FRAKTUR FEMUR
1
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan
jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot
dan persarafan. Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi yang penting.
Dengan bertambahnya usia, angka kejadian fraktur femur meningkat secara
eksponensial. Meskipun dapat dipulihkan dengan operasi, fraktur femur
menyebabkan peningkatan biaya kesehatan.
Sampai saat ini, fraktur femur makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi
tantangan bagi ahli orthopaedi. Pada orang-orang tua, patah tulang pinggul
intrakapsular sering disebabkan oleh trauma yang tidak berat (energi ringan),
seperti akibat terpeleset. Akan tetapi, pada orang-orang muda, patah tulang
pinggul intrakapsular biasanya disebabkan oleh trauma yang hebat (energi besar),
dan seringkali disertai oleh cedera pada daerah yang lainnya serta meningkatkan
kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis dan nonunion. Walaupun
penatalaksanaan di bidang orthopaedi dan geriatri telah berkembang, akan tetapi
mortalitas dalam satu tahun pasca trauma masih tetap tinggi, berkisar antara 10
sampai 20 persen. Sehingga keinginan untuk mengembangkan penanganan fraktur
ini masih tetap tinggi. Reduksi anatomis dini, kompresi fraktur dan fiksasi internal
yang kaku digunakan untuk membantu meningkatkan proses penyembuhan
fraktur, akan tetapi jika suplai darah ke kaput femur tidak dikontrol dengan baik,
dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ETIOLOGI
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan,
kita harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat
2
menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang
dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing).
Kebanyakan fraktur terjadi akibat truma yang disebabkan oleh kegagalan
tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma yang
dapat menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung dan trauma
tidak langsung.
Trauma Langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
Trauma Tidak Langsung
Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah
fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan
fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh.2
II.2 PATOFISIOLOGI
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atu tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.3
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang,ada 2 faktor yang
mempengaruhi terjadinya frakturya itu ekstrinsik (meliputi kecepatan,
sedangkan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan),
intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma,
kelenturan, kekuatan adanya densitas tulang – tulang yang dapat
menyebabkan terjadinya patah pada tulang bermacam-macam, antara lain
trauma langsung dan tidak langsung, akibat keadaan patologi serta secara
spontan.3
II.3 ANATOMI
3
Tulang femur adalah tulang terpanjang yang ada di tubuh kita. Tulang ini
memiliki karakteristik yaitu:4
Artikulasi kaput femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul.
Dia terpisah dengan collum femoris dan bentuknya bulat,halus dan
ditutupi deengan tulang rawan sendi. Konfigurasi ini memungkinkan
area pegerakan yang bebas. Bagian caput mengarah ke arah medial, ke
atas, dan kedepan acetabulum. Fovea adalah lekukan ditengah caput,
dimana ligamentum teres menempel. Collum femur membentuk sudut
1250 dengan corpus femur. Pengurangan dan pelebaran sudut yang
patologis masing –masing disebut deformitas coxa vara dan coxa
valga.
Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung
diatasnya terdapat trochanter major dan pada bagian posteromedialnya
terdapat trochanter minor. Bagian anteriornya yang kasar yaitu line
trochanteric membatasi pertemuan antara corpus dan collum. Linea
aspera adalah tonjolan yang berjalan secara longitudinal sepanjang
permukaan posterior femur, yang terbagi, pada bagian bawah menjadi
garis- garis suprakondilar. Garis suprakondilar medial berakhir pada
adductor tubercle.
Ujung bawah femur teridiri dari condilus femoral, medial dan lateral
femur epicondilus medial. Bagian tersebut menunjang permukaan
persendian dengan tibia pada sendi lutut. Lateral epycondilus lebih
menonjol dari medila epycondilus, hal ini untuk mencegah pergeseran
lateral dari patella. Kondilus – kondilus itu didipisahkan bagian
posteriornya dengan sebuah intercondylar notch yang dalam. Femur
bawah pada bagian anteriornya halus untuk berartikulasi dengan
bagian posterior patella.4
4
Gambar 1. Tulang paha, femur, tampak depan, belakang, medial
*Dikutip dari kepustakaan 4,5
Anatomi normal osseus pada femur cukup jelas. Proyeksi normal x – ray nya adalah AP dan lateral. Jika terdpat Fraktur femur sebenarnya sangat jelas, seperti yang biasa diperkirakan, mungkin saja frakturnya transversal, spiral, atau comminut fraktur, dengan variasi sudut dan bagian – bagian yang tumpang tindih.6
II.4 KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu:
1. Klasifikasi etiologis
Fraktur traumatik
Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba
Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang, misalnya tumor tulang
primer atau sekunder, mieloma multipel, kista tulang,
osteomielitis dan sebagainya.
Fraktur stres
Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada
suatu tempat tertentu.2,7
5
2. Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup (simple fracture)
Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)
Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melalui lika pada kulit dan jaringan lunak, dapat
berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari
luar)
Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya
malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.2
3. Klasifikasi radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas:
a. Lokalisasi (gambar 2.1)
Diafisial
Metafisial
Intra-artikuler
Fraktur dengan dislokasi
Gambar 2.1. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi. (A)Fraktur diafisis,
(B)Fraktur metafisis, (C)Dislokasi dan fraktur, (D)Fraktur intra-artikule.
*Dikutip dari kepustakaan 2
b. Konfigurasi (gambar 2.2)
6
Fraktur transversal
Faktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur Z
Fraktur segmental
Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya
fraktur epikondilus humeri, fraktur patela
Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang
tengkorak
Fraktur impaksi
Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah
pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus
Fraktur epifisis.2
Gambar 2.2. klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi. (A)Transversal,
(B)Oblik, (C)Spiral, (D)Kupu-kupu, (E)Komunitif, (F)Segmental,
(G)Depresi. *Dikutip dari kepustakaan 2
c. Menurut ekstensi (gambar 2.3)
Fraktur total
Fraktur tidak total (fraktur crack)
Fraktur buckle atau torus
Fraktur garis rambut
Fraktur green stick
7
Gambar 2.3. Beberapa gambaran radiologik konfigurasi fraktur
(A)Transversal, (B)Oblik, (C)Segmental, (D)Spiral dan segmental,
(E)Komunitif, (F)Segmental, (G)Depresi
*Dikutip dari kepustakaan 2
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
(gambar 2.4)
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced)
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :
a) Bersampingan
b) Angulasi
c) Rotasi
d) Distraksi
e) Over-riding
f) Impaksi
II.5 KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR
a. FRAKTUR PROXIMAL FEMUR
Intracapsular fraktur termasuk femoral head dan leher femur
8
Capital : uncommon
Subcapital : common
Transcervical : uncommon
Basicervical : uncommon
Gambar 3.1
*Dikutip dari kepustakaan 8
Entracapsular fraktur termasuk trochanters (gambar 3.2)
Intertrochanteric
Subtrochanteric
Gambar 3.2
*Dikutip dari kepustakaan 7
b. FRAKTUR LEHER FEMUR
Tingkat kejadian yang tinggi karena faktor usia yang merupakan
akibat dari berkurangnya kepadatan tulang
Fraktur leher femur dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke
head femur) dan extra- (suplai darah intak) capsular.
Diklasifikasikan berdasarkan anatominya. Intracapsular dibagi
kedalam subcapital, transcervical dan basicervical. Extracapsular
tergantung dari fraktur pertrochanteric
Biasanya pada wanita dewasa; dibawah usia 60 tahun, laki-laki
lebih sering terkena (biasanya extrakapsular fraktur)
9
Sering ditemukan pada pasien yang mengkonsumsi berbagai
macam obat seperti corticosteroids, thyroxine, phenytoin and
frusemide
Kebanyakan hanya berkaitan dengan trauma kecil
Gambar 4.1
*Dikutip dari kepustakaan 9,10
Fraktur Intracapsular diklasifikasikan
Grade I : Incomplete, korteks inferior tidak sepenuhnya
rusak
Grade II : Complete, korteks inferior rusak, tapi trabekulum
tidak angulasi
Grade III : Slightly displaced, pola trabekular angulasi
Grade IV : Fully displaced, grade terberat, sering kali tidak
ada kontinuitas tulang1,11
10
Gambar 4.2
*Dikutip dari kepustakaan 11
c. FRAKTUR PADA POROS/BATANG FEMUR
Pada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahan dalam cukup luas
dan besar sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak
dapat bangun, bukan saja karena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan
fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih
pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat pendarahan ke
dalam jaringan lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan
secara tertutup, dan normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.
Gambar 4.3.a. Gambar 4.3.b.
Comminuted mid-femoral shaft fracture Femoral shaft fracture
postinternal fixation.
d. FRAKTUR DISTAL FEMUR
Supracondylar
Nondisplaced
Displaced
Impacted
Continuited
11
Gambar 4.4
*Dikutip dari kepustakaan 8
Condylar
Intercondylar
II.6 DIAGNOSIS
A. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan
abdomen
3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.2
B. PEMERIKSAAN LOKAL
1. Inspeksi (Look)
Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang
abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas,
tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit
robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka
2. Palpasi (Feel)
Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian
distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi.
Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan
3. Pergerakan (Movement)
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih
penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan
sendi – sendi dibagian distal cedera.
12
4. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris
dan motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia,
aksonotmesis atau neurotmesis. Kelainan saraf yang didapatkan
harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah
asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan
untuk pengobatan selanjutnya. 2
5. Pemeriksaan Radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk
menetapkan kelainan tulang dan sendi :
Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang
bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan
pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis :
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen
serta pergerakannya
Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-
artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.2
13
Gambar 5.1. Fraktur batang femur
*Dikutip dari kepustakaan 12
Contoh foto pemeriksaan radiologis :
CT-Scan
Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai
bagian tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi
lapis. Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.14,15
Gambar 5.2. Fraktur femur
*Dikutip dari kepustakaan14
MRI
MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang,
sendi, dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk
mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan
tulang.13,15
Gambar 5.3. Fraktur collum femur.
*Dikutip dari kepustakaan 15
II.7 PENATALAKSANAAN
Prinsip Umum
14
Seperti halnya pada tulang yang lain, tulang paha yang patah perlu
"dikurangi" atau kembali ke keselarasan dan bergerak sampai sembuh.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan, tergantung pada tingkat
kematangan tulang pasien, jumlah pergerakan, jenis istirahat, dan adanya
cedera terkait yaitu Traksi yang merupakan metode tradisional untuk
mengobati patah tulang paha, walaupun traksi itu sendiri mempunyai
banyak kekurangan. Kaki ditempatkan di gips, dan selotip (traksi kulit)
atau pin logam (traksi tulang) digunakan untuk melampirkan rangkaian
string yang terhubung ke beban. Sinar-X yang digunakan untuk memantau
posisi tulang sehingga traksi dapat disesuaikan.
Meskipun traksi yang efektif, memerlukan tinggal di rumah sakit dalam
waktu yang lama. Karena penelitian telah menegaskan pentingnya
mobilitas awal dalam mengurangi komplikasi dan mempromosikan
penyembuhan yang baik, metode lain seperti fiksasi, sekarang lebih
populer daripada traksi.16,17
II.8 PROGNOSIS
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.
Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat
sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup
dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah
tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan
memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti
imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam
penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor
yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.2
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Harry J. Griffiths, M.D. Basic Bone Radiology. Associate Proffesor of
Radiology and Orthopedics. The University of Rochester Medical Center
Roschester, New York. 1997. Page 23 - 29
2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif
Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364
3. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses -
proses penyakit Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. Hal
1365
4. Omar Faiz, David Moffat. Anatomy at Glance. Cardiff University, 2002.
Page 93.
5. Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.
6. Fred A, Mettler, Jr., M.D., M.P.H. Essentials of Radiology. Univercity of
New Mexico, 1996. Page 337
7. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Iwan Ekayuda
(editor), FK UI, Jakarta, 2006. Hal 31
8. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W.
Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition. Mosby
Elsevier. United States. 2007. Page 408-410
9. Pradip R. Patel. Lecture Notes Radiologi, Edisi Kedua. Penerbit Erlangga
Medical Series, Jakarta, 2005. Hal 232
16
10. P.E.S. Palmer., W.P. Cockshott., V. Hegedus., E. Samuel. Manual of
Radiographic Interpretation for General Practitioners. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal 108-109
11. Holmes, Erskin J., Misra, Rakesh R. A-Z of Emergency Radiology.
Cambridge University, 2004. Page 140-143
12. James E Keany, MD. Femur Fracture. [Online]. 2009. [Cited August 10].
Available from http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall
13. Adnan, M. Tulang dan Sendi dalam: Diktat Radiologi IV. Bursa Buku
Kedokteran Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1983. Hal
2.
14. AO Foundation. Open Complete Articular Multifragmentary Distal
Femoral Fracture. [online]. 2009. [Cited August 16]. Available from
http://www2.aofoundation.org
15. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Hip Fracture. [online].
2009. [Cited August 16]. Available from http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?
topic=A00392
16. The American Academy Of Orthopaedic Surgeons. Thigbone (Femur)
Fracture.[online].2008. [Cited August 12]. Available from.
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364
17. Douglas F Aukerman. Femur injuries and Fractures.[online].2008.[Cited
August 10]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/90779-
overview
17
18