1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini menarik untuk dikaji tentang perkembangan sejarah filsafat
hukum, sehingga banyak menimbulkan pertentangan antara pemikir hukum
termasuk pertentangan antara ide-ide kaum kolektivis dan kaum individualis.
Terkait dengan pertentangan mendasar ide-ide kaum kolektivis dan kaum
individualis masing-masing memiliki argumentasi yang berbeda-beda, Teori
individualisme itu memendang Negara hanya sebagai pengawal keamanan
belaka , dan setiap orang harus selalau awas dan waspada supaya Negara itu tidak
mencampurinya, biarkan manusia itu mencari dan mengurus kepentingan
hidupnya sendiri-sendiri.
Teori kolektivisme memandang bahwa Negara merupakan kolektivitas
yang mencakup segalanya. Kepentingan Negara adalah kepentingan setiap
individu karena itu tidak pernah terjadi benturan antara kepentingan, dengan
mengabdi kepada negaralah individu itu akan mencapai kemerdekaan yang
sempurna . setiap individu itu hidup untuk Negara dan sebalikya .
Al-qur’an mengatakan ajaran yang berlainan dengan teori individu dan
kolektivitas. Al-qur’an mengatakan bahwa tuhan menciptakan manusia sebagai
leleki dan perempuan, dan diciptakan juga manusia sebagai lelaki dan perempuan,
dan diciptakan juga manusia itu bergolong-golongan, perkataan al-qur’an itu
menyebutkan bahwa individu itu tetapa ada, walaupun individu-individu itu hidup
dalam golongan, jadi individu itu tidak hilang dengan adanya golongan dan begitu
2
pula sebaliknya, antara individu dan golongan harus terjadi satu perseimbangan
ini dengan cara melalui rohani manusia.
Teori-teori hukum mengambil salah satu dari tiga sikap. Apakah ia
menempatkan individu di bawah masyarakat, atau menempatkan masyarakat
dibawah individu ataukah berusaha untuk menggabungkan kedua-duanya yang
berlawanan tersebut, hal ini menyebabkan terjadinya pertentangan diantara para
filsuf sehingga penerapan ide-ide kaum kolektifis dan individualis masing-masing
berbeda dinegara-negara eropa pada saat itu.
Konsepsi yunani tentang hidup tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
keperibadian,sedangkan sisitem totaliter modern mengukuhkan supremasi
masyarakat dengan penghacuran semua hak-hak individu. Hal ini dicapai dengan
meniadakan pemisahan kekuasaan dan kebebasan pengadilan,menolak polisi
rahasia, pengawasan negara terhadap semua aktivitas baik yang bersifat publik
maupun privat dan suatu mekanisme pengawasan yang ketat dibidang politik.
Dengan cara lain, teori katolik tentang masyarakat, membuat masyarakat
berada diatas individu,ia harus menerima tempat dan fungsinya. hal ini berbeda
dengan pemikiran kaum stoa yang mengembangkan suatu filsafat hukum yang
saling berkaitan dan didasarkan atas individu sebagai mahluk yang berakal, yang
terpisah dari masyarakat dimana ia berada. Lepas dari penerapan parsial filsafat
ini pada zaman kaisar Antonius, filsafat hukum individualistik muncul lagi hanya
dengan ajaran tentang hak-hak yang tidak dapat dicabut.
Sama halnya dengan pendapat Hobbes dengan ajarannya mengacu kepada
absolutisme poltik invidualisme merupakan dasar teori politik dan teori hukum
3
Locke,hal ini merupakan wadah filsafat individualistis dan penyataan yang paling
tegas dan sangat mendukung filsafat individualistik ialah dari konstitusi Amerika
Dari uraian diatas pertentangan antara ide-ide kaum kolektifisme dan
individualisme mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
hukum dinegara-negara didunia termasuk diindonesia, apakah negara-negara
tersebut menganut ajaran kaum kolektifisme ataukah ajaran kaum individualisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan kolektivisme dan individualisme?
2. Apakah kolektivisme dan individualisme mempengaruhi hukum positif
diIndonesia
3. Apakah tujuan kolektivisme dan individualisme sesuai dengan
perkembangan hukum diIndonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Kolektivisme Dan Individualisme
1. Kolektivisme
Kolektivisme timbul merupakan reaksi terhadap liberalisme dan
sistem kapitalisme, revolusi industri dan akibat-akibatnya pada akhir abad
18 dan awal abad 19. Paham yang dapat dikategorikan dalam kolektivisme
adalah sosialisme dan komunisme. Awal sosialisme yang muncul pada
paruh pertama abad 19 dikenal sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih
didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini
kesempurnaan watak manusia.
