1
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK SISWA
KELAS V
DI SDN 03 TERAMANG JAYA KEC. TERAMANG JAYA
KAB. MUKOMUKO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Untuk Memenuhu Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana (S. Pd)
Dalam Bidang Ilmu Tarbiyah
DISUSUN OLEH :
SEPTI HARIANI
NIM. 1516210133
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
TAHUN AJARAN 2019
2
3
4
MOTTO
“Kerjakan apa yang bisa kamu kerjakan dan jangan menyerah
untuk menggapainya insyallah apa yang kamu kerjakan akan
membuahkan hasil”
“Teman yang baik akan memberi tahu indahnya surga”
(By. Septi Hariani)
5
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ayahandaku yang tak kenal letih (Abdul Kadir), dan ibuku (Asmik) yang
selalu mengigatkanku, terima kasih atas perjuangan keringat ayah dan ibu
yang sudah sabar memberi kesempatan pada anakmu ini untuk mendapatkan
ilmu yang bermanfaat, dan tak kenal lelah untuk memberi kasih sayang dan
cinta terhadap anakmu ini, love forever mother and father.
2. Saudaraku yang selalu saya rindukan setiap dirantau orang, abangku (Yolanda
Saputra, adekku (Satriadi) yang selalu memberi kasih dan sayang terhadapku.
3. Orang terdekat dalam hidupku (Dedi), terima kasih telah menunggu, memberi
semangat, cinta kasih dan sayangnya selama ini, sabar, dan menanti
kesuksesan ini, tak lelah untuk selalu mendukung hal yang positif.
4. Nenek, kakek dan keluarga besar dari kedua orang tua.
5. Sepupuku (Efrianti, Rika aprianti, Ira Damayanti, Sutriani, Yuyun, Dendi,
Awah, Apen, Ade, Niza, Zaki, Alan, Vio, Jihan, Intan, Rafa, Fiki, Giyan,
Ningsih, Nuha) terima kasih atas penyemangatnya.
6. Teman- teman terdekatku (Siti Adawiyah, Sinarmi, Rosita Ayu, Isnaini, Hafsa
Nuraini, Mesti hartina, Marzulinda, Selfa, Ekron Tapinose, M. Amin, Septa
Hidayah, Dan Nur Fitri (Almarhuma).
7. Untuk adik-adikku (Siska, Tamara, Suci, Keysa), dan ayukku (Yeni).
8. Teman-teman KKN (Wulan, Ikke, Lina, Nisa, Roza, Firoh, Sinta, Amirul,
Ubai, Khamsan).
6
7
ABSTRAK
SEPTI HARIANI (1516210133). Skripsi. Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) Dalam Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa Kelas V Di
SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko. Dosen Pembimbing (1) Drs. H. Rizkan A.Rahman, M.Pd. (2) Deni Febrini, M.Pd.
Kata Kunci: Upaya, Pembinaan, dan Akhlak Siswa.
Rumusan penelitian ini ialah: 1) Bagaimana akhlak siswa kelas V SDN 03
Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko. 2). Bagaimana bentuk
pembinaan akhlak siswa kelas V SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko. 3). Bagaimana upaya guru terhadap pelaksanaan pembinaan akhlak
siswa kelas V SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko.
Tujuan penelitian ini ialah: 1). Untuk mengetahui akhlak siswa kelas V SDN
03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko. 2). Untuk mengetahui
bentuk pembinaan akhlak siswa kelas V SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko. 3). Untuk mengetahui upaya guru terhadap pelaksanaan pembinaan
akhlak siswa kelas V SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko.
Metode penelitian deskriptif kualitatif. Adapun sebagai instrumen dalam
penelitian ini ialah pedoman wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Akhlak siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko. Masih ada yang melanggar peraturan sekolah,
berkata kotor, tidak menghargai teman sebaya maupun orang lebih tua, dan akhlak
siswa masih cenderung kearah yang tidak positif. 2). Bentuk Pembinaan Akhlak
Siswa Kelas V SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko.
Menasehati siswa, mengajarkan siswa sopan terhadap orang yang lebih tua atau
teman sebaya, mengajarkan berbuat baik terhadap orang lain. 3). Upaya Guru
Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko. Melalui kegiatan-kegiatan positif Seperti, ceramah
dari guru, bakti sosial, penanaman nilai-nilai akhlak dalam setiap mata pelajaran
melalui teladan yang baik dari guru.
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah, Tuhan yang Maha
Kuasa, karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Upaya Guru Pai (Pendidikan Agama Islam) Dalam Pelaksanaan
Pembinaan Akhlak Siswa Kelas V Di SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko” dapat penulis selesaikan.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh
penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam ilmu
Tarbiyah Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan dan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin. M., M.Ag., MH. Selaku Rektor IAIN Bengkulu
yang telah memfasilitasi untuk menuntut ilmu.
2. Bapak Dr. Zubaedi., M.Ag., M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris
IAIN Bengkulu yang telah memfasilitasi untuk menuntut ilmu.
3. Ibu Nurlaili, M. Pd. I, Selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Fakultas Tabiyah dan
Tadris IAIN Bengkulu.
4. Bapak Adi Saputra, M.Pd. Selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tabiyah dan Tadris IAIN Bengkulu.
5. Bapak Drs. H. Rizkan A.Rahman, M.Pd. Selaku Pembimbing I dan Ibu Deni
Febrini, M.Pd. Selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis, memberi
9
masukan, dan sarannya selama ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah mengajarkan penulis selama penulis masih
dibangku kuliah.
7. Seluruh Staf Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu yang telah
menyiapkan segala urusan administrasi bagi penulis selama penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Staf Unit Perpustakaan IAIN Bengkulu yang telah mengizinkan penulis
untuk mencari berbagai rujukan mengenai skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak
memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Bengkulu, 12 Juli 2019
SEPTI HARIANI
NIM. 1516210133
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ................................................................................. ii
MOTTO ......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I : .. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah. .................................................................. 5
C. Batasan Masalah. ........................................................................ 6
D. Rumusan Masalah.. ..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian. ..................................................................... 7
G. Sistematika penulis ..................................................................... 8
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Konsep Guru .............................................................................. 9
1. Pengertian Guru .................................................................. 9
2. Status Guru .......................................................................... 14
3. Peran dan Fungsi Guru ........................................................ 15
4. Hak dan Kewajiban Guru .................................................... 17
5. Kode Etik Guru .................................................................... 18
B. Pendidikan Agama Islam ........................................................... 19
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................... 19
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................ 24
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ......................................... 25
4. Asas-asas Pendidikan Agama Islam .................................... 26
C. Pembinaan Akhlak ..................................................................... 27
1. Pengertian pembinaan.......................................................... 27
2. Pengertian Akhlak ............................................................... 28
3. Macam-macam Akhlak........................................................ 30
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak .... 31
5. Faktor penghambat terjadinya akhlak.................................. 33
6. Metode / Bentuk-bentuk Pembinaan Akhlak Bagi Anak .... 34
7. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Keburukan Akhlak ..... 37
11
8. Hikma Mempelajari Ilmu Akhlak........................................ 38
9. Norma-norma Akhlak .......................................................... 38
D. Penelitian Yang Relavan ........................................................... 39
E. Kerangka Konseptual ................................................................ 43
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian. ......................................................................... 45
B. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................... 46
C. Teknik Pengumpulan Data. ....................................................... 46
D. Instrument Penelitian ................................................................. 48
E. Subjek dan Informan Penelitian ................................................ 48
F. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 49
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 50
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Wilayah Peneliti ...................................................... 52
1. Identitas Sekolah ................................................................ 52
2. Sejarah Berdirinya SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko ............................... 53
3. Visi dan Misi SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang
Jaya Kab. Mukomuko ......................................................... 53
4. Keadaan Tenaga Pendidik SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko ....................................... 54
5. Sarana dan Prasarana SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko .............................. 55
6. Keadaan Jumlah SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko .............................. 56
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 56
1. Akhlak SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko ................................................................. 56
2. Bentuk Pembinaan Akhlak Siswa Kelas V SDN 03
Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko ...... 58
3. Upaya Guru Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Akhlak
Siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko ................................................................. 61
C. Hasil Pembahasan Penelitian .................................................... 63
1. Akhlak Siswa Kelas V SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko .............................. 63
2. Bentuk Pembinaan Akhlak Siswa Kelas V SDN 03
Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko ..... 65
3. Upaya Guru Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Akhlak
Siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko ................................................................ 66
12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 68
B. Saran ......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Pendidikan SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko ................................................................................... 54
Tabel 4.2 Sarana Dan Prasarana SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko ................................................................................... 55
Tabel 4.3 Jumlah Siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko ................................................................................... 56
14
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
Kerangka Berfikir.................................................................................................. 44
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Instrument Wawancara
2. Pedoman wawancara
3. Pedoman Dokumentasi
4. Pedoman Observasi
5. Surat Izin Melakukan Penelitian
6. Surat Keterangan Selesai Penelitian
7. Surat Penunjukan pembimbing Skripsi
8. Daftar Hadir Ujian Seminar Proposal
9. Pengesahan Penyeminar
10. Perubahan Judul
11. Kartu Pembimbing Skripsi Pembimbing I Skripsi
12. Kartu pembimbing Skripsi Pembimbing II Skripsi
13. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang tidak memiliki
keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai seorang guru, setiap
guru mempunyai kepribadian dan latar belakang dan pengalaman mengajar yang
berbeda.1
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui,
serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung
jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri
(independent), terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran
dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik,
1 Akmal Hawi, Kompotensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), h. 29-30
2
dan lingkungan. Guru harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara
cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan perintah atasan
atau kepala sekolah.2
Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam
telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi
maupun ukhrawi. Pendidikan Islam adalah usaha sadar orang dewasa muslim yang
bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah
titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Pendidikan Islam kita artikan sebagai proses, maka diperlukan adanya
sistem dan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai dengan proses melalui sistem
tertentu. Hal ini karena proses didikan tanpa sasaran dan tujuan yang jelas berarti
suatu opertunisme, yang akan menghilangkan nilai hakiki pendidikan. Oleh karena
itu, proses yang demikian mengandung makna yang bertentangan dengan
pekerjaan mendidik itu sendiri, bahkan dapat menafikan harkat dan martabat serta
nilai manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi, dimana aspek-aspek
kemampuan individual (al-fadiyah), sosialitas (al-ijrimaiyah), dan moralitas (al-
ahlaqiyah), merupakan hakikat kemanusiaannya (anthropologis centra). Dalam
2 Mulyasa, Menjadi guru Proposional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.
37
3
sistem proses, terdapat umpan balik (feedback) melalui evaluasi yang bertujuan
memperbaiki mutu produk.
Oleh karena itu, adanya sasaran dan tujuan merupakan kemutlakan
dalam proses kependidikan. Sasaran yang hendak dicapai yang merumuskan
secara jelas dan akurat itulah yang mengarahkan proses kependidikan Islam kearah
pengembangan optimal pada ketiga aspek kemampuan tersebut yang didasari
dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan evaluasi merupakan alat pengoreksi kesalahan
atau penyimpangan yang terjadi dalam proses yang berkaitan pada produk yang
tidak tepat. Proses mengandung pengertian sebagai penerapan cara-cara atau
sarana untuk mencapai hasil yang diharapkan.3
Akhlak adalah membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia,
kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang
baik atau perbuatan yang buruk. Akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang
berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian
memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan
tersebut tergolong baik atau buruk.4
Berbicara mengenai pembinaan akhlak sama dengan berbicara tentang
tujuan pendidikan Islam, pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan
tujuan pendidikan Islam. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini semakin kuat,
yaitu disaat manusia dizaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan
3 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 8-23
4 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
h. 6-7
4
akhlak yang serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa
yang bersangkutan. Praktik hidup yang menyimpang dan penyalahgunaan
kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis dan merugikan orang lain
tumbuh subur diwilayah yang tak berakhlak.
