GANGGUAN PSIKOSOMATIK
Hubungan antara psikis (jiwa) dan soma (badan) telah menjadi perhatian para ahli dan
para peneliti sejak dahulu. Keduanya (psikis dan soma) saling terkait secara erat dan tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Kedua aspek saling mempengaruhi yang selanjutnya
tercermin dengan jelas dalam ilmu kedokteran psikosomatik.
Di masa prasejarah masyarakat percaya bahwa penyakit disebabkan oleh kekuatan roh
jahat/setan. Oleh karena itu pengobatannya harus dilakukan dengan mantera-mantera. Di masa
peradaban kuno kemudian dipercaya bahwa pikiran memiliki kekuatan besar untuk
mempengaruhi badan, sehingga gangguan pada badan tidak bisa disembuhkan tanpa mengobati
kepalanya (pikiran).
Dalam perkembangannya tidak hanya aspek fisis dan psikis saja yang menjadi titik
perhatian, tetapi juga aspek spiritual (agama) dan lingkungan merupakan faktor yang harus
diperhatikan untuk mencapai keadaan kesehatan yang optimal. Hal ini sesuai dengan definisi
WHO tentang pengertian sehat yang meliputi kesehatan fisis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Jadi mempunyai 4 dimensi yaitu bio-psiko-sosio-spiritual.
Dalam pengertian kedokteran psikosomatik secara luas, aspek bio-psiko-sosio-spiritual
tersebut sangat perlu dipahami untuk melakukan pendekatan dan pengobatan terhadap pasien
secara holistic (menyeluruh) dan ekliktik (rinci) yaitu pendekatan psikosomatik.
DEFINISI
Gangguan psikosomatik ialah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang
menyerupai penyakit fisis dan diyakini adanya hubungan yang erat antara suatu peristiwa
psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut. Ada juga yang memberikan batasan
bahwa gangguan psikosomatik merupakan suatu kelainan fungsional suatu alat atau sistem organ
yang dapat dinyatakan secara obyektif, misalnya adanya spasme, hipo atau hipersekresi,
perubahan konduksi saraf dan lain-lain. Keadaan ini dapat disertai adanya organik/struktural
sebagai akibat gangguan fungsional yang sudah berlangsung lama.
Menurut JC. Heinroth yang dimaksud dengan gangguan psikosomatik ialah adanya
gangguan psikis dan somatik yang menonjol dan tumpang tindih. Berdasarkan pengertian dan
kenyataan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gangguan psikosomatik
adalah gangguan atau penyakit yang ditandai oleh keluhan-keluhan psikis dan somatik yang
dapat merupakan kelainan fungsional suatu organ dengan ataupun tanpa gejala objektif dan dapat
pula bersamaan dengan kelainan organik/ struktural yang berkaitan dengan stressor atau
peristiwa psikososial tertentu.
Gangguan fungsional yang ditemukan bersamaan dengan gangguan struktural organis
dapat berhubungan sebagai berikut:
Gangguan fungsional yang lama dapat menyebabkan atau mempengaruhi timbulnya
gangguan struktural seperti asma bronchial, hipertensi, penyakit jantung koroner,
arthritis rheumatoid dan lain-lain
Gangguan atau kelainan struktural dapat menyebabkan gangguan psikis dan
menimbulkan gejala-gejala gangguan fungsional seperti pada pasien penyakit jantung,
penyakit kanker, gagal ginjal dan lain-lain.
gangguan fungsional dan struktural organik berada bersamaan oleh sebab yang berbeda.
Dalam kenyataannya, di klinik jarang sekali faktor psikis/emosi seperti frustasi, konflik,
ketegangan dan sebagainya dikemukakan sebagai keluhan utama oleh pasien. Justru keluhan –
keluhan fisis yang beraneka ragam yang selalu ditonjolkan oleh pasien. Keluhan-keluhan yang
dirasakan pasien umumnya terletak di bidang penyakit dalam seperti keluhan sitem
kardiovaskuler, sistem pernapasan, saluran cerna, saluran urogenital, dan sebagainya.
Menurut buku Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psyciatry Behavioral Sciences/Clinical
Pyschiatry edisi 10, Psikosomatis (psikofisologis) adalah kesatuan dari faktor mental (psiko) dan
fisik (soma) dan psikologis yang harus diperhatikan ketika memikirkan semua keadaan penyakit-
penyakit. Menurut buku ajar psikiatri FKUI, gangguan psikosomatis adalah satu atau lebih faktor
psikologis atau masalah perilaku yang secara jelas memperburuk perjalanan atau hasil kondisi
medis umum.
PATOFISIOLOGI
2
Ketika ada stresor, maka tubuh akan berespon terhadap stresor tersebut. Berikut ini ada
beberapa respon sistem tubuh terhadap stres, antara lain :
Neurotransmiter
Stresor mengaktivasi sistem noradrenergik di otak (tepatnya di locus ceruleus) dan
menyebabkan keluarnya katekolamin dari sistem saraf otonom. Dan stresor juga mengaktivasi
sistem serotonergik di otak, sebagaimana dibuktikan dengan meningkatnya jumlah serotonin.
