1
BAB I
BETON SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI
1. PENGERTIAN BETON
BETON
Beton adalah suatu baham bangunan yang terbuat dari bahan
bahan
yang dicampur dengan nilai perbandingan isi (volume) maupun perbandingan
berat. yang membentuk massa yang padat
Bahan
bahan tersebut adalah :
·
Semen Portland ( atau semen hidrolik lainnya )
·
Agregat halus ( Pasir )
·
Agregat kasar ( Kerikil / batu pecah )
·
Air
·
Bahan tambahan
BETON RINGAN
Adalah beton yang mengandung agregat ringan atau yang dibuat dengan
bahan agregat ringan (baik pasir maupun kerikilnya) dan mempunyai berat per
satuan volumenya tidak lebih dari 1900 Kg/m3
BETON RINGAN
PASIR
Adalah betong ringan yang semua agregat halusnya merupakan pasir
dengan berat normal
BETON RINGAN
TOTAL
Adalah beton ringan yang agregat halusnya bukan merupakan pasir alami
BETON NORMAL
Adalah beton yang dibuat dengan memakai agregat alam tanpa dipecah
atau dipecah (buatan) dan mempunyai berat per satuan volume antara 2200
Kg/m3 sampai 2500 Kg/m3
BETON POLOS
Adalah masa / elemen beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan
tetapi kurang dari ketentuan minimumnya.
2
BETON PRACETAK
Adalah elemen atau komponen beton tanpa dan atau dengan tulangan
yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi satu kesatuan bangunan
BETON BERTULANG
Adalah beton yang diisi oleh susunan tulangan ( berkas tulangan ) yang
direncanakan dan terbuat dari baja (atau bahan lain seperti : rotan , bambu dll )
yang secara homogen membentuk suatu kekuatan untuk bersama-sama
memikul beban yang bekerja . Mutu beton yang digunakan harus fc = 20 MPa
BETON PRATEGANG
Adalah semacam beton bertulang tetapi memakai kawat baja yang
bermutu tinggi sebagai pengganti tulangan yang disebut : TENDON dimana
akan memberikan gaya tekan pada setiap penampang beton setelah tendon
tersebut ditarik dengan suatu gaya tertentu. Disarankan menggunakan mutu
beton diatas 45 MPa
KLASIFIKASI BETON
·
Beton mutu normal ( mutu sedang ) f c = 20 MPa s/d 50 MPa
·
Beton mutu tinggi f c = 50 MPa s/d 80 MPa
·
Beton mutu sangat tinggi f c = 80 MPa
KEUNTUNGAN dan KERUGIAN BAHAN BETON
Keuntungan :
·
Mudah dibentuk / dicetak
·
Bahannya mudah didapat
·
Pemeliharaannya mudah
·
Tahan terhadap panas (kebakaran) sampai 500 ° C (selama 3 jam)
·
Awet dan tahan lama
·
Bentuknya indah Dapat dibuat dicor ditempat
Kerugian
·
Volumenya besar dan tidak stabik
·
Berat sendirinya besar
·
Waktu pelaksanaannya lama
·
Biaya pelaksanaannya mahal
3
·
Bila terjadi kesalahan sulit diperbaiki
·
Tegangan tariknya rendah
2. PEMBUATAN BETON
Dalam pembuatan beton, dimana beton tersebut merupakan bahan
konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa bahan yaitu :
·
Semen Portland
·
Agregat ( Agregat halus dan agregat kasar )
·
Air
·
Bahan tambahan ( bila diperlukan )
Yang mana dalam pencampurannya mempunyai suatu nilai perbandingan nilai
yang tertentu, baik perbandingan berat maupun perbandingan volume yang
berdasarkan suatu analisa campuran, misalkan
·
Perbandingan Berat : 300 Kg PC : 900 Kg Ps : 1100 Kg Kr : 210 Kg Air
·
Perbandingan Volume : 1 bag PC : 2 bag Ps : 2½ bag Kr : x bag Air dan
Dan nilai slump yang dihasilkan harus = 100 mm
1 Untuk beton dengan mutu fc = 20 MPa
Dalam pencampurannya harus menggunakan nilai perbandingan berat
2 Untuk beton dengan mutu fc < 20 MPa
Dalam pencampurannya boleh menggunakan nilai perbandingan volume
tetapi pengukuran volume tersebut harus didasarkan dari nilai
perbandingan berat yang dikonversikan kedalam nilai perbandingan volume
3 Untuk beton dengan mutu fc < 10 MPa
Dengan pertimbangan praktis dan kondisi lokasi maka dalam
pencampurannya boleh menggunakan perbandingan volume
Selain harus mempunyai suatu nilai perbnadingan tertentu, dalam
pembuatan beton tersebut bahan
bahan yang akan dipergunakan harus
memenuhi syarat
syarat yang telah ditentukan, baik itu Semen Portland ,
Pasir, Kerikil, maupun Air termasuk Bahan tambahannya. Karena tidak semua
jenis bahan tersebut dapat dipakai sebagai bahan pembuatan beton, maka
bahan tersebut sebelum digunakan harus terlebih dahulu melalui proses
pengujian bahan dan harus memenuhi syarat
syarat yang ditentukan.
4
BAB II
BAHAN SEMEN dan PERSYARATANNYA
Dalam pembahasan bahan beton dan persyaratannya harus mengacu
pada standart
standart yang disarankan dan sering digunakan di Indonesia,
misalnya Standart Industri Indonesia (SNI), American Society for Testing
Material (ASTM), Britsh Standart (BS), serta Standart SK-SNIS-04-1989-F.
Didalam standart tersebut dijelaskan bagaimana mengenai pengujian dan
syarat-syarat bahan yang dapat dipakai untuk pembuatan beton
Dalam pelaksanaannya menurut SK SNI S -04-1989-F, rekaman lengkap
dari hasil uji bahan semen dan beton harus disimpan dengan baik oleh
pengawas ahli dan selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama
pekerjaan dan selama 2 tahun sesudah proyek bangunan tersebut selesai
dilaksanakan.
SEMEN
Yang dimaksud dengan semen adalah bahan yang mempunyai sifat
ADHESIE dan COHESIVE. Digunakan sebagai bahan pengikat yang dipakai
bersama-sama dengan pasir dan kerikil
Semen dapat dibagi atas 2 kelompok
a. Semen non hidrolis
Adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air dan tidak dapat
stabil dalam air
b. Semen hidrolis
Adalah semen yang dapat mengeras dalan air dan menghasilakan suatu
padatan yang stabil dalam air, contohnya: Semen Portland, Semen
Alumina, Semen Putih
Dalam pembuatan campuran beton semen yang dipakai adalah : Semen
Portland
SEMEN PORTLAND
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan Klenker yang terutama terdiri dari Silikat-silikat kalsium yang
bersifat
5
hidrolis, dan bahan tambahan yang biasa digunakan adalah : Gypsum
Dari definisi semen Portland diatas bahwa semen Portland dibuat dari
Cacareous seperti Batu kapur (Limestone atau kapur), dan bahan silica atau
alumina yang terdapat dalam tanah liat (Clay atau Silt). Dimana batu kapur
mengandung CaO, Lempung mengandung komponen SiO2 (Silika dioksida) dan
AL2O2 (oksida alumina), FeO3 (oksida besi).
Pada dasarnya proses pembuatan semen Portland terdiri dari
Penggilingan, Pencampuranmenurut suatu proses tertentu dan Pengawasan
harus ketat. Dengan penggilingan dari Klinker bulat yang diputar disertai
pemanasan mancapai 1450° C material akan menjadi klinker. Klinker ini
dipindahkan dan digiling sampai halus (fine powder) disertai penambahan 3
5
% gips (gypsum) untuk mengendalikan seting time akan menghasilkan semen
portland yang siap untuk digunakan sebagai bahan pengikat dalam pembuatan
beton
Proses penggilingan bahan semen dapat dalam kondisi basah dan kondisi
kering , masing-masing disebut proses basah dan proses kering
KOMPONEN KARAKTERISTIK DARI SEMEN PORTLAND
? ELEMEN O Si Ca Al Fe
? KOMPONEN CaO SiO A2O3 Fe3O3
OKSIDA
? UNSUR SENYAWA C3S C2S C3A C4AF SEMEN
? TYPE / JENIS I I I I I I IV V SEMEN PORTLAND
? HASIL HIDRASI C
S
H (gel) Ca(OH)2
Untuk pembuatan beton dapat dipergunakan semen portland dari semua
jenis semen Portland yang memenuhi ketentuan dalam SII 0012
18 ( Mutu dan
cara uji semen Portland)
6
Jenis / Type semen portland
·
Jenis I
Ialah semen Portland untuk penggunaan secara umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis
semen Portland yang lain.
Semen Portland jenis I ini dipergunakan untuk konstruksi bangunan
gedung, perkerasan jalan, jembatan, dan konstruksi lain yang tidak ada
kemungkinan mendapat pengaruh sulfat dari sekelilingnya. Dan panas
hidrasinya tinggi
·
Jenis II
Ialah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasinya sedang.
Dipergunakan untuk konstrusi bangunan tepi laut, bendungan, bangunan
irigasi dan pembetonan massa yang memerlukan panas hidrasi yang
rendah
·
Jenis III
Ialah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
awal yang tinggi setelah pengecoran dilakukan. Sifat terpentingnya
adalah pengembangan nilai kekuatannya cepat dan butirannya sangat
halus. Panas hidrasinya lebih tinggi 50% disbanding jenis I.
Dipergunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan
tekan awal yang tinggi dalam waktu yang singkat, misalnya : jembatan,
pondasi berat, perkerasan jalan.
Jenis IV
Ialah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasinya rendah
Dipergunakan untuk kebutuhan pengecoran yang dapat menimbulkan
panas atau pengecoran dengan penyemprotan (dengan pompa)
·
Jenis V
Ialah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat
Dipergunakan untuk konstruksi bangunan yang bersuasana asam, tangki
tangki bahan kimia, pipa bawah tanah.
7
Dalam pelaksanaannya bahwa untuk mutu beton :
fc < 20 MPa boleh memakai ukuran volume
fc = 20 MPa harus memakai ukuran berat
dan dalam pengukurannya tidak boleh terjadi nkesalahan lebih dari 2½ %
Jenis semen lain yang tidak termasuk jenis I , II , III , IV dan V adalah:
# Semen kadar alkali rendah
Jenis semen ini digunakan di Negara-negara yang kondisi agregatnya
reaktif terhadap iklim. Jenis semen ini tidak menggunakan Alkali dalam
komposisi bahan semennya
# Semen Putih
Jenis semen ini dibuat dari batu kapur yang tidak mengandung besi,
quarsa, pasir, dan kaolin. Karena bahan bakunya dan penggilingan
serbuknya mahal maka semen putih termasuk jenis Semen Portland yang
mahal
Komponen utama dari Semen Portland adalah:
·
Batu kapur yang mengandun unsure CaO ( kapur, limestone)
·
Lempung ( clay ) yang mengandung unsure SiO2 (silica), AL2O3 (oksida
alumina), Fe2O3 (oksida besi)
Disamping komponen utama, dalam semen Portland terdapat pula bahan-bahan
lain dalam jumlah sangat kecil, akan tetapi mempengaruhi sifatnya yaitu :
·
Magnesium, MgO
Seperti pada saat mencampur kapur (CaO) dengan air, bilamana oksida
magnesium tercampur dengan air maka hal ini akan diikuti oleh
penambahan volume. Dengan sendirinya penambahan volume tersebut
akan dialami juga oleh beton yang menggunakan bahan tersebut disertai
retak-retak. Kadar MgO dibatasi tidak lebih dari 5 %
·
Sulphuric Anhydrate (sisa asam sulfite), SO3
SO3 merupakan bahan yang sangat penting dalam semen Portland,
karena berfungsi sebagai pengatur waktu pengikatan semen. SO3
terdapat dalam gips CaSO4. Apabila kadar gips terlalu tinggi maka
selama berlangsungnya proses pengerasan akan timbul pengembangan
gips. Oleh karena itu kadar SO3 biasanya dibatasi antara 2,5
3 %
8
·
Alkali, Na2O dan K2O
Na2O dan K2O selalu dijumpai dalam bahan baku semen. Apabila bahan
agregat yang digunakan dalam campuran beton mengandung Silikat
reaktif, maka akan timbul reaksi kimia yang merugikan beton
Hidroksida alkali terjadi dari alkali-alkali yang terdapat pada semen yang
sedang mengeras, akan menyerang butir butir agregat yang
mengandung silica reaktif dan dari hasil reaksi kimianya akan terjadi Gel-
Gel Alkali dari jenis yang dapat mengembang tak terbatas. Gel
Gel
tersebut akan menyerap air, kemudian akan mengembang sedemikian
rupa sehingga dapat menyebabkan tegangan
tegangan intern yang
menjalar dan kemudian menimbulkan pengembangan menyeluruh.
Pengembangan yang meluas akan menimbulka retak-retak serta pecah-
pecah dalam beton, dan akhirnya merusak seluruhnya.
Kehilangan Berat akibat Pemanasan (Ignitionloss)
Substansi yang terbuang dari semen akibat pemanasan adalah air dan
karbon-dioksida. Kehilangan berat akibat pemanasan menunjukan bahwa
semen yang bersangkutan mempunyai kadar air tinggi. Kadar air yang tinggi
dalam semen dapat menyebabkan waktu pengerasa menjadi lebih lama.
Pengurangan berat yang disyaratkan adalah 5 % pada suhu 1000° C. Oleh
karena semen merupakan bahan yang higrokopis maka selama
penyimpanannya digudang diusahakan agar supaya tidak dapat menghisap air
akibat udara lingkungan yang lembab, dan harus diusahakan pula agar supaya
semen disimpan ditempat-tempat kering serta bebas dari aliran udara
Kehalusan Butiran Semen Portland
Kehalusan butiran
butiran semen Portland mempengaruhi waktu
pengikatan awal pasta semen. Semakin luas permukaan yang dihidrasi, semakin
banyak Gel semen dapat terbentuk pada umur muda, maka kuat tekan awal
pasta semen yang dapat dicapai akan lebih tinggi. Akan tetapi gel semen yang
terbentuk tersebut memperlambat waktu hidrasi akibat suatu aksi dari Gel-Gel
sendiri yang mencegah terbentuknya gel-gel lain lebih cepat, jika telah terbentuk
Gel-Gel semen dalam jumlah besar
Oleh karena itu penggilingan butiran
butiran semen yang extra halus,
hanya efisien untuk peningkatan kuat tekan hanya dalam waktu sampai umur 7
hari
9
Semen Portland secara umum mempunyai luas permukaan minimum 2250 cm²
pe gram sedangkan untuk semen yang cepat mengeras (jenis III) 3200 cm² per
gram
Sifat
sifat yang berhubungan dengan kehalusan butiran semen adalah :
·
Kuat awal tinggi
·
Cepat menga lami kemunduran mutu semen jika d ipengaruhi
cuaca
·
Reaksi kuat dengan bahan agregat reaktif
·
Retak retak
·
Penyusutannya tinggi
·
Waktu ikat awalnya cepat
·
Kebutuhan air banyak
·
Mengurangi bleeding
Pengikatan serta Pengerasan Semen Portland
Hal penting yang harus diperhatikan pada semen Portland adalah proses
pengikatan dan pengerasannya. Semen Portland kering mempunyai energi
latent dan akan aktif bila semen tersebut diberi air kemudian menjadi plastis
sehingga mudah dikerjakan. Pengerasan semen tergantung pada reaksi kimia
antara semen da air dan semen dapat mengeras dalam air. Pada tahap proses
pengerasan bila pemberian air dihentikan ( kuarang air) maka reaksi kimia
semen dan air terhenti atau tidak selesai. Oleh karena itu jumlah air yang
dibutuhkan dalam campuran harus sesuai dengan jumlah semen
Proses reaksi semen dan air terjadi 2 tahap :
*Tahap I Pengikatan adalah peralihan dari keadaan plastis ke keadaan
pengerasan
*Tahap II Pengerasan adalah peningkatam kekuatan setelah pengikatan selesai
Proses pengikatan harus berlangsung lambatsupaya pengrjaannya
mudah, oleh karena itu disyaratkan bahwa pengikatan awal dari pasta semen
tidak boleh terjadi kurang dari 1 jam setelah dicampur air
10
Beberapa factor yang mempengaruhi waktu pengikatan awal semen :
a. Umur semen
Bila semen disimpan dalam jangka waktu lama akan menangkap air dan
zat asam arang dari udara, sehingga terjadi Pra-hidrasi. Sehingga semen
akan
Menunjukan proses pengikatan yang lambat disamping akan
mengakibatkan kekuatan tekannya lebih rendah
b. Suhu
Kecepatan reaksi kimia tergantung pada suhu semua bahan yang
bereaksi dan suhu lingkungannya. Reaksi semen dan air akan
berlangsung lebih cepat pada suhu lingkungan yang tinggi (misal :
direbus), tetapi untuk proses pengikatan suhu yang paling tepat ± 23 °C
c. Jumlah air yang dibutuhkan
Agar reaksi antara semen dan air berlangsung memuaskan dibutuhkan
air sebanyak ± 20 % dari berat semen
Dalam adukan beton diperlukan air lebih banya. Panas hidrasi yang
timbul akan tersebar luas pada bahan agregat yang lain, sehingga suhu
pada saat terjadi pengikatan jauh lebih rendah dari suhu pada saat terjadi
pengikatan hanya antara semen dan air, sehingga waktu pengikatan pada
adukan beton akan berlangsung lebih lama.
PENGUJIAN SEMEN PORTLAND
A. Macam pengujian semen portland
a. Berat jenis semen
b. Konsistensi normal (kadar air Optimum)
c. Waktu pengikatan
d. Kuat tekan mortar
e. Kuat tarik aksial mortar
f. Kuat tarik lentur mortar
a. Pengujian Berat Jenis Semen
a.1. Tujuan pengujian
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen Portland.
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu
11
kamar dengan berat isi kering air suling pada 4 C yang isinya sama dengan isi
semen.
a.2 PERALATAN a. Botol Le Chatelier. b. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API.
Gambar 7 : Bahan dan alat percobaan berat jenis semen
a.3 Bahan
Contoh : semen portland sebanyak 64 gram
a.4 Prosedur Pengujian a. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan
1; bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan. b. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang
cukup untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih dari 0,2 C. c. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol
(V1). d. Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol; jangan sampai
terjadi ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan. e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring
secara perlahan-lahan sampai gelembung-gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
f. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih dari 0,2 C.
g. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V2).
a.5 PERHITUNGAN
Berat jenis = dxVV
Berat
semen
12
12
Dimana :
V1 = pembacaan pertama pada skala botol.
V2 = pembacaan kedua pada skala botol.
(V2-V1) = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu.
d = berat isi air pada suhu 4 C (= 1 gram/cm3).
a.6 CATATAN
Berat jenis semen portland sekitar 3,15. pengujian minimal dibuat dua kali (duplo); selisih yang diijinkan 0,01.
b. Pengujian konsistensi normal (kadar air Optimum)
b.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan konsistensi normal dari
semen hidrolis untuk keperluan penentuan waktu pengikatan semen.
b.2 PERALATAN
a. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta
mangkuk yang dapat dilepas.
b. Alat vicat (dengan menggunakan ujung C seperti pada gambar).
c. Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
d. Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
e. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
f. Sendok perata (trowel).
g. Sarung tangan karet.
13
Gambar 8 : Alat Vicat b.3 BAHAN
a. Semen portland
3,5 kg (untuk
6 percobaan).
b. Air bersih (dengan suhu kamar).
b.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Pasang daun pengaduk serta mangkuk pada alat pengaduk.
b. Masukkan bahan untuk percobaan dalam mangkuk dan campurlah sebagai
berikut :
Tuangkan air (
155
125 cc untuk semen tipe I dan
130
140 cc
untuk semen tipe III).
Masukkan 500 gram semen ke dalam air dan biarkan untuk penyerapan
selama 30 detik.
14
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140
5 ppm) dan
aduklah selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk untuk 15 detik dan sapulah bahan (pasta) dari
dinding sisi mangkuk.
e. Jalankan mesin aduk dengan kecepatan sedang (285
ppm) dan aduklah
untuk 1 menit.
f. Segeralah ambil pasta dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola. Lemparkan
bola pasta tersebut dari tangan yang satu ke tangan yang lain (dengan jarak
15 cm) beberapa kali. Kemudian tempatkan pada alat vicat. Tekankan ke
dalam cincin konis (G) sehingga memenuhi cincin tersebut.
Tempatkan cincin tersebut pada pelat gelas (H) dan tuangkan kelebihan pasta
semen dari kedua sisi cincin. Ratakan bagian atas dari pasta semen dengan
sendok adukan sedemikian rupa sehingga tidak menekan adukan.
a. Pusatkan cincin berisi pasta tersebut di bawah batang (B) dan sentuhkan dan
kemudian kuncilah (putar kunci K) jarum C pada permukaan pasta. Tempatkan
indikator (F) tepat pada angka nol yang atas. Lepaskan batang (B) bersamaan
jarum (C) dengan memutar kunci K. Jarum C akan masuk ke dalam pasta.
Bila dalam waktu 30 detik kedalaman masuk C ke dalam pasta besarnya 10
1
mm dari permukaan, maka konsistensi pasta semen tersebut adalah normal
(konsistensi normal sudah tercapai).
b. Bila konsistensi normal belum tercapai, ulangilah langkah-langkah di atas
sampai maksimal 6 kali percobaan, sehingga tercapai.
b.5 LAPORAN
a. Catatlah jumlah air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi normal.
b. Gambarkan grafik yang menunjukkan hubungan antara kedalaman penetrasi
jarum dan kadar air (%) dalam pasta semen.
c. PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN SEMEN HIDROLIS
c.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan waktu pengikatan semen
hidrolis (dalam keadaan konsistensi normal) dengan alat vicat dan alat gillmore.
15
c.2 PERALATAN
a. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta
mangkuk yang dapat dilepas.
b. Alat vicat (dengan memakai jarum D seperti pada gambar).
c. Alat gillmore dengan jarum tekanan rendah (diameter 1/12 inch ¼ lb) dan
jarum tekanan tinggi (diameter 1/24 inchi 1 lb).
d. Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
e. Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
f. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
g. Sendok perata (trowel).
h. Sarung tangan karet.
i. Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatif minimum 90%.
c.3 BAHAN
a. Semen portland.
b. Air bersih (dengan suhu kamar).
c.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Dalam test vicat, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat kecil (jarum D),
membuat penetrasi sedalam 25 mm ke dalam pasta setelah mapan selama
30 detik.
b. Dalam test Gillmore, waktu pengikatan awal terjadi apabila jarum rekanan
rendah tidak memberikan bekas yang tampak (jelas) pada pasta, sedang
waktu pengikatan akhir terjadi apabila jarum tekanan tinggi tidak memberikan
bekas yang tampak (jelas) pada pasta.
Alat Vicat :
o Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat
aduk.
o Tempatkan bahan-bahan untuk satu BATCH ke dalam mangkuk dengan
cara sebagai berikut :
Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan
sebelumnya dalam pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal
untuk semen 500 gram.
Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap
untuk 30 detik.
o Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140
5 rpm) selama 30 detik.
16
o Hentikan alat aduk selama 15 detik dan koreklah semua pasta dari sisi
mangkuk.
o Jalankan alat aduk dengan kecepatan sedang (248
10 rpm) dan aduklah
selama 1 menit.
o Segera ambil pasta semen dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola, dan
tekankan ke dalam cincin konis sesuai cara dalam penentuan konsistensi
normal.
o Segera masukkan benda coba tersebut ke dalam ruang lembab dan biarkan
di sana terus kecuali bila mau dipakai untuk percobaan.
o Setelah 30 menit di dalam ruang lembab, tempatkan benda coba pada alat
vicat. Turunkan jarum D sehingga menyentuh permukaan pasta semen.
Keraskan sekrup E dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas dari skala
dan lakukan pembacaan awal.
o Lepaskan batang B dengan memutar sekrup E dan biarkan jarum mapan
pada permukaan pasta untuk 30 detik. Adakan pembacaan untuk
menetapkan dalamnya penetrasi. Apabila pasta ternyata terlalu lembek,
lambatkan penurunan batang B untuk mencegah melengkungnya jarum.
o Jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6 mm,
untuk semen tipe I, percobaan dilakukan dengan segera setelah diambil dari
ruang lembab dan setiap 15 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi
sebesar 25 mm atau kurang. Untuk semen tipe III, percobaan dilakukan
segera setelah diambil dari ruang lembab dan setiap 10 menit sesudahnya
sampai tercapai penetrasi sebesar 25 mm atau kurang.
o Gambarkan dalam suat grafik, besarnya penetrasi jarum vicat sebagai fungsi
dari waktu untuk semen-semen tipe I atau III.
o Catat semua hasil percobaan penetrasi. Tentukan waktu tercapainya
penetrasi sebesar 25 mm. Inilah waktu ikat.
Alat Gillmore :
o Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat
aduk.
o Tempatkan bahan-bahan untuk satu BATCH ke dalam mangkuk dengan
cara sebagai berikut :
17
Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan
sebelumnya dalam pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal
untuk semen 500 gram.
Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap
untuk 30 detik.
o Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140
5 rpm) selama 30 detik.
o Hentikan alat aduk selama 15 detik dan koreklah semua pasta dari sisi
mangkuk.
o Bentuklah suatu lingkaran pipih dari pasta dengan diameter 75 mm dan tebal
12 mm. Ditengah-tengah lingkaran pipih tersebut datar ditengah dan menipis
ke arah pinggir.
Pembuatan lingkaran pipih tersebut dilakukan pada kaca datar bersih
berukuran 10 x 10 cm.
o Tempatkan benda coba (beserta kacanya) ke dalam ruang lembab, dan
biarkan di sana terus, kecuali bila akan dilakukan percobaan.
o Peganglah jarum-jarum ke dalam posisi vertikal dan letakkan ujung-ujungnya
pelan-pelan pada permukaan pasta.
o Bila jarum tekanan rendah tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta
telah mencapai waktu ikat mula. Bila jarum tekanan tinggi tidak memberi
bekas pada pasta, maka pasta telah mencapai waktu ikat akhir.
o Catatlah waktu-waktu ikat awal dan ikat akhir.
o Buatlah tabel yang menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam waktu (menit)
d. KEKUATAN TEKAN, TARIK AKSIAL DAN TARIK LENTUR MORTAR
d.1 TUJUAN PENGUJIAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan :
a. kekuatan tekan mortar semen portland dengan contoh benda uji berbentuk
kubus berukuran (5 x 5 x 5) cm.
b. Kekuatan tarik aksial mortar semen portland dengan contoh benda uji
Briquette
c. Kekuatan lentur tarik mortar semen portland dengan benda uji (40x40x160)
mm
18
d.2 PERALATAN
a. Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh. b. Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml. Alat pengaduk, (ASTM C.305-65).
Gambar no. 2 PA
0103-76.
c. Stop watch, sendok perata, dan pengukur leleh. d. Meja leleh (flow table, ASTM C.230-68). e. Cetakan kubus (5 x 5 x 5) cm, dan alat pemadat. f. Mesin tekan, dengan ketelitian pembacaan 1% g. Pasir Ottawa. h. Air suling
500 cm3. i. Cetakan Briquette j. Cetakan (4 x 4 x 16) cm
Gambar 9 : Aparatus pemeriksaan mortar semen
d.3 BENDA UJI
o Kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm.
o Briquette mortar
o Balok mortar (4 x 4 x 16) cm
d.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 30 % dari berat
semen ke dalam mangkok alat pengaduk.
b. Timbanglah 500 gram semen dan masukkan ke dalam mangkok.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (145
5) putaran per menit
(rpm) selama 30 detik.
