Nonunion Cl Fr Femur

17
BAGIAN ILMU BEDAH ORTOPEDI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN LONGCASE OKTOBER 2012 NON-UNION FRAKTUR 1/3 DISTAL FEMUR DEKSTRA OLEH: Kurniawati Husnah C111 07 204 Rizaaniah 110 202 048 Fisnawati Halun 110 201 102 Ummuhani Albaar 110 205 058 Abdul Rajab H C111 08 013 SUPERVISOR dr. Jufri Latief, Sp.B, Sp.OT

Transcript of Nonunion Cl Fr Femur

Page 1: Nonunion Cl Fr Femur

BAGIAN ILMU BEDAH ORTOPEDIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

LONGCASEOKTOBER 2012

NON-UNION FRAKTUR 1/3 DISTAL

FEMUR DEKSTRA

OLEH:

Kurniawati Husnah C111 07 204Rizaaniah 110 202 048Fisnawati Halun 110 201 102Ummuhani Albaar 110 205 058Abdul Rajab H C111 08 013

SUPERVISOR

dr. Jufri Latief, Sp.B, Sp.OT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN ILMU BEDAH ORTOPEDI

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

2012

Page 2: Nonunion Cl Fr Femur

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. RR

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 27 tahun

Tgl MRS : 15 Oktober 2012

Registrasi : 141272

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Nyeri pada paha kanan

Anamnesis terpimpin :

Dialami sejak 3 bulan sebelum masuk RS setelah mengalami kecelakaan lalu

lintas.

Mekanisme trauma :

Saat osi sedang mengendarai sepeda motor, sepeda motor osi ditabrak oleh

mobil dari arah samping kanan. Osi kemudian jatuh dan membentur jalan.

Riwayat pingsan (-) mual (-) muntah (-)

Riwayat berobat di RS Gowa kemudian dirujuk ke RS Faisal. Pasien

disarankan untuk dioperasi namun keluarga menolak

Riwayat berobat di bone setter (+)

III.PEMERIKSAAN FISIS

a. Status Generalis

Gizi baik / Sadar

b. Status vitalis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Pernapasan : 18 x / menit

Suhu : 36, 7ºC

c. Status Lokalis

Page 3: Nonunion Cl Fr Femur

Regio Femur Kanan

Inspeksi : deformitas (+), shortening (+) edema (-), skar (-)

Palpasi : nyeri tekan (+) krepitasi (+)

ROM : gerakan aktif dan pasif terbatas

NVD : sensibilitas baik, arteri dorsalis pedis teraba, capillary refill

time <2 detik

IV. LABORATURIUM

Tanggal 19 Oktober 2012

Lab Hasil Lab Hasil

WBC 14.600 GDS 114

RBC 4.05 x 106 SGOT 67

HGB 10,8 SGPT 21

HCT 34,7 Ur 27

PLT 214 Cr 0,6

V. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Foto femur dekstra AP (diambil tanggal 16 Oktober 2012)

Page 4: Nonunion Cl Fr Femur

Tampak diskontinuitas (fraktur komplit) pada level 1/3 distal femur

dengan shortening 6-7 cm disertai callus forming

Tanda osteomieliitis (-)

Soft tissue swelling (-), tanda gangren (-)

Kesan : Old fracture 1/3 distal femur dextra

VI. RESUME

Seorang laki-laki, 27 tahun, masuk RS dengan keluhan nyeri pada paha

kanan yang dialami sejak 3 bulan sebelum masuk RS setelah mengalami

kecelakaan lalu lintas. Pada pemeriksaan fisis regio femur dextra didapatkan

deformitas (+), shortening (+), nyeri tekan (+), krepitasi (+), dan ROM terbatas.

Pada pemeriksaan radiologi didapatkan old fracture 1/3 distal femur dextra.

VII.DIAGNOSIS

Non-union fraktur 1/3 distal femur dekstra

VIII. PENATALAKSANAAN

ORIF platting

Page 5: Nonunion Cl Fr Femur

FRAKTUR DIAFISIS FEMUR

I. PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa baik secara langsung maupun

tidak langsung. Fraktur diafisis femur terletak antara 5 cm distal lesser trochanter

dan 5 cm proksimal adductor tubercle. Fraktur diafisis femur dapat terjadi pada

setiap umur, biasanya karena trauma hebat misalnya kecelakaan lau lintas atau

trauma lain misalnya jatuh dari ketinggian. Femur dapat pula mengalami fraktur

patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur femur sering disertai perdarahan

masif yang harus selalu dipikirkan sebagai penyebab syok.

Mekanisme trauma yang dapat menyebabkan fraktur femur antara lain:

fraktur spiral terjadi apabila jatuh dengan posisi kaki melekat erat pada dasar

sambil terjadi puataran yang diteruskan pada femur, fraktur transversal dan oblik

terjadi karena trauma langsung dan trauma angulasi.

II. ANATOMI

Gambar 1. Anantomi femur

Page 6: Nonunion Cl Fr Femur

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter

major dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga

bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio

coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu

tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput

femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan

ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada

wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut

ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit.

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher

dan batang yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea

intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian

belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.

Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan.

Ia licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya

terdapat rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke

bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis

menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.Tepian lateral menyatu

ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior

batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke

bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung

distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut

fascia poplitea.

Femur memiliki 3 kompartemen,yaitu kompartemen anterior, medial, dan

posterior. Adapun komponen masing-masing kompartemen, sebagai berikut

KOMPARTEMEN

OTOT ORIGO INSERSI NERVUS

Anterior Sartorius ASIS Pes anserius Femoral Rectus femoralis 1.AIIS

2.Sup. acetab. rim

Patella/tibia tubercle

Femoral

Vastus lateralis Gtr. trochanter, lat. linea aspera

Lat. patella/tibia tubercle

Femoral

Page 7: Nonunion Cl Fr Femur

Vastus intermedius Proximal femoral shaft

Patella/tibia tubercle

Femoral

Vastus medialis Intertrochant. line, med. linea aspera

Medial patella/tibia tubercle

Femoral

Medial Obturator externus Ischiopubic rami, obturator memb

Piriformis fossa

Obturator

Adductor longus Body of pubis (inferior)

Linea aspera (mid 1/3)

Obturator

Adductor brevis Body and inferior pubic ramus

Pectineal line, linea aspera

Obturator

Adductor magnus 1.Pubic ramus2. Isxhial tub.

Linea aspera, add. tubercle

1.Obturator2.Sciastic

Gracilis Body and inferior pubic ramus

Prox. med. tibia (pes anserius)

Obturator

Pectineus Pectineal line of pubis

Pectineal line of femur

Femoral

Posterior Semitendinosus Ischial tubersity Proximal medial tibia (pes anserius)

Sciastic (tibial)

Semimembranosus Ischial tubersity Posterior medial tibial condyle

Sciastic (tibial)

Biceps femoris : Long head

Ischial tubersity Head of fibula

Sciastic (tibial)

Biceps femoris : Short head

Linea aspera, supracondylar line

Fibula, lateral tibia

Sciastic (peroneal)

III. MEKANISME FRAKTUR

a. Trauma : high-energy trauma (KLL, gunshot injury), jatuh dari

ketinggian

b. Fraktur patologis : metaphyseal-diaphyseal junction yang lemah pada

orang tua

c. Stress fractures : militer, pelari

Page 8: Nonunion Cl Fr Femur

IV. KLASIFIKASI

Klasifikasi Winquist & Hansen

Gambar 2. Klasifikasi fraktur diafisis femur

V. EVALUASI KLINIS

Fraktur femur merupakan fraktur yang biasanya diakibatkan oleh trauma

energi tinggi, maka harus dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan. Selain

memeriksa regio femur, perlu dilakukan juga pemeriksaan pada sendi hip dan

sendi lutut pada sisi yang cedera untuk mengevaluasi ada tidaknya cedera

penyerta.

a. Inspeksi (Look)

Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,

angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting

adalah apakah kulit itu utuh ; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan

dengan fraktur, cedera terbuka.

b. Palpasi (Feel)

Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal

dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera

pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.

c. Pergerakan (Movement)

Gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan

apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal cedera.

Page 9: Nonunion Cl Fr Femur

d. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan

motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis

atau neurotmesis. Kelainan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik

karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita

serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.

VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Beberapa yang harus diperhatikan pada pemeriksaan radiologi adalah :

a. Foto x-ray yang harus dilakukan adalah foto AP dan lateral dari femur,

sendi hip dan lutut harus nampak pada foto tersebut. Ditambah dengan

foto pelvis proyeksi AP.

b. Foto hip and knee à cedera penyerta

c. MRI & bone scan à evaluasi cedera penyerta (cedera acetabulum atau

femoral neck ipsilateral)

VII. PENATALAKSANAAN

a. Terapi Konservatif

1. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi

definitif untuk mengurangi spasme otot.

2. Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut.

Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat komunitif dan segmental.

3. Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur

secara klinis.

b. Terapi operatif

Operasi merupakan standar untuk stabilisasi yang paling baik untuk

farktur diafisis femur. Operasi sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah trauma

jika memungkinkan. Terdapat beberapa indikasi dilakukan tindakan operatif pada

fraktur femur, yaitu multiple trauma, fraktur terbuka, cedera vaskuler, fraktur

patologis, pasien tidak kooperatif, dan terapi konservatif gagal.

Intramedularry nail adalah standar yang paling baik dilakukan pada

fraktur diafisis femur. Kelebihannya adalah sharing force, sehingga dapat latihan

Page 10: Nonunion Cl Fr Femur

weightbearing lebih awal. Selain itu dapat juga menggunakan plate dan screw.

Namun kekurangan dari pemasangan plate dan screw adalah shelding force

(kekuatan tidak terbagi merata karena hanya terpasang dari sisi yang satu)

sehingga tidak dapat latihan weightbearing lebih awal. Selain internal fiksasi,

dapat juga dilakukan pemasangan eksternal fiksasi apabila terjadi fraktur terbuka

dan terdapat jaringan yang hilang.

VIII. KOMPLIKASI

Komplikasi dari fraktur diafisis femur ada 2 jenis, yaitu komplikasi dini

dan komplikasi lanjut. Yang termasuk komplikasi dini adalah syok, emboli lemak,

trauma pembuluh daeah besar, trauma saraf, tromboemboli, dan infeksi. Adapun

komplikasi lanjut dapat berupa :

a. Delayed union

b. Nonunion

Nonunion adalah adalah fraktur yang tidak akan menyatu tanpa

intervensi dengan batasan waktu antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan

konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Adanya

jaringan atau segmen tulang yang hilang, atau adanya interposisi jaringan

yang menyebabkan non union tipe hipertrofi. Sedangkan tipe atropi

disebabkan oleh kurangnya vaskularisasi, kurangnya proses hematom,

infeksi, atau fraktur patologis. Gambaran klinisnya yaitu, tidak adan

nyeri, adanya false movement atau pseudoatrosis, dan adanya celah di

antara kedua fragmen. Penatalaksanaannya dapat berupa konservatif

yaitu dengan rehabilitasi dan fisioterapi, dan dapat dilakukan operatif

berupa ORIF dan atau dengan bone graft.

c. Malunion

Biila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, maka diperlukan

pengamatan terus-menerus selama perawatan. Angulasi lebih sering

ditemukan. Malunion juga menyebabkan pemendekan pada tungkai

sehingga diperlukan koreksi berupa osteotomi.

Page 11: Nonunion Cl Fr Femur

d. Kaku sendi lutut

Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada sendi

lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periartikuler atau adhesi

intramuskuler. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif

dan sistematis dilakukan lebih awal.

e. Refraktur

Terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang solid.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: Nonunion Cl Fr Femur

1. Rahmasari I. Pengaruh range of motion (ROM) secara dini terhadap kemampuan activity daily living (ADL) pasien post operasi fraktur femur di RSUI Surakarta. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah; 2008.

2. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke-3. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007.

3. Sjamsuhidayat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005.

4. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Thighbone (femur) fracture.[online]. 2008 [cited 2011 March 3]; Available from: URL: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364.

5. Cluett J. Femur fracture. [online]. 2005. [cited 2011 March 3]; Available from: http://orthopedics.about.com/od/brokenbones/a/femur.htm.

6. Hoppenfeld S, Murthy VL. Treatment & Rehabilitation of Fractures. Philadelphia: Lippincott Williams & Walkins; 2000.

7. Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta:Widya Medika; 1995.

8. Perry CR, Elstrom JA. Handbooks of fracture. Ed 2nd. United State of America: McGraw-Hill; 2000.