Bukti terbaru menyatakan bahwa glukokortikoid meningkatkan fungsi serotonin, perbedaan –
perbedaan mungkin ada pada regulasi glukokortikoid terhadap subtipe reseptor serotonin yang
dapat memiliki implikasi terhadap fungsi serotonin pada depresi dan penyakit – penyakit yang
berhubungan. Contohnya glukokortikoid dapat meningkatkan serotonin 5 – hydroxytryptamine
(5-HT2) yang dimediasi aksi, maka berkontribusi terhadap intensifikasi (peningkatan) aktivitas
tipe reseptor tersebut, yang berimplikasi dalam patofisiologi gangguan depresif mayor. Stresor
juga meningkatkan neurotransmisi dopaminergik pada jaras mesoprefrontal. Corticotropin-
releasing factor (CRF) (sebagai sebuah neurotransmiter, bukan hanya sebuah regulator hormonal
dari hypothalamic-pituitary-adrenal [HPA] axis functioning), glutamat (lewat N-methyl-D-
aspartate [NMDA] receptor), dan GABA (-aminobutyric acid) memiliki peranan penting untuk
membuat respon stres atau dalam memodulasi sistem-sistem lain yang responsif terhadap stres,
seperti area otak yg dopaminergik dan noradrenergik.
Endokrin
CRF disekresikan dari hipotalamus ke dalam hypophysial-pituitary-portal system dan
beraksi di pituitari anterior untuk memicu keluarnya adrenocorticotropin hormone (ACTH).
Setelah ACTH dikeluarkan, ACTH beraksi di korteks adrenal untuk menstimulasi sintesis dan
keluarnya glukokortikoid. Glukokortikoid sendiri memiliki efek yang sangat besar dalam tubuh,
tapi aktivitasnya dapat diringkas dalam jangka pendek sebagai pendukung penggunaan energi,
aktivitas kardiovaskuler (respon “flight or fight”), dan menghambat fungsi – fungsi, seperti
pertumbuhan, reproduksi, dan imunitas. Aksis HPA nya adalah subjek untuk memfiksasi kontrol
negative feedback, dengan hasil akhir produknya (ACTH dan kortisol) di tingkatan yg multipel,
termasukn pituitari anterior, hipotalamus, dan seperti regio otak suprahipotalamik, hippocampus.
Sebagai tambahan, sejumlah secretagogues CRF (substansi yang menstimulus keluarnya ACTH)
3
yang ada dapat memicu keluarnya CRF dan beraksi langsung untuk memulai kaskade
glukokortikoid. Contoh secretagogues CRF, antara lain : katekolamin, vasopresin, dan oksitosin.
Dan menariknya, stresor yang berbeda (contoh, cold stress versus hypotension) memicu pola
yang berbeda pula terhadap keluarnya secretagogue, dan menunjukkan bahwa pemahaman dari
sebuah respon stres yg sama terhadap sebuah stresor generik adalah sebuah oversimplikasi
(terlalu mudah dan tidak memperdulikan beberapa fakta).
Imunitas
bagian dari respon stres terdiri dari penghambatan fungsi imunitas oleh glukokortikoid.
Penghambatan tersebut merefleksikan aksi kompensasi aksis HPA untuk mengurangi efek
fisiologis lain dari stres. Sebaliknya stres juga dapat menyebabkan aktivasi imun lewat berbagai
jalur. CRF sendiri dapat menstimulasi keluarnya norepinefrin via reseptor CRF yang berlokasi di
locus ceruleus, yang mengaktivasi sistem saraf simpatis, baik sentral maupun perifer, dan
meningkatkan keluarnya epinefrin dari medula adrenal. Sebagai tambahan, ada juga jalur neuron
epinferin yang bersinaps di sel target imun. Maka dalam menghadapi stresor, peningkatan
aktivasi imun juga terjadi, meliputi keluarnya faktor – faktor imun humoral (sitokin), seperti IL-1
dan IL-6. Sitokin – sitokin tersebut dapat menimbulkan keluarnya CRF, yang dalam teori
mendukung untuk meningkatkan efek glukokortikoid dan maka terjadilah self-limit the immune
activation.
