Dosen : KOMARIAH M.Pd
LINTASAN AKTIVITASLINTASAN AKTIVITAS
PERJUANGAN PGRIPERJUANGAN PGRI
PADA MASA BAKTI XVIIIPADA MASA BAKTI XVIII
Disusun oleh :
KARWATI
200846500109
LUKMAN NURHAKIM
200846500155
AMAL JAMALUDIN
200846500087
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
JAKARTA 2010
1
KONGRES PGRI XVIII
Kongres PGRI XVIII diselenggarakan pada tanggal 25-28
November 1998 di Bandung.
Kehidupan guru pada masa ini sangat terpuruk berbagai upaya
PGRI untuk mendesak pemerintah kian menggelorakan
sanubari seluruh guru seiring angin segar reformasi yang
menguak kebebasan bersuara.
Kongres telah menetapkan susunan PB-PGRI masa bakti XVIII
(1998-2003) :
Ketua Umum : Porf.Dr. Mohammad Surya
Ketua : 1. Drs.H. Alwi Nurdin. M M.
2. Drs. WDF Rindorindo
3. Drs. Soekarno
4. Prof.Dr. Amaran Halim
5. Koesrin Wardjojo. SIP. SH.
6. Dr. M. Ali. SH. DIPI.Ed. M. Sc.
Sekretaris Jenderal : Drs. Sulaiman SB Ismaya
Wakil Sekretaris Jenderal : 1. Drs. Rusli Yunus
2. Drs.H. Hudaya
Bendahara : Drs.H. Sjafroedin. DA.
2
Wakil Bendahara : Ny.Hj. Jajoek, M. Asat, BA.
Pada Kongres ini kelihatan kuatnya pengaruh reformasi dalam
pemilihan susunan pengurus PB-PGRI. Kalau pada masa
lampau ketua umum selalu dipilih secara aklamasi kini mulai
ada perarturan antara kedua calon ketua umum, sekretaris
bidang diganti menjadi ketua departemen.
A.Keorganisasian
Salah satu amanat Kongres XVIII dalam memasuki era
reformasi adalah memperbaiki persepsi yang keliru
terhadap PGRI yang selama ini telah terkontaminasi dalam
proses perjalanan masa lalu. Hal itu perlu dilakukan
mengingat masih banyaknya pihak yang belum memiliki
wawasan yang komprehensif terhadap PGRI. Masih banyak
pihak yang memandang PGRI hanya dari aspektertentu
secara sempit dalam bentuk serpihan-serpihan yang tidak
terpadu dan dilandasi oleh pentingan tertentu. Sebagai
akibatnya adalah berkembangnya persepsi yang kurang
tepat terhadap PGRI. Keadaan itu sudah tentu banyak
menimbulokan hal yang kurang menguntungkan bagi PGRI
dan terutama bagi anggotanya. Bagian ini ditunjukan untuk
3
memberikan rambu-rambu yang dapat memberikan citra
yang tepat bagi PGRI.
Pada pasal 4 Anggaran Dasar PGRI dijelaskan bahwa
PGRI merupakan Organisasi Nasional yang bersifat :
1. Unitaristik
Yaitu mewadahi semua guru tanpa memandang ijazah,
tempat bekerja, kedudukan, suku, jenis kelamin, agama,
dan asal-usul.
2. Independen
Yang berarti bahwa PGRI berlandaskan pada prinsip-
prinsip kemandirian organisasi dengan berbagai pihak,
3. Non-Politik praktis
Yaitu tidak terikat dan atau mengikatkan diri pada
kekuatan organisasi/partai politik manapun.
Perlu dimaklumi bahwa dalam perjalananya sejak
kelahirannya lebih dari setengah abad yang lalu bersamaan
dengan kelahiran Republik Indonesia, PGRI telah
membuktikan dirinya sebagai organisasi yang masih lestasi
hingga kini tentunya untuk masa-masa yang akan datang.
