IIIIII.. RONA LINGKUNGAN HIDUPRONA LINGKUNGAN HIDUP
3.1. LINGKUNGAN FISIK – KIMIA
3.1.1. Iklim
Untuk menggambarkan kondisi iklim pada areal pembangunan perkebunan kelapa sawit ini dipergunakan data iklim hasil pengamatan di Stasiun Meteorologi Bandar Udara (Bandara) Kalimarau, Tanjung Redeb, periode pengamatan tahun 1997 – 2007. Rekapitulasi hasil pengamatan beberapa unsur iklim pada Stasiun Meteorologi tersebut disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kondisi Iklim di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Tembudan
BulanCurah Hujan (mm)
Hari Hujan(hari)
Suhu Udara(oC)
KelembabanUdara
(%)
Penyinaran Matahari
(%)Januari 221,01 22 25,8 89,71 32,64Februari 206,05 21 25,8 88,41 32,75Maret 220,21 21 26,2 88,53 31,75April 191,32 18 26,2 87,54 40,15Mei 192,31 19 26,9 86,90 45,14Juni 174,41 14 26,9 85,81 38,71Juli 127,82 13 26,6 85,56 46,51Agustus 128,81 17 26,7 84,43 48,02September
142,17 12 26,8 85,47 39,26
Oktober 176,82 18 26,8 86,83 36,92November 203,54 20 26,5 86,92 37,62Desember 231,71 20 26,4 87,92 34,65Jumlah 2216,18 215 - - -Sumber : Stasiun Meteorologi Bandar Udara Kalimarau, Tanjung Redeb (Periode
pengamatan 1997 - 2007)
a. Tipe Iklim
Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di areal perkebunan ini termasuk ke dalam tipe iklim sangat basah (tipe A) dengan nilai Q = 5,6 %. Curah hujan bulanan senantiasa tinggi (lebih dari 100 mm) sepanjang tahun. Musim hujan terjadi dari bulan Oktober sampai dengan Mei, sedangkan musim kemarau terjadi dari bulan Juni sampai dengan September. Selama musim kemarau curah hujan masih cukup tinggi, tetapi agak lebih rendah dibandingkan dengan curah hujan selama musim hujan.
b. Curah Hujan dan Hari Hujan
Seperti telah disebutkan bahwa curah hujan di kawasan ini cukup tinggi. Curah hujan bulanan berkisar antara 128 mm (bulan Agustus) sampai dengan 231 mm (bulan Desember). Curah hujan rata-rata bulanan
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 1PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
senantiasa lebih dari 100 mm. Curah hujan tahunannya juga cukup tinggi sebesar 2.216 mm per tahun. Hari hujan berkisar antara 12 hari (bulan Juli) sampai dengan 22 hari (bulan Januari, Februari), dengan jumlah hari hujan per tahunnya 215 hari. Selama musimkemarau (Juni sampai September) hujan masih turun selama 5 – 12 hari per bulan.
c. Suhu dan Kelembaban Udara
Suhu udara rataan bulanan pada kawasan ini berkisar antara 25,8 oC (pada bulan Januari, Februari) sampai dengan 26,9 oC (bulan Mei, Juni). Kisaran suhu udara dari bulan ke bulan tidak lebar. Udara pada kawasan areal pembangunan perkebunan kelapa sawit ini cukup lembab, kelembaban udara bulanannya berkisar antara 86 % (bulan Agustus, September) sampai dengan 90 % (bulan Januari, Februari).
d. Neraca Air
Dalam perhitungan neraca air, presipitasi yang digunakan adalah data curah hujan rata-rata bulanan yang tercatat dari Stasiun Meteorologi Bandar Udara (Bandara) Kalimarau, Tanjung Redeb, Badan Meterologi dan Geofisika, 2007 selama 10 tahun terakhir. Besarnya evapotranspirasi potensial diduga dengan menggunakan metoda Thornthwaite. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 3.2. dan Gambar 3.1.
Tabel 3.2. Neraca Air di Sekitar Wilayah Calon Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Tembudan
No Bulan Curah Hujan (mm)
Evapotrans- pirasi (mm)
Surplus/Defisit air (mm)
1 Januari 221,01 125,52 95,492. Februari 206,05 113,45 92,603. Maret 220,21 132,89 87,324. April 191,32 129,05 62,275. Mei 192,31 146,53 45,786. Juni 174,41 142,31 32,107. Juli 127,82 140,57 -12,758. Agustus 128,81 142,54 -13,739. September 142,17 140,36 1,8110. Oktober 176,82 144,52 32,3011. Nopember 203,54 134,62 68,9212. Desember 231,71 136,69 95,02
Jumlah 2.216,18 1.629,05 549,95Sumber: Hasil perhitungan dengan metoda Thornthwaite
Dari hasil perhitungan neraca air diketahui bahwa secara umum pada areal kerja terjadi 2 bulan defisit air yaitu pada bulan Juli hingga Agustus, sementara pada bulan-bulan yang lain terjadi surplus air.
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 2PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
NERACA AIR WILAYAH KERJA PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION
-50
0
50
100
150
200
250
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Bulan
mm
P (presipitasi)
E(evapotranspirasi)
(P-E)
Gambar 3.1. Grafik Neraca Air Wilayah Calon Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Tembudan
3.1.2. Kualitas Udara
Parameter udara yang akan ditelaah adalah kandungan gas-gas di udara
meliputi debu, karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen
oksida (NOx). Lokasi pengamatan mempertimbangkan keterwakilan tempat
yang diduga akan terkena dampak dengan memperhatikan arah dan
kecepatan angin. Data yang diukur digunakan sebagai pembanding dan
diasumsikan akan sebanding secara analogi dengan kondisi yang akan
terjadi pada saat proyek dikerjakan atau dioperasikan.
Parameter kualitas udara ini di analisis di Laboratorium SEAMEO-BIOTROP
(Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology), Bogor. Hasil analisis
tersebut diperlihatkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Kualitas Udara di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION.
Parameter Satuan S1 S2 Baku Mutu
TSP (debu) µgr/Nm3 120,0 50,00 230 (**)
O3 µgr/Nm3 50,00 45,00 235 (**)
CO µgr/Nm3 230,00 120,00 30.000 (**)
SO2 µgr/Nm3 20,00 18 900 (**)
NO2 µgr/Nm3 20,00 16 400 (**)
H2S µgr/Nm3 0,001 0,001 10 (***)
Pb µgr/Nm3 0,01 0,01 2 (**)Sumber : Hasil analisis laboratorium, Pebruari 2008(**) PP. RI Nomor 41 Tahun 1999; (***) Kep. MENAKER No. 51 Tahun 1999; S1 : Kp. Tempudan; S2 : Lokasi calon blok kebun
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 3PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
3.1.3. Topografi
Berdasarkan data yang diperoleh dari peta land system lembar Muaralasan skala 1:250.000 bahwa pada calon areal pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. TBPP terdapat dua kelas kelerengan seperti dapat dilihat pada Tabel 3.3. dan penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Tabel 3.4. Luas Masing-masing Kelerengan Lahan di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP
No. Lereng Kelas lerengLuas
(Ha) (%)1. 0 - 3 % A 310 162. 3 - 8 % A 1.950 84
Jumlah 2.260 100Sumber : Peta Land system lembar Muaralasan skala 1:250.000
Dari Tabel 3.3 menunjukkan bahwa pada umumnya keadaan topografi pada calon areal perkebunan ini tergolong datar.
