1
Makalah
Ekologi Industri
Sistem Manajemen Lingkungan
Disusun Oleh :
Murnianto ( 1201262 )
Teknik Industri
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN
GAS BUMI BALIKPAPAN
2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Puji syukur Penulis panjatkan terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul Sistem Manajemen Lingkungan.
Dalam Makalah ini Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis Makalah maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penyusun. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
Penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Makalah ini. Dalam Makalah
ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan Makalah ini, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per
satu. Akhirnya Penulis berharap semoga Tuhan dapat memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai pembelajaran bagi Kita. Akhir kata, semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya dan dapat berguna dimasa yang akan
datang. Terima kasih.
Balikpapan , 16 April 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 3
1.4 Metode Penulisan ....................................................................... 3
1.5 Manfaat Penulisan ...................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 7
3.1 Tentang ISO ................................................................................ 7
3.2 Pengertian ISO 14001 ................................................................. 11
3.3 Sistem Manajemen Lingkungan ................................................. 22
3.4 Sertifikasi ISO 14001 ................................................................. 27
3.5 Manfaat Penerapan ISO 14001 ................................................... 31
3.6 Kendala Dalam Penerapan ISO 14001 ....................................... 33
3.7 Keterkaitan ISO 9000 dan ISO 14000 ........................................ 34
3.8 Ciri-Ciri Sistem Manajemen Lingkungan .................................. 37
ii
3.9 Prosedur Pelaksanaan SML ....................................................... 37
3.10 Bentuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ......................... 38
3.11 Keuntungan Perusahaan Yang Menerapkan ISO Sebagai Bentuk
SML ............................................................................................ 42
3.12 Contoh Penerapan ISO Sebagai Bentuk SML di Indonesia ...... 45
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 54
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 54
4.2 Saran .............................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 ............................................................................................................... 36
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Standar ISO 14000 ............................................................. 17
Gambar 3.2 Standar Evaluasi Organisasi ISO 14000 ........................................... 18
Gambar 3.3 Evaluasi Standar Produk ................................................................... 19
Gambar 3.4 Sejarah Perkembangan Sistem Manajemen Lingkungan ................. 30
Gambar 3.5 Prosedur Pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan ................... 38
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya perhatian terhadap perbaikan mutu lingkungan,
Organisasi-organisasi dengan berbagai jenis dan ukuran makin meningkatkan
perhatian mereka pada dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasanya. Kinerja
lingkungan dari suatu organisasi semakin penting bagi pihak terkait di lingkungan
internal maupun eksternal. Untuk mencapai kinerja lingkungan yang baik diperlukan
komitmen organisasi untuk melakukan pendekatan yang sistematik dan
penyempurnaan yang berkelanjutan dalam suatu sistem manajemen lingkungan
(EMS).
Sistem Manajemen lingkungan dikembangkan untuk memberikan panduan
dasar agar kegiatan bisnis senantiasa akrab lingkungan. Kondisi lingkungan yang
memburuk akibat kegiatan manusia (yang pada gilirannya akan merusak tempat
hidup bersama) sudah waktunya untuk dikendalikan. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa sistem pengelolaan lingkungan yang jelas dan terintegrasi, seperti penerapan
ISO14001 tidak hanya akan mendorong perbaikan lingkungan organisasi, tetapi juga
meningkatkan pemahaman lingkungan yang lebih baik.
Pemerintah, industri dan masyarakat pada umumnya, menyadari bahwa dunia
tidak bisa berjalan tanpa menggunakan sumber daya . Namun, yang jadi
1
2
permasalahan adalah siapa yang berhak menerima tanggung jawab untuk memberikan
tanggapan atau respon yang diperlukan terhadap kelangsungan lingkungan.
Hal ini menunjukkan adanya tantangan bahwa secara keseluruhan masyarakat
telah menciptakan budaya yang sesuai dan mengakui bahwa lingkungan tidak
memiliki kapasitas yang besar untuk mempertahankan pembangunan global. Oleh
karena itu di perlukan pendekatan yang lebih radikal dalam penggunaan dan
pengelolaan sumber daya alam jika masyarakat ingin tetap untuk bertahan hidup
dalam jangka panjang.
Organisasi dengan jelas memiliki peran dalam pengembangan teknologi dan
inovasi, yaitu peran untuk tetap mempertahankan perannya dalam pengembangan dan
inovasi, mempertahankan operasi bisnis untuk jangka panjang yang akan mengurangi
limbah dan menggunakan sumber daya alam lebih efisien .
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
a. Apa pengertian dan istilah-istilah dalam sistem managemen lingkungan ?
b. Bagaimana ciri-ciri dari pelaksanaan sistem managemen lingkungan ?
c. Bagaimana prosedur pelaksanaan sistem managemen lingkungan ?
d. Apa saja bentuk-bentuk dari sistem managemen lingkungan ?
e. Apa Keuntungan perusahaan yang menerapkan ISO sebagai satu bentuk EMS ?
f. Bagaimana penerapan sistem manajemen lingkungan di Indonesia contoh
penerapannya pada PT. Unilever Indonesia, Tbk ?
3
I.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian dan istilah-istilah dalam sistem managemen lingkungan.
b. Memaparkan ciri-ciri dari pelaksanaan sistem managemen lingkungan
c. Menggambarkan prosedur pelaksanaan sistem managemen lingkungan.
d. Menjelaskan bentuk-bentuk dari sistem managemen lingkungan
e. Mengetahui Keuntungan perusahaan yang menerapkan ISO sebagai satu bentuk
EMS
f. Menjelaskan penerapan sistem managemen lingkungan di Indonesia khususnya
penerapannya di PT. Unilever Indonesia, Tbk.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan oleh penulis untuk mendapatkan sumber yang ada dalam
makalah ini adalah dengan cara :
a. Studi kepustakaan
Dalam metode ini, penulis membaca buku-buku ataupun media cetak yang
berkaitan dengan Sistem Manajemen Lingkungan. Selain media cetak yang
merupakan salah satu media yang dipakai oleh penulis untuk mendapatkan data,
penulis juga menggunakan media internet yang merupakan jendela dunia bagi
seluruh umat manusia di dunia.
4
b Studi kasus
Dalam metode ini, penulis mengkaji semua hal mengenai kejadian-kejadian
mengenai Sistem Manajemen Lingkungan yang ada. Baik yang sudah terjadi
lama sekali ataupun kejadian yang terjadi baru baru ini.
1.5 Manfaat Penulisan
Tentunya makalah ini memiliki manfaat baik bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
a. Penulis bisa lebih memahami apa yang dimaksud dengan Sistem Manajemen
Lingkungan dengan berbagai aspek-aspek yang ada didalamnya..
b. Pembaca bisa mengetahui lebih dekat mengenai Sistem Manajemen Lingkungan
dan penerapannya di lingkungan kehidupan sehari-hari.
BAB II
LANDASAN TEORI
Data merupakan bahan pokok untuk suatu informasi. Perbedaan informasi dan
data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi manajemen yang memerlukan.
Suatu informasi bagi level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen
level di atasnya, atau sebaliknya. Informasi adalah data yang telah diproses menjadi
bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta yang berupa suatu
nilai yang bermanfaat. Jadi untuk mendapatkan informasi perlu adanya proses
transformasi data. merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan
informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi manajemen yang
memerlukan. Suatu informasi bagi level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi
manajemen level di atasnya, atau sebaliknya.
Sistem Informasi adalah suatu sistem terintegrasi yang mampu menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Selain itu, sistem informasi memiliki
definisi yang lain yaitu sebuah sistem terintegrasi atau sistem manusia-mesin yang
bertujuan untuk menyediakan informasi guna mendukung operasi, manajemen dalam
suatu organisasi.
Dampak Lingkungan adalah setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan,
baik menguntukan atau merugikan sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh
kegiatan organisasi produk dan jasa. Sedangkan Sistem Managemen Lingkungan
adalah bagian dari keseluruhan sistem managemen yang melingkupi struktur
5
6
organisasi, tujuan, tanggungjawab, pelaksanaan prosedur, sumberdaya, untuk
mengembangkan, mengimplementasikan, mencapai, mengevaluasi, dan memelihara
kebijakan lingkungan.
Upaya Peningkatan Mutu Lingkungan Dalam Mencapai Keberhasilan
Organisasi :
a. Komitmen adalah suatu keadaan dimana manajemen puncak menyepakati dan
mendukung sasaran yang ditetapkan dalam organisasi dalam memanajemen
lingkungan yang ada.
b. Methodology adalah penggunaan teknik dan alat yang memadai bagi
peningkatan mutu lingkungan.
c. Sadar Lingkungan diimplementasikan dalam partisipasi oleh seluruh
karyawan bagi keberhasilan mutu lingkungan.
d. Pelatihan dilakukan dengan melakukan pelatihan berkala dilaksanakan untuk
menumbuhkan sadar lingkungan.
e. Perencanaan adalah proses dimana manajemen puncak harus mengembangkan
ide dan prinsip-prinsip manajemen lingkungan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tentang ISO
Permasalahan lingkungan semakin populer pada dekade terakhir ini. Hal
tersebut diawali dengan makin kompleksnya pembangunan industri dan sektor
lainnya sehingga menimbulkan dampak yang lebih luas dan bervariasi. Disisi lain
kesadaran masyarakat semakin tinggi akan pentingnya perlindungan terhadap
lingkungan yang diimbangi dengan pengenalan berbagai perangkat pengendalian
lingkungan dan peraturan mengenai lingkungan oleh pemerintah. Dengan dialaminya
krisis lingkungan dan energi, serta didorong oleh meningkatnya tuntutan peraturan
dunia terhadap pertanggungjawaban yang lebih besar. Kebutuhan dunia akan
ketertiban dan keakuratan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang bijaksana
menimbulkan keinginan dalam membangun standar pengelolaan lingkungan sehingga
keberlanjutan kehidupan di bumi ini akan tetap dapat berjalan dengan baik.
Globalisasi di berbagai bidang pada akhir-akhir ini tidak luput dan terkait
dengan perkembangan masalah lingkungan. Salah satu konsekuensi dari globalisasi
adalah meningkatnya persaingan di pasar bebas. Berbagai kerjasama dan kesepakatan
seperti European Community, NAFTA (North Atlantic Free Trade Area) dan AFTA
(ASEAN Free Trade Area) adalah wadah-wadah untuk mengantisipasi perdagangan
dan persaingan bebas. Berbagai perangkat pengelolaan lingkungan telah dipersiapkan
7
8
untuk mengimbangi globalisasi tersebut seperti halnya program ekolabel,
"Environmental Management System"' dsb. Untuk itu perlu dipahami secara baik,
bagaimana perkembangan di bidang lingkungan baik peraturan ataupun perangkat
internasional yang terkait agar dapat mengantisipasi globalisasi tersebut, terutama
bagi para pengambil keputusan dan penggerak roda industri.
ISO International Organization for Standarization, mulai berkembang setelah
berakhirnya Perang Dunia ke II. Merupakan organisasi internasional non pemerintah
(NGO), berkedudukan di Genewa, Swiss. Beranggotakan lebih dari 100 Lembaga
atau Negara., termasuk Indonesia. ISO sering dianggap sebagai akronim
(kependekan) sebenarnya ISO adalah kata dalam bahasa Latin, yang artinya
”SAMA”. Sehingga tujuan dari Orgnisasi ini adalah mengusahakan standarisasi yang
sama pada tingkat Internasional. Upaya menyamakan standar (pembakuan) yang
sama di seluruh dunia memang memiliki nilai tinggi secara teknis dan sudah
berlangsung lama, karena berhasil dalam meningkatkan usaha perdagangan
internasional, dalam bentuk keragaman kualitas produk dan interkonektivitas yang
tinggi.
Pembakuan ISO (sama) global ini dikembangkan :
a. Oleh dunia usaha (sektor swasta)
b. Atas dasar sukarela
9
c. Konsensus anggotanya (lembaga dan atau negara), setelah diskusi, dan
negosiasi
d. Diwakili bukan hanya oleh pemeran saja tetapi juga oleh stakeholders.
ISO merupakan standar internasional yang berisi syarat-syarat untuk mengadakan,
mengimplementasikan serta mengoperasikan Sistem Manajemen Lingkungan (SML).
ISO 14000 pertama kali dicetuskan sebagai hasil dari putaran Uruguay (negosiasi
GATT) dan konferensi tingkat tinggi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Pada
saat itu GATT menetapkan pada masalah pengurangan “non-tarrif barriers to trade”,
KTT Bumi menghasilkan komitmen untuk perlindungan lingkungan di seluruh dunia.
Untuk mencegah TBT (technical barriers to trade) karena hal tersebut ditakuti dapat
menimbulkan proteksionisme dan diskriminasi dagang, maka WTO (World Trade
Organization) menetapkan bahwa aspek lingkungan boleh dimasukkan ke dalam
persyaratan dagang asalkan memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Harus transparan dan berdasarkan data ilmiah
b. Non diskriminasi
c. Mengikuti standar internasional
Bagian ketiga inilah yang turut mendorong berkembangnya standar internasional
tentang lingkungan yang menuju kepada terciptanya ISO 14000. Termasuk
didalamnya standar pengaturan lingkungan seperti ekolabel (Environmental
Labelling) yang dikenal sejak 1992/1993, bahkan di Jerman sudah ada sejak 1977.
10
Ekolabel adalah sertifikasi atas produk yang dibuat secara akrab lingkungan, yaitu
tidak mencemarkan dan tidak merusak lingkungan, juga harus secara berkelanjutan.
Dari suatu survey yang dilakukan BAPEDAL, ternyata bahwa pada tahun 1994, 74 %
ekspor Indonesia ditujukan kepada 14 negara yang sudah mempunyai program
ekolabel. Bahkan untuk produk hutan dan kehutanan ada komitmen Indonesia pada
ITTO bahwa sebelum tahun 2000 Indonesia sudah harus mempunyai sistem ekolabel;
kalau tidak maka hasil kehutanan Indonesia tidak akan laku di pasar anggota ITTO
terutama di Eropa. Dari uraian tersebut di atas nyata bahwa perdagangan dunia
sekarang dipengaruhi oleh unsur-unsur standarisasi lingkungan. Setelah ISO seri
9000 diterima secara luas dan meningkatnya perkembangan standar bidang
lingkungan di seluruh dunia, ISO 14000 diidentifikasikan perlu dibuat dan diterapkan
untuk :
a. Mendorong penggunaan pendekatan yang umum digunakan dalam manajemen
untuk diterapkan dalam manajemen lingkungan
b. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk dapat mencapai kinerja lingkungan
yang lebih baik
c. Memfasilitasi perdagangan dan menghilangkan hambatan dalam perdagangan.
11
3.2 Pengertian ISO 14001
ISO 14000 adalah standar internasional mengenai manajemen lingkungan yang
dikeluarkan oleh International Organization for Standardisation (ISO) dan
penerapannya bersifat sukarela.
Standar ISO seri 14000 mulai diperkenalkan pada awal tahun 1990-an yang
merupakan suatu perkembangan aspek manajemen atau pengelolaan mutu. Tidak
semata-mata aspek teknis atau ekonomis saja. Tujuan ISO 14000 antara lain adalah :
1. Mendorong upaya dan melakukan pendekatan untuk pengelolaan Lingkungan
hidup dan sumberdaya alam dan kualitas pengelolaannya diseragamkan pada
lingkup global.
2. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk mampu memperbaiki kualitas dan
kinerja Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam.
3. Memberikan kemampuan dan fasilitas pada kegiatan ekonomi dan industri,
sehingga tidak mengalami rintangan dalam berusaha.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibentuk SAGE (Startegic Advisory Group on the
Environment). Kemudian TC 207 (Komisi Teknis) pada tahun 1993 dibentuk oleh
Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO). Komisi ini terdiri dari berbagai
negara dan bertugas merumuskan konsep standar internasional di bidang lingkungan.
Adapun pembagian tugasnya adalah sebagai berikut :
12
a. Sub komisi yang menangani Environmental Management System (Sistem
pengelolaan Lingkungan dan sumberdaya alam),
b. Sub komisi yang menangani Environmental Auditing (Odit Lingkungan),
c. Sub komisi yang menangani Environmental Labelling (Label Lingkungan),
d. Sub komisi yang menangani Environmental Performance Evaluating (Evaluasi
Kinerja Lingkungan),
e. Sub komisi yang menangani Life Cycle Analysis (Analisis Daur Hidup),
f. Sub komisi yang menangani Environemental aspect in Product Standard (Aspek
Lingkungan dalam Bakumutu Produk),
g. Sub komisi yang bertugas menyusun Term and Definitions (Istilah dan Definisi)
ISO seri 14000 terdiri dari beberapa seri yaitu :
1. ISO seri 14001-14009 tentang Environmental Manajemen Sistem (EMS) atau
Sistem Manajemen Lingkungan.
