Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Koordinator : Bobby
Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi, M Edy Yusuf Analis : Windy Pradipta, Masyitha Mutiara
Ramadhan, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Alexcius Winang, Dara Ayu Prasti i , Oktya Setya
Pratidina, Riski Raisa Putra, Al isa Fatimah Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Ratih
Purbasari Kania, Adji Dharma, Gita Putri Pertiwi, Erns Saptenno, Budi Dywyacitta, Doddy Zulverdi,
Said Iqbal , Triyono, Mudrajat Kuncoro, M. Cahyohadi, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi ,
Komite Kebijakan KUR, Tim Koordinasi Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.
PERLUASAN KESEMPATAN KERJA 8
Upaya Pemerintah dalam Perluasan Tenaga Kerja|
Menyoroti Produktivitas Tenaga Kerja dan Daya
Saing di Balik Kebijakan Upah Minimum|
Strategi Keuangan Inklusif: Jembatan
Pertumbuhan Ekonomi dan Perluasan
Kesempatan Kerja|
Upah, Standar Kehidupan Layak dan Peningkatan
Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia|
Optimalisasi Penerimaan Remitansi di Indonesia|
Asuransi Perlindungan TKI|
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembanganindikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010
KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2
Ketahanan Pangan 2013: Stok, Perkembangan
Harga dan Koordinasi Kementerian/Lembaga
EKONOMI INTERNASIONAL 4
Perkembangan Harga Komoditas 2013
EKONOMI DOMESTIK 5
Inflasi Januari 2013
Perkembangan Ekspor Impor Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012: Tertinggi
Kedua Setelah Cina
EKONOMI DAERAH 8
Peranan Pemerintah Daerah dalam Mengatasi
Permasalahan Tenaga Kerja: Sebagai Solusi
Penciptaan Lapangan Kerja di Daerah
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) & UKM 27
Penyaluran KUR Januari 2013
OPINI PAKAR 20
Perluasan Kesempatan Kerja di Indonesia-
Professor Mudrajat Kuncoro|
Politik Ekonomi Upah Buruh Kerja-Triyono |
KEUANGAN 23
Strategi Keuangan Inklusif: Pendorong
Penyerapan Tenaga Kerja
BUMN 24
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
PERTAMINA
FISKAL & REGULASI EKONOMI 25
Realisasi Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun 2012
MP3EI 26
Mengenal Debottlenecking KP3EI
Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi - Republik Indonesia
LAPORAN KEGIATAN 28Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam
Rangka Mempercepat Transformasi Ekonomi
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia
Editorial
N egara manakah yang terbaik dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya
saat ini ? Norwegia, demikian menurut publikasi ‘FromWealth to Well Being – Introducing the BCGSustainable Social Economic DevelopmentAssessment’ dari Boston Consulting Group. Publikasiini merupakan hasil telaah terhadap perkembangan
sosial ekonomi 1 50 negara oleh Boston ConsultingGroup (BCG). Telaah dilakukan untuk mendapatkangambaran kemampuan masing-masing negara dalam
melakukan proses transformasi dari pendapatan
kepada kesejahteraan masyarakat. Ada sepuluh
dimensi pembangunan yang dievaluasi untuk menilai
keluaran dari proses transfromasi tersebut yaitu
pendapatan, ketenagakerjaan, pemerataan
pendapatan, stabil itas ekonomi, tingkat kesehatan
masyarakat, kualitas pendidikan, tata kelola,
kelestarian l ingkungan, infrastruktur, dan masyarakat
madani.
Menurut laporan tersebut Indonesia merupakan salah
satu negara yang berhasil melakukan transformasi
tersebut . Bahkan dalam beberapa dimensi
pembangunan, seperti stabil itas ekonomi,
ketenagakerjaan, dan l ingkungan Indonesia dinilai lebih
baik daripada negara kelompok BRICS. Kinerja
Indonesia lebih rendah pada dimensi infrastruktur,
kesehatan, dan pendidikan. Sementara negara-negara
Timur Tengah dan Afrika yang merupakan penghasil
minyak dan mineral menunjukkan kinerja transformasi
yang kurang baik. Pada kelompok negara maju pada
umumnya tingkat pendapatan tinggi juga diikuti
kesejahteraan yang membaik. Dari pengamatan
perkembangan proses transformasi di negara maju
maka dimensi tata kelola, pendidikan, dan masyarakat
madani merupakan kunci keberhasilan transformasi
tersebut.
Penilaian laporan di atas khususnya pada masalah
ketenagakerjaan perlu dicermati karena dalam laporan
global yang lain, World Competitiveness Report 2012
dari World Economic Forum , d isampaikan peringkat
daya saing Indonesia menurun dari posisi 46 ke posisi
50, dan penurunan terbesar terjadi pada efisiensi pasar
tenaga kerja yaitu sebanyak 24 peringkat. Dalam pilar
ini terjadi penurunan peringkat pada aspek upah dan
produktivitas serta biaya pemutusan hubungan kerja/
PHK (redundancy cost) .
Kebijakan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang
tinggi beberapa tahun terakhir ini , menurut studi Bank
Dunia telah menyebabkan tingkat produktivitas (rasio
upah terhadap nilai tambah) pekerja Indonesia turun
dibanding negara tetangga. Untuk itu kenaikan upah
harus segera diikuti dengan peningkatan produktivitas.
Hanya dengan langkah tersebut yang dilakukan secara
harmonis oleh pekerja, pengusaha, dan pemerintah
maka peningkatan kesejahteraan pekerja dapat
berdampingan dengan perluasan lapangan kerja.
Semoga.
Bobby Hamzar Rafinus
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 1
Indikator Ekonomi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 20132
P ersediaan sejumlah bahan
pangan strategis seperti
beras, minyak goreng, gula pasir,
telur dan daging (unggas dan sapi)
berada pada level aman untuk
mencukupi kebutuhan dalam
negeri, terutama untuk
menghadapi kemungkinan
terjadinya cuaca ekstrim sampai
dengan pertengahan bulan Maret
2013. Disisi lain, stok jagung,
kedelai , bawang merah dan cabe
diperkirakan masih belum
mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat selama
triwulan pertama 2013. Gambaran
ini merupakan ikhtisar dari
Prognosa Neraca Bahan Pangan
Strategis Tahun 2012 yang
disampaikan oleh Badan Ketahanan
Pangan Kementerian Pertanian
dalam Rakortas Kebijakan Stabil itas
Pangan di Kantor Menko
Perekonomian (17/01).
Total stok beras di awal tahun 2013
tercatat 7,6 juta ton atau
mengalami peningkatan hampir
l ima kal i l ipat bila dibandingkan
dengan stok awal tahun 2012.
Jumlah ini sudah mencakup stok
beras di BULOG sebanyak 2,27 juta
ton yang setara dengan kebutuhan
selama 7 bulan ke depan, termasuk
raskin dan kebutuhan lainnya.
Produksi gula pasir selama tahun
2012 sebanyak 2,9 juta ton ikut
berperan dalam tersedianya stok
awal tahun 2013 yang mencapai
1,12 juta ton. Jumlah ini
diproyeksikan dapat memenuhi
kebutuhan gula pasir sampai
dengan bulan Mei 2013.
Sementara itu untuk komoditas
minyak goreng, stok menurun
sekitar 39% dibandingkan dengan
periode sebelumnya. Walaupun
mengalami penurunan, stok minyak
goreng sebanyak 856.916 ton
diyakini cukup untuk mengisi
kebutuhan dalam negeri selama 3
bulan.
Stok daging sapi yang berada pada
angka 29.856 ton dinilai cukup
untuk dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat selama bulan Januari.
Selain penggunaan produksi
daging sapi di dalam negeri,
pemenuhan kebutuhan daging sapi
domestik juga akan dilakukan
melalui mekanisme impor tahun
2013 sebesar 80.000 ton.
Sebal iknya, komoditas bawang
merah dan cabe justru memberikan
indikasi yang kurang baik. Total
stok bawang merah, cabe rawit dan
cabe merah masing-masing sebesar
164,5 ton, 12.663 ton dan 9.605
ton. Badan Ketahanan Pangan
memprediksikan bahwa produksi
ketiga komoditas ini pada bulan
Januari-Februari 2013 akan sangat
rendah. Hal ini disebabkan oleh
cuaca yang kurang
menguntungkan.
Secara umum perkembangan harga
pangan pokok tahun 2012 relatif
lebih baik dibanding tahun 2011.
Harga gula, daging sapi, terigu,
cabe rawit, bawang merah, tempe
dan kedelai pada bulan Desember
2012 mengalami kenaikan sedikit
lebih tinggi dibanding kenaikan
harga yang terjadi pada tahun
2011. Untuk komoditas pangan
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
Erns Saptenno
Ketahanan Pangan 2013:Stok, Perkembangan Harga dan Koordinasi
Kementerian/ Lembaga
Sumber : http//2.bp.blogspot.com
lainnya, kenaikan harga rata-rata tahun
2012 (yoy) tercatat lebih rendah
dibanding tahun sebelumnya.
Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa
tingkat inflasi tahun 2012 tercatat
sebesar 4,3%. BPS pun mencatat bahwa
bahan makanan menyumbang 0,37%
dalam pembentukan inflasi bulan
Desember 2012 sebesar 0,54%.
Komoditas yang dominan memberikan
sumbangan inflasi antara lain: beras
0,10%, daging ayam ras 0,08%, telur
ayam ras 0,04% serta daging sapi dan
bawang merah masing-masing 0,03%.
Sedangkan komoditas yang memberikan
sumbangan deflasi adalah minyak
goreng dan cabe merah masing-masing
0,1%.
Harga beras umum pada bulan Januari
2013 naik sebesar 3,44% (yoy), lebih
rendah dibanding bulan Januari 2012
sebesar 12,93%. Sementara itu, harga
beras termurah meningkat sebesar 3%
(yoy) pada bulan Januari 2013. Kondisi ini
lebih rendah dibanding bulan Januari
2012 sebesar 21,96% (yoy).
Dalam rangka pencapaian surplus beras
10 juta ton, pemerintah telah
menargetkan peningkatan produksi
beras sebesar 6,32% atau setara dengan
72,06 juta ton Gabah Kering Gil ing (GKG)
pada tahun 2013. Kementerian/lembaga
terkait pun telah menetapkan sejumlah
program dalam rangka mendukung
pencapaian program peningkatan
surplus beras 10 juta ton tersebut.
Untuk mencapai target tersebut,
Kementerian Pertanian akan
melaksanakan peningkatan efektivitas
pelaksanaan SL-PTT, pencetakan sawah
baru, percepatan diversifikasi konsumsi
pangan non beras dengan mel ibatkan
BKP Propinsi/Kabupaten/Kota, dan
percepatan pelaksanaan Bantuan
Langsung Pupuk/ Bantuan Langsung
Benih Unggul tahun 2013.
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan
Umum akan berpartisipasi melalui
program percepatan rehabil itasi jaringan
irigasi dan waduk, dan peninjauan
kembal i PP Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi agar memungkinkan
intervensi pusat untuk
pembangunan/pemel iharaan jaringan
irigasi yang menjadi kewenangan daerah.
Sedangkan Kementerian BUMN akan
menggalakan peningkatan efektivitas
pelaksanaan intensifikasi melalui GP3K.
Untuk Kementerian Kehutanan sendiri ,
mereka mentargetkan peningkatan luas
lahan dengan pola tumpang sari melalui
pemanfaatan kawasan hutan.
Selanjutnya, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) akan
mengerahkan peralatan dan personil
dalam memberikan dukungan dalam
pengendal ian penanganan bencana alam
khususnya bencana banjir dan
kekeringan pada lahan pertanian.
Secara khusus, Perum BULOG diharapkan
dapat berperan dalam melakukan
stabil isasi harga kedelai dan harga gula
di pasar domestik. Dalam rangka
stabil isasi harga kedelai , Bulog akan
melakukan pembel ian kedelai di tingkat
petani sesuai dengan harga yang
ditetapkan oleh pemerintah selama
musim panen, yakni Rp 7.000 per
kilogram dengan kadar air 14% untuk 3
bulan masa panen.
Sedangkan dalam rangka stabil isasi
harga gula, BULOG diusulkan agar dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut : (i)
membel i gula mil ik PTPN/RNI untuk
selanjutnya dijual ke pasar,; (i i )
melakukan impor raw sugar untuk
kebutuhan PTPN/RNI, dan (ii i ) melakukan
impor dan distribusi gula untuk wilayah-
wilayah remote dan kurang terjangkau.
"Total stok berasdi awal tahun2013 tercatat 7,6juta ton ataumengalamipeningkatan
hampir lima kalilipat bila
dibandingkandengan stok awaltahun 2012.
Jumlah ini sudahmencakup stokberas di BULOGsebanyak 2,27juta ton yangsetara dengan
kebutuhan selama7 bulan kedepan. "
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 3
Tahun 2012 merupakan tahun
yang cukup bergejolak akibat
kondisi geopol itik di Timur Tengah
seperti Iran dan Libya masih belum
stabil , krisis yang dialami oleh
kawasan Eropa dan kondisi cuaca
yang semakin tidak bisa diprediksi.
Kondisi tersebut tentunya
berpengaruh terhadap supply dan
demand dari beberapa komoditas
global seperti misalnya minyak
mentah dan pertanian. Selain itu,
kondisi perekonomian Cina tahun
lalu juga berdampak pada
penurunan harga bahan mineral
hingga 15%, dimana Cina
merupakan konsumen logam
terbesar di dunia.
Pada tahun 2013 harga minyak
diperkirakan akan mengalami
penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya. Secara rata-rata, harga
minyak tahun 2013 diperkirakan
berada dikisaran 102
USD/barel , lebih rendah 3%
dibandingkan tahun 2012. Dalam
jangka waktu dekat, harga minyak
akan naik hingga 120USD/barel
sebagai dampak dari induce
demand, d imana demand akan
minyak mentah semakin meningkat
seiring dengan peningkatan supply
minyak mentah yang diakibatkan
oleh pelesanan cadangan strategis
minyak mentah di Prancis, Inggris
dan AS.
Namun dalam jangka waktu yang
lebih panjang, harga minyak
kembal i akan menurun akibat
adanya peningkatan efisiensi energi
di negara-negara maju.
Komoditas bahan mineral secara
rata-rata diprediksikan mengalami
kenaikan pada tahun ini. Misalnya
saja komoditas aluminium dan nikel
yang akan mengalami kenaikan
masing-masing sebesar 3% dari
tahun 2012. Dilain sisi , komoditas
tembaga akan turun sebesar 2%
yang disebabkan oleh
meningkatnya komoditas subtitusi
dari tembaga sehingga demand
untuk komoditas ini menurun.
Berbeda dengan demand, untuk
minyak mentah negara-negara non-
Organization of the Petroleum
Exporting Countries (OPEC)
mengalami peningkatan, khususnya
Amerika Serikat. Hal tersebut
disebabkan adanya peningkatan
investasi , terutama pada sektor
teknologi di beberapa pusat
produksi minyak di Amerika seperti
Dakota Utara dan Texas yang
mengalami peningkatan
produktivitas akan minyak mentah
beberapa tahun terakhir.
Dalam kurun waktu yang singkat,
harga minyak akan mencapai 120
USD/barrel sebagai dampak dari
induced demand. Sedangkan, dalam
jangka waktu menengah, demand
minyak akan meningkat secara
moderat 1,5% yang didominasi
oleh negara – negara non-OECD.
Harga minyak mentah tahun 2013
dan 2014 diperkirakan mencapai
102 USD. Dalam jangka panjang
harga minyak mentah diperkirakan
turun karena adanya peningkatan
supply dari minyak konvensional
dan non-konvensional .
Kenaikan harga emas di
tahun 2012 nampaknya
tidak akan terulang di
tahun ini. J ika dil ihat
dari sisi supply,
tingginya harga emas
meningkatkan minat
investasi pada industri
pertambangan, baik
dalam peremajaan
tambang lama dan juga
pembuatan lahan
tambang baru. Cina
mentargetkan produksi 450 ton
emas/tahun pada tahun 2015.
Meningkatnya investasi tersebut
memicu peningkatan supply emas
global yang akan berpengaruh pada
penurunan harga emas sebesar 4%
pada tahun ini.
Pada tahun 2013 harga komoditas
pertanian secara umum
diprediksikan turun hingga 3,2%
dibandingkan tahun 2012. Stabilnya
supply komoditas beras, khususnya
beras Thailand, yang diiringi oleh
peningkatan demand beras oleh
Cina, berdampak pada penurunan
harga beras hingga 4%. Komoditas
kelapa sawit dan kedelai juga akan
turun hingga 2,1% dan 3,6%
dibandingkan harga tahun 2012.
Penurunan harga kedua komoditas
tersebut diakibatkan oleh
meningkatnya konsumsi akan
keduanya hingga 6,1% pada tahun
ini. Dengan adanya peningkatan
konsumsi untuk kedua komoditas
tersebut, khususnya kelapa sawit,
Indonesia harus bisa memanfaatkan
situasi ini . Dimana seperti yang kita
ketahui bahwa Indonesia memil iki
potensi kelapa sawit yang besar
baik dari segi jumlah dan kual itas.
Referensi :
Global Economic Prospects :
Commodity Market Outlook (World
Bank, January 2013)
Perkembangan Harga Komoditas 2013
Dara Ayu Prastiwi
EKONOMI INTERNASIONAL
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 20134
Grain Prices
T ingkat inflasi bulan Januari 2013 tercatat 1,03%
(mtm) atau 4,57% 2012 (yoy). Nilai ini lebih tinggi
dibandingkan tingkat inflasi bulan Desember 2012
sebesar 0,54% (mtm) atau 4,30% (yoy). Kenaikan ini
disebabkan oleh inflasi volatile food yang tinggi.
Inflasi volatile food pada bulan Januari 2013 tercatat
7,48% (mtm) atau 3,70% (yoy). Cuaca buruk yang
melanda Indonesia awal tahun ini menyebabkan
gangguan produksi dan distribusi khususnya pada
komoditas yang mudah rusak, seperti sayur, buah, dan
bumbu-bumbuan. Inflasi volatile food tertinggi terjadi di
Kawasan Sumatera dan Jawa.
Berbeda dengan inflasi volatile food, inflasi inti
cenderung lebih stabil . Pada bulan Januari 2013, inflasi
inti tercatat 0,36% (mtm) atau 4,32% (yoy). Ekspektasi
inflasi yang relatif terkendal i , permintaan yang sesuai
dengan kapasitas produksinya, stabil itas nilai tukar dan
harga komoditas yang terjaga merupakan faktor utama
stabilnya tingkat inflasi inti .
Inflasi administered prices yang rendah berhasil
menahan tingginya inflasi umum lebih lanjut. Inflasi
administered prices tercatat 0,20% (mtm) atau 2,42%
(yoy) pada bulan Januari 2013. Kenaikan Tarif Tenaga
Listrik (TTL) sebesar 15% per 1 Januari 2013
dirasakan belum mempengaruhi inflasi
administered prices karena pembayaran TTL oleh
konsumen baru akan dilakukan bulan Februari
2013.
Secara spasial , hampir seluruh kota IHK mengalami
inflasi . Dari 66 kota IHK, 62 kota mengalami inflasi ,
sedangkan 4 lainnya mengalami deflasi . Inflasi
tertinggi terjadi di Sibolga, Sumatera Utara
sebesar 3,78% (mtm) dan inflasi terendah terjadi di
Pontianak sebesar 0,01% (mtm). Sebal iknya, deflasi
tertinggi di kota Sorong, Papua sebesar 0,98%
(mtm) dan deflasi terendah terjadi di ternate
sebesar 0,20%(mtm).
Secara umum, inflasi Januari 2013 lebih disebabkan
oleh meningkatnya harga pada kelompok bahan
makanan. Gangguan pasokan akibat dari cuaca buruk
mendorong inflasi kelompok bahan makanan sebesar
7,28% (yoy). Selain itu, kenaikan harga yang tinggi pula
terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau sebesar 5,91% (yoy) dan kelompok
sandang sebesar 5,01% (yoy).
TPI memperkirakan tingkat inflasi pada Triwulan I-2013
akan lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh potensi
berlangsungnya gangguan produksi dan distribusi
bahan pangan, terbatasnya tambahan pasokan dari luar
negeri , khususnya produk holtikultura, dan mundurnya
masa panen raya beras. Selain itu, dampak lanjutan dari
kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2013
dibeberapa daerah juga akan mempengaruhi tingkat
inflasi kedepannya. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, Pemerintah melalui forum TPI dan TPID perlu
meningkatkan koordinasi kebijakan dan mendorong
distribusi barang agar lebih merata.
Referensi:
Anal isis Inflasi Januari 2013 – Tim Pengendal i Inflasi
(TPI)
Inflasi Januari 2013
Fitria Faradila
Ekonomi Domestik
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 5
Sumber : http//www.stakeholdergroup.com
Perkembangan Ekspor Impor IndonesiaFitria Faradila
E kspor Indonesia pada bulan Desember 201 2,
mengalami penurunan sebesar 5,58% dibanding
November 201 2 (mtm) dan 9,78% dibanding Desember
2011 (yoy). Ekspor tercatat US$1 5,41 Mil iar pada bulan
Desember 201 2. Secara kumulatif Januari-Desember
201 2, ekspor mencapai US$1 90,04 Mil iar atau menurun
6,61% dibanding tahun 2011 (yoy). Baik ekspor migas
maupun nonmigas tercatat mengalami penurunan
masing-masing sebesar 1 0,86% (yoy) dan 5,52% (yoy).
Secara kumulatif Januari-Desember 2012, ekspor migas
tercatat US$36,97 Mil iar, menurun dibandingkan tahun
2011 yang mencapai
US$41,48 Mil iar. Penurunan
ekspor migas terutama
bersumber dari
menurunnya ekspor hasil
minyak sebesar 12,93%.
Pada bulan Desember
2012, ekspor hasil minyak
tercatat US$4,16 Mil iar.
Selain itu, komposisi migas
lainnya, seperti minyak
mentah dan gas juga
mengalami penurunan
masing-masing sebesar 11,10% (yoy) dan 10,28%(yoy).
Sementara itu, kumulatif ekspor nonmigas juga
mengalami penurunan dari US$162,02 Mil iar pada
tahun 2011 menjadi US$153,07 Mil iar pada tahun 2012.
Penurunan ini bersumber dari menurunnya impor bij ih,
kerak dan abu logam sebesar 30,78% (yoy) serta karet
dan barang karet sebesar 27,02% (yoy). Walaupun
mengalami penurunan, ekspor nonmigas masih menjadi
penopang ekspor secara keseluruhan. Ekspor nonmigas
memil iki kontribusi sebesar 80,55% terhadap total
ekspor Indonesia. Berdasarkan negara tujuan, ekspor
Indonesia lebih banyak ditujukan ke China sebesar
US$20,86 Mil iar, diikuti oleh Jepang US$17,23 Mil iar dan
Amerika Serikat US$14,59 Mil iar. Secara sektoral , ekspor
sektor industri dan pertambangan menurun sebesar
4,95% (yoy) dan 9,57% (yoy), sedangkan sektor
pertanian meningkat sebesar 7,98% (yoy).
Sama halnya dengan ekspor, impor pun mengalami
penurunan sebesar 8,11% (mtm) dan 5.55% (yoy) pada
bulan Desember 2012. Impor bulan Desember 2012
tercatat US$15,56 Mil iar, sehingga secara kumulatif
tahun 2012 impor mencapai US$191,67 Mil iar. Kondisi
ini meningkat dibandingkan tahun 2011 yang mencapai
US$177,43 Mil iar. Secara kumulatif, peningkatan impor
terutama ditopang oleh impor migas sebesar 4,58%
(yoy) dan nonmigas sebesar 9,05% (yoy).
Secara umum, sebagian besar impor Indonesia masih
ditopang oleh impor nonmigas yang memil iki kontribusi
sebesar 77,79%. Berdasarkan nilai kumulatif Januari-
Desember 2012, impor nonmigas tecatat US$149,10
Mil iar, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang
mencapai US$136,73 Mil iar. Peningkatan impor
nonmigas terutama terjadi pada barang dari besi dan
baja sebesar 36,82% (yoy), diikuti oleh kapal terbang
dan bagiannya (31,39%, yoy) dan kendaraan bermotor
dan bagiannya (28,29%, yoy). Berdasarkan negara asal ,
sebagian besar impor Indonesia berasal dari China yaitu
sebesar US$28,96 Mil iar, diikuti oleh Jepang sebesar
US$22,69 Mil iar dan Amerika
Serikat sebesar US$11,47 Mil iar.
Berdasarkan penggunaan barang,
impor barang modal tercatat
mengalami pertumbuhan
tertinggi yaitu 15,21% (yoy) atau
sebesar US$38,14 Mil iar.
Walaupun impor barang modal
meningkat pal ing tinggi, namun
impor bahan baku atau penolong
masih menjadi penopang impor
secara keseluruhan. Kumulatif
impor bahan baku atau penolong
tercatat US$140,11 Mil iar, meningkat 7,01% dibanding
tahun sebelumnya (yoy).
Baik ekspor maupun impor Indonesia mengalami
penurunan pada bulan Desember 2012. Penurunan
ekspor Indonesia bersumber dari harga komoditas
ekspor yang menurun di pasar internasional . Sebal iknya,
penurunan impor lebih dipacu oleh menurunnya
volume impor itu sendiri . Penurunan impor yang lebih
tinggi dari penurunan ekspor menyebabkan defisit
neraca perdagangan berkurang. Pada bulan Desember
2012, defisit neraca perdagangan tercatat US$155,20
Juta, lebih rendah dibandingkan bulan November 2012
yang mencapai US$618,10 Juta (hasil revisi dari US$478
Juta).
Volume perdagangan yang cenderung melesu
mencerminkan rendahnya daya bel i dan produksi di
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh perlambatan
ekonomi global akibat krisis utang yang terjadi di Eropa
dan kondisi ekonomi Amerika Serikat yang tidak stabil .
Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan kebijakan
dalam rangka mendorong volume perdagangan
Indonesia, khususnya ekspor.
Referensi:
Berita Resmi Statistik Ekspor Impor Indonesia bulan
Desember
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 20136
P
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 7
Perekonomian Indonesia selama
tahun 2012 mampu tumbuh
6,23% ditengah ketidakpastian
global . Pertumbuhan ini tercatat
sebagai pertumbuhan tertinggi
kedua di dunia setelah Cina. Nilai
PDB nominal tahun 2012
mencapai Rp 8.241,9 tri l iun, atau
naik Rp 819,1 tri l iun
dibandingkan tahun 2011.
Secara sektoral , sektor industri
pengolahan, sektor pertanian dan
sektor perdagangan, hotel dan
restoran menyumbang
pembentukan PDB masing-
masing sebesar 23,9%, 14,4%,
dan 13,9%. Namun, pertumbuhan
sektor industri pengolahan dan
sektor pertanian masih dibawah
pertumbuhan ekonomi
keseluruhan yakni masing-masing
sebesar 6,2% dan 1,9%.
Pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 9,6%.
Sementara itu, sektor
perdagangan, hotel dan restoran
tumbuh sebesar 7,8%. Hal ini
mengindikasikan tingginya
aktivitas ekonomi di sektor
tersier.
Menurut penggunaan, konsumsi
domestik masih dominan dalam
pembentukan PDB 2012, yakni
mencapai 54,6%. Sementara itu
investasi Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB)
menyumbang sebesar 33%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada tahun 2012 menurut sisi
penggunaan tertinggi terjadi pada
PMTB sebesar 9,81%. Selanjutnya
diikuti oleh komponen konsumsi
rumah tangga sebesar 5,28%.
Komponen ekspor hanya tumbuh
2,01%. Sedangkan, komponen
impor sebagai faktor pengurang
tumbuh 6,65%. Laju pertumbuhan
impor yang lebih tinggi
dibandingkan ekspor menyebabkan
neraca perdagangan Indonesia
memburuk pada tahun 2012.
Dibandingkan triwulan III-2012,
pertumbuhan ekonomi turun 1,45
persen. Penurunan ini disebabkan
adanya penurunan pada sektor
pertanian yang cukup signifikan,
yakni sebesar 23,06% akibat
faktor siklus musiman.
Sementara itu, sektor lainnya
tumbuh positif dengan kisaran
pertumbuhan pada angka 0,2% -
4,02%.
Secara spasial , struktur
perekonomian Indonesia masih di
dominasi oleh Pulau Jawa dengan
porsi 57,62 %, kemudian Pulau
Sumatera sebesar 23,77% dan
Kal imantan sebesar 9,30%.
Berdasarkan perbandingan
provinsi , tiga provinsi
penyumbang PDB terbesar di
Pulau Jawa adalah DKI Jakarta,
Jawa Timur dan Jawa Barat.
Dominasi Pulau Jawa juga
terl ihat dalam kegiatan ekonomi
di sektor sekunder dan tersier.
Lebih dari 60% aktivitas ekonomi
sekunder dan tersier terjadi di
Pulau Jawa. Sedangkan 74,2%
kegiatan sektor primer, seperti
sektor pertanian dan
pertambangan berada di luar
pulau Jawa.
Pada tahun 2012, PDB perkapita
Indonesia mencapai Rp33,3 juta,
naik dari posisi Rp30,4 juta pada
tahun 2011. Laju peningkatan
PDB perkapita tahun 2012
tercatat naik 9,58 persen
dibandingkan dengan tahun 2011.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada tahun 2013 diprediksi masih
tetap tinggi. Meskipun ekspor
menurun akibat permintaan
global yang belum pul ih dari
krisis, neraca perdagangan
diprediksi akan terus membaik.
Kondisi ekonomi yang relatif
kondusif juga masih menjadi
faktor utama yang mendorong
kenaikan arus modal masuk.
Referensi:
Berita Resmi Statistik Februari 2103,
BPS
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012 :
Tertinggi Kedua Setelah Cina
Masyitha Mutiara Ramadhan
Angkatan kerja di Indonesia yang sangat besar
jumlahnya yaitu sekitar 118.053.110 orang pada
tahun 2012. Dari jumlah angkatan kerja tersebut
sebanyak 110.808.154 merupakan penduduk yang
bekerja dan sisanya sebanyak 7.244.956 merupakan
pengangguran terbuka. Sektor pertanian, perkebunan,
kehutanan, perburuan dan perikanan merupakan sektor
terbesar yang dapat menyerap tenaga kerja yaitu
sebanyak 38,88 juta orang. Selanjutnya diikuti oleh
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sebanyak
23,15 juta orang dan sektor Jasa Kemasyarakatan, sosial
dan perseorangan 17,10 juta orang serta sektor Industri
sebanyak 15.37 juta orang tenaga kerja.
Pengangguran terbuka merupakan permasalahan
ketenagakerjaan yang menjadi salah satu fokus
Pemerintah melalui program penciptaan lapangan kerja
satu juta netto. Pengangguran terbuka didefinisikan
sebagai orang yang mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan , serta sudah mempunyai
pekerjaan tetapi belum dimulai .
Penanganan pengangguran terbuka dalam era otonomi
daerah sebagian menjadi kewajiban pemerintah daerah
disamping pemerintah pusat. Berikut upaya yang
disarankan untuk ditempuh Pemerintah Daerah.
Pertama adalah peningkatan optimal isasi Balai Latihan
Kerja (BLK). Balai Latihan Kerja (BLK) adalah tempat
khusus untuk berlatih atau praktik bermacam-macam
pekerjaan, antara lain, otomotif, tata niaga, atau,
teknologi mekanik. Saat ini masih banyak BLK yang
belum beroperasi optimal karena kurangnya sarana dan
prasarana pendukung seperti alat peraga yang belum
tersedia, harus mendatangkan instruktur dari pusat dan
propinsi serta terbatasnya anggaran daerah dalam
pelaksanaan diklat teknis bagi pekerja. Optimal isasi BLK
akan mengembangkan kompetensi tenaga kerja.
Link and match sebagai upaya kedua adalah
merupakan salah satu upaya lainnya yang dilakukan
oleh sektor pendidikan antara lembaga pendidikan
dengan dunia usaha. Hal ini akan menjembatani antara
pencari kerja dengan lapangan usaha yang tersedia.
Upaya ketiga adalah menarik investor ke daerah. Arus
investasi ke daerah akan meningkatkan penyerapan
tenaga kerja serta penciptaan lapangan usaha baru. Hal
ini perlu didukung oleh regulasi daerah yang
memangkas prosedur dan persyaratan berinvestasi
yang panjang dan membutuhkan waktu lama. Program
pelayanan terpadu satu pintu yang telah berdiri di
sejumlah daerah juga belum berjalan sebagaimana
mestinya.
Alternatif lainnya yang sedang booming di beberapa
daerah seperti Kota Solo, Kota Bandung, Kota
Tangerang serta Kota Sukabumi adalah pengembangan
ekonomi kreatif. Industri kreatif adalah industri yang
berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta
bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta
lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan
mengekspol itasi daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut. Menurut data pemetaan industri kreatif
kementerian Perdagangan tahun 2007 didapat
kontribusi PDB Industri kreatif tahun 2006 sebesar 5,7%
dari total PDB. PDB Industri kreatif banyak
disumbangkan oleh kegiatan fesyen, kerajian,
periklanan dan desain.
Ratih Purbasari Kania
Ekonomi Daerah
Peranan Pemerintah Daerah dalam MengatasiPermasalahan Tenaga Kerja:
Sebagai Solusi Penciptaan Lapangan Kerja di Daerah
Sumber : http//solopos.com Sumber : www.infobanknews.com
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 20138
BUKALOWONGAN
KERJA PENCARIKERJA
UPAYA PERLUASAN KESEMPATAN KERJA
Referensi : .http:/media.economist.com
Upaya Pemerintah dalam Perluasan Tenaga Kerja | MenyorotiProduktivitas Tenaga Kerja dan Daya Saing di Balik Kebijakan
Kenaikan Upah Minimum | Inklusi Finansial: Jembatan PertumbuhanEkonomi dan Perluasan Kesempatan Kerja | Upah, Standar Kehidupan
Layak dan Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia|Optimalisasi Penerimaan Remitansi di Indonesia | Asuransi
Perl indungan TKI
Laporan Utama
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201310
UPAYA PEMERINTAH DALAM PERLUASAN
KESEMPATAN KERJAInsani Sukandar
1 Kebijakan dan RegulasiIklim Investasi dan Usaha . Pendelegasian
PTSP, kepastian lembaga PTSP, Tracking Sistem,
aturan divestasi , Standarisasi Bisnis Proses,
penerbitan ij in usaha
Iklim Ketenagakerjaan. Memberi kepastian
bagi dunia usaha dan pekerja
Insetif Fiskal . Pembebasan atau pengurangan
pajak, pemberian fasi l itas perpajakan, fasi l itas
pembebasan biaya masuk barang, pemberian
insentif bagi industri padat karya
Akses Permodalan. KUR dan Modal Ventura
Sistem Logistik Nasional . Peningkatan
kelancaran arus barang terutama melalui
pengembangan pusat distribusi regional
2 Program APBNInformasi dan layanan ketenagakerjaan .Penerapan standar pelayanan minimum di
Provinsi/Kab.Kota, pelayanan kerja untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan dan meningkatkan job matching
Peningkatan Keterampilan dan KapasitasAngkatan Kerja. Kerjasama pemerintah dan swasta
dalam penyusunan standar kompetensi kerja dan sistem
sertifikasi
Pengembangan UMKM . Keterl ibatan sektor swasta
dan pemangku kepentingan dalam desain dan pelaksanaan
program, program dalam rangka dukungan pengembangan
usaha
Program Padat Karya dan Infrastruktur.Program-program pemerintah yang berkontribusi untuk
menciptakan lapangan pekerjaan
Program Darurat Penciptan Lapangan Kerja .Meresponse kondisi krisis atau adanya bencana alam
3 Pembangunan InfrastrukturInfrastruktur Pembiayan Pemerintah:(1) Pelebaran jalan, pembangunan jalan, jembatan, (2) Pengembangan
infrastruktur air l imbah, (3) Sistem penyediaan air minum, (4) Sistem
pemrosesan akhir sampah, (5) Perumahan, (6) Jaringan Gas dan (7)
Listrik Pedesaan
Infrastruktur Pembiayan BUMN :(1) Pembangkit Tenaga Listrik 10.000MW Tahap I, (2) Pembangkit
Tenaga Listrik 10.000MW Tahap II, (3) Proyek Pembangkit dan
Transmisi Tenaga Listrik Jaringan Gas, (4) Pelabuhan Udara dan Laut
dan (5) Kereta Api
Infrastruktur Pembiayan Swasta-PPP:(1) PLTU Jawa Tengah, (2) PLTU Indramayu, (3) Jalan Tol , (4) Pelabuhan
CruiseTanah Ampo dan (5) Properti
4 Pembangunan Sektor Rii lRencana investasi PMA/PMDM ,yang perizinannya oleh BKPM dan
direal isasikan tahun 2013
Proyek, tidak termasuk proyek
konstruksi (Pembangunan)
Properti
5Proyek KhususProyek berjalan , kegiatan proyek yang sudah
berjalan tetapi terhambat oleh adanya kebutuhan
tertentu . Tidak termasuk kegiatan proyek
infrastruktur yang masih terhambat
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung ,
melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2012.
Sektor yang akan dikembangkan adalah pariwisata
Kelima fokus bidang kerja diatas akan dilakukan sesuai dan dengan koordinasi pelaksaan Rencana Tindak Penciptaan
Kesempatan Kerja oleh tim.
Tujuan Pemerintah tidak hanya memperluas kesempatan kerja. Namun, juga mempertahankan kesempatan kerja
yang sudah ada atau dengan kata lain menghindar dari penutupan usaha atau PHK. Selain itu, peningkatkan kualitas
dari kesempatan kerja itu sendiri dan menciptakan wirausaha baru.
B eberapa waktu terakhir tuntutan kenaikan upah
minimum menjadi salah satu sorotan utama dalam
isu ketenagakerjaan di Indonesia. Serikat buruh
menuntut pembagian yang lebih adil dari keuntungan
perusahaan. Menanggapi hal ini , beragam tanggapan
muncul dari daerah. Salah satunya Pemerintah DKI
Jakarta sepakat untuk menaikkan upah minimum dari
Rp 1,53 juta pada tahun 2012 menjadi Rp 2,2 juta
untuk tahun 2013. Beberapa daerah lain bertahan
untuk tidak menaikkan upah minimum. Pertanyaan
mendasar dari kebijakan ini adalah, apakah kenaikan
upah ini sejalan dengan peningkatan produktivitas
serta apa impl ikasinya terhadap stake holder lainnya?
Kemudian, bagaimana dampaknya terhadap
perekonomian nasional secara keseluruhan? Serta apa
benar
kenaikan upah
minimum ini
secara tidak
sengaja
meningkatkan
pemerataan di
Indonesia?
Kekhawatiran
pertama tentu
muncul dari
pengusaha
yang
menganggap
kebijakan ini
akan
mempengaruhi daya saing dan dapat menghalangi
investasi pada industri-industri padat tenaga kerja,
seperti manufaktur. Kenaikan upah minimum pada
suatu daerah tentu akan mendorong daerah lain untuk
menyesuaikan. Untuk memahami kedua hal di atas kita
tentu perlu mel ihat lebih dalam pada struktur dan
produktivitas tenaga kerja Indonesia.
Pertama, struktur tenaga kerja di Indonesia memil iki
komposisi yang berbeda dari negara-negara kawasa
Asia lainnya. Angkatan kerja di Indonesia kini berjumlah
sekitar 110,8 juta jiwa (Sakernas, tahun 2012), dimana
40 persennya bekerja di sektor formal . Sementara itu,
sekitar 90 persen dari angkatan kerja ini terdiri dari
pekerja yang tidak memil iki kontrak atau bekerja di
sektor informal . Secara langsung, serikat pekerja hanya
mewakil i 11 persen dari angkatan kerja. Sehingga
keterwakilan dari sisanya juga harus menjadi perhatian
dari pemerintah sebagai pihak yang berwenang dalam
pembuatan regulasi .
Sebagai contoh di beberapa negara menggunakan
pendekatan yang berbeda dalam menetapkan upah
minimum. Sejumlah negara menetapkan upah
minimum yang rendah untuk mel indungi pekerja
berupah rendah dan menjamin tingkat pendapatan
dasar. Lebih lanjut, hasi l kajian World Bank di beberapa
negara pada periode 1993 sampai 2007 juga
menunjukkan bahwa peningkatan upah minimum
sebesar 10 persen mendorong kenaikan upah untuk
seluruh pekerja
penerima upah dan
gaji sebesar 3
persen pada tahun
yang sama.
Di sisi lain,
penyesuaian
besaran upah
minimum ternyata
secara tidak
langsung
mendorong
pemerataan antar
daerah di Indonesia.
Kenaikan upah
minimum ditanggapi dengan pengal ihan wilayah
produksi sejumlah industri manufaktur. Beberapa
industri memindahkan lokasi produksi mereka ke
daerah dengan tingkat upah minimum yang lebih
rendah.
Kedua, produktivitas tenaga kerja juga menjadi fokus
perhatian dalam penerapan kenaikan upah minimum.
Kenaikan upah harusnya dibarengi dengan kenaikan
produktivitas tenaga kerja. Hal ini yang kemudian akan
mempertahankan daya saing dan nilai investasi pada
industri padat karya seperti manufaktur.
Berdasarkan nilai produktivitas dan rasio upah
Menyoroti Produktivitas Tenaga Kerjadan Daya Saing Indonesia di BalikKebijakan Kenaikan Upah Minimum
Riski Raisa Putra
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 11
Perbandingan Upah Minimum Negara-negara Kawasan Asia
minimum terhadap value added per tenaga kerja (MW-
VA) Indonesia mengalami perbaikan dibanding tahun
2008. Tahun 2008 rasio MW-VA Indonesia 0,46 dan
menurun menjadi 0,42 pada tahun 2012. Peningkatan
produktivitas juga tercermin dari ni lai value added per
tenaga kerja yang meningkat dari 207,3 USD menjadi
362,2 USD pada tahun 2012.
Sejalan dengan tingkat produktivitas tersebut, sejak
2006 sampai 2012 upah minimum naik rata-rata 7,6
persen per tahun. Kenaikan ini juga terjadi pada
negara-negara tetangga dan negara berkembang
berpenghasilan menengah lainnya. Pemerintah daerah
harus peka dengan perkembangan ini terutama
beberapa provinsi yang pada awal tahun 2013 ini sudah
mengalami kenaikan signifikan.
Tahun 2013, Jakarta dan Kal imantan Timur mengalami
kenaikan upah minimum masing-masing sebesar 43,9
persen dan 49,7 persen, jauh di atas Sumatra Utara
hanya naik sebesar 8,8 persen dan Papua hanya naik
sebesar 7,9 persen. Secara rata-rata kenaikan upah
minimum Indonesia naik tinggi dibanding dengan
negara-negara Asia Timur lain. Kenaikan ini bisa saja
membuat perusahaan mengal ihkan lokasi produksinya
ke daerah lain di Indonesia dan meningkatkan
pemerataan. Namun, bila kenaikan ini berimbas pada
penurunan minat investasi dan penurunan daya serap
tenaga kerja tentu tidak baik untuk perekonomian
Indonesia secara umum.
Para pemangku kepentingan perlu memperhatikan
perpaduan kebijakan dan instrumen yang tepat.
Walaupun upah minimum penting dalam penurunan
ketimpangan dan peningkatan kesejahteraan tenaga
kerja, namun pada batas tertentu kenaikan upah dapat
membawa risiko-risiko negatif. Diantaranya, penurunan
penciptaan lapangan kerja di sektor formal dan
mendorong segmentasi yang membatasi pekerjaan dan
mobil itas sosial .
Selain itu, mekanisme penetapan upah minimum, dan
besarannya, tidak dapat dipandang secara terpisah. Hal
tersebut adalah bagian dari banyak faktor yang
mempengaruhi kuantitas dan kual itas lapangan kerja
dan keuntungan usaha, termasuk remunerasi non-
upah, uang pesangon, jaminan sosial dan peraturan
pemerintah yang mengatur tentang pekerjaan kontrak.
Banyak hal yang dapat diperoleh dengan
menggunakan pendekatan yang lebih hol istik dan
inklusif terhadap tawar-menawar di pasar tenaga kerja,
dengan memastikan bahwa seluruh pemangku
kepentingan, termasuk pekerja sektor informal , telah
diwakil i , dan dengan membuat proses penetapan upah
minimum lebih transparan dan mendapat masukan
secara teknis.
Referensi:
Indonesia Economic Quarterly December 2012, World
Bank
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201312
PRODUKTIVITAS
Tahun 2012 sudah berlalu , pertama
tentu kita patut berbangga dengan
sederetan pencapaian di tahun lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) meril is data
pertumbuhan ekonomi Indonesia
menunjukkan secara tahunan ekonomi
Indonesia tumbuh 6,2% atau ketiga
tertinggi di kawasan Asia, setelah China
7,8% dan Fil ipina 6,6%.
Hebatnya Indonesia dapat
mempertahankan pertumbuhan
ekonomi di atas rata-rata pertumbuhan
l ima tahun terakhir sebesar 6%.
Kenyataan tersebut merupakan bukti
bahwa Indonesia menjadi salah satu dari
sedikit negara yang mempunyai daya
tahan kuat dalam menghadapi gejolak
ekonomi dan keuangan global .
Dari aspek sosial juga terl ihat bahwa
pencapaian kinerja ekonomi hingga
2012 cukup menggembirakan, yang
ditunjukkan dengan menurunnya
tingkat pengangguran menjadi 6,1%
pada tahun 2012 dibandingkan dengan
9,1% pada tahun 2007. Selanjutnya
tingkat kemiskinan pun menurun
menjadi 11,4% dari 16,6% di periode
yang sama.
Hal ini seiring dengan meningkatnya
pendapatan per kapita Indonesia yang
naik hampir dua kal i l ipat dalam lima
tahun terakhir menjadi US$3.562 di
2012 dari US$1.916 di 2007. Sampai di
sini nampaknya tidak ada yang salah
dengan pertumbuhan kita, karena
hampir semua indikator menunjukkan
perbaikan yang signifikan.
Kedua, tentu setelah bersyukur akan
pencapaian tahun 2012 kita perlu pula
mel ihat beberapa catatan penting dan
pekerjaan rumah yang belum selesai.
Diantaranya adalah apakah kesuksesan
di atas mampu memperluas kesempatan
kerja dan tidak hanya data di atas kertas
saja? Hal ini penting mengingat
berdasarkan data yang ada,
kemampuan perekonomian kita dalam
menyerap tenaga kerja (TK) semakin
berkurang. Pada tahun 2012, setiap 1%
pertumbuhan ekonomi hanya mampu
menyerap 180.000 TK, lebih rendah
dibandingkan tahun 2010 yang mampu
menyerap 400.000 TK.
Koefisien Gini juga meningkat menjadi
0,41 di 2012 dari 0,36 pada 2007. Hal ini
menggambarkan adanya ketimpangan
pendapatan antara kaya dan miskin
yang semakin lebar. Dengan kata lain,
kual itas pertumbuhan ekonomi kita
belum bersifat inklusif karena masih ada
sebagian kelompok yang belum
menikmati.
Keuangan Inklusif Alternatif SolusiPemerhati kemiskinan dunia, Prof Abhij it
V Banerjee, menul is buku Poor
Economics yang menyoroti masalah
kemiskinan dan pengangguran di dunia.
Menurut Abhij it, selama ini kita sering
salah memahami kemiskinan dan
Riski Raisa Putra
"Inklusi sektorkeuangan inidiharapkanbisa menjadijembatan daripertumbuhanekonomi agar
mampumemperluaskesempatan
kerja. "
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 13
Strategi Keuangan Inklusif: JembatanPertumbuhan Ekonomi dan Perluasan
Kesempatan Kerja
Sumber : http://wiratno81.files.wordpress.com
pengangguran. Kesalahan dalam pendefenisian ini yang
membuat seringkal i program kemiskinan dan
pengangguran tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Salah satunya program penanggulangan
kemiskinan melalui pemberian bantuan dana atau
barang kurang efektif karena hanya akan meningkatkan
kehidupan mereka sesaat saja sampai bantuan tersebut
berakhir.
Salah satu cara yang tepat adalah dengan membuka
akses keuangan bagi kelas masyarakat miskin dan
pengangguran. Terbukanya peluang mereka untuk
mengakses kredit dan membuka akun tabungan akan
memperluas kesempatan mereka untuk lebih produktif.
Bank Dunia dalam penel itiannya pada tahun 2009
menyatakan ada sekitar 2,7 mil iar penduduk dewasa di
negara berkembang tidak mempunyai akses terhadap
sektor keuangan, baik dari sisi deposito, kredit, asuransi
maupun dana pensiun. Bahkan, dalam Global Financial
Inclusion Index 2012 yang dikeluarkan World Bank, d i
Indonesia saat ini hanya sekitar 20% dari penduduk
berusia di atas 15 tahun yang menikmati akses jasa
keuangan, sementara di China dan India masing-
masing telah mencapai 64% dan 35%. Rendahnya
layanan keuangan di Indonesia juga tecermin dari
jumlah rekening bank per 1.000 penduduk usia dewasa
yang baru mencapai 505.
Hal ini menunjukkan masih banyak tantangan yang
harus dihadapi Indonesia untuk meningkatkan akses
layanan keuangan kepada masyarakat Indonesia. Inklusi
sektor keuangan ini diharapkan bisa menjadi jembatan
dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik agar
juga mampu memperluas kesempatan kerja.
Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk
mendorong inklusi finansial di Indonesia belajar dari
kesuksesan Pakistan dan Thailand. Salah satunya adalah
program sertifikasi tanah dan aset yang membuat
masyarakat miskin punya agunan untuk mendapatkan
kredit. Indonesia sendiri sudah mengembangkan
program KUR dan Tabunganku yang saat ini sudah
mulai dirasakan manfaatkan oleh masyarakat.
Keuangan inklusif bertujuan untuk menfasil itasi
masyarakat kelas bawah mendapatkan modal usaha
dan jasa keuangan lainnya. Namun bedanya program
ini bukan bantuan atau hibah sehingga secara
behavioral mereka terdidik untuk mampu mengelola
keuangannya secara baik. Lebih jauh keuangan inklusif
akan sangat membantu perkembangan sektor UMKM
terutama yang baru memulai usaha. Sektor ini akan
sangat terbantu dalam akses modal yang selama ini
menjadi salah satu kendala pertumbuhan UMKM.
Sebagai catatan jumlah tenaga kerja pada sektor usaha
mikro lebih dari 94 juta atau setara dengan 90,77% dari
total tenaga kerja yang terserap. Bila jasa keuangan
mampu menyentuh level ini tentu akan mendorong
mereka shifting ke level berikutnya. Sedangkan bagi
masyarakat miskin dan atau pengangguran hal ini dapat
menjadi peluang untuk memulai usaha dan tidak lagi
menjadi penganggur.
Keberhasilan program keuangan inklusif mensyaratkan
kerja sama antar instansi terkait baik pemerintah
maupun swasta/ dunia usaha. Hal ini penting
mengingat dengan adanya sinergi yang kuat maka
konsep dan implementasinya dapat berjalan dengan
baik.
Memang sudah banyak cara yang ditempuh dalam
upaya perluasan kesempatan kerja di Indonesia. Kita
harus terus mengembangkan solusi yang optimal agar
pengangguran dan kemiskinan di negeri ini makin
rendah. Namun satu hal yang penting adalah
pendekatannya harus dari sisi mereka (behavioral
economic approach) . Keuangan inklusif adalah salah
satunya.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201314
Sumber : http://1.bp.blogspot..com
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 15
Tenaga kerja merupakan salah satu
input dalam proses produksi yang
memil iki peranan dalam
pembangunan perekonomian
Indonesia. Keberhasilan
pertumbuhan perekonomian
seringkal i dikaitkan melalui
produktivitas tenaga kerja. Dengan
semakin produktifnya tenaga kerja
diharapkan mampu meningkatkan
kapasitas produksi yang pada
akhirnya membuat perekonomian
menjadi lebih baik.
Menurut Presiden Konfederesi
Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said
Iqbal , upah layak terkait dengan
daya bel i masyarakat. Upah yang
layak akan mengerakkan ekonomi
mikro atau sektor rii l , termasuk
sektor informal . Dengan UMP/UMK
yang baik maka buruh bisa
berbelanja untuk memenuhi
kebutuhan
hidupnya. Buruh
akan bekerja
dengan
bersemangat
dan akan merasa
baik karena
buruh merasa
dihargai oleh
pengusahanya.
Secara tidak
langsung hal ini
akan
memberikan
efek domino ekonomi dimasyarakat.
Aktivitas ekonomi masyarakat bisa
berjalan, pasar pasar tradisional bisa
hidup bila upah buruh layak.
Dalam UU No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan khususnya
pasal 88 ayat 4, disebutkan bahwa
Pemerintah menetapkan standar
Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
sebagai dasar dalam penetapan
Upah Minimum seperti yang diatur
dalam. Seperti yang kita tahu bahwa
standar KHL masing-masing provinsi
di Indonesia berbeda. Hal ini yang
menjadi acuan dalam penetapan
upah minimum di masing-masing
provinsi.
Namun demikian disadari bahwa
penetapan upah minimum juga harus
memperhatikan produktivitas dari
tenaga kerja itu sendiri dan
Oktya Setya Pratidina
Perbandingan Upah Minimum dan KHL
Said Iqbal
Presiden KonfederasiSerikat Pekerja Indonesia
(KSPI)
Upah, StandarKehidupan Layak danPeningkatan ProduktivitasTenaga Kerja Indonesia
Sumber :http://image.yaymicro.com/
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data
perbandingan antara upah minimum dan KHL (l ihat
grafik) terl ihat ada beberapa provinsi yang UMP-nya
telah sesuai dengan KHL seperti Aceh, Sumatera Utara,
Lampung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Yogyakarta, Banten,
Kal imantan Selatan, Kal imantan Timur, Sulawesi Utara
dan Sulawesi Selatan.
Kalau dicermati, secara umum labor cost tidak lebih
dari 5-7 persen dari total Production Cost. Akan tetapi
biaya siluman yang dikeluarkan pengusaha seperti saat
biaya perij inan, bongkar muat dipelabuhan, kutipan
dijalan raya, restibusi daerah dan lainnya bisa mencapai
10 %. J ika biaya siluman ini tidak ada maka total
Production Cost lebih efisien sehingga biaya yang
dikeluarkan oleh pengusaha bisa menjadi lebih rendah
dan pada akhirnya dapat dialokasikan untuk
meningkatkan upah/ kesejahteraan bagi para
pegawainya/ buruhnya.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201316
Windy Pradipta
Berdasarkan laporan Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI), jumlah
tenaga kerja Indonesia (TKI) pada Tw
IV – 2012 mencapai 4,02 juta orang.
Kondisi ini menurun dibandingkan
tahun 2011 yang mencapai 4,09 juta
orang. Berbeda dengan jumlah TKI
yang mengalami penurunan, nilai
penerimaan remitansi tercatat 6,98
mil iar USD, meningkat dibanding
tahun 2011 sebesar 6,74 mil iar USD.
Walaupun mengalami penurunan,
komposisi pengiriman TKI formal lebih
tinggi dibandingkan dengan informal ,
tercatat TKI formal pada tahun 2012
mencapai 52%.
Selanjutnya, Doddy Zulverdi selaku
Direktur Neraca Pembayaran Bank
Indonesia mengatakan terjadi
peningkatan yang melambat pada
worker remittance selama 5 tahun
yang hanya sebesar 5,7% atau sebesar
1,1% pertahun. Hal ini disebabkan
adanya penghentian moratorium
informal .
Pemerintah telah mengupayakan
penempatan TKI pada sektor formal
dengan cara melakukan moratorium
TKI Informal ke beberapa negara
seperti Malaysia pada tahun 2009.
Selain itu, pemerintah kerap
memberikan informasi mengenai
potensi pekerjaan di luar negeri ,
khususnya pada sektor formal .
Dalam rangka optimal isasi remitansi,
beberapa hal yang harus diperhatikan
pemerintah adalah memastikan bahwa
baik TKI maupun kelurga TKI di
Indonesia mempunyai akses
perbankan. TKI dan keluarganya perlu
memil iki rekening di bank agar
pengiriman uang tidak melalui pihak
ketiga. Selain di domestik, pemerintah
juga perlu berkoordinasi dengan
negara penempatan agar tenaga kerja
dapat memperoleh akses perbankan di
luar negeri.
Terkait biaya pengiriman uang, hasil
pertemuan G-20 mengemukakan
bahwa biaya pengiriman harus murah,
cepat dan aman. Doddy Zulverdi
menjelaskan bahwa secara umum
biaya pengiriman uang baik remitansi
maupun penerimaan ekspor
cenderung sama. Namun, karena
pengiriman dana remitansi tergolong
kecil , maka biaya pengiriman uang
seolah menjadi besar dibandingkan
dengan transaksi ekspor yang nilainya
lebih tinggi. Dalam menekan biaya
"Secara umum,dalam
mengoptimalkanpenerimaanremitansi,
pemerintah perlumeningkatkankualitas TKI
Indonesia, bukanhanya pendidikan
dan kinerja,namun juga
perilaku TKI itusendiri. "
Optimalisasi PenerimaanRemitansi di Indonesia
Asuransi tenaga kerja Indonesia (TKI)
merupakan salah satu program
perl indungan terhadap TKI. Oleh karena
itu, kepesertaan TKI dalam asuransi mau
tidak mau menjadi persyaratan mutlak.
Penyelenggara program asuransi
perl indungan TKI adalah perusahaan
yang telah ditetapkan Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Permenakertrans) Nomor
Per.07/MEN/V/2010 tanggal 31 Mei
2010 yang diubah menjadi
Permenakertrans No.1 Tahun 2012
tanggal 5 Januari 2012. Selanjutnya
berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
(Kepmenakertrans) Nomor
Kep.209/MEN/IX/2010 tanggal 6
September 2010 ditetapkan konsorsium
penyelenggara asuransi TKI yaitu
Konsorsium Asuransi TKI “Proteksi TKI”
yang anggotanya terdiri atas 10 PT
Asuransi (7 PT Asuransi Kerugian dan 3
PT Asuransi J iwa) dan diketuai oleh PT
Asuransi Central Asia Raya.
Program asuransi TKI sudah mulai
di laksanakan sejak tahun 2004.
Berdasarkan Permenakertrans Nomor
Per.07/MEN/V/2010 besaran premi
yang harus dibayar TKI terdiri dari (i)
premi asuransi TKI pra penempatan
sebesar Rp.50.000,- (i i ) premi asuransi
masa penempatan sebesar Rp.300.000,-
(i i i ) premi asuransi TKI purna
penempatan sebesar Rp.50.000,-.
Namun dalam prakteknya kadangkala
belum bisa sepenuhnya mengikuti
aturan yang telah ditetapkan. Sebagai
contoh, Panja Konsorsium Asuransi
Komisi IX DPR RI menemukan fakta
lapangan di Nunukan, Propinsi
Kal imantan Timur dimana besaran
premi asuransi yang dibayarkan hanya
sebesar Rp.100.000,- yaitu pada pra
penempatan sebesar Rp.50.000,- dan
purna penempatan sebesar Rp.50.000,-
Menuju Asuransi Tenaga Kerja Indonesia
yang Lebih BaikInsani Sukandar
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 17
pengiriman uang, diperlukan suatu perangkat teknologi
yang lebih memadai dan jaringan yang lebih banyak.
Bank Indonesia telah mengupayakan agar tidak terjadi
eksploitasi monopol i pengiriman uang. Selain itu,
perbankan juga harus memperhatikan aspek kewajaran
dan transparansi dalam menetapkan biaya pengiriman.
Menurut Doddy, adanya ketidakseimbangan antara
penawaran dan permintaan pasar tenaga kerja serta
belum pul ihnya kondisi perekonomian Indonesia
menyebabkan kombinasi antara lapangan pekerjaan
dan permintaan tenaga kerja tidak tercapai. Selain itu,
pemerintah telah membuka pintu untuk bekerja di luar
negeri. Dengan begitu, upah yang lebih tinggi akan
diperoleh oleh para tenaga kerja yang bekerja di luar
negeri , hal tersebut menjadi faktor pendorong tenaga
kerja memil ih bekerja di luar negeri.
Menurut data BPS, terjadi peningkatan yang melambat
dalam ratio kesempatan kerja. Tahun 2012 ratio
kesempatan kerja tercatat sebesar 93,93% dan TPT
menurun menjadi 6,1%. Artinya, kesempatan kerja di
Indonesia mengalami peningkatan. Namun,
kesempatan kerja yang meningkat tidak diimbangi di
sektor yang menjadi tumpuan perekonomian. Misalnya,
penduduk Indonesia banyak bekerja sebagai petani
namun pertumbuhan tenaga kerja tertinggi berada di
sektor pertambangan, l istrik. Sektor tersebut memil iki
produktivitas yang tinggi dimana dibutuhkan tenaga
kerja berpendidikan sehingga upah yang didapat akan
tinggi. Disini lain, sektor pertambangan, l istrik, gas dan
air hanya dapat menyerap tenaga kerja yang sedikit
termasuk di sektor lembaga keuangan .
Selanjutnya, diharapkan TKI selain mendapat edukasi
keuangan juga harus mempelajari pengetahuan
mengenai pariwisata daerah asal guna untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia. Secara umum,
dalam mengoptimalkan penerimaan remitansi,
pemerintah perlu meningkatkan kual itas TKI Indonesia,
bukan hanya pendidikan dan kinerja, namun juga
perilaku TKI itu sendiri .
Referensi:
Doddy Zulverdi
Direktur Grup Neraca Pembayaran
Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, BI
M. Cahyohadi
Kasubdit KelembagaanPenepatan, Dit. PTKLN,Kementerian TenagaKerja dan Transmigrasi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201318
dengan alasan asuransi pada masa penempatan sebesar
Rp.300.000,- dilaksanakan di Malaysia.
Terkait dengan mekanisme pencairan klaim,
berdasarkan pasal 26, maka klaim dapat diproses
setelah ada pengaduan dari TKI yang bersangkutan
serta dilampirkan persyaratan umum maupun khusus
yang dibutuhkan. Sayangnya, permasalahan yang sering
muncul , yaitu banyaknya klaim-klaim asuransi yang
merupakan hak TKI tidak selalu dengan mudah diterima
atau ditolak. Konsorsium dengan berbagai alasan tidak
menjalankan kewajiban membayar klaim tersebut.
Alasan yang sering digunakan antara lain tidak adanya
ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan
dan dalam Pol is Asuransi yang disepakati , sehingga
pada waktu yang lalu , konsorsium asuransi dengan
alasan tersebut hanya membayarkan klaim asuransi
sesuai kehendak sepihak konsorsium saja. Pada
umumnya klaim-klaim yang ditolak disebabkan oleh (i)
kendala psikologi/mental ; (i i ) penyakit bawaan; (i i i )
pulang karena keinginan sendiri dan (iv) kendala
skil l/keahl ian. Dari kenyataan tersebut dan berdasarkan
hasil Panja Konsorsium Asuransi Komisi IX DPR RI, saat
ini Kemenakertrans sedang melakukan evaluasi
penyelenggaraan asuransi TKI.
Apabila dicermati sebagian besar kasus TKI bermasalah
yang ada berasal dari TKI yang bekerja di sektor
informal sebagai penata laksana rumah tangga.
Kebijakan yang diambil pimpinan Kemenakertrans
sesuai dengan grand design adalah bahwa setelah
tahun 2017, tidak lagi mengirim TKI sektor informal .
Dalam kaitan tersebut pemerintah secara terus menerus
melakukan berbagai upaya antara lain:
Pertama, peningkatan capacity building. Termasuk
didalamnya (i) peningkatan pelatihan, agar TKI yang
akan berangkat ke negara penempatan disiapkan
dengan sebaik-baiknya, (i i ) perbaikan penyelenggaraan
asuransi TKI, (i i i ) penegakkan persyaratan penempatan
TKI dan (iv) pemberian KUR kepada c-TKI dan TKI.
Kedua, melakukan pengetatan sistem pelayanan dan
penempatan TKI. Dimana TKI hanya boleh di tempatkan
di negara-negara yang telah memil iki persetujuan dalam
MoU dengan Indonesia. Saat ini masih ada empat
negara penempatan moratorium, yaitu Arab Saudi,
Kuwait, Jordania dan Siria.
Ketiga, membuat roadmap kantong-kantong TKI.
Roadmap tersebut akan digunakan dan mempermudah
untuk pemerintah dalam memberikan kegiatan-kegiatan
yang bersifat job creation untuk para TKI purna.
Program-program yang akan diterapkan terkait dengan
wirausaha, tenaga kerja mandiri dan sejenisnya. Hal ini
di lakukan agar para TKI yang sudah kembal i ke dalam
negeri dapat mengelola hasil pendapatan mereka
dengan baik dan menurunkan kemungkinan untuk
kembal i bekerja keluar negeri sebagai TKI.
Keempat, mewajibkan seluruh c-TKI untuk mengikuti
psikotes. Kemenakertrans telah menentukan lembaga-
lembaga sebagai mitra dalam pelaksanaan. Proses ini
dirasa penting karena dapat mengurangi tingkat
pemulangan TKI lebih awal dan dari sisi TKI, pemerintah
dapat mengetahui motivasi untuk memutuskan menjadi
seorang TKI. Setelah lolos, c-TKI baru dapat mengikuti
tes kesehatan.
Target kerja Kementerian Koordinator Perekonomian
dan instansi pemerintahan lainnya adalah penciptaan
perluasan kesempatan kerja sebesar 1 juta netto. Dari
sisi Kemenakertrans, target kerja ini hanya untuk di
dalam negeri. Untuk itu, TKI bukan atau tidak dil ihat
sebagai penambahan perluasan kesempatan kerja.
Namun, ketika para TKI sudah kembal i ke dalam kerja
dapat diperdayakan dan di dapat dikategorikan kedalam
upaya target kerja tersebut.
Sumber :http://stutheitandgartland.com
P ertumbuhan ekonomi Indonesia
yang berada di kisaran 5-6%
sejak tahun 2000 belum mampu
menyerap tenaga kerja Indonesia
yang tumbuh sekitar 1-3 juta orang
per tahunnya. Sebagian besar tenaga
kerja di Indonesia terserap di sektor
informal , yang lebih mengandalkan
low skill worker dengan upah rendah
dan ketiadaan perl indungan sosial .
Saat ini tenaga kerja yang ada di
sektor informal telah mencapai 69%
dari total tenaga kerja Indonesia dan
sisanya, sebesar 31%, bekerja di
sektor formal .
