DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD HALIM
NIM : 120254241031
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU
2014
TEKNIK TRANSPLANTASI LAMUN
A. Latar Belakang
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang sangat produktif dan bersifat dinamik. Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun. Padang lamun menyediakan habitat bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari, dkk, 2013).
PENDAHULUAN
Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang lamun baik karena aktivitas alami maupun karena aktivitas manusia, maka perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi padang lamun menjadi lebih baik. Salah satu usaha rehabilitasi padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun.
B.Tujuan Tujuan dari kegiatan ini untuk mempelajari teknik transplantasi lamun yang dilakukan di Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS) DKI Jakarta.
C. ManfaatManfaat dari kegiatan ini adalah menguasai kemampuan untuk melakukan rehabilitasi lamun dengan salah satu teknik yaitu transplantasi lamun untuk memperbaiki kondisi padang lamun yang mengalami kerusakan atau menciptakan padang lamun baru di lokasi yang belum ditumbuhi lamun.
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan transplantasi lamun ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014, dengan lokasi; pengambilan bibit dilakukan Pulau Panggang bagian selatan dan Pulau Pramuka bagian Utara, sedangkan penanaman lamun di lakukan di Pulau Pramuka bagian Timur.
METODE
Keterangan : Kotak bewarna hijau yang ditunjukkan anak panah lokasi pengambilan bibit di Pulau Panggang bagian Selatan dan Kotak bewarna kuning yang ditunjukkan anak panah lokasi pengambilan bibit di Pulau Pramuka bagian Utara.
Peta lokasi pengambilan bibit lamun
Peta Lokasi Transplantasi lamun
Keterangan : Kotak bewarna merah yang ditunjukkan anak panah adalah lokasi transplantasi lamun di Pulau Pramuka
bagian Timur.
B. Alat dan BahanNO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
1 Alat Snorkling 5 buah Digunakan untuk mengambil bibit dan mengembalikan bibit di perairan
2 Kapal 1 buah Alat transportasi
3 Kamera under water 1 buah Untuk dokumentasi selama kegiatan transplantasi lamun
4 GPS 1 buah Untuk menentukan titik koordinat
5 Frame 5 buah Media untuk transplantasi lamun
6 pH meter 1 buah Alat ukur pH dan suhu
7 Refraktometer 1 buah Alat ukur salinitas
8 Linggis 1 buah Digunakan untuk mengambil bibit
9 Sepatu boot 2 buah Pelindung kaki selama transplantasi lamun
10 Box 1 buah Untuk meletakkan bibit lamun yang baru diambil
11 Kertas tisu 150 buah Untuk mengikat bibit lamun ke frame
12 Gunting 2 buah Untuk memotong benih
13 Alat tulis 1 buah Mencatat proses selama kegiatan
14 Bibit lamun 125 buah Objek penanaman
1. Pemilihan Lokasi Transplantasi
Pemilihan lokasi kegiatan untuk melakukan transplantasi lamun mengikuti cara yang di jelaskan oleh F.T. Short et all, (2002); BTNKpS (2006) dengan sedikit perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi lokasi yang akan di lakukan transplantasi. Informasi tentang karakteristik padang lamun yang ada / sumber bibit (reference sites) pada lokasi yang akan dilakukan transplantasi diambil untuk perhitungan indeks kesesuaian lokasi penanaman atau preliminary transplant suitability index (PTSI) dan memilih proritasnya.
C.Prosedur Kerja
2. Pemilihan Jenis LamunPemilihan jenis lamun yang akan dijadikan bibit dalam kegiatan transplantasi lamun didasarkan pada jenis-jenis yang secara alami tumbuh dominan dan merupakan jenis pioner di kawasan yang akan dilakukan transplantasi.
3. Pemilihan Metode PenanamanMetode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan transplantasi lamun ini adalah metode TERFs. TERFs adalah unit penanaman lamun berupa tunas muda yang diikatkan pada frame besi ( TERFs frame ). Pada metode ini tunas lamun yang muda diikatkan pada frame besi dengan menggunakan material yang mudah larut seperti kertas tissue
4. Teknik Pengambilan BibitPengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Linggis (difungsikan sebagai pembuat cekungan pada subtrat disekitar bibit lamun), adapun caranya sebagai berikut :1.Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi ( banyak ). 2. Linggis yang telah disiapkan ditusuk-tusuk kedalam subtrat sampai lamun terlepas dengan akar-akarnya.3. Bersihkan pasir (subtrat) yang melekat di akar-akar lamun dengan cara dikipas.4. Pilih lamun yang akan dijadikan cikal bakal bibit.5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan hindari kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak mudah layu (waktu toleransi dari bibit lamun di dalam box yang berisi air asin paling lama 2 jam dengan keadaan terlindung dari sinar matahari langsung).
Pengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Kipas Plastik (difungsikan untuk menyingkirkan subtrat disekitar bibit lamun), adapun caranya sebagai berikut :1. Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi ( banyak ).2. Kipas plastik yang telah disiapkan selanjutnya dikipas-kipas di sekitar akar lamun, sampai tunas baru muncul atau kelihatan.3. Tunas baru yang muncul atau kelihatan selanjutnya di ambil.4. Pilih lamun yang akan dijadikan cikal bakal bibit.5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan hindari kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak mudah layu (waktu toleransi dari bibit lamun di dalam box yang berisi air asin paling lama 2 jam dengan keadaan terlindung dari sinar matahari langsung).
5. Teknik Penanaman dengan Metode TERFs.1. Siapkan frame besi / kawat ukuran 60 cm X 60 cm dan tisu pengikat yang telah digulung usahakan kedua alat ini jangan sampai basah.2. Benih yang telah ada, dipotong pada rimpangnya minimal memilki dua tunas muda.3. Benih yang telah dipotong diikat pada frame dengan menggunakan tisu dengan cara disimpul.4. Jumlah bibit lamun 5 buah tiap barisnya jadi, satu frame diisi 25 buah bibit lamun.5. Setelah proses pengikatan selesai frame dan bibit siap untuk ditanam dengan cara membalikkan frame dan selanjutnya diletakkan diatas subtrat dengan sedikit tekanan sehingga frame besi/kawat bagian bawah dapat masuk beberapa centimeter ke dalam subtrat.
Kerapatan penanaman lamun dengan metode frame
Keterangan : Kotak hitam adalah bibit yang akan di tanam dan diikatkan dengan tisu yang telah digulung dengan
jarak tanam 15 cm.
15 cm
15 cm
15 cm
15 cm
15 cm 15 cm 15 cm 15 cm
A. Pengukuran Parameter Lingkungan
Tabel hasil pengukuran kondisi fisik lingkungan pada lokasi transplantasi lamun.
Melihat dari data hasil pengukuran parameter fisik lingkungan diatas maka bisa dikatakan lokasi Pulau Pramuka bagian Timur sangat baik untuk dilakukan kegiatan transplantasi lamun karena kondisi fisik perairannya sangat mendukung untuk pertumbuhan lamun
Hasil dan Pembahasan
No Lokasi Suhu (oC) Salinitas (0/00) pH Jenis Subtrat Arus (m/s)
1 Pulau Pramuka bagian
Timur
28,7 35 7,6 Pasir kasar 0,5
B. Teknis Pemilihan Lokasi TransplantasiPenentuan lokasi penanaman lamun dengan menggunakan perhitungan indeks kesesuaian lokasi penanaman / Preliminary Transplant Suitability Index (PTSI). Hasil pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada masing-masing lokasi dan diberikan score. Nilai 0, 1, dan 2 menunjukkan kualitas dari setiap parameter yang di ukur. Score PTSI dijumlahkan pada seluruh parameter. Nilai 0 untuk beberapa parameter membuat score keseluruhan menjadi 0 dan mengeliminasi lokasi tersebut dari proritas. Nilai score yang tinggi menunjukkan kemungkinan sangat besar untuk keberhasilan transplantasi lamun
Tabel nilai / score Indeks Kesesuaian Lokasi Penanaman (PTSI, Preliminary Transplant
Suitability Index) lokasi transplantasi lamun.No Parameter Score
1 Keberadaan lamun 2 (dua)
2 Jarak dengan padang lamun yang ada 2 (dua)
3 Kejernihan perairan 1 (satu)
4 Ukuran partikel dasar 1 (satu)
5 Kedalaman 1 (satu)
6 Sedimen 1 (satu)
7 Salinitas 2 (dua)
8 Suhu 2 (dua)
9 Derajat keasaman (pH) 2 (dua)
10 Arus / Gelombang 1 (satu)
Jumlah 15 (lima belas)
Tabel nilai / score Indeks Kesesuaian Lokasi Penanaman (PTSI, Preliminary Transplant Suitability Index) lokasi transplantasi lamun menunjukkan lokasi yang dipilih sangat baik , karena parameter – parameter lingkungan yang diukur sangat mendukung untuk dilakukan kegiatan transplantasi lamun.
C. Pengamatan Lamun Hasil Transplantasi.
Hasil Pengamatan Pertama
Lokasi : Pulau Pramuka
Suhu : 29,9 o C
pH : 7,6
Salinitas : 35 0/00
Frame Jenis Lamun Kondisi1 Hidup Mati Tingkat
SedimentasiThalassia hemprichii
15 X Rendah
Cymodocea rotundata
10 X
2Thalassia hemprichii
17 X Rendah
Cymodocea rotundata
8 X
3 Cymodocea rotundata
11 X Rendah
Thalassia hemprichii
9 X
Sryngodium isoetifolium
5 X
4
Thalassia hemprichii
8 X Sedang
Sryngodium isoetifolium
4 X
Cymodocea rotundata
13 X
5 Thalassia hemprichii
11 X Tidak Ada
Cymodocea rotundata
13 X
Sryngodium isoetifolium
1 X
Frame Jenis Lamun Kondisi1 Hidup Mati Tingkat Sedimentasi
Thalassia hemprichii
13 2 Tinggi
Cymodocea rotundata
2 8
2Thalassia hemprichii
14 3 Sedang
Cymodocea rotundata
6 2
3 Cymodocea rotundata
6 2 Rendah
Thalassia hemprichii
11 1
Sryngodium isoetifolium
4 1
4
Thalassia hemprichii
8 X Rendah
Sryngodium isoetifolium
4 X
Cymodocea rotundata
8 5
5
Thalassia hemprichii
11 X Tidak Ada
Cymodocea rotundata
13 X
Sryngodium isoetifolium
1 X
Dari tabel pengamatan di atas dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan lamun hasil transplantasi di pengaruhi oleh faktor-faktor fisik dalam hal ini sedimentasi berpengaruh langsung terhadap keberhasilan dan pertumbuhan transplantasi lamun.
A. Kesimpulan
1.Transplantasi lamun yang dilakukan merupakan salah satu usaha rehabilitasi ekosistem lamun, yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan habitat lamun yang mengalami kerusakan.
2. Salah satu metode dalam transplantasi lamun adalah metode TERFs, yaitu dengan menggunakan frame besi ukuran 60 x 60 cm dan bibit lamun diikatkan pada frame besi dengan kertas tissue yang sudah digulung.
Kesimpulan dan Saran
3. Metode TERFs bisa digunakan untuk jenis lamun yang berukuran kecil, seperti Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Sryngodium isoetifolium, Cymodocea serrulata, dan lain-lain.
4. Untuk lamun jenis Enhalus acoroides, metode yang digunakan adalah metode Plug.
5. Tingkat keberhasilan dalam kegiatan transplantasi lamun dapat ditingkatkan dengan pemilihan jenis lamun dan lokasi yang sesuai secara ilmiah (science-based criteria)
B. Saran1. Dalam menentukan lokasi transplantasi lamun hendaknya memperhatikan parameter lingkungan baik fisika, kimia dan biologi.
2. Dalam menentukan metode harus diperhatikan jenis lamun yang di transplantasi, dan kondisi alam tempat melakukan transplantasi.
3. Untuk wilayah pulau Bintan yang memiliki spesies lamun yang banyak perlu dilakukan rehabilitasi untuk menjaga kondisi padang lamun agar tetap baik.
4. Setelah melakukan kegiatan transplantasi lamun, sebaiknya dilakukan pemeliharaan dan pengamatan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Selain itu kondisi sumber bibit (padang lamun donor), diharapkan dapat pulih kembali.
5. Berbagai pihak yang berkepentingan di wilayah yang memiliki ekosistem lamun, harus memperhatikan dan menjaga kondisi ekosistem lamun.
Pergi ke laut mencari ikanIkan dicari si anak nelayanSatu kate hambe ucapkan
Salah khilaf mohon maafkan
Top Related