qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
Nadiya Elfira Bilqis – 125070100111035 – PD A
9/12/2012
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
1. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa adalah alat komunikasi yang memiliki peran yang sangat
signifikan, terutama bagi bangsa Indonesia. Bahasa sebagai alat
komunikasi telah digunakan semenjak kepulauan Nusantara ini terbentuk
dan dihuni oleh spesies-spesies homo sapiens (manusia), yang mana
merupakan nenek moyang bangsa Indonesia. Bahasa yang digunakan
dapat berupa ucapan sederhana, gerakan tangan, anggukan kepala,
kerlingan mata, bahkan goyangan tubuh atau bahasa tubuh yang lain.
Pada masa nenek moyang yang masih primitif, manusia yang dilahirkan
dengan hakikat sebagai makhluk cerdas telah menemukan berbagai
macam cara untuk berkomunikasi satu sama lain sehingga dalam
kelompok yang mereka huni mampu terjalin kesatuan dan koordinasi
yang erat.
Seiring berjalannya waktu, manusia tumbuh semakin cerdas.
Berbagai macam alternatif bahasa dalam bentuk rangkaian kata telah
digunakan oleh masyarakat Nusantara. Dorongan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mengakselerasi kemampuan berbahasa masyarakat. Hal
itu dibuktikan dengan kemampuan masyarakat untuk berbahasa Arab,
Persia, Cina, dan Melayu yang mana merupakan mitra dagang masyarakat
Nusantara. Walaupun begitu, penggunaan bahasa dalam bentuk rangkaian
kata yang diucapkan masih berfungsi maksimal pada lingkup regional
saja.
Menjelang datangnya para penjajah yang akan membawa banyak
akulturasi budaya dan bahasa, bangsa Indonesia telah memiliki kekayaan
budaya dan bahasa daerah. Hal tersebut dapat terjadi karena kekuatan
kolektivitas atau kedaerahan yang tinggi. Banyaknya pembagian
kekuasaan dalam bentuk kerajaan-kerajaan yang tak jarang diwarnai
dengan peperangan akan berdampak buruk pada bangsa Indonesia sendiri.
Tak adanya penyatuan kekuatan dan satu bahasa sebagai komunikasi
utama menyulitkan pergerakan melawan para penjajah yang mulai
mengeksploitasi Nusantara.
Kekayaan sumber daya alam Nusantara menarik para penjajah
untuk saling berebut kekuasaan akan tanah milik rakyat Indonesia.
Banyaknya pergantian atau pemindahan kekuasaan penjajah
mengakibatkan banyak variasi dalam proses akulturasi bahasa Nusantara.
Penggunaan bahasa, terutama bahasa daerah, sebagai alat komunikasi
rakyat mulai terkontaminasi dengan Bahasa Portugis, Spanyol, Inggris,
Belanda, dan Jepang. Penggunaan Bahasa Belanda sebagai bahasa
perantara rakyat lebih sering digunakan mengingat lamanya penjajahan
oleh Belanda, yaitu kurang lebih 350 tahun. Selama itulah rakyat
Indonesia menjadi budak penjajah yang menderita dan tak memiliki jati
diri. Tak hanya diperbudak secara fisik dan mental, rakyat Indonesia juga
diperbudak harga dirinya.
Pada masa yang kelam itulah setitik harapan muncul dari kaum
terpelajar Indonesia. Pada tahun 1908, kaum intelektual Indonesia yang
diprakarsai oleh Dr.Wahidin Widyodiningrat, dr. Soetomo, dan Ki Hadjar
Dewantara mulai menyuarakan pentingnya persatuan dan kesatuan
bangsa. Kaum intelektual Indonesia mulai mendirikan organisasi-
organisasi yang menyuarakan kebangkitan rakyat Indonesia. Organisasi-
organisasi ini menyadari penggunaan Bahasa Belanda tak akan dapat
menyatukan seluruh penjuru tanah air. Indonesia membutuhkan bahasa
persatuan: Bahasa Indonesia.
Penemuan Bahasa Indonesia dimulai dari pemikiran akan
kemudahan pemahaman bahasa oleh rakyat, penyebaran bahasa tersebut,
dan semangat menentang penjajah dengan tidak akan pernah
menggunakan bahasa dari para penjajah lagi. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan di atas, kaum intelek Indonesia memutuskan penggunaan
Bahasa Melayu dengan beberapa revisi sebagai bahasa kesatuan
Indonesia, yaitu Bahasa Indonesia. Pemilihan Bahasa Melayu juga
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: telah digunakannya Bahasa
Melayu oleh partai-partai rakyat terbesar seperti Serikat Islam, telah
digunakannya Bahasa Melayu dalam surat kabar dan majalah Indonesia,
serta rasa kesatuan yang ditimbulkan dari penggunaan Bahasa Melayu
yang direvisi karena Bahasa Melayu tidak datang dari para penjajah,
melainkan datang dari tanah Nusantara sendiri.
Pembicaraan mengenai bahasa dan kesusastraan Indonesia dimulai
sejak Kongres Pemuda Indonesia yang pertama pada tahun 1926. Pada
kongres itu, Muh.Yamin menyampaikan kemungkinan-kemungkinan
mengenai penggunaan Bahasa Indonesia di masa yang akan datang.
Akhirnya, pada tahun 1928 dalam Kongres Pemuda Indonesia yang
kedua, pemuda-pemudi Indonesia telah bersumpah:
SUMPAH PEMUDA
1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia
Dengan diputuskannya hal-hal tersebut, terutama pada isi Sumpah
Pemuda yang ketiga, tugas para pemuda Indonesia adalah untuk merintis,
mengembangkan, dan mempertahankan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
kesatuan Negara Indonesia.
Selanjutnya, semangat masyarakat Indonesia demi memiliki bahasa
kesatuan sendiri dan tak lagi menggunakan Bahasa Belanda semakin
menggebu-gebu. Salah satu buktinya adalah terbitnya majalah bulanan
Pujangga Baru yang dipelopori oleh S. Takdir Alisjahbana, Armijn Pane,
dan Amir Hamzah pada tahun 1933. Dilanjutkan dengan adanya Kongres
Bahasa Indonesia yang pertama pada tahun 1938 di Surakarta. Kongres
Bahasa Indonesia diadakan dengan tujuan untuk memperjelas aturan-
aturan dalam Bahasa Indonesia, menciptakan pegangan yang tepat dan
tidak rancu bagi pemakai bahasa, dan mengusahakan dengan berbagai
cara agar Bahasa Indonesia dapat tersebar luas di Nusantara dan dapat
digunakan oleh seluruh masyarakat.
Kongres Bahasa Indonesia yang pertama memelopori munculnya
pandangan-pandangan mengenai masa depan Bahasa Indonesia. Dalam
keputusan kongres, dikemukakan akan perlunya pembentukan lembaga
yang menangani Bahasa Indonesia, penentuan istilah-istilah, pengadaan
ejaan baru Bahasa Indonesia, dan penentuan tata bahasa baru yang sesuai
dengan perubahan dalam Bahasa Indonesia. Akan tetapi, hasil dari
Kongres Bahasa Indonesia pertama belum menampakkan hasil yang
signifikan karena belum adanya lembaga atau organisasi yang mampu
menjalankan keputusan-keputusan tersebut.
Perkembangan Bahasa Indonesia mengalami kemajuan yang pesat
pada zaman penjajahan Jepang. Jepang memberikan kesempatan kepada
bangsa Indonesia untuk mengembangkan dan menggunakan Bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari demi menarik perhatian
masyarakat Indonesia. Walau pada akhirnya hal tersebut tetap berujung
pada penjajahan negara Indonesia, kesempatan yang diberikan telah
membuat perubahan besar. Rakyat Indonesia sudah mulai meninggalkan
Bahasa Belanda yang selama ini digunakan. Bahasa Indonesia digunakan
di mana-mana, baik dalam percakapan sehari-hari, rapat dan musyawarah,
radio, dan surat kabar.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Kongres Bahasa
Indonesia diadakan kembali demi memperbaharui ejaan, tata bahasa, dan
aturan-aturan lain dalam Bahasa Indonesia. Kongres Bahasa Indonesia
kedua diadakan di Medan pada bulan November 1954. Selanjutnya, sejak
tahun 1978, Kongres Bahasa Indonesia diadakan secara berkelanjutan
setiap 5 tahun sekali pada akhir Oktober untuk memperingati SUmpah
Pemuda. Kongres Bahasa Indonesia terakhir yaitu kongres yang
kesempbilan diadakan di Jakarta pada tahun 2008.
2. Kedudukan Bahasa Indonesia Secara Formal
2.1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan
Indonesia terdiri atas puluhan ribu pulau dengan ribuan macam
budaya. Setiap kebudayaan dan daerah di Indonesia memiliki bahasa
daerah masing-masing. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia hadir
sebagai pemersatu bangsa. Dengan Bahasa Indonesia, masyarakat
Indonesia dari berbagai daerah dan budaya yang berbeda mampu
berkomunikasi dengan baik.
2.2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Bahasa Indonesia digunakan dalam melambangkan Indonesia dan
menjadi kebanggaan nasional. Bahasa Indonesia mampu menunjukkan
identitas bangsa secara menyeluruh. Bahasa Indonesia mampu
menyatukan masyarakat antar bangsa, antar daerah, dan antar budaya
dari Sabang sampai Merauke.
2.3. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia digunakan dalam setiap kegiatan kenegaraan.
2.4. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi
Bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah yang
telah ditentukan (EyD). Sifat resmi dari bahasa Indonesia membuat
Bahasa Indonesia dapat berlaku secara universal. Bahasa Indonesia
digunakan dalam setiap acara-acara resmi.
2.5. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Budaya
Bahasa Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan bangsa yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan
nasional. Bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri sendiri yang
menunjukkan identitas Indonesia.
2.6. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ilmu
Bahasa Indonesia digunakan dalam penyampaian setiap kegiatan
pendidikan, seperti dalam sekolah dasar, menengah, lanjutan, dan
bangku perkuliahan. Bahasa Indonesia adalah satu-satunya bahasa
universal Indonesia untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahasa Indonesia memiliki peran signifikan dalam
memajukan pendidikan dan dunia keilmuan di Indonesia.
3. Fungsi Bahasa Indonesia
3.1. Secara Formal
3.1.1. Sebagai Jati Diri Bangsa
Bahasa Indonesia menunjukkan harga diri, kebesaran, dan
kebanggaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.1.2. Sebagai Kebanggaan Nasional
Memiliki bahasa nasional sendiri menciptakan kebanggaan
bagi bangsa Indonesia. Indonesia tidak menjadi
mempermalukan diri dengan menggunakan bahasa negara
lain. Apalagi jika Bahasa Indonesia digunakan oleh bangsa
lain, maka akan menambah
3.1.3. Sebagai Sarana Pemersatu Berbagai Suku Bangsa
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan
perbedaan budaya dan bahasa. Oleh karena itu, Bahasa
Indonesia hadir sebagai alat pemersatu masyarakat seluruh
Indonesia.
3.1.4. Sebagai Sarana Komunikasi Antardaerah dan Antarbudaya
Daerah
Perbedaan bahasa daerah mampu menghambat komunikasi
masyarakat dari daerah dan budaya yang berbeda. Oleh
karena itu, Bahasa Indonesia dapat digunakan oleh
masyarakat dari daerah yang berbeda untuk berkomunikasi
3.2. Secara Umum
3.2.1. Sebagai Alat Komunikasi
Dengan bahasa, kita mampu berbicara dan membuat lawan
bicara kita mengerti dengan apa yang kita bicarakan, dan
sebaliknya, atau dengan kata lain: saling berkomunikasi.
3.2.2. Sebagai Alat untuk Beradaptasi
Dengan berbahasa, kita bisa berkomunikasi dan
mengakrabkan diri dengan orang lain. Kita juga mampu
menanyakan hal-hal yang belum kita ketahui, yang mana
akan membantu kita untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang baru.
3.2.3. Sebagai Alat untuk Identifikasi
Bahasa mampu mendeskripsikan tentang berbagai macam
hal yang membantu kita untuk melakukan identifikasi.
3.2.4. Sebagai Alat untuk Mendeteksi Kebohongan Orang Lain
Perbedaan seseorang yang mengatakan kebohongan dan
kejujuran adalah dengan melihat ekspresi wajah, mata, dan
perkataan atau bahasanya. Seseorang yang berbohong akan
berbahasa dengan gugup dan berbeda dari kesehariannya,
antara lain: berusaha menutupi beberapa hal, defensif, dan
melakukan pemilihan kata sebelum berucap.
3.2.5. Sebagai Alat untuk Mengukur Tingkat Kecerdasan dan
Keilmuan Seseorang
Orang yang berilmu dan cerdas dapat dilihat dari bahasa
ketika orang tersebut menulis atau berbicara. Bahasa yang
digunakan memiliki makna dan pemilihan kata yang tepat,
biasanya menggunakan bahasa ilmiah yang sarat makna.
3.2.6. Sebagai Alat untuk Mengukur Kedalaman Berpikir
Seseorang
Kedalaman berpikir seseorang terlihat dari cara berbahasa
orang tersebut. Pemilihan kata yang digunakan membuat
pendengar atau pembacanya berpikir jauh. Seseorang yang
memiliki kedalaman berpikir biasanya berfilsafat dalam
setiap kata dan kalimatnya.
3.2.7. Sebagai Alat untuk Mengekspresikan Diri
Bahasa Indonesia dapat digunakan untuk mengungkapkan
perasaan atau ekspresi yang sedang kita rasakan. Kita dapat
menunjukkan apa yang ingin kita tunjukkan pada orang lain
melalui bahasa dan ekspresi, sehingga orang lain akan
memahami apa yang kita rasakan.
3.2.8. Sebagai Alat untuk Membangun Image (Tanda Diri)
Setiap individu ingin dikenal oleh orang lain. Oleh karena
itu, setiap orang selalu berusaha untuk menciptakan tanda
diri atau image. Bahasa berperan besar dalam menciptakan
image. Ketika seseorang memperkenalkan diri dan bergaul,
secara otomatis orang tersebut akan memilih bahasa yang
mengekspresikan dirinya. Begitu pula saat bergaul dengan
orang lain.
3.2.9. Sebagai Cermin Berpikir
Kata-kata yang dipilih saat berbahasa menunjukkan apa
yang dipikirkan oleh sang pembicara. Bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi menggambarkan
bagaimana gaya berpikir seseorang.
3.2.10. Sebagai Alat untuk Menunjukkan Rasa Kasih Sayang
Dalam mengungkapkan perasaan kepada orang lain,
pemilihan bahasa sangat menentukan bagaimana respon
lawan bicara kita. Oleh karena itu, pemilihan dan
penggunaan bahasa yang baik sangat mendukung dalam
menengekspresikan rasa kasih sayang.
3.2.11. Sebagai Bahan Diskusi
Bahasa bukanlah sesuatu yang pasti. Dalam
perkembangannya, Bahasa Indonesia selalu mengalami
perubahan (dinamis), seperti perubahan aturan ejaan,
penemuan kata baru, akulturasi dari bahasa asing, dan
sebagainya. Sehingga, Bahasa Indonesia adalah bahan yang
menarik untuk didiskusikan.
3.2.12. Sebagai Penunjuk untuk Introspeksi Diri
Pemilihan bahasa lawan bicara kita saat berkomunikasi
mampu menunjukkan apakah kita telah melakukan
kesalahan atau tidak. Terkadang, ketika orang lain
mengetahui bahwa kita salah,tanpa sadar mereka akan
mengungkapkan kesalahan kita secara implisit melalui
bahasa yang mereka gunakan.
3.2.13. Sebagai Kontrol Sosial
Contoh penerapan Bahasa Indonesia sebagai kontrol sosial
antara lain: pemakaian Bahasa Indonesia pada papan
peringatan jalan, ceramah, orasi publik, iklan layanan
masyarakat, acara-acara di televisi, dan sebagainya.
4. Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia.
http://bahasa-indonesia-universitas.blogspot.com/2011/10/kedudukan-
dan-fungsi-bahasa-indonesia.html. Tanggal akses: 9 September 2012
pukul 15.27.
Badan Bahasa Kemdikbud. 2008. Putusan Kongres Bahasa Indonesia.
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/
PutusanKBI-1-9.pdf. Tanggal akses: 9 September 2012 pukul 16.05.
Badan Bahasa Kemdiknas. 2009. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan.
http://badanbahasa.kemdiknas.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/
UU_2009_24.pdf. Tanggal akses: 10 September 2012 pukul 12.15
Dardjowidjojo, Soenjono. 1985. Perkembangan Linguistik di
Indonesia. Jakarta: Penerbit Arcan.
Kridalaksana, Harimurti. 1991. Masa Lampau Bahasa Indonesia:
Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Muslich, Masnur. 2006. Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi.
http://re-searchengines.com/1006masnur.html. Tanggal akses: 10
September 2012 pukul 06.25.
Nujumiyah. 2012. Makalah Sejarah Bahasa Indonesia.
http://kumpulan-makalahkita.blogspot.com/2012/07/makalah-sejarah-
bahasa-indonesia.html. Tanggal akses: 10 september 2012 pukul
06.15.
Pahlevi, Muhammad Reza. 2011. Kedudukan Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Negara dan Bahasa Nasional.
http://ejhapahlevi.blogspot.com/2011/11/kedudukan-bahasa-indonesia-
sebagai.html. Tanggal akses: 11 september 2012 pukul 13.30.
R.N, Tri Wahyu. 2011. Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial.
http://udifq.wordpress.com/2011/05/18/bahasa-sebagai-alat-kontrol-
sosial/. Tanggal akses: 12 september 2012 pukul 06.00
Wikipedia. 2012. Sumpah Pemuda.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda. Tanggal akses: 10
September 2012 pukul 06.10.
Wikipedia. 2012. Kongres Bahasa Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Bahasa_Indonesia. Tanggal
akses: 12 september 2012 pukul 05.42