Tugas Filsafat Administrasi - Knowledge Management

32
Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan) Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Administrasi Disusun oleh : Raditya Pamungkas NIM: 138010002 PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI

description

Tugas Filsafat Administrasi - Knowledge Management

Transcript of Tugas Filsafat Administrasi - Knowledge Management

Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Administrasi

Disusun oleh :

Raditya PamungkasNIM: 138010002

PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASIFAKULTAS PASCASARJANAUNIVERSITAS PASUNDAN2013

Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan)

Knowledge Management atau Manajemen Pengetahuan terdiri dari dua kata, yaitu Manajemen dan Pengetahuan. Pada makalah ini kan dijelaskan satu persatu mengenai perihal Manajemen, Pengetahuan dan Manajemen Pengetahuan, serta hal-hal lainya yang terkait dengan pembahasan tersebut.

Manajemen Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti "tangan". Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi mnagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur (Oxford English Dictionary).

Griffin (1990: 6) mendefinisan manajemen sebagai berikut: Management is the process of planning and decision making, organizing, leading and controlling and organization human, financial, physical and information recources to archieve organizational goals in an efficient and effective mannerDikatakan manajemen adalah suatu proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan pengendalian organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efisiensi dan efektif.

Manajemen adalah proses pendayagunaan peningkatan kinerja terhadap sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Proses ini melibatkan organisasi, arahan, koordinasi dan evaluasi orang-orang guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Esensi manajemen adalah aktivitas bekerja dengan orang lain agar mencapai berbagai hasil. Melalui manajemen dilakukan proses pengintegrasian berbagai sumber daya dan tugas untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan (Simamora 2002).

Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:1. Manajemen sebagai suatu proses, yaitu Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, serta Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science).

Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.

2. Manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.

3. Manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.

Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juiga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.

Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.

Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

PengetahuanPada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengetahuan. Terkadang masih banyak orang yang menganggap istilah pengetahuan sama dengan istilah ilmu, maka dari berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Pengetahuan, merupakan segenap tindakan menyerap bentuk imaterial atau esensi suatu obyek tertentu yang bernilai bagi diri sendiri bertujuan untuk keselamatan (kebaikan) yang ditangkap oleh panca indera dan firasat. Selain ini pengetahuan juga dapat diartikan sebagai kapasitas manusia (kemampuan potensial & aktual) untuk mengambil tindakan yang tepat pada situasi yang bervariasi dan tak pasti. Sedangkan Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif yang sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Kata ilmu berasal dari bahasa Arab alima-ya'lamu, secara sederhana pengetahuan dan ilmu dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengetahuan diartikan hanyalah sekadar tahu, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan apa, misalnya apa batu, apa gunung, apa air, dan sebagainya. Sedangkan ilmu bukan hanya sekadar dapat menjawab apa tetapi akan dapat menjawab mengapa dan bagaimana , misalnya mengapa batu banyak macamnya, mengapa gunung dapat meletus, mengapa es mengapung dalam air.

Pada penjelasan mengenai pengetahuan, secara tidak langsung kita tidak dapat menghindarkan pembahasan tentang sumber-sumber pengetahuan tempat bahan-bahannya diperoleh. Sumber-sumber itu, menurut epistomologi Islam, tak lain adalah indra, akal dan ahti (intuisi). Marilah kita mulai dengan indra. Sebagai sumber atau ada yang mengatakan alat pengetahuan, indra tentu amat penting. Begitu pentingnya indra sehingga oleh aliran filsafat tertentu, seperti empirisisme, indra dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Melalui indralah kita mengenal dunia sekeliling kita. Melalui indralah kita mengenal dunia sekeliling kita. Melalui mata, kita bisa mengetahui bentuk, keberadaan, sifat-sifat, atau karakteristik benda-benda yang ada di dunia. Melalui telinga, kita juga mengenal dimensi lain dari objek-objek fisik yang tidak bisa dicerap oleh mata, yaitu suara. Demikian juga, melalui indra perasa, kita bisa mengenal dimensi yang lain lagi dari objek-objek dunia, yaitu rasa (masam, asin, manis, pahit, dan lain-lain) yang tentunya tidak dapat dilihat atau didengar oleh mata dan telinga. Tak kurang pentingnya juga adalah indra pencium yang dapat mencerap aspek lain dari objek-objek fisik yang tidak bisa dilihat, didengar, atau dirasa, yaitu bau yang menyebabkan kita bisa membedakan antara harum bunga, parfum, atau bau busuk bangkai. Seperti indra pencium, indra peraba juga sangat penting karena bisa membedakan antara panas dan dingin, lunak, halus dan kasar, yang tentunya tidak bisa dicerap oleh indra-indra lain.

