TUGAS INDIVIDU
Oleh:
Choirunizar Awaludin Dyan Fahmi
201320401011110
Pembimbing:
dr. Moch. Ma’roef, Sp. OG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2015
MIOMA UTERI
1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus, yang diselingi
untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis , dan sering terjadi pada usia
reproduksi. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leimioma uteri, dan
uterine fibroid. Dapat bersifat tunggal atau ganda, dan mencapai ukuran besar, konsistensinya
keras dengan batas kapsul yang jelas sehingga dapat dilepas dari jaringan sekitarnya.
2. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya
mioma uteri, yaitu :
a. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35-45 tahun.
b. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
c. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
d. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan
mengalami regresi setelah menopause.
3. Patofisiologi
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan Lipschultz
yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan
dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal
dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma
daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun
bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang
bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini
kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada
usia dini.
4. Klasifikasi
a. Mioma uteri intramural
Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut miometrium. Bila mioma membesar atau
bersifat multiple dapat menyebabkn pembesaran uterus dan berbenjol-benjol
b. Mioma uteri submukosa
Mioma tumbuh tepat dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Kadang mioma uteri submukosadapat tumbuh terus dalam kavum uteri dan berhubungan
dengn tangkai yang dikenal dengan polip. Karena konraksi uterus, polip dapat melalui
kanalis servikalis dan sebgian kecil atau besar memasuki vagina yang dikenal dengan
nama myoma geburt.
c. Mioma uteri subserosa
Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh kerah luar dan menonjol ke permukaan
uterus. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi
mioma ligamenter yang dapat menekan ligamenter dan arteri iliaka. Miom jenis ini juga
dapat tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke omentum dan kemudian
membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering dan parasite fibroid.
5. Gejala Klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks,
intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat
juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara
lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno
karsinoma endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.
b. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
c. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung
kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada
ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe
dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
d. Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis
tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.
6. Diagnosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko
serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan
pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas,
tidak sakit.
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang
berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan
adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain
disesuaikan dengan keluhan pasien.
- Imaging
i. Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
ii. Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh
ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
iii. MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
7. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri
tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya
mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang
diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas
penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa
gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.
b. Bila anemi
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah
pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan
misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan
akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau
pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa
dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah
prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila
terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.
8. Perubahan sekunder
a. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
b. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya
sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
c. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar,
dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista
ovarium atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita berusia
lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam
kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada
foto rontgen.
e. Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan dan
nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah
tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam,
kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini
seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
f. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
9. Komplikasi
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika
torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
c. Nekrosis dan infeksi
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan
sirkulasi darah padanya.
KISTA OVARIUM
1. Definisi
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian mana saja dari
tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista ovarium yang paling
umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya terbentuk selama siklus menstruasi
normal.
2. Patofisiologi
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista
tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering
berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor
ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal
dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,
endodermal, dan mesodermal.15 Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
3. Gejala
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Namun kadang-
kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti:
a. Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen
b. Agak sakit pada bagian belakang bawah dan paha.
c. Bermasalah dalam pengeluaran urine secara komplit
d. Nyeri selama hubungan seksual.
e. Peningkatan berat badan
f. Nyeri pada saat menstruasi dan perdarahan abnormal
g. Nausea dan vomiting.
h. Breast tenderness
4. Diagnosis
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di
rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,
konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut.
Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor
ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu
konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh,
sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu
diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik
akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah
peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat
digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan
diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
5. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah :
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
6. Penatalaksanaan
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak,
jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan
yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah
kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan
secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3
bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut,
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik
dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika
tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya
disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi
yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada
wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor
yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan
operasi yang tidak seberapa radikal.
7. Klasifikasi
a. Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)
- Kista Follikel
Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia folliculi.
Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul
dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista
kecil. Tidak jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga
terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis.
Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk. Sering terjadi pada pubertas,
climacterium, dan sesudah salpingektomi.
Gejala-gejala
Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang karakteristik, bahkan kadang-kadang
tidak menunjukkan gejala-gejala apapun. Kurve suhu basal bersifat monofasis. Bila
mencapai ukuran yang cukup besar, kista tersebut dapat memberikan rasa penuh dan
tidak enak pada daerah yang dikenai. Seperti pada semua tumor ovarii dapat
menyebabkan torsi. Kadang-kadang walaupun jarang, dapat terjadi rupture spontan,
dengan disertai tanda-tanda perdarahan intra abdominal sehingga gambaran klinisnya
dapat menyerupai suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Yang paling sering
terjadi ialah cairan kista tersebut mengalami resorpsi secara spontan setelah satu atau
dua siklus.
Diagnosa
Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi dari tumor tersebut. Tetapi kita tidak
akan dapat menentukan dengan sekali pemeriksaan, apakah kista ini neoplastik atau
non neoplastik, kecuali bila ukurannya sangat besar.
Terapi
Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami resorpsi spontan. Bila harus
diadakan operasi oleh karena adanya salah satu gangguan klinis atau oleh karena
indikasi lain, sebaiknya tindakannya disesuaikan dengan keadaan. Bila kista kecil
dapat dilakukan punksi atau eksisi saja. Bila besar sebaiknya di enucleasi dengan
meninggalkan jaringan ovarium yang normal.
- Kista Lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein
yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum haematoma. Perdarahan ke
dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat
banyak jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan
berwarna kekuning-kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari unsur-unsur
darah, sehingga akhirnya tinggallah cairan yang jernih, atau sedikit bercampur darah.
Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein
sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-
jaringan perut.
Gejala-gejala
Pada beberapa kasus sering mnyerupai kehamilan ektopik. Haid kadang-kadang
terlambat, diikuti dengan perdarahan sedikit yang terus menerus, disertai rasa sakit
pada bagian perut bawah. Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan yang sakit.
Ada yang menganggap kista ini sebagai korpus luteum persistens, dimana oleh
sesuatu sebab tidak terjadi regresi. Suatu jenis yang jarang dari kista lutein ialah yang
ditemukan pada mola hydatidosa atau chorio epithelioma. Dalam beberapa kasus dari
jenis ini, dindingnya dibentuk oleh sel granulose yang mengalami luteinisasi, tetapi
pada umumnya kista dibntuk oleh sel theca lutein dan jaringan ikat.
- Stein Levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna
keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak
tunica yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam
stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang
disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, sterilitas,
obesitas dan oligomenorrhoe. Kecenderungan virilisasi mungkin disebabkan
hyperplasi dari tunica interna yang menghasilkan zat androgenic. Kelainan ini
merupakan penyakit herediter yang autosomal dominant.
- Germinal inclusion cyst
Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya terjadi
pada wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.
- Kista endometrial
b. Kista ovarium yang neoplastik atau proliferative
- Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih,
serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan
gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan
yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah
ada keganasan.
- Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari
suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-
elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan
germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama
dengan tumor Brenner.
Gambaran Klinik
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala
(lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada
penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat
ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi
dapat juga ditemui yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi
dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi
lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai
potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista
baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada
dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga
perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat
pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun dengan musin terus
bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal
karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah
padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti dengan
seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini
terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat
kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi
dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi
kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk
mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan
tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan
histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan.
Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.
- Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal epithelium).
Gambaran Klinik
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat
pula berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun
lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah
potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada
permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena
campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh
dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran
makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak
yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya.
Karena tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium),
maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya
terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang
dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah
kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
Perubahan Ganas
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik
digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara
kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan
sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari
kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus
terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka prognosis penyakit
itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak
(histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman harus
dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant).
Terapi
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya,
berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang
perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk
menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
- Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang
ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan
endometriosis ovarii.
- Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-
struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi
dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih
menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis
kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel
telur melalui proses partenogenesis.
Gambaran Klinik
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih,
keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain
padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah,
biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada
umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka
dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan,
serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel
saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam
rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak,
bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula
merupakan gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut
bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat
pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang,
kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat
menopause. Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu
elemen ektodermal. Ada kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan
menyebabkan terjadinya tumor yang khas.
GANGGUAN MENSTRUASI
Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun setelah itu
harus sudah teratur. Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari hari
pertama menstruasi sampai pada permulaan
periode menstruasi berikutnya) dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari. Jumlah
rata-rata hilangnya darah selama menstruasi adalah 50 ml (rentang 20-80 ml), atau 2-5 kali
pergantian pembalut/hari.
Gangguan menstruasi paling umum terjadi pad awal dan akhir masa reproduktif, yaitu dibawah
usia 19 tahun dan di atas 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus haid,
atau jumlah dan lamanya menstruasi.
Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
1. Perubahan pada siklus haid
a. Polimenorea
Yaitu siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan). Polimenorea
dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, akan
menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah kongesti ovarium karena peradangan,
endometritis, dan sebagainya.
b. Oligomenorea
Yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea
biasanya berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress,
penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan, status
penyakit nutrisi yang buruk, olah raga yang berat, penurunan berat badan yang signifikan.
c. Amenore
Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar
siklus menstruasi wanita dewasa. Sepanjang kehidupan individu, tidak adanya menstruasi
dapat berkaitan dengan kejadian hidup yang normal seperti kehamilan, menopause, atau
penggunaan metode pengendalian kehamilan. Selain itu, terdapat beberapa keadaan atau
kondisi yang berhubungan dengan amenorea yang abnormal.
Amenorea dibagi menjadi dua bagian besar :
- Amenorea primer di mana seorang wanita tidak pernah mendapatkan sampai umur 18
tahun. Terutama gangguan poros hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan tidak
terbentuknya alat genitalia.
- Amenorea sekunder, pernah beberapa kali mendapat menstruasi sampai umur 18
tahun dan diikuti oleh kegagalan menstruasi dengan melewati waktu 3 bulan atau
lebih. Penyebabnya sebagian besar bersumber dari penyebab yang mungkin dapat
ditegakkan.
2. Perubahan jumlah darah haid
a. Hipermenorea atau menoragia
Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih dari 8 hari).
Terjadinya pada masa haid yang mana haid itu sendiri teratur atau tidak. Pendarahan
semacam ini sering terjadi dan haidnya biasanya anovoasi penyebab terjadinya menoragia
kemungkinan terdapat mioma uteri, polip endometrium atau hyperplasia endometrium
(penebalan dinding rahim, dan biasanya terjadi pada ketegangan psikologi
b. Hipomenorea
Hipomenorea adalah pendarahan haid yan lebih pendek dari biasa dan/atau lebih kurang
dari biasa penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita dengan
penyakit tertentu
3. Gangguan pada siklus dan jumlah darah haid
Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi dengan interval
yang tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi, pola menstruasi ini disebut
metrorargia
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Obstetri patologi dan Ginekologi. Bagian obstetric dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung; Elstar Offset Bandung.
DeCherney, A.H.,Nathan, L. Current Obstetry and Gynecology Diagnosis and Therapy. McGraw-Hill, 2003; P :693-699
Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from : http://www.gynalternatives.com. Accested : 14 Maret 2015
F. Gary Cunningham, F. Gant N.(et al), alih bahasa, Andry Hartono, Y. Joko S.(et al). 2005. Obstetri William. Edisi 21. Cetakan pertama. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.. p1036-1037.
Henderson, C., Jones, K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta. EGC
Joedosoepoetro MS, 2005. Tumor-tumor Jinak Pada Alat-alat Genital Dalam, Ilmu Kandungan, editor Prawirohardjo S, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, hal 281-292
Manuaba, I. A. C., Manuaba I. B. G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. EGC
Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta