1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekeliling mengenai
beberapa inderanya. Indera tersebut memungkinkan untuk mendeteksi benda-benda
pada suatu jarak tertentu. Indera penciuman ikan mampu mengindera bau dari
sumber yang cukup jauh dari tempat ikan berada (Ramadhan, 2011).
Rangsangan umpan dapat berupa umpan yang menarik ikan melalui
penglihatan dan penciuman. Keberhasilan alat tangkap dapat ditingkatkan salah
satunya dengan mengetahui respon makan ikan yang diindikasikan dengan
ketertarikan terhadap umpan yang digunakan untuk menarik perhatian ikan target
(Fitri, 2011).
Rangsangan bau pada umpan dapat pula digunakan sebagtai pemikat dalam
penangkapan ikan. Misalnya pada alat tangkap pancing. Ikan menyukai umpan
berasam amino tinggi. Jadi umpan dengan asam amino tinggi dapat digunakan pada
alat tangkap pancing.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum Tingkah laku ikan tentang chemical stimuli adalah
agar praktikan dapat mengetahui respon ikan terhadap rangsangan bau dari objek
yang berbeda.
Tujuan dari praktikum Tingkah laku ikan tentang chemical stimuli adalah agar
mengetahui respon ikan terhadap rangsangan bau yang ditimbulkan suatu obyek
berbeda.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum lapang Tingkah laku ikan dengan materi respon penciuman ikan
(chemical stimuli) dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 4 Mei 2013 pukul 07.00
WIB – 08.40 WIB, di Laboratorium Penangkapa Ikan gedung D lantai 1 Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Fink (1993), klasifikasi ikan piranha yaitu :
Kingdom : Animalia
Klass : Actinopterygii
Ordo : Characiformes
Genus : Pyjocentrus
Species : Pyjocentrus natareri
Menurut Putra (2012), piranha adalah ikan terkecil yang mampu menjelajah
perairan tawar dunia. Mulut piranha kecil dan tajam, giginya segitiga dan dibuat
khusus untuk menususk dan merobek daging mangsanya.
Makanan utamanya adalah serangga, cacing dan ikan. Sedangkan ikan yang
lebih kecil (8-11 cm), aktif pada siang hari. Piranha biasanya hidup berkelompok
dalam skala kecil (Fink, 1993).
2.2 Tingkah Laku Umum dan Khusus Ikan
Ikan Piranha termasuk jenis ikan agresif dan ganas. Biasanya bergerombol
dan apabila sudah mendapat mangsa maka akan tampak seperti gumpalan ikan
sarden atau teri (Pobersonal, 2011).
Piranha memiliki indra penciuman yang baik. Indra penciuman mirip hiu yang
dapat mencium bau darah dari jarak jauh. Namun ada ahli berpendapat bahwa
piranha dapat menemukan mangsa berdasar suara “keripak” dari mangsa yang
berada di dalam air (Julian, 2011).
2.3 Organ Penciuman
Secara umum, olfaktori serupa dengan organ nasal untuk penciuman manusia.
Namun lubang/cuping hidung pada ikan jarang terbuka ke dalam rongga mulut.
Dasar dari lubang hidung dibentuk oleh epithelium penciuman atau mukosa berupa
lipatan ros (Fujaya, 2008).
Ikan mendeteksi adanya reseptor pembau dalam bentuk stimuli kimia. Stimuli
tersebut melalui lubang hidung (nostril) dan dirubah dalam bentuk signal elektrik
yang berasal dari gerakan silia yang kemudian melewati olfactory lamella yang
berbentuk rosette (bunga mawar). (Riyanto, 2008)
2.4 Fungsi Allomon dan Feromon
Allomon adalah suatu senyawa kimia yang dilepas oleh organism dan
menimbulkan respon pada individu species lain. Organisme pelepas memperoleh
keuntungan, sedangkan penerimanya dirugikan (Fitri, 2008).
Menurut Stacey, et.al (2010), peranan feromon dalam pengenalan wilayah
dapat dicermati pada tingkah laku salmon yang melakukan pemijahan di sungai
kemudian bermigrasi ke laut dan kembali ke sungai lagi ketika akan meninggal.
Feromon sebagai alarm biasanya digunakan ketika terjadi sesuatu keadaan
bahaya. Dalam hal ini biasanya ikan-ikan mengeluarkan zat berupa lender yang
dikeluarkan melalui permukaan kulit dalam jumlah sedikit (Purbayanto, et. al, 2010).
2.5 Umpan
2.5.1 Umpan Cumi-Cumi
Berdasarkan hasil pengamatan, jenis umpan cumi dan udang menghasilkan
tangkapan terbanyak pada ikan kerapu bebek (Titaley, 2000 dalam Dian, 2008).
Di saat inilah diyakini umpan cumi-cumi akan efektif dibandingkan malam hari
di saat tidak ada lagi sinar matahari dibandingkan saat mulai menggunakan sinar
lampu berdaya listrik. Sehingga umpan yang tertangkap dari kedua jenis ini tidak
terlalu signifikan, karena di saat masih ada cahaya matahari umpan cumi-cumi lebih
efektif.
2.5.2 Umpan Udang
Menurut Dian (2008), bahwa kandungan protein tertinggi terdapat pada
umpan ikan, kandungan lemak tertinggi terdapat pada umpan gonad bulu babai, dan
kandungan air tertinggi terdapat pada umpan udang (777,95 mg/g).
Menurut Riyanto (2008), bahwa efektivitas tertinggi yang dimiliki antara
umpan udang, rucah dan bulu babi yaitu tertinggi terdapat pada umpan udang
dengan presentase 71,46%.
2.5.3 Umpan Ayam
Absorbsi protein ikan lebih tinggi dari sapi, ayam, dan lain sebagainya. Karena
daging ikan mempunyai serat-serat protein yang lebih pendek dari pada serat daging
sapi (Sarjogyo, 2000).
Menurut Subani dan Barus (1989) dalam Dian (2008), efektivitas bubu sebagai
alat tangkap pasif akan lebih baik pengoperasiannya menggunakan umpan (ayam,
cumi, udang).
2.6 Kaitan Respon Penciuman dengan Penangkapan
Penggunaan umpan pada pengoperasian suatu alat tangkap berfungsi
mengundang atau merangsang ikan sehingga sistem pengoperasiannya yang
dilakukan akan lebih efektif (Fitri, et. al, 2008).
Penggunaan umpan dalam penangkapan ikan adalah untuk memikat ikan atau
binatang lainnya sebagai suatu mangsa. Umpan merangsang penglihatan, indera
penciuman dan rasa pada ikan akibat gerak, bentuk, aroma dan warna (Van Brant,
1960 dalam Gunarso, 2011)
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Tingkah laku ikan tentang Chemical
stimuli adalah :
1. Akuarium : sebagai wadah percobaan.
2. Aerator : untuk pertukaran oksigen dalam air dan penyebaran bau.
3. Stopwatch : untuk mengukur lama fase
4. Tongkat : Untuk menggantung umpan
5. Penggaris : untuk mengukur peletakan umpan
6. Filter : untuk memfilter air dalam akuarium
7. Serok : Untuk memindahkan ikan.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Tingkah laku ikan tentang Chemical
stimuli adalah :
1. Umpan udang : sebagai umpan.
2. Umpan ayam : sebagai umpan.
3. Umpan cumi : sebagai umpan.
4. Air : sebagai media ikan
5. Benang : untuk mengikat umpan.
3.2 Skema Kerja
1. Umpan udang
Disiapkan alat dan bahan
Digiring ikan menuju garis start
Dipasang sekat pada garis start selama 5 menit dihitung menggunakan
stopwatch
Dipasang umpan udang
Diamati dan dicatat tingkah laku ikan pada fase arousal, searching, dan
finding
Dicatat waktu pada tiap fase, dihitung menggunakan stopwatch
2. Umpan cumi-cumi
Disiapkan alat dan bahan
Digiring ikan menuju garis start
Dipasang sekat pada garis start selama 5 menit dihitung menggunakan
stopwatch
Dipasang umpan cumi-cumi
Diamati dan dicatat tingkah laku ikan pada fase arousal, searching, dan
finding
Dicatat waktu pada tiap fase, dihitung menggunakan stopwatch
Umpan cumi-cumi
Hasil
Hasil
Umpan udang
3. Umpan ayam
Disiapkan alat dan bahan
Digiring ikan menuju garis start
Dipasang sekat pada garis start selama 5 menit dihitung menggunakan
stopwatch
Dipasang umpan ayam
Diamati dan dicatat tingkah laku ikan pada fase arousal, searching, dan
finding
Dicatat waktu pada tiap fase, dihitung menggunakan stopwatch
Umpan ayam
Hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Nama Ikan : Ikan Piranha
Nama Latin : Pujosentris naterery
Waktu (menit) dan Tingkah laku ikan
Fase Umpan I (udang) Umpan II (cumi) Umpan III (ayam)
Arousal Ikan piranha
berenang dan
mulai mendeteksi
bau umpan
selama 5 menit 1
detik
Ikan piranha
mencium bau
umpan dan mulai
mendeteksi
selama 47 detik
Ikan piranha mulai
mendeteksi bau
umpan dan
mencium bau
umpan selama 6
menit 30 detik
Searching Ikan mulai
mencari umpan
atau asal bau
umpan selama
38 detik
Ikan piranha
mulai mencari-
cari bau umpan
dan mencari
letak umpan
selama 10 detik
Ikan piranha mulai
mencari umpan
selama 7 menit 30
detik
Finding Ikan menemukan
umpan selama 2
detik
Ikan piranha
tidak melakukan
fase finding
Ikan piranha
menemukan
umpan dengan
membutuhkan
waktu 1 menit
Total waktu 5.41 10.47 15.00
4.2 Analisa Prosedur
Dalam praktikum tingkah laku ikan dengan materi tentang chemical stimuli
pertama – tama yang dilakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahannya. Alat-alat
yang digunakan adalah akuarium yang berfungsi sebagai media hidup ikan, sekat
yang berfungsi untuk memberi batas start, aerator yang berfungsi untuk memberi
suplai oksigen serta menyebarkan bau umpan, stopwatch yang berfungsi untuk
menghitung waktu tiap fase, tongkat yang berfungsi untuk penggantung umpan,
penggaris yang berfungsi untuk mengukur peletakan umpan, filter yang berfungsi
untuk memfilter atau menyaring air di dalam akuarium, serok yang berfungsi untuk
mengambil atau menyerok ikan atau memindahkan Ikan. Bahan-bahan yang
digunakan yaitu Ikan piranha yang berfungsi sebagai objek yang akan diamati,
umpan udang yang berfungsi indikator respon, umpan cumi-cumi yang berfungsi
indikator respon, umpan ayam yang berfungsi indikator respon, air yang berfungsi
sebagai media hidup ikan, dan benang yang berfungsi untuk mengikat umpan.
Setelah alat dan bahan disiapkan, pertama-tama memindahkan ikan uji dari
bak ke dalam akuarium, membiarkan ikan selama 5 menit, kemudian menggiring
ikan ke start yaitu area untuk persiapan uji, dan dipasang sekat akuarium, kemudian
dipasang umpan (udang, cumi-cumi, ayam) pada jarak 50 cm dari sekat dan 20 cm
dari dasar. Ketiga umpan tersebut diletakkan pada akuarium yang berbeda dengan
satu akuarium satu ikan. Setelah ikan brada pada garis start selama 5 menit sekat
dibuka. Dicatat waktu serta mengamati tingkah laku ikan pada tiap fase ( arousal,
searching, dan finding) terhadap umpan.
4.3 Analisa Data Hasil Pengamatan
Menurut fitri (2008), asam amino merupakan kandungan kimia umpan yang
dapat merangsang organ penciuman sekaligus nafsu makan.
Menurut Baskoro (2011), fase tingkah laku ikan yang diidentifikasi meliputi
arousal, location, near field, ingress, dan escape. Tahapan tersebut disesuaikan
dengan alat tangkap, namun dari praktikum tidak sampai ke fase memakan umpan
atau uptake karena tidak memperhatikan jenis umpan, besar umpan dan bukaan
mulut ikan.
Dari data hasil pengamatan diperoleh bahwa fase arousal, searching dan
finding ikan piranha terhadap umpan udang berturut-turut adalah 5,01 menit, 0,38
menit, dan 0,02 menit. Pada umpan cumi-cumi didapatkan 0,41 menit, 10 menit dan
tidak tidak mengalami fase finding. Sedangkan pada umpan ayam yaitu 6,30 menit,
7,30 menit dan 1 menit. Dengan total waktu pada umpan udang 5,41 menit, umpan
cumi-cumi 10,47 menit, dan umpan ayam 15,00 menit. Berdasarkan data di atas,
ikan piranha lebih menyukai udang dibandingkan cumi-cumi dan ayam.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum tingkah laku ikan tentang chemical stimuli dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Ikan piranha dengan nama latin Pygocentrus naterery merupakan family dari
characidae.
Ikan piranha besar makanan utamanya serangga, cacing, dan ikan.
Ikan piranha mendeteksi adanya reseptor pembau dalam bentuk stimuli
kimia.
Alomon senyawa kimia yang dilepas oleh suatu organisme dan menimbulkan
respon pada individu spesies lain.
Feromon dalam pengenalan wilayah dapat dicermati pada tingkah laku ikan
saat akan menuju tempat memijah dan kembali ke tempat asalnya.
Umpan cumi efektif pada siang hari, umpan udang memiliki efektivitas
tertinggi.
Penggunaan umpan pada waktu penangkapan yaitu untuk memikat umpan.
Berdasarkan pengamatan, total waktu ikan piranha terhadap umpan udang
yaitu 5.41 menit, umpan cumi-cumi 10.47 menit, umpan ayam 15.00, dapat
dikatakan bahwa ikan piranha lebih menyukai umpan udang.
5.2 Saran
Praktikum tingkah laku ikan yang dilakukan semakin baik dan lancar, diharapkan
meningkatkan kerjasama antara asisten dan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adityarini, 2012. Pengaruh Penggunaan perbedaan konstruksi Mata Pancing dan
Jenis Umpan Pada Pancing Ulur. Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Diponegoro.
Baskoro, M.S. 2011. Tingkah laku ikan Hubungannya dengan Ilmu dan Teknologi
Perikanan Tangkap. Lubuk Agung.
Dian. 2008. Respon Penglihatan dan Penciuman Ikan Kerapu Terhadap Umpan
Terkait dengan Efektivitas Penangkapan. IPB. Bogor.
Fink, W.L. 1993. Revision of the Piranha Genus Pygocentrus copeia. Vol.
199(3):665-689.
Fitri, A.D.P. Asriyanto, dan Y. Asmara. 2008. Studi Pendahuluan Pengaruh Umpan
terhadap Tingkah laku ikan Kakap Merah ( Lutjanus argentimaculatus).
Jurusan Perikanan. Universitas Diponegoro. Semarang
Fujaya, Yushinta. 2008. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta . Jakarta.
Gunarso, W. 1985. Tingkah laku ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode,
dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
IPB. Bogor
Julian, W. 2011. Penciuman Ikan. http://JulianFish.blogspot.com . Diakses pada 9
mei 2013 pukul 09.00 WIB
Pobersonai. 2011. Ikan Piranha dan Habitatnya.
http://Pobersonai.blogspot.com/2011/05/08. Diakses pada 8 Mei 2013
pada pukul 16.00 WIB.
Purbayanto, dkk. 2010. Fisiologi dan Tingkah laku ikan pada Perikanan Tangkap. PT
Penerbit IPB. Bogor
Putra. 2012. Piranha. http://rezayamanakamandalaputra.blogspot.com . Diakses
pada 9 mei 2013 pukul 13.00 WIB
Ramadhan. 2011. Efektivitas Alat Tangkap Mini Purse Seine Menggunakan Sumber
Cahaya yang Berbeda Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kembung
(Rastadigger sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
Walsh, S.J.E. Richard. 2001. Phototaxis in Prophila. A Critical Evaluation Miss
Understanding. Articles Scritis of America. Vol 61 (3):339-345
Wyatt. T. 2010. Pheromones and Signatures Mixtures: Defining Species-Wide
Signals and Variable Cues for Identity in both Invertebrates and
Vertebrates. J Comp Phycial A. 196. 685-700