Perubahan kehidupan
Thomas Holmes dan Richard Rahe melakukan skala penilaian reaksi penyesuaian yang
terjadi akibat perubahan peristiwa kehidupan, terhadap seratus orang dari berbagai latar
belakang. Mereka yang menghadapi stres secara optimal lebih jarang mengalami gangguan
psikosomatik dari pada mereka yang menghadapinya dengan pesimis. Kalaupun ada gangguan,
biasanya akan lebih cepat pulih kembali. Tabel ini menunjukkan 15 besar daftar stressor
Kejadian Kehidupan Nilai/rata-rata
Kematian Pasangan 100
Perceraian 73
Perpisahan perkawinan 65
4
Ditahan dipenjara atau institusi lain 63
Kematian anggota keluarga dekat 63
Cedera atau penyakit pribadi yang berat 53
Perkawinan 50
Dipecat dari pekerjaan 47
Rujuk kembali dengan pasangan perkawinan 45
Pensiun dari pekerjaan 45
Perubahan jelas pada kesehatan atau perilaku anggota keluarga 44
Kehamilan 40
Kesulitan seksual 39
Mendapatkan anggota keluarga baru 39
Penyesuaian kembali bisnis besar (bergabung, reorganisasi, bangkrut, dll) 39
MANIFESTASI KLINIS
Beberapa kondisi fisik yang dipengaruhi oleh faktor – faktor psikologis :
GANGGUAN OBSERVASI/KETERANGAN/TEORI/PENDEKATAN
Angina, aritmia,
spasme koroner
Orang tipe A bersifat agresif, iritabel, mudah frustasi, dan menderita
penyakit arteri koroner. Aritmia umum dengan keadaan cemas. Mati
mendadak akibat aritmia ventrikuler pada beberapa pasien yang merasakan
syok psikologis masif atau katastrof. Perubahan gaya hidup : mengurangi
5
merokok, membatasi alkohol, menurunkan berat badan, menurunkan
kolesterol untuk membatasi faktor – faktor risiko. Propanolol (inderal)
diresepkan untuk pasien yang memiliki takikardi sebagai bagian dari fobia
sosial – melindungi dari aritmia dan menurunkan aliran darah koroner
Asma Serangan diperparah dengan stres, infeksi respiratori, alergi. Pemeriksaan
dinamik keluarga, khususnya ketika anak adalah pasien. Cari kecemasan
yang berlebihan dan mencoba untuk aktivitas independen yang sesuai.
Propanolol dan beta bloker dikontraindikasikan pada pasien asma dengan
cemas. Teori psikologis : ketergantungan berat dan pemisahan kecemasan;
wheezing asma disupresi katakan kasih sayang dan proteksi
Penyakit
jaringan
penghubung :
SLE, artritis
reumatoid
Penyakit dapat ditandai dengan stres kehidupan mayor, khususnya
kematian orang yang dicintai. Diperburuk dengan stres kronik, kemarahan,
atau depresi. Penting untuk menjaga pasien seaktif mungkin untuk
meminimalisir deformitas sendi. Terapi depresi dengan pengobatan
antidepresi atau psikostimulan, dan terapi spasme dan tekanan otot dengan
benzodiazepin.
Sakit kepala Tension headache terjadi akibat kontraksi dari otot leher, menkonstriksi
aliran darah. Berhubungan dengan kecemasan, stres situasional. Terapi
relaksi, pengobatan antiansietas dapat berguna. Sakit kepala migrain
sifatnya unilateral dan dapat dipicu oleh stres, olahraga, makanan yang
mengandung kadar tinggi tiramin. Terapi dengan ergotamin (cafergot).
Profilaksis propanolol dapat memproduksi sakit kepala yang berhubungan
dengan depresi. Sumaptriptan (imitrex) dapat digunakan utnuk terapi
serangan nonhemiplegik dan non basiler
Hipertensi Stres akut memproduksi katekolamin (epinefrin), yang meningkatkan
tekanan darah sistolik. Stres kronik berhubungan dengan hipertensi
esensial. Periksa gaya hidup. Resepkan untuk olahraga, terapi
relaksasi,biofeedback. Benzodiazepin digunakan untuk stres akut jika
tekanan darah meningkat akibat syok organ. Teori psikologi : kemarahan
yang dihambat, impuls – impuls yang merasa bersalah berlebihan,
kebutuhan untuk diterima dari kekuasaan (kekuatan)
6
Sindrom
hiperventilasi
Menemani gangguan panik, gangguan cemas umum berhubungan dengan
hiperventilasi, takikardi, vasokonstriksi. Mungkin berisiko pada pasien
dengan insufisiensi koroner. Dapat digunakan Agen antiansietas; beberapa
pasien berespon pada monoamine oxidase inhibitors, trisiklik antidepresan
atau agen serotonergik
Penyakit
inflamasi usus
besar : penyakit
Crohn, sindrom
usus iritabel,
kolitis ulseratif
Mood depresi berhubungan dengan penyakit; stres memperburuk gejala –
gejala. Onset setelah stres kehidupan mayor. Pasien berespon untuk
menstabilkan hubungan pasien – dokter dan psikoterapi suportif sebagai
tambahan pengobatan penyakit. Teori psikologis : personalitas pasif,
intimidasi saat kanak – kanak, takut dihukum, obsesif, menyembunyikan
kemarahan
Gangguan
endokrin dan
metabolik
Tirotoksikosis diikuti stres berat yang mendadak. Glikosuria ada pada
ketakutan dan kecemasan kronik. Depresi merubah metabolisme hormon,
khususnya ACTH
Neurodermatitis Ekzema pada pasien dengan stresor psikososial multipel, khususnya akibat
kematian dari orang yang dicintai, konflik terhadap seksualitas, kemarahan
yang terkontrol. Terapi hipnosis dapat dipergunakan
Obesitas Hiperfagia dapat mengurangi kecemasan. Sindrom makan di malam hari
berhubungan dengan insomnia. Kegagalan untuk pemahaman nasfu
makan, kelaparan, dan sanitasi. Teori psikologis : konflik masalah oralitas
dan ketergantungan patologis. Teknik perilaku, dukungan kelompok,
konseling nutrisi, dan psikoterapi suportive dapat dipergunakan. Terapi
depresi yang mendasari gangguan
Osteoartritis Tatalaksana gaya hidup meliputi penurunan berat badan, olahraga untuk
meningkatkan kekuatan sendi, menjaga aktivitas fisik, kontrol nyeri.
