Download - Tugs Bindo

Transcript

Sumpah Pemuda Indonesia 28 Oktober 81 tahun yang lalu yang sampai saat ini dibanggakan Indonesia,nampaknya hanya seruan saja... seremonial yang diadakan untuk memperingati sumpah pemuda hanya formalitas belaka... tapi tahukah mereka akan makna dari sumpah pemuda itu sendiri??? tanya diri sendiri.Tema kita kali ini adalah tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama di kalangan mahasiswa.

Bunyi sumpah ketiga pemuda Indonesia 81 tahun lalu adalah "menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia". Tapi seperti apa sebenarnya bahasa persatuan Indonesia yang seharusnya dipakai dan diterapkan oleh masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari yang sesuai dengan sistem dan kaidah kebahasaan yang berlaku di Indonesia? sudahkah anda berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar?

Hidup bermasyarakat dan bersosialisasi tidak lepas dari komunikasi dan komunikasi tidak lepas dari bahasa sebagai penghubung dan penyampai konsep riil pikiran seseorang ke dalam pikiran orang lain. Sungguh besar kegunaan bahasa sehingga bahasa dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kaidah kebahasaan dan unsur gramatika yang benar agar tidak terjadi kesalahpahaman arti ketika berkomunikasi. Tidak mengherankan jika sebagian besar negara di dunia begitu mengagungkan bahasa nasional mereka seperti Perancis, Jepang, dan Jerman. Mereka bisa dikatakan mengharamkan untuk menggunakan bahasa asing selain bahasa nasional mereka dalam berkomunikasi karena begitu hormatnya mereka terhadap bahasa ibu mereka.

Sekarang coba bandingkan dengan Indonesia, apakah anda pernah mendengar orang berbicara bahasa Indonesia asli yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditetapkan dalam bahasa kesehariannya penuh? Jarang!!! bahkan mungkin bisa dikatakan hanya orang-orang yang berkepentingan saja atau yang butuh untuk berbicara seperti itu karena tuntutan sesuatu hal. Itupun tidak selamanya benar dalam pemakaian unsur gramatikannya.

Bahasa Indonesia saat ini bisa dikatakan sebagai bahasa yang di-nomorduakan. Masyarakat Indonesia rata-rata berbicara kesehariannya dengan bahasa gaul/pokem/slang bagi anak muda, bahasa daerah di setiap pelosok daerah, bahasa asing bagi yang bisa, hanya itu! lalu dimana bahasa Indonesia yang telah menjadi sumpah pemuda Indonesia 81 tahun yang lalu? berasa malu saya menjadi pemuda yang hidup di zaman yang tidak menghargai sejarahnya sendiri.Mungkin tidak perlu disalahkan juga keadaan yang ada sekarang ini, karena kita harus menyadari Indonesia kaya akan bahasa daerahnya. Kita tetap harus melestarikan itu! tapi perlu ditekankan "budayakan bahasa Indonesia!!! lestarikan kekayaan bahasa daerah Indonesia!!! minimalkan bahasa asing!!!". Jati diri Indonesia pertama kali akan terlihat dari Bahasa Ibumu bung!.

Praktek penggunaan bahasanonIndonesia sudah tidak bisa dibendung lagi keberadaannya. Mulai dari media sebagai tonggak pengarah masyarakat. Apa yang diungkapkan media itulah yang akan diikuti masyarakat, terutama masalah kebahasaannya yang sering kali memakai bahasa asing ataupun bahasa gaul untuk menarik perhatian masa agar tertarik pada apa yang ditawarkan media tersebut.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?pemerintah sebenarnya telah membuat sebuah RUU kebahasaan yang dirancang sekitar 3-4 tahun yang lalu. Namun tidak tahu nasibnya sekarang bagaimana.Sekarang sebagai mahasiswa kita harus melakukan suatu gebrakan. Marilah mulai dengan mengurangi penggunaan bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari. Tumbuhkanlah rasa bangga di diri kita masing-masing sebagai warga negara Indonesia dan junjung serta terapkan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Buat dunia melihat keistimewaan kita dari bahasa yang kita gunakan. Jangan biarkan mereka bangga karena bahasa mereka yang sering kita gunakan.

Mari satukan tenaga! satukan kekuatan!bangkitkan kembali semangat nasionalisme kita! Buat para pemuda terdahulu bangga akan keberadaan kita di masa yang berbeda namun tetap menghidupkan sejarah.

