REFERAT Psikosomatik

30
REFERAT GANGGUAN PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI SISTEM SALURAN GASTROINTESTINAL Oleh : M. Lutfi Zaristan (11.2011.087) Rinaldy Teja Setiawan (11.2011.083) Theresia Helena (11.2012.040) Ignatius Andre Pembimbing : Dr. Susi Wijayanti, Sp.KJ FAKULTAS KEDOKTERAN KRISTEN KRIDA WACANA KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA RSJ PROVINSI JAWA BARAT PERIODE : 12 November 2012 – 15 Desember 2012 1

description

jiwa

Transcript of REFERAT Psikosomatik

Page 1: REFERAT Psikosomatik

REFERAT

GANGGUAN PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI

SISTEM SALURAN GASTROINTESTINAL

Oleh :M. Lutfi Zaristan (11.2011.087)

Rinaldy Teja Setiawan (11.2011.083)Theresia Helena (11.2012.040)

Ignatius Andre

Pembimbing :

Dr. Susi Wijayanti, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN KRISTEN KRIDA WACANA

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA

RSJ PROVINSI JAWA BARAT

PERIODE : 12 November 2012 – 15 Desember 2012

JAKARTA 2012

1

Page 2: REFERAT Psikosomatik

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ksmi panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan Referat Ilmu Kedokteran Jiwa dengan judul “Gangguan

Psikologis yang Mempengaruhi Sistem Saluran Gastrointestinal”.

Referat ini kami susun sebagai tugas dalam menempuh kepaniteraan klinik, bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Pada kesempatan ini,

kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Susi Wijayanti, Sp.KJ selaku Pembimbing yang telah membimbing dalam

pembuatan referat ini.

2. Seluruh staf SMF Ilmu Kedokteran Jiwa, dan berbagai pihak yang telah membantu

penyusunan referat ini.

Kami menyadari bahwa dalam referat ini, masih banyak kekurangan dan kekeliruan. Oleh

karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan referat ini. Semoga

bisa menjadi bahan informasi dan dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, 29 November 2012

Penulis

2

Page 3: REFERAT Psikosomatik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………...4

B. Tujuan……………………………………………………………………...………….5

C. Manfaat………………………………………………………………………………..5

BAB II : PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN………..……………………………………………………………..6

1. Definisi……………………………………………………………………….........6

2. Etiologi…………………………………………………………………………….6

3. Manifestasi klinik………………………………………………………………….7

4. Gangguan spesifik pada psikosomatis..………………………………………….10

5. Kriteria diagnosis………………………………………………………………...12

6. Perjalanan penyakit………………………………………………………………14

7. Pemeriksaan………………………………………………………………...........14

8. Diagnosis…………………………………………………………………………15

9. Penatalaksanaan………………………………………………………………….16

BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………………….19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...20

3

Page 4: REFERAT Psikosomatik

BAB I

PENDAHULUAN

A. L A T A R B E L A K A N G

Pengertian dari psikologi adalah ilmu yang mempelajari manusia sebagai kesatuan utuh

yakni jasmani dan rohani. Psikologi sering disebut dengan ilmu jiwa. Salah satu akar dari

psikologi adalah psikologi kesehatan. Dan psikologi kesehatan sendiri adalah psikologi yang

mempelajari tentang pengaruh psikologis terhadap kesehatan, sakit serta pola koping ketika

menghadapi masalah kesehatan (Nietzel, Bernstein & Milich, 1998).

Gangguan psikosomatis adalah faktor psikologis yang merugikan, mempengaruhi kondisi

medis pasien. Faktor psikologis tersebut dapat berupa gangguan mental, gejala psikologis, sifat

kepribadian atau gaya mengatasi masalah, dan prilaku kesehatan yang maladaptif.1 Kurang lebih

400 tahun SM ahli filsafat Hipocrates sudah mengutarakan pentingnya peran faktor psikis pada

penyakit. Pada abad pertengahan Paracelcus seorang ahli kimia menyatakan bahwa kekuatan

batin memiliki pengaruh terhadap kekuatan seseorang.2

Menurut The National Academy Science tahun 1978 definisi psikosomatis adalah bidang

interdisiplin yang memperhatikan perkembangan dan integrasi ilmu pengetahuan prilaku,

biomedis dan teknik yang relevan dengan kesehatan dan penyakit serta penerapan pengetahuan,

dan teknik-teknik tersebut untuk mencegah, mendiagnosis dan rehabilitasi. 1

Kedokteran psikosomatis menyadari kesatuan dari pikiran dan tubuh serta interaksi

diantara keduanya, dimana faktor psikologis penting dalam perkembangan semua penyakit,

namun apakah peranannya dalam memulai, perkembangan, memperberat dan eksaserbasi

penyakit, predisposisi atau reaksi terhadap suatu penyakit masih dalam perdebatan. Dengan

demikian kedokteran prilaku adalah istilah yang khusus untuk kedokteran psikosomatis.1, 2

4

Page 5: REFERAT Psikosomatik

Sesuatu yang jarang diulas yaitu tentang gangguan saluran cerna yang dipengaruhi faktor

psikologis. Bahkan mungkin banyak yang heran ternyata kedua hal tersebut saling berpengaruh.

Dengan kenyataan-kenyataan tersebut, sangat penting untuk mengulas faktor psikologis yang

berpengaruh terhadap sistem saluran gastrointestinal.

B . T U J U A N

Makalah ini disusun dengan harapan, setiap pembaca khususnya kalangan medis, lebih

mengetahui bagaimana ciri-ciri gangguan psikologis yang mempengaruhi sistem saluran

gastrointestinal yang nantinya akan mempermudah untuk mendiagnosa secara pasti gangguan ini,

sehingga pengobatan dapat diberikan secara maksimal dan tepat, yang nantinya memberikan efek

positif atau kesembuhan yang diharapkan. Dan juga untuk memberikan informasi tentang

bagaimana cara penanganan dari gangguan psikologis tersebut.

C. M A N F A A T

Menambah informasi ilmiah mengenai gangguan psikologis yang mempengaruhi sistem

saluran gastrointestinal. Memahami lebih baik mengenai dasar diagnosis dan penatalaksanaannya

5

Page 6: REFERAT Psikosomatik

BAB II

PEMBAHASAN

Definisi

Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang

artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders edisi ke empat

(DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor psikologis

yang mempengaruhi kondisi medis.1, 2

----Menurut Wittkower psikosomatis secara luas didefinisikan sebagai usaha untuk

mempelajari interelasi aspek-aspek psikologis dan aspek-aspek fisis semua faal jasmani dalam

keadaan normal maupun abnormal. Ilmu ini mencoba mempelajari, menemukan interelasi dan

interaksi antara fenomena kehidupan psikis (jiwa) dan somatis (raga) dalam keadaan sehat

maupun sakit.2

Etiologi

Ada beberapa penyebab dari gangguan psikosomatis3 :

1. Stress Umum

----Stress ini dapat berupa suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana individu

tidak dapat berespon secara adekuat. Menurut Thomas Holmes dan Richard Rahe, didalam skala

urutan penyesuaian kembali sosial (social read justment rating scale) menuliskan 43 peristiwa

kehidupan yang disertai oleh jumlah gangguan dan stres pada kehidupan orang rata-rata, sebagai

contohnya kematian pasangan 100 unit perubahan kehidupan, perceraian 73 unit, perpisahan

perkawinan 65 unit, dan kematian anggota keluarga dekat 63 unit. Skala dirancang setelah

menanyakan pada ratusan orang dengan berbagai latar belakang untuk menyusun derajat relatif

penyesuaian yang diperlukan olewh perubahan lingkungan kehidupan. Penelitian terakhir telah

menemukan bahwa orang yang menghadapi stres umum secara optimis bukan secara pesimis

adalah tidak cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mereka mengalaminya mereka

mudah pulih dari gangguan.6

Page 7: REFERAT Psikosomatik

2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik

----Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian spesifik atau

konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan homeostatis yang berperan dalam

perkembangan gangguan psikosomatis. Tipe kepribadian tertentu yang pertama kali

diidentifikasi berhubungan dengan kepribadian koroner (orang yang memiliki kemauan keras

dan agresif yang cenderung mengalami oklusi miokardium).