Terapi yang berhubungan dengan kecemasan atau depresi denganm
psikoterapi suportif
Penyakit ulkus
peptik
Tipe idiopatik tidaj berhubungan dengan bakteri spesifik atau stimulus
fisik. Meningkatnya asam lambung dan pepsin bersifat relatif terhadap
resistensi mukosa : baik sensitif terhadap cemas, stres, kopi, alkohol.
Perubahan gaya hidup. Terapi relaksasi. Teori psikologis : tidak dapat
7
mengekspresikan marah, frustasi berat yang bergantung pada kebutuhan,
superficial self-sufficiency
Penyakit
Raynaud
Vasokonstriksi perifer berhubungan dengan merokok, stres, perubahan
gaya hidup : mengurangi merokok, olahraga sedang. Biofeedback dapat
meningkatkan suhu tangan dengan vasodilatasi
Sinkope,
hipotensi
Refleks vasovagal dengan ansietas akut atau ketakutan memproduksi
hipotensi dan pingsan. Lebih sering pada pasien dengan sistem saraf
otonom hiperaktif. Diperparah dengan anemia, pengobatan antidepresan
(memproduksi hipotensi sebagai efek samping)
Urtikaria,
angioedema
Tipe idiopatik tidak berhubungan dengan alergen spesifik atau stimulus
fisik. Mungkin berhubungan dengan stres, kecemasan kronik, depresi.
Pruritus diperburuk dengan kcemasan; self-excoriation berhubungan
dengan kemarahan yang tidak diekspresikan. Beberapa fenotiazin punya
efek antipruritus. Teori psikologis : konflik antara dependen-independen,
gatal akibat gangguan seksual, perasaan tidak senang yang tak disadari.
Kondisi medis yang tampak dengan gejala – gejala psikiatri
Penyakit Gejala medis yang sering
Manifestasi klinis
psikiatri
Gangguan kinerja dan
perilaku
Temuan lab Masalah diagnostic
Hipertiroid (tirotoksikosis)
Heat intolerance,
keringat berlebih, diare,
BB turun, takikardia, palpitasi, muntah
Nervous, eksitabilitas, iritabilitas,
bicara tertekan, insomnia,
takut kematian, psikosis
Tremor sedikit,
suka mengacau, hiperaktivit
as, gangguan kognitif, gangguan
konsentrasi
FT4 ↑, T3 ↑, uptake T3 ↓,
TSH ↓, EKG:
takikardia, AF,
perubahan gel P dan T
Gejala mungkin tidak
semua ditemukan,
hipertiroidisme dan axietas
mungkin terjadi
bersama2, singkirkan:
keganasan, kv disease,
intoksikasi amfetamin,
kokain, kecemasan,
maniaHipotiroidisme Intoleransi Letargi, Kelemahan TSH ↑, TSH Lebih sering
8
(myxedema) dingin, kulit kering,
konstipasi, bb naik, rambut
rapuh, gondok
afek depresi,
perubahan kepribadian,
psikosis, paranoid, halusinasi
otot, konsentrasi berkurang, perlambata
n psikomotor,
apatis, sensitivitas yang tidak biasa thd
barbiturate
↓ bila penyakit hipofisis,
FT4 ↓, EKG: bradikardi
pada wanita, berhubungan terapi lithium
karbonat, singkirkan penyakit: hipofisis, penyakit
hipotalamus, gangguan
depresi berat, gangguan bipolar 1
Hipoglikemia Berkeringat, mengamuk,
stupor, koma, takikardia
Kecemasan, confusion,
agitasi
Tremor, gelisah, kejang
Hipoglikemia, takikardia
Kelebihan sering
diperumit dengan
olahraga, alcohol,
penurunan asupan
makanan. Singkirkan: insulinoma,
keadaan pasca kejang, psikosis paranoid
Hiperglikemia Poliuria, anoreksia,
muntah, mual, dehidrasi, keluhan abdomen
Kecemasan, agitasi,
delirium
Napas aceton, kejang
Hiperglikemia, serum
keton, serum urin, asidosis
anion gap
Hampir selalu berhubungan dengan britle diabetes pada
penderita diabetic juvenile muda,
NIDDM lanjut usia. Singkirkan: gangguan depresif, gangguan kecemasan
Neoplasma otak Nyeri kepala, muntah,
papiledema,
Perubahan personality
LP: CSS ↑, X-RAY
tengkorak,
40-50% glioma
tersering pada
9
temuan fokal pada
pemeriksaan neurologis
CT-Scan, EEG, MRI
kelompok usia 40-50
tahun, tumor cereberal
terjadi pada anak-anak
Tumor lobus frontalis
Perubahan mood,
iritabilitas, facetiousness, gangguan daya ingat, gangguan