Dari seluruh seri ISO 14000, ISO 14001 tentang sistem manajemen lingkungan
adalah seri yang paling banyak dikenal karena sertifikasi ISO 14000 sebenarnya
adalah sertifikasi untuk ISO 14001 ini. Ada 3 komponen besar dalam ISO 14001
yaitu program lingkungan tertulis; pendidikan dan pelatihan; dan pengetahuan
mengenai peraturan perundang-undangan lokal dan nasional.
13
2. ISO seri 14010-14019 tentang Environmental Auditing (Audit Lingkungan)
ISO seri ini merupakan suatu alat (tools) dalam penerapan sistem manajemen
lingkungan, jadi tidak memerlukan sertifikasi. Audit lingkungan mirip dengan
medical check up yaitu evaluasi secara rutin mengenai kondisi suatu perusahaan.
Audit lingkungan dapat dilakukan oleh intern perusahaan (internal audit) maupun
oleh pihak luar (eksternal audit). Untuk audit sistem manajemen lingkungan
seorang auditor harus memenuhi kriteria auditor seperti yang ditetapkan dalam
ISO 14012.
3. ISO seri 14020-14029 tentang Environmental Labelling (Ekolabel)
ISO seri ini juga dimaksudkan untuk sertifikasi, tetapi yang disertifikasi adalah
produknya sedangkan EMS yang disertifikasi adalah sistemya. Jadi suatu
perusahaan yang sudah mendapat sertifikat ISO 14001, bila diperlukan maka
dapat juga mengusulkan untukk memperoleh ekolabeling. Yang mana yang akan
didahulukan untuk perolehannya tergantung dari permintaan pasar.
4. ISO seri 14030-14039 tentang Environmental Performance Evaluation (EPE)
atau Evaluasi Kinerja Lingkungan.
Environmental Performance Evaluation diukur dengan mengkuantifikasi dampak
kegiatan terhadap lingkungan. Hal-hal tersebut dapat diidentifikasi secara dini
dengan menginventarisasi dampak seperti emisi udara, effluen limbah cair, dan
14
sebagainya. Penetapan baseline dari hasil inventarisasi, perusahaan kemudian
mengidentifikasi indikator adanya peningkatan kinerja.
5. ISO seri 154040-14049 tentang Life Cycle Assessment (LCA) atau Analisis Daur
Hidup Produk
LCA juga merupakan suatu alat, jadi standar ini tidak dimaksudkan untuk
sertifikasi. Setiap produk mempunyai siklus hidup yaitu : lahir (fabrikasi), hidup
(dioperasikan) dan mati (dibuang).
6. ISO 14050 tentang Term and Definition
Dalam dokumen ini terdapat definisi-definisi yang digunakan dalam ISO seri
14000. Standar ISO seri 14000 yang telah ditetapkan menjadi standar
internasional adalah ISO 14001, 14004, 14010, 14011, 14012 dan ISO 14040.
Indonesia pada saat ini telah mengadopsi Standar ISO 14001, 14002, 14010,
14011 dan 14012 menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Pengertian tentang masing-masing standar dan istilah yang di dalam ISO 14000 akan
sangat membantu pemahaman tentang konsep ISO seri 14000. Adapun beberapa
pengertian dasar adalah sebagai berikut:
1. Environmental Management System : Bagian dari keseluruhan sistem manajemen
yang termasuk didalamnya struktur organisasi, aktifitas perencanaan, tanggung
jawab, praktek, prosedur-prosedur, proses dan sumber daya untuk
15
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijaksanaan lingkungan.
2. Continual Improvement : Proses peningkatan atau perbaikan sistem pengelolaan
lingkungan untuk mencapai / memperbaiki kinerja lingkungan secara
keseluruhan dan sejalan dengan kebijaksanaan lingkungan dari suatu organisasi.
3. Environment : Lingkungan sekitar operasi suatu perusahaan, termasuk udara, air,
tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan hubungannya satu dengan
lainnya.
4. Environmental Aspect : Elemen dari suatu kegiatan organisasi, produk atau jasa
yang dapat berinteraksi dengan lingkungan
5. Environmental Impact : Perubahan terhadap lingkungan, menguntungkan atau
merugikan, secara keseluruhan ataupun sebagian yang dihasilkan dari kegiatan
suatu organisasi, produk dan jasa.
6. EMS Audit : Proses verifikasi yang sistimatis dan terdokumentasi yang secara
obyektif menentukan dan mengevaluasi bukti audit untuk menentukan apakah
suatu sistem pengelolaan lingkungan suatu organisasi telah sesuai dengan kriteria
EMS audit dan mengkomunikasikan hasil dari proses ini kepada klien.
16
7. Organisasi : Perusahaan, korporasi, firma, usaha, atau institusi atau secara bagian
ataupun kombinasi, swasta ataupun milik publik, yang memiliki fungsi dan
administrasi
8. Kriteria audit EMS : Kebijaksanaan, hal praktis, prosedur-prosedur atau
persyaratan seperti yang tercantum dalam ISO 14000 dan jika tersedia, berbagai
tambahan persyaratan EMS yang dibandingkan dengan hasil pengumpulan bukti
audit oleh auditor tentang sistem pengelolaan lingkungan (EMS) suatu
organisasi.
9. Environmental label/declaration : Klaim yang mengindikasikan atribut
lingkungan dari suatu produk atau jasa yang dapat berupa pernyataan, symbols,
atau grafik pada produk atau label paket, literatur produk, buletin teknis, iklan,
publikasi, dsb.
10. Environmental performance : Kinerja lingkungan, hasil pengelolaan suatu
manajemen terhadap aspek lingkungan (environmental aspects) daripada
kegiatannya, produk dan jasa.
11. Environmental performance evaluation : Proses untuk mengukur, menganalisis,
mengkaji, melaporkan dan mengkomunikasikan kinerja lingkungan suatu
organisasi dibandingkan dengan kriteria yang disetujui oleh manajemen.
12. Life cycle assessment : Prosedur sistimatis untuk mengumpulkan dan menguji
masukan dan keluaran dari bahan dan energi serta dampak lingkungan yang
17
terkait yang langsung terikut dalam fungsi sistem produk dan jasa melalui siklus
hidup dari produk dan jasa tersebut.
Hal-hal yang tercakup dalam ISO 14000 dapat dibagi dalam dua bidang yang
terpisah. Pertama berkaitan dengan Pengelolaan / Manajemen Organisasi dan sistem
evaluasinya, yang kedua adalah berkaitan dengan Alat / Perangkat Lingkungan dalam
mengevaluasi Produknya.
Bagan ini merupakan Standar Generik dari ISO 14000 yang tertera dalam gambar
berikut ini :
Gambar 3.1 Struktur Standar ISO 14000
18
Gambar 3.2 Standar Evaluasi Organisasi ISO 14000
19
Gambar 3.3 Evaluasi Standar Produk
Penerapan ISO 14001 adalah pendekatan sistem, jadi dengan menerapkan standard
tersebut berarti kita memperbaiki sistem. Secara umum kalau suatu perusahaan
mempunyai sistem manajemen lingkungan yang baik, maka otomatis kinerja
perusahaannya juga akan bertambah baik. Untuk menerapkan Sistem Manajemen
Lingkungan sebetulnya kita tidak perlu memulainya dari awal, tetapi dapat dimulai
dengan memperbaiki dan mengintegrasikan programprogram lingkungan yang sudah
20
ada. Organisai atau perusahaan yang akan menerapkan sistem manajemen lingkungan
perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
a. Identifikasi dan evaluasi seluruh aspek dan dampak lingkungan dari kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan.
ISO 14001 tidak mengatur standar mengenai cara melakukan idenfikasi dan
penilaian aspek dan dampak lingkungan, untuk melakukan penilaian aspek dan
dampak lingkungan ini diserahkan kepada pemrakarsanya sendiri.
b. Kebijakan Lingkungan.