Sosialisme awal ini bertujuan meningkatkan, memperbaiki
kesejahteraan rakyat, atau memperbaiki nasib rakyat (atau berharap dapat
menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan) dengan kejernihan dan
kejelasan argumen, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi, namun
paham sosialis awal ini juga tidak mengungkapkan bagaimana caranya dan
sarananya untuk itu. Tokoh sosialis utopis ini, antara lain: Saint Simon,
Lassalle.
Pada perkembangan berikutnya, analisis sosial paham kolektif atau
sosialis tampak lebih jelas. Paham ini berkeyakinan kemajuan manusia dan
keadilan terhalang dengan lembaga hak milik atas sarana produksi.
Pemecahannya, menurut paham ini ialah dengan membatasi atau
menghapuskan hak milik pribadi (private proverty) dan menggantinya
5
dengan pemilikan bersama atas sarana produksi. Dengan cara ini,
ketimpangan distribusi kekayaan yang tak terelakkan dari lembaga
pemilikan pribadi di bawah kapitalisme dapat ditiadakan. Perbedaan utama
antara sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang digunakanuntuk
mengubah kapitalisme menjadi sosialisme. Paham sosialis berkeyakinan
perubahan dapat dan seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan
demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes dalam hal perjuangan
perbaikan nasib buruh secara bertahap, dan dalam hal kesediaan berperan
serta dalam pemerintahan yang belum seluruhnya menganut sistem sosialis.
Paham sosialis ini banyak diterapkan di negara-negara Eropa Barat.
Sedangkan, paham komunis berkeyakinan perubahan atas sistem
kapitalisme harus dicapai dengan cara-cara revolusi, dan pemerintahan oleh
diktator proletariat sangat diperlukan pada masa transisi. Dalam masa
transisi dengan bantuan negara di bawah diktator proletariat, seluruh hak
milik pribadi dihapuskan dan diambilalih untuk selanjutnya berada dalam
kontrol negara. Pada gilirannya, negara dan hukum akan lenyap karena tidak
lagi diperlukan. Paham komunis ini pernah diterapkan di bekas negara Uni
Soviet dan negara-negara Eropa Timur. Kini paham komunis masih
diterapkan di Republik Rakyat Cina (RRC) dan Vietnam. Akan tetapi
paham komunis di bekas negara Uni Soviet berrbeda dengan paham
komunis di RRC dalam penafsiran mereka atas ajaran Marxisme.
Contohnya Revolusi Oktober di Uni Soviet dimotori oleh kelompok pelopor
6
(vanguard group), sedangkan revolusi di RRC dilakukan dengan cara
gerilya bersama petani.1
2. Individualisme
Timbulnya individualisme (liberalisme) dimulai di Inggris pada akhir
abad 18 (awal abad 19). Yang mendorong orientasi baru dan perubahan dalam
masyarakat yang disebut liberalisme adalah timbulnya revolusi industri. Ada 4
unsur yang terlihat dalam revolusi industri, yakni: Ilmu pengetahuan dan
teknologi; hubunganhubungan ekonomi; hubungan-hubungan sosial; kesadaran
dan cara hidup Unsur pertama. Perkembangan ilmu pengetahuan empiris pada
abad 18 mampu mendorong penemuan baru, misalnya: penemuan alat-alat
teknologi dalam bidang listrik. Dahulu orang memakai kayu-bakar, kemudian
batubara, dan akhirnya listrik. Di samping itu juga ditemukan mesin-uap.
Mesin-uap ini pun merupakan penemuan baru yang mempunyai akibat besar
dalam kehidupan masyarakat, sehingga mengubah kehidupan masyarakat,
karena penemuan baru ini dipakai di dalam proses kerja manusia. Cara kerja
pada akhir abad 18 atau awal abad 19 mulai dilengkapi dengan alat-alat
teknologi. Kerja yang semula dilakukan secara primitif, sekarang dengan alat-
alat baru ini, kerja bisa memberikan hasil yang lebih besar. Jadi, unsur pertama
adalah penemuan alatalat teknologis yang dimanfaatkan dalam kehidupan, dan
dalam cara kerja manusia. Dengan berubahnya cara kerja manusia akan
berubahlah unsur yang kedua, ketiga dan keempat.
Unsur kedua. Dengan dimanfaatkannya alat-alat teknologi dalam cara
kerja manusia, maka berubahlah hubungan-hubungan ekonomi dalam
1 Dwi Siswanto, Konvergensi Antara Liberalisme Dan Kolektivisme Sebagai Dasar Etika Politik Di Indonesia,(makalah) hal 272
7
masyarakat. Hubungan-hubungan ekonomi inilah yang akhirnya nanti mampu
mengubah struktur ekonomi masyarakat. Pada abad 18 struktur ekonomi dalam
masyarakat disusun sesuai dengan kelas-kelas sosial, yang terdiri dari kaum
bangsawan, kaum rohaniwan, dan rakyat jelata. Para bangsawan dan rohaniwan
mempunyai tanah-tanah; mereka adalah penguasa tanah. Karena mereka sendiri
tidak bisa mengerjakan tanahnya, mereka menggantungkan kerja pada rakyat.
Hubungan ekonomi dalam masyarakat masih feodal yaitu rakyat yang tidak
memiliki tanah bekerja pada bangsawan yang memiliki tanah. Tetapi dengan
timbulnya alat-alat teknologi, berubahlah hubungan ekonomi. Sebab mulai
timbul kelompok baru, yaitu kelompok pedagang. Dengan penemuan-
penemuan baru seperti misalnya kompas, alat cetak-mencetak, dan alat peledak
mendorong orang untuk berani berlayar jauh dari negeranya dan dalam
pelayaran ini mereka bisa berkomunikasi dengan dunia lain. Berkomunikasi
dengan bangsa lain berarti bisa menjalin suatu hubungan ekonomi dan
perdagangan dengan mereka. Dengan adanya hubungan perdagangan dengan
bangsa-bangsa di luar Eropa ini, mulai timbul kelas baru, kelas ekonomi
pedagang. Kelompok dagang merupakan unsur baru kalau dibandingkan
dengan sistem feodal sebelumnya. Menjadi jelas bahwa pemanfaatan alat
teknologi mengubah hubungan ekonomi. Kelompok pedagang ini akan
hidup berdasarkan prinsip-prinsip ekonominya. Kelompok pedagang inilah
yang sebetulnya mempunyai peranan dalam kehidupan ekonomi masyarakat
yang dahulu dipegang oleh bangsawan.
Unsur ketiga. Unsur ketiga dari revolusi industri adalah perubahan
sosial. Perubahan-perubahan sosial ini terjadi karena kekuasaan ekonomi
sekarang beralih atau mulai berangsur kepada kelompok-kelompok
8
pedagang yang mempunyai pengaruh dan kedudukan sosial penting.
Feodalisme mulai berubah dengan struktur merkantilisme. Perdagangan itu
berkembang, tetapi memang masih dalam merkantilisme, yaitu bahwa
masing-masing negara berusaha untuk melindungi perdagangannya. Dengan
demikian timbullah suatu sistem baru, sistem kapitalisme dalam bentuknya
yang pertama.
Unsur keempat. Unsur keempat dalam revolusi industri adalah
perubahan kesadaran dan cara hidup. Perubahan, baik dalam kehidupan
ekonomi maupun kehidupan sosial, mempengaruhi perubahan pemikiran.
Kesadaran-kesadaran baru ini terungkap dalam filsafat, sastra, dan lain-
lainnya. Dengan perubahan unsur-unsur masyarakat ini (perubahan unsur-
unsur infrastruktur), berubahlah juga cara berpikir orang. Dengan demikian,
dalam uraian ini, pemikiran itu.2
B. Pengaruh Kolektivisme Dan Individualisme Terhadap Hukum Positif Di indonesia
Ide-ide kaum kolektivisme dan individualisme mempunyai
pengaruh yang besar terhadap negara dinegara-negara didunia, apakah aliran
ini berpengaruh atau tidak terhadap perkembangan hukum di indonesia.
Indonesia sebagai negara hukum menjadikan Pancasila sebagai
dasar negara yang merupakan sumber dari segala sumber hukum,dimana
pada sila II (Kemanusia yang adil dan beradab)menggambarkan bahwa
manusia (Indonesia) saling mengakui sebagai pribadi, maka ia tidak dapat
diperlakukan sebagai objek, tidak boleh disamakan dengan barang,
melainkan harus diakui sebagai subjek otonom. Sebagai subjek otonom ia
adalah pribadi yang mandiri, sanggup mengembangkan dorongan kodratnya
untuk menuju kesempunaan. Sebagai pribadi dengan segala kemandiriannya
2 Ibid, hal 268-270
9
dan kebebasannya, ia menjadi subjek pendukung dan pengamal nilai
relegius,rasional, etis dan estetis. Sejalan dengan itu pula manusia harus
mampumewujudkan panggilannya atau miisinya selaras dengan tujuan,
yaitu menciptakan kesempatan yang memungkinkan manusia semakin
menjadi manusia dan memerdekakan manusia dengan mentransformasikan
tatananmasyarakat sehingga memungkinkan setiap warga masyarakat
berkembangmenjadi pribadi yang utuh.
Selain itu dalam sila ke III (Persatuan Indonesia). merupakan
penjelmaan sifat monodualis diri pribadi dan makhluk sosial Diri pribadi
menyempurnakan penegakan kelangsungan diri, sebagai makhluk sosial
menegakkan kelangsunganjenis serta keadaban kebudayaannya. Kesatuan
hubungan terhadap sesama warga kebangsaannya yang dicakup dalam
kesatuan hubungan terhadap sesama manusia. Dengan kesadaran akan
adanya perbedaan, menghidup-hidupkan perbedaan yang mempunyai daya
penarik ke arah kerjasama dan kesatuan organis tak terpisahkan, yang
harmonis dinamis serta mengusahakan peniadaan serta
pengurangan/menghindari perbedaan yang mungkin mengakibatkan suasana
ke arah perselisihan, pertikaian dan perpecahan
dari uraian tersebut maka jelaslah pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum tidak menganut salah satu dari ide-ide kaum
kolektivisme dan individualisme melainkan mengamalkan antara
kepentingan individu dan kolektif secara bersamaan dalam kehidupan
bernegara sehingga produk hukum yang di buat oleh pemerintah tidak boleh
bertentangan dengan pancasila harus menganut asa keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan masyarakat
C. Kolektivisme dan Individualisme dalam Perkembangan Hukum di
Indonesia.
Indonesia terdiri dari Negara, masyarakat dan individu ketika the
founding fathers memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan berdirinya
10
Negara Indonesia, mereka memilih republic demokrasi ketuhanan sebagai
format, bentuk dan eticut Negara baru ini republic mengalahkan pilihan
kerajaan, demokrasi(kedaulatan rakyat dan ketuhanan sebagai dasar Negara
memupuskan ateisme dan skularisme. Republic dan demokrasi tampaknya
menempati kedudukan yang lebih baik dalam persepsi dan pemikiran yang
berkembang ditingkat nasional dan internasional dalam kehidupan formal
dinegara tidak ada keberatan dikemukaan orang, walaupun demokrasi
terpimpin dalam orde baru memperlihatkan praktik bernegara yang tidak
demokratis.
Dasar filosofis pembentukan Negara Republik Indonesia adalah
semangat kekeluargaan yang merupakan kontekstualisasi dari faham
kolektivisme, mazhab pemikiran yang bertentangan dengan semangat
perseorangan atau individualisme.
System pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dirumuskan
oleh the founding fathers adalah hasil penghayatan yang mendalam
tentang corak budaya bangsa dan buah dari pencarian panjang atas
mazhab-mazhab pemikiran tentang pembentukan Negara ,terutama
mazhab atau faham individualism dan mazhab atau faham kolektivisme.
Bangsa Indonesia secara social budaya adalah bangsa yang bersifat
kolektivistik karena sikap, pemikiran perilaku dan tanggung jawab seorang
warga bangsa kepada kolektivitasnya berada diatas kepentingan
individu ,karena itu Negara republik Indonesia didirikan dengan
berlandaskan semangat kekeluargaan yang merupakan kontekstualisasi
fahan kolektivisme sesuai corak budaya bangsa Indonesia.