pertimbangan, delirium
Kejang, hilangnya kemampuan bicara, hilangnya penciuman
Angiogram: SOL
Singkirkan: abses
intracranial, aneurisma, hematoma subdural,
kejang, CVD, depresi
reaktif, mania, schizophreniform, dementia
Tumor lobus parietal
Hiperrefleksia, balbinski +,
astereognosis
Kelainan sensorik
dan motorik,
hemiparesis kontralatera
l, kejang fokal
Tumor lobus occipital
Nyeri kepala, papil edema, hemianopsia homonimus
Aura, halusinasi
visual
Gangguan penglihatan
, kejang
Tumor lobus temporalis
Gangguan lapang pandang
homonimus kontralateral
Kejang psikomotor,
afasia
Tumor serebralis
Tanda-tanda awal TIK meningkat
Gangguan keseimbang
an, gangguan koordinasi
Trauma kepala Riwayat dan trauma tanda-tanda kepala, nyeri kepala,
pusing, perdarahan
telinga, perubahan
Konfusi, perubahan
kepribadian, gangguan daya ingat
Kejang, paralisis
LP, sinar X tengkorak, CT-scan
menunjukan tanda-tanda perdarahan atau TIK
meningkat,
Riwayat benturan pada
kepala atau perdarahan
menegakkan penyebab
ALS. Singkirkan
10
tingkat kesadaran, hilangnya kesadaran,
temuan perubahan fokal
neurologis
angiogram cerebral,
EEG
penyakit: CVD, kejang, ketergantunga
n alcohol, DM,
ensefalopati hepatic, depresi,
dementiaAIDS Demam, BB
turun, ataksia, inkontinensia, temuan fokal
pada pemeriksaan neurologis
Demensia progresif, perubahan
kepribadian, depresi,
hilangnya libido,
psikosis, mutisme
Gangguan daya ingat, penurunan
konsentrasi, kajang
Test HIV, CT, MRI, LP, Kultur CSS/darah
60% pasien memilikigejal
a neuropsikiatri,
selalu pertimbangka
n pada populasi
risiko tinggi dan pasien
muda dengan tanda-tanda demensia.
Singkirkan: infeksi lain, neoplasma
otak, demensia, depresi,
gangguan skizofrenifor
mCedera yang memerlukan
pemeriksaan dan terapi bedah ambulatorik
( sebagai contoh, luka iris,
pergelangan tangan)
Penyalahgunaan alcohol dan
penyalahgunaan zat lain,
pembedahan yang belum lama, nyeri
kronis, penyakit kronis, penyakit
terminal
>90% penderita menderita penyakit psikiatrik
berat, riwayat
usaha bunuh diri
sebelumnya, mood
terdepresi, mood
depresi, psikosis
Sering mengalami kecelakaan,
berulang kali dating ke ruang
gawat darurat,
memaksa untuk
meninggalkan ruang
gawat darurat sebelum
Perilaku bunuh diri
adalah gejala penyakit psikiatri dasar.
Mengetahui factor risiko
adalah menolong
tetapi bukan merupakan pengganti baik untuk
pertimbangan
11
pascapersalinan pada wanita
pemeriksaan lengkap
klinis. Perkiraan
paling baik dilakukan melalui
pemeriksaan risiko
sekarang yang diproyeksikan
ke masa depan segera
Hiponatremia Rasa haus berat,
polidipsia, stupor, koma
Konfusi, letargi,
perubahan kepribadian
Kejang, kelainan bicara
Penurunan Na+ serum, serum Na+
dan osmolalitas
untuk mencatat SIADH
Disebabkan oleh air bebas,
yang berlebihan
untuk tingkat Na+ tubuh
total. Sering SIADH
abnormal dapat
psikogenik. Singkirkan
SN, penyakit hati, CHF, gangguan
skizofreniform, gangguan kepribadian skizotipal
Ca pankreas Penurunan BB, nyeri abdomen
Depresi, lethargi,
anhedonia
Apati, penurunan
energi
Peningkatan amylase
Selalu pertimbangkan pada pasien usia separuh baya yang mengalami
depresi. Singkirkan penyakit GI
lain, gangguan
depresi beratCushing
syndromeObesitas
sentral, striae kemerahan,
mudah memar,
Depresi, insomnia, labilitas
emosional,
Gangguan tidur,
penurunan energy,
Peningkatan TD, toleransi glukosa yang
buruk, test
Harus bedakan penyebab
lain-sebagai
12
osteoporosis, kelemahan otot
proksimal, hirsutism
kecenderungan bunuh
diri, euphoria,
mania, psikosis, delirium
agitasi, kesulitan
konsentrasi
supresi dexamethaso
n (bisa positif palsu)
contoh kanker dan kelebihan
steroid eksogen.