3. Variabel Fisiologis

----Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dan penyakit, dan variabel lainnya

adalah kerja monosit sistem kekebalan. Mediator antara stress yang didasari secara kognitif dan

penyakit mungkin hormonal, seperti pada sindroma adaptasi umum Hans Selye, dimana

hidrokortison adalah mediatornya, mediator mungkin mengubah fungsi sumbu hipofisis anterior

hipotalamus adrenal dan penciutan limfoit. Dalam rantai hormonal, hormon dilepaskan dari

hipotalamus dan menuju hipofisis anterior, dimana hormon tropik berinteraksi secara langsung

atau melepaskan hormon dari kelenjar endokrin lain. Variabel penyebab lainnya mungkin adalah

kerja monosit sistem kekebalan. Monosit berinteraksi dengan neuropeptida otak, yang berperan

sebagai pembawa pesan (messager) antara sel-sel otak. Jadi, imunitas dapat mempengaruhi

keadaan psikis dan mood.

Manifestsi klinik

Proses emosi terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan saraf otonom vegetatif ke alat-

alat viseral yang banyak dipersarafi oleh saraf-saraf otonom vegetatif tersebut, seperti

kardiovascular, traktus digestifus, respiratorius, system endokrin dan traktus urogenital.2 Adapun

kriteria klinis penyakit psikosomatis terdiri atas kriteria yang negatif dan kriteria yang positif.2

a. Kriteria yang positif ( yang biasanya tidak ada) 4

7

Page 8: REFERAT Psikosomatik

1. Tidak didapatkan kelainan-kelainan organik pada pemeriksaan yang teliti sekalipun, walaupun

mempergunakan alat-alat canggih. Bila ada kelainan organic belum tentu bukan psikosomatik,

sebab :

.Bila penyakit psikosomatik tidak diobati, dalam jangka waktu yang cukup lama dapat

menimbulkan kelainan-kelainan organik pada alat-alat yang dikeluhkan.

Secara kebetulan ada kelainan organik, tapi kelainan ini tidak dapat menerangkan

keluhan yang ada pada pasien tersebut, yang dinamakan koinsidensi.

Sebelum timbulnya psikosomatis, telah ada lebih dahulu kelainan organiknya tetapi tidak

disadari oleh pasien. Baru disadari setelah diberitahu oleh orang lain atau kadang-kadang

oleh dokter yang mengobatinya. Hal ini membuatnya menjadi takut, khawatir dan

gelisah, yang dinamakan iatrogen.

1. Tidak didapatkan kelainan psikiatri. Tidak ada gejala-gejala psikotik yakni tidak ada

disintegrasi kepribadian, tidak ada distorsi realitas. Masih mengakui bahwa dia sakit, masih

mau aktif berobat.

b. Kriteria positif (yang biasanya ada) 2

1. Keluhan-keluhan pasien ada hubungannya dengan emosi tertentu

2. Keluhan-keluhan tersebut berganti-ganti dari satu sistem ke sistem lain, yang dinamakan

shifting phenomen atau alternasi.

3. Adanya vegetatif imbalance (ketidakseimbangan susunan saraf otonom)

4. Penuh dengan stress sepanjang kehidupan (stress full life situation) yang menjadi sebab

konflik mentalnya.

