i
TESIS
INOVASI METODE PEMBELAJARAN FIQIH
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NAHDLATUL WATHAN
LEPAK SAKRA TIMUR
Oleh:
K A M A R U D I N NIM: 15.4.14.1.041
Pembimbing: Dr. H. Zaky, M,Pd.
Dr. Muhammad Thohri, M, Pd.
PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
2017
ii
TESIS
INOVASI METODE PEMBELAJARAN FIQIH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NAHDLATUL WATHAN
LEPAK SAKRA TIMUR
Oleh :
K A M A R U D I N NIM: 15.4.14.1.041
Pembimbing: Dr. H. Zaky, M,Pd
Dr. Muhammad Thohri, M, Pd
Tesis Diajukan Kepada Pascasarjana IAIN Mataram Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIMATARAM 2017
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawahini :
Nama : K A M A R U D I N
NIM : 15.4.14.1.041
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul: Inovasi Metode
Pembelajaran Fiqih Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di Madrasah
Tsanawiyah Nahdlatul Wathan Lepak Sakra Timur adalah benar asli karya saya
sendiri, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan
dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.Dan jika karya
ini terbukti plagiat, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku, termasuk pencabutan gelarak ademik.
Demikian surat pernyatan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Mataram, Desember 2017
Yang membuat pernyataan
K A M A R U D I N
iv
SURAT PENGESAHAN
Tesis berjudul :Inovasi Metode Pembelajaran Fiqih Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan Lepak Sakra Timur.
yang di tulis oleh saudara: K A M A R U D I N, NIM : 15.4.14.1.041, Program Studi
Pendidikan Agama Islam yang telah diujikan pada hari Selasa 17 Januari 2017, telah
dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam.
Mataram, Januari 2017
Direktur,
Dr. Nazar Na‟amy, M.Si
NIP. 197202012000031001
v
vi
vii
viii
ABSTRAK
Tesis: Inovasi Metode Pembelajaran Fiqih Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan Lepak Sakra Timur
Proses pembelajaran memegang peran yang sangat vital bagi keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu dilakukan inovasi pembelajaran.
Inovasi dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dimiliki atau
dilakukan oleh setiap guru. Hal tersebut mempunyai tujuan agar pembelajaran dapat
lebih hidup dan bermakna. Berbagai inovasi yang dilakukan, diharapkan dapat
membantu tercapainya tujuan pembelajaran atau mengatasi masalah yang terdapat
dalam pembelajaran.
Penelitian ini menguraikan penerapan inovasi pembelajaran Fiqih di Islamic
Yunior High School of Nahdlatul Wathan Lepak Sakra Timur dan dampaknya terhadap
prestasi belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah fokus pada: 1)
Bentuk inovasi metode pembelajaran Fiqih di Islamic Yunior High School of Nahdlatul
Wathan Lepak Sakra Timur dan, 2) Dampak Penerapan inovasi metode pembelajaran
terhadap prestasi belajar siswa Islamic Yunior High School of Nahdlatul Wathan Lepak
Sakra Timur.
Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan
untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat
penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.. Sumber data berupa data primer dan
data sekunder.Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara obseervasi, wawancara
dan dokumentas.
Penelitian ini menyimpulkan dua hal yaitu: 1) Penerapan inovasi metode
pembelajaran Fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Islamic Yunior High
School of Nahdlatul Wathan Lepak Sakra Timur dilakukan dengan dua bentuk:
Menerapkan metode pembelajaran bervariatif dan merancang metode pembelajaran
yang menghasilkan metode kontrol sebaya. 2) Penerapan inovasi pembelajaran fiqih di
Islamic Yunior High School of Nahdlatul Wathan Lepak Sakra Timur berdampak
positif terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini diindikasikan dengan inovasi metode
ix
pembelajaran dapat membaanngkitkan antusisme belajar, merangsang perhatian siswa,
serta membangun motivas siswa yang ke semua akan mengarah kepada peningkatan
hasil belajar siswa. Berdasarkan data, nilai akademik siswa meningkat signififikan
dengan inovasi metode pembelajaran.
Kata Kunci: Inovasi, Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Prestasi Belajar Siswa
x
ABSTRACT
Thesis: Innovation Learning Method Fiqih In Improving Student Achievement in
Islamic Yunior High School of Nahdlatul Wathan Lepak East Sakra
Learning proces take a vital role to succes of education, So, its very impotant
role learning process that is vital for the succes of education. Therefore, in the learning
necessary learning innovation. Innovation in learning is something that is important and
must be owned or carried by each teacher. it has a purpose of learning can be more
lively and meaningful. Various Innovstion implemented, is expected to help the
achievement of learning goals or overcame the concern expressed in learning.
This study will try to parse the application of innovation in learning Fiqh Islamic
Yunior High School of Nahdlatul Wathan Lepak Sakra East and its impact on student
achievement. The problem of this research is focused on: 1) Form an innovative method
of learning Fiqh in Islamic Yunior High School of Nahdlatul Wathan Lepak East Sakra
and, 2) Impact of adoption of innovative teaching methods on student achievement
Islamic Yunior High School of Nahdlatul Wathan Lepak East Sakra.
This type of research is qualitative descriptive approach that aims to uncover
the facts, circumstances, phenomena, variables and circumstances that occurred while
running the research and presenting what .. Source of data in the form of primary data
and data sekunder.Tehnik data collection was done by obseervasi, interviews and
dokumentas.
This study concluded two things: 1) The application of innovative methods of
learning Fiqh in student achievement Islamic Yunior High School of Nahdlatul Wathan
Lepak East Sakra done in two forms: Applying the varied learning methods and devise
methods that produce peer control method. 2) Implementation of innovations
pemnelajaran jurisprudence in Islamic Yunior High School of Nahdlatul Wathan Lepak
East Sakra positive impact on student achievement. This is indicated by an innovative
method of learning can learn membaanngkitkan enthusiasm, stimulate students'
attention, as well as building motivas to all students who will be led to improved student
xi
learning outcomes. Based on the data, the value of increased student academic
signififikan with innovative learning methods.
Keywords: Innovation, Learning, Learning Method, Student Achievement
xii
صملخ
ر قه الطريقة تع ابتك ري النظ في الطا تحصيل تحسين في ال أطروحة : سكرة الشر اأطراف المتعدد التج
ا . ا ا ، .
ء أ أ . أ أ ش
ا أ أ أ .
، أ
أ ا ر . ر
: ر . ا ) ر 1أ
، ر . أر أ أ 2 (
ا .أر ر .
ئ ر ص إ
أ ر .. ش ء أ
ا
أر ) أ 1: أ
ا أ : أ ر ش
. أ أر ) إ 2أ أ . ر
. ر أ ا إ
، ا ، . ا ئ ا أ إ ء
.أ أ ، ر إ
، إ ، أ ، ا :
xiii
Persembahan
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk mereka yang telah menjadi sumber inspirasi dan
motivasi: Ayahanda H. Tarmizi Syafii, Ibunda Hj. Nahningsih, Istri Tercinta
Nurul Hidayah, Ananda Moh. Daud Azmi Hidayat dan Ahmad Zhohari
Syakbandi. Semoga Allah memberikan umur panjang dan keberkahan hidup.
xiv
Motto :
ه ه أ ه ه ه ا أه ه ش ه ه أ أ ه
ه ه ر
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.
xv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan Tesis ini. Sholawat serta salam semoga senantias tercurah
kepada baginda Nabi Muhammad saw, para keluarga dan sahabat beliau.
Tesis yang peneliti susun ini membahas tentang“Inovasi Metode Pembelajaran
Fiqih Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah
Nahdlatul Wathan Lepak Sakra Timur” semoga tesis ini menjadi tambahan
khazanah pengetahuan dan menambah wawasan keilmuan yang sedang dipelajari.
Untuk itulah dengan segala kerendahan hati diucapkan banyak terimakasih dan
penghargaan yang tinggi kepada semua pihak, lebih khusus peneliti sampaikan terima
kasih banyak kepada :
1. Bapak Dr. Mutawali, M. Ag., sebagai Rektor di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Mataram.
2. Bapak Dr. H. Nazar Na`amy, M.Si., sebagai Direktur Program Pascasarjana.
3. Bapak Dr. H. Zaky, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing I pada penelitian Tesis, yang
telah memberi bimbingan, inspirasi, arahan, dan banyak membantu peneliti dalam
penyelesaian Tesis ini.
4. Bapak Dr. Muhammad Tohri, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II pada penyusunan
Tesis, yang telah memberikan motivasi, arahan, bimbingan, dan banyak membantu
peneliti selama penyusunan Tesis ini.
5. Bapak Kaprodi PAI, para dosen, para pengelola dan seluruh staf akademik pada
Program Pascasarjana IAIN Mataram yang telah memfasilitasi dan membantu
peneliti dalam penyelesaian Tesis ini.
6. Bapak MTs. NW Lepak, Bapak Guru Fiqih di kedua Madrasah tersebut yang telah
membantu peneliti dalam memberikan informasi dan data tentang pelaksanaan
proses pembelajaran sehingga Tesis ini dapat terselesaikan.
7. Istri tercinta, Nurul Hidayah dan putra putraku Muhammad Daud Azmi Hidayat dan
Muhammad Zuhai Sya‟bandi atas dukungan, pengorbanan dan dukungan yang tak
ternilai harganya selama peneliti mengikuti pendidikan hingga selesai.
xvi
8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu peneliti selama belajar di Program Pascasarjana IAIN Mataram.
Semoga jasa dan peran tercatat sebagai amal ibadah disisi Allah swt. Peneliti
juga menyadari, terdapat banyak kekurangan dalam Tesis ini karena keterbatasan yang
peneliti miliki. Untuk itu, kritik yang konstruktif selalu peneliti harapkan untuk
perbaikan Tesis ini.
Mataram, Desember 2016
Peneliti,
K A M A R U D I N
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii i HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... iv NOTA DINAS .............................................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................vi HALAMAN MOTTO................................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................................viii KATA PENGANTAR .................................................................................................. xi DAFTAR ISI ................................................................................................................xii PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang .......................................................................................1 B. IdentifikasiMasalah ..............................................................................6 C. RumusanMasalah..................................................................................7 D. TujuanPenelitian ...................................................................................7 E. ManfaatPenelitian .................................................................................7 F. Telaah Pustaka ..................................................................................... 8 G. SistematikaPembahasan........................................................................ 10
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) ............................................................................................11 1. Latar Belakang PAIKEM ...............................................................11 2. Definisi PAIKEM ...........................................................................12 3. Indikator Penerapan PAIKEM .......................................................16 4. Alternatif Penerapan PAIKEM ......................................................19
B. Konsep Pembelajaran ...........................................................................21 1. Pengertian Pembelajaran ...............................................................21 2. Teori – Teori Pembelajaran ...........................................................23 3. Langkah – Langkah Pembelajaran ................................................25 4. Komponen – Komponen Pembelajaran .........................................27
C. Pembelajaran Fiqih .............................................................................33 1. Pengerian Pembelajaran Fiqih ........................................................33 2. Tujuan PembelajaranFiqih ..............................................................35 3. Ruang Lingkup Pembelajarann Fiqih .............................................36
D. Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi Belajar ..................................................... 37 2. Faktor – Faktor Prestasi Belajar .............................................. 38
xviii
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ..................................................................................44 B. Lokasi Penelitian .................................................................................45 C. Kehadiran Peneliti ...............................................................................46 D. Sumber Data ........................................................................................46 E. Prosedur Pengumpulan Data ...............................................................48 F. Tehnik Analisa Data ...........................................................................49
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................51 B. Bentuk Inovasi Metode Pembelajaran Fiqih di MTs. NW
Lepak Sakra Timur .................................................................................60 C. Dampak Penerapan Inovasi Metode Pembelajaran Terhadap
Prestasi Belajar Siswa MTs. NW Lepak Sakra Timur ...........................78
BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Bentuk Pelaksanaan Inovasi Pembelajaran Fiqih
di MTs. NW Lepak Sakra Timur ......................................................... 85 B. Analisis Dampak Pelaksanaan Inovasi Metode Pembelajaran
Fiqih Teradap Presasi Belajar Siswa MTs. NW Lepak Sakra Timur ............................................................. 102
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................107 B. Saran....................................................................................................108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xix
HALAMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi: Arabic Romanization Table dengan Font Times New Arabic
b = z = f =
t = s = q =
th = sh = k =
j = s = ص l =
h = d = m =
kh = t = ر n =
d = z = h =
dh = „ = w =
r = gh = y =
Short : a =„ i = . u=”
Long : ā = ī = ū=
Dipthong : ay = aw =
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek vital dalam upaya membentuk
generasi yang profesional dan berdaya saing dalam menghadapi masa depan dengan
tantangan yang semakin komplek.1 Oleh karena itu pendidikan harus sentiasa
berbenah dari berbagai sisi untuk dapat mewujudkan sasaran yang pendidikan yang
tepat dan terarah sesuai dengan amanah undang undang.2
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Lebih lanjut Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dalam pendidikan
mengandung dua aspek, aspek pertama mengajar dan aspek kedua aspek belajar.
Sedangkan belajar berlaku sebenarnya yang terjadi pada manusia.3 Proses
pembelajaran hendaknya secara terus menerus dari sejak lahir hingga akhir hayat
melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran pengelihatan dan hati.4
1 Dalam masyarakat yang dinamis pendidikan memang sangat menentukan eksistensi dan
perkembangan masyarakat. Islam sebagai agama rahmatan lilaalamin merupakan konsekwensi bagi umatnya untuk menyiapkan generasi pelanjut yang berkualitas dan berwawasan luas, baik moralnya maupun intlektualnya serta berketerampilan dan tanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan generasi penerus tersebut adalah melalui lembaga pendidikan sekolah atau madrasa Lihat Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam , (Solo: Ramadan, 1991), 4.
2 Di dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 37 ayat (1) diterangkan bahwa: Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa dan matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan /kejuruan, dan muatan lokal.
3 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husana, 1988), 250. 4 Hal ini sudah diisyaratkan oleh Allah dalam firman Nya:
ه أ ٱ ه ه أ ه ه ه ش ا ه ه ه ٱ ٱ أ ٱ ه أ ر ه هArtinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S An-Nahl :78 )
2
Mencermati tujuan pendidikan tersebut, aspek agama menjadi prioritas dalam
tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian pendidikan agama5 telah menjadi pilar
dalam pendidikan nasional. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu
subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional dalam rangka meningkatkan kualitas
manusia Indonesia, memberi warna bagi peningkatan iman dan takwa (imtak) dalam
upaya mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini.
Keseimbangan antara kemajuan iptek dengan imtak diharapkan menghasilkan
cendekian muslim yang memiliki rasa tanggungjawab dunia dan akhirat. Kemajuan
iptek yang dilepaskan dari dimensi agama ataupun sebaliknya, berkecenderungan
pada apa yang disinyalir oleh Einstein dalam ucapannya yang termasyhur: “Science
Without Religion is Blind, Religion Without Science is Lame (ilmu tanpa agama itu
buta, sedangkan agama tanpa ilmu akan menjadi lumpuh”.6
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata pelajaran wajib untuk
semua jenjang pendidikan dalam sistem pendidikan Nasional. Materi PAI sarat
dengan konsep-konsep abstrak yang harus dipahami peserta didik, terutama untuk
mengembangkan perilaku “agamis” atau pengembangan sikap beragama dalam
kancah kehidupan bermasayarkat.
Oleh karena itu dalam pembelajaran PAI lebih menekankan keterampilan
fungsional. Artinya hasil belajar PAI harus dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam rangka penerapan ritual beragama, maupun dalam berperilaku hidup
sesuai tuntunan/ajaran agama.7
Di Madrasah dalam segala jenjangnya pembelajaran PAI diberikan dalam
beberapa bidang studi yang terpisah, tidak seperti sekolah umum yang hanya satu
bidang studi yaitu PAI, di Madrasah pembelajaran PAI lebih kaya, utuh dan
komplek. Ada beberapa bidang studi yang termasuk dalam pembelajaran PAI yaitu:
5 Pendidikan Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan menjadikan sebagai way of life. Lihat Darajad Zakiyah,. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 7
6 Ichlasul Amal, Pengembangan Pendidikan Agama Islam dan Kajian Agama di Perguruan
Tinggi, dalam Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri (ed), Dinamika Pemikiran di Perguruan Tinggi, Wacana Tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 57
7 Ishartiwi, Pengembangan Media Pendidikan Agama Islam Bagi anak Berkebutuhan Khusus,
(Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan DEPAG RI, 2009), 5.
3
Qur‟an Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.
Hal ini sangat memungkinkan siswanya memeperoleh pengetahuan yang
komprehensif.
Akan tetapi, Pembelajaran PAI dengan bidang studi yang banyak dapat
menjadi beban bagi peserta didik jika guru tidak pandai mengelola proses
pembelajaran. Komponen yang penting dalam pendidikan adalah proses
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam
proses pembelajaran terdapat kegiatan belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, bahkan saling berkaitan erat. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang dengan sadar yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya,
baik dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan baru maupun dalam bentuk sikap
dan nilai yang positif. Sedangkan mengajar adalah proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong anak didik untuk melakukan proses belajar.8
Dalam proses pembelajaran ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1)
peningkatan kualitas pembelajaran dan 2) efektifitas metode pembelajaran. Dalam
pendidikan saat ini mulai berbagai kritik karena ketidakmampuan dalam
menanggulangi berbagai karakter siswa di madrasah. Selain itu dunia pendidikan
dijadikan kambing hitam pada saat masyarakat tidak mampu meningkatkan
perubahan dalam hidup mereka.
Dalam pembelajaran Fiqih model ceramah, tanya jawab,dan pemberian tugas
tidak digunakan secara mandiri. Model ceramah biasanya sudah divariasikan dengan
tanya jawab dan dilengkapi dengan pemberian tugas. Walaupun demikian
mengunakan model ceramah masih dikedepankan ketimbang model pembelajaran
lainnya. Komunikasi yang terjadi hanya satu arah dari guru kepada peserta didik atau
siswa. Interaksi sesama siswa sangat minim baik di tingkat dasar sampai menengah
atas hampir tidak ada. Guru sebagai pusat perhatian siswa dan seolah- olah menjadi
sumber informasi tunggal.
Kenyataan ini bertambah parah bila buku referensi tidak sebanding dengan
jumlah siswa. Sehingga proses pembelajaran didominasi dengan kegiatan mencatat
8 Syaiful Bahri Djammah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 39.
4
saja. Pada akhirnya guru gagal menciptakan suasana dialogis proses belajar di
kelas.Dalam proses pembelajaran di kelas semacam itu siswa hanya berfungsi
sebagai penerima informasi materi pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga
siswa dididik tidak berperan aktip dalam pembelajaran. Informasi materi
pembelajaran yang diperoleh dari guru lebih banyak mengandalkan indra
pendengaran saja.
Dalam situasi itu indra lain yang dimiliki oleh manusia tidak dapat
dipungsikan secara optimal. Siswa akan memahami pelajaran Fiqih bukan hanya
sebagai materi hapalan saja. Padahal teori menghapal menurut Taxsonomi Bloom
adalah intlektual paling rendah. Peserta didik merasakan materi pelajaran Fiqih
sebagai beban belajar yang menjemukan bukan sebagai tantangan. Kebosanan siswa
terhadap suatu pelajaran akan berkurang untuk semangat belajar. Indikator turunnya
nilai belajar dapat diketahui dari analisis butir soal, daya serap, rata-rata nilai ulangan
harian, dan nilai tugas yang lain dari waktu kewaktu.
Pengajaran dianggap sebagai pengalihan pengetahuan dan keterampilan.
Pengalihan ilmu pengetahuan itu serta keterampilan memang penting. Akan tetapi
apabila terjadi pengalihan maka akan berhasil meneruskan proses pembelajaran
kepada siswa yang belum mengetahui dan apabila siswa tidak dapat menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari maka pengajarannya tidak mencapai sasaran apa yang
diinginkan dan harapan, sementara banyak pembelajaran yang numpang lewat dari
memori siswa, misalnya hari ini diberikan materi oleh gurunya apa lagi seminggu
kemudian dan seterusnya. Materi pembelajaran hanya untuk memenuhi waktu yang
telah disediakan dan kurikulum sudah ada.
Dari 37 siswa dalam satu rombel mungkin 12% nya yang bisa menahan
ingatan dalam memori otak siswa. Ujung ujungnya siswa yang di salahkan, diprotes
lain sebagainya dianggap siswa tidak pernah belajar, bodoh dan lain sebagainya.
Sasaran yang diinginkan dan harapan maka penting untuk menggunakan
tehnik tertentu seperi metode pembelajaran pembiasaan. Hal seperti ini akan
membawa peran penting dalam pendidikan dengan sesama siswa maupun dari guru-
gurunya menuju kearah tujuan yang diinginkan yaitu berkepribadian muslim
berahlak mulia. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran itu dipengaruhi oleh
5
banyak faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran, salah satunya adalah
metode dan kaifiat pembelajarannya.
Kesuksesan seorang pendidik dalam menyampaikan bahan ajar, banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, satu diantaranya yaitu: pemilihan langkah
pembelajaran yang tepat. Dalam langkah pembelajaran pendidikan agama Islam, ada
tiga unsur stategi yakni; strategi penataan organisasi isi pembelajaran Fiqih, strategi
menyampaikan pembelajaran Fiqih dan strategi pengelolaan pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Strategi yang digunakan, baik berupa metode, pemanfaatan
sarana dan lain lain, akan membawa efektifitas dan efesiensi kerja.9
Dari uraian ini dapat diambil pengertian bahwa untuk mewujudkan program
pelaksanaan langkah pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang
direncanakan diperlukan seseorang dapat mempengaruhi, mendorong dan
menggerakkan komponen-komponen yang ada dalam lembaga pendidikan guna
mengefektipitas pencapaian tujuan pendidikan baik dilembaga pendidikan Islam
maupun pendidikan umum. Oleh sebab itu, seorang guru dituntut untuk lebih kreatif
dalam mengembangkan konsep-konsep desain pembelajaran dan penilaiannya, serta
menguasai metode pembelajaran pendidikan sejarah Islam untuk mencapai hasil
yang sesuai dengan kemauan dan harapan.
B. Identifikasi Masalah
Selama ini kondisi riel kelemahan metode pembelajaran Fiqih disebabkan
oleh beberapa faktor:
1. Kualitas dan kuantitas (kompetensi) guru yang masih rendah.
2. Proses pembelajaran Fiqih selama ini cendrung lebih diarahkan pada pencapaian
target kurikulum.
3. Pembelajaran Fiqih bukan diarahkan pada pencapaian dan penguasaan
kompetensi, akan tetapi fokus pada asfek kognitif sehingga pembelajaran identik
dengan hapalan, ceramah dll.
9 Muhaimin, , Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), 148.
6
C. Batasan Masalah
Banyaknya metode pembelajaran yang muncul dari kajian ini, maka perlu
dibatasi bahwa fokus permasalahan dalam kajian ini pada batasan kajian yang di
teliti, lokasi penelitian dan waktu penlitian. Selain itu fokus pada permasalahan
metode pembelajaran Fiqih di MTs NW Lepak Sakra Timur.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang penulis ungkapkan
meliputi:
1. Bagaimana bentuk inovasi metode pembelajaran Fiqih di MTs NW Lepak Sakra
Timur?
2. Bagaimana dampak penerapan inovasi metode pembelajaran Fiqih terhadap
prestasi belajar siswa di MTs. NW Lepak Sakra Timur?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi bentuk inovasi metode pembelajaran Fiqih di MTs NW
Lepak Sakra Timur.
3. Bagaimana dampak penerapan inovasi metode pembelajaran Fiqih terhadap
prestasi belajar siswa di MTs. NW Lepak Sakra Timur?
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Aspek Teoritis
a. Untuk memperluas dan mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan.
b. Sebagai sumber informasi tentang kreativitas guru menggunakan media
belajar dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran Fiqih.
c. Untuk peneliti sendiri, bermanfaat menambah ilmu pengetahuan dan untuk
penelitian selanjutnya dapat dilakukan dalam skala yang lebih luas.
7
2. Secara Praktis
a. Dapat memberikan input (masukan) bagi guru Fiqih, khususnya di
Madrasah Tsanawiyah di Kecamatan Sakra Timur agar selalu
b. meningkatkan kreativitas mengajarnya dengan baik untuk membangun
motivasi belajar peserta didik sehingga peserta didik memperoleh
hasilbelajar yang tinggi.
c. Bagi peneliti sendiri berguna sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I).
G. Kajian Pustaka
Sepanjang pengetahuan peneliti, serta penelusuran pustaka yang ada, beberapa
dijumpai Skripsi, Tesis atau karya ilmiah lainnya yang membahas tentang Metode
Pembelajaran Fiqih. Oleh karena itu peneliti akan memaparkan beberapa karya
ilmiyah sebagai tinjauan pustaka untuk membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya antara lain sebagai berikut:
1. Siti Nurhamidah Jurusan pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul: “Implemenasi Stratgi
Puzzle Dalam Pembelajaran Al-Quran Hadist kelas X di Madrasah Aliyah
Negeri Sabdodadi, Bantul”.
Tesisi ini menyimpulkan bahwa: 1) Strategi Puzzle dalam pembelajaran
Al Quran Hadist di MAN Sabdodadi Bantul yang diterapkan pada semua materi
pelajaran dengan menggunakan berbagai variasi yang dikombinasikan dengan
berkelompok. 2) pembelajaran Al Qur‟an Hadist dengan menggunakan Puzzle
mampu meningkatkan hasil pembelajaran Al Qur‟an Hadist yakni ditandai
dengan semakin besarnya antusias peserta didik untuk mengikuti mata
pelajaaran Al Qur‟an Hadist.
Adapun peneliti akan terapkan menggunakan pendekatan kualitatif. Dan
perbedaannya menciptakan interaksi untuk lebih saling asah, asuh dan asih
dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa khusus pembelajaran Fiqih
ditingkat MTs dan juga peneliti lakukan akan lebih sering memberikan
pemahaman, dilingkungan MTs dan akan lebih menggairahkan siswa dalam
proses belajar, bersemangat serta berkemampuan berpikir, tidak hanya
8
mendapat dari guru, tetapi dari teman-temannya berbagai keterampilan sosial
yang akan diterapkan, agar terdorong untuk berperilaku lebih baik dengan
teman-temannya, kemudian juga perbedaannya adalah pembelajaran Fiqih
ditingkat MTs.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa penelitian ini lebih ditekankan
pada daya serap otak untuk berpikir dan berwawasan luas dan sekaligus
mengadakan banyak diskusi dan berinteraksi bersama teman-temannya agar
termotivasi untuk lebih giat untuk belajar, termasuk diberikannya penghargaan
dan hadiah.
2. Sri Sa‟adah Muniroh, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yang berjudul: “Peningkatan
Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Arab melalui Strategi Study
Group Strategy di Kelas XI-IA SMA UII Banguntapan Yogyakarta Tahun
Ajaran 2012/2013”.
Tesis ini menyimpulkan: bahwa strategi Active Learning mampu
meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Arab.
Dalam penelitian yang sudah disebutkan diatas, dapat diketahui penelitian
tersebut berbeda dengan penelitian ini.
Tesis tersebut di atas ditujukan untuk pembelajaran Bahasa Arab dan
juga menggunakan strategi Study Group. Sedangkan penelitian ini menggunakan
kualitatif dan berjudul metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
ditingkat Madrasah Tsanawiyah yang berlokasi di Lombok Timur Sakra Timur.
Dan ini diharapkan dapat menjadi pembanding dan penyempurna bagi tesis-tesis
yang serupa yang sudah diteliti sebelumnya. Sehingga dapat memperkaya
khazanah keilmuan dan juga menambah wawasan bagi para pembacanya. Dan
kemudian juga letak perbedaannya penjelasan di atas penerapan pada satu kelas
sedangkan peneliti berikutnya pada semua kelas di tingkat MTs.
9
H. Sistematika Penulisan
Tujuan sistematika penulisan tesis ini adalah untuk lebih memudahkan
memahami dan mempelajari isi tesis. Adapun sistematika penulisan tesis ini terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir. Adapun bagian
utama penulisan tesis ini terdiri atas:
Bab I Pendahuluan, menyajikan tentang: latar belakang masalah, permasalahan
penelitian (identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah),
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penelitian.
Bab II Landasan Teori. Pada bab ini membahas tentang: Teori Inovasi metode
pembelajaran, konsep pembelajaran dengan segala ruang lingkupnya
meliputi: Pengertian Pembelajaran, Teori Teori Pembelajaran, Langkah
langkah pembelajaran, komponen komponen pembelajaran. Teori tentang
Pembelajaran Fiqih meliputi: pengertian pembelajaran Fiqih, tujuan
pembelajaran fiqih dan ruang lingkup pembelajaran Fiqih. Teori Prestasi
Belajar Siswa meliputi: Pengertian prestasi belajar dan faktor faktor prestasi
belajar.
Bab III Metode Penelitian, yang berisi tentang: pendekatan dan jenis penelitian,
lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, prosedur
penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengecekan
keabsahan data. Adapun metode yang digunakan terdiri atas teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Bab IV Paparan Data dan Hasil Penelitian. Pembahasan pada bab ini meliputi
gambaran lokasi penelitian, hasil penelitian yang menjelaskan tentang:
bentuk-bentuk inovasi metode pembelajaran Fiqih di MTs. NW Lepak
Sakra Timur dan Dampak penerapan inovasi metode pembelajaran Fiqih
terhadap prestasi peserta siswa di MTs. NW Lepak Sakra Timur.
Bab V Pembahasan. Bab ini merupakan inti dari pembahasan tesis yang
menjelaskan tentang hasil penemuan di lapangan selama melakukan
penelitian. Bab ini juga merupakan analisis yang mendalam untuk
menjawab rumusan masalah sebagai fokus kajian dalam penelitian.
10
Bab VI Penutup. Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran-saran dalam
penelitian.
11
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
1. Latar Belakang PAIKEM
PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan
sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama
metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan
lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik
dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu,
PAIKEM juga memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti
tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat
mungkin digunakan untuk mengimple- mentasikan PAIKEM, ialah: 1) metode
ceramah plus, 2) metode diskusi; 3) metode demonstrasi; 4) metode role-play;
dan 5) metode simulasi.10
PAIKEM dikembangkan berdasarkan beberapa perubahan/peralihan:
a. Peralihan dari belajar perorangan (individual learning) ke belajar bersama
(cooperative learning);
b. Peralihan dari belajar dengan cara menghafal (rote learning) ke belajar untuk
memahami (learning for understanding);
c. Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge-transmitted) ke
bentuk interaktif, keterampilan proses dan pemecahan masalah;
d. Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar;
e. Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk authentic assessment
seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa.
10 Muhibban Syah, Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (Bandung:
UIN SGD, 2009). 3
12
Dasar peralihan tersebut di atas sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19, ayat (1) yang berbunyi:
“ Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi
peserta didik untuk berpar- tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
2. Definis PAIKEM
PAIKEM dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar
dengan menggunakan metode pembelajaran dan media pengajaran yang sesuai
dan disertai penataan lingkungan sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran
menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan Selain itu, PAIKEM
juga memungkinkan siswa melakukan kegiatanberagam untuk mengembangkan
karakter dalam bersikap, mengembangkanpemahaman, dan keterampilannya
sendiri secara benar dan tanggung jawab.
a. Pembelajaran aktif
Secara harfiah active, menurut Hornby, berarti: “in the habit of doing
things, energetic”. Artinya, terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan
segala daya.
Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan
keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan
moral dan spiritual.11 Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa agar
siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses
aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Siswa aktif adalah
siswa yang bekerja keras untuk mengambil tanggung jawab lebih besar
dalam proses belajarnya sendiri.12 Sedangkan lingkungan belajar aktif adalah
lingkungan belajar, dimana para siswa secara individu didukung untuk
terlibat aktif dalam proses membangun model mentalnya sendiri, dari
informasi yang telah mereka peroleh. Bonwell dan Eison memberikan
11 Jamal Ma‟mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), 66 12 Ibid, 68
13
beberapa contoh pembelajaran aktif, misalnya, pembelajaran berpasang-
pasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus, terlibat aktif dalam
kerja kelompok, atau membuat laporan singkat, dan sebagainya.13
b. Pembelajaran Inovatif
Mc Leod mengartikan inovasi sebagai: “something newly
introduced such as method or device”, berdasarkan definisi ini, segala aspek
(metode, bahan, perangkat, dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat
inovatif apabila metode dan sebagainya berbeda atau belum dilaksanakan
oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain.
Membangun pembelajaran yang inovatif dapat dilakukan dengan cara-cara
yang diantaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur
kemampuan atau daya serap setiap siswa.14
Dalam hal ini, seorang guru bertindak inovatif dalam hal:
1) Menggunakan bahan atau materi baru yang bermanfaat dan
bermartabat;
2) Menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru;
3) Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi
pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah, dan
lingkungan; dan
4) Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.15
c. Pembelajaran Kreatif
Kreatif berarti menggunakan hasil ciptaan atau kreasi baru atau
bahkan berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran kreatif
adalahkemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan
inovasi, dan hal-hal yang artistik lainnya.16 Kreatifitas adalah sebagai
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan
banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah.
13 Ibid, 75-76 14 Umi Kulsum, Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM, (Surabaya: Gena
Pratama Pustaka, 2011),. 57 15 Ibid., 159 16 Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, PAIKEM GEMBROT, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya,
2011), 3
14
Dalam hal ini seorang guru harus mampu kreatif dalam arti:17
1) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam;
2) Membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana;
3) Memanfaatkan lingkungan;
4) Mengelola kelas dan sumber belajar; dan
5) Merencanakan proses dan hasil belajar.
d. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mencapai sasaran atau
minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Disamping itu,
yang terpenting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang didapat
baik oleh siswa maupun guru. Dan untuk mengetahui keefektifan sebuah
proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan
evaluasi, tapi evaluasi disini bukan sekedar tes untuk siswa,melainkan
semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan
siswa, dan didukung oleh data catatan guru.18
e. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan perlu dipahami secara luas,
bukan berarti hanya ada lelucon, banyak bernyanyi, atau tepuk tangan yang
meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran
yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman, dan asyik.
Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, adalah:19
1) Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat
tegang, aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan
sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang tinggi;
2) Terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan;
3) Terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan;
4) Adanya situasi belajar yang menantang bagi siswa untuk berpikir jauh
ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari; dan
17 Ibid, 160 18 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL
Media Group, 2008), 48 19 Ibid, 50
15
5) Adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar
bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan
dukungan yang antusias.
3. Indikator Penerapan PAIKEM
Dalam melaksanakan PAIKEM, guru perlu memper- hatikan beberapa
hal sebagai berikut:20
a. Memahami sifat yang dimiliki siswa
Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua
anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal
dasar bagi berkembangnya sikap/pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya,
kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi
tempat yang subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu.
Suasana pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya
siswa, yang disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan agar
siswa melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang baik
untuk mengembangkan potensi siswa.
b. Memahami perkembangan kecerdasan siswa
Perkembangan kecerdasan akal/perkembangan kognitif manusia
berlangsung dalam empat tahap, yakni: Sensory-motor (Sensori-motor/0-2
tahun) Pre-operational (Pra-operasional / 2-7 tahun) Concrete-operational
(Konkret-operasional / 7-11tahun) Formal-operational (Formal- operasional
/ 11 tahun ke atas). Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah,
siswa mengalami tahap Concrete-operational dan Formal-operational.
Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia
menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut
system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah
20
Muhibban Syah, Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (Bandung: UIN SGD, 2009). 50
16
berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan
idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.
Selanjutnya, dalam perkembangan kognitif tahap Formal-
operational seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan
baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif,
yakni: 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan
dasar), seorang remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir
mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan
menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia
respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip
abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran
yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak
lainnya dengan luas dan mendalam.
Sebagai bukti bahwa seorang remaja pelajar telah memiliki
kedewasaan berpikir, dapat dicontohkan ketika ia menggunakan pikiran
hipotesisnya sewaktu mendengar pernyataan seorang kawannya, seperti:
"Kemarin seorang penggali peninggalan purbakala menemukan kerangka
manusia berkepala domba dan berkaki empat yang telah berusia sejuta
tahun". Apa yang salah dalam pernyataan ini? Remaja pelajar tadi, setelah
berpikir sejenak dengan serta-merta berkomentar: "Omong kosong!"
Ungkapan "omong kosong" ini merupakan hasil berpikir hipotetis remaja
pelajar tersebut, karena mustahil ada manusia berkepala domba dan berkaki
empat betapapun tuanya umur kerangka yang ditemukan penggali benda
purbakala itu (Syah, 2008: 33).
c. Mengenal siswa secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual
perlu diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua
siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan
berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki
17
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang
lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal kemampuan siswa,
apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar
siswa tersebut menjadi optimal.
d. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau
membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik
apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka
untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu juga
menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
e. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah
Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena
dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan
masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi
yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru
adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering memberikan tugas
atau mengajukan pertanyaan terbuka dan memungkinkan siswa berpikir
mencari alasan dan membuat analisis yang kritis. Pertanyaan dengan kata-
kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa yang terjadi jika…” lebih
baik daripada pertanyaan dengan kata-kata yang hanya berbunyi “Apa?”, ”Di
mana?”.
f. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi
18
ruang kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan
memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi
siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan,
pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram,
model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh
dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat
membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan
ketika membahas sebuah masalah.
g. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sarat
dengan bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media
belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar
dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan dari
lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu.
Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan
seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan
pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat
gambar / diagram.
h. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam
belajar. Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa
merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik
hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan
siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal
ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas
belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa
dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada
hanya sekedar angka.
19
i. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental
Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa
sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para
siswa duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti
ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena aktif secara
mental (mentally active) lebih berarti daripada aktif secara fisik (phisically
active). Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan
mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara mental. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut,
seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan, dan takut dimarahi jika salah.
Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut
tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru itu sendiri.
Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip PAIKEM.
4. Alternatif Penerapan PAIKEM
Cara melaksanakan PAIKEM mencakup berbagai kegiatan yang terjadi
selama proses pembelajaran. Pada saat yang sama, kemampuan yang seyogianya
dikuasai guru untuk menciptakan keadaan sebaik-baiknya harus ditunjukkan.
Berikut ini disajikan tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan
kemampuan guru yang bersesuaian.21
Kemampuan
Guru
Kegiatan Pembelajaran
Guru merancang
dan mengelolala
kegiatan
pembelajaran
yang mendorong
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
beragam, misalnya
Percobaan
Diskusi kelompok
21
Muhibban Syah, Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (Bandung: UIN SGD, 2009). 41
20
siswa untuk
berperan aktif
dalam
pembelajaran
Memecahkan masalah
Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung ke luar kelas
Guru
menggunakan
alat bantu dan
sumber belajar
yang beragam
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya
:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi kasus
Nara sumber
Lingkungan
Guru
memberikan
peluang kepada
siswa untuk
mengembangkan
keterampilannya
Siswa :
Melakukan percobaan, pengamatan, atau
wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya
sendiri
Menarik simpulan
Memecahkan masalah, mencari rumusan sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-
kata sendiri
Guru
memberikan
kesempatan
kepada siswa
untuk
mengungkapkan
gagasannya
sendiri secara
lisan atau tulisan
Melalui :
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran siswa
sendiri
Guru Siswa dikelompokkan sesuai dengan
21
menyesuaikan
bahan dan
kegiatan belajar
dengan
kemampuan
siswa sendiri
kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebut
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengaitkan
kegiatan
pembelajaran
dengan
pengalaman
siswa sehari-hari
Siswa menceritakan atau memanfaatkan
pengalamannya sendiri
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari
Menilai kegiatan
pembelajaran dan
kemajuan belajar
siswa secara
terus menerus
Guru memantau kerja siswa
Guru memberikan umpan balik
B. Konsep Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Adapun konsep tentang pembelajaran berasal dari kata belajar.
Purwanto menyebutkan bahwa pengertian belajar itu banyak sekali,22
Beberapa ahli menyebutkan definisi belajar antara lain :
a. Menurut Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theoris of Learning
mengemukakan “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar
22 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya, 1986), h 85
22
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”.
b. Menurut Gagne, dalam bukunya The Conditions of Learning
menyatakan bahwa Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama
dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatanya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum dia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah dia mengalami situasi tadi”.
c. Menurut Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology
mengemukakan bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman”.
d. Menurut Witherington23, dalam bukunya Education Psychology
mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian".
e. Menurut Hamalik,24 sebagaimana yang dikutip Wijayanti,
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan
Dari beberapa definisi belajar di atas maka pembelajaran ini
merupakan proses belajar. Dalam proses pembelajaran seorang individu
melakukan kegiatan belajar. Sedangkan dalam belajar seseorang individu
harus mampu mengadakan perubahan tingkah laku. Perubahan yang
diharapkan dari pembelajaran adalah perubahan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Pembelajaran merupakan proses belajar yang berupa interaksi antara
siswa, guru dan sumber belajar. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi
23 Ibid., h. 86 24 Harini Wijayanti, Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk
Meningkatkan Pemahaman Materi Pengukuran Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 3 Jombok, Pule, Trenggalek, (Skripsi tidak diterbitkan. Tulungagung: Program Strata I STKIP PGRI Tulungagung, 2007), h. 8
23
yang tersusun atas berbagai sumber belajar, meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
mencapai tujuan pembeajaran.25
Secara sederhana istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai
upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui
berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan. ”Pembelajaran dapat pula
dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar”26
Pembelajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang
mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui.
Pengetahuan yang dipindahkan tersebut berasal dari dua sumber, yakni:
sumber Ilahi dan sumber manusiawi. Pemindahannya dilakukan melalui
proses pembelajaran, dimana terjadi interaksi antara pengajar sebagai
katalisator dengan pelajar sebagai katalis. Pelajar secara kontinue
menyempurnakan diri sehingga mampu menjadi katalis yang semakin
meningkat kemampuannya.
Sejalan dengan pengertian pembelajaran sebagai suatu proses. Proses
pembelajaran adalah interaksi yang bernilai positif antara siswa dan pendidik
yang bertujuan adanya perubahan ke arah peningkatan kemampuan siswa.
Terlaksananya proses pembelajaran yang baik adalah tercapainya efektivitas
pembelajaran, dimana siswa merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran.
2. Teori-teori Pembelajaran
Berkaitan dengan pembelajaran ada beberapa teori belajar dan
pembelajaran yang berkembang, antara lain:
a. Teori behaviorisme
Dalam perspektif behaviorisme, pembelajaran diartikan sebagai
proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balasan
25 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 57 26 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2012), h. 10
24
(respons). Pembelajaran merupakan proses pelaziman (pembiasaan).
Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa
kebiasaan. Behaviorisme menekankan arti penting bagaimana peserta
didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku.27
b. Teori belajar kognitif
Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa
mental, bukan peristiwa behavioral (perilaku) meskipun hal-hal yang
bersifat behavioral (perilaku) tampak lebih nyata hampir dalam setiap
peristiwa belajar. Teori kognitif menekankan belajar sebagai proses
internal. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks.28
c. Teori konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.29
Teori ini menekankan bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik harus aktif dalam proses pembelajaran
untuk dapat membangun pengetahuannya berdasarkan kematangan
kognitif dasar yang dimilikinya.
Teori kontruktivisme memberikan gambaran bahwa dalam
kegiatan pembelajaran guru sangat berperan penting dalam usaha
mengajak atau membawa peserta didik untuk aktif dalam proses
pembelajaran.
27 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h. 16- 30 28 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 28
29 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 28.
25
2. Langkah–langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan
sebagai berikut :
a. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku
siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan
perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.
b. Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih
disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar
sekolah yang dapat dijadikan penguat.
c. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatnya.
d. Membuat program pembelajaran program pembelajaran ini berisi urutan
perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan
evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat
perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil.
Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi
perilaku selanjutnya.30
Dalam rangka pembelajaran, maka guru dapat menyusun acara
pembelajaran yang cocok dengan tahap dan fase-fase belajar. Pola hubungan
antara fase belajar dengan acara-acara pembelajaran tersebut dapat digunakan
untuk pedoman pelaksanaan kegiatan belajar di kelas. Sudah barang tentu
guru masih harus menyesuaikan dengan bidang studi dan kondisi kelas yang
sebenarnya. Guru dapat memodifikasi seperlunya.
Menurut Piaget, langkah pembelajaran terdiri dari empat langkah
yang saling terkait secara kronoligis, langkah langkah pembelajaran tersebut
adalah:31
d. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. Penentuan
topik tersebut dibimbing dengan beberapa pertanyaan, seperti berikut :
1) Pokok bahasana manakah yang cocok untuk eksperimentasi?
30 Suryabrata (1984) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 194, h. 22. 31 E Bell, Gredler, Margaret, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali. 1991) h. 357
26
2) Topik manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam situasi
kelompok?
3) Topik manakah yan dapat disajikan pada tingkat manipulasi secara
fisik sebelum secara verbal?
e. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. Hal
ii dibimbing dengan pertanyaan seperti :
1) Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk melaksanakan
nictode eksperimen?
2) Dapatkah kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa?
3) Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam
mengikuti kegiatan di kelas?
4) Apakah masalah tersebut merupakan masalah yang tidak dapat
dipecahkan atas dasar pengisyaratan perseptual?
5) Apakah aktivitas itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan kognitif?
6) Dapatkah aktivitas itu dapat memperkaya konstruk yang sudah
dipelajari?
f. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan
pertanyaan, yang menunjang proses pemecahan masalah. Bimbingan
pertanyaan berupa:
1) Pertanyaan lanjut yang memancing berpikir seperti “bagaimana
jika”?
2) Memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan
pertanyaan spontan?
g. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan
melakukan revisi. Bimbingan pertanyaan berupa:
1) Segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan
siswa yang besar?
2) Segi kegiatan manakah yang tidak menarik, dan apakah
alternatifnya?
3) Apakah aktivitas itu memberi peluang untuk mengembangkan siasat
baru untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang sudah
dipelajari?
27
4) Apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal untuk pembelajaran lebih
lanjut?
Secara singkat, Piaget menyarankan agar dalam pembelajaran
guru memilih masalah yang berciri kegiatan prediksi, ekperimental, dan
eksplanasi.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran
merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung terhadap kualitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pemahaman seorang guru
terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara atau metode
guru itu mengajar.
3. Komponen-Komponen Pembelajaran
Dalam peningkatan kualitas pembelajaran, maka kita harus
memperhatikan beberapa komponen yang mempengaruhi pembelajaran.28
Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:32
a. Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan
strategi, materi, media, dan evaluasi pembelajaran. Dalam strategi
pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali
harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajaran merupakan
target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.33
Dilihat dari tingkatannya tujuan pendidikan dirumuskan mempunyai
4 tingkat, yaitu :
1) Tujuan umum pendidikan
Tujuan umum pendidikan / tujuan pendidikan nasional adalah
tujuan umum yang hendak dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia, dan
32 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa,(Jakarta : Gaung Persada Press, 2009), h. 22 33 Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, tt), h. 12
28
merupakan rumusan daripada kualifikasi terbentuknya setiap warga
negara yang dicita-citakan bersama.34
2) Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang diharapkan dicapai oleh
lembaga atau jenis tingkatan sekolah sebagai tujuan antara untuk sampai
pada tujuan umum.35
3) Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah penjabaran tujuan institusional yang
berisi program-program pendidikan dalam kurikulum lembaga
pendidikan. Tujuan ini menggambarkan siswa yang sudah memperoleh
pendidikan dalam bidang-bidang studi yang diajarkan dalam lembaga
pendidikan tertentu.36 Tujuan kurikuler merupakan tujuan yang dimiliki
tiap bidang studi, dan masing-masing bidang studi mempunyai tujuan
yang berbedabeda
4) Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional / tujuan pembelajaran adalah tujuan yang
hendak dicapai setelah program pembelajaran. Tujuan tersebut adalah
penjabaran dari tujuan kurikuler, yang merupakan perubahan sikap atau
tingkah laku secara jelas
b. Materi
Materi atau bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan
dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tuntutan masyarakat.37
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan kriteria
materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam system pembelajaran
yaitu:38
1) Materi harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan
34 Zuhairini, et.all, Metodologi Pendidikan Islam, (Solo : Ramadhani, 1993), h. 32 35 Nana Sudjana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1995), h. 58 36 Zuhairini, et.all, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara Bekerjasama dengan
Departemen Agama, 1991), h. 34 37Ibid 38 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 222-224
29
2) Materi pembelajaran supaya terjabar
3) Relevan dengan kebutuhan siswa
4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
5) Materi pelajaran mengandung segi-segi etik
6) Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang
7) sistematik dan logis
8) Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru
yang ahli dan masyarakat.
c. Metode
Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau
tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
Metode juga digunakan guru untuk mengkreasi lingkungan belajar
dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan siswa terlibat dalam proses
pembelajaran berlangsung.39
d. Media
Media atau alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan
segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran media atau alat memiliki sebagai
pelengkap.40
Media pembelajaran sangat beragam, mulai dari media cetak
(visual), media audio sampai media audio visual. Keseluruhan media
pembelajaran tersebut dimaksudkan agar peserta didik memperoleh
pengetahuan yang maksimal dari materi pelajaran yang disampaikan oleh
pendidik dan proses pembelajaran menjadi menarik. Oleh karena itu, Inovasi
teknik media pembelajaran merupakan suatu perubahan menuju ke arah
perbaikan, tentang cara-cara pelaksanaan atau penggunaan media
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan sengaja dan terencana
39 Ibid 40 Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, tt), h. 12
30
agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang menarik sehingga
memotivasi peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dan akhirnya
dapat mencapai tujuan dari pembelajaran. Media pembelajaran yang
digunakan sebagai alat bantu dalam peroses pembelajaran berfungsi untuk:
“membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan
ransangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis
terhadap peserta didik”.
Dengan demikian penggunaan media pembelajaran dapat membawa
manfaat besar bagi pendidik, peserta didik dan terhadap keberhasilan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.
e. Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru
merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak
keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau
direkayasa oleh komponen lain, tapi guru mampu memanipulasi atau
merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Komponen lain tidak dapat
mengubah guru menjadi bervariasi.
Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah untuk membentuk
lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan
dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik
memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Dalam
merekayasa pembelajaran, guru harus berdasar pada kurikulum yang
berlaku.41
Pendidik dalam proses pembelajaran merupakan subjek utama.
Karena di tangan pendidiklah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan pembelajaran, dan merekalah yang mengiringi dan
mengantarkan pembelajaran kepada peserta didik di samping harus
mengajarkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) juga dituntut untuk
menyampaikan dan memberikan penjelasan tentang nilai-nilai positif islami
kepada peserta didik (transfer of value).
41 Ibid
31
Selanjutnya dalam melakukan kewenangan profesionalnya, pendidik
dituntut memiliki seperangkat kemampuan (competency) yang beraneka
ragam.
Adapun jenis-jenis kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh
pendidik antara lain:42
1) Kompetensi Personal
Pendidik yang mempunyai kompetensi personal dengan baik
adalah pendidik yang mempunyai pribadi dalam hal pengembangan
kepribadian, maksudnya adalah pengembangan kepribadian yang
didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama, yang meliputi pengkajian,
penghayatan serta pengalaman.
Oleh karena itu pendidik dituntut membiasakan diri untuk
bersikap sabar, demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan,
santun, selalu tepat waktu, serta tanggap terhadap pembaharuan.
2) Kompetensi professional
Seorang pendidikan dikatakan mempunyai kompetensi
profesional apabila dia menguasai landasan pendidikan. Disamping itu
pendidik diharapkan mengenal fungsi-fungsi sekolah dalam masyarakat
meliputi mengkaji peranan sekolah sebagai pusat pendidikan, mengkaji
peristiwa-peristiwa yang memungkinkan sekolah sebagai pusat
pendidikan, mengelola kegiatan sekolah yang memungkinkan sekolah
sebagai pusat pendidikan.
Pendidik dalam hal ini juga diharapkan mengenal prinsip-prinsip
psikologi pendidikan, yaitu : mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta menerapkan prinsip-prinsip
belajar dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu juga masalah penguasaan bahan pengajaran, bahan
pengayaan, menyusun program pengajaran, pemilihan media, pengaturan
ruang belajar, pelaksanaan program pengajaran, pengelolaan interaksi
belajar mengajar serta penilaian merupakan bagian dari tugas serat
42 Imron, Profesionalisme Guru sebuan Tuntutan, dalam Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 2,
Januari, 2005, (Magelang : FAI UMM, 2005), h. 86-87
32
peranan dan kompetensi pendidik yang merupakan landasan dalam
kompetensi profesional.
3) Kompetensi Sosial
Hal yang perlu dikembangkan dalam kompetensi social adalah
kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam hal ini bagaimana
seorang pendidik berinteraksi dengan teman sejawat, masyarakat untuk
menyampaikan misi pendidikan, melaksanakan bimbingan penyuluhan,
melaksanakan administrasi sekolah.
Disamping itu yang perlu dikembangkan adalah aspek-aspek
dalam hubunga antara manusia dengan manusia serta manusia dengan
lingkungannya.
Syarat-syarat untuk menjadi pendidik sebagaimana yang
ditetapkan oleh direktorat pendidikan agama adalah:43
1) Memiliki pribadi mukmin, muslim, dan muhsin
2) Taat untuk menjalankan agama (menjauhkan syariat agama Islam,
3) dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada peserta didik)
4) Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didik dan
ikhlas jiwanya
5) Mengetahui tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan,
terutama didaktit dan metodik
6) Menguasai ilmu pengetahuan agama
7) Tidak memiliki cacat rohanian dan jasmaniah dalam dirinya.
f. Peserta didik
Peserta didik berstatus sebagai subyek didik. Peserta didik
merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk
mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata guna mencapai tujuan
belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.44
Anak didik merupakan pokok persoalan dalam semua kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Ia memiliki kedudukan dalam sebuah intereksi
karena guru tidak sebagai satu-satunya subjek pembinaan. Faktor intern
peserta didik mencakup intelegensi, perhatian, minat, bakat, motifasi,
43 Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Islam, (Solo : Ramadhani, 1993), h. 25-29 44 Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, tt), h. 12
33
kematangan, kesiapan. Masing-masing peserta didik memiliki
problematikanya sehingga guru dituntut mengenal sifat dan karakteristik
anak didik serta memiliki kecakapan dalam membimbing.
g. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik
(misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebagainya), hubungan
antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain.45
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan
membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat
bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan
iklimnya, flora serta faunanya Besar kecilnya pengaruh lingkungan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan
lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
C. Pembelajaran Fiqih
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Mata Pelajaran Fiqih adalah salah satu bagian mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life). Pendidikan ini
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan
pembiasaan
Adapun pengertian fiqih menurut istilah ada beberapa pendapat
beberapa ulama Abdul Wahhab Khallaf berpendapat Fiqh adalah "hukum-
hukum syara' yang bersifat praktis (amaliah)yang diperoleh dari dalil-dalil yang
rinci"46.
45 Ibid 46 Ahmad Rofiq, Hukum-hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Raja Garfindo Persada, 2000), h. 5
34
Menurut A. Syafi'i Karim Fiqih ialah "suatu ilmu yang mempelajari
syarat Islam yang bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil
hukum yang terinci dari ilmu tersebut".47
Muhammad Khalid Mas'ud mengemukakan “In discussions of the
nature of the law and practice what is implied by islamic law is fiqih.”49
"Pembahasan yang berujud hukum dan bersifat praktek yang dinyatakan secara
tidak langsung oleh hukum Islam adalah Fiqih".48
Menurut ulama syar'i "Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum
syari'ah Islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil secara
rinci/detail".49
Jadi bidang studi fiqih adalah salah satu bagian dari mata pelajaran
yang menerangkan tentang hukum-hukum syari'ah Islam dari dalil-dalil secara
terinci.
Sedangkan pembelajaran bidang studi fiqh adalah interaksi pendidik
dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mengetahui
ketentuan-ketentuan syari'at Islam. Materi yang sifatnya memberikan bimbingan
terhadap warga belajar agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
pelaksanaan syariat Islam tersebut, yang kemudian menjadi dasar pandangan
dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Mata Pelajaran Fiqih adalah salah satu bagian mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life). Pendidikan ini
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan
pembiasaan
2. Tujuan dan Fungs Pembelajaran Fiqih
Fungsi dan tujuan mata pelajaran Fiqih di MTs. sebagai berikut, yaitu:50
a. Mata pelajaran Fiqih di MTs. bertujuan untuk membekali peserta didik agar
dapat:
47 A. Syafi'i Karim, Fiqih - Ushul Fiqh, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 11 48 Imam Muhammad Khalid Mas'ud, Shatibi's Philosophy of Islamic Law, (Malaysia: Islamic
Book Trust, 2000), h. 18 49 Imam Muhammad Abu Zahroh, Ushul Fiqih, (Kairo : Dar al-Fikr al-Arobi, t.th), h. 5 50 Departemen Agama, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (Standar Kompetensi) 2005: h. 46-47
35
b. mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan
menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, sebagai pedoman hidup bagi
kehidupan pribadi dan sosial; dan
c. melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar,
sehingga dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin
dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
sosialnya.
d. Mata pelajaran Fiqih di MTs. berfungsi untuk:
e. penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah
SWT., sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;
f. penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik
dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Madrasah dan masyarakat;
g. pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan
masyarakat;
h. pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT., serta akhlak
mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan
lebih dahulu dalam lingkungan keluarga;
i. pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial
melalui ibadah dan muamalah;
j. perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari; dan
k. pembelakalan peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Ruang lingkup Pembelajaran Fiqih
Ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah itu
meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara:51
1) Hubungan manusia dengan Allah SWT
2) Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
3) Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungannya
51 Departemen Agama, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (Standar Kompetensi) 2005: h. 46-47
36
Adapun fokus mata pelajaran Fiqih adalah dalam bidang-bidang
berikut, yaitu:
1) Fiqih ibadah
2) Fiqih Mu‟amalah
3) Fiqih Jinayah
4) Fiqih Siyasah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka ruang lingkup mata pelajaran
Fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Secara garis besar diklasifikasikan ke
dalam 2 bagian, yaitu:
Hubuangan vertikal, yakni hubungan manusia dengan Sang Pencipta
alam semesta (hablu minallaah atau „ibadah). Ruang lingkupnya meliputi
ketentuan-ketentuan tentang thaharah, shalat, puasa, zakat, haji-umroh, jinayah,
dan sebagainya.
Hubungan horizontal, yakni hubungan manusia dengan makhluk. Ruang
lingkupnya meliputi ketentuan-ketentuan tentang mu‟amalah dan siyasah
(politik atau ketatanegaraan).
D. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya.52 Sedangkan menurut Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun
kelompok.53 Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak
melakukan kegiatan. Dalam kegiatan untuk mendapatkan prestasi tidak semudah
yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang
harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan keoptimisme
dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah
kalau pencapaian prestasi itu harus dcngan jalan keuletan kerja.
Berbagai kegiatan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan
prestasi, semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan dari masing-masing
52 Hoetomo, Kamus…,h. 390 53 Djamarah, Prestasi…, h. 19
37
individu, pada setiap kegiatan harus digeluti secara optimal. Dari kegiatan
tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi maka, beberapa ahli sepakat
bahwa "prestasi" adalah "hasil" dari suatu kegiatan.
Sedangkan belajar memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah
menurut Hilgard dan Bower, yang dikutip oleh Saleh dan Wahab belajar
adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu
yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan
atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan, pengaruh
obat, dan sebagainya).54
Menurut James O. Whittakker, sebagaimana dikutip oleh Wasty
Soemanto, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.55
Dengan demikian belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan
tingkahlaku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku menurut
Witherington sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana, meliputi perubahan
ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman dalam proses belajar ialah
interaksi antara individu dengan lingkungannya.56
Memang banyak orang tua yang menganggap bahwa belajar itu hanya di
sekolah saja, tetapi sebenarnya anggapan itu tidak benar, sebab belajar itu tidak
hanya di sekolah saja, tetapi diluar sekolah pun dapat berlangsung proses
belajar.
Jika antara prestasi dan belajar dikaitkan, maka dapat diambil pengertian
bahwa prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu proses yang
54 Abdul Rahman Saleh dan Mubbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif
Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 209 55 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 99 56 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), h.6
38
mengakibatkan suatu perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah
laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana
mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-
kesan yang mengakibatkan peruhahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas belajar.
Prestasi belajar siswa lazim ditunjukkan dengan nila tes (angka) yang
diberikan guru, sedangkan nilai tersebut diperoleh dengan mengadakan evaluasi
sebelumnya dan pada akhirnya didokumentasikan pada sebuah buku yang
disebut raport.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang berlangsung melalui proses, hal ini
tidak lepas dari pengaruh, baik pengaruh dari dalam maupun dari luar siswa.
Faktor yang datang dari siswa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang
dicapai.
Mengacu pada hal tersebut di atas maka faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor dalam (internal)
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak atau siswa,
meliputi:
1) Fisiologi
Yaitu sesuatu yang berhubungan dengan keadaan jasmani
seseorang, misalnya tentang fungsi organ-organ, susunan-susunan dan
bagian-bagian yang berbeda dalam organisme kehidupan.57 Dalam hal
ini, faktor-faktor fisiologis meliputi :
a) Kondisi Fisik
Keadaan atau kondisi jasmani, pada umumnya dapat
dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar, keadaan jasmani yang
optimal akan lain sekali pengaruhnya, apabila dibandingkan dengan
57 Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), h. 53
39
keadaan jasmani yang lemah dan lelah. Sehubungan dengan keadaan
dan kondisi jasmani tersebut, maka ada 2 hal yang perlu
dikemukakan, yaitu :
(1) Cukupnya nutrisi atau nilai makanan gizi
Karena kekurangan kadar makanan atau tidak memenuhi
gizi makanan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh fisik
akan mengakibatkan menurun dan merosotnya kondisi jasmani,
sehingga menyebabkan seseorang dalam kegiatan belajarnya
sering merasa cepat lesu, lelah dan secara keseluruhan tidak
adanya kegairahan untuk belajar.
(2) Beberapa penyakit cronis, seperti : flu, sakit gigi, batuk dan yang
sejenisnya, semuanya akan sangat mempengaruhi kegiatan
belajar seseorang.58
Pada umumnya jenis-jenis penyakit semacam itu, sering
diabaikan, dan kurang mendapatkan perhatian yang serius,
padahal dalam kenyataan hidup sehari-hari, penyakit semacam ini
sangat mengganggu kegiatan belajar.
b) Kondisi Panca Indera
Panca indera dapat diumpamakan sebagai pintu gerbang
masuknya pengaruh luar ke dalam diri seseorang yang belajar. Maka
baik tidaknya fungsi panca indera, adalah merupakan syarat mutlak
untuk bisa tidaknya seseorang dengan baik dalam kegiatan belajar.
Dalam sistem pengajaran dewasa ini, diantara panca indera yang
paling memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan
telinga. Maka dari itu, adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik
(guru, orang tua) untuk tetap menjaga agar panca indera anak-
anaknya dapat berfungsi dengan baik dan sempurna. Apabila hal
tersebut tidak dilakukan akan mengakibatkan terhambatnya proses
informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.
58 Ibid.,h. 54
40
Dalam mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan
telinga, dapat dilakukan dengan 2 hal:
(1) Bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan
pemeriksaan rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat.
(2) Menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara
bijaksana.59
2) Psikologi
Yaitu sesuatu yang berhubungan dengan jiwa atau mental
seseorang. Dalam hal ini faktor-faktor psikologi meliputi:
a) Bakat
Yaitu suatu potensi atau kemampuan khusus yang bersifat
menonjol yang dimiliki seseorang.60 Dengan melalui pendidikan atau
latihan-latihan tertentu bakat tersebut akan dapat berkembang dan
diaktulisasikan menjadi satu kemampuan atau kecakapan yang nyata.
Bakat akan memungkinkan seseorang untuk berprestasi lebih baik
dalam bidang yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
b) Minat
Yaitu perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.
Sedangkan menurut Saleh dan Wahab, minat adalah suatu
kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap
orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut
dengan disertai perasaan senang.61
c) Kecerdasan
Kecerdasan atau inteligensi merupakan suatu kemampuan
tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh
manusia.62 Intelegensi ini diperoleh manusia, dan sejak itulah potensi
intelegensi mulai berfungsi mempengaruhi kualitas perkembangan
59 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 133 60 Saleh Wahab, Psikologi…, h. 254 61 Ibid.,h. 263 62 Ibid., h. 179
41
individu, dan manakala sudah berkembang, maka fungsinya akan
semaki berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas
penyesuaian dirinya dengan lingkungannya.
d) Motivasi
Yaitu sesuatu yang ada dalam diri seseorang karena didorong
oleh adanya kebutuhan yang disadari dan terarah pada tercapainya
tujuan yang relevan dengan kebutuhan itu.63 Belajar dengan motivasi
yang kuat merupakan syarat agar dapat dicapai sukses yang optimal.
Akan tetapi tidak selalu dapat terjadi secara langsung. Apalagi pada
anak yang masih muda. Oleh karena itu timbulnya motivasi harus
secara sengaja diupayakan oleh guru.
e) Kemampuan Kognitif
Yaitu kemampuan yang menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang
dalam ingatan.64 Dengan dimilikinya kemampuan kognitif proses
belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang bermacam-
macam termasuk tingkah laku seperti mengetahui, mengenal,
memahami, dan sebagainya. Dengan demikian kemampuan
melakukan tindakan berpikir sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar.
b. Faktor Luar (Eksternal)
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi:
1) Instrumental
Yaitu faktor yang diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana
untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancang pula.65
Dalam hal ini faktor-faktor instrumental, meliputi:
a) Kurikulum
63 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), h.106 64 Hoetomo, Kamus…, h. 368 65 Yoto dan Saiful Rahman, Manajemen Pembelajaran, (Malang: Yanizar Group, 2001), h. 14
42
Dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah
kebutuhan anak. Dalam hal ini kurikulum merupakan perangkat mata
pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Maka, guru perlu
mendalami dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang
mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual.
b) Sarana dan Prasarana
Dalam kegiatan proses belajar mengajar sarana dan prasarana
yang menunjang keberhasilan para siswa sangat dibutuhkan.
Misalnya gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, dan
sebagainya.
c) Guru
Dalam proses belajar mengajar, faktor guru merupakan faktor
yang penting. Bagaimana sikap dan keprihadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru dan bagaimana guru itu
mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak didiknya, turut
menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.
d) Administrasi
Administrasi sangat diperlukan dalam setiap proses interaksi
belajar mengajar. Tidak mungkin proses pengajaran berjalan secara
efektif dan efisien tanpa dilakukan perencanaan sebelum mengajar di
muka kelas. Oleh karena itu, masalah administrasi harus betul-betul
difahami sebagai proses penyelenggaraan kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama.
2) Liingkungan
Dalam hal ini faktor-faktor lingkungan, meliputi :
a) Lingkungan alam
Lingkungan alam seperti keadaan suhu, kelembaban udara
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan
udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam
keadaan udara yang panas.