Penggunanan Bahasa di Kalangan PelajarPenggunan bahasa di kalangan pelajar SD justru sangat sopan dan sangat jelas tutur katanya walupun masi acak-acakan penempatan bahasa mungkin karena belum terpengarauh bahasa moderenisasi. Mungkin ketika mereka beranjak kelas 5 dan kelas 6 mulai terlihat bahasa yang aneh dan mulai memakai kata-kata yang tidak sopan misalya gue dan elu.Mungkin disebabkan oleh pengaruh lingkungan tempat tinggal mereka,umumnya mereka menyerap perkataan orang-orang yang dia lihat maupun mendengar perkatan di televisi karena sekarang banyak acara-acara televisi yang memasukkan bahasa-bahasa gaul di dalamnya dan mengikuti tren masa kini. Perkembang bahasa dikalangan pelajar SD akan terus berkebang sesuai jaman dan tidak pernah hilang karna zaman terus berkembang dan bahasa pun ikut perkembang.Penggunaan bahasa justru sangat memprihatinkan banyak bahasa yang tertinggal padahal banyak bahasa Indonesia yang beraneka ragam seperti bahasa Sunda,Jawa,Madura dll yang kita kenal justru bahasa yang kita kenal makin tertinggal atau malah sudah tidak digunakan lagi.Salah satu Tulisan bahasa jawa: Bahasa gaul yang kini meluas di kalangan pelajar sungguh sangat memperihatinkan karena sudah tidak mengenal kesopanan dalam bertutur kata salah satu yang digemari bahasa gaul yang di ucapkan oleh pelajar ataupun anak muda jaman sekarang ialahpede aja lagi so what gitu locape decAtaupun dalam berbicara atau bertutur kata dengan seseorang anak muda dan pelajar menggunakan bahasa gaul sebagai pola hidup yang wajar di ucapkan walaupun kata-katanya tidak baku. Misalanya pede aja lagi:pede aja lagi kitakan masih mudakalau kita sudah benar pede ajeAtau pun cape dec!kita gak jadi pergi cape decelu salah coy cape decIstilah lain dalam penggunaan:cantik@kecedia@doskisahabat@doskimati@koitAtaupun dalam bahasa inggris:sory@soricomment@komentop@ngetopswear@suergang@gengUngkapan kata-kata diatas mungkin salah satu kata moderenisasi yang di buat oleh anak muda dan masyarakat. Beda halnya dengan anak Sekolah Menengah Atas yang menggunakan bahasa Indonesia dengan mecampur adukan bahasa gaul dan bahasa inggris,karna di masa-masa SMA para remaja mulai memasuki kehidupan yang lebih dewasa dan akan membaur oleh masyarkat luas jadi tidak heran kalau pelajar SMA lebih tau banyak menggnakan bahasa moderenisasi.Dalam berkomunikasi pelajar sering juga menggunakan bahasa isarat dan bahasa tubuh tetapi yang lebih di di gunakan bahasa isarat misalnya ketika perempuan berdiam diri dan tidak mau bicara itu tandanya perempuan itu sedang ada masalah/lagi sedih, Laki-laki dengan mata merah dan wajah yang penuh emosi itu pertanda kalau ia sedang marah dan meunjukkan kemurkaannya. Dengan kata lain bahasa Indonesia arus lebih di utamakan karena kalau tidak bahasa Indonesia lama kelaman akan tidak dipakai dan hilang keasliannya sebagai bahasa Indonesia.Upaya yang harus dlakukan oleh remaja untuk menjadikan bahasa Indonesia melekat dalam kehidupan remaja Indonesia yang baik ialah : Remaja Indonesia harus belajar mencintai bahasa Indonesia Bahasa Indonesia harus di ucapkan secara baik dan benar tidak ditambah tambahkan Bahasa Indonesia di gunakan sebagai sarana untuk memudahkan bahasa asing. Bahasa Indonesia lebih dicintai dan digemari daripada bahsa lainnya Remaja Indonesia harus lebih tekun dalam mempelajari bahasanya.Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan MahasiswaSumpah Pemuda Indonesia 28 Oktober 81 tahun yang lalu yang sampai saat ini dibanggakan Indonesia,nampaknya hanya seruan saja... seremonial yang diadakan untuk memperingati sumpah pemuda hanya formalitas belaka... tapi tahukah mereka akan makna dari sumpah pemuda itu sendiri??? tanya diri sendiri. Tema kita kali ini adalah tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama di kalangan mahasiswa.Bunyi sumpah ketiga pemuda Indonesia 81 tahun lalu adalah "menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia". Tapi seperti apa sebenarnya bahasa persatuan Indonesia yang seharusnya dipakai dan diterapkan oleh masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari yang sesuai dengan sistem dan kaidah kebahasaan yang berlaku di Indonesia? sudahkah anda berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar?Hidup bermasyarakat dan bersosialisasi tidak lepas dari komunikasi dan komunikasi tidak lepas dari bahasa sebagai penghubung dan penyampai konsep riil pikiran seseorang ke dalam pikiran orang lain. Sungguh besar kegunaan bahasa sehingga bahasa dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kaidah kebahasaan dan unsur gramatika yang benar agar tidak terjadi kesalahpahaman arti ketika berkomunikasi. Tidak mengherankan jika sebagian besar negara di dunia begitu mengagungkan bahasa nasional mereka seperti Perancis, Jepang, dan Jerman. Mereka bisa dikatakan mengharamkan untuk menggunakan bahasa asing selain bahasa nasional mereka dalam berkomunikasi karena begitu hormatnya mereka terhadap bahasa ibu mereka.Sekarang coba bandingkan dengan Indonesia, apakah anda pernah mendengar orang berbicara bahasa Indonesia asli yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditetapkan dalam bahasa kesehariannya penuh? Jarang!!! bahkan mungkin bisa dikatakan hanya orang-orang yang berkepentingan saja atau yang butuh untuk berbicara seperti itu karena tuntutan sesuatu hal. Itupun tidak selamanya benar dalam pemakaian unsur gramatikannya.Bahasa Indonesia saat ini bisa dikatakan sebagai bahasa yang di-nomorduakan. Masyarakat Indonesia rata-rata berbicara kesehariannya dengan bahasa gaul/pokem/slang bagi anak muda, bahasa daerah di setiap pelosok daerah, bahasa asing bagi yang bisa, hanya itu! lalu dimana bahasa Indonesia yang telah menjadi sumpah pemuda Indonesia 81 tahun yang lalu? berasa malu saya menjadi pemuda yang hidup di zaman yang tidak menghargai sejarahnya sendiri.Mungkin tidak perlu disalahkan juga keadaan yang ada sekarang ini, karena kita harus menyadari Indonesia kaya akan bahasa daerahnya. Kita tetap harus melestarikan itu! tapi perlu ditekankan "budayakan bahasa Indonesia!!! lestarikan kekayaan bahasa daerah Indonesia!!! minimalkan bahasa asing!!!". Jati diri Indonesia pertama kali akan terlihat dari Bahasa Ibumu bung!.Praktek penggunaan bahasa non Indonesia sudah tidak bisa dibendung lagi keberadaannya. Mulai dari media sebagai tonggak pengarah masyarakat. Apa yang diungkapkan media itulah yang akan diikuti masyarakat, terutama masalah kebahasaannya yang sering kali memakai bahasa asing ataupun bahasa gaul untuk menarik perhatian masa agar tertarik pada apa yang ditawarkan media tersebut.Apa yang sebaiknya kita lakukan? pemerintah sebenarnya telah membuat sebuah RUU kebahasaan yang dirancang sekitar 3-4 tahun yang lalu. Namun tidak tahu nasibnya sekarang bagaimana. Sekarang sebagai mahasiswa kita harus melakukan suatu gebrakan. Marilah mulai dengan mengurangi penggunaan bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari. Tumbuhkanlah rasa bangga di diri kita masing-masing sebagai warga negara Indonesia dan junjung serta terapkan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Buat dunia melihat keistimewaan kita dari bahasa yang kita gunakan. Jangan biarkan mereka bangga karena bahasa mereka yang sering kita gunakan.Bagaimana kita bisa menggunakan bahasa Indonesia secara benar? Banyak cara yang dapat kita lakukan agar kita menguasai bahasa Indonesia baku sehingga kita bisa berbahasa Indonesia secara benar. Cara-cara itu dapat kita kelompokkan menjadi dua, yakni melalui pendidikan formal (di sekolah dan perguruan tinggi), dan melalui kegiatan di luar pendidikan formal. Pembelajaran bahasa Indonesia melalui pendidikan formal di sekolah dan di perguruan tinggi harus ditambah dengan kegiatan di luar pendidikan formal. Kegiatan di luar pendidikan formal, misalnya membaca buku-buku kebahasaan bahasa Indonesia seperti buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia karangan Hasan Alwi, dkk terbitan Balai Pustaka, mencermati lema beserta deskripsi maknanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, praktik-praktik berbahasa Indonesia dengan teman dalam kelompok belajar, dan juga menyimak sekaligus mengikuti tanya jawab dalam siaran Bahasa Indonesia di radio atau di televisi.Hal-Hal yang Perlu Dilakukan=====Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia modern, perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia nyata dan fiksi yang menyebabkan interferesi ke dalam bahasa Indonesia dan pergeseran bahasa Indonesia tersebut di atas, ada hal-hal yang perlu dilakukan.=====Pertama, menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus kita utamakan penggunaannya. Dengan demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa gaul. Penyadaran ini dapat dilakukan oleh para orang tua di rumah kepada anak-anak mereka. Dapat pula dilakukan oleh para guru kepada para siswa mereka. Selain itu, pihak pemerintah dapat bertindak secara bijak dalam menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia di negara kita. Sebagai contoh, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Kebahasaan.=====Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh bangsa Indonesia dengan penggunaan bahasa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dapat kita gunakan untuk merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dengan menanamkan semangat tersebut, masyarakat Indonesia akan lebih mengutamakan bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul. Cara menanamkannya dapat dilakukan di rumah, sekolah, dan di masyarakat.=====Ketiga, pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan bahasa Indonesia dalam film-film produksi Indonesia. Dengan penggunaan bahasa Indonesia secara benar oleh para pelaku dalam film nasional yang diperankan aktor dan aktris idola masyarakat, masyarakat luas juga akan mengunakan bahasa Indonesia seperti para idola mereka tersebut.Keempat, meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, dalam bentuk diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah, dan juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek dan puisi. Dengan praktik-praktik berbahasa Indonesia tersebut, dapat mengembangkan kreativitas berbahasa Indonesia mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar baik dan benar.

Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Mahasiswa Bunyi sumpah ketiga pemuda Indonesia 81 tahun lalu adalah "menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia". Tapi seperti apa sebenarnya bahasa persatuan Indonesia yang seharusnya dipakai dan diterapkan oleh masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari yang sesuai dengan sistem dan kaidah kebahasaan yang berlaku di Indonesia? sudahkah anda berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar?Kata yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kata yang tepat dan serasi serta baku. Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan gagasan atau maksud penutur atau sesuai dengan arti sesungguhnya dan sesuai dengan situasi pembicaraan (sepert: sesuai dengan lawan bicara, topik pembicaraan, ragam pembicaraan, dsb.). Kata yang baku merupakan kata yang sesuai dengan ejaan (yakni: EYD).Kalimat yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif. Kalimat efektif harus:1. Mudah dipahami oleh orang lain,2. Memenuhi unsur penting kalimat (minimal ada subjek dan predikat, terutama untuk ragam tulis),3. Menggunakan kata yang tepat dan serasi,4. Gramatikal (seperti: menggunakan pungtuasi dan kata yang baku, menggunakan struktur yang benar, frasa selalu D-M, menggunakan kata yang morfologis, menggunakan kata yang sesuai dengan fungsinya/kedudukannya),5. Rasional (yakni, menggunakan gagasan yang dapat dicerna oleh akal sehat),6. Efisien (menggunakan unsur sesuai kebutuhan, tidak boleh berlebihan),7. Tidak ambigu (tidak menimbulkan dua arti yang membingungkan).

