BAB I
TUGAS
SURVEY GPS
Mata Kuliah Survey GPS Yang dibina oleh :
Silvester Sari Sai, ST., MT
Oleh:
Muh. Rifan Alimin13.25.001
Aulia Taniasasmi 13.25.010
Pujiyono 13.25.019
Much. Iqbal Amiruddin 13.25.087JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
MALANG
2015DAFTAR ISIDAFTAR ISI ISI
Tugas 1
1
Tugas 2
10
Tugas 3
23Tugas 1Cari Sofware yang dapat melihat tracking dengan GPS Handheld?a) Dalam hal ini software yang akan kita gunakan adalah MapSourceLangkah untuk transfer data dari GPS ke Komputer dengan menggunakan softwareMapsource adalah sebagai berikut :
b) Pasang kabel data USB / RS-232 (Serial) dari GPS ke Komputer.Catatan : Sebelumnya USB Driver harus sudah terinstal di komputer Anda,DriverUSBakan otomatis terinstal disaat pertama kali GPS dan Komputer dihubungkan dengan USB.
Gambar 1.1 Kabel USB GPS
Buka Program Mapsource : START --> All Programs --> Garmin --> Mapsourcec) Buat file baru, pilih File --> NEW
Gambar 1.2 Halaman awal Mapsorce
Untuk mendownload data dari GPS, pilih Transfer ReceiveFromDevice Untuk Mentranfer Peta, Waypoint, atau Route dari Komputer ke GPS, pilih Transfer-->SendTo Device
Gambar 1.3 Untuk Recive dan Sent Data Halaman awal Mapsorced) Tunggu sampai komputer mendeteksi GPS yang akan kita download
e) Pilih data yang akan didownload atau ditransfer (Map, Waypoint, Route, Track),
klikReceive untuk mendownload atau klik Send untuk men-Transfer
Gambar 1.4 Untuk Recive dan Sent Data Halaman awal Mapsorcef) Setelah selesai mendowload maka akan muncul seperti tampilan di bawah ini dan kemudian cari track yang mau kita tampilkan dengan cara klik kanan pilih show seleck track on map.
Maka akan tampil seperti di bawah ini
Gambar 1.5 Hasil TrackingData NMEA GPS
Gambar 1.6 Data NMEA GPSGlobal Positioning System(GPS)atau sistem pemosisi globaladalah sistem untuk menentukan posisi di permukaan bumi dengan bantuan sinkronisasi sinyal satelit.Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyalgelombang mikroke Bumi.Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi,kecepatan, arah, danwaktu.
Secara fisik GPSReceiverberupaintegrated circuit(IC) dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, misalnya pada mobil, kapal, pesawat terbang, pertanian dan lain-lain. GPSreceiverdapat diintegrasikan dengan komputer, laptop atau perangkat lain. GPSReceivermemiliki output standar yang berisi informasi yang berhubungan dengan data-data geografi. Standar format informasi tersebut diberi namaNMEA-0183.
NMEA-0183 adalah standarkalimat laporanyang dikeluarkan olehGPS receiver.Standar NMEA memiliki banyak jenis bentuk kalimat laporan, di antaranya:
$GPGGAGlobal positioning system fixed data
$GPGLLGeographic position - latitude / longitude
$GPGSAGNSS DOP and active satellites
$GPGSVGNSS satellites in view
$GPRMCRecommended minimum specific GNSS data
$GPVTGCourse over ground and ground speed
.a$GPGGA
Contohdatanya:$GPGGA,092204.999,4250.5589,S,14718.5084,E,1,04,24.4,19.7,M,,,,0000*1FFieldContoh isiDeskripsi
Sentence ID$GPGGA
UTC Time092204.999hhmmss.sss
Latitude4250.5589ddmm.mmmm
N/S IndicatorSN = North, S = South
Longitude14718.5084dddmm.mmmm
E/W IndicatorEE = East, W = West
Position Fix10 = Invalid, 1 = Valid SPS, 2 = Valid DGPS, 3 = Valid PPS
Satellites Used04Satellites being used (0-12)
HDOP24.4Horizontal dilution of precision
Altitude19.7Altitude in meters according to WGS-84 ellipsoid