Secara sepintas indra sebagai sumber pengetahuan dirasakan oleh kebanyakan orang telah mencukupi kebutuhan kita akan pengetahuan karena melalui pancainda, kita bisa mengenal lima dimensi dari sebuah benda yang kita amati. Dan seperti yang telah disinggung, persepsi indra telah cukup memadai untuk menghindari diri dari banyak bahaya yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup. Namun pada kenyataannya, ternyata indera tidak memadai untuk mengetahui sesuatu sebagaimana adanya. oleh karena itu, kita membutuhkan bantuan alat atau sumber lain untuk pengetahuan kita tentang sesuatu sebagaimana adanya. Al-Ghazali (w. 1111M) dalam kitabnya, Misykat Cahaya-Cahaya, memandang akal patut disebut cahaya daripada indra. Dengan kata lain, akan lebih patut disebut sebagai sumber ilmu daripada indra.

Namun, sebelum melanjutkan pembahasan tentang akal sebagai sumber ilmu, ada baiknya kita juga membahas kecakapan-kecakapan mental lain yang dalam epistomologi Islam disebut pancaindra batin yang cukup efektif dalam membantu fungsi esensial akal. Yang pertama dari pancaindra bati itu disebut Indra Bersama (al-hiss al-musytarak). Mata boleh bisa melihat, telinga boleh bisa mendengar, kulit meraba, hidung mencium, dan lidah merasa, tetapi kecakapan mereka bersifat individual atau parsial. Tidak ada satupun dari alat-alat indra tersebut yang dapat menyatukan atau mengoordinasi data-data indriawi spesifik tersebut secara sintesis. Namun, karena dalam kenyataannya kita dapat mengenali data-daa indriawi tersebut secara sintesis dan utuh, harus ada kecakapan lain diluar kecakapan pancaindra lahir yang mampu menjalankan fungsi tesebut. Inilah yang disebut oleh Ibn Sina dengan al-hiss al-musytarak (indra bersama/ common sense). Indra batin inilah yang menyebabkan sebagai objek indriawi muncul sebagai sebuah kesatuan yang utuh dengan segala dimensinyadan tidak lagi data parsial yang biasa disumbangkan oleh tiap indra lahir.

Kedua, khayal atau daya imajinasi retentif. Seperti tadi, mata boleh melihat atau menangkap bentuk objek (termasuk warnanya) dengan sangat mengesankan; telinga boleh bisa menangkap ratusan nada yang berbeda-beda dengan sempurna. Namun, keduanya tidak bisa melestarikan atau merekam apa-apa yang mereka tangkap. Seperti kamera, mata bisa melihat objek-objek yang dicerapnya dengan baik, tetapi mata tidak memiliki tombol record, seperti yang dimiliki oleh sebuah kamera. Fungsi tersebut diambil alih, atau dimainkan secara sempurna, oleh indra batin lain yang disebut oleh Ibn Sina dengan al-khayal atau daya imajinasi retentif (retentive imaginative faculty). Khayal, dengan demikian, merupakan daya yang bisa melestarikan bentuk yang diangkap oleh mata, atau suara yang ditangkap oleh telinga, dan pencerapan-pencerapan indra lainnya. Daya ini sangat penting karena tanpa adanya daya khayal seperti ini, kita takkan pernah bisa mengingat wajah istri dan putra-putri kita, dan jika hal tersebut terjadi, tak bisa dibayangkan akibatnya, kita akan seperti orang yang kehilangan ingatan.

Indra batin yang ketiga disebut daya estimasi (wahm). Pancaindra lahir kita bisa menangkap dimensi-dimensi benda yang cukup rumit, tetapi mereka tidak bisa menangkap maksud yang tersembunyi dari sebuah benda. Fungsi itu hanya bisa dilaksanakan oleh apa yang disebut oleh Syaikh Al-Rais sebagai wahm (estimate faculty). Indra batin yang satu inilah yang dapat menilai apakah, misalnya, sebuah benda itu bermanfaat atau berbahaya sehingga kita dapat mengambil tindakan yang diperlukan, baik untuk menghindari diri dari benda tersebut jika berbahaya, maupun untuk mendekatinya jika bermanfaat. Tentu saja, keduanya sangat diperlukan untuk survival atau kelangsungan hidup kita. Maksud (intention) sebagai aspek batin yang ditangkap oleh wahm. Arti penting wahm ini-terutama untuk tujuan praktis dan, dalam kaitan dengan daya hewani yang lain, gerak (harakah)-mungkin dapat dilihat dari pertimbangan berikut ini. Seperti telah disinggung, dengan wahm, manusia (dan hewan) menjadi sadar bahwa sesuatu itu berbahaya atau bermanfaat bagi hidup kita. Ketika wahm kita menyimpulkan (tentunya berdasarkan pengalaman) bahwa api itu panas, kita akan mengambil tindakan yang diperlukan berupa tindakan menjauhi objek tersebut. Sebaliknya, ketika wahm kita menyimpulkan bahwa makanan atau minuman itu baik untuk kesehatan diri, kita pun mengambil tindakan berupa gerakan ke arah objek tersebut agar kebutuhan nutrisi kita bisa terpenuhi. Tanpa kecakapan ini, manusia akan sangat riskan terhadap bahaya, bahkan terhadap malapetaka yang bisa mengancam bahaya.

Indra batin keempat yang disebut imajinasi (mutakhayyilah atau compositive imaginative faculty). Sebagaimana indra bersama (al-hiss al-musytarak) mampu mengakap sebuah objek fisik secara utuh, demikian juga imajinasi dapat menangkap bentuk (shurah) secara komprehensif. Keunggulan imajinasi dibandingkan penglihatan dapat dilihat melalui perbandingan ini. Sementara mata kita hanya bisa melihat satu bentuk dalam sebuah benda, imajinasi tidak hanya dapat mengabstaksikan bentuk-bentuk itu dari bendanya, tetapi juga dapat menggabungkan bentuk manusia dan burung dalam sebuah bentuk unik yang bisa kita sebut burak. Ini hanya bisa dibayangkan dalam imajinasi, tetapi tidak pernah kita lihat sendiri dalam kenyataan. Atau, contoh yang diberikan sendiri oleh Ibn Sina adalah bahwa kita bisa membayangkan gunung yang terdiri dari zamrud atau emas sehingga kita menyebutnya gunung zamrud atau gunung emas. Kita bisa menemukan contoh-contoh lain, misalnya dalam pegasus (kuda terbang) atau unicorn (kuda bertanduk satu).

Dan indra batin kelima, yang disebut memori (al-hafizhah). Sebagaimana indra yang muncul dalam indra-bersama tidak bisa direkan sendiri oleh indra-bersama, tetapi oleh khayal, demikian juga bentuk-bentuk imajiner gabungan tersebut juga tidak bisa direkam sendiri oleh imajinasi. Untuk itu, kita membutuhkan memori (quwwat al-hafizhah) yang berguna untuk melestarikan bentuk-bentuk imajiner, sebagaimana kita membutuhkan khayal untuk merkam bentuk-bentuk fisik yang ditangkap oleh indra bersama. Memori inilah yang menyebabkan kita bisa mengingat tidak saja bentuk-bentuk fisik, tetapi juga bentuk-bentuk abstrak. Memori merupakan indra batin terakhir dalam sistem yang dibangun oleh Al-Farabi dan Ibn Sina.

Dengan pembahasan tentang indra-indra batin tersebut di atas, sekarang kita membahas akal sebagai sumber pengetahuan kita. Oleh para filosof Muslim, akal (al-aql) biasanya dibagi menjadi dua macam, akal praktis dan akal teoretis. Namun, karena kita bicara tentang akal sebagai sumber pengetahuan, sedangkan akal praktis berkaitan dengan tindakan (etika), disini akan lebih terfokus pada akal teoretis. Kita telah mendiskusikan tidak hanya kemampuan dan kelebihan pancaindra lahir, tetapi juga kekurangan-kekurangannya. Untuk menyempurnakan kesan indra ini agar menjadi pengetahuan sebagaimana adanya, kita membutuhkan alat lain yang kita sebut akal. Melalui akallah, kita dapat menyempurnakan pengetahuan kita tentang bentuk bulan yang seutuhnya, dan bukan hanya separuh sebagaimana yang dikesankan oleh mata kita.

Akal dapat melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh indra indra kita (baik lahir maupun batin), yaitu kemampuan untuk bertanya secara kritis. Melalui kemampuannya untuk menanyakan beberapa hal penting seperti tersebut di atas-apa, dimana, kapan, mengapa, bagaimana, siapa, dan lain-lain-akal telah menjadi sumber informasi yang luar biasa kayanya dengan menjawab semua pertanyaan tersebut, yang semuanya tidak bisa dipasok oleh indra. Dengan demikian, kita tidak bisa meragukan lagi pentingnya akal sebagai sumber pengetahuan kita, yang tanpanya manusia akan berada dalam kegelapan. Bagaimakan hal itu (kemampuan akal untuk bertanya) dapat dijelaskan? Itu tak lain karena akal memilki perangkat-perangkat, atau konstruksi-konstruksi mental, atau apa yang oleh Immanuel Kant disebut sebagai kategori-kategori, seperti kategori ruang, waktu, substansi, kausalitas, relasi, dan kuantitas.

Namun, kelebihan yang paling istimewa dari akal terletak pada kecakapan atau kemampuannya untuk menangkap kuiditas atau esensi dari sesuatu yang diamati atau dipahaminya. Dengan kecakapan ini, akal manusia dapat memahami konsep universal dari sebuah objek yang diamatinya lewat indra yang bersifat abstrak dan tidak lagi berhubungan dengan data-data partikular. Dengan kemampuan akal menangkap esensi (mahiyyah) dari benda-benda yang diamatinya, manusia bisa menyimpan jutaan makna atau pemahaman tentang pelbagai objek ilmu yang bersifat abstrak sehingga tidak memerlukan ruang fisik yang luas di dalam pikiran kita.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita masih membutuhkan sumber pengetahuan lain dari pengetahuan yang dapat menyempurnakan pengetahuan kita tentang sesuatu sebagaimana adanya? Meskipun tidak semua, para epistemolog Muslim pada umumnya meyakini keterbatasan akal dan keperluannya terhadap sumber lain yang lebih tinggi, yaitu hati (intuisi). Ibn Khaldun (w. 1405), misalnya, berkata, Sebagai timbangan emas atau perak, akal adalah sempurna. Namun, timbangan emas sesempurna apapun pasti tidak akan bisa untuk menimbang gunung. Oleh karena itu, diperlukan timbangan lain untuk menimbang hal-hal yang tidak bisa ditimbang oleh akal. Al-Ghazali ditempat lain berkata, Ketika kita dalam keadaan tidur (mimpi), tampak semua seperti masuk akal, tetapi ketika kita tersadar, tampak betapa mereka tidak masuk akal karena akal tidak mampu memahaminya. Bahkan, Ibn Sina sendiri sebagai filosof, yang tentunya sangat menggunakan akal, yaitu intuisi suci (al-hads al-qudsi) yang pada umumnya dimilki oleh seorang nabi. Apapun ungkapan para pemikir tersebut, mereka sepakat bahwa akal-betapapun sangat pentingnya ia-tetap terbatas dan karena itu memerlukan alat atau sumber lain, yaitu hati atau intuisi yang bentuk tertingginya adalah wahyu. Bergson (w. 1938) dan para pengikutnya menyatakan bahwa akal sangat kompeten untuk menganalisis ruang, tetapi tidak tentang waktu. Untuk memahami waktu, kita harus menggunakan intuisi sebagai alat atau metode filosofis yang paling tepat untuknya. Akal memang sangat kompeten untuk memahami apa yang saya sebut sebagai pengalaman fenomenal, tetapi tidak untuk pengalaman eksistensial.

Secara umum, kita bisa mengatakan bahwa intuisi mampu memahami banyak hal yang tidak bisa dipahami oleh akal. Marilah kita analisis beberapa kelamahan akal untuk bisa dengan lebih mudah mengenai keunggulan intuisi. (1) Rumi pernah berkata akal boleh menguasai seribu satu cabang ilmu, tetapi tentang hidupnya sendiri, ia tidak tahu apa-apa. Akal memang sangat berguna sebagai sumber ilmu, tetapi hanya sebagai kecapakan intelektual atau kecerdasan intelegensi. Akal sering dibuat tidak berdaya oleh persoalan-persoalan hidup yang lebih dalam, yang menyangkut sisi kehidupan emosional manusia. Ketika dihadapkan pada persoalan cinta, misalanya, akal tidak bisa berkata apa-apa. Pikiran kita buntu dan lidah menjadi kelu. Dengan kata lain, akal tidak mengerti banyak tentang pengalaman-pengalaman eksistensial, yaitu pengalamn yang secara langsung kita rasakan, dan bukan seperti yang kita konsepsikan. Hanya hati atau intuisilah yang mampu melakukannya.

(2) Akal dengan kebiasaannya meruang-ruang (spatilize) apapun yang menjadi objeknya cenderung memahami sesuatu secara general atau homogen sehingga tidak mampu mengerti keunikan sebuah momen atau ruang sebagaimana yang dialami secara langsung oleh seseorang. Bahwa setiap saat dari kehidupan kita unik, sulit dimengerti oleh akal karena bagi akal, satu menit disini akan sama saja dengan satu menit di mana pun. Akal tidak akan mengerti mengapa bagi seseorang ada ahri baik dan hari yang buruk. Demikian juga, akal tidak akan mengerti mengapa bagi orang-orang tertentu, ada tempat-tempat yang sakral dan ada yang profan.

(3) Akal, yang seperti yang dikatkan oleh Rumi dan Bergson, tidak mampu memahami objek penelitiannya secara langsung karena akal dengan menggunakan kata-kata atau simbol hanya akan berputar-putar seputar objek tersebut, tetapi tidak pernah dapat secara langsung menyentuhnya. Pengenalan akal terhadap objeknya adalah pengenalan yang bersifat simbolis, yakni melalui kata-kata, tetapi kata-kata saja tidak akan pernah memberi pengetahuan yang sejati (sebagaimana adanya) tentang sebuah objek yang dipelajarinya. Secara ironis, Rumi pernah bertanya dapakah anda menyunting sekuntum mawar dari M.A.W.A.R? Tidak, anda baru menyebut nama, cari yang empunya nama.

Untuk menutupi kekurangan akal tersebut, manusia dilengkapi oleh Tuhan intuisi atau hati (qalb) sehingga akan lengkaplah seluruh perangkat ilmu bagi manusia. Ketika akal tidak mampu memahami wilayah kehidupan emosional manusia , hati kemudian dapat memahaminya. Hati (intuisi) yang terlatihakan dapat memahami perasaan seseorang hanya, misalnya, dengan mendengar suara atau memandang matanya. Ketika akal hanya berkutat pada tataran kesadaran, hati bisa menerobos ke alam ketidaksadaran (atau alam gaib dalam bahasa religius) sehingga mampu memahami pengalaman-pengalaman mistik atau religius) sehingga mempu memahami pengalamn-pengalaman non-indriawi atau apa yang sering disebut ESP (extra-sensory perception). Ia bahkan bisa berkomunikasi melalui bahasa hati dengan makhluk-makhluk gaib, seperti malaikat, jin, atau bahkan Tuhan sendiri, seperti yang dialami oleh para nabi. Ibarat radar, hati manusia terkadang mampu menangkap sinyal dari langit dengan begitu terang, batapapun rendahnya sinyal itu dari sudut pandang akal.

Selain itu, hati juga mampu, seperti telah disinggung, memahami keunikan-keunikan setiap peristiwa atau kejadian yang kita alami sehari-hari. Dengan dihindarinya kecenderungan-kecenderungan generalisasi dan spasialisasi yang bersifat rasioanal, hati (intuisi) mampu melihat dan menghayati setiap peristiwa apapun sebagai peristiwa yang istimewa dan partikular. Hati inilah yang dapat memahami pengalaman langsung yang kita rasakan dalam apa yang saya sebut sebagai pengalamn-pengalaman eksistensial, yaitu pengalaman riil manusia seperti yang dirasakan langsung, dan bukan sebagaimana dikonsepsikan akal. Hati inilah yang dapa mengerti mengapa, misalnya, rentang waktu satu jam terasa berbeda bagi yang ditunggu dibandingkan yang menunggu. Hati atau intuisi ini jugalah yang dapat memahami mengapa sebuah halte bus bisa begitu indah dan mengesankan bagi mereka yang sedang kasmaran, tetapi begitu menjemukkan bagi mereka yang sedang kalut pikirannya. Padahal, bagi akal, tempat itu akan sama saja bagi siapa pun yang berada di sana. Selanjutnya, melalui hati ini juga kita bisa mengerti mengapa bagi orang yang beriman ada tempat-tempat yang dipandang suci (sakral), demikian jua kota-kota atau situs-situs suci, sebagaimana juga hari-hari atau bulan-bulan suci, dan ada juga tempat-tempat dan waktu-waktu yang biasa atau profan.

Terakhir, hati juga mempunyai kemampuan untuk mengenal objeknya secara lebih akrab dan langsung. Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan eksperimental atau pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman. Ia mengerti manis bukan dari kata orang atau bacaan, melainkan justru denga mencicipinya.

Manajemen PengetahuanPemikiran mengenai manajemen pengetahuan berkembang dan digunakan sejak tahun 90 an . Para peneliti dan pakar mengenai manajemen pengetahuan yang mulai meneliti dan mengkaji secara akademis pada tahun 70-an diantaranya Peter Ducker , kemudian di akhir 80-an Karl-Erik Sveiby , serta Nonaka dan Takeuchi pada 1990.

Manajemen Pengetahuan dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh perubahan waktu, ekonomi, sosial, dan teknologi . Di era perdagangan bebas dunia sekarang ini membuat kesempatan baru dan meningkatan kompetisi yang merupakan tantangan bagi organisasi-organisasi, terutama organisasi bisnis . Untuk meningkatkan produktifitas dan keuntungan organisasi bisnis memanfaatkan perkembangan teknologi dan teknologi jaringan . Manajemen pengetahuan pun sempat diidentikan dengan teknologi informasi .

Menurut Gupta dan Govidrajat (2000) dalam penelitiannya menyangkal pernyataan tersebut . Gupta dan Govidrajat berpendapat bahwa yang paling menentukan dalam keefektifan manajemen pengetahuan yaitu kondisi ekologi sosial organisasi yang meliputi budaya, struktur, sistem informasi, sistem penghargaan, proses, manusia, dan kepemimpinan . Saat ini manajemen pengetahuan sangat diminati oleh organisasi bisnis . Menurut sebuah studi di tahun 1997, walaupun baru 28 % perusahaan terbesar di Amerika Serikat dan Eropa mengaku sudah menerapkan manajemen pengetahuan, 50 % lainnya sedang bersiap-siap melaksanakannya, dan 93 % mengatakan sudah membuat rencana. Tiga tahun setelah itu sebuah studi lain menunjukkan bahwa 50 % dari perusahaan-perusahaan besar di dunia telah menerapkan manajemen pengetahuan. (Smith dan Farquar dalam Putu Pendit, 2000)

Dalam perkembangannya manajemen pengetahuan tidak lepas dari perkembangan pengetahuan. Donald Clark membagi sejarah pengetahuan ke dalam empat kategori, yaitu: Tehnologi; Era; Paradigma; dan Struktur Pengetahuan.

Definisi dari manajemen pengetahuan adalah suatu proses penerapan pendekatan sistematik untuk menangkap, menyusun, mengelola, dan menyebarkan pengetahuan di seluruh organisasi untuk mempercepat kerja, menggunakan best practice, dan mengurangi biaya pengerjaan ulang dari proyek ke proyek. Selain itu defini manajemen pengetahuan seperti dijelaskan oleh Tobing yang mengutip definisi dari American Productivity and Quality Centre (2007), manajemen pengetahuan adalah pendekatan-pendekatan sistemik yang membantu muncul dan mengalirnya informasi dan pengetahuan kepada orang yang tepat pada saat yang tepat untuk menciptakan nilai.

Dari definisi ini, perlu dijelaskan lebih lanjut perbedaan antara informasi dan pengetahuan. Tobing (2007) mengutip pendapat Drucker yang mendefinisikan knowledge sebagai informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif dari tindakan sebelumnya.

Proses transformasi informasi menjadi knowledge menurut Davenport dan Prusak yang juga dikutip oleh Tobing (2007) sebagai berikut:

COMPARISON yaitu tahap membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan situasi yang lain yang telah diketahui. CONSEQUENCES yaitu menemukan implikasi-implikasi dari informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan atau tindakan. CONNECTIONS yaitu tahap menemukan hubungan-hubungan bagian-bagian kecil dari informasi dengan hal-hal lainnya. CONSERVATION yaitu membicarakan pandangan, pendapat serta tindakan orang lain terkait informasi tersebut.

Honeycutt (2000) menuliskan manajemen pengetahuan adalah suatu disiplin yang memperlakukan modal intelektual sebagai aset yang dikelola. Manajemen pengetahuan mengubah pengalaman dan informasi menjadi hasil. Manajemen pengetahuan bukan suatu database terpusat yang berisi semua informasi yang diketahui oleh semua karyawan, tetapi merupakan ide untuk mendapatkan ilham bisnis dari berbagai sumber. Sumber ini termasuk database, website, pegawai, mitra bisnis, dan menggali informasi di mana pun berada.

Menurut Tang (2000), manajemen pengetahuan membutuhkan pertalian informasi dengan informasi, informasi dengan aktivitas dan informasi dengan manusia untuk mewujudkan sharing pengetahuan. Tang (2000) juga menyatakan, manajemen pengetahuan dalam perpustakaan adalah meningkatkan hubungan dalam dan diantara perpustakaan, diantara perpustakaan dan pengguna, untuk memperkuat pengetahuan, jaringan dan mempercepat aliran pengetahuan.

Jenis dan Bentuk Pengetahuan dalam Manajemen Pengetahuan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit Knowledge adalah Pengetahuan yang sulit diartikulasikan, dituliskan dalam kata-kata, teks, maupun gambar; Berada di dalam benak orang yang mengetahui; Tersimpan dalam pikiran manusia, sulit diformulasikan (misalnya keahlian sesorang); serta Penting untuk melakukan kreatifitas dan inovasi; Misalnya pengalaman bertahun-tahun yang dimiliki oleh ahli.

Sedangkan Explicit Knowledge adalah Pengetahuan yang telah ditangkap dan dinyatakan dalam kata-kata, teks, maupun gambar; Telah ada dalam bentuk konkrit/ nyata; dan dapat dikonversikan ke Tacit dengan pemahaman dan penyerapan; Misalnya dokumen, database, materi audio visual, dll.

Sumber kekuatan internal organisasi yang tidak mungkin diadaptasi oleh pesaing manajemen pengetahuan. Pengetahuan eksis disetiap individu dan masing-masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda satu sama lainnya. Para pesaing tidak mungkin meniru pengetahuan yang dipunyai oleh perusahaan .

Interaksi antara tacit dan explicit knowledge ini disebut sebagai proses konversi knowledge (process knowledge conversion). Proses konversi dapat berasal dari knowledge yang bersifat tacit atau explicit untuk diubah menjadi knowledge yang bersifat tacit atau explicit. Apabila knowledge telah berubah menjadi tacit , maka knowledge siap digunakan antara lain untuk menghasilkan produk baru dan melakukan pelayanan yang lebih baik, sedangkan bila knowledge telah diubah menjadi explicit, maka knowledge siap untuk ditransfer kepada seluruh karyawan dalam perusahaan atau diubah ke dalam expert system.

Pelaksanaan knowledge management dalam organisasi melibatkan tiga komponen yaitu:1. Manusia. Penerapan knowledge management yang berhasil harus didukung dengan ketersediaan manusia yang kompeten. Oleh sebab itu hal pertama yang perlu dikembangkan adalah kompetensi manusia yang ada dalam organisasi dan kemudian memastikan individu dalam organisasi mengetahui dengan jelas peran dan tanggung jawab masing-masing dalam mengelola pengetahuan dan menjalankan proses knowledge management (mempelajari, meningkatkan, atau mengalirkan pengetahuan).2. Proses. Proses knowledge management yang jelas akan mempermudah inovasi/penciptaan pengetahuan dan mempermudah transfer pengetahuan. Oleh karena itu perlu dibuat proses transfer dan aliran pengetahuan yang baik melalui identifikasi dan pemetaan pengetahuan serta analisa jejaring sosial.3. Teknologi. Teknologi akan membantu kolaborasi dan komunikasi yang terjadi dalam proses knowledge management diantaranya dengan menangkap, menyimpan, dan mempermudah menggunakan informasi. Oleh sebab itu perlu dibangun sarana pendukung kolaborasi dan komunikasi berbasis teknologi seperti misalnya basis data penyimpanan(database), server, portal, atau perangkat teknologi informasi lainnya.

Sebagai sumber daya bagi suatu organisasi , sebaiknya organisasi mengelola manajemen pengetahuan dengan baik. Studi yang dilakukan oleh Davenport at. el. (1998) mengindentifikasikan empat tahapan yang perlu dilakukan suatu organisasi agar Manajemen Pengetahuan dapat menjadi sumberdaya stratejik ;1. Pengetahuan dapat disimpan.Data, informasi, maupun pengetahuan dapat disimpan dalam bentuk dokumentasi agar mudah ditelusuri bila dibutuhkan . Bagi pengetahuan yang sifatnya tacit, sebaiknya diartikulasikan menjadi codifiedlexplicit knowledge . Pengetahuan yang dapat disimpan memudahkan organisasi untuk menelusurinya dan memanfaatkan di setiap kesempatan .

2. Pengetahuan mudah diakses .Setiap anggota organisasi mempunyai aloes yang sama terhadap knowledge base organisasi. Agar proses aksessibilitas dan transfer mudah dilakukan antar anggota, organisasi perlu memfasilitasi dengan memanfaatkan teknologi misalnya video conference, jaringan internet dan intranet, telepon, dan faksimili. Banyak organisasi mempunyai ruang perpustakaan sehingga anggotanya mudah mengakses pengetahuan-pengetahuan terbaru melalui buku-buku, jurnal-jumal, dan media cetak .

Organisasi memfasilitasi juga dengan aturan dan prosedur yang memudahkan setiap orang dapat mengakses pihak-pihak dan anggota organisasi lain yang mempunyai pengetahuan.

3. Peningkatan pengetahuan didukung oleh organisasiLingkungan eksternal berubah dengan cepat akibatnya organisasi harus senantiasa berdaptasi . Kemampuan organisasi untuk beradaptasi perlu dukungan pengingkatan pengetahuan . Organisasi perlu menciptakan lingkungan yang mampu mempercepat peningkatan pengetahuan . Temuan Davenport et al. (1998) mengungkapkan perlunya sentralisasi struktur organisasi, dan perubahan budaya kerja yang mendukung kreatifitas anggota organisasi . Hal konkrit yang bisa dilakukan perusahaan yaitu dengan memberikan penghargaan bagi anggota organisasi yang menyumbangkan pengetahuan kepada knowledge base organsiasi . Penghargaan yang diterima dapat berupa peningkatan kompensasi maupun promosi pangkat/jabatan .

4. Mengelola pengetahuan sebagai asset .Dalam organisasi, aset dapat berbentuk barang berwujud maupun barang berwujud . Organisasi berfokus kepada dua aset tersebut . Pengetahuan, merupakan aset tidak berwujud, harus diperlakukan sebagai aset berwujud yaitu dapat diukur . Skyrme dan Amidon (1998) mengemukakan bahwa pengetahuan (knowledge) dapat diukur dengan menggunakan balanced scorecard. Dimensi innovation dan learning dalam balanced scorecard merupakan proses aktivitas manajemen pengetahuan. Meskipun ada debat dalam pengukurannya, Skyrme dan Amidon (1998) menyakini bahwa dimensi innovation dan learning mempunyai potensi untuk mengukur pengetahuan sebagai aset.