5. Adanya perasaan yang negatif yang menjadi titik tolak keluhankeluhannya.

6. Adanya faktor pencetus (faktor presipitasi) proksimal dari keluhankeluhannya.

7. Adanya faktor predisposisi yang dicari dari anamnesis longitudinal. Yang membuat pasien

rentan terhadap faktor presipitasi itu.Faktor predisposisi dapat berupa faktor fisik / somatik,

biologi, stigmata neurotik, dapat pula faktor psikis dan sosiokultural. Kriteria-kriteria ini

tidak perlu semuanya ada tetapi bila ada satu atau lebih, presumtif, indikatif untuk penyakit

psikosomatis.

Beberapa manifestasi klinis dari gangguan psikosomatis antara lain:

8

Page 9: REFERAT Psikosomatik

1. Terdapat suatu kondisi medis umum 3

2. Faktor psikologis secara merugikan mempengaruhi kondisi medis umumdengan cara:

• Faktor psikologis telah mempengaruhi perjalanan kondisi medis umum seperti yang

ditunjukkan oleh hubungan temporal yang erat antara faktorpsikologis dan perkembangan

atau eksaserbasi dari atau keterlambatanpenyembuhan dari kondisi medis umum.

• Faktor psikologis mempengaruhi terapi kondisi medis umum

• Faktor psikologis berperan dalam resiko kesehatan individu

• Respon psikologis yang berhubungan dengan stres mencetuskan atau mengeksasebasi

gejala kondisi medis umum –

Yang dimaksud dengan faktor psikologis tersebut adalah: 3

• Gangguan mental mempengaruhi kondisi medis (misalnya gangguandepresi berat

memperlambat penyembuhan infark miokard)

• Gangguan psikologis mempengaruhi kondisi medis (misalnya gejala depresi

memperlambat pemulihan setelah pembedahan, kecemasanmengeksasebasi asma)

• Sifat kepribadian atau gaya menghadapi masalah mempengaruhi kondisi medis

(misalnya penyangkalan patologis terhadap kebutuhan pembedahan pada seorang pasien

dengan kanker, perilaku bermusuhan dan tertekanberperan pada penyakit kardiovaskuler)

• Gangguan kesehatan maladatif mempengaruhi kondisi medis (misalnya tidak

melakukan olahraga, seks yang tidak aman, makan yang berlebihan)

• Respon fisiologis yang berhubungan dengan stres mempengaruhi kondisi medis

(misalnya eksasebasi ulkus, hipertensi, aritmia, atau nyeri kepala yang berhubungan

dengan stres).

• Faktor psikologi lain yang tidak ditentukan mempengaruhi kondisi medis (misalnya

faktor personal, kultural atau religius).

9

Page 10: REFERAT Psikosomatik

Gangguan Spesifik pada Psikosomatis

Ada beberapa gangguan spesifik yang dapat disebabkan oleh gangguan psikis:

1. Sistem gastrointestinal

a. Gastritis

Kriteria psikologis diperlukan karena diagnosis dengan penemuan negative organis

dan keluhan vegetatif tidak mencukupi. Dari evaluasi psikis ditemukan:

1. gejala bersifat neurosis

2. depresi dan anxietas

3. berkeinginan untuk dirawat dan dimanja dan untuk memiliki objek yang diinginkan

b. Ulkus peptikum

Sifat kepribadian ulkus menjadi faktor presdiposisi. Sifat kepribadian ituantara lain:1,8

1. Tingkah laku

Orang tersebut biasanya tegang, selalu was-was, sangat aktif dalam berbagai

bidang. Tidak mudah menerima kenyataan bila dia gagal

2. Kepandaian

Mempunyai kepandaian dalam berbagai bidang yang dikerjakan sekaliguspada

waktu yang bersamaan

3. Pertanggungjawaban

Mempunyai tanggung jawab yang sangat besar bahkan sampai

memikirkanpekerjaan orang lain 7

10

Page 11: REFERAT Psikosomatik

4. Pengenalan terhadap penyakitnya

Tidak menghiraukan penyakitnya, sering terlambat makan, merasa sakit uluhati

tapi masih mau bekerja terus, sering datang terlambat ke dokter

5. Umur

Terbanyak pada usia 30-an, karena banyak faktor stress, kesulitan dalam bidang

ekonomi dan keluarga

6. Jenis kelamin/ bangsa

Laki-laki lebih sering dibandingkan wanita. Kulit hitam lebih jarang dibandingkan

kulit putih

7. Faktor sosial

Sering ditemukan dikota besar dan daerah industri. Stress dan kecemasan yang

disebabkan oleh berbagai konflik yang tidak spesifik dapat menyebabkan

hiperasiditas lambung dan hipersekresi pepsin, yang menyebabkan suatu ulkus.

Psikoterapi merupakan terapi yang dapat dipakai untuk konflik ketergantungan

pasien.Biofeedback dan terapi relaksasi mungkin berguna.Terapi medis lain yang

digunakan adalah cimetidine, famotidine.1

c. Kolitis ulserativa

Tipe kepribadian dari pasien dengan Kolitis ulserativa menunjukkan sifat kompulsif

yang menonjol. Pasien cenderung pembersih, tertib, rapi, tepat waktu,

hiperintelektual, malu-malu, dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan. Stress

non spesifik dapat memperberat penyakit ini. Terapi yang dianjurkan pada kolitis

ulserativa yang akut adalah psikoterapi yang non konfrontatif dan suportif dengan

psikoterapi interpretatif selama periode tenang. Terapi medis terdiri dari tindakan

medis nonspesifik, seperti antikolinergik dan anti diare.1

d. Obesitas

11

Page 12: REFERAT Psikosomatik

Terdapat presdiposisi familial genetika pada obesitas, dan faktorperkembangan awal

ditemukan pada obesitas masa anak-anak.Faktor psikologisadalah penting pada

obesitas hipergrafik (makan berlebihan).Terapi yangdianjurkan adalah pembatasan

diet dan penurunan asupan kalori. Dukunganemosional dan modifikasi perilaku

adalah membantu untuk kecemasan dandepresi yang berhubungan dengan makan

berlebihan dan diet.1

Teknik behaviour modification bertujuan untuk mengubah kebiasaan makan,salah

satu programnya sebagai berikut.1.9

1. Dekripsi tingkah laku untuk mengidentifikasi unsur mana dalam tingkah laku itu

yang dapat diubah.

2. Pengendalian stimuli yang mendahului makan.

3. Memperlambat proses makan.

4. Menyediakan nilai untuk pengendalian yang berhasil

e. Anoreksia nervosa

Anoreksia nervosa ditandai oleh perilaku yang diarahkan untukmenghilangkan berat

badan, pola aneh dalam menangani makanan, penurunan berat badan, rasa takut yang

kuat terhadap kenaikan berat badan, gangguan citra tubuh, dan pada wanita

amenore:1,10

Kriteria Diagnosis

Diagnosis pasti gangguan somatisasi berdasarkan PPDGJ III:

1. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat

dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun.

2. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada

kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan- keluhannya.

12

Page 13: REFERAT Psikosomatik

3. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan

sifat keluhan-keluhan dan dampak dari perilaku.

Kriteria diagnosis gangguan somatisasi berdasarkan DSM IV :

1. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun yang

terjadi selama periode beberapa tahun dan menyebabkan individu tersebut mencari

penanganan atau gangguan yang bermakna pada fungsi social, pekerjaan dan fungsi

penting lainnya.

2. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, yaitu :

a) 4 gejala nyeri : sekurangnnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya

kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi,

selama hubungan seksual, atau selama miksi)

b) 2 gejala gastrointestinal : sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual,

kembung, muntah selain dari selama masa kehamilan diare, atau intoleransi terhadap

beberapa jenis makanan)

c) 1 gejala seksual : sekurangnya satu gejala selain nyeri (misalnya indiferensi seksual,

disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi

berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

d) 1 gejala pseudoneurologis : sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan

pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau

keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi

atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang : gejala disosiatif  seperti

amnesia ; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).

3. Salah satu 1) atau 2) :

a) Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria, 2) tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang di kenal atau efek

langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

13

Page 14: REFERAT Psikosomatik

b) Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan social atau pekerjaan

yang ditimbulkan adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

4 . Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuata-buat (sepertiga gangguan buatan

atau pura-pura).4

Perjalanan Penyakit

Gangguan somatisasi merupakan gangguan yang berlangsung kronik, berfluktuasi,

menyebabkan ketidakmampuan dan sering kali disertai dengan ketidakserasian dari perilaku

sosial, interpersonal dan keluarga yang berkepanjangan.

Episode peningkatan keparahan gejala dan perkembangan gejala yang baru diperkirakan

berlangsung 6 – 9 bulan dan dapat dipisahkan dari periode yang kurang simtomatik yang

berlangsung 9 – 12 bulan. Tetapi jarang seorang pasien dengan gangguan somatisasi berjalan

lebih dari satu tahun tanpa mencari suatu perhatian medis. Seringkali terdapat hubungan antara

periode peningkatan stress atau stress baru dan eksaserbasi gejala somatik.1

Pemeriksaan

Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidakdidapatkan

penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan dan masalah. Pada 239

penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah menganalisis gejala yang paling sering

didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa

kecemasan, oleh karena itu pada pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu:

1. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi, pekerjaan

yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain, minatnya,

pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.

14

Page 15: REFERAT Psikosomatik

2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan seksual,

anak-anak yang nakal dan menyusahkan.

3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit, pernah

dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.

4. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu penyakit

berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul. Quirido membagi cara

pemeriksaan dalam 3 lapangan : 2

a. Lapangan psikis

b. Lapangan social

c. Lapangan somatic

Yang ditujukan pada lapangan kejiwaan dinamakan psikoterapi

indentik.Yangditujukan pada lapangan sosial dan somatik disebut psikoterapi non

identik, yang terdiri dari pemeriksaan fisik, mengobati kelainan fisik dengan obat,

memperbaiki kondisi sosial ekonomi, lingkungan, kebiasaan hidup sehat.

Diagnosis

Pada umumnya penderita dengan gangguan psikosomatis dapat dibagi menjadi 3 golongan,

yaitu: 4

1. Terdapat keluhan tentang fisik, akan tetapi tidak terdapat penyakit fisik dan kelainan

organik yang dapat menyebabkan keluhan tersebut

2. Terdapat kelainan organik tetapi yang primer yang menyebabkannya adalah faktor

psikologis

3. Terdapat kelainan organik tetapi terdapat juga gejala lain yang timbul bukan sebab

penyakit organik itu, akan tetapi karena faktor psikologis. Faktor psikologis ini mungkin

timbul akibat penyakit organik seperti kecemasan.

15

Page 16: REFERAT Psikosomatik

Lewis memberikan beberapa kriteria khusus untuk diagnosis gangguan psikosomatis yaitu: 4

1. Gejala-gejala yang didapat mempunyai permulaan, akibat, manifestasi dan jalannya yang

sangat mencurigakan akan adanya gangguan psikosomatik.

2. Dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak didapatkan penyakit organik yang

dapat menyebabkan gejala-gejala.

3. Adanya suatu stress atau konflik yang menyulitkan penderita.

4. Reaksi penderita terhadap stress ini banyak hubungannya dengan gejala-gejala yang

dikeluhkannya, yaitu bahwa gejala-gejala itu secara psikosomatik merupakan manifestasi

fisik dari konflik atau penyelesaian masalah yang tidak memuaskan.