Altitude UnitsMM = Meters
Geoid SeperationGeoid seperation in meters according to WGS-84 ellipsoid
Seperation UnitsM = Meters
DGPS AgeAge of DGPS data in seconds
DGPS Station ID0000
Checksum*1F
TerminatorCR/LF
Tabel 2.2$GPGGAb.$GPGLL
Contoh datanya : $GPGLL,4250.5589,S,14718.5084,E,092204.999,A*2D
FieldContoh isiDeskripsi
Sentence ID$GPGLL
Latitude4250.5589ddmm.mmmm
N/S IndicatorSN = North, S = South
Longitude14718.5084dddmm.mmmm
E/W IndicatorEE = East, W = West
UTC Time092204.999hhmmss.sss
StatusAA = Valid, V = Invalid
Checksum*2D
TerminatorCR/LF
Tabel 2.3$GPGLL
c.$GPGSA
Contoh datanya: $GPGSA,A,3,01,20,19,13,,,,,,,,,40.4,24.4,32.2*0A
FieldContoh isiDeskripsi
Sentence ID$GPGSA
Mode 1AA = Auto 2D/3D, M = Forced 2D/3D
Mode 131 = No fix, 2 = 2D, 3 = 3D
Satellite used 101Satellite used on channel 1
Satellite used 220Satellite used on channel 2
Satellite used 319Satellite used on channel 3
Satellite used 413Satellite used on channel 4
Satellite used 5Satellite used on channel 5
Satellite used 6Satellite used on channel 6
Satellite used 7Satellite used on channel 7
Satellite used 8Satellite used on channel 8
Satellite used 9Satellite used on channel 9
Satellite used 10Satellite used on channel 10
Satellite used 11Satellite used on channel 11
Satellite used 12Satellite used on channel 12
PDOP40.4Position dilution of precision
HDOP24.4Horizontal dilution of precision
VDOP32.2Vertical dilution of precision
Checksum*0A
TerminatorCR/LF
Tabel 2.4$GPGSAd.$GPGSV
Contoh:GPGSV,3,1,10,20,78,331,45,01,59,235,47,22,41,069,,13,32,252,45*70FieldContoh isiDeskripsi
Sentence ID$GPGSV
Number of messages3Number of messages in complete message (1-3)
Sequence number1Sequence number of this entry (1-3)
Satellites in view10
Satellite ID 120Range is 1-32
Elevation 178Elevation in degrees (0-90)
Azimuth 1331Azimuth in degrees (0-359)
SNR 145Signal to noise ration in dBHZ (0-99)
Satellite ID 201Range is 1-32
Elevation 259Elevation in degrees (0-90)
Azimuth 2235Azimuth in degrees (0-359)
SNR 247Signal to noise ration in dBHZ (0-99)
Satellite ID 322Range is 1-32
Elevation 341Elevation in degrees (0-90)
Azimuth 3069Azimuth in degrees (0-359)
SNR 3Signal to noise ration in dBHZ (0-99)
Satellite ID 413Range is 1-32
Elevation 432Elevation in degrees (0-90)
Azimuth 4252Azimuth in degrees (0-359)
SNR 445Signal to noise ration in dBHZ (0-99)
Checksum*70
TerminatorCR/LF
Tabel 2.5$GPGSV
e.$GPRMC
Contohmdatanya: $GPRMC,092204.999,A,4250.5589,S,14718.5084,E,0.00,89.68,211200,,*25FieldContoh isiDeskripsi
Sentence ID$GPRMC
UTC Time092204.999hhmmss.sss
StatusAA = Valid, V = Invalid
Latitude4250.5589ddmm.mmmm
N/S IndicatorSN = North, S = South
Longitude14718.5084dddmm.mmmm
E/W IndicatorEE = East, W = West
Speed over ground0.00Knots
Course over ground0.00Degrees
UTC Date211200DDMMYY
Magnetic variationDegrees
Checksum*25
TerminatorCR/LF
Tabel 2.6 $GPRMC
a.$GPVTG
Contoh datanya : $GPVTG,89.68,T,,M,0.00,N,0.0,K*5F
FieldContoh isiDeskripsi
Sentence ID$GPVTG
Course89.68Course in degrees
Reference89.68T = True heading
CourseCourse in degrees
Reference89.68M = Magnetic heading
Speed0.00Horizontal speed
UnitsNN = Knots
Speed0.00Horizontal speed
UnitsKK = KM/h
Checksum*5F
TerminatorCR/LF
Tabel 2.7$GPVTGTugas 2Cari tentang modulasi dan cara penyusunan struktur kode
2.1 Modulasi
(sumber http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/543/jbptunikompp-gdl-nimasrayun-27125-5-unikom_n-i.pdf)
Modulasi adalah suatu proses dimana parameter dari suatu gelombang divariasikan secara proposional terhadap gelombang lain. Parameter yang diubah tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi membutuhkan dua buah sinyal pemodulasi yang berupa sinyal informasi dan sinyal pembawa (carrier) dimana sinyal informasi tersebut ditumpangkan oleh sinyal carrier. Maka secara garis besar dapat diasumsikan bahwa modulasi merupakan suatu proses dimana gelombang sinyal termodulasi ditransmisikan dari transmitter ke receiver. Pada sisi receiver sinyal modulasi yang diterima dikonversikan kembali kebentuk asalnya, proses ini disebut dengan demodulasi. Rangkaian yang digunakan untuk proses modulasi disebut dengan modulator, sedangkan rangkaian yang digunakan untuk proses demodulasi disebut demodulator.Modulasi terbagi menjadi dua bagian yaitu modulasi sinyal analog dan modulasi sinyal digital.
2.1.1 Modulasi Analog
Modulasi analog adalah proses pengiriman sinyal data yang masih berupa sinyal analog atau berbentuk sinusoidal. Adapun yang termasuk kedalam modulasi analog adalah sebagai berikut: 1. Amplitude Modulation (AM)
Amplitude Modulation (AM) adalah modulasi yang paling sederhana. Gelombang pembawa (carrier wave) diubah amplitudonya sesuai dengan signal informasi yang akan dikirimkan. Modulasi ini disebut juga linear modulation, artinya bahwa pergeseran frekuensinya bersifat linier mengikuti signal informasi yang akan ditransmisikan.
2. Frequency Modulation (FM)
Frequency Modulation (FM) adalah nilai frekuensi dari gelombang pembawa (carrier wave) diubah-ubah menurut besarnya amplitudo dari sinyal informasi. Karena noise pada umumnya terjadi dalam bentuk perubahan
amplitudo, FM lebih tahan terhadap noise dibandingkan dengan AM.
3. Phase Modulation (PM)
Phase Modulation (PM) adalah proses modulasi yang mengubah fasa sinyal pembawa sesuai dengan sinyal pemodulasi atau sinyal pemodulasinya. Sehingga dalam modulasi PM amplitudo dan frekuensi yang dimiliki sinyal pembawa tetap, tetapi fasa sinyal pembawa berubah sesuai dengan informasi.Adapun bentuk dari sinyal modulasi analog adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Bentuk sinyal modulasi analog.
2.1.2 Modulasi Digital
Modulasi digital adalah teknik pengkodean sinyal dari sinyal analog ke dalam sinyal digital (bit-bit pengkodean). Pada teknik ini, sinyal informasi digital yang akan dikirimkan dipakai untuk mengubah frekuensi dari sinyal pembawa.
Dalam komunikasi digital, sinyal informasi dinyatakan dalam bentuk digital berupa biner 1 dan 0, sedangkan gelombang pembawa berbentuk sinusoidal yang termodulasi disebut juga modulasi digital. Adapun yang termasuk kedalam modulasi digital adalah sebagai berikut:1. Amplitude Shift Keying (ASK)
Modulasi digital Amplitude Shift Keying (ASK) adalah pengiriman sinyal digital berdasarkan pergeseran amplitudo. Sistem modulasi ini merupakan sistem modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan dan sinyal digital 0 sebagai suatu nilai tegangan yang bernilai 0 volt. Sehingga dapat diketahui bahwa didalam sistem modulasi ASK, kemunculan frekuensi gelombang pembawa tergantung pada ada tidaknya sinyal informasi digital. Adapun bentuk dari sinyal modulasi digital Amplitude Shift Keying (ASK) adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Sinyal modulasi digital Amplitude Shift Keying (ASK).
2. Frequency Shift Keying (FSK)Modulasi digital Frequency Shift Keying (FSK) merupakan sejenis Frequency Modulation (FM), dimana sinyal pemodulasinya (sinyal digital) menggeser outputnya antara dua frekuensi yang telah ditentukan sebelumnya, yang biasa diistilahkan frekuensi mark dan space. Modulasi digital dengan FSK juga menggeser frekuensi carrier menjadi beberapa frekuensi yang berbeda didalam band-nya sesuai dengan keadaan digit yang dilewatkannya. Jenis
modulasi ini tidak mengubah amplitudo dari signal carrier yang berubah hanya frekuensi.
Teknik FSK banyak digunakan untuk informasi pengiriman jarak jauh atau teletype. Standar FSK untuk teletype sudah dikembangkan selama bertahun-tahun, yaitu untuk frekuensi 1270 Hz merepresentasikan mark atau 1, dan 1070 Hz merepresentasikan space atau 0. Adapun bentuk dari sinyal modulasi digital Frequency Shift Keying (FSK) adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3 Sinyal modulasi digital Frequency Shift Keying (FSK).3. Phase Shift Keying (PSK)
Modulasi digital Phase Shift Keying (PSK) merupakan modulasi yang menyatakan pengiriman sinyal digital berdasarkan pergeseran fasa. Biner 0 diwakilkan dengan mengirim suatu sinyal dengan fasa yang sama terhadap sinyal yang dikirim sebelumnya dan biner 1 diwakilkan dengan mengirim suatu sinyal dengan fasa berlawanan dengan sinyal dengan sinyal yang dikirim sebelumnya.
Dalam proses modulasi ini, fasa dari frekuensi gelombang pembawa berubahubah sesuai dengan perubahan status sinyal informasi digital. Adapun bentuk dari sinyal modulasi digital Phase Shift Keying (PSK) adalah sebagai berikut
Gambar 2.4 Sinyal modulasi digital Phase Shift Keying (PSK).
Namun untuk cara kerja sistem dari perancangan alat lebih dititik beratkan pada modulasi digital Frequency Shift Keying (FSK).2.2Struktur Kode(Sumber www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/listrik-electro/1064-ds2)2.2.1 UNIPOLAR LINE CODING
Kode ini menggunakan hanya satu non-zero dan satu zero level tegangan, yaitu untuk logika 0 memiliki level zero dan untuk logika 1 memiliki level non-zero. Implementasi unipolar line coding merupakan pengkodean sederhana, akan tetapi terdapat dua permasalahan utama yaitu akan muncul komponen DC dan tidak adanya sikronisasi untuk sekuensial data panjang baik untuk logika 1 atau 0. Secara diagram pulsa ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 2.5 Amplitudo2.2.2 POLAR LINE CODING
Kode ini menggunakan dua buah level tegangan untuk non-zero guna merepresentasikan kedua level data, yaitu satu positip dan satu negatip. Permasalahan yang muncul adalah adanya tegangan DC pada jalur komunikasi, untuk pengkodean polar terdapat 4 macam jenis kode polar seperti ditunjukan pada gambar berikut:
Diagram 1 Polar Line Codinga. Non Return to Zero (NRZ)
Terdapat dua jenis kode NRZ yang meliputi:
Level-NRZ, level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk logika 0 dinyatakan dalam tegangan positip dan untuk logika 1 dinyatakan dalam tegangan negatip. Kelemahan kode ini memiliki sinkronisasi rendah untuk serial data yang panjang baik untuk logika 1 dan 0.
Invers-NRZ, merupakan kode dengan ciri invers level tegangan merupakan nilai bit berlogika 1 dan tidak ada tegangan merupakan nilai bit berlogika 0. Untuk logika 1 dalam sederetan data memungkinkan adanya sinkronisasi, walaupun demikian untuk sekuensial yang panjang untuk data berlogika 0 tetap terdapat permasalahan.