43
b) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar siswa. Misalnya seseorang yang sedang belajar
memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang mondar-
mandir di dekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau bercakap-
cakap di dekat tempatnya belajar itu. Juga seperti suara mesin pabrik,
hiruk pikuk lalu lintas, juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
Untuk itu gedung sekolah sebaiknya didirikan dari tempat yang jauh
dari pabrik atau tempat kerja dan jauh dari keramaian lalu lintas.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Bila ditinjau dari pendekatan yang digunakan, maka peneliti mengambil
penelitian kuantitatif. Menurut Sugiono, bahwa metode penelitian kuantitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data, dan tujuan yang sudah ditetapkan.66 Penelitin
kuantitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan
deduktif induktif yang berangkat dari kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun
pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya yang kemudian dikembangkan
menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang
diajukan untuk memperoleh pembenaran dalam bentuk dukungan dan empiris
dilapangan. Penelitian ini menitik beratkan pada penyajian data yang berupa angka
atau kualitatif yang diangkakan (skoring) dengan menggunakan statistik.67
Pendekatan ini akan berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para pakar
atau ahli, maupun pemahaman dari penulis itu sendiri berdasarkan pengalamannya
dilapangan kemudian akan dikembangkan menjadi suatu permasalahan
permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenahan
atau verifikasi dalam bentuk dukungan data empiris dilapangan. Penelitian
kuantitatif, banyak dituntut menggunakan angka, dimulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut serta hasil yang diperoleh. Selain itu dalam
penelitian kuantitatif ini data yang diambil juga berupa informasi kualitatif.
Untuk memperoleh data yang kongkrit penelitian di lapangan, desain
pendekatan dalam proposal ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.
Pengertian metode kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller
yang dikutip oleh Lexsy J. Moleong yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
66 Sugiono, Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif R & D, ( Bandung: Alfa Beta, 2009 ) 8 67 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Teras, 2009 ) h.. 81-82
45
kawasan sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut, pembahasannya
dan peristilahannya.68
Sedangkan dalam bukunya Introduction to Qualitatif yang diterjemahkan
oleh Arif Furqon, penelitian kualitatip adalah yang menghasilkan data diskriptif
baik ucapan maupun tulisan dan prilaku yang dapat diambil dari orang-orang itu
sendiri.69
Dari difinisi di atas dapat mengambil kesimpulan bahwa penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan pada orang-orang atau obyek
untuk mendapatkan data-data deskriptif.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi sebagai obyek, perlu mendapat perhatian dalam menentukannya,
karena pada prinsifnya sangat berkaitan dengan permasalahan yang diambil,
sehingga lokasi ini penentu untuk memberikan informasi yang valid.
Dalam penelitian ini yang di tetapkan adalah MTs NW Lepak Desa Lepak
Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur yang merupakan satu satunya
Madrasah yang tertua berdiri th 1976 M.
Penentuan lokasi penelitian ini kerena memiliki guru-guru yang inovatif
dan kreatif dalam melakukan pembaharuan metode pembelajaran khususnya
pendidikan Fiqih, disamping Kepala Sekolah MTs NW Lepak sangat peduli dan
antusias terhadap pengembangan pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam.
1. Kualifikasi akademik guru Fiqih di MTs. NW Lepak sudah memenuhi standar
akademik berpengalaman dan profesional;
2. Satu-satunya Madrasah Tsanawiyah swasta di wilayah Kecamatan Sakra Timur
yang mendapatkan status akreditasi A;
3. Satu-satunya Madrasah Tsanawiyah yang dijadikan sampel madrasah yang
menerapkan Kurikulum 2013 di wilayah Kec. Sakra Timur;
4. Sarana prasarana atau fasilitas di MTs. NW Lepak sangat mendukung kreativitas
guru dalam pembelajaran menggunakan media belajar.
68 Lexsy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rodakarya, 2003),
13 69 Robert Bagdan, Steven J. Taylor, Introduction to Qualitatif Metode, Terjemahan Arif
Furqon, Surabaya: Usaha Nasional, 1992), 21-22
46
C. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti disini maksudnya adalah pesan dan upaya peneliti
dalam memperoleh informasi atau data. Penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan
dari pengamatan. Moleong menyatakan bahwa peran serta penelitilah yang
menentukan keseluruhan skenarionya.70
Kehadiran peneliti berperan sebagai instrumen kunci artinya peneliti
adalah segala-galanya dalam penelitian dari semua proses penelitian di lapangan.
Kehadiran peneliti bukan untuk mempengaruhi subyek penelitian dilapangan akan
tetapi untuk mendapatkan data dan informasi akurat serta meyakinkan kaitannya
dengan yang di teliti yaitu Metode Pembelajaran Fiqih Dalam proses Belajar Siswa
di MTs NW Lepak Sakra Timur.
D. Sumber Data
Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan sumber data adalah dari mana
data-data diperoleh.71 Berdasarkan pengertian di atas dapat dimengerti bahwa yang
dimaksud sumber data dalam penelitian adalah tempat dimana peneliti mendapat
informasi sebanyak-banyaknya berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diambil sumber aslinya. Dalam
bidang pendidikan data primer ini berasal dari hasil wawancara maupun
observasi.72
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah bersumber dari
interview Kepala Madrasah, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, Waka Humas
dan Waka Sarana Prasarana serta Guru Pendidikan Fiqih di Madrasah
Tsanawiyah NW Lepak, jalan H. Abd Muin Lepak dengan harapan dapat
memberikan data atau gambaran tentang Metode Pembelajaran Pendidikan
sejarah Islam Dalam proses Belajar Siswa di MTs NW Lepak Sakra Timur.
70 . Lexsy Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif..... 88 71 Suharsimi Arikunto.Prosudur Penelitian ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 107. 72Yuswianto. Metodologi Penelitian (Buku Ajar Fakultas Tarbiyah Univrsitas Islam Negri
Malang, 2002), 60
47
2. Sumber Data Sekunder.
Sumber data sekunder adalah data yang bersumber dari yang kedua
atau data yang diperoleh dari hasil dokumentasi yang sudah ada. Adapun data
sekundernya adalah yang diperoleh dari Madrasah Tsanawiah NW Lepak yang
berupa data siswanya, data Guru, jam pelajaran fakulati dan lain-lain.
3. Informan
Informan adalah yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.73 Penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik yang lazim digunakan dalam penelitian
kualitatif, yaitu purposive sampling adalah pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin ada sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek atau situasi sosial yang di teliti .74 Informan kunci yang dijadikan kunci
pertama dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah Waka Kurikulum dan Siswa
4. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian dalam penelitian kali ini adalah peneliti itu sendiri,
karena peneliti itu sendiri merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,
analisis, penafsiran data dan pada akhirnya peneliti pula ysng menjadi pelopor
hasil penelitiannya.
Adapun ciri umum manusia, ia sebagai instrumen adalah munculnya segi
responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri
atas pengetahuan, memproses data secepatnya, dan memanfaatkan kesempatan
mencari respond yang tidak lazim.
E. Prosudur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang masalah yang akan diteliti, maka penulis
menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Metode Observasi
Metode ini dengan pengumpulan data dengan pengamatan dan
pencatatan secara sistimatis terhadap fakta-fakta yang diselidiki.
73. Lexy J Meleong, loc, cit.. 132 74 Sugiono, Memahami Pendidikan Kualitatif ( Bandung : CV. Alfabeta, 2007) .,53-54
48
Menurut Sutrisno Hadi, observasi adalah metode ilmiyah yang diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistimatis fenomena-fenomena yang
diselidiki.75
Metode observasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang,
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM), penerapan metode pembelajaran,
dan sarana atau media pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Metode Interview (wawancara)
Metode ini dilakukan dengan wawancara dan dialog untuk mendapat
informasi dari yang diwawancarai. Metode ini digunakan untuk memperoleh
data tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KMB), alokasi waktu
Fiqih, penyediaan dana, sarana dan prasarana, kendala dan penunjang
pembelajaran sejarah Islam di MTs NW Lepak.
3. Metode Dokumenter
Metode ini peneliti untuk memperoleh keterangan-keterangan dengan
cara memeriksa dan mencatat laporan dokumen yang ada. Menurut Jumhur dan
Muhammad Surya, metode dokumentasi adalah: metode pengumpulan data
yang telah didokumentasikan dalam buku-buku yang sudah terlulis seperti, buku
induk, buku pribadi, buku keterangan-keterangan lain.76
Dalam penelitian ini dokumen yang kami butuhkan adalah gambaran
umum propil Madrasah yang meliputi : sejarah berdirinya letak geografisnya,
visi dan misinya serta arsip lainnya yang terkaid dengan penetlitian.
F. Tehnik Analisa Data
Miles dan Huberman menyatakan bahwa terdapat tiga macam kegiatan
analisis data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti : merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi
75 Sutrisno Hadi , Metedologi Reseac II, (Jakarta: Offset, 1999), , 136 76 Djumhur, Bimbingan Dan Penyuluhan di Sekolah , (Bandung: CV Ilmu, 1975), 64
49
akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data bisa dibantu dengan alat elektronik seperti : komputer ,
dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dengan reduksi , maka
peneliti merangkum, mengambil data yang penting, membuat kategorisasi,
berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Data yang tidak penting
dibuang.
2. Model Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah
mendisplaykan data. Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan
dalam bentuk : uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sebagainya.
Miles dan Huberman menyatakan : “the most frequent form of display
data for qualitative research data in the pas has been narative tex” artinya :
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
dengan teks yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif, display data dapat
juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja).
Fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis sehingga apa yang
ditemukan saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di
lapangan akan mengalami perkembangan data. Peneliti harus selalu menguji apa
yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat
hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan
ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung data pada saat dikumpulkan
di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi
teori yang grounded.
Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif,
berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui
pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah
didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang
baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada
laporan akhir penelitian.
50
3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel
(dapat dipercaya)
51
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Umum
Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan (MTs. NW) Lepak Sakra
Timur merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dikelola oleh Yayasan
Pondok Pesantren Al Mukhlisin NW Lepak. MTs. NW Lepak berlokasi di Jl. H.
Abdul Muin Lepak Kecamatan Sakra Timur. Sejak awal berdirinya pada tahun
1967 MTs. NW Lepak terus tumbuh dan berkembang menjadi lembaga
pendidikan yang berkualitas dengan memeperoleh akreditas A dengan nomor
182/BAP-SM/KP/X/2011.
Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan (MTs. NW) Lepak dibangun
dengan swadaya masyarakat Desa Lepak Kecamatan Sakra Timur dan
sekitarnya. Madrasah tersebut didirikan atas prakarsa salah seorang warga
masyarakat bernama H. Abdul Mu‟in bersama tokoh lainnya dan masyarakat
secara bersama-sama membangun sebuah lembaga pendidikan keagamaan,
yakni Pendidikan Guru Agama Nahdlatul Wathan (PGA NW) yang diresmikan
pendiriannya pada tanggal 12 April 1967 oleh Bapak T.G.K.H. M. Zainuddin
Abdul Majid selaku pendiri organisasi NWDI, NBDI, dan NW.77
Sesuai aturan pemerintah dalam hal ini Departemen Agama Republik
Indonesia, PGA NW diubah menjadi MTs. NW Lepak dan diresmikan pada
tanggal 14 Juli 1986. MTs. NW Lepak bernaung di bawah Yayasan Pondok
Pesantren Al-Mukhlisin NW Lepak. MTs. NW Lepak memiliki lahan seluas
±2.325 m2, luas bangunan ±500 m2 dengan status bangunan milik sendiri/milik
yayasan. NPSN/NSM: 50222998/121252030074.
77 Dokumentas MTs. NW Lepak Sakra Timur
52
2. Keadaan Tenaga Pendidik
Guru sebagai pendidik merupakan unsur pendidikan yang terpenting
yang mempunyai pengaruh yang dominan di MTs. NW Lepak. Kualifikasi
pendidikan guru di MTs. NW Lepak terdiri atas: Pascasarjana (S2) 1 orang,
Strata satu (S1) 28 orang, Diploma tiga (D3) 3 orang, dan SLTA 1 orang.
Data tersebut menunjukkan guru-guru memiliki kualifikasi pendidikan
yang layak untuk mengemban tugas pendidikan yang menjunjung tinggi
professionalisme karena sebagian besar berijazah sarjana dan sudah disertifikasi
sebagai guru professional sehingga dapat memproses input dengan professional
untuk menghasilkan output yang berkualitas.
Tabel 1.
Data Guru MTs. NW Lepak Sakra Timur
Tahun Pelajaran 2016/2017
NO NAMA GURU BIDANG STUDI KET
1 Zainal Arifin,S.Ag. Aqidah Akhlaq PNS/Sertifikasi
2 H. Masyhur, S.Ag. Bahasa Arab
3 Rusli, S. Pd Bahasa Indonesia
4 H. Nasruddin QH. S.Pd I Fiqih Sertifikasi
5 Afifuddin,QH. S.Pd. I Qur‟an Hadis Sertifikasi
6 Kamarudin,QH.S.Pd.I SKI Sertifikasi
7 H. M. Arif Idris,A.Md. Fiqih Sertifikasi
8 Khairil Anwar,S. Pd Bahasa Indonesia
9 Abdul Hayyi, S.Pd IPS
10 Harmaini ,S.Pd. IPS Sertifikasi
11 M. Nur, S.Pd PPKn Sertifikasi
12 Hadijah, S.Pd. Mulok Sertifikasi
13 Abdul Majid S.Pd,. M.Pd Bahasa Inggris
14 Mustiadi, S.PdI. Bahas Arab
15 Muhammad Said, S. Pd IPA Sertifikasi
16 Siti Aisah, S.Pd. Bahasa Inggris Sertifikasi
17 Rohani S.Pd. Seni Budaya Sertifikasi
53
18 Sudiana, S.PdI. IPS Sertifikasi
19 Ahmad Jayadi, S.Pd. PKn
20 Sarini, S.Pd Aqidah/Akhlak PNS/Sertifikasi
21 Saipul Bahri, QH.,S.Sos.I Matematika
22 Ahmad Efendi, S.Pd Seni Budaya
23 Nasrudin, S.Pd PKn
24 Abdullah, S.Kom.I. Bahasa Arab
25 Moh. Ropi‟i, S.Pd Nahwu Sarf
26 Ahmad Fahrurrozi, S.Pd Penjaskes
27 Nurman, S.Kom.I IPA
28 Muh. Tauhid Ali, S.Pd Bahasa Indonesia Sertifikasi
3. Keadaan Peserta Didik
Dalam proses pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan, peserta
didik memiliki peranan yang sangat menentukan karena semua proses-proses
tersebut kepadanyalah diarahkan. Untuk itu, MTs. NW Lepak selalu dan terus
menerus menyesuaikan visi dan misi Madrasah dengan menerapkan
kedisiplinan, pengembangan potensi dan kompetensi, dan pembinaan nilai-nilai
akhlak mulia bagi peserta didik.
Tabel 1.
Data Siswa MTs. NW Lepak Sakra Timur
Tahun Pelajaran 2016/2017
NO KELAS L P JUM Ket
1 VII 35 47 82
2 VIII 28 46 79
3 IX 39 35 64
Jumlah 102 123 225
Dari tahun ke tahun MTs. NW Lepak Sakra Timur mengalami
perkembangan yang cukup signifikan, hal ini ditandai dengan terus
54
bertambahnya jumlah siswa dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan
kepercayaan masyarakat yang tetap dengan lembaga ini.
Tabel 3.
Data Siswa MTs, NW Lepak Sakra Timur
Lima Tahun Terakhir
No T P Kelas L P Jum Ket
1
2011/2012
VII
VIII
IX
26
27
31
29
28
28
55
55
59
Jumlah 85 87 169
2
2012/2013
VII
VIII
IX
28
29
31
37
27
28
65
56
59
Jumlah 88 92 180
3 2013/2014
VII
VIII
IX
40
31
25
39
28
31
79
59
56
Jumlah 96 98 194
4 2014/2015
VII
VIII
IX
35
38
29
27
46
35
62
84
64
Jumlah 102 108 210
5 2015/2016 VII 35 47 82
55
VIII
IX
38
29
46
35
94
64
Jumlah 102 119 225
4. Sarana Prasarana
Sarana prasarana memiliki peranan penting dalam menunjang
kesuksesan proses pembelajaran yang dijalani dan dialami oleh pendidik dan
peserta didik. Selain pendidik dan peserta didik, faktor sarana prasarana atau
fasilitas tidak kalah pentingnya dalam menunjang proses pembelajaran, sebab
sarana prasarana sebagai wadah untuk dilaksanakan proses belajar mengajar dan
alat/bahan/media belajar juga merupakan faktor penunjang kegiatan belajar
mengajar. Tanpa ketersediaan sarana prasarana yang memadai, kegiatan belajar
mengajar tidak akan berjalan maksimal. Maka dalam hal ini dibutuhkan sarana
prasarana atau fasilitas untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah/madrasah.
Proses pendidikan di MTs. NW Lepak ditunjang dengan sarana dan
prasarana yang memadai, hal tersebut pat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Sarana dan Prasarana
MTs. NW Lepak Sakra Timur
SARANA Kondisi
Jum B RR RB Ket.
Ruang Belajar 9 9
Ruang Kepala 1 1
Ruang Tata Usaha 1 1
Ruang Guru 1 1
Ruang Perpustakaan 1 1
Ruang Multimedia - -
Ruang Laboratorium - -
56
Lab. IPA 1 1
Lab. Komputer 1 1
Lab. Bahasa - -
Kamar Mandi 4 4
Ruang BP/BK 1 1
Ruang P3K/PMR - -
Gudang 1 1
Mushola 1 1
Kantin 1 1
Jumlah 23 23 0 0
5. Struktur Organisasi & Deskripsi Tugas
a. Struktur Organisasi
Guna memudahkan dan memperlancar proses pendidikan yang
merupakan urusan interen serta memperkuat hubungan dengan pihak ekstern
(masyarakat sekitar dan lain sebagainya), maka perlu dibentuk sebuah badan
yang berfungsi untuk menjalankan segala bentuk aktivitas kegiatannya.
Struktur organisasi dalam sebuah sekolah/madrasah merupakan
faktor yang harus dimiliki oleh sekolah/madrasah itu sebagai suatu lembaga
pendidikan. Hal ini bertujuan memudahkan dalam menjalankan program
kerja lembaga tersebut, sedangkan dalam pengembangan sekolah/madrasah
juga memiliki struktur menjalankan sekolah/madrasahnnya. Agar lembaga
pendidikan tersebut berjalan dengan sebaik-baiknya dan memiliki jalur yang
tepat dalam pengembangannya.
struktur organisasi juga merupakan faktor yang sama pentingnya
dalam menentukan dan melihat cara kerja suatu organisasi, yang mana dapat
dianalisa melalui strukturnya yang tergambar dan akan bisa diketahui bagian
dan sub bagian, wewenang masing-masingnya serta hubungan koordinasi
antar bagian dan sub bagian dalam pelaksanaan tugas serta tanggungjawab
masing-masing berikut pembagian tugas berdasarkan spesialisasi yang ada
akhirnya menggambarkan saling ketergantungan antar bagian dan sub bagian
dalam suatu organisasi.
57
Dengan demikian cukup dapat dimaklumi bahwa struktur organisasi
juga merupakan faktor yang penting adanya dalam perkembangan suatu
organisasi untuk pertumbuhan ke arah kemajuan yang pesat untuk mencapai
tujuan sesuai dengan misi, di mana akan menentukan mekanisme orang-
orang yang bekerja dalam organisasi.
58
STRUKTUR ORGANISASI
MTs. NW LEPAK SAKRA TIMUR
KOMITE MUTAWALLI
KEPALA MADRASAH
H. ZAINAL ARIFIN, S.Ag.
BENDAHARA NASRUDIN, S. Pd
WAKAHUMAS H. NASRUDIN, S. PdI
WAKASARPRAS MUSTIADI, S.PdI
WAKASIS RUSLI, S.Pd
WAKAKUR ABDUL HAYYI, S.Pd
KEPALA TU NASRUDDIN, S.Pd
PERPUSTAKAAN HARMAINI, S.Pd
KEPALA LAB HADIJAH, S.Pd
STAF TU ONI
WK VII A
ANWAR, S.Pd
WALI KELAS IX B
HADIJAH, S.Pd
WK VIII A
SAIFUL BAHRI, S.SOS.I
WK VII B
AFIFUDDIN, S.Pd
WALI KELAS IX C
MOH. ROPI’I, S.Pd
WK VIII B
MUH. SAID, S.PdI
S.SOS.I WK VII C
KAMARUDIN, S.PdI
WALI KELAS IX A
AHMAD EFENDI, S.Pd.
SISWA/SISWI
GURU MATA PELAJARAN
WALI KELASI
59
b. Deskripsi Tugas
Untuk menunjang terjadinya pembagian wewenang yang
terstruktur dalam organisasi madrasah, maka dibentuklah deskripsi tugas
yang menjadi acuan para pemegang kebijakan menjalan prosedur
pendidikan di MTs. NW Lepak.
Adapun Deskripsi tugas yang dikembangkan di MTs. NW Lepak
Sakra Timur adalah sebagai berikut:
Tabel 5.
Job Deskripsi Pejabat dan Pegawai MTs. NW Lepak Sakra Timur
NO PEJABAT JABATAN URAIAN TUGAS
1, H. Zainal Arifin, S.Ag
Kepala Madrasah
Memimpin suatu kegiatan madrasah
meliputi kegiatan perencanaan
pengorganisasian pelaksanaan pendidikan
dan evaluasi
2. Nasruddin, S.Pd
Bendahara
Membantukepala madrasah dalam
mengelola keuangan madrasa meliputi;
Penyusunan RAPBS
Membuat pembukuan keluar masuk
keuangan.
Mengendalikan penggunaan uang
anggaran madrasah.
Menyusun laporan.
Bertanggung jawab kepada kepala
madrasah.
3. Nasruddin
Kepala TU
Membantu kepala madrasah dalam
kegiatan ketata usahaan meliputi;
Mengiventarisir semua kegiatan MTs
NW Lepak Sakra Timur
Menyelenggarakan proses pelaksanaan
data guru dan karyawan.
60
Mengatur mekanisme kinerja
karyawan.
Membantu guru dalam pengadaan
blanko-blangko perangkat mengajar.
Merekap aktipitas kerja guru dan
karyawan.
Membuat laporan aktivitas guru dan
karyawan.
Mengkordinir pelaksanaan ketata
usahaan.
Bertanggung jawab kepada madrasah
4. Abdul Hayyi, S.Pd
Wakakur
Membantu Kepala madrasah dalam
kegiatan belajar mengajar meliputi;
Menyusun dan menjabarkan kalender
pendidikan
Menyusun pembagian tugas guru dan
jadwal pelajaran.