19
d. Masukkan pasir Ottawa sebanyak 1375 gram perlahan-lahan sambil
pengaduk dijalankan dengan kecepatan (145
5) putaran per menit (rpm)
selama 30 detik.
e. Hentikan mesin pengaduk, naikkan kecepatan putaran menjadi (285
10)
rpm dan jalankan selama 30 detik.
f. Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortar yang menempel pada
pinggir mangkok selama 15 detik. Kemudian biarkan mortar selama 75 detik.
g. Aduk lagi mortar dengan kecepatan pengaduk (285
10) rpm selama 1
menit.
h. Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang
terletak di atas meja leleh, cincin diisi dalam 2 lapis, setiap lapis dipadatkan
dengan menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan mortar dengan
sendok perata, angkatlah cincin dan getarkan meja leleh sebanyak 25 kali
selama 15 detik.
i. Ukurlah diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 tempat dan ambil harga
rata-rata. (diameter leleh harus antara 100
115% dari diameter semula).
j. Apabila diameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulanglah pekerjaan
dari a sampai i dengan mengubah kadar air.
k. Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, mortar dimasukkan ke
dalam mangkok dan diaduk dengan kecepatan pengaduk (285
10) putaran
per menit (rpm) selama 15 detik.
l. 30 detik setelah selesai pengadukan, cetaklah mortar dengan cetakan kubus
5 x 5 x 5 cm; cetakan diisi dalam 2 lapisan dimana setiap lapisan dipadatkan
dengan penumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 putaran . Keseluruhan waktu
yang digunakan untuk mencetak tidak boleh lebih dari 2 menit.
m. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata kemudian simpan di atas
moist cabinet
selama 24 jam.
n. Bukalah cetakan dan rendamlah mortar dalam air bersih kemudian
periksalah kekuatan tekan mortar pada Mesin Tekan sesuai dengan umur
yang diinginkan, biasanya pada umur 3, 7, dan 28 hari. Demikian juga
kekuatan tarik aksial dan tarik lentur diperiksa dengan menggunakan mesin
Flexure
Tensile Testing.
20
D.5 PERHITUNGAN
o Kekuatan tekan mortar = uji benda permukaan Luas
maksimum
Beban
kg/cm2.
o Kekuatan tarik aksial mortar = putus penampang Luas
aksial
Gaya
kg/cm2.
o Kekuatan tarik lentur mortar = penampang tahanan Momen
maksimum
Momen
kg/cm2.
21
BAB III
A G R E G A T dan A I R
Agregat adalah material granular seperti pasir , kerikil , batu pecah , dan
kerak tungku pijar yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat
untuk membentuk suatu massa beton atau adukan semen hidrolik.
Agregat ada 2 macam yaitu : 1. Agregat halus (pasir)
2. Agregat kasar (kerikil)
1. Persyaratan Agregat
Pasal 5.3. SNI 03
2847
2002
Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut :
a. Spesifikasi agregat untuk beton (ASTM C.33 & ASTM C.330)
b. Mutu dan cara uji agregat beton (SII 0052
80)
c. Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur (SNI 03
2461
1991)
d. Ukuran maksimum nominal agregat kasar
e. Atas persetujuan pejabat yang berwenang, Agregat yang tidak memenuhi
syarat diatas tersebut, masih dpat dipergunakan asalkan dapat dibuktikan
berdasarkan pengujian khusus atau pemakaian yang nyata dapat
menghasilkan beton yang kekuatan dan keawaetannya memenuhi syarat.
2. AGREGAT HALUS (PASIR)
Agregat halus adalah agregat yang mempunyai ukuran diameter butiran
antara 0,075
4,80 mm, yang berfungsi sebagai bahan pembuat mortar bila
dicampur dengan semen dan air.
Pasir dibedaka menjadi 2 jenis :
a. Pasir alam ( pasir sungai / gunung )
b. Pasir buatan (pasir dari hasil pemecahan batu)
2.1. Syarat mutu
a. Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras serta bersifat kekal yaitu
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca dengan pengujian :
- Jika dipakai larutan Natrium-Sufat, bagian yang hancur maks 10 %
- Jika dipakai Magnesium-Sulfat, bagian yang hancur maks 15 %
b. Kandungan lumpur atau diameter butiran yang lebih kecil dari 0.075 mm
(lolos ayakan NO. 200) maksimum adalah :
22
- Untuk beton yng mengalami abrasi 3 %
- Untuk jenis beton lainnya 5 %
Bila kandungan lumpurnya melebihi batas maksimum , pasir masih dapat
dipakai tetapi harus melalui proses pencucian dahulu
c. Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak dengan dibuktikan
- Percobaan warna
- Percobaan kekuatan, dibandingkan dengan pasir yang dicuci
dengan larutan NaOH 3 %, kuat tekannya harus = 95 %
d. Kandungan arang dan lignit maksimum adalah :
- Bila tampak permukaan beton dianggap penting 0.5 %
- Untuk jenis beton lainnya 1.0 %
e. Harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam besarnya
Ukuran Lubang Ayakan ( mm )
Persentase Lolos Komulatif
9,5 4,74 2,36 1,18 0,60 0,30 0,15
100 90
100 80
100 50
85 25
60 10
30 2
10 f. Pasir halus tidak boleh dipakai sebagai agregat beton untuk semua mutu
beton, kecuali dapat dibuktikan kekuatannya.
2.2 Macam
macam pengujian
Macam pengujian terlampir dibelakang
3. AGREGAT KASAR (Kerikil / batu pecah)
Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butiran lebih
besar dari 4,80 mm dan berfungsi sebagai bahan pengisi serta memberikan
kekuatan dan memperkecil penyusutan beton. Agregat kasar dapat berupa :
kerikil, batu pecah,
terak tanur tinggi atau pecahan beton. Dalam penggunaannya jumlah agregat
kasar dalam beton mencapai 60 %
75 % dari volume beton
Kerikil dibedaka menjadi 2 jenis :
a. Kerikil alam ( kerikilsungai / gunung )
b. Kerikil buatan (kerikildari hasil pemecahan batu)
23
Untuk beton structural dengan mutu fc > 20 MPa tidak diperkenankan
menggunakan kerikil sungai karena kebanyakan kerikil sungai di Indonesia
berlubang ( porus )
3.1. Syarat mutu
a. Harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori dan jumlah butiran
yang pipih harus = 20 % dari berat kerikil total
b. Harus bersifat kekal
c. Tidak boleh mengandung Lumpur > 1 % dari berat total kerikil, dan bila >1
% maka harus dicuci
d. Tidak boleh mengandung zat
zat yang dapat merusak beton, seperti :
- Zat reaktif alkali - Magnesium
- Sulfat - Calsium
e. Harus memenuhi pengujian kekerasan, dengan mesin Los Angles,
dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat > 40 % dari berat contoh
semula
f. Ukuran diameter agregat maksimum
- = 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan
- = 1/3 tebal pelat
- = 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, kawat, bendel
tulangan atau tendon atau selongsong prategang.
Penyimpangan dari batasan yang disyratkan dapat diijinkan apabila
menurut penilaian tenaga ahli, kemudahan pengerjaan dan cara penuangan
beton adalah sedemikian sehingga menjamin tidak terjadinya sarang kerikil atau
rongga
3.2 Macam
macam pengujian
Macam pengujian terlampir dibelakang
4. A I R
Air merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan beton.
Peranan air sebagai bahan beton dapat menentukan mutu beton dan konsistensi
campuran beton dan air tesebut harus memenuhi syarat yang telah ditentukan
24
4.1. Syarat Mutu
a. Tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam
garam, zat
organic atau bahan
bahan lain yang dapat meton dan atau baja
tulangan
b. Sebaiknya digunakan air yang dapat diminum
c. Air yang dipergunakan untuk pembuatan beton pratekan dan beton yang
didalamnya akan tertanam logam aAluminium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat tidak boleh mengandung ion klorida melebihi
500mg per liter air
Didalam beton ion klorida dapat berasal dari air, agregat dan bahan
tambahan, dan biasanya total klorida dalam beton dinyatakan dalam
persen terhadap berat semen
25
PENENTUAN PARAMETER UNSUR PEMBENTUK ADUKAN
A. PEMERIKSAAN BERAT ISI ( Pasir & kerikil ) A.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan berat isi agregat yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya A.2 PERALATAN a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh. b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110
5) C. c. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya bulat,
terbuat dari baja tahan karat. d. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder, berkapasitas sebagai
berikut : Kapasitas
(liter) Diameter
(mm) Tinggi (mm)
Tebal wadah minimum (mm)
Ukuran butir maksimum
agregat (mm)
dasar sisi 2,832 152,4
2,5
154,9
2,5 5,08 2,54 12,70 9,435 203,2
2,5
292,4
2,5 5,08 2,54 25,40 14,158 254,0
2,5
279,4
2,5 5,08 3,00 38,10 28,316 355,6
2,5
284,4
2,5 5,08 3,00 101,60
Gambar 1 : Aparatus pemeriksaan berat volume agregat
A.3 BAHAN
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar dan agregat halus.
AGREGAT HALUS KASAR
26
A.4 ROSEDUR PENGUJIAN
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak
kapasitas wadah sesuai tabel di atas; keringkan dengan oven dengan suhu (110
5) C sampai berat menjadi tetap, untuk digunakan sebagai benda uji.
a. Berat isi lepas :
Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-
butir, dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok
atau sekop sampai penuh.
Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
Timbang dan catatlah berat wadah + benda uji (W2).
Hitunglah berat benda uji (W3 = W2
W1).
b. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 ½ ) dengan cara
penusukan :
Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25
kali secara merata.
Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
Timbang dan catatlah berat wadah + benda uji (W2).
Hitunglah berat benda uji (W3 = W2
W1).
c. Berat isi agregat ukuran butir antara 38,1 mm (1 ½ ) sampai 101,1 mm (4 )
dengan cara penggoyangan :
Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
Padatkan setiap lapis dengan cara menggoyang-goyangkan wadah
dengan prosedur sebagai berikut :
Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah
satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan.
Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak
25 kali untuk setiap sisi.
Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
Timbang dan catatlah berat wadah + benda uji (W2).
Hitunglah berat benda uji (W3 = W2
W1).
27
A.5 PERHITUNGAN
Berat isi = )g/dmk ( V
W 33
Dimana : V = isi wadah (dm3)
A.6 LAPORAN
Laporkan hasil pemeriksaan berat isi agregat dalam tabel
A.7 CATATAN
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara :
a. Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga waktu
ditutup dengan plat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c. Hitunglah berat air ((berat wadah + air)
berat wadah).
d. Berat air adalah sama dengan volume wadah dalam dm3 (liter).
B. ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN HALUS
B.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan dari pengujianini adalah untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam
perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada
agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat
saringan dengan ukuran lubang (jaring-jaring) tertentu.
B.2 PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji. b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110
5) C. c. Alat pemisah contoh (sample splitter). d. Alat penggetar saringan (shieve shaker). e. Seperangkat saringan dengan ukuran :
28
UNTUK AGREGAT KASAR :
Nomor saringan Ukuran lubang Keterangan
mm inchi
- 76,20 3 Perangkat saringan untuk agregat kasar
ukuran # 2 (diameter agregat antara ukuran 100 mm
19 mm)
Berat minimum contoh 35 kg - 63,50 2,5 - 50,80 2 - 37,50 1,5 - 25,00 1
- 50,00 2 Perangkat saringan untuk agregat kasar ukuran # 467 (diameter agregat antara
ukuran 50 mm
4,76 mm) Berat minimum contoh 20 kg
- 37,50 1,5 - 25,00 1 - 19,10 3/4 - 12,50 1/2 - 9,50 3/8 - 4,76 -
Nomor saringan Ukuran lubang Keterangan
mm inchi
- 25,00 1 Perangkat saringan untuk agregat kasar ukuran # 67 (diameter agregat antara
ukuran 25 mm
2,38 mm) Berat minimum contoh 10 kg
- 19,10 3/4 - 12,50 1/2 - 9,50 3/8
No.
4 4,76 - No.
8 2,38 -
- 12,50 1/2 Perangkat saringan untuk agregat kasar ukuran # 8 (diameter agregat antara
ukuran 12,5 mm
1,19 mm) Berat minimum contoh 2,5 kg
- 9,50 3/8 No.
4 4,76 - No.
8 2,38 - No.
16 1,19 -
29
UNTUK AGREGAT HALUS :
Nomor
saringan
Ukuran lubang Keterangan
mm inchi
- 9,50 3/8 Berat
minimum
contoh
500 gram
No.
4 4,76 -
No.
8 2,38 -
No.
16 1,19 -
No.
30 0,59 -
No.
50 0,297 -
No.
100 0,149 -
No.
200 0,075 -
Gambar 2 : Aparatus untuk analisis saringan agregat kasar dan halus
30
B.1 BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan. Berat
dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang
digunakan, seperti diuraikan pada tabel perangkat saringan.
B.2 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven pada suhu (110
5) C hingga mencapai
berat tetap.
b. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari
saringan paling besar di atas. Perangkat saringan diguncang-guncang
dengan tangan atau alat penggetar saringan, selama 15 menit.
B.1 PERHITUNGAN
Hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan terhadap berat total benda uji.
B.2 LAPORAN
a. Analisis gradasi dengan menetapkan jumlah prosentase lolos saringan atau yang tertahan saringan.
b. Membuat grafik akumulatif (kurva gradasi). c. Memeriksa grafik dengan batasan kurva gradasi.
Kurva pembatasan bagi gradasi agregat yang digunakan dalam perancangan campuran beton dengan
Metode Texas
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ukuran Saringan (mm)
Pros
enta
se B
erat
Lol
os K
umul
atif
Butiran halus
Butiran kasar
No.8
No.57
No.467 No.7
0,15 0,30 0,60 1,19 2,38 4,76 9,5 19,0 38,1 75,2
31
C. PEMERIKSAAN BAHAN LEWAT SARINGAN NO. 200
C.1 TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah bahan yang
terdapat dalam agregat yang lolos saringan No. 200 dengan cara pencucian.
C.2 PERALATAN
a. Saringan No. 16 dan No. 200.
b. Wadah pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga
pada waktu diguncang-guncangkan benda uji / air pencuci tidak tumpah.
c. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110
5) C.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji.
e. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
Gambar 3 : Aparatus pemeriksaan bahan lolos saringan No. 200
C.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum,
dengan batasan sebagai berikut :
32
Ukuran maksimum Berat minimum
2,36
mm No. 8 100
gram
1,18
mm No. 4 500
gram
9,50
mm 3/8
2000
gram
19,10
mm 3/4
2500
gram
38,10
mm 1 ½
5000
gram
C.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Masukkan contoh agregat yang beratnya 1,25 kali berat minimum benda uji
ke dalam talam. Keringkan di dalam oven pada suhu (110
5) C hingga
mencapai berat tetap.
b. Masukkan benda uji agregat ke dalam wadah, dan diberi air pencuci
secukupnya sehingga benda uji terendam.
c. Guncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cucian ke dalam susunan
saringan No. 16 dan No. 200.
d. Masukkan air pencuci baru, dan ulangilah pekerjaan di atas sampai air
pencuci jernih.
e. Masukkan kembali semua bahan yang tertahan saringan No. 16 dan No. 200
dalam wadah; kemudian masukkan seluruh bahan tersebut ke dalam talam
yang telah diketahui beratnya (W2). Keringkan dalam oven, dengan suhu
(110
5) C hingga mencapai berat tetap.
f. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya (W3).
g. Hitunglah berat bahan kering tersebut (W4 = W3
W2).