3.1.4. Geologi dan Tanah
a. Geologi
Berdasarkan peta geologi lembar Muaralasan, Kalimantan, areal perkebunan PT. TBPP berada di atas formasi geologi Domaring (Tmpd). Formasi Domaring tersusun dari batu gamping, batu gamping kapuran, sisipan napal, dan lignit; terendapkan dalam lingkungan rawa litoral; tebalnya mencapai 1200 m; kandungan fosil berumur miosin akhir hingga pliosen (4,8 – 5,3 juta tahun yang lalu). Sebaran formasi geologi secara lebih jelas dapat dilihat pada peta formasi geologi (Gambar 3.3.)
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 4PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
Gambar 3.2. Sebaran Kelerengan di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit PT. TBPP di Tembudan
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 5PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
Gambar 3.3. Formasi Geologi di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Tembudan
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 6PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
b. Tanah
a) Jenis Tanah
Kondisi tanah adalah salah satu faktor lingkungan yang menentukan potensi untuk pembangunan pertanian terutama perkebunan.
Tanah juga berperan sebagai media alami untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan mensuplai unsur hara. Unsur hara yang di serap melalui sistem akar selanjutnya diproses menjadi bagian dari senyawa organik seperti karbohidrat, protein, dan lemak, yang berguna untuk kebutuhan manusia.
Kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah, yang di indikasikan dari ketersediaan hara seperti Nitrogen, Phosphor dan Kalium. Disisi lain kemampuan serapan tanaman juga salah satu faktor yang mempengaruhi produksi tanaman.
Tanah pada areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP didominasi oleh jenis tanah mineral dengan banyak mengandung batuan/kapur, dimana di beberapa bagian terdapat tanah yang bersolum dangkal. Tanah yang terbentuk dari batuan tersebut adalah tanah yang mempunyai tingkat kesuburan rendah hingga sedang Jenis tanah yang dijumpai adalah Hapludalf (mediteran litik), Eutropepts (kambisol eutrik), dan Haprendolls (renzina). Ketebalan tanah beragam antara 50 - 100 cm.
Tanah-tanah di areal rencana perkebunan kelapa sawit PT. TBPP diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) Satuan Peta Tanah seperti dapat dilihat pada Tabel 3.5. dan penyebaran jenis tanahnya dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Tabel 3.5. Luas Masing-masing Jenis Tanah di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP
Satuan Peta
TanahJenis Tanah USDA
Padanan Jenis Tanah
PPT FAO
1. Asosiasi Tanah Hapludalfs, Eutropepts, Haprendolls
Mediteran Litik, Kambisol eutrik, renzina
Luvisol, Cambisol, Renzina
2. Asosiasi Tanah Hapludalfs, Eutropepts
Mediteran Litik, Kambisol eutrik
Luvisol, Cambisol
Sumber : Peta Jenis Tanah Kabupaten Berau Skala 1: 250.000Muaralasan Dan Biduk-Biduk (Reppprot, 1987) Skala 1: 250.000
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 7PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
Gambar 3.4. Sebaran Jenis Tanah di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit PT. TBPP di Tembudan
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 8PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
Hapludalfs/Mediteran Litik
Tanah Mediteran litik tersebar pada bagian tengah meluas dari timur ke arah barat. Tanah ini memiliki tektur tanah halus, kandungan liat tinggi, memiliki kandungan basa yang tinggi, KTK yang tinggi dan tingkat pH yang tinggi. Tanah ini terbentuk dari bahan induk kapur kemudian mengalami pelapukan pada kondisi curah hujan yang relatif tinggi, dengan kelembaban tanah tidak pernah kering hingga 3 bulan. Dengan bahan induk batu gamping yang keras, kedalaman tanah yang terbentuk tidak lebih dari 100 cm.
Eutropepts/Kambisol Eutrik
Tanah Kambisol Eutrik tersebar di sebagian besar areal perkebunan PT. Tanjung Buyu Perkasa Plantation. Tanah ini dapat diidentifikasikan sebagai tanah Kambisol Eutrik karena mempunyai tekstur tanah berliat dan solum tanah dalam.
Lapisan atas pada kedalaman 0 – 30 cm mempunyai tekstur tanah lempung liat berpasir, pH tanah relatif tinggi, c-organik tinggi, kandungan N-total tinggi, kadar Posfor total tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, kadar K dapat dipertukarkan sangat rendah dan kadar Mg dapat dipertukarkan sangat tinggi.
Lapisan bawah pada kedalaman 30 – 60 cm mempunyai tekstur tanah lempung liat berpasir, pH tanah sangat tinggi, c-organik rendah, kandungan N-total rendah, kadar Posfor total rendah, kapasias tukar kation sangat tinggi, kadar K dapat dipertukarkan sangat rendah dan kadar Mg dapat dipertukarkan sangat tinggi.
Haprendolls/Renzina
Tanah ini terbentuk dari bahan induk kapur sehingga kandungan batu kapur masih tinggi. Kedalaman tanah tipis kurang dari 50 cm dan pada solum tanah masih banyak dijumpai batuan kapur yang belum terlapuk.
Lapisan atas pada kedalaman 30 – 50 cm mempunyai tekstur tanah lempung berdebu, pH tanah tinggi, C-organik sangat rendah, kandungan N-total sangat tinggi, kadar Posfor total sangat rendah, kapasitas tukar kation sangat tinggi, kadar K dapat dipertukarkan sangat rendah dan kadar Mg dapat dipertukarkan sangat tinggi.
b) Kesuburan Tanah
Penilaian kesuburan tanah dilakukan secara umum melalui penafsiran sifat-sifat kimia tanah yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil analisa sejumlah contoh tanah profil seluruh lapisan dan contoh tanah komposit dua lapisan yaitu 0 - 30 cm dan 30 - 60 cm. Sifat-sifat kimia yang dianalisa adalah : C-organik, N-total, P-total, P tersedia, K tersedia, unsur hara
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 9PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
sekunder yangh meliputi Kalium, Natrium, Magnesium dan kalsium serta sifat-sifat lain yang mempengaruhi keseimbangan hara dalam tanah seperti Kapasitas Tukar kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), Alumunium dapat ditukar dan Kemasaman Tanah (pH). Kondisi kesuburan tanah di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP ini dapat dilihat pada Tabel 3.6. Sebagai pembanding untuk menilai tingkat kesuburan tanah ini digunakan nilai seperti dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.6. Kondisi Kesuburan Tanah di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP
NO.