Paragraf yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah paragraf yang baik. Paragraf ini harus:1. Mempunyai satu pikiran utama,2. Mempunyai koherensi yang baik (hubungan antar unsurnya sangat erat) dan semua unsurnya tersusun secara sistematis, serta3. Menggunakan kalimat yang efektif.Jadi, Hidup bermasyarakat dan bersosialisasi tidak lepas dari komunikasi dan komunikasi tidak lepas dari bahasa sebagai penghubung dan penyampai konsep riil pikiran seseorang ke dalam pikiran orang lain. Sungguh besar kegunaan bahasa sehingga bahasa dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kaidah kebahasaan dan unsur gramatika yang benar agar tidak terjadi kesalahpahaman arti ketika berkomunikasi. Tidak mengherankan jika sebagian besar negara di dunia begitu mengagungkan bahasa nasional mereka seperti Perancis, Jepang, dan Jerman. Mereka bisa dikatakan mengharamkan untuk menggunakan bahasa asing selain bahasa nasional mereka dalam berkomunikasi karena begitu hormatnya mereka terhadap bahasa ibu mereka.

Menurut saya penggunaan Bahasa Indonesia dikalangan mahasiswa belum sefasih ketika mahasiswa menggunakan bahasa informal. Ini karena kurangnya mahasiswa berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan didalam diri mereka timbul suatu ketidakwajaran ketika berbahasa Indonesia yang baku. Padahal sangatlah wajar apabila mahasiswa selaku penerus bangsa dapat menggunakan bahasa nasionalnya dan menunjukan identitas sebagai Bangsa Indonesia. Bagaimana bisa maju suatu negara apabila tidak bisa menunjukan jatidirinya ? Ada beberapa hal yang saya amati mengapa Bahasa Indonesia baku menjadi sebuah anomali bagi pelajarnya sendiri.Pertama, kurangnya peran dari pendidik. Arti pendidik disini tidak hanya di sekolah saja tetapi juga dari keluarga dan masyarakat. Di lingkungan keluarga, orang tua cenderung tidak mempermasalahkan Bahasa Indonesia yang digunakan anak-anaknya sejak kecil. Misalnya mereka hanya terpaku pada nilai matematika, sains atau pun bahasa Inggris. Asalkan bisa berkomunikasi, bahasa tidak menjadi masalah. Ironisnya, kurangnya peran pendidik berasal dari guru Bahasa Indonesianya sendiri. Memang Bahasa Indonesia telah dipelajari sejak usia sekolah dasar, tetapi guru hanya mengajar cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar bukan mendidik cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia hanya sebuah pelajaran bukan pendidikan, hanya formalitas dan bukan untuk diterapkan. Secara tertulis kita sering membaca kalimat Wajib Berbahasa Indonesia Sesuai EYD tetapi secara kasat mata Jauhkan Dari Jangkauan Anak-anak.Kedua, kurangnya kesadaran dari mahasiswanya sendiri. Identik dengan remaja dewasa, mahasiswa masih mempunyai ego sehingga mereka merasa canggung berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulannya. Bahkan mahasiswa lebih memilih untuk menguasai Bahasa Inggris yang dianggap lebih hebat daripada Bahasa Indonesia dan beralasan untuk mengikuti perkembangan zaman. Alasan tersebut memang tidak bisa dipungkiri tetapi alangkah baiknya jika menguasai Bahasa Indonesia yang baik dan benar dulu.Ketiga, anggapan Bahasa Indonesia baku sebagai bahasa panti jompo. Ini disebabkan karena peran dari media baik cetak maupun elektronik sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa informal yang dibawakan oleh ikon-ikon artisnya sehingga orang yang mengidolakan artis tersebut suka menirukan apa yang idola mereka lakukan. ContohnyaLaura Syndromeyang gejalanya menirukan gaya ala Cinta Laura.Jadi jika suatu acara menggunakan bahasa formal, maka acara tersebut membosankan untuk disimak.Jadi untuk memaksimalkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dikalangan mahasiswa sangat sulit dilaksanakan. Apabila pendidikan mau memaksimalkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari dikalangan mahasiswa sekarang, mungkin sudah terlambat. Seharusnya program seperti ini dilaksanakan sejak usia dini agar dapat terbiasa berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Di Perguruan Tinggi (PT) baik negeri maupun swasta di Indonesia ini terdapat Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Mata kuliah tersebut bersifat wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa disetiap jurusan terkecuali di jurusan Bahasa Indonesia karena memang sedang memperdalam ilmu kebahasaan Indonesia. Kewajiban untuk memperlajari Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berikutPertama, mempelajari Bahasa Indonesia merupakan suatu bentuk rasa nasionalisme, suatu bentuk kecintaan terhadap bangsa dan negara sebagaimana tertuang di Sumpah Pemuda.Kedua, sebagai alasan sosial sebagaimana yang kita ketahui bahwa angka pengangguran di Indonesia sangat tinggi. Dengan ada kebijakan wajibnya pembelajaran Bahasa Indonesia di PT maka kelulusan dari jurusan Bahasa Indonesia dapat tersalurkan. Fenomena ini pun dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi angka pengangguran.Ketiga, adanya kekhawatiran bahwa pemahaman Bahasa Indonesia yang dipelajari dari SD hingga SMA belum menjadi fondasi yang kuat untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini yang membuat mata kuliah Bahasa Indonesia yang wajib diikuti bagi seluruh mahasiswa, walaupun mengulang pelajaran-pelajaran terdahulu.Mata kuliah Bahasa Indonesia di PT pada dasarnya bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam menguasai kaidah-kaidah bahasa untuk digunakan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Diharapkan mahasiswa mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di PT untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa.Melihat tujuan pengajaran diatas, terlihat adanya tidak tepat guna dalam pengajaran Bahasa Indonesia. Jika pembelajaran Bahasa Indonesia memfokuskan hanya pada EYD, maka tidak akan terjadi peningkatan kemampuan bahasa baik itu menulis maupun berbicara karena merupakan pengulangan materi SD, SMP dan SMA. Apabila pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa maka pembelajaran akan terasa sia-sia. Alangkah lebih baiknya jika pembelajaran Bahasa Indonesia difokuskan kepada bidang studi yang dipelajari oleh mahasiswa tersebut. Sebagai contoh mahasiswa jurusan tehnik, seharusnya lebih mempelajari bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia di bidangnya sehingga akan sangat membantu dalam peningkatan keilmuan di bidang tersebut.Dari contoh kasus di atas, seharusnya PT lebih mengetahui dan memahami kebutuhan dari para mahasiswa untuk mendukung dalam peningkatan pembelajaran di bidang studinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia seharusnya sudah bukan dalam bentuk teori akan tetapi lebih dalam bentuk pengaplikasian dalam menulis dan berbicara sesuai dengan bidang studinya.Pengajaran Bahasa Indonesia akan lebih terasa manfaatnya jika tujuan pengajaran dilakukankan secara bertingkat mulai SD hingga PT. Sebagai contoh, pengajaran di SD mengacu pada kemampuan siswa untuk membaca dan menulis, pengajaran di SMP mengacu pada kemampuan siswa untuk menggunakan bahasa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, di tingkat SMA mengacu pada kemampuan siswa untuk mengakses ilmu pengetahuan dan di tingkat PT mengacu pada kemampuan mahasiswa untuk mengtransformasi pengetahuan dalam bahasa yang lebih tinggi.Pada kenyataan sekarang ini acuan-acuan atau tujuan-tujuan dalam pengajaran bahasa pada tiap tingkat terlihat kurang terpenuhi. Pengajaran materi yang sama dari SD hingga PT tidak akan merubah siswa dalam penguasaaan Bahasa Indonesia dengan maksimal. Dalam hal ini sebaiknya pihak pengembang kurikulum Bahasa Indonesia baik SD, SMP, SMA dan PT harus mulai melek terhadap fenomena ini.Dalam mengoptimalkan peran Bahasa Indonesia baik pengajaran maupun penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia pendidikan dapat dilakukan dengan beberapa caraPertama, harus ada yang berani mendobrak kebiasan-kebiasaan lama dalam hal ini kurikulum pembelajaran harus dirubah sedemikian rupa sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia dapat lebih optimal. Dalam sistem pengajaran pun harus ada perubahan sehingga siswa tidak cepat bosan. Harus ada inovasi-inovasi dalam pengajaran Bahasa Indonesia sehingga di era globalisasi ini Bahasa Indonesia semakin kokoh eksistensinya.Kedua, pengajaran Bahasa Indonesia di PT dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga kebahasaaan agar pengajaran bisa lebih efektif dan optimal.Ketiga, membudayakan membaca bacaan teks Indonesia karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sehingga para siswa dapat terinspirasi dalam penggunaan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan.Keempat, pengajaran Bahasa Indonesia disesuaikan dengan program studi mahasiswa, dengan itu mahasiswa akan lebih mengetahui penggunaannya di bidang yang mereka tekuni. Tepat guna kurikulum akan membuat pengajaran bahasa lebih efektif.Demi terwujudnya perubahan pembelajaran Bahasa Indonesia ke arah yang lebih baik, semua pihak yang terkait harus memiliki keberanian dan komitmen yang tinggi. Penggunaan Bahasa Indonesia harus dibangun ke tingkat yang lebih tinggi dimana Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam setiap ilmu pengetahuan termasuk bagi warga negara asing.Dengan menguasai kemampuan bahasa tingkat tinggi maka seseorang dapat menguasai kekuasaan dan kebudayaan. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia harus mulai dikerjakan dengan sungguh-sungguh dengan tujuanPertama, mendarahdagingkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sebagaimana amanat dari Sumpah Pemuda 1928. pengayaan kosa kata bahasa pun sudah harus dilakukan sehingga dapat mengurangi kosa kata asing.Kedua, karena salah satu fungsi dari pendidikan adalah menciptakan evolusi kebudayaan, maka para ilmuwan atau para praktisi keilmuan harus bekerja keras melakukan suatu perubahan dalam membuat Bahasa Indonesia menjadi mendarahdaging.