5. Terjadinya stress harus memiliki korelasi antara waktu dan timbulnya keluhan,

bertambah beratnya penyakit yang ada.

-Untuk diagnosis perlu dievaluasi faktor-faktor sebagai berikut: 4

Komponen organik versus komponen nonorganik.

Komponen fungsional nonpsikogenik versus psikogenik.

Dasar kestabilan emosi (kepribadian premorbid dan predisposisi).

Stres yang menimbulkan gejala-gejala.

Beratnya gangguan fisik atau psikologik.

Pena ta l ak san aan

Di Amerika Serikat 1/3 penderita yang datang berobat pada dokter umum tidak mempunyai

gangguan organik, 1/3 yang lain mempunyai gangguan organik tetapi keluhannya berlebihan.4

Dengan kesabaran dan simpati banyak penderita dengan gangguan psikosomatik dapat

ditolong. Kita dapat menerangkan kepada penderita tidak dapat sesuatu dalam tubuhnya yang

rusak atau yang kurang, tidak terdapat infeksi dan kanker, hanya anggota tubuhnya bekerja tidak

teratur. Untuk menerangkan bagaimana emosi dapat mengganggu tubuh dapat diambil contoh

sehari-hari seperti orang yang malu mukanya akan menjadi merah, orang yang takut menjadi

bergemetar dan pucat. Dapat dipakai perumpamaan menurut pendidikan dan pengetahuan

penderita.4

Setelah dibuat diagnosis gangguan psikosomatis, terdapat 3 fase terapi yaitu: 4

16

Page 17: REFERAT Psikosomatik

Fase 1 : ialah fase pemeriksaan dan pemberian ketenangan, penderita dan dokter bersama-sama

berusaha dan saling membantu melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang teliti dan

tes laboratorium bila perlu. Diusahakan membuktikan bahwa tidak terdapat penyakit organik dan

dijelaskan kepada penderita tentang mekanisme fisiologik serta keterangan tentang gejala-gejala.

Berikan kesempatan kepada penderita untuk bertanya.

Fase 2 : merupakan fase pendidikan, fase ini dokter lebih banyak bicara. Untuk memberi

keterangan tentang keluhan, meyakinkan serta menenangkan pasien, dapat dikatakan antara lain :

· Bahwa gejala-gejalanya benar ada, dapat dimengerti kalau ia mengeluh dan menderita

· Bahwa gejala-gejalanya sering terdapat juga pada orang lain yang sudah kita obati

· Bahwa tidak ada kanker atau penyakit berbahaya lain

· Bahwa gejala-gejala itu timbul karena ketegangan sehari-hari dan gangguan emosional

· Bahwa gejala itu tidak akan segera hilang, diperlukan beberapa waktu, tetapi akan hilang atau

berkurang bila diobati dengan baik

· Bahwa kita semua mengalami ketegangan, kekecewaan, godaan dan kecemasan

· Bahwa kelelahan fisik atau jiwa dapat mengurangi daya tahan tubuh sehingga timbul gejala

· Bahwa kita apabila terlalu terburu-buru akan timbul ketegangan jiwa

· Bahwa tubuh kita bereaksi terhadap ketegangan yang terlalu berat. Sering gejala merupakan

pekerjaan alat tubuh yang bekerja berlebihan

· Bahwa ini akan lebih baik bila pasien mengerti akan penyebab gejala.

Fase 3 : ialah fase keinsafan intelektual dan emosional. Pada fase ini pasien yang lebih banyak

bicara. Terjadi pengakuan, katarsis dan wawancara psikiatrik. Hal ini harus berjalan sangat

pribadi, rahasia, tanpa sering terganggu dan dalam suasana penuh kepercayaaan dan pengertian.