UNSUR KIMIA TANAH
SATUAN
LOKASI 1 LOKASI 2 LOKASI 3 LOKASI 4
0-30 0-60 0-30 0-60 0-30 0-60 0-30 0-60
1. pH 7,1N
7.0N
6,2AM
6,0AM
6,3AM
6,2AM
7,7AB
7,6AB
2. C-Organik % 2,74S
2,20 S
1,57R
0,98SR
1,44R
1,22R
3,67T
2,76S
3. N-total % 0,33S
0,21 S
0,11R
0,17R
0,17R
0,21S
0,3S
0,40S
4. C/N 8R
10R
14S
6R
8R
6R
12S
20T
5. P205-Olsen ppm 9,00 SR
7,00SR
11,00R
9,00SR
13,00R
12,00R
12R
14R
6. Ca me/100 gr
34.75 ST
28,17ST
10,89S
9,72S
15,13T
19,12T
50,01
ST
45,22
ST
7. Mg me/100 gr
0.50 R
0,46R
0,85R
0,68R
1,37S
1,12S
1,69S
0,98R
8. K me/100 gr
0.12 R
0,13R
0,15R
0,12R
0,17R
0,11R
0,16R
0,18R
9. Na me/100 gr
0.24 R
0,18R
0.08SR
0,08 SR
0,11R
0,09SR
0,20R
0,12R
10. KTK me/100 gr
30,39 T
26,21T
11,47R
11,47R
62,00
ST
59,10
ST
30,71T
32,00T
11. KB % 100 ST
100ST
100ST
100ST
27R
35R
100ST
100ST
12. Kej. Al % 0.61 SR
0,00SR
0,00SR
0,00SR
0,00SR
0,58SR
0,00SR
0,00SR
13. K20 HCI 25 % mg/100 gr
6SR
7SR
11R
11R
8SR
9SR
10R
14R
14. P2O5 HCL 25 %
mg/100 gr
74ST
58T
5SR
5SR
13R
12T
32S
26S
15. Tekstur TanahPasir Debu Liat
% CI3
2374
CI6
1975
L433324
CI.L433324
CL213247
CL183646
CI232552
CI262252
Sumber : Hasil analisis, Pebruari 2008
Kemasaman Tanah (pH)
Pada lahan yang formasi batuannya merupakan batuan kapur (contoh tanah dari lokasi 1 dan 4) pH tanahnya berkisar antara 7,0 – 7,7, cenderung agak basa. Tanah yang agak basa ini dapat dimengerti karena terbentuk dari batuan kapur yang mempunyai kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 10PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
sehingga mengakibatkan pH tanah diatas 7. Pada tanah yang berbahan induk batu pasir, lanau, marl kemasaman tanah termasuk agak masam dengan nilai pH antara 6,0 – 6,3.
Tabel 3.7. Pedoman Pengharkatan Hasil Analisa Tanah
NO. PARAMETER SATUAN
HARKATSanga
t Renda
h
Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
1. C-Organik % <1,0 1-2 2-3 3-5 >5
2. N total % <0,1 0,1-0,2 0,2-0,5 0,5-0,75 >0,75
3. C/N rasio <5 5-10 11-15 16-25 >25
4. P tersedia ppm <10 10-15 16-25 26-35 >35
5. P Olsen ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60
6. P2O5 meq/100 g <10 10-20 21-40 41-60 >60
7. K2O meq/100 g <20 10-20 21-40 41-60 >60
Basa-basa dapat ditukar
8. Ca meq/100 g <2,0 2,0-5,9 6,0-10,9 11,0-20,0 >20,0
9. Mg meq/100 g <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
10. K meq/100 g <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0
11. Na meq/100 g <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0
12. KTK meq/100 g <5,0 5,1-16,0 16,1-24,0 24,1-40,0 >40,0
13. Kejenuhan Basa % <10,0 10,1-35,0 35,1-50,0 50,1-70,0 >70,0
14. Kejenuhan Alumunium
% <5,0 5-20 21-30 31-60 >60
15. Kebutuhan Kapur meq/100 g 1 s/d 2 kali nilai Al dapat ditukar
16. pH H2O sangat masam
masam agak masam
netral agak alkalis
alkalis
< 4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,5-8,5 >8,5
Sumber : Laboratorium Biotrop, Bogor
C-Organik, N-Total, dan C/N Ratio
Bahan organik tanah (C-Organik) merupakan bagian penting dalam hubungannya sebagai penyedia unsur Nitrogen. Ketersediaan Nitrogen yang tinggi dalam tanah tergantung pada Nisbah C-Organik dan N-total dalam tanah. Nitrogen merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman. Namun demikian ketersediaan Nitrogen dalam tanah sering terbatas dan sifatnya yang mobile menyebabkan mudah hilang tercuci dari dalam tanah.
Kandungan C-Organik tanah di areal rencana pembangunan perkebunan ini berdasarkan hasil analisa termasuk rendah sampai tinggi dengan nilai antara 0,98 sampai 3,67 %. N total berkisar rendah sampai sedang dengan nilai antara 0,11 sampai 0,40 % dan C/N ratio termasuk rendah sampai tinggi dengan nilai antara 6 sampai 20. C-organik dan N-total terutama berasal dari hasil pelapukan/dekomposisi serasah semak belukar yang jatuh di permukaan tanah. Nilai C/N ratio yang rendah menunjukkan tingkat dekomposisi bahan organik yang tinggi sedangkan C/N ratio yang rendah menunjukkan tingkat dekomposisi bahan organik di dalam tanah yang masih rendah.
Pospor dan Kalium
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 11PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
Pospor dan Kalium merupakan unsur hara makro kedua setelah nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Pospor sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan produksi tanaman, sedangkan Kalium dibutuhkan untuk ketahanan tanaman.
Kandungan Pospor total (HCl 25%) tanah di areal rencana pembangunan perkebunan ini berdasarkan hasil analisa termasuk sangat rendah sampai rendah dengan nilai antara 7,0 sampai 9,0 me/100 gram. Sedangkan kandungan Kalium total (HCl 25%) secara umum termasuk rendah nilai antara 0,11 sampai 0,18 me/100 gr.
Susunan Kation Dapat Ditukar (Ca, Mg, K, dan Na)
Koloid-koloid tanah yang terdiri dari koloid liat dan organik merupakan tapak pertukaran kation-kation dan anion-anion dalam tanah. kation-kation Ca, Mg, K dan Na dapat diikat oleh koloid-koloid tersebut tetapi dilepaskan kembali ke dalam tanah, sehingga membentuk suatu keseimbangan dalam tanah. Kandungan Ca tanah di areal rencana pembangunan perkebunan ini berdasarkan hasil analisa termasuk sedang sampai sangat tinggi dengan nilai antara 9,72 sampai 50,01 me/100 gram. Mg termasuk rendah sampai sedang dengan nilai antara 0,46 sampai 45,22 me/100 gram. Sedangkan kandungan Kalium total (HCl 25%) secara umum termasuk rendah nilai antara 0,11 sampai 0,18 me/100 gr.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB)
KTK menunjukkan kemampuan tanah dalam menyerap kation-kation, sedangkan KB menunjukkan jumlah kation-kation Basa yang menduduki komplek serapan serta menunjukkan ketersediaan kation-kation tersebut untuk keperluan tanaman.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah di areal rencana pembangunan perkebunan ini berdasarkan hasil analisa termasuk rendah sampai sangat tinggi dengan nilai antara 11,47 sampai 62,0 me/100 gram dan Kejenuhan Basa (KB) termasuk rendah sampai sangat tinggi dengan nilai antara 27 sampai 100%.
Kejenuhan Alumunium
Kejenuhan Alimunium merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kemasaman tanah, karena kation-kation di dalam tanah terikat oleh Al. Kejenuhan Al dinyatakan dalam persen (%) yang merupakan nilai Al me/100 gram dibagi jumlah Ca, Mg, K, Na, Al dan H dikali 100%. Berdasarkan hasil perhitungan kejenuhan Al di areal rencana pembangunan perkebunan ini secara umum termasuk sangat rendah dengan nilai antara 0,0 sampai 0,58 %.
c. Erosi
Berdasarkan jenis tanahnya maka kepekaan erosi tanah pada areal pencadangan perkebunan ini berkisar antara agak peka, peka sampai dengan sangat peka terhadap erosi. Jenis tanah Kambisol dan Mediteran
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 12PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
merupakan jenis tanah agak peka terhadap erosi. Jenis tanah Renzina merupakan jenis tanah sangat peka terhadap erosi.
Laju erosi pada areal pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. TBPP ini dapat diprediksi dengan menggunakan pendekatan perhitungan USLE. Hasil pendugaan laju erosi pada areal ini disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Laju Erosi di Areal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Kecamatan Batuputih
JENIS TANA
H
PENUTUPANLAHAN
LE-REN
G(%)
R K LS CPA
(TON/HA/ TH)
TSL(TON/
HA/ TH)
TBE
1 Semak Belukar 0 - 8 1381
0,30
0,2 0,01 0,8 26 SR
Alang-alang 0 - 8 1381
0,30
0,2 0,1 8 26 R
Rata-rata Terbobot 4,5 26 R
2 Semak Belukar 0 - 8 1381
0,23
0,2 0,01 0,7 34 SR
Alang-alang 0 - 8 1381
0,23
0,2 0,1 7 34 S
Rata-rata Terbobot 4 34 R
Rata-rata Terbobot Untuk Seluruh Areal 4 34 R
Sumber : Pendugaan dengan Persamaan USLEKeterangan :Jenis tanah 1= Asosiasi Mediteran Litik, Kambisol eutrik, renzinaJenis tanah 2= Asosiasi Mediteran Litik, Kambisol eutrikR = erosivitas hujan CP = faktor penutupan lahanK = erodibilitas tanah A = laju erosi LS = Faktor lereng TSL = laju erosi yang diperbolehkanTBE = Tingkat Bahaya erosi R = ringanSR = sangat ringan S = sedangB = berat SR = sangat ringan
Dari Tabel 3.8. dapat dijelaskan bahwa pada areal yang berupa semak
belukar laju erosinya sangat rendah sampai dengan rendah berkisar antara
0,7 – 0,8 ton/ha/th. Pada lahan yang tertutup alang-alang laju erosinya
rendah sampai sedang berkisar antara 7 – 8 ton/ha/th. Laju erosi rata-rata
terobot untuk seluruh areal pencadangan kebun ini adalah sebesar 4,5
ton/ha/th yang tergolong sedang dengan tingkat bahaya erosi yang
tergolong rendah.
3.1.5. Hidrologi
a. Morfometri DAS
Berdasarkan peta hidrologi, pada calon areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP terdapat beberapa sungai kecil yang langsung bermuara ke laut sulawesi. Sungai sungai yang terdapat pada areal ini adalah S. Nimba, S. Dua, S. Tehem-tehem, dan S. Kalimanting. Sungai sungai tersebut terletak searah yang mengalir dari wilayah perbukitan di bagian selatan menuju bagian utara yang lebih rendah dan bermuara ke Laut Sulawesi. Pada
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 13PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
umumnya sungai sungai berpola sejajar, memiliki daerah tangkapan yang cukup luas. Peta Hidrologi disajikan pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Peta Hidrologi di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit PT. TBPP di Tembudan
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 14PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
a. Karakteristik Fisik Sungai
Berdasarkan hasil tinjauan lapangan, karakteristik fisik sungai-sungai di areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.9. Kondisi Fisik Perairan Sungai di Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP
NO.
NAMA SUNGAILEBAR
SUNGAI (M)
KEDALAMAN
(M)
DEBIT SUNGAI
RATA-RATA (M3/DT)
KONDISI DASAR SUNGAI
1. S. Nimba 9,2 1,0 – 1,5 3.42 Berlumpur2. S. Dua 6,7 1,0 – 1,5 4,20 Berlumpur3. S. Tehem-
tehem10,4 1,0 – 1,5 4.32 Berlumpur
4. S. Kalimanting 7,9 1,0 – 1,5 2.52 Berlumpur
Sungai-sungai ini mengalir sepanjang tahun, namun demikian perbedaan antara debit musim hujan dengan musim kemarau sangat besar. Dari tanda-tanda bekas aliran air pada tebing sungai maka perbedaan tinggi air sungai antara musim hujan dengan musim kemarau dapat mencapai lebih dari 1,5 m. Sungai-sungai ini pada umumnya melalui kampung dan hingga saat ini masih dipergunakan sebagai sumber air untuk masyarakat, juga untuk keperluan mandi cuci dan kakus (MCK).
b. Debit Puncak Limpasan
Laju aliran permukaan dari areal pembangunan perkebunan kelapa sawit ini pada puncak musim hujan diprakirakan dengan menggunakan persamaan empiris :
Dimana :Q maks = debit atau laju aliran permukaan
dari areal perkebunanC = koefisien penutupan lahan (0,65) I = intensitas hujan maksimum (1
cm/jam)A = luas kebun (2.100 ha = 21 km2)
Berdasarkan persamaan empiris tersebut dapat dihitung besarnya debit puncak limpasan/aliran permukaan dari areal perkebunan ini ke S. Dua,
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 15PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
Q maks = 0,278 c i
A
III. Rona Lingkungan Hidup
yaitu sebesar 3,7 m3/det. Debit puncak aliran permukaan akan terdistribusi secara proporsional pada tiap aliran sungai.
c. Laju transpor Sedimen
Tanah yang tererosi dari areal pembangunan perkebunan ini sebagian akan terbawa oleh aliran permukaan masuk ke badan sungai Dua yang akan menampung aliran permukaan tersebut. Jumlah tanah hasil erosi yang akan masuk ke dalam badan sungai dalam satu tahun dinyatakan sebagai laju transpor sedimen dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Dimana :
Qs = laju transpor sedimen (ton/th)A = luas kebun (2.100 Ha)E = laju erosi rata-rata terbobot = 4,5 ton/ha/thSDR = laju penghantaran sedimen = 0,12
Berdasarkan pada persamaan empiris tersebut maka dapat dihitung besarnya laju transpor sedimen dari areal pembangunan kebun ini sebesar 1.134 ton/th. Jumlah sedimen ini akan terdistribusi pada sungai-sungai yang mengalir di areal kebun.
3.1.6. Kualitas Air
Dalam wilayah perkebunan kelapa sawit PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION ini mengalir empat sungai yaitu S. Dua, S.Nimba, S.Tehemtehem, dan S. Kalimanting, sehingga pengambilan sampel air untuk dianalisis kualitas airnya dilakukan pada empat sungai, karena sungai ini direncanakan akan digunakan sebagai sumber air baku, baik untuk kebutuhan pertanaman maupun kebutuhan perkantoran/emplasemen. Hasil analisis sampel air sungai di areal pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3.10. Secara umum beberapa parameter masih berada di bawah ambang batas baku mutu lingkungan (BML).
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 16PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
Qs = E A SDR
III. Rona Lingkungan Hidup
Tabel 3.10.Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Dua di dalam Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP di Kecamatan Batuputih
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 17PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
3.2. LINGKUNGAN BIOLOGI
3.2.1. Tumbuhan
Areal rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. TBPP ini kondisi penutupan lahannya sebagian besar berupa semak belukar tua dan alang-alang. Pada beberapa tempat masih terdapat tumbuhan sisa-sisa hutan sekunder. Jenis-jenis tumbuhan sisa-sisa hutan sekunder yang terdapat di areal ini diantaranya seperti dapat dilihat pada Tabel 3.10. Umumnya tumbuhan ini berdiameter berkisar antara 10 – 20 cm.
Sedangkan tumbuhan bawah atau semak belukar yang banyak diketemukan diantaranya adalah Lantana (Lantana camara), karamunting (Melastoma malabathricum), dan kirinyuh (Chromolaena odorata), mikania (Mikania micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica), beberapa jenis paku-pakuan seperti paku pedang (Nephrolepis exaltata), dan jenis rumput-rumputan.
Tabel 3.11. Jenis-jenis Tumbuhan yang Ada di Areal Perkebunan PT. TBPP Tembudan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan
1. Meranti Shorea sp. Tidak dilindungi2. Keruing Dipterocarpus sp. Tidak dilindungi3. Durian Durio sp.* Dilindungi4. Ulin Eusyderoxylon zwageri* Dilindungi5. Waru Hibiscus tiliaceus Tidak dilindungi6. Terap Arthocarpus elasticus Tidak dilindungi7. Jambu-jambuan Eugenia sp. Tidak dilindungi8. Rambutan Nephellium lapaceum Tidak dilindungi9. Akasia Acacia sp Tidak dilindungi10. Kelapa Cocos nucifera Tidak dilindungi11. Mahang Macaranga sp. Tidak dilindungi12. Pulai Alstonia scholaris Tidak dilindungi13. Kapur Dryobalanops
champora.*Dilindungi
14. Medang Litsea sp. Tidak dilindungi15. Bintangur Calophyllum inophyllum Tidak dilindungi16. Mangga hutan/asam-
asamMangifera spp. Tidak dilindungi
17. Jabon Anthocephalus Cadamba Tidak dilindungi18. Kiara Ficus laevigata Tidak dilindungi
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 18PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
19. Karet Hevea brasiliensis Tidak dilindungiSumber : Hasil orientasi lapangan di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP, Pebruari
2008Keterangan : *) dilindungi berdasarkan SK Mentan No. 54/Kpts/Um2/1972
Ulin (Eusideroxylon zwageri), Kapur (Dryobalanops champora), dan Durian
(Durio sp) dilindungi terbatas berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
54/Kpts/Um/2/1972. Status perlindungan menurut SK. Menteri Pertanian ini
adalah berdasarkan diameter pohon, yaitu jenis-jenis ini tidak boleh
ditebang pada diameter < 60 cm. Sedangkan Keruing (Dipterocarpus sp.)
dilindungi terbatas pada diameter < 50 cm.
3.2.2. Satwa Liar
Informasi mengenai jenis-jenis satwa liar di areal perkebunan kelapa sawit
PT. TBPP unit Tembudan diperoleh melalui perjumpaan langsung (individu,
jejak, suara) maupun tidak langsung (informasi masyarakat di sekitar areal
perkebunan). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis-jenis satwaliar
yang ada di areal kerja ini mencakup klas mamalia, aves dan reptilia.
a. Mamalia
Jenis-jenis mamalia yang dapat ditemukan di lokasi pembangunan
perkebunan kelapa sawit ini dapat dilihat pada Tabel 3.11. Nilai kehadiran
untuk jenis mamalia tidak dicantumkan, karena data ini sebagian besar
merupakan hasil informasi dari penduduk setempat.
Tabel 3.12. Jenis Mamalia yang terdapat di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP
No Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan
1. Rusa * Cervus unicolor Dilindungi2. Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Tidak Dilindungi3. Babi hutan Sus barbatus Tidak Dilindungi4. Tikus Rattus sp Tidak Dilindungi5. Berang-berang Enhydra lutris Tidak Dilindungi6. Landak * Hystrix brachyura DilindungiSumber : Hasil orientasi lapangan di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP, Pebruari
2008Keterangan : * Dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999
Jenis mamalia yang tergolong dalam jenis yang dilindungi berdasarkan
peraturan perundang-undangan adalah rusa (Cervus unicolor) dan landak
(Hystrix brachyura). Jenis mamalia ini dilindungi berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
b. Aves (Burung)
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 19PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
Beberapa jenis burung yang dapat dijumpai di areal rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit ini diantaranya adalah alap-alap (Accipiter sp.), tiung (Gracula religiosa), bubut (Centropus bengalensis), cekakak (Halcyon chloris), terocok (Pycnonotus goaivier). Secara lengkap jenis-jenis burung ini dapat dilihat pada Tabel 3.12. Jenis-jenis burung yang tergolong ke dalam jenis yang dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan adalah alap-alap (Accipiter sp.), cekakak (Halcyon chloris), murai (Chloropsis sonnerati). Jenis burung ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Tabel 3.13. Jenis Burung yang terdapat di Areal Rencana Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP Unit Tembudan
No Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan
1. Alap-alap * Accipiter sp Dilindungi2. Tiung Gracula religiosa Tidak Dilindungi3. Bubut Centropus bengalensis Tidak Dilindungi4. Terocok Pycnonotus goaivier Tidak Dilindungi5. Gagak Corvus enca Tidak Dilindungi6. Kucica Copsycus saularis Tidak Dilindungi7. Layang-layang Hirundo tahitica Tidak Dilindungi8. Burung cabe hutan Dicaeum concolor Tidak Dilindungi9. Tekukur Streptopelia chinensis Tidak Dilindungi10. Kepinis pohon Hemiprocne longipennis Tidak Dilindungi11. Cekakak * Halcyon chloris Dilindungi12. Kacer Copsycus brachyurus Tidak Dilindungi13. Murai * Chloropsis sonnerati Dilindungi14. Burung madu belukar Antherptes singalensis Tidak Dilindungi15. Pipit Lonchura fuscans Tidak DilindungiSumber : Hasil orientasi lapangan di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP, Pebruari
2008Keterangan : * Dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999
c. Reptilia dan Amfibia
Jenis reptilia dan amphibia yang dapat dijumpai di areal rencana
pembangunan perkebunan kelapa sawit ini diantaranya adalah biawak
(Varanus sp.), kadal (Eutrophis sp.), buaya muara (Crocodylus porosus), ular
(Phyton sp) dan katak (rana sp). Nilai kehadiran untuk jenis reptilia dan
amfibia tidak dicantumkan, karena data ini sebagian besar merupakan hasil
informasi dari penduduk setempat. Buaya (Crocodylus porosus)
berdasarkan informasi dari masyarakat masih terdapat di sungai Dua yang
mengalir ke dalam areal perkebunan.
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 20PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
Jenis reptilia yang tergolong dilindungi adalah biawak (Varanus sp) dan
buaya muara (Crocodylus porosus). Jenis-jenis ini dilindungi berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
3.2.3. Biota Perairan
a. Plankton
Biota plankton merupakan jasad renik (mikroorganisme) yang hidup
melayang di perairan dan pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus air.
Peranan Plankton di dalam ekosistem sungai relatif kecil dibandingkan di
ekosistem danau. Namun demikian keragaman jenisnya dapat dipergunakan
sebagai salah satu indikator kualitas fisik-fisik air sungai. Hasil analisis
plankton pada sampel air sungai di areal perkebunan kelapa sawit PT. TBPP
Unit Tembudan dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14.Kelimpahan Jenis Plankton di Sungai di Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. TBPP Unit Tembudan
No. ORGANISME
Kelimpahan (ind/liter)
S. Nimba S. DuaS. Tehem
TehemS. Kalimanting
Inlet Outlet InletOutle
tInlet
Outlet
Inlet Outlet
A. Chlorophyceae1. Closterium 8 10 5 7 - - 2 42. Pediastrum 5 2 3 5 4 7 9 113. Chlorella - - 4 2 6 8 - -4. Oedogonium - - - - 4 3 5 125. Cosmarium 11 5 - - 8 1 1 3
B. Chrysophyceae1. Botryococcus 4 3 10 8 2 1 - -
C. Cyanophyceae1. Microcystis 2 3 2 2 15 11 - -2. Oscillatoria - - 12 8 - - 5 93. Spirulina 8 10 12 14 2 5 2 34. Coelosphaerium - - - - 5 2 - -
D. Arthropoda1. Acartia 2 4 - - 6 8 2 12. Diaphasoma 1 2 4 6 - - 2 13. Artemia 5 - 2 2 - - 4 8
E. Protozoa1. Volvox 10 8 14 6 8 18 5 42. Euglena 18 14 8 10 11 6 - -3. Paramecium 5 4 - - 2 3 1 2
Jumlah 79 65 76 70 73 73 38 58Sumber : Hasil Analisis Sampel Air Sungai, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,
Departemen Kelautan dan Perikanan, Bogor, Pebruari 2008
Berdasarkan hasil analisis biota plankton tersebut terlihat bahwa jenis-jenis
plankton yang terdapat di sungai-sungai yang berada di areal perkebunan
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 21PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
kelapa sawit PT. TBPP Unit Tembudan tergolong sedikit, dimana hanya
dijumpai 4 klas, yaitu Chlorophyceae, Rotifera, Desmid, dan Cyanophyceae.
Jumlah jenis pada klas Chlorophyceae menunjukkan jumlah yang paling
banyak jenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa perairan sungai yang diamati
masih ada kegiatan proses fotosintesis. Chlorophyceae merupakan
indikator tingkat kesuburan perairan, hal ini berhubungan dengan
terdapatnya mikroorganisme fotosintesis yang mampu menguraikan zat
organik menjadi energi, CO2 dan H2O. Melihat kelimpahan Chlorophyceae
yang tergolong kecil, maka dapat dikatakan secara umum perairan di areal
perkebunan kelapa sawit PT. TBPP Unit Tembudan kondisinya pada saat ini
tergolong kurang baik sebagai habitat biota perairan yang stratanya lebih
tinggi (seperti ikan/nekton).
b. Benthos
Benthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan, pada
umumnya menempati berbagai jenjang tropik, sebagai pemakan atau
menempati jenis tropik ketiga sebagai pemakan plankton (zooplankton).
Selain itu, benthos merupakan sumber makan berbagai jenis ikan demersal
dan jenis udang-udangan. Hasil identifikasi organisme benthos di perairan
sungai diantaranya adalah Chironomus sp., Brotia sp., Tubifex sp., Pomacea,
dan Gonobiosis dengan nilai kelimpahan sangat sedikit, yaitu berkisar
antara 5 – 12 individu/liter. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena
kondisi perairan sungai tersebut cukup miskin kandungan planktonnya
sebagai makanan benthos.
c. Nekton
Nekton atau ikan merupakan kelompok organisme yang bergerak bebas di
perairan tanpa banyak dipengaruhi oleh arus. Dalam studi ini kelompok
yang dikaji terutama adalah kelompok ikan-ikan yang terdapat di sungai-
sungai yang biasa dikonsumsi masyarakat sekitar areal. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan, jenis-jenis ikan yang diidentifikasi di sungai di
antaranya adalah gabus (Chana striata), baung (Mystus nemurus), salab
(Barbodes schwanenfeldii), lais (Kryptopterus sp), papuyu (Anabas
testudineus), keli sungai (Clarias batrachus), sepat (Trichogaster sp), udang
(Palaemon spp.), dan seluang (Osteochillus Schlegeli).
2. LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
3.2.1. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga
Kecamatan Batu Putih merupakan hasil pemekaran wilayah kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau. Kampung yang terdekat dengan areal perkebunan ini adalah kampung Tembudan. Jumlah penduduk, rumah
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 22PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
tangga atau kepala keluarga, luas wilayah kampung dapat dilihat pada Tabel 3.15.
Tabel 3.15.Luas dan Jumlah Penduduk di Kampung Tembudan
KAMPUNG PENDUDUK
LUAS WILAYA
H(KM2)
KEPALA KELUAR
-GA (KK)
KEPADATANJiwa/KK Jiwa/Km2
Tembudan 1.629 450,24 525 3,10 3,62
Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka 2009
Penduduk usia kerja berkisar antara 15 sampai dengan 64 tahun, maka jumlah penduduk dalam usia kerja berdasarkan Kecamatan Batu Putih Dalam Angka (2009) di kampung Tembudan adalah 909 orang.
3.3.2. Suku dan Agama
Mayoritas penduduk di Kampung Tempudan merupakan suku Jawa yang
merupakan wilayah transmigrasi. Prosentase setiap suku yang ada di
kampung Tembudan ini disajikan pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16.Presentase Keberadaan Suku di Kampung Tembudan
KAMPUNGPROSENTASE KEBERADAAN SUKU (%)
Bugis Banjar Jawa Dayak Sasak
Tembudan 5 5 90 - -
Sumber : Hasil Wawancara (2011)
Mayoritas masyarakat di kampung Tembudan memeluk agama Islam terutama masyarakat suku Bugis, Banjar, dan Jawa.