Kebijakan lingkungan suatu perusahaan dibuat berdasarkan aspek lingkungan
yang didentifikasi.
c. Tujuan dan Sasaran Lingkungan
Suatu perusahaan yang menetapkan ISO 14000 harus menentukan tujuan dan
sasaran lingkungan. Tujuan dan sasaran lingkungan yang dibuat juga harus sesuai
dengan kebijakan lingkungannya. Dalam membuat tujuan dan sasaran
lingkungan. Suatu perusahaan harus menetukan batasan waktunya.
d. Program-program lingkungan.
Program lingkungan dibuat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan oleh perusahaan sendiri, program lingkungan sebaiknya dibuat secara
realistis dan logis dan sebaiknya membuat program yang mungkin untuk
21
dijalankan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Perusahaan yang membuat
program lingkungan melebihi kemampuannya, maka akan merugikan perusahaan
itu sendiri, karena program-program ini akan dichek secara berkala dalam suatu
audit.
e. Audit dan evaluasi program.
Program-program lingkungan yang sudah dibuat tersebut di atas akan di cek
secara berkala malalui program audit lingkungan. Dalam audit lingkungan semua
program yang sudah dituliskan dicek dan dilihat di lapangan apakah program
yang dibuat dilaksanakan atau tidak. Program-program yang belum dilaksanakan
akan dipertanyakan alasan-alasannya mengapa program yang telah dibuat tidak
dapat dilaksanakan. Disamping itu dalam audit lingkungan akan diketahui
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam melaksanakan kegiatan.
f. Perbaikan manajemen secara berkesinambungan.
Tindakan perbaikan secara berkesinambungan sangat diperlukan dalam suatu
perusahaan, apabila dalam suatu audit diketahui adanya penyimpangan. Karena
penyimpangan yang terjadi dapat membahayakan bagi perusahaan itu sendiri.
Jadi tindakan perbaikan yang secara berkesinambungan ini adalah merupakan
jiwa dari ISO 14000 itu yaitu dalam ISO 14001 ada suatu pernyataan “continual
improvement”.
22
ISO 14000 bukanlah dominasi dari perusahaan-perusahaan besar saja, standar ISO
14000 bersifat sangat fleksibel , dapat diterapkan di berbagai junis dan skala kegiatan.
Sebagian besar masyarakat industri masih menganggap bahwa mengelola lingkungan
hanyalah pemborosan dan penambahan modal saja. Hal ini mungkin yang
bersangkutan belum memahami sepenuhnya sistem ISO tersebut. Mungkin dalam hal
ini yang bersangkutan hanya mendapatkan informasi bahwa untuk sertifikasi ISO
memerlukan biaya yang besar, karena harus membayar konsultan dan lembaga
sertifikasinya. Padahal penerapan sistem dapat dimulai dan dilakukan oleh
sumberdaya yang ada dengan memberikan pelatihan-pelatihan. Seperti telah
disinggung di atas bahwa penerapan sistem bukanlah semata-mata untuk
mendapatkan sertifikat, tujuan utamanya adalah untuk dapat memperbaiki sistem dan
mendapatkan keuntungan baik secara finansial maupun bagi lingkungan itu sendiri.
3.3 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
Sistem Manajemen Lingkungan (SML) atau Environmental Management
System (EMS) merupakan dasar dari konsep 14000, yaitu suatu sistem untuk
mencapai pengelolaan lingkungan yang baik. Konsep EMS berkembang dari British
Standard, BS 7750, yang dikembangkan oleh British Standards Institution pada tahun
1992.
Selanjutnya, sesuai dengan perkembangan yang ada, maka pembahasan tentang
EMS akan mengacu kepada skema EMS yang digambarkan oleh ISO seri 14000.
23
Adapun prinsip-prinsip dan elemen-elemen dalam menyusun suatu sistem manajemen
lingkungan mencakup hal-hal sebagai berikut :
A. Commitment and Policy
B. Planning
C. Implementation
D. Measurement and evaluation
E. Review and Improvement
ISO 14000 menyebutkan bahwa pelaksanaan prinsip (principle) tersebut dalam
menyusun suatu EMS harus ditempuh dengan membuat dan menset langkahlangkah
melalui elemen sebagai berikut:
1. COMMITMENT AND POLICY
a. Top Management Commitment and Leadership
b. Initial Environmental Review
c. Environmental Policy
2. PLANNING
a. Identification of Environmental Aspects and Evaluation of Associated
Environmental Impacts
b. Legal Requirements
c. Internal Performance Criteria
d. Environmental Objectives and Targets
24
e. Environmental Management Program
3. IMPLEMENTATION
a. Ensure Capability
b. Resource-Human, Physical, and Financial
c. Environmental Management System Alignment and Integration
d. Accountability and Responsibility
e. Environmental Awareness and Motivation
f. Knowledge, Skill and Training
g. Support Action
h. Communication and Reporting
i. Environmental Management System Documentation
j. Operational Control
k. Emergency Preparedness and Response
4. MEASUREMENT AND EVALUATION
a. Measure and Monitoring (Ongoing Performance)
b. Corrective and Preventive Action
c. Environmental Management System Records and Information Management
d. Audit of the EMS
25
5. REVIEW AND IMPROVEMENT
a. Review of EMS
b. Continual Improvement
Sistem Manajemen Lingkungan menurut ISO 14000 adalah bagian dari
keseluruihan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, perencanaan
kegiatan, pertanggungjawaban, praktek, tatalaksana, proses dan sumberdaya untuk
pengembangan, penerapan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan lingkungan.
Sistem Manajemen Lingkungan (Sistem Pengelolaan Kualitas Lingkungan) menurut
Undang-undang No 23/1997 adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian
lingkungan hidup.
Berdasarkan pengalaman dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan
lingkungan selama ini, dipandang perlu untuk menyusun suatu sistem pengelolaan
lingkungan yang memberikan sarana lebih terstruktur bagi manajemen organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungannya. Sistem manajemen
lingkungan meliputi segenap aspek fungsional manajemen untuk mengembangkan,
mencapai, dan menjaga kebijakan dan tujuan organisasi dalam isu-isu lingkungan
hidup. Sistem Manajemen Lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan
menunjukan performansi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak
lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga dapat digunakan
26
untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan peningkatan kinerja lingkungan dari
konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari
Pemerintah. Dalam penerapannya, pengelolaan kualitas lingkungan harus mengacu
pada suatu acuan yang dapat diterima secara nasional maupun nasional. Agar dapat
diimplementasikan secara efektif, sistem ini harus mencakup beberapa elemen utama
sebagai berikut :
1.. Kebijakan Lingkungan : pernyataan tentang maksud kegiatan manajemen
lingkungan dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapainya
2. Perencanaan : mencakup identifikasi aspek lingkungan dan persyaratan peraturan
lingkungan hidup yang bersesuaian, penentuan tujuan pencapaian dan program
pengelolaan lingkungan.
3. Implementasi : mencakup struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab,
training komunikasi, dokumentasi, kontrol dan tanggap darurat.
4. Perbaikan reguler dan tindakan perbaikan : mencakup pemantauan, pengukuran,
dan audit.
5. Kajian Manajemen : kajian tentang kesesuaian dan efektifitas sistem
untukmencapai tujuan dan perubahan yang terjadi di luar organisasi.
Setiap organisasi, tanpa batasan bidang kegiatan, jenis kegiatan, dan status organisasi,
dapat mengimplementasikan Sistem Manajemen Lingkungan tersebut untuk
27
mencapai kinerja lingkungan yang lebih baik secara sistematis. Implementasi tersebut
bersifat sukarela dan berperan sebagai alat manajemen untuk mengelola organisasi
masing-masing.
