2. Tes
Tes ini dipakai untuk mengetahui
tingkat kemahiran anak didik ‘sebelum’
dilakukan perlakuan dan ‘setelah’ dila-
kukan perlakuan. Tes juga (digunakan)
untuk mendapati seberapa besar hasil
peningkatan belajar siswa dalam pening-
katan keahlian menulis pantun.
3. Lembar Observasi
Untuk intrumen ini dimaksudkan
untuk mengetahui segala ‘aktifitas guru’
dan ‘aktifitas siswa’ yang terjadi selama
proses pembelajaran Think-Talk-Write
(berlangsung) dari awal sampai akhir,
yang diisi oleh observer kemudian diana-
lisis dalam bentuk deskriptif.
4. Dokumentasi
Penggunaan “teknik dokumentasi”
pada penelitian dimaksudkan untuk
memperoleh data; informasi (tertulis) dan
atau yang terdokumentasikan, sehingga
data yang diperoleh lebih akurat dan
terpercaya
Setelahnya dari informasi yang
terkumpul, akan dianalisis menggunakan
analisis data kualitatif dengan urutan
Asrofie Kurniawati
Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun Siswa Kelas IV Sekolah Dasar...
tahapan yang saling berkesinambungan
yaitu data reduction, the presentation
of data, conclusions Menurut Sugiyono
(2015) Berikut penjabaran mengenai tiga
urutan tahapan untuk menganalisis;
a Reduksi data, dalam tahap ini (data
yang diperoleh) di pilah-pilah sesuai
dengan kategori; menggolongkannya;
serta membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikanya sampai menda-
patkan sebuah ‘kesimpulan akhir’.
b Penyajian data, merupakan tahapan
setelah mereduksi, jadi dalam hal ini
dapat dilakukan dalam bentuk tabel,
grafik, dan sejenisnya, sehingga data
makin mudah dimengerti
c Penarikan kesimpulan, dalam hal ini
‘kesimpulan’ permulaan masih
bersifat sementara, oleh karenanya
hasil yang dikemukakan harus dibuk-
tikan dengan ‘data’ yang valid
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pra-Siklus
Aktivitas ini dilakukan pada tanggal
30-03-2017, hari Kamis. yang ditujukan
untuk (membaca langsung) situasi murni
secara alami, yang terjadi saat proses
KBM berlangsung di dalam kelas. Pada
sesi pra-siklus ini, wali kelas yang
melaksanakan proses kegiatan belajar
mengajar yakni Bapak Yuli Hadi Ampera,
S.Pd. aktifitas ini dilakukan sebagai upaya
memperoleh data dan temuan yang ada
termasuk kendala dan masalah yang akan
(dihadapi), serta turut menggali solusi
yang nantinya akan diterapkan pada tahap
perencanaan siklus-1.
1. Observasi
Dalam sesi pra siklus, peneliti
melakukan wawancara serta pengamatan
tentang kegiatan belajar “Bahasa
Indonesia” di dalam ruang belajar tingkat
IV di SDN Drangong 2. Peneliti
melakukan wawancara dengan guru kelas
yakni Bapak Yuli Hadi Ampera, S.Pd
untuk mengetahui sejauh mana proses
KBM Bahasa Indonesia, yang telah
dilakukan oleh guru, serta kesulitan apa
saja yang dialami oleh (guru) dan anak
didik dalam proses tersebut.
Berdasarkan hasil peninjauan maupun
(wawancara) yang peneliti lakukan,
peneliti mendapati guru memakai metode
ceramah; tanya jawab; penugasan.
Kegiatan pembelajaran yang terjadi di
dalam kelas terkesan pasif, siswa hanya
mendengarkan tanpa adanya suatu kegia-
tan untuk ‘menghasilkan’ suatu (produk).
Terlebih pengajar tidak memakai ‘cara
belajar’ yang ragam sekaligus sarana yang
kurang adanya pembaruan dalam proses
pembelajaran yang membuat siswa
menjadi kurang antusias dalam belajar
1. Refleksi
KALIMAYA, Vol.3, nomor 2, Agustus 2017.
Pada sesi ini, observer dibantu
guru(mitra) menelaah serta mengemu-
kakan pemikirannya dari apa yang di
amati yang nantinya akan dijadikan (dasar
perbaikan) aktivitas belajar pada sesi
siklus-1.
