8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
1/28
IDENTIFIKASI DAN SELEKSIPROYEK KE RJASAMA
Mengapa Memilih KPS?
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
2/28
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
2
EDITORIAL & REDAKSI
PENASEHAT / PELINDUNG
Deputi Bidang Sarana &Prasarana,
Bappenas
PENANGGUNG JAWAB
Direktur Penge mbang an Kerjasama
Pemerintah &Swa sta Bappenas
PEMIMPIN REDAKSI
Jusuf Arb i
DEWAN REDAKSIDe lthy Sugriady Simatupa ng,
G unsairi,
Rachmat Mardiana,
Novie Andriani,
Mo ham mad Tau fiq Rinaldi,
Ade Hendraputra
REDAKTUR PELAKSANA
B. Guntarto
REPORTER/ RISET
Sandra Kaunang,
Agus Supriyadi Hidayat
FOTOGRAFER
Arief Ba kri
DESAIN GRAFIS
Indrie Soeharyo
SUSUNAN REDAKSI
Infrastructure Reform Sector
Development P rogram (IRSDP )
BAPPENAS
Jl. Tanjung N o.47 Jakarta 10310
websites: www.irsdp.org
Tel. (62-21) 3925392
Fax. (62-21) 3925390
ALAMAT REDAKSI
Edisi khusus majalahSustaini ng PARTN ERSH IP kali ini membahas mengenai proses dan
prosedur pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta secara garis besar. Topik tentang
proses dan prosedur KPS ini sangat penting untuk disajikan dalam majalah ini mengingat
KPS adalah sebuah proses panjang yang cukup rumit namun bila dilaksanakan sesuai
ketentuan, akan memberikan jaminan keamanan dan kejelasan bagi pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu, edukasi mengenai proses dan prosedur KPS ini sangat penting disampaikan
dalam berbagai kesempatan. Sehingga akan makin banyak penentu dan pengambil kebijakan
di Kementerian dan Lembaga Pemerintah, institusi pemerintah di daerah, badan usaha
mil ik negara, pihak swasta, investor, yang menjadi lebih paham tentang apa dan bagaimana
KPS.
Sebagai sebuah metode dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, KPS sebenarnya
sudah cukup lama dikenal, yaitu sekitar tahun 1990-an. Namun selama ini KPS lebih
dipahami sebagai sebuah wacana saja karena hingga sekitar l ima tahun belakangan, belum
ada contoh keberhasilan proyek yang dilaksanakan dengan skema KPS.
Belakangan, sudah mulai cukup banyak proyek yang dilaksanakan dengan proses KPS
yang sudah mencapai tahap siap ditawarkan kepada investor, dan bahkan sudah mencapai
tahap penandatanganan kontrak dengan pemenang tender.
Contoh yang paling mutakhir adalah penandatanganan dokumen pelaksanaan dan
penjaminan proyek Pembangkit Li str ik Tenaga Uap (PLTU) Jawa Tengah 2×1.000 MW
pada awal Oktober 2011. PLTU Jawa Tengah ini merupakan proyek terbesar yang
direalisasikan dengan pola KPS dengan nilai investasi sekitar Rp 30 triliun.
Proyek PLTU Jawa Tengah juga merupakan proyek KPS pertama yang di laksanakan
berdasarkan Perpres No. 67/2005 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur. Sehingga dengan keberhasilan tersebut, diharapkan
dapat mendorong kepercayaan pihak swasta untuk mau berinvestasi dalam bidang
infrastruktur di Indonesia dengan pola KPS.
Mudah-mudahan apa yang disajikan dalam edisi kali ini cukup memberikan tambahan
wawasan dan pemahaman mengenai proses dan prosedur KPS di I ndonesia.
Selamat membaca.
Redaksi
Prosedur KPS
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
3/28
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
3
DAFTAR ISI
11
14
20
MENGAPA PERLU ADA KPS?
KERANGKA REGULASI DALAM KPS
IDENTIFIKASI DAN SELEKSIPROYEK KERJASAMA
PRA-STUDI KELAYAKAN
RESIKO DAN MITIGASI RESIKO
TRANSAKSI DAN PERJANJIANKERJASAMA PROYEK KPS
17
23UNSOLICITED PROJECT
26MANAJEMEN PELAKSANAANPERJANJIAN KERJASAMA
7
4
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
4/28
Pembangunan infrastruktur merupakan kewajiban pemerintah untuk melaksanakannya, namun hal ini bukan
berarti bahwa pembangunan infrastruktur merupakan wewenang mutlak pemerintah. Masyarakat harus dilibatkan
dalam berbagai tahapan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan sampai ke tahap pelaksanaannya. Untukitulah, salah satu tujuan sistem perencanaan pembangunan nasional dalam UU No. 25/2004 adalah untuk
mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
Untuk mendukung tercapainya sasaran pembangunan sarana dan prasarana tahun 2010-2014 (berdasarkan
kebutuhan minimum 5% dari PDB), diperki rakan total investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 1.923,7 t ri li un.
Sementara itu kemampuan pembiayaan pemerintah termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK) (Kementerian ESDM,
Perhubungan, PU, KO MINFO, Perumahan Rakyat serta Badan SAR Nasional) diperki rakan hanya dapat
menyediakan pembiayaan sebesar Rp 559,54 triliun.
Kendala sarana dan prasarana untuk meningkatkan daya saing perekonomian
nasional dan memberikan pelayanan kepada masyarakat secara merata terutama
disebabkan oleh kurang tersedia dan terpeliharanya sarana dan prasarana sehingga
tidak dapat berfungsi optimal. Hal ini disebabkan oleh kelembagaan, sumberdaya
manusia dan terbatasnya kemampuan pembiayaan pemerintah. Pada saat ini
banyak lembaga yang terkait dengan pengelolaan sarana dan prasarana sehingga
menyulitkan koordinasi, sementara kualitas sumber daya manusia masih rendah.
Terkait dengan pembiayaan, investasi sarana dan prasarana saat ini masih jauh
dari kemampuan negara-negara berkembang lainnya.
EDUKASI KPS - Oleh: I r. Gunsair i , MPM
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
4
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
5/28
Selanjutnya, perkiraan kemampuan pembiayaan badan
usaha milik pemerintah melalui BUMN (Rp 340,85 triliun),
perkiraan kemampuan pembiayaan pemerintah daerah
melalui APBD (Rp 355,07 tri liun), serta perkiraan investasi
pihak swasta (Rp 344,67 tri liun). Saat ini masih diperlukansumber dana lain selain pemerintah untuk menutupi
kesenjangan pembiayaan. Dengan kata lain, i nvestasi swasta
menjadi tumpuan harapan.
Priori tas pembangunan bidang sarana dan prasarana 2010-
2014 dalah: (a) Menjamin ketersediaan infrastruktur dasar
untuk mendukung peningkatan kesejahteraan, yang
difokuskan pada: meningkatkan pelayanan sarana dan
prasarana sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
dan (b) Menjamin kelancaran distribusi barang, jasa dan
informasi untuk meningkatkan daya saing produk nasional,
yang difokuskan untuk: (i) mendukung peningkatan daya
saing sektor riil; dan (ii) meningkatkan KerjasamaPemerintah dan Swasta (KPS).
KPS akan memil iki peran penting dalam mewujudkan Visi
2025 mengingat sumber daya fiskal yang terbatas. D engan
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat sebagai hasil dari
M P3EI 2011-2025, penerimaan pajak akan meningkat
pul a, dan anggaran fiskal I ndonesia akan berkembang.
Kerangka peraturan sebagai payung hukum implementasi
KPS bidang infrastruktur di Indonesia menggunakan Perpres
67/2005 yang kemudian direvisi melalui Perpres 13/2010
dan Perpres 56/2011 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Inimerupakan peraturan pemilihan badan usaha pembangunan
infrastruktur yang kompetitif, terbuka, dan transparan.
Kerj asama Pemeri nt ah dan Swasta (Publi c Pri vate
Partnership /PPP) akan digunakan sebagai alternati f sumber
pembiayaan pada kegiatan pemberian layanan dengan
karakteristi k layak secara keuangan dan memberikan dampak
ekonomi tinggi dan memerlukan dukungan dan jaminan
pemerintah yang minimum.
Kerjasama Pemeri nt ah dan Swasta (KPS) merupakan
kerjasama pemerintah dengan swasta dalam penyediaan
infrastruktur yang meliputi: desain dan konstruksi,
peni ngkatan kapasit as/ rehabil it asi, operasional dan
pemeliharaan dalam rangka memberikan pelayanan.
Pengembangan KPS di Indonesia utamanya didasari oleh
keterbatasan sumber pendanaan yang bisa dialokasikan oleh
pemerintah.
Perkiraan Kebutuhan Investasi dan Sumber Pendanaan 2010–2014
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
5
Perkiraan Kapasitas Pembiayaan SelisihTotal Kebutuhan Investasi
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
6/28
Prinsip Dasar KPS:o Adanya pembagian ri siko antara pemerintah dan swasta
dengan memberi pengelolaan jenis risiko kepada pihak yang
dapat mengelolanya;
o Pembagian ri siko ini dit etapkan dengan kontrak di antarapihak dimana pihak swasta diikat untuk menyediakan layanandan pengelolaannya atau kombinasi keduanya;
o Pengembalian investasi dibayar melalui pendapatan proyek(revenue ) yang dibayar oleh pengguna (user charge );
o Kewajiban penyediaan layanan kepada masyarakat tetap padapemerintah, untuk itu bila swasta tidak dapat memenuhipelayanan (sesuai kontrak), pemerintah dapat mengambilalih.
Tujuan pelaksanaan KPS:
o Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan
melalui pengerahan dana swasta;o Meningkatkan kuanti tas, kualit as dan efisiensi pelayanan
melalui persaingan sehat;
o Meningkatkan kualit as pengelolaan dan pemeliharaan dalam
penyediaan inf rastruktur;
o M endorong dipakainya prinsip pengguna membayarpelayanan yang diterima atau dalam hal tertentumempert imbangkan kemampuan membayar pengguna.
Manfaat Skema KPS:
o Tersedi anya alternati f berbagai sumber pembi ayaan;
o Pelaksanaan penyedi aan inf rastr ukt ur lebih cepat;
o Berkurangnya beban (APBN/APBD) dan risiko pemerintah;
o Inf rastr ukt ur yang dapat di sediakan semakin banyak;
o Kinerja layanan masyarakat semakin baik;
o Akuntabili tas dapat lebih diti ngkatkan;
o Swasta menyumbangkan modal, teknologi, dan kemampuanmanajerial.
Pola pikir masa lalu mengatakan bahwa infrastruktur harus
dibangun menggunakan anggaran Pemerintah sehingga pada
kondisi anggaran Pemerintah yang terbatas, pola pikir tersebut
berujung pada kesuli tan memenuhi kebutuhan infrastruktur yang
memadai bagi perekonomian yang berkembang pesat. Saat ini
telah didorong pola pikir yang lebih maju dalam penyediaan
in frastruktur melalui model kerjasama pemerintah dan swasta
(KPS) atauPublic-Pri vate Partnership (PPP). Dengan adanya KPS,
maka Pemerintah dapat memfokuskan diri untuk membangun
infrastruktur yang tidak bersifat komersial namun sangat
diperlukan oleh masyarakat, seperti pembangunan infrastruktur
perdesaan, jalan arteri, drainase , dan sebagai nya.
Peran pemerintah adalah menyediakan perangkat aturan dan
regulasi yang memberi insentif bagi dunia usaha untuk memberikan
layanan infrastruktur tersebut. Insentif tersebut dapat berupa
kebijakan (sistem maupun tari f ) pajak, bea masuk, aturanketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan lainnya, sesuai
kesepakatan dengan dunia usaha.
Tidak semua kegiatan pemberian layanan di bidang infrastruktur
melalui skema KPS memberikan tingkat pengembalian yang wajar
(cost recovery atau fi nancially vi able ). Untuk meningkatkan
kelayakan finansial tersebut diperlukan campur tangan pemerintah
berupa pemberian dukungan pemerintah. Pemberian dukungan
pemerintah pada saat ini dilakukan dalam bentuk penyediaan
lahan dan pembangunan sebagian konstruksi.
Dalam rangka menjamin efisiensi dan efektifitas dalam penyediaan
infrastruktur, risiko dikelola berdasarkan prinsip alokasi risiko antara
pemerintah dan badan usaha secara memadai dengan mengalokasikan
risiko kepada pihak yang paling mampu mengendalikan risiko serta
dilakukan dengan memperhatikan prinsip pengelolaan dan
pengendali an r isiko keuangan dalam APBN/APBD. ( *)
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
6
EDUKASI KPS
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
7/28
Mengapa demikian? Biaya yang dikeluarkan oleh PJPK dalam menyusun pra-studi kelayakan atau studi kelayakan
akan sia-sia apabila secara hukum dan kelembagaan ternyata proyek tersebut bukan merupakan bagian dari kewenangannya.
Kaji an hukum dan kelembagaan merupakan salah satu poin pent ing dalam proses penyiapan proyek KPS, oleh karena
itu sebelum menyiapkan suatu proyek dengan skema KPS, PJPK harus mengetahui dan memahami terlebih dahuluperaturan-peraturan yang terkait dalam KPS.
Regulasi yang terkait dengan proyek KPS khususnya dalam penyediaan infrastruktur telah berkembang sejak masa
pemerintahan Orde Baru. Dalam masa tersebut Pemerintah telah menerbitkan beberapa regulasi sektoral yang
didalamnya terdapat pengaturan berkaitan dengan KPS, contohnya UU No. 15/1965 tentang Ketenagalistrikan, UU
No. 13 /1987, PP No. 8/1990 tentang Jalan Tol, dan PP No. 10/ 1987 tentang Ketenagali strikan. Pada masa Orde
Baru hanya beberapa jenis infrastruktur saja yang dikerjasamakan dengan Badan Usaha Swasta, misalkan jalan tol dan
ketenagalistrikan.
Sebelum melangkah lebih jauh dalam menyiapkan pra-studi kelayakan atau studi
kelayakan proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), sangat penting untuk
dipastikan dalam kajian hukum dan kelembagaan apakah proyek tersebut telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada ataukah secara
kelembagaan memang penyusun pra-studi kelayakan atau studi kelayakan tersebut
tepat menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).
EDUKASI KPS - Oleh: Novie Andr iani , SH
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
7
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
8/28
Namun terjadinya krisis finansial di Asia pada tahun 1998
yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekonomi , sistem
politik dan kelembagaan di Indonesia maka berubah pula
kebijakan dan kelembagaan dalam sektor infrastruktur
khususnya dalam upaya pengembangan skema KPS. Pada
periode tahun 1998-2004 pasca krisis, konsolidasi dilakukan
dengan menata kembali pengaturan dan kelembagaan dalam
KPS.
Kini pengaturan kebijakan dan regulasi pelaksanaan proyek
KPS didasarkan pada praktek-praktek terbaik yang dilakukan
dunia internasional (i nternat i onal best practi ces ). Untuk
mendukung kebijakan dan regulasi tersebut dibentuk institusi-
institusi dan jejaring KPS serta dilakukan proses sosialisasi
kepada stakeholders terkait tentang skema KPS ini.
Pengaturan tentang KPS dalam penyediaan infrastruktur
secara umum diatur dalam Peraturan Presiden No. 67/2005
yang telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 13/ 2010,
dan kemudian diubah kembali dengan Peraturan Presiden
No. 56/2011 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan
Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Perpres KPS). Namun
disamping Perpres tersebut, masih terdapat pengaturan yaitu
berkaitan dengan pemberian jaminan pemerintah.
Pengaturan tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta di
bidang Infrastruktur tidak hanya diatur dalam Perpres KPS,
tetapi juga aturan yang merupakan ruang lingkup dari
beberapa peraturan yang lain, yaitu Peraturan Pemerintah
No. 6/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 38/2008 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/D aerah, Peraturan Pemerintah No. 50/2007 t entang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan juga peraturan
perundang-undangan yang mengatur secara sektoral.
REGULASI TERKAIT KPS
Namun, dengan diaturnya juga masalah KPS di peraturanperundang-undangan yang lain, menyebabkan terjadinya
benturan dengan Perpres KPS. Berkaitan proyek infrastruktur
dengan pengadaan tanah menggunakan APBN/APBD
misalnya, maka tanah tersebut merupakan lingkup dari Barang
Mil ik Negara (BMN) sebagaimana diatur dalam PP No.
Tabel Landasan Hukum
PERATURAN KETENTUAN
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalamPenyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2010 danPeraturan Presiden Nomor 56 tahun 2011
Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur(KKPPI) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2011.
Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja SamaPemerintah Dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Penjaminan Infrastruktur.
Petunjuk pelaksanaanproyekKPSyang merupakanacuandasardaripelaksanaanproyekKPS ditanahair.
Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha dalam PenyediaanInfrastruktur.
Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Organisasi dan Tata Kerja Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur.
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 04/M.Ekon/06/2006 tentang Tata CaraEvaluasi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur yang membutuhkanDukungan Pemerintah.
Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 03/M.Ekon/06/2006 tentang Prosedur danKriteria Penyusunan Daftar PrioritasProyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha.
Perpres56/2011
Perpres12/2011
Perpres78/2010
PMK 260/2010
Permen PPN 03/2009
Permen PPN 04/2010
Permenko 01/2006
Permenko 04/2006
Perpres36/2006 joPerpres65/2006
Permenko 03/2006
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
8
EDUKASI KPS
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
9/28
6/2006, sehingga pemanfaatan tanah tersebut harus
mengikuti ketentuan dalam PP No. 6/2006.
Selain hal tersebut terdapat kontradiksi antara PP No.
6/2006 dengan Perpres KPS dalam ketentuan jumlah peserta
lelang (dalam PP No 6/2006 jumlah peserta lelang minimal
5 peserta) dan ketentuan harus adanya kontribusi tetap
kepada Negara. Sedangkan dalam Perpres KPS mengatur
bahwa peserta pelelangan minimal 3 peserta dan tidak
diatur mengenai ketentuan harus adanya kontribusi tetap
kepada Negara.
Berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang
lain yaitu PP No. 50/2007 tentang Tatacara Kerjasama
Daerah terdapat pula benturan dengan Perpres KPS. Sebagai
subyek kerjasama, PP No. 50/ 2007 mengatur bahwa parapihak yang menjadi subyek kerjasama dalam kerjasama
daerah meli puti Gubernur, Bupati /Walikota dan Pihak
Ketiga. H al ini sedikit berbeda dengan Perpres KPS dimana
BUM N juga dapat sebagai subyek Perj anjian Kerjasama
baik menjadi pihak PJPK ataupun menjadi pihak Badan
Usaha.
Selain hal t ersebut sebagai obyek perjanji an kerjasama PP
No. 50/2007 mengatur bahwa objek kerja sama daerah
adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi
kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan
pelayanan publik. Sedangkan dalam Perpres KPS tidak
semua urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom dapat dikerjasamakan dengan badan usaha
mengikuti Perpres KPS namun hanya jenis-jenis
infrastruktur tertentu saja.
Berkaitan dengan pengadaan tanah sebagaimana diatur
dalam Perpres No. 36/2005 Jo. Perpres 65/2005 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum sektor Telekomunikasi dan
Informatika, meliputi jaringan telekomunikasi dan
infrastrukture-government dan sektor minyak dan gas bumi,
meliputi transmisi dan/atau distribusi minyak dan gas bumi
sebagaimana termasuk salah satu jenis infrastruktur yang
diatur dalam Perpres KPS tidak termasuk dalam sektor
yang “didukung” dalam pengadaan tanah untuk kepentingan
umum sesuai dengan Perpr es Pengadaan Tanah.
Tabel Peraturan Perundang-undangan Terkait KPS
Peraturan Sektor Infrastruktur Peraturan Terkait Lain PeraturanTerkaitNon-KPS
KeretaApi(UU 23/2007)- PP No. 56 tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian
PP 6/2006Pengelolaan BMN/D
Keppres 80/2003 tentang PengadaanBarang/Jasa Pemerintah sebagaimana telahdiubah dengan Perpres 54 Tahun 2010
Pelabuhan- UU 17/2008 Tentang Pelayaran- PP No. 61 tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan
PP 50/2007Tentang Tata Cara PelaksanaanKerjasama Daerah
UU 17/2003Tentang Keuangan Negara
Bandara- UU 1/2009 Tentang Penerbangan
PP 1/2008Tentang Investasi Pemerintah
UU 25/2007Tentang Penanaman Modal
Jalan Tol- PP 15/2005- PP No. 44 tahun 2009 tentang perubahan
PP No. 15 tahun 2005
PP 38/2007Tentang Pembagian UrusanPemerintahan
Air Minum:- PP 16/2005
Perpres 36/2005 jo. 65/2006dan Per Ka BPN 3/2007 TentangPengadaanTanah
OGM sektor:Permenhub 83/2010PermenPU 12/2010PermenPU 13/2010
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
9
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
10/28
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
11/28
Salah satu arah kebijakan dalam penyediaan infrastruktur melaluiskema KPS adalah mempersiapkan proyek KPS secara matang
sehingga dapat menekan biaya transaksi yang tidak perlu. Strategiyang akan ditempuh dalam implementasi arah kebijakan tersebutadalah mempersiapkan proyek KPS yang akan ditawarkan secaramatang, melalui proses perencanaan yang transparan dan akuntabel.
Tahap perencanaan merupakan tahap pertama dalam pelaksanaanproyek kerjasama yang meliputi kegiatan identif ikasi dan pemil ihan
proyek serta penetapan prioritas proyek.Berdasarkan Perpres KPS, kerjasama antara pemerintah dan swasta
dapat dilakukan pada jenis infrastruktur sebagai berikut:
· in frastr ukt ur t ransportasi, meliput i pelayanan j asakebandarudaraan, penyediaan dan/atau pelayanan jasa
kepelabuhan, sarana dan prasarana perkeretaapian;
· inf rastrukt ur jalan, meli puti j alan tol dan jembatan tol;
· inf rastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;
· infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilanair baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi
pengolahan air minum;
· inf rastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air
limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan saranapersampahan yang meliputi pengangkut dan tempat
pembuangan;
· infrastruktur telekomunikasi dan informatika, meliputi jaringantelekomunikasi dan infrastruktur e-government ;
· infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, termasukpengembangan tenaga listrik yang berasal dari panas bumi,
transmisi atau distribusi tenaga listrik; dan
· inf rastruktur minyak dan gas bumi, meliputi transmisi dan/ataudistribusi minyak dan gas bumi.
Dalam rangka pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS), pemerintah perlumemastikan bahwa pihak swasta yang akan menjadi mitra dari pemerintah harus mengetahuikeadaan proyek yang akan diinvestasikan oleh mereka dengan baik agar mereka dapat membuat
perhitungan dengan tepat untuk menghasilkan keuntungan yang optimal. Untuk itu,pemerintah perlu untuk menyiapkan proyek KPS tersebut secara memadai baik pada tahapperencanaan, tahap penyusunan pra-studi kelayakan, tahap transaksi, dan tahap manajemenpelaksanaan perjanjian kerjasama.
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
11
EDUKASI KPS - Oleh: M. Taufiq Rinaldi , ST
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
12/28
Indonesia mempunyai kebutuhan infrastruktur yang tinggi, tetapitidak semua proyek diperlukan dan cocok untuk dikategorikan
sebagai proyek KPS. Mengingat sumber daya Pemeri ntah danmitra-mitra swasta yang terbatas, pemilihan proyek menentukankemana sumber daya yang terbatas ini seharusnya digunakan.
Tujuan dari tahap pemilihan proyek ini adalah untukmengindentifikasi proyek-proyek yang dapat menarik mit ra-mitraswasta, dengan memperhatikan kebijakan dan tujuan pemerintah,
serta sumber daya yang terbatas dan kesiapan proyek tersebut.Proses pemilihan proyek penting bagi para penanam modal untukmeyakinkan mereka bahwa suatu proyek tertentu mempunyai
alasan ekonomis dan poli ti s yang membuatnya tidak mudah untukdihenti kan, diali hkan atau secara menyeluruh diamandemen.
Identifikasi dan pemilihan proyek kerjasama yang berpotensiuntuk dikerjasamakan dengan badan usaha dilakukan oleh
penanggung j awab proyek kerjasama. D imana dalampelaksanaannya menggunakan pendekatan/analisis dan kriteria-
krit eria tertentu.
Pendekatan pertama yang di gunakan adalah pendekatan analisis
kebutuhan (needs analysi s ). Pendekatan ini digunakan untukmemastikan proyek kerjasama termasuk dalam rencana dan
program pembangunan pemerintah, dan memastikan proyek
kerjasama memiliki dasar pemikiran teknis dan ekonomi sertauntuk memastikan proyek kerjasama mendapat dukungan dari
pemangku kepentingan terkait.
Kedua, pendekatan kriteria kepatuhan (compliance cr i teria ).Dalam mengidentifikasi dan memilih proyek perlu dipastikan juga kesesuaian proyek kerjasama dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional/ daerah, dan rencana strategis sektorinfrastruktur serta kesesuaian lokasi proyek kerjasama dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah. Selain itu juga untuk memastikanketerkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah sertapemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Ketiga, Kriteria Kualitatif Nilai Manfaat Uang (value for money ).Konsep dasar pendekatan ini adalah membandingkan antara nilaimanfaat yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan untuk proyek
KPS dengan proyek non-KPS. Secara rinci, kr it eria kuali tati f nilai manfaat uang (value for money ) adalah sebagai berikut:
· adanya ni lai investasi yang memerlukan pengelolaan ri siko yangefektif;
· sektor swasta memil iki keunggulan dalam pelaksanaan Proyek
Kerjasama;
Tabel Tahapan Pelaksanaan Proyek KPS
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
12
EDUKASI KPS
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
13/28
PROYEK ITU APA?
Apakah proyek dapatmenghasilkan pendapatan
Bagian mana yang dapat menghasilkan pendapatan?
Pembiayaan oleh APBD / APBDPotensi KPS
TidakYa
TidakYa
Tabel Idenfitikasi Proyek KPS
PembobotanKriteria
Matriks MultiKriteria
DaftarPrioritas
PedomanPenilaian
Kriteria MultiKriteria
Tabel Penetapan Prioritas Proyek Kerjasama
· efektivi tas, pemerataan, dan akuntabili tas layanan dapat terjamin
dalam jangka panjang;
· teknologi dan aspek lain pada sektor terkait bersifat stabil danadapti f terhadap perubahan; dan
· adanya insenti f yang menari k bagi sekt or swasta.
Setelah dilakukan identifikasi dan pemilihan, selanjutnyaPenanggung Jawab Proyek Kerjasama melakukan penetapan
prioritas proyek kerjasama.
Metode yang digunakan dalam penetapan prioritas proyek
kerjasama adalah Anali sis Mult i Kri teria (AMK). Kri teria AMKmencakup sebagai berikut:
· kejelasan deskripsi proyek kerjasama;
· hambatan untuk memperoleh akses terhadap sumber dayapenting bagi pelaksanaan Proyek Kerjasama;
· kejelasan hasil keluaran proyek kerjasama;
· dampak sosial dan lingkungan yang mampu untuk dikelola dandikendalikan;
· potensi permintaan yang berkelanjutan;
· potensi kemudahan pengadaan tanah dan pemukiman kembali ;
· tingkat kemampuan pemerintah untuk memberikan dukunganpemerintah;
· kesiapan aspek kelembagaan; dan
· proyek Kerjasama masuk dalam pri ori tas strategis dan/atauperencanaan pemeri ntah.
Untuk proyek KPS pusat, Menteri melakukan penetapan daftar
prioritas rencana Proyek Kerjasama tingkat sektor danmenyampaik an daft ar pr ior it as tersebut k epada M enteriPerencanaan. Sedangkan untuk proyek KPS daerah, Kepala Daerahmelakukan penetapan daftar prioritas rencana proyek kerjasama
tingkat daerah dan menyampaikan daftar priori tas tersebut kepadaMenteri Perencanaan. Hasil evaluasi atas daftar priori tas rencanaproyek kerjasama pusat dan daerah dit etapkan oleh Menteri
Perencanaan dalam daftar rencana proyek kerj asama t ingkatnasional. (*)
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
13
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
14/28
Hal yang paling penting untuk dilakukan dalam
pengembangan KPS adalah menyiapkan proyek infrastruktur
yang bisa dikerjasamakan dengan swasta berdasarkan kaidah-
kaidah yang berlaku secara internasional sehingga informasi
mengenai proyek tersebut dapat memiliki kredibilitas yang
tinggi di mata investor. Penyiapan dokumen proyek yang
matang dan memadai, khususnya untuk proyek yang mampu
memberikan pemul ihan biaya (cost recovery ) dan dapat
dibiayai oleh bank (bankable ) sehingga dapat menarik investor
swasta untuk berinvestasi.
Peraturan mengenai prosedur pelaksanaan kerjasama
pemerintah dan swasta di Indonesia mewajibkan
dilakukannya penyiapan kelayakan atau prastudi kelayakan
untuk proyek Infrastruktur yang dikerjasamakan dengan
swasta sebelum mengikut i proses tender.
Mengapa penyiapan kelayakan proyek perlu dilakukan?Dalam hal ini pemerintah perlu diyakinkan bahwa proyek
telah layak secara teknis, ekonomis maupun f inansial, dan
tidak memiliki risiko ataupun dampak negatif sosial dan
lingkungan yang besar.
Kebutuhan atas dukungan fiskal dari pemerintah dalam
bentuk apapun berikut pilihannya harus diketahui dan
dianalisis. Pemerintah juga perlu memiliki informasi
selengkap mungkin atas penyusunan dokumen penawaran.
Untuk keperluan lebih lanjut dalam pelaksanaan negosiasi,
PJPK harus memiliki kelengkapan informasi yang sama
dengan pihak penawar agar dapat memperkuat posisi
tawarnya.
Tanggung jawab pelaksanaan penyiapan kelayakan proyek
tergantung pada apakah suatu proyek merupakan inisiasi
pemerintah (soli ci ted ) atau inisiasi dari swasta (unsoli ci ted ).
Jika proyek merupakan inisiasi pemerintah maka tanggung
jawab penyiapan kelayakan proyek adalah tanggung jawab
pemerintah dalam hal ini adalah penanggung-jawab proyek
kerjasama. Sedangkan untuk proyekunsolicited , pemrakarsa
proyek diwajibkan untuk melakukan penyiapan kelayakan
proyek. Selanjutnya hasil studi kelayakan yang dilakukan
oleh pemrakarsa selanjutnya akan dikaji oleh
pemerintah/PJPK.
Prastudi kelayakan proyek kerjasama yang dipersyaratkan
dalam Permen PPN/ Kepala Bappenas No. 4/2010 harus
mencakup komponen kajian hukum, teknis, kelayakan
ekonomi dan keuangan, sosial dan lingkungan, dukungan
dan jaminan serta kajian bentuk kerjasama proyek. Studi
kelayakan proyek dil akukan di tahap awal untuk menentukan
apakah sebuah proyek baik untuk diteruskan atau tidak.
Rendahnya minat para investor terhadap proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
antara lain disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai proyek baik dari sisi detail teknis
maupun informasi keuangan serta analisis terhadap berbagai macam resiko dan jaminan
pemerintah untuk pengelolaan resiko tersebut.
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
14
EDUKASI KPS - Oleh: M. Taufiq Rinaldi, ST
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
15/28
1. Kajian Hukum
Kajian hukum dilakukan dengan tujuan untuk memastikan
kewenangan, kelembagaan, peran dan tanggung jawab PJPK
beserta perijinan yang diperlukan. Selain itu, kajian ini
dilakukan untuk memastikan bahwa proyek kerjasama
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku termasuk di dalamnya menentukan risiko hukum
dan strategi mitigasinya serta kemungkinan perlunya
penyempurnaan/penerbitan peraturan perundang-undangan.
2. Kajian Teknis
Kajian teknis dalam prastudi kelayakan proyek kerjasama
mencakup:
· Perkiraan Kebutuhan (demand forecast ), termasuk survai
permintaan khusus (jika diperlukan) yang disusun dalam
jangka pendek, menengah dan panjang (10, 15, 20+ tahun),disertai skenario dan uji sensitivitas.
· Desain awal (preliminary design) , termasuk pelaksanaan survei
teknis dasar - guna penyusunan perki raan biaya – sebagaikriteria utama.
· Penyiapan tapak/lahan dengan mempertimbangkan kesesuaiandengan RUTR, kebutuhan teknis, biaya dan kepemilikan
lahan.
· Lingkup dan spesif ikasi keluaran proyek.
3. Kajian Kelayakan - Anali sis Biaya Manfaat Sosial Ekonomi
(ABMS)
Ruang lingkup dari kajian ini adalah mencakup Project Rationale , manfaat proyek, serta kajian kuantitatif sesuai
pedoman yang ada. Adapun tujuan dari kajian ini adalah
untuk memastikan keberlanjutan ekonomi suatu proyek yang
berkaitan dengan efektivitas, ketepatan waktu, penggunaan
dana, dan sumber daya publik selama periode proyek serta
untuk mengukur dan mencari nilai manfaat terbaik(best value
for mone y) dari dana yang akan digunakan untuk proyek
kerjasama tersebut .
4. Kaji an Kelayakan - Analisis Pasar
Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
ekspektasi konsumen (tingkat layanan, potensi permintaan
dan tari f ) dan untuk mengukur minat investor dan lembaga
keuangan terhadap proyek kerjasama beserta kondisi dan
persyaratannya serta untuk menyiapkan strategi untuk
mengurangi risiko pasar.
5. Kajian Kelayakan - Analisis Keuangan
Analisis keuangan bertujuan untuk menentukan kelayakan
finansial proyek kerjasama. Ruang lingkup kajian i ni meliputi
Kajian Hukum- Analisis
Kelembagaan- Analisis
PeraturanPerundangan-undangan
Kajian Teknis- Analisis Teknis- Penyiapan Tapak- Rancang
Bangun Awal- Spesifikasi
Keluaran
Kajian Kelayakan(Ekonomi danKeuangan)- Analisis Biaya
Manfaat Sosial- Analisis Pasar- Analisis
Keuangan- Analisis Risiko
Kajian Sosial danLingkungan- Analisis AwalDampakLingkungan
- Analisis Sosial- RencanaPemukimanKembali
Kajian Dukungandan JaminanPemerintah- DukunganPemerintah
- JaminanPemerintah
Kajian BentukKerjasama dalamPenyediaanInfrastruktur- BentukKerjasama
- PembagianRisiko
Rancangan Pengadaan Badan Usaha
Rancangan Ketentuan (term-sheet ) Perjanjian Kerjasama
Tabel pra studi kelayakan proyek kerjasama
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
15
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
16/28
komponen sebagai berikut:
§ Penyusunan M odel keuangan mut lak diperlukan.
§ Skenario-skenario yang merupakan pengujian terhadapbeberapa kemungkinan, termasuk;
a. Tingkat t arif : tarif berlaku, tarif dalam rangka
pemulihan biaya, dan l ain-lain
b. Laju penyesuaian/eskalasi tarif
c. Porsi pinjaman terhadap ekui tas (Debt to Equi ty Ratio )
d. Cara pengembali an pi njaman (sepert i: periodepengembalian bunga atau pokok pinjaman, dan
sebagainya.
§ Model keuangan pali ng sediki t harus mencakup
parameter-parameter keuangan seperti: FIRR, FN PV,
Jangka Waktu Pengembalian (Payback Peri od) danRasio atas Kecukupan Pengembalian Pinjaman (Debt
Servi ce Coverage Ratio )
§ Model keuangan harus mampu mengident if ikasi
kebutuhan atas dukungan fiskal/subsidi dari
pemerintah (ji ka diperlukan); dan
§ Model keuangan harus mampu mengkaji jenis
dukungan pemerintah yang diperlukan bersifat
langsung (non-kontinjen – dukungan di awal proyek
maupun secara periodik), dan tidak langsung
(kontinjen – jaminan).
§ Identif ikasi besaran serta waktu penyediaan dukunganfiskal/subsidi.
6. Kajian Kelayakan - Analisis Risiko
Setiap risiko dari pelaksanaan proyek kerjasama harus
diidentifikasi, dikaji dan mengalokasikannya kepada pihak
yang paling mampu untuk mengatasinya dengan biaya
terendah.
Analisis risiko dilakukan dengan cara menentukan alokasi
ri siko berdasarkan jenis inf rastruktur dan biaya yang
mungkin timbul dari dukungan pemerintah dan/atau
jaminan pemeri ntah sert a dengan cara menentukan
mitigasi risiko berdasarkan pada besarnya risiko yangditanggung oleh pemerintah atau badan usaha.
7. Kajian Lingkungan dan Sosial
Kajian lingkungan dalam prastudi kelayakan proyek
kerjasama berisi analisis awal dampak lingkungan untuk
mengidentifikasi dampak-dampak utama dari pelaksanaan
proyek, usulan mitigasi serta perkiraan biaya mitigasi,
serta analisis sosial yang bertujuan untuk menentukan
dampak sosial termasuk upaya pemukiman kembali , usulan
mitigasi serta biaya terkait.
8. Kajian Bentuk Kerjasama
Bentuk kerjasama harus mencerminkan alokasi resiko,
penanggung jawab pembiayaan dan status pengelolaan
aset kerjasama. Selain i tu harus dil akukan perbandingan
dari setiap alternatif bentuk kerjasama serta rekomendasi
terhadap pilihan bentuk/skema kerjasama yang paling
tepat (atau terhadap beberapa alternatif pilihan terbaik).
9. Kaji an Kebutuhan Dukungan/Jaminan Pemeri ntah
Pemberian dukungan pemerintah bertujuan meningkatkan
kelayakan keuangan proyek kerjasama. Dukungan
diberikan dalam bentuk kont ribusi fiskal dan/atau non-
fi skal seperti perizinan, pengadaan tanah, dukungan
sebagian konstruksi, dan/atau bentuk lainnya.
Tidak semua kegiatan pemberian layanan di bidang
infrastruktur melalui skema KPS memberikan tingkat
pengembalian yang wajar (cost recovery atau financially
viable ). Untuk meningkatkan kelayakan finansial tersebut
diperlukan campur tangan pemerintah berupa pemberian
dukungan pemerintah. Sedangkan pemberian jaminan
pemerintah bertujuan untuk mengurangi risiko badan
usaha dalam pelaksanaan pr oyek kerj asama.
10.Rancangan Rencana Pengadaan
Rancangan rencana pengadaan badan usaha meliput i
rencana pembentukan panitia pengadaan, dokumen
pengadaan, tahap pelaksanaan serta daftar calon peserta
potensial.
11.Rancangan Ketentuan Perjanjian Kerjasama (term-sheet )
Rancangan ketentuan perjanji an kerjasama memuat
berbagai persyaratan yang akan mengatur kerjasama antara
pemerintah dan badan usaha dalam pelaksanaan proyek
kerjasama. (*)
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
16
EDUKASI KPS
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
17/28
Setiap Proyek KPS memiliki karakteristik dan tingkat risiko yang
berbeda satu sama lain. Oleh karena itu penting bagi Penanggung
Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk melakukan analisis terhadap
kemungkinan risiko yang terjadi dan langkah-langkah mitigasinya.
Sebagian besar dari investor yang akan berinvestasi khususnya di
bidang infrastruktur pasti akan menanyakan kepada PJPK apakah
proyek tersebut akan mendapatkan jaminan pemerintah atau
tidak. Pemberian jaminan ini bagi Badan Usaha Swasta akan lebih
memberikan kenyamanan dan keyakinan dalam berinvestasi.
Alokasi risiko adalah pembagian risiko proyek kerjasama dengan
prinsip dasar bahwa risiko dibagi dan dibebankan kepada pihak
yang paling mampu untuk mengendalikan risiko tersebut. Alokasi
risiko meliputi pembagian risiko proyek antara pihak Pemerintah
dan Badan Usaha Swasta berdasarkan prinsip alokasi r isiko.
Risiko yang terkait dengan konstruksi dan operasi umumnya
diserahkan kepada pihak Badan Usaha Swasta, sementara risiko
yang terkait dengan politik, kebijakan dan peraturan diserahkan
kepada pihak pemerintah sebagai pihak terbaik untuk
mengelolanya. Namun risiko pasar dapat ditanggung bersamaantara pihak pemerintah dan swasta melalui penyediaan jaminan
pemerintah.
Mitigasi resiko bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya resiko terhadap dampak yang ditimbulkannya. Pihak
Pemerintah ataupun Badan Usaha Swasta harus mempersiapkan
mit igasi risiko dengan baik karena keduanya merupakan tanggung
jawab masing-masing resiko proyek. Khusus miti gasi resiko yang
dibebankan kepada Badan Usaha Swasta, PJPK harus memastikan
bahwa pihak Badan Usaha Swasta mengambi l langkah-langkah
mitigasi yang tepat dengan menggunakan biaya terendah dalam
melaksanakan proyek.
Pada tahap penyiapan proyek KPS, dalam membagi risiko perlu
diperhati kan beberapa prinsip berikut, yaitu:
• Penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama proyekKPS perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Alokasi risiko yang
optimal penting demi memaksimalkan valu e for money .
• Prinsip yang lazim diterapkan untuk alokasi risiko adalah bahwa
risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih
mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah
untuk mengelola risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan
dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang
rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak
positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.
• Cont oh penerapan prinsip tersebut di investasi KPS adalah
sebagai berikut:
– Risiko yang berdasarkan pengalaman suli t untuk dikendalikan
pemerintah agar memenuhi asas efekt ivitas biaya, sebaiknya
ditanggung pihak Badan Usaha Swasta.
– Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau
sama-sama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya
ditanggung bersama (kejadian kahar)
– Risiko yang dapat dikelola pemerintah, karena posisinya lebih
baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan
RESIKO DAN MITIGASI RESIKOSalah satu kunci sukses dari suatu proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) adalah alokasi
risiko dan mitigasi yang tepat. Risiko akan dialokasikan kepada Pihak yang relatif paling
mampu untuk mengelolanya.
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
17
EDUKASI KPS - Oleh: Ir. Rachmat Mardiana, MA
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
18/28
swasta (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung
pemerintah
– Risiko yang walaupun sudah dit ransfer, tetap memberikaneksposur kepada pemerintah atau PJPK (menghambat
tersedianya layanan penting ke masyarakat), dimana jika
Badan Usaha gagal memenuhi kewajiban maka pemerintah
dapat mengambil alih proyek.
KERANGKA REGULASI PENJAMINAN
INFRASTRUKTUR INDONESIA
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kelayakan proyek
KPS dan juga sebagai upaya mendorong partisipasi swasta dalam
pembangunan Infrastruktur di Indonesia, Pemerintah memberikan
Jaminan Pemerintah kepada proyek infrastruktur yang dilaksanakan
dengan skema KPS. Dasar hukum dari pemberian Jaminan
Pemeri ntah tersebut adalah Perpres No. 67/2005 Jo. Perpres No.
13/2010 Jo. Perpres no. 56/2011 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Selanjutnya
proses penjaminan infrastruktur melalui Badan Usaha Penjaminan
Infrastruktur (BUPI) diatur lebih lanjut melalui Perpres No.
78/2010 mengenai Penjaminan Infrastruktur untuk Proyek
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan
Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur dan Peraturan
Menteri Keuangan No. 260/PMK.011/2010 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur D alam Proyek Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha.
DEFINISI JAMINAN PEMERINTAH
Berdasarkan Perpres No. 13/2010 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, Jaminan
Pemerintah adalah kompensasi finansial dan/atau kompensasi
dalam bentuk lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan kepada
Badan Usaha melalui skema pembagian risiko untuk proyek
kerjasama. Penjaminan Infrastruktur merupakan bentuk dukungan
fiskal dari Pemerintah melalui Kementerian Keuangan untuk
proyek infrastruktur yang dilaksanakan dengan skema KPS.
Penjaminan ini dimaksudkan untuk menjamin komitmen
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam memenuhi
kewajiban keuangannya sesuai dengan perjanjian KPS.
BADAN USAHA PENJAMINAN
INFRASTRUKTUR (BUPI)
Sesuai dengan amanat Perpres No. 13/2010, Penj aminan
Infrastruktur oleh Pemerintah dilaksanakan oleh BUPI. Untuk
melaksanakan peran BUPI maka pada tahun 2009 melalui PP
No. 35/2009 mengenai penyertaan modal Negara untuk Pendirian
Badan Usaha Mi li k Negara di Bidang Penjaminan Infrastruktur,
pemerintah mendiri kan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia
(Persero) atau biasa disebut dengan PT PII.
Tujuan utama pendi ri an PT PII adalah:
1. Menyediakan penjaminan untuk proyek KPS infrastruktur diIndonesia
2. Meningkatkan kelayakan kredit (credi t worthiness ), terutamabankabil i ty dari proyek KPS di mata investor/kreditor
3. Meningkatkan tata kelola dan proses yang transparan dalampenyediaan penjaminan
4. Meminimalkan kemungkinan kejutan langsung (sudden shock )terhadap Anggaran Negara (APBN) dan memagari (ring-fencing )eksposur kewajiban kontinjensi Pemerintah.
Dalam melakukan penjaminan, PT PII dapat melibatkan satu
atau lebih penjamin tambahan (Co-Guarantee ). Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan No. 260/PMK.011/2010 Pemerintah
yang diwakili oleh Kementerian Keuangan dapat bertindak sebagai
Co-Guarantor . Namun demikian, pemerintah menekankan
pent ingnya opti mali sasi penggunaan penjaminan PI I, untuk
menjaga risiko fiskal Negara. Disisi lain, PT PII juga dapat
bekerjasamaCo-Guarantee dengan lembaga-lembaga keuangan
multilateral (misal: Bank Dunia) untuk proyek-proyek tertentu
yang telah mendapatkan kesepakatan dari kedua belah pihak.
Sumber: Kerjasama Pemerint ah Swasta di Indonesia: Buku Panduan Penyediaan Penjaminan I nfrastruktur. PT. Penjaminan Inf rastrukt ur Indonesia (Persero)
Pemrosesan, Penilaian,Strukturisasi dan KlaimPenjaminan
Proyek 1
Proyek 2
Proyek 3
Kebijakan Penjaminan Satu Pintu
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
18
EDUKASI KPS
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
19/28
MEKANISME SATU PINTU
Mekanisme kebijakan satu pintu dalam penyediaan penjaminan
pemerintah dapat di terapkan melalui PT PII sesuai dengan PMKNo. 260/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan
Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha.
Mekanisme Satu Pintu penting dalam menjaga konsistensi dalam
melakukan evaluasi usulan penjaminan, menyediakan proses yang
transparan dan konsisten untuk penyediaan penjaminan, yang
kemudian diharapkan akan meningkatkan kepercayaan Investor
dalam berpartsipasi pada proyek Inf rastr uktur di I ndonesia.
PROSES PENYEDIAAN PENJAMINAN
INFRASTