TOTAL HARDNESS DALAM AIR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
- Untuk mengetahui kadar total hardness yang terdapat di dalam air dengan
menggunakan metode titrasi kompleksometri.
1.2 DASAR TEORI
Air sangat penting bagi kehidupan baik manusia, hewan maupun tumbuhan.
Seluruh proses kimia (metabolisme) dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam
media (pelarut) air. Dalam kehidupan sehari-hari air kita gunakan untuk berbagai
keperluan. Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu air alam tidak pernah
murni. Air alam mengandung beberapa zat terlarut maupun tidak terlarut, air alam
juga mengandung mikroorganisme. Apabila kandungan air itu tidak mengganggu
kesehatan manusia, maka air itu dianggap bersih. Air dinyatakan tercemar apabila
terdapat gangguan terhadap kualitas air sehingga air tidak dapat digunakan untuk
tujuan penggunaannya. Air tercemar karena masuknya makhluk hidup, zat atau energi
ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkatan
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan kegunaannya.
Berdasarkan kegunaannya, air (tidak termasuk air laut) dibagi dalam 4 golongan,
yaitu:
A. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air murni secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
B. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum.
C. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
D. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri pembangkit listrik tenaga
air.
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 1
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
1. 2. 1 Hardness
Hardness (kesadahan) adalah air yang didalamnya terlarut garam-garam kalsium
dan magnesium. Air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca2+ dan Mg2+
akan berkaitan dengan sisa asam karboksilat pada sabun dan membentuk endapan
sehingga sabun tidak berbuih. Pada umumnya air yang dipakai untuk keperluan rumah
tangga didapat dari air sungai, danau, dan sumur yang mengandung sejumlah garam
yaitu Calsium Carbonat, garam ini didapat dari reaksi:
CO2 (g) + H2O + CaCO3 (s) Ca2+ (aq) + 2 HCO3-
(aq)
Dengan sejumlah kecil ion natrium, klorida dan sulfat. Air yang mengandung ion
kalsium dan magnesium disebut air sadah. Jika kesadahan air terlalu besar maka
proses pelunakan sangat diperlukan dengan mengurangi kadar ion magnesium dan
kalsium.
Air sadah dibagi menjadi air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah
sementara adalah air sadah yang kesadahannya dapat hilang dengan pemanasan. Air
sadah sementara mengandung garam Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. Pada pemanasan
garam-garam ini terurai membentuk CaCO3 dan MgCO3 yang sukar larut
(mengendap). Air sadah tetap adalah air sadah yang kesadahannya tetap meskipun
telah dipanaskan. Air sadah tetap mengandung garam CaSO4, MgSO4 dan MgCl2.
Dengan adanya kesadahan pada air, kerugian yang akan ditimbulkan sebagai berikut:
1. Membentuk air sabun kurang berbusa karena sabunnya diendapkan oleh ion-ion
Ca2+ dan Mg2+ sehingga mengurangi daya pembersihan sabun.
2. Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat mengakibatkan pemborosan
penggunaan bahan bakar dan juga dapat menyumbat pipa saluran air panas seperti
pada radiator.
Kesadahan pada air dapat dihilangkan, dengan cara sebagai berikut:
A. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan atau
menambahkan kapur. Dalam keadaan panas, garam-garam Ca(HCO3)2 dan
Mg(HCO3)2 terurai dalam ion-ion Ca2+ dan Mg2+ mengendap sebagai CaCO3 dan
MgCO3. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Ca(HCO3)2 (aq) pemanasan CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Mg(HCO3) (aq) pemanasan MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 2
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
B. Kesadahan tetap tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan, tetapi harus
direaksikan dengan soda Na2CO3 atau kapur, Ca(OH)2 sehingga ion-ion Ca2+ dan
Mg2+ akan mengendap. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) CaCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
MgSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) MgCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
MgCl2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) Mg(OH)2 (s) + CaCl2 (aq)
Titrasi EDTA untuk penentuan kesadahan air merupakan contoh yang baik
sekali dan sangat mempermudah, juga jauh lebih teliti daripada cara yang dipakai
sebelumnya. Air yang sudah mengandung garam Mg atau Ca, bila ditentukan jumlah
kedua kation maka ditentukan kesadahan total. Dan sebaliknya dapat dicari kesadahan
parsial yaitu kesadahan Magnesium atau kesadahan kalsium saja. Pada penetuan
kasadahan air diperlukan sedikit modifikasi dari cara titrasi larutan Mg - Ca murni,
karena dalam air dari alam sering dijumpai pengotor sedikit oleh ion besi dan logam-
logam lain. Bila digunakan EBT sebagai indikator, terjadi bloking indikator oleh ion
besi karena beraksi secara irreversible. Buffer pH 10 dalam titrasi ini dapat
menyingkirkan besi sebagai endapan bila jumlahnya kecil.
Pada umumnya kesadahan jumlah air, disebabkan oleh kandungan garam
kalsium dan magnesium. Sewaktu larutan ion Mg2+ dan Ca2+ dititar dengan larutan
EDTA, dengan petunjuk EBT. Pertama EDTA akan bereaksi dengan ion Mg2+ dan
akhirnya dengan senyawa rangkaian Mg-EBT. Oleh karena itu senyawa rangkaian
tersebut berwarna merah anggur sedangkan larutan petunjuk yang bebas berwarna
biru pada pH 7-10, maka larutan pada titik akhir titrasi akan berubah dari merah
anggur menjadi biru.
1. 2. 2 Titrasi pembentukan kompleks
Satu dari jenis - jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar
penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan suatu kompleks atau ion kompleks
yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi. Suatu contoh adalah reaksi dari ion perak
dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2 - yang sangat stabil.
Ag+ + 2CN- Ag(CN)2-
Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation dengan suatu anion
atau molekul netral. Ion logam di dalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok
yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk oleh atom pusat
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 3
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
disebut bilangan koordinasi dari logam. Pada kompleks di atas, perak merupakan
atom logam dengan bilangan koordinasi dua. Dan sianidanya merupakan ligannya.
Reaksi yang membentuk kompleks dapat dianggap sebagai reaksi asam - basa
lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dan memberikan sepasang elektron kepada
kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat
dan ligan dering kovalen, tetapi dalam beberapa keadaan interaksi dapat merupakan
daya penarik coulomb. Beberapa kompleks mengadakan reaksi subtitusi dengan
sangat cepat, dan kompleks demikian dikatakan labil.
Reaksinya berlangsung dengan mudah ke kanan dengan penambahan amoniak
kepada akuo - kompleks: penambahan asam kuat yang menetralisasikan amoniak
menggeser keseimbangan dengan sangat cepat kembali ke akuo - kompleks. Beberapa
kompleks mengadakan reaksi subtitusi hanya dengan sangat perlahan dan dikatakan
tidak labil atau intert. Hampir semua kompleks yang terbentuk dari kobal dan krom
pada keadaan oksidasi +3 adalah inert, namun hampir kebanyakan kompleks yang lain
dari deret pertama logam transisi adalah labil.
Hanya dengan beberapa ion logam seperti tembaga, nikel, seng, kadmium, dan
merkuri (II) membentuk kompleks stabil dengan ligan nitrogen seperti amoniak dan
trien. Beberapa ion logam lain (misalnya alumunium, timbal, dan bismut) lebih baik
pereaksi pembentukan khelat, yang mengandung baik oksigen sebagai donor elektron.
Beberapa pereaksi pembentukan khelat, yang mengandung baik oksigen maupun
nitrogen terutama efektif dalam pembentukan kompleks stabil dangan berbagai
logam. dari ini yang terkenal adalah asam etilen diamin tetra asetat, kadang - kadang
dinyatakan asam (etilen dinitrilo) tetra asetat, dan sering disingkat EDTA :
HOOCCH2 CH2COOH
NCH2CH2N
HOOCCH2 CH2COOH
Istilah chelon (diucapkan "key - loan") telah disarankan sebagai nama umum untuk
seluruh golongan pereaksi, termasuk poliamin seperti trien, asam poliamino
karboksilat seperti EDTA, dan senyawa sejenis yang membentuk kompleks 1 : 1
dengan ion logam, larut dalam air dan karenanya dapat dipergunakan sebagai titran
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 4
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
logam. Kompleksnya suatu golongan senyawa khelat yang istimewa, disebut
kilonatlogam dan titrasinya disebut titrasi khelometrik. Kilon praktis telah membuat
suatu revolusi pada kimia analitik dari banyak unsur logam dan merupakan hal yang
sang penting dalam banyak lapangan.
1. 2. 3 EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat)
EDTA ialah suatu ligan yang heksadentat (mempunyai 6 buah atom donor
pasangan elektron) yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O (dari OH).
Tampak bahwa EDTA berbasa empat. Untuk sederhananya serinag ditulis H4Y dan
sebagai asam lemah, edta mengalami pengionan terhadap melepaskan ion hidrogen
satu per satu. Faktor - faktor yang membuat EDTA ampuh sebagai pereaksi titrimetrik
ialah :
a. Dengan ion logam selalu terbentuk kompleks 1 : 1 (satu molekul EDTA dengan
satu ion logam) sehingga reaksi berjalan satu tahap.
b. Konstan kestabilan kelatnya umumnya besar sekali sehingga reaksinya sempurna
(kecuali dengan logam alkali).
c. Banyak ion logam yang bereaksi cepat
Disamping itu telah dikembangkan indikator khusus, mudah diperoleh bahan
baku primernya baik sebagai EDTA maupun bahan untuk menstandarisasi. Dengan
demikian syarat - syarat titrasi terpenuhi dengan baik.
Cara - cara titrasi EDTA :
1. Cara titrasi langsung
Untuk cara ini menggunakan indikator metalokhromik. Bahan pengkompleks
seperti sitrat dan tatrat sering ditambahkan untuik mencegah pengendapan
hidroksida logam analat dan campuran penahan NH3 - NH4Cl dengan pH 9 - 10
banyak digunakan untuk kation yang membentuk kompleks dengan NH3. Contoh
cara ini adalah penentuan kesadahan air.
2. Cara titrasi kembali
Cara ini untuk kation yang bereaksi lambat dengan EDTA atau bila tidak
terdapat indikator yang cocok. Dalam cara ini, analat diberi larutan baku EDTA
berlebih, lalu kelebihan itu ditentukan dengan menitrasinya dengan larutan baku
suatu kation dan indikator yang cocok. Cara ini juga berguna untuk menitrasi
kation yang terdapat bersama - sama dengan anion yang dapat mengendapkan
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 5
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
sebagai endapan yang tidak terlalu sukar larut. EDTA akan mencegah
pengendapan tersebut.
3. Cara titrasi tidak langsung
4. Cara penggeseran (displacement titration)
5. Cara alkalimetri
1. 3. 4 Indikator EBT
Indikator EBT (Eriochrome Black T) adalah indikator yang digunakan dalam
titrasi kompleksometri, merupakan asam lemah berbasa tiga yang untuk mudahnya
ditulis H3Er. Ion hidrogen yang pertama mempunyai konstan pengionan yang besar
sekali, sehingga dalam larutan langsung terbentuk H2Er-. Selanjutnya terjadi
pengionan bertahap kedua ion hidrogen sehingga dapat ditulis :
pH pH
H2Er - H+ + Her 2- H+ + Er3-
6,3 11,5
Merah biru jingga
Antara pH 6.3-11.5, HEr2- merupakan spesial yang paling dominan dan
berwarna biru. Kebanyakan kompleks ion logam dengan Er3- berwarna merah. Oleh
karena itu titrsi dimana digunakan EBT haruslah yang menggunakan buffer dengan
pH diantara kedua nilai tersebut, agar terjadi perubahan warna yang jelas dari merah
ke biru.Rumus yang digunakan dalam menentukan Total Hardness dalam
sampel,yaitu:
Kadar total hardness (ppm) CaCO3 = V x M x 100 x 1000 ml contoh
Keterangan,
V = Volume titrasi
M = Konsentrasi CaCO3
ml = Volume sampel
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 6
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
BAB II
METODOLOGI
2. 1 ALAT DAN BAHAN
2. 1. 1 Alat yang digunakan
2. 1. 2 Bahan yang digunakan
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA
Nama alat Banyak Spesifikasi Keterangan
Erlenmeyer 2 buah 250 ml Baik
Buret 1 buah 50 ml Baik
Pipet volume 1 buah 50 ml Baik
Bulp 1 buah - Baik
Statif dan klem 1 buah - Baik
Pipet ukur 1 buah 10 ml Baik
Corong 1 buah - Baik
Neraca digital 1 buah - Baik
Gelas kimia 2 buah 250 ml Baik
Labu ukur 1 buah 100 ml Baik
Pipet tetes 1 buah - Baik
Batang pengaduk 1 buah - Baik
Nama bahan Satuan jumlah
Buffer pH 10 ml 5
Larutan EDTA 0,01 M ml -
Indikator EBT ml 1
Sampel air ml 50
Aquadest ml -
Larutan HCl 1 : 1 ml -
Larutan ammonia (NH4OH) ml -
Hablur CaCO3 Gram 0,1
7
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
2. 1. 3 Safety alat dan bahan
Menggunakan jas lab dalam praktikum untuk keselamatan dan
kenyamanan praktikan.
Menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung
dengan bahan-bahan bersifat korosif, pekat, dan sebagainya.
Menggunakan masker untuk menghindari gas-gas yang bersifat toxic
dan sejenisnya.
2. 2 PROSEDUR KERJA
Standarisasi larutan EDTA dengan standar primer CaCo3
Menimbang dengan teliti 0,1 gram CaCo3 powder, lalu dimasukan ke dalam gelas
kimia 250 ml
Menambahkan beberapa tetes HCl 1 : 1 sampai semua CaCo3 melarut
Menambahkan aquadest 50 ml yang sudah dipanaskan terlebih dahulu, dibiarkan
sampai dingin, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml dan menambahkan
dengan aquadest sampai tanda batas
Memipet 10 ml larutan tadi lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan
menambahkan dengan aquadest sampai volume 100 ml
Menambahkan dengan amonia (NH4OH) tetes dami tetes sampai pH-nya sekitar 10,
kemudian menambahkan 5 ml buffer pH 10 dan 5 tetes indikator EBT
Mentitrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna merah menjadi biru
muda
Menghitung molaritas EDTA yang digunakan dan melakukan percobaan secara duplo
Penentuan total hardness dalam air
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 8
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
Memipet 50 ml sampel air lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan
diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml
Menambahkan 5 ml larutan buffer pH 10 dan 5 tetes indikator EBT ke dalam larutan
tersebut
Mentitrasi dengan EDTA sampai terjadi perubahan warna merah menjadi biru
Menghitung total hardness yang ada pada sampel air dan melakukan percobaan
secara duplo
BAB III
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 9
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3. 1 DATA PENGAMATAN
Standarisasi larutan EDTA
PercobaanMassa
CaCO3
HCl
1 : 1
NaOH
0,5 N
Buffer
pH 10EBT EDTA Perubahan warna
I 0,1 gr 13 tetes 6 tetes 5 ml 5 tetes 9,5 ml Merah anggur - Biru muda
II 0,1 gr 13 tetes 6 tetes 5 ml 5 tetes 9,5 ml Merah anggur - Biru muda
Penentuan total hardness dalam air
Percobaan
sampel
Volume
sampel
Buffer
pH 10
Indikator
EBT
Volume
EDTAPerubahan warna
Air keranI 50 ml 5 ml 5 tetes 9,6 ml Merah anggur - Biru muda
II 50 ml 5 ml 5 tetes 9,5 ml Merah anggur - Biru muda
Air WTPI 50 ml 5 ml 5 tetes 6,3 ml Merah anggur - Biru muda
II 50 ml 5 ml 5 tetes 6,2 ml Merah anggur - Biru muda
Air danauI 50 ml 5 ml 5 tetes 6,5 ml Merah anggur - Biru muda
II 50 ml 5 ml 5 tetes 6,6 ml Merah anggur - Biru muda
Hasil Perhitungan
Molaritas EDTA = 0,0104 M
Total Hardness dalam air keran = 199,595 ppm
Total Hardness dalam air danau = 136,895 ppm
Total Hardness dalam air WTP = 130,625 ppm
3. 2 PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, penentuan total hardness dalam air dengan
menggunakan titrasi pengendapan. Dimana larutan kompleks yang digunakan adalah
EDTA. Dengan prinsip dasar percobaan, pada umumnya kesadahan jumlah air
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 10
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
disebabkan oleh kandungan garam kalsium dan megnesium. sewaktu larutan ion Mg2+
dan ion Ca2+ dititar dengan larutan EDTA, dengan petunjuk EBT, pertama EDTA
akan bereaksi dengan ion Mg2+ dan akhirnya dengan senyawa rangkai Mg-EBT. Oleh
karena senyawa rangkai tersebut berwarna merah anggur sedangkan larutan penunjuk
yang bebas berwarna biru pada pH 7-11, maka larutan pada titik akhir berubah dari
merah anggur menjadi biru.
Untuk percobaan yang pertama, standarisasi larutan EDTA 0,01 M dengan
standar primer CaCO3 dengan persamaan reaksi sebagai berikut;
CaCO3+2HCl CaCl2+CO2+H2O
Dalam reaksi di atas terdapat gas yang perlu dihilangkan, yaitu karbon dioksida
(CO2). Dengan cara pemanasan, sehingga CO2 hilang yang ditandai dengan adanya
uap air pada dinding gelas kimia.
Setelah itu, larutan di atas ditambahkan amonia (NH4OH). Sehingga sebagai
akibatnya dititrasi dengan EDTA dari warna awal merah menjadi biru muda. Dengan
reaksi perubahan sebagai berikut;
MIn + HY3 MY + HIn
Merah Biru
Pada larutan di atas penambahan larutan yang mengandung M2+ (Ca2+), maka MY2-
(CaY2-) yang lebih stabil terbentuk, dengan membebaskan Mg2+ untuk bereaksi
dengan indikator dan membentuk MgIn merah. Setelah kalsium habis terpakai, maka
tambahan titran mengubah MgIn menjadi MgY2- (HIn2-) dan indikator kembali ke
bentuk HIn2- biru. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
CaCl2+H2O+NH4OH Ca(OH)2+2HCl+NH3-+H2O.
Percobaan berikutnya yaitu penentuan total hardness dalam air. Pada prinsipnya
percobaan ini sama dengan percobaan sebelumnya, larutan yang mengandung Ca2+
akan membebaskan Mg2+ untuk bereaksi dengan indikator dan membentuk MgIn
merah. Tambahan titran mengubah MgIn menjadi MgY2- dan indikator akan kembali
pada warna biru. Pada air keran memiliki total hardness (ppm) CaCO3 sebanyak
199,595 ppm, pada air danau memiliki total hardness (ppm) CaCO3 sebanyak
136,895 ppm, serta pada air WTP memiliki total hardness (ppm) CaCO3;130,625
ppm.
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 11
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami peroleh dari percobaan ini, yaitu:
1. Molaritas dari EDTA yaitu 0,01045 M.
2. Kadar total hardness (ppm) CaCO3 dalam air keran = 199,595 ppm.
Kadar total hardness (ppm) CaCO3 dalam WTP = 130,625 ppm.
Kadar total hardness (ppm) CaCO3 dalam air danau = 136,895 ppm.
3. Perubahan warna yang terjadi, yaitu dari warna merah menjadi biru muda.
5.2 Saran
1. Membersihkan alat - alat praktikum sebelum dimulai praktikum.
2. Menguasai materi praktikum sebelum dimulainya praktikum.
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 12
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Chon. 1986. Analisi jumlah titrimetrik. Bogor : Sekolah Menengah Analis
Kimia Bogor
R.A.Day.Jr dan A.L.Underwood. 1986. Analisi Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Team Laboratorium Kimia Dasar. 2007. Penuntun Pratikum Dasar Proses Kimia.
Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 13
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
PERHITUNGAN
Standarisasi larutan EDTA
Molaritas EDTA = mg CaCO3
fp x V x 100
Percobaan IMolaritas EDTA = mg CaCO3
fp x V x 100
= 100 10 x 9,5 x 100
= 0,0105 M
Percobaan IIMolaritas EDTA = mg CaCO3
fp x V x 100
= 100 10 x 9,6 x 100
= 0,0104 M
Rata - rata molaritas EDTA = 0,0105 + 0,0104 2
= 0,01045 M
Penentuan total hardness dalam air
Kadar total hardness (ppm) CaCO3 = V x M x 100 x 1000 ml contoh
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 14
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
1) Air keran
Percobaan IKadar total hardness (ppm) CaCO3 = V x M x 100 x 1000
ml contoh
= 9,6 x 0,01045 x 100 x 1000 50
= 2004,64 ppm
Percobaan IIKadar total hardness (ppm) CaCO3 = V x M x 100 x 1000
ml contoh
= 9,6 x 0,01045 x 100 x 1000 50
= 198,55 ppm
Rata - rata total hardness dalam sampel air keran = 200,64 + 198,55 2
= 199,595 ppm
2) Air danau
Percobaan IKadar total hardness (ppm) CaCO3 = V x M x 100 x 1000
ml contoh
= 6,5 x 0,01045 x 100 x 1000 50
= 135,85 ppm
Percobaan IIKadar total hardness (ppm) CaCO3 = V x M x 100 x 1000
ml contoh
= 6,6 x 0,01045 x 100 x 1000 50
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 15
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
= 137,94 ppm
Rata - rata total hardness dalam sampel air keran = 135,85 + 137,94 2
= 136,895 ppm
3) Air WTP
Percobaan IKadar total hardness (ppm) CaCO3 = V x M x 100 x 1000
ml contoh
= 6,3 x 0,01045 x 100 x 1000 50
= 131,67 ppm
Percobaan IIKadar total hardness (ppm) CaCO3 = V x M x 100 x 1000
ml contoh
= 6,2 x 0,01045 x 100 x 1000 50
= 129,58 ppm
Rata - rata total hardness dalam sampel air keran = 131,67 + 129,58 2
= 130,625 ppm
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 16
TOTAL HARDNESS DALAM AIR
GAMBAR ALAT
erlenmeyer
labu ukur
pipet volume + bulp
pipet ukur + bulp
corong pipet tetes
neraca digital
buret + statif
gelas kimia
batang pengaduk
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA TEKNIK KIMIA 17
Top Related