Tingkat penyerapan tenaga kerja
Indonesia tidak terlepas dari
permasalahan regulasi
ketenagakerjaan dan penetapan
kontrak di Indonesia. Kompleksnya
regulasi dan penetapan kontrak
ketenagakerjaan di Indonesia
mempengaruhi ikl im investasi di
Indonesia, sehingga berpengaruh
terhadap perluasan kesempatan kerja.
Akibatnya, pasar tenaga kerja
Indonesia dinilai kurang kompetitif
dibandingkan dengan negara-negara
lainnya.
Berbicara masalah upah, Indonesia
menetapkan Upah Minimum Provinsi
(UMP) yang bertujuan agar
masyarakatnya dapat memperoleh
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)
yang berdasarkan kebutuhan
kehidupan seorang lajang. Sudah
beberapa tahun terakhir,
permasalahan UMP telah menjadi isu
yang hangat, Banyak pakar mel ihat
bahwa menetapan UMP kurang tepat
dalam penentuan upah
ketenagakerjaan di Indonesia.
Sebagai salah satu pakar di bidang
ekonomi, khususnya Ekonomika
Industri dan Regional , Prof. Mudrajad
Kuncoro, guru besar Ilmu Ekonomi,
Universitas Gadjah Mada,
memandang bahwa penentuan upah
sebaiknya dilakukan secara sektoral ,
bukan daerah, seperti yang
diterapkan oleh negara-negara maju
di dunia. Secara teori , biaya pekerja
merupakan salah satu production cost
dari perusahaan, jadi seharusnya
diselaraskan dengan seberapa besar
revenue dari perusahaan tersebut.
Padahal survei menujukkan besarnya
biaya pekerja di industri padat karya
berkisar antara 20-34%.
Misalnya saja di Yogjakarta, di mana
kegiatan perekonomiannya ditopang
oleh UMKM. Adanya kebijakan
kenaikan UMP sebesar 19% di Daerah
Istimewa Yogjakarta tentunya akan
membebani para pemil ik usaha.
Terlebih lagi, tidak adanya sinkronisasi
peraturan mengenai kenaikan UMP
antara pusat dan daerah.
Adanya perbedaan UMP juga akan
berpengaruh terhadap tingkat migrasi
penduduk dari satu daerah ke daerah
lainnya. Pekerja cenderung akan
bermigrasi ke tempat yang mampu
memberikan tingkat kesejahteraan
lebih tinggi. Namun, perusahaan
pencari buruh murah (cost minimisers)
akan mencari daerah dengan UMP
yang lebih rendah. Perpindahan
tersebut akan berpengaruh terhadap
urban growth di Indonesia, di mana
jika tidak didukung dengan
infrastruktur yang memadai, akan
menyebabkan stagnansi atau bahkan
penurunan pertumbuhan ekonomi
wilayah.
Perluasan Kesempatan Kerja di Indonesia
Dara Ayu Prastiwi dan Insani Sukandar
Opini Pakar
Prof. Mudrajat Kuncoro
Guru Besar FakutasEkonomi dan Bisnis
Universitas Gajah Mada
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 19
Terkait dengan program
pemerintah, perluasan kesempatan
kerja 1 juta ntto. Telah dirancang
l ima pilar fokus bidang tenaga kerja
yaitu (1) kebijakan dan regulasi , (2)
program-program APBN, (3)
pembangunan sektor rii l , (4)
pembangunan infrastruktur dan (5)
proyek-proyek khusus. Di antara
kel ima pilar tersebut, hal terpenting
yang perlu difokuskan, menurut
Mudrajad, pilar yang kemungkinan
dapat menopang target tersebut
adalah program-program APBN. Di
matanya, pemerintah harus mampu
melakukan perubahan pol itik
anggaran yang lebih pro-rakyat.
Belanja APBN masih tersedot untuk
subsidi , belanja pegawai, dan
membayar utang, sedang belanja
untuk si miskin, kelompok marginal ,
dan daerah tertinggal masih relatif
kecil . Selain itu, belanja modal
untuk pembangunan infrastruktur
juga dirasa penting untuk
ditingkatkan karena akan mampu
menyerap tenaga kerja dalam
jumlah yang besar. Walaupun,
dengan rancangan atau upaya yang
dilakukan oleh pemerintah sesuai
dengan teori Okun's law, namun
faktanya berdasarkan trend
pencapaiannya dari tahun 1984-
2011 belum dapat dinyatakan
sesuai dengan kondisi tenaga kerja
Indonesia.
Berdasarkan data yang diolah dari
BI dan BPS terkait hal tersebut,
ditemukan pola huruf U pada
korelasi keduanya, yang berarti
semakin besar perubahan
pengangguran akan menyebabkan
menurunnya pertumbuhan
ekonomi. Terdapat beberapa
kemungkinan dalam penjelasan
temuan tersebut, yaitu (i) j ika terjadi
pertumbuhan output 1% maka
jumlah pekerjaan cenderung tidak
naik sebesar 1% dan (ii) kenaikan
jumlah orang yang dipekerjakan
lebih sedikit dibandingkan kenaikan
jumlah pekerjaan.
Di mata Mudrajad, j ika pemerintah
ingin mencapai target peningkatan
kesempatan kerja sebesar 1 juta
neto, maka hal mendasar yang
sangat perlu dilakukan adalah
perombakan regulasi
ketenagakerjaan Indonesia secara
mendasar. Perombakan tersebut
dilakukan guna memperbaiki ikl im
ketenagakerjaan nasional , sehingga
bisa meningkatkan elastisitas
kesempatan kerja di Indonesia.
Dengan salah satunya, memberikan
insentif fiskal bagi industri yang
padat karya, maupun kemudahan
perolehan bahan baku produksi
karena masih tingginya kandungan
impor berbagai produk Indonesia.
Kesenjangan pembangunan antara
wilayah barat dan timur Indonesia
juga mempengaruhi kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia.
Jawa plus Sumatra masih
menyumbang sekitar 80%
ekonomi nasional . Tingginya
pertumbuhan ekonomi di wilayah
barat menjadi magnet tersendiri
bagi angkatan kerja. Di mana
mayoritas dari penduduk
Indonesia akan bermigran ke
bagian barat dan menyebabkan
tingkat pengangguran terbuka
menjadi semakin besar akibat
tidak keselarasan angka antara
penyerapan dan pencari kerja.
Mudrajad menyatakan bahwa kunci
dari masalah tersebut adalah
pembangunan infrastruktur yang
merata, agar tercapai equal ity
antara masyarakat kawasan timur
dan barat Indonesia dalam
mendapatkan fasil itas, akses dan
kebutuhan publ ik lainnya. Wacana
memindahkan ibukota negeri ini ke
kawasan timur perlu dikaji secara
serius kelayakan dan
pembiayaannya.
Pembangunan infrastruktur
tersebut harus diarahkan untuk
menciptakan growth pole baru,
sebagai point of interest bagi
wisatawan dan investor terhadap
wilayah tersebut. Di sini lah peran
Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) amat relevan
untuk membangun dan merancang
kebutuhan-kebutuhan infrastruktur
di kedua belahan kawasan
Indonesia.
Terkait dengan MP3EI, dalam
pandangan Mudrajad, sumber
pendanaan program-program yang
dibangun dan dijalankan oleh
Komite Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia
(KP3EI) belum terl ihat dengan jelas.
Hal ini merupakan sebuah
hambatan guna mencapai
perluasan pembangunan
infrastruktur Indonesia.
"Sebenarnya, permasalahan
pembiayaan ini bisa di atasi dengan
menggunakan dana daerah", kata
Mudrajad. "Ada beberapa daerah di
timur Indonesia yang sebenarnya
mampu mendanai pendanaan
pembangunannya. Ini terbukti dari
triyunan rupiah dana daerah yang
diparkir dalam SBI dan besarnya
Silpa di hampir semua daerah
Indonesia. Oleh karena itu peluang
dan mekanisme daerah untuk
menerbitkan obl igasi daerah perlu
lebih dipermudah dan
disederhanakan. Sumber
pendanaan infrastruktur dari
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201320
Hukum Okun di Indonesia (1984-2011)
GGejolak akibat penetapan upah
buruh ternyata hingga kini masih
terus berlanjut. Meskipun ritual
penetapan Upah Minimum Propinsi
(UMP) telah ditetapkan pada akhir
Tahun 2012. Namun dalam
kenyataanya hingga kini masih
menyisakan berbagai konfl ik
kepentingan. Salah satu
diantaranya adalah pihak
pengusaha atau pemberi kerja
keberatan dengan besaran upah
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi ,
rata-rata kenaikan upah minimum
provinsi Tahun 2013 adalah sebesar
18,32 persen. Mel ihat kenaikan
upah tersebut, banyak pengusaha
yang mengajukan penangguhan
penerapan besaran upah kepada
para Gubernur di tingkat provinsi
masing-masing. Penangguhan
upah tersebut diajukan terutama
oleh perusahaan mikro, kecil dan
menengah (UMKM). Kenaikan upah
tersebut semakin menambah beban
pengusaha, apalagi bersamaan
kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL)
sebesar 15 persen pada tahun ini;
belum lagi dengan gejolak BBM.
Pergeseran tuntutan ekonomi
mendesak pada dampak sosial
masyarakat yang lebih luas, baik di
perkotaan maupun di perdesaan.
J ika dicermati lebih mendalam,
penetapan upah ada beberapa
kriteria yang harus diperhatikan,
antara lain: Komponen Hidup Layak
(KHL), kondisi perekonomian, daya
saing, kemampuan perusahaan dan
tingkat produktivitas. Dalam KHL,
sesuai dengan Peraturan Menteri
No 13/ 2012 tentang Komponen
dan Pelaksanaan Tahapan
Pencapaian KHL, dicakup 60
komponen; sementara jika
dibandingkan dengan peraturan
lama yaitu Permen Nomor
17/MEN/VIII/2005 tentang hal yang
sama, hanya mencakup 40
komponen. Namun demikian,
dalam kenyataannya penetapan
yang telah memenuhi komponen-
komponen tersebut masih saja
belum memuaskan para pihak.
Selain permasalahan diatas,
kenaikan upah buruh bermuara
pada ancaman PHK yang
di’echo’kan oleh para pengusaha.
J ika hal ini laksanakan, maka akan
merupakan gejala kemunduran
dalam perekonomian Indonesia.
Menyikapi kecenderungan diatas,
pihak pengusaha yang diwakil i oleh
Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO) yang didukung oleh
Kamar Dagang Indonesia (KADIN),
menarik diri dari Lembaga
Kerjasama tripartit nasional (LKS
tripartit nasional ) . Keputusan
Penarikan diri tersebut merupakan
Politik Ekonomi Upah Buruh Kerja
Triyono
Peneliti pada Bidang Ketenagakerjaan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 21
obl igasi daerah perlu didorong oleh
Menteri Keuangan, Menteri Dalam
Negeri, dan Menko Perekonomia.
Namun sayangnya saat ini belum
ada satu pun daerah yang berhasil
menerbitkan obl igasi daerah.
Penyebabnya karena: 1.
Menerbitkan obl igasi
membutuhkan persetujuan DPRD,
menkeu, mendagri, dan OJK; 2.
Masih belum banyak daerah yang
mampu meraih status WTP atau
WDP dari hasil audit BPK; 3.
Mekanisme penerbitan obl igasi
dirasa masih berbel it, mahal , dan
makan waktu panjang oleh banyak
daerah karena ada proses teknis
kelayakan, pol itis, dan persetujuan
instansi terkait" , tambah Mudrajad.
Sama halnya dengan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI), tingkat upah
merupakan kunci dari "kenekatan"
masyarakat Indonesia untuk keluar
negeri dengan modal keterampilan
yang sangat minim dan
keterbatasan kesempatan kerja di
daerah. Pemikiran seperti ini
tentunya memicu permasalahan
baru untuk negara. Di antaranya
adalah proteksi perlakukan TKI oleh
baik petugas imigrasi , bandara,
PJTKI, maupun parab"calo" TKI di
luar ataupun dalam negeri,
pengguna di negara penempatan
dan bentuk proteksi lainnya yang
dibutuhkan. Tidak hanya dari sisi
proteksi, bantuan pendanaan baik
pada masa sebelum, selama dan
sesudah penempatan bisa lebih
ditingkatkan lagi melalui program
Kredit Usaha Rakyat TKI (KUR TKI)
yang selama ini sudah dijalan oleh
pemerintah dan mitra perbankan.
Secara keseluruhan, baik untuk
permasalahan ketenagakerjaan,
UMP maupun TKI, Mudrajad
menyarankan pemerintah untuk
serius membenahi faktor-faktor
struktural dan sumber
bottlenecking. Perubahan
fundamental yang harus dan perlu
dibenahi harus diidentifikasi dan
dilaksanakan oleh semua pihak
agar "pahlawan devisa" kita
keamanan dan kesejahteraannya
meningkat.
ungkapan kekecewaan pengusaha
terhadap sikap pemerintah.
Namun demikian yang perlu
dikritisi adalah apakah dengan
adanya penarikan diri APINDO dari
tripartit nasional merupakan jalan
keluar menghadapi permasalahan
ini? Kemudian dari pihak buruh
menilai kenaikan upah tersebut
merupakan hak. Apalagi hingga
saat ini buruh belum sepenuhnya
sejahtera.
Hal positif dalam kenaikan upah
minimum adalah posisi kenaikan
upah di’challenge’ untuk digunakan
sebagai stimulus bagi buruh untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
Hal ini diharapkan, akan berdampak
langsung terhadap keuntungan
perusahaan seara ekonomi.