Dalam menghadapi tantangan era global memasuki abad
ke-21, PGRI harus tetap konsisten terhadap jati diri yang
bersumber pada visi dan misi depannya, yaitu mewujudkan
4
PGRI sebagai organisasi dinamis, mandiri, dan berwibawa
yang dicintai oleh anggotanya, disegani oleh mitranya dan
diakui keberadaannya oleh masyarakat luas. Dengan visi ini
PGRI mengemban sejumlah misi yang harus diwudkan.
o Misi pertama adalah misi nasional, yaitu misi untuk
mempertahankan, mengisi dan mewujudkan cita-cita
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
o Misi kedua adalah misi pembangunan nasional,
yaitu ikut berperan serta untuk menyukseskan
pembangunan nasional sebagai bagian pengisian
kemerdekaan.
o Misi ketiga adalah misi pendidikan nasional, yaitu
ikut berperan serta aktif dalam menyukseskan pendidikan
nasional sebagai bagian pembangunan nasional
khususnya dalam upaya mengembangkan sumber daya
manusia.
o Misi keempat adalah misi profesional, yaitu misi
untuk memperjuangkan perwujudan guru profesional
dengan hak dan martabatnya serta pengembangan
kariernya.
5
o Misi yang kelima adalah misi kesejahteraan, yaitu
memperjuangkan tercapainya kesejahteraan lahir dan
batin para guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Strategi dasar dalam reformasi organisasi adalah
meningkatkan kualitas komunikasi organisasi dan
peningkatan keberdayaan sumber daya manusia organisasi
dalam berbagai jenjang. Untuk mewujudkan amanat
tersebut, PGRI menggunakan empat strategi dasar dengan
metode :
1. Intesifikasi silaturahmi secara vertikal, horizontal, dan
diagonal baik internal maupun eksternal.
2. Optimalisasi kemitraan secara seimbang dengan
berbagai pihak terkait atas dasar saling menghormati.
3. Aktualisasi program kerja yang lebih berpusat pada hak
dan martabat anggota.
4. Transparansi manajemen organisasi dalam bebagai
tingkatan organisasi.
Secara ideal, pelaksanaan kerja PGRI menuntut
dikembangkannya suatu Strategi yang sistemik, sinergik,
dan simbiotik dalm mencapai tujuan yang diharapkan.
Strategi sistemik adalah strategi yang memberikan
pandangan dari sudut sistem dengan sub-sistem dan supra-
6
sistemnya dalam arti hubungan struktural,funsional, dan
interaktif, yang menyangkut masukan, proses dan keluaran.
Strategi sinergik adalah strategi untuk mengembangkan diri
secara lebih luas untuk memperoleh nilai tambah dalam
hasilnya melalui perencanaan pro-aktif dan keterpaduan
inovatif diantara berbagai tindakan nyata. Strategi simbiotik
adalah strategi untuk mencari keterlibatan kolaboratif,
kemungkinan jaringan kerja dengan pihak terkait untuk
mendapatkan manfaat bersama. Dalm berbagai kinerja
organisasi, PGRI menempatkan diri sebagai organisasi
dengan tiga kekuatan yaitu pressure power (kekuatan
penekanan), thinking power (kekuatan memberikan
pemikiran), dan control power (kekuatan untuk
pengawasan)
B.Kesejahteraan
Kesejahteraan guru merupakan inti dari keseluruhan
perjuangan PGRI khususnya dalam amanat Kongres XVIII.
Kesejahteraan guru dapat berwujud kesejahteraan materiil
maupun non-materiil yang ditompango leh lima pilar, yaitu
a) Imbal jasa,
b) Rasa aman,
c) Kondisi kerja,
7
d) Hubungan antar-pribadi,
e) Kepastian karier. Beberapa aktifitas proses dan hasil
program berkenaan dengan kesejahteraan antara lain
sebagai berikut :
1.Tahun 1999
a. Pada bulan Juni 1999 PB-PGRI bekerjasama dengan
RCTI dengan sponsor perusahaan B-29 dapat
memberikan bantuan kepada sekitar 200 guru
masing-masing Rp 1.000.000. data akurat belum
diberikan kepada PB-PGRI sedangkan bantuan
langsung disampaikan oleh RCTI B-29.
b. Tanggal 18 November 1999 PB-PGRI bekerjasama
dengan universitas terbuka mendapat dana dari
kantor menko kesra bagi 1000 orang guru untuk
menempuh Program D-II Guru SD 1000 orang anak
guru yang kuliah pada perguruan guru negri.
c. Melakukan advokasi kepada Presiden BJ Habibie dan
desakan ke DPR-RI yang kemudian membuahkan
hasil seluruh pegawai negri mendapatkan tunjangan
penghasilan sebesar Rp 150.000.
2.Tahun 2000
8
a. Mengadakan pertemuan dengan Wakil Presiden
Megawati. PB-PGRI mengajukan agar anggaran
pendidikan dinaikkan menjadi 25% dari APBN.
b. Advokasi kepada Mendiknas dengan substansi yang
sama.
c. Advokasi kepada Ketua/Pimpinan DPR-RI untuk
substansi sama dengan yang diajukan kepada
Presiden.
d. Karena Anggaran Pendidikan pada zaman Presiden
Soeharto hanya 9% dari APBN, pada masa Presiden
BJ Habibie dijanjikan 20%, tetapi pada masa Presiden
KH. Abdurrahman Wahid anggaran pendidikan hanya
3,8% yang kemudian memicu PB-PGRI untuk
berjuang lebih intensif.
e. PB-PGRI membuat satuan Tugas yang dinamakan, ”
Komite Perjuangan Perbaikan Kesejahteraan Guru”
disingkat KP2KG. Satgas ini bertugas secara khusus
dan intensif untuk memperjuangkan kesejahteraan
guru melalui berbagai pendekatan dan cara.
f. Dengan KP2KG, PB-PGRI mengadakan advokasi ke
Wapres Megawati, Mendiknas, Ketua Bappenas,
Pimpinan DPR-RI dan 10 Fraksi di DPR-RI. Sambutan
9
cukup baik meskipun dalam pelaksanaan kurang
memberikan harapan yang nyata kepada PGRI.
g. KP2KG menyerukan kesiapan perjuangan kepada
KP2KG tingkat I dan II bahkan sampai anggota agar
perjuangan butir-butir yang telah dirumuskan secara
nasional dengan tema ” Guru Menggugat”.
Isi ” Guru Menggugat”
1. Penghapuasan perlakuanyang berbeda terhadap
tenaga guru, dosen, dan tenaga fungsional lainnya.
2. Peningkatan serta penambahan tunjangn fungsional
guru sehingga tidak terlalu jauh berbeda dengan
tunjangan fungsional yang lain dan dengan jumlah
yang wajar.
3. Pemberlakuan sistem penggajian guru dan tenaga
kependidikan secata khusus.
4. Peningkatan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 25% dari APBN.
3.Tahun 2001
10
a. Keluarnya Keppres 64/2001 tentang kenaikan gaji
(pokok gaji) dan kenaikan tunjangan fungsional yang
diberlakukan mulai Januari 2001.
b. Melalui kerjasama dengan Ditjen Dikdasmen
(Direktorat Tenaga Kerja Pendidikan) dalam
pelaksanaannya, PGRI disemua tingkatan
diikutsertakan dalam komite pengelolaan.
c. Menjelang peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2001,
Presiden sangat peduli dengan kesejahteraan guru
dan setuju apabila guru memiliki satu sistem
penggajian tersendiri.
d. Dalam kesempatan itu kesempatan itu PB-PGRI
menyampaikan makalah yang berjudul ”Sistem
Remunerasi Guru yang Berkeadilan” yang mendapat
respon positif. Lokakarya juga menyepakati bahwa
sambil menata suatu sistem remunerasi yang khusus,
akan diupayakan realisasi tunjangan fungsional guru.
4.Tahun 2002
a. PB-PGRI terus mendorong pemerintah dan DPR-RI
agar semua komitmet yang telah dinyatakan di
tahun 2001 segera direalisasikan.
b. Menjelang sidang tahunan MPR, PB-PGRI melakukan
lobi dan advokasi dengan berbagai unsur di DPR dan
11
MPR dengan kaitan amandemen UUD 1945. hasil
yang dicapai adalah adanya amandemen Pasal 31
UUD1945 termasuk hal yang berkenaan dengan
dengan anggaran pendidikan (pasal 31 ayat 4).
c. PB-PGRI terus memperjuangkan agar otonomi daerah
desentralisasi pendidikan dapat dilaksakan dengan
memposisikan pendidikan dan guru swbagai prioritas
utama pembangunan daerah dalam kerangka
kesatuan nasional.
d. Bersama dengan Depdiknas, Depag, Kantor menpan,
dan BKN sedang dikembangkan suatu sistem
kenaikan pangkat para guru yang lebih berkeadilan
dari segi pangkat, jabatan, golongan/ruang, dan
tunjangan.
C.Ketenagakerjaan
Anggaran dasar PGRI Bab III pasal 3 tentang jatidiri
produk keputusan Kongres PGRI 18 di Lembang, Jawa Barat
menyatakan bahwa, ”PGRI adalah organisasi perjuangan,
organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan”.
Dinyakan pula dalam Bab IV pasal 6 tentang tujuan huruf
(e),” menjaga, memelihara, membela, serta meningkatkan
harkat dan martabat guru melalui peningkatan
12
kesejahteraan anggota serta kesetiakawanan anggota serta
kesetiakawanan organisasi”.
Dalam Bab VII pasal 7 tentang tugas dan fungsi huruf
(o),” membina usaha kesejahteraan guru dalam arti yang
luas dan membantu upaya pemerintah dalam memberikan
pelayanan hak-hak anggota di bidang kepegawaian” serta
dalam huruf (p),” melaksanakan prinsi-prinsip dan
pendekatan trade union dalam upaya meningkatkan harkat
dan martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan
anggota”.
Karena PGRI telah menegaskan kembali sebagai
organisasi Serikat Pekerja, maka PGRI telah bekerjasama
dengan ILO proyek ACILS, FES, maupun ICFTU. Sebagai
perwujudan kerjasma tersebut maka anggota PGRI telah
disertakan dalam latihan, baik tingkat Training Of Trainers
(TOT) maupun latihan dasar. Selain pelatihan, PGRI juga
telah mendapat banyak dukungan moral dari serikat Pekerja
lainnya, misalnya telah berhasil memenangkan tuntutan 95
orang guru dari Aceh senilai kurang lebih 3.700.000.000.
D. Perundang-undangan
13
Hal yang berkenaan dengan perundang-undangan
merupakan salah satu amanat Kongres XVII, dan selama
periode masa bhakti XVIII PB-PGRI telah, sedang, akan
memperjuangkan :
1. Revisi terhadap UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem
Nasional. Dalam peengrmbangan rencana peraturan
pemerintah sebagai penjabaran dari RUU Sisdiknas PB-
PGRI ikut terlibat langsung dan memberikan masukan-
masukan yang cukup bermakna.
2. gagasan tentang perlunya UU guru telah dilontarkan
sejak awal masa bhakti XVIII PB-PGRI mulai dari
Presiden (waktu itu adalah BJ Habibie) selama 3 tahun
terakhir proses pengembangan, pembahasan dan
sosialisasi telah dilakukan termasuk dengan komisi VI
DPR-RI dan telah mendapatkan tanggapan positif.
3. PB-PGRI ikut serta secara aktif memberikan masukan
kepada DPR dan kepada PB-MPR dalam upaya
amandemen UUD 1945 khususnya yang berkenaan
dengan pendidikan dan guru.
4. dalam kaitan implementasi UU No. 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah, PB-PGRI ikut
memberikan masukan dalam upaya pengamanan
implementasi UU tersebut. Inti perjuangan PGRI ialah
14
agar otonomi daerah berdasarkan UU No. 22/1999
tersebut mampu mengatasi berbagai permasalahan
pendidikan khususnya Guru.
E.Reformasi Pendidikan Nasional
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu
pendidikan nasional, PB-PGRI ikut berperan serta secara
aktif dengan memberikan masukan kepada pemerintah agar
berbagai agenda reformasi yang sedang dan akan
dilaksanakan dapat terwujud dan tepat sasaran. Diantara
program-program inovatif dalam upaya reformasi
pendidikan yang sekarang sedang berjalan adalah
pendekatan BBE (Broar-Based Education), atau pendidikan
berbasis luas, Pendidikan Berorientasi Keterlampilan Hidup
( Life Skills Education), Pendidikan untuk Semua (Education
For All), Kurukulum Berbasis Kompetensi, Manajemen
Berbasis Sekolah, Pendidikan Berbasis Masyarakat,
pembentukan Dewan Pendidikan Daerah dan Komite
Sekolah, UAS (Ujian Akhir Sekolah) dan UAN ( Ujian Akhir
Nasional) sebagai alternatif dari Ebtanas penilaian portofolio
dan sebagainya. Meskipun konsep-konsep yang
dikemukakan diatas sebenarnya bukan barang baru, namun
sebagai inovasi hal-hal tersebut diharapkan mampu
15
memperbaiki keadaan dan dapat direalisasikan secara
efektif.
Konsep pendidikan berorientasi keterampilan hidup
mengisyaratkan agar pendidikan mampu memberikan bekal
untuk hidup secara bermakna bagi semua peserta didik. Hal
itu sebenarnya sudah tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UU
No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional,
yaitu : “Pendidikan adalah sadar untuk mempersiapkan
peserta didik melalui bimbingan pengajaran dan latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang”. Sementara prinsip
berbasis luas mengandung makns sebagai suatu paradigma
pelaksanan pendidikan berorientasi luas yang menjadi
wahana untuk memberikan pengalaman dalam proses
pembelajaran dalam arti luas.hal itu sesuai dengan
kecendrungan pergeseran pola-pola pembelajaran
khususnya konsep empat pilar pembelajaran menurut
UNESCO, yaitu : “ Learning to Know, Learning to do,
Learning to be, Learning to life together”.
Upaya reformasi pendidikan nasional hanya akan
berwujud apabila guru mendapat tempat yang sentral dan
menjadi prioritas utama. Sebungan dengan itu, PGRI
menekankan agar masalah guru dalam rangka reformasi
16
pendidikan nasional PGRI mendapat perhatian dan prioritas
utama mengingat peranan guru yang fundamental. Sesuai
dengan kendala yang dihadapi oleh guru, antar lain :
Pertama, pemerintah harus ada kemauan politik untuk
menempatkan posisi guru di titik sentral keseluruhan
pendidikan nasional. Penataan kembali berbagai perundang-
undangan dan produk hukum yang berkaitan dengan
pendidikan perlu dilakukan agar lebih sesuai dengan
tuntutan yang berkembang. Dalam penataan ini dapat
dilakukan perbaikan perundang-undangan yang telah ada
dan menghasilkan produk hukum baru yang belum ada
(misalnya ketentuan hukum mengenai perlindungan hukum
bagi guru),
Kedua. Mewujudkan suatu sistem managemen guru
dan tenaga kependidikan lainnyayang mengikuti
pengadaan, pengangkatan, pengelolaan, penempatan,
pembinaan dan pengembangan secara terpadu yang
sistemik, sinergik, dan simbiotik. Kemudian membenahi
kembali sistem penempatan, pengelolaan, dan pembinaan
guru dalam satu sistem pengelolaan tunggal yang terpadu,
efektif, dan efisien,.
17
Ketiga, pembenahan sistem pendidikan guru yang
fungsional untuk lebih menjamin dihasilkannya kualitas
profesional guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dilihat
dari posisi dan perananya, guru memerlukan kompetensi
pribadi da profesi agar mampu melaksanakan proses
pendidikan secara mendasar.
Keempat, Pengembangan suatu sistem intensif (gaji
dan tunjangan lainnya) bagi para guru secara adil, bernilai
ekonomis, sehingga memiliki daya tarik sehingga
merangsang para guru melakukan dengan penuh dedikasi
dan memberikan kepuasan lahir dan batin.skala yang
dipandang adil dan wajar serta bernilai ekonomi merupakan
kulminasi dari berbagai variabel antara lain : pendidikan,
pengalaman, beban kerja, jenjang pendidikan, tempat
bertugas, kreativitas, lokasi, kepangkatan dan sebagainya.
Intensif yang diperoleh guru (gaji dan tunjangan lainya)
hendaknya merupakan fungsi dari kinerja profesional guru
dalam dunia pendidikan.
Kelima, PGRI harus menuntut kepada pemerintah dan
DPR-RI agar jabatan guru diakui sebagai jabatan fungsional
seperti dosen sehingga guru mendapatkan tunjangan
18
fungsional bukan tunjangan kependidikan seperti sekarang
ini.
F.Kemitraan Nasional dan Internasional
Kemitraan yang berimbang merupakan salah satu
strategi perjuangan PGRI baik ditingkat internasional,
nasional maupun daerah selama ini PGRI telah
mengembangkan jaringan kemitraan sebagai berikut :
Pertama, dengan pihak Legislatif (DPR-RI dan MPR-RI)
telah dibina hubungan kemitraan yang konstruktif bagi
upaya perjuangan PGRI, seperti melalui peningkatan
anggaran pendidikan, kesejahteraan guru, perbaikan sistem
perundang-undangan amandemen UUD 1945, RUU
Sisdiknas, RUU guru, kebijakan pendidikan nasional dalam
kerangka otonomi daerah, penyempunaan UU No. 22/1999
dan revisi PP tentang jabatan fungsional. Hingga saat ini
hampir semua anggota DPR dan MPR telah sampai pada
kesepakatan tentang pentingnya pendidikan dalam upaya
pembangunan bangsa dan guru menjadi intinya.
19
Kedua, dengan pihak eksekutif ( Depdiknas, dan
departemen/lembaga terkait lainnya) telah, terjalin kerja
sama yang cukup kondusif. Dengan Depdiknas telah
berkembang kebersamaan dalam pelaksanaan peringatan
Hari Guru Nasional, pemberian penghargaan dan
perlindungan terhadap guru, penyusunan Draf RUU Guru,
peningkatan kesejahteraan guru, penetapan Kode Etik Guru,
dan sebagainya.dengan Depdargi, kerja sama yang terjalin
adalah dalam upaya pembenahan pendidikan dalam
kerangka otonomi daerah.dengan kantor Menpan telah
terbina Kerja sama dalam upaya pembenahan mengenai
kesejahteraan guru, diantaranya upaya pengembangan
remunerasi (sistem penggajian khusus) bagi guru,
perjuangan untuk meningkatkan tunjangan tenaga
kependidikan,dan sebagainya.dengan pihak BKN telah
terjalin kerjasama dalam upaya penyesuaian struktur
penggajian guru dan PNS umumnya dan menghasilkan
peraturan penggajian berdasarkan Keputusan Presiden No.
64 tahun 2001.
Ketiga, PB-PGRI telah terbina kemitraan dengan
berbagai organisasi lain yang memiliki keterkaitan seperti
PWI, PKK, IPPK, PKBI, Lembaga Perlidangan Anak, Komnas
HAM, Kowani, LM3 ( Lembaga Menanggulangi Masalah
20
Merokok), Komnas PMM ( Komite Nasional Penanggulangan
Masalah Merokok), dan Koalisi untuk Indonesia Sehat.
Keempat, dalam konteks global, PGRI memiliki
hubungan organisasi guru ditingkat Internasional dan
Regional baik bilateral maupun unilateral. Pda tingkat
regional PGRI menjadi bagian dan menjalin kerjasama
dengan organisasi guru di kawasan ASEAN yang tergabung
dalam ACT ( ASEAN Council of Teachers) juga pemrakarsa
pertemuan guru nusantara, pada tingkat Internasional PGRI
menjuadi bagian dari Education Internatinal (EI), yaitu
persatuan guru-guru seluruh dunia ( sebanyak 304
organisasi guru dari 155 negara dan mengimpun 24 juta
anggota). Perjungan PGRI telah mendapat dukungan dari
dunia Internasional, seperti dari ILO, UNESCO, dan EI pada
saat guru melakukan gerakan ” Guru Menggugat” tahun
2000. diantanya adalah surat dari Sekjen EI, Fred van
Leuwen, kepada Presiden RI dan Ketua DPR tentang
perlunya memperhatikan isi perjuangan PGRI. Beberapa
hasil dari jalinan kemitraan Internasional antara lain :
Adanya bantuan dari Ei melalui konsorsium organisasi
guru Swedia, Kanada, Amerika Serikat, Norwegia,
Jepang, Belanda, dan Australia. Bantuan ini berupa
21
dukungan dana untuk pelatihan dipusat maupun di
daerah dan telah berlangsung sejak tahun 1999 hingga
sekarang.
Ketua umum PB-PGRI duduk dalam kepengurusan EI
untuk kawasan Asia-Pasifik.
Perjuangan PGRI telah masuk dalam salah satu resolusi
Konferensi EI Asia-Pasifik di India tahun 2000 dan
Kongres Guru se-Dunia di Thailand tahun 2001.
Dalam Konvensi ATC di Thailand, Hanoi, dan Brunei
Darussalam, PGRI berperan secara aktif dalam penyajian
materi dan country report.
PGRI telah menyampaikan kertas kerja dalam Pertemuan
Guru Nusantara (PGN) di Brunei Darussalam tahun 2002.
Ketua umum PB-PGRI mendapat penghormatan untuk
menjadi salah seorang pembicara dalam beberapa
konferensi Internasional, antara lain konferensi tentang
pendidikan nilai yang di adakan oleh EI Istambul, Turki,
bulan April 2002. acara ini dilanjutkan lagi di Malta tahun
2002 dan dihadiri oleh WDF Rindorindo.
Dikawasan Asia Pasifik, utusan PGRI berperan serta
dalam sejumlah konferensi Internasional, yaitu
konferensi pendidikan yang diadakan oleh SEAMEO bulan
April 2001 di Thailand, pengembangan managemen
22
berbasis sekolah yang dilakukan oleh UNICEF di Thailand
pada bulan Desember tahun 2000, seminar Internasional
tentang desentralisasi pendidikan di Canberra,Australia,
yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia di Australia
National University dan KBRI di Canberra.
Disamping itu kerjasama bilateral telah terbina dengan
STU ( Singapura), Kurusapha (Thailand), JTU ( Jepang),
KFTA ( Korea Selatan), PGGMB (Brunei Darussalam), AEU
(Australia), dan NUTP ( Malaysia).
23
Top Related