Angka bunuh diri pada
kasus yang diterapi
adalah kira-kira 10%. Singkirkan gangguan
depresi berat, gangguan bipolar 1
Insufisiensi adrenokortikal
(penyakit Addison)
Mual, muntah, anoreksia,
stupor, koma, hiperpigementa
si, distorsi, sensorik, aura
Letargi, depresi, psikosis, delirium
kelelahan Penurunan tekanan darah,
penurunan Na+,
peningkatan K+,
eosinofilia
Mungkin primer
(penyakit Addison),
atau sekunder. Singkirkan: gangguan
makan atau mood
Gangguan kejang
Distorsi sensorik, aura
Konfusi, psikosis, keadaan
disosiatif, keadaan
mirip katatonik
Kekerasan, otomatisme
motorik, kenakalan,
perilaku aneh
EEG termasuk leads NP
Pertimbangkan kejang parsial
kompleks pada semua
keadaan disosiatif. Singkirkan
keadaan pasca kejang,
skizofrenia katatonik
hiperparatiroidisme
Konstipasi, polidipsia, mual
Depresi, paranoia, konfusi
Peningkatan Ca2+PTH
bervariasi, EKG:
pemendekan interval QT
Menyebabkan hiperkalsemia, Singkirkan:
gangguan depresi berat,
gangguan skizoafektif
hipoparatiroidisme
Nyeri kepala, parastesia,
tetani, spasme
Kecemasan, agitasi, depresi,
Gangguan daya ingat
Ca2+ rendah, albumin
normal, TD
Menyebabkan hipokalsemia.
Singkirkan
13
karpopedal, spasme laring, nyeri abdomen
konfusi rendah, EKG:
perpanjangan QT, aritmia ventrikuler
gangguan kecemasan, gangguan
mood
SLE Fotosensitivitas, demam, ruam kupu2, nyeri sendi, nyeri
kepala
Depresi, gangguan
mood, psikosis, waham,
halusinasi
Kelelahan ANA +, test SLE +, anemia,
trombositopenia, sinar X-dada: efusi
pleura, perikarditis
Penyakit autoimun,
multisistemik paling sering pada wanita.
Gejala psikiatri
ditemukan pada 50%
kasus. Terapi steroid dapat menyebabkan
gejala psikiatrik.
Singkirkan: gangguan depresif, psikosis
paranoid, gangguan
mood psikotikSklerosis multiple
Gangguan motorik dan
sensorik transien dan
tiba-tiba. Gangguan
penglihatan, tanda
neurologis difus dengan remisi
dan eksaserbasi
Kecemasan, euphoria,
mania
Cadel, inkontinens
ia
CSS dapat menunjulkan peningkatan
gama globulin
CT: bercak degenerative
pada otak dan medulla
spinalis
Onset biasanya pada dewasa muda,
singkirkan sifilis tersier,
penyakit degenerative lain, hysteria,
mania (lambat)
Porfiria intermiten akut
Nyeri abdomen, demam, mual,
muntah, konstipasi, neuropati
perifer, paralisis
Depresi akut,
agitasi, paranoia, halusinasi
penglihatan
Kegelisahan,
diaphoresis, kelemahan
Leukositosis, peninggian
aminolevulinic acid,
peninggian porfobilinog
en, takikardia
Autosomal dominan,
lebih sering pada wanita
dalam kelompok
umur 20-40 tahun. Dapat dicetuskan
14
oleh berbagai obat.
Singkirkan: penyakit abdomen
akut, episode psikiatri akut,
gangguan skizofreniform, gangguan depresi berat
Ensefalopati hepatik
Asteriksis, hiperrefleksia,
spider angioma, eritema
Palmaris, ekimosis,
pembesaran dan atrofi hati
Euphoria, disinhibisi, psikosis, depresi
Kegelisahan,
penurunan aktivitas
hidup sehari-hari, gangguan kognisi,
gangguan konsentrasi,
ataksia, disartria
Hasil test fungsi hati abnormal, albumin
abnormal, EEG:
perlambatan difus
Dapat akut atau kronis tergantung
penyebabnya. Singkirkan
intoksikasi zat mania,
gangguan depresif, demensia
Cedera yang memerlukan
terapi pemeriksaan dan
terapi bedah rawat inap
(contoh: bunuh diri/mutilasi
diri)
Penyalahgunaan alcohol dan
penyalahgunaan zat lain, cedera
serius, kehilangan darah berat,
cedera genital, mata, wajah, dll
99% menderita psikiatri
berat disertai dengan
psikosis, depresi
psikotik. Gangguan
status mental
sekunder karena
intoksikasi zat, afek
kacau, tidak sesuai
Tetap pada risiko tinggi
melakukan bunuh diri
Harus memeriksa
dan mengobati
kondisi psikiatri dasar dengan dasar
prioritas. Pertahankan kecurigaan yang tinggi untik risiko bunuh diri
feokromasitoma Hipertensi paroksimal, nyeri kepala
Kecemasan, ketakutan, perasaan
akan kiamat
Panic, diaphoresis,
tremor
Hipertensi, peninggian
VMA dalam urin 24 jam, takikardia
Medulla adrenal
mensekresikan
katekolamin.