Di kampung Tembudan juga telah memiliki sarana peribadatan berupa masjid, surau dan gereja. Jumlah pemeluk agama dan fasilitas peribadatan yang ada di kampung Tembudan secara rinci disajikan pada Tabel 3.17.
Tabel 3.17. Jumlah Pemeluk Agama dan Sarana Peribadatan di Kampung Tembudan
KAMPUNG
JUMLAH PEMELUK AGAMA (ORANG)
JUMLAH SARANA PERIBADATAN (UNIT)
Islam Kristen
Katholik
Masjid Surau Gereja
Tembudan 837 721 89 1 1 4
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 23PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka 2009
3.3.3. Pendidikan
Pada umumnya tingkat pendidikan penduduk di kampung-kampung sekitar
areal perkebunan ini tergolong rendah. Dari hasil wawancara dengan
masyarakat di Kampung Kayu Indah, Sumber Agung, Tembudan dan Batu
Putih diketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya
hanya sampai pada tingkat SD dan SMP. Hanya sebagian kecil yang
mempunyai tingkat pendidikan sampai dengan SMA/SLA terutama angkatan
mudanya dan beberapa kepala keluarga yang usianya masih muda (< 40
th).
Fasilitas pendidikan di wilayah ini juga terbatas. Berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara di wilayah ini diketahui bahwa di beberapa
kampung di sekitar areal perkebunan ini hanya ada sekolah dasar (SD)
pada setiap kampung. Kecuali di Kampung Batu Putih sudah terdapat satu
Sekolah SMP negeri. Sedangkan pada tingkat selanjutnya (SLTP dan SLTA)
berada di Kecamatan Talisayan yang merupakan kecamatan terdekat.
Ibukota Kecamatan Talisayan ini berjarak lebih kurang 15 Km dari Ibukota
Kecamatan Batu Putih.
Berdasarkan data Kecamatan Batuputih Dalam Angka (2009), jumlah
sekolah, guru dan murid yang ada di Kecamatan Batu Putih adalah seperti
dapat dilihat pada Tabel 3.18.
Tabel 3.18. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kecamatan Batu Putih
NO.
TINGKAT SEKOLAH
SEKOLAH GURU MURID
Negeri Swasta
Negeri Swasta
Negeri
Swasta
1. Sekolah Dasar 6 - 147 - 874 -
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
1 - 8 - 69 -
Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka, 2009
3.3.4. Adat Istiadat
Berdasarkan data Kecamatan Batuputih Dalam Angka (2009), sebagian
besar penduduk kampung Tembudan memeluk agama Islam kemudian
diikuti oleh agama Kristen dengan komposisi yang hampir sama.
Adat istiadat adalah merupakan aturan atau norma-norma dan tata nilai
yang berlaku dalam masyarakat dan merupakan kebiasaan. Karena
sebagian besar masyarakat sekitar areal perkebunan ini memeluk agama
Islam dan Kristen, maka perihal kematian, kelahiran, perkawinan pada
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 24PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
umumnya menggunakan keyakinan/agama yang dianut serta adat
setempat.
3.3.5. Mata Pencaharian
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar lokasi
perkebunan ini diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di kampung ini
bermata pencaharian sebagai petani/peladang dengan mayoritas usaha
tanaman perkebunan (lada dan coklat/kakao) dan tanaman pangan (padi
dan kacang-kacangan), sedangkan sebagian kecil perikanan/nelayan. Mata
pencaharian masyarakat yang mayoritas sebagai petani ini sangat
memungkinkan dapat dimanfaatkan di dalam pembangunan perkebunan
kelapa sawit ini sebagai tenaga kerja.
3.3.6. Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa mayoritas mata pencaharian
masyarakat di kampung Tembudan ini adalah bertani baik kebun maupun
ladang. Berbagai jenis komoditi pertanian yang diusahakan adalah lada,
kopi, kakao, kelapa, padi, kacang tanah, kedelai, jagung dan juga sayur-
sayuran. Total hasil pertanian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
menghitung tingkat pendapatan masyarakat. Untuk dapat memperkirakan
pendapatan masyarakat baik per-KK maupun pendapatan perkapitanya
dapat digunakan melalui pendekatan penghitungan dengan cara
menghitung produksi total setiap hasil pertanian dari kampung Tembudan
pada satu tahun tertentu dikalikan dengan harga jual dari setiap jenis hasil
pertanian tersebut. Pendekatan penghitungan pendapatan masyarakat di
kampung Tembudan ini secara rinci disajikan pada Tabel 3.19.
Tabel 3.19.Pendapatan Masyarakat di Kampung Tembudan Hasil Pertanian Tahun 2011
KAMPUNGPENDAPATAN (RP)
PER KK PER BULAN PER KK PER TAHUN
Tembudan 850.000-2.500.000 10.200.000-30.000.000
Sumber : Hasil Wawancara (2011)
Dari Tabel 3.19. dapat dijelaskan bahwa total pendapatan dari hasil
pertanian untuk Kampung Tembudan adalah Rp 850.000,- – 2.500.000,- per
KK per bulan. Hasil pertanian yang cukup besar pada kampung ini adalah
dari hasil tanaman padi. Selain dari komoditi tersebut, di Kampung
Tembudan ini usaha pertanian juga cukup beragam dilihat dari komoditi
yang diusahakan yang sangat beragam, mulai dari tanaman perkebunan,
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 25PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
padi, kacang-kacangan, palawija yang lain (jagung, ubi dan singkong), juga
berbagai macam sayur-sayuran. Dengan demikian sumber penghasilan
masyarakat dari hasil pertanian cukup banyak.
Dari hasil pengamatan di kampung Tembudan ini maka secara visual dapat
dilihat bahwa masyarakat di kampung ini mempunyai tingkat kesejahteraan
yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi rumah-rumah masyarakat
kampung ini yang kebanyakan merupakan rumah-rumah permanen,
sebagian rumah yang cukup bagus, bahkan diantaranya telah memiliki
kendaraan roda dua dan atau roda empat (mobil).
3.3.7. Fasilitas dan Kelembagaan Ekonomi
Fasilitas ekonomi yang telah tersedia di wilayah ini terutama sebatas
adanya kios-kios yang menjual sembako dan kebutuhan sehari-hari serta
warung makan. Jumlah kios sembako paling banyak terdapat di Tembudan
sebanyak lebih kurang 10 unit kios.