Pada Konggres Pemuda Tahun 1928 bahasa Indonesia ditahbiskan sebagai bahasa yang dijunjung tinggi, bukan sebagai satu-satunya bahasa. Keputusan untuk mengubah nama bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia itu ternyata sangat penting dampaknya bagi keutuhan kita sebagai bangsa.

Pilihan itu tentu tidak didasarkan pada jumlah penuturnya, tetapi lebih pada kenyataan bahwa pada masa itu berbagai jenis kegiatan sosial dan ekonomi dilakanakan dalam bahasa Melayu.

Itulah mngkin sebabnya sampai sekarang tidak ada tanggapan yang negatif terhadap keputusan itu dari kelompok etnik yang lebih besar penutur bahasanya seperti Sunda dan Jawa. Disamping itu, meskipun perihal bahasa dan tanah air kita ini hanya hanya satu telah berkali-kali menjadi masalah, bahasa sama sekali tetap bertahan sebagai pemersatu bangsa.

Sejak itu dengan resmi tugas pengembangan dan penyebarluasan bahasa Indonesia tidak hanya terletak di pundak orang Melayu, tetapi seluruh bangsa Indonesia.

Sejak kemerdekaan, bahasa Indonesia mendapat tugas dan label baru sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi dan tidak resmi disampaikan dalam bahasa Indonesia.

Hal ini pada gilirannya menimbulkan masalah yang mungkin sekali tidak dibayangkan sebelumnya; kelompok-kelompok etnik yang ratusan jumlahnya, yang masin-masing memiliki bahasa sendiri yang sudah dikembangkan ratusan bahkanratusan tahun lamanya, harus menerima dan menggunakan bahasa yang pada dasarnya baru itu. Penguasaan atas dan ketrampilan untuk menggunakan bahasa baru itu, tentu merupakan hal yang harus diupayakan, bukan sesuatu yang dengan sendirinya terjad begitu saja. Daalam hl ini pendidikan terutama pendidikan formal memegang peranan penting.

Itulah sebabnya bahasa Indonesia sebenarnya baru benar-benar disebarluaskan secara nyata dan sadar pada zaman pemerintahan militer Jepang yang menganggap bahwa komunikasi dari atas ke bawah hanya bisa efetif jika menggunakan satu bahasa.

Pada zaman sebelumnya Pemerintah Hndia Belanda tidak memiliki kebijakan yang jelas tentang politik bahasa. Sikapnya terhadap bahasa-bahasa Belanda, Melayu dan daerah serba tanggung sehingga pendidikan tidak berhasil menyebarluaskan semua atausalah satu bahasa sebagai bahasa komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya.

Berdasarkan itu semua, kita sekarang menetapkan berbagai kebijakan yang menyangkut penyebarluasan, penggunaan dan pengembangan bahasa Indonesia di semua jenjang pendidikan formal sebab yakin bahwa ternyata bahasalah yang mampu menadi perekat persatuan kita.

Dalam percaturan di bidang apa pun kita boleh bersepakat dan bertengkar asal tetap menggunakan bahasa Indonesia. Dan agar pemahaman atas semua masalah yang menimpa kita bisa menjadi lebih jelas, tentu kita mengambil keputusan untuk mengajarkannya di jenjang pendidikan formal supaya penggunaan dan pengembangan bisa lebih merata. Tidak akan terbayangkan keadaan kita sekarang andaikata bahasa Indonesia tidak kita junjung tinggi; komunikasi antar kelompok etnis akan terhambat sama sekali, kecuali jika seandainya kita memutuskan untuk meminjam bahasa Asing sebagai bahasa pengantar.

Kesungguhan kita menjunjung tinggi bahasa Indonesia kita buktikan dengan mengajarkannya tak putus-putusnya sejak taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Kita tampaknyayakin, agar mampu berbahasa Indonesia dengan baik diperlukan waktu yang panjang.

Ketika memasuki jenjang pendidikan tinggi, mahasiswa telah menerima bahasa Indonesia setidaknya selama 12 tahun. Waktu yang panjang itu kita anggap belum cukup sebab ternyata di perguruan tinggi mahasiswa belum mampu juga berbahasa seperti yang kita harapkan. Keadaan yang demikian tentu ada penyebabnya, dan selama puluhan tahunlamanya kita telah memperbincangkannya. Jika kita memeriksa buku-buku bahasa Indonesia yang dipergunakan di sekolah, kita sering mendapat kesan bahwa semua yang menyangkut bahasa Indonesia sudah pernah diajarkan. Semua konsep dan kaidah yang menyangkut ejaan, pembentukan kata, penyusunan paragraf dan karangan tampaknya sudah tercantum dalam buku-buku itu.

Meski demikian, kita juga masih berpendapat bahwa yang di dapat mahasiswa di sekolah menengah dan dasar belum cukup. Di sini kita boleh bertanya kepada diri sendiri, apa lagi yang akan kita berikan kepada mereka.

Di perguruan tinggi mahasiswa kita tuntut untuk mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai jenis kegiatan perkuliahan. Berbagai jenis ujian dan tugas, laporan, skripsi, tesis dan disertasi harus ditulis dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah yang baku, lugas agar yang disampaikan obyektif dalam segala bentuk tulisan ilmiah itu tidak dikotori oleh sikap subyektif si penulis.

Dasar Penulisan

Obyektivitas memang merupakan salah satu dasar penulisan ilmiah, tetapi seberapa jauh sebenarnya kadarnya dalam beberapa bidang ilmu seperti kebudayaan dan sosial.

Kita tentu saja boleh menuduh bahwa pengajaran bahasa Indonesia di sekolah ternyata tidak berhasil meningkatkan kemampuan berbahsa anak-anak kita seperti yang kita harapkan. Di perguruan tinggi kita latih lagi mereka agar kemampuan berbahsanya meningkat, tetapi ternyata dalam proses penulisan skripsi, tesis dan disertasi pun mahasiswa kita tidak menunjukkan kemampuan itu, tidak terkecuali yang dikerjakan dosen-dosen yang mengajar kemampuan berbahasa Indonesia.

Kenyataan inilah yang seharusnya mendorong kita untuk memikirkan kembali proses belajar dan mengajar yang selama ini kita lakukan. Meskipun sekarang ini konon kuliah bahasa Indonesia di masukan ke dalam kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian.

Kalau ini diterima, ada hal mendesak yang harus dipertimbangkan, yakni bahwa jenis pengajaran semacam itu akan mubazir jika dilaksanakan dalam kelas yang jumlah mahasiswanya ratusan.