Permasalahan diatas seyogyanya
dicarikan solusi , sehingga buruh
dan pengusaha tidak selalu
berbenturan. Karena permasalahan-
permasalahan diatas tentunya
secara langsung akan berdampak
serius dalam hubungan industrial
dan pada gil irannya, berakibat bagi
hambatan pertumbuhan
perekonomian nasional .
Ada beberapa alternatif solusi yang
dapat ditawarkan. Alternatif
pertama adalah Pemerintah
mengajak rembug-kembal i APINDO
untuk duduk bersama dalam forum
LKS tripartit nasional dan mencari
solusi penyelesaian yang ‘win-win’.
Hal ini mengingat jika tidak segera
di evaluasi dan dicarikan solusi
maka akan berdampak sangat besar
terhadap ikl im dunia usaha dan
investasi .
J ika para pengusaha tida diajak
urun-rembug, tentu dampak nyata
akan tampak pada penurunan
tingkat kepercayaan investor
terhadap ikl im investasi di
Indonesia. Hal ini jelas merupakan
kemunduran karena investasi
merupakan paket kebijakan yang
hingga saat menjadi lokomotif
penciptaan lapangan kerja.
Presiden mengeluarkan Inpres
Nomor 3 Tahun 2006 Tentang
Paket Kebijakan Investasi yang
bertujuan untuk semakin
meningkatkan nilai investasi di
Indonesia. Akan berat bagi
Pemerintah untuk membangkitkan
kepercayaan investor, dan
menjalankan Inpres no 3/2006 jika
tidak segera menangani ‘dispute’
tersebut.
Alternatif kedua adalah
meningkatkan kinerja birokrasi ,
memberantas korupsi dan
meningkatkan infrastruktur. Data
dari World Economic Forum (2012-
2013), menyebutkan bahwa
hambatan ikl im bisnis di Indonesia
banyak disebabkan oleh lemahnya
kinerja birokrasi , korupsi dan
keterbatasan infrastruktur.
Akibatnya, peringkat daya saing
Indonesia turun ke posisi 50 dari
144 negara. J ika dibandingkan
kinerja pada tahun 2011-2012,
maka berarti turun 5 peringkat.
Alternatif ketiga, dalam penentuan
upah harus sesuai dengan
rekomendasi Dewan Pengupahan
dan Gubernur tinggal menetapkan.
Namun dalam kenyataannya sering
kal i upah buruh ini dinaikkan lebih
besar dari rekomendasi Dewan
Pengupahan; apalagi kalau mau
menjelang pemilukada maupun
pemilu. Hal ini mengamini bahwa
tingginya kenaikan upah buruh
Tahun 2013 ini banyak yang menilai
karena adanya agenda pol itik
Tahun 2014. Sehingga gejolak
upah mendorong terciptanya
ekonomi-pol itisasi upah buruh.
Selama ini, berdasarkan
pengamatan penul is, banyak
penetapan upah buruh menjadi
amunisi pol itik bagi bupati maupun
wal ikota yang masa jabatannya
akan habis dan mau mencalonkan
lagi. J ika penentuan ini hanya
didasarkan nafsu kekuasaan belaka,
maka akan cenderung merusak
sistem pengupahan yang ada dan
pada gil irannya, akan menimbulkan
hubungan industrial yang tidak
harmonis. Akhir tul isan ini mari kita
l ihat apakah penetapan upah buruh
menjadi komoditas pol itik-ekonomi
terus menerus atau sebal iknya!
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201322
Sumber : http://proud2ride.fi les.wordpress.com
Keuangan
SSaat ini struktur Tenaga Kerja di Indonesia masih
didominasi oleh pekerja di sektor informal . Menurut
data BPS, pada Bulan Agustus 2012, terdapat 44,2 juta
orang atau 39,86% bekerja di sektor formal dan 66,6
juta orang atau 60,14% bekerja di sektor informal .
Apabila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi
kenaikan jumlah pekerja formal sebesar 2,7 juta orang
atau naik sebesar 2,03 %. Sedangkan untuk pekerja
informal mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang
dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang menjadi bagian dari sektor informal
memil iki proporsi yang cukup signifikan terhadap PDB,
yakni sebesar Rp 3.466,3 tri l iun atau 57,1%, pada tahun
2010 dengan nilai investasi Rp 927,11 tri l iun. Dari data
tersebut dapat dil ihat bahwa UMKM memil iki potensi
yang cukup besar dalam perekonomian, selain itu
UMKM juga cenderung lebih tahan terhadap krisis,
karena menggunakan sumber daya domestik.
Namun potensi yang besar ini belum dimanfaatkan
secara optimal sebagai penggerak roda perekonomian.
Hal ini disebabkan karena beberapa permasalahan yang
dihadapi UMKM, antara lain : i) keterbatasan modal
dan akses pembiayaan; i i ) rendahnya kual itas sumber
daya manusia pelaku usaha; dan ii i ) keterbatasan
jangkauan pemasaran.
Financial Inclusion memberikan perluasan akses
pembiayaan bagi UMKM. Salah satu program
pemerintah yang memberikan perluasan akses
pembiayaan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yakni
kredit/ pembiayaan modal kerja dan atau investasi
kepada UMKM di bidang usaha yang produktif dan
layak, namun belum bankable dengan plafon sampai
dengan Rp. 500.000.000 (l ima ratus juta rupiah) melalui
skema penjaminan. Selain itu melalui program
sertifikasi lahan, pelaku usaha diharapkan akan memil iki
jaminan untuk mendapatkan kredit dari perbankan
yang digunakan untuk menambah modal usahanya.
Dari sisi statistik, berdasarkan Survei Kegiatan Dunia
Usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada
triwulan IV-2012 menunjukkan akses kredit yang relatif
mudah. Membaiknya kondisi perekonomian berdampak
positif pada keuangan perusahaan yang tercermin dari
l ikuiditas dan rentabil itas yang membaik pada triwulan
IV-2012. Akses kredit ke perbankan selama triwulan IV-
2012 relatif mudah. Hal ini tercermin dari jawaban
responden dimana 19,53% responden menyatakan
akses kredit relatif mudah, 61,34 responden
menyatakan normal dan 19,13% responden
menyatakan cukup sul it untuk memperoleh akses kredit
ke perbankan. Sektor-sektor kredit yang masih merasa
sul it memberikan kredit terutama berasal dari sektor
l istrik, gas dan air bersih dan sektor pertanian.
Persyaratan kredit yang terlalu rumit dan kebijakan
bank merupakan beberapa hal yang dirasakan
mempersul it pemberian kredit.
Sementara dari sisi penyerapan tenaga kerja, seiring
dengan melambatnya ekspansi kegiatan usaha pada
triwulan IV-2012, penyerapan tenaga kerja sedikit
melambat. Tercatat sebanyak 3 sektor ekonomi
melakukan pengurangan tenaga kerja, yakni sektor
jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor
pengangkutan dan transportasi. Pada triwulan I-2013
penggunaan tenaga kerja diperkirakan akan meningkat
seiring dengan adanya ekpansi usaha yang dilakukan
pada awal tahun. Penambahan jumlah tenaga kerja
diperkirakan akan terjadi pada hampir seluruh sektor
ekonomi, kecual i sektor jasa-jasa.
Melalui Financial Inclusion diharapkan semakin banyak
pelaku usaha yang dapat mengakses pelayanan
perbankan dan meningkatkan produktivitas usahanya
yang muaranya akan meningkatkan penyerapan tenaga
kerja.
Sumber : http//jangkungr.fi les..wordpress.com
Strategi Keuangan
Inklusif:
Pendorong
Penyerapan
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 23
Alexcius Winang
BUMN/ Korporasi
P T Pertamina (Persero),tbk. sebagai perusahaan
BUMN memil iki dua peranan, peran pertama
untuk meningkatkan profit dalam rangka memberikan
kontribusi bagi perkembangan perekonomian nasional ,
sedangkan peran yang kedua adalah melaksanakan
tanggung jawab sosial dan l ingkungan. Peran dan
tanggung jawab sosial Pertamina dilaksanakan salah
satunya melalui program PKBL (Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan), sebagaimana yang diatur dalam per-
20/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Negara BUMN nomor per-05/MBU/2007
tentang Program Kemitraan Badan Usaha Mil ik Negara
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Pertamina telah melaksanakan program PKBL sejak
tahun 1993. Semangat pelaksanaan program tersebut
masih terasa hingga saat ini . Hal tersebut dibuktikan
dengan real isasi penyaluran dana Program Kemitraan
dan jumlah Mitra Binaan dari tahun 2006 sampai
dengan 2011 yang kian meningkat seperti pada tabel
berikut:
Sejak tahun 1993 hingga 2011, Pertamina telah
melakukan pembinaan kepada kurang lebih 96.000
mitra binaan usaha kecil dengan total ni lai pinjaman
mencapai kurang lebih Rp 2,046 tri l iun. Berdasarkan
RUPS PKBL 2011, Pertamina berhasil melebihi target
real isasi anggarannya mencapai 106,76%. Dana
pinjaman tersebut disalurkan pada beberapa sektor ke
beberapa daerah.
Dalam kurun waktu 2009 sampai 2011, penyaluran
dana Program Kemitraan Pertamina pada beberapa
sektor adalah sebagai berikut: sektor pertanian
mendominasi lebih dari Rp 858 mil iar, sektor
perdagangan mencapai hampir Rp 500 mil iar, sektor
perkebunan mencapai lebih dari Rp 178 mil iar, sektor
jasa senilai Rp 172 mil iar lebih, sektor industri mencapai
lebih dari Rp 150 mil iar, sektor peternakan sebesar Rp
98 mil iar dan sektor perikanan senilai Rp 80 mil iar.
Pertamina telah melakukan Program Bina Lingkungan
Pertamina sejak tahun 2004. Program ini ditujukan
untuk memberikan bantuan kepada masyarakat di
sekitar wilayah operasi perusahaan. Cakupan kegiatan
Program Bina Lingkungan ini mel iputi pemberian
bantuan untuk bencana alam, bantuan pendidikan dan
pelatihan, bantuan prasarana umum, bantuan
kesehatan masyarakat, bantuan sarana ibadah serta
bantuan pelestarian alam. Real isasi penyerapan
anggaran dari program ini belum mencapai targetnya.
Untuk tahun 2011, Program Bina Lingkungan baru
mampu mencapai 43% anggaran, yaitu sekitar Rp 125
mil iar dari Rp 294 mil iar yang telah dianggarkan.
Besarnya real isasi penyaluran PKBL diatas,
menunjukkan keseriusan Pertamina dalam
melaksanakan PKBL yang mampu memberikan dampak
untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar
menjadi tangguh dan mandiri serta dapat
memberdayakan kondisi sosial masyarakat bagi seluruh
sektor. Para Mitra Binaaan tercatat telah mampu untuk
menghasilkan produk atau jasa yang bermanfaat bagi
masyarakat luas. Hal ini dibuktikan dengan pesatnya
perkembangan usaha mereka. Saat ini mereka telah
melakukan aktivitas pemasaran tidak hanya
menjangkau pasar dalam negeri tetapi juga hingga
merambah ke luar negeri.
Referensi:
Annual Report PT.Pertamina,Persero,tbk 2006-2011
Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) PERTAMINA
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201324
Adji Dharma
RReal isasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara-Perubahan (APBN-
P) tahun 2012 lebih rendah dari
yang direncanakan. Pendapatan
negara yang diperkirakan dalam
APBN-P 2012 sebesar Rp 1.358,2
tri l iun, real isasinya mencapai Rp
1.333,3 tri l iun atau sekitar 98% (per
Desember 2012). Selain itu, terjadi
peningkatan pada pos penerimaan
negara bukan pajak yaitu sekitar
102% dari perkiraan pada APBN-P
2012, meskipun penerimaan negara
dari pajak baru mencapai sekitar
97% dari perkiraan. Sedangkan
real isasi belanja negara hingga
tutup buku hanya mencapai 96,5%.
Dengan perkembangan real isasi
penerimaan dan belanja tersebut,
APBN-P 2012 mengalami defisit
1,89% yang lebih rendah dari yang
diasumsikan dalam APBN-P 2012
yaitu 2,23%.
Perkembangan real isasi APBN-P
2012 tersebut antara lain
disebabkan berbedanya capaian
dengan asumsi ekonomi makro.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada tahun 2012 mencapai 6,23%,
sedikit lebih rendah dari perkiraan
pertumbuhan ekonomi yang
diasumsikan dalam APBN-P 2012
sebesar 6,5%. Pertumbuhan
ekonomi 2012 masih ditopang oleh
konsumsi domestik yang cukup
tinggi mencapai Rp 4.496,4 tri l iun
atau 54,56% dari total Produk
Domestik Bruto (PDB).
Selain itu juga l ifting minyak yang
diperkirakan 930 ribu barel per hari
pada APBN-P 2012, real isasinya
hanya mencapai 863 ribu barel (per
desember 2012). Namun terjadi
peningkatan lifting gas yang
mencapai 1,2 juta setara barel
minyak sehingga penerimaan
sektor migas tidak terganggu dari
perkiraan semula. Sedangkan
real isasi harga minyak mentah
Indonesia rata-rata mencapai USD
113 per barel , lebih tinggi dari
asumsi APBN-P 2012 yaitu sebesar
USD 105 per barel .
Sementara itu tingkat inflasi tahun
2012 dapat dikendal ikan pada
angka 4,3%, lebih rendah
dibandingkan asumsi APBN-P 2012
yaitu sebesar 6,8%. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu membaiknya ekspektasi
masyarakat akan inflasi tahun 2012,
stabil itas harga barang-barang
strategis serta dijaganya kecukupan
pasokan barang dan jasa.
Nilai tukar Rupiah yang
diasumsikan pada APBN-P 2012
sebesar rata-rata Rp 9.000/USD
namun real isasinya melemah yaitu
mencapai Rp 9.384/USD. Hal ini
disebabkan karena adanya tekanan
pada neraca pembayaran sebagai
dampak dari ketidakpastian
perekonomian global dan tingginya
permintaan akan impor.
Pada sisi belanja, salah satu
penyebab melesetnya real isasi
APBN-P 2012 adalah melonjaknya
anggaran yang semula diperkirakan
Rp 137,4 tri l iun atau 40 juta kilo
l iter, real isasinya sekitar Rp 211,9
tri l iun atau 45,2 juta kilo l iter.
Pada tahun 2013, pendapatan
negara direncanakan Rp1.507,7
tri l iun atau naik 11% dari target
APBN-P 2012. Penerimaan tersebut
berasal dari penerimaan pajak
sebesar Rp 1.031,7 tri l iun,
penerimaan kepabeanan dan cukai
Rp 147,2 tri l iun dan penerimaan
bukan pajak sebesar Rp 324,3
tri l iun. Dengan sumber daya
domestik yang optimal , diharapkan
belanja dapat didukung dan
memacu pertumbuhan ekonomi
yang berkual itas.
Referensi:
Buku Saku APBN, Desember 2012,
Kementerian Keuangan
Gita Putri Pertiwi
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
Realisasi Pendapatan
dan Belanja Negara
Tahun 2012
APBN-P 2012 mengalami defisit1 ,89% yang lebih rendah dari
yang diasumsikan dalam APBN-P2012 yaitu 2,23%.
Sumber : http//greystar-corp.com
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 25
HMengenal Debottlenecking Komite Percepatandan Perluasan Ekonomi Pembangunan Indonesia
Budi Diwyacitta Rarasati
Kolom MP3EI
Hambatan merupakan hal yang lumrah ditemui dalam
keberlangsungan suatu proyek pembangunan, baik
infrastruktur maupun sektor rii l , dan seringkal i
menimbulkan konfl ik yang berkelanjutan. Demi
tercapainya percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi Indonesia, Komite Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) bertugas
untuk melakukan monitoring serta pengawalan pada
proses penyelesaian konfl ik yang ditemui pada proyek-
proyek MP3EI.
Fungsi penyelesaian konfl ik dari MP3EI atau yang
dikenal juga dengan dispute settlement ini ,
d i laksanakan oleh KP3EI berdasarkan suatu sistem
yang dibagi dalam 4 tahap, (1) Sekretariat KP3EI dan
Tim Kerja akan bekerjasama untuk melakukan
identifikasi dan pengelompokan permasalahan. (2)
Kemudian dibuat dokumen langkah penyelesaian yang
bersifat semi akademik dengan keluaran utama “who
does what”, untuk memperjelas langkah pengambilan
kebijakan dalam proses penyelesaian, (3) Mediasi
penyelesaian masalah dengan stakeholder dan investor,
penyelesaian tingkat menteri dengan rapat pleno
dilakukan untuk permasalahan yang membutuhkan
kebijakan stratejik dan (4) monitoring dan evaluasi
kebijakan yang telah diambil , untuk memastikan bahwa
kebijakan bisa berjalan dengan baik.
Pada proses identifikasi yang dilakukan pada awal
tahun 2012, ditemukan setidaknya 62 konfl ik strategis.
Berdasarkan temuan tersebut, terdapat tiga kelompok
permasalahan utama, pertama konfl ik lahan, kedua
perizinan, dan ketiga regulasi . Terdapat 36 konfl ik
terkait lahan dengan nilai investasi 324 tri l iun,
kemudian 14 konfl ik terkait perizinan dengan nilai
investasi 312 tri l iun, dan 12 konfl ik terkait regulasi
dengan nilai investasi 173 tri l iun. Selain permasalahan
yang berisifat strategis tersebut, monitoring dan
mediasi juga dilakukan pada permasalahan-
permasalahan yang lebih minor, seperti percepatan
proses perizinan dari BPOM, adanya kebutuhan SNI,
dan lain sebagainya. Walaupun tidak ditutup
kemungkinan teridentifkasinya konfl ik baru dalam
proyek MP3EI, saat ini secara umum proses
penyelesaian konfl ik berada pada tahap tiga dan juga
empat.
Sejauh ini debottlenecking yang dilakukan KP3EI adalah
pertama pada permasalahan terkait regulasi . MP3EI
telah memperbaiki 41 regulasi sementara 16 regulasi
sedang dalam proses perbaikan. Tiga diantaranya
merupakan undang-undang, 21 peraturan pemerintah,
21 peraturan presiden dan 10 peraturan tingkat
menteri. Perbaikan regulasi di lakukan dengan dasar
mengkonsistensikan kebijakan untuk merevital isasi
kinerja sektor rii l demi mencapai tujuan MP3EI.
Kedua, untuk penyelesaian permasalahan terkait lahan.
Diterbitkannya Undang-Undang No.2/2012 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum merupakan kunci utama
penyelesaian masalah lahan. Pengaturan pelaksanaaan
dari UU ini telah tertuang dalam Perpres No. 71/2012.
Untuk mendukung hal tersebut, telah terbit
Permendagri No. 72/2012, PMK No. 13/PMK.02/2013,
dan Perka BPN No. 5/2012. Keseluruhan ini memastikan
proses pencapaian target pembebasan lahan setidaknya
dapat selesai dalam 319 hari dan maksimal 583 hari
dengan perkiraan adanya keberatan dari pemil ik lahan.
Saat ini sedang dibentuk tim sosial isasi UU yang
dikepalai oleh Deputi bidang Hak Tanah dan
Pengadaan Tanah BPN pada tim pengawas, dan
Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah
sebagai ketua tim pelaksana.
Ketiga, permasalahan terkait perizinan pada proyek
MP3EI yang sangat beragam. Ganjalan Ij in Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH) dan Ij in Usaha Pertambangan
(IUP) merupakan yang pal ing sering ditemui. Mediasi di
lakukan berjenjang dari jajaran pemerintah daerah
hingga jajaran kementerian di tingkat pusat. Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) – Sei Mangkei merupakan
proyek strategis yang permasalahan izinnya berhasil
difasi l itasi oleh MP3EI. Sebagai KEK pertama,
keberhasilan ini memegang peranan besar (quick wins)
dalam usaha pemerintah dalam menarik investasi untuk
mendorong pembangunan industri hi l ir di Indonesia.
Urgensi penyelesaian konfl ik dalam proyek-proyek
MP3EI tidak hanya semata-mata merupakan kebutuhan
investor, keberhasilannya juga menentukan masa depan
Indonesia. Percepatan proses dispute settlement dalam
proyek-proyek startegis yang didorong oleh KP3EI ini
tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak
terkait terutama kemeterian dan lembaga serta jajaran
pemerintah daerah.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201326
KUR dan UKMKUR dan UKM
UR yang telah
disalurkan pada
bulan Januari 2013
mencapai Rp 3,8
tri l iun dengan
jumlah debitur
sebanyak 194.415
orang. Sementara itu, penyaluran
sejak bulan November 2007 hingga
Januari 2013 mencapai Rp 100
tri l iun dengan jumlah debitur
tercatat sebanyak 7,8 juta orang.
Rata-rata setiap debitur
mendapatkan kredit sebesar Rp
12,8 juta per orang dengan tingkat
NPL 4,1%.
Bank BRI merupakan Bank penyalur
KUR tertinggi, khususnya KUR
Mikro. Sampai dengan Januari
2013, BRI telah menyalurkan KUR
Mikro sebesar Rp 48,2 tri l iun dan
KUR Ritel sebesar Rp 12,8 tri l iun
dengan jumlah masing-masing
debitur sebesar 7,2 juta orang dan
80.093 orang.
Penyaluran KUR melalui BPD pada
bulan Januari 2013 tercatat Rp 364
mil l iar dengan jumlah debitur
sebanyak 5.219 orang. Penyaluran
BPD tertinggi disalurkan oleh Bank
Jatim dan Bank Jabar Banten, yaitu
masing-masing sebesar Rp 1,6
tri l iun dan Rp 1,03 tri l iun. Jumlah
debitur KUR Bank Jatim dan Bank
Jabar Banten masing-masing
sebesar 31.480 orang dan 21.395
orang. Adapun, tingkat rata-rata
NPL sebesar 6,9%.
Secara sektoral , KUR bulan Januari
2013 lebih banyak disalurkan untuk
sektor perdagangan yakni sebesar
57%, diikuti oleh sektor pertanian
sebesar 16%. Sedangkan
berdasarkan sebaran regional ,
penyaluran KUR tertinggi terjadi di
provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Jawa Barat. Masing-masing
penyaluran KUR pada ketiga
provinsi tersebut adalah Rp 15,2
tri l iun, Rp 15,1 tri l iun dan Rp 12,7
tri l iun. Dalam rangka meningkatkan
sebaran KUR di Indonesia, perlu
tetap adanya kerjasama yang baik
antara pemerintah daerah dan
perbankan.
Selanjutnya untuk KUR TKI, baik
jumlah penyaluran maupun jumlah
debitur terus mengalami
peningkatan. Sampai dengan bulan
Januari 2013 penyaluran KUR TKI
tercatat mencapai Rp 44,025 mil iar
dengan jumlah debitur sebanyak
3.325TKI. Penyaluran KUR TKI
tertinggi diberikan kepada pekerja
dengan negara tujuan Korea dan
Malaysia, yaitu masing-masing
sebesar Rp 16,5 mil iar dan Rp 5,6
mil iar. Berdasarkan lapangan
pekerjaan, penyaluran KUR TKI
mayoritas diberikan kepada sektor
manufaktur dan konstruksi.
K "Secara sektoral ,
KUR bulan Januari
2013 lebih banyak
disalurkan untuk
sektor perdagangan
yakni sebesar 57%,
diikuti oleh sektor
pertanian sebesar
16%."
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)Periode Januari 2013
Windy Pradipta
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 2013 27
KUR dan UKMLaporan Kegiatan
Struktur sosial masyarakat Indonesia jika direfleksikan
dalam satu ukuran dalam PDB adalah 10.000 tri l iun
rupiah atau US$1 tri l iun. Hal ini menjadikan Indonesia
sebagai negara 16 terbesar di dunia. Sekitar 50 persen
lebih disumbang oleh UMKM, termasuk pedagang kaki
l ima.
Keberadaan PKL sebagai sektor informal mampu
meyerap tenaga kerja yang lebih banyak di Indonesia.
Terbatasnya penyerapan tenaga kerja di sektor formal
membuat sektor informal seperti PKL ini menjadi
alternatif mencari pekerjaan. APLKI mencatat jumlah
pedagang kaki l ima di Indonesia mencapai 25 juta dan
10% hingga 15% berada di setiap provinsi dari total
penduduk atau sekitar 75.000 hingga 100.000 pedagang
kaki l ima.
Pada tanggal 3 Februari 2013 lalu , Menteri Koordinasi
Bidang Perekonomian RI, Hatta Rajasa, melakukan
kunjungan ke Kota Jambi untuk menghadiri acara
peringatan ulang tahun Asosiasi Pedagang Kaki Lima
Indonesia (APKLI). Pada acara tersebut, Menko
perekonomian hadir sebagai dewan pembina APKLI
sekal igus membuka festival pedagang kaki l ima (PKL)
se-Jambi.
Pada kesempatan ini , Menko Perekonomian
mengatakan bahwa PKL harus diberdayakan dan harus
naik kelas. Ukuran dari keberhasilan dari APKLI bukanlah
bertambah banyak anggotanya, melainkan harus
berkurang.
Pemberdayaan PKL sebenarnya sudah diatur dalam
Perpres 125/2012 tentang koordinasi penataan dan
pemberdayaan kaki l ima di Indonesia. Ini bisa dijadikan
landasan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak
termasuk perbankan oleh APKLI agar bisa memperoleh
pinjaman kredit.
Perpres ini juga memberi tanggung jawab secara tegas
ke Pemerintah dan Pemda agar melakukan penataan,
pembinaan dan pemberdayaan untuk mendorong
pertumbuhan PK5. Sesuai Perpres itu tanggung jawab
penataan PK5 untuk di pusat berada pada Mendagri,
sementara untuk di tingkat Provinsi adalah Gubernur
dan Kota/Kabupaten adalah Wal ikota/Bupati
Tujuan dari pemberdayaan PKL ini guna mempercepat
transformasi ekonomi agar berjalan dengan lancar
menuju industri yang efisien tanpa harus menempatkan
tenaga kerjanya menjadi tenaga kerja murah. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Presiden yang menyatakan
bahwa era tenaga kerja murah telah berakhir.
Transformasi ekonomi ini tentunya sangat berkaitan erat
dengan para PKL yang merupakan tulang punggung
perekonomian. Transformasi ekonomi yang dimaksud
adalah meningkatnya jumlah PKL yang naik kelas pada
usaha formal . Pada akhihrnya diharapkan bahwa melalui
pemberdayaan PKL ini dapat meningkatkan bargaining
position dari PKL.
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dalamRangka Mempercepat Transformasi Ekonomi
Oktya Setya Pratidina
Sumber: lukisnano.blogspot.com
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Februari 201328
SelamatTahunBaru Imlek2013
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :Redaksi Tinjauan Ekonomi dan KeuanganKementerian Koordinator Bidang PerekonomianGedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 24 Jakarta, 10710Telepon. 0213521843, Fax. 0213521836Email : [email protected] Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada websitewww.ekon.go.id