Dokter menjelaskan saja agar pembicaraan berjalan dengan baik, tidak terlalu menyimpang dari

pokok pembicaraan. Terdapat 3 golongan senyawa psikofarmaka:1, 4

1. Obat tidur (hipnotik)

Diberikan dalam jangka waktu pendek 2-4 minggu. Obat yang dianjurkan adalah senyawa

benzodiazepine berkhasiat pendek seperti nitrazepam, flurazepam, dan triazolam. Pada

insomnia dengan kegelisahan dapat diberikan senyawa fenotiazin seperti tioridazin,

prometazin.

2. Obat penenang minor dan mayor

17

Page 18: REFERAT Psikosomatik

Obat penenang minor

Diazepam merupakan obat yang efektif yang dapat digunakan pada anxietas,agitasi,

spasme otot, delirium, epilepsi. Benzodiazepine hanya diberikan pada anxietas hebat

maksimal 2 bulan.

Obat penenang mayor

Yang paling sering digunakan adalah senyawa fenotiazin dan butirofenon seperti

clorpromazin, tioridazin dan haloperidol.

3. Antidepresan

Yang dianjurkan adalah senyawa trisiklik dan tetrasiklik seperti amitriptilin, imipramin,

mianserin dan maprotilin yang dimulai dengan dosis kecil yang kemudian ditingkatkan

18

Page 19: REFERAT Psikosomatik

BAB III

PENUTUP

K E S I M P U L A N

Penyakit-penyakit saluran pencernaan merupakan gangguan yang sering kita derita dan

disebabkan oleh terganggunya saluran cerna kita. Faktor penyebab penyakit/gangguan tersebut

rata-rata adalah perilaku makan kita. Selain itu, faktor psikologis ternyata sangat mempengaruhi

dan berdampak besar atas gangguan-gangguan tersebut.

Sindrom fungsional pada gangguan saluran cerna yang dipengaruhi oleh faktor psikologis,

antara lain adalah: gastritis, ulkus peptikum, colitis ulseratif, obesitas, anorexia nervosa. Dalam

hal ini, depresi adalah dampak yang sering membayangi para penderita. Jadi dapat kami

simpulkan bahwa selain menjaga kesehatan fisik kita juga harus menjaga kesehatan psikis.

Karena kesehatan yang hakiki akan tercipta apabila kesimbangan antara fisik dan psikis terjaga

19

Page 20: REFERAT Psikosomatik

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Saddock, Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ketujuh. Bina Rupa Aksara.

Jakarta.1997: 276-303

2. Budihalim S, Sukatman D. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI

Jakarta 1999: 591-592

3. Mansyur A, dkk. Gangguan Psikosomatis. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Media

Aesculapius FK UI 1999:228-231

4. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya

1980:339-371

5. Budihalim S, Mudjadid. Kedokteran Psikosamatis. Dalam : buku ajar Ilmu Penyakit

Dalam jilid II edisi IV. FK UI Jakarta 2006: 903-08

6. Sukatman D, Budihalim S, Biran S.I. Aspek Psikosomatis Gangguan Pernafasan. Dalam :

Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999:614-20

7. Budihalim S, Sukatman D. Sindrom Fungsional pada traktus digestivus. Dalam : Ilmu

Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 623

8. Budihalim S, Aspek psikosomatis ulkus peptik. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK

UI Jakarta 1999: 628-29

9. Arsyad Z, Syahbuddin S. Aspek psikosomatis obesitas. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam

jilid II, FK UI Jakarta 1999: 657-58

10. Nasution H.N. Anoreksia nervosa. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta

1999: 659-60

11. Sukatman D, Budihalim S, Aspek Psikosomatis penyakit reumatik. Dalam : Ilmu

Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 648- 49

12. Kadri. Aspek psikosomatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999:

665-66

20

Page 21: REFERAT Psikosomatik

13. Asdie A.H. Dahlan P. Migren dan sakit kepala. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK

UI Jakarta 1999: 652

14. Budihalim S, Sukatman D. Psikofarmaka dan Psikosamatik. Dalam : Ilmu Penyakit

Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 602-03

21