BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era modern saat ini, kata ‘kemudahan’ menjadi demikian dibutuhkannya sehingga
dihampir semua aspek kehidupan, orang mengusahakan adanya perangkat yang memudahkan
untuk melakukan sesuatu.
Hal ini termasuk dalam hal melakukan transaksi perbankan, yang meliputi penyimpanan
dana di Bank, pengambilannya, pengelolaannya serta penggunaan dananya sendiri.
Saat ini, nyaris setiap nasabah perbankan melakukan aktivitas perbankan mereka dengan
menggunakan kemudahan yang disediakan oleh Bank, seperti pengambilan uang melalui
ATM, layanan kartu debit, kartu kredit, atau yang lainnya. Penyediaan kemudahan dan
layanan seperti itu secara tidak resmi memang menjadi seperti suatu keharusan (mandatory)
bagi Bank yang berorientasi ritel dewasa ini. Persepsi ini diperkuat dengan suatu survey
mengenai kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh sebuah majalah ekomomi beberapa tahun
yang lalu, dimana disimpulkan bahwa faktor utama penilaian masyarakat dalam melihat suatu
Bank baik atau tidak adalah apakah Bank tersebut menyediakan fasiltas ATM atau tidak.
Dalam memenuhi ‘tuntutan’ kemudahan tersebut yang diterjemahkan sebagai layanan
kepada nasabahnya, tentunya Bank juga dituntut untuk mengutamakan faktor keamanan
bertransaksi dengan menggunakan layanan tersebut. Salah satu faktor penting dalam
memenuhi tuntutan pengamanan ini adalah dalam hal penyediaan teknologi kartu yang
digunakan. Kartu ATM, kartu debit ataupun kartu kredit yang diterbitkan oleh Bank saat ini
mayoritas masih menggunakan jenis dan teknologi kartu yang sama, yaitu kartu dengan
magnetic stripe.
1.2 Rumusan Masalah
Data dari Assosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), dengan jumlah penerbit kartu kredit
(issuer) pada tahun 2007 sebanyak 21 institusi, dengan lebih dari 9 juta kartu kredit yang
beredar di masyarakat, tingkat pemalsuan atau penyalahgunaan kartu (fraud) yang terjadi
adalah sekitar 35 milyar rupiah per tahunnya. Dari jumlah fraud di atas, fraud terbesar adalah
dalam bentuk pemalsuan atau penggandaan kartu (Counterfeit).
Selain dari kegiatan counterfeit, kegiatan fraud juga dapat dilakukan dengan cara:
Pencurian dompet, buku cek, kartu debit atau kartu kredit.
Perubahan alamat account oleh pelaku kriminal.
Pencurian informasi dari rumah oleh teman, relasi atau lainnya.
Pengiriman email/sms/telepon dan berpura-pura sebagai pihak Bank/pihak
terpercaya untuk mencari tahu informasi yang bersifat privasi.
Melalui hacking, virus dan spyware komputer atau mesin ATM.
Pelanggaran data di sekolah, toko retail, bank, rumah sakit atau pihak lain yang
memiliki akses pada informasi pribadi.
Pegawai yang memiliki akses pada data pribadi.
Kriminal yang menyadap pembicaraan di sarana umum.
Melalui metoda baru dan berbeda yang terus dikembangkan oleh pelaku kriminal.
(Sumber: 2007 Identity Fraud Report, Javelin Strategy & Research)
1.3 Tujuan
Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang
perekonomian suatu negara (khususnya dibidang pembiayaan perekonomian). Hal ini,
didasarkan atas, fungsi utama perbankan yang merupakan lembaga intermediasi antara pihak
yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak yang memerlukan dana (lack of fund).
Selain berperan sebagai agent of development yang dapat mendorong kemajuan
pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan proses pembayaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan
kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes
atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat
penukaran uang. Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir.
Industri ini menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Saat ini, bank memiliki
fleksibilitas pada layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif
yang mereka bayar untuk simpanan deposan.
Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai
rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menghimpun dana, berupa pemberian pinjaman
kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung
kelancaran kegiatan utama tersebut. Bank didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE Menurut
saya, bank merupakan sarana yang memudahkan aktivitas masyarakat untuk
menyimpan uang, dalam hal perniagaan, maupun untuk investasi masa depan. Dunia
perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang
perekonomian suatu negara (khususnya dibidang pembiayaan perekonomian). Inilah
beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan:
1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah
satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka
pendek (yield enhancement).
2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai
salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau
disebut juga sebagai risk management.
3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana
mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu
dikemudian hari (price discovery).
4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan
spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu
sendiri.
5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti, transaksi
derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen
dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar di masa mendatang. Terlepas
dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu
diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank
di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4) Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank
(perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas
demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.4 Hal ini, jelas
tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap
proses pembangunan bangsa.
2.1.1 Sejarah Perbankan di Indonesia
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia
Belanda. Pada masa itu De javasche Bank, NV didirikan di Batavia pada tanggal 24
Januari 1828 kemudian menyusul Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij,
NV pada tahun 1918 sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri
dan penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang memegang peranan
penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada itu antara lain:
1. De Javasce NV.
2. De Post Poar Bank.
3. Hulp en Spaar Bank.
4. De Algemenevolks Crediet Bank.
5. Nederland Handles Maatscappi (NHM).
6. Nationale Handles Bank (NHB).
7. De Escompto Bank NV.
8. Nederlansche Indische Handelsbank
Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-
orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain:
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank
2. Bank Nasional indonesia.
3. Bank Abuan Saudagar.
4. NV Bank Boemi.
5. The Chartered Bank of India, Australia and China
6. Hongkong & Shanghai Banking Corporation
7. The Yokohama Species Bank.
8. The Matsui Bank.
9. The Bank of China.
10. Batavia Bank.
Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan
berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.
Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain:
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank
OCBCNISP), didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung
2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang
dikenal dengan BNI '46.
3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini
berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.
5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi
Bank Amerta.
8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger
dengan Bank Pasifik.
10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian
merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.
Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan.
Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syariah, dan juga Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Masing-masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik
dan fungsinya.
2.1.2 Tujuan jasa perbankan
Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa
perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia
mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank
menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang
paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran
yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang
memakan waktu.
Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada
pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi
dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi
suatu negara akan menngkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku
seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun
karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.
2.1.3 Jenis-jenis bank dan fungsinya
Tiga kelompok utama Institusi keuangan - bank komersial, lembaga tabungan,
dan credit unions - yang juga disebut lembaga penyimpanan karena sebagian besar
dananya berasal dari simpanan nasabah. Bank-bank komersial adalah kelompok
terbesar lembaga penyimpanan bila diukur dengan besarnya aset. Mereka melakukan
fungsi serupa dengan lembaga-lembaga tabungan dan credit unions, yaitu, menerima
deposito (kewajiban) dan membuat pinjaman ( Namun, mereka berbeda dalam
komposisi aktiva dan kewajiban, yang jauh lebih bervariasi).
Perbandingan konsentrasi aset ukuran bank, menunjukkan bahwa konsolidasi
perbankan tampaknya telah mengurangi pangsa aset bank paling kecil ( aset di bawah
$ 1 miliar). Bank-bank ini - dengan aset dibawah $ 1 milliar - cenderung
mengkhususkan diri pada ritel atau consumer banking, seperti memberikan hipotek
perumahan, kredit konsumen dan deposito lokal. Sedangkan aset bank yang relatif
lebih besar (dengan aset lebih dari $ 1 miliar), terdiri dari dua kelas adalah bank
regional atau super regional. Mereka terlibat dalam grosir yang lebih kompleks
tentang kegiatan komersialperbankan, meliputi kredit konsumen dan perumahan serta
pinjaman komersial dan industri (D & I Lending), baik secara regional maupun
nasional. Selain itu, bank - bank besar memiliki akses untuk membeli dana (fund) -
seperti dana antar bank atau dana pemerintah ( federal funds)- untuk membiayai
pinjaman dan kegiatan investasi mereka. Namun, beberapa bank yang sangat besar
memiliki sebutan yang berbeda, yaitu Bank Sentral. Saat ini, lima organisasi
perbankan membentuk kelompok Bank Sentral,yaitu: Bank New York , Deutsche
Bank( melalui akuisisi bankir-bankir saling mempercayai), Citigroup, JP Morgan , dan
Bank HSBC di Amerika Serikat. Namun, jumlahnya telah menurun akibat
megamergers. Penting untuk diperhatikan bahwa, aset atau pinjaman tidak selalu
menjadi indikator suatu bank adalah bank sentral. Tapi, gabungan dari lokasi dengan
ketergantungan pada sumber nondeposit atau pinjaman dana.
2.2 Teknologi Informasi
Teknologi Informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang
membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau
menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk
data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer
pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam
modern (misalnya ponsel).
2.2.1 Sejarah
Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa
adalah teknologi, bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang
disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut
hanya bertahan sebentar saja, yaitu hanya pada saat si pengirim menyampaikan
informasi melalui ucapannya itu saja. Setelah ucapan itu selesai, maka informasi yang
berada di tangan si penerima itu akan dilupakan dan tidak bisa disimpan lama. Selain
itu jangkauan suara juga terbatas. Untuk jarak tertentu, meskipun masih terdengar,
informasi yang disampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi bahkan hilang sama
sekali.
Setelah itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar.
Dengan gambar jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa
dan disampaikan kepada orang lain. Selain itu informasi yang ada akan bertahan lebih
lama. Beberapa gambar peninggalan zaman purba masih ada sampai sekarang
sehingga manusia sekarang dapat (mencoba) memahami informasi yang ingin
disampaikan pembuatnya.
Ditemukannya alfabet dan angka arabik memudahkan cara penyampaian
informasi yang lebih efisien dari cara yang sebelumnya. Suatu gambar yang mewakili
suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau dengan penulisan angka, seperti
MCMXLIII diganti dengan 1943. Teknologi dengan alfabet ini memudahkan dalam
penulisan informasi itu.
Kemudian, teknologi percetakan memungkinkan pengiriman informasi lebih
cepat lagi. Teknologi elektronik seperti radio, televisi, komputer mengakibatkan
informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama
tersimpan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Teknologi Informasi pada Perbankan
Dalam hal Informasi Teknologi (IT), hampir seluruh perbankan belum banyak
memanfaatkan kemajuan dibidang IT. Hal ini dikarenakan keterbatasan SDM perbankan yang
menguasai IT, ataupun keterbatasan ahli IT yang mengerti tentang mekanisme dan sistem
kerja dari perbankan. IT merupakan investasi yang mahal, sementara kondisi keuangan
perbankan saat ini belum se-established perbankan konvensional. Hal lainnya adalah belum
adanya vendor yang berniat untuk berinvestasi dibidang perbankan.
Kurangnya inovasi di perbankan, keterbatasan IT, kurang kompetitifnya pembiayaan
perbankan dan juga untuk meningkatkan kemampuan praktisi perbankan dalam membaca
pasar dan mengedukasi nasabah tidak terlepas dari kualitas SDM dalam industri ini.
Berdasarkan data yang terkumpul, kurang dari 50 persen SDM perbankan yang berlatar
belakang. Sebagian besar SDM bank masih berlatar belakang konvensional. Lambannya
industri pendidikan dalam mengantisipasi kebutuhan industri perbankan ini tidak terlepas dari
keterlambatan lahirnya pendidikan dibandingkan dengan industri keuangan, keterbatasan
publikasi maupun buku-buku serta ketiadaan linkage yang menghubungkan antara perbankan
syariah dengan pendidikan hampir tidak terwujud. Padahal jika linkage antara pendidikan
keuangan dengan lembaga perbankan dapat dibangun dapat dihasilkan sejumlah temuan-
temuan baru yang akan sangat mendukung pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia.
Penerapan IT di perbankan mutlak diperlukan dalam memenuhi tuntutan nasabahnya, hal
ini tidak hanya terkait dengan pangsa pasar yang terikat secara emosional tetapi juga
peningkatan kualitas pelayanan dalam proses manajemen dan produk-produk itu sendiri.Oleh
karena itu, perbedaan produk dalam bank syariah perlu mendapat perhatian khusus serta
memiliki konsep security networking yang kuat sehingga menciptakan image yang baik dalam
keamanan dan kenyamanan ekonomi.
3.2 Fasilitas Perbankan
Dalam memenuhi ‘tuntutan’ kemudahan tersebut yang diterjemahkan sebagai layanan
kepada nasabahnya, tentunya Bank juga dituntut untuk mengutamakan faktor keamanan
bertransaksi dengan menggunakan layanan tersebut. Salah satu faktor penting dalam
memenuhi tuntutan pengamanan ini adalah dalam hal penyediaan teknologi kartu yang
digunakan.
Kartu ATM, kartu debit ataupun kartu kredit yang diterbitkan oleh Bank saat ini mayoritas
masih menggunakan jenis dan teknologi kartu yang sama, yaitu kartu dengan magnetic stripe.
Kartu dengan magnetic stripe adalah kartu yang di bagian sisi belakangnya terdapat strip
magnetik yang digunakan untuk menyimpan data. Setiap kali kartu tersebut digunakan untuk
bertransaksi, maka perangkat CAD (Card Accepting Device) akan membaca data yang ada di
magnetic stripe tersebut dan kemudian mengirimkannya ke pusat komputer pengolah (Host).
Strip magnetik mampu menyimpan data-data penting untuk pemrosesan lebih lanjut, tapi
jumlah kapasitas penyimpanannya sangat terbatas, yaitu hanya beberapa puluh bytes saja.
Strip magnetik biasanya terbagi menjadi 3 bagian (Track), yaitu Track 1, Track 2 dan Track 3.
Pada standard yang digunakan oleh kalangan perbankan, data Track 2 adalah data yang paling
penting, karena pada track tersebut tersimpan data nomor kartu yang menjadi key identitas
seorang nasabah. Sementara Track 1 dan Track 3 seringkali tidak digunakan.
Proses pengenalan dan pemeriksaan kebenaran kartu, akan dilakukan oleh komputer Host
setelah menerima kiriman data yang disampaikan oleh CAD. Pada transaksi kartu kredit,
selain pemeriksaan keabsahan kartu yang dilakukan oleh Host, dilakukan juga pemeriksaan
keabsahan pemegang kartu yang dilakukan secara manual yaitu dengan cara melihat tanda
tangan atau foto yang tertera pada kartu. Dengan mekanisme pengecekan seperti di atas, dan
mudahnya algoritma penomoran kartu ditiru, maka tingkat keamanan penggunaan kartu
dengan magnetic stripe menjadi rendah. Dengan peralatan yang relatif sederhana, sebuah
kartu magnetic stripe dapat dengan mudah dan cepat digandakan.
Data dari Assosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), dengan jumlah penerbit kartu kredit
(issuer) pada tahun 2007 sebanyak 21 institusi, dengan lebih dari 9 juta kartu kredit yang
beredar di masyarakat, tingkat pemalsuan atau penyalahgunaan kartu (fraud) yang terjadi
adalah sekitar 35 milyar rupiah per tahunnya. Dari jumlah fraud di atas, fraud terbesar adalah
dalam bentuk pemalsuan atau penggandaan kartu (Counterfeit).
Selain dari kegiatan counterfeit, kegiatan fraud juga dapat dilakukan dengan cara:
Pencurian dompet, buku cek, kartu debit atau kartu kredit
Perubahan alamat account oleh pelaku kriminal
Pencurian informasi dari rumah oleh teman, relasi atau lainnya
Pengiriman email/sms/telepon dan berpura-pura sebagai pihak Bank/pihak terpercaya
untuk mencari tahu informasi yang bersifat privasi
Melalui hacking, virus dan spyware komputer atau mesin ATM
Pelanggaran data di sekolah, toko retail, bank, rumah sakit atau pihak lain yang memiliki
akses pada informasi pribadi
Pegawai yang memiliki akses pada data pribadi
Kriminal yang menyadap pembicaraan di sarana umum
Melalui metoda baru dan berbeda yang terus dikembangkan oleh pelaku kriminal
(Sumber: 2007 Identity Fraud Report, Javelin Strategy & Research)
Dari cara-cara fraud diatas, benang merah yang didapat dalam hal proses
penyalahgunaan kartu adalah didahului dengan mendapatkan informasi penting terkait dengan
pemegang kartu, dan kemudian membuat kartu tiruan dengan data-data penting tersebut.
Setelah itu jadilah sebuah kartu magnetic stripe yang dapat digunakan untuk bertransaksi.
Dengan demikian, cara untuk mengurangi atau menghambat proses pembuatan kartu palsu
yang dirasakan paling efektif adalah pembuatan kartu dengan teknologi dimana proses
penulisan data ke kartu dan pemeriksaan keabsahan dilakukan dengan cara yang tidak mudah
atau rumit untuk dilakukan. Untuk itu teknologi saat ini yang tepat adalah penggunaan
teknologi Chip Card atau Smart Card. Atas dasar itu, pihak Visa International dan
MasterCard, dua penyelenggara system pembayaran internasional dengan menggunakan kartu
kredit, mewajibkan perpindahan (migrasi) dari kartu berbasis magnetic stripe menjadi
berbasis smart card sejak tahun 2007. Demikian juga halnya dengan Bank Indonesia, yang
melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/52/PBI tanggal 28 Desember 2005 Tentang
APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu), telah mewajibkan Bank Penerbit Kartu untuk
segera melakukan migrasi ke chip card paling lambat akhir 2009.
3.2 Teknologi smart card
Smart Card adalah suatu jenis kartu yang didalamnya ditanami integrated circuit (IC)
yang dapat digunakan untuk menyimpan dan mempertukarkan data. IC yang digunakan dalam
Smart Card adalah berupa microchip yang dapat melakukan pemrosesan data dan menyimpan
ribuan bytes data. Jadi dari prinsip kerjanya yang dapat melakukan pemrosesan data yang
cukup komplex, Smart Card dapat dianalogikan sebagai perangkat komputer mini namun
tanpa layar display dan keyboard.
Dibandingkan dengan teknologi yang digunakan oleh kartu magnetic stripe, Smart
Card mempunyai ketahanan yang lebih baik dalam hal penyimpanan data identitas pemegang
kartu maupun data penting lainnya. Pada Smart Card juga diterapkan system security yang
memproteksi data atas berbagai ancaman keamanan (security threats), dari yang sederhana
seperti kelalaian penyimpanan password oleh pemegang kartu, hingga kemungkinan
penyusupan (hacking) dari pihak yang tidak berwenang.
Dari sisi kemampuan penyimpanan data, kemampuan Smart Card berada jauh diatas
kemampuan kartu magnetic stripe. Hal ini dikarenakan IC yang digunakan dalam kartu smart
card dapat digunakan untuk menyimpan data hingga ribuan bytes. Dan jumlah data yang
dapat disimpan akan berkembang terus seiring dengan perkembangan teknologi.
3.3 Sistem Keamanan Data
Pada system Smart Card, dimana penggunaan utamanya adalah untuk kegiatan
bertransaksi, penerapan prinsip-prinsip keamanan mencakup keamanan bertransaksi adalah
suatu hal yang wajib. Prinsip keamanan tersebut yaitu:
1. Data Integrity
Fungsi ini yang akan memastikan bahwa data di catatan dokumen (yang tercatat di
Smart Card) dan data transaksi telah diperiksa dan dikonfirmasi kebenaran isinya,
sejak awal transaksi hingga akhir.
2. Authentication
Fungsi ini akan melakukan pemeriksaan, kemudian mengkonfirmasi bahwa pihak-
pihak yang terkait dalam transaksi atau pertukaran data (value) adalah pihak-pihak
yang memang dituju atau berwenang.
3. Non-Repudiation
Fungsi ini untuk memastikan pelaku-pelaku transaksi dan menghindari kemungkinan
bantahan dari pelaku transaksi dengan cara melakukan verifikasi digital signature yang
terdapat dalam data transaksi, dan memastikan bahwa data tersebut cocok (match).
4. Authorization and Delegation
Fungsi Authorization (otorisasi) adalah proses yang memberikan hak akses atas data
tertentu dalam suatu system.
Sementara Delegation (delegasi) adalah pemanfaatan pihak ketiga, yaitu Cerificate
Authorities, untuk melakukan pengaturan dan mensertifikasi setiap pihak yang terlibat
dalam system. Dalam system Smart Card yang menggunakan EMV sebagai protocol
transaksi, system keamanannya akan mencakup hal sebagai berikut:
5. CAM – Card Authentication Method
Yaitu mekanisme yang digunakan untuk mencegah pemalsuan kartu dan pengubahan
data di dalam chip.
6. CVM – Cardholder Verification Method
Yaitu metoda verifikasi untuk melakukan pengecekan apakah pemegang kartu adalah
pihak yang memang mempunyai hak untuk menggunakan kartu tersebut. Metoda
verifikasi yang digunakan dapat ditentukan oleh Issuer apakah menggunakan PIN atau
cara lain. Jika menggunakan PIN, verifikasi dapat dilakukan secara offline maupun
online.
7. On-line Card and Issuer Authentication
8. Yaitu mekanisme dimana kartu dapat diotentifikasi oleh Issuer secara online dan
sebaliknya kartu pun dapat melakukan otentifikasi terhadap Issuer yang memberi
response.
9. Non-repudiation of transactions
Yaitu mekanisme yang menggunakan PKI (Public Key Infrastructure) untuk
memverifikasi bahwa pelaku transaksi telah menggunakan key yang valid yang telah
di-assign untuk pelaku transaksi tersebut.
10. Secure script delivery
Yaitu mekanisme pengiriman perintah khusus kepada kartu untuk melakukan apa yang
diperintahkan oleh Issuer. Misalnya untuk melakukan pemblokiran kartu dan lain
sebagainya.
3.4 Implementasi Smart Card di Indonesia
Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang tertuang dalam PBI No. 7/52/PBI
tanggal 28 Desember 2005 Tentang APMK, yang mencakup Kartu ATM, Kartu Debit, Kartu
Kredit dan Kartu Prabayar, implementasi Smart Card di Indonesia akan dimulai dengan
penggantian kartu magnetic stripe pada kartu kredit menjadi kartu dengan chip atau Smart
Card. Dalam ketentuan yang sama, Bank Indonesia juga telah menghimbau untuk segera
dilakukan migrasi ke Smart Card untuk kartu ATM, kartu Debit dan kartu Prabayar. Dengan
demikian nantinya semua fungsi yang basic ada pada kartu kredit, kartu ATM, kartu debit
ataupun kartu prabayar juga akan diterapkan di kartu Smart Card.
Fungsi-fungsi basic tersebut adalah:
- Fungsi pembelian di toko (merchant)
- Fungsi penarikan uang tunai di ATM
- Fungsi pengecekan saldo di ATM
- Atau fungsi-fungsi lain yang sudah ada di ATM saat ini
Pemanfaatan Smart Card lebih lanjut
Selain fungsi basic seperti yang disampaikan di atas, Smart Card juga dapat digunakan
untuk berbagai bidang, khususnya pada bidang-bidang yang memerlukan penyampaian
informasi secara cepat, penyampaian data dari satu pihak ke pihak lain ataupun bidang yang
menerapkan system keamanan yang tinggi.
Smart Card dapat diaplikasikan pada bidang-bidang seperti berikut:
Loyalty dan Stored Value
Pemanfaatan mayoritas dari Smart Card adalah stored value, yaitu penyimpanan
data/value, yang biasanya juga dikaitkan dengan program Loyalty, yaitu program untuk
mencatat dan memberikan reward kepada pelanggan yang sering melakukan pembelian.
Aplikasi Stored Value akan menyimpan sejumlah nilai (value) dalam memori Smart
Card yang dapat digunakan atau ditukarkan dengan barang atau layanan tertentu. Penggunaan
aplikasi Stored value dirasakan lebih efisien, aman dan nyaman bagi pelanggan. Contoh
implementasinya adalah seperti pembayaran parkir, toll, untuk pembelian games ataupun
untuk pembatasan pembelian BBM.
E-Commerce
Penggunaan Smart card di layanan e-Commerce dapat membantu dalam proses
perekaman data transaksi dan penggunaan kartu untuk melakukan pembelanjaan dengan
aman. Penggunaan Smart Card dalam aplikasi E-Commerce dapat berupa implementasi kartu
kredit ataupun micro-payment, dimana dapat digunakan untuk bertransaksi dengan nilai yang
sangat kecil.
Layanan Kesehatan
Smart Card dapat digunakan untuk melakukan pencatatan data kesehatan pemegang
kartu, sehingga pemegang kartu dapat melakukan pemeriksaan di berbagai rumah sakit yang
berbeda, dan pihak rumah sakit dapat menelusuri sejarah kesehatan pemegang kartu, sehingga
dapat melakukan tindakan yang tepat.
Network Security
Pemanfaatan jaringan publik atau internet untuk melakukan transaksi, dapat lebih
ditingkatkan keamanannya apabila menggunakan Smart Card.
User dapat diidentifikasi dan diberikan otorisasi hak akses atas informasi tertentu yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
ID card dan akses pada area tertentu
Pembatasan hak akses atas area atau ruangan tertentu di kantor atau pabrik yang dapat
dilakukan dengan penggunaan Smart Card sebagai ID card, dimana setiap penggunaan hak
akses akan tercatat dalam system dan digunakan untuk melakukan evaluasi, tracing atau hal
lainnya.
3.5 Kendala Implementasi
Menilik dari tingginya tingkat penyalahgunaan kartu berbasis magnetic stripe,
implementasi Smart Card di Indonesia merupakan hal yang cukup mendesak. Namun
implementasi tersebut tidaklah tanpa kendala. Kendala utama yang dihadapi oleh kalangan
perbankan Indonesia adalah kendala kebutuhan investasi dan biaya yang diperlukan untuk
keperluan migrasi ini yang ternyata sangat tinggi.
Dengan memperhitungkan dan mengasumsikan hal-hal sebagai berikut:
harga 1 buah kartu Smart Card sekitar US$ 1
biaya upgrade terminal ATM agar dapat melakukan pembacaan kartu Smart Card sekitar
US$ 1.000 per terminal
biaya upgrade terminal EDC agar dilengkapi dengan smart card reader sekitar US$ 300
per terminal
biaya upgrade aplikasi back office agar dapat mengenali transaksi yang menggunakan
smart Card sekitar US$ 100.000
biaya pelatihan SDM agar mempunyai pemahaman yang cukup tentang smart card sebesar
US$ 1.000 per orang
maka jika sebuah Bank kelas menengah dengan 500 karyawan yang terlibat langsung dalam
pelayanan nasabah, dan mempunyai 100 buah mesin ATM, 500 buah mesin EDC dan 10.000
nasabah, maka minimal dibutuhkan dana sebesar US$ 860.000, yang jika dikonversi dengan
menggunakan nilai Rp. 9.200 per US$ 1, maka nilainya adalah sekitar Rp. 7,9 miliar.
Lalu, mengapa Bank Indonesia menghimbau, atau bahkan mewajibkan Bank-Bank di
Indonesia untuk melakukan migrasi ke Smart Card ? Tidak lain tidak bukan alasannya adalah
untuk mengantisipasi dan menghindari kerugian yang lebih besar dari penyalahgunaan kartu,
yang semakin hari semakin tinggi dan semakin canggih.
Ketentuan Bank Indonesia dalam hal ini pada akhirnya bertujuan untuk melindungi
industri perbankan itu sendiri dan tentunya juga melindungi konsumen perbankan dalam hal
ini adalah nasabah Bank.
Potensi penyalahgunaan kartu di Indonesia, dimana pelakunya ditenggarai adalah
sindikat internasional, memang diakui cukup tinggi. Data di Bank Indonesia mencatat pada
tahun 2006, nilai penyalahgunaan kartu yang terjadi sebesar Rp. 36 miliar. Sementara pada
bulan Februari 2008 ini kepolisian RI berhasil menemukan 7.000 kartu kredit palsu yang
sebagian diantaranya sudah digunakan di berbagai negara.
3.6 Potensi Pengembangan Layanan
Disamping tingginya investasi dan biaya yang diperlukan, ternyata dengan
penggunaan Smart Card, ada banyak potensi pengembangan layanan yang bisa dilakukan oleh
Bank dalam rangka meningkatkan revenue berbasis fee (fee based income).
Potensi pengembangan layanan yang dapat dilakukan Bank antara lain adalah sebagai berikut:
Pengelolaan system pembayaran toll.
Dalam hal ini pada kartu Smart Card yang sudah dimiliki nasabah dapat diinstall
aplikasi untuk pembayaran toll, yang akan secara otomatis mengurangi (deduct) saldo
yang disimpan di kartu tersebut. Atas layanan ini Bank juga berkesempatan untuk
mengendapkan dana yang
terkumpul sebelum diserahkan kepada pengelola jalan toll.
Pembayaran atau Pembelian retail
Smart Card yang diterbitkan oleh Bank dapat juga berfungsi sebagai alat pembayaran
atau pembelian dengan nilai uang yang kecil, seperti pembayaran parkir, pembelian
token untuk bermain games, transaksi di internet, melakukan donasi dan lain-lain.
Loyalty Programme
Smart Card digunakan untuk menyimpan dan mencatat setiap transaksi yang
digunakan oleh nasabah, yang kemudian nilai yang terkumpul yang tercatat di Smart
Card dapat digunakan untuk melakukan transaksi lain. Dengan layanan ini, Bank bisa
mengelola dana yang terkumpul dan sekaligus menjadi program untuk melakukan
retensi nasabah.
Semua layanan di atas memungkinkan Bank untuk mendapatkan revenue tambahan
dari fee yang didapat, yang secara tidak langsung dapat digunakan dan diperhitungkan
untuk mengembalikasn investasi yang sudah dikeluarkan untuk dapat menerbitkan dan
mengelola system Smart Card.
Jika diasumsikan untuk setiap layanan Bank akan mendapatkan fee sebesar Rp.
3.000,- per transaksi, maka Bank dengan 10.000 nasabah dapat menghasilkan revenue
tambahan sebesar Rp. 360juta per tahun untuk satu jenis layanan.
3.7 Teknologi pada Bank
Sekarang bisa kita menikmati kemudahan dari jasa bank melalui teknologi internet,
baik melalui internet banking, sms transaksi dan lain sebagainya, keuntungan kompetitif dari
bank dan lembaga keuangan akan sangat tergantung pada kemampuan teknologi untuk
melaksanakan proses bisnis, mengelola risiko dan menyediakan layanan pelanggan yang
sangat baik.
Biaya merupakan masalah ketika berinvestasi di IT hardware dan software. Sebagai
bagian dari strategi biaya mereka, bank menerapkan proses bisnis outsourcing.Berbagai
software perbankan digunakan dalam penerapan teknologi ini, dan banyak vendor
menawarkan untuk kemajuan teknologi pada bank, dibawah ini beberapa software perbankan
dan vendor nilai tertinggi yang digunakan oleh bank :
1. CRM Customer Relationship Management
Manfaat dari CRM termasuk pengurangan biaya perjalanan, crm video untuk
komunikasi tatap muka desktop, kolaborasi diperbaiki dengan pelanggan Anda,
meningkatkan layanan pelanggan, cross-selling dan pintar pengambilan keputusan.
Perangkat lunak CRM memungkinkan bank untuk mengumpulkan data tentang
pelanggan mereka. Dengan ini, bank dapat membuat profil pelanggan atau melihat,
seperti: berbagi dompet, aset, akun, kredit sejarah dan banyak lagi. solusi crm Vendor
kategori termasuk perbankan inti, erp, e-crm, manajemen kontak dan crm analitis.
2. Siebel Systems Inc
Siebel Systems adalah penyedia terkemuka di dunia manajemen hubungan
pelanggan (CRM) dan penyedia solusi terkemuka aplikasi untuk intelijen dan integrasi
bisnis berbasis standar.
Produk: Siebel Customer Relationship Management (CRM) Solutions, Karyawan
Relationship Management (ERM)
Pelanggan: AMP Jasa Keuangan, Deutsche Bank, Profil DHL, Investasi Fortis,
Honeywell
software keamanan
Bank menggunakan software keamanan untuk melindungi terhadap virus,
spyware, dan program keystroke logger menguping. Perangkat lunak keamanan juga
dapat melindungi akses jarak jauh melalui teknologi SSL VPN, LAN perlindungan
dan perlindungan identitas pencurian seperti phishing.
Berikut contoh perusahaan perangkat lunak keamanan informasi terbaik.
3. WholeSecurity
Keyakinan WholeSecurity Online ™ solusi menggunakan teknologi pendeteksi
patent-pending perilaku yang secara otomatis mengidentifikasi dan menghilangkan
ancaman dikenal baik dan yang tidak diketahui tanpa membutuhkan pengguna untuk
menginstal atau memperbarui tanda tangan.
4. E-Business
Manfaat dari infrastruktur E-Business dalam industri perbankan dan keuangan
adalah: transaksi elektronik dan dijamin infrastruktur pembayaran. Berikut adalah
beberapa vendor terkemuka untuk solusi infrastruktur E-Business.
5. IBM Global Services
Menyediakan keamanan dan privasi keahlian konsultasi.
Solusi: IBM konsultasi keamanan, integrasi sistem dan elektronik penggambaran
pembayaran tagihan dan pemberdayaan aplikasi.
Studi Kasus: IBM Global Services menyediakan keamanan dan privasi
keahlian konsultasi, menerapkan Identrus siap Elektronik Bill penggambaran dan
Pembayaran (EBPP) aplikasi, serta integrasi sistem dan manajemen proyek kepada
Deutsche Bank. Mobile dan teknologi nirkabel Bluetooth memungkinkan bank untuk
memuaskan klien yang menuntut informasi real-time dan aksesibilitas pembayaran
mobile. Berikut adalah beberapa teknologi nirkabel dan solusi bagi perusahaan dari
sumur dihormati dan vendor perusahaan.
6. Nokia
Nokia adalah pemimpin dunia dalam komunikasi selular, mendorong
pertumbuhan dan kesinambungan industri mobilitas yang lebih luas. Nokia
didedikasikan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan produktivitas dengan
menyediakan mudah digunakan dan produk-produk inovatif seperti ponsel, dan solusi
untuk pencitraan, games, media, operator jaringan mobile dan bisnis. Nokia adalah
perusahaan yang secara luas dimiliki dengan listing di bursa lima besar.
Solusi: Nokia Mobile Konektivitas solusi unik menyediakan portofolio solusi
komprehensif tingkat sistem yang memungkinkan pengembalian atas investasi yang
cepat dan keunggulan kompetitif berkelanjutan untuk perusahaan. Usaha sekarang
mampu menyediakan 'perangkat apapun kepada konten' akses, terlepas dari perangkat
atau jenis jaringan konektivitas - sementara pada saat yang sama, memanfaatkan
jaringan yang ada, keamanan dan investasi aplikasi.
back office
Ruang lingkup perangkat lunak back office dan solusi mencakup: biaya
berbasis aktivitas, manajemen aset, balanced scorecard, pengolahan data, analisis
profitabilitas dan banyak lagi. Berikut ini adalah daftar vendor populer, produk dan
sumber daya tambahan.
SunGard Sistem Manajemen Aset
SunGard Asset Management Systems menyediakan rangkaian lengkap solusi
manajemen aset kepada lembaga-lembaga keuangan global, lembaga pengelolaan aset
daerah, bank-bank komunitas, penasihat investasi, yayasan, dan fidusia.
Produk: AddVantage, Charlotte ®, Jasa Kustodian SunGard, Global Plus, Plus Global
® IC, Solusi Kantor kasih sayang dan Keluarga, Pajak SunGard reclaims Layanan,
Seri 7 dan 11 Trustware Trustware.
Acorn Systems
Acorn Systems adalah 100% difokuskan pada analisis biaya dan profitabilitas.
Acorn Systems menyediakan data biaya dan laba ke ratusan perusahaan dan organisasi
termasuk Citigroup, Supervalu, Sysco Makanan, Charles Schwab, Fisher Ilmiah dan
banyak lainnya. solusi inti Acorn Systems memberikan kepada nasabah untuk
meningkatkan efisiensi dan kinerja organisasi mereka.
BAB IV
PENUTUP
Dengan kemajuan teknologi dan peningkatan kebutuhan masyarakat, serta dipicu dengan
maraknya penyalahgunaan kartu oleh pihak-pihak yang tidak berhak, teknologi kartu berbasis
magnetic stripe sudah tidak lagi dapat mengakomodir kebutuhan tersebut. Untuk itu,
penerapan teknologi kartu berbasis Smart Card merupakan jawaban atas kebutuhan
masyarakat.
Smart card dapat menjadi solusi untuk kebutuhan di atas karena menerapkan teknologi
keamanan yang baik. Hal ini tentunya juga sesuai dengan kebutuhan dari kalangan perbankan
sendiri yang selalu menerapkan sikap kehati-hatian (prudent) dalam memberikan layanan
kepada nasabah.
Tingginya nilai investasi dan biaya yang dibutuhkan untuk dapat melakukan migrasi dari
magnetic stripe ke teknologi smart card, dapat ditutupi dengan pengimplementasian layanan
tambahan oleh Bank sehingga didapat revenue tambahan dari nilai fee atas pelaksanaan
layanan tersebut.
Di sisi lain, citra Bank yang memberikan keamanan yang tinggi bagi nasabahnya adalah
suatu harga yang tidak ternilai. Sehingga Bank yang telah melakukan migrasi ke Smart Card
dapat dinilai sebagai Bank yang mengutamakan keamanan bertransaksi bagi nasabahnya.
Namun satu hal yang perlu juga disadari bahwa masalah keamanan data (data security)
bukanlah suatu tujuan, namun suatu proses yang berkelanjutan. Karena di sisi lain dari tempat
kita berdiri, pelaku kriminal juga memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menaklukkan
segala proteksi yang ada.
Smart Card adalah suatu teknologi yang aman, untuk saat ini. Mengingat dengan
teknologi yang diterapkannya, dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar untuk dapat
menyalahgunakannya. Namun untuk jangka waktu 3 atau 5 tahun ke depan, mungkin Smart
Card memerlukan inovasi baru untuk mempertahankan tingkat keamanannya.
Top Related