1
TESIS
SRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI DISTRIK SEMANGGA
KABUPATEN MERAUKE
HARMINI (P0204208532)
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
2
SRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI DISTRIK SEMANGGA
KABUPATEN MERAUKE
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Proram Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah
Di Susun dan Diajukan
Harmini
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
3
SRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI DISTRIK SEMANGGA
KABUPATEN MERAUKE
Disusun dan diajukan oleh
HARMINI
Nomor Pokok P. 0204208532
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 27 Juni 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui Komisi Penasihat,
Prof. Dr. Ir. Darmawan Salman, M.S Dr. Ir. Junaedi Muhidong, M.Sc Ketua Anggota Ketua Program Studi Direktur Program Pasca Sarjana Perencanaan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin Dr. Ir. Roland A. Barkey Prof. Dr. Ir. Mursalim
4
PERYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Harmini
Nomor Pokok : P0204208532
Program Studi : Perencanaan Pengembangan Wilayah
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, Juni 2011
Yang menyatakan
HARMINI
5
PRAKATA
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah Subahana Wattaalla yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan hasil penelitian saya dengan judul “SRATEGI
PENGEMBANGAN PROGRAM PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI
KECAMATAN SEMANGGA KABUPATEN MERAUKE”.
Gagasan yang melatari tajuk permasalahan yang dihadapi petani
pada Distrik Semangga adanya kesenjangan produktifitas ditingkat petani
yang cukup besar, dibanding dengan potensi yang bisa dicapai petani.
Penyebabnya antara lain petani kesulitan dalam memperoleh benih
unggul bersertifikat yang mempunyai potensi tinggi , penggunaan pupuk
yang belum berimbang, penggunaan pupuk organik yang belum popular
dan terbatasnya alat dan mesin ditingkat petani. Penulis bermaksud
menyumbangkan beberapa informasi kepada para petani dan pengambil
kebijakan dan pemerintah daerah dalam pengembangan program
pembangunan pertanian di Kabupaten Merauke.
Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam rangka penyusunan
tesis ini, namun berkat bantuan berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya. Untuk itu, dengan ketulusan yang
sangat mendalam, penulis penyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Prof. Dr.dr. Idrus A. Paturusi, selaku Rektor Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh
dan menyelesaikan studi pada Program Pasca Sarjana Universitas
Hasanuddin.
2. Prof. Dr.Ir. Mursalim, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin, dan Dr. Ir.Roland A.Barkey selaku Ketua
Program Studi Perencanaan dan pengembangan Wilayah yang
6
telah menunjukkan perhatian dan memberikan kemudahan
pelayanan yang sangat baik dalam rangka penuntasan studi pada
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darmawan Salman, M.S selaku pembimbing I
dan Dr. Ir. Junaedi Muhidong, M.Sc selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan arahan mulai penyusunan hingga
selesainya proposal tesis ini.
4. Para penguji Prof. Dr. Ir. Sitti Bulkis, MS ; Dr. Ir.A. Nixia
Tenriawaru, M.Si ; Prof. Dr. Ir. Budimawan, DEA atas semua
saran dan koreksi.
5. Kepala PSKMP Universitas Hasanuddin, beserta Staff fungsional
dan staf administrasi yang telah banyak memberikan perhatian,baik
secara teknis maupun akademis, selama proses perkuliahan
hingga terselesainya tesis ini.
6. Rektor Universitas Musamus dan Jajarannya yang telah
memberikan kemudahan pelayanan yang sangat baik dalam proses
perkuliahan hingga tersusunnya tesis ini.
Penulis menyadari sebagai makluk ciptaan Al-Khalik
senantiasa diliputi kekurangan dan kekhilapan. Oleh karena itu,
segala urusan selayaknya disandarkan kepadanya dan penulis
berharap semoga tesis ini bermanfaat. Amin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Makassar, Juni 2011
Penulis
7
ABSTRAK
HARMINI, Strategi Pengembangan Program Pertanian Tanaman Pangan di Distrik Semangga Kabupaten Merauke(di bimbing oleh Darmawan Salman dan Junaedi Muhidong).
Penelitian ini bertujuan(1) Menganalisis tingkat pencapaian program-program pembangunan pertanian yang telah berjalan dalam meningkatkan produktifitas tanaman pangan di Distrik Semangga.(2) memformulasikan strategi pengembangan program pertanian tamanan pangan di Dstrik Semangga.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi kasus pada program pembangunan pertanian yang implementasinya pada tahun 2008 – 2010 di Distrik Semangga Kabupaten Merauke. Data primer diperoleh dari wawancara dan rembug warga sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi. Data ini dianalisis dengan menggunakan analisis gap untuk menunjukan selisih antara target dan capaian,akar terjadinya gap ditelusuri sehingga strategi dibangun relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
Pelaksanaan kelima program andalan telah berjalan dengan baik dan mencapai dampak khususnya di Distrik Semangga walaupun demikian beberapa permasalahan dijumpai selama implementasi program. Permasalahan tersebut antara lain : (1) kualitas benih yang rendah untuk program bantuan langsung benih unggul,(2) Kapasitas sumber daya manusia pendamping terbatas untuk program Sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu dan unit pengolahan pupuk organik,(3) cakupan bantuan alsintan yang rasio perbandingan masih rendah dan (4) jadwal pelaksanaan optal tidak tepat waktu. Kata kunci : tingkat pencapaian program pembangunan pertanian
8
ABSTRACT
HARMINI, the development strategy of food crop agriculture program in
semangga distric of merauke regency (supervised by daramawan salman
and junaedi muhidong)
The aims of the research are to (1) analyze the archievement level
of agriculture development program that have been run increase food crop
produktivity in semangga district and (2) formulate the development
strategy of food crop agriculture programs in semangga district.
The research was conducted in semangga district by using
desriptive analysis. The data consisted of primary and second data. The
primary data were obtained trough interview, community discusion, and
workshop and secondary data were obtained from releted istitutions. The
data were analyzed by using gap analysis to indicate the difference
between the target and archievement. The causes of the occurence of gap
were investigated so that the built strategis are relevant to the faced
problems.
The results reveal that the iplementation of suprior programs has
run well and archieved the target especially in semangga district altough
there are some problems faced during the iplementation of the programs.
The prolems are (1) the low quality of seed for direct aid program of prime
seed,(2) the capacity of assistant human resources is limited for field
school program of intgrated crop management and the management unit
of organic fertilizer, (3) comparison ratio of the scope of the alsintan aid is
still low and (4) the schedule of optal implementation is not punctual.
Key words : arhievement level of agriculture development program.
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
ABSTRACK viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR GRAFIK xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Pertanyaan Penelitian 5
D. Tujuan Penelitian 6
E. Kegunaan Penelitian 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Program Pembangunan Pertanian 7
B. Lingkungan Strategis, Permasalahan dan tantangan Program Pembangunan Pertanian dalam Negeri.
13
1. Dinamika Permintaan Pangan dan Bahan Baku Industri
13
2. Kelangkaan dan Degradasi Kualitas SDA 15
3. Manajemen Pembangunan 18
C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian
19
D. Tantangan dalam Pembangunan Pertanian 26
E. Strategi dan Kebijakan Pembangunan pertanian 28
10
F. Teknik Evaluasi Program dan Pengembangan Strategi 34
G. Kerangka Pikir Penelitian 36
BAB III. METODE PENELITIAN 40
A. Rancangan Percobaan 40
B. Waktu dan Lokasi Penelitian 40
C. Jenis dan Sumber Data 41
D. Objek Penelitian 42
E. Metode Pengumpulan Data 43
F. Analisis Data 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 46
B. Pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian
Kabupaten Merauke
56
C. Analisis Perbandingan Lima Program Program Prioritas
Pembangunan Pertanian di Distrik Semangga
Kabupaten Merauke
95
D. Pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian Di
Distrik Semangga dan Distrik Malind
99
E. Strategi Pemerbaikan Program – Program
Pembangunan Pertanian
101
BAB V PENUTUP 103
A. KESIMPULAN 103
B. SARAN 104
DAFTAR PUSTAKA 105
LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Tabel. Halaman 1 Luas Wilayah Distrik Semangga Kabupaten Merauke
Propinsi Papua Tahun 2010. 47
2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Semangga, Kabuten Merauke, Propinsi Papua Tahun 2010.
49
3 Jumlah Penduduk Menurut KelompoK Umur di Kecamatan Semangga, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua tahun 2010.
50
4 Jumlah Penduduk Menurut Mata pencaharian di kecamatan Semangga, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua.
51
5 Luas Lahan Pertanian menurut Penggunaannya di Kecamatan Semangga, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua, Tahun 2008, 2009 dan 2010.
52
6 Jumlah Alat dan Mesin Olah Tanah di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua, Tahun 2008, 2009 dan 2010.
53
7 Jumlah Alat dan Mesin Panen di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua, Tahun 2008, 2009 dan 2010.
53
8 Produksi Tanaman Pangan di Distrik Semangga,Kabupaten Merauke, Propinsi Papua, Tahun 2008, 2009 dan 2010.
54
9 Jumlah Ternak di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua, Tahun 2008, 2009, dan 2010
55
10 Data produktifitas padi program SLPTT dan non SLPTT di distrik Semangga
58
11 Pendamping SLPTT pada Distrik Semangga. 63 12 Luas Areal Tanam, Realisasi Tanam, dan Realisisi Panen
Program SL-PTT di Distrik Semangga. 65
13 Kampung Penerima Program Bantuan Alsintan 68 14 Kelompok Tani Penerima Bantuan Alsintan di Distrik
Semangga. 68
15 Program Bantuan Alsintan 69 16 Optimalisasi lahan pertanian di Distrik Semangga
Kabupaten Merauke Tahun 2009 - 2010 74
17 Kelompok Tani Penerima program Optimalisasi Lahan di 75
12
Distrik Semangga Kabupaten merauke tahun 2009 – 2010.
18 Pelaksanaan program Unit Pengolahan Pupuk Organik Tahun 2010.
82
19 Pendamping SLPTT pada kampung penerima program SL-PTT di distrik Malind
90
20 Produktifiitas sesudah dan Sebelum Program SL-PTT di Distrik Malind
91
21 Luas Areal Tanam, Realisasi Tanam, dan Realisisi Panen Program SL-PTT di Distrik Malind
93
22 Produktivitas sesudah dan Sebelum Program SL-PTT di Distrik Malind
94
23 Analisis Program Andalan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura di distrik Semangga
96
24 Pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian Di Distrik Semangga dan Distrik Malind
100
13
DAFTAR GAMBAR
Tabel. Halaman
1 Kerangka Pikir Penelitian 39
14
DAFTAR GRAFIK
Tabel. Halaman
1 Peningkatan Produksi Padi 59
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mayoritas penduduk Kabupaten Merauke menggantungkan hidup
dari sektor pertanian, karenanya revitalisasi pertanian sangat strategis
untuk dilaksanakan, guna memacu pembangunan pedesaan dengan
pengembangan kawasan agropolitan, yaitu mengubah kawasan pedesaan
menjadi kota pertanian yang berkembang dan mampu menghela
pembangunan wilayah pedesaan sekitarnya.
Potensi yang dimiliki Kabupaten Merauke, khususnya di Distrik
Semangga yakni sumberdaya alam berupa hamparan areal pertanian.
Pemanfaatan dan pengembangan potensi alam tersebut menjadi sangat
strategis jika dikaitkan dengan fungsi Distrik Semangga sebagai salah
satu daerah penghasil padi. Pengembangan sektor pertanian oleh
masyarakat dilakukan secara sporadis dan sangat dipengaruhi informasi
pasar suatu komoditas. Hal ini mengakibatkan suatu komoditas yang
dikembangkan tidak mempertimbangkan kelayakan fisik sehingga input
yang diberikan menjadi tinggi. Akhir dari kondisi ini adalah komoditas yang
dikembangkan masyarakat menjadi tidak menguntungkan.
Permasalahan yang dihadapi petani pada Distrik Semangga
adanya kesenjangan produktifitas padi ditingkat petani yang cukup besar,
dibanding dengan potensi yang bisa dicapai petani. Penyebabnya antara
16
lain petani kesulitan dalam memperoleh benih unggul bersertifikat yang
mempunyai potensi tinggi , penggunaan pupuk yang belum berimbang,
penggunaan pupuk organik yang belum popular. Fakta di lapangan
menunjukan petani dalam usaha budidaya padi belum menerapkan unsur
teknologi yang dianjurkan oleh Dinas Tanaman Pangan Kabupeten
Merauke dikarenakan keterbatasan pengetahuan tentang budidaya padi
yang benar. Diharapkan dengan menerapkan unsur teknologi dapat
meningkatkan produktifitas padi, unsur teknologi yang dianjurkan yaitu
penggunaan benih unggul bersertifikat, tanam sistem legowo, pengolahan
tanah sempurna, umur bibit tidak lebih 21 hari, penggunaan pupuk
berimbang dan panen tidak tepat waktu. Alat dan mesin pertanian
(alsintan) terutama Hand traktor, memiliki peran penting dalam
mempercepat proses pengolahan tanah dengan mutu hasil olahan yang
lebih baik sehingga dapat berkontribusi dalam upaya peningkatan
intensitas dan peningkatan produksi. Disisi lain jumlah alsintan yang
dimiliki petani terbatas tidak sebanding dengan luasan areal yang ada.
Program pembangunan dari sektor pertanian untuk mengubah
kawasan pedesaan menjadi kota pertanian adalah salah satu program
andalan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke, dimana potensi yang
dimiliki Kabupaten Merauke yakni sumber daya alam berupa hamparan
areal pertanian. Kabupaten Merauke mempunyai lahan potensial seluas
2.491.821,99 ha dan yang baru dibuka seluas 38.402.00 ha. Sedangkan
lahan yang telah dimanfaatkan sekitar 25.459 ha. Pada sisi lain kebutuhan
17
pangan di Kabupaten Merauke meningkat seiring dengan kebutuhan
pangan dan peningkatan jumlah penduduk, selain itu daerah pemekaran
mengandalkan pasokan pangan dari Kabupaten Merauke. Kabupaten
Merauke merupakan sentra produksi tanaman pangan khususnya
tanaman pangan padi untuk wilayah selatan Papua.
Pemerintah daerah melalui Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura
membuat program-program untuk mengembangkan sektor pertanian.
Selama 3 ( tiga ) tahun terakhir telah dilaksanakan program-program di
bidang pertanian khususnya untuk peningkatan produktifitas padi di
daerah ini adalah sebagai berikut :
a) Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU).
b) Program Sekolah Lapangan Pengelola Tanaman Terpadu (SLPTT).
c) Program Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA)
d) Program pengembangan usaha agribisnis pedesaan
e) Program Bantuan Alsintan
f) Program Optimalisasi Lahan;
g) Program Pembukaan Lahan Baru;
h) Program Unit Pengolahan Pupuk Organik.
Dari ke tujuh program ini, lima diantaranya program andalan yakni
(a). program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU); b). program
Sekolah Lapangan Pengelola Tanaman Terpadu (SLPTT); e). program
Bantuan Alsintan; f). program Optimalisasi Lahan dan h). Program Unit
Pengolahan Pupuk Organik.
18
Pelaksanaan program pembangunan pertanian telah dibuktikan
dengan peningkatan produksi padi pada Tahun 2009 sebesar 30,58%
yaitu sebesar 101.161 ton yang sebelumnya pada tahun 2008 produksi
sebesar 98126,17 ton. Dari data peningkatan produksi tersebut masih
terdapat kesenjangan produksi yang dapat ditingkatkan melalui perbaikan
program. Evaluasi ini selanjutnya dapat dijadikan pijakan untuk
pembaharuan strategi kedepan.
Berdasarkan hal diatas, maka penulis bermaksud melakukan
penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Program Pertanian
Tanaman Pangan di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke”.
B. Rumusan Masalah
Lima program diatas dimaksudkan untuk menjawab permasalahan
yang ditemui dalam usahatani di Distrik Semangga sebagai berikut :
1. Petani kesulitan dalam memperoleh benih unggul bersertifikat
yang mempuyai tingkat produktifitas tinggi .
2. Rendahnya pengetahuan petani tentang teknik budidaya yang
baik.
3. Keterbatasan kepemilikan alat-alat mekanisasi pertanian yang
memadai oleh petani baik alat pengolahan tanah, panen dan
pasca panen.
4. Pemanfaatan lahan pertanian pertanian dikalangan petani yang
belum optimal.
19
5. Rendahnya kesadaran masyarakat petani dalam menggunakan pupuk
organik yang mempunyai prospek peningkatan produksi dan
produktifitas tanaman pangan dan hortikultura serta ramah lingkungan.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus permasalah diatas, maka dapat dituliskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan program-program andalan
pembangunan pertanian yang telah berjalan dalam
meningkatkan produktifitas tanaman pangan Distrik Semangga.
2. Bagaimana strategi pengembangan dari program-program
penigkatan produktivitas tanaman pangan di Distrik Semangga .
D. Tujuan Penelitian
Atas dasar kajian tentang kondisi dan analisis terhadap potensi
serta permasalahan yang ada maka disusun suatu konsep perencanaan
peningkatan produksi tanaman pangan padi di Distrik Semangga dengan
tujuan :
20
1. Menganalisis tingkat pencapaian program-program pembangunan
pertanian yang telah berjalan dalam meningkatkan produktifitas
tanaman pangan di Distrik Semangga.
2. Memformulasikan strategi pengembangan program pertanian
tamanan pangan di Distrik Semangga.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pembangunan daerah dalam
rangka peningkatan pendapatan daerah dan sebagai bahan informasi bagi
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Pembangunan Pertanian
Sektor pertanian telah terus dan terus dituntut berperan dalam
perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri,
21
pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian
juga memiliki kontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda,
yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi.
Dampak tersebut relatif pesat sehingga sektor pertanian layak dijadikan
sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional.
(Adisasmita R. 2006)
Pada masa kritis, sektor pertanian terbukti lebih tangguh bertahan
dan mampu pulih lebih cepat dibanding sektor lain, selain berperan
sebagai penyangga pembangunan nasional. Peran tersebut terutama
dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok, perolehan devisa,
penyediaan lapangan kerja, dan penaggulangan kemiskinan. Sektor
pertanian juga menjadi andalan dalam pengembangan kegiatan ekonomi
pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Dengan
pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian
berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.( Ali,
Moh.1997)
Pada periode pemulihan pasca krisis, pembangunan pertanian
telah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Secara umum, sektor
pertanian telah mampu melepas diri dari ancaman keterpurukan yang
berkepanjangan, terlepas dari ancaman kontraksi berkelanjutan dan
melepascan diri dari perangkap spiral pertumbuhan rendah dan bahkan
22
telah berada pada fase percepatan pertumbuhan menuju pertumbuhan
berkelanjutan.( Ali, Moh.1997)
Dalam rangka menjaga kesinambungan program dan
mempertahankan momentum pertumbuhan serta memanfaatkan hasil-
hasilnya, maka perlu disusun rencana program dan kegiatan
pembangunan pertanian yang disatu sisi merupakan kelanjutan dari
program sebelumnya. Namun disisi lain diperlukan pula pemikiran-
pemikiran baru untuk menyempurnakan rancangan program
selanjutnya.(Anonimous,2000)
Reformasi pembangunan yang mengarah kepada tata
pemerintahan yang baik (good gavermence), mengharuskan adanya
penyesuaian manajemen pembangunan. Penyesuaian manajemen
pembangunan pertanian dilakukan pada seluruh aspek mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.(Daldjoli,N.1977)
Sebagai salah satu unsur penting dalam sistem manajemen
pembangunan dilakukan dari top-down planning berusaha menjadi
mekanisme perencanaan yang didasarkan atas dasar keterpaduan (top-
down police dan battom-up planning. Sebelum era desentralisasi, proses
perencanaan pembangunan pertanian dilakukan terpusat, cenderung
mekanistis dan kurang pastisipatif. Dengan mekanisme ini, unit kerja di
daerah cenderung sebagai pelaksana kegiatan yang ditentukan oleh unit
23
kerja di pusat dan setiap subsektor berjalan masing-masing, sehingga
kurang terkoordinasi.( Ali, Moh.1997)
Setelah desentralisasi. Yaitu sejak tahun 2000, proses penyusunan
program dan anggaran didasarkan kepada kewenangan yang telah
ditetapkan dalam UU Nomor 22 tahun 1999 dan PP Nomor 25 Tahun
2000. Penjabaran program dan anggaran pembangunan pertanian
disusun sesuai dengan peta kewenangan pemerintah dengan memberikan
peluang lebih banyak kepada partisipasi masyarakat (pemberdayaan
masyarakat).(Anonimous,2000)
Pendekatan pembangunan pertanian dilakukan dengan mendorong
partisipasi masyarakat sebesar-sebesarnya. Pada era desentralisasi ini,
departemen Pertanian mengalokasikan antara 70-80% anggaran kepada
daerah melalui pola pendanaan dekonsentrasi. Dana dekonsentrasi
sebagaian besar dialokasikan dalam rangka pemberdayaan masyarakat
antara lain melalui pola Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Kegiatan
pembinaan, penyuluhan dan bimbingan dilakukan oleh Dinas dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) daerah. Bantuan diberikan
langsung melalui rekening kelompok dalam rangka penguatan modal
kelompok pelaku agribisnis.
Program utama pembangunan pertanian yang dilaksanakan di
Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut :
24
1. Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU)
Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dilaksanakan
untuk mendukung program SLPTT yang bekerjasama dengan PT. sang
Hyang Seri dan PT. Pertani. Program ini dimaksudkan dapat
meningkatkan produksi padi di Kabupaten Merauke.
2. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)
Upaya peningkatan produksi padi yang berfokus pada penerapan
SLPTT pada tahun 2009 pada areal seluas 17.550 ha telah berhasil
menjadi pemicu dalam peningkatan produksi padi di Provinsi Papua
sebesar 23,18% dari dari 95.666 ton meningkat menjadi 105.565 ton
GKG.
Berdasarkan hasil penerapan SLPTT tahun 2009, maka pada tahun
2010 fokus kegiatan tersebut dilanjutkan dengan target luas areal
15.375 ha dengan sasaran kegiatan di 8 Kabupaten se-provinsi Papua
dan salah satunya adalah Kabupaten Merauke yang dikembangkan di
tiga distrik yaitu Distrik Tanah Miring, Distrik Semangga, dan Distrik
Kurik.
Tujuan peningkatan produksi dan produkstifitas padi melalui
kegiatan SLPTT di Kabupaten Merauke adalah
25
Menyediakan acuan pelaksana SLPTT padi untuk mendukung
kegiatan peningkatan produkstifitas padi di Kabupaten Merauke.
Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan
peningkatan produksi melalui kegiatan SLPTT padi antara
Kabupaten Merauke.
Mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
mengelola usahatani untuk mendukung peningkatan produksi
Nasional.
Meningkatkan produktifitas, produksi dan pendapatan serta
kesejahteraan petani padi.
Kendala yang amat berpengaruh dalam peningkatan produksi
pangan, antara lain dampak fenomena iklim (DFI), khususnya di
kabupaten Merauke sangat dipengaruhi oleh pengusaan lahan hak
ulayat, produksi untuk tanaman pangan akibat alih fungsi lahan,
berkurangnya ketersediaan air irigasi karena sumber-sumber air yang
semakin berkurang dan persaingan penggunaan air diluar pertanian
(industri dan pemukiman) serta laju pertumbuhan penduduk.
3. Program Bantuan Alat dan Mesin Pertanian
Alat dan mesin pertanian (alsintan) merupakan salah satu dari
teknologi mekanisasi pertanian yang dalam proses produksi tanaman
pangan berperan untuk peningkatan produktifitas dan kualitas hasil
26
pertanian, intensitas pertanaman, kenyamanan kerja, penurunan susut
hasil selama panen dan pasca panen, serta biaya usahatani. Peranan
alsintan dalam peningkatan jumlah fisik dalam bentuk kuantitas per
satuan waktu maupun nilai tambah ekonomi sebagai akibat dari
peningkatan kualitas hasil yang diperoleh.
Alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk tanaman pangan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah RI No. 81 tahun
2011 meliputi alat dan mesin untuk proses produksi (alsintan
penyiapan dan pengolahan lahan, alat pembenihan, alsin penanaman,
alsintan pemupukan, alsintan pemeliharaan, alsintan perlindungan dan
alsintan pemanenan) dan alsin yang digunakan untuk proses pasca
panen (alsintan perontok, alsintan pemipil. Alsintan perajang, alsintan
pembersih, alsintan penyortir, alsintan pengering, alsintan penggilingan,
alsintan penyimpanan dan alsintan penyimpanan/pengepakan).
4. Program Optimalisasi Lahan
Lahan pertanian adalah salah satu faktor produksi yang sangat
penting, karena lahan merupakan media tumbuh bagi tanaman. Banyak
lahan-lahan pertanian yang sementara tidak diusahakan, apabila
ditangani maka lahan dimaksud dapat menghasilkan produksi yang
optimal. Sedangkan optimalisasi lahan pertanian adalah usaha
27
peningkatan pemanfaatan sumber daya lahan yang sementara tidak
diusahakan menjadi lahan usahatani yang produkktif, melalui perbaikan
fisik dan kimiawi tanah serta sarana dan prasarana lainnya dalam
menunjang peningkatan areal tanam .
5. Program Unit Pengolahan Pupuk Organik
Program ini disusun untuk mendukung program optimalisasi lahan
pertanian dan diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Penggunaan pupuk kimia dapat menyebabkan kerusakan struktur
tanah.
B. Lingkungan Strategis, Permasalahan dan Tantangan Program
Pembangunan Pertanian Dalam Negeri.
1. Dinamika Permintaan Pangan dan Bahan Baku Industri
Dinamika penduduk Indonesia di tinjau dari kualitas, pasar
tenaga kerja, tingkat pendidikan, mobilitas, dan aspek gender akan
sangat berpengaruh terhadap keragaan pembangunan peranian di
masa mendatang, dalam kaitan ini ada 3 (tiga) aspek yang perlu
mendapat perhatian lebih yaitu : a) meningkatkan permintaan
terhadap produk-produk pertanian, baik dalam jumlah, kualitas, dan
keragamannya, b) meningkatkan ketersediaan tenaga tenaga kerja,
dan c) meningkatkan tekanan permintaan terhadap lahan untuk
penggunaan non-pertanian (pemukiman, tapak industri,
28
infrastruktur ekonomi). Meningkatnya permintaan terhadap produk-
produk pertanian dapat dipandang sebagai peluang sekaligus
sebagai tantangan pembangunan pertanian.
Meningkatnya permintaan produk-produk pertanian yang
dipandang sebagai peluang dan tantangan bagi pemerintah daerah
Kabupaten Merauke, guna menjawab itu semua telah dilaksanakan
berbagai program unggulan untuk memenuhi permintaan pangan
dan bahan baku industri tingkat daerah maupun Nasional.
(Sigoyono. 2002)
Peningkatan produktifitas padi guna peningkatan produksi
telah dilakukan perluasan luas tanam dengan melakukan program
optimalisasi lahan dan pembukaan lahan garapan bagi petani.
Dengan dilaksanakan program optimalisasi lahan dan pembukaan
lahan garapan diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman
di Kabupaten Merauke.
2. Kelangkaan dan Degradasi Kualitas SDA
Ada dua permasalahan yang dihadapi pemerintah berkaitan
dengan masalah konversi lahan. Pertama, sangat timpangnya land
rent antar wilayah (jawa vs luar jawa; kota vs desa; sawah vs lahan
kering), yang menyebabkan konversi lahan pertanian menjadi
29
terkonsentrasi dijawa, di lahan sawah dan di perkotaan. Kedua,
tingginya laju urbanisasi. Meningkatnya permintaan lahan akibat
pertumbuhan penduduk selain menyebabkan penurunan luas baku
lahan pertanian juga meningkatkan intensitas usaha tani di daerah
aliran sungai (DAS) hulu.
Dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan pangan juga
meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan pangan telah dilakukan
intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian pangan. Salah satu
dampak dari ekstensifikasi adalah pengundulan lahan. Luas hutan
Indonesia menurun dari 65% dari total daratan pada tahun 1985
menjadi 47% pada tahun 2000. Namun dipulau Jawa, konversi
lahan sawah irigasi menjadi pemukiman dan tanpa industri terus
berlangsung dengan ekselerasi yang makin meningkat. Dampak
dari penggundulan hutan dan koversi lahan tersebut antara lain
berubahnya iklim secara global, erosi, banjir dan kekeringan.
Kabupaten Merauke adalah salah satu Kabupaten yang
mempunyai potensi di kembangkannya pertanian karena memiliki
lahan berpotensi yang sangat luas yaitu seluas 2.491.821,99 ha
dan yang baru dimanfaatkan seluas 38.402.00 ha.
Program peningkatkan luas garapan atau luas tanam di
Kabupaten Merauke telah dilakukan, tetapi bukan tanpa kendala
karena hak ulayat tanah di daerah ini masih sangat kuat sehingga
30
merupakan faktor penghambat yang sangat krusial, selain
daripada itu faktor lainnya adalah konversi lahan pertanian menjadi
pemukiman dan sistem pengairan yang kurang memadai karena
daerah ini juga sangat mengandalkan air tadah hujan untuk
mengari lahan pertanian sehingga harus mendapat perhatian yang
khusus. Guna mensukseskan peningkatan produktifitas dan
produksi tanaman pangan di daerah ini pemerintah daerah
melakukan program optimalisasi lahan dan pembukaan lahan baru
dengan menyelesaikan hak ulayat terhadap masyarakat lokal.
Untuk mendukung optimalisasi lahan, pemerintah daerah mulai
menyusun PERDA untuk larangan pendirian bangunan di atas
lahan produktif pertanian.
Program Unit Pengolahan Pupuk Organik adalah satu
program yang mendukung optimalisasi lahan pertanian di daerah
ini, lahan pertanian di daerah ini perlu ditingkatkan kesuburannya
karena lahan pertanian di daerah ini kandungan haranya diduga
sudah menurun sehingga perlu penyuburan kembali tanahnya.
Selain meningkatkan kesuburan tanah pembangunan program
Unit Pengolahan Pupuk Organik juga diharapakan dapat
menurunkan penggunaan pupuk kimia yang selama ini
didatangkan dari luar daerah dan petani membeli dengan harga
yang cukup mahan. Dengan penggunaan pupuk organik
diharapkan juga petani dapat menurunkan biaya produksi
31
sehingga pemdapatan petani disektor pertania padi dapat
meningkat. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa pengairan
lahan pertanian sangat dipengaruhi oleh iklim atau dengan kata
lain mengandalkan air tadah hujan yang sangat dipengaruhi oleh
iklim. Salah satu tahap dalam usaha tani adalah pengolahan
tanah, dimana pengolahan lahan pertanian akan baik bila terdapat
air sehingga mempermudah pengolahan tanah. Sistem
pengolahan tanah di daerah ini biasanya petani menggunakan
bajak sapi dan alat mesin pertanian seperti Traktor roda 2 (dua).
Kepemilikan Traktor roda 2 (dua) ditingkat petani masih sangat
rendah karena harganya yang cukup mahal. Sehingga Dinas
Pertanian dan Hortikultura di daerah ini melakukan program
bantuan alat dan mesin pertanian, strategi yang ditempuh dalam
program ini adalah dengan memberikan modal awal untuk
kepemilikan Traktor roda 2 (dua).
3. Manajemen Pembangunan Otonomi Daerah dan Partisipasi
Masyarakat
Otonomi daerah. Seiring dengan pelaksanaan era otonomi
daerah yang telah dimulai sejak tahun 2001, telah terjadi beberapa
perubahan yang berkaitan dengan peran pemerintah pusat dan
daerah. Peran pemerintah yang sangat dominan, saat ini berubah
menjadi fasilitator, stimulator atau promotor pembangunan
32
pertanian. Pembangunan pertanian pada era otonomi daerah akan
lebih mengandalkan kreativitas rakyat di setiap daerah.
Perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan akan lebih
banyak dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya
akan menangani aspek-aspek pembangunan pertanian yang tidak
efektif dan tidak efesien ditangani oleh pemerintah daerah atau
menangani aspek-aspek pembangunan pertanian yang
menyangkut kepentingan beberapa daerah dan nasional.
Partisipasi masyarakat. Tuntutan jaman menghendaki
pergeseran peran masyarakat yang lebih dominan daripada
masyarakat. Dengan demikian, reformasi total mununtut perlunya
segera melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintah publik
berdasarkan prinsip good govermence dengan tiga karakteristik
utama, yaitu kredibilitas, akuntabilitas dan transparansi. Kebijakan
pembangunan dirancang secara transparan dan melalui debat
publik, dilaksanakan secara transparan pula dan diawasi oleh
publik, sedangkan pejabat pelaksana bertanggung jawab penuh
atas keberhasilan dari kebijakan tersebut.
Dengan adanya otonomi daerah meningkatkan peran
masyarakat lokal dalam pembangunan di masing-masing daerah
termasuk di daerah Merauke. Otonomi daerah meningkatkan hak
kepemilikan lahan adat sehingga lahan baru perlu ada
33
penyelesaian secara adat juga. Hal ini adalah salah satu tantangan
dalam pembukaan lahan baru guna memperluas lahan garapan.
C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian dihadapkan kepada sejumlah
permasalahan, yaitu :
1. Keterbatasan dan Penurunan Kapasitas Sumberdaya Pertanian
Pembangunan pertanian dihadapkan kepada permasalahan
permintaan produk pertanian terutama pangan yang semakin
meningkat sejalan dengan meningkatkan pertambahan penduduk,
sementara kapasitas sumberdaya alam peratanian terutama lahan
dan air terbatas dan bahkan semakin menurun. Luas baku lahan
pertanian semakin menurun karena pembukaan lahan pertanian
baru sangat lambat sementara konversi lahan pertanian terus
meningkat.
Prioritas kegiatan pemerintah periode 2005-2009 untuk
mengatasi masalah ini antara lain : 1) perluasan sawah/lahan
pertanian baru, dan 2) koordinasi dengan instansi terkait untuk
mengurangi laju konversi.
2. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran
34
Sistem adopsi atau alih teknologi dinilai masih lemah karena
lambatnya diseminasi teknologi baru (invention) dan
pengambangan teknologi yang sudah ada (Innovation) di tingkat
petani. Rendahnya diseminasi teknologi disebabkan oleh
beberapa hal. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi
daerah, sistem pencapaian hasil teknologi dilakukan oleh
penyuluh melalui proses aplikasi teknologi di areal percontohan.
Pada era desentralisasi, kegiatan penyuluhan menjadi
kewenangan pemerintah daerah dan permasalahan pada sistem
penyampaian teknologi menjadi labih kompleks akibat kurangnya
perhatian pemerintah daerah pada fungsi penyuluhan pertanian.
Institusi penyuluhan dianggap rendah kontribusinya pada
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hubungan kererkaitan antara
peneliti, penyuluh, dan petani dinilai masih lemah. Oleh karena itu,
prioritas pembangunan pertanian pada tahun 2005-2009 adalah
perlu adanya penataan kembali fokus dan prioritas penelitian serta
sitem diseminasi yang mampu menjawab permasalahan petani
disertai dengan revitalisasi penyuluhan pertanian, pendampingan,
pendidikan dan pelatihan bagi petani.
3. Keterbatasan Akses Terhadap Layanan Usaha Terutama Permodalan
Akses petani terhadap modal, informasi dan lahan sangat
penting dalam peningkatan kinerja usahatani. Usahatani pertanian
35
yang sebagian besar adalah petani gurem dan kecil dihadapkan
kepeda keterbatasan akses terhadap layanan usaha, terutama
permodalan. Ketidakmampuan masyarakat perdesaan mengakses
permodalan dari lembaga keuangan formal selama ini disebabkan
oleh : 1) keberadaan lembaga keuangan formal di pedesaan
masih sangat terbatas, 2) prosedur yang berlaku dan persyaratan
yang diminta oleh lembaga keuangan formal yang ada masih
dinilai sulit oleh masyarakat pedesaan, dan 3) petani tidak mampu
mangakses kredit dengan aturan dan suku bunga seperti yang
diterapkan pada usaha komersial lain (di luar agribisnis). Sistem
perbankan selama ini bukan mendukung ekonomi pedesaan
khususnya pertanian, bahkan cenderung menghisap modal
(capital drain) dari daerah pedesaan.
4. Rantai Tataniaga Yang Panjang dan Sistem Pemasaran Yang Belum Adil.
Rantai pemasaran yang panjang berakar dari kondisi
infrastruktur pedesaan yang kurang memadai seperti :
ketersediaan pasar, sarana transportasi dan jalan desa. Sistem
pemasaran yang belum adil terkait dengan keterbatasan modal
yang menyebabkan petani banyak terjebak dalam sistem ijon yang
36
melemahkan posisi tawar mereka. Upaya pemerintah memberikan
jaminan harga terkendala oleh dana dan kemampuan, sehingga
hanya beras dan gula yang mendapat perlindungan harga dari
pemerintah.
Upaya untuk meningkatkan efisiensi rantai pemasaran telah
dilakukan dengan menfasilitasi pembangunan jalan usahatani,
membangun pola kemitraan, pasar lelang, contrac farming, yang
umumnya belum memberikan hasil yang optimal. Kebijakan
proteksi dan promosi yang telah diterapkan selama ini perlu terus
ditingkatkan melalui kegiatan yang lebih konkrit antara lain:
1) penerapan tarif, 2) pemberian subsidi, dan 3) promosi ekspor.
5. Kualitas, Mentalitas, dan Ketrampilan Sumberdaya Petani Rendah
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan
kendala yang serius dalam pembangunan pertanian. Tingkat
pendidikan dan ketrampilan rendah. Selama 10 tahun terakhir
kemauan pendidikan berjalan lambat. Tahun 1992, 50% tenaga
kerja di sektor pertanian tidak tamat SD, 39% tamat SD,
sedangkan yang tamat SLTP hanya 8% (BPS, 1993). Tahun 2002,
yang tidak tamat SD menjadi 35%, tamat SD 46% dan tamat
SLTP 13% (BPS, 2003). Rendahnya mentalitas petani antara lain
dicirikan oleh usaha pertanian yang berorientasi jangka pendek,
mengejar keuntungan sesaat, serta belum memiliki wawasan
37
bisnis luas. Selain itu banyak petani menjadi sangat tergantung
pada bantuan/pemberian pemerintah. Keterampilan petani yang
rendah terkait dengan rendahnya pendidikan dan kurang
dikembangkannya kearifan lokal (indigenous knowledge).(Biro
Pusat Statistik.2008)
Selama ini masalah diatas melalui peningkatan
kemampuan SDM petani dan aparat melalui kegiatan pendidikan,
pelatihan, dan penyuluhan. Untuk mendukung kegiatan tersebut
sarana yang digunakan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang
berada di Daerah seperti Balai Diklat, Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian, dan Sekolah Pembangunan Pertanian.
6. Kelembagaan Petani dan Posisi Tawar Petani Rendah
Saat ini, keberadaan kelembagaan petani sangat lemah.
Kelompok tani yang banyak dibentuk selama periode 1980-an
dalam mengejar swasembada beras sudah banyak yang tidak
berfungsi, mungkin hanya tinggal nama kelompok. Intensitas dan
kualitas pembinaan terhadap kelompok pasca otonomi daerah
jauh berkurang karena sistem penyuluhan yang kurang mendapat
perhatian dari pemerintah daerah. Selama ini pengembangan
kelembagaan petani umumnya berorientasi keproyekan.
Kelompok tani hanya aktif pada saat proyek masih berjalan.
38
Pembentukan kelompok tani seringkali tidak sesuai dengan
kebutuhan petani.
7. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait dan Birokrasi
Kinerja pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh
keterpaduan diantara subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari
subsistem hulu (industry agro-input, agro-kimia, agro-otomotif),
subsistem budidaya usahatani (on farm), subsistem hilir
(pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung
(keuangan, pendidikan, dan transportasi). Kerkaitan antar
subsistem sangat erat namun penagganannya terkait dengan
kebijakan berbagai sektor. Berbagai kebijakan yang terkait dengan
produk pertanian sering tidak harmonis dari hulu hingga ke hilir,
seperti penanganan impor produk pertanian.
8. Kebijakan Makro Ekonomi Yang Belum Berpihak Kepada Petani.
Salah satu faktor penting yang menentukan kelanjutan dan
kemampuan daya saing usaha pertanian adalah adanya kebijakan
makro yang kondusif. Saat ini kebijakan makro ekonomi baik
fiskal, moneter, perdagangan, maupun prioritas dalam
pengembangan ekonomi Nasional dinilai belum kondusif bagi
kelanjutan dan kemampuan dayasaing usaha pertanian.
39
Kebijakan pemerintah yang belum memihak sektor
pertanian antara lain: 10 penerapan pajak ekspor komoditas
pertanian yang tujuan untuk mendorong industri pengeolahan
produk pertanian dalam negeri; 2) kredit perbankan yang
disediakan pemerintah, porsi terbesar diserap oleh pengusaha
konglomerat, sisanya adalah untuk koperasi, usaha kecil
menengah termasuk petani; 3) alokasi dana APBD untuk
pembangunan sektor pertanian kurang memadai; 4) beberapa
daerah menarik biaya retribusi yang tinggi termasuk pada
komoditas pertanian sehingga mengurangi daya saing dan
menjadi penghambat dalam investasi di sektor pertanian; 5)
pembangunan sarana dan prasarana lebih besar diperkotaan
dibanding dengan pedesaan; dan 6) liberalisasi perdagangan
telah menyebabkan membanjirinya produk pertanian yang
disubsidi berlebih oleh negara maju membuat petani kita tidak
mampu bersaing. Untuk itu diperlukan: a) advokasi kebijakan
dengan instansi terkait, dan b) dukungan legislative dan
stakeholders lainnya.
D. Tantangan dalam Pembangunan Pertanian
Tantangan dan permasalahan mendasar pembangunan sektor
pertanian berkaitan dengan sarana prasarana, permodalan, pasar,
40
teknologi, dan kelembagaan petani, yang masih memerlukan
penanganan yang berkelanjutan disamping munculnya persoalan-
persoalan baru. Walaupun dihadapkan pada berbagai permasalahan
dan hambatan, sektor pertanian telah mampu menunjukkan
keberhasilan dan perkembangan yang menggembirakan.
Khusus untuk masalah lahan pertanian, rendahnya perluasan
sawah irigasi di Indonesia antara lain disebabkan oleh derasnya
konversi lahan sawah beririgasi sejak lebih dari dua dasawarsa
terakhir khususnya di pulau Jawa. Antara tahun 1978 – 1998,
misalnya konversi lahan sawah irigasi adalah sebesar satu juta ha.
Padahal kenyataannya sawah irigasi masih tetap merupakan
sumberdaya lahan yang terpenting dalam mendukung produksi padi.
Pangsa areal panen sawah masih memberikan kontribusi sebesar
sekitar 90 persen sedangkan pangsa produksi berkisar 95 persen. Bila
terjadi penurunan luas sawah irigasi yang tidak terkendali maka akan
mengakibatkan turunnya kapasitas lahan sawah untuk memproduksi
padi. Lebih dari itu jika proses degradasi kualitas jaringan irigasi terus
berlanjut maka eksistensi lahan tersebut sebagai sawah sulit
dipertahankan. Yang segera akan terjadi adalah alih fungsi lahan
sawah tersebut ke penggunaan lain (pertanian lahan kering ataupun di
peruntukan non pertanian).
41
Data empiris menunjukkan bahwa untuk mencapai
pertumbuhan produksi padi sawah 4,78 % (Tahun 2003-2007),
dibutuhkan pertumbuhan luas lahan sawah sebesar 2,47 %. Hal ini
menunjukkan penambahan luas lahan sawah masih sangat
dibutuhkan dalam peningkatan produksi padi. Hal ini dapat dilihat dari
anggaran yang cukup besar dalam pembangunan pertanian, dimana
selama periode 2002-2007, rata-rata anggaran pertanian yang
terbesar adalah untuk sarana dan prasarana (infrastruktur) yaitu
10,5% dan yang kedua adalah bantuan permodalan sebesar 8,5%.
Urutan berikutnya adalah penyuluhan (2,7%), penelitian dan
pengembangan (1,6%), dan pendidikan dan latihan (1,3%).
Tidak hanya dalam pengelolaan sumber daya alam, dalam
kebijakan insentif harga juga dilakukan seperti pada kebijakan insentif
harga yang dapat dilihat dari peninjauan HPP setiap tahun. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan HPP gabah
sebesar 10% akan mendorong peningkatan harga beras sebesar
8,1%. Peningkatan harga beras 10% akan meningkatkan jumlah
penduduk miskin sebesar 1%. Peningkatan harga beras 10%
meningkatkan inflasi 0,52%. Inilah tantangan secara makro dalam
perekonomian nasional bagaimana disatu sisi dapat meningkatkan
harga untuk kepentingan petani namun dipihak lain ada sebagian
masyarakat merasa dirugikan. Walaupun demikian keberhasilan
pembangunan pertanian bisa mengakibatkan jumlah rumah tangga
42
petani khususnya rumah tangga petani padi dan palawija meningkat
sebesar 4,06%.
Beberapa kebijakan pokok yang memberikan kontribusi
terhadap pencapaian produksi pangan tersebut adalah:
(a) Pengawalan Dan Bantuan Sarana Produksi: benih/bibit unggul,
pupuk, alat mesin pertanian, obat hewan; (b) Bantuan Permodalan:
fasilitas Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, (C) Perbaikan
Infrastruktur Pertanian: perluasan Areal, Tata Air Mikro, jalan usaha
tani, embung, pengembangan irigasi air tanah; (d) Fasilitasi
Pengembangan Pasar dan Peningkatan Mutu Produk; (e) Inovasi dan
Percepatan Diseminasi Teknologi; (f) Pendampingan dan pengawalan
intensif: SL PHT, SL PHP, SL Iklim, penyuluh, tokoh masyarakat,
aparat; (g) Penyediaan Dana Tanggap Darurat; dan (h) Koordinasi
Intensif Pusat - Daerah.
E. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian
Strategi adalah cara yang dilakukan untuk mencapai sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai langkah pelaksanaannya
diperlukan perumusan serangkaian kebijakan. Strategi untuk seluruh
pembangunan adalah mewujudkan keadilan dan kemakmuran,
sedangkan kebijakan untuk pembangunan sektoral adalah mengatasi
berbagai hambatan dan kedala yang dihadapi.
43
Perbedaan strategi dengan kebijakan hanya terletak dalam
ruang lingkup. Strategi merupakan siasat memenangkan suatu
peperangan, sedangkan kebijakan merupakan siasat untuk
memenangkan suatu pertempuran.
Tujuan akhir pembangunan pertanian adalah terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui sistem pertanian industrial. Secara
operasional pencapaian tujuan tersebut ditempuh melalui tahapan-
tahapan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek. Kebijakan dan program pembangunan pertanian jangka
panjang dijabarkan dalam rencana pembangunan jangka menengah
lima tahunan dan selanjutnya dijabarkan lebih lanjut ke dalam rencana
pembangunan pertanian tahunan.
Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan,
Departemen Pertanian telah menyusun Cetak Biru (Blue Print)
Pembangunan Pertanian Jangka Panjang (2005 - 2025), Jangka
Menengah (2005-2009) dan tahunan. Adapun sasaran jangka panjang
pembangunan pertanian, adalah : (1) Terwujudnya sistem pertanian
industrial yang berdayasaing; (2) Mantapnya ketahanan pangan
secara mandiri; (3) Terciptanya kesempatan kerja bagi masyarakat
pertanian serta (4) Terhapusnya kemiskinan di sektor pertanian dan
tercapainya pendapatan petani US$2500 /kapita /tahun .(Soekartawi
.1986)
44
Tujuan jangka menengah pembangunan pertanian (2005-2009)
adalah : (1) membangun SDM aparatur profesional, petani mandiri,
dan kelembagaan pertanian yang kokoh; (2) meningkatkan
pemanfaatan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan; (3)
memantapkan ketahanan dan keamanan pangan (4) meningkatkan
daya saing dan nilai tambah produk pertanian (5) menumbuh-
kembangkan usaha pertanian yang akan memacu aktivitas ekonomi
pedesaan; dan (6) membangun sistem manajemen pembangunan
pertanian yang berpihak kepada petani.
Untuk pencapaian tujuan tersebut pemerintah menyusun
strategi, kebijakan dan mengimplementasikan berbagai
program/kegiatan pembangunan pertanian, baik lintas subsektor
maupun program subsektor. Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009, ada tiga kebijakan utama
yang diimplementasikan Departemen Pertanian, yaitu:
(1) Peningkatan Produksi Pangan dan Akses Rumah Tangga
Terhadap Pangan; (2) Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Produk
Pertanian; (3) Perluasan Kesempatan Kerja dan Diversifikasi Ekonomi
Pedesaan.(Soehardjo A dan Dahlan Patong.1982)
Selanjutnya, dalam implementasi kebijakan-kebijakan tersebut
ada dua strategi besar yang ditempuh Departemen Pertanian.
Pertama, memperkokoh fondasi pembangunan pertanian melalui
Panca Yasa, ditempuh dengan strategi : (1) Penyediaan/perbaikan
45
infrastruktur; (2) Penguatan kelembagaan; (3) Perbaikan sistem
penyuluhan; (4) Penanganan pembiayaan pertanian; (5) Fasilitasi
pemasaran hasil pertanian. Kedua, melakukan Akselerasi
pembangunan pertanian, yang ditempuh melalui strategi, yaitu: a)
melibatkan partisipasi berbagai komponen masyarakat, b)
penempatan satu desa – satu penyuluh, c) sinergis seluruh potensi
sumberdaya, d) fokus komoditas, e) perencanaan berdasarkan master
plan dan road map, f) penguatan Sistem Monitoring dan Data Base.
Dengan beragamnya jenis komoditas pertanian yang tumbuh di
Indonesia, diperlukan strategi yang tepat dalam menentukan pilihan
komoditas yang prioritas untuk dikembangkan. Prioritas penanganan
difokuskan pada komoditas pertanian yang secara nasional dapat
memberikan dampak nyata dan dirasakan hasilnya oleh petani,
maupun masyarakat konsumen. Sehubungan itu, telah dirumuskan
lima komoditas pangan utama yang diprioritaskan dengan sasaran
akhir sebagai berikut: (a) padi dengan sasaran swasembada
berkelanjutan; (b) jagung dengan sasaran swasembada tahun 2007-
2008; (c) kedele dengan sasaran swasembada tahun 2015; (d) gula
dengan sasaran swasembada tahun 2009; dan (e) daging sapi
dengan sasaran mencapai kecukupan tahun 2010.
Strategi kebijaksanaan pembangunan pedesaan diarahkan
kepada:
46
1. Pembangunan kelembagaan yang dapat mempercepat proses
modernisasi perekonomian masyarakat pedesaan melalui
pengembangan agribisnis, jaringan kerja dan jaminan pemasaran.
2. Peningkatan investasi dalam pengembangan sumber daya mausia
yang dapat mendorong produkstifitas, kewiraswastaan dan
ketahanan sosial masyarakat pedesaan.
3. Peningkatan ketersediaan pelayanan prasarana dan sarana
pedesaan untuk mendukung proses produksi, pengolahan,
pemasaran dan pelayanan sosial masyarakat.
4. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengolahan lahan untuk
menopang kegiatan usaha ekonomi masyarakat pedesaan secara
berkelanjutan.
5. Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah dan lembaga-
lembaga masyarakat pedesaan untuk mendukung pengembangan
agribisnis dan pemberdayaan petani dan nelayan.
6. Penciptaan iklim sosial yang memberi kesempatan masyarakat
pedesaan untuk berpastisipasi dalam pembangunan, pengawasan
terhadap jalannya pemerintahan dipedesaan.
Pendekatan pembangunan pada umumnya dan pembangunan
pedesaan pada khususnya pada masa orde baru (sampai tahun 1997)
adalah sentralistik. Kewenangan perencanaan pembangunan
sepenuhnya berada pada pemerintah pusat; pemerintah daerah tidak
dilibatkan. Akibat pelaksanaan pembangunan adalah lamban karena
47
kelemahan birokrasi yang terlalu panjang dan tumpang tindih akibat
lainnya tidak jarang rencana-rencana pembangunan yang telah
disusun dan dilaksanakan ternyata tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh masyarakat, karena daerah tidak diikut sertakan
dalam penyusunan rencana.
Pada umumnya strategi pembangunan yang dilaksanakan
mendasarkan pada doktrin ”competitive adventage” (keunggulan
komparatif. Pendekatan ini didukung oleh ketersediaan sumber daya
unggulan dalam jumlah yang besar, dengan demikian daya saing yang
kuat yaitu mampu memproduksi dengan tingkat biaya produksi yang
rendah. Stretegi pembangunan yang mengandalkan pada potensi
sumber daya alam dalam jumlah yang besar dapat dikatakan
melaksanakan Natural Resource Based Development.
Strategi pembangunan pertanian dan pedesaan di Indonesia
mengalami perubahan pendekatan yang menarik, sehingga secara
sederhana bias dipetakan ke dalam tiga fase yang khas (distinct).
Pada 25 tahun pertama sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945,
pembangunan pedesaan lebih banyak menempuh pendekatan
pemenuhan basic-needs approach.
Pembangunan pangan dan pertanian pedesaan ditandai juga
oleh introduksi teknologi produksi pertanian yang kemudian dikenal
sebagai bagian dari revolusi hijau (pengenalan varietas unggul, pupuk
48
buatan, mekanisme pertanian, irigasi teknis, dan intensifikasi
pertanian missal). Pembangunan pedesaan pada saat ini mampu
mengangkat harkat-martabat penduduk desa meski juga memberikan
dampak kurang baik pada tata perilaku dan kehidupan pedesaan
secara signifikan.
F. Teknik Evaluasi Program dan Pengembangan Strategi
Pembedaan program pemberdayaan dari program-program
yang bersifat top-down maupun crash program sekalipun untuk
menanggulangi kemiskinan beriplementasi kepada kebutuhan
metodologi evaluasi yang khas, yang berbeda dari metodologi untuk
kedua sifat program sebelumnya (Greene, 1994). Hampir seluruh
evaluasi terhadap kebijakan dan program yang bersifat top down dan
ad hoc itu beperspektif sentralistis, hanya mengkaji terhadap
hamabatan terhadap kebijakan dan program, serta memnandang dari
sudut pemerintah (Soedjadmoko, 1984).
Evaluasi yang bersifat khas terhadap program pemberdayaan
diperlukan agar proses pembangunan dapat difokuskan dngan lebih
pasti menjadi pengembangan diri (Sajogyo, 1996), yang ditandai oleh
gerakan masyarakat dalam rangka pemberdayaan diri. Untuk
mengetahii kemajuan pelaksanaan kegiatan terhadap tujuan program
perencaan, pelaksaan dan pemanfaatan kegiatan, maka dibutuhkan
evaluasi program secara sistematis terhadap aturan normative dan
hasil (outcome) riil.
49
Evaluasi yang bersifat insidentil ini diperlukan, mengingat sitem
informasi yang biasa digunakan secara rutin sebagaimana tercakup
dalam registrasi, monitoring dan pelaporan program bukanlah suatu
hal yang ideal secara empiris (Verhagen, 1996). Pelaporan rutin
memiliki kendala karena berpeluang besar dalam menghasilkan
ketidakakuratan pengisian formulir, sebagai akibat dari rendahknya
mutu manusia yang mengisinya. Evaluasi juga terhambat oleh
kelalaian mengevaluasi kerja aparat pemerintah dan dari lembaga
donor sendiri, kesulitan hasil evaluasi kepada pemerintah, evaluator
dipandang sebagai bagian dari pemerintah (wahab, 1990)
Program-program pemberdayaan menekannkan pentingkan
pembangunan berdasarkan konteks lokasi masing-masing. Metode
digunakan, dengan demikian, perlu peka knteks lokasi maupun
proses-proses social. Hal ini sejalan dengan prinsip analisis kualitatif
berparadigma interpretivisme, yang membutuhkan konteks untuk
menggambarkan secara mendalam perbuatan pihak yang dievaluasi
dalam kegiatan program pemberdayaan.
Program pemberdayaan mengupayakan terwujudnya gerakan
kemandirian dan keberdayaan masyarakat. Disini dibutuhkan metode
yang peka stratifikasi dan peka tranformasi, yaitu strategi-strategi
partisipatif, contohnya PRA (Participation Rural Appraisal), PLA
(Participation Learning and Action) dan Kajian Bersama (co-oprerative
Inquiry) (Shaw, 1999).
50
G. Kerangka Pikir Penelitian
Pembangunan sektor pertanian selama ini masih tetap sebagai
program utama pembangunan di tingkat Nasional maupun Daerah.
Hal ini disebabkan karena sektor pertanian adalah satu-satunya sektor
yang bertahan bahkan meningkat saat Indonesia dilanda krisis
moneter.
Program andalan selama 3 ( tiga ) tahun terakhir ini yang dibuat
untuk membangun sektor pertanian khususnya di Kabupaten Merauke
khususnya pada Distrik Semangga terutama untuk tanaman pangan
padi terdapat 5 ( lima ) program andalan/utama yang dilaksanakan,
program andalan tersebut yaitu sebagai berikut a). Program Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU), bantuan benih yang diberikan
kepada petani adalah benih yang bersertifikat dan varietas unggul
yang sudah dikaji kelayakannya sesuai daerah ini. b). Program
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), program
ini dilaksanakan dengan tujuan adalah peningkatan kualitas
sumberdaya manusia petani yang ada di pusat pengembangan
tanaman pangan padi dan program ini didukung dengan program
BLBU. c). program Bantuan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan),
mengingat keterbatasan modal petani yang ada didaerah ini, maka
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura membuat program bantuan
kepada petani agar dapat memiliki alat dan mesin pertanian seperti
51
mesin Hand traktor, Power threser dan Pompa air; d). program
Optimalisasi Lahan, kegiatan ini dilakukan guna menghadapi konversi
lahan pertanian menjadi pemukiman dan industri e). serta program
Unit Pengolahan Pupuk Organik.
Program pembangunan pertanian dalam arti luas meliputi
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan
menghadapi permasalahan yang relatif sama. Data statistik (Merauke
dalam Angka 2009) terlihat bahwa permasalahan yang ada lambat
laun menurunkan produksi pada masing-masing sub sektor.
Peningkatan produktifitas padi di Distrik Semangga Kabupaten
Merauke guna memenuhi kebutuhan pangan padi masyarakat
setempat bahkan dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional
maupun internasional. Peningkatan produktifitas padi
memerlukan strategi yang tepat agar dapat membangun kota
merauke menjadi lumbung pangan nasional bahkan Internasional.
Pembentukan strategi peningkatan produktifitas padi di Distrik
Semangga dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor-
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peningkatan
produktifitas padi. Secara sederhana, kerangka pemikiran ini
disajikan dalam bentuk bagan seperti disajikan pada Gambar 1.
52
-
Program
Rencana
Evaluasi
Evaluasi gap
Capaian
Aktifitas : - Sub Aktifitas
- Jadwal
Input : - SDM - Sarana - Dana
Implementasi
Aktifitas : - Sub Aktifitas
- Jadwal
Input : -SDM - Sarana - Dana
liii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis deskriptif (penelitian survei) sedangkan metodenya adalah
deskriptif analitis. Data yang diperoleh akan dipaparkan secara
deskriptif.
Metode penelitian survei adalah usaha pengamatan untuk
mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu
masalah tertentu dalam suatu penelitian. Penelitian dilakukan secara
meluas dan berusaha mencari hasil yang segera dapat dipergunakan
untuk menentukan tindakan yang mengklasifikasikan dan pengukuran
yang akan diukur adalah fakta yang akan merumuskan dan
melukiskan apa yang terjadi (Ali, 1997:5).
B. Waktu dan lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 ( dua ) bulan yaitu pada
bulan Maret sampai dengan Bulan April 2011. Pengambilan data
dilakukan diwilayah Distrik Semangga yang terdiri atas 10 kampung
(kamung lokal dan transmigrasi) yaitu Kampung Muram Sari,
Kampung Waninggap Kai, Kampung Semangga Jaya dan Kampung
liv
Marga Mulya, kampung Kuper, Kampung Kuprik, Kampung
Sidomulyo, Kampung Sirapu, Kampung waninggap Nanggo, dan
Kampung Matara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Secara administrasi Distrik Semangga mempunyai luas wilayah
seluas 1.042 km2, sehingga sangat potensi untuk
pengembangan sentra produksi padi dan letaknya tidak jauh
dengan pusat andmistrasi daerah.
2. Selama ini Distrik Semangga merupakan sentra produksi
tanaman pangan padi.
3. Sebagian besar kampung merupakan daerah transmigrasi yang
memiliki sarana dan prasarana pertanian yang cukup banyak.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data diperoleh dari berbagai sumber, di antaranya :
1. Data primer, diperoleh langsung dari wawancara objek
peneliti antara lain dari petani padi, penyuluh pertanian,
pengambil kebijakan.
2. Data sekunder, diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten
Merauke, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Badan
Pusat Statistik dan instansi terkait lainnya yang meliputi
kondisi sarana prasarana pertanian dan kondisi pertanian.
lv
D. Objek Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2002:75).
Nazir (1988:3) mengatakan populasi adalah berkenaan dengan
data, bukan orang atau bendanya. Kemudian populasi adalah totalitas
semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran
kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap. Jadi populasi merupakan objek atau
subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat
tertentu yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu
populasi pelaksana program pembangunan sektor pertanian yaitu
pengambil kebijakan serta penyuluh pertanian sebanyak 9 orang dan
penerima lima program andalan program pembangunan sektor
pertanian di Distrik Semangga sebanyak 1900 Orang. Sampel untuk
pengambilan kebijakan dan penyuluh sebanyak sembilan(9) orang
masing-masing enam (6) orang penyuluh pertanian lapangan dan tiga
(3) orang pengambil kebijakan.
Sampel untuk populasi petani penerima lima program prioritas
pembangunan sektor pertanian diambil dengan menggunakan metode
acak (simple samling random), yaitu populasi mempunyai kesempatan
lvi
yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Untuk menghitung
jumlah sampel yang dapat mewakili populasi menggunakan rumus
Slovin dalam Umar (1999:161) yang menggunakan nilai kritis sebesar
0,1.
Rumus n = N = 1900 = 100 orang petani 1 + N (e2) 1 + 1900 (0,12)
Keterangan N : populasi e : tingkat kelonggaran
program yang akan menjadi objek kajian adalah
1. Program Bantuan Langsung Benih Unggul
2. Program Sekolah Lapangan Tanaman terpadu
3. Program Bantuan Alat Mesin Pertanian
4. Program Optimalisasi Lahan
5. Program Unit Pengolaan Pupuk Organik
E. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam studi ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, rembug
warga maupun lokakarya sedangkan data sekunder merupakan data
pendukung, diperoleh dari berbagai instansi dan lembaga yang terkait
dengan studi ini, dimana data sekunder ini diperuntukkan menjelaskan
kondisi-kondisi umum daerah studi, dengan kedalaman data yang
diakomodir dari tingkat kampung.
lvii
Sejalan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini,
yaitu strategi pengembangan kawasan pertanian tanaman padi di
Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, sehingga
untuk memperoleh data yang diinginkan dan sesuai dengan tujuan
penelitian maka pengambilan sampel akan dikerjakan memakai teknik
pengambilan sampel dengan metode purposive sampling.
Pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling artinya pengambilan sampel atau
penentuan sampel oleh peneliti menggunakan pertimbangan-
pertimbangan tertentu (ketua kelompok tani, sekretaris dan
bendahara) dan dengan tujuan tertentu sesuai dengan arah dan
tujuan penelitian.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis dengan
mengunakan analisis gap. Analisis gap digunakan untuk menganalisis
gap dan tingkat capaian pelalaksaan program, menemukan akar
permasalahan atau penyebab terjadinya gap dalam pelaksanaan
program, serta mengenali isu strategis sebagai landasan
pengembangan strategi.
Setiap gap yang diidentifikasi antara target dan capaian dari
setiap program akan diprofil, setiap gap teridentifikasi akan ditelusuri
penyebebnya melalui wawancara terhadap kedua jenis sampel di atas
berdasarkan permasalahan yang ditemukan, alternatif-alternatif,
lviii
strategi kemudian dibagi atau menelaah melalui penguatan program
yang ada atau pengembangan program-program baru.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografis
a. Letak Geografis
lix
Distrik Semangga adalah salah satu Distrik dari 20 Distrik yang
ada di Kabupaten Merauke Provinsi Papua setelah pemekaran 3
Kabupaten baru. Distrik Semangga diresmikan pada tanggal 1 Maret
2003, jarak dari pusat kota ± 27 km dengan batas wilayah admistratif
sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Tanah Miring
Sebelah timur berbatasan dengan Distrik Merauke
Sebelah selatan berbatasan dengan Distrik Merauke
Sebelah barat berbatasan dengan Distrik Kurik
Luas wilayah Distrik Semangga yaitu 1.042 km2 atau 2.3% dari total
luas wilayah Kabupaten Merauke 45.071 km2. Secara administratif,
Distrik Semangga terdiri dari 10 desa definitif yang terbagi menjadi 4
(empat) desa transmigrasi (Desa Waninggap Kai, Marga Mulya,
Muram Sari, Semangga Jaya), 3 ( tiga ) desa swadaya (Kuper, Kuprik,
dan Sidomulyo), 3 (tiga) desa binaan lokal (Desa Urum, Waninggap
Nanggo, Matara). Adapun luas wilayah Distrik Semangga yang
dirincikan per desa yang disajikan dalam Tabel berikut :
Tabel 1. Luas Wilayah Distrik Semangga Kabupaten Merauke Provinsi Papua Tahun 2010.
No. Desa Luas (km2) Prosentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Muram Sari Waniggap Kai Marga Mulya Semangga Jaya Kuper Kuprik Sidomulyo Urum Waninggap Naggo
176,23 188,40 185,20 198,76 28,34 40,56 95,63 45,80 35,40
16,90 18,10 17,77 19,10 2,72 3,89 9,17 4,39 3,39
lx
10. Matara 47,68 4,57 Total 1.042 100,00
Sumber : Distrik Semangga dalam Angka, 2010.
Tabel 1. menunjukkan daerah terluas di Distrik Semangga
adalah Desa Semangga Jaya dengan luas 198,76 km2 (19,16%)
sedangkan yang luasnya paling kecil adalah Desa Kuper yang hanya
sekitar 28,34 km2. Empat desa terluas yaitu desa Muram Sari,
Waninggap Kai, Marga Mulya dan Semangga Jaya yang mempunyai
total luas 71,87% dari total luas wilayah Distrik Semangga dijadikan
desa sasaran penelitian karena merupakan desa transmigrasi dan
dalam wilayah tersebut terdapat usahatani padi, jagung dan ternak
sapi.
b. Iklim dan Topografi
Iklim dan curah hujan merupakan salah satu faktor yang
memperngaruhi keberhasilan usaha pertanian. Keadaan curah hujan di
Distrik Semangga tergolong tinggi 1.543 mm dimana jumlah curah
hujan rata-rata per bulan adalah 840 mm. Adapun perbedaan antara
bulan basah dan bulan kering yaitu BB : Desember sampai Maret dan
BK : April sampai September. Keadaan tanahnya terdiri dari tanah datar
dengan ketinggian 4-20 meter diatas permukaan air laut yang sebagian
adalah daerah berawa.
2. Kondisi Demografi
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
lxi
Jumlah penduduk Distrik Semangga adalah 13.738 jiwa atau
sekitar 6.36% dari total penduduk Kabupaten Merauke (215.764 jiwa).
Terdiri dari 7.246 jiwa laki-laki dan 6.492 jiwa perempuan, data
penduduk Distrik Semangga secara jelas terdapat pada Tabel.2.
Tabel.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Tahun 2010.
Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa) Prosentase (%)
Laki-laki 7.246 52,75
Perempuan 6.492 47,25
Total 13.738 100
Sumber : Badan Kependudukan, KB dan Catatan Sipil Kabupaten Merauke dalam angka, 2010.
Tabel. 2 Menunjukkan Prosentase penduduk terbesar adalah
laki-laki yaitu 52,75% (7.246 jiwa) sedangkan wanita sebesar 47,25%
(6.492 jiwa). Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) di Distrik Semangga
sebanyak 3.639 KK. Penduduk terbanyak di Desa Marga Mulya 2.726
jiwa sedangkan penduduk sedikit di Desa Matara yaitu 468 jiwa.
Semakin besar jumlah penduduk yang menempati suatu wilayah
akan semakin besar tingkat pemanfaatan terhadap sumberdaya alam.
Masyarakat cenderung memanfaatkan sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi tingkat pemanfaatan,
dapat menyebabkan kemampuan dalam menyediaan sumberdaya
semakin rendah atau dapat dikatakan ekosistem membutuhkan waktu
untuk pulih kembali akibat pemanfaatan.
lxii
b. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur
Keadaan sumber daya manusia merupakan faktor pendukung
dalam perkembangan dan keberhasilan suatu usaha, khususnya
menyangkut umur. Umur erat kaitannya dengan kemampuan fisik,
mental serta pola pikir seseorang.
Berdasarkan kelompok umur, penduduk di Distrik Semangga di
golongkan ke dalam tiga kategori yaitu usia belum produkstif (0 – 14
tahun), produktif (15 – 54) tahun dan tidak produktif (55 tahun ke atas).
Kelompok umur penduduk di Distrik Semangga di sajikan pada
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompo Umur di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua tahun 2010.
Kelompok Umur (Tahun Jumlah (Jiwa Prosentase (%)
0 – 14 5.575 40,58
15 – 54 7.654 55,71
> 55 509 3,71
Total 13.738 100,00
Sumber : Distrik Semangga dalam Angka, 2010.
Tabel 3. menunjukkan bahwa Prosentase penduduk kelompok
usia produktif lebih besar (55,71%) dibandingkan penduduk usia belum
produktif (40,58%) dan tidak produktif lagi (3,71%). Dengan demikian,
potensi tenaga kerja produktif di wilayah Distrik Semangga cukup
memadai untuk mendukung tujuan pembangunan ekonomi daerah
terutama pembangunan dalam bidang pertanian.
c. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
lxiii
Mata pencaharian berkaitan dengan penghasilan yang akan
diperoleh seseorang untuk menunjang perekonomian keluarganya,
serta menentukan tingkat kemakmuran maupun kedudukan/status
seseorang dalam masyarakat. Distribusi mata pencaharian penduduk di
Distrik Semangga disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. menggambarkan sebagian besar penduduk Distrik
Semangga berprofesi sebagai petani, tercatat ada sekitar 6.456 jiwa
atau sebesar 57,09%, dan sebagian kecil sebagai pensiunan 0,44%
atau 50 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya penduduk di
Distrik Semangga memilih mata pencaharian yang dapat memenuhi
perekonomian keluarga.
Tabel 4.Jumlah Penduduk Menurut Mata pencaharian di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Prosentase (%)
1 Petani 2.839 57,09
2 Nelayan 458 4,05
3 Pedagang 1.234 10,91
4 Pegawai 987 8,73
5 Pengusaha 313 2,77
6 Buruh 1.654 14,63
7 Pensiunan 50 0,44
8 Berburu 156 1,38
Total 7.241 100,00
Sumber :Distrik Semangga dalam Angka, 2010.
3. Kondisi Pertanian
a. Pola Penggunaan Lahan Pertanian
Distrik Semangga dengan luas 1.042 km2 dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, diantaranya usaha pertanian, pemukiman,
lxiv
perkantoran, sekolah, pemakaman maupun untuk prasarana lainnya.
Usaha pertanian yang dijalankan bermacam-macam baik tanaman
perkebunan, budidaya tanaman padi, palawija dan kolam. Data
penggunaan lahan pertanian disajikan dalam Tabel 5 sebagai berikut.
Tabel. 5 Luas Lahan Pertanian menurut Penggunaannya di Distrik Semangga Kabupaten Merauke Provinsi Papua Tahun 2010.
Sumber : Distrik Semangga dalam Angka, 2010.
Tabel 5 menggambarkan bahwa, sebagian lahan pertanian di
Distrik Semangga dimanfaatkan untuk tanaman pagan sekitar 66,83%
yang didominasi oleh tanaman padi.
b. Alat dan Mesin Pertanian
Alat dan mesin pertanian yang digunakan oleh petani sangat
beragam, mulai dari kegiatan mengolah tanah, pemeliharaan, panen,
sampai dengan pasca panen. Untuk kegiatan mengolah lahan, petani
menggunakan sabit, cangkul, bajak, dan Traktor. Data alat mesin
pengolahan tanah disajikan dalam berikut :
Usaha Pertanian Luas Penggunaan
Lahan (ha Prosentase (%)
Sawah 4,713,00 25,71
Ladang 1,364 7,44
Kolam 2,50 0,01
lxv
Tabel 6. Jumlah Alat dan Mesin Olah Tanah di Distrik Semangga, Distrik Merauke, Provinsi Papua, Tahun 2008,2009 dan 2010.
No. Jenis Alat dan Mesin Olah
Tanah Jumlah (unit)
2008 2009 2010 1 Traktor Roda 4 2 4 4 2 Traktor Roda 2 235 267 293 3 Bajak Sapi 10 10 0 4 Garu Sapi 33 3 0 5 Cangkul 5.368 5.462 5.462
Sumber : Distrik Semangga Dalam Angka, 2010.
Tabel 6 menunjukan bahwa untuk traktor roda dua dan roda
empat mengalami peningkatan jumlahnya, sedangkan untuk bajak sapi
dan garu sapi mengalami penurunan hal ini disebabkan petani Distrik
Semangga maengalami perubahan pengunaan alat olah tanah dari
tradisional menuju ke teknologi mekanisasi.
Tabel 7.Jumlah Alat dan Mesin Panen di Distrik Semangga, Distrik
Merauke Provinsi Papua Tahun 2008,2009 dan 2010
Sumber :Distrik Semangga Dalam Angka, 2010.
Tabel 7 menunjukan bahwa untuk peralatan pasca panen di
Distrik Semangga dari tahun ke tahun mengalami peningkatan pada
peralatan power threser sedangkan pada pedal threser mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan petani dengan menggunakan alat pasca
No. Jenis Alat dan Mesin Olah Tanah
Jumlah (unit) 2008 2009 2010
1 Power threser 200 215 250
2 Pedal Threser 75 75 60
3 Perontok Banting 95 80 75
4 Penapis Padi Sederhana 1890 1,890 1890
5 Ayakan Padi 532 532 532
6 Sabit biasa 1050 973 800
7 Sabit bergerigi 3782 3,852 4500
lxvi
panen power threser dapat menghemat tenaga, biaya dan menekan
kehilangan hasil. Pada sabit biasa mengalami penurunan sedangkan
pada sabit gerigi mengalami peningkatan hal ini disebabkan
pengetahuan petani memotong padi dengan sabit gerigi dapat
menurunkan kehilangan hasil.
c. Sektor Tanaman Pangan
Jenis tanaman pangan yang diusahakan di Distrik Semangga
cukup beragam mulai dari Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah,
Kacang Hijau, Ubi Kayu, Ubi Jalar. Karateristik kampung yang berbeda,
menyebabkan tidak semua tanaman dapat diproduksi petani di satu
kampung. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Produksi Tanaman Pangan di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke Provinsi Papua Tahun 2008, 2009 dan 2010
Sumber : Distrik Semangga Dalam Angka, 2010.
Tabel 8. menunjukkan peningkatan produksi pada komoditas
padi tercatat 60.374 ton pada tahun 2010, ini menggambarkan bahwa
sebagain besar lahan dimanfaatkan petani sebagai lahan sawah.
Kemudian diikuti oleh produksi jagung sebesar 15,75 ton.
e. Sub Sektor Peternakan
No. Jenis Produksi Pertanian Jumlah (ton)
2008 2009 2010
1 Padi 40,367 50,374 60,374
2 Jagung 10,37 13,42 15,75
3 Kedelai 1,22 1,26 1,30
4 Kacang hijau 0,7 0,7 0,7
5 Ubi kayu 8 8 8
lxvii
Usaha sub sektor peternakan cukup berkembang di Distrik
Semangga, meskipun tidak dalam skala besar ini terlihat dengan
banyaknya jumlah ternak yang tersebar di daerah ini. Antara lain, Sapi,
Kambing, Kuda, Babi, Ayam Kampung, Bebek, dan Itik manila. Berikut
disajikan data jumlah ternak yang ada di Distrik Semangga pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 9. Jumlah Ternak di Distrik Semangga Kabupaten Merauke Provinsi Papua Tahun 2008, 2009 dan 2010.
No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)
2008 2009 2010
1 Sapi 2789 2,994 3050
2 Kambing 1234 1,389 1448
3 Kuda 141 141 141
4 Babi 83 83 83
5 Ayam Ras 45689 46,689 59373
6 Bebek 3111 3,257 4323
7 Itik manila 200 310 500
Sumber :Distrik Semangga Dalam Angka, 2010.
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan peningkatan pada
ternak ayam, bebek sapi dan kambing. Peningkatan ternak ayam
ras/ayam kampung yang paling banyak tersebar di Distrik Semangga
yaitu tercatat 59373 ekor. Kemudian diikuti oleh ternak bebek dan sapi,
masing-masing sebesar 4323 ekor dan 3050 ekor. Hal ini terjadi
dikarenakan sebagaian besar penduduk di Distrik Semangga adalah
pendatang atau penduduk transmigrasi yang didominasi oleh suku
Jawa.
B. Pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian Kabupaten Merauke
lxviii
1. Pelaksanaan Program-Program di Distrik Semangga
a. Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU)
Program Bantuan Langsung Benih Unggul merupakan program
dari pemerintah pusat yang diberikan kepada petani untuk mendukung
kegiatan sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT)
besarnya benih yang diberikan sebanyak 25 kg perhektar, pola
penyaluran benih melalui PSO( Public Service Obligaion).
Pada Tahun 2008 sampai sekarang melalui dana APBN yang
bersumber dari dana tugas bantuan untuk Kabupaten Merauke melalui
Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura di fokuskan pada Kegiatan
BLBU.
Dari hasil penelusuran data dan wawancara, sasaran dari Program
BLBU yang dilaksanakan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
di Distrik Semangga adalah meningkatkan produktifitas, produksi dan
pendapatan serta kesejahteraan petani melalui pengembangan Padi
Non Hibrida seluas 2.364 ha yang tersebar pada 6 (enam) kampung
yaitu Kampung Semangga Jaya, Sido Mulyo, Marga
Mulya,Kuprik,Kuper dan Sirapu yang terdiri dari 76 kelompok dengan
jumlah anggota 1140 petani pada Distrik Semangga.
Input program
Input dalam pelaksanaan BLBU beberapa hal pokok yang
merupakan masukan (input) antara lain:
lxix
Target program benih sebanyak 59.100 kg dengan jumlah petani
sebanyak 1140 orang dengan sasaran luas tanam 2364 ha.
Penyediaan anggaran pelaksanaan kegiatan Bantuan Benih
Langsung Unggul (BLBU) yang bersumber dari dana Tugas
Pembantuan (APBN) sebesar Rp. 295.500.000,- yang tersebar di 6
(enam) kampung yaitu Kampung Semangga Jaya, Sido Mulyo,
Marga Mulya,Kuprik,Kuper dan Sirapu yang terdiri dari 76 kelompok
dengan jumlah anggota 1140 petani, informasi nama
kampung,jumlah kelompok dan jumlah petani diperoleh dari hasil
wawancara dengan Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) Program
BLBU dan SLP-TT Dinas Tanaman PanganKabupaten Merauke.
Output program
Keluaran dari kegiatan pelaksanaan program bantuan langsung
benih adalah penanaman padi seluas 2364 Ha yang tersebar pada 6
(enam) kampung yaitu Kampung Semangga Jaya, Sido Mulyo, Marga
Mulya ,Kuprik, Kuper dan Sirapu yang terdiri dari 76 kelompok dengan
jumlah anggota 1140 petani, informasi nama kampung, jumlah
kelompok dan jumlah petani diperoleh dari hasil wawancara dengan
Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) Program BLBU dan SLP-TT Dinas
Tanaman PanganKabupaten Merauke
Hasil( Outcome) program
lxx
Meningkatkan produksii dan produktifitas padi di Distrik Semangga,
data peningkatan produksi dapat dilihat pada tabel 10 dan grafik 1
berikut ini :
Tersalurnya BLBU padi Non Hibrida sebanyak 59.100 kg
Tabel 10. Data produktifitas padi program SLPTT dan non SLPTT di Distrik Semangga.
No. Kampung Tahun
Produktivitas sesudah (Kw/Ha)
Produktivitas Sebelumnya
(Kw/ha) SL LL
1 Semangga Jaya
2008 2009 2010
30.00 32.00 36.30
35.00 35.00 46.50
29.00 28.00 35.60
2 Sidomulyo 2008 2009 2010
29.00 33.00 38.50
34.40 39.00 43.00
30.00 30.00 32.20
3 Marga Mulya
2008 2009 2010
31.50 45.00 41.00
34.00 42.00 44.50
30.00 35.00 40.00
4 Kuprik 2008 2009 2010
33.00 37.60 40.00
35.00 39.00 41.00
30.00 35.78 40.00
5 Kuper 2008 2009 2010
29.00 30.00 32.00
30.00 35.00 39.50
25.00 26.00 31.50
6 Urumb 2008 2009 2010
30.00 31.50 33.50
32.00 35.60 42.50
25.00 28.00 32.00
Sumber : Dinar Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2010 Keteranngan: SL: Sekolah Lapangan LL: Laboratorium Lapangan Grafik.1. peningkatan Produksi padi
Permasalahan program
Permasalahan yang dihadapi di lapangan
Program Bantuan Langsung Benih Unggul
Daya tumbuh benih
semangga Jaya,
Kuper untuk mencapai
menggunakan benih sendir
diperoleh dari
kelompok dari 36 kelompok
Varietas yang di salurkan melalui BLBU tidak sesua
dibutuhkan petani informasi diperoleh dari petani penerima
program BLBU
Ketidaksiapan PSO(mitra
menyalurkan BLBU tidak mampu m
jenis:varietas Inpari,Cigeules dan Cimelati,
dan varietas tidak tercampur.
0.005.00
10.0015.0020.0025.0030.0035.0040.0045.00
program
Permasalahan yang dihadapi di lapangan dalam pelaksanaan
antuan Langsung Benih Unggul sebagai berikut :
tumbuh benih rendah dibawah 50% pada kampung
semangga Jaya, Sido Mulyo, Kuprik,Marga Mulya sirapu
untuk mencapai sasaran luas tanam padi 2.364 h
menggunakan benih sendiri informasi daya tumbuh benih
diperoleh dari hasil wawancara ketua kelompok,sekre
kelompok dari 36 kelompok tani penerima program BLBU
Varietas yang di salurkan melalui BLBU tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan petani informasi diperoleh dari petani penerima
Ketidaksiapan PSO(mitra kerja), PSO yang telah ditunjuk untuk
n BLBU tidak mampu menyediakan benih
varietas Inpari,Cigeules dan Cimelati,daya tumbuh diatas 80
dan varietas tidak tercampur. Informasi ini diperoleh dari hasil
2008
2009
2010
lxxi
dalam pelaksanaan
pada kampung
sirapu dan
sasaran luas tanam padi 2.364 ha petani
benih rendah
pok,sekretaris
i dengan yang
dibutuhkan petani informasi diperoleh dari petani penerima
kerja), PSO yang telah ditunjuk untuk
enyediakan benih dengan
diatas 80%
Informasi ini diperoleh dari hasil
2008
2009
2010
lxxii
wawancara dengan PPK ( Pejabat Pembuat Komitmen ) program
BLBU dan SLPTT
Penyaluran benih tidak tepat waktu dengan jadwal tanam informasi
diperoleh dari hasil wawancara dengan Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL).
Strategi
Strategi yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan ke 4
(empat) masalah pada program Bantuan Langsung Benih Unggul
sistem pengelolaan bantuan benih unggul.
b. Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu ( SLPTT)
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu adalah pusat
belajar pengabilan keputusan para petani atau kelompok tani, sekaligus
tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan
manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan
lainnya.
Distrik Semangga yang merupakan salah satu sentra
produksi padi yang terbagi menjadi 10 Kampung. Kampung yang
menjadi sasaran program SLPTT 3 (tiga) tahun terakhir adalah
Kampung Semangga Jaya, Sidomulyo, Marga Mulya, Kuprik, Kuper,
dan Urumb/Sirapu. Fasilitator dalam pelaksanaan SLPTT terdiri dari
PPL 1 (satu ) orang, Petugas pengamat hama penyakit 1 orang, Balai
lxxiii
Pengkajian Tanaman Pangan ( BPTP ) 1 (satu) orang,dan petugas dari
Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura 3 (tiga) orang. Target program
SLPTT adalah pertemuan lapangan sebanyak 8 (delapan) kali selama
1 (satu) musim tanam dengan materi pengolahan
tanah,penyemaian,penanaman, pemupukan, pengendalian hama
penyakit, panen dan pasca panen.
Masukan (Input) program
Masukan Dalam melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Tanaman Terpadu (SLPTT) , beberapa hal
pokok yang merupakan masukan (input) antara lain :
Penyediaan anggaran Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SLPTT) yang bersumber dari dana Tugas Pembantuan
(APBN) sebesar Rp. 405.352.700.- yang tersebar di 6 (enam)
kampung yang terdiri dari 76 kelompok tani dengan jumlah anggota
1140 petani pada kampung Semangga Jaya,Sido mulyo, Marga
Mulya, Kuprik, Kuper, dan sirapu.
Bantuan pembelian pupuk, kepada petani sebanyak 94 orang
kampung Semangga Jaya,Sido mulyo, Marga Mulya, Kuprik, Kuper,
dan sirapu dengan luas lahan 94 ha. Pelaksana SLPTT khusus di
areal Laboratorium Lapangan( LL) 1 (satu) ha, yang terdiri dari
pupuk Urea 100 kg perhektar, NPK 300 kg perhektar, dan Pupuk
Organik 500 kg perhektar.
lxxiv
Pendampingan ( fasilitator ) SLPTT, oleh PPL, PHP, BPTP, PBT
dan Tim Teknis Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura kabupaten
Merauke yang memfasilitasi Pelaksanaan Pertemuan Sekolah
lapang (SL) sebanyak 8(delapan) kali dalam satu musim tanam.
Jumlah pendamping sebagai berikut: penyuluh pertanian lapangan
(PPL) 1 (satu) orang, pengamat hama penyakit (PHP) 1 (satu)
orang, balai pengkajian tanaman pangan (BPTP) 1 (satu) orang,
pengawas benih 1(satu) orang, dan tim teknis dari Dinas Tanaman
Pangan 1 (satu) orang pendampingan SLPTT dapat dilihat pada
tabel 11.
Tabel 11. Pendamping SLPTT pada Distrik Semangga. No. Materi Pendamping/ fasilitator
1 Persiapan lahan PPL
2 Pengolahan tanah PPL
3 Penyemaian bibit Tim tehnis
4 Penanaman Tim tehnis
5 Pemupukan BPTP
6 Pengendalian OPT Tim tehnis
7 Panen PBT
lxxv
8 Pasca panen Tim tehnis
Target pertemuan SLPTT sebanyak 8(delapan) kali.
Keluaran (Output) program
Keluaran dari Kegiatan Pelaksanaan Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) ini adalah terlaksanakannya
Sekolah Lapang (SL) di areal seluas 2.364 Ha yang tersebar di 6
(enam) kampung yaitu Kampung Semangga Jaya, Sido Mulyo, Marga
Mulia ,Kuprik, Kuper dan Sirapu yang terdiri dari 76 kelompok dengan
jumlah anggota 1140 petani, informasi nama kampung, jumlah
kelompok dan jumlah petani diperoleh dari hasil wawancara Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) Program BLBU dan SLPTT.
Hasil (Outcome ) program
Hasil yang didapat dalam kegiatan ini adalah
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam
menerapkan informasi teknologi baru yang spesifik lokasi.
Meningkatkan produksi dan produktifitas di Distrik Semangga.
Permasalahan program
Permasalahan dalam pelaksanaan program Sekolah lapangan
pengelolaan tanaman terpadu :
Tingkat kehadiran petani rendah jumlah yang hadir 40% dari jumlah
peserta dan jadwal sekolah lapangan bertepatan dengan musim
lxxvi
tanam petani memilih lebih baik bekerja di lahan sendiri informasi
diperoleh hasil wawancara dengan PPL.
Keanggotaan kelompok tani yang ada berdasarkan domisili tempat
tinggal bukan bedasarkan hamparan lahan.
Pengetahuan pendamping SLPTT terbatas.
Strategi
Strategi yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi pengetahuan
pendamping terbatas pada Program Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu peningkatan kapasitas pendamping
SLPTT.
Strategi untuk mengatasi masalah pada tingkat kehadiran petani
rendah, jadwal sekolah lapangan bertepatan dengan musim tanam
dan kelompok tani berdasarkan domisili peningkatan sistem
pengelolaan Program SLPTT.
Manfaat (Benefit) program
Manfaat terlaksananya penerapan teknologi budidaya padi yaitu :
penggunaan benih unggul,pemupukan berimbang, jarak tanam, tehnik
pemberantasan hama penyakit,dan panen tepat waktu. meningkatkan
pendapatan petani dari Rp 7.337.000,- ke 7.590.000,- perhektar pada
tahun 2010. Data hasil pelaksanaan program SLPTT dan BLBU
ditunjukkan pada Tabel 12 berikut :
Tabel 12. Luas Areal Tanam, Realisasi Tanam, dan Realisisi Panen Program SLPTT di Distrik Semangga.
No. Kampung Tahun Luas Jumlah Jumlah Realisasi Realisasi
lxxvii
Areal (Ha)
kelompok tani
petani Tanam (Ha)
Panen (Ha)
1 Semangga Jaya
2008 2009 2010
789 850 933
24 24 24
340 340 340
780 820 900
775 800 879
2 Sidomulyo 2008 2009 2010
210 219 232
22 22 22
320 320 320
209 219 232
209 219 230
3 Marga Mulya
2008 2009 2010
870 887 897
23 23 23
330 330 330
869 880 892
869 880 890
4 Kuprik 2008 2009 2010
190 187 189
3 3 3
90 90 90
185 187 189
184 185 179
5 Kuper 2008 2009 2010
68 70 71
2 2 2
30 30 30
60 70 71
55 60 70
6 Sirapu 2008 2009 2010
35 40 42
1 1 1
30 30 30
30 40 42
29 40
42 Sumber : Dinar Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2010
Tabel 12. Menunjukan realisasi panen SLPTT yang mempunyai
luas areal panen terbesar adalah Kampung Marga Mulya. Dari hasil
wawancara yang peneliti lakukan, hal ini terjadi karena kesadaran
petani untuk mengikuti kegiaatan SLPTT dan peningkatan pengetahuan
budidaya tanaman padi sangat tinggi.
Kampung Kuper dan Sirapu adalah daerah yang di domisili oleh
masyarakat lokal atau putra assli Papua. Kampung ini pada umumnya
bermata pencaharian sebagai nelayan, pemburu dan peramu.
Pemerintah daerah melalui instansi terkait yaitu melalui Dinas Tanaman
Pangandan Hortikultura menjadikan kampung ini sebagai sasaran
program karena bertujuan untuk mengubah pola hidup dan pola pikir
guna menigkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
lxxviii
Pendampingan masyarakat lokal yang dilakukan lebih intensif
dibandingkan masyarakat yang tinggal di daerah transmigrasi yaitu
pada Kampung Semangga Jaya dan Marga Mulya karena pada
dasarnya masyarakat yang tinggal di daerah transmigrasi bermata
pencarian sebagai petani padi dan sebagai sumber pendapatan dalam
keluarga.
Dampak program
Dampak yang terjadi dari pelaksanaan Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu di Distrik Semangga adalah
terwujudnya peningkatan pengetahuan (penggunanan benih unggul,
menggunaan jarak tanam yang tepat, teknik pemberantasan Organisme
hama dan penyakit tanaman, penggunaan pupuk berimbang,
peningkatan penanganan pasca panen hasil pertanian) dan
ketrampilan petani pada Kampung 6 (enam) Kampung yaitu Semangga
Jaya, Sido Mulyo, Marga Mulia ,Kuprik, Kuper dan Sirapu yang terdiri
dari 76 kelompok dengan jumlah anggota 1140 petani dalam upaya
peningkatan produksi dan produktifitas padi untuk penyediaan
kecukupan pangan daerah maupun regional.
Peningkatan prodiktifitas padi pada program SLPTT dipengaruhi
dari berbagai teknologi yang digunakan oleh penerima program seperti
penggunaan benih unggul,pemupukan berimbang dan tepat waktu,
penanganan panen dan pasca panen.
c. Program Bantuan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)
lxxix
Dalam pelaksanakan program alat dan mesin Pertanian Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura yang di lakukan selama 3 (tiga)
tahun Terakhir di Distrik Semangga, target yang diharapkan dari
program bantuan alat mesin Pertanian yaitu untuk mempercepat
pengolahan tanah dari 10 hari menjadi 4 (empat) hari per hektar,
Kampung yang menjadi sasaran program menurut Data Dinas
Tanaman Pangandan Hortikultura kampung yang menjadi sasaran
Program ini Kampung Waninggap Kai, Muram Sari, Sirapu, dan
Kampung Marga Mulya.
Data pelaksanaan program alat dan mesin pertanian ditunjukkan
pada Tabel 13.sebagai berikut :
Tabel 13. Kampung Penerima Program Bantuan Alsintan
No. Nama Kampung
Tahun
Jumlah Unit
Hand traktor (unit)
Pompa Air
Power threser (unit)
1 Waninggap Kai 2010 5 5 4
2 Muram Sari 2010 6 4 3
3 Serapu 2010 7 3 5
4 Marga Mulya 2010 8 4 4
Jumlah 2010 26 16 16
Sumber : Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura, 2010.
lxxx
Data kelompok tani penerima program Alsintan ditunjukan pada
Tabel berikut ini:
Tabel 14. Kelompok Tani Penerima Bantuan Alsintan di Distrik Semangga.
No. Nama Kampung Nama Kelompok Tani
Jenis Alat HT PT PA
1 Muram Sari Mawar 3 2 2 Sukosari 3 2 1
2 Marga Mulya Sidorejo 2 1 1 Sejahtera 2 1 2 Rukun Sentosa 2 1 1 Sumber Rejeki 2 1 1
3 Sirapu Urum I 2 1 2 Urum II 3 1 2 Kalitakum 2 1 1
4 Waninggap Kai Binatani 3 3 2 Sri Rejeki 2 2 2
Sumber : Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura, 2010 Keterangan : HT : Hand traktor PT : Power threser PA : Pompa Air
Masukan (Input)
Masukan dalam melaksanakan program bantuan Alat dan Mesin
Pertanian (Alsintan), beberapa hal pokok yang merupakan masukan
(input) antara lain :
Penyediaan anggaran pelaksanaan kegiatan alat dan mesin
pertanian (Alsintan) yang bersumber dari dana APBD.
Target alsintan 3 (tiga) tahun terakir tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010 berupa hand traktor 26 unit pompa air 16 unit dan
power threser 16 unit.
Keluaran (Output) program
Keluaran dari Program Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) ini
adalah terlaksanakannya penguasaaan teknologi alsintan dan
lxxxi
percepatan pengolahan tanah 340 ha pada petani yang terkena
dampak pada kampung Muram sari, Marga Mulya,Sirapu dan
waninggap kai tersebar pada 11 kelompok dengan jumlah anggota 220
petani.
Tabel. 15 Program Bantuan Alsintan NO. Jenis alsintan Jumlah
1 Hand traktor 26 unit 2 Pompa air 16 unit 3 Power threser 16 unit
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2010
Evaluasi terhadap bantuan alat mesin pertanian dilakukan setiap
musim tanam oleh Dinas Tanaman Pangan melalui bidang
pengembangan usaha,dengan melakukan evaluasi pemanfaatan alsin,
kerusakan alsin, jumlah peralatan. Tabel 15 menunjukan prosentase
alsintan terbesar adalah hand traktor.
Hasil (Outcome) program
Hasil yang didapat dalam kegiatan ini adalah
Mempercepat pengolahan tanah dari dari 10 hari menjadi 4 (empat)
hari per hekta.
Pada peralatan power threser dan hand traktor dapat meningkatkan
indeks pertanaman (IP) dari IP 100 menjadi IP 200
Pada peralatan power threser dapat menurunkan kehilangan hasil
padi dari 2 % menjadi 1% per hektar.
Permasalahan program
lxxxii
Permasalahan dalam pelaksanaan bantuan alat mesin pertanian
(alsintan) sebagai berikut:
Petani belum mampu mengoperasionalkan hand traktor, pompa air,
power threser sesuai standar operasional yang telah ditentukan
oleh Dinas Tanaman PangandanHortikultura Kabupaten Merauke
informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan pejabat yang
menangani alsintan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten merauke.
Tidak tersedianya tenaga mekanik dan terbatasnya pengetahuan
mekanik di tingkat lapangan informasi diperoleh dari hasil
wawancara dengan ketua kelompok tani sebanyak 11 orang dari
kelompok penerima program alsintan.
Suku cadang hand traktor, power threser dan pompa air tidak
tersedia, untuk mendapatkan suku cadang pemesanannya inden
informasi ini diperoleh dari hasil wawancara dengan ketua
kelompok tani sebanyak 11 orang dari kelompok penerima program
alsintan.
Tidak tersedianya tenaga mekanik dan terbatasnya pengetahuan
mekanik ditingkat lapangan informasi diperoleh dari hasil
wawancara dengan ketua kelompok tani sebanyak 11 orang dari
kelompok penerima program alsintan.
Rasio pelayanan alat mesin pertanian hand traktor, power threser,
pompa air tidak sebanding dengan luas lahan yang ada.
lxxxiii
Kemampuan hand 15 ha per musim tanam,power threser 15 ha per
musim tanam dan pompa air 15 ha per musim tanam kelompok tani
sebanyak 11 orang dari kelompok penerima program alsintan.
Strategi
Strategi yang dapat dilakukan pada permasalahan petani belum
mampu mengoperasionalkan hand traktor,pompa air dan power
threser dan pengetahuan mekanik terbatas adalah peningkatan
kapasitas petani , operator dan mekanik.
Permasalahan rasio pelayanan alat mesin pertanian hand traktor,
power threser, pompa air tidak sebanding dengan luas lahan yang
ada strategi yang dilaksanakan melakukan kajian optimalisasi
bantuan alat mesin pertanian.
Manfaat (Benefit) program
Terlaksananya penerapan teknologi mekanisasi dalam hal ini
alat dan mesin pertanian terutama alat pengolahan tanah (Hand traktor)
dan perontok padi (Power threser), mengatasi kerawanan pangan
daerah, meningkatkan partisipasi petani dalam sistem usahatani,
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan patani. Salah satu
kampung penerima program bantuan alat dan mesin pertanian
kampung lokal yakni kampung Sirapu dimana masyarakat lokal asli
papua mengembangkan(menanam) komoditas padi dan mampu
mangoperasionalkan hand traktor , power threser dan pompa air.
lxxxiv
Dampak program
yang terjadi dari program bantuan alat dan mesin pertanian di
Distrik Semangga adalah terwujudnya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan pada aspek perawatan teknik- teknik pengunaan alsintan
maitenance dan prosedur standar operasional hand traktor, power
threser dan pompa air. petani dalam menggunakan dan menerapkan
alat dan mesin pertanian dalam upaya peningkatan produksi dan
produktifitas padi untuk penyediaan kecukupan pangan daerah maupun
regional dengan meningkatan luas tanam seluas 360 Ha.Program
bantuan alat mesin pertanian diberikan kepada kelompok tani yang
dinilai oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura jumlah peralatan
yang dimiliki kelompok masih kurang dan kelompok yang mempunyai
semangat tinggi dalam berusaha budidaya padi. Jumlah peralatan yang
dimiliki petani diluar program penerima Bantuan alat mesin di kampung
Muram Sari hand traktor 150 unit ,power threser 93 unit ,pompa air 110
unit, kampung Marga Mulya hand traktor 160 unit ,power threser 98 unit
,pompa air 113 unit kampung Sirapu hand traktor 15 unit ,power threser
12 unit ,pompa air 12 unit kampung Waninggap Kai hand traktor 170
unit, power threser 115 unit, pompa air 113 unit .
d. Program Optimalisasi Lahan (Optal)
Kegiatan optimalisasi lahan pertanian diarahkan untuk memenuhi
kriteria lahan usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
lxxxv
peternakan melalui upaya perbaikan dan peningkatan daya dukung
lahan, sehingga dapat menjadi lahan usahatani yang lebih produktif.
Kegiatan optimaisasi lahan diarahkan untuk menunjang terwujudnya
ketahanan pangan dan antisipasi kerawanan pangan.
Tujuan pelaksanaan kegiatan optimalisasi lahan adalah
Memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan menjadi
lahan pertanian produktif dan meningkatkan indeks pertanaman
(IP) per satuan luas.
Meningkatkan produksi pertanian.
Melestarikan sumberdaya lahan pertanian
Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di
pedesaan.
Dalam pelaksanakan program Optimalisasi Lahan Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura yang di lakukan pada tahun 2009
dan 2010 di Distrik Semangga Kampung yang menjadi sasaran
Program ini Kampung Muram Sari, Sirapu, Kuprik, Kuper, Sidomulyo,
dan Marga Mulya.
Data pelaksanaan program Optimalisasi Lahan Pertanian
ditunjukkan pada Tabel 16 sebagai berikut :
Tabel 16. Optimalisi lahan pertanian di Distrik Semangga Kabupaten Merauke Tahun 2009 - 2010.
lxxxvi
No. Nama
Kampung
Sasaran (Ha)
Tahun 2009 Tahun 2010
1 Muram Sari - 150
2 Serapu 20 100
3 Kuprik 10 -
4 Kuper 25 -
5 Sidomulyo 35 -
Total 90 250
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tahun 2009 - 2010.
Kampung Muram Sari pada tahun 2009 tidak menerima program
optimalisasi lahan dikarenakan pada tahun 2008 telah mendapat
alokasisi kegiatan sejenis, dalam petunjuk Umum (pedum) pelaksanaan
program Optal dari pusat bahwa kampung penerima optal tidak boleh
menerima program berturut-turut progam yang sama. Kampung Sirapu
pada tahun 2009- 2010 menerima program optal hal ini karena
kampung Sirapu merupakan kampung lokal dan pada kampung lokal
diperlukan pembinaan secara kontinyu minimal 5 (lima) tahun berturut-
turut. Kampung kuprik dan sidomulyo pada tahun 2009 menerima
program optal tetapi pada tahun 2010 tidak menerima optal hal ini
merupakan kampung transmigrasi.
Data kelompok tani penerima program bantuan dana Optimalsasi
lahan ditunjukkan pada Tabel sebagai berikut :
lxxxvii
Tabel 17. Kelompok Tani Penerima program Optimalisasi Lahan di Distrik Semangga Kabupaten merauke tahun 2009 – 2010.
No. Nama
Kampung Nama Kelompok Tani Luas
Lahan(Ha) 2009 2010 1 Kuprik Sari Agung - 10 2 Kuper Jaya
Makmur - 25
3 Sirapu Serapu Jaya
Urum, notabuk, urum II, Kalitakum, Mbai Izakod Make Sasahi
120
4 Sidomulyo Srigati - 35 5 Muram Sari Sumber Makmur, Karya
Mukti, Sido Rukun, Sejahtera, dan Sumber Rejeki, serta Gotong Royong
150
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Tanaman Pangan, Tahun 2009 – 2010.
Tabel 17 menunjukan Penerima program optal pada Kampung
Kuprik sebanyak 1 (satu) kelompok tani yakni kelompok tani Sari agung
dengan jumlah anggota 10 orang dengan luas lahan optal seluas 10
hektar. Kampung Kuper sebanyak 1(satu) kelompok tani yakni
kelompok tani Jaya Makmur dengan jumlah anggota 25 orang dengan
luas lahan optal seluas 25 hektar. Kampung Sirapu pada tahun 2009
satu kelompok tani yakni Sirapu jaya dengan jumlah anggota 30 orang
dengan luas lahan 20 hektar sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 5
(lima) kelompok tani yakni kelompok tani Urum, Kelompok tani
Notabuk, Kelompok tani Urum II, Kelompok tani kalitakum, Kelompok
tani Mbai Izakod Make Sasahi dengan jumlah anggota 125 orang
dengan luas lahan optal seluas 100 hektar. Kampung Sido Mulyo
sebanyak 1(satu) kelompok tani yakni kelompok tani Srigati dengan
jumlah anggota 35 orang dengan luas lahan optal seluas 35 hektar.
lxxxviii
Kampung Muram Sari sebanyak 8 (delapan) kelompok tani yakni
kelompok tani Sumber Makmur, kelompok tani Karya Mukti, kelompok
tani Sido Rukun, kelompok tani Sejahtera dan kelompok tani Sumber
Rejeki serta kelompok tani Gotong Royong dengan jumlah anggota 150
orang dengan luas lahan optal seluas 150 hektar.
Masukan (Input) program
Masukan dalam melaksanakan program Optimalisasi Lahan
Pertanian (Optal), beberapa hal pokok yang merupakan masukan
(input) antara lain :
Penyediaan anggaran pelaksanaan kegiatan Optimalisasi Lahan
(Optal) yang bersumber dari dana Tugas Pembantuan (APBN).
Bantuan Dana Program Optimalisasi Lahan (Optal) berjumlah Rp.
4.000.000,-/Ha. Dana OPTAL diharapkan dapat digunakan untuk
pengolahan lahan, budiaya, pembelian pupuk dan pestisida,
perawatan dan pemeliharaan, panen dan pasca panen
Bantuan dana optimalisasi lahan yang dilaksanakan di Distrik
Semangga pada tahun 2009, luas areal program Optal seluas 90
ha jumlah dananya adalah Rp. 360.000.000,- Sedangkan pada
tahun 2010 mempunyai luas areal tanam adalah 250 Ha yang
tersebar di dua kampung sehingga dana yang di curahkan untuk
kegiatan ini adalah Rp. 1.000.000.000,-
lxxxix
Dana yang diberikan bagi kegiatan optimalisasi lahan ini diberikan
kedalam Rekening Kelompok Tani dan dana ini harus dikembalikan
kembali karena sifatnya bergulir dan dimanfaatkan sesuai dengan
rencana usaha yang diusulkan oleh masing-masing kelompok tani.
Keluaran (Output) program
Keluaran dari Program Optimalisasi Lahan (Optal) ini adalah
meningkatnya pemanfaat lahan tidur sebagai lahan pertanian.
Hasil (Outcome) program
Hasil yang didapat dalam kegiatan ini adalah
Memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 340
hektar menjadi lahan pertanian produktif seluas 340 hektar dan
meningkatkan indeks pertanaman (IP) untuk memperluas areal
tanam.Nama Kampung dan nama kelompok tani penerima program
Optal dapat dilihat pada tabel 17.
Meningkatkan total produksi padi di Distrik Semangga sebanyak
1638 ton GKP dari program optal dapat memberikan konstribusi
terhadap produksi di Kabupaten merauke sebesar 2,27 %.
Mengurangi angka pengangguran di kampung sebanyak 370 orang
yang terdiri dari Kampung Kuprik 10 orang,kampung kuper 25
orang kampung sirapu 155 orang, kampung sido mulyo 35 dan
kampung muram sari 150 orang.
Permasalahan program
Permasalahan program optimalisasi lahan sebagai berikut:
xc
Jadwal pelaksanaan optal pada kegiatan pembelian sarana
produksi, pengolaan tanah dan penanaman tidak tepat waktu
disebabkan karena pencairan dana kegiatan Optal terlambat
informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan Pejabat Pembuat
Komitmen(PPK ) program Optal
Adanya revisi pengelola kegiatan optal disebabkan adanya mutasi
Kuasa Pengguna Anggaran program Optal.
Kampung penerima program optal belum dilaksanakan SID karena
pada tahun anggaran 2009 tidak tersedia dana untuk SID pada
kampung penerima program Optal, Survei Investigasi Desain
diperlukan untuk mengetahui kepastian pemilik lahan, tata letak
desain jalan usaha tani, saluran irigasi baik primer maupun
sekunder dan saluran cacing.
Strategi
Strategi yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi ke 3 (tiga)
permasalahan pada program optimalisasi lahan peningkatan sistem
pengelolaan kegiatan optimalisasi lahan.
Manfaat (Benefit) program
Manfaat terlaksananya sistem usahatani pertanian yang baik dan
benar. Dengan adanya dana optimalisasi lahan dapat meningkatkan
produksi guna mencegah kerawanan pangan daerah, meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani serta meingkatkan luas tanam.
Dampak program
xci
Dampak yang terjadi dari program optimalisasi lahan adalah
terwujudnya peningkatan luas areal tanam seluas 340 hektar
meningkatan produksi padi guna mengurangi daerah rawan pangan
dan meningkatkan ketahanan pangan daerah.
e. Program Unit Pengolahan Pupuk Organik
Produksi tanaman pangan dapat ditingkatkan dengan
pemupukan. Pemupukan tanaman dikalangan petani dapat
menggunakan pupuk kimia dan pupuk organik. Produksi tanaman
pangan khususnya padi di Kabupaten Merauke terus dipacu
peningkatannya guna mewujudkan kemandirian pangan dan
peningkatan pendapatan petani, hal ini terkait dengan jumlah penduduk
yang terus bertambah. Penggunaan lahan sawah secara intensif dan
terus menerus mengakibatkan terjadinya penurunan kesuburan tanah
dan sifat fisik dan kimia tanah. Untuk memperoleh produksi yang tinggi
pengolahan lahan selalu mengunakan pupuk anorganik tanpa
penambahan bahan organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau
hewan yang telah memelalui rekayasa (Sasongko, 2010). Program
pengolahan pupuk organik di Kabupaten Merauke dilaksanakan
xcii
tersebar di 4 (empat) Distrik yaitu pada Distrik Merauke, Distrik Tanah
Miring, Distrik Kurik, dan Distrik Semangga. Tujuan disusunnya
program ini yaitu untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia yang
harganya relatif lebih mahal dibandingkan pupuk kimia, serta
pengolahan pupuk organik bersifat ramah lingkungan dan membuka
lapangan pekerjaan baru di Kampung sasaran.
Pada Tahun 2010 Distrik Semangga mendapat sasaran program
Unit Pengolahan Pupuk Organik sebanyak 3 (tiga) unit yang tersebar
pada 3 (tiga) kampung yaitu Kampung Sidomulyo, Semangga Jaya dan
Marga mulya dengan jumlah kelompok 3 (tiga) unit, alokasi dana untuk
setiap pembangunan unit pengelolaan pupuk organik adalah Rp.
100.000.000,-/unit,dana dimaksud digunakan untuk Pembangunan
rumah kompos dilaksanakan oleh kelompok penerima program Unit
Pengolahan Pupuk Organik
Distrik Semangga merupakan salah satu sentra produksi tanaman
pangan dan hortikultura yang terbagi menjadi 10 Kampung. Unit
Pengolahan Pupuk Organik yang dibangun di daerah ini adalah
Kampung yang dapat menghasilkan hasil pertanian yang baik yang
didukung sarana dan prasarana yang cukup memadai dibandingkan
kampung lainnya yaitu limbah pertanian yang dapat dijadikan bahan
utama pembuatan pupuk organik. Kampung yang mendapatkan
program Unit Pengolahan Pupuk Organik adalah 3 (tiga) Kampung
yaitu Kampung Sidomulyo, Semangga Jaya dan Marga Mulya. Data
xciii
Pelaksanaan Program Unit Pengolahan Pupuk Organik ditunjukkan
pada Tabel Berikut :
Tabel 18. Pelaksanaan program Unit Pengolahan Pupuk Organik Tahun 2010.
No. Nama Kampung Vol Satuan Kelompok
Tani
1 Sidomulyo 1 unit Srigati
2 Semangga Jaya 1 unit Setia Tani
3 Marga Mulya 1 Unit Bina Tani
Sumber : Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura, Laporan Tahun (2010)
Masukan (Input) program
Masukan dalam melaksanakan kegiatan Unit Pengolahan Pupuk
Organik, beberapa hal pokok yang merupakan masukan (input) antara
lain :
Penyediaan anggaran pelaksanaan pembangunan Unit Pengolahan
Pupuk Organik di Distrik Semangga yang bersumber dari dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2010 yaitu
sebesar Rp. 100.000.000,-/unit.
Pendampingan dalam pengolahan pupuk organik oleh Tim Teknis
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Merauke
sebanyak 3 (tiga) orang dengan rincian pendamping Kelompok tani
Sri gati 1 (satu ) orang,kelompok tani setia tani 1 (satu) orang dan
kelompok tani Bina Tani 1 (satu ) Orang
xciv
Keluaran (Output) program
Keluaran dari Kegiatan Pembangunan Unit Pengolahann Pupuk
Organik ini adalah memberikan wadah atau solusi bagi petani sebanyak
60 orang dari kelompok tani Srigati,Setia Tani dan Bina Tani dalam
pemanfaat limbah pertanian tumbuhan atau hewan untuk diolah
menjadi pupuk organik.
Hasil (Outcome) program
Hasil yang didapat dalam kegiatan ini adalah:
Petani dapat membuat pupuk organik dengan memanfaatkan
limbah pertanian sebanyak 60 orang.
Meningkatnya produksi dan produktifitas pada komoditas padi
sebesar 1 % per hektatar.
Membuka lapangan pekerjaan di lokasi sekitar dampak program
sebanyak 9 orang.
Permasalahan program
Permasalahan Program Unit Pengelahan Pupuk Organik sebagai
berikut:
Terbatasnya sarana pendukung Unit Pengolahan Pupuk Organik
yakni ternak dan peralatan lainnya.
Terbatasnya pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk organik.
Informasi ini diperoleh dari hasil wawancara dengan petani peserta
program Unit Pengolahan Pupuk Organik.
Petani kurang berminat menggunakan pupuk organik.
xcv
Strategi
Strategi yang dapat dilaksanakan dalam mengatasi permasalahan
pada program Unit Pengolahan Pupuk Organik peningkatan kapasitas
petani dalam pembuatan pupuk organik.
Manfaat (Benefit) program
Manfaat terlaksananya penerapan-penerapan teknologi
pengolahan pupuk organik, setiap musim tanam petani di kabupaten
merauke mengalami kekurangan pupuk kimia yang disebabkan faktor
transportasi,produsen pupuk kimia berada di pulau jawa dengan
adanya program pengolahan pupuk organik dapat mengatasi
kukurangan pupuk kimia , meningkatnya pengetahuan petani tentang
pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik, meningkatnya
pendapatan dan kesejahteraan petani.
Dampak program
Dampak yang terjadi dari pelaksanaan pembangunan Unit
Pengolahan Pupuk Organik di kampung sido Mulyo,Semangga Jaya
dan Marga Mulya dapat menghasilkan produk pertanian yang ramah
lingkungan dan aman untuk dikonsumsi.
2. Pelaksanaan program-program Pembangunan di distrik Malind
a. Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU)
xcvi
Program Bantuan Langsung Benih Unggul merupakan program
dari pemerintah pusat yang diberikan kepada petani untuk mendukung
kegiatan sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT)
besarnya benih yang diberikan sebanyak 25 kg perhektar, pola
penyaluran benih melalui PSO( Public Service Obligaion).
Dari hasil penelusuran data dan wawancara, sasaran dari
Program BLBU yang dilaksanakan oleh Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Merauke adalah meningkatkan produktifitas,
produksi dan pendapatan serta kesejahteraan petani melalui
pengembangan Padi Non Hibrida seluas 1.831 ha yang tersebar di
Distrik Malind pada 7 (tujuh) kampung yaitu Kampung Onggari
,Kaiburse, Domande, Kumbe, Rawasari, Padang Raharja dan Suka
Maju yang terdiri dari 42 kelompok dengan jumlah anggota 832 petani.
Input program
Target program benih sebanyak 42.775 kg dengan jumlah petani
sebanyak 832 orang dengan sasaran luas tanam 1.831 ha.
Penyediaan anggaran pelaksanaan kegiatan Bantuan Benih
Langsung Unggul (BLBU) yang bersumber dari dana Tugas
Pembantuan (APBN) sebesar Rp. 213.875.000,- yang tersebar di 7
(tujuh) kampung yaitu Kampung Onngari ,Kaiburse, Domande,
Kumbe, Rawasari, Padang Raharja dan Suka maju yang terdiri dari
42 kelompok dengan jumlah anggota 832 petani
Keluaran(Output) program
xcvii
Keluaran dari kegiatan pelaksanaan bantuan langsung benih
penanaman padi 1.831 ha. yang tersebar di 7 (tujuh) kampung yaitu
Kampung Onggari ,Kaiburse, Domande, Kumbe, Rawasari, Padang
Raharja dan Suka maju yang terdiri dari 42 kelompok dengan
jumlah anggota 832 petani pada distrik Malind.
Hasil( Outcome) program
Hasil dalam pelaksanaan program bantuan BLBU
Meningkatkan produksi dan produktifitas padi di 7 (tujuh) kampung
yaitu Kampung Onngari ,Kaiburse, Domande, Kumbe, Rawasari,
Padang Raharja dan Suka maju yang terdiri dari 42 kelompok
dengan jumlah anggota 832 petani pada distrik Malind.
Tersalurnya BLBU padi Non Hibrida sebanyak 42.775 kg di 7
(tujuh) kampung yaitu Kampung Onngari ,Kaiburse, Domande,
Kumbe, Rawasari, Padang Raharja dan Suka maju yang terdiri dari
42 kelompok dengan jumlah anggota 832 petani pada distrik
Malind.
Permasalahan program
Permasalahan yang dihadapi di lapangan dalam pelaksanaan
program bantuan langsung benih unggul sebagai berikut:
daya tumbuh benih yang rendah dibawah 50%, benih yang dapat
disalurkan melalui program BLBU dengan daya tumbuh diatas 80%
untuk mencapai sasaran luas tanam 1.831 ha petani menggunakan
benih sendiri sebanyak 29.550 kg informasi ini diperoleh dari hasil
xcviii
wawancara dengan ketua kelompok dan sekretaris kelompok dari
masing-masing kelompok penerima program.
penanganan benih sentralistis, pemerintah daerah dalam ini Dinas
Tanaman Pangantidak mempunyai wewenang untuk menangani
benih informasi ini diperoleh dari Pejabat Pembuat Komitmen
Program ( PPK ) BLBU dan SLPTT.
Varietas yang di salurkan melalui BLBU tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan petani informasi ini diperoleh dari hasil wawancara
dengan ketua kelompok dan sekretaris kelompok dari masing-
masing kelompok penerima program.
Ketidak siapan PSO(mitra kerja), PSO yang telah ditunjuk untuk
menyalurkan BLBU tidak mampu menyediakan benih dengan
kriteria : jenis varietas Inpari,Cigeules dan Cimelati,daya tumbuh
diatas 80 % dan varietas tidak tercampur. informasi ini diperoleh
dari Pejabat Pembuat Komitmen Program ( PPK ) BLBU dan
SLPTT
Penyaluran benih tidak tepat waktu dengan jadwal tanam informasi
ini diperoleh dari hasil wawancara dengan PPL.
Strategi
Strategi yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan ke 4
(empat ) masalah pada program Bantuan Langsung Benih Unggul
sistem pengelolaan bantuan benih unggul.
b. Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).
xcix
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu adalah pusat
belajar pengabilan keputusan para petani atau kelompok tani, sekaligus
tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan
manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan
lainnya.
Penggunaan lahan sawah secara intensif dan terus menerus
mengakibatkan terjadinya penurunan kesuburan tanah dan sifat fisik
dan kimia tanah. Untuk memperoleh produksi yang tinggi pengolahan
lahan selalu mengunakan pupuk anorganik tanpa penambahan bahan
organik.
Produksi tanaman pangan khususnya padi di Kabupaten Merauke
terus dipacu peningkatannya guna mewujudkan kemandirian pangan
dan peningkatan pendapatan petani. Hal ini terkait dengan jumlah
penduduk yang terus bertambah, sebagian besar masyarakat
pedesaan menggantungkan ekonominya pada usaha tani padi dan
tersediaanya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan.
Disisi lain, upaya peningkatan produksi padi dihadapkan pada
berbagai kendala diantaranya penurunan produktifitas lahan pada
sebagian besar areal pertanaman, hama dan penyakit tanaman yang
terus berkembang dan tingkat kehilangan hasil pada saat dan setelah
panen yang masih tinggi merupakan masalah yang perlu dipecahkan.
c
Untuk itu upaya peningkatan produksi padi dikaitkan dengan
efisiensi, daya saing produksi dan kelestarian lingkungan melalui
pendekatan penerapan teknologi. Guna menunjang upaya tersebut,
para petani perlu di dorong untuk menigkatkan produkstifitas, yang
pelaksanaannya perlu dilaksanakan secara terencana dan
berkelanjutan melalui peningkatan mutu intensifikasi dengan
menerapkan rekayasa teknologi, sosial ekonomi yang efisien dan
spesifik lokasi.
Distrik Malind yang merupakan salah satu sentra produksi padi
yang terbagi menjadi 7 (tujuh) Kampung. Kampung yang menjadi
sasaran program SLPTT 3 (tiga) tahun terakhir adalah Kampung
Onggari, Kaiborse, Domande, Kumbe,Rawasari,Padang Raharja dan
Suka Maju.
Masukan (Input) program
Masukan dalam melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) , beberapa hal pokok yang
merupakan masukan (input) antara lain :
Penyediaan anggaran Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SLPTT) yang bersumber dari dana Tugas Pembantuan
(APBN) sebesar Rp. 213.875.000,- yang tersebar di 7 tujuh)
kampung Onngari ,Kaiburse, Domande, Kumbe, Rawasari, Padang
Raharja dan Suka maju yang terdiri dari 42 kelompok dengan
jumlah anggota 832 petani.
ci
Bantuan pembelian pupuk kepada petani sebanyak 73 orang
dengan luas lahan 73 ha. pelaksana SLPTT khusus di areal
Laboratorium Lapangan (LL) 1 (satu) ha, yang terdiri dari pupuk
Urea 100 kg per hektar, NPK 300 kg per hektar, dan Pupuk Organik
500 kg per hektar.
Pendampingan SLPTT, oleh PPL, PHP, BPTP, dan Tim Teknis
Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura kabupaten Merauke yang
memfasilitasi Pelaksanaan Pertemuan Sekolah lapang (SL)
sebanyak 8 (delapan) kali dalam satu musim tanam. Jumlah
pendamping sebagai berikut: penyuluh pertanian lapangan (PPL) 1
(satu) orang, pengamat hama penyakit (PHP) 1 (satu) orang, balai
pengkajian tanaman pangan (BPTP) 1(satu) orang, pengawas
benih 1 (satu) orang, dan tim teknis dari Dinas Tanaman Pangan 1
(satu) orang pendampingan SLPTT dapat dilihat pada tabel 19
berikut :
Tabel 19. Pendamping SLPTT pada kampung penerima program SLPTT di Distrik Malind
No Materi Pendamping/
fasilitator
1 Persiapan lahan PPL
2 Pengolahan tanah PPL
3 Penyemaian bibit Tim tehnis
4 Penanaman Tim tehnis
5 Pemupukan BPTP
cii
6 Pengendalian OPT Tim tehnis
7 Panen BPT
8 Pasca panen Tim tehnis
Target pertemuan 8 (delapan) kali.
Keluaran (Output) program
Keluaran dari Kegiatan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SLPTT) ini adalah terlaksanakannya Sekolah
Lapang (SL) di areal seluas 1.831 ha yang tersebar di 7 (tujuh)
kampung di Distrik Malind.
Hasil (Outcome) program
Hasil yang didapat dalam kegiatan ini adalah
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam
menerapkan informasi teknologi baru yang spesifik lokasi.
Meningkatkan produksi dan produktifitas di Distrik Malind
peningkatan produktifitas dapat dilihat pada tabel 20., sebagai
berikut :
Tabel 20. Produktifiitas sesudah dan Sebelum Program SLPTT di Distrik Malind
No. Kampung Tahun Produktivitas sesudah (Kw/Ha)
Produktivitas Sebelumnya
(Kw/Ha) SL LL
1. Onggari 2010 30,00 31,50 28,00
2. Kaiburse 2010 30,00 31,50 28,00 3. Domande 2010 30,00 31,50 28,00
ciii
4. Kumbe 2010 30,00 30,50 29,00 5. Rawasari 2010 37,00 38,00 36,50 6. Padang Raharja 2010 37,00 38,00 36,50 7. Suka maju 2010 38,00 39,50 36,50
Sumber : Dinar Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2010
Permasalahan program
Dalam pelaksanaan progran Sekolah lapangan pengelolaan
tanaman terpadu :
Tingkat kehadiran petani rendah dan jadwal sekolah lapangan
bertepatan dengan musim tanam petani memilih lebih baik bekerja
di lahan sendiri informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan
PPL.
Penguasaan materi oleh pendamping SLPTT terbatas.
Ke anggotaan kelompok tani yang ada berdasarkan domisili tempat
tinggal bukan bedasarkan hamparan lahan informasi diperoleh dari
hasil wawancara dengan PPL.
Strategi
Strategi yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi pengetahuan
pendamping terbatas pada program Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SLPTT) peningkatan kapasitas pendamping SLPTT
Manfaat (Benefit) program
Manfaat terlaksananya penerapan-penerapan teknologi spesifik
lokasi, mengatasi kerawanan pangan daerah, meningkatkan partisipasi
petani dalam sistem usahatani, meningkatkan pendapatan dan
civ
kesejahteraan patani. Data hasil pelaksanaan program SLPTT dan
BLBU ditunjukkan pada Tabel 21., sebagai berikut :
Tabel 21. Luas Areal Tanam, Realisasi Tanam, dan Realisisi Panen Program SLPTT di Distrik Malind
No.
Kampung Tahun Luas Areal (Ha)
Realisasi Tanam(Ha)
Realisasi Panen (Ha)
1 Onggari 2010 100 80 75
2 Kaiburse 2010 60 60 60 3 Domande 2010 100 100 98 4 Kumbe 2010 50 50 49 5 Rawasari 2010 576 576 576 6 Padang raharja 2010 445 445 442
7 Suka Maju 2010 500 500 498 Sumber : Dinar Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2010
Tabel 21. Menunjukan bahwa pelaksanaan program SLPTT yang
dilaksanakan di Distrik Malind pada 7 ( tujuh ) Kampung sasaran yaitu
di Kampung Onggari, Kaiburse, Domande, Kumbe,Rawasari, Padang
Raharja dan Sukamaju target tanam 1.831 ha sedangkan realisai
tanam 1.831 ha dan realisasi panen 1808 ha. Sedangkan realisasi
panen yang bisa dilaksanakan setelah program SLPTT yang
mempunyai target tanam 100% dan panen 100% adalah kampung
Rawasai.luas areal panen adalah Kampung Rawasasi.
Kampung Onggari, Kaiburse dan Domande adalah kampung di
domisili oleh masyarakat lokal atau Putra Asli Papua. Kampung ini pada
umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, pemburu dan
cv
peramu. Pemerintah daerah melalui instansi terkait yaitu melalui Dinas
Tanaman Pangandan Hortikultura menjadikan kampung ini sebagai
sasaran program karena bertujuan untuk mengubah pola hidup dan
pola pikir guna menigkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Pendampingan masyarakat lokal yang dilakukan lebih intensif
dibandingkan masyarakat yang tinggal di kampunng transmigrasi
karena pada dasarnya masyarakat yang tinggal di daerah transmigrasi
bermata pencarian sebagai petani padi dan sebagai sumber
pendapatan dalam keluarga.
Dampak yang terjadi dari pelaksanaan Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu di Distrik Malind
adalah terwujudnya peningkatan pengetahuan (penggunanan benih
unggul, menggunaan jarak tanam yang tepat, teknik pemberantasan
Organisme hama dan penyakit tanaman, penggunaan pupuk
berimbang, peningkatan penanganan pasca panen hasil pertanian)
dan ketrampilan petani 832 petani dalam upaya peningkatan produksi
dan produktifitas padi dalam penyediaan kecukupan pangan daerah
maupun regional.
Tabel 22. Produktivitas sesudah dan Sebelum Program SLPTT di Distrik Malind
No. Kampung Tahun Produktivitas sesudah (Kw/ha)
Produktivitas Sebelumnya
(Kw/ha) SL LL
1. Onggari 2010 30,00 31,50 28,00
2. Kaiburse 2010 30,00 31,50 28,00 3. Domande 2010 30,00 31,50 28,00 4. Kumbe 2010 30,00 30,50 29,00
cvi
5. Rawasari 2010 37,00 38,00 36,50 6. Padang
Raharja 2010 37,00 38,00 36,50
7. Suka maju 2010 38,00 39,50 36,50
Sumber : Dinar Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2010
Data yang ditunjukkan pada Tabel 22, memperlihatkan
bahwa produktifitas padi setelah program SLPTT mengalami
peningkatan yang sangat baik. Pada 7 (tujuh) kampung dampak
program yang mempunyai tingkat produktifitas paling tinggi setelah
program adalah Kampung Suka Maju yaitu sebasar 38,00 Kw/ha.
C. Analisis Perbandingan Lima Program Program Andalan Pembangunan Pertanian di Distrik Semangga dan Distrik Malind
Kabupaten Merauke
Pelaksanaan program pembangunan pertanian di Distrik
Semangga dititik beratkan pada 5 (lima) program andalan yaitu
Program Bantuan Langsung Benih Unggul, Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu, Bantuan Alat mesin Pertanian,
Optimalisasi Lahan dan Unit Pengolahan Pupuk Organik sedangkan
pada Distrik Malind propgram yang dilaksanakan Bantuan langsung
benih unggul (BLBU) dan sekolah lapangan pengelolaan tanaman
terpadu (SLPTT). Program dimaksud bertujuan untuk peningkatan
produksi dan produktifitas tanaman pangan di Kabupaten Merauke
Analisis 5 (lima) program andalan pembangunan pertanian
yang dilaksanakan di Distrik Semangga dalam hal ini melalui Dinas
cvii
Tanaman Pangandan Hortikultura secara keseluruhan dapat di lihat
pada Tabel 23 Sebagai berikut :
Tabel 23. Analisis Program Andalan Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura di Distrik Semangga
Sasaran Program
Indikator BLBU SLPTT Alsintan Optal PPO
Input Penyediaan anggaran pelaksanaan yang bersumber dari APBN.
Bantuan benih unggul 59.100 Kg Non Hibrida dengan lausan lahan 2364 ha.
Pendampingan program oleh Tim teknik Dinas.
Penyediaan anggaran pelaksanaan yang bersumber dari APBN.
Bantuan dana pembelian pupuk yang bersal dara program Optal.
Pendampingan program oleh Tim teknik Dinas.
Bantuan dana kepemilikan alat dan mesin pertanian berjumlah Rp. 27.000.000,-/unit.
Penyediaan anggaran yang berasal dari APBN, adalah Rp. 4.000.000,-/Ha seluas 340 ha.
Menyediakan anggaran pelaksanaan pembangunan unit pngolahan pupuk organik yang bersumber dari dana APBN sebesar Rp. 100.000.000,-/unit.
Penydiaan sarana dan prasarana
Pendampingan dalam pengolahan pupuk organik oleh Tim Teknik Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura
Output Tersalurnya
bantuan benih
padi sebanyak
59.100 kg
Terlaksanan
nya Sekolah
Lapang di
areal seluas
2.364 ha
untuk padi
Non Hibrida
Meningkat
nya
kepelikan
dan
penguasaa
n alsintan
Meningkat
nya
pemanfaat
an lahan
pertanian
sebagai
pertanian
Menbesikan
wadah dan solusi
bagi petani dalam
pemanfaatan
limbah pertanian
tumbuhan dan
hewan untuk
diolah menjadi
pupuk organik
Out
come
Meningkatkan produksi danproduktifitas padi
Meningkatnya pengetahuan dan ketrampila
Meningkatnya indek prestasi (IP)
Bertambahnya luas tanam.
Meningkatnya total
Petani dapat membuat pupuk organik dengan memanfaatkan limbah
cviii
Sasaran Program
Indikator BLBU SLPTT Alsintan Optal PPO
n petani dalam menerapkan informasi teknologi baru yang spesifik lokasi.
Meningkatnya produksi dan produktifitas padi
Meningkatkan luas areal tanam.
produksi dan menurunkan angga pengganguran
pertanian. Meningkatnya
produksi dan produktifitas tanaman pangan dan hortikultura.
Membuka lapangan pekerjaan
Benefit Menigkatnya produktifitas padi
Terlaksananya penerapan benih unggul yang benar, penggunaan pupuk tepat guna dan tepat waktu, penggunaan dosis pertisida yg tepat, peningkatnya pengetahuan pasca panen
Penguasaa
n
penggunaa
n mesin
pengolaha
n tanah
(Hand
traktor
sebanyak
26 unit dan
Power
threser 16
buah di
petani
selama
program),
meningkat
nya
pastisipasi
petani,
meningkat
kan
pendapatn
dan
kesejahter
aan
Meningkat
kan
pendapata
n dan
ksejahtera
an petani
serta
maningkat
nya luas
tanam.
Terlaksananya
penerapan
teknologi
pengolahan pupuk
organik,
mengatasi
kekurangan
pupuk,
meningkatnya
pengetahuan
petani tentang
pengolahan
limbahn pertanian
menjadi pupuk
organik,
meningkatnya
pendapatan dan
kesejahteraan
petani.
cix
Sasaran Program
Indikator BLBU SLPTT Alsintan Optal PPO
Dampak Peningkatan
produksi dan
produksitifitas
padi dalam
penyediaan
kecukupan
pangan daerah.
Terwujudny
a
peningkatan
pengetahua
n dan
ketrampilan
petani
dalam
upaya
peningkatan
produksi
dan
produksitifita
s padi
dalam
penyediaan
kecukupan
pangan
daerah.
Meningkat
nya
pengetahu
an dan
ketrampila
n petani
daam
mengguna
kan dan
menerapak
n alat
danmesin
pertanian
Terwujudn
ya
penambah
an luas
areal
tanam
guna
menyediya
kan
kecukupan
pangan
daerah
maupun
regional.
Menghasilkan produk pertanian yang ramah lingkungan dan dan aman untuk dikonsumsi.
Dari data Tabel.23 pelaksanaan program pembangunan di bidang
pertanian terutama program andalan yang dilaksanakan di Dinas
Tanaman Pangandan Hortikultura Kabupaten Merauke yaitu program
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Bantuan Alat dan Mesin
Pertanian, dan Pengolahan Unit Pupuk Organik sistem pemanfaatan
program Top Down sedangkan Optimalisasi Lahan di laksanakan
sesuai dengan kebutuhan petani karena sistem pemanfaatan program
Buttom Up.
cx
Sistem pemanfaatan program Top Down, adalah sistem
dimana pelaksanaan program disusun oleh Instansi dan langsung
disalurkan kepada petani sasaran sesuai dengan program yang ada.
D. Pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian Di Distrik Semangga dan Distrik Malind.
Pelaksanaan program andalan di Distrik Semangga 3 (tiga )
tahun terakir yaitu : 1. Bantuan Langsung Benih Unngul (BLBU), 2.
Sekolah Lapangan pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), 3.
Bantuan Alat Mesin Pertanian, 4. Optimalisasi lahan dan 6. Unit
Pengolahan Pupuk Organik. Sedangkan untuk Disrtik Malind program
yang dilaksanakan yaitu Bantuan Langsung Benih Unggul dan Sekolah
Lapangan pengelolaan Tanaman Terpadu untuk lebih jelas
pelaksanaan program di Distrik Malind dan Distrik Semangga dapat di
lihat pada tabel
cxi
cxii
E. Strategi perbaikan Program - Program Pembangunan Pertanian.
1. Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU)
Perbaikan sistem pengelolaan benih unggul, yang pelaksanaannya
dapat di koordinir oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan Kabupaten
Merauke dan dimanfaatkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SLPTT).
Peningkatan kapasitas pendamping SLPTT yang pelaksanaannya
dapat dikoordinir oleh Bidang Sumber Daya Manusia Dinas
Tanaman Pangan Kabupaten Merauke.
Peningkatan sistem pengelolaan Program SLPTT yang
pelaksanaanya dapat dikoordinir Kepala Dinas Tanaman Pangan
Kabupaten Merauke dan dimanfaatkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK).
3. Program Bantuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan)
Peningkatan kapasitas petani, operator dan mekanik yang
pelaksanaanya dapat dikoordinir oleh Bidang Sumber Daya
Manusia Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke.
Kajian optimalisasi bantuan alat mesin pertanian yang
pelaksanaanya dapat dikoordinir oleh Kepala Dinas Tanaman
PanganKabupaten Merauke.
4. Program Optimalisasi Lahan (OPTAL)
cxiii
Peningkatan sistem pengelolaan kegiatan optimalisasi lahan yang
pelaksanaanya dapat dikoordinir oleh Kepala Dinas Tanaman
Pangan Kabupaten Merauke dan dimanfaatkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
5. Program Unit Pengolahan Pupuk Organik
Peningkatan kapasitas petani dalam pembuatan pupuk organik yang
pelaksanaanya dapat dikoordinir oleh Bidang Sumber Daya Manusia
Dinas Tanaman PanganKabupaten Merauke untuk Petani pembuat
pupuk organik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
cxiv
1. Pelaksanaan kelima program andalan telah berjalan dengan baik
dan mencapai dampak kususnya di Distrik Semangga, walaupun
demikian beberapa permasalahan dijumpai selama implementasi
program. Permasalahan tersebut antara lain kualitas benih yang
rendah untuk program BLBU, kapasitas SDM pendamping terbatas
untuk program SLPTT dan Unit Pengolahan Pupuk Organik, cakupan
bantuan alsintan yang rasio perbandingan masih rendah dan jadwal
pelaksanaan optal tidak tepat waktu.
2. Strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas
implementasi program adalah : 1. Perbaikan Pengelolaan sistem
bantuan benih unggul, 2. Peningkatan Kapasitas SDM Program
SLPTT dan Unit Pengolahan Pupuk Organik 3. Kajian optimalisasi
jenis bantuan alsintan dan 4. Peningkatan pengelolaan kegiatan
Optimalisasi lahan.
B. Saran
Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke harus memiliki
sistem yang mampu mengevaluasi sistem perencanaan sampai
cxv
dengan implementasi program andalan yang ada di Kabupaten
Merauke.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2000. Pedoman Sekolah Lapangan Tanam Terpadu. Depertemen pertanian jakarta. Jakarta
cxvi
Adisasmita R. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Ali, Moh. 1997. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Tarsito. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosdur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke 8, Rineka Cipta. Yogyakarta.
Biro Pusat Statistik. 2008. Statistik Sosial Kabupaten Merauke. Biro Pusat Statistik Kabupaten Merauke. Papua
Daldjoli, N. 1977. Penduduk, Lingkungan dan Masa Depan. Penerbit Alumni, Bandung.
Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura. 2008. Laporan Tahunan Pertanian. Dinas Tanaman Pangandan Hortikultura Kabupaten Merauke. Papua.
Handari, Nuwawi dan Hartini Handari. 1995. Ilmu Administrasi. Galia Indonesia.
Nazir, Moh. 1988. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Alfabeta.
Bandung. Soehardjo A. dan Dahlan Patong. 1982. Sendi-sendi Usahatani.
Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soejadmoko, 1984. Etik dalam Perumusan Strategi Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.’dalam A. Kristyanto, ed. Metodologi Penelitian Pedesaan: Koreksi dan Pembenaran. Rajawali Press. Jakarta.
Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani. UI-Press. Jakarta. Sigoyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. ALFABETA. Bandung. Wahab, SA. 1990. Pengantar Analisis Kebijakan Negaya. Rineka Cipta,
Jakarta.
cxvii
Saran perbaikan dosen pembimbaing dan panguji
1. Dr. Penulisan, Streegi dibuat operasinal,kapan, dimana, oleh
siapa untuk siapa?
2. Prof . Dr. Ir. Budimawan dibuat pendamping distrik lain?
3. Prof. D. Budimawan di kesimpulan dibuat formulasi kegiatan yang
lebih abstra
4. Dr.Junaedi Muhidong analisis data, metode pengumpulan data,
pembahasan kesimpulan dan saran
cxviii
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Proggram andalan Pembangunan Pertanian.
Judul Penelitian:
Strategi Pengembangan Program Pertanian Tanaman Pangan di
Kecamatan Semangga, Kabupaten Merauke
IDENTITAS RESPONDEN PETANI:
Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
Nama :
umur :
pendidikan :
A. Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU)
1. Apakah bapak/ibu mendapat bantuan benih padi unggul dari Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura?
Ya/tidak...................................................................................................
2. Benih padi yang bapak/ibu terima selama ini varietas apa
saja?.........................................................................................................
3. Apakah setiap tahunnya bagap/ibu sellu mendapatkan bantuan benih
dari
Dinas?......................................................................................................
4. Apakah bapak/ibu seneng dengan adanya batuan benih dari Dinas?
Ya/tidak,
mengapa..................................................................................................
5. Apa manfaat yang bapak/ibu rasakan setelah menggunakan benih
unggul?....................................................................................................
...........
6. Apakah benih padi yang bapak ibu terima mempunyai tingkat
produksi tinggi, tahan hama dan penyakit
tanaman?................................................................................................
cxix
7. Apakah pertumbuhan padi yang bapak/ibu tanam pertumbuhannya
baik
(seragam)?...............................................................................................
.................................................................................................................
..............................................
8. Apakah setelah menggunakan benih padi unggul produksi dan
produktifias tanaman padi bapak/ibu
meningkat?..........................................................................................
B. Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
1. Apakah bapak/ibu setiap tahunnya mengikuti kegiatan SLPTT?
Ya/tidak...................................................................................................
........................
2. Apakah bapak/ibu senang dengan dengan program kegiatan SL- PTT?
ya/tidak,
mengapa.?...............................................................................................
......................
3. Apakah penyuluh dan Tim teknis yang membimbing bapak/ibu
dilapangan menguasai materi yang
diberikan?...........................................................................
4. Apa yang bapak/ibu peroleh selama mengikuti kegiataSn kegiatan SL-
PTT menggangu kegiatan bapak/ibu sebagai petani di lahan
?...............
5. Apakah bapak ibu masih menginginkan program SL-PTT tetap
dilaksanakan untuk tahun-tahun berikutnya? Ya/tidak,
mengapa?..........
C. Program Bantuan Alat dan Mesin Pertanian
1. Apakah bapak/ibu mendapat program bantuan alat dan mesin pertanian
dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura? Ya/tidak.........
2. Apakah bapak /ibu senang dengan bantuan alsintan dari Dinas? Ya/tidak,
mengapa?.......................
3. Apakah alsintan yang bapak/ibu terima sesuai dengan kebutuhan
bapak/ibu saat ini? Ya/tidak, mengapa? .........................
cxx
4. Jenis alsintan apa yang bapak/ibu pernah terima dari program bantuan
alsintan dari dinas?........................
5. Apakah setiap tahunnya bapak/ibu menerima bantuan alsintan dari
dinas?.............
6. Apakah alsintan yang bapak/ibu teruma cukup membantu kegiatan
pertanian bapak/ibu saat terutama ini?...............
7. Apakah bapak ibu pernah mendapatkan bantuan alsintan lebih dari satu
jenis alsintan dalam satu tahun program?.............
8. Apakah program bantuan alsintan masih perlu dilaksanakan kembali
untuk tahun-tahun
berikutnya?...................................................................................................
.......................................................................................................................
...................................
9. Apakah sistem bantuan alsintan yang laksanakan oleh dinas sudah cukup
baik menurut bapak/ibu? Sudah/belum,
mengapa……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………..
D. Program Optimalisasi Lahan
1. Apakah bapak/ibu mendapat dana program optimalisasi lahan dari Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura?
Ya/tidak.........................................................................................................
.......................................................................................................................
...................................
2. Apakah bapak /ibu senang dengan bantuan dana optal? Ya/tidak,
mengapa?......................................................................................................
.......................................................................................................................
...........................................
3. Untuk apakah alokasi dana optal bapak/ibu pergunakan?
.......................................................................................................................
.......................
4. Apakah dengan dana optal bermanfaat untuk usahatani bapak/ibu saat
ini?.................................................................................................................
.......................................................................................................................
.........................
5. Apakah setiap tahunnya bapak/ibu menerima bantuan dana optal dari
dinas?............................................................................................................
cxxi
.......................................................................................................................
...........................................
6. Apakah dalam pemanfaatan dana optal ini, pihak instansi masih
memantau alokasi dana
tersebut?.......................................................................................................
.......................................................................................................................
..................................
7. Apakah program Optal ini sangat membantu usahatani petani di daerah
ini?.................................................................................................................
.......................................................................................................................
......................
8. Apakah program bantuan alsintan masih perlu dilaksanakan kembali
untuk tahun-tahun
berikutnya?...................................................................................................
.......................................................................................................................
...................................
9. Apakah sistem bantuan alsintan yang laksanakan oleh dinas sudah cukup
baik menurut bapak/ibu? Sudah/belum,
mengapa……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………..
E. Program Unit Pengelolaan Pupuk Organik
1. Apakah bapak/ibu mendapatkan Program Unit pengelolaan Pupuk
Organik dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura?
Ya/tidak.........................................................................................................
.......................................................................................................................
...................................
2. Apakah bapak/ibu mendapatkan manfaat dari pembangunan unit
pengelolaan pupuk ortganik di kampung bapak/ibu? Ya/tidak,
mengapa?......................................................................................................
.......................................................................................................................
...........................................
3. Apakah setelah dibangun unit pengelolaan pupuk organic bapak/ibu
diberikan bimbingan tentang pembuatan pupuk organi dari Tim teknis
Dinas ?
.......................................................................................................................
.......................
cxxii
4. Apakah program ini sudah berjalan efektif selama ini? sudah/belum,
Mengapa?......................................................................................................
.......................................................................................................................
....................................
Lampiran 2 :Rangkuman Hasil Wawancara Dengan Petani Penerima Proggram andalan.
No Item Jawaban Informan Jumlah
pendapat (orang)
cxxiii
1.
a.
b.
c.
d. f.
g.
h. i.
j.
k.
2.
a.
b.
Program BLBU Apakah Bapak Ibu mendapat bantuan benih unggul padi dari Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Merauke. Benih yang bapak ibu terima varietas apa Apakah setiap tahunnya bapak menerima benih. Apakah bapak ibu senang menerima benih dari dinas Apa manfaat setelah menggunakan benih unggul. Apakah benih yang bapak ibu terima mempunyai tingkat produksi tinggi,tahan terhadap hama penyakit. Apakah pertumbuhan padi seragam. Apakah setelah menggunakan benih unggul produksi meningkat. Berapa kg benih yang diterima untuk 1 ha. Apa varietas sesuai yang diinginkan Program SLPTT. Apakah bapak ibu setiap tahunnya mengikuti kegiatan SLPTT. Apakah Bapak senang dengan program SLPTT.
Ya saya mendapat bantuan benih unggul padi.
Benih yang saya terima varietas mekongga, IR. 64,ciliwung. Tiga Tahun berturut-turut saya menerima benih. Yang mengatakan senang Yang tidak senang. Benih unggul yang diberikan ada maanfaat . Benih yang saya terima mempunyai produksi tinggi. Pertumbuhan padi tidak seragam. Ya produksi meningkat Benih yang saya terima 25 kg/ha. Varietas yang saya terima tidak sesuai. Kadang ikut kadang tidak. Ya saya senang dengan program
82 82 82 50 70 70 82 80 82 80 40 40
cxxiv
c.
d.
e. f.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Apakah penyuluh dan tim teknis menguasai Materi SLPTT. Apa yang bapak ibu peroleh selama mengikuti kegiatan SLPTT. Apakah Kegiatan SLPTT mengganggu kegiatan Bapak Ibu sebagai petani. Apakah Bapak ibu masih menginginkan program SLPTT berjalan untuk tahun berikutnya. Program bantuan alat mesin Pertanian. Apakah bapak ibu mendapat bantauan program alsintan. Apakah bapak ibu terima sesuai dengan kebutuhan. Jenis alasintan apa yang bapak ibu terima. Apakah setiap tahunnya menerima Alsintan dari Dinas. Apakanintan alintan yang bapak terima cukup membantu kegiatan pertanian. Apakah bapak /ibu menerima alsintan lebih dari 1 (satu ) jenis. Apakah bantuan alsintan masih perlu. Apakah bantuan alsintan
SLPTT. Tidak semua pendamping menguasai Materi. Yang saya peroleh selama mengikuti SLPTT menambah pengetahuan cara olah tanah sempurna, jarak tanam,waktu tanam,tehnik pengendalian OPT dan cara panen tepat waktu. Ya mengganggu karena jadwal SLPTT bertepatan dengan kegaiatn tanam dillahan saya sendiri. Ya Ya saya menerima program bantuan alsintan. Ya saya terima sesuai dengan kebutuhan. Hand Traktor,power threser dan Pompa air. Tidak. Ya cukup membantu. Ya saya menerima lebih dari 1(satu ) jenis. Ya masih sangat perlu.
75 75 82 75 5 3 5 5 5 5 5 5
cxxv
i. j.
4.
a.
b.
c.
d.
e. f.
5.
a.
b.
c.
e.
dari dinas sudah cukup. Apakah Bapak dan Ibu tahu cara mengoperasionalkan alsintan. Kalau terjadi kerusakan siapa yang memperbaik. Program Optimalisasi Lahan. Apakah bapak ibu senang dengan bantaun Optal. Apakah ibu menerima dana program opta. Untuk apa alokasi dana optal digunakan. Apakah dana Optal bermanfaat bagi usaha tani. Apakah dinas masih memantau dana optal. Apakah program optal ini sanagat membantu usaha petani di Daerah ini. Program Unit Pengolahan Pupuk Organik. Apakah bapak ibu mendapat program Unit Pengolahan pupuk organik. Apakah ada manfaat nya unit pengolahan pupuk organik. Apakah ada bimbingan dalam pembuatan pupuk organk. Apakah unit pengolahan pupuk organik sudah berjalan efektif
Bantuan alsintan dari Dinas masih kurang. Saya belum tahu cara mengoperasional alsintan. Tidak ada mekanik dan suku cadang dilokasi. Ya saya senang dengan bantuan Optal. Ya saya menerima program optal. Digunkana untuk pembelian Saprodi,olah tanah dan tanam. Ya sangat bermanfaat Ya Dinas Masih memantau dana optal. Ya sangat membantu. Ya saya mendapat program unit pengolahan pupuk organik. Ya ada manfaatnya. Ya mendapat bimbingan tetapi terbatas.
Sudah tetapi perlu dikembangkan
5 5 10 10 10 10 8 10 3 3 2 3
cxxvi
Lampiran 3 : Rangkuman Hasil Wawancara Dengan Pengambil
Kebijakan.
cxxvii
No Item Jawaban Informan Jumlah
pendapat
(orang)
1.
2.
3..
4.
5.
Bagaimana mekanisme
penyaluran BLBU.
Apakah ada perencanaan
Program Dari Kabupaten
Apakah Setiap Tahun ada
Program
BLBU,SLPTT,Optal,Bantuan
Alsintan dan Unit
Pengolahan pupuk Organik
Bagaimana dengan
Pengelola Kegiatan apa
ada perubahan.
Bagaimana dengan
pengetahuan pendamping
SLLPTT.
Bagaimana dengan
Kesiapan PSO
Yang menanganin
penyaluaran BLBU
dari Pemerintah
Pusat
Ada perencanaan
program dari
Kabupaten
BLBU dan SLPTT
sudah tiga tahun
berturut-turut.
Ada revisi KPA
Masih kurang.
PSO tidak mampu
menyediakan benih
sesuai dengan
kreteria yang telah
ditentukan
2
2
4
3
4
2
cxxviii
Top Related