TUGAS TEKNIK PENGOLAHAN SAMPAH
“Teknik Pengomposan”
Disusun Oleh :
RESARIZKI UTAMI
(1007121438)
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
METODE ATAU TEKNIK PENGOMPOSAN
Komposting Aerob
Komposting aerobik, adalah komposting yang menggunakan oksigen dan memanfaatkan
respiratorymetabolism, dimana mikroorganisme yang menghasilkan energi karena adanya
aktivitas enzim yang membantu transport elektron dari elektron donor menuju external
electron acceptor adalah oksigen.
Metode atau teknik pengomposan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
berdasarkan tingkat teknologi yang dibutuhkan, yaitu :
1. Pengomposan dengan teknologi rendah (Low – Technology)
2. Pengomposan dengan teknologi sedang (Mid – Technology)
3. Pengomposandengan teknologi tinggi (High – Technology)
Pengomposan dengan teknologi rendah
Teknik pengomposan yang termasuk kelompok ini adalah Windrow Composting.
Kompos ditumpuk dalam barisan tupukan yang disusun sejajar. Tumpukan secara berkala
dibolak-balik untuk meningkatkan aerasi, menurunkan suhu apabila suhu terlalu tinggi, dan
menurunkan kelembaban kompos. Teknik ini sesuai untuk pengomposan skala yang besar.
Lama pengomposan berkisar antara 3 hingga 6 bulan, yang tergantung pada karakteristik bahan
yang dikomposkan.
Contoh Pengomposan dengan Teknik Windrow Composting
Pengomposan dengan teknologi sedang
Pengomposan dengan teknologi sedang antara lain adalah:
• Aerated static pile : gundukan kompos diaerasi statis
Tumpukan/gundukan kompos (seperti windrow system) diberi aerasi dengan
menggunakan blower mekanik. Tumpukan kompos ditutup dengan terpal plastik.
Teknik ini dapat mempersingkat waktu pengomposan hingga 3 – 5 minggu.
Aerated static pile
• Aerated compost bins : bak/kotak kompos dengan aerasi Pengomposan dilakukan di
dalam bak-bak yang di bawahnya diberi aerasi. Aerasi juga dilakakukan dengan
menggunakan blower/pompa udara. Seringkali ditambahkan pula cacing
(vermikompos). Lama pengomposan kurang lebih 2 – 3 minggu dan kompos akan
matang dalam waktu 2 bulan.
Aerated compost bins
Pengomposan dengan teknologi tinggi
Pengomposan dengan menggunakan peralatan yang dibuat khusus untuk mempercepat proses
pengomposan. Terdapat panel-panel untuk mengatur kondisi pengomposan dan lebih banyak
dilakukan secara mekanis. Contoh-contoh pengomposan dengan teknologi tinggi antara lain :
• Rotary Drum Composters
Pengomposan dilakukan di dalam drum berputar yang dirancang khusus untuk proses
pengomposan. Bahan-bahan mentah dihaluskan dan dicampur pada saat dimasukkan
ke dalam drum. Drum akan berputar untuk mengaduk dan memberi aearasi pada
kompos.
Rotary Drum Composters
• Box/Tunnel Composting System Pengomposan dilakukan dalam kotak-kotak/bak skala
besar. Bahan-bahan mentah akan dihaluskan dan dicampur secara mekanik. Tahap-
tahap pengomposan berjalan di dalam beberapa bak/kotak sebelum akhirnya menjadi
produk kompos yang telah matang.
Sebagian dikontrol dengan menggunakan komputer. Bak pengomposan dibagi menjadi
dua zona, zona pertama untuk bahan yang masih mentah dan selanjutnya diaduk
secara mekanik dan diberi aerasi. Kompos akan masuk ke bak zona ke dua dan proses
pematangan kompos dilanjutkan.
Box/Tunnel Composting System
Gambar Skema Pengomposan di dalam Box/Tunnel Composting System
• Mechanical Compost Bins Sebuah drum khusus dibuat untuk pengomposan limbah rumah tangga.
Mechanical Compost Bins dan pengoperasiannya
Contoh Lain Alat Pengomposan dari EcologyLLC
Komposting Anaerob
Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan adalah bakteri
obligate anaerobik.Dalam proses ini terdapat potensi hasil sampingan yang cukup mempunyai
arti secara ekonomis yaitu gas bio, yang merupakan sumber energi alternatif yang sangat
potensial.
Berdasarkan pendekatan waste to energy (WTE) diketahui bahwa 1 ton sampah organik
dapat menghasilkan 403 Kwh listrik.
Keuntungan :
Tidak membutuhkan energi, tetapi justru menghasilkan energi
Dalam tangki tertutup sehingga tedak menimbulkan dampak negatif
terhadaplingkungan
Kerugian :
Untuk pemanfaatan biogas dibutuhkan kapasitas yang besar karena faktorskala
ekonomis, sehingga kurang cocok diterapkan pada suatu kawasan kecil
Biaya lebih mahal, karena harus dalam reaktor yang tertutup.
Proses ini disebut juga dengan proses digesti anaerobik yang dapat dibedakan menjadi 2
(dua) jenis, yaitu :
a. Digesti Anaerobik dengan Tingkat Kepadatan Rendah
Konsentrasi kepadatan antara 4-8%, menggunakan bahan baku sampah domestik,
kotoran manusia dan hewan. Proses ini menghasilkan gas methan dan direncanakan untuk
skala besar.
b. Digesti Anaerobik dengan Tingkat Kepadatan Tinggi
Konsentrasi kepadatan mencapai 22%. Keuntungan utama dari proses ini ialah bahwa
air yang dibutuhkan jauh sedikit dari digesti anaerobik dengan tingkat kepadatan rendah.
Mengingat mahalnya biaya maka kedua proses di atas tidak direkomendasikan sebagai
upaya daur-ulang energi dari sampah domestik tetapi dapat lebih baik diterapkan untuk
penanganan sampah pertanian dan peternakan.
Sistim pengubah sampah domestik menjadi energi, yaitu gas methan merupakan salah
satu alternatif reduksi sampah yang menghasilkan sumber daya baru. Menurut Ridlo (1998: E-
30), waktu tinggal sampah organik sekitar 30 hari di dalam reaktor. Biogas yang dihasilkan oleh
reaktor didominasi oleh gas methan 55-60 % dan sisanya CO2. Biogas yang dihasilkan dapat
digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti memasak dan penerangan. Selain
menghasilkan biogas, reaktor juga menghasilkan produk samping berupa padatan dan cairan
yang memiliki kualitas seperti pupuk.
Top Related