Melihat betapa urgennya akhlak dalam kehidupan sehari-hari ini, maka
penanaman nilai-nilai akhlakul karimah harus dilakukan dengan segera, terencana
dan berkesinambungan. Memulai dari hal-hal kecil, seperti cara makan dan
minum, adab berbicara, adab ke kamar kecil, cara berpakaian yang Islami, dan
lain-lain. Semua nilai-nilai yang mulia itu sebenarnya sudah dicontohkan oleh satu
sosok yang paling mulia, yaitu Nabi Muhammad saw.5
Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan di SDN 03
Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko pada 13 September 2018,
permasalahan yang peneliti temukan yaitu, masih adanya siswa yang berkata tidak
sopan terhadap guru, ada yang tidak memahami akhlak yang mulia, maka dari itu
pasti ada beberapa masalah seperti siswa ribut saat jam pelajaran baik dari segi
kognitif seperti kurangnya pengetahuan tentang ilmu agama, psikomotorik seperti
kurangnya akhlak yang akan menjadi cerminan untuk dirinya sendiri, maupun
prilaku yang seperti siswa tidak sopan terhadap teman sebaya maupun orang tua,
masih banyak siswa yang datang terlambat dikarnakan jam masuk tidak efesien,
masih banyak siswa yang banyak melanggar peraturan, dikarnakan masih banyak
5 Iis Naini, Skiripsi Pelaksanaan pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren
Darul Amal Desa Tunggang (Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2015), h. 2-3
5
anak-anak yang tidak mengerti nilai-nilai keagamaan, dan kurangnya faktor
eksternal yaitu dukungan dari orang tua yang masih mengabaikan prilaku anaknya.
Pembinaan yang dilakukan oleh guru terhadap akhlak siswa kelas V di
SDN 03 Teramang jaya Kec. Teramang jaya Kab. Mukomuko antara lain:
Ceramah, bakti sosial, melalui peraturan-peraturan yang ada, penanaman nilai-
nilai akhlak dalam setiap mata pelajaran, melalui pemberian sanksi bagi siswa
yang melanggar dan memberi penghargaan bagi siswa yang teladan.
Pembinaan dilakukan pada setiap hari melalui penerapan nilai-nilai
akhlak disetiap mata pelajaran, dikarnakan tidak adanya guru Bimbingan Konsling
(BK) maka diterapkan melalui mata pelajaran.
Pelaksanaan pembinaan sesuai jadwal, karena setiap guru yang masuk
akan melakukan nilai-nilai akhlak yang baik seperti hal positif mengajar anak
dalam hal berbagi dan menghormati satu sama lain, dan larangan dalam merugikan
orang lain.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam
Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa Kelas V di SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko”.
B. Identifikasih Masalah
1. Masih ada siswa yang berkata tidak sopan terhadap guru.
2. Siswa ribut saat jam pelajaran karna pembelajaran membosankan.
3. Siswa tidak sopan terhadap teman sebaya maupun orang tua.
6
4. Masih banyak siswa yang datang terlambat.
5. Masih banyak siswa yang melanggar peraturan sekolah.
6. Masih banyak anak yang belum mengerti nilai-nilai kegamaan.
7. Banyak orang tua yang mengabaikan prilaku anaknya.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas dapat di batasi masalah sebagai
berikut:
1. Pembinaan akhlak difokuskan untuk siswa kelas V SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko terhadap orang tua, guru, teman sebaya,
dan orang yang lebih muda.
2. Upaya guru PAI yang diteliti dalam pembinaan akhlak siswa adalah penanaman
nilai-nilai akhlak yang mulia dan pemberian sanksi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas dapat di rumuskan masalah pada
skripsi ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana akhlak siswa kelas V di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang
Jaya Kab. Mukomuko?
2. Bagaimana bentuk pembinaan akhlak siswa kelas V di SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko?
3. Bagaimana upaya guru terhadap pelaksanaan pembinaan akhlak siswa kelas V
di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko?
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalh di atas tujuan penelitian ini ialah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui akhlak siswa kelas V di SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko.
2. Untuk mengetahui bentuk pembinaan akhlak siswa kelas V di SDN 03
Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko.
3. Untuk mengetahui upaya guru terhadap pelaksanan pembinaan akhlak siswa
kelas V di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko.
F. Manfaat Peneliti
1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pengembangan akhlak
dilingkungan pendidikan formal sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
memiliki peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan juga
dapat:
a. Memberikan informasi tentang pembinaan akhlak.
b. Memberikan informasi mengenai akhlak siswa.
2. Manfaat Praktis
Manfaat yang bersifat sosial dan praktis dan hasil penelitian ini
diharapkan menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak terkait (seperti: para
pendidik, lembaga-lembaga pendidikan Islam) dalam meningkatkan pendidikan
8
berakhlak sebagai salah satu upaya mewujudkan masyarakat dan bangsa yang
berakhlak karimah dan juga dapat:
a. Memberi pengalaman moral dan tambahan pemikiran baru tentang
pendidikan akhlak.
b. Mempunyai akhlak yang baik.
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian,dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teori yang membahas tentang konsep guru, pendidikan
agama Islam, pembinaan akhlak, hasil penelitian yang relevan, dan
kerangka konseptual.
Bab III : Metode penelitian yang berisikan tentang jenis penelitian, waktu dan
tempat penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian,
subjek dan informan penelitian, pengecekan keabsahan data, dan
teknik analisis data.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang deskripsi wilayah penelitian,
hasil penelitian dan pembahsan.
Bab V : penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran hasil
penelitian.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Guru
1. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan bertanggung jawab, guru harus
mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha
berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus
bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di
sekolah, dan dalam kehidapan bermasyarakat.
Berkenaan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritual emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam
pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri
(independent), terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan
kondisi peserta didik, dan lingkungan. Guru harus mampu bertindak dan
mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama
10
berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu
perintah atasan atau kepala sekolah.
Sedangkan disiplin, dimaksudkan bahwa guru harus memetuhi
berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran professional,
karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah,
terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin
guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam tindakan dan prilakunya.6
Guru adalah pendidik professional, karena secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang terpikul dipundak para orang tua. Guru dalam Islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kongnitif, maupun potensi
psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
ruhanianya agar mencapai tingkat dewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Jadi tugas guru dalam Islam tidak
hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagai norm dragger (pembawa
norma) agama ditengah-tengah masyarakat. Untuk menjadi seorang guru
tidaklah mudah seperti yang dibayangkan orang selama ini. Mereka
menganggap hanya dengan pegang kapur dan membaca buku pelajaran, maka
cukup bagi mereka yang profesi sebagai guru.
6 Mulyasa, Menjadi guru Proposional,… h. 37
11
Ternyata untuk menjadi guru yang professional tidak mudah, harus
memiliki syarat-syarat khusu dan harus mengetahui seluk-beluk teori
pendidikan. Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional
membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi
ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai
ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan
kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan
menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman.7
Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator
sehingga siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan
kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang
didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta. Dengan
demikian, guru tidak hanya dikenalkan secara formal sebagai pendidik,
pengajar, pelatih, dan pembimbing, tetapi juga sebagai social agent hired by
society to help facilitate members of society who attend school atau agen sosial
yang diminta oleh masyarakat untuk memberikan bantuan kepada warga
masyarakat yang akan dan sedang berada dibangku sekolah.
Secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh Surat
Keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta, untuk melaksankan
tugasnya. Karena itu, ia memiliki hak dan kewajiban untuk melaksankan
7 Muhamad Nurdin. Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2008), h. 127
12
kegiatan belajar mengajar dilembaga pendidikan sekolah. Secara kasat mata
orang akan melihat seorang guru yang pergi kesekolah, mungkin ia naik sepeda
ontel, atau naik ojek, atau naik angkot, atau ada yang harus naik prahu klotok
seperti dipendalaman Kalimantan Tengah. Pelaksanaan tugas guru sebagai guru
dapat ditunjukkaan manakala seseorang telah melakukan tugas itu di depan
kelas atau saat ia membawa para siswa, anak didik, atau muridnya belajar ke
luar kelas atau ke luar sekolah untuk mengadakan kegiatan studi wisata,
outbond, atau praktik kerja nyata ditempat kerja.
Dari aspek ini, seseorang disebut seseorang guru manakala ia telah
memperoleh surat pengangkatan dari pemerintah dengan tugas mengajar dalam
mata pelajaran tertentu, di sekolah tertentu, dengan gaji tertentu pula. Dari legal
formal ini, seseorang disebut sebagai guru jika ia memiliki surat keputusan dari
pejabat yang berwenang untuk mengangkatnya, dalam surat keputusan tersebut
akan disebutkan nama, tempat dan tanggal lahirnya, diangkat menjadi guru apa,
pangkat dan golongannya, berapa gaji pokoknya, dan berbagai informasi
tentang seorang guru.8
Disinilah guru dituntut untuk menjadi model. Berikan yang terbaik
buat anak-anak kita. Banyak anak-anak yang sukses karena melihat figure
gurunya yang bersahaja, tegas, dan berwibawa. Guru tidak bisa meninggalkan
nilai-nilai dalam mendidik putra-putrinya. Sekali lagi, sebagai agen perubahan,
8 Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), h. 12-15
13
guru bukan hanya transfer knowledge, tetapi transfer nilai-nilai. Hal-hal yang
tidak baik segera diganti dengan nilai-nilai yang baik. Berbagai teori telah
menyebutkan bahwa apa yang sudah diterima anak dimasa tanam akan masuk
dalam memori jangka panjang atau tersimpan pada alam bawa sadar. Namun,
demikian, kita tidak boleh berputus asa, tidak boleh khawatir untuk melakukan
perubahan. Tugas guru hendaknya dapat menumbuhkan semangat untuk belajar
bekerja sama antara peserta didik dalam kelas.
Proses pembelajaran harus memungkinkan tumbuh berkembang dan
terpupuknya saling pengertian dalam mengembangkan hubungan antara
manusia secara intensif dan berkesinambungan. Terjadinya komunikasi yang
intensif antara peserta didik dengan guru akan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran merupakan tindakan atau prilaku
guru dalam mempengaruhi peserta didik dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prilaku guru tersebut dapat dibedakan
atas prilaku guru yang berorientasi terhadap pelaksanaan tugas dan prilaku guru
yang berorientasi terhadap penciptaan.
Tindakan prilaku guru dalam pembelajaran memiliki dua aspek, yaitu
aspek yang berhubungan dengan tugas dan aspek yang lebih mengutamakan
persahabatan. Guru berorientasi terhadap pelaksanaan tugas, akan menunjuk
kepada bobot pelaksanaan tugas guru dalam membawa peserta didik ke arah
pencapaian tujuan yang diharapkan. Salah satu bagian dari orientasi tugas,
yakni keterlibatan peserta didik dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
14
Guru dituntut meningkatkan kualitas pembelajaran dalam bentuk kegiatan
belajar yang dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif dan
pekerja yang produktif. Sebagaimana dikemukakan bahwa guru yang ingin
meningkatkan kualitas proses kegiatan pembelajaran didalam kelas, harus
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap situasi dan kebutuhan peserta didik.9
2. Status Guru
Dalam melaksanakan peran dan tugasnya, guru memiliki berbagai
status, antara lain (1) pengawai negeri sipil atau pengawai swasta, (2) tenaga
profesi, dan (3) pemimpin sosial (social leader). Sebagai warga Negara sipil
dan pengawai swasta, seseorang akan memiliki status sebagai guru ketika ia
telah memperoleh surat keputusan (SK), baik yang diperoleh dari pemerintah
maupun dari lembaga penyedia layanan pendidikan (educational services
provider) dengan memperoleh hak dan kewajiban yang telah ditetapkan
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Status guru seharusnya dapat disejajarkan dengan profesi lain seperti
dokter, insinyur, dan profesi lain. Profesi menunjukkan pada suatu pekerjaan
atau jawaban yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetian terhadap
suatu pekerjaan. Professional menunjukkan pada dua hal, yakni orangnya dan
penampilan atau kinerja itu dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan.