11
Pembentukan Negara-negara modern biasanya dipengaruhi oleh
dua faham atau mazhab pemikiran tentang hubungan Negara dengan
warga Negara . penindasan para raja yang seringkali mempersonofikasikan
diri sebagai Negara selama berabad-abad di eropa telah mendorong
kelahiran gerakan renaissance, yang mengakui hak individu dari setiap
warganegara.
Format masyarakat yang dicita-citakan , berbeda dari format
Negara , belum dapat dikatakan telah ada ketika Negara Indonesia ini
diproklamasikan, kaum pergerakan kemerdekaan memang sejak semula
menolak model masyarakat feudal. karena itu negara yang mereka dirikan
adalah “Negara Indonesia” yang merdeka bersatu, berdaulat, adil dan
makmur masyarakat feodal tentu tidak berkeadilan karena adanya
diskriminasi di bidang sosial, budaya,ekonomi dan politik.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kolektivisme timbul merupakan reaksi terhadap liberalisme dan
sistem kapitalisme, revolusi industri dan akibat-akibatnya pada akhir abad
18 dan awal abad 19. Paham yang dapat dikategorikan dalam kolektivisme
adalah sosialisme dan komunisme. Awal sosialisme yang muncul pada
paruh pertama abad 19 dikenal sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih
didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini
kesempurnaan watak manusia.
Paham ini berkeyakinan kemajuan manusia dan keadilan terhalang
dengan lembaga hak milik atas sarana produksi. Pemecahannya, menurut
paham ini ialah dengan membatasi atau menghapuskan hak milik pribadi
(private proverty) dan menggantinya dengan pemilikan bersama atas
sarana produksi. Dengan cara ini, ketimpangan distribusi kekayaan yang
tak terelakkan dari lembaga pemilikan pribadi di bawah kapitalisme dapat
ditiadakan. Perbedaan utama antara sosialisme dan komunisme terletak
pada sarana yang digunakanuntuk mengubah kapitalisme menjadi
sosialisme. Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya
dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis. Paham sosialis juga
lebih luwes dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap,
dan dalam hal kesediaan berperan serta dalam pemerintahan yang belum
seluruhnya menganut sistem sosialis. Paham sosialis ini banyak diterapkan
di negara-negara Eropa Barat.
13
Timbulnya individualisme (liberalisme) dimulai di Inggris pada akhir
abad 18 (awal abad 19). Yang mendorong orientasi baru dan perubahan dalam
masyarakat yang disebut liberalisme adalah timbulnya revolusi industri. Ada
4 unsur yang terlihat dalam revolusi industri, yakni: Ilmu pengetahuan dan
teknologi; hubunganhubungan ekonomi; hubungan-hubungan sosial;
kesadaran dan cara hidup Unsur pertama. Perkembangan ilmu pengetahuan
empiris pada abad 18 mampu mendorong penemuan baru, misalnya:
penemuan alat-alat teknologi dalam bidang listrik. Dahulu orang memakai
kayu-bakar, kemudian batubara, dan akhirnya listrik. Di samping itu juga
ditemukan mesin-uap. Mesin-uap ini pun merupakan penemuan baru yang
mempunyai akibat besar dalam kehidupan masyarakat, sehingga mengubah
kehidupan masyarakat, karena penemuan baru ini dipakai di dalam proses
kerja manusia. Cara kerja pada akhir abad 18 atau awal abad 19 mulai
dilengkapi dengan alat-alat teknologi. Kerja yang semula dilakukan secara
primitif, sekarang dengan alat-alat baru ini, kerja bisa memberikan hasil yang
lebih besar. Jadi, unsur pertama adalah penemuan alatalat teknologis yang
dimanfaatkan dalam kehidupan, dan dalam cara kerja manusia. Dengan
berubahnya cara kerja manusia akan berubahlah unsur yang kedua, ketiga dan
keempat.
Unsur kedua. Dengan dimanfaatkannya alat-alat teknologi dalam cara
kerja manusia, maka berubahlah hubungan-hubungan ekonomi dalam
masyarakat. Hubungan-hubungan ekonomi inilah yang akhirnya nanti mampu
mengubah struktur ekonomi masyarakat. Pada abad 18 struktur ekonomi
dalam masyarakat disusun sesuai dengan kelas-kelas sosial, yang terdiri dari
kaum bangsawan, kaum rohaniwan, dan rakyat jelata. Para bangsawan dan
14
rohaniwan mempunyai tanah-tanah; mereka adalah penguasa tanah. Karena
mereka sendiri tidak bisa mengerjakan tanahnya, mereka menggantungkan
kerja pada rakyat. Hubungan ekonomi dalam masyarakat masih feodal yaitu
rakyat yang tidak memiliki tanah bekerja pada bangsawan yang memiliki
tanah. Tetapi dengan timbulnya alat-alat teknologi, berubahlah hubungan
ekonomi. Sebab mulai timbul kelompok baru, yaitu kelompok pedagang.
Dengan penemuan-penemuan baru seperti misalnya kompas, alat cetak-
mencetak, dan alat peledak mendorong orang untuk berani berlayar jauh dari
negeranya dan dalam pelayaran ini mereka bisa berkomunikasi dengan dunia
lain. Berkomunikasi dengan bangsa lain berarti bisa menjalin suatu hubungan
ekonomi dan perdagangan dengan mereka. Dengan adanya hubungan
perdagangan dengan bangsa-bangsa di luar Eropa ini, mulai timbul kelas
baru, kelas ekonomi pedagang. Kelompok dagang merupakan unsur baru
kalau dibandingkan dengan sistem feodal sebelumnya. Menjadi jelas
bahwa pemanfaatan alat teknologi mengubah hubungan ekonomi.
Kelompok pedagang ini akan hidup berdasarkan prinsip-prinsip
ekonominya. Kelompok pedagang inilah yang sebetulnya mempunyai
peranan dalam kehidupan ekonomi masyarakat yang dahulu dipegang oleh
bangsawan.
Ide-ide kaum kolektivisme dan individualisme mempunyai
pengaruh yang besar terhadap negara dinegara-negara didunia, apakah
aliran ini berpengaruh atau tidak terhadap perkembangan hukum di
indonesia.
15
Indonesia sebagai negara hukum menjadikan Pancasila sebagai
dasar negara yang merupakan sumber dari segala sumber hukum,dimana
pada sila II (Kemanusia yang adil dan beradab)menggambarkan bahwa
manusia (Indonesia) saling mengakui sebagai pribadi, maka ia tidak dapat
diperlakukan sebagai objek, tidak boleh disamakan dengan barang,
melainkan harus diakui sebagai subjek otonom. Sebagai subjek otonom ia
adalah pribadi yang mandiri, sanggup mengembangkan dorongan
kodratnya untuk menuju kesempunaan. Sebagai pribadi dengan segala
kemandiriannya dan kebebasannya, ia menjadi subjek pendukung dan
pengamal nilai relegius,rasional, etis dan estetis. Sejalan dengan itu pula
manusia harus mampumewujudkan panggilannya atau miisinya selaras
dengan tujuan, yaitu menciptakan kesempatan yang memungkinkan
manusia semakin menjadi manusia dan memerdekakan manusia dengan
mentransformasikan tatananmasyarakat sehingga memungkinkan setiap
warga masyarakat berkembangmenjadi pribadi yang utuh.
Indonesia terdiri dari Negara, masyarakat dan individu ketika the
founding fathers memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan berdirinya
Negara Indonesia, mereka memilih republic demokrasi ketuhanan sebagai
format, bentuk dan eticut Negara baru ini republic mengalahkan pilihan
kerajaan, demokrasi(kedaulatan rakyat dan ketuhanan sebagai dasar Negara
memupuskan ateisme dan skularisme. Republic dan demokrasi tampaknya
menempati kedudukan yang lebih baik dalam persepsi dan pemikiran yang
berkembang ditingkat nasional dan internasional dalam kehidupan formal
dinegara tidak ada keberatan dikemukaan orang, walaupun demokrasi
16
terpimpin dalam orde baru memperlihatkan praktik bernegara yang tidak
demokratis.
Dasar filosofis pembentukan Negara Republik Indonesia adalah
semangat kekeluargaan yang merupakan kontekstualisasi dari faham
kolektivisme, mazhab pemikiran yang bertentangan dengan semangat
perseorangan atau individualisme.
B. SARAN
Tujuan hidup manusia tidak hanya untuk mencapai kebaikan melainkan
untuk kebahagiaan yang hakiki (haq)’Hidup manusia bukan hanya untuk
mengejar materi, melainkan untuk berbuat dan mengetahui apa itu budi
yang sesungguhnya. Dilain pihak, manusia tidak selamanya menjadi
tempat