Analisis Perbandingan Kesempatan Kerja, Penduduk Pengangguran, dan Penduduk
½ Pengangguran Terkait Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara periode 2009-2011
Oleh
Rusma Prima Rokhmaningtyas❑
❑Jurusan Geografi dan Ilmu Lingkungan Fakultas Geografi UniversitasGadjah Mada
Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah
masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang
saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur
dan setengah penganggur mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Sedangkan
jumlah pengangguran dan setengah pengangguran di dalam penduduk yang tinggi
merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi
beban keluarga dan masyarakat, sumber utama penyebab kemiskinan penduduk,
dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang (Depnakertrans, 2004).
Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan
pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya
ketidakseimbangan antara jumlah angkatan kerja dengan besarnya kesempatan kerja
mengakibatkan munculnya masalah pengangguran dan setengah pengangguran di
dalam penduduk. Kesempatan kerja dapat diketahui melalui persentase hasil
perhitungan perbandingan penduduk bekerja dengan penduduk yang termasuk
angkatan kerja. Periode tahun 2009-2011 Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah memiliki jumlah penduduk 15
tahun keatas yang bekerja dan penduduk yang merupakan angkatan kerja sebagai
berikut:
Terlihat tren bahwa persentase tingkat partisipasi kerja laki-laki selalu lebih
tinggi dari tingkat partisipasi kerja perempuan. Diindikasikan hal ini dikarenakan
laki-laki dianggap pencari nafkah yang utama bagi keluarga, sehingga pekerja laki-
laki biasanya lebih selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan
aspirasinya baik dari segi pendapatan maupun kedudukan dibanding pekerja
perempuan. Hampir semua laki-laki yang telah mencapai usia kerja terlibat dalam
kegiatan ekonomi karena laki-laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga
(Payaman J. Simanjuntak, 2001). Kesempatan kerja yang tinggi persentasenya,
diasumsikan pasti akan menurunkan pengangguran dan penduduk ½ pengangguran.
Hal ini karena semakin tingginya kesempatan kerja, maka probabilitas penduduk
mendapatkan pekerjaan juga semakin tinggi. Adapun hubungan kesempatan kerja
dengan pengangguran dan ½ pengangguran penduduk dapat dilihat pada grafik
berikut.
LK PR LK PR LK PRKesempatan Kerja Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja
2009 2010 2011
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
200000
46919
64038
37311
62324
38349
55134
27972
38037
2499631232
18907
33774
171447
143217
106198
192754
116860120066
2046026859
2118927032
15068 17383
Grafik Perbandingan Kesempatan Kerja dan Pengangguran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Kesempatan Kerja Penduduk Sulawesi Utara
Kesempatan Kerja Penduduk Sulawesi Ten-gah
Kesempatan Kerja Penduduk Sulawesi Sela-tan
Kesempatan Kerja Penduduk Sulawesi Tenggara
Pengangguran Penduduk Su-lawesi Utara
Pengangguran Penduduk Su-lawesi Tengah
Pengangguran Penduduk Su-lawesi Selatan
Pengangguran Penduduk Su-lawesi Teng-gara
kese
mpa
tan
kerja
(%)
Pend
uduk
Pen
gang
gura
n (ji
wa)
LK PR LK PR LK PR2009 2010 2011
Kesempatan Kerja (%)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
214349
137502
65330
39989
76754
49879
157664
94869
131419
92483108837
83642
181415
153701
346896
217196
294784
199007
95800
69942
108940100076
84777
52512
Grafik Perbandingan Kesempatan Kerja dan 1/2 Pengang-guran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Kesempatan Kerja Penduduk Su-lawesi UtaraKesempatan Kerja Penduduk Su-lawesi TengahKesempatan Kerja Penduduk Su-lawesi SelatanKesempatan Kerja Penduduk Su-lawesi Tenggara1/2 Pengangguran Penduduk Su-lawesi Utara1/2Pengangguran Penduduk Su-lawesi Tengah1/2 Pengangguran Penduduk Su-lawesi Selatan1/2 Pengangguran Penduduk Su-lawesi Tenggara
kese
mpa
tan
kerja
(%)
pend
uduk
1/2
pen
gang
gura
n
Jenis kelamin dapat menunjukkan tingkat produktivitas seseorang. Secara
universal, tingkat produktivitas laki – laki lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor – faktor yang dimiliki oleh perempuan seperti fisik yang
kurang kuat, dalam bekerja cenderung menggunakan perasaan atau faktor biologis
seperti harus cuti ketika melahirkan. Diindikasikan hal ini membuat lowongan
pekerjaan/pasar kerja secara umum banyak yang memiliki permintaan terhadap
kriteria calon tenaga kerja dengan jenis kelamin laki-laki, walaupun dalam keadaan
tertentu terkadang produktivitas perempuan lebih tinggi dibanding laki – laki,
misalnya pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Dalam pekerjaan
yang membutuhkan proses produksi perempuan biasanya lebih teliti dan sabar. Hal
ini lah yang menyebabkan tingginya kesempatan kerja laki-laki di empat provinsi di
Sulawesi tersebut memiliki tren yaitu lebih tinggi secara umum daripada penduduk
perempuan.
Secara umum angka pengangguran dan ½ pengangguran penduduk rendah
saat kesempatan kerja meningkat. Kesempatan kerja Provinsi Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara secara umum cukup
tinggi (lebih dari 50%) sehingga diindikasikan pekerjaan yang dapat dilakukan oleh
penduduk sangat banyak dari berbagai sector ekonomi. Selain itu terlihat pula tren
menurun dari penduduk pengangguran dan ½ pengangguran dari tahun-ketahun baik
dari penduduk laki-laki maupun perempuan.
Namun pada provinsi Sulawesi Selatan, yang mana memiliki kesempatan
kerja yang tinggi ternyata jumlah pengangguran maupun ½ penganggur
penduduknya sangat tinggi. Diindikasikan hal ini terjadi karena meskipun jumlah
kesempatan kerja tinggi, akan tetapi di provinsi tersebut masih berada dalam kondisi
yang terbelakang, faktor budaya, terbatasnya informasi, perbedaan dasar keahlian
yang tersedia dari yang dibutuhkan atau bahkan dengan sengaja memilih untuk
menganggur.
Orang yang mampu menganggur dalam sebuah rumahtangga dapat
mengindikasikan bahwa rumahtangga tersebut memiliki pendapatan yang cukup
untuk menyokong penganggur. Dalam kaitannya dengan kemiskinan para
penganggur maupun ½ penganggur yang berada di rumah tangga diindikasikan
tidak terus menjadi miskin, karena ada anggota keluarga lain yang mampu
menghidupi keluarga dengan pendapatan cukup atau bahkan lebih untuk
mempertahankan keluarganya hidup berada diatas garis kemiskinan. Kemungkinan
di ada sebagain orang yang secara sukarela menganggur karena sedang menunggu
untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuaidengan keahlian/pendidikan mereka, dan
mereka belum tentu miskin karena mungkinmereka bagian dari rumahtangga
kelompok pendapatan menengah ke atas.
Kemungkinan lain adalah bahwa rumah tangga miskin hampir tidak
mungkin menjadi penganggur mengingat di negara berkembang seperti Indonesia
tidak terdapat jaminan social bagi penganggur,sehingga orang miskin untuk
bertahan hidup mau tidak mau harus bekerja meskipun hanya beberapa jam
seminggu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Todaro (2000) yang
menyebutkan bahwa mereka yang berada dalam keadaan miskin adalah mereka
yang tidak bekerja secara teratur atau terus menerus, atau yang bekerja paruh waktu
saja.
Daftar Pustaka
http://p2ktrans.depnakertrans.go.id/download/peraturan/9_Keputusan
%20Menakertrans_208_2004.pdf
http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/kuprovinsi/
prop52E7rptsmry.php?
cmd=search&sv_Provinsi=PROVINSI&sv_bulan=&sv_tahun
http://simreg.bappenas.go.id/view/data/
Diakses oleh Rusma Prima Rokhmaningtyas 4/4/2015 9:10 pm
Simanjuntak, Payaman, J. 2001. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Trans. Haris
Munandar. Jakarta: Erlangga
ANALISIS SUMBERDAYA MANUSIA DAN EKONOMI
( GEL 3303 )
Analisis Perbandingan Kesempatan Kerja, Penduduk Pengangguran, dan Penduduk
½ Pengangguran Terkait Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara periode 2009-2011
Oleh:
Rusma Prima Rokhmaningtyas
12/330873/GE/07280
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
Top Related