Organisasi yang mempunyai pengetahuan superior mampu mengkoordinasi dan mengkombinasikan sumberdaya-sumberdaya tradisional dan kapabilitas dalam bentuk dan cara barn sehingga dapat memberikan nilai lebih bagi pelanggan. Dengan memiliki sumberdaya intelektual yang superior, organisasi dapat mengetahui bagaimana mengembangkan dan mengeksploitasi sumberdaya tradisonal lebih baik daripada pesaing meskipun sumberdaya tersebut tidak unik dan mudah ditiru . Pengetahuan dapat dikategorikan sebagai sumberdaya stratejik terpenting sehingga dapat digunakan untuk keunggulan kompetitf yang tahan lama .

Pengetahuan, terutama tacit knowledge, berpotensi menjadi sumberdaya yang unik dan sukar ditiru . Tidak seperti sumberdaya tradisional lainnya, tacit knowledge tidak dapat diperdagangkan dalam bentuk siap pakai . Untuk meniru tacit knowledge organisasi, pesaing setidaknya memiliki pengalaman yang serupa dan untuk mendapatkannya memerlukan waktu yang lama . Untuk mempertahankan keberlangsung keunggulan kompetitif, organisasi dapat melakukan dengan menambah pengetahuan baru . Gabungan pengetahuan lama dan baru menciptakan keunikan baru yang akhirnya menciptakan kesempatan untuk melakukan sinergi pengetahuan .

Pengetahuan dapat menjadi keunggulan kompetitif yang tahan lama bila organisasi mengetahui lebih banyak akan sesuatu dibandingkan pesaing. Tidak seperti sumberdaya tradisional lainnya yang dapat berkurang saat digunakan, pengetahuan justru akan meningkat pada saat digunakan. Pengetahuan yang semakin sering digunakan akan semakin bernilai bagi organisasi.

Dengan menjadikan manajemen pengetahuan menjadi keunggulan kompetitif organisasi sebaiknya Manajemen Pengetahuan dimanfaatkan dan diterapkan secara nyata oleh perusahaan. Bentuk konkrit penerapan adalah mengembangkan strategi organisasi berbasis pengetahuan . Strategi yang berbasis pengetahuan diharapkan mampu lebih mengeksplorasi keunikan yang dimiliki organisasi .

PenutupIlmu Pengetahuan tidaklah bertentangan dengan Islam, justru Islam menyuruh penganutnya untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan bahkan mewajibkannya, termasuk di dalamnya Islam tidak melarang ummatnya berfilsafat. Hanya saja larangan itu muncul apabila ummat Islam sudah berfilsafat sebelum aqidahnya kuat, hal ini akan melahirkan penyimpangan berfikir yang bisa menyesatkan bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Manajemen Pengetahuan merupakan salah satu cara manusia atau organisasi untuk membuat, merawat dan mengembangkan organisasi agar dapat menggunakan pengetahuan sebaik-baiknya untuk menciptakan nilai tambah dan meningkatkan keuntungan kompetitif. Maka dari itu manajemen pengetahuan perlu diterapkan di suatu organisasi agar menjadikan organisasi terseut memiliki nilai tambah dan daya saing yang baik di lingkungan internal dan eksternal.

Sumber:1. Kartanegara, Mulyadhi, (2003), Pengantar Epistemologi Islam, Mizan, Bandung2. Afif Muhammad, MA, Dr., (2004), Dari Teologi ke Ideologi, Pena Merah, Bandung3. Leaman, Oliver (2001), Pengantar Filsafat Islam Sebuah Pendekatan Tematis, Mizan, Bandung.4. Muhammad Baqir Ash Shadr, (1993), Falsafatuna, Mizan, Bandung5. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, (2003), Buku Daras Filsafat Islam, Mizan, Bandung6. Musa Asyarie, (2002), Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berfikir, LESFI, Yogyakarta.7. http://drisbah-consultation.blogspot.com/2012/08/pemikiran-kreatif-menurut-pandangan.html8. http://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/9. http://iviehany.blogspot.com/2012/12/ilmu-pengetahuan-menurut-islam.html10. http://imtaq.com/pandangan-islam-terhadap-ilmu-pengetahuan/11. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_pengetahuan12. http://mgt-sdm.blogspot.com/2013/03/knowledge-management.html13. http://pengertianmanagement.blogspot.com/2012/11/pengertian-knowledge-management.html14. http://wishbeukhti.wordpress.com/2011/01/17/knowledge-management/15. http://matakuliahmanajemenpengetahuan.wordpress.com/2013/03/01/tugas-1-8/

|1