Kita mungkin menyangsikan kebenaran pandangan bahwa pengajaran bahasa Indonesia di sekolah sama sekali gagalsebab dalam kenyataannya banyak anggota muda masyarakat kita searang ini yang memiliki kemampuan berbahasa yang sangat baik.

Boleh saja kita mendebat dengan mengatakan bahwa kemampuan itu tidak terutama mereka dapatkan di dalam kelas, tetapi dalam masyarakat yang sekarang ini mengembangkan dan dikembangkan oleh media yang semakin memadai dan canggih.

Ini mungkin benar, tetapi justru karena itu kita harus segera memikirkan kembali cara pengajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan perkembangan media yang semakin cepat itu.

Kita harus berfikir kembali apakah masih perlu mahasiswa kita--bahkan anak-anak di pendidikan rendah dan menengahdalam rangka menjelaskan struktur kalimat.

Yang juga perlu mendapat perhatian selanjutnya adalah bagaimana sikap kita terhadap mahasiswa yang benar-benar sudah menunjukkan penguasaan bahasa yang baik, bahkan sering lebih baik dari dosen kita yang mengajar bahasa Indonesia.

Apakah mereka masih kita haruskan mengikuti mata kuliah ketrampilan itu, apabila kita masih juga bersikukuh mengajarkan bahasa Indonesia, apakah tidak lebih baik ketika masuk perguruan tinggi kemampuan berbahasa mereka kita uji terlebih dahulu apakah merka memerlukan kuliah itu.

Ada baiknya kita meniru dan sekaligus memperbaiki ujian sejenis TOEFLuntuk bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memang bukan bahasa Asing, tetapi bagi kebanyakan mahasiswa bahasa itu setidaknya adalah bahasa kedua. Ujiantersebut akan membebaskan sejumlah mahasiswa dari mata kuliah yang pasti akan membuat mereka bosan dan pada gilirannya malah bisa bersikap negatif terhadap bahasa yang diajarkan itu padahal itu adalah alat komunikasi utama, dan bahkan mungkin satu-satunya sebagai bahasa identitas bangsa sendiri.

Hal yang penting yang juga dibicarakan adalah pandanganyang mutlak keliru, yang menyatakan bahwa ketrampilan menulis terlepas dari kemampuan membaca, namun demikian kemampuan membaca merupakan landasan utama, bahkan satu-satunya dalam mengembangkan kemampuan menulis.

Hakikatnya Meniru

Belajar berbahasa itu pada hakekatnyaadalah meniru. Oleh sebab itu ketrampilan menulis bisa dicapai jika mahasiswa diberi bacaan yang bisa dijadikan bahan untuk ditiru. Orag yang pandai membaca akan lebih cepat mampu memahami konsep-konsep tentang ejaan, morfologi, diksi, kalimat, dan karangan, tanpa harus membicarakan batasan yang kaku dari istilah-istilah tersebut. Dan jika yang kita kehendaki adalah peningkatan cara penulisan ilmiah, mahasiswa juga harus dengan jelas mengetahui apa beda jenis tulisan itu dengan jenis yang lain, seperti bahasa sastera, bahasa iklan, bahasa politik, dan bahasa prokem.

Untuk bisa mengathui perbedaan itu, dengan sendirinya mereka jua harus membaca jenis-jenis bahasa yang lain supaya tidak salah memilih ragam yang sesuai dengan dengan yang dikehendakinya.

Orang yang tidak memiliki kemampuan bahasa dengan baik akan dengan mudah ditipu oleh bahasa iklan, dibuai oleh bahasa sastera, dan dibodohi oleh bahasa politik.

Itulah sebabnya, membaca harus merupakan kegiatan utama dalam mata kuliah bahasa Indonesia. Bagaimana kita bisa mengharapkan mahasiswa mampu menulis tesis atau disertasi jika mendeteksi dan memahami gaya dan makna editorial di majalah atau di surat kabar saja tidak mampu.

Mungkin bahasa ilmiah memang harus benar dan baku, dengan catatan bahwa kedua pengertian itu juga masih juga kita pertengkarkan, tetapi kebenaran dan kebakuan berbahasa sama sekali tidak bisa dilepaskan dari gaya penulisan.

Yang kita perlukan adalah gaya bahasa yang bisa menjelaskan hal yang rumit menjadi jelas, menguraikan hal yang sulit menjadi gampang, bukan sebaliknya. Jika sebaliknya yang terjadi maka penyebabnya adalah kurangnya kemampuan memahami bacaan.

Kekurangan memahami bacaan akan mnngakibatkan ketidakmampuan menguraikan sgala sesuatu dengan baik dalam tulisan. Itulah sebabnya budaya membaca harus menjadi sebuah kebiasaan dari tingkat pendidikan rendah hingga pendidikan tinggi.