15
Singkirkan gangguan kecemasan
Wilson disease Cincin Kayler-Fleischer pada
kornea, gambaran mirip
hepartitis
Gangguan mood,
waham, halusinasi
Gerakan koreoatetoi
d, gangguan
gaya berjalan,
kecanggungan,
kekakuan
Penurunan seruloplasmi
n serum, pengingkatan
copper di urin
Degenerasi hepatolentikuler, gangguan
autosomal resesif pada metabolisme
tembaga. Sering
ditemukan awal pada
masa remaja, masa dewasa
awal. Singkirkan:
reaksi ekstrapiramisa
l, gangguan skizofrenia, gangguan
moodPenyakit
HutingtonRiwayat keluarga
Depresi, euforia
Kekakuan, gerakan
koreoatetoid
Autosomal dominan, singkirkan gangguan
mood, mania, skizofrenia
Defisiensi vitamin thiamin
Neuropati, kardiomiopati,
sindroma wernicke-kosakoff,
nistagmus, nyeri kepala,
amnesia
Konfusi, konfabulasi
Malaise, umum, tidak
mampu bertahan dalam
percakapan, konsentrasi
buruk
Kadar tiamin rendah
Paling sering pada
alkoholik, singkirkan hipomania, gangguan depresif, demensia
Nikotinamid Diare, “stocking
glove” dermatitits
Konfusi, iritabilitas, insomnia, depresi, psikosis, demensia
Gangguan daya ingat
Singkirkan: gangguan
mood, mania, skizofreniform, demensia
Piridoksin Apati, iritabilitas
Gangguan daya ingat,
Sering disebabkan
16
kelemahan otot, kejang
oleh medikasi:
INH, singkirkan gangguan mood dan demensia
Vitamin B12 Pucat, pusing, neuropati
perifer, tanda kolumna dorsalis
Iritabilitas, tidak
memiliki atensi,
demensia, psikosis
Kelelahan, ataksia
Kadar B12 rendah, test schilling, anemia
megaloblastik
Sering karena anemia
pernisiosa. Singkirkan demensia,
mania, gangguan
moodSifilis tersier Lesi kulit,
leukoplakia, periostitis,
arthritis, gawat pernapasan,
gawat kardiovaskular
progresif
Perubahan kepribadian, iritabilitas,
konfusi, psikosis
Perilaku tidak
bertanggung jawab,
penurunan pusat
perhatian terhadap aktivitas
hidup sehari-hari
VDRL, test antibody
treponema, CSS
abnormal
General paresis,
singkirkan neoplasia, meningitis, demensia, gangguan
mood, psikotik,
skizofrenia
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis untuk factor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis
A. Terdapat suatu kondisi medis umum (dituliskan pada axis III)
B. Faktor psikologis secara merugikan mempengaruhi kondisi medis umum dalam salah satu
cara berikut:
1. Factor psikologis telah mempengaruhi perjalanan kondisi medis umum seperti yang
ditunjukkan oleh hubungan temporal yang erat antara factor psikologis dan
17
perkembangan atau eksaserbasi dari, atau keterlambatan penyembuhan dari kondisi
medis umum.
2. Factor mempengaruhi terapi kondisi medis umum
3. Factor menyumbang risiko kesehatan tambahan bagi individu
4. Respon psikologis yang berhubungan dengan stres mencetuskan atau
mengeksaserbasi gejala kondisi medis umum.
Pilihlah nama berdasarkan sifat factor psikologis (jika terdapat lebih dari satu factor, nyatakan
yang paling menonjol)
Gangguan mental yang mempengaruhi kondisi medis (misalnya suatu gangguan axis I
seperti gangguan depresi berat memperlambat penyebuhan dari infark miokardium)
Gangguan mental yang mempengaruhi kondisi medis (misalnya gejala depresi
memperlambat pemulihan dari pembedahan, kecemasan mengeksaserbasi asma)
Sifat kepribadian atau gaya menghadapi masalah mempengaruhi kondisi medis
(misalnya penyangkalan patologis terhadap kebutuhan pembedahan pada seorang pasien
dengan kanker, perilaku bermusuhan dan tertekan menyumbang pada penyakit
kardiovaskuler.
Perilaku kesehatan maladaptive mempengaruhi kondisi medis (misalnya tidak
melakukan olahraga, seks tidak aman, makan berlebihan)
Respon fisiologis yang berhubungan dengan stress mempengaruhi kondisi medis
umum (misalnya eksaserbasi ulkus, hipertensi, aritmia, atau nyeri kepala tension yang
berhubunagan dengan stress)
Factor psikologi lain yang tidak ditentukan mempengaruhi kondisi medis (misalnya,
factor interpersonal, cultural dan religious).
Dalam PPGDJ-III, gangguan yang dideskripsikan sebagai psikosomatik pada klasifikasi
lain dapat ditemukan adalah F45.- (gangguan somatoform), F50.- (gangguan makan), F52.-
(disfungsi seksual), F54.- (faktor psikologis atau perilaku yang berhubungan dengan gangguan
atau penyakit YDK). Hal khusus yang penting untuk diperhatikan adalah kategori F54.- (kategori
316 dalam ICD-9) dan mengingat agar menggunakannya untuk menyatakan adanya hubungan
antara gangguan fisik, yang diberi kode di tempat lain dalam ICD-10, dengan penyebab
emosional. Contoh penggunaan kategori ini, antara lain : asma (F54 plus J45.-), dermatitis dan
18
ekzema (F54 plus L23-L25), tukak lambung (F54 plus K25.-), kolitis mukosa (F54 plus K58.-),
kolitis ulserosa (F54 plus K51.-), dan urtikaria (F54 plus L50.-).
PENATALAKSANAAN
Terapi pada gangguan psikosomatis terdiri dari 3 jenis terapi, antara lain :
Pendekatan kolaboratif : kolaborasi dengan internis atau dokter bedah yang menangani
gangguan fisik dan dengan psikiater yang menangani aspek psikiatri
Psikoterapi :
o Psikoterapi suportif : ketika pasien punya sebuah terapi kerja sama, pasien dapat
mengekspresikan ketakutan dari penyakit, khususnya fantasi – fantasi kematian, dengan
psikiater. Banyak pasien yang memiliki kebutuhan yang ketergantungan kuat, yang
sebagian puas dengan terapi.
o Dynamic insight – oriented psychotherapy : pemeriksaan konflik yang tak disadari tentang
seks dan kemarahan. Kecemasan yang berhubungan dengan kehidupan yang stres diperiksa
dan pertahanan emosional diadakan. Banyak pasien merasakan keuntungan dari psikoterapi
suportif dari pada insight-oriented therapy ketika pasien punya gangguan psikosomatik.
o Terapi kelompok : diperuntukan untuk pasien – pasien yang memiliki masalah kondisi fisik
yang sama. Pasien – pasien akan berbagi cerita dan belajar satu sama lain.
o Terapi keluarga : hubungan dan proses keluarga dieksplor disaat bagaimana penyakit
pasien mempengaruhi anggota keluarga lainnya.
o Terapi kognitif – perilaku :
Kognitif : pasien belajar tentang bagaimana stres dan konflik ditranslasikan ke dalam
penyakit somatik. Pikiran negatif tentang penyakit diperiksa dan diubah
Perilaku : teknik relaksasi dan biofeedback mempengaruhi sistem saraf otonom secara
positif. Digunakan pada asma, alergi, hipertensi, dan sakit kepala
o Hipnosis : efektif pada mengurangi merokok dan perubahan peningkatan diet
o Biofeedback : mengkontrol fungsi sistem saraf otonom tertentu dengan latihan. Digunakan
pada tension headache, migrain, dan hipertensi
o Acupressure dan akupuntur : terapi alternatif yang dapat digunakan di hampir semua
gangguan psikosomatis
19
o Pengaturan waktu : mengembalikan keseimbang perasaan terhadap hidup pasien. Untuk
mensukseskan tujuan , pasien harus mencatat aktivitas apa saja yang pasien lakukan.
o Latihan relaksasi :
Relaksasi otot : digunakan untuk tension headache ketika pasien waspada terhadap situasi
yang meningkatkan tekanan pada otot leher yang terkena
Farmakoterapi :
a. Selalu perhatikan gejala – gejala nonpsikiatri secara serius dan gunakan pengobatan yang
sesuai (contoh, laksatif untuk konstipasi). Konsultasi dengan dokter spesialis yang sesuai
bila sulit diterapi.
b. Antipsikotik bila berhubungan dengan psikosis. Hati – hati terhadap efek samping dan efek
pada gangguan
c. Antiansietas mengurangi kecemasan selama periode stres akut. Penggunaan dibatasi untuk
mencegah ketergantungan
d. Antidepresan dapat digunakan untuk depresi yang berasal dari kondisi medis. SSRI dapat
membantu pasien ketika pasien memikirkan tentang penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. Edisi 1. Jakarta; Departemen Kesehatan RI, 1993.
Kusumadewi I, Feranindhya. Faktor psikologik yang mempengaruhi kondisi medis (d/h
gangguan psikosomatik). Dalam : Elvira SD, Hadikusanto G, editor. Buku Ajar Psikiatri.
Edisi 1. Jakarta; Badan Penerbit FKUI, 2010.
20
Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psyciatry Behavioral
Sciences/Clinical Pyschiatry. Edisi 10. Philadelphia; LWW, 2007.
Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of Clinical Psychiatric.
Edisi 5. Philadelphia; LWW, 2010.
Mudjaddid, E. Shatri, Hamzah. Gangguan Psikosomatik: Gambaran Umum dan
Patofisiologinya. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II FK UI. Jakarta: Pusat
Penerbitan FKUI. 2006. p896-8
Maramis, W.F. Gangguan Psikosomatik. Dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Surabaya: Airlangga University Press. p339-72
KRITERIA DIAGNOSIS GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSI TAK
STABIL/AMBANG
Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri dan afek, dan inpulsivitas yang
jelas pada masa dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh lima (atau lebih) berikut :
21
1. Usaha mati-matian menghindari ketinggalan yang nyata atau khayalan. Catatan : tidak
termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang ditemukan dalam kriteria 5
2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan
antara ekstrem – ekstrem idealisasi dan devaluasi
3. Gangguan identitas : citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara jelas
dan persisten
4. Impulsivitas pada sekurang – kurangnya dua bidang yang potensial membahayakan diri
sendiri (misalnya berbelanja, seks, penyalahgunaan zat, ngebut gila – gilaan, pesta
makanan). Catatan : tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang
ditemukan dalam kriteria 5
5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang kali atau perilaku mutilasi diri
6. Ketidakstabilan afektif karena reaktifitas mood yang jelas (misalnya disforia episodik
kuat, iritabilitas, atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih
dari beberapa hari)
7. Perasaan kekosongan yang kronis
8. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam mengendalikan
kemarahan (misalnya sering menunjukkan temper, marah terus menerus, perkelahian
fisik berulang kali)
9. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stress atau gejala disosiatif yang
parah.
22
Top Related