i
UPAYA BUMDES MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM MEMANFAATKAN POTENSI DESA DI DESA NGLANGGERAN
KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNG KIDUL
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1)
Program Studi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial
Disusun Oleh:
AMALIA KRISTANTI
15510002
PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2019
iv
MOTTO
QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286
“La Tahla”
(Hei, Jangan Mengeluh!)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
Ali Bin Abi Tholib
(Radhiyallahu Anha)
“Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh
itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu”.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih saying-
Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu (Wahyu Qodriaty) dan Ayah (Kudri
Adjemal) yang telah memberikan kasih saying, secara dukungan, ridho, dan cinta
kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan
selembar kertas yang bertuliskan kata persembahan. Semoga ini menjadi langkah
awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karena kusadar, selama ini aku belum
bisa berbuat lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan
selalu menyirami kasih saying, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku serta
meridhoiku melakukan hal yang lebih baik, Terima kasih Ibu… Terima kasih
Ayah…
Adikku
Sebagai tanda terima kasih, aku persembahkan karya kecil ini untuk adikku (Dwi
Revita Sari). Terima kasih telah memberikan semangat dan inspirasi dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang terbaik yang
engkau berikan menjadikan ku orang yang baik pula.. Terima kasih..
Alm. Kakek dan Alm. Nenekku
Sebagai tanda cinta dan kasih sayangku, aku persembahkan karya kecil ini untuk
Alm. Kakek (Mustafa Ranie) dan Alm. Nenek (Rosmiati). Aku tau kalian pasti
selalu mendoakan dan menjaga aku hingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini.
Semoga dengan ini aku bisa membuat kalian bahagia. Terima kasih…
Teman – teman
Pertama : buat kalian teman terbaik aku teman berbagi untuk aku yang bisa
disebut kalian teman, sahabat, adik, kakak, bahkan rumah untuk aku, yang selalu
hadir dari dulu hingga sekarang, yang setiap saat selalu menasehati, memberikan
dukungan moral, mendukung setiap kegiatan positif aku, menguatkan aku untuk
menyelesaikan skripsi ini, dan juga tempat aku untuk berkeluh kesah dalam hal
apapun. (Alm. Jundi Ajie Wicaksono, Ade Kusuma, Dhea Yuliana).
Kedua : buat teman – temanku yang selalu memberikan semangat, nasihat,
dukungan moril, material, serta menjaga aku selama hampir 3,5 tahun di kota
istimewa ini yang tidak pernah puas juga mengingatkan aku akan suatu kebaikan
vi
(Luviani, Yoseph Ryan Rifandi) terima kasih untuk suka duka dan warna indah
yang telah kalian berikan beberapa tahun ini.
Ketiga : buat teman – teman nongkrong yang selalu memberikan semangat,
memberikan inspirasi, berbagi canda tawa, dan juga kadang bersifat aneh, terima
kasih ( Muhammad Sulaiman, Roko Rahendro, Shella Lorenza Ella, Sultan
Maulana, M. Faruq, Ade Andiar Tubagus).
Keempat : buat teman – teman angkatan 2015 terima kasih atas dukungan kalian
hingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini (Vero, Thessa, Selig, Asih, Helena,
Afin, Dija, Nurul, Anisak, Juwarsih, Sr. Lucinda, Sri, Septi, Nanang, Udin, Faiq,
Ilham, Dika, Lilik, Ino).
Kelima : buat teman – teman KKN yang tidak akan pernah aku lupakan selama
50 hari di padukuhan karang tengah, yang selalu memberikan dukungan,
semangat, suka duka, serta canda tawa bersama, terima kasih ( Grein, Epik, Tomi,
kak Chester, kak Riko, Zikri, Mira, Elen).
Keenam : buat kamu yang mungkin aku bingung mau bilangnya apa. Terima kasih
banyak untuk semangat dan dukungannya. Kamu yang selalu bersedia menjaga,
memperhatikan, dan memberikan aku semangat meskipun itu tidak secara
langsung, Terima kasih. Semoga kamu segera diselesaikan juga kuliahnya, selalu
sehat dan diberkahi di setiap perjalananmu menggapai masa depan yang baik.
Terima kasih, Semoga Allah SWT selalu memberikan kemudahan dalam setiap
langkahmu.
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Ibu Dra. Oktarina Albizzia, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya, terima
kasih banyak ibu sudah membantu saya selama ini. Terima kasih juga ibu sudah
membimbing , mengarahkan, dan mengajarkan saya sampai skripsi ini selesai.
Terima kasih ibu semoga ibu selalu diberikan kesehatan lahir maupun batin dan
semoga Allah membalas kebaikan ibu.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji atau kehadirat Allah SWT, Tuhan seluruh alam, maha pengasih
lagi maha penyayang. Atas PertolonganNya-lah penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Upaya Bumdes Membangun Partisipasi
Masyarakat dalam Memanfaatkan Potensi Desa, di Desa Wisata Nglanggeran”.
Penulis melakukan penelitian yang berlokasi di Desa Wisata Nglanggeran,
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I Yogyakarta. Banyak
pelajaran berharga serta pengalaman yang penulis dapatkan selama melakukan
penelitian.
Skripsi ini penulis susun guna memenuhi syarat menjadi Sarjana Starata 1
Program Studi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial, Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD”. Selain itu, penulis berharap agar skripsi ini dapat
dipergunakan sebagai bahan bacaan atau referensi untuk menambah ilmu
pengetahuan terutama di kampus STPMD “APMD” Yogyakarta.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis merasa sangat terbantu atas dukungan
berbagai pihak dalam proses penulisan maupun penelitian sehingga dapat berjalan
lebih mudah. Untuk itu, penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku ketua STPMD “APMD”
Yogyakarta.
viii
2. Drs. AY Oelin Marliyantoro, M.Si Selaku Penguji Samping II ini mengenai
Upaya Bumdes Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Memanfaatkan
Potensi Desa.
3. Dra. Oktarina Albizzia, M.Si Selaku Ketua Prodi Program Studi Ilmu Sosiatri /
Pembangunan Sosial dan selaku pembimbing tugas akhir yang telah
membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. Dra. Widati, Lic.rer.reg Selaku Penguji I Tugas Akhir ini mengenai Upaya
Bumdes Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Memanfaatkan Potensi
Desa.
5. Orang tua dan keluarga yang tak henti – hentinya memberikan do’a serta
dorongan motivasi dan dorongan moril maupun material.
Pada akhirnya, penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tidak luput
dari khilaf tentunya dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, kesalahan dan
kelemahan yang perlu untuk diperbaiki. Kritik dan saran yang membangun bagi
penulis sangat diharapkan.
Yogyakarta, 25 Februari 2019
Amalia Kristanti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR DIAGRAM................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 7
E. Kerangka Teori ................................................................................. 7
1. Isu Pembangunan Desa ................................................................ 8
2. Upaya .......................................................................................... 10
3. Bumdes sebagai Institusi Kesejahteraan Masyarakat .................... 11
4. Partisipasi Masyarakat ................................................................. 14
5. Masyarakat .................................................................................. 18
6. Potensi Desa ................................................................................ 20
x
7. Desa Wisata ................................................................................. 24
F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 25
G. Metode Penelitian .............................................................................. 23
1. Jenis penelitian ............................................................................ 25
2. Objek penelitian .......................................................................... 26
3. Definisi konsep ............................................................................ 26
4. Informan penelitian ..................................................................... 29
5. Lokasi penelitian ......................................................................... 29
6. Teknik pengumpulan data ............................................................ 30
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .............................................. 32
A. Deskripsi Wilayah ............................................................................. 32
1. Sejarah Desa Nglanggeran ........................................................... 33
2. Kondisi Geografis ........................................................................ 34
3. Peta Desa Nglanggeran ................................................................ 35
4. Peta Kecamatan Patuk ................................................................. 36
5. Peta Kabupaten Gunung Kidul ..................................................... 37
6. Potensi Desa Nglanggeran ........................................................... 37
B. Keadaan Demografi ........................................................................... 39
1. Penduduk..................................................................................... 39
2. Pendidikan ................................................................................... 40
3. Mata Pencaharian ........................................................................ 42
C. Lembaga Pemerintah ......................................................................... 44
1. Struktur Pemerintah Desa ............................................................ 45
xi
2. Data Kelembagaan....................................................................... 45
D. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 47
1. Sarana dan Prasarana Keagamaan ................................................ 47
2. Sarana dan Prasarana Pemerintah ................................................ 47
3. Sarana dan Prasarana Kesehatan .................................................. 48
4. Sarana dan Prasarana Umum ....................................................... 48
E. Potensi Sumber Daya ........................................................................ 48
1. Luas Wilayah Menurut Pengguna ................................................ 48
F. Deskripsi Desa Wisata Ngelanggeran ................................................ 48
G. Deskripsi Bumdes ............................................................................. 53
1. Sejarah Bumdes Tunas Mandiri Desa Ngelanggeran .................... 53
2. Visi dan Misi ............................................................................... 54
3. Tujuan Bumdes ........................................................................... 56
4. Posisi Bumdes Tunas Mandiri ..................................................... 57
5. Prinsip dan Ciri Bumdes Tunas Mandiri ...................................... 58
BAB III ANALISIS DATA .......................................................................... 59
A. Identitas Informan ............................................................................. 59
1. Deskripsi Informan berdasarkan jenis kelamin ............................. 60
2. Deskripsi Informan berdasarkan usia ........................................... 62
3. Deskripsi Informan berdasarkan pendidikan ................................ 63
B. Upaya Bumdes Membangun Partisipasi Masyarakat dalam
Memanfaatkan Potensi Desa di Desa Wisata Nglanggeran ................. 65
xii
a. Membentuk kelembagaan masyarakat agar masyarakat mau
terlibat dalam bumdes .................................................................. 65
b. Membangun suatu usaha yang harus dikelola secara profesional
dengan mengandalkan potensi asli desa ....................................... 68
c. Membangun masyarakat agar masyarakat mau terlibat mengelola
aset, jasa pelayanan, serta usaha yang dimiliki ............................. 76
d. Mampu memberikan akses yang baik untuk menciptakan
partisipasi masyarakat .................................................................. 78
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 78
A. Kesimpulan ....................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PERTANYAAN
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Data Personil Perangkat Desa ..................................................... 44
Tabel II. 2 Posisi Bumdes Tunas Mandiri ..................................................... 57
Tabel III.3 Data Informan ........................................................................... 60
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram II.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 40
Diagram II.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 41
Diagram II.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ................... 43
Diagram II.4 Jumlah Tempat Ibadah ........................................................... 47
Diagram III.5 Jumlah Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 61
Diagram III.6 Jumlah informan Berdasarkan Usia ........................................ 62
Diagram III.7 Jumlah Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................ 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan nasional merupakan suatu upaya yang dilakukan
oleh pemerintah untuk mencapai suatu kesejahteraan masyarakat secara
merata dan menyeluruh, yang tentunya harus didukung oleh seluruh
lapisan masyarakat tanpa terkecuali, tujuan ini demi untuk mencapai suatu
pembangunan yang dilaksanakan agar bisa terwujud dengan adanya
partisipasi masyarakat.
Pembangunan bukan hanya tanggung jawab seluruh pemerintah
setempat saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama, karena pada
dasarnya setiap proses pembangunan di dukung oleh berbagai sumber daya
alam yang sangat melimpah di sekitar kita. Oleh sebab itu, dalam
pembangunan masyarakat harus lebih menguatkan suatu kebersamaan
guna untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang penuh untuk
suatu proses perubahan dalam berbagai dimensi yang menyesuaikan
kesejahteraan masyarakat sesuai yang diharapkan. Sehubungan dengan hal
tersebut, perubahan yang harus di lakukan dapat dilihat dari perubahan
fisik, teknologi dan ekonomi tetapi itu belum cukup. Berbagai bentuk
perubahan tersebut perlu di barengi dengan perubahan sosial. Salah satu
bentuk perubahan sosial yang paling penting adalah perubahan
kelembagaan atau dalam bentuk partisipasi masyarakat setempat.
2
(Sajogyo,1982:32-84) menyatakan bahwa tidak setiap perubahan adalah
pembangunan, apalagi pembangunan masyarakat, terutama apabila dalam
proses perubahan tidak terkandung perubahan kelembagaan dan organisasi
yang mampu menggerakkan masyarakat secara mandiri.
Disinilah perlunya upaya perencanaan sumberdaya alam dan
potensi wilayah nasional secara bijaksana, agar tujuan pemanfaatannya
dapat tercapai bagi kemakmuran rakyat, seperti yang dimanfaatkan dalam
pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Di Indonesia pembangunan hampir menjadi kata kunci bagi segala
hal. Salah satunya yaitu pembangunan pariwisata, Indonesia tentu dapat
melakukan pembangunan disektor pariwisata. Bahkan negara indonesia
merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah.
Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan sebagai modal dalam
pembangunan nasional, termasuk bagi pengembangan sektor pariwisata
yang telah ditemukan berbagai modal sosial untuk menggambarkan
kemampuan masyarakat dalam mempertahankan eksistensinya dan
meningkatkan kondisi kehidupannya melalui berbagai bentuk yang
berbeda, tetapi pada dasarnya mempunyai nuansa untuk mewujudkan
kesejahteraan. Sering kali berbagai bentuk upaya kesejahteraan yang
mucul dalam realitas kehidupan masyarakat tersebut dilandasi oleh filosofi
3
dan merupakan bagian dari perwujudan visi kesejahteraan yang dimiliki
oleh setiap masyarakat.
Sesuai dalam UU RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah pada Pasal 213 ayat (1) disebutkan bahwa “Desa dapat mendirikan
badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa”.
Substansi UU ini sangat menegaskan kembali tentang suatu pemenuhan
permintaan dalam hal pembangunan yang ada di tingkat desa. Sehingga
dengan kehadiran Bumdes ini diharapkan desa menjadi lebih mandiri dan
masyarakatnya pun menjadi lebih sejahtera. Tetapi mengingat Bumdes
masih termasuk hal baru dalam keberadaannya maka bukan berarti
Bumdes tidak bisa mengajak substansi lain untuk bekerja sama dalam hal
pembentukan kesejahteraan masyarakat.
Kementerian Dalam Negeri (2013) mencatat bahwa Indonesia
memiliki 72.944 wilayah administrasi desa dan 8.309 wilayah administrasi
kelurahan, yang berarti artinya total wilayah administrasi setingkat desa
dan kelurahan adalah sebanyak 81.253. oleh karena itu Marwan Fajar
menegaskan agar masyarakat perdesaan dapat memanfaatkan dana desa
yang diberikan untuk mensejahterakan masyarakat. Salah satu program
yang dijadikan untuk mewujudkan desa mandiri ialah diberikannya
melalui Bumdes. Tujuannya adalah agar desa tersebut mudah dalam
mengembangkan perekonomian yang diharapkan dapat mendongkrak
kesejahteraan masyarakat desa(Kompas.com,2015).
4
Sehingga dalam pembangunan yang dilakukan negara indonesia
dapat dibentuk suatu pembangunan di segala bidang, yaitu meliputi aspek
kehidupan masyarakat yang harus dilakukan secara merata. Salah satunya
dengan dibentuknya Bumdes dalam undang – undang terbaru, yaitu UU RI
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pendirian badan usaha tersebut harus
disertai dengan upaya peguatan kapasitas dan didukung oleh kebijakan
daerah (kabupaten/kota) yang memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari
ancaman persaingan para pemodal besar.
Bumdes dalam operasionalnya sangat berperan penting untuk
membangkitkan ekonomi masyarakat sekitar. Tujuan Bumdes sebagai
modal sosial (social capital) yang diharapkan menjadi penggerak utama
dalam menjambatani upaya penguatan ekonomi dan kegiatan yang
menunjang partisiapasi masyarakat di pedesaan. Dengan begitu kita juga
dapat melihat bahwa sebagaian besar masyarakat yang hidup di pedesaan
memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat
banyak. Maka orientasi pembangunan sangat diperlukan baik secara
langsung maupun yang tidak langsung yang suatu saat akan memberikan
dampak positif bagi masyarakat tersebut. selain itu sangat erat kaitannya
dengan masyarakat karena pelaku dari setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh Bumdes tidak jauh dari partisipasi masyarakat sekitar,
karena mereka yang mengetahui potensi pembangunan dan potensi utama
yang dimiliki oleh pedesaan tersebut, maka dengan begitu desa sangat
berperan penting.
5
Berangkat dari persoalan penting diatas, tulisan ini akan lebih
terlihat jika sudah di hubungkan dengan Upaya BumdeS Membangun
Partisipasi Masyarakat dalam Proses memanfaatkan Potensi Desa di Desa
Wisata Nglanggeran. Desa Nglanggeran disini tampil sendiri sebagai desa
wisata yang telah mampu berdaya ditengah keterbatasan yang mereka
miliki. Bumdes di Desa Nglanggeran telah bergerak dalam berbagai hal
khusunya di bidang Bank Sampah dan Grosir tujuan ini bermaksud untuk
mengembangkan pariwisata yang ada di Desa Nglanggeran agar Desa
tersebut bisa mandiri dan bisa mengakses kebutuhan secara cepat. Bumdes
di Desa Nglanggeran yang juga disebut sebagai Bumdes Taruna Purba
Mandiri ini bermula dari unit pokdarwis yang ada di desa tersebut dengan
tujuan yang sama untuk mensejahterakan masyarakat. Partisipasi
masyarakat yang ada di Desa Nglanggeran ini khususnya di Bumdes tidak
jauh dari mereka yang bergerak dalam pokdarwis sehingga untuk
mencapai Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan Bumdes masih
berkurang , padahal Bumdes disini bergerak untuk membangun dan
membentuk Bumdes bukan hanya sebagai kepala dari semua yang ada di
desa tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah merupakan suatu hal yang selalu dihadapi manusia
sebagai suatu kesulitan yang membuat manusia selalu berusaha dan
bertindak untuk mencari jalan keluar guna memecahkan masalah tersebut.
6
Menurut (Winarno Surachman,1978:34). “masalah adalah kesulitan yang
dihadapi yang menggelarkan manusia untuk memecahkan, masalah yang
harus bisa dirasakan sebagai suatu rintangan yang meski dilalui dengan
jalan mengatasinya jika ingin berjalan terus.
Sedangkan Menurut M. Hatta, (1979: 14-15) “masalah adalah
kejadian atau keadaan yang menimbulkan pertanyaan dalam hati kita
tentang kedudukannya, kita tidak puas dengan melihatnya saja, masalah
berhubungan dengan ilmu – ilmu senantiasa mengemukakan pertanyaan
bagaimana (duduknya) dan apa sebabnya”.
Dari uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka
permasalahan di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana Upaya Bumdes Membangun Partisipasi Masyarakat
dalam Memanfaatkan Potensi Desa di Desa Wisata Nglanggeran,
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi D.I Yogyakarta?
C. TUJUAN
Berdasarkan dengan rumusan masalah yang ada, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Upaya Bumdes Membangun Partisipasi
Masyarakat dalam Memanfaatkan Potensi Desa di Desa Wisata
Nglanggeran.
7
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu :
a. Manfaat Teoritik
1. Sebagai referensi dan acuan penelitian sejenis yang dilakukan pada
waktu mendatang.
2. Sebagai referensi tambahan terhadap kajian kepariwisataan terkait
dengan desa wisata.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan pemahaman akan pengaruh bumdes membangun
partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan potensi desa di desa
wisata nglanggeran.
2. Sebagai referensi masyarakat untuk berpartisipasi membangun
partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan potensi desa di desa
wisata nglanggeran.
3. Sebagai referensi pemerintah dalam membangun partisipasi
masyarakat dalam memanfaatkan potensi desa di desa wisata
dimasa yang akan datang.
E. KERANGKA TEORI
Kerangka teori itu digunakan untuk membantu memastikan hal – hal yang
meragukan dalam pelaksanaan suatu penelitian, sehingga dengan adanya
kerangka teori penelitian di harapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana
dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami dan mengartikan
8
konsep – konsep yang berhubungan dengan penelitian. Teori disini
merupakan informasi ilmiah yang diperoleh dengan meningkat abstraksi
pengertian – pengertian maupun hubungan – hubungan pada proposisi.
Jadi inti dari teori ini adalah suatu dasar dan landasan bagi penyusun untuk
mengemukakan pendapat secara sistematis. Berikut adalah penjelasan teori
– teori dalam suatu penelitian :
1. Isu Pembangunan Desa
Desa merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkan hal asal – usul yang bersifat
istimewa. Desa itu adalah suatu komunitas yang mengatur dirinya
sendiri berarti desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan
mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial
budaya setempat (Widjaja, 2003:2).
Pembangunan desa pada umumnya adalah peningkatan
kesejahteraan atau peningkatan taraf hidup masyarakat dengan
mengedepankan kearifan lokal kawasan desa yang mencakup struktur
demokratisasi masyarakat, dan keanekaragaman sosial budaya.
Pembangunan yang berbasis desa diberlakukan untuk memperkuat
pondasi perekonomian negara serta mensejahterakan masyarakatnya.
Dengan itu wacana Bumdes semakin tegas dengan adanya suatu
Peraturan Menteri Desa No 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan, dan Pengelolaan dan Pembubaran Bumdes. Terbitnya PP
Nomor 47 Tahun 2015 menghendaki adanya desa yang sangat mandiri
9
dan otonom dalam pengelolaan sumber daya yang dimilikinya dimana
Bumdes diharapkan dapat berperan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Demikian konteks Bumdes ialah adanya kehadiran Bumdes yang
tidak bisa dilepaskan dari nilai – nilai keanekaragaman sosial budaya
yang berarti setiap desa dan Bumdes memiliki keunikan yang berbeda
dengan desa yang lain. Di dalam Bumdes juga perlu adanya sebuah
partisipasi karena itu adalah kunci penting dalam suatu pembangunan
desa.
Sementara demokratisasi, merupakan suatu agenda yang harus
digalakkan. Kehadiran Bumdes adalah suatu momentum untuk
memperkuat agar demokrasi tidak semata dalam bidang politik namun
juga bidang ekonomi. Dengan adanya Bumdes ini suatu kesempatan
besar bagi masyarakat untuk mengartikulasikan kepentingan secara
lebih bermakna (Shohibuddin,2016 : 33 ), (Faedulloh,2016 : 65).