3.4 Sertifikasi ISO 14001
Sambutan ISO seri 14000 di Indonesia sangat baik, tak kurang dari 85 industri
yang telah sukarela menerapkan SML (ISO 14001) dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Dari 85 industri tersebut, tercatat sudah 26 industri yang telah memperoleh
sertifikat ISO 14001. Penerapan ISO 14001 adalah pendekatan sistem, jadi dengan
menerapkan standard tersebut berarti kita memperbaiki sistem. Sertifikasi atas ISO
14001 mempunyai arti bahwa sistem manajemen lingkungan dari perusahaan diakses,
dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah memenuhi persayaratan-persyaratan yang
sesuai dengan standar SML ISO 14001. Terdapat tiga jenis sertifikasi, yaitu :
1. Sertifikasi jenis I atau sertifikasi pihak ketiga
2. Sertifikasi jenis II atau pernyataan diri
3. Sertifikasi jenis III atau sertifikasi pihak kedua
Bila sertifikasi dilakukan oleh perusahaan atau lembaga sertifikasi sistem manajemen
lingkungan yang tidak berpihak atau yang disebut sebagai pihak ketiga yang
diakreditasi oleh badan akreditasi nasional, audit yang akan dilakukan untuk semua
komponen ISO 14000 mempunyai bobot yang paling besar. Sertifikasi pihak kedua
terjadi apabila melibatkan pemasok yang terkait dengan kontrak. Dalam hal ini audit
28
dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan produk atau jasa pemasok. Sertifikasi
diri atau sertifikasi yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri memunyai bobot yang
paling kecil; namun hal ini masih lebih bagus daripada tidak ada sertifikasi. Tidak
peduli proses sertifikasi mana yang akan diambil, paling sedikit ada langkah yang
benar. Umumnya perusahaan memilih menggunakan pihak ketiga, dan dalam proses
sertifikasi langkah-langkah yang harus diambil adalah :
1. Perusahaan mempersiapkan diri untuk menerapkan SML yang diperlukan, yang
mencakup antara lain tentang aspek, dampak, kebijakan, tujuan, sasaran dan
program manajemen leingkungan, dan penerapan SML secara konsisten di
perusahaan sesuai dengan dokumentasi SML yang telah dibuatnya.
2. Perusahaan mempersiapkan dokumen
3. Perusahaan memilih lembaga sertifikasi SML dan mengajukan permohonan
untuk memperoleh sertifikasi
4. Lembaga sertifikasi melaksanakan penilaian awal yang diikuti audit/assesmen
menyeluruh pada perusahaan
5. Perusahaan memperoleh sertifikat ISO 14001
6. Adanya surveilans oleh lembaga sertifkasi untuk melihat bagaimana perusahaan
mempertahankan SML-nya.
Dalam sertifikasi ISO 14001, ada dua hal yang perlu dicatat:
1 Sertifikasi yang dilaksanakan harus berdasarkan masing-masing lokasi pabrik.
29
2. Umumnya sertfikasi yang diberikan berlaku untuk jangka waktu dua atau tiga
tahun. Dalam perioda waktu itu, audit secara berkala dilakukan oleh lembaga
yang melakukan sertifikasi.
Dalam audit, hal yang sering ditemukan sebagai ketidaksesuaian sehingga belum
dapat diberikannya sertifikasi adalah :
a. Kurangnya komitmen, manajemen kurang memperhatikan kebijakannya
b. Kurangnya bukti yang menguatkan bahwa SML menghasilkan tindakan menuju
perlindungan lingkungan.
30
Gambar 3.4 Sejarah perkembangan Sistem Manajemen Lingkungan
Sedangkan bidang yang sering dijumpai adanyaa ketidaksesuaian adalah:
a. Evaluasi aspek dan dampak lingkungan – aspek yang penting tidak
terindentifikasi
31
b. Pelatihan – personel kunci tidak memperoleh pelatihan
c. Tujuan dan sasaran – tidak relevan dengan kebijakan lingkungan atau aspek yang
penting.
Biaya yang dikeluarkan untuk sertifikasi bergantung pada besarnya perusahaan,
sebagai gambaran, suatu lembaga sertfikasi di LN menarik biaya sertifikasi sebesar $
10.000 untuk jasa yang diberikan bagi perolehan sertifikasi ISO 14001 untuk
perusahaan dengan pegawai kurang dari 100 orang. Perusahaan dengan pegawai
sampai dengan 500 orang membayar sebesar kira-kira $ 15.000, dan perusahaan
dengan 1000 orang harus membayar sebesar kira-kira $ 21.000. Biaya itu diluar biaya
perjalanan dan biaya hidup bagi para assesor atau auditor lingkungan selama
menjalankan tugasnya di perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, ada biaya
tahunan yang diperlukan untuk mempertahankan sertifikasi.
3.5 Manfaat Penerapan ISO 14001
Manfaat yang didapatkan suatu perusahaan dengan diterapkannya ISO 14001 adalah:
1. Perlindungan Lingkungan
SML 14001memungkinkan manusia dan lingkungan hidup tetap eksis dengan
kondisi yang baik
32
2. Manajemen Lingkungan yang lebih baik
Standar SML 14001 memberikan perusahaan kerangka menuju manajemen
lingkungan yang lebih konsisten dan diandalkan.
3. Mempertinggi daya saing
Mempertinggi peluang untuk berusaha dan bersaing dalam pasar bebas dalam era
globalisasi.
4. Menjamin ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
SML ISO 14001 menjamin perusahaan yang memilikinya memenuhi
perundangundangan yang berlaku karena ada dokumen yang tertulis.
5. Penerapan sistem menajemen yang efektif
Standar ISO 14001 menanggung berbagai teknik manajemen yang baik, yang
meliputi manajemen personel, akuntasi, pengendalian pemasok, pengendalian
dokumen, dan lain-lain yang diperlukan
6. Pengurangan Biaya
Selain mempermudah jalan untuk memenuhi persyaratan konsumen tanpa harus
repot memenuhinya kembali, juga dapat mengurangi pemakaian bahan kimia
maupun limbah dan B3 yang harus diproses kembali. Seperti juga pada prinsip
33
penerapan sistem mutu ISO 9000. yaitu lakukanlah secara benar dan baik pada
kesempatan pertama.
7. Hubungan Masyarakat yang lebih baik
Sebagian terbesar prosedur yang ada pada ISO 14001 mensyaratkan tindakan
yang proaktif. Setiap tindakan proaktif terhadap lingkungan ini akan
meningkatkan citra perusahaan dalam hal lingkungan terhadap masyarakat.
8. Kepercayaan dan kepuasan langganan yang lebih baik
Terkait dengan hubungan mayarakat yang lebih baik adalah kepercayaan dan
kepuasan langganan. Bila perusahaan telah memperoleh sertifikat ISO 14001,
pelanggan akan lebih merasa aman karena adanya perlindungan lingkungan.
3.6 Kendala Dalam Penerapan ISO 14000
Kendala yang ada dalam penerapan ISO 14000 adalah sebagai berikut:
1. Program sebaik apapun tidak akan berhasil secara baik apabila tidak
karyawan tidak mengetahui SML yang diterapkan oleh perusahaan.
Sehingga diperlukan pendidikan dan latihan bagi mereka.
2. SML juga merupakan komitmen pentaatan perusahaan terhadap
perundangan yang berlaku, sehingga mutlak diperlukan pengetahuan
mengenai perundangundangan bagi perusahaan yang menerapkan ISO
14000.
34
3. Khusus di Indonesia permasalah yang menjadi kendala dalam penerapan
SML adalah :
a. Kurangnya informasi mengenai standar ISO 14000
b. Kurangnya SDM yang memahami dan dapat menerapkan standar ISO
14000
c. Kurangnya sumberdaya keuangan untuk mengikuti kegiatan pelatihan
dan menerapkan SML
d. Masih ada anggapan bahwa mengelola lingkungan hanya pemborosan
dan pengeluaran ekstra belaka.
3.7 Keterkaitan ISO 9000 Dan ISO 14000
Begitu banyak pengembangan ISO 9000, tetapi apa kira-kira hubungannya
dengan ISO 14000? Pada tahun 1994 terjadi pertemuan diantara TC 207-lingkungan,
dan TC 176- mutu. Pertemuan tersebut menghasilkan rencana 3 tahap seperti dibawah
ini :
1. Jangka pendek. Kesesuaian antara dokumen-dokumen Seri ISO 9000 tahun
1994 dan ISO 14000.
2. Jangka menengah. Kesesuaian antara seri ISO 14000 tahun 1995 dan ISO
9000 tahun 1999 (Tahap Kedua).
35
3. Jangka panjang. Keselarasan standar yang ada di dalam Seri ISO 9000 dan
ISO 14000.
ISO 9000 dan ISO 14000 dapat digunakan secara terpisah. Sebuah perusahaan
mungkin belum dapat menerapkan ISO 9000 secara utuh dan baru akan
melakukannya bila dituntut oleh pelanggannya. Perusahaan lain sudah menerapkan
ISO 9000 dan mungkin harus pula menerapkan ISO 14000 dan perlu informasi
mengenai cara menggabungkan kedua standar ini. Mungkin ada pula beberapa
perusahaan yang karena tuntutan lingkungan, ingin menerapkan ISO 14000 sebelum
menerapkan ISO 9000 dan mungkin ada beberapa perusahaan yang mampu
menerapkan kedua sistem ini secara terpadu. Untuk kasus yang terakhir, harus
diambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa terdapat batas yang jelas untuk
membuktikan bahwa sistem ISO 14000 telah diterapkan secara utuh, yang mungkin
memiliki beberapa bagian administratif seperti dokumen pengontrol yang mengacu
pada ISO 9000, untuk penilaian pertama kali yang dilakukan oleh inspektur pemberi
sertifikat.
Untuk mengetahui perbandingan antara ISO 9000 dan ISO 14000 dapat dilihat pada
Tabel berikut:
36
Tabel 3.1 Perbandingan Antara ISO 9001/2/3 dengan ISO 14000
37
ISO 14001:2004
ISO 14001 mengalami penyempurnaan dari sebelumnya untuk seri 1996,
disempurnakan dengan seri 2004. Pada seri 2004 ini ISO 14001 diselaraskan dengan
ISO 9001:2000. Dimana penyusuaian ini meliputi format, kata-kata, dan lay out
supaya sesuai dengan ISO 9001:2000 serta untuk meningkatkan kecocokan antara 2
standart ini.
3.8 Ciri-Ciri Sistem Managemen Lingkungan
Adapun ciri-cirinya sevagai berikut :
a. Bersifat dinamis dan selalu berkembang
b. Melibatkan banyak orang
c. Adanya ketergantungan dari setiap komponen yang ada
d. Terintegrasi dalam sistem informasi organisasi
e. Adanya konsistensi dalam kegiatan dan perilaku
f. Terdapat standar operasi dalam melaksanaan managemennya
g. Mencerminkan visi jangka panjang dan jangka pendek
3.9 Prosedur Pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan
Prosedur Pelaksanaan SML (Sistem Manajemen Lingkungan) dapat dilihat sebagai
berikut:
38
Gambar 3.5 Prosedur Pelaksanaan SIstem Manajemen Lingkungan
3.10 Bentuk Sistem Manajemen Lingkungan
Program-program lingkungan di Indonesia dirancang untuk dapat
memenuhi keperluan masa kini dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk
keperluan masa yang akan datang. Program ini juga untuk mengakomodasikan
adanya perubahan situasi dan kondisi baik Nasional maupun Internasional.
Program-program Lingkungan di Indonesia yang dikoordinasikan oleh Bapedal
meliputi :
39
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
2. Program Kali Bersih (PROKASIH).
3. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
4. ADIPURA
5. Produksi Bersih (PRODUKSIH)
6. Program Penilaian Kinerja Lingkungan (PROPER)
7. Pengembangan Audit Lingkungan
8. Pengendalian Dampak Skala Kecil
9. Pengendalian Kerusakan Lingkungan
10. Pengendalian Pencemaran Kerja
11. Pengendalian Pencemaran Laut dan Pesisir
12. Pembinaan Laboratorium Lingkungan
13. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan di Bidang Pengendalian Dampak
Lingkungan
14. Ekolabel*
15. Sistem Informasi Bapedal
16. Pengembangan Instrumen-instrumen Ekonomi
Ekolabel
Sistem Manajemen lingkungan dikembangkan untuk memberikan panduan
dasar agar kegiatan bisnis senantiasa akrab lingkungan. Kondisi lingkungan yang
memburuk akibat kegiatan manusia (yang pada gilirannya akan merusak tempat
40
hidup bersama) sudah waktunya untuk dikendalikan. Jaminan bahwa suatu kegiatan
bisnis telah dikelola secara akrab lingkungan dapat ditunjukkan melalui adanya
Sertifikat atau Label Lingkungan. Dalam hal ini ISO telah membutihkan bahwa
Sistem Sertifikasi mampu memberikan stabilisasi tata kerja dalam upaya meraih hasil
yang konsisten. Oleh karena itu ISO-14000 Seri memberikan panduan pengelolaan
lingkungan bagi aktivitas bisnis.
Ekolabel diartikan sebagai kegiatan pemberian label yang berupa simbol,
atribut atau bentuk lain terhadap suatu produk dan jasa. Label ini akan memberikan
jaminan kepada konsumen bahwa produk/jasa yang dikonsumsi tersebut sudah
melalui proses yang memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan.
Secara umum, tujuan Sertifikasi Ekolabel dapat berupa :
1. Meningkatkan kepedulian konsumen terhadap hubungan industri dan lingkungan
hidup
2. Meningkatkan kualitas lingkungan global
3. Meningkatkan pangsa pasar/daya saing produk
4. Mempromosikan program pengelolaan lingkungan/pengelolaan hutan lestari
5. Meningkatkan keyakinan penerimaan konsumen
6. Menunjukkan bahwa manajemen hutan yang baik dapat melestarikan
produksi,ekologi dan sosial.
Ekolabel dalam dunia perdagangan dapat dipersamakan juga dengan standart produk
berdasarkan :
41
1. Harga produk yang tinggi wajar diberikan terhadap produk yang prosesnya
ramah lingkungan. Harga yang tinggi ini diharapkan dapat memberikan dorongan
atau insentif bagi produsen yang melakukan pengelolaan lingkungan. Apabila
kondisi tersebut terjadi, ekolabel sebagai standart benar benar dapat memberikan
nilai ekonomi bagi produsen, sehingga pengelolaan hutan lestari dapat
diwujudkan secara efektif.
2. Standart produk berguna untuk dapat memasuki pasar. Dalam hal ini standart
produk akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan peran produk terhadap
pasar
Ekolabel dalam dunia perdagangan dapat dipersamakan juga dengan standart produk
berdasarkan :
ISO-14000 memiliki beberapa seri, yaitu :
a. ISO 14001 : Sistem Manajemen Lingkungan
b. ISO 14010 – 14015 : Audit Lingkungan
c. ISO 14020 – 14024 : Label Lingkungan
d. ISO 14031 : Evaluasi Kinerja Lingkungan
e. ISO 14040 – 14044 : Assessment/Analisa Berkelanjutan
f. ISO 14060 : Aspek Lingkungan dari Produk
42
Beberapa pengertian ISO- 14000 antara lain :
ISO-14000 :
Semua Sistem Manajemen Lingkungan yang dapat memberikan jaminan
(bukti) kepada produsen dan konsumen, bahwa dengan menerapkan sistem tersebut
produk yang dihasilkan/dikonsumsi, limbah, produk bekas pakai ataupun layanannya
sudah melalui suatu proses yang memperhatikan kaidah-kaidah atau upaya-upaya
pengelolaan lingkungan.
ISO-14001, SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
Bagian dari seri ISO-14000 yang merupakan suatu sistem yang
mengorganisasikan Kebijakan Lingkungan, perencanaan, implementasi, pemeriksaan,
tindakan koreksi dan tinjauan manajemen perusahaan dalam melaksanakan kegiatan
pengelolaan lingkungan sehingga tercapai perbaikan lingkungan yang bersifat terus
menerus atau berkesinambungan
ISO-14010 s/d 14015, AUDIT LINGKUNGAN
Suatu alat manajemen untuk menguji efektifitas atau kinerja perusahaan
dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan dengan menggunakan kriteria
audit yang disepakati, didokumentasikan dan hasilnya dikomunikasikan kepada klien.
3.11 Keuntungan perusahaan yang menerapkan ISO sebagai satu bentuk
EMS
Adapun keuntungan bagi erusahaan yang menerapkan ISO ini adalah sebagai
berikut:
43
1. Perlindungan lingkungan
a) Mengurangi/meminilisasi limbah
b) Mengoptimalisasi sumber daya alam
c) Membantu mengatasi isu isu lingkungan
2. Dasar Persaingan Yang Setara
ISO-14000 akan mengurangi sekecil mungkin timbulnya perbedaan
perbedaan pembiayaan lingkungan oleh sebab perbedaan sistem/geografi.
3. Kesesuaian Terhadap Peraturan-peraturan Yang Ada
Dengan menggunakan Sertifikat ISO-14000 dalam pengelolaan lingkungan
terbuka kesempatan kemampuan telusuran dan kesesuaian dokumen-
dokumen dalam mendukung peraturan yang ada.