Gambar 2.6 NRZBerdasarkan diagram pulsa di atas ternyata untuk pengkodean dengan NRZ-I masih lebih baik dibanding pengkodean dengan NRZ-L, walupun demikian keduanya tetap tidak memberikan sinkronisasi yang lengkap. Oleh sebab itu penerapan kode ini dapat memberikan sinkronisasi yang lengkap apabila setiap untuk setiap bit terjadi perubahan sinyal.
b. Return to Zero (RZ)
Kode RZ level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk logika 0 dinyatakan dalam tegangan negatip dan untuk logika 1 dinyatakan dalam tegangan positip, dan sinyal harus kembali zero untuk separuh sinyal berdasarkan interval dari setiap bit, artinya bila waktu untuk satu bit bik logika 1 atau logika 0 sama dengan 1 detik maka pernyataan logika 1 dengan level tegangan positip adalah 0,5 detik dan 0,5 detik berikutnya level tegangan kembali ke nol volt (zero). Demikian juga untuk pernyataan logika 0 level tegangan negatip adalah 0,5 detik dan 0,5 detik berikutnya level tegangan kembali ke nol volt (zero).
Gambar 2.7 RZPenggunaan kode ini memiliki sinkronisasi sempurna, untuk kode balik bit dilakukan dengan perubahan 2 sinyal, kecepatan pulsa adalah 2x kecepatan kode NRZ dan diperlukan bandwidth sekuensial bit yang lebih lebar.Sebagai awal sebuah bit data dapat digunakan level non-zero.
2.2.3 MANCHESTER
Pada kode Manchester terjadi inversi level sinyal pada saat sinyal bit berada di tengah interval, kondisi ini digunakan untuk dua hal yaitu sinkronisasi dan bit representasi. Kondisi logika 0 merupakan representasi sinyal transisi dari positip ke negatip dan kondisi logika 1 merupakan representasi sinyal transisi dari negatip ke positip serta memiliki kesempurnaa sinkronisasi. Selalu terjadi transisi pada setiap tengah (middle) bit, dan kemungkinan satu transisi pada akhir setiap bit. Baik untuk sekuensial bit bergantian (10101), tetapi terjadi pemborosan bandwidth untuk kondisi jalur berlogika 1 atau berlogika 0 untuk waktu yang panjang, kode digunakan untuk IEEE 802.3 (Ethernet)
Gambar 2.8 ManchesterDiferensial Manchester
Pada kode Diferensial Manchester inversi level sinyal pada saat berada di tengah interval sinyal bit digunakan untuk sinkronisasi, ada dan tidaknya tambahan transisi pada awal interval bit berikutnya merupakan identifikasi bit, dimana logika 0 jika terjadi transisi dan logika 1 jika tidak ada transisi, memiliki kesempurnaan sinkronisasi. Baik untuk jalur berlogika 1 pada waktu yang panjang, tetapi terjadi pemborosan bandwidth untuk kondisi jalur berlogika 0 untuk waktu yang panjang, kode digunakan untuk IEEE 802.5 (Token Ring).
Gambar 2.9 Diferensial Manchester
Gambar berikut menunjukan contoh format pengkodean bit biner data ke dalam metode pengkodean dalam bentuk diagram pulsa, yaitu pengkodean biner ke unpolar NRZ (Non Return Zero), biner ke format polar NRZ, dari biner ke unipolar RZ (Return Zero), dari biner dikodekan ke bipolar RZ (Return Zero) dan dari biner ke kode manchester.
Gambar 2.9 format pengkodean bit biner data
2.2.4 BIPOLAR LINE CODING
Kode bipolar menggunakan dua level tegangan yaitu non-zero dan zero guna menunjukan level dua jenis data, yaitu untuk logika 0 ditunjukan dengan level nol, untuk logika 1 ditunjukan dengan pergantian level tegangan positip dan negatip, jika bit pertama berlogika 1 maka akan ditunjukan dengan amplitudo positip, bit kedua akan ditunjukan dengan amplitudo negatip, bit ketiga akan ditunjukan dengan amplitudo positip dan seterusnya.
Dalam menggunakan jalur saat melakukan pengiriman data membutuhkan lebih sedikit bandwidth dibanding dengan kode Manchester untuk sekuensial bit logika 0 atau logika 1, kemungkinan terjadi kehilangan sinkronisasi untuk kondisi jalur berlogika 0.
Gambar 2.10 BIPOLAR LINE CODING
2.2.5 PENGKODEAN 2B1Q
Pengkodean dengan cara ini adalah dengan melakukan pengkodean 2 (dua) biner untuk dijadikan 1 (satu) kuarter, pola data yang terdiri dari 2 bit dikodekan menjadi sebuah elemen sinyal yang merupakan bagian dari sinyal berlevel empat. Sedangkan data dikirim dengan kecepatan 2 (dua) kali lebih cepat dibanding dengan pengkodean NRZ-L, dan pada bagian penerima memiliki empat threshold untuk melayani penerimaan data terkirim.
Jika level sebelumnya adalah positip maka untuk nilai bit berikutnya 00 levelnya adalah +1, untuk bit 01 levelnya adalah +3, bit 10 levelnya adalah -1 dan bit 11 levelnya adalah -3.
Jika level sebelumnya adalah negatip maka untuk nilai bit berikutnya 00 levelnya adalah -1, untuk bit 01 levelnya adalah -3, bit 10 levelnya adalah +1 dan bit 11 levelnya adalah +3.
Konversi positip dan negatip pulsa tersebut dapat digambarkan diagram pulsanya sebagai berikut:
Gambar 2.11PENGKODEAN 2B1Q2.2.6 KODE BLOK (BLOCK CODING)
Tidak seperti kode jalur yang dijelaskan di atas, untuk kode blok ini beroperasi pada sebuah formasi stream bit informasi. Berikut beberapa hal terkait dengan kode blok yang beroperasi berdasarkan formasi blok bit informasi.
1. Bit redundan ditambahkan ke setiap blok informasi, hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian sinkronisasi dan pendeteksian kesalahan (error).
2. Setiap 4 bit data dikodekan menjadi kode 5-bit.
3. Kode 5-bit normalnya digunakan untuk penggunaan kode invers NRZ.
4. Pemilihan kode 5-bit seperti halnya setiap kode berisi tidak lebih satu bit 0 sebagai bit awal dan tidak ada lagi lebih dari dua buah logika 0.
Oleh karena itu, ketika kode 5-bit dikirim secara sekuensial maka tidak akan terlihat tiga buah bit berlogika 0 lagi. Kode 4B/5B digunakan pada sistem komunikasi dengan media transmisi fiber optik (FDDI). Tabel 1 berikut merupakan tabel konversi 4 bit menjadi 5 bit.
Tabel 1 Konversi Data 4B/5B
DataKodeDataKode
000011110100010010
000101001100110011
001010100101010110
001110101101110111
010001010110011010
010101011110111011
011001110111011100
011101111111111101
2.2.7 KODE ASCII
Sebuah standar Amerika untuk menunjuk sebuah karakter diberi nama American Standard Code for Information Interchange (ASCII), standar ini dapat digunakan untuk membuat kode sejumlah 128 buah karakter. Kode ASCII pertama digunakan tahun 1963, karena ada penambahan kode beberapa karakter maka kode ini disempumakan pada tahun 1967.
Setiap kode ASCII dinyatakan dalam bilangan heksa, kode ini merupakan cikal bakal sistem komunikasi digital antar perangkat komputer dan merupakan sistem kode yang pertama kali digunakan dalam sistem komputer dan komunikasinya.Sampai saat ini setiap komputer yang diproduksi menggunakan kode ASCII, baik pada komputer personal, laptop maupun jenis komputerb lainnya.
Tabel 2 berikut merupakan sistem kode ASCII yang disusun secara matrik, bit ke 1 sampai bit ke 4 menunjukan kode belakang dan bit ke 5 sampai bit ke 7 menunjukan kode depan. Kode ASCII berdasarkan tabel 1.2 tersebut merupakan bilangan heksa desimal, jadi untuk karakter A (kapital) dari kolom menunjukan 100 berarti sama dengan 4 dan dari baris menunjukan 0001 yang berarti nilai 1 sehingga kode huruf A adalah 41 dalam bilangan heksa.
Misal ditanyakan berapa kode huruf b dalam heksa berdasarkan kode ASCII, maka jawabnya dilihat pada tabel dari kolom = 110 dan dari baris diperoleh 0010 sehingga diperoleh kode 110 0010 = 62 dalam heksa.