Sementara profesionalisme menunjukkan kepada derajat atau tingkat
9 Binti Maunah, Sosiologi pendidikan, (Yogyakarta: Media Akademi, 2016), h. 124-
128
15
penampilan seseorang sebagai professional dalam melaksanakan profesi yang
mulia. Sebagai tenaga yang professional, guru memang dikenal sebagai salah
satu jenis dari sekian banyak pekerjaan (occupation) yang memerlukan bidang
keahlian khusus, seperti doktor, insinyur, tentara wartawan dan bidang
pekerjaan lain yang memerlukan bidang keahlian yang lebih spesifik. Dalam
dunia yang semakin maju, semua bidang pekerjaan memerlukan adanya
spesialisasi, yang ditandai dengan adanya standar kompotensi tertentu,
termasuk guru sebagai profesi. Professional guru didukung oleh tiga hal, yakni
(1) keahlian, (2) komitmen, dan (3) keterampilan. 10
3. Peran dan Fungsi Guru
Dari sisi lain, guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang
dikenal sebagai emaslimdef (educator, manager, administrator, supervisor,
leader, innovator, dinamisator, evaluator, dan fasilitator) merupakan peran
kepala sekolah. Akan tetapi, dalam skala mikro di kelas, peran itu juga harus
dimiliki oleh para guru.
Educator merupakan peran yang utama dan terutama, khususnya untuk
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Peran ini lebih
tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan
contoh dalam hal sikap dan prilaku, dan membentuk kepribadian peserta didik.
Sebagai manager, pendidik memiliki peran untuk menegakkan ketentuan dan
10
Suparlan, Menjadi Guru Efektif,… h. 16-18
16
tata tertib yang telah disepakati bersama di sekolah dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah.
Sebagai administrator, guru memiliki peran untuk melaksanakan
administrasi sekolah, seperti mengisi buku presensi siswa, buku daftar nilai,
buku rapor, administrasi kurikulum, administrasi penilaian, dan sebagainya.
Peran guru sebagai supervisor terkait dengan pemberian bimbingan dan
pengawasan kepada peserta didik, memahami permasalahan yang dihadapi
peserta didik, menemukan permasalahan yang terkait dengan proses
pembelajaran, dan akhirnya memberikan jalan keluar pemecahan masalahnya.
Peran sebagai leader bagi guru lebih tepat dibandingkan dengan peran sebagai
manajer, karena manajer bersifat kaku terhadap ketetuan yang ada. Dari aspek
penegakan disiplin misalnya, guru lebih menekankan disiplin mati. Sementara
itu, sebagai leader guru lebih memberikan kebebasan secara bertanggung jawab
kepada peserta didik.
Dalam melaksanakan peran sebagi inovator, seorang guru harus
memiliki kemauan belajar yang cukup tinggi untuk menambah pengetahuan dan
keterampilannya sebagai guru. Tanpa adanya semangat belajar yang tinggi,
mustahil guru dapat menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Adapun peran sebagai motivator
terkait dengan peran sebagai educator dan supervisor. Untuk meningkatkan
semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki motovasi yang
17
tinggi, baik motivasi dari dalam dirinya sendiri (intrinsik) maupun dari luar
(ekstrinsik), yang utamanya berasal dari gurunya sendiri.11
4. Hak dan Kewajiban Guru
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan tentang hak-hak pendidikan dan tenaga kependidikan
sebagai berikut.
Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:
a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Perlindungan hukum dalam melaksankan tugas dan hak atas hasil kekayaan
intelektual.
d. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidik
untuk menunjukkan kelancaran pelaksanaan tugas.
Dalam pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan lebih
lanjut bahwa pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kewajiban sebagai
berikut:
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis.
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
11
Suparlan, Menjadi Guru Efektif,…h. 29-30
18
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.12
5. Kode Etik Guru
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang
pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan Negara, serta
kemanusian pada umumnya.
Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945,
turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil
untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman pada dasar-dasar sebagai
berikut.
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
12 Suparlan, Menjadi Guru Efektif,… h. 11
19
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI, sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.13
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik
(jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan
tugas kewajiban dan bertanggung jawab dalam masyarakat sebagai hamba
Allah SWT, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian)
serta menanamkan rasa tanggung jawab. Oleh karena itu, bilamana manusia
yang berpredikat „muslim‟, benar-benar menjadi penganut agama yang baik. Ia
harus menaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah SWT tetap berada
pada dirinya. Ia harus mampu memahami, menghayati dan mengamalkan
ajarannya yang didorong oleh iman sesuai dengan pendidikan Islam adalah
sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam
telah menjiwai dan mewarnai kepribadiannya.
13
Suparlan, Menjadi Guru Efektif,… h. 46
20
Sebagai muslim yang telah mendapatkan pendidikan Islam ia harus
hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan yang diharapkan oleh cita-cita Islam.
Agama Islam adalah agama yang telah mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia muslim baik di dunia maupun ukhrawi. Pendidikan Islam tidak
menganut sistem tertutup melainkan sistem terbuka terhadap tuntutan dibidang
ilmu pengetahuan dan teknologi maupun tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan
hidup rohania. Dengan demikian, bila ditinjau dari aspek pengalamannya,
pendidikan Islam berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang
ruang lingkupnya berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan
Islam.14
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh
aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain,
pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di
luar kelas. Pendidikan bukan hanya bersifat formal, tetapi juga nonformal.
Secara substansial, pendidikan tidak sebatas pengembangan intelektualitas
manusia, artinya tidak hanya meningkatkan kecerdasan, melainkan
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan adalah proses
pembinaan manusia secara jasmaniah dan rohaniah. Artinya, setiap upaya dan
usaha untuk meningkatkan kecerdasan anak didik berkaitan dengan peningkatan
kecerdasan inteligensi, emosi, dan kecerdasan spritualitasnya. Anak didik
14
Dayun Riadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), h. 2
21
dilatih jasmaninya untuk terampil dan memiliki kemampuan atau keahlian
professional untuk bekal kehidupannya dimasyarakat.15
Kata Islam berasal dari bahasa Arab, dari kata aslama, yuslimu
islaman yang berarti menyerah, patuh. Seorang Muslim yang taat, dia menyerah
dan patuh kepada Allah (kepada Sunnatullah), baik yang tidak tertulis maupun
yang tertulis supaya selamat dan damai lahiriyah dan rohaniyah. Sunnatullah
yang tidak tertulis ialah ketentuan atau hukum-hukum Allah yang mengantur
alam semesta ini, tetapi dia hanya menemukannya, seperti hukum grafitasi
bumi ditemukan Isac Netwon atau Natural Law.16
Pendidikan Islam adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya
manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagai mana
termaksuk dalam Al-Qur‟an dan terjabar dalam Sunnah Rasul. Dan bermula
sejak Nabi Muhammad SAW menyampaikan (membudayakan ajaran tersebut
kepada dalam budaya) umatnya.17
Pendidikan di dalam Islam adalah berorientasi pada pembentukan iman
yang kuat, ilmu yang luas, serta kemampuan beramal saleh dalam arti amal
yang benar dan yang diridhai oleh Allah SWT, atau dengan perkataan lain
bahwa pendidikan harus berorientasi pada tercapainya kemulian dan keridhaan
dari Allah SWT. Demi tercapainya tujuan tersebut, manusia mempunyai
kewajiban untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada dirinya.
15
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam,… h. 53-54 16
Zainuddin S. Nainggolan, Inilah Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), h.1 17
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), h. 12
22
Potensi yang dimaksud mencakup kawasan (domain) yang meliputi pengertian
rasa, perasaan, hati, pengembangan akal atau daya pikir, serta kemampuan
beramal atau kemampuan fisik yang seringkali disingkat dengan istilah pikir,
dzikir, dan fi‟il. Oleh karena itu, di dalam dunia pendidikan Islam istilah
pendidikan berkisar pada konsep-konsep yang dirumuskan dalam istilah-istilah:
a. Taklim, yaitu pendidikan yang menitik beratkan masalah pada pengajaran,
penyampaian informasi, dan pengembangan ilmu.
b. Tarbiah, yaitu pendidikan yang menitik beratkan masalah pada pendidikan,
pembentukan, dan pengembangan pribadi serta pembentukan dan
penggemblengan kode etik/akhlak.
c. Ta‟dib, yaitu pendidikan yang memandang bahwa proses pendidikan
merupakan usaha yang mencoba membentuk keteraturan susunan ilmu yang
berguna bagi dirinya sebagai muslim yang harus melaksanakan kewajiban
serta fungsionalisasi atas niat atau sistem sikap yang direalisasikan dalam
kemampuan berbuat yang teratur (sistematik), (terarah), dan efektif.18
Pendidikan Islam, bila dilihat dari aspek kultural umat manusia,
merupakan salah satu alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat manusia itu
sendiri. Sebagai suatu alat, pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia kepada titik optimal
kemampuannya dalam memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan
18
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h.
108
23
kebehagiaan hidupnya di akhirat. Dalam hal ini, pelaksanaan pendidikan
sebagai alat pembudayaan sangat bergantungan pada pemegang alat tersebut
yakni para pendidik. Para pendidik memegang posisi kunci dalam menentukan
keberhasilan proses belajar, sehingga mereka dituntut persyaratan tertentu, baik
teoretis maupun praktis , dalam pelaksanaan tugasnya. Sedangkan faktor-faktor
yang bersifat internal seperti bakat atau pembawaan anak didik dan faktor
eksternal seperti lingkungan dalam segala dimensinya menjadi sasaran pokok
proses ikhtiar (usaha) para pendidik.
Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran tentang pola berfikir dan
berbuat dalam pelaksanaan pendidikan Islam, diperlukan kerangka berfikir
teoritis yang mengandung konsep-konsep ilmiah tentang kependidikan Islam, di
samping konsep-konsep operasionalnya dalam masyarakat. Dengan kata lain
bahwa untuk memperoleh suatu keberhasilan dalam proses pendidikan Islam,
diperlukan adanya ilmu pengetahuan tentang pendidikan Islam baik bersifat
teoritis maupun praktis.19
Dalam pendidikan Islam, pendidikan memiliki arti dan peran yang
sangat penting. Hal ini disebabkan ia memiliki tanggung jawab dalam
menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya, Islam sangat menghargai dan
menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai
19
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 8-9
24
pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan memuliahkan mereka melebihi
orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik.20
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan Islam tidak lepas dari kaitannya dengan eksistensi
hidup menusia sebagai wakilnya khalifah Allah SWT dimuka bumi. Salah satu
fungsi dan tugas seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam memelihara,
mengatur, dan mengembangkan potensi dasar yang beragam.21
Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam sejalan dengan tujuan misi
Islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat
akhlak al-karimah. Selain itu, ada dua sasaran pokok yang akan dicapai oleh
pendidikan Islam tadi, kebahagian dunia dan kesejahteraan akhirat, memuat dua
sisi penting. Dan ini dibandingkan pendidikan lain secara umum. Istilah tujuan
atau sasaran atau maksud dalam bahasa arab dinyatakan dengan ghayat, ahdaf,
dan maqashid. Sedangkan dalam bahasa inggris dinyatakan dengan goal ,
purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah tersebut
mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada
suatu tujuan tertentu, atau arahan, maksud yang hendak dicapai melalui upaya
atau aktifitas. 22
20 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pusta Setia, 2009), h. 77 21
Dayun Riadi, Ilmu Pendidikan Islam,… h. 59 22
Muhammad Muntahibun Nafis.Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011),
h. 60
25
3. Fungsi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip iman,
Islam, ihsan atau akidah dalam akhlak untuk menuju sasaran kemulian dan
budaya yang diridhai oleh Allah SWT setidaknya memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. Individualisasi nilai dan ajaran Islam demi terbentuknya derajat manusia
yang muttaqin dalam bersikap, berfikir dan berperilaku.
b. Sosialisasi nilai-nilai dan ajaran Islam demi berbentuk umat Islam.
c. Rekayasa kultur Islam demi terbentuknya dan berkembang peradaban Islam.
d. Menemukan, Mengembangkan, serta memelihara ilmu, teknologi dan
keterampilan demi terbentuknya para manager dan manusia profesional.
e. Pengembangan intelektual muslim yang mampu mencari, mengembangkan,
serta memelihara ilmu dan teknologi.
f. Pengembangan pendidikan yang berkelanjutan dalam bidang ekonomi,
fisika, kimia, arsitektur, seni musik, seni budaya, politik, olah raga,
kesehatan, dan sebagainya.
g. Pengembangan kualitas muslim dan warga Negara sebagai anggota dan
pembinaan masyarakat yang berkualitas kompetatif.
Manusia memiliki potensi dan banyak kemampuan sedangkan
pendidikan merupakan suatu rangkaian proses guna menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi tersebut. Adapun fungsi pendidikan Islam
26
adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas
pendidikan Islam tersebut dapat tercapai dan berjalan dengan lancar.
4. Asas-asas Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah pengembangan dalam pemikiran manusia dan
penata tingkah laku serta emosi berdasarkan agama Islam dengan maksud untuk
merealisasikan tujuan Islam di dalam kehidupan individu dan masyarakat,
yakni dalam seluruh kehidupan Islam telah menyajikan seluruh pikiran ini
dalam tatanan konsepsi yang indah dan saling terkait dan juga menyajikan
akidah-akidah yang wajib dipercaya oleh manusia untuk dapat mengerakkan
berbagai perasaan di dalam jiwanya di samping menanamkan emosi yang dapat
mendorong untuk bertingkah laku yang telah diatur oleh syari‟at tingkah laku
dalam beribadah.
Asas-asas Ta‟abbudiyah
a. Makna Ibadah.
b. Dampak eduktif dari ibadah.
Asas Tabi‟at Manusia
a. Manusia adalah Khalifah Allah SWT di muka bumi.
b. Allah SWT menciptakan manusia dalam bangunan yang sebaik-baiknya.
c. Allah SWT menundukkan segala yang ada dilangit dan dibumi bagi
manusia.
d. Perangkat Tabi‟at manusia.
27
e. Manusia sebagai makhluk yang mampu dan harus bertanggung jawab.23
C. Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang berasal dari bahasa
Arab, yaitu bangun (kamus umum bahasa Indonesia). Pembinaan berarti
pembaharuan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Pembinaan adalah berbagai macam upaya peningkatan kemampuan atau
pengrajian industri kecil dalam aspek usaha sehingga mampu mandiri.
Pembinaan adalah proses perbuatan, pembaharuan, penyempurnaan,
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan kepribadian anak di sekolah
bukan tugas guru agama saja, tetapi tugas guru pada umumnya, di samping
tugas orang tua. Namun, peran guru agama dalam hal ini sangat menentukan.
Guru agama dapat memeperbaiki kesalahan yang diperbuat. Setiap orang tua
dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik,
mempunyai kepribadian yang kuat, dan sikap mental yang sehat, serta akhlak
yang terpuji.24
23
Dayun Riadi, Ilmu Pendidikan Islam,… h. 66-72 24
Lina Hadiawati. “Pembinaan Keagamaan Sebagai Upaya Meningkatkan Kesadaran
Siswa Melaksanakan Ibadah Shalat”, Journal, No. 1, 2008, Vol. 02, h 19
28
Pembinaan adalah proses, perbuatan, cara membina, pembaharuan,
penyempurnaan, usaha tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.25
2. Pengertian Akhlak
Secara etimologi, akhlak berasal dari kata bahasa Arab, khalaqa, yang
asalnya dari kata khuluqun, yang berarti perangai, tabiat, adat, juga sebanding
dengan khalqun, yang berarti kejadian, buatan, atau ciptaan. Dengan demikian,
secara kebahasaan, istilah akhlak dapat berarti perangai, adab, tabiat, atau
sistem perilaku yang dibuat. Dengan pengertian secara bahasa tersebut,
pengertian akhlak mencakup sifat-sifat yang baik maupun buruk, bergantungan
pada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya. Tanpa menafikan kenyatan
sosiologis di Indonesia yang mengasosiasikan kata akhlak dengan konotasi
yang baik.26
Akhlak ialah suatu sikap mental atau keadaan jiwa yang
mendorongnya utuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Sementara tingkah
laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur watak naluriah dan unsur
lewat kebiasaan dan latihan. Akhlak yang tercela bisa berubah menjadi akhlak
yang terpuji dengan jalan pendidikan (tarbiyah al-akhlaq) dan latihan-latihan.
Pemikiran seperti ini jelas sejalan dengan ajaran Islam karena kandungan ajaran
Islam secara eksplisit telah mengisyaratkan ke arah ini dan pada hakikatnya
25
Darmawan Julianto, “Skripsi Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Akhlak Siswa SMPN 6 Bengkulu Tengah”, (Bengkulu:IAIN Bengkulu, 2018), h. 12 26
Zulfikri Tamin, Akhlak yang Mulia, (Emir, 2015), h. 21
29
syariat agama bertujuan untuk mengokohkan dan memperbaiki akhlak
manusia.27
Akhlak (khuluq) adalah sifat manusia yang tertanam dalam jiwa
manusia, sehingga ia akan muncul secara langsung (spontanitas) bilamana
diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dulu, serta
tidak memerlukan dorongan dari luar. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita
melihat, bahwa kita sendiri secara sengaja atau tidak sengaja pernah berbuat
sesuatu (entah perkataan atau perbuatan) ketika bermualat (berinteraksi) dengan
orang lain yang dapat kita kategorikan sebagai akhlak terpuji (Islami) dan
akhlak tercela (Jahiliyah). Akhlak bersangkutan paut dengan gejala jiwa
sehingga dapat menimbulkan prilaku. Bilamana prilaku yang timbul ini adalah
baik, maka dikatakan akhlak yang baik. Sebaliknya, bila prilaku yang timbul
adalah buruk, maka dikatakan akhlak yang buruk.28
Al-khuluq adalah etika yang dipilih seseorang. Dinamakan khuluq
karena etika bagaikan khalqah (karakter) pada dirinya. Dengan demikian,
khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan seseorang.29
QS. Al –Qalam ayat ke 4
27 Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, (Jakarta: Rajawali, 2014), h. 139 28
Ranchman Assegef, Filsafat Penidikan Islam, (Depok: PT Raja Grafindo Persada,
2017), h. 42-43 29
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 11
30
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.30
3. Macam-macam Akhlak
a. Akhlak Wad‟iyyah
Akhlak Wad‟iyyah adalah norma yang mengajarkan kepada manusia
dengan berpedoman kepada pola pikir dan pengalaman manusia. Manusia
dengan menggunakan akhlaknya berpikir dan bertindak kearah yang baik
dan benar dengan menjadikan akal sebagai rujukan dalam perbuatan
kehidupan sehari-hari.
b. Akhlak Islam Norma
c. Keagamaan adalah akhlak yang mengajarkan akhlak kepada manusia dengan
mengambil tuntunan yang telah diberikan Allah Swt. Dan Rasulullah Saw,
dalam Al-qur‟an dan Hadis.31
Salah satu ayat tentang pendidikan akhlak adalah Al-quran surat Al-
Maidah ayat 88 sebagai berikut.
30
Kementerian Agama Islam, Al-Qur’an, (Banjarsari, Yayasan Penyelenggara
Penerjemahan Al-Qur’an, 2014), h. 564 31
Abdurrohim, Madrasah Aliyah, (Jakarta: Kementrian Agama, 2014), h. 32-33
31
Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya”.32
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
Faktor- faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak atau moral
pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.
1. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah
yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan
mengandung pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh-
pengaruh luarnya.
Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki naluri keagamaan
yang nantinya akan mempengaruhi dirinya seperti unsur-unsur yang ada
dalam dirinya yang turut membentuk akhlak atau moral, diantaranya adalah:
a) Instink (naluri)
Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa
latihan sebelumya, terarah pada tujuan yang berarti bagi subjek, tidak
disadari dan berlangsungnya secara mekanis.
b) Kebiasaan
32
Kementerian Agama Islam, Al-Qur’an,… h.106
32
Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah kebiasaan
atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang
selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan.
c) Keturunan
Keturunan disebut al-Waratsah atau warisan sifat-sifat. Warisan sifat
orang tua terhadap keturunannya, ada yang sifatnya langsung dan tidak
langsung. Artinya, langsung terhadap anaknya dan tidak langsung
terhadap anaknya, misalnya terhadap cucunya. Sebagai contoh, ayahnya
adalah seorang pahlawan, belum tentu anaknya seorang pemberani
bagaikan pahlawan, bisa saja sifat itu turun kepada cucunya.
d) Keinginan dan kemauan keras
Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia
adalah kemauan keras atau kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi
jiwa untuk dapat mencapai sesuatu.
e) Hati nurani
Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu
memeberikan peringatan (isyarat) apabila tingkah laku manusia berada
diambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah “suara
batin” atau “suara hati” yang dalam bahasa arab disebut dengan
“dhamir”.
33
2. Faktor ekstern
Adapun faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari luar yang
mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi:
a. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau
suatu masyarakat adalah lingkungan.
b. Pengaruh keluarga
Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga
dalam pendidikan yaitu memberikan pengalaman kepada anak baik
melalui penglihatan atau pembinaan menuju terbentuknya tingkah laku
yang diinginkan oleh orang tua.
c. Pengaruh sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan
keluarga dimana dapat mempengaruhi akhlak anak.
d. Pendidikan masyarakat
Masyarakat dalam pengertian yang sederhana adalah kumpulan
individu dalam kelompok yang diikat oleh ketentuan Negara,
kebudayaan dan agama.
5. Faktor penghambat terjadinya akhlak
a. Orang tua
34
Faktor keluarga (orang tua) yang ikut serta berpartisipasi aktif dalam
memberikan perhatian pada anak untuk selalu mengajarkan yang baik dan
selalu menjadi tauladan yang baik bagi anak-anak mereka. Yang menjadi
penghambat dalam pembinaan akhlak adalah kebanyakan dari orang tua
hanya terbiasa mengarahkan/memerintahkan sesuatu tanpa dibarengi
perbuatan yang nyata. Sehingga anaknya sendiri beranggapan bahwa orang
tuannya belum mampu dijadikan figure/pimpinan yang patut ditiru.
b. Pendidik/guru
Faktor guru, guru yang selalu menjadi tauladan utama dalam sekolah
sebagai orang yang membina akhlak anak didiknya, maka guru selalu
menjadikan apa yang dilakukannya menjadi perbuatan yang baik dan
mengajarkan segala sesuatu yang baik, sehingga anak yang melihat dan
kemudian mencontohnya akan menjadi baik pula.
c. Peserta didik
Faktor ini terbagi kedalam dua bagian meliputi faktor fisiologis
(jasmani) dan psikologis (jiwa). Faktor fisiologis pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam
keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam
keadaan kelelahan.33
6. Metode/Bentuk-bentuk Pembinaan Akhlak Bagi Anak
33
Syaepul manan, “Pembinaan akhlak mulia melalui keteladan dan pembiasaan”,
Jurnal Pendidikan Agama Islam –Ta‟lim Vol. 15 No. 1-2017
35
a. Pembinaan dengan keteladanan
Keteladanan adalah salah satu cara yang ampuh dalam membina
kepribadian anak, sebab orang tua adalah contoh yang utama dimata anak-
anaknya, kepribadian orang tua, cara hidup mereka merupakan unsur-unsur
pendidikan yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak.
Sikap dan tingkah laku anak, sanksi dipengaruhi orang tua. Anak memiliki
potensi untuk menjadi orang yang baik dan menerima dasar-dasar
pendidikan yang baik, namun anak dapat menjadi orang yang telah jauh dan
harapan ia melihat pendidikannya tidak baik, perbuatannya berbeda dengan
ucapanya. Demikian juga mengenai sholat, orang tua yang hanya menyuruh
anaknya mengerjakan sholat, tetapi ia sendiri tidak melakukannya atau lalai
melaksanakannya, maka yang demikian itu bukanlah teladan yang baik bagi
anak, hal yang demikian dapat menurunkan wibawa orang tua.
b. Pembinaan dengan pembiasaan
Setiap orang tua pasti mengiginkan anaknya menjadi anak yang baik
dan orang yang taat dalam menjalankan Ibadah. Oleh sebab itu orang tua
harus menyadari bahwa dalam pembinaan sholat kepada anak sanggat
diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang sesuai dengan
perkembangan jiwa anak, pembiasaan dan latihan-latihan tersebut akan
membentuk kepribadian dan sikap anak yang lambat laun sikap itu tak
tergoyahkan, karena telah menjadi bagian dari pribadinya.
c. Pembinaan dengan nasehat
36
Pendidikan dengan nasehat sangat berguna bagi anak dalam
menjelaskan segala hakekat sesuatu kepadanya. Dalam Al-Qur‟an yang biasa
-ulang, agar nasehat itu mendapat perhatian dari yang menerima diartikan
dengan nasehat adalah kata mau’izah, mau’izah adalah nasehat yang lembut
yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
Nasehat itu disampaikan dengan ikhlas dan disampaikan berulang nasehat.
Demikian keikhlasan nasehat, nasehat yang disampaikan kepada oran lain itu
dapat menyentuh pendengaran, maka hendaklah :
1. Yang memberi nasehat merasa terlibat dalam isi nasehat tersebut, dalam
arti serius memberikan nasehat.
2. Yang menesehati merasa prihatin terhadap nasib orang yang dinasehati.
3. Yang menasehati hendaklah ikhlas, artinya lepas dari kepentingan pribadi
secara duniawi.
4. Memberikan nasehat secara berulang-ulang.
d. Pembinaan dengan pengawasan
Anak dalam ajaran Islam adalah amanah Allah, amanah itu wajib
dipertanggung jawabkan, oleh karena itu orang tua bertanggung jawab untuk
mengawasi dan mengontrol anak-anak mereka dalam segi kehidupan dan
aspek pendidikan. Pendidikan disertai dengan pengawasan terhadap anak
yang dimaksud adalah mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah
dan moral, mengawasi keadaan baik dalam pendidikan jasmani maupun
rohani.
37
e. Pembinaan dengan sanksi atau hukuman
Pemberian hukuman dari pendidik kepada peserta didik bukanlah
diberikan begitu saja. Hukuman diberikan kepada anak didik setelah anak
didik dinasehati, diberi peringatan, diberi motivasi dan persuasi atau dengan
melalui sindiran, namun jika terpaksa memukul, maka cukup pukulan sekali
saja yang menimbulkan anak didik merasa ringgan dan menganggap remeh
terhadap hukuman, hukuman disini yang diperlukan bahwa dengan hukuman
tersebut akan ada pengaruh positifnya, anak menyadari kesalahannya,
bukanlah terletak kepada banyak dan beratnya hukuman pukulan yang
diberikan oleh pendidik.
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam
Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad
SAW. Yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. 34
5. Faktor Penyebab Terjadinya Keburukan Akhlak
a. Rendahnya pendidikan generasi muda
Seperti rendahnya iman, dan ibadah pada dirinya, lalu kecendrungan
nafsunya tidak dapat dikendalikan lagi.
b. Kemerosotan akhlak
34
Atin Nurbaya, Skripsi Upaya Guru dalam membina Akhlak siswa di SMA Negeri 1
Ulok Kupai Kecamatan Ulok Kupai Bengkulu Utara, (Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2015), h.
30-35
38
Akibatnya dari ketauladanan orang tua atau pemimpin umat, yang
cendrung selalu memperlihatkan perbuatannya yang buruk, lalu dicontoh
oleh generasi mudahnya
c. Pergaulan buruk dengan sesama teman sebaya
Akibatnya sangat berbahaya terhadap perkembangan akhlak, maka
disinilah orang tua darus berhati-hati dan harus selalu menyarankan dan
mengontrol pergaulan anaknya, jangan terlalu akrab bergaul dengan anak-
anak yang sudah rusak akhlaknya.35
6. Hikmah Mempelajari Ilmu Akhlak
a. Peningkatan amal ibadah yang lebih baik, lebih khusyuk, dan lebih ikhlas.
b. Peningkatan ilmu pengetahuan untuk meluruskan perilaku dalam kehidupan,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
c. Peningkatan kemampuan mengembangkan sumber daya diri, agar lebih
mandiri dan berprestasi.
d. Peningkatan kemampuan bersosialisasi, melakukan silaturrahmi, dan
membagun ukhuwah atau persaudaraan dengan sesama manusia dan sesama
muslim.
e. Peningkatan penghambaan jiwa kepada Allah yang menciptakan manusia
beserta alam dan isinya.
f. Peningkatan kepandaian bersyukur dan berterima kasih kepada Allah atas
segala nikmat yang telah diberikan-Nya.
35
Mahjuddin, Akhalak Tasawuf, (Jakarta Pusat: Kalam Mulia, 2009), h. 50-53
39
g. Peningkatan strategi beramal shaleh, yang dibangun atas dasar rasionalitas.36
7. Norma-norma Akhlak
Adapun norma-norma akhlak sebagai berikut
a. Dilarang mengsekutukan Allah.
b. Berbakti kepada kedua orang tua.
c. Dilarang membunuh anak-anak.
d. Dilarang melakukan perbuatan keji yaitu zina, homo, dan lesbi.
e. Dilarang membunuh seseorang tanpa alasan yang dibenarkan.
f. Berbuat baik kepada anak yatim dan tidak memakan harta bendanya.
g. Menyempurnakan takaran dan timbangan.
h. Berlaku adil, baik dalam perkataan maupun tindakan, meskipun terhadap
sanak kerabat.
i. Memenuhi perjanjian dengan Allah secara khusus, dan perjanjian-perjanjian
yang lainnya, secara umum.
j. Dilarang menikahi muhrim.
k. Dilarang melakukan praktek riba.
l. Dilarang memakan bangkai, darah, dan daging babi.37
D. Peneliti Yang Relavan
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa penelitian
terdahulu yang relevan, yakni sebagai berikut:
36
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: kalam mulia, 2009), h. 25 37
Muhammad Shahrur, metodologi Fiqih Islam Kontemporer, (Depok sleman
Yogyakrta: Elsaq, 2010), h. 197-201
40
1. Skripsi oleh Iis Naini : ”Pelaksanaan Pembinaan Akhlak
Santri Di Pondok Pesantren Darul Amal Desa
Tunggang”
Pada tahun 2015, Iis Naini melakukan untuk mengetahui Pelaksanaan
Pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Darul Amal Desa Tunggang dan
faktor yang menjadi pendukung dan penghambatnya. Penelitian tersebut
menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: 1). Pelaksanan Pembinaan Akhlak Santri di Pondok
Pesantren Darul Amal Desa Tunggang dilakukan dengan cara melalui kegiatan-
kegiatan positif, seperti kegiatan muhadarah, ceramah, pengajian. Melalui
penerapan nilai-nilai akhlak di setiap mata pelajaran.
Guru diharuskan memberi teladan yang sangat baik pada santri.
Melalui peraturan-peraturan yang ada. 2). Hambatan yang dilalui ialah: Anak-
anak santri putra masih dipengaruhi oleh akhlak ditempat tinggal masing-maing
santri serta karakter bawaan atau watak santri.38
Persamaan peneliti tersebut dengan peneliti ini ialah sama-sama
membahas dan meneliti tentang pembinaan akhlak. Sedangkan perbedaannya
ialah peneliti tersebut meneliti tentang pembinaan akhlak dan faktor
penghambatnya. Selain itu, peneliti tersebut dilakukan di pondok pesantren
sedangkan peneliti ini dilakukan di sekolah umum.
38
IIs Naini, “pelaksanaan pembinaan akhlak santri di pondok pesantren darul amal
desa tunggang”, (Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2015), h. 2-3
41
2. Skripsi oleh M. Abdul Rais: “Upaya Guru-Guru Rumpun Pendidikan Agama
Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri
Kepahiang”.
Pada tahun 2005, M. Abdul Rais melakukan untuk Upaya Guru-Guru
Rumpun Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di
Madrasah Aliyah Negeri Kepahiang dan menjadi faktor pendukung dan
penghambatnya. Penelitian tersebut menggunakan penelitian kualitatif dengan
jenis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
1). Upaya Guru-Guru Rumpun Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Akhlak Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri Kepahiang dilakukan
dengan cara melalui kegiatan bimbingan, mengarahkan dan membina dengan
jalan mengajak untuk melaksanakan shalat Dhuha dan Zuhur secara berjamaah
setiap hari, terkecuali hari jum‟at, latihan kultum yang dilaksanakan setiap
selesai melaksanakan sholat Zuhur, buka puasa bersama setiap bulan
Rohmadhan dan berkunjung kepada yang terkena musibah sakit atau kematian.
Selain melalui imteq pembinaan juga dilakukan melalui kegiatan exstra
kulikuler yang ada di sekolah, kegiatan pramuka dan bela diri yang ada di
sekolah, yang dilaksanakan setiap hari jum‟at soreh dan minggu pagi dapat
membentuk atau menumbuhkan sifat, mau menghargai pendapat orang lain,
rendah diri, bertanggung jawab terhadap tugas dan dapat mendidik disiplin.
42
2). Hambatan yang dilalui ialah: siswa kurang tanggap terhadap
peraturan dan siswa sulit menghilangkan budaya lokal ketika bergaul di
sekolah.39
Persamaan peneliti tersebut dengan peneliti ini ialah sama-sama
membahas dan meneliti tentang pembinaan akhlak. Sedangkan perbedaannya
ialah peneliti tersebut meneliti tentang pembinaan akhlak dan faktor pendukung
dan penghambatnya. Selain itu, peneliti tersebut dilakukan di MA terhadap
siswa-siswa yang sudah baliq, sedangkan peneliti ini dilakukan di sekolah
umum pada anak-anak.
3. Skripsi oleh Ummi Habibah: “Pembinaan Akhlak Madrasah Aliyah Ali
Maksum Krapyak Yogyakarta”.
Pada tahun 2009, Ummi Habibah melakukan untuk Pembinaan Akhlak
Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta dan menjadi faktor
pendukung dan penghambatnya. Penelitian tersebut menggunakan penelitian
kualitatif dengan jenis fiel research. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
1). Pembinaan Akhlak Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta dilakukan dengan diadakan buku-buku paket di perpustakaan
sehingga memudahkan siswa memproleh buku dengan meminjam, berada di
lingkungan pesantren, jadi keadaan siswa biar lebih terkontrol.
39
M. Abdul Rais: “Skripsi Upaya Guru-Guru Rumpun Pendidikan Agama Islam
Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri Kepahiang”, (Bengkulu: STAIN
Bengkulu, 2005), h. 60
43
2). Hambatan yang dilalui ialah: Siswa berada di dalam asrama yang
tentunya tinggal dengan teman-teman sebaya yang mempunyai tingkat ego
yang sama sehingga terkadang sering timbul konflik, BK tidak mempunyai
waktu klasikal yang tetap, pergaulan siswa di luar jam pelajaran dengan
lingkungan luar yang terkadang membawa ke arah yang negatif, ketika di dalam
kelas terkadang tidak semua siswa mendegarkan pelajaran.40
Persamaan peneliti tersebut dengan peneliti ini ialah sama-sama
membahas dan meneliti tentang pembinaan akhlak. Sedangkan perbedaannya
ialah peneliti tersebut meneliti tentang pembinaan akhlak dan faktor pendukung
oleh guru dan faktor penghambatnya. Selain itu, peneliti tersebut dilakukan di
MA, sedangkan peneliti ini dilakukan di sekolah umum.
F. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini dapat meningkatkan pelaksanaan pembinaan
akhlak siswa kelas V di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko, serta dapat memperbaiki akhlak siswa kelas V di SDN 03 Teramang
Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko dengan pembinaan yang dilakukan di
sekolah dapat dilakukan dengan cara kegiatan yang positif, memberikan contoh-
contoh yang tauladan, mengajarkan siswa agar terbiasa melakukan hal-hal yang
baik. Dan memberi tahu siswa yang melanggar peraturan sekolah atau
40
Ummi Habibah. “Pembinaan Akhlak Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta”, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009), h. 94-95
44
menghukum siswa yang sudah tidak dapat lagi dinasehati sehingga siswa tersebut
harus menerima sanksi dari guru.
Gambar: 2.1
Kerangka Konseptual
Pembinaan Akhlak Siswa
Akhlak Siswa
Sekolah
Upaya Guru Pembinaan Akhlak
Siswa
U
Upaya Guru Pai (Pendidikan Agama Islam) Dalam Pelaksanaan Pembinaan
Akhlak Siswa Kelas V Di Sdn 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif.
pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang
terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.
penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.41
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau
hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Suatu penelitian kualitatif
dieksplorasi dan diperdalam dari suatu fenomena sosial atau suatu lingkungan
sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat dan waktu.42
Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupaya ucapan atau tulisan dan prilaku orang-
orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian
yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau prilaku yang dapat diamati dari
suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu
41
Juliansyah Noor, Medotologi Penelitian (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama), h. 32 42
Djama‟an Satori, Metodologi Penelitian Kualitati, (Bandung:Alfabeta, 2017), h. 22
46
keadaan konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif,
dan holistik.43
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Natural Setting)
disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.44
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 03 Desa Teramang Jaya Kecamatan
Teramang Jaya Kabupaten Mukomuko. Waktu ini dilakukan pada tanggal 18 Juli
s/d 29 Agustus 2019.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan, maka peneliti
menetapkan beberapa prosedur pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu:
1. Observasi
Observasi yaitu, untuk menyajikan gambaran realistis prilaku atau
kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti prilaku manusia, dan
evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan
umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Beberapa bentuk observasi yang
43
V. Wiratna Sujarweni, metodologi penelitian, (Yogyakarta:Pustaka Baru Pres, 2014),
h.19 44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 14
47
dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu partisipasi tidak terstruktur
dan kelompok tidak terstruktur.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu
Disini penelitilah yang berperan aktif untuk bertanya dan memancing
pembicaraan menuju masalah tertentu kepada informan, agar memperoleh
jawaban dari permasalahan yang ada, sehingga diperoleh data penelitian.
Penggunaan metode wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan
keterangan secara face to face, artinya secara langsung berhadapan dengan
informan. Hal ini juga dimaksudkan untuk mencari kelengkapan data yang
diperoleh.
Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah
wawancara terstruktur yaitu peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi yang akan diperoleh maka dalam melakukan wawancara peneliti
telah menyiapkan instrumen peneliti berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
dengan alternative jawaban yang telah disiapkan.
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai
48
tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada
kesempatan lain.
3. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, cacatan
harian, cendra mata, laporan, artefek, dan foto. Sifat utama data ini tak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam. Secara detail, bahan
documenter terbagi beberapa macam yaitu, autobiografi, surat pribadi, buku
atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data
di server dan plasdisk, dan data tersimpan di web site.
D. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan
suatu metode penelitian kualitatif. Sebagai instrument peneliti adalah penelitian
sendiri sebagai instrument utama. Instrument yang lain adalah daftar observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
E. Informan Penelitian
Yaitu menjelaskan besarnya jumlah yang akan diteliti, subyek dan
informan merupakan orang-orang yang akan memberikan data yang kita butuhkan
dalam penelitian.
Adapun yang menjadi informan adalah kepala sekolah, guru TU, guru
pendidikan agama Islam, wali siswa, dan siwa-siwa kelas V.
49
F. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data merupakan pembuktian bahwa apa yang telah
dialami oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada. Untuk
mengetahui keabsahan data peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu
menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan. Pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Dalam hal ini peneliti membandingkan
pendapat informan yang satu dengan yang lainnya agar keabsahan data tersebut
benar-benar terjamin.
Triangulasi dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Triangulasi sumber
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang dalam penelitian kualitatif. Peneliti membandingkan antara hasil
wawancara dengan siswa dengan hasil pengamatan pembelajaran guru di kelas.
2. Triangulasi metode
Terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dalam hal ini
50
peneliti, melalui sumber data yaitu guru dan siswa dengan menggunakan
metode wawancara.
3. Triangulasi waktu
Dalam pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,
atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Dalam penelitian ini
melakukan wawancara dengan sumber yang sama dalam waktu yang berbeda.
G. Teknik Analisis Data
Data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
1. Reduksi data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan membersihkan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraia singkat, bagan, hubungan antara katagori, flowchart, dan sejenisnya yang
paling digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
51
3. Verifikasi data/penarikan kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan data verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
mendukung pada pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konstisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Sehubungan dengan penelitian ini, peneliti hanya ingin mengetahui hal-
hal yang berhubungan dengan keadaan yang diteliti yaitu:
a. Akhlak siswa
b. Bentuk pembinaan akhlak siswa.
c. Upaya guru terhadap pelaksanaan pembinaan akhlak siswa
Serta data-data lain yang relavan dengan masalah yang diteliti. Apabila
datanya sudah terkumpul semua kemudian diklasifikasikan yaitu
menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan
menurut katagori untuk memperoleh kesimpulan.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Wilayah Peneliti
1. Identitas sekolah
Nama sekolah : SDN 03 Teramang Jaya
NSS : 101260605003
NPSN : 10701379
Alamat Sekolah : Teramang Jaya
Kecamatan : Teramang Jaya
Alamat E-Mail : esdetiga [email protected]
Status Sekolah : Negeri
Akreditasi : C
Tahun : 2016
Nomor : 005-02.01.00447-9
Nama : SDN 03 Teramang Jaya
Jarak Sekolah dengan
Pemukiman Permanen : 5 M
Kepala Sekolah :
Nama : Alfian, S.Pd.SD
NIP : 197010151992061001
53
2. Sejarah Berdirinya SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko
SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko
didirikan oleh Bapak Haliun, Bapak Meliter, Bapak Jepang, Bapak Ribut,
Bapak Usman, dan Bapak Sihap pada tanggal 10 bulan Maret 1980. Pada
awalnya, nama SD ini adalah SD Kuala Teramang. Dan dengan berjalannya
waktu dari tahun 1980 sampai tahun 2016 SDN ini menjadi SDN 03 Teramang
Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko dan pada detik ini banyak
perubahan yang terjadi pada SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko yang awalnya tidak diketahui oleh banyak penduduk luar, dan tidak
ada penduduk luar yang sekolah di SDN 03 Teramang Jaya sekarang sudah ada
beberapa yang sekolah di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko.45
3. Visi dan Misi SDN 03 Teramang Jaya SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko.
a. Visi SDN 03 Teramang Jaya SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko.
“Mencetak Generasi Penerus yang siap pakai sesuai dengan bidang
keahliannya serta meningkatkan kemampuan siswa yang bertakwa, cerdas,
terampil, dan berprestasi.”
45 Sumber: Data TU SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko. Diambil
tanggal 23 Juli 2019.
54
b. Misi SDN 03 Teramang Jaya SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko.
1). Meningkatkan minat dan bakat untuk meraih prestasi.
2). Meningkatkan kecintaan kepada diri sendiri dan lingkungan sekitar.
3). Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif bagi siswa
sesuai potensi masing-masing.
4). Menumbuhkan semangat dalam belajar.
4. Keadaan Tenaga Pendidik SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko
Untuk mendukung terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik
maka perlu didukung oleh berbagai komponen yang ada, diantaranya adalah
Pendidik yang tertera dalam tabel 4.1 berikut:46
Table 4.1
Data Pendidik SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko
No Nama L/
P B. Studi
Status
Pengawai
1 Alfian, S.Pd.SD L Kepala Sekolah PNS
2 A. Nasutio L Guru Kelas PNS
3 Imarni, S.Pd.SD P Guru Kelas PNS
4 Oki Oktovia, S.Pd P Guru Kelas CPNS
5 Almukhanazen,
S.Pd.I L
Guru Mata Pelajaran
PAI Honor Daerah
46
Sumber: Data TU SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko. Diambil tanggal 23 Juli 2019.
55
6 Yusliani, S.Pd P Guru Kelas Honor Daerah
7 Abdul Hamid,
S.Pd L Guru Kelas Honor Daera
8 Nur Kasiah, S.Pd P Guru Kelas Honor Daerah
9 Eci Sukmawati,
S.Pd P Pustaka Honor Daerah
10 Ilyas L Penjaga Honor Daerah
5. Sarana dan Prasarana SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko
Agar proses belajar mengajar belajar dengan baik, maka dibutuhkan
sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana merupakan
pendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. Jika sarana dan prasarana
tidak memadai maka proses belajar mengajar akan menajadi terhambat. Adapun
sarana dan prasarana SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko Tabel 4.2 berikut:47
Tabel 4.2
Sarana dan Prasarana SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko
No Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi
Baik Rusak
1 Ruang Kelas 6 3 3
2 Ruang Kepala Sekolah 1 1
3 Ruang Tata Usaha
4 Ruang Guru 1 1
5 Ruag BP/BK
47
Sumber: Data TU SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko. Diambil tanggal 23 Juli 2019.
56
6 Ruang UKS/PMR
7 Perpustakaan 1 1
8 Labaoratorium
Ipa
Multimedia
Komputer
Bahasa
Fisika
Biologi
Kimia
9 Ruang Keterampilan
10 Tempat ibadah
11 Toilet 1
12 Air Bersih
13 Listrik 1 1
14 Lapangan olah raga
15 Kursi Siswa 130 100 30
16 Meja Siswa 130 100 30
17 Kursi Guru dan TU 12 9 3
18 Meja Guru dan TU 12 9 3
6. Keadaan Jumlah Siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko
Adapun jumlah siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko sebagaimana tertera dalam tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko
No KELAS L/P
Jumlah L P
1 I (Satu) 7 4 11
2 II (Dua) 5 4 9
3 III (Tiga) 6 5 11
4 IV (Empat) 6 2 8
5 V (Lima) 3 2 5
57
6 VI 5 1 1
Jumlah 32 18 50
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti sebutkan dalam BAB I
maka peneliti akan menjabarkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Akhlak Siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko
Akhlak yang peneliti maksudkan disini ialah tingkah laku
seseorang, tabiat, atau perangai seseorang. Akhlak terbagi menjadi dua adalah
akhlak yang terpuji dan tercela yang terdapat di dalam diri seseorang. Akhlak
terpuji contohnya adalah berbuat baik terhadap muslim dan non muslim, jauh
dari narkoba, berprilaku sopan terhadap orang lain, dan bersikap rendah hati.
Akhlak yang tercela contohnya adalah berbohong, sombong, memilih teman,
dan tidak sopan terhadap orang lain.
Secara umum, akhlak siswa di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang
Jaya Kab. Mukomuko menanggapi beragam akhlak siswa yang telah
diungkapkan oleh guru PAI (Pendidikan Agama Islam), Seperti yang dijelaskan
oleh Bapak Abdul Hamid, S.Pd.
“Akhlak siswa di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko ini untuk seluruh siswa-siswi, beragam bentuk akhlak
misalnya masih ada siswa berkata kotor, berkelahi, ribut saat jam
pelajaran, siswa tidak sopan terhadap teman sebaya maupun guru,
datang terlambat kesekolah”.48
48 Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd. pada 23 Juli 2019
58
Hal ini juga diungkapkan oleh kepala sekolah Alfian, S.Pd.SD seperti
yang telah dijelaskan:
“Akhlak merupakan cermin diri seseorang untuk mengetahui akhlak
yang baik atau buruk, dan kondisi akhlak siswa SDN 03 Teramang
Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko seperti masih melanggar
jam masuk sekolah, masih ada siswa yang keluar masuk kelas ketika
jam pelajaran berlangsung”.49
Dan diungkapkan pula oleh TU Eci Sukmawati, S.Pd. Seperti yang
telah diungkapkan:
“emm,,, masih banyak siswa yang datang terlambat, berbuat tidak baik
pada teman, tidak mematuhi peraturan sekolah”.50
Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu Neli selaku wali kelas V,
sebagai berikut:
“Owh,,, tingkah laku anak SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang
Jaya Kab. Mukomuko itu masih perlu banyak di benahi karna masih
banyak siswa yang datang terlambat, dan tidak mematuhi peraturan
sekolah maupun dirumah”.51
Peneliti juga menanyakan hal tersebut kepada siswa Kelas V, Seperti
yang diungkapkan oleh Dafa sebagai berikut:
“Dari siswa yang ada, ada beberapa siswa yang memiliki akhlak yang
baik dan ada juga siswa yang memiliki akhlak yang buruk, tetapi disini
masih banyaknya siswa yang mempunyai prilaku yang tidak baik
misalkan, tidak menghargai teman sebaya, masih banyak yang datang
terlambat, masih banyak siswa ribut saat jam pelajaran berlangsung”.
49
Wawancara dengan Alfian S.Pd. SD pada 25 Juli 2019 50 Wawancara dengan Eci Sukmawati, S. Pd Pada 23 Juli 2019 51 Wawancara dengan Neli, Pada 3Agustus 2019
59
Dan diungkapkan pula oleh siswa yang lain oleh Naffa, seperti yang
telah diungkapkan:
“Beragam bentuk tingkah laku siswa, siswa disini masih banyak yang
pulang kerumah saat keluar main, masih banyak siswa yang memakai
sendal, dan masih banyak siswa yang mengeluarkan baju saat di
sekolah”.52
Dari beberapa informan diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa akhlak
siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko bahwa
akhlak siswa masih ada yang melanggar peraturan sekolah, berkata kotor, tidak
menghargai teman sebaya maupun orang lebih tua, dan akhlak siswa masih
cenderung kearah yang tidak positif.
2. Bentuk Pembinaan Akhlak Siswa Kelas V SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko
Pembinaan akhlak adalah membibing seorang untuk melakukan
perbuatan, tingkah laku ataupun perangai yang baik, supaya seorang tersebut
memiliki tingkah laku yang baik, supaya tidak merugikan orang lain maupun
diri sendiri.
Secara umum, bentuk pembinaan akhlak SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko dilaksanakan secara menyeluruh supaya siswa
memiliki akhlak yang baik. Pembinaan akhlak siswa yang diterapkan terhadap
semua siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko
52 Wawancara dengan Naffa, pada 3 Agustus 2019
60
yang dilakukan di sekolah ini terhadap pembinaan akhlak siswa sangat
berpengaruh. Seperti yang dijelaskan oleh Abdul Hamid, S.Pd seperti:
“Guru dapat memberikan contoh kepada siswa terhadap prilaku yang
baik agar siswa dapat mencontohkan prilaku tersebut. Dari prilaku
yang telah kita contohkan terkadang ada beberapa murid yang
menyambut positif dan ada juga sebagian masih berat untuk menerima,
bagi siswa yang masih berat menerima kemungkinan disebabkan oleh
watak dan prilaku dilingkungan tempat tinggal. Pembinaan yang
dilakukan misalnya melakkan perbuatan yang baik seperti
mengajarkan mereka membantu teman yang lagi membutuhkan, saling
berbagi makanan, jam masuk kelas tepat waktu, mengajarkan
membuang sampah pada tempatnya”.53
Tanggapan kepala sekolah terhadap bentuk pembinaan akhlak siswa
yang diungkapkan oleh Alfian, S.Pd.SD seperti:
“Pembinaan akhlak ini kami lakukan agar siswa dapat mencontohkan
akhlak yang baik, pembinaan ini juga dapat dilakukan dengan metode
yang berbeda sesuai dengan watak atau sifat anak”.54
Dan diungkapkan pula oleh TU Eci Sukmawati terhadap bentuk
pembinaan akhlak seperti berikut:
“Ya guru melakukan pembinaan dengan pendekatan terlebih dahulu,
lalu menanyakan kepada siswa untuk mengungkapkan keluhan-
keluhan yang dihadapi oleh siswa, dan memberikan beberapa nasehat
untuk siswa supaya menghindari dari tingkah laku buruk”.55
Tanggapan wali siswa terhadap bentuk pembinaan yang dilakukan
guru pada siswa seperti yang diungkapkan oleh ibu Neli sebagai berikut:
53
Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd. Pada 23 Agustus 2019 54 Wawancara dengan Alfian, S.Pd,SD. 25 Juli 2019 55 Wawancara dengan Eci Sukmawati, 23 Juli 2019
61
“Bahwa bentuk pembinaan yang dilakukan terhadap siswa itu baik
agar siswa tahu indahnya akhlak yang baik terhadap orang lain
maupun diri sendiri”.56
Peneliti juga menanyakan juga kepada siswa kelas V, untuk
mengetahui bentuk pembinaan yang dilakukan guru seperti yang diungkapkan
oleh Dava sebagai berikut:
“Guru disini melakukan pembinaan dengan berbagai bentuk, karna
siswa disini watak dan sifatnya berbeda-beda, guru membiasakan kami
untuk datang tepat waktu, melakukan hukuman pada siswa yang
melanggar peraturan, menasihati teman-teman yang sedang
mendapatkan masalah”.57
Dan diungkapkan pula oleh siswa kelas V tentang bentuk pembinaan
akhlak yang diungkapkan oleh Naffa seperti:
“wah,,, kami diminta oleh guru untuk membuang sampah pada
tempatnya, menasehati jika kami melakukan perbuatan yang salah,
mengajarkan kami untuk menghargai orang yang lebih tua maupun
teman sebaya”.58
Dari penjelasan diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa pembinaan
akhlak adalah membentuk karakter siswa sesuai dengan watak siswa itu
masing-masing, menasehati siswa supaya tidak terjerumus dalam bentuk akhlak
yang tercela berupa tidak sopan terhadap teman maupun orang tua, menghukum
siswa yang melanggar peraturan sekolah. Pembinaan ini dilakukan karna masih
banyaknya siswa yang memiliki watak dan sifat yang tidak terpuji, guru adalah
seorang yang dapat membantu siswa dalam memecahkan persoalan-persoalan
56
Wawancara dengan Neli, pada 3 Agustus 2019 57 Wawancara dengan Dava, pada 3 Agustus 2019 58 Wawancara dengan Naffa, pada 3 Agustus 2019
62
yang dihadapi siswa, seorang guru harus menggunakan pola pendekatan supaya
siswa mau terbuka dan mengungkapkan persoalan-persoalan yang dihadapinya.
3. Upaya Guru Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa SDN 03
Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko
Upaya yang dilakukan untuk pembinaan akhlak siswa Siswa di SDN
03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko dilakukan dengan
bimbingan dan arahan terhadap siswa sehingga menunjukkan siswa masih
memiliki akhlak yang baik. Selain memberikan bimbingan dan arahan, upaya
yang dilakukan dalam pembinaan akhlak siswa ini mendapat dukungan dari
dewan guru yang lain.
Upaya yang dilakukan oleh guru PAI Siswa di SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko seperti yang diungkapkan oleh bapak
Abdul Hamid, S.Pd sebagai berikut:
“Selaku guru PAI (Pendidikan Agama Islam), upaya-upaya yang kami
lakukan dalam pembinaan ini seperti diberlakukan sanksi atas segala
bentuk pelanggaran dari peraturan-peraturan yang telah disepakati
antara murid, wali murid, sanksi-sanksi tersebut bisa berbentuk
hukuman”.59
Kemudian Alfian, S.Pd. SD Kepala sekolah SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko menambahkan:
“Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk membina muridnya
sangat beragam. Pertama, melalui keagiatan-kegiatan positif, seperti
kegiatan ceramah, Kedua melalui penerapan nilai-nilai akhlak disetiap
mata pelajaran (berpakaian rapi, datang tepat waktu, bertutur kata dan
perbuatan yang sopan, dan menghargai). Ketiga, tentunya guru
59 Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd, pada 23 Juli 2019
63
diharuskan memberi teladan yang sangat baik kepada murid. Keempat,
melalui peraturan-peraturan yang ada. Terakhir, melalui pemberian
sanksi untuk siswa yang melanggar (diberikan 10 soal bagi yang tidak
mengerjakan pekerjaan rumah (PR), hukuman berdiri depan kelas,
mengambil sampah, dan memanggil orang tua), dan penghargaan bagi
siswa yang berprestasi dan ber-akhlakul baik”.60
Dan dijelaskan juga oleh TU Eci Sukmawati, S.Pd seperti yang
diungkapkan sebagai berikut:
“Memberikan bimbingan, mengarahkan dan membina dengan jalan
mengajak untuk melaksanakan peraturan sekolah, dan menasehati
siswan yang melakukan kesalahan”.61
Karena belum merasa puas dengan jawaban diatas, maka peneliti
melakukan wawancara lagi dengan siswa kelas V. Upaya guru terhadap bentuk
pelaksanaan pembinaan akhlak siswa yang diungkapkan oleh Dava seperi
berikut:
“Bentuk-bentuk pembinaan akhlak yang dilakan oleh bapak dan
kepada kami bebarapa bentuk, ada yang dari mata pelajaran, seperti
semua mata pelajaran yang ada di SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko ini masih ditanamkan nilai-nilai
akhlak, disekolah kami dibiasakan berakhlak yang baik, berprilaku
sopan”.62
Dan ditambahkan juga oleh anak kelas V Naffa bentuk pelaksanaan
pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru seperti:
“Melakukan bakti sosial, mematuhi peraturan yang ada, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menceritakan masalahnya, dan
60
Wawancara dengan Alfian, S Pd.SD. Pada 25 Juli 2019 61 Wawancara dengan TU Eci Sukmawati, Pada 23 Juli 2019 62 Wawancara dengan Dava pada 3 Agustus 2019
64
memberikan pendapat-pendapat utuk menemukan solusi disetiap
permasalahan siswa”.63
Dari penjelasan diatas dapat peneliti simpulkan, bahwa secara
keseluruhan upaya yang dilakukan oleh pihak SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko dalam pembinaan akhlak siswa adalah sebagai
berikut: Melalui kegiatan-kegiatan positif Seperti, ceramah dari guru, bhakti
sosial, penanaman nilai-nilai akhlak yang baik dalam setiap mata pelajaran
melalui teladan yang baik dari guru (berpakaian rapi, datang tepat waktu,
bertutur kata dan perbuatan yang sopan, dan menghargai orang lain), melalui
perturan-peraturan yang ada, melalui pemberian sanksi bagi siswa yang
melanggar peraturan (diberikan 10 soal bagi yang tidak mengerjakan pekerjaan
rumah (PR), hukuman berdiri depan kelas, mengambil sampah, dan memanggil
orang tua), dan memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menjelaskan
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Akhlak Siswa Kelas V SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko
Untuk rumusan masalah pertama ini, peneliti memperoleh data dari
hasil wawancara. Hal ini yang peneliti lakukan pada tahap wawancara adalah
mengamati sikap siswa yang ada di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang
Jaya Kab Mukomuko mulai masuk di lingkungan SDN 03 Teramang Jaya Kec.
63 Wawancara dengan Naffa, pada 3 Agustus 2019
65
Teramang Jaya Kab. Mukomuko sampai pada proses belajar dan sesudah
sekolah, dan sikap siswa di luar proses belajar di sekolah seperti di rumah.
Kemudian setelah observasi di lapangan, peneliti melakukan wawancara
terhadap guru PAI (pendidikan Agama Islam), Kepala Sekolah, TU, wali siswa,
dan siswa-siswi kelas V.
Akhlak adalah tingkah laku seseorang, tabiat, perangai yang dimiliki
seseorang sehingga orang tersebut memiliki tingkah laku yang baik atau buruk.
Tetapi akhlak di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko
masih harus diperhatikan karna siswa masih banyak yang melanggar peraturan
sekolah sehingga akhlak siswa di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya
Kab. Mukomuko ini perlu bimbingan agar siswa memiliki tingkah laku yang
terpuji.
Akhlak siswa di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko masih banyak yang mempunyai prilaku yang dapat merugikan
orang lain, maupun dirinya sendiri seperti, berkata kotor, berkelahi, membuang
sampah sembarangan, berkata tidak sopan terhadap teman maupun guru, datang
tidak tepat waktu, ribut ketika jam pelajaran, dan keluar masuk ketika jam
pelajaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada guru PAI bahwa siswa
di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko bahwa
perlunya pembinaan akhlak terhadap siswa agar siswa memiliki akhlak yang
terpuji dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, karna prilaku siswa di
66
SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko masih harus
dibina dengan cara yang berbeda tergantung bentuk dan watak siswa itu
masing-masing.
Guru disini adalah panutan atau contoh bagi peserta didik agar
memiliki tingkah laku dan perbuatan yang baik, Disinilah guru dituntut untuk
menjadi model. Berikan yang terbaik buat anak-anak kita. Banyak anak-anak
yang sukses karena melihat figure gurunya yang bersahaja, tegas, dan
berwibawa. Tugas guru hendaknya dapat menumbuhkan semangat untuk
belajar bekerja sama antara peserta didik di dalam kelas maupun di luar kelas.
2. Bentuk Pembinaan Akhlak Siswa Kelas V SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko
Untuk rumusan masalah yang kedua ini, pembinaan disini adalah
proses perbuatan, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Pembinaan ini dilakukan dengan cara kegiatan positif, memberikan
contoh-contoh yang tauladan, mengajarkan siswa agar terbiasa dalam
melakukan perbuatan yang baik misalnya, seperti berbagi makanan, jam masuk
kelas tepat waktu, mengajarkan membuang sampah pada tempatnya,
memberikan hukuman terhadap siswa yang melanggar peraturan sekolah,
mendengar curhatan siswa yang memiliki masalah dan memberikan solusi yang
baik agar siswa tidak melakukan prilaku yang dapat merugikan orang lain
maupun dirinya sendiri.
67
Berdasarkan hasil dari penelitian bahwa sebagian besar dari siswa
dengan pelaksanaan pembinaan akhlak yang dilakukan guru terhadap siswa di
SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko diterima sangat
baik oleh siswa karena, menurut siswa dengan pembinaan ini siswa dapat
memperoleh atau membentuk prilakunya dengan baik dan memiliki akhlak
yang terpuji untuk dirinya maupun orang lain.
Dan peneliti juga mewawancarai wali siswa untuk memberi tanggapan
terhadap adanya pelaksanaan pembinaan akhlak yang dilakukan guru terhadap
siswa di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko bahwa
wali siswa sangat merespon dengan baik karna, menurut wali siswa dengan
pelaksanaan pembinaan akhlak ini siswa dapat memiliki akhlak yang terpuji
dan bermanfaat untuk masa depan siswa tersebut.
Pembinaan ini adalah cara bagaimana seseorang dapat membimbing,
memberi arahan terhadap orang lain, proses perbuatan, pembaharuan,
penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
3. Upaya Guru Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa SDN 03
Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko
Untuk rumusan yang ketiga ini, bagaimana bentuk upaya guru
terhadap pelaksanaan pembinaan akhlak siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko melalui kegiatan-kegiatan positif Seperti,
ceramah dari guru, bakti sosial, penanaman nilai-nilai akhlak dalam setiap mata
68
pelajaran melalui teladan yang baik dari guru, melalui peraturan-peraturan yang
ada, melalui pemberian sanksi bagi siswa yang melanggar dan memberikan
kesempatan terhadap siswa untuk menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi
oleh siswa.
Berdasarkan hasil dari penelitian terhadap siswa bahwa sebagian besar
dari siswa dengan adanya upaya guru terhadap pelaksanaan pembinaan akhlak
siswa di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko yang
dilakukan oleh guru terhadap siswa bahwa siswa ini menerima dengan baik
pembinaan akhlak yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat peneliti lihat
langsung bagaimana respon siswa terhadap pembinaan akhlak yang dilakukan
guru kepadanya disaat peneliti melakukan penelitian di SDN 03 Teramang Jaya
Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko menurut siswa tersebut dengan
pembinaan akhlak ini maka prilaku siswa akan menjadi lebih baik dan
bermanfaat untuk masa depan.
Selain tanggapan dari siswa, peneliti juga melakukan wawancara untuk
mengetahui tanggapan dari wali siswa. Hal ini diperlukan karena dukungan
wali siswa dan kerja sama antara wali siswa dan juga guru sangat diperlukan
dalam pembinaan akhlak siswa agar pembinaan ini berjalan dengan baik dan
sesuai dengan keinginan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa respon
atau tanggapan wali siswa terhadap pelaksanaan pembinaan akhlak siswa di
SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko sudah
69
mendukung dengan sangat baik dengan adanya pembinaan akhlak yang
dilakukan oleh guru terhadap siswa.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya maka peneliti dapat menyimpulkan:
1. Akhlak Siswa SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko
masih ada yang melanggar peraturan sekolah, berkata kotor, tidak menghargai
teman sebaya maupun orang lebih tua, dan akhlak siswa masih cenderung
kearah yang tidak positif.
2. Bentuk Pembinaan Akhlak Siswa Kelas V SDN 03 Teramang Jaya Kec.
Teramang Jaya Kab. Mukomuko yaitu dengan menasehati siswa, mengajarkan
siswa sopan terhadap orang yang lebih tua atau teman sebaya, mengajarkan
berbuat baik terhadap orang lain.
3. Upaya Guru Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa SDN 03
Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko melalui kegiatan-
kegiatan positif seperti, ceramah dari guru, bakti sosial, penanaman nilai-nilai
akhlak dalam setiap mata pelajaran melalui teladan yang baik dari guru, melalui
perturan-peraturan yang ada, melalui pemberian sanksi bagi siswa yang
melanggar dan memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menjelaskan
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa.
71
B. Saran
1. Bagi guru SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab. Mukomuko untuk
dapat lebih mempertahankan dan meningkatkan proses pelaksanaan pembinaan
akhlak pada siswa.
2. Bagi para siswa, diharapkan prilaku yang telah terbina untuk tidak hanya
berlaku ketika berada di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko saja namun prilaku baik tersebut dapat teraplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Bagi wali murid, semoga dapat senantiasa menjalin hubungan komunikasi yang
baik dengan guru untuk sama-sama membimbing siswa, pelaksanaan
pembinaan akhlak siswa di SDN 03 Teramang Jaya Kec. Teramang Jaya Kab.
Mukomuko menjadi sebuah keharusan dan kebutuhan bersama.
72
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon,2010, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia,
Arifin, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Assegaf, Abd, Ranchman,2017, Filsafat Pendidikan Islam, Depok: Rajawali Pers
Basri, Hasan, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia
Feisal, Jusuf, Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani, 1995
Hadiawati, Lina “Pembinaan Keagamaan Sebagai Upaya Meningkatkan Kesadaran
Siswa Melaksanakan Ibadah Shalat”, Journal, No. 1, 2008, Vol. 02, h 19
Hawi Akmal, 2014, Kompotensi Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,
Ihsan, Hamdani, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.
Ismail, Ilyas, 2011, Filsafat Dakwah, Jakarta: Kencana
Maunah, Binti, 2016, Sosiologi pendidikan, Yogyakarta: Media Akademi
Mulyasa, 2009, Menjadi guru Proposional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nafis, Muhammad, Muntahibun, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras
Naini, Iis, 2015, Skiripsi Pelaksanaan pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren
Darul Amal Desa Tunggang , Bengkulu: IAIN Bengkulu
Nainggolan, S, Zainuddin, 2007, Inilah Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Nata, Abuddin, 2014, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarat: Rajawali.
Nata, Abudin, 2016, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: PT Kharisma
Putra Utama
Nurdin, Muhamad, 2008, Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Nurbaya, Atin, 2015, Skripsi Upaya Guru dalam membina Akhlak siswa di SMA
Negeri 1 Ulok Kupai Kecamatan Ulok Kupai Bengkulu Utara, Bengkulu:
IAIN Bengkulu
73
Riadi, Dayun, 2017, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Satori, Djama‟an, 2017, Metodologi Penelitian Kualitati, Bandung: Alfabeta.
Shahrur, Muhammad, 2010, Metodologi Fiqih Islam Kontemporer, Depok Sleman
Yogyakrta: Elsaq.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V, Wiratna, 2014, metodologi penelitian, Yogyakarta:Pustaka Baru Pres
Suparlan, 2005, Menjadi Guru Efektif , Yogyakarta: Hikayat.
Tamin, Zulfikri,2015, Akhlak yang Mulia, Emir, 2015
Zar, Sirajuddin, 2004, Filsafat Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada.
Zuhairini, 2015, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara
Top Related