C.5 PERHITUNGAN
Jumlah bahan lewat saringan No. 200 = % 100 x W
WW
1
41
Dimana :
W1 = berat benda uji semula (gram)
W4 = berat benda uji tertahan saringan No. 200 (gram).
33
C.6 LAPORAN
Analisis jumlah bahan yang lewat saringan No. 200 dalam prosen. Jika
prosentase bahan yang lewat > 5 %, berarti bahan mempunyai kandungan
lumpur yang tinggi.
C.7 CATATAN
Pada waktu menuang air cucian, usahakan bahan-bahan yang kasar
tidak ikut tertuang.
D. PEMERIKSAAN KOTORAN ORGANIK
D.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan adanya kandungan
bahan organik dalam agregat halus. Kandungan bahan organik yang berlebihan
dapat mempengaruhi kualitas hasil penggunaan pasir untuk campuran, misalnya
beton.
D.2 PERALATAN
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan
lainnya yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
b. Standar warna (organics plate).
c. Larutan NaOH 3%.
D.3 BAHAN
Contoh pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)
D.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam botol.
b. Tambahkan senyawa NaOH 3%. Setelah dikocok, total volume menjadi kira-
kira ¾ volume botol.
c. Botol ditutup erat-erat, dan botol dikocok kembali. Diamkan botol selama 24
jam.
d. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan warna
standar No. 3 (apakah lebih tua atau lebih muda).
D.5 LAPORAN
Analisis kotoran organik berdasarkan observasi warna contoh terhadap
warna standar No. 3.
34
D.6 CATATAN
e. Larutan NaOH 3% diperoleh dari campuran 3 bagian larutan berat NaOH
dalam 97 bagian berat air suling.
f. Bila warna cairan contoh lebih tua dari warna standar No. 3, berarti
kandungan bahan organik melebihi toleransi (pasir terlalu kotor).
E. PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS
E.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan prosentase kadar
lumpur dalam agregat halus. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan
dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton.
E.2 PERALATAN
a. Gelas ukur
b. Alat pengaduk
E.3 BAHAN
Contoh pasir secukupnya (kondisi lapangan) dengan bahan pelarut air biasa.
E.4. PROSEDUR PENGUJIAN
a. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur.
b. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur.
c. Gelas dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur.
d. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap
setelah 24 jam.
e. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2).
E.5. PERHITUNGAN
Kadar Lumpur = % 100 x VV
V
21
2
Dimana :
V1 = tinggi pasir V= tinggi lumpur
E.6. LAPORAN
Lakukan perbandingan hasil pemeriksaan kadar lumpur dengan
peraturan, dan berikan kesimpulan dari perbandingan tersebut.
35
E7. CATATAN
Pemeriksaan kadar lumpur ini merupakan cara lain untuk melakukan
pemeriksaan kadar lumpur dengan penyaringan bahan lewat saringan no. 200.
Gambar 4 : Pemeriksaan kadar lumpur dengan gelas ukur
F. PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT
F.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan dari pengujianni adalah untuk menentukan kadar air agregat
dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat
air yang terkandung dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering.
F.2 PERALATAN
a. Timbangan.
b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110
5) C.
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan
contoh benda uji.
Gambar 5 : Aparatus untuk pemeriksaan kadar air agregat
36
F.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum,
dengan batasan sebagai berikut :
Ukuran maksimum Berat
minimum
Ukuran maksimum Berat
minimum
6,30
mm (1/4 ) 0,50
kg
50,80
mm (2 ) 8,00
kg
9,50
mm (3/8 ) 1,50
kg
63,50
mm (2 ½ ) 10,00
kg
12,70
mm (1/2 ) 2,00
kg
76,20
mm (3 ) 13,00
kg
19,10
mm (3/4 ) 3,00
kg
88,90
mm (3 ½ ) 16,00
kg
25,40
mm (1 ) 4,00
kg
101,60
mm (4 ) 25,00
kg
38,00
mm (1 ½ ) 6,00
kg
152,40
mm (6 ) 50,00
kg
F.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Timbang dan catatlah berat talam (W1).
b. Masukkan benda uji ke dalam talam, kemudian timbang dan catatlah berat
talam + benda uji (W2).
c. Hitung berat benda uji (W3 = W2
W1).
d. Keringkan benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110
5) C
hingga mencapai berat tetap.
e. Setelah kering, timbang dan catatlah berat talam + benda uji kering (W4).
f. Hitung berat benda uji kering (W5 = W4
W1).
F.5 PERHITUNGAN
Kadar air agregat = % 100 x W
WW
3
53
Dimana :
W3 = berat contoh semula (gram)
W5 = berat contoh kering (gram)
F.6 CATATAN
Kecermatan perhitungan prosentase dua angka di belakang koma.
37
G. PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
G.1 TUJUAN PENGUJIAN
Menentukan bulk dan apparent specific gravity dan penyerapan (absorbsi)
agregat kasar menurut prosedur ASTM C-127. Nilai ini diperlukan untuk
menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton.
G.2 PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg.
b. Keranjang besi diameter 203,2 mm (8 ) dan tinggi 63,5 mm (2,5 ).
c. Alat penggantung keranjang.
d. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110
5) C.
e. Handuk
f. Talam logam tahan karat untuk tempat pengeringan benda uji absorbsi.
G.1 BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering
muka (SSD = Saturated Surface Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang
diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat yang lolos
saringan No. 4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji.
G.2 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Benda uji direndam selama 24 jam.
b. Benda uji di-kering muka-kan (kondisi SSD) dengan menggulungkan handuk
pada butiran agregat.
c. Timbang contoh. Hitung berat contoh kondisi SSD (Bj).
d. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam keranjang dan direndam kembali di
dalam air. Tempertur air dijaga (73,4
3)
Fahrenheit, dan kemudian ditimbang
setelah keranjang digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan udara
yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh (Ba).
e. Contoh dikeringkan pada temperatur (212
130)
Fahrenheit. Setelah
didinginkan, contoh ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering (Bk).
38
G.1 PERHITUNGAN
Berat Jenis (bulk)
BaBjBk
Berat jenis kering permukaan jenuh
BaBjBj
Berat jenis semu (apparent) Ba
BkBk
Penyerapan (absorbsi) % 100 x Bk
Bk
-
Bj
Dimana :
Bj = berat contoh kering permukaan jenuh = 5000 gram
Bk = berat contoh kering oven
Ba = berat contoh di dalam air
G.1 LAPORAN
Melakukan analisis hasil pengamatan bagi penentuan nilai specific gravity
dan prosentase absorbsi bahan dalam berbagai kondisi.
H. PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
H.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan dari PENGUJIAN ini adalah menentukan bulk dan apparent specific
gravity dan penyerapan agregat halus menurut prosedur ASTM C-128.
H.2 PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gr dengan kapasitas minimum 1000 gram.
b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110
5) C.
c. Piknometer dengan kapasitas 500 gram.
d. Cetakan kerucut pasir (metal sand cone) dan tongkat pemadat dari logam.
39
Gambar 6 : Aparatus untuk analisis specific gravity dan absorbsi agregat halus
H.4. BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari
bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.
H.5. PROSEDUR PENGUJIAN
a. Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi dengan
indikasi contoh tercurah dengan baik.
b. Sebagian dari contoh dimasukkan pada metal sand cone mold . Benda uji
dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah 25
kali. Kondisi SSD (Saturated Surface Dry) contoh diperoleh jika cetakan
diangkat, butiran-butiran pasir longsor/runtuh.
c. Contoh agregat halus seberat 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer.
Isilah piknometer tadi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-
gelembung udara dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer tadi.
Rendamlah piknometer dengan suhu air (73,4
3)
Fahrenheit selama 24
jam.
d. Pisahkan contoh benda uji dengan piknometer dan keringkan pada suhu (213
230)
Fahrenheit. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
e. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi
pada temperatur (73,4
4)
Fahrenheit, dengan ketelitian 0,1 gram.
40
H.6. PERHITUNGAN
Berat Jenis (bulk) )BtBjB(
Bk
Berat jenis kering permukaan jenuh
)BtBjB(Bj
Berat jenis semu (apparent) )Bt BkB(
Bk
Penyerapan (absorbsi) % 100 x Bk
Bk
-
Bj
Dimana :
Bj = berat contoh kering permukaan jenuh = 500 gram
Bk = berat contoh kering oven
B = berat piknometer diisi air pada 25 C
Bt = berat piknometer + contoh SSD + air (25 C)
H.7. LAPORAN
Melakukan analisis hasil pengamatan bagi penentuan nilai specific gravity
dan prosentase absorbsi bahan dalam berbagai kondisi.
I. PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT (ABRASI TEST) DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT LOS ANGELES
I.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat
kasar yang lebih kecil dari 37,5 mm (1 ½ ) terhadap keausan menggunakan alat
Los Angeles.
41
I.2 PERALATAN
a. Mesin Abrasi Los Angeles, yaitu mesin yang terdiri dari silinder baja tertutup
pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28 ) dan panjang 50 cm (20 ).
Silinder ini bertumpu pada dua poros pendek tidak menerus yang berputar
pada poros mendatar. Silinder mempunyai lubang untuk memasukkan benda
uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh
setinggi 8,9 cm (3,56 ).
b. Bola-bola baja mempunyai diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8 ) dan berat
masing-masing antara 400 gram sampai 440 gram.
c. Saringan mulai ukuran 37,5 mm (1 ½ ) sampai 2,38 mm (N0. 8).
d. Timbangan dengan kapasitas 5000 gram dan dengan ketelitian 1 gram.
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu, memanasi sampai (110 5) C.
I.3 BAHAN
Benda uji harus bersih. Bila benda uji masih mengandung kotoran, debu,
bahan organik atau terselimuti oleh bahan lain, maka benda uji harus dicuci
dahulu sampai bersih kemudian dikeringkan dalam suhu (110 5) C.
Pisahkan benda uji ke dalam masing-masing fraksi kemudian
digabungkan sesuai dengan daftar berikut.
Ukuran saringan Berat dan gradasi benda uji (gram) Lewat (mm) Tertahan(mm) A B C D 37,
5
(1 ½ ) 25,0
(1 ) 1250
25 - - -
25,0
(1 ) 19,0
(3/4 ) 1250
25 - - -
19,0
(3/4 ) 12,5
(1/2 ) 1250
25 2500
25 - -
12,5
(1/2 ) 9,5
(3/8 ) 1250
25 2500
25 - -
9,5
(3/8 ) 6,3
(1/4 ) - - 2500
25 - 6,3
(1/4 ) 4,75
(No.4) - - 2500
25 - 4,7
5
(No.4) 2,36
(No. 8) - - - 5000
10
Total 5000 10 5000
10 5000
10 5000
10 Jumlah bola 12 11 8 6 Berat bola (gram) 5000 25 4584
25 3330
25 2500
25
42
I.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles dan mesin
diputar dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 500 1 putaran.
b. Setelah selesai putaran, benda uji dikeluarkan, disaring dengan saringan
4,75 mm (No. 4) dan 1,7 (No. 12). Butiran yang lebih besar dari 1,7 mm
(tertahan di kedua saringan tersebut) dicuci bersih, dikeringkan dalam oven
dengan suhu (110 5) C sampai berat menjadi tetap. Kemudian timbang
dengan ketelitian 5 gram
I.5 PERHITUNGAN
Nilai keausan Los Angeles = % 100 x a
b
-
aDimana :
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda uji tertahan di saringan No. 12 (dan No. 4) (gram)
I.6 PELAPORAN
Keausan dilaporkan sebagai bilangan bulat dalam prosen.
43
BAB IV BAHAN TAMBAHAN
Dalam pelaksanaan pembuatan beton bahan tambahan merupakan
bahan yang dianggap penting, terutama untuk pembuatan beton didaerah yang
beriklim tropis seperti Indonesia. Penggunaan bahan tambahan dimaksudkan
untuk memperbaiki dan meningkatkan sifat
sifat beton sesuai dengan yang
diinginkan.
Pengertian bahan tambahan ini mempunyai arti yang luas yaitu meliputi
material
material seperti Polimer, Fiber, Mineral (alam / buatan) yang mana
dengan adanya bahan tambahan tersebut komposisi beton mempunyai sifat
yang berbeda dengan beton aslinya atau beton biasa. Walaupun penggunaan
bahan tambahan sudah diatur dalam peraturan sebaiknya penggunaan bahan
tambahan tersebut didahului dengan percobaan
percobaan yang dilakukan
dilaboratorium dan dilapangan
Bedasar Pasal : 5.6 SNI 03
2847
2002
1. Bahan tambahan yang digunakan pada beton haris mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari pengawas lapangan
2. Untuk keseluruhan pekerjaan bahan tambahan yang digunakan harus
mampu secara konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama
dengan yang dihasilkan oleh produk yang digunakan dalam menentukan
proporsi campuran beton
3. Bahn tambahan yang mengandun klorida tidak boloh digunakan pada
beton prategang, pada beton dengan aluminium tertanam, atau pada
beton yang dicor dengan menggunakan cetakan baja galvanis
4. Bahan tambahan harus memenuhi spesifikasi :
- Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton (ASTM C 494 &
C1017)
- Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton SNI-
03-
2496 - 1991
- Spesifikasi bahan tambahan kerak tungku pijar (ASTM C989)
- Spesifikasi bahan tambahan Abu terbang & Pozzolan alami ( ASTM C
618)
- Spesifikasi bahan tambahan Silica fume (ASTM C 1240)
44
5 Bahan tambahan yang digunakan pada beton yang mengandung semen
skspansif (ASTM C 845) harus cocok dengan semen yang digunakan dan
menghasilkan pengaruh yang tidak merugikan
MACAM
MACAM BAHAN TAMBAHAN
A. Air- entraining Agent
Air-entraining agent (AEA) merupakan bahan organik yang dimasukan
dalam jumlah tertentu dalam betonyang akan menimbulkan gelembung udara
dalam beton secara merata dan brediameter sekitar 0,25
1,00 mm.
AEA berfungsi untuk meningkatkan kandungan udara dalam beton agar tahan
terhadap pembekuan, volume udara yang dibutuhkan untuk menahan ketahanan
pembekuan sekitar 9 % dari volume mortar, disamping itu akan mengakibatkan
: ?Meningkatkan workabilitas ( kemudahan pengerjaan)
?Meningkatkan durabilitas beton ( khususnya terhadap pembekuan)
? Mengurangi terjadinya Bleeding (Keluarnya air kepermukaan beton)
? Mengurang Kuat tekan
? Berat jenis menurun
? Waktu pengikatan tidak banyak berpengaruh
? Perubahan volume
? Meningkatkan sifat kohesif beton (bila gradasi agregatnya jelek)
Unsur utama yang digunakan adalah :
? Abietic dan Premeric acid salt (neutralized wood resin)
? Fatty acid dan salt of fatty acid
? Alkyl aryl sulphonates
? Alkyl sulphates
? Phenol ethoxilates
B. Bahan tambahan kimia
Bahan Ini merupakan bahan kimia yang fungsinya sesuai dengan masing
masing type nya , yaitu :
? Type A : Water-Reducing
Mengurangi jumlah air campuran dan dapat menghasilkan konsistensi tertentu
? Type B : Retarding
Memperlambat pengikatan beton
45
? Type C : Accelerating
Mempercepat pengikatan beton dan pengembangan kekuatan awal beton
? Type D : Water-Reducing dan Retarding
Mengurangi jumlah air dan menghambat pengikatan beton
? Type E : Water-Reducing dan Accelerating
Mengurangi jumlah air dan Mempercepat pengikatan beton
? Type F : Water-Reducing, High Range
Mengurangi jumlah air campuran dan menghasilkan konsistensi sebesar 12 %
? Type G : Water-Reducing High Range & Retarding
Mengurangi jumlah air campuran, konsistensi 12 % atau lebih dan
Memperlambat pengikatan beton
B.1 Water-Reducing ( type A )
Bahan tambahan ini merupakan material organik yang larut dalam air
yang berfungsi mengurangi jumlah air yang diperlukan untuk mencapai
konsistensi tertentu atau workability tertentu tanpa mempengaruhi kadar udara
atau sifat beton
Penggunaannya : - Pembuatan beton mutu tinggi
- Mempermudah pencampuran, pengecoran dan pemadatan
- Meningkatkan kualitas
- Beton lebih ekonomis
Pengaruh pada sifat beton
- Kuat tekan meningkat ± 10 % pada umur 28 hari
- Waktu pengikatan awal tidak berubah
- Workabilitas meningkat
- Nilai slump tidak berubah, tetapi tingkat kecepatan
penurunan slump umumnya sama atau lebih besar dari
beton biasa
- Panas hidrasi tidak berpengaruh
- Perubahan bentuk / volume tidak berpengaruh
- Durabilitas tidak berpengaruh
B.2 Water-Reducing dan Retarding
46
Bahan tambahan yang berfungsi mengurangi jumah air dan
memperlambat waktu pengikatan awal pasta semen
Penggunaan retarding : - Pembetonan massa yang cukup besar, luas
Pengaruh retarding pada sifat beton :
- Kuat tekan awal menurun
- Kuat tekan meningkat ± 10% umur 7 hari, ± 5% umur 28
hari
- Waktu pengikatan awal lebih lama
- Juga tergantung dari dosis, jenis semen, perbandingan
campuran, temperature serta macam dan gradasi agregat
B.3 Water-Reducing dan Accelerating
Bahan tambahan yang berfungsi mengurangi jumah air dan mempercepat
waktu pengikatan awal pasta semen
Penggunaan accelerating : Pembetonan pondasi berat dan pelaksanaan cepat
Pengaruh accelerating pada sifat beton :
- Kuat tekan awal meningkat
- Kuat tekan meningkat ± 10% umur 7 hari dan umur 28 hari
- Waktu pengikatan awal lebih cepat
- Panas hidrasi meningkat
- Juga tergantung dari dosis, jenis semen, perbandingan
campuran, temperature serta macam dan gradasi agregat
B.4 Superplasticizer (type F = Water-Reducing, High Range)
Bahan tambahan yang berfungsi mengurangi jumah air yang diperlukan
untuk mencapai workabilitas yang diinginkan, atau memberikan perbedaan
workabilitas yang besar
Penggunaan superplasicizer : Pembetonan dengan workabilitas yang besar
Pengurangan air 20
30 %
Pengaruh pada sifat beton
- Kuat tekan meningkat ± 10 % pada umur 28 hari
- Waktu pengikatan awal tidak berubah
- Workabilitas meningkat besar
47
- Nilai slump tidak berubah, tetapi tingkat kecepatan
penurunan slump umumnya sama atau lebih besar dari
beton biasa
- Panas hidrasi tidak berpengaruh
- Perubahan bentuk / volume tidak berpengaruh
- Durabilitas tidak berpengaruh
- Juga tergantung dari dosis, jenis semen, perbandingan
campuran, temperature serta macam dan gradasi agregat
C. Bahan tambahan Mineral
Bahan tambahan mineral umumnya bahan pozzolan atau yang bersifat
pozolan
c.1 Pozzolan
Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silica atau silica
alumina dan alumina yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen
Portland, akan tetapi bentuknya yang halus dan dengan adanya air, maka
senyawa
senyawa tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida pada
suhu normal membentu senyawa calsium silikat hidrat (CSH) dan calsium hidrat
yang bersifat hidrolis dan mempunyai angka kelarutan yang cukup rendah.
Dalam beton unsur
unsur silika dalam bahan pozzolan akan bereaksi dengan
Ca(OH)2 dalam beton hasil reaksi semen dan air membentuk senyawa
calsium
silikat hidrat (CSH) , yaitu :
Menurut ASTM C618-86, mutu pozzolan dapt dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu :
Kelas N : - Pozzolan alam atau hasil pembakaran, pozzolan alam yang dapat
digolongkan deidalam jenis ini seperti tanah diatonic, abu vulkanik,
dimana bias diproses melalui pembakaran maupun tidak. Selain itu
juga berbagai material hasil pembakaran yang mempunyai sifat
pozzolan yang baik
Ca(OH)2 + SiO2 x CaO + y SiO2 + H2O
48
Kelas C Fly ash yang mengandung CaO diatas 10 % yang dihasilkan dari
pembakaran lignit atau sub-bitumen batu bara
Kelas F : Fly ash yang mengandung CaO kuramg 10 % yang dihasilkan dari
pembakaran lignit atau sub-bitumen batu bara
c.2. Jenis Pozzolan
Menurut proses pembentukannya (asalnya) (ASTM C 593-82), bahan
pozzolan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
- Pozzolan Alam
- Pozzolan Buatan
c.2.1. Pozzolan Alam
Pozzolan alam adalah bahan alam yang merupakan hasil sedimentasi
dari abu atau lava gunung berapi yang mengandung silika aktif, yang bila
dicampur dengan kapur padam akan mengadakan sementasi.
Di Indonesia pozzolan alam banyak dijumpai didaerah pegunungan yang
masih aktif seperti Nagrek (Jabar), gunung Muria (Jateng), gunung Lawu (Jatim),
dll
Bahan pozzolan alam ini sudah lama dikenal di Indonesia sebagai bahan
bangunan yang dicampur dengan kapur padam.
Pozzolan alam mempunyai mutu, bentuk serta warna yang berbeda
beda
antara satu deposit dengan deposit lainnya. Oleh karena itu untuk mengontrol
kualitasnya digunakan standartisasi mutu pozzolan berdasar ASTM
Sifat pozzolan alam terhadap beton pada dasarnya mririp dengan
pozzolan lainya yaitu:
- Memperlambat waktu pengikatan awal dan kekuatan awal rendah
- Dapat bereaksi dengan Ca(OH)2 sehingga membentuk C-S-H
- Tahan terhadap lingkungan agresif.
c.2.2. Pozzolan Buatan
Pozzolan buatan dapat berupa bahan hasil sisa pembakaran dari tungku
pijar maupun hasil pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang
mengandung silika reaktif melalui proses pembakaran dengan temperature yang
tinggi ( > 600 ° C ) seperti:
49
a. Abu terbang (Fly ash)
Adalah hasil pemisahan sisa pembakaran batu bara yang halus ysng
tertangkap pada filter cerobong asap (limbahPLTU), kandungan S > 50 %
Butiran halus lolos saringan No.325 (0.045 mm) 5
27 %, warna abu-
abu kehitaman, sifat pozzolanic mirip pozzolan lainnya
b. Silica Fume
Hail sampingan dari reduksi quarsa murni dan batu bara ditanur tinggi
pada peleburan baja, kandungan Si > 96 %
c. Abu Sekam / tempurung kelapa
Abu hasil pembakaran dengan temperatu > 600 °C, kandungan Si > 70 %
D. BAHAN TAMBAHAN KHUSUS
Bahan tambahan yang mempunyai spesifikasi yang khusus yang tidak
terdapat pada bahan tambahan yang lain
d.1. Bounding
Adalah bahan emulsion polimer organic yang berfungsi untuk menambah
daya lekatan antara beton dan mortar. Pengaru pemakaian bahan ini adalah :
- Meningkatkan kekuatan lekatan
- Meningkatka kekuatan tarik beton
- Mengurangi kekuatan beton
- Mengurangi kekuatan tekan dan modulus elastisitas beton
d.2. Pigmen
Bahan tambahan berbentuk serbuk berguna untuk mortar dan beton agar
menghasilkan warna yang baik dan tidak mempengaruhi sifat mekanis maupun
sifat fisis beton
d.3. Damp-Proofing
Adalah bahan kimia untuk mengurangi kehilangan kelembaban sehingga
beton mengalami unsaturated (kering), bahan ini tidak mengurangi kekedapan
beton dan tidak cocok untuk ketahanan terhadap tekanan air serta berpengaruh
mengurangi daya resapan, kelembaban kepori-pori beton dan menaikan tingkat
pemadatan air menjadi beton kering. Bila dicampur dengan Water Reducing
beton akan menjadi lebih kedap
d.4. Expanding
50
Adalah bahan tambahan yang menyebabkan sedikit pengembangan
granit, mortar atau beton untuk mengkompensasi terjadinya susut, Bahan ini
dipakai untuk keperluan grouting. Tingkat pengembangan dipengaruhi oleh jenis
semen yang dipakai, temperature, dan kandungan agregatnya
d.5. Viscocrete
Adalah bahan tambahan yang menjadikan beton dapat memadat dengan
sendirinya atau disebut Self Compacting Concrete (SCC) berfungsi untuk
pengecoran ditempat yang sulit untuk dilakukan pemadatan misalnya pada
daerah tulangan yang rapat seperti daerah pertemuan balok
kolom,
pengecoran pondasi straus dan pengecoran pelat
Pengaruh pada sifat beton :
- Kuat tekan meningakat
- Kuat tekan awal tinggi
- Workabilitas meningkat
- Porositas meningkat
- Masa beton lebih padat
- Mengurangi penyusutan
Keuntungan : - Dapat menghemat biaya (pemadatan dan finishing)
- Pelaksanaan pengecoran lebih cepat
- Tidak perlu dilakukan pemadatan
- Menghemat penggunaan alat dan tenaga kerja
- Mengurangi kebisingan lingkungan
- Meningkatkan keamanan dan kesehatan
- Meningkatkan kualitas dan durabilitas
- Mengurangi jumlah air
51
BAB V
PENETAPAN VARIABEL PERENCANAAN & PERHITUNGAN KOMPOSISI UNSUR BETON
A. PERENCANAAN CAMPURAN BETON
A.1 TUJUAN
Menentukan komposisi komponen / unsur campuran beton basah
A.2 PERALATAN
a. Timbangan.
b. Peraltan untuk membuat adukan : wadah, sendok semen, peralatan
pengukur slump, dan peralatan pengukur berat volume.
A.1 BAHAN
Unsur beton (air, semen, agregat halus, dan agregat kasar) yang telah memenuhi persyaratan.
A.2 PROSEDUR PENGUJIAN
Tentukan komposisi campuran beton dengan cara menimbang masing
masing
komponen campuran beton sesuai dengan hasil analisa campurannya dan
lakukan pencampuran komponen beton sesuai aturan untuk pembuatan benda
uji
A. PEMERIKSAAN MUTU BETON DAN MUTU PELAKSANAAN
Selama masa pelaksanaan pekerjaan beton, mutu beton dan kualitas
pekerjaan harus diperiksa secara berkesinambungan dari hasil-hasil
pemeriksaan benda uji. Untuk setiap m3 beton harus dibuat satu benda uji pada
permulaan pelaksanaan konstruksi.
Setelah terkumpul sejumlah benda uji, maka pada umur 28 hari dilakukan
pemeriksaan kekuatan tekan beton. Kemudian dianalisa untuk menentukan
berapa kuat tekan beton karakteristiknya
52
Tabel 1 : Deviasi Standar Berdasarkan Volume Pekerjaan
Isi pekerjaan Deviasi standar S (MPa)
Sebutan Jumlah beton (m3) Baik sekali baik Dapat diterima
Kecil < 1000 4,5 < S < 5,5 5,5 < S < 6,5 6,5 < S < 8,5
Sedang 1000
3000 3,5 < S < 4,5 4,5 < S < 5,5 5,5 < S < 7,5
Besar > 3000 2,5 < S < 3,5 3,5 < S < 4,5 4,5 < S < 6,5
B. PERANCANGAN CAMPURAN BETON DENGAN METODE MODIFIKASI ACI
Seperti telah diuraikan, beton merupakan campuran antara semen, pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar) dan air. Proporsi dari unsur pembentuk ini harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga terpenuhi syarat-syarat :
1. Kekenyalan tertentu yang memudahkan adukan beton ditempatkan pada cetakan/bekisting (workability) dan kehalusan muka (finishability) beton basah yang ditentukan dari : a. volume adukan b. keenceran pasta adukan c. perbandingan campuran agregat halus dan kasar
2. Kekuatan rencana dan ketahanan (durability) pada kondisi beton setelah mengeras.
3. ekonomis dan optimum dalam pemakaian semen.
Untuk tujuan menentukan proporsi bahan-bahan pembentuk beton, dikembangkan berbagai metode secara empiris berdasarkan hasil-hasil percobaan adukan beton yang pernah dibuat.
Oleh karena sifat rumusan dan tabel bagi penentuan proporsi unsur-unsur beton adalah empiris, maka di dalam pembuatan beton bagi tingkat kekuatan tekan tertentu, selalu harus dibuat adukan rencana yang disebut adukan uji coba atau trial mix.
Berdasarkan hasil-hasil trial mix inilah kemudian pembuatan beton dilakukan, setelah dari pemeriksaan benda uji terpenuhinya ketentuan kekenyalan, kekuatan dan sifat ekonomis adukan.
Sebelum digunakan tabel-tabel atau grafik untuk menentukan pembuatan trial mix beton, beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam perancangan campuran beton dengan metode modifikasi ACI adalah :
53
4. Gradasi/distribusi ukuran agregat harus berada di dalam batas-batas yang
ditetapkan pada gambar di bawah ini yaitu :
Gambar 11 : Kurva pembatasan gradasi agregat halus dan kasar
Gradasi agregat halus yang digunakan memiliki gradasi butiran yang berada dalam dua kurva pembatas. Jika pada kondisi lapangan ternyata gradasi butirannya tidak memenuhi syarat seperti yang ditetapkan, maka perlu dilakukan koreksi dengan melakukan analisis kombinasi agregat dari beberapa kelompok agregat.
Untuk agregat kasar, berdasarkan besarnya diameter agregat maksimum yang digunakan, terdapat empat kelompok kurva pembatas. Ukuran agregat kasar no. 2 merupakan kelompok agregat dengan ukuran maksimum butir 75,0 mm (3 inch); uuran no. 467 dengan butiran maksimum 25,0 mm (1 inch) yang umum digunakan dalam bangunan; dan ukuran no. 8 dengan butiran maksimum 10,0 mm (1/2 inch) yang sering disebut sebagai beton gradasi jagung bagi pekerjaan perbaikan atau grouting.
5. untuk menghitung komposisi campuran beton dengan metode ini terlebih dahulu harus diketahui data sebagai berikut : a. ukuran terbesar kerikil (agregat kasar) yang akan digunakan b. specific gravity agregat halus c. specific gravity agregat kasar d. specific gravity agregat kasar (dry rodded unit weight) e. modulus kehalusan (fineness modulus) agregat halus.
Perencanaan campuran beton yang dilakukan berdasarkan rumusan, tabel atau grafik menurut ketentuan yang ada pada metode ini adalah : W/C (faktor air semen) merupakan perbandingan berat air dengan berat semen. Penentuan nilai W/C ratio guna menentukan jumlah semen yang diperlukan dalam setiap kubikasi beton dapat mengacu pada tabel 2 berikut ini yang berupakan nilai W/C ratio maksimum yang diijinkan untuk berbagai jenis struktur dan sifat lingkungannya.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ukuran Saringan (mm)
Pros
enta
se B
erat
Lol
os K
umul
atif
Butiran
Butiran
No.8
No.57
No.46 No.7
0,15 0,30 0,60 1,19 2,38 4,76 9,5 19,0 38,1 75,2
54
Tabel 2 : W/C Ratio berdasarkan jenis konstruksi dan kondisi lingkungan
Jenis konstruksi Kondisi lingkungan
Kondisi normal
Basah kering bergantian
Mendapat pengaruh sulfat dan air laut
Konstruksi langsing, atau yang mempunyai penutup tulangan kurang dari 25 mm
0,53 0,49 0,40
Struktur dinding penahan tanah, pilar, balok, abutmen
- 0,53 0,44
Beton yang tertanam dalam air, pilar, balok. - 0,44 0,44
Struktur lantai beton di atas tanah - - -
Beton yang terlindung dari perubahan udara (konstruksi interior bangunan)
- - -
W/C ratio ditentukan berdasarkan kekuatan tekan rencana beton tabel 3 atau gambar 12 Di samping faktor air semen berdasarkan tabel 2, unsur lain penentu faktor air
semenditetapkanatas kekuatan rencana tekan beton, yang dinyatakan sebagai berikut :
Tabel 3 : Hubungan antara W/C dengan kekuatan tekan beton
Kekuatan tekan beton umur 28 hari (kg/cm2) Nilai rata-rata W/C
411 0,44
331 0,53
263 0,62
193 0,73
153 0,80
Selain menggunakan nilai-nilai yang tercantum pada tabel 3, gambar 12 di bawah ini dapat juga digunanan untuk menentukan nilai W/C untuk kekuatan tekan rencana tertentu.
Gambar 12 : Hubungan antara kekuatan tekan 28 hari dengan W/C
100
200
300
400
500
600
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C
Kua
t te
kan
rata
-rat
a 28
(kg
/cm
2 )
55
a. Slump sebagai ukuran kekenyalan adukan beton.
Slump merupakan perbedaan tinggi dari adukan dalam suatu cetakan berbentuk kerucut terpancung dengan tinggi adukan setelah cetakan diambil. Hubungan satu sama lain antara parameter bahan penentuan komposisi bahan beton basah, dinyatakan dalam tabel-tabel sebagai berikut :
Tabel 4 : Ukuran slump yang dianjurkan untuk berbagai jenis konstruksi
U r a i a n S l u m p ( m m )
maksimum minimum
Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang
80 25
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi di bawah tanah
80 25
Pelat, balok, kolom dan dinding 100 25
Perkerasan jalan 80 25
Pembetonan massal 50 25
Catatan : Nilai pada tabel 4 di atas berlaku untuk pemadatan menggunakan alat penggetar. Untuk cara pemadatan yang lain, nilai slump dapat dinaikkan 25 mm lebih besar.
a. Ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan sesuai dengan ketentuan dalam kemudahan pelaksanaan pengecoran dan syarat monolit beton adalah :
Tabel 5 : Ukuran maksimum agregat
Ukuran agregat maksimum yang digunakan harus memenuhi ketentuan
1/5 lebih kecil atau sama dari dimensi terkecil struktur
1/3 lebih kecil atau sama dari tebal pelat lantai
3/4 lebih kecil atau sama dari jarak bersih tulagan, berkas tulangan atau berkas kabel pratekan
Untuk hal-hal khusus sesuai dengan jenis konstruksi beton tertentu, rincian ketentuan ukuran maksimum agregat dapat diperoleh dari ketentuan yang berlaku. Pemilihan jarak tulangan dari beberapa kemungkinan yang ditetapkan dalam peraturan, umumnya didasarkan pada tinjauan kemudahan saat dilaksanakan pengecoran dan integritas beton dengan tulangan.
a. Dalam perancanaan adukan, berat air rencana dan prosentase udara yang terperangkap, ditetapkan berdasarkan besarnya slump rencana dan ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan menurut tabel 6.
56
Tabel 6 : Jumlah air perlu untuk setiap m3 beton dan udara terperangkap
untuk berbagai slump dan ukuran maksimum agregat
Slump (cm)
Berat air (kg/m3) beton untuk ukuran agregat berbeda
10 mm
12,5 mm
20 mm
25 mm
38 mm
50 mm
75 mm
150 mm
2,5
5
208 199 187 179 163 154 142 125
7,5
10 228 217 202 193 179 169 157 136
15 - 17
243 228 214 202 187 178 169 -
Prosentase udara (%) yang ada dalam unit beton
3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,3 0,2
a. Untuk mendapatkan volume rencana agregat kasar untuk setiap unit volume beton, digunakan nilai-nilai yang tercantum pada tabel 7 dengan menetapkan terlebih dahulu ukuran agregat kasar dan nilai modulus kehalusan (fineness modulus) agregat hallus.
Tabel 7 : Prosentase volume agregat kasar/satuan volume beton
Ukuran maksimum
agregat kasar (mm)
Prosentase volume agregat kasar dibandingkan dengan satuan volume beton untuk modulus kehalusan agregat
halus tertentu
2,40 2,60 2,80 3,00
10,0 50 48 46 44
12,5 59 57 55 53
20,0 66 64 62 60
25,0 71 69 67 65
37,5 75 73 71 69
50,0 78 76 74 72
75,0 82 80 78 76
150,0 87 85 83 81
Catatan : volume pada tabel di atas berdasarkan kondisi agregat kering muka atau dry rodded. Nilai dalam tabel tersebut dipilih dari hubungan empiris untuk memperoleh beton dengan tingkat kekenyalan umum. Untuk beton yang kurang kenyal bagi pekerjaan jalan, nilai di dalam tabel dapat ditingkatkan hingga 10 %. Untuk beton yang lebih kenyal, seperti beton yang ditempatkan melalui sistem pompa, nilai pada tabel dikurangi sampai 10 %.
57
C.1 PROSEDUR PERENCANAAN
Prosedur perencanaan adukan dengan metode ini terdiri atas beberapa tahap pekerjaan : a. Menetapkan konsistensi beton dengan slump rencana berdasarkan tabel 4. b. Menetapkan ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan sesuai
dengan jenis konstruksi dari tabel 5. c. Berdasarkan nilai slump dan ukuran agregat rencana, penentuan jumlah air
yang diperlukan untuk setiap m3 beton dan prosentase udara yang terperangkap mengacu pada tabel 6.
d. Dari dua penentuan nilai W/C ratio; yang masing-masing diperoleh atas batasan sifat ketahanan beton terhadap lingkungan (tabel 2) dan atas kekuatan rencana beton (tabel 3), gunakan nilai W/C ratio yang bernilai lebih kecil bagi perencanaan.
e. Jumlah semen dihitung dengan membagi besaran jumlah air yang diperoleh pada langkah 3 dengan nilai W/C ratio : Jumlah semen = Jumlah air / (W/C) ratio
a. Dengan besaran diameter maksimum agregat kasar dan nilai modulus kehalusan agregat halus rencana, berdasarkan tabel 7 ditetapkan prosentase volume agregat kasar/m3 beton. Berat total agregat kasar yang digunakan diperoleh dari perkalian prosentase volume dengan satuan berat agregat.
b. Volume agregat halus dihitung dari selisih volume total beton dengan (volume semen + volume agregat kasar + volume air + volume udara yang terperangkap). Dengan diketahuinya nilai specific gravity agregat halus, berat agregat halus dapat dihitung.
c. Jumlah unsur adukan untuk jumlah kubikasi beton tertentu dihitung atas dasar jumlah yang diperlukan pada saat pengecoran.
d. Untuk kondisi lapangan, modifikasi bagi konsistensi W/C ratio disesuaikan dengan sifat bahan. Jika G merupakan berat bahan rencana yang diperoleh dari tabel-tabel, m adalah prosentase kadar kelembaban bahan di lapangan dan a adalah prosentase kemamuan absorbsi di lapangan, maka :
Tambahan air yang diperlukan = G (a
m) / (1
m)
Tambahan agregat yang diperlukan = G (m
a) / (1
m)
C.2 CONTOH PERHITUNGAN
Sebagai contoh perencanaan proporsi unsur beton (semen, pasir, agregat kasar dan jumlah air adukan) bagi elemen struktur balok/kolom yang terlindung, ditetapkan kekuatan tekan rencana pada umur 28 hari = 25 Mpa Untuk perencanaan ditetapkan : a. Berdasarkan kondisi lingkungan pengecoran, ditetapkan besarnya slump
rencana antara 75 mm
100 mm. b. Jarak tulangan dan ukuran penampang balok hanya memungkinkan
penggunaan ukuran agregat maksimum = 40 mm; dan dari hasil pemeriksaan di laboratorium, pada kondisi kering muka (Saturated Surface Dry = SSD) diperoleh :
Jumlah semen = Jumlah air / (W/C) ratio
58
Sifat agregat kasar :
Specific gravity = 2,68
Berat volume padat = 1600 kg/m3
Sifat agregat halus :
Specific gravity = 2,64
Modulus kehalusan = 2,80
a. Dari tabel 6 dengan ketentuan di atas diperoleh berat air campuran beton dan prosentase udara yang terperangkap sebagai berikut : Jumlah air = 179 kg/m3, Prosentase udara yang terperangkap = 1,0 %
b. Mengingat konstruksi beton terlindung, tidak diperlukan tabel 2 sehingga W/C ratio rencana diperoleh berdasarkan pada kekuatan tekan rencana. Nilai W/C ratio yang diperoleh dari gambar 12 untuk kekuatan tekan beton rencana = 246 kg/cm2 (25 Mpa) adalah 0,65.
c. Dari hasil langkah c dan d, dihitung berat semen perlu untuk 1 m3 betron : Berat semen = 179 / 0,65 = 275 kg/m3 beton.
d. Dari tabel 7 dengan ketentuan : Ukuran maksimum agregat kasar = 40 mm Angka modulus kehalusan agregat halus (pasir) = 2,8 Diperoleh nilai volume agregat kasar sebesar = 0,72. Dengan demikian, berat agregat kasar perlu yang memiliki berat volume = 1600 kg/m3 adalah : 0,72 x 1600 = 1152 kg/m3 beton.
e. Penentuan proporsi unsur beton bagi adukan beton untuk setiap m3 beton dari tahapan perhitungan yang telah dilakukan (specific gravity semen = 3,15) : Volume semen = 275 / (3,15 x 1000) = 0,087 m3. Volume air = 179 / 1000 = 0,179 m3
Volume agregat kasar = 1152 / (2,68 x 1000) = 0,430 m3
Volume udara terperangkap = 1,0 % = 0,010 m3. Total volume di luar unsur agregat halus = 0,706 m3.
Dari perhitungan di atas, volume agregat halus dalam setiap m3 beton : Volume agregat halus = (1,0
0,706) m3 = 0,294 m3. Dengan nilai specific gravity = 2,64 kondisi SSD, berat rencana agregat halus adalah : (0,294 x 2,64 x 1000) kg = 776 kg.
f. Perhitungan berat bagi setiap m3 beton adalah : Semen = 275 kg = 6,88 zak semen @ 40 kg = 5,5 zak semen @ 50 kg Air = 179 kg Agregat halus = 776 kg (kondisi SSD) Agregat kasar = 1152 kg (kondisi SSD) Dalam istilah umum, campuran ini dikatakan memiliki faktor semen 6,88 zak semen / m3 beton.
g. Proporsi unsur beton pada kondisi lapangan dapat ditentukan dengan memperhitungkan kadar kelembaban dan penyerapan (absorbsi) agregat. Bila kadar kelembaban agregat dan kemampuan absorbsi agregat kasar masing-masing adalah 5,50 % dan 3,75 %, maka perlu penambahan air sebanyak : (1152)(0,015
0,006)/(1-0,006) = 10,43 kg/m3, dan
59
(776)(0,0375
0,055) = -14,37 kg/m3 sehingga jumlah air yang diperlukan
pada kondisi lapangan = 179 + 10,43
14,37 = 175,06 kg/m3 dan
penggunaan agregat kasar dan halus masing-masing menjadi : G + G(m
a) / (1
m) = 1152 + 1152(0,006
0,015) / (1
0,006) = 1141,57 kg/m3.
G + G(m
a) / (1
m) = 776 + 776(0,055
0,0375) / (1
0,055) = 790,37 kg/m3.
Perlu dicatat, bahwa bilai nilai m melebihi nilai a, hasil penambahan air bernilai negatif dengan pengertian bahwa adanya penggunaan air yang kurang dibandingkan dengan kondisi kering muka dan adanya penambahan berat agregat kasar.
h. Dalam pembuatan di lapangan atau nilai trial mix, kubikasi adukan bergantung pada kapasitas pengaduk/mixer/molen. Umumnya kapasitas molen ukuran sedang = 0,03 m3 sehingga berat unsur adukan beton adalah : Semen = 8,25 kg Air = 5,25 kg Agregat halus = 23,71 kg Agregat kasar = 34,25 kg Bagi setiap 0,03 m3 beton.
PERANCANGAN CAMPURAN BETON DENGAN METODE DOE,Modifikasi
Seperti perancangan dengan metode-metode yang telah diuraikan, hal
pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa semua prasyarat yang
ditentukan haruslah dipenuhi sebelum melangkah ke proses perhitungan untuk
menentukan komposisi campurannya.
Pada metode DOE Modifikasi persyaratan yang menyangkut gradasi
agregat yang harus dipenuhi yang ditunjukkan oleh besarnya prosentase barat
lolos kumulatif saringan tertentu untuk beberapa ukuran diameter maksimum
butiran tercantum dalam BS 882 : 1983 sebagai standar mengenai agregat dari
sumber alam untuk beton yang disahkan kembali pada tahun berikutnya, seperti
terlihat pada tabel berikut :
60
Tabel 8 : Persyaratan gradasi agregat gabungan menurut BS 882 1983
Ukuran saringan (mm)
Prosentase berat lolos ukuran saringan
40 mm 20 mm 10 mm 5 mm
50,0 100 - - - 37,5 95
100 100 - - 20,0 45
80 95
100 - - 14,0 - - 100 - 10,0 - - 95
100 - 5,0 25
50 35
55 30
65 70 - 100 2,36 - - 20
50 25 - 70 1,18 - - 15
40 15 - 45 0,60 8
30 10
35 10
60 5 - 25 0,30 - - 5
15 3 - 20 0,15 0
8 * 0
8 * 0
8 * 0 - 15 Catatan : *Dapat ditingkatkan hingga 10 prosen untuk butiran halus dipecah.
Guna menentukan komposisi campuran untuk setiap unit volume beton juga
diperlukan data mengenai tingkat kemudahan pelaksanaan bagi jenis struktur
yang bersangkutan dan ditunjukkan oleh besarnya nilai slump rencana. Pada
metode DOE besarnya slump rencana untuk berbagai tipe struktur dapat dilihat
pada tabel 9 di bawah ini.dan agregat dalam kondisi SAturateds Surface Dry
(SSD)
Tabel 9 : Nilai Slump yang disyaratkan sesuai dengan penggunaan beton
Tingkat kemudahan
Slump (mm)
Penggunaan beton cocok untuk
Sangat rendah
0
25 Jalan yang digetar dengan mesin penggetar otomatis, dalam kasus tertentu dapat pula digunakan mesin penggetar tangan
Rendah 25
50 Jalan yang digetar dengan mesin penggetar tangan, dalam kasus umum beton dapat dipadatkan secara manual baik memakai agregat bulat atau tak beraturan
Sedang 25 - 100 Pelat lantai yang dipadatkan dengan menggunakan agregat batu pecah. Beton bertulang normal yang dipadatkan secara manual dan penampang beton bertulang yang digetar
Tinggi 100 - 175
Penampang beton dengan tulangan rapat
61
Berbeda dengan metode sebelumnya, pada metode DOE,Modifikasi
penentuan besarnya semen yang diperlukan untuk 1 m3 beton didasarkan atas
perbandingan berat air terhadap factor air semen (f.a.s), sehubungan dengan
kuat tekan beton pada umur yang ditentukan, tipe semen dan agregat kasar
yang digunakan pada proses perancangan campuran. Dengan kata lain,
penentuan faktor air-semen sangat tergantung pada jenis agregat kasar yang
digunakan, tipe semen serta umur beton dimana kekuatan tekannya akan
ditinjau.
Untuk lebih jelasnya, maka besarnya perkiraan kekuatan tekan beton bagi
faktor air semen sebesar 0,5 seperti terlihat pada tabel berikut telah disusun
guna membantu dalam menentukan faktor air-semen untuk kekuatan tekan yang
direncanakan.
Tabel 10 : Perkiraan kekuatan tekan beton dengan faktor air semen (w/C) = 0,5
Jenis semen
Jenis agregat kasar
Kekuatan tekan (MPa) pada umur (hari)
3 7 28 91 Jenis I Jenis V
Tidak dipecah
20 28 41 46
Dipecah 23 32 47 53 Jenis III Tidak
dipecah 25 34 46 53
Dipecah 30 40 53 60 Jenis II Jenis IV
Tidak dipecah
18 27 40 48
Dipecah 23 33 47 55
Penentuan faktor air semen (W/C) untuk kekuatan tekan rencana tertentu
ditetapkan dengan langkah sebagai berikut :
a. Tentukan kuat tekan rencana, tipe semen, jenis agregat kasar yang
digunakan, serta umur beton dimana kekuatan tekan rencananya akan
ditinjau.
b. Dari tabel 10, maka perkiraan kekuatan tekan beton untuk W/C = 0,5 dapat
ditetapkan.
c. Dengan menggunakan kurva hubungan antara kekuatan tekan dan W/C
pada gambar 13, dari W/C = 0,5 dan kuat tekan dari pembacaan table 10
dapa diplotkan suatu titik potong
62
d. Dari perpotongan antara W/C = 0,5 dan perkiraan kekuatan tekan menurut
tabel 10, gambarkan kurva mengikuti kurva di sebelahnya pada kurva
hubungan kekuatan tekan dengan W/C seperti pada gambar 13.
e. Nilai W/C untuk kekuatan tekan yang direncanakan dapat dicari dengan
menarik garis dari kekuatan tekan rencana hingga memotong kurva yang
baru (langkah d), kemudian dari titik potong tersebut ditarik garis vertikal ke
bawah hingga memotong nilai f.a.s. Nilai f.a.s inilah yang dijadikan dasar
untuk perhitungan jumlah semen bagi kekuatan tekan yang direncanakan.
Gambar 13 : Kurva hubungan kekuatan tekan dengan W/C (kurva ini didasarkan pada benda uji kubus 150 mm x 150 mm x 150 mm).
Dengan telah ditetapkannya nilai W/C, maka kuantitas semen yang
dibutuhkan dalam perencanaan dapat dihitung dengan menggunakan data
banyaknya air bebas yang diperlukan untuk setiap kubikasi beton, seperti
tercantum pada tabel 11 berikut :
Tabel 11 : Perkiraan jumlah air bebas yang diperlukan untuk memberikan
tingkat workability tertentu
Ukuran maksimum agregat (mm)
Jenis Agregat Jumlah air (kg/m3) untuk
Slump (mm)
0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
10 Tidak dipecah 150 180 205 225
Dipecah 180 205 230 250 20 Tidak dipecah 135 160 180 195
Dipecah 170 190 210 225 40 Tidak dipecah 115 140 160 175
Dipecah 155 175 190 205
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
W/C
Ke
kua
tan
Te
kan
(MP
a)
63
Besarnya jumlah semen yang dihitung atas dasar jumlah air bebas dan W/C
yang sebelumnya telah ditetapkan, tidak boleh kurang dari jumlah semen
minimum yang disyaratkan pada kondisi exposure tertentu untuk menjamin
ketahanan pada kondisi yang disyaratkan seperti tabel berikut :
Tabel 12 : jumlah semen minimum untuk kondisi terekspos
Kondisi Ekspos
Selimut beton (mm) Ringan 25 20 20 20 20 Sedang - 35 30 25 20 Buruk - - 40 30 25
Sangat buruk - - 50 40 30 Ekstrim - - - 60 50
W/C maksimum
0,65 0,60 0,55 0,50 0,45
Jumlah semen minimum (kg/m3)
275 300 325 350 400
Kekuatan minimum
(MPa)
30 35 40 45 50
Langkah selanjutnya dari perancangan beton dengan metode British 1986
ini adalah memperkirakan berat jenis beton segar dengan memanfaatkan data
jumlah air bebas dan specific gravity agregat gabungannya. Untuk
memperkirakan besarnya berat jenis beton segar, guna menentukan jumlah
masing-masing agregat untuk 1 m3 beton, terlebih dahulu dibutuhkan prosentase
masing-masing agregat sehingga langkah untuk memperkirakan berat jenis
beton segar dapat dilakukan.
Perkiraan prosentase masing-masing agregat dalam satu unit beton dapat
ditempuh dengan memanfaatkan grafik hubungan antara besarnya faktor air
semen (W/C) dengan prosentase agregat halus untuk beberapa ilai slump dan
ukuran maksimum agregat yang dipakai yang dapat dilihat pada gambar 14a,
14b, dan 14c berikut
64
Gambar 14a : Penentuan Prosentase agregat halus untuk
diameter maksimum 10 mm
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/C
Pro
sent
ase
agre
gat h
alus
/ m
3 be
ton
slump 0 - 10 mm
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/CP
rose
ntas
e ag
rega
t hal
us /
m3
beto
n
slump 10 - 30 mm
15
406080
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/C
Pro
sent
ase
agre
gat h
alus
/ m
3 be
ton
slump 30 - 60 mm
15
4060
80100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/C
Pro
sent
ase
agre
gat h
alus
/ m
3 be
ton
slump 60 - 180 mm
15
40
60
80100
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
65
Gambar 14b : Penentuan Prosentase agregat halus untuk
diameter maksimum 20 mm
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/C
Pro
sent
ase
agre
gat h
alus
/ m
3 be
ton
slump 0 - 10 mm
15
406080
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/CP
rose
ntas
e ag
rega
t hal
us /
m3
beto
n
slump 10 - 30 mm
15
406080
100
0
10
20
30
40
50
60
70
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C
Pro
sent
ase
agre
gat h
alus
/ m
3 be
ton
slump 30 - 60 mm
15
406080
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/C
Pro
sent
ase
agre
gat h
alus
/ m
3 be
ton
slump 60 - 180 mm
15
40
6080
100
1
2
3 4
1
2
3 4
1
2
3
4
1
2
3
4
66
Gambar 14c : Penentuan Prosentase agregat halus untuk
diameter maksimum 40 mm
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/C
Pro
sent
ase
agre
gat h
alus
/ m
3 be
ton
slump 0 - 10 mm
15406080
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/CP
rose
ntas
e ag
rega
t hal
us /
m3
beto
n
slump 10 - 30 mm
15
406080
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/C
Pro
sent
ase
agre
gat h
alus
/ m
3 be
ton
slump 30 - 60 mm
15
406080
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
W/C
Pro
sent
ase
agre
gat h
alus
/ m
3 be
ton
slump 60 - 180 mm
15
40
6080
100
1
2
3 4
1
2
3 4
1
2
3 4
1
2
3 4
67
Angka-angka di sebelah kiri garis pada gambar 14a, 14b, 14c menunjukkan prosentase agregat halus lolos saringan 0,60 mm.
Dengan telah ditentukannya prosentase agregat halus, maka prosentase
agregat kasar adalah 100 % - prosentase agregat halus, sehingga besarnya
specific gravity agregat gabungan merupakan jumlah hasil perkalian antara
masing-masing prosentase agregat dengan specific gravity-nya.
Perkiraan berat jenis beton segar dapat dihitung dengan menggunakan
bantuan grafik hubungan antara jumlah air bebas dengan specific gravity gravity
gabungan seperti pada gambar 15 berikut
Gambar 15 : Grafik perkiraan berat jenis beton segar
Berat keseluruhan agregat yang diperlukan untuk setiap m3 beton
merupakan hasil pengurangan jumlah semen dan air dari berat jenis beton segar
yang diperkirakan menurut gambar 15 di atas.
2100
2200
2300
2400
2500
2600
2700
95 110 125 140 155 170 185 200 215 230 245 260
Kadar air bebas (kg/m3)
Bera
t je
nis
beto
n se
gar
(kg/
m3 )
Berat Jenis Agregat Gabungan Kondisi SSD
2,5
2,9
2,62,72,8
2,4
68
Data hasil analisa saringan untuk agregat halus diketahui sebagai berikut :
Ukuran saringan (mm)
Berat
tertahan (gram)
Prosentase berat tertahan
Prosentase berat
tertahan kumulatif
Prosentase lolos
kumulatif 0,50 0 0 0 100 4,76 0 0 0 100 2,38 37 7,40 7,40 92,60 1,19 87 17,40 24,80 75,20 0,59 135 27,00 51,80 48,20 0,297 126 25,20 77,00 23,00 0,149 75 15,00 92,00 8,00
Wadah 40 Jumlah 500
Modulus kehalusan 253/100 = 2,53
LANGKAH
LANGKAH MERANCANG CAMPURAN BETON METODE DOE
1. Menentukan kuat tekan rata
rata ::
f cr = f c + 1,34 S
f cr = f c + 2,33 S
3,5 ( diambil yang terbesar)
2. Menentukan factor air semen (f.a.s) Lihat hal, 13
3. Menentukan jumlah air bebas dalam campuran
Untuk menentukan jumlah air bebas, gunakan tabel 11 yang dibuat untuk agregat gabungan alami (tidak dipecah) dengan agregat yang dipecah. Untuk agregat gabungan yang berupa campuran antara pasir alami dan kerikil (batu pecah) maka kadar air bebas diperhitungkan dengan rumus :
W = 32
Wf + 31
Wc
dimana : Wf = perkiraan jumlah air untuk agregat halus Wc = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar
4. Menentukan Jumlah Semen
Jumlah Semen PC = Jumlah air bebas/ factor air semen = W / f.a.s
Karena W/C yang diperoleh dari kurva pada gambar 13 lebih kecil dari nilai W/C menurut tabel 12, maka yang diambil adalah nilai yang terkecil, jumlah semen harus memenuhi persyaratan jumlah semen minimum menurut tabel 12).
69
5. Menentukan Prosentase Agregat Halus
Gunakan grafik No 14a , 14 b , 14c yang didasarkan atas Zone pasir, f.a.s ;
Nilai slump dan diameter agregat max, Hasil pembacaan merupakan persentase
pasir
6. Menentukan Berat Jenis Beton Segar
Dari gambar 15, untuk jumlah air bebas W dan specific gravity gabungan Gs gab diperkirakan bahwa berat jenis beton segar sebesar D
7. Menentukan Jumlah Agregat
Jumlah total agregat = berat jenis beton segar
jumlah semen
jumlah air bebas Jumlah agregat halus = % agregat halus dikalikan berat total agregat Jumlah agregat kasar = % agregat halus dikalikan berat total agregat
8. Menentukan komposisi campuran dalam kondisi lapangan
Semua agregat dikonversi dari keadaan SSD ke keadaan Asli (lapangan)
Inspeksi secara visual untuk evaluasi konsistensi pasta adukan dan integritas unsur-unsur beton dapat dilakukan dengan membandingkan catatan inspeksi (gambar dokumentasi) dengan dokumentasi gambar dari contoh-contoh trial mix berindikasi sifat pasta/adukan tertentu. Hal ini adalah salah satu usaha dalam merencanakan kembali adukan pasta beton yang mudah dikerjakan.
70
BAB VI
PENGUJIAN BETON BASAH & KERING
Tujuan dari pengujian beton adalah untuk mengetahui sifat
sifat beton baik sifat
fisis maupun sifat mekanisnya. Karena beton adalah terbuat dari bahan yang dicampur
dengan suatu nilai perbandingan tertentu maka setiap perubahan komposisi campuran
akan merubah semua sifat beton
A. Beton Segar (Basah)
Beton segar mempunyai sifat
sifat yang penting untuk diperhatikan yang mana
sifat-sifat tersebutsangat mempengaruhi sifat beton pada saat beton telah mengeras
seperti kekuatan , keawetan dan stabilitas.
Sifat
sifat fisis beton segar yang perlu diperhatikan adalah :
a.1. Workabilitas
Kemudahan pengerjaan mulai pembuatan (pengadukan), transportasi, pengecoran,
pemadatan dan perawatanya. Hal yang terpenting adalah berkaitan dengan
konsistensi dan plastisitas campuran beton agar tidak terjadi segregasi. Hal yang
lain yang juga perlu diperhatikan adalah :
* Compactibilitas, kemudahan beton untuk dipadatkan
* Mobilitas, kemudahan transportasi dan kemudahan beton untuk mengalir
kebentuknya dan masuk diantara tulangan
* Stabilitas, kemampuan beton untuk tetap stabil dan homogen selama
pencampuran, transportasi, penuangan, pemadatan, sampai proses pengerasan
agar tidak terjadi segregasi dan bleeding
Faktor
faktor yang mempengaruhi workabilitas
1. Sifat dan proporsi agregat 5. Bahan tambahan
2. Jenis semen
3. Faktor air semen
4. Waktu dan suhu
Pengujian workabilitas dapat dilakukan beberapa cara antara klain :
1. Slump
2. Compacting
3. Flow
71
a.2. Slump Test
Maksud dan tujuan dari pengujian slump ini adalah untuk mengetahui kekentalan
(Konsistensi) campuran beton yang harus disesuaikan dengan :
- Cara pencampurannya
- Sistim transportasi
- Metode pemadatan
- Kerapatan berkas tulangan
- Jenis dan kondisi konstruksi
Disamping itu konsistensi campuran beton juga tergantung dari :
- Jumlah dan jenis semen
- Nilai faktor air semen (f.a.s)
- Jenis dan ukuran agregat
- Pemakaianbahatambahan
- Temperatur lingkungan
200 mm
Tongkat baja
16 mm
Tahap
I
300 mm
II
IIII
300 mm
Gambar alat slump test : Kerucut Abram s
Cara pengujian :
1. Beton harus diambil langsung dari mesin pengaduk
2. Pengisian beton dilakukan dalam tiga tahap dan masing-masing tahap dilakukan penusukan sebanyak 10 kali dengan tongkat baja
3. Permukaan diratakan dan dibiarkan
30 detik
4. Cetakan diangkat vertikal dan dukur permuaak betonnya
5. Penurunan permukaan beton tersebut adalah : Nilai Slump
Nilai Slump
72
a.3. Compaction Test Faktor
Pengujian kepadatan beton untuk mengukur rasio kepadatan beton, yaitu perbandingan antara beton dalam silender hasil pengujian dengan beton dalam silinder yang dipadatkan. Alat yang dipakai Compacting Factor (Lihat foto)
Cara pengujian
1. Kerucut (Hopper) paling atas diisi beton penuh
2. Beton diturunkan ke kerucut (Hopper) kedua yang berada dibawahnya
3. Kemudian langsung turun dan masuk kedalam silinderikal paling bawah
4. Kelebihan beton dipotong dan beton ditimbang ( Wh )
5. Masukan beton dalam silinder tetapi dipadatkan dan beton ditimbang ( Wp )
6. Faktor kepadatannya yaitu Rc = Wh / Wp
a.3 Flow Test
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan beton untuk mengalir atau memadat dengan sendirinya. Alat yang digunakan :
- Slump Flow Test
- L
Shapped Box
1. Slump Flow Test
Mengukur kemampuan beton untuk menyebar, dimana penyebaran beton maksimum berdiameter Dmax = 65
75 Cm dan diameter minimum Dmin = 50 Cm harus tercapai dalam waktu 3
6 detik
Cara pengujian :
1. Masukkan beton dalam kerucut terbalik
2. Angkat kerucut dan ukur penyebarannya Dmin dan Dmax
Dmin = 50 cm
Dmax = 65
75 cm
73
2. L Shaped Box
Mengukur kemampuan beton untuk menalir, dimana kecepatan mengalir beton T40cm tercapai setelah 3-6 detik dan perbandingan tinggi permukaan beton diawal Ho dan diujung Hx lebih besar 0,80 ( ho / Hx > 0,80 ), dan T83 tercapai setelah
45 detik
Cara pengujian :
1. Masukan beton kedalam L-shaped Box dari bagian atas
2. Ukur panjang pengaliran beton 40 cm (T40) dalam waktu 3
6 detik
3. Ukur panjang pengaliran 83 cm tercapai harus setelah > 45 detik.
B. BETON KERING
Adalah beton yang telah mengeras dan telah melalui proses perawatan serta sudah mencapai kekuatan yang ditentukan sesuai mutu betonnya
B.1. Macam Pengujian
1. Kuat Tekan
2. Kuat tarik lentur
3. Kuat tarik belah
4. Modulus elastisitas
5. Porositas
6. Permeabilitas
1. Pengujian Kuat Tekan
1.1. Macam Benda uji
1. Silinder ukuran : 15 x 30 cm ( ukuran standart )
2. Silender ukuran : 10 x 20 cm
3. Kubus ukuran : 15 x 15 x 15 cm
74
1.2. Alat pengujian
Gambar 17 : Mesin uji tekan 1.3. Perhitungan
a. Silinder ukuran : 15 x 30 cm
fci = kuat tekan beton untuk benda uji ke : i
A = luas penampang benda uji
Fu = faktor umur
P = tekanan hancur
b. Silinder ukuran : 10 x 20 cm
fci = kuat tekan beton untuk benda uji ke : i
A = luas penampang benda uji
Fu = faktor umur
Fb = faktor bentuk
P fci
=
A x Fu
P x Fb fci
=
A x Fu
75
c. Kubus ukuran : 15 x 15 x 15 cm
fci = [ 0.76 + 0.2 Log (fck / 15)] . fck
Dari hasil pengumpulan data kekuatan tekan hancur beton, dilakukan penentuan tegangan tekan karakterist ik beton. Tegangan tekan beton karakteristik ini diperoleh dengan menggunakan rumus statistik sebagai berikut :
a. Menetapkan nilai deviasi standar benda uji :
s = 1 - n
)cr'fci'f(n
1
2
Standart deviasi (s) harus dikalikan dengan faktor pengali deviasi standart bila jumlah data (benda uji) kurang dari 30 buah
Faktor pengali : Jumlah Benda Uji
Faktor Pengali 30 1
25 1.03 20
1.08
15 1.16 Kurang 15 Khusus
Dimana : S = deviasi standar f cr = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2), menurut rumus :
f cr = n
ci'fn
1
Dimana : fc i = kuat tekan beton benda uji ke i n = jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan.
b. Menghitung nilai kekuatan tekan beton karakterist ik dengan 5% kemungkinan adanya kekuatan yang tidak memenuhi syarat :
f cr = f c + 1,34 S
f cr = f c + 2,33 S
3,5 ( diambil yang terkecil)
P fck
=
A x Fu
76
Nilai kekuatan tekan beton karakterist ik yang diperoleh pada langkah (b) dibandingkan dengan nilai rencana. Disebut benda uj i memenuhi persyaratan mutu kekuatan apabila nilai ada lebih besar dari nilai rencana. Benda uj i t idak memenuhi syarat , apabila mutu kekuatan ada kurang dari nilai rencana. Untuk hal ini, perlu dilakukan koreksi pada perencanaan. Umumnya pemeriksaan ditetapkan untuk beton umur 3, 7, 14 atau 28 hari.
77
TABEL FAKTOR UMUR BETON
Umur
Faktor umur Umur
Faktor umur Umur
Faktor umur Umur
Faktor umur Umur
Faktor umur
3
0,400 43
1,048 83
1,177 123
1,218 163
1,240
4
0,463 44
1,052 84
1,181 124
1,219 164
1,240
5
0,525 45
1,055 85
1,184 125
1,219 165
1,241
6
0,588 46
1,058 86
1,187 126
1,220 166
1,241 7
0,650 47
1,061 87
1,190 127
1,220 167
1,242 8 0,683 48 1,065 88 1,194 128 1,221 168 1,243 9 0,716 49 1,068 89 1,197 129 1,221 169 1,243 10 0,749 50 1,071 90 1,200 130 1,222 170 1,244 11 0,781 51 1,074 91 1,201 131 1,222 171 1,244 12 0,814 52 1,077 92 1,201 132 1,223 172 1,245 13 0,847 53 1,081 93 1,202 133 1,223 173 1,245 14 0,880 54 1,084 94 1,202 134 1,224 174 1,246 15 0,890 55 1,087 95 1,203 135 1,225 175 1,246 16 0,900 56 1,090 96 1,203 136 1,225 176 1,247 17 0,910 57 1,094 97 1,204 137 1,226 177 1,247 18 0,920 58 1,097 98 1,204 138 1,226 178 1,248 19 0,930 59 1,100 99 1,205 139 1,227 179 1,249 20 0,940 60 1,103 100 1,205 140 1,227 180 1,249 21
0,950 61
1,106 101
1,206 141
1,228 181
1,250 22
0,957 62
1,110 102
1,207 142
1,228 182
1,250 23
0,964 63
1,113 103
1,207 143
1,229 183
1,251 24
0,971 64
1,116 104
1,208 144
1,229 184
1,251 25
0,979 65
1,119 105
1,208 145
1,230 185
1,252 26
0,986 66
1,123 106
1,209 146
1,231 186
1,252 27
0,993 67
1,126 107
1,209 147
1,231 187
1,253 28
1,000 68
1,129 108
1,210 148
1,232 188
1,253 29
1,003 69
1,132 109
1,210 149
1,232 189
1,254 30
1,006 70
1,135 110
1,211 150
1,233 190
1,255 31
1,010 71
1,139 111
1,211 151
1,233 191
1,255 32
1,013 72
1,142 112
1,212 152
1,234 192
1,256 33
1,016 73
1,145 113
1,213 153
1,234 193
1,256 34
1,019 74
1,148 114
1,213 154
1,235 194
1,257 35 1,023 75 1,152 115 1,214 155 1,235 195 1,257 36 1,026 76 1,155 116 1,214 156 1,236 196 1,258 37 1,029 77 1,158 117 1,215 157 1,237 197 1,258 38 1,032 78 1,161 118 1,215 158 1,237 198 1,259 39 1,035 79 1,165 119 1,216 159 1,238 199 1,259 40 1,039 80 1,168 120 1,216 160 1,238 200 1,26 41 1,042 81 1,171 121 1,217 161 1,239 42 1,045 82 1,174 122 1,217 162 1,239
78
79
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Telp. (0341) 551951 - 551431 Psw. 256 Malang 65145
MATERI KULIAH
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
TEMA
TEKNOLOGI BETON DAN KONTROL KUALITAS
PENGUJIAN BETON
Disusun Oleh :
Ir. BAMBANG WEDYANTADJI, MT
PROGRAM PASCASRJANA MAGESTER TEKNIK PRODI : TEKNIK SIPIL / MANAJEMEN KONSTRUKSI
80
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Telp. (0341) 551951 - 551431 Psw. 256 Malang 65145
MATERI KULIAH
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
TEMA
TEKNOLOGI BETON DAN KONTROL KUALITAS
Disusun Oleh :
Ir. BAMBANG WEDYANTADJI, MT
PROGRAM PASCASRJANA MAGESTER TEKNIK PRODI : TEKNIK SIPIL / MANAJEMEN KONSTRUKSI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Telp. (0341) 551951 - 551431 Psw. 256 Malang 65145
81
MATERI KULIAH
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
TEMA
TEKNOLOGI BETON DAN KONTROL KUALITAS Agregat & Bahan Tambahan
Disusun Oleh :
Ir. BAMBANG WEDYANTADJI, MT
82
83
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
Top Related