4. Terbentuknya Sistem Manajemen Yang Efektif
Dengan adanya bermacam-macam tuntutan terhadap perusahaan tentang
pengelolaan lingkungan hidup, sistem manajemen lingkungan akan
membuat pengelolaan lebih efektif dan mampu berkiprah dalam dunia
percaturan Internasional
5. Memiliki Kekuatan Pasar
a. Mampu memasuki pasar dengan produk ramah lingkungan
b. Meningkatkan peran pasar (Market Share)
c. Memenuhi persyaratan pelanggan
d. Membuka peluang investasi
44
6. Pengurangan Biaya
Dasar utama dalam penekanan biaya adalah mengurangi penanganan
bahan kimia dan sisa-sisa/limbah lainnya. Lebih sedikit bahan
kimia/limbah, akan semakin sedikit biaya dan semakin tinggi tingkat mutu
air/tanah. Dengan ISO-14000 yang kesemuanya didasarkan penggunaan
standart, maka diharapkan semakin kecil peluang menyimpangnya
operasi. Biaya-biaya yang dapat dikurangi meliputi :
a) Biaya-biaya kesalahan
b) Biaya operasional yang terakumulasi
c) Biaya taksiran
7. Pengurangan Kerugian
Sistem akan melindungi atau meminimumkan akibat ke lingkungan, dan
juga meminimumkan akibat buruk bagi karyawan, pengurangan luka dan
penyakit jika perusahaan mengadopsi sistem manajemen lingkungan ISO-
14000
8. Meningkatkan Hubungan Masyarakat
Dalam “Gall-up” pool 1994, didapat bahwa warga di 24 negara (industri
dan sedang berkembang) mempertimbangkan perlindungan lingkungan
lebih penting dari pada pertumbuhan ekonomi. Jika perusahaan
mengembangkan program pengelolaan lingkungan, ini berarti
mengembangkan hubungan kemasyarakatan
9. Mengembangkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan
45
Dengan dimilikinya sertifikat ISO-14001, pelanggan akan merasa lebih
aman dan lingkungannya terlindungi. Hal ini akan meyakinkan pelanggan
bahwa pemasok peduli lingkungan dan mempunyai dokumen yang sesuai
untuk mendukung pernyataan tersebut.
10. Mengembangkan Perhatian Manajemen Yang Lebih Tinggi
Di waktu yang lalu, departemen lingkungan dipandang oleh beberapa
perusahaan sebagai kegiatan pemborosan biaya. dengan ISO-14000
departemen lingkungan dipandang positif dan merupakan konponen
penting dalam perusahaan. keseluruhan proses dalam mencapai sertifikasi
ISO-14000 akan merangsang manajemen lebih berkembang dan lebih
menghargai pengelolaan lingkungan.
3.12 Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan di Indonesia
Studi kasus pada PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Perkembangan industri dewasa ini telah menyebabkan krisis lingkungan dan
energi. Bermula dari dampak industri inilah maka organisasi dan industri dituntut
untuk meningkatkan pertanggungjawaban terhadap konservasi lingkungan.
Berdasarkan kondisi ini, maka tuntutan peraturan dunia terhadap pertanggungjawaban
organisasi dan industri dalam pengelolaan lingkungan menjadi meningkat. Sistem
Manajemen Lingkungan telah menjadi tuntutan dari pelanggan negara maju yang
secara sadar melihat pentingnya perlindungan terhadap lingkungan dilaksanakan
sejak dini untuk meminimalkan kerusakan lingkungan di masa depan.
46
Berbagai macam organisasi semakin meningkatkan kepedulian terhadap
pencapaian dan penunjukan kinerja lingkungan yang baik melalui pengendalian
dampak lingkungan yang terkait dengan kegiatan, produk dan jasa organisasi yang
bersangkutan, konsisten dengan kebijakan dan tujuan lingkungan mereka. Hal
tersebut dilaksanakan dalam konteks semakin ketatnya peraturan perundang-
undangan, pengembangan kebijakan ekonomi dan perangkat lain yang mendorong
perlindungan lingkungan; dan meningkatnya kepedulian pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Banyak
organisasi telah melaksanakan kajian atau audit lingkungan untuk mengkaji kinerja
lingkungan mereka. Bila dilaksanakan tersendiri, kajian dan audit tersebut mungkin
tidak cukup untuk memberikan jaminan bahwa kinerja lingkungannya memenuhi dan
akan berlanjut memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
organisasi. Agar efektif, kajian dan audit tersebut perlu dilaksanakan dalam suatu
sistem manajemen yang terstruktur yang terintegrasi dalam organisasi tersebut.
Unilever melaporkan bahwa mereka berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) dalam setiap
kegiatan. Prinsip ini pun telah diintegrasikan ke dalam ‘Tujuan Perusahaan’ dan
‘Kode Etik Prinsip Bisnis’ Unilever. Dokumen-dokumen tersebut menjadi pedoman
bagi manajemen, karyawan, mitra dan juga para pihak yang berkepentingan dalam
aktivitas mereka.
47
Berkelanjutan juga diterapkan secara langsung di dalam beberapa elemen tata kelola
perusahaan Uniever, antara lain:
a. Unilever bekerja sama dengan Safety and Environment Assurance Committee
(SEAC) atau Komisi Jaminan Keselamatan dan Lingkungan yang berkedudukan
di Inggris guna memastikan bahwa seluruh proses pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan keselamatan dan lingkungan dari produk dilakukan secara
terpisah dari keputusan komersial.
b. Central Safety, Health and Environment Committee (CSHEC) atau Komisi Pusat
Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan mengembangkan kebijakan, peraturan,
prosedur dan standar tentang kesehatan, keselamatan dan lingkungan, serta
menyebarluaskan perilaku yang aman dan penanganan investigasi kecelakaan.
Kode etik perusahaan yang diungkapkan dalam Kode Etik Prinsip Bisnis Unilever
yang berkaitan dengan lingkungan adalah:
Kode Etik Terhadap Lingkungan:
Unilever berkomitmen terhadap pengembangan manajemen dampak lingkungan
secara berkesinambungan dan terhadap tujuan jangka panjang berupa
mengembangkan bisnis yang berkesinambungan.
48
Kebijakan Lingkungan PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Efisiensi dalam produksi dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi
atas dampak yang berasal dari luar (seperti penggunaan sumber daya dan energi) dan
dampak yang berasal dari dalam (seperti limbah cair dan sampah). Untuk mengelola
dampak ini sambil terus-menerus menyempurnakan proses produksi, Unilever
menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau Environmental Management Sytem
(EMS) berdasarkan ISO 14001.
Elemen penting dari EMS Unilever adalah menetapkan dan meninjau sasaran
berdasarkan indikator kinerja utama atau key performance indicator (KPI). Setiap
tahun, Unilever mengumpulkan data dari pabrik Unilever di Cikarang dan Rungkut
berupa hasil pengukuran kinerja lingkungan yang penting. Data ini dibandingkan
dengan standar yang berlaku di Indonesia dan target global Unilever, kemudian
dihimpun dan dianalisis sebagai bagian dari system pelaporan kinerja lingkungan atau
Environmental Performance Report (EPR) global Unilever.
Dalam hal penggunaan energi dan air, Unilever menyatakan bahwa sejak 2003,
pabrik Unilever telah menerapkan berbagai program untuk mengurangi konsumsi
energi. Program ini telah mengurangi jumlah penggunaan energy pabrik sebanyak
37% dibandingkan 2005. Sejak 2005, pabrik Rungkut telah berhasil mengurangi
kebutuhan air dan mengurangi pembuangan air limbah dari proses produksinya
melalui pemasangan unit pengolah air limbah reverse osmosis. Teknologi ini
49
menyediakan pengolahan air limbah canggih yang memungkinkan pemanfaatan air
buangan hasil daur ulang untuk boiler dan menara pendingin. Sementara itu, limbah
domestik dari toilet dan aktivitas pencucian masih dikirimkan langsung ke saluran
limbah milik kawasan industri.
Unilever melaporkan penanganan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang
telah dilakukannya, yaitu bahwa limbah B3 ini disimpan dalam ruang penyimpan
khusus, sebelum dibuang ke PPLI, sebuah perusahaan pembuangan limbah B3 yang
memenuhi standar lingkungan Indonesia dan internasional. Limbah padat dari
kegiatan pencucian reaktor dipandang sebagai limbah B3 dan karena itu dikirim ke
PPLI untuk pengolahan yang baik dan benar. Sedangkan untuk limbah yang tidak
berbahaya Unilever bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik
Indonesia (AIDUPI), kami memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan
plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset. Limbah lain
seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur
ulang.
Pada 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar ke gas alam
yang mengandung relative lebih sedikit sulfur. Penggantian ini mengurangi emisi
SOx kami secara signifikan. Namun, pada dua tahun terakhir, pasokan gas ke
Rungkut tidaklah stabil, dan mereka terpaksa kembali memakai solar sambil mencari
50
alternative bahan bakar rendah sulfur. Sementara itu, pabrik Cikarang tetap
memanfaatkan gas alam, sehingga mampu menjaga tingkat emisi SOx yang rendah.
Selain itu, Unilever berupaya mengurangi jumlah limbah tidak berbahaya yang
dihasilkan pabriknya yang mencakup limbah domestik, serta produk dan kemasan
yang tidak layak jual/pakai. Unilever berupaya memanfaatkan kembali atau mendaur
ulang limbah tersebut. Limbah yang tidak dapat dipakai atau didaur ulang lagi akan
dibuang ke tempat pembuangan akhir. Kini, lebih dari 4.800 ton/tahun limbah
pabriknya dipakai lagi atau didaur ulang oleh pihak ketiga. Bekerja sama dengan
Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), mereka memanfaatkan
kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk
plastik seperti ember atau keset. Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga
dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur ulang. Dengan demikian, jumlah
limbah yang didaur ulang terus meningkat sejak 2004.
Unilever juga berhasil mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat
pembuangan akhir melalui cara inovatif untuk membuang lumpur dari instalasi
pengolahan air limbah. Jumlah lumpur ini mencapai 5 ton per hari. Pada 2006, pihak
Unilever telah menandatangani nota kesepahaman dengan produsen semen (PT
Holcim) untuk mengolah lumpur air limbahnya sebagai bahan baku di pabrik mereka.
Sejak pendatanganan itu, Unilever tidak lagi mengirim lumpur apa pun ke tempat
pembuangan akhir.
51
Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever
adalah Total Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992, Unilever telah
memakai pendekatan TPM untuk menciptakan kondisi pabrik yang ideal. Kerangka
kerja TPM didasari oleh lima prinsip yaitu :
1. Seiri – Keteraturan. Pisahkan alat yang diperlukan dari alat yang tidak
diperlukan. Sediakan hanya alat yang diperlukan pada lantai produksi.
2. Seiton – Organisasi Tempat Kerja. Atur tempat kerja sehingga alat yang
diperlukan dapat diraih secara mudah dan cepat. Tempatkan sesuatu sesuai
dengan tempatnya.
3. Seiso - Pembersihan. Segera sapu, cuci, dan bersihkan semua yang berada di
tempat kerja setelah dipakai.
4. Seikhatsu - Kebersihan. Jaga kebersihan semua alat sehingga selalu siap dipakai.
5. Shitsuke - Kedisiplinan. Setiap orang memahami, mematuhi, dan menerapkan
aturan di pabrik.
Kelima prinsip ini dipercaya mampu membantu mereka dalam menjaga
peralatan sedekat mungkin dengan kondisi peralatan yang ideal, bekerja lebih efisien,
mengurangi waktu mesin tidak beroperasi, serta meningkatkan catatan keselamatan
kerja, kecelakaan fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents
(LTA), kasus yang menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta
kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).
52
Pada dekade terakhir ini, unilever telah terus-menerus meningkatkan cara
pengumpulan dan pelaporan data. Pada tahun 2006, mereka mengundang URS
Verification Limited (URSVL) untuk mengaudit cara mereka mengelola catatan data
pemantauan lingkungannya. Berdasarkan hasil audit ini, pihak unilever telah
memperbaiki sistem pengelolaan datanya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan transkripsi, dan untuk mengembangkan sistem penelusuran data
lingkungan yang lebih baik. Semua ini dilakukan sebagai bukti komitmen dalam
penyediaan informasi yang lengkap dan akurat mengenai dampak lingkungannya.
Komitmen Unilever terhadap lingkungan ini telah mengundang perhatian
berbagai pihak. Selama tiga tahun terakhir, kami meraih peringkat “Hijau” untuk
kedua pabrik Unilever dari Kementerian Lingkungan Hidup, melalui penghargaan
PROPER. Peringkat hijau diberikan kepada perusahaan yang telah mencapai “emisi
nol”. Penghargaan tersebut membuktikan bahwa Unilever mampu kecelakaan fatal,
kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents (LTA), kasus yang
menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta kasus yang menuntut
perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).
Eco Efisiensi dalam Produksi
Dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi atas dampak yang
berasal dari luar (seperti penggunaan sumber daya dan energi) dan dampak yang
berasal dari dalam (seperti limbah cair dan sampah). Untuk mengelola dampak ini
sambil terus-menerus menyempurnakan proses produksi, kami menerapkan Sistem
53
Pengelolaan Lingkungan atau Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan
ISO 14001. Strategi ini mencakup:
a) mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, bahan baku dan kemasan
dan/atau energy,
b) meminimalkan buangan air limbah/sampah padat dan/atau emisi ke udara, dan
c) memaksimalkan produk jadi dengan meminimalkan produk gagal/rusak.
Salah satu contoh nyata produk dari Unilever yang ramah lingkungan adalah
produk deterjen yang dihasilkan. Sebagai produsen deterjen serbuk, PT. Unilever
mengklaim bahwa teknologi yang dilakukan dalam pengelolaan LAS adalah
melakukan sulfonasi, yaitu mengubah alkil benzen sulfonat. Selain itu upaya yang
dilakukan Unilever adalah mengubah rantai ABS yang bercabang menjadi Linier
Alkyl Benzen Sulfonat (LABS) sehingga lebih mudah terurai ke lingkungan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diatas , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
a. Permasalahan lingkungan semakin populer pada akhir-akhir ini memerlukan
instrumen atau alat untuk mengelola permasalahan tersebut. ISO International
Organization for Standarization,adalah organisasi yang mengeluarkan ISO 14000
tentang standar internasional mengenai manajemen lingkungan, selain itu ada
ISO 9000 tentang manajemen pemastian mutu atau quality assurance
management system (QA Management System). Dengan ISO ini merupakan
instrumen untuk mengelola lingkungan.
b. Mengelola lingkungan hidup merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia,
organisasi, maupun pemerintah. Pencapaian Unilever membuktikan bahwa
Sistem Manajemen Lingkungan tidak hanya membawa perubahan terhadap
lingkungan alam sekitar, tetapi juga terhadap perusahaan dan menjadi motivasi
bagi perusahaan lainnya untuk melakukan hal yang serupa atau bahkan lebih baik
lagi.
54
55
4.2 Saran
Adapaun saran yang dapat ditarik berdasarkan hasil analisa di atas adalah sebagai
berikut :
a. Perlunya Sistem Manajemen Lingkungan terutama dalam bidang industri
sangatlah penting, mengingat seberapa besar dampak sebab akibar yang dapat di
timbulkan akibat dari proses produksi tersebut terhadap lingkungannya. Maka,
wajib bagi seluruh user industrialisasi menerapkan kebijakan yang sesuai dengan
Environmental Managemen Systems ini.
b. Selain itu juga, kepada rekan-rekan pembaca, penulis berharap adanya kritik dan
saran yang membangun, karena penulis menyadari makalah ini masih banyak
terdapat banyak kekurangan, serta agar kedepannya dapat lebih baik dan berguna
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
O’brien, James. Pengantar Sistem Informasi : Perspektif Bisnis dan Manajerial.
2008. Jakarta: Salemba Empat.
Reval, Hamand Rancangan Standar Nasional Indonesia: Sistem manajemen
lingkungan – Persyaratan dan panduan penggunaan. Badan Standardisasi Nasional
Shanda, Hanungga Sustainability Report 2006 PT Unilever Indonesia Tbk
Manajemen dalam ISO. Kementrian Lingkungan Hidup
Walker, David. .Environmental management systems: Information management and
corporate respon. Journal of Facilities Management. 2007. ABI/INFORM Global