Selanjutnya Bumdes adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lain untuk sebesar besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa. cara kerja Bumdes sendiri adalah
dengan jalan menampung kegiatan yang dimiliki oleh masyarakat
dalam sebuah bentuk kelembagaan atau suatu badan usaha yang telah
dikelola secara profesional, namun pada dasarnya tetap bersandar pada
10
potensi asli desa (Zulkarnaen,2016:5)
(Trisnawati&Indrajay,2017:1097) (Faedulloh,2016:65).
Pengelolaan Bumdes juga harus dijalakan secara transparan,
profesional dan berkeadilan. Oleh karena itu susunan kepengurusan
organisasi pengelola Bumdes terdiri dari: Penasihat; pelaksana
operasional; pengawas. Dengan adanya susuna kepenguruusan buka
berarti masyarakat tidak bergerak dan berpartisipasi tetapi justru semua
pemangku kepentingan desa memiliki kewajiban. karena Bumdes ini
memiliki potensi yang sangat besar dengan begitu sangat perlu adanya
partisipasi karena kunci partisipasi sangat penting dalam pembangunan
desa.
2. Upaya
Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia (W.J.S
Porwodarminto,1995:321) upaya adalah ikhtiar untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan suatu persoalan untuk mencari jalan keluarnya.
Sedangkan menurut kamus lengkap bahasa indonesia (J.S Badudu,
1994:298) upaya adalah usaha yang telah ada dan dilaksanakan oleh
lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan dengan optimal. Menurut Porwodarminto
(1994:574) “Upaya adalah usaha untuk menyampaikan maksud, akal
dan ihtisan. Upaya merupakan segala sesuatu yang bersifat
11
mengusahakan terhadap sesuatu hal supaya dapat lebih berdaya dan
berhasil sesuai dengan maksud, dan tujuan.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pengertian upaya
merupakan suatu kegiatan atau usaha dengan menggunakan segala
kekuatan yang ada dalam mengatasi suatu permasalahan.
3. Bumdes Sebagai Institusi Kesejahteraan Masyarakat
Bumdes yang menurut Undang – Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa yang menjelaskan bahwa seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Desa, melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar – besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa. Dengan begitu dapat dipahami sebagai lembaga
usaha desa yang menjadi wadah untuk menampung kegiatan ekonomi
atau pelaksanaan fungsi pelayanan umum yang dikelola oleh
masyarakat dan pemerintah desa untuk memperkuat perekonomian
Desa dan sebesar – besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Dengan
adanya BUMDes harus mampu memberikan akses yang baik untuk
menciptakan partisipasi masyarakat dan mensejahterakan bagi mereka
semua.
Dalam UU Nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan – ketentuan
pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa
kesejahteraan sosial ialah satu tata kehidupan dan penghidupan sosial
material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
12
kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi
setiap warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan –
kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga serta masyarkat dengan menjunjung tinggi hak – hak
asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila. Makna yang
terkandung di dalamnya yaitu bahwa setiap warganegara berkewajiban
dan berhak untuk melakukan usaha pemenuhan kebutuhan.
Dari uraian diatas pada intinya kesejahteraan sosial mencakup 3
konsep, yaitu :
a. Kondisi kehidupan sejahtera, yaitu terpenuhinya
kebutuhan – kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial.
b. Adanya institusi, melibatkan lembaga kesejahteraan
sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang
menyelenggarakan kesejahteraan sosial dan pelayanan
sosial.
c. Adanya aktivitas, yakni suatu kegiatan atau aktivitas
yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera.
Berdasarkan pada konsep kesejahteraan sosial diatas,maka
seseorang dapat dikatakan sejahtera apabila telah mampu memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya.dengan begitu Bumdes disini meletakkan
kekuasaan tertinggi pada Musyawarah Desa sehingga keuntungan yang
dihasilkan Bumdes menjadi pendapatan bagi PADesa alias pendapatan
13
asli desa lalu dibagikan pada warga dalam rupa – rupa program
pembangunan untuk mendorong kesejahteraan warga desa. Bumdes
juga merupakan lembaga yang dibatasi pada lokal berskala desa tetapi
Bumdes bisa membentuk unit usaha – unit usaha yang memiliki
kelengkapan diri sebagai lembaga hukum yang sah dan eksis.
Bumdes disini khususnya juga dalam bidang wisata dapat
untuk meningkatkan masyarakat dan memenuhi kebutuhan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Karena daya tarik yang dimiliki oleh
wisata sangat tinggi. Daya tarik tersebut bisa berasal dari alam, sosial,
budaya, bahkan bangunan peninggalan atau situs budaya yang dimiliki.
Kalau wisata desa sudah mulai diaktifkan atau sudah aktif,
maka dengan adanya BUMDes bisa untuk mengelola secara
independen dan masyarakat juga bisa terlibat dan aktif untuk
mengembangkannya, didorong oleh pemerintah juga bisa bermanfaat
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bukankah banyak
sekali yang dapat pemerintah lakukan untuk mendorong desa dalam
membentuk BUMDes terutama yang memiliki potensi sebagai tempat
wisata. Badan Usaha itu dipersiapkan untuk mengelola keuangan desa
sesuai ketentuan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. pasal 87 UU
Desa dan pasal 132 PP No. 43/2014 menjelaskan bahwa setiap desa
diberi peluang yang sama untuk mendirikan BUMDes, meski bukanlah
sesuatu yang bersifat kewajban yang memaksa. Karena fungsi
BUMDes juga adalah : sebagai motor penggerak perekonomian desa,
14
sebagai lembaga usaha yanng menghasilkan Pendapatan Asli Desa
serta sebagai sarana untuk mendorong percepatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa.
4. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation”
adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan yang artinya
partisipasi itu tidak sebatas aktivitas fisik, namun juga mental dan
emosional orang – orang pada suatu situasi kelompok untuk mencapai
tujuan kelompok (Davis & Newstrom,2007). Dalam definisi tersebut
kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya
partisipasi dimana pun setiap orang diikutsertakan dalam suatu
perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung
jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.
Partisipasi itu termasuk dalam buah pikiran yang lebih dan
merupakan suatu partisipasi yang berupa sumbangan ide, dengan
dilihat dari pengertian yang ada dalam hal untuk memperlancar
pelaksanaan suatu program dan juga untuk mewujudkannya dengan
memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan
kegiatan yang diikutinya.
Partisipasi juga bisa menjadi baik dalam bidang – bidang fisik
maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan maka dapat
disimpulkan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan
15
emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan
yang melaksanakan dalam proses mencapai tujuan dan bertanggung
jawab atas keterlibatannya.
Bentuk partisipasi yang nyata yaitu :
a. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk
memperlancar usaha – usaha bagi pencapaian
kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.
b. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk
menyumbang harta benda, biasanya berupa alat – alat
kerja atau perkakas.
c. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan
dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha – usaha
yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.
d. Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan
melalui keterampila yang dimilikinya kepada anggota
masyarakat lain yang membutuhkannya.
Hal inilah yang diharapkan dalam proses pelaksanaan BUMDes.
Memang, selayaknya dalam setiap proses pembangunan, warga negara
semestinya terlibat dalam partisipasi dalam bentuk apapun seperti halnya
dalam keseluruhan proses, mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan,
pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi secara berkelanjutan. Karena
suatu proses ini disebut juga dengan pembangunan partisipatif.
16
Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban seorang
warga negara untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan
kelompok. Sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam
pembangunan dengan menyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya.
Sumbangan inisiatif dan kreatifitas dapat disampaikan dalam rapat
kelompok masyarakat atau pertemuan – pertemuan baik yang ebrsifat
formal maupun nonformal. Bahkan kemampuan dan kemauan
berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau kelompok
masyarakat), sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar
yang memberi kesempatan. Apabila ada kemauan tetapi tidak ada
kemampuan dari warga atau kelompok dalam suatu masyarakat, walaupun
telah diberi kesempatan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan,
maka partisipasi tidak akan terjadi. Demikian juga, tidak ada kemauan dan
kemampuan tetapi tidak ada ruang atau kesempatan yang diberikan oleh
negara atau penyelenggara pemerintahan untuk warga atau kelompok dari
suatu masyarakat, maka tidak mungkin juga partisipasi masyarakat itu
terjadi.
Sehingga pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
secara lengkap dikemukakan oleh (Moeljarto,1987) bahwa rakyat adalah
fokus sentral dan tujuan terakhir pembangunan, partisipasi merupakan
akibat logis dari dalil tersebut oleh karena itu; partisipasi menimbulkan
rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam
keputusan penting yang menyangkut masyarakat; partisipasi menciptakan
17
suatu lingkungan umpan balik informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan
dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap. Arus
informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan;
pembangunan dilaksanakan lebih baik dimulai dari dimana rakyat berada
dan dari apa yang mereka miliki; partisipasi memperluas zone (kawasan)
penerimaan program pembangunan; akan memperluas jangkauan layanan
pemerintah kepada seluruh masyarakat; partisipasi menopang
pembangunan; partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik
bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia;
partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan
masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi
kebutuhan khas daerah; partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak –
hak demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka
sendiri. Dengan begitu partisipasi masyarakat sangatlah dibutuhkan dalam
hal pembangunan untuk memecahkan masalah dan potensi yang ada
karena masyarakatlah sebagai subyek utama dari suatu pembangunan,
yang mana keterlibatan tersebut bisa untuk kita memecahkan masalah
kesenjangan pembangunan yang terjadi. Dalam kontek BUMDes pun
demikian dengan adanya BUMDes ini dimaksudkan untuk mengatasi
kesenjangan pembangunan antara kota dan desa di indonesia yang kini
kian adanya timpangan.
Tujuan adanya partisipasi masyarakat ini adalah untuk membangun
pemberdayaan, yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan
18
masyarakat yang terlibat aktif dalam proses pembangunan dari
perencanaan sampai dengan evaluasi. Dengan ini dapat kita lihat bahwa
hubungan partisipasi masyarakat dengan BUMDes tak dapat dipisahkan.
Oleh karenanya, BUMDes perlu dilaksanakan dalam jangkar partisipasi,
atau biasa disebut dengan pendekatan bottom-up.
5. Masyarakat
Masyarakat sebagai bentuk perkumpulan manusia secara
bersama – sama pada umumnya telah banyak disebarkan. Adapaun
suatu pemahaman dari istilah masyarakat menurut
Koentjaraningrat(1990;146) adalah kesatuan hidup masyarakat yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat – istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Pemahaman tersebut menjabarkan bahwa kesatuan hidup manusia
sesungguhnya terikat oleh sistem sehingga disebut dengan istilah
masyarakat.
Berkaitan dengan pengertian masyarakat yang sangat
bervariasi. Disini adapula pengertian masyarakat menurut
Hendropuspito (1989;75) mengemukakan bahwa masyarakat pada
umumnya memiliki ciri – ciri masyarakat yang dimaksud, yaitu
sebagai berikut :
1. Memiliki wilayah dan batas yang jelas.
2. Masyarakat merupakan satu kesatuan penduduk.
19
3. Terdiri atas kelompok – kelompok fungsional dan
heterogen
4. Memiliki budaya yang sama.
Masyarakat individu adalah sebagian terkecil dari
masyarakat. Sedangkan masyarakat sendiri memiliki beberapa
devisi. Menurut Mac Iver dan Page masyarakat adalah suatu sistem
dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara
berbagai kelompok dan penggolongan dari pengawasan tingkah
laku serta kebebasan – kebebasan manusia. Masyarakat itu juga
merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah.
Ralph Linton mendefinisikan masyarakat merupakan suatu
kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama yang cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas – batas yang
dirumuskan dengan jelas.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan dalam
suatu masyarakat terdiri dari atas berbagai komponen yang meliputi
populasi, kebudayaan, hasil – hasil kebudayaan material, organisasi
sosial serta lembaga – lembaga sosial dan sistemnya, dimana
mempunyai suatu tujuan bersama dan tinggal dalam satu kawasan
yang sama pula.
20
6. Potensi Desa
Potensi dalam tulisan ini adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat
dikembangkan. Jadi potensi desa adalah daya, kekuatan, kesanggupan
dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang mempunyai
kemungkinan untuk dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Secara garis besar potensi desa dapat dibedakan menjadi dua;
pertama adalah potensi fisik yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan
geografis, binatang ternak, dan sumber daya manusia. Kedua adalah
potensi non-fisik berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya,
lembaga – lembaga sosial, lembaga pendidikan, dan organisasi sosial
desa. Lebih rincinya lagi potensi desa dapat dijelaska sebagai berikut:
1. Potensi fisik, potensi fisik adalah potensi yang berkaitan erat
dengan sumber daya alam yang ada di desa yaitu berupa :
i. Lahan tidak hanya sebagai tempat tumbuh tanaman,
tetapi juga sebagai sumber bahan tambang dan mineral.
Lahan memiliki jenis tanah yang menjadi media bagi
tumbuhnya tanaman tertentu.
ii. Tanah mencakup berbagai macam kandungan kekayaan
macam kandungan kekayaan yang terdapat di
dalamnya. Misalnya kesuburan tanah, bahan tambang,
dan mineral.
21
iii. Air pada umunya desa memiliki potensi air yang bersih
dan melimpah. Dari dalam tanah, air diperoleh melalui
penimbaan, pemompaa, atau mata air. Air berfungsi
sebagai pendukung kehidupan manusia.
2. Potensi Non Fisik, Potensi non fisik adalah segala potensi yang
berkaitan dengan masyarakat desa dan tata perilakunya. Potensi
non fisik lainnya adalah lembaga desa, adat istiadat dan
budaya. Suatu masyarakat desa yang hidup dalam waktu yang
lama akan membentuk tata kehidupan tersendiri. Tata
kehidupan akan dipengaruhi oleh kondisi alam wilayah desa itu
sendiri. Adapun potensi desa non fisik tersebut antara lain :
i. Masyarakat desa cirinya memiliki semangat
kegotongroyongan yang tinggi dalam ikatan
kekeluargaan yang erat (gemeinschaft) merupakan
landasan yang kokoh bagi kelangsungan program
pembangunan dan merupakan kekuatan dalam
membangun pedesaan.
ii. Lembaga dan organisasi sosial, lembaga atau organisasi
sosial merupakan suatu badan perkumpulan yang
membantu masyarakat desa dalam kehidupan sehari
hari, seperti : Lembaga desa, BPD, LPMD, Tim
Penggerak PKK, Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga
(RT).
22
Lembaga fisik dan non fisik desa tersebut merupakan factor
penunjang peranan desa sebagai hinterland, yaitu daerah penghasil
bahan – bahan pokok bagi masyarakat kota. Sedangkan berdasarkan
potensinya wilayah pedesaan digolongkan menjadi tiga :
1. Wilayah desa berpotensi tinggi, terdapat didaerah
berpotensi subur, topografi rata, dan dilengkapi dengan
irigasi teknis.
2. Wilayah desa berpotensi sedang, terdapat didaerah
dengan lahan pertanian agar subur, topografi tidak rata,
serta irigasi sebagaian teknis dan semiteknis.
3. Wilayah desa berpotensi rendah, terdapat didaerah
pertanian tidak subur, topografi kasar (perbukitan) dan
sumber air bergantungan pada curah hujan.
7. Desa Wisata
Desa adalah bentuk pemerintahan kecil yang ada di negara ini.
Luas wilayah desa biasanya tidak terlalu luas dan dihuni oleh sejumlah
keluarga. Mayoritas penduduknya bekerja di bidang agraris dan tingkat
pendidikannya cenderung rendah. Karena jumlah penduduknya tidak
begitu banyak, maka biasanya hubungan kekerabatan antara
masyarakatnya terjalin kuat. Para masyarakatnya juga masih percaya
dan memegang teguh adat dan tradisi yang ditinggalkan para leluhur
kita.
23
Wisata adalah bepergian bersama- sama untuk memperluas
pengetahuan, bersenang – senang, dan sebagainya. Wisata juga bisa
diartikan sebagai pihak. Jadi desa wisata yaitu sebuah kawasan
pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus untuk menjadi
daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki
tradisi dan budaya yang relatif masih asli.
Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi, dan fasilitasi pendukung yang disajikan dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku. Pendit, Nyoman S. (1994:71) Perwilayahan
dalam dunia pariwisata adalah pembagian wilayah pariwisata yang
memiliki potensi, wilayah perluasan tersebut merupakan tempat/
daerah karena atraksinya, situasinya dalam hubungan lalu lintas dan
fasilitasnya yang juga menyebabkan tempat atau daerah tersebut
menjadi obyek kebutuhan wisatawan.
Ada dua komponen utama yakni akomodasi dan transaksi, yaitu :
1. Akomodasi, yaitu sebagian dari tempat tingagal para
penduduk setempat dan atau unit – unit yang
berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
2. Atraksi, yaitu sebuah kehidupan keseharian penduduk
setempat beserta setting fisik lokasi desa yang
memungkinkan berinteraksinya wisatawan sebagai
24
partisipasi aktif, seperti kursus tari, bahasa dan lain –
lain yang spesifik.
Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor:
KM.18/H.001/MKP/2011 Pedoman Program Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri, menyebutkan bahwa desa wisata adalah suatu bentuk integrasi
antara atraksi, demokrasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam
suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku.
Dari pengertian diatas nampak bahwa desa wisata adalah suatu
tempat dimana dalamnya di penuhi dengan atraksi, akomodasi dan
demokrasi dalam suatu obyek wisata dengan tujuan memfokuskan salah
satu bentuk desa wisata yang sebenarnya.
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Dalam penelitian sosial, konsep yang mempersoalkan hal – hal
abstrak perlu dioperasionalkan untuk memperoleh kejelasan apabila
dilakukan pengukuran secara sistematis. Yang dimaksud dengan definisi
operasional adalah sesuatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel/memberi arti/ menspesifikasikan kegiatan/ memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. (Moh.
Nazir, 1988:52)
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini yakni terkait dengan
Membentuk kelembagaan masyarakat agar masyarakat mau terlibat dalam
25
bumdes, Membangun suatu usaha yang harus dikelola secara profesional
dengan mengandalkan potensi asli desa, Membangun masyarakat agar
masyarakat mau terlibat mengelola aset, jasa pelayanan, serta usaha yang
dimiliki, serta Mampu memberikan akses yang baik untuk menciptakan
partisipasi masyarakat.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Sebagaimana penelitian pada umumnya, harus ditentukan jenis
penelitian agar sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat serta
tujuan yang hendak di capai. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan pendekatan deskriptif. Menurut Sutrisno
(1989;3) penelitian deskriptif adalah semata – mata melukiskan
keadaan obyek atau suatu peristiwa tanpa suatu maksud untuk
mengambil kesimpulan – kesimpulan yang berlaku secara umum.
Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam Lexy Moeloeng (1990;23)
mendefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata- kata tertulis dan lisan dari orang – orang dan
perilaku yang diamati.
Data yang dikumpulkan adalah tentang “Upaya Bumdes
Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Memanfaatkan Potensi
Desa di Desa Wisata Nglanggeran”. Melalui konsep tersebut maka
penulis mendapatkan suatu informasi dalam bentuk deskripsi. Selain
itu ungkapan konsep tersebut lebih menghendaki makna yang ada
26
dibalik deskripsi data tersebut, oleh karena itu penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif.
Kemudian data dari penelitian ini telah dikumpulkan dan
dideskripsikan berdasarkan ungkapan, bahasa, cara berpikir,
pandangan subyek penelitian sehingga mengungkapkan lebih jauh
“Upaya Bumdes Membangun Partisipasi Masyarakat dalam
Memanfaatkan Potensi Desa”.
Deskripsi informasi atau sajian datanya telah menghindari adanya
penafsiran dari peneliti, karena jika terdapat penafsiran maka itu pun
harus berasal dari subyek penelitian yang telah diteliti.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah Upaya bumdes membangun partisipasi
masyarakat dalam memanfaatkan potensi desa di Desa Wisata
Nglanggeran.
3. Definisi Konsep
Konsep yaitu unsur penelitian terpenting dan merupakan definisi
yang digunakan para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak
fenomena sosial atau alam. Definisi konsep dalam rumusan pengertian
yang menjelaskan arti setiap variabel secara tegas sehingga tidak
menimbulkan perbedaan interpretas dalam pembahasan selanjutnya
(Masri Singarimbun,1989;17). Dari pengertian diatas maka penyusun
27
akan mengemukakan definisi konsep dari variabel – variabel yang ada
pada topik penelitian ini, yaitu:
a. Isu pembangunan Desa
Konteks Bumdes ialah adanya sebuah cara untuk menampung
kegiatan yang dimiliki oleh masyarakat dalam sebuah bentuk
kelembagaan atau badan usaha yang telah dikelola secara
profesional, namun pada dasarnya tetap berstandar pada Potensi
Asli Desa.
b. Upaya
Upaya adalah suatu usaha kegiatan atau usaha dengan
menggunakan segala kekuatan yang ada dalam mengatasi suatu
permasalahan.
c. Bumdes sebagai institusi kesejahteraan masyarakat
Bumdes yang menurut undang – undang No 6 tentang Desa
menjelaskan bahwa seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh Desa, melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan serta usaha lainnya untuk sebesar – besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa. Dengan adanya Bumdes juga harus
mampu memberikan akses yang baik untuk menciptakan partisipasi
masyarakat.
28
d. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam
mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di masyarakat.
Dalam suatu partisipasi suatu keterlibatan mental dan emosi ikut
serta fisik dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang
melaksanakan dalam proses mencapai tujuan dan tanggung jawab
atas keterlibatannya.
e. Masyarakat
Masyarakat adalah suatu bentuk perkumpulan manusia yang secara
bersama – sama berinteraksi yang hidup dan bekerja sama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri dan menganggap diri
mereka sebagai suatu kesatuan sosial
Berdasarkan pada konsep kesejahteraan sosial maka sesorang
dapat di katakan sejahtera apanlika mereka sudah berada pada
kondisi kehidupan sejahtera, adanya institusi dan adanya aktivitas.
f. Desa Wisata
Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi dan fasilitasi pendukung yang disajikan dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku. Ada dua komponen utama yakni akomodasi
dan demokrasi.