Mengatur dan menyusun program
pengajaran.
Mengatur program penilaian, kenaikan
kelas kelulusan dan laporan kemajuan
belajar siswa (pembagian rapot dan
STTB)
5. Rusli, S.Pd
Wakasis
Membantu kepala madrasah dalam
pembinaan siswa meliputi;
Membina dan mengendalikan
kedisplinan dan ketertiban siswa.
Mengatur dan membina kegiatan OSIS.
Mengatur dan menyusun pelaksanaan
pemilihan siswa teladan madrasah.
Menyeleksi siswa untuk diusulkan
mendapat bea siswa
61
Menyelenggarakan MOS.
Menyelenggarakan kegiatan
ektrakurikuler.
Mengkordinir pelaksanaan piket guru
Mengkordini BP/BK
Menyelenggarakan PMB
Mengkordinir wali kelas
Bertanggung jawab kepada kepala
madrasah.
6. Mustiadi, S.Pd
Wakasarpras
Membanru kepala madrasah dalam
pengelolaan sarana dan prasarana meliputi;
Merencanakan kebutuhan sarana
prasarana penunjang proses belajar
mengajar
Merencanakan program pengadaan
saranaprasarana.
Mengatur pemanfaatan dan perawatan
saranaprasarana.
Mengelola perawatan dan perbaikan
arana prasarana.
Mengatur pembukuan sarana prasarana.
Mengatur dan mengkordinir petugas
kebersihan madrasah.
Membuat berkala keadaan barang
Mengatur dan mengkordinir petugas
kemanan madrasah.
Bertanggung jawab kepada kepala
madrasah.
7. H. Nasruddin, S.Pd.I
Waka Humas
Membantu kepala madrasah dalam
membina hubungan madrasah dengan
madrasah meliputi;
Mengatur dan mengembangkan
62
hubungan madrasah dengan wali murid
dan instansi terkaid
Menyelenggarakan kegiatan promosi
madrasah kepada madrasah.
Menjalin kerjasama dengan majlis
madrasah.
Mendamping guru BP//Wali kelas
dalam kunjungan rumah.
Menjalin kerjasama dengan sekolah-
sekolah SD dan MI dan SLTA.
Mengatur dan mengendalikan kegiatan
masjid/keagamaan.
Bertanggung jawab kepada madrasah.
B. Bentuk Inovasi Metode Pembelajaran Fiqih di MTs. NW Lepak Sakra Timur
Inovasi pembelajaran merupakan langkah yang tepat dalam mengatasi
berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, inovasi
mtode pembelajaran dapat dilaksanakan pendidik untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan dalamproses pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil yang
maksimal.
Proses pembelajaran semacam ini, hanya dapat dilaksanakan melalui inovasi
metode pembelajaran, yaitu mendesain pembelajaran yang efektif dengan
mempertimbangkan dan menggunakan berbagai hal secara optimal, seperti memilih
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran,
menciptakan media yang menarik dan memanfaatkan potensi peserta didik
sehingga dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Terkait dengan hal tersebut, penulis akan menguraikan implementasi inovasi
pembelajaran dalam bidang studi Fiqih di Madrasah Tsanawiyah NW Lepak.
Bentuk Inovasi Pembelajaran Fiqih di MTs. NW Lepak Sakra Timur, dilakukan
dalam bentuk sebagai berikut:
63
1. Menerapkan Metode Pembelajaran Variatif
MTs. NW Lepak Sakra Timur merupakan lembaga pendidikan
berbasis madrasah yang cukup mapan dari segi manajemen dan sistem belajar
mengajar. Tidak mengherankan MTs. NW Lepak memperoleh akreditasi A dan
menjadi sekolah model penerapan K13 di wilayah Lombok Timur.
Dari segi pembelajaran, MTs. NW Lepak mengembangkan model-
model pembelajaran inovatif agar pembelajaran menyenangkan bagi siswa dan
guru. Berbagai macam metode pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru
bidang studi.
Dalam setiap kesempatan seperti rapat, pelatihan atau instruksi,
Kepala MTs. NW Lepak Sakra Timur menekankan pentingnya metode
pembelajaran dalam setiap proses belajar mengajar, ia mengatakan:
“Paradigma pembelajaran saat ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat, banyak terobosan terobosan baru dalam dunia
pengajaran. Kita sebagai lembaga yang mengemban misi
pendidikan hendaknya tidak apatis dengan terobosan terobosan
itu, kita disini senantiasa menekankan guru guru untuk berbenah,
melakukan inovasi pembelajaran karena untuk saat ini itu yang
terpenting, kalau soal penguasaan materi sih insya Allah tidak
ada kendala”78
Terkait itu, dalam pembelajaran Fiqih H. Nasruddin, S.PdI selaku guru
bidang studi Fiqih telah memformat dan mendesain metode pembelajaran yang
akan diterapkan dalam proses belajar mengajar, ia mengatakan:
“ Penggunaan metode pembelajaran yang variatif itu penting,
biar anak tidak jenuh dengan metode yang monoton. Terkait
dengan pembelajaran fiqh di kelas VII, saya menggunakan
beberapa metode yang kiranya sesuai dengan tuntutan kurikulum,
karena fiqih merupakan bidang studi yang tidak hanya
menekankan penguasaan teori, namun menekankan pentingya
78 H. Zainal Arifin, Kepala MTs. NW Lepak, wawancara tanggal 12 September 2016
64
pemahaman praktis maka perlu metode pembelajaran yang tepat
untuk lebih memaksimalkan hasil pembelajaran”79
Untuk mengimplementasikan metode pembelajaran, guru bidang studi
fiqh melakukan inovasi dengan menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasai selama proses belajar mengajar di MTs. NW Lepak Sakra Timur.
Metode pembelaran yang pernah diterapkan adalah: metode ceramah, Metode
Demonstrasi dan Metode Simulasi.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode tertua yang paling lazim
digunakan dalam berbagai situasi. Selain sering digunakan juga paling
sering dikritik. Mereka berpendapat bahwa metode ceramah dianggap tidak
tepat dipakai dalam dunia pendidikan dan pengajaran karena bertentangan
dengan prinsip belajar yaitu pelajar harus aktif.
Namun demikian bukan berarti ceramah merupakan metode yang
usang, dalam arti tidak dapat digunakan lagi. Metode ceramah tidak dapat
dinilai baik atau buruk, tetapi harus didasarkan atas tujuan penggunaannya.
Untuk bidang studi agama, metode ceramah masih tepat untuk
dilaksanakan, misalnya: untuk memberikan pengertian tentang Na‟jis,
maka satu-satunya metode yang dapat digunakan adalah metode ceramah.
Karena Na‟jis tidak dapat diperagakan, sukar didiskusikan, maka seorang
guru akan memberikan uraian menurut caranya masingmasing dengan
tujuan murid dapat mengikuti jalan pikiran guru.
Metode ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan
oleh semua guru bidang studi, menurut H. Nasruddin dalam pembelajaran
Fiqih metode ceramah penting dilakukan pada materi materi yang bersifat
teoritis konseptual. Sebagaimana ia menuturkan:
“Kalau saya tidak bisa lepas dari metode ceramah mengingat
pelajaran fiqih banyak bersifat teori yang harus dipahami
dengan betul oleh peserta didik. Memang metode ceramah
peran siswa cukup pasif karena hanya mendengarkan
79 H. Nasruddin, Guru Bidang Studi Fiqih, Wawancara tanggal 12 September 2016
65
penyampaian dari guru. Untuk memamastikan konsetrais siswa
setelah ceramah dialokasikan waktu untuk sesi tanya jawab”
Penggunaan metode ceramah menurut H. Nasruddin, S,PdI
dilakukan agar siswa paham dan menguasai perangkat teori dari landasan
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Menurutnya metode ceramah
yang selama ini kami gunakan agar siswa tidak hanya menguasai dalam
bidang psikomotorik dan efektif saja akan tetapi lebih dari itu siswa juga
menguasai dan menekuni dalam sektor kognitifnya.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dalam melaksanakan metode
pembelajaran Fiqih dalam menyampaikan materi yaitu dengan
menggunakan metode ceramah dengan tujuan agar siswa dalam
pembelajaran Fiqih tidak hanya terampil dalam bidang efektif dan
psikomotorik saja akan tetapi ada lebihnya dalam bidang kognitifnya, agar
semua siswa tidak hanya mampu melaksanakan dari perangkat teori yang
diberikan tetapi mempunyai dasar dalam melaksanakan teori-teori yang
telah diberikan.
Dalam menerapkan metode ceramah ini, guru bidang studi Fiqih
melakukan beberapa langkah. Ada tiga langkah pokok yang diperhatikan,
yakni persiapan, pelaksanaan, Evaluasi dan kesimpulan. Langkah-langkah
tersebut diantaranya adalah:
1) Tahap Persiapan
Pada tahap ini guru Fiqih menyiapkan beberapa perangkat yang
terkait dengan kebutuhan pembelajaran dengan metode ceramah pada
tahap guru Fiqih: Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, Menentukan
pokok-pokok materi yang akan diceramahkan dan Mempersiapkan alat
bantu.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini guru Fiqih mulai melakukan penyampaian materi
dengan ceramah sementara siswa mendengarkan penyampaian guru.
Pada tahap ini ada empat langkah yang dilakukan:
a) Langkah Pembukaan.
66
Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan
langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat
ditentukan oleh langkah ini.
b) Langkah Penyajian.
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi
pembelajaran de-ngan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas
sebagai metode pembe-lajaran, maka guru harus menjaga perhatian
siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang
disampaikan.
c) Evaluasi
Evaluasi adalah menguji sejauh mana daya tangkap siswa
terhadap penyampaian materi ini. Pada tahap ini siswa diberikan
waktu untuk mengajukan pertanyaan terkait materi, setelah guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa siswa tentang
materi terkait.
Dengan demikian siswa yang biasanya kurang mencurahkan
perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode
ceramah akan berhati-hati terhadap pelajaran yang diajarkan melalui
metode Tanya jawab. Sebab anak tersebut sewaktu-waktu akan
mendapat giliran untuk menjawab suatu pertanyaan yang akan
diajukan kepadanya.
d) Langkah Mengakhiri atau Menutup Ceramah.
Ceramah harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok
matar agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa
tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang
memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran.
Dalam penerapan pembelajaran metode ceramah ini guru berperan
aktif sebagai pusat pembelajaran, sementara siswa mendengarkan,
sebagaimana Dengan metode ceramah sangat sulit memastikan konsentrasi
siswa oleh karena rentan terjadi siswa tidak fokus dalam pembelajaran, bisa
jadi mereka diam tapi sebenarnya menghayal, badannya di kelas tapi
67
fikirannya melayang entah kemana. Metode ceramah sering dianggap
membosankan oleh siswa karena sering bikin ngantuk.
Alasan guru Fiqih MTs. NW Lepak Menggunakan metode ceramah
Anak benar-benar memerlukan penjelasan, misalnya karena baru atau guna
menghindari kesalah pahaman. Disamping itu juga menciptakan landasan
pemikiran peserta didik melalui produkceramah yaitu bahan tulisan peserta
didik sehingga pesertadidik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil
ceramah, Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahanyang
terdapat dalam isi pelajaran, Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan
penjelasan secara gamblang.
Menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran mempunyai
banyak kekurangan khususnya terkait konsentrasi siswa. Oleh karena itu
guru perlu melakukan inovasi pembelajaran untuk mewujudkan
pembelajaran yang tidak membosankan bagi. Sehubungan dengan itu, dalam
metode ceramah guru Fiqih di MTs. NW Lepak menerapkan beberapa
inovasi pembelajaran dalam bentuk taktik. Taktiknya dalam ceramah
adalah:
1) Berjalan Mengelilingi Siswa
Sambil berceramah guru berjalan perlahan mengelilingi siswa,
hal ini cukup efektif untuk memastikan konsentrasi anak. Dengan cara
ini anak merasa dikontrol oleh guru baik yang duduk dibangku paling
depan atau paling belakang.
2) Ceramah Dengan Merangkai Cerita
Cerita pada umumnya disukai sama siswa karena mempunyai
alur. Apalagi cerita tersebut diambil pelaku yang nyata dari warga kelas,
sehingga siswa menjadi tertarik mendengarkannya.
Dalam memberikan contoh terhadap sebuah praktik, guru
mengambil nama dari siswa yang ada dikelas itu secara bergantian.
Untuk melakukan ini guru seharusnya sudah mengenal siswanya satu
persatu. Contoh ketika guru mengajar di Kelas VIIB80 menerangkan
tentang tayammum, ia mengatakan:
80
Observasi Tanggal 13 Desember 2016
68
“suatu ketika Roy, Fadli dan Hali pergi merantau ke
Malaysia dan bekerja di perkebunan kelapa sawit yang sulit
air. Suatu hari, mereka sedang sibuk bekerja memetik kelapa
sawit sehingga tiba waktu azan zuhur berkumandang, mereka
menghentikan pekerjaannya dan hendak menunaikan sholat,
Akan tetapi ketika hendak berwudu ternyata airnya habis,
setelah mencari ke timur barat utara selatan, tidak juga
ditemukan air, maka mereka dibolehkan untuk bertayammum
sebagai pengganti wudhu”
Dengan cerita tersebut dapat membangun imaginasi siswa apalagi
pelaku cerita Roy, Fadli dan Hali ada dikelas itu. pada umummnya
Guru Fiqih MTs. NW Lepak mengambil pelaku dari siswa yang terlihat
konsentrasinya mulai buyar, sehingga dengan mengambil nama mereka
sebagai pelaku konsentrasinya kembali normal dan merasa tersanjung.
3) Melakukan Evaluasi
Untuk mengukur sejauh mana daya tangkap siswa dengan
metode ceramah, Guru Fiqih MTs. NW Lepak melakukan evaluasi
dengan cara mengajukan pertanyaan yang dijawab oleh siswa yang
ditunjuk. Pertanyaan yang diajukan mengacu pada materi materi yang
sudah disampaikan melalui ceramah.
Pelaksanaan evaluasi sudah dikonfirmasi sebelum kepada
siswa sebagai bentuk pemberitahuan kepada sisw agar memperhatikan
penjelasan guru ketika menyampaikan materi pembelajaran.
b. Metode Demonstrasi
Demontrasi dan Eksperimen adalah suatu metode mengajar
dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid
sendiri memperlihatkan pada setiap kelas tentang suatu proses atau cara
melakukan sesuatu.
Dalam tahap penerapan, metode ini peneliti temukan ketika
melakukan observasi tertanggal 20 September 2016 di kelas VII C pada
69
mata pelajaran Fiqih. Dalam metode demonstrasi setiap penyajian materi
guru sering memberikan model contoh yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan kepada peserta didik. Materi yang diajarkan ketika metode ini
diterapkan adalah materi wudhu dan tayammum.
Menurut H. Nasruddn S.Pd penggunaan metode demonstrasi pada
materi wudhu‟ dan tayammum adalah sangat tepat sebagamana
pernyataannya:
“untuk mata pelajaran Fiqih sesunggunya banya materi materi
yang cocok menerapkan metode pembelajaran yang berbass
prat sepert demonstras smulas dan lain lain. Sepert mater
tentang wudhu‟ dan tayammum kami menggunakan metode
demonstrasi. Mengingat materi ini sangat penting terkait
dengan kewajibannya sebagai muslim “
Dari pengamatan peneliti siswa cukup antusias memperhatikan
guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Demonstrasi merupakan
metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban
dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode
demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari
penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi
peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat
menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran,
demonstrasi dapat digunakan un-tuk mendukung keberhasilan strategi
pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Dalam menerapkan metode pembelajaran ini guru Fiqih melakukan
beberapa langkah yaitu:81
1) Pembukaan.
81 Observas tanggal 20 September 2016
70
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, di antaranya:
a) mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
b) mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
c) mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh
siswayakn siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap
penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2) pelaksanaan demonstrasi.
a) Guru menyiapkan segala perangkat pembelajaran
b) Guru memutar sebuah slide yang berisi gambar gambar dan juga
memutar sebuah video tentang tayammum
c) Guru mengulangi peragaan wudhu dan tayammum dengan media
dirinya.
d) Siswa mengikuti peragaan guru secara bersama sama
e) Guru meminta siswa memperagakan sendiri di depan kelas, sampai
memastikan semua siswa bisa
3) Langkah mengakhiri demonstrasi.
Setelah demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran
di-akhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya
dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa
memahami proses demons-trasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas
yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama
tentang jalannya proses de-monstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
Adapun terkait dengan inovasi metode pembelajaran dalam
pembelajaran Fiqih menggunakan metode demonstrasi ini, guru
menerapkan metode demontrasi berbasis gambar yang ditampilkan dalam
slide power point, juga ditampilkan dalam format video. Media gambar
dilakukan untuk menggambar tahapan tahapan orang berwujud. Adapun
media video menggabarkan tentang materi tayammum. Dalam video
71
tersebut terlihat seseorang berada dalam pesawat ketika waktu sholat tiba ia
bertayammum di dalam pesawat.
Untuk menerapkan inovsi pembelajaran berbasis gambar dan
video ini guru harus menyiapkan perangkap PC/Laptop dan LCD. Sehingga
penampakan gambar dan video bisa disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Karena Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam
proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam
proses pembelajaran. sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk
carta dalam ukuran besar.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya
peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap
pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu
menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus
menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau
dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik
atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses
pembelajaran.
Dalam prakteknya, ketika penerapan pelaksanaan inovasi
pembelajaran dengan media gambar dan video ini, siswa kelas VII MTs.
NW Lepak tergugah semangatnya, yang mengantuk tidak jadi mengantuk,
yang tidak tertarik menjadi bersemangat. Inilah peran media pembelajaran
yang cukup signifikan.
Dalam menyiapkan materi dan bahan media belajar Fiqih, guru
Fiqih kreatif memanfaatkan bahan yang tersedia di Madrasah berupa buku
paket Kurikulum 2013 yang dibagikan oleh Kemenag. Selain itu, guru Fiqih
menjadikan siswa sebagai media bagi siswa yang lainnya. Dan bahan
maupun materi yang bersifat soft file, guru mencari sendiri di internet
72
dengan me-download materi dan bahan yang dibutuhkan karena lebih hemat
dan praktis.
Sedangkan dalam menentukan media belajar yang digunakan
dalam proses pembelajaran, guru Fiqih memperhatikan kriteria-kriteria
pemilihan media belajar, sebagaimana yang dikemukakan oleh H.Nasrudin,
S.PdI:
“Untuk menentukan media belajar yang digunakan dalam
pengajaran Fiqih, guru mempelajari materi pelajaran yang
tertuang dalam silabus. Media tersebut disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai dari ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Selain itu, kepraktisan media itu didapat maupun
ketersediaannya di madrasah. Media yang berupa laptop dan LCD
harus bisa digunakan oleh guru itu. Di MTs. NW Lepak memiliki 2
unit LCD Projektor yang ditempatkan di ruang guru, tinggal guru
mencari sendiri materi dan bahan untuk ditampilkan oleh media
tersebut.”82
Penggunaan media belajar dapat mempermudah dan menunjang guru
dalam mengelola kelas juga disampaikan oleh H. Zainal Arifin, S.PdI:
“Kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media belajar,
proses yang berlangsung tampak lebih kondusif, aktif, dan kreatif.
Hal ini sering saya amati dari luar kelas terutama ketika guru
Fiqih menggunakan media LCD Projektor. Guru mengajar lebih
tenang, dan peserta didik tampak aktif dan antusias mengikuti
pembelajaran.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan inovasi
pembelajaran dengan media gambar dan video menjadi daya tarik tersendiri
82
H. Nasruddin, Guru Fiqih MTs. NW Lepak Wawancara tanggal 12 Novermber 2016
73
bagi siswa, hal ini dapat membangkitkan minat dan motiva siswa dalam
belajar fiqih.
c. Metode Simulasi
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian
pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memaami
tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat
digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pem-
belajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya.
Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni
memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk
upacara sebenarnya su-paya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian
juga untuk mengembang-kan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu
peristiwa, penggunaan simu-lasi akan sangat bermanfaat.
Adapun tujuan guru Fiqh MTs. NW Lepak menerapkan Metode
simulasi dalam pembelajaran Fiqh bertujuan untuk melatih keterampilan
tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari,
memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, melatih
memecahkan masa-lah, meningkatkan keaktifan belajar, memberikan
motivasi belajar ke-pada siswamelatih siswa untuk mengadakan kerjasama
dalam situasi ke-lompokmenumbuhkan daya kreatif siswa, dan melatih siswa
untuk mengembangkan sikap toleransi.
Pembelajaran Fiqih dengan metode simulasi ini dilakukan pada
materi sholat janazah dan tidak dilaksanakan di dalam kelas tetapi
dilaksanakan di mushalla. Dengan demikian Kegiatan pembelajarannya pun
tidak hanya sekedar teori atau pengetahuan saja tetapi meliputi sikap dan
ketrampilan. Kegiatan pembelajaran dengan cara demikian akan lebih
bermakna pada diri anak karena mereka melakukan sendiri.
Dalam menerapan metode pembelajaran simulasi ini guru melakukan
beberapa tahapan yatu:
1) Persiapan Simulasi
74
a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai
oleh simulasi.
b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
disimulasikan.
c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan
yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disedia-
kan.
d) Guru memutarkan video tentang shalat janazah.
e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2) Pelaksanaan Simulasi
a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang menda-
pat kesulitan.
d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan
masalah yang sedang disimulasikan.
3) Penutup
a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita
yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat mem-berikan
kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b) Merumuskan kesimpulan.
Guru melakukan evaluasi terhadap praktik sholat jenazah yang
dilakukan siswa dengan memberikan beberapa ketentuan ketentuan
penting tentang praktik itu.
Metode simulasi yang diterapkan dapat menggugah keaktifan siswa
dalam praktik sholat janazah. Akan tetapi praktik simulasi bisa jadi kacau
jika tidak diarahkan dengan depat dan tidak ada contoh langsung dari guru,
jika guru yang menjadi contoh maka kesempatan guru untuk mengontrol
menjadi kurang efektif. Oleh karena perlu sebuh model dari simulasi
pembelajaran yang dapat dicontoh anak.
75
Bentuk Inovasi Pembelajaran dalam metode ini simulasi ini adalah
penggunaan media pembelajaran video. Sebelum menyampaikan materi
terlebih dahulu guru mempersiapkan Laptop dan LCD Projektor yang akan
menayangkan video tentang materi shalat jenazah. Dengan mempersiapkan
kebutuhan pengajaran, pelaksanaan pembelajaran yang disampaikan guru
dapat berlangsung efektif, inovatif, menyenangkan dan tercapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran di ruang kelas
biasanya digunakan pada bidang studi yang yang banyak mempelajari
keterampilan motorik. Sebagai media audiovisual dengan memiliki unsur
gerakan dan suara, video dapat digunakan sebgai alat bantu mengajar pada
berbagai bidang studi. Dengan kemampuan untuk menyajikan gerakan
lambat (slow motion), media video membantu pengajar untuk menjelaskan
gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci.pengajar dapat memilih
program-program video yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan,
menyaksikan bersama diruang kelas dan kemudian membahas dan
mediskusikannya.
Selain digunakan untuk melihat program-program yang telah siap
pakai, media video juga dapat dimanfaatkan untuk merekam aktivitas
peserta didik yang tengah berlatih menguasai kemampuan interpersonal,
kemudian hasil rekaman tersebut dibahas dan dianalisis oleh sesama rekan
peserta didik dan pengajar.
Manfaat yang dirasakan dalam penggunaan media video pada
proses pembelajaran bagi guru dan siswa di MTs. NW Lepak adalah sebagai
berikut :
1) Sangat membantu tenaga pengajar dalam mencapai efektifitas
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran yang mayoritas praktek.
2) Memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam waktu yang
singkat
3) Dapat merangsang minat belajar peserta didik untuk lebih mandiri.
4) Peserta didik dapat berdiskusi atau minta penjelasan kepada teman
sekelasnya.
76
5) Peserta didik dapat belajar untuk lebih berkonsentrasi
6) Daya nalar Peserta didik lebih terfokus dan lebih kompeten.
7) Peserta didik menjadi aktif dan termotivasi untuk mempraktekan
latihan-latihan.
8) Peserta didik dapat menayangkannya di rumah karena materi sudah
dalam format film atau VCD.
9) Memenuhi tuntutan kemajuan zaman pendidikan, khususnya dalam
penggunaan bidang media teknologi.
10) Memberikan daya pemahaman keterampilan yang lebih terstruktural
Tujuan dari media video adalah untuk menyajikan informasi dalam
bentuk yang menyenangkan, menarik mudah dimengerti dan jelas.
Informasi akan mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indera,
terutama telinga dan mata, digunakan untuk menyerap informasi itu.
Tak mengherankan bahwa penggunaan media pembelajaran berupa
video melalui LCD Proyektor sebagai salah satu bentuk inovasi
pembelajaran, mendapat respon yang sangat positif dari siswa. Siswa yang
duduk di bagian belakang berdiri ke depan agar dapat melihat dengan jelas
praktik shalat janazah yang dalam video tersebut. Video diputar beberapa
kali sampai anak memahami dengan betul tahapan tahapan dalam sholat
janazah, baru kemudian anak anak diarahkan ke mushalla untuk simulasi
shalat janazah. Penggunaan audio visual ini sangat membantu guru fiqih
dalam menerapkan metode simulasi pada materi sholat janazah.
2. Merancang Motode Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran tidak akan terlepas dari peran seorang guru,
oleh karena itu, guru dituntut dapat menguasasi teori belajar dan prinsip‐prinsip
pembelajaran yang mendidik. Dan mampu menetapkan berbagai pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai
dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi
belajar.
Dalam pengembangan kurikulum. Guru harus mampu mengkaji dan
menganalisis silabus. Kemudian dari hasil analisis tersebut pendidik dapat
77
menurunkannya menjadi perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan
kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Disinilah guru
dituntut memiliki kemampuan untuk memilih, menyusun, dan menata materi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:
Guru yang kreatif akan selalu menciptakan ide-ide dalam merancang
sistem pembelajaran baru yang mampu membuat peserta didik dapat mencapai
tujuan belajarnya dengan penuh rasa puas. Untuk memperoleh sistem
pembelajaran baru tersebut diperlukan metode penelitian dan pengembangan
sistem pembelajaran.
Guru Fiqih di MTs. NW Lepak Sakra Timur mencoba merancang sebuah
metode pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa secara penuh
dalam sebuah proses pembelajaran, namanya metode kontrol sebaya.
Metode kontrol sebaya adalah istilah yang dipakai peneliti untuk
menyebut metode pembelajaran yang dkembangkan secara inovatif oleh guru
Fiqih di MTs. NW Lepak Sakra Timur. Metode ini digunakan pada materi
materi yang bersifat praktis.
Dalam praktik penerapannya, metode kontrol sebaya dalam pembelajaran
Fiqh di MTs. NW Lepak diterapkan pada materi sholat jamaah. Metode kontrol
sebaya dirancang agar semua tahapan praktik sholat berjamaah dapat terkontrol
secara sempurna. Adalah sulit bagi seorang guru untuk mengontrol secara detail
siswa yang banyak dalam sholat jamaah. Oleh karena metode kontrol sebaya
merupakan metode yang tepat dalam materi ini.
Adapun langah langah yang dilakukan guru dalam menjalankan metode
pembelajaran kontrol sebaya adalah sebagai berikut:
b. Tahap Persiapan
1) Guru menyiapkan materi
2) Guru menyiapkan instrumen kontrol
c. Tahap Pelaksanaan
1. Guru memberikan pengarahan kepada siswa tentang sistem dan
mekanisme metode simulasi dalam sholat berjamaah
2. Guru membagi siswa dalam dua kelompok
78
3. Kelompok menentukan siapa yang akan bertindak sebagai mu‟adzin,
iqomah dan imam.
4. Guru mengarahkan siswa/siswa untuk ke mushalla.
5. Masing-masing kelompok diberikan kartu check list sebagai bentuk
kontrol antar masing masing kelompokurutan wudhu dan prosesi sholat
jamaah.
6. Wudlu dan Sholat berjmaah dilakukan secara bergiliran antar masing –
masing masing.
7. Disaat kelompok lain sedang sholat berjamaah, maka kelompok lain
bertindak sebagai kontroler dengan mengisi instrumen kontrol secara
check list.
8. Setalah praktik sholat siswa mengumppulkan kartu check list.
d. Tahap Akhir
1) Guru mengumpulkan siswa
2) Guru mengevaluasi kesalahan kesalahan siswa
3) Guru menyumpulkan materi.
Adapun terkait dengan instrumen kontrol, memuat tentang ketentuan
ketentuan yang harus dilakukan siswa dalam praktek sholat berjamaah.
Penerapan metode kontrol sebaya dalam praktik sholat, instrumen kontrolnya
adalah sebagai berikut:
79
INSTRUMEN KONTROL
PRAKTEK SHOLAT BERJAMAAH
NAMA/KLS : .................................. Kontroler :.......................
NO OBJEK KONTROL Lafaz Sikap
1. Berdiri tegak tenghadap kiblat sambil memasang niat
2. Takbir mengangkat tangan sejajar dengan telinga kedua telapak tangan menghadap kiblat
3. Membaca surat al fatihah dengan tartil dan ayat ayat pendek lainnya
4. Rukuk dengan kepala sejajar dengan punggung meletakkan telapak tangan memegang persendian lutut
5. I‟tidak dan tuma‟mimah. Bangkit dari rukuk dan berdiri tegak tanpa bersedekap
3. Sujud, muka, kedua telapak tangan, lutut dan ujung kaki menyentuh alas sholat
4. Duduk antara dua sujud, Telapak kaki kiri terduduki pantat dan posisi ujung kaki kanan berdiri dengan jari kaki ditekuk
5 Tasyahhud awal posisi duduk sama seperti duduk diantara dua sujud. Telunjuk kanan dalam posisi menunjuk
6 Tasyahhud Akhir,Posisi ujung kaki menyilang, dan posisi kaki kanan berdiri menghadap ke belakang jari jari ditekuk.
7 Salam pertama dengan menengok ke arah kanan
8 Salam kedua dengan menengok ke sebelah kiri.
9 Mengusap muka dengan kedu
Dalam praktek sholat ini, bacaan sholat seluruhnya di baca secara
bersama sama, agar guru dan siswa dapat mengontrol bacaan bacaan yang salah,
sehingga dapat diberi penilaian dalam instrumen kontrol. Pada kolom bagian
lafaz adalah menilai bacaannya, jika bacaannya benar maka ditandai dengan ( )
dan jika bacaannya salah maka ditandai dengan silang (X). Pada kolom sikap
80
adalah menilai posisi tubuh saat melakukan sholat, jika posisinya benar maka
dikasih tanda ( ) tapi jika salah dikasih tanda silang (X).
Penerapan metode kontrol sebaya ini cukup cukup efektif membuat siswa
berkosentrasi penuh dalam pembelajaran praktik sholat. Adapaun manfaat dari
metode control sebaya ini adalah:
a. Guru sangat terbantu dalam mengontrol siswa
b. Guru dapat lebih mudah mengindentifikasi siswa yang sudah bisa dan belum
bisa.
c. Siswa aktif dalam seluruh proses, baik sebagai pelaksana maupun sebagai
kontroler.
d. Menyeimbangkan teori dan praktik
e. Siswa akan sungguh sungguh karena masing masing siswa ada kontolernya.
f. Ada nuansa kompetisi antar kelompok
g. Siswa lebih mudah memahami karena ada pengulangan
B. Dampak Penerapan Inovasi Metode Pembelajaran Fiqih Terhadap Prestas
Belajar Siswa di MTs. NW Lepak Sakra Timur.
Penerapan inovasi pembelajaran Fiqih di MTs. NW Lepak Sakra Timur
telah memberikan dampak positif bagi kelancaran proses belajar mengajar.
Disamping itu dengan menerapkan inovasi metode pembelajaran proses belajar
mengajar menjadi lebih hidup. Di antara dampak penerapan inovasi metode
pembelajaran fiqh di MTs. NW Lepak Sakrra Timur adalah:
1. Merangsang Antusiasme Siswa
Antusisme dalam belajar merupakan rasa ketertarikan terhadap proses
pembelajaran atau respon positif terhadap proses pembelajaran. Antusiame
belajar siswa hanya akan tercipta jika para pendidik memiliki strategi yang
tepat dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya. Dan strategi
pembelajaran itu harus dimunculkan dalam bentuk situasi kenyamanan belajar,
media dan sumber belajar yang menarik, serta suasana hati guru yang
mendukung. Jika guru hanya sekedar mengajar pembelajaran menjadi tidak
efektif dan para siswa enggan mengikuti pembelajaran secara optimal . Oleh
81
karena itu setiap pembelajaran yag dilaksanakan pendidik harus dapat
membangkitkan antusiasme siswa dalam belajar.
Pada proses belajar mengajar, kecenderungan teacher centered
(pembelajaran berpusat pada guru) masih nampak, yang semestinya students
centered (pembelajaran berpusat pada siswa) terjadi, masih sebatas asa.
Terlebih antusisme siswa dalam menghadapi pembelajaran di dalam kelas
(pembelajaran trasisional), masih amat rendah.
Akan tetapi tidak demikian yang dilakukan oleh guru Fiqh di MTs. NW
Lepak. Untuk menciptakan antusiasme belajar ia menerapkan inovasi
pembelajaran. Dalam inovasi metode pembelajaran fiqhg di MTs. NW Lepak
sesuai dengan penglihatan peneliti mereka menjadi lebih antusias. Dalam
metode demonstrasi tentang para selureuh siswa berdiri untuk dapat melihat
gurunya mempraktikkan wudhu dan tayammum.
Menurut penuturan gurunya, H. Nasruddin, S.Pdi bahwa metode
mengajar tidak harus monoton:
“Selama pembelajaqran fiqh saya mencoba meneraapkan berbagai
strategi karena model anak-anak ini cepat bosen. Kalau sudah bosen
konstrasi belajar hilang sehingga serringkali kelas tidak kontrol”
2. Menarik Perhatian Siswa
Perhatian siswa terhadap materi ,merupakan faktor yang mutlak dalam –
pembejaran, karena proses pembelajaran adalah transformasi ilmu pengetahuan
yang menjadi inti dari pendidikan.
Oleh karena itu guru seharusnya mencari format atau strategi dalam
mendapatkan perhatian siswa. Salah satu caranya adalah melakukan proses
pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa.
Kegiatan belajar siswa dapat terjadi apabila siswa ada perhatian dan
dorongan terhadap stimulus belajar. Untuk itu maka guru harus berupaya
menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan siswa belajar
kepada siswa dilakukan guru sebelum mengajar di mulai. Pada saat
berlangsungnya proses belajar-mengajar terutama pada saat siswa melakukan
kegiatan belajar dan saat-saat kondisi belajar siswa mengalami kemunduran.
82
Perhatian siswa terhadap stimulus belajar dapat diwujudkan melalui beberapa
upaya seperti penggunaan media, memberikan pertanyaan kepada siswa,
membuat variasi belajar pada siswa, sehingga siswa tidak bosan, sedangkan
motivasi belajar siswa dapat dilakukan melalui dua bentuk motivasi.
Dalam kasus inovasi pembelajaran fiqh di MTs. NW Lepak Sakra Timur
penggunaan metode Simulasi dalam melibnatkan seluruh indra siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Dalam prakteknya dalam setiap pembelaran yang
berbasis kontekstual, para siswa MTs. NW Lepak senantiasi melakukannya
dengan penuhg perhatian. Dengan demikian diharapkan kometensi
pembelajaran dapat tercapai dengan lebih optimal.
3. Membangun Motivasi Siswa
Motivasi dalam belajar memegang peran penting dalam keberhasilan
pendidikan. Karena Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa
yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari
bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap
penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah
tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya bahan-bahan pelajaran yang
disajikan hendaknya disesuaikan akan dengan minat siswa dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Menurut guru Fiqh MTs. NW Lepak, motivasi dapat menjadikan siswa
lebioh bergairan dalam belajar:
“Kalau anak-anak kita disini yang penting kita dapat
membangkitkan motivasinya, maka semangat belajarnya akan
bertambah walaupun mata pelajaran fiqh ditaruh dijam terakhir
sekolah, disaat anak-anak lapar dan mulai lelah. Akan tetapi jika
kita menggunakan metode yang tepat maka permasalahan itu
dapat diatasi dan anak anak akan menjadi lebih termotivasi
dalam belajar”83
83 H. Nasruddin, S.PdI, Guru Fiqih MTs. NW Lepak Sakra Timur, Wawancara Tanggal 24 November 20167.
83
4. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Permasalahan utama yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini
adalah Rendahnya Prestasi Belajar siswa. Hal ini merupakan sebuah koreksi
bagi kinerja dunia pendidikan, khususnya para pegiat pendidikan. Kita memang
sangat terenyuh melihat kenyataan rendahnya prestasi belajaar para siswa kita.
Pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga
peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakangagasan.
Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah
guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang
menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk
mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia
realitas yang dihadapinya.
Hal itulah yang dilakukan oleh guru fiqh di MTs. NW Lepak.
Pembelajaran dikemas dalam suasana yang menyenangkan dengan melakukan
inovasi pembelajaran, dan hal itu terbukti dapat mendongkrak prestasi belalajar
siswa MTs. NW Lepak dalam mata pelajaran fiqh‟
Terkait dengan dampak penerapakan inovasi pembelajaran terhadap
peningkatkan prestasi belajar dapat dikatakan berpengaruh signifikan. Dilihat
dari pencapaian yang diraih siswa MTs. NW Lepak, penerapan Inovasi Metode
Pembelajaran Fiqih berpengaruh signifikan Terhadap Prestas Belajar Siswa di
MTs. NW Lepak Sakra Timur.
Berikut adalah kompilasi nilai siswa yang diambil dari Nilai Ujian
Tengah Semester dan Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil 2016/2017. Sebelum
UTS pembelajaran dominan metode ceramah, setelah UTS baru menerapkan
metode pembelalajaran variatif.
84
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas : VII A
NO NAMA SISWA
NILAI UTS NILAI UAS
KO
GN
ITIF
AF
EK
TIF
PS
IKO
MO
TO
R
KO
GN
ITIF
AF
EK
TIF
PS
IKO
MO
TO
R
1 Abdul Rajab 75 75 75 0 0 0 2 Ahmad Roy Wijaya 65 65 65 70 70 70 3 Amri Arrosid 75 75 75 75 75 75 4 Astuti 70 70 70 75 75 75 5 Azi Zulkarnaen 70 70 70 70 70 70 6 Baiq Riskawati 80 80 80 80 80 80 7 Eka Sasmayanti 75 75 75 80 80 80 Gempa Rehun 75 75 75 80 80 80 9 Hali Padli 80 80 80 80 80 80 10 Halimatussakdiah 75 75 75 80 80 80 11 Hikmia Isro`i 75 75 75 80 80 80 12 Jesamal Ihpan 75 75 75 75 75 75 13 L. Bajang Zamani 80 80 80 85 85 85 14 Leni Herlina 75 75 75 75 75 75 15 Muhali 80 80 80 85 85 85 16 Nazrin Huzrian Syah 75 75 75 85 85 85 17 Nira Anggraini 65 65 65 70 70 70 1 Nita Herlianti 70 70 70 75 75 75 19 Nuruzza Enia 80 80 80 80 80 80 20 Rahmad Efendi 80 80 80 80 80 80 21 Reni Hastuti 80 80 80 80 80 80 22 Resianib Utami 75 75 75 75 75 75 23 Rosa Elya Fazira 75 75 75 75 75 75 24 Septiana 70 70 70 70 70 75 25 Sri Yuliati 75 75 75 75 75 75 26 Wiwik Alwiyah 75 75 75 80 80 80 27 Yuliana Mipta 75 75 75 80 80 80 2 M. Imam Gozali 80 80 80 80 80 80
85
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas : VII B
NO NAMA SISWA
NILAI UTS NILAI UAS
KO
GN
ITIF
AF
EK
TIF
PS
IKO
MO
TO
R
KO
GN
ITIF
AF
EK
TIF
PS
IKO
MO
TO
R
1 Abdul Majid 85 85 85 85 85 85 2 Amrina Rosyada 80 80 80 85 85 85 3 Atina Nurhikmah 80 80 80 85 85 85 4 Dian Puspita Sari 75 75 75 0 0 0 5 Eliza Aodina 70 70 70 75 75 75 6 Ema Junianti 80 80 80 75 75 75 7 Endriawan 75 75 75 75 75 75 Irma Soleha 75 75 75 75 75 75 9 Iskandar Roy Naldi 70 70 70 80 80 80 10 Laisa Ratnasari 75 75 75 80 80 80 11 M. Amir Rahmatulloh 75 75 75 80 80 80 12 M. Fauzi 80 80 80 0 0 0 13 Mila Rosa 75 75 75 75 75 75 14 Muh. Guntur 75 75 75 0 0 0 15 Muhamad Harizka 75 75 75 0 0 0 16 Nurhaliza 80 80 80 70 70 70 17 Nurul Tetik Distiman 85 85 85 75 75 75 1 Pihakutubun Koyimah 70 70 70 75 75 75 19 Riski Andini 70 70 70 75 75 75 20 Sakra Wijaya Ahmad 70 70 70 80 80 80 21 Samsul Hadi 70 70 70 80 80 80 22 Wahyu Andika 75 75 75 80 80 80 23 Widia Harlini 75 75 75 80 80 80 24 Yuliantika Mayasari 75 75 75 80 80 80 25 Alfin Nopandio 75 75 75 80 80 80
86
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas : VII C
NO NAMA SISWA
NILAI UTS NILAI UAS
KO
GN
ITIF
AF
EK
TIF
PS
IKO
MO
TO
R
KO
GN
ITIF
AF
EK
TIF
PS
IKO
MO
TO
R
1 Anita Suriani 75 75 75 85 85 85 2 Ayuni Astini 70 70 70 85 85 85 3 Bq. Dewi Yulia Septiana 80 80 80 85 85 85 4 Dinda Eliza 80 80 80 85 85 85 5 Julianti 70 70 70 80 80 80 6 Laili Suryani 75 75 75 80 80 80 7 M. Andri Adzhani 75 75 75 75 75 75 M. Haerul Fatoni 75 75 75 80 80 80 9 M. Hairil Nizam 80 80 80 85 85 85 10 Mardia Aripatul Hasn 80 80 80 85 85 85 11 Maulin Nurul Marsani 70 70 70 85 85 85 12 Moh. Daud Azmy 80 80 80 0 0 0 13 Muh. Ali Tamrin 80 80 80 75 75 75 14 Muh. Ulul Azmi 75 75 75 0 0 0 15 Muhammad Hendi 70 70 70 0 0 0 16 M. Khairul Amri 70 70 70 75 75 75 17 Muzayyin Annawawi 70 70 70 80 80 80 1 Neti Esta Wardaningsih 80 80 80 75 75 75 19 Nurul Aulia 80 80 80 80 80 80 20 Rahuni 75 75 75 80 80 80 21 Sinta Nurhidayati 70 70 70 80 80 80 22 Suci Fitriani 70 70 70 80 80 80 23 Wahyu Aditia 80 80 80 80 80 80 24 Wiwik Syafitri Ana 75 75 75 80 80 80 25 Yulia Hesti Ziana 70 70 70 80 80 80 26 Zuyyina Aini 70 70 70 70 70 70 27 Faeza Akbar 75 75 75 75 75 75
87
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Pelaksanaan Inovasi Metode Pembelajaran Fiqih di MTs. NW Lepak
Sakra Timur
1. Urgensi Inovasi Pembelajaran Fiqih
Inovasi dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti
dimiliki atau dilakukan oleh setiap guru. Hal tersebut mempunyai tujuan agar
pembelajaran dapat lebih hidup dan bermakna. Berbagai inovasi yang dilakukan,
diharapkan dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran atau mengatasi
masalah yang terdapat dalam pembelajaran.84
Berdasarkan teori inovasi pendidikan, yang dimaksudkan inovasi
pembelajaran dalam penelitian ini lebih cenderung pada pengertian yang
dikemukakan oleh Ibrohim yang mengatakan bahwa inovasi di bidang
pendidikan berupa gagasan, ide, alat atau metode yang bertujuan untuk
mengatasi masalah-masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan.85
Dalam tataran praktis Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri
atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain, yakni :
tujuan, materi, metode dan evaluasi. Pembelajaran inovatif bersifat student-
centered, artinya pembelajaran yang memeberikan peluang kepada peserta didik
untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi
oleh teman sebaya.
Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah
pembelajaran inovatif yang memberikan iklim kondusif di kelas dalam
pengembangan daya nalar, daya inkuiri dan kreatifitas peserta didik, yang
mendorong peserta didik menemukan gagasan baru dan membuat hal-hal yang
baru.
Dalam kajian ruang lingkup inovasi pendidikan, inovasi pembelajaran
termasuk ke dalam bentuk inovasi pengembangan media dan sumber belajar.
84 Udin Saefudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 2. 85 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan; Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 192.
88
Cakupan inovasi pembelajaran adalah skala makro (besar), pelaksanaan
inovasinya bersifat luas dan melibatkan banyak pihak. Sebagaimana layaknya
bentuk inovasi lainnya, inovasi pembelajaran juga harus diujicobakan terlebih
dahulu baru dapat didesiminasikan. Inovasi e-learning merupakan salah satu
upaya untuk dapat membantu membangun peran pendidikan dalam membuka
kesempatan pembelajaran bagi banyak orang, yang tidak bersifat gradual, tetapi
bersifat evolution karena tidak ada sesuatu hal yang memang benar-benar baru,
melainkan lebih kepada perbaikan atau perubahan.
Oleh karena itu, inovasi metode pembelajaran ini dapat terus
dikembangkan secara perorangan maupun kelompok. Munculnya inovasi
pembelajaran diharapkan akan memberikan banyak manfaat bagi pendidikan.
Salah satu manfaat yang diharapkan dapat dirasakan denhan munculnya
pembelajaran itu adalah dapat membantu upaya mengatasi berbagai masalah
pendidikan yang ada, seperti masalah pemerataan pendidikan, peningkatan
mutu, relevansi pendidikan serta peningkatan efektifitas dan efisiensi
pendidikan.
Inovasi metode pembelajaran dianggap begitu penting dalam
mempengaruhi upaya perbaikan dan pengembangan pendidikan, misalnya:
a. Memfasilitasi upaya pemerataan dan kesempatan pendidikan, karena e-
learning dapat memungkinkan memberikan jangkauan pendidikan yang lebih
luas, membantu peningkatan mutu pendidikan, karena e-learning
menerapkan pendidikan berbasis teknologi dan bebas akses sehingga setiap
individu memiliki keleluasaan lebih untuk belajar. Inovasi e-learning akan
dapat mempengaruhi mutu dalam segi pendidik, tenaga kependidikan,
peserta didik, dana serta sarana dan prasarana.
b. Mendukung peningkatan efisiensi pendidkan. Jika inovasi pembelajaran
mampu didifusikan dengan baik, maka akan dapat mengefesiensikan
pembelajaran dalam segi biaya dan waktu.
c. Menciptakan peningkatan efektivitas pendidikan karena e-learning akan
mendukung pembelajaran yang lebih baik dan tepat guna jika dikelola
dengan baik dan tepat.
89
d. Membantu mewujudkan relevansi pendidikan,baik secara internal maupun
eksternal.
Pelajaran fiqih merupakan kajian ilmiah tentang tuntunan dalam
beragama Islam, kesuksesan dan kegagalannya, dan evaluasi masyarakat beserta
berbagai aspeknya. Mata pelajaran ini menawarkan materi yang sangat luas,
melibatkan berbagai keterampilan, dan mengarahkan pada pemahaman yang
,mendalam serta generalisasi yang akan mengembangkan berbagai kemampuan
yang dimiliki oleh para siswa. Ruang lingkup fiqih sangat luas, karena
terbatasnya waktu dan agar para siswa dapat mempelajari hal-hal baru pembuat
keputusan tentang materi yang harus diajarkan perlu dilakukan secara bijaksana
dan hati-hati.
Guru fiqih memiliki peranan penting dalam keseluruhan proses
pembelajaran fiqih. Selain mengembangkan bentuk-bentuk alat bantu
pembelajaran secara mekanis dan mengembangkan pendidikan yang berfokus
pada kemajuan siswa. Guru fiqih juga memegang peranan penting dalam
membuat pelajaran fiqih menjadi hidup dan menarik bagi para siswa. Guru fiqih
bertanggung jawab menginterpretasikan konsep kepada siswa-siswanya. Hal ini
yang kemudian menjelaskan mengapa guru berperan penting dalam
pembelajaran fiqih.
Selain itu guru fiqih juga harus memiliki beberapa kualitas pokok, yaitu
penguasaan materi dan penguasaan teknik. Setiap guru fiqih harus memperluas
pengetahuan historisnya. Pengetahuan yang luas serta teknik mengembangkan
berbagai pertanyaan sangat diperlukan oleh guru fiqih. Guru fiqih juga harus
menguasai berbagai macam metode dan teknik pembelajaran fiqih, ia harus
mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan agar
proses belajar mengajar dapat berlangsung cepat dan baik.
Disamping faktor kemampuan guru pelajaran fiqih juga sangat berkaitan
dengan tersedianya fasilitas atau kelengkapan kegiatan belajar mengajar, baik
yang bersifat statis seperti gambar-gambar dan yang bersifat dinamis atau
kehidupan yang nyata di sekitar siswa. Hal ini membuktikan dalam
pengembangan pembelajaran fiqih, harus sudah diperhitungkan pula fasilitas
atau kelengkapan yang ada. Sebab tanpa memperhitungkan ini semua, suatu
90
strategi yang betapa pun direncanakan dengan baik akan tidak efektif pula
hasilnya
Pemahaman seorang guru terhadap ciri-ciri interaksi belajar-mengajar
belumlah cukup tanpa ada kemampuan untuk mengaplikasikannya ke dalam
proses interaksi belajar-mengajar. Di sinilah diperlukan kompetensi guru dalam
mempersiapkan tahap-tahapan kegiatan. Tahap-tahapan ini tidak bisa diabaikan
dalam proses interaksi belajar-mengajar atau dalam perencanaan pengajaran,
sebab kegiatan ini menyangkut masalah pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah tahap
persiapan/perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian/evaluasi.
Tahapan ini harus dibuat sedemikian rupa agar proses interaksi belajar-
mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
instruksional. Dalam penyusunan strategi belajar erat kaitannya dengan
kompetensi guru. Paling tidak guru harus memiliki dua modal dasar, yakni
kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program
itu kepada siswa.
2. Penerapan Metode Pembelajaran yang Varatif
Keberhasilan proses belajar mengajar dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Baik itu secara teknis
maupun nonteknis. Tidak hanya guru dan murid yang berperan
dalam keberhasilan pendidikan akan tetapi lebih dari itu juga harus ditunjang
aspek lain. Salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan adalah metode.
Seorang guru perlu mengetahui sekaligus mengusai berbagai metode dan
strategi belajar mengajar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Mengingat posisi guru yang sangat signifikan dengan pendidikan sebagai
fasilitator dan pembimbing, maka dari sini sesungguhnya guru memiliki tugas
yang lebih berat tidak hanya memegang fungsi transfer pengetahuan akan tetapi
lebih dari itu guru harus mampu menfasilitasi siswa dalam mengembangkan
dirinya disertai dengan bimbingan yang intensif.
Oleh karena itu guru dituntut untuk lebih kreatif, selektif dan proaktif
dalam mengakomodir kebutuhan siswa guru juga lebih peka terhadap
91
karakteristik maupun psikis siswa. Beberapa usaha yang dapat dilakukan guru
dalam rangka menciptakan kondisi yang efektif dan kondusif adalah kecekataan
dalam memilih sebuah metode dengan pendekatan emosional dan psikologis
siswa untuk itu seorang guru bukan hanya dituntut untuk bisa menguasai teknik
pengelolahan kelas, keterampilan, mengajar, pemanfaatan sumber belajar,
penguasaan emosional siswa, penguasaan kondisi kelas dan sebagainya.
Dalam pengelolahan kelas dan penguasaan emosional siswa, biasanya
sangat tergantung pada metode pengajaran guru disaat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Jika guru kurang jeli dalam memilih metode Mengajar maka akan
menimbulkan kondisi jenuh, membosankan, monoton dan kurang direspon oleh
siswa yang berujung pada tidak maksimalnya pemahaman siswa terhadap
materi.
Oleh karena itu menghindari keadaan seperti itu maka harus diambil
sebuah kebijakan dengan menerapkan sebuah metode yang sekiranya dapat
mengantisipasi demi tercapainya tujuan belajar. Sebenarnya dari beberapa
metode mengajar tersebut tidak ada satupun yang merupakan metode mengajar
yang terbaik. Karena hal ini tergantung dari kondisi siswa itu sendiri pada
hakikatnya sebuah metode mengajar adalah baik, karena mengandung unsur
keaktifan belajar dari semua komponen maka dari itu dalam penilaian metode
hendaknya disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi siswa.
Menurut penulis, penerapan metode yang berviariatif adalah sangat
penting dilakukan mengingat tidak semua materi dapat disampaikan dengan
metode yang sama, masing masing materi mempunyai karakteristik tersendiri
sehingga perlu metode tertentu untuk mengajarkannya.
a. Metode Ceramah
Kelebihan:
1) Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yang
sama untuk mendengarkan, dan karenanya biaya yang diperlukan
menjadi relatif lebih murah.
2) Konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar
kepada siswa.
92
3) Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga
waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
4) Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran,
tidak menghambat terlaksananya pelajaran dengan ceramah.
5) Guru mudah menguasai kelas.
6) Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
7) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
8) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
9) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
10) Lebih ekonomis dalam hal waktu.
11) Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,
pengetahuan dan kearifan.
12) Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
13) Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh
perhatian.
14) Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan
meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.
15) Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain
Kekurangan:
1) Pelajaran berjalan membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif, karena
tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri oleh konsep yang
diajarkan. Sisawa hanya aktif membuat catatan saja.
2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak
mampu menguasai bahan yang diajarkan.
3) Pengetahuan yang diperoleh melaui ceramah lebih cepat terlupakan.
4) Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “Belajar Menghafal” yang
tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
5) Mudah menjadi verbalisme.
6) Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-
benar menerimanya.
7) Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
93
8) Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang
menggunakannya.
9) Cenderung membuat siswa pasif
b. Metode Demonstrasi
Kelebihan :
1) Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap
penting oleh guru dapat di amati
2) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di
Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan
mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
3) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
belajar
4) Dapat menambah pengalaman anak didik
5) Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
6) Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan
kongkrit
7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap
siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
8) Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah
permasalahan
9) Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik
Kekurangan:
1) Memerlukan waktu yang cukup banyak
2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang
efesien
3) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-
bahannya
4) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
5) Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
6) Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini
94
7) Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik
hasilnya.
c. Metode Simulasi
Kelebihan
1) Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapai situasi
yang sebenarnya kelak.
2) Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
3) Dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan
dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5) meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran
Kekurangan
1) Pengalaman yang diperoleh tidak selalu tepat dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat
hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa
dalam melakukan simulasi.
Disamping itu, Mengingat bidang studi fiqih merupakan bidang studi
yang fundamental bagi siswa MTs. karena terkait dengan kewajibannya sebagai
seorang muslim yang sudah mukallaf maka dalam pembelajaran hendaknya
memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dapat dijadikan
acuan dalam menggunakan metode pembelajaran.
Pembelajaran Fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat
memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk
diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat
menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna).
Pengembangan Isi kurikulum Fikih di madrasah Tsanawiyah (MTs)
merupakan kelanjutan dari kurikulum di MI, beberapa isi kurikulum merupakan
perluasan dan pendalaman dari kurikulum sebelumnya. Dalam hal ini pendidik
diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga peran semua unsur sekolah, orang
95
tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan
pencapaian tujuan tersebut.
Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah
dilakukan berbagai studi yang mengarahkan pada peningkatan efisiensi dan
efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi
pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi
kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum.
Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang studi Fiqih di
MTs. NW Lepak adalah sebagai berikut:
Tabel 6
SK/KD Bidang Studi Fiqih Kelas VII Semester I
MTs. NW Lepak Sakra Timur
STANDAR
KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Melaksanakan
ketentuan taharah
(bersuci)
Menjelaskan macam-macam najis dan
tatacara taharahnya ( bersucinya )
Menjelaskan hadas kecil dan tatacara
taharahnya
Menjelaskan hadas besar dan tatacara
taharahnya
Mempraktikkan bersuci dari najis dan
hadas
2. Melaksanakan
tatacara salat fardu
dan sujud sahwi
Menjelaskan tatacara salat lima waktu
Menghafal bacaan-bacaan salat lima
waktu
Menjelaskan ketentuan waktu salat lima
waktu
Menjelaskan ketentuan sujud sahwi
Mempraktikkan salat lima waktu dan
sujud sahwi
96
STANDAR
KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
3. Melaksanakan
tatacara azan, iqamah
,salat jamaah
Menjelaskan ketentuan azan dan iqamah
Menjelaskan ketentuan salat berjamaah
Menjelaskan ketentuan makmum
masbuk
Menjelaskan cara mengingatkan imam
yang lupa
Menjelaskan cara mengingatkan imam
yang batal
Mempraktikkan azan, iqamah, dan salat
jamaah
4. Melaksanakan
tatacara berzikir dan
berdoa setelah salat
Menjelaskan tatacara berzikir dan
berdoa setelah salat
Menghafalkan bacaan zikir dan doa
setelah salat
Mempraktikkan zikir dan doa
Berdasarkan pada SK/KD tersebut terlihat bahwa kompetensi yang harus
dikuasai siswa bukan sekedar penguasaan teori melainkan penguasaan praktis.
Oleh karena itu dalam pembelajaran metode yang diterapkan sudah selayaknya
bervariasi tergantung pada standar kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Pada kompetensi dasar yang menekankan penguasaan teori, maka
metode ceramah dan penugasan dianggap lebih optimal. Dengan catatan harus
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan komunikatif sehingga anak
didik dapat bertanya tentang hal-hal yang belum dapat dipahaminya.
Dalam proses pembelajaran Fiqih di MTs. NW Lepak metode
pembelajaran ceramah dikombinasikan dengan metode diskusi.Diskusi
97
memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor
pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa
lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain,
sadar bahwa ada pandapat di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa
dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat
bawaannya.
Metode ceramah dan metode diskusi merupakan metode yang paling
umum dilakukan dalam sebuah proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran kedua metode ini adalah kombinasi yang ideal karena dapat
menutupi kekurangan masing-masing. Bahkan dalam penyampaian risalah, Nabi
Muhammad saw lebih dominan menggunakan metode ceramah hal ini
sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam firman Nya:
أ ه ه ه إ إ ه أ ه ه ا إ
Artinya: Hai Rasul, SAmpaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan jika kami tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu, maka)
kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia. Sehingga Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang kafir” (Al
Maidah:67)
Adapun terkait dengan metode diskusi Rasulullah saw sering
menyampaikan wahyu melalui metode diskusi. Salah satunya pada sebuah hadis:
عيل حدث ا قال حجر بن وعلي سعيد بن ق ت يبة حدث ا ء عن جعفر ابن وو إ صلى الل رسول أن ري رة أب عن أبي عن الع
الل درم ل من فيا المفلس قالوا المفلس ما أتدرون قال وسلم علي القيامة ي وم يأ أمت من المفلس إن ف قال متاع ول ل
ة ذا شتم قد ويأ وزكاة صيام و بص ذا وقذف ذا مال وأكل ذا دم وسفك ذا وضرب ذا ف ي عطى ذا حسات من من و
ما ي قضى أن ق بل حسات فيت فإن حسات م خطاي من أخذ علي )مسلم روا (الار. ف طرح علي فطرحت ا
Artinya : Hadis Qutaibah ibn Sâ‟id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan
dia ibnu Ja‟far dari „Alâ‟ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?,
98
jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta. Rasul bersabda;
Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada
hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah
mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah
(membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya.
Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka
dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia
dicampakkan ke neraka.(H.R. Muslim)
Adapun terkait materi yang bersifat praktis, pembelajaran fiqih di MTs. NW
Lepak menggunakan metode yang berorientas praktis pula yaitu metode
demonstrasi dan simulasi, kedua metode ini pernah dipraktikkan Rasulullah
ketika mengajarkan seorang sahabat bertayammum, dalam sebuah hadits:
ه آ ه شه ه أ أ ء ه إ ه ه إ أ ء أهص ه ه ه ه أ ه أ ه أ أ أ أ ه أ ه أ ه ه ه ص
ه ص إ ض ه ص أ
ه ه ) (
Artinya:Menceritakan kepada kami Adam, ia berkata, memberitakan kepada
kami Syu‟bat, memberitakan kepadaku Hakam, dari Jar, dari Sa‟id ibn
Abdurrahman ibn Abza‟, dari Ayahnya, ai berkata, “Telah datang Ammar bin
Yasir berkata kepada Umar bin Khatthab, “Tidaklah anda ingat seseorang
kepada Umar bin Khatthab, lalu ia berkata, “Sesungguhnya aku sedang junub,
dan aku tidak menemukan air?” Maka berkata Umar ibn Yasir kepada Umar
bin Khatthab, “Ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan. Adapun anda
belum salat, sedangkan saya berguling-guling ditanah kemudian saya salat.
Saya pun menceritakannya kepada Rasulullah SAW, kemudian Beliau
bersabda, “Sebenarnya anda cukup begini. Rasulullah memukulkan kedua
telapak tangannya ketanah dan meniupnya, kemudian mengusap keduanya
pada wajah dan tangan beliau.(H.R. Bukhari).
Dengan melihat demonstrasi Rasulullah, sahabat tersebut menjadi
mengerti tentang tata cara tayammum yang benar. Dalam kaitannya dengan
99
proses pembelajaran metode demonstrasi dilakukan pada hal-hal yang sulit jika
disampaikan dengan ceramah. Metode demonstrasi dilakukan dengan
memperagakan sesuatu sehingga memperjelas untuk dipraktekkan oleh peserta
didik. Metode demonstrasi sangat baik untuk peserta didik, karena murid lebih
mudah memahami materi dan menguasainya secara sempurna.
Adapun terkait dengan metode simulasi sebagaimana diterapkan oleh
siswa/siswi MTs. NW Lepak dalam praktik sholat berjamaah, Rasulullah telah
pula menerapakannya dalam hal mengajarkan para sahabat sholat dalam sabda
beliau:
أهص ه ه أ ص
Artinya: Sholatlah kalian, sebagaimana kalian melihat aku sholat (HR.Bukhari)
Kata ص merujuk pada sebuah perintah untuk melakukan sebuah
tindakan yaitu sholat. Kalau dalam proses pembelajaran kompetensi yang ingin
dicapai dalam hadist ini adalah bagaimana melakukan sholat secara benar
sesuai tuntunan sholat bukan bagaimana mengetahui praktik sholat.
Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam
memilih metode pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut
mesti berdasarkan pada penetapan. Sebelum memutuskan metode mana yang
akan dipakai dalam proses belajar mengajar, maka seorang pengajar perlu
memperhatikan beberapa pertimbangan berikut :
a. Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru
dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi
pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai
pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran
tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan
yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu.
Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator
hasil belajar yaitu:
1) Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
100
2) Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat
ditampilkan melalui peformance siswa.
3) Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan
performancenya
b. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka
dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience
(peserta didik), Behavior (perilaku yang harus dimiliki), Condition (kondisi
dan situasi)
c. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa
Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat
mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada
aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau
aktivitas mental.
d. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga
meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu
strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian
secara terintegritas.
e. Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu
mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar
proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan
terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai
apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan
mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya
pendidikan dan latihan.
f. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
101
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, peribahasa
mengatakan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga
pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama lebih
kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh
mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar
minimal 5 tahun
Adapun Langkah yang dapat dilakukan yakni perbaikan cara mengajar
guru dengan menggunakan metode baru yang inovatif. Adapun strategi
mengimplementasi pembelajaran inovatif sebagai berikut:
a. Menguasai teori pembelajaran
Guru sebagai tenaga pendidik profesional dituntut memiliki
kemampuan dalam menguasai teori pembelajaran. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut hendaknya guru mempelajari beberapa teori pembelajaran
yang dikemukakan oleh para ahli sebelumnya.
Penguasaan terhadap beberapa teori belajar sangat berguna bagi guru
dalam membuat perencanaan pembelajaran. Selanjutnya perencanaan akan
direalisasikan dalam kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran
tidak lepas dari konsep teori belajar yang ada didalamnya. Konsep belajar
inovatif didasarkan pada teori belajar yang membentuknya dan tentunya
sesuai dengan kontek pembelajaran itu sendiri. Dengan kata lain
pembelajaran inovatif dapat dibentuk melalui formulasi dari beberapa teori
belajar.
b. Memperkaya pemahaman pada metode pembelajaran
Penguasaan metode pembelajaran bukan hanya sebatas saran tetapi
hal ini merupakan tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai
tenaga pendidik. Kemampuan tersebut masuk dalam ranah kompetensi
profesional yang harus dimiliki oleh guru. Keberhasilan kegiatan
pembelajaran disekolah salah satunya ditentukan oleh metode pembelajaran
atau lebih tepatnya metode penyampaian materi yang digunakan.
Metode penyampaian materi merupakan kemasan yang dibuat untuk
membungkus materi agar lebih mudah dipahami, menarik, tidak
menjenuhkan sehingga tujuan dari pengajaran yang dilakukan dapat tercapai.
102
Untuk itu guna mengimplementasikan pembelajaran inovatif, seorang guru
harus selalu memperkaya pemahaman pada berbagai metode pembelajaran.
c. Mempelajari kembali materi yang akan diajarkan
Sejalan dengan tugasnya sebagai tenaga pendidik professional, guru
harus memiliki kemampuan dalam mengusasi materi pelajaran yang akan
diajarkan kepada peserta didiknya. Kemampuan seamacam ini berkaitan
dengan kompetensi professional yang harus dimiliki oleh guru. Penguasaan
materi pelajaran merupakan modal berharga yang harus dimiliki oleh guru
karena guru disini berperan sebagai sumber belajar. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa materi merupakan sebuah ilmu yang akan ditransfer
kepada peserta didik.
Untuk dapat mentransfer ilmu dengan baik, materi yang akan
diajarkan harus jelas dan mudah dipahami. Ketidakjelasan atas materi yang
akan diajarkan tentunya akan membuat peserta didik bingung dan sulit untuk
memahami materi tersebut. Pada akhirnya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya tidak akan tercapai. Untuk itulah pemahaman atas
materi yang akan diajarkan menjadi poin yang harus dipahami dengan baik
oleh setiap guru demi terciptanya pembelajaran inovatif.
d. Mengenali kondisi kelas dan peserta didiknya
Sebelum mengimpelementasikan pembelajaran inovatif, guru harus
mengenal kondisi kelas dan peserta didiknya. Hal ini menjadi penting karena
setiap peserta didik memiliki keunikan serta karakteristik yang berbeda
antara satu dengan lainnya. Untuk mengetahui kondisi kelas secara umum,
seorang guru harus mengidentifikasi dan mengorganisasikan kelas baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Identifikasi dapat dilakukan dengan membuat daftar hadir kelas,
daftar peserta didik, daftar nilai, dan lain sebagainya. Dari daftar hadir
peserta didik, guru dapat mengetahui kehadiran atau tingkat keaktifan
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Selanjutnya dari daftar peserta
didik, guru dapat mengetahui jumlah peserta didik dilihat dari jenis kelamin.