Kode ASCII yang terdiri dari 7 bit akan memiliki pengkodean karakter sejumlah 27 = 128, yaitu mulai dari 000 0000 sampai dengan 111 1111. Pemanfaatan kode ASCII dalam transmisi data adalah dengan menambahkan 1(satu) bit lagi sehingga kode karakter menjadi 8 bit, fungsi dari bit ke delapan adalah untuk memberikan identitas paritas pada data terkirim. Penambahan satu bit pariti ini dapat dimanfaatkan untuk menguji apakah data berupa karakter terkirim dengan benar atau tidak, atau dengan kata lain berfungsi untuk deteksi kesalahan bit pada data berupa kode ASCII terkirim. Dalam menentukan paritas karakter dapat dipilih, yaitu menggunakan paritas genap (even parity) atau diinginkan menggunakan paritas ganjil (odd parity).
Tabel 2. Kode ASCIIBit pariti akan menjadi bit MSB kode ASCII, sehingga dengan penambahan 1 bit setiap karakter akan membentuk jumlah logika 1(satu) pada kode tersebut. Jika diharapkan kode dengan paritas ganjil maka jumlah logika 1(satu) harus ganjil, demikian juga jik diharapkan kode berparitas genap maka jumlah logika dalam kode tersebut berjumlah genap.
Misalkan untuk huruf A berdasarkan tabel ditemukan kode 100 0001=(41H), pada kode ternyata memiliki jumlah logika 1 adalah dua buah. Jika diinginkan pengiriman data dengan paritas ganjil maka bit ke delapan sebagai pariti harus berlogika 1, demikian pula untuk kebalikannya jika diinginkan data terkirim dengan paritas genap maka bit ke delapan sebagai pariti harus berlogika 0.
Standar telekomunikasi ITU-T merekomendasikan bit terbesar (MSB) dari kode karakter untuk digunakan sebagai bit paritas, artinya untuk kode ASCII yang menggunakan 7 bit maka bit ke delapanlah sebagai bit paritasnya (lihat contoh untuk karakter A).
Tugas 33. RINEX
( Sumber en.wikipedia.org/wiki/RINEX)Receiver Independen Exchange Format (RINEX) adalah format pertukaran data untukbakudatasatelitsistemnavigasi.Hal inimemungkinkanpenggunauntukpasca-proses data yang diterimauntukmenghasilkanhasil yang lebihakurat biasanyadengan data lain yang tidakdiketahuikepenerimaasli, seperti model yang lebihbaikdarikondisiatmosferpadasaatpengukuran.Hasilakhirdaripenerimanavigasibiasanyaposisinya, kecepatanataukuantitasfisiklainnya yang terkait.Namun, perhitunganjumlahini didasarkanpadaserangkaianpengukurandarisatuataulebihrasisatelit.Meskipunpenerimamenghitungposisisecara real time, dalambanyakkasusmenarikuntukmenyimpanlangkah-langkahperantarauntukdigunakannanti.RINEX adalah format standar yang memungkinkanpengelolaandanpembuangantindakan yang dihasilkanolehpenerima, sertapengolahan off-line merekadenganbanyakaplikasi, apa pun produsenbaikpenerimadanaplikasikomputer.Format RINEX dirancanguntukberkembangdariwaktukewaktu, beradaptasidenganjenisbarudaripengukurandansystemnavigasisatelitbaru.Yang paling umumversisaatiniadalah 2.11, yang memungkinkanpenyimpananpengukurandaripseudorange , carrier-fasedanDopplersystemuntukGPS (termasuksinyal GPS modernisasimisalnya L5 dan L2C), GLONASS , Galileo , Beidou , bersamadengan data dariEGNOSdanWAAS
HYPERLINK "http://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Satellite_based_augmentation_system&usg=ALkJrhgto3am_voX8PVC_9E0-MxSVc7VkQ" \o "Sistem augmentasi berbasis satelit"sistemaugmentasiberbasissatelit (SBAS), QZSS , secarabersamaan.RINEX versi 3.02 telahdisampaikanpada April 2013, danmampupengukuranbarudariGPSatauGalileosistem.(SBAS), QZSS , secarabersamaan.RINEX versi 3.02 telahdisampaikanpada April 2013, danmampupengukuran barudariGPSatausistemGalileo.Contoh data RINEX :
Gambar 3.1 Data Pengamatan
Gambar 3.2 Navigation Message
PAGE
Top Related