Berdasarkan observasi yang dila-
kukan pada langkah di pra-siklus
menampakkan bahwa prosedur belajar,
mengajarkan B. Indonesia dalam merang-
kai pantun, didapati peserta ajar (kurang)
memandang, lagi merespon dengan
antusias, hal ini berefek pada ‘hasil
belajar’ anak didik yang masih rendah dari
apa yang diharapkan. Hal ini dipaparkan
melalui (banyaknya) siswa yang belum
(mencapai) nilai K.K.M yang sudah diatur
pihak sekolah sebesar 65 pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Hanya
berkisar 25% yang mecapai K.K.M.
Berdasarkan masalah tersebut,
pengamat merancang aksi sebagai upaya
menuntaskan (masalah) yang ada. sebagai
upaya awal pengamat men-design (R.P.P)
untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Kali ini, peneliti mencoba mengeks-
plorasi gaya mengajar Coopertaive
Learning type think talk write pada
pembelajaran menulis pantun, hingga
mampu mengembangkan kemauan murid
dalam belajar, menjadikan siswa terlibat
“aktif” dalam kegiatan belajar dan
kegiatan mengajar, serta menumbuhkan
anak ajar mene-mukan ide yang
cemerlang dan me-ngembangkan daya
imajinasi menulis pantun, hingga menjadi
(tahap) yang baik untuk membangkitkan
‘hasil belajar’ siswa/i
Siklus-I
1. Tahap Perencanaan
Adapun yang dipersiapkan dalam
langkah (perencanaan) siklus-I yakni
seperangkat alat ajar, diantaranya (R.P.P)
yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa
diselaraskan dengan ‘model pembe-
lajaran’ yang sudah direncanakan, (sarana
belajar) yang relevan hingga instrumen
analisis yang dijadikan “pedoman” dalam
re-search seperti lembar observasi
aktifitas pendidik , lembar observasi
aktifitas anak didik yang nantinya akan
dijadikan sebagai pedoman untuk
penilaian selama proses pembelajaran
berlangsung.
Pada pertemuan yang dijalani saat ini,
(peneliti) bertindakan sebagai calon
pendidik akan mentransfer materi tentang
menulis pantun anak dengan menggu-
nakan model pembelajaran Think-Talk-
Write dengan media/alat peraga yang
menarik bagi siswa yaitu memakai sebuah
pantun rumpang dan meng-gunakan tabel
sajak, sehingga (diharapkan) proses
kegiatan pembela-jaran yang akan
dilaksanakan menjadi “menyenangkan”
bagi siswa serta kondusif.
Asrofie Kurniawati
Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun Siswa Kelas IV Sekolah Dasar...
Di dalam R.P.P tersusun semua
rancangan (proses) pembelajaran yang
akan digunakan guru dalam proses
pembelajaran di kelas. Di dalamnya
terdapat ‘kegiatan guru dan siswa’, serta
metode dan media yang akan digunakan
dalam membuat ‘siswa’ menjadi lebih
‘tertarik’ dan ‘aktif’ dalam kegiatan
belajar di kelas.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan saat Siklus-I
mulai dilakukan pada Rabu, 3/05/2017.
Pada langkah tersebut dilakukan tindak
lanjut research di ruang belajar tingkat IV
guna mengungkapkan pembelajaran
mengenai menulis pantun dengan meng-
gunakan model pembelajaran Think-Talk-
Write sesuai yang sudah direnca-nakan.
Dalam kesempatan tersebut, calon
pendidik beraksi menjadi pelaksana
pembelajaran dan guru kelas bertindak
sebagai obsever (pengamat) pada saat
proses awal sampe akhir pembelajaran.
Pembelajaran diawali saat guru
mengucapkan salam kepada siswa dan
mengkondisikan siswa. Setelah guru
mengkondisikan siswa dan kelas untuk
memulai pembelajaran, guru meminta
salah satu siswa/i untuk memimpin.
Setelahnya, Guru melalui orientasi dengan
menanyakan kabar serta mengabsen
siswa. Setelah itu, guru melakukan
motivasi siswa/i. Selanjutnya guru
melakukan apersepsi dengan mena-
nyakan materi sebelumnya dan mengait-
kannya dengan materi yang akan
(diajarkan) serta memberitahukan (tujuan
pembelajaran) yang akan “dilaksana-
kan”.
Guru melakukan langkah awal
pembelajaran awal dengan dengan
bernyanyi (bersama) anak didik lagu
“Rasa Sayange” serta melakukan tanya
jawab mengenai ‘lagu’ tersebut. Sehabis
melakukan (tanya jawab) tentang pantun,
guru menjelaskan materi tentang pantun.
Setelahnya pengajar memperlihatkan “alat
peraga” berupa ‘boneka tangan’ yang
diberi nama Luna dan Lilo. Dalam proses
pembuatan pantun, sebelumnya siswa di
bentuk secara berkelompok secara
heterogen. Kelompok di bentuk dengan
cara mengambil bendera warna-warni,
siswa/i dengan bendera yang sama akan
menjadi satu kelompok, guru
mengintruksikan siswa berdiskusi dengan
teman sekelompoknya untuk menemukan
gagasan dalam menulis sebuah pantun,
Siswa menulis pantun secara individu
dengan menuangkan seluruh ide/gagasan
yang mereka sudah diskusikan bersama
teman sekelompoknya. Setelahnya, guru
memilih pantun secara acak dari setiap
kelompok untuk dibacakan di depan
kelas. Pada kegiatan ini, beberapa siswa
maju ‘kedepan’ untuk membacakan
KALIMAYA, Vol.3, nomor 2, Agustus 2017.
pantun mereka secara bergantian, sedang-
kan ‘siswa lain’ (memperhatikan) serta
memberikan pendapat kepada siswa yang
maju ke depan kelas. Setelah (seluruh)
perwakilan siswa melakukan persentasi,
guru membahas kembali tentang penger-
tian pantun dan ciri-ciri pantun kepada
siswa.
Pada ‘kegiatan akhir’, guru mereview
materi dari awal serta “menyimpulkan”
pembelajaran yang sudah dilakukan.
Setelah itu, guru mengakhiri sebuah
proses pembelajaran dengan cara meme-
rintahkan seorang anak guna mngajak
temannya berdoa bersama-sama.
3. Observasi
Observasi yang digerakkan meliputi;
aktifitas siswa dan aktifitas calon pendidik
saat kegiatan belajar BI tentang menulis
pantun melalui model pembe-lajaran yang
(diajukan) oleh calon guru. Observasi
yang dilakukan menggunakan pedoman
yang telah disiapkan oleh peneliti.
Observer dalam hal ini merupakan guru
wali kelas yang menga-mati aktifitas
peneliti sebagai guru (pelaksana tindakan)
dengan meng-gunakan pedoman yang
sudah disedia-kan. Dalam hal ini, observer
mengamati/ menelaah (kegiatan
pembelajaran) dari awal sampai akhir
yang diperbuat dalam pembelajaran.
Selain data “aktifitas guru”, dalam tahap
observasi ini diamati juga aktifitas siswa.
Kegiatan observasi berlangsung pada
proses KBM dari awal sampai akhir.
Sehabis melakukan obser-vasi dapat
diketahui aktifitas guru dan siswa di atas,
masih ada beberapa hal yang harus di
perbaiki di siklus selan-jutnya.
4. Refleksi
Pada siklus-I terdapat beberapa
kesenjangan yang ditemui waktu proses
(pengalaman belajar) terjadi. sehingga
mempengaruhi terhadap hasil penilaian
siswa/i. Oleh karenanya, dalam tahapan
ini peneliti berkolaborasi bersama
guru(mitra) kelas guna merancang hal-hal
perbaikan yang akan dilaksanakan di
siklus-II. Adapun siswa yang mencapai
KKM dalam siklus I sekitar 50 persen
(50%)
Siklus-II
1. Perencanaan
Setelah melakukan sisklus 1, masih
terdapat banyak kekurangan yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran. Saat
segmen tersebut di planning aksi-aksi
yang ingin diperbuat dalam langkah
“siklus ke-2, berdasarkan kesenjangan-
kesenjangan melalui hasil setelah praktek
belajar saat siklus ke-I. Sama seperti di
siklus ke-I, dengan sesi tersebut
dipersiapkan sistematika “belajar” dengan
memakai R.P.P yang selesai disamakan
oleh gaya belajar saat dipakai sampai
Asrofie Kurniawati
Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun Siswa Kelas IV Sekolah Dasar...
dengan pemantauan ialah model
pembelajaran Think-Talk -Write, media-
perangkat, peraga, dan berbagai alat
pendukung untuk meliputi lembaran
observasi dan lembaran (hasil penilaian)
guna menjadi perbaikan diri anak ajar.
Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan pada siklus ke 2
ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal
10-5-2017. Pada tahap ini dilakukan
sebuah tindakan penelitian pada kelas-4
dengan menyampaikan pembelajaran
tentang menulis pantun dengan
menggunakan model pembela-jaran
Think-Talk -Write sesuai yang sudah
(direncanakan). Pada siklus ke-2 ini,
peneliti bertindak sebagai ‘guru’ yang
(melaksanakan) pembelajaran dan guru
kelas bertindak sebagai observer.
Pembelajaran “diawali” saat guru
mengucapkan salam serta mengkondisi-
kan siswa dengan baik dan tertib sehingga
siap untuk mengikuti pembela-jaran yang
akan (dilaksanakan). Guru menanyakan
kesiapan siswa sebelum mulai belajar,
selain itu guru melakukan motivasi kepada
siswa dengan cara melakukan “tepuk
konsentrasi!” yang diharapkan akan
membangkitkan semangat siswa serta
memusatkan per-hatian awal siswa/i.
Setelahnya, guru meminta ketua kelas
untuk memimpin doa sebelum mulai
pembelajaran. Ke-mudian, guru
menanyakan kabar kepada siswa dan
melakukan absensi sebelum memulai
pelajaran. Sehabis itu, guru melakukan
apersepsi dengan menanyakan ‘materi
sebelumnya’ dan mengaitkannya dengan
materi yang akan diajarkan serta
memberitahukan “tujuan pembelajaran”
yang akan dilaksanakan, “Kemarin kita
sudah belajar tentang pantun kan, kemarin
kita belajar apa saja tentang pantun?”.
Siswa menjawab,”pengertian pantun dan
ciri-ciri pantun, bu!”.Guru kembali
melakukan tanya jawab tentang
pemahaman materi yang sudah disam-
paikan. Guru bertanya,”coba siapa yang
bisa sebutkan ciri-ciri pantun?”. Siswa
yang bernama Rijal menjawab,”bersajak
a-b-a-b, bu!”. Guru menjawab, “iya
benar”
Selanjutnya, guru menjelaskan materi
pantun tentang jenis-jenis pantun. Dalam
hal ini guru (mencoba) melakukan
stimulus kepada siswa sehingga guru bisa
menyadari sedalam apa tingkat mengerti
anak pada pelajaran yang disampaikan..
Setelah guru menjelaskan tentang
materi pantun beserta jenis-jenisnya, guru
meminta siswa membentuk kelompok
secara ‘heterogen’. Dalam hal ini, untuk
membentuk ‘kelompok’, guru meminta
kepada siswa untuk menghitung angka 1
sampai dengan 4, dimulai dari siswa yang
duduk dibarisan depan paling kanan
KALIMAYA, Vol.3, nomor 2, Agustus 2017.
sampai dengan siswa yang duduk di
barisan paling kiri, kemudian dilanjut
kebelakang dengan pola zig-zag sampai
semua siswa selesai menghitung. Seha-
bisnya, guru meminta siswa (membentuk)
menjadi kelompok yang memiliki angka
yang sama. Setelah membentuk kelom-
pok, guru mengintruksikan kepada selu-
ruh siswa untuk melakukan kerjasama
dalam kelompok pada saat proses
(pembelajaran berlangsung). Dalam
proses ini guru memberikan intruksi
tersebut untuk memastikan bahwa
(seluruh) siswa ikut berperan aktif dalam
kegiatan belajar kelompok. Setelah
membentuk kelompok, pengajar memper-
lihatkan kertas-kertas yang memiliki kata
kunci untuk membuat pantun. Selan-
jutnya, guru meminta perwakilan dari
setiap kelompok untuk (mengambil)
setiap kata kunci yang sudah disiapkan
masing-masing kelompok 1 kata kunci.
Lalu, guru memberikan waktu kepada
setiap kelompok untuk (berdiskusi)
memikirkan tentang ide untuk membuat
pantun berdasarkan ‘kata kunci’ yang ada.
Selesai berdiskusi, guru mengin-truksikan
kepada setiap kelompok untuk langsung
membuat sebuah pantun yang sudah
dibicarakan. Dalam hal ini, guru menjadi
pengamat dan pembimbing untuk
membantu seluruh siswa dalam belajar
kelompok. Selanjutnya, setelah seluruh
kelompok membuat pantun, setiap
perwakilan dalam kelompok maju ke
depan kelas untuk mempersembahkan
hasil yang telah dibicarakan serta
mengkategorikan jenis pantun. Sedang-
kan temannya lainnya mendengarkan
sambil mengoreksi siswa yang ada di
depan.
Pada “kegiatan akhir”, guru mengu-
lang (materi) dari awal serta menyim-
pulkan pembelajaran yang sudah
dilakukan, “Hari ini kita sudah belajar apa
saja? Siapa yang bisa menyim-pulkan?”.
Siswa menjawab,” Menulis pantun, jenis-
jenis pantun, bu!”. Sekarang ibu mau
bertanya, sekarang sudah bisa menulis
pantun? gampang tidak menulis pantun?”
beberapa siswa menjawab “tadi-nya susah
bu, tapi sekarang udah bisa bu!”. Setelah
itu guru menutup proses pengalaman
belajar dan menyuruh perwakilan peserta
didik guna mengajak seluruh siswa
berdoa..
1. Observasi
Setelah beberapa tindakan yang
dilakukan di siklus ke-1, bersamaan
dengan hal tersebut dilakukan observasi.
Observasi ditujukan untuk ‘mengetahui’
kondisi pembelajaran yang ada di dalam
kelas. Aktifitas guru dan siswa akan
dijadikan objek yang utama diamati. Guru
kelas bertindak sebagai (observer) yang
bepegangan pada pedoman yang sudah
Asrofie Kurniawati
Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun Siswa Kelas IV Sekolah Dasar...
disediakan. Observasi yang dilakukan
juga untuk melihat apa yang menjadi
perbaikan di siklus ke-1 sudah dilakukan
pada siklus ke-2. Pada siklus ini siswa
yang tuntas mencapai 83,3%
Dan dalam hal ini dapat diketahui hasil
belajar dari pra-siklus s/d siklus-II ini
mengalami peningkatan.
2. Refleksi
Ditilik dari (seluruh) pengamatan saat
dilakukan di siklus ke-2, akhirnya
dihasilkan ‘temuan’ ternyata skor belajar
peserta didik dalam membuat pantun
sudah baik. Oleh karenanya pengamatan
tersebut dianggap telah mendekati keber-
hasilan setelah dilakukan, serta dapat
dirangkum bahwa desain Think-Talk-
Write berkemungkinan akan mengalami
kenaikan level dalam kemahiran (menulis)
pantun
KESIMPULAN
Proses penerapan Model Pembelajaran
Cooperative-Learning-type-Think-Talk-
Write dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia mengenai pantun sangat baik
untuk diaplikasikan, hal ini dapat di lihat
dari tahap siklus ke-I sampai siklus ke-II
yang “mengalami peningkatan” dalam
nilai akhir siswa belajar. Model
Pembelajaran C.L – tipe - Think-Talk-
Write juga meng-aktifkan siswa dalam
proses pembelajaran, dimana spara pesert
didik belajar secara kelompok dan
berinteraksi oleh siswa yang lainnya.
Model Pembelajaran ini cocok diterapkan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
mengenai pantun karena dalam tahapan-
nya peserta didik dikasih ruang agar dapat
‘memahami’ dan bekerjasama dengan
siswa lainnya; bertukar fikiran seluruh ide
dan imajinasi yang mereka miliki; serta
menuang-kannya kedalam bentuk tulisan
sebait pantun hingga memper-
sentasikannya ke depan kelas. Melalui
langkah-langkah pembelajaran tersebut
siswa dapat mengeksplorasi kreatifitas
mereka dengan semaksimal mungkin
sehingga dapat (mempengaruhi) hasil
belajar mereka dalam menulis pantun.
Bukan hanya itu saja, dengan adanya
pembela-jaran menulis pantun siswa akan
lebih mengapresiasikan karya orang lain
dan karya mereka sendiri.
BIBLIOGRAFI
Wiriaatmadja , R. (2014). METODE
PENELITIAN TINDAKAN
KELAS . Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA
Susanto, A. (2016). Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta : PRENADAMEDIA
GROUP.
KALIMAYA, Vol.3, nomor 2, Agustus 2017.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Pendidikan . Bandung :
ALFABETA.
Arikunto, dkk. (2015). Penelitian Tindak
Kelas. Jakarta : BUMI AKSARA
Informan : Yuli Hadi Ampera, Wali kelas
IV B SDN Drangong 2.
Wawancara dilakukan tanggal 30
Maret 2017
.