Sementara dalam daftar nilai, guru dapat mengetahui tingkat kecerdasan
awal yang dimiliki oleh peserta didik. Kegiatan identifikasi tersebut
103
selanjutnya dianalisa dan diinterpretasikan secara kualitatif dalam catatan
pribadi guru. Singkatnya ketiga contoh identifikasi di atas dapat dijadikan
acuan dalam rangka mengimplementasikan pembelajaran inovatif.
e. Melakukan observasi pada pembelajaran sebelumnya
Dalam konteks ini, kegiatan pengamatan dapat dilakukan dengan
mengamati situasi dan kondisi pengajaran sehingga akan diperoleh deskripsi
tentang kejadian yang muncul selama pembelajaran berlangsung. Guna
mengimplementasikan pembelajaran inovatif, guru harus melakukan
kegiatan observasi harian tentang kondisi pembelajaran. Langkah yang dapat
dilakukan yakni membuat lembar / buku observasi kelas berisikan tentang
situasi selama kegiatan berlangsung dan membuat laporan perkembangan
kegiatan pembelajaran. Data lembar lembar / buku observasi kelas mencakup
partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, kebisingan kelas dan perilaku
siswa selama pembelajaran.
Sementara dalam laporan perkembangan kegiatan pembelajaran
meliputi perkembangan hasil belajar peserta didik yang didukung dengan
hasil ulangan harian secara secara periodik. Dengan kata lain laporan
perkembangan kegiatan pembelajaran memuat target pencapaian /
penguasaan peserta didik pada materi yang diajarkan oleh guru.
f. Evaluasi pada pembelajaran sebelumnya
Guna mendapatkan pembelajaran yang benar – benar inovatif,
selanjutnya guru harus mengadakan evaluasi secara komprehensif. Kegiatan
evaluasi membahas tentang kelebihan dan kekurangan pembelajaran
sebelumnya. Kedua aspek tersebut meliputi perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Apabila ditemukan kelebihan maka guru harus
mempertahankannya dan apabila mendapatkan kekurangan maka guru harus
merencanakan perbaikan pada pembelajaran selanjunya. Kedua aspek
penilaian di atas secara adminitratif ditransformasikan dalam bentuk catatan
pribadi guru.
g. Mengadakan perbaikan pada pembelajaran sebelumnya
Setelah mengetahui kelebihan dan kekuarangan pada pembelajaran
sebelumnya, seorang guru diharapkan dapat memperbaikinya guna
104
mendapatkan pembelajaran yang inovatif. Perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan dengan mendopsi pembelajaran sebelumnya dan memunculkan
ide–ide baru yang dianggap dapat memperbaiki pembelajran sebelumnya.
B. Analisis Dampak Penerapan Inovasi Pembelajaran Fiqih Terhadap Prestasi
Belajar Siswa MTs. NW Lepak Sakra Timur.
Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan,
sedangkan guru adalah salah satu pemegang utama di dalam menggerakkan
kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan. Tugas utama seseorang guru ialah
mendidik, mengajar, membimbing, melatih. Oleh karenanya, tanggung jawab
keberhasilan pendidikan berada di pundak guru. Agar proses pembelajaran berhasil
dan mutu pendidikan meningkat, maka diperlukan guru yang memahami dan
menghayati profesinya. Untuk itu, dibutuhkan guru yang memiliki wawasan
pengetahuan dan keterampilan sehingga membuat proses pembelajaran aktif yang
mampu menciptakan suasana pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang
mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah.
Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses
memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan.
Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara sistem atau
subsistem terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga terlihat kemampuan
mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat mengarah kepada
pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan
dikerangkakan, dianalisis dan disintesiskan sehingga akan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik.
Pembelajaran yang inovatif akan tercermin dari hasil yang diperlihatkan
siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan
gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan / lisan dan tulisan. Siswa dengan
karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara
efektif dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan
berkompromi dalam mencapai tujuan bersama.
105
Dilihat dari inovasi model pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran Fiqih
yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas atau masjid, termasuk bagian
model pembelajaran kontekstual yaitu anak mengalami sendiri kegiatan
pembelajaran seperti praktik wudhu, melaksanakan sholat dhuha, sholat dhuhur
berjamaah.
Langkah MTs. NW Lepak yang mengambil guru yang mempunyai
kompetensi dalam bidangnya merupakan salah satu inovasi yang menggunakan
model pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi ini
menekankan pencapaian kompetensi. untuk meningkatkan mutu pembelajarannya
melakukan beberapa pembaharuan dalam pembelajaran Fiqh.
Berdasarkan data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
mengindikasikan bahwa penerapan inovasi pembelajaran Fiqih telah berampak
signifikan terhadap prestasi belajar sswa MTs. NW Lepak.
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilan itu adalah:
1. Kompetensi Guru
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang melibatkan
beberapa komponen yang saling terkait, salah satu komponen tersebut adalah
guru.Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya
pendidikan. Itulah sebabnya setiap ada inovasi pendidikan khususnya dalam
kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang berhasil dari upaya
pendidikan selalu bermuara pada faktor pengajar (guru). Untuk mengatasi
masalah tersebut guru harus melakukan inovasi-inovasi dan meningkatkan
keefektifan mengajar.
Agar dapat mengajar dengan efektif, guru harus meningkatkan
kesempatan belajar bagi peserta didik. Kesempatan belajar tersebut ditingkatkan
dengan cara harus menunjukkan keseriusan saat mengajar sehingga dapat
mningkatkan hasil belajar peserta didik.86
2. Ketersediaan Fasilitas
Fasilitas termasuk sarana dan prasarana pembelajaran di MTs NW
Lepak memang masih belum dikatakan lengkap, akan tetapi untuk praktik badah
dapat dkatakkan sudah cukup memadai.yang lengkap. Dari hasil pengamatan,
86 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 7
106
hampir di setiap sudut ruangan terdapat beberapa tulisan berisi do‟a-do‟a dan
ayat Al-qur‟an maupunhadist Nabi sebagai sumber belajar peserta didik sehari-
hari. Haltersebut secara tidak langsung merupakan sarana pembelajaran.
Namun demikian, meskipun inovasi pembelajaran fiqih cuup berhasil,,
namun ada beberapa kendala yang perlu diperhatikan. Kendala tersebut adalah:
1. Masalah kontrol kelas
Dengan guru menggunakan metode yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk aktif di dalam kelas, maka akan memberikan ruang
bagi mereka untuk bergerak, berbicara, bertanya dan sebagainya. Jadi, kelas
akan terkesan gaduh dan tidak disiplin. Kelas yang gaduh akan membuat
pembelajaran di dalam kelas terganggu. Oleh karena itu, guru perlu membuat
aturan yang tegas agar pembelajaran dapat berlangsung dengan kondusif tanpa
membatasi kreatifitas peserta didik.
Guru sangat berperan dalam pengelolaan kelas. Apabila guru mampu
mengelola kelasnya dengan baik, maka tidaklah sukar bagi guru untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan. Adapun pengelolaan kelas yang baik menurut
John Jarolinck dan Clifford D. Foster sebagaimana dikutip oleh B. Suryosubroto
adalah :a) Mempertinggi perkembangan mental dan sosial murid-murid, b)
Memberi kebebasan intelektual dan fisik dalam karakter yang ditentukan, c)
Memungkinkan pencapaian tujuan instruksional, d) Mengizinkan kepada murid
untuk ikut berpartisipasi atas pengelolaan kelasnya, e) Mengizinkan kepada
murid untuk mengembangkan kecakapan sendiri dan tidak tergantung pada
orang lain, f) Memebuat suasana yang hangat terhadap hubungan antara guru
dan murid, g) Menghasilkan sikap murid yang positif terhadap kelasnya.87
2. Perbedaan karakter anak
Karakter anak yang berbeda antara anak satu dengan yang lainnya
menuntut memberikan perlakuan yang berbeda pula dari seorang guru. Hal
inilah yang senantiasa harus disadari oleh pendidik. Terkadang ada yang
menyukai dengan metode bercerita, namun guru menggunakan metode ceramah.
Jadi, tidak ada satu metode yang paling baik dari metode lainnya, sehingga guru
harus senantiasa meningkatkan kreatifitasnya dalam menciptakan pembelajaran
87 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 50
107
yang menyenangkan. Guru hendaknya tidak malas dalam membuat perencanaan
pembelajaran yang mengedepankan potensi peserta didik.
3. Masalah teknis
Kendala teknis seringkali mengganggu terlaksananya pembelajaran
seperti rusaknya alat-alat listrik maupun terputusnya aliran listrik. enggunaan
media pembelajaran berupa alat elektronik seperti laptop, LCD, televisi, dan alat
elektronik lainnya sangat membantu dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Namun,pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran tersebut
akan mengalami hambatan listrik padam. Jadi, sebaiknya pendidik
mempersiapkan media pembelajaran yang beragam agar pembelajaran dapat
berjalan dengan maksimal.
4. Kesibukan pendidik
Kesibukan pendidik di luar jadwal untuk mengajar mengakibatkan
kegiatan pembelajaran terlaksana tanpa pendampingan dari pendidik. Meskipun
hal tersebut tidak dapat dihindarkan, namun perlu ada strategi jitu agar
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Khususnya dalam hal ini adalah
pembelajaran di dalam kelas. Bagaimanapun juga, pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik jika terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Oleh karena itu, membangun paradigma pendidik yang mengutamakan
kepentingan peserta didik harus senantiasa ditekankan, agar terbangun suasana
pembelajaran yang menyenangkan. Dengan kata lain, kualitas SDM pendidik
menjadi salah satu elemen penting sukses tidaknya pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah.
108
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraan pada bab bab sebelumnya, maka terkait dengan
penerapan inovasi metode pembelajaran Fiqih dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa di MTs. NW Lepak Sakra Timur, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penerapan inovasi metode pembelajaran Fiqih dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa MTs. NW Lepak Sakra Timur sejalan dengan dengan teori
PAIKEM yang menjalankan proses pembelajaran secara aktif inovatif kreatif
efektif dan menyenangkan.
Adapun bentuk-bentuk pembelajaran PAIKEM yang dikembangkan
dengan cara:
a. Menerapkan metode pembelajaran bervariatif.
Penerapan metode pembelajaran bervariasi ditentukan
berdasarkan materi pada bidang studi fiqh. Selama pembelajaran fiqh
disemester ganjl kelas VII beberapa metode pembelajaran yang pernah
dterapan adalah: Metode Ceramah, Metode Demonstras/Eksperimen ,
dan Metode Simulasi
Adapun bentuk inovasi pembelajarannya adalah: dalam metode
ceramah menggunakan inovasi merngkai cerita dan evaluasi, dalam
metode demonstrasi menggunakan inovasi bentuk gambar dan video,
dalam metode simulasi menggunakan bentuk video.
b. Merancang Metode Pembelajaran
Guru Fiqih di MTs. NW Lepak Sakra Timur mencoba merancang
sebuah metode pembelajaran yang diberinama metode kontrol sebaya
yang diterapkan pada materi Fiqih yang bersifat praktis seperti sholat.
Metode kontrol sebaya adalah model pembelaran kolompok yang saling
kontrol satu sama lain.
109
2. Penerapan inovasi pemnelajaran fiqih di MTs. NW Lepak Sakra Timur
berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini diindikasikan
dengan inovasi metode pembelajaran dapat membangkitkan antusisme
belajar, merangsang perhatian siswa, serta membangun motivas siswa yang
ke semua akan mengarah kepada peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan data, nilai akademik siswa meningkat signififikan dengan
inovasi metode pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman penelitian tentang metode pembelajaran,
izinkan peneliti menyumbangkan saransaran sebagai berikut:
1. Untuk menghidupkan proses pembeajaran, guru perlu mengembangkan
model-model pembelajaran yang lebih baik dan menyenangkan. Model
pembelajaran yang merangsang keaktifan siswa Keaktifan peserta didik
dalam pembelajaran menunjukkan adanya semangat dan minat serta motivasi
untuk berprestasi.
2. Pembelajaran di kelas perlu direncanakan dengan matang melalui
penyusunan RPP yang benar benar merefresntasikan segala aspek tentang
proses pembelajaran.
3. Pimpinan sekolah berupaya untuk memfasilitasi segala bentuk kebtutuhan
pembelajaran, baik berupa media pembelajaran, dokumentasi pembelajaran,
administrasi pembelajaran serta kebijakan yang mengarah pada
terselenggaranya proses pembelajaran dengan baik. Dengan demikian proses
pembelajaran dapat mengantarkan pada mutu yang baik pula.
4. Lembaga pemerintah pendidikan terkait, perlu menyelenggarakan pelatihan-
pelatihan tentang model inovasi pembelajaran bagi guru sehingga dapat
merangsang kreativitas guru dalam mengembangkan metode pembelajaran.
110
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2012.
Abdul Rahman Saleh dan Mubbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran Bandung: Humaniora,
2008.
Abu Ahmadi – Joko Tri Prastya, Strategi Belajar Mengajar Bandung: CV Pustaka Setia,
2005.
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009,
Ahmad Rofiq, Hukum-hukum Islam di Indonesia, Jakarta : Raja Garfindo Persada,
2000.
Syafi'i Karim, Fiqih - Ushul Fiqh, Bandung : Pustaka Setia, 1997
Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993,
Darajad Zakiyah,1992. Ilmu Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara.
Departemen Agama, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Standar Kompetensi 2005
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Cet.III;
Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 435.
Djumhur, Bimbingan Dan Penyuluhan di Sekolah , CV Ilmu , Bandung, 1975.
E Bell, Gredler, Margaret, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Rajawali. 1991 hlm. 357
Hamruni, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Insan Madani, tt,
Harini Wijayanti, Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL
Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pengukuran Pada Siswa Kelas IV
Semester II SDN 3 Jombok, Pule, Trenggalek, Skripsi tidak diterbitkan.
Tulungagung: Program Strata I STKIP PGRI Tulungagung, 2007
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, hlm. 222-224
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Pustaka Al Husana, Jakarta 1988,
Ichlasul Amal, Pengembangan Pendidikan Agama Islam dan Kajian Agama di
Perguruan Tinggi, dalam Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri ed, Dinamika
111
Pemikiran di Perguruan Tinggi, Wacana Tentang Pendidikan Islam Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999, hlm. 57
Imam Muhammad Abu Zahroh, Ushul Fiqih, Kairo : Dar al-Fikr al-Arobi, t.th, hlm. 5
Imron, Profesionalisme Guru sebuan Tuntutan, dalam Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1,
No. 2, Januari, 2005, Magelang : FAI UMM, 2005
Ishartiwi, Pengembangan Media Pendidikan Agama Islam Bagi anak Berkebutuhan
Khusus, Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan DEPAG RI,
2009
L.L. Pasaribu dan B. Simanjuntak, Didaktik Dan Metodik, Bandung: Tarsito, 1986, hal.
86-130.
Lexsy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rodakarya, Bandung,
2003,
Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya: Bina Ilmu, 1990
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa,Jakarta : Gaung Persada Press, 2009, hlm. 22
Muhaimin, , Paradigma Pndidikan Isla,p.t. Remaja Rosda karya, Bandung,2002.
Muhammad Khalid Mas'ud, Shatibi's Philosophy of Islamic Law, Malaysia: Islamic
Book Trust, 2000,
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003, hlm 133
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996,
Nana Sudjana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1995
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya, 1986,
Nurul Zuriah dan Hari Sunaryo, Inovasi Model Pembelajaran Berperspektif Gender,
Teori dan Aplikasinya di Sekolah, Cet.I; Malang: UMM Press, 2009,.
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007
Robert Bagdan, Steven J. Taylor, Introduction to Qualitatif Metode, Terjemahan Arif
Furqon, Usaha Nasional, Surabaya, 1992.
Rogers, Everett m, Diffusion of Inovations. USA, 1995.
Sugiono, Memahami Pendidikan Kualitatif Bandung : CV. Alfabeta, 2007.
Suharsimi Arikunto.Prosudur Penelitian Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm 107.
Suryabrata 1984 Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 194,
112
Sutrisno Hadi , Metedologi Reseac II, oFset,Jakarta , 1991,
Syaiful Bahri Djammah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta,2010,
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008
Yoto dan Saiful Rahman, Manajemen Pembelajaran, Malang: Yanizar Group, 2001,
Yuswianto. Metodologi Penelitian Buku Ajar Fakultas Tarbiyah Univrsitas Islam Negri
Malang, 2002,
Zuhairini, et.all, Metodologi Pendidikan Islam, Solo : Ramadhani, 1993
113
LAMPIRAN – LAMPIRAN
114
INSTRUMEN PENELITIAN TESIS
INOVASI METODE PEMBELAJARAN FIQIH
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
DI MTs. NW LEPAK SAKRA TIMUR
A. Draft Interview
NO DATA PERTANYAAN INFORMAN
1 Bentuk
Penerapan Inovasi dalam Pembelajaran Fiqih
Sudah berapa lama bapak mengajar bidang studi Fiqh? Mengapa bapak tertarik mengajar Fiqih? Bagaimana urgensi pembelajaran fiqih bagi anak didik? Bagaimana respon peserta didik tentang pelajaran fiqih? Sebelum melakukan proses belajar mengajar apa bapak lakukan? Bagaimana Bapak melakukan pemetaan materi bidang studi Fiqih? Bagaimana hubugan antara pemetaan dan metode pembelajaran? Bagaimana cara mengidentifikasi suatu materi dengan suatu metode? Metode apa saja yang pernah dilakukan dalam pembelajaran Fiqih? Mengapa menggunakan metode ceramah? Pada materi apa saja Bapak menggunakan metode ceramah? Bagaimana efektivitas ceamah terhadap penguasaan materi? Bagaimana mendesain metode ceramah yang menarik perhatian anak? Apa saja langkah-langah yang dilakukan dalam pembelajaran
H. Nasruddin, S.PdI Guru Fiqih Kelas VII MTs. NW Lepak Sakra Timur
115
dengan metode ceramah? Berapa kira-kira persentase konsentrasi anak dengan metode ceramah? Bagaimana pengaruh metode ceramah terhadap minat belajar anak? Apa saja kendala dalam penerapan metode ceramah? Bagaimana mengatasi kendala tesebut? Apa saja inovasi pembelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah? Menggunakan Metode Demonstrasi? Apa saja yang dipersiapkan dalam metode Demostrasi? Pada materi apa saja metode demontasi dilakukan? Bagaimana respon perserta didik ketika menerapan metode demonstrasi? Bagaimana Inovasi Bapak dalam pembelajaran metode demostras? Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam metode demonstrasi? Bagaimana menyiapkan alat bantu dalam mentode demonstasi? Kira-kira berapa persentase penyerapan materi denga metode demonstrasi? Apa saja kendala-kendala penerapan metode demostrasi? Bagaimana mengatasi kendala-kendala tersebut? Mengapa meggunakan metode simulasi? Pada materi apa saja penggunaan metode silmulasi dilalukan? Dimana metode simulasi dilakukan? Apa saja inovasi bapa dalam melakuan metode simulasi? Apakah media pembelajaran yang digunakan dalam metode simulasi? Bagaimana mendapatkan media
116
pembelajaran dalam metode simulasi? Bagaimana langkah – langkah pembelajaran dengan metode simulasi? Bagaimana respon anak didik dengan metode simulasi? Apa tujuan metode simulasi diterapan? Apa saja kendala – kendala dalam pembelajaran dengan metode simulasi? Bagaimana menggaasi kendala tesebut? Selain metode terebut, adakah metode yang dikembangkan sendiri oleh Bapak? Bagaimana bentuk penerapan metode tersebut? Pada materi apa saja metode tersebut diterapkan? Bagaimana respon anak didik dengan metode tersebut? Apa saja alat bantu dalam penerapan metode tersebut? Bagaimana menyiapkan alat bantu tersebut? Apa saja kendala yang ditemui dengan metode tersebut? Bagaimana mengatasi kendala tersebut?
2 Dampak Penerapan Inovasi Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar
Apa saja aspek-aspek yang bernilai positif yag muncul ketika menerapkkan inovasi pembelajaran Fiqih? Bagaimana perbedaan antusiasme siswa sebelm dan sesudah dilakuan inovasi pembelajaran fiqih? Adakah pengaruh antara antusiasme dengan penambahan jam pelajaran? Bagaimana pengaruh antusiasme dalam pembelajaran? Bagaimana menstimulus motivasi siswa dalam inovasi pembelajaran? Bagaimana pengaruh penerapan inovasi pembelajaran terhadap prestasi belaja peserta didik?
117
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pretasi belaja tersebut? Bagaimana tingkat ketuntasan belajar terhadap prestasi belajar anak didik? Bagaimana tingkat kepuasaan guru terhadap prestasi belaja tersebut? Apa harapan guru terhadap upaya meningkatkan prestasi belajar ana didik? Apa saja aspek aspek yang perlu ditekanan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik?
B. Data Observasi
NO DATA SASARAN WAKTU 1 Gambaran umum lokasi
penelitian Kondisi lingkungan MTs. NW Lepak
Ketika Penelitian
2 Bentuk – Bentuk Inovasi Pembelaaran Fiqih di MTs. NW Lepak Sakra Timur
- Tahap Persiapan - Tahap
Pelaksanaan
Ketika jadwal
3 Dampak Inovasi Pembelajaran Fiqih Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Nilai dan Hasil Belajar
Kondisional
C. Data Dokumentasi
NO DATA SASARAN BENTUK 1 Gambaran Umum MTs. NW
Lepak Sejarah Berdirinya
Madrasah Letak Geografis Data Tenaga Pendidik Keadaan Siswa Struktur Organisasi Data Sarana Prasarana Madrasah
Profil Madrasah Profil Madrasah Papan Data Lapor Bulan Bagan Tabel
2 Inovasi Pembejaran Proses Pembelajaran RPP Photo – photo
3 Dampak Inovasi Pembelajaran Fiqih Prestasi
Hasil Belajar Daftar Nilai
118
Belajar Siswa
119
120
121
122
Photo Photo
Guru Fiqih Sedang Memberikan Pengarahan Tentang Praktik Sholat Bagi
Siswa/Siswi MTs. NW Lepak
Guru MTs. NW Lepak Sedang Rapat Pembagian Tugas
123
Guru Fiqih MTs. NW Lepak Duduk Bersama Peneliti dalam sebuah forum
seusai melakukan wawancara
Siswa/Siswi MTs. NW Lepak saat pengarahan sebelum pembelajaran
Fiqih
124
Siswa/Siswi MTs. NW Lepak usai les Bidang Study Fiqih
125
126