Tabel 3.20.Sarana Usaha Masyarakat di Kampung Tembudan
KAMPUNGTEMPAT USAHA (UNIT)
TOKO WR. MAKAN KIOS SRV. MOTOR
Tembudan 7 2 10 1
Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka, 2009
3.3.8. Keadaan Pertanian
a. Jenis Komoditi Yang Diusahakan Masyarakat
Seperti telah diuraikan pada sub bab mata pencaharian, diketahui sebagian besar penduduk di kampung Tembudan ini memiliki mata pencaharian sebagai petani (pekebun dan peladang). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa jenis-jenis komoditi pertanian yang diusahakan oleh masyarakat kampung ini adalah lada, coklat/kakao, cengkeh, padi ladang, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai), jagung, dan berbagai jenis sayur-sayuran.
b. Pola dan Luas Pengusahaan Lahan
Seperti telah diuraikan bahwa masyarakat di sekitar areal perkebunan ini mengusahakan tanaman perkebunan dan tanaman pangan. Lahan yang digunakan untuk tanaman perkebunan seperti lada, kakao, kopi, cengkeh, merupakan lahan yang menetap. Lahan-lahan ini awalnya dari hasil menebas hutan atau belukar yang kemudian setelah ditanami dengan
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 26PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
tanaman pangan (padi, palawija) kemudian digunakan untuk usaha tanaman perkebunan. Ada juga lahan yang digunakan untuk berkebun ini langsung dari hasil menebas hutan atau belukar. Sebagian masyarakat lahan yang digunakan untuk menanam berbagai tanaman perkebunan ini juga hasil membeli dari anggota masyarakat lain. Lahan ini merupakan lahan hutan atau semak belukar yang telah dibuka oleh penjual kemudian dibeli oleh anggota masyarakat ini.
Usaha tanaman pangan terutama padi ladang, palawija dan sayur-sayuran dilakukan oleh masyarakat secara berpindah-pindah untuk memperoleh lahan yang subur. Usaha ladang ini dilakukan dengan cara membuka semak belukar atau hutan rawang yang berada di wilayah ini untuk kemudian ditanami padi pada musim hujan. Setelah tanaman padi ladangnya panen lahan biasanya dilanjutkan ditanami dengan palawija (terutama kedelai dan kacang tanah) atau sayur-sayuran. Ada yang juga tanaman palawija dan sayur-sayuran ini ditanam langsung pada lahan yang baru saja dibuka.
Dari Kecamatan Batu Putih Dalam Angka, 2009 dan hasil wawancara dengan masyarakat di kampung Tembudan ini diketahui rata-rata pemanfaatan lahan pada keempat kampung sebagaimana disajikan pada Tabel 3.21.
Tabel 3.21.Luas Pemanfaatan/Penggunaan Lahan di Kampung Tembudan Tahun 2009
KAMPUNGPEMANFAATAN LAHAN (HEKTAR)
Sawah
Ladang
Perkebunan
Pekarangan
Pdg Rmpt
Lain2
Tembudan 0 298,55 153,37 8,40 50,00 17.138,68
Sumber : Kecamatan Batu Putih Dalam Angka, 2009
c. Ketersediaan dan Pemakaian Tenaga Kerja
Dari uraian terdahulu telah diuraikan bahwa jumlah penduduk usia kerja (usia 15 – 54 tahun) di kampung Tembudan ini disajikan pada Tabel 3.15. Dari Tabel ini diketahui bahwa jumlah penduduk usia kerja di kampung Tembudan ini sebanyak 909 orang. Sebagian besar penduduk usia kerja ini sebetulnya telah mempunyai pekerjaan yakni sebagai petani. Namun demikian pekerjaan sebagai petani ini intensitas pekerjaannya hanya terkonsentrasi pada musim-musim tertentu, sehingga masih memungkinkan dapat bekerja di perkebunan. Disamping itu dalam satu keluarga masih terdapat angkatan mudanya yang selama ini bekerja di kebun atau ladang hanya membantu orang tuanya.
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 27PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
Oleh karena itu jika diasumsikan 50 % dari jumlah penduduk usia kerja ini
merupakan tenaga kerja yang dapat mendukung pembangunan perkebunan
ini maka terdapat lebih kurang 455 tenaga kerja yang tersedia di kampung-
Tembudan.
3.3.9. Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana
Usaha/Kegiatan
Areal ijin lokasi pembangunan perkebunan PT. TBPP di Kecamatan Batu
Putih ini secara administrasi masuk ke dalam wilayah kampung Tempudan.
Dari hasil wawancara dengan aparat kampung dan masyarakat di kampung
tersebut, maka masyarakat sangat mengharapkan agar mereka
diikutsertakan sebagai petani plasma dalam program kemitraan yang akan
dilaksanakan oleh PT. TBPP melaksanakan pembangunan perkebunan
kelapa sawit di areal ini.
Masyarakat Kampung Tembudan yang merupakan kampung dimana areal
ijin lokasi ini berada, telah siap dan sangat berharap menjadi petani plasma
dalam program kemitraan yang akan dikembangkan. Berkaitan dengan hal
ini maka masyarakat Kampung Tembudan ini telah membentuk Koperasi
Usaha Perkebunan dan telah membuat kesepakatan awal dengan PT.
TANJUNG BUYU PERKASA Plantation dalam program kemitraan ini.
Secara umum masyarakat juga berharap bahwa dengan dibangunya
perkebunan ini mereka dapat diterima bekerja di perusahaan sehingga
dapat meningkatkan pendapatan mereka.
3.4. LINGKUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT
3.4.1. Jenis-jenis Penyakit
Jenis-jenis penyakit yang paling sering diderita penduduk di kampung ini
adalah malaria, ISPA, TBC, paru-paru, dan influenza. Penyakit-penyakit ini
sering timbul pada saat pergantian musim. Berdasarkan data jumlah pasien
yang masuk ke Puskesmas di Kecamatan Batu Putih pada tahun 2011
(Bulan Maret-Mei 2011), maka diketahui bahwa jenis penyakit yang paling
banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit saluran pernafasan bagian
atas. Secara rinci banyaknya pasien yang ada di Puskesmas Kecamatan
Batu Putih di rinci menurut jenis penyakitnya dapat dilihat pada Tabel
3.22.
Tabel 3.22.Banyaknya Rata-rata Pasien Dirinci Menurut Jenis Penyakit di Puskesmas Kecamatan Batu Putih
No. Jenis PenyakitJumlah Penderita
(orang)
1. ISPA 1792. Diare 23
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 28PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
III. Rona Lingkungan Hidup
3. Malaria Klinis 104. Tipus Perut Klinis 65. Malaria Falcivarum 56. Hepatitis Klinis 47. TB. Paru BTA + 38. Malaria Vivak 29. Malia Mix 1
10. TB. Paru Klinis 1Sumber : Diolah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Berau (Maret-Mei 2011)
3.4.2. Sarana Kesehatan
Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa
sarana/prasarana kesehatan yang ada di kampung ini masih kurang.
Fasilitas kesehatan di kampung Tembudan adalah 1 (satu) unit Puskesmas
Pembantu, Posyandu, dan 1 (satu) orang dukun bayi (Tabel 2.23).
Tabel 3.23. Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis di kampung Studi
Kampung
Sarana Kesehatan Tenaga medis dan Kader Kesehatan
Puskesmas
Pustu
Posyan-du Dokter
Mantri
Bidan Kam-pung
Dukun Bayi
Tembudan - 1 1 - - - 1
Sumber : Kecamatan Batu Putih dalam Angka, 2009
UKL – UPL Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit III - 29PT. TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION – Unit Tembudan
Top Related