29
4. Informan penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan informan penelitian yaitu
warga masyarakat di desa wisata ngelanggeran di Desa Nglanggeran
hal ini penulis lakukan untuk mengetahui sejauh mana upaya bumdes
membangun partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan potensi desa
di desa wisata nglanggeran.
Kemudian perangkat desa dan kepala desa, pengurus bumdes,
tokoh masyarakat dan masyarakat di desa wisata Nglanggeran.
Masyarakat di Desa Wisata Nglanggeran sebanyak 2 (dua) orang,
Pemerintah Desa 2 (dua) orang, Pengurus Bumdes 4 (empat) orang,
dan Tokoh Masyarakat 2 (dua) orang.
Hal ini dimaksudkan agar peneliti mampu melihat dukungan semua
stakeholders yang diberikan terkait keberadaan dan Upaya Bumdes
Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Memanfaatkan Potensi
Desa di Desa Nglanggeran.
5. Lokasi Penelitian.
Adapun Upaya Bumdes Membangun Partisipasi Masyarakat dalam
Memanfaatkan Potensi Desa di Desa Wisata ini dilakukan di Desa
Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi
D.I Yogyakarta.
30
6. Teknik Pengumpulan Data.
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya
dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut
suatu keadaan, gambar, suara, bahasa atau simbol – simbol lainnya
yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan,
obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor
penting demi keberhasilan penelitian. Berkaitan dengan hal itu maka
untuk memperoleh data yang berhubungan dengan peneliti ini, peneliti
akan menggunakan beberapa teknk pengumpulan data, yaitu ;
a. Observasi
Observasi adalah mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi
motif kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan
sebagainya. Pegamatan yang memungkinkanuntuk mengamati
melihat dunia sebagaimana yang dilihat adalah subjek penelitian,
hidup pada saat itu, menangkap fenomena dari segi pandang dan
anutan para subjek pada keadaan saat itu. Pengamatan
memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama
dari pihaknya maupun dari luar pihak. Dengan begitu untuk
memperoleh data peneliti sangat dibutuhkan suatu pengamatan
yang harus diadakan untuk mengetahui upaya bumdes membangun
31
partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan potensi desa di desa
wisata nglanggeran.
b. Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab secara lisan, dua orang atau
lebih berhadap – hadapan secara fisik, yang satu dengan melihat
muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri
suaranya, tampaknya merupakan alat pengumpulan informasi yang
secara langsung tentang beberapa jenis data sosial baik yang
terpendam maupun yang tidak.
c. Teknik Dokumentasi
Menurut Widodo (2012:61) dokumentasi yang dilakukan dengan
memanfaatkan dokumen – dokumen tertulis, gambar, foto atau
benda – benda lainnya yang berkaitan dengan aspek – aspek yang
diteliti.
32
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah
1. Sejarah Desa Nglanggeran
Abad ke-17. Indonesia masih dijajah oleh bangsa Belanda
Menelisik sejarah dari berbagai sumber, keberadaan Desa
Nglanggeran bermula pada masa keturunan Ronggowarsito. Sekitar
abad ke-17. Indonesia masih dijajah oleh bangsa Belanda. Di setiap
daerah banyak terjadi perang untuk membebaskan diri dari tekanan
penjajah Belanda. Politik Belanda untuk memecah belah persatuan dan
kesatuan sampai masuk di Kerajaan Mataram. Berbagai upaya
dilakukan sehingga terjadi suatu deplomasi yang tertuang dalam
perjanjian Gianti.
Manguntirto anak dari Ronggowarsito melakukan perlawan dengan
Belanda
Perjanjian Gianti Kerajaan Mataram terbagi menjadi 2, yaitu
Kasunan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada
waktu itu anak dari Ronggowarsito yang bernama Manguntirto sudah
cukup besar dan melakukan perlawan dengan Belanda. Saudara
Manguntirto yang bernama Sojoyo menjadi Bupati Gantiwarna Klaten.
Manguntirto membuat strategi dalam melawan Belanda
Srategi yang dilakukan Manguntirto dalam melawan Belanda yaitu
mengunakan topeng/cadar sehingga tidak dikenali oleh Belanda dan
33
tiap kali membunuh beberapa tentara Belanda dia lari ke calah2/goa
bebatuan yang besar yang jauh dari lokasi membunuh. Persembunyian
Manguntirto tidak pernah ditemukan oleh Belanda. Sampai pada
kondisi tertentu Manguntirto merasa sudah cukup dalam bersembunyi
dan tempat persembunyian ini dibuka menjadi suatu tempat yang dapat
di jadikan perkampungan yang diberinama “Pelanggeran”.
Keberadaannya diketahui oleh pihak Keraton Ngayogjokarto
Karena lokasi yang dijadikan perkampungan banyak orang yang
datang dan menetap. Semakin banyaknya yang menetap, keberadaan
ini diketahui oleh pihak Keraton Ngayogjokarto, sehingga Manguntirto
diangkat menjadi seorang Bekel.
Masa pemerintahan Putra Manguntirto yang bernama Sutodipo dalam
memimpin Desa
Berjalannya waktu Manguntirto tertarik pada seorang gadis dan
dijadikan seorang istri. Dari pernikahannya dikaruniai 1 anak laki-laki
yang bernama Sutodipo dan 2 anak perempuan (nama belum
diketahui). Tidak tahu kenapa istri Manguntirto menetap di daerah
Nglegi bersama 2 orang anak perempuannya. Manguntirto bersama
anak laki-laki berada di Planggeran. Saat dewasa Sutodipo memiliki
kelebihan dan menjadi Kepala Desa Planggeran yang sangat disegani.
Pada masa pemerintahannya nama Desa Planggeran dirubah menjadi
Desa Nglanggeran. Jadi untuk desa Nglanggeran awal masa
34
kepemimpinannya dimulai dari Sutodipo putra dari pendiri Desa
Planggeran yaitu Manguntirto.
2. Kondisi Geografis
Desa Nglanggeran merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Desa Nglanggeran memiliki luas wilayah desa yaitu
762,80 Ha dengan jumlah penduduk sekitar 798 Kepala Keluarga yang
berjumlah 2.583 jiwa. Jarak Desa Nglanggeran dari ibukota kecamata
adalah 4 km, 22 km dari ibukota kabupaten dan berjarak 25 km dari
ibukota provinsi serta 602 km dari pusat pemerintahan. Desa Wisata
Nglanggeran memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Ngoro – Oro
Sebelah Selatan : Desa Putat
Sebelah Barat : Desa Salam
Sebelah Timur : Desa Nglegi
Desa Nglanggeran memiliki beberapa dusun diantaranya Dusun
Doga, Dusun GunungButak, Dusun Karang Sari, Dusun Nglanggeran
Kulon dan Dusun Nglanggeran Wetan. Masyarakat Desa Nglanggeran
berkembang menjadi masyarakat Swa Sembada, masyarakat Swadaya
dan masyarakat Swakarya. Sehingga masyarakat Nglanggeran terbagi
dalam tipologi desa yakni persawahan, perladangan, peternakan,
35
nelayan, pertambangan/galian, kerajina dan Industri baik kecil sedang
dan besar serta jasa dan juga perdagangan.
3. Peta Desa Nglanggeran
Sumber : Google, 2007
36
4. Peta Kecamatan Patuk
Sumber : Google,2017
37
5. Peta Kabupaten Gunung Kidul
Sumber :Google,2017
6. Potensi Desa Nglanggeran
Terdapat potensi pariwisata di Desa Nglanggeran yaitu adanya
Gunung Nglanggeran dan kini lebih dikenal dengan sebutan Gunung
Api Purba. Secara fisiografi Gunung Api Purba Nglanggeran terletak
di Zona Pegunungan Selatan Jawa Tengah-Jawa Timur (Van
Bemmelen 1949) atau tepatnya di Sub Zona Pegunungan Baturagung
dengan ketinggian 700 meter dari permukaan laut dan kemiringan
lerengnya curam-terjal (>45%). Gunung Nglanggeran berdasarkan
sejarah geologinya merupakan gunung api purba yang berumur tersier
( Oligo- Miosen) atau 0,6 – 70 juta tahun yang lalu. Material batuan
38
penyusun Gunung Nglanggeran merupakan endapan vulkanik tua
berjenis andesit. Jenis batuan yang ditemukan di Gunung Nglanggeran
antara lain breksi andesit, tufa dan lava bantal. Singkapan batuan
vulkanik klastik yang ditemukan di Gunung Nglanggeran
kenampakannya sangat ideal dan oleh karena itulah maka, satuan
batuan yang ditemukan di Gunung tersebut menjadi lokasi tipe dan
diberi nama Formasi Geologi Nglanggeran.Beberapa bukti lapangan
yang menunjukkan bahwa dahulu pernah ada aktivitas vulkanis adalah
banyaknya batuan sedimen vulkanik klastik seperti batuan breksi
andesit, tufa dan adanya aliran lava andesit di Gunung Nglanggeran.
Bentuk kawah Gunung Api Purba Nglanggeran dapat ditemukan di
puncak Gunung Nglanggeran. Selain potensi gunung api purbanya, di
Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran juga dijumpai fauna dan
flora langka, seperti tanaman tremas (tanaman obat yang hanya hidup
dikawasan ekowisata Gunung Api Purba), kera ekor panjang serta
disekitar Gunung Api Purba berkembang kegiatan seni dan budaya
lokal seperti bersih desa dll. Dengan adanya potensi tersebut di Desa
Nglanggeran juga pengembangan desa wisata. Jadi ada 2 potensi
pengembangan yaitu Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba dan Desa
Wisata Pesona Purba Nglanggeran. Untuk desa wisata dikembangkan
menuju desa budaya dan desa pendidikan, yang dimana bisa
melakukan aktivitas belajar tentang flora fauna, cocok tanam, seni
budaya dan juga belajar hidup bermasyarakat dengan tatakrama. Desa
39
Nglanggeran memiliki tanah kas desa yakni seluas 20,52 Ha dan
jumlah tanah bersertifikat 1.238 buah dengan jumlah seluas 383,73 Ha.
Tanah kas desa tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan Balai Desa,
gedung Sekolah, lapangan olahraga, Polindes, Gedung TK dan Gedung
Paud.
B. Keadaan Demografi
1. Penduduk
Komposisi penduduk adalah suatu susunan atau pengelompokkan
penduduk yang berdasarkan dengan ciri – ciri tertentu misalnya seperti
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, serta mata
pencaharian. Dengan adanya komposisi penduduk, maka dapat
diketahui sifat – sifat khusus dari penduduk yang berbeda antara
wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya. Dengan kata lain
bahwa apabila komposisi penduduk pada waktu yang lalu dan
dibandingkan dengan waktu sekarang, maka dapat diketahui apa saja
perubahan yang telah terjadi melalui perbandingan tersebut. Dengan
acuan ini maka peneliti melihat jumlah penduduk berdasarkan
kelompok umur yang berada di Desa Wisata Nglanggeran dalam
bentuk diagram sebagai berikut :
40
Diagram II.1
Jumlah Penduduk Desa Nglanggeran Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Profil Pemerintah Desa Nglanggeran, 2017
Jumlah penduduk laki – laki dan perempuan di Desa Wisata
Ngelanggeran tidak seimbang. Dari diagram diatas, ketahui bahwa selisih
jumlah penduduk laki – laki dan perempuan adalah 3 orang. Dengan
jumlah penduduk laki laki 1290 orang dan jumlah penduduk perempuan
1293 orang. Dan dengan persentase jumlah penduduk laki – laki 49,94%
dan jumlah penduduk perempuan 50,06%. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa penduduk Desa Wisata Nglanggeran lebih dominan berjenis
kelamin perempuan.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesadaran masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada
jumlah persentase
laki - laki 1290 49,94%
perempuan 1293 50,06%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
41
khususnya, dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan
mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong
tumbuhnya keterampila kewirausahaan. Dan pada gilirannya mendorong
munculnya lapangan pekerjaan yang baru. Dengan sendirinya akan
membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru
guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat
mempertajam sistematika pikir atau pola pikir individu, selain itu sudah
menerima informasi yang lebih maju.
Untuk melihat taraf/tingkat pendidikan penduduk Desa Wisata
Nglanggeran, jumlah angka putus sekolah serta jumlah sekolah dan siswa
menurut jenjang pendidikan, dapat di lihat pada diagram dibawah ini.
Diagram II.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Sumber : Profil Pemerintah Desa Nglanggeran,2017.
Tidaklulus
tidaksekol
ah
lulusTK
lulusSD
lulusSMP
lulusSMA
DI/D3 S1 SLB
jumlah 538 18 74 748 622 513 28 41 3
persentase 20,82%0,34% 2,86%28,96%24,08%19,86%10,84%1,58% 0,12%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
42
Penduduk di Desa Wisata Nglanggeran mayoritas telah
menyelesaikan jenjang pendidikan yang bervariasi, yang lebih dominan
yaitu jejang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 748 orang atau
36,56%. Sedangkan jumlah penduduk yang hanya tamat di jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 662 orang atau 30,42% dan
Sekolah Menegah Akhir (SMA) hanya berbeda 109 orang atau 25,09%.
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas di Desa Wisata Nglanggeran
tidak menuntaskan wajib belajar 12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas SDM di Desa Wisata Nglanggeran kurang atau rendah, dan
minimnya jumlah penduduk yang mengenyam perguruan tinggi yang
disebabkan kurangnya sarana dan prasaran pendidikan yang memadai.
3. Mata Pencaharian
Secara umum kondisi perekonomian di Desa Wisata Nglanggeran
di topang oleh beberapa mata pencaharian warga masyarakat dan dapat
teridentifikasi ke dalam beberapa bidang mata pencaharian seperti,
karyawan, wiraswasta/pedagang, petani, tukang, buruh tani, pensiunan,
nelayan, peternak, jasa, pengrajin, pekerja seni dan lainnya. Bahkan
ada juga yang tidak bekerja, jumlah penduduk berdasarkan mata
pencahariannya dapat dilihat pada diagram.
43
Diagram II.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
Sumber : Profil Pemerintah Desa Nglanggeran,2017
Diagram diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
ada di Desa Wisata Nglanggeran mayoritas bekerja sebagai Petani,
yaitu dengan jumlah 801 jiwa atau 32,18%. Dapat disimpulkan bahwa
kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Wisata
Ngelanggeran menyebabkan warga masyarakat lebih memilih bermata
pencaharian pokok sebagai petani dan juga dengan di dukungnya lahan
pertanian masyarakat yang cukup luas menjadikan masyarakat di Desa
Wisata Nglanggeran lebih memilih bertani.
karyawa
n
wiraswas
ta
petani
tukang
buruh
tani
pensiuna
n
peternak
jasapengrajin
pekerja
seni
lainnya
tidakbeke
rja
Persentase 10,646,70%31,022,52%0,28%0,34%0,42%8,94%0,08%0,16%25,1613,74
jumlah 275 173 801 65 7 9 11 231 2 4 650 355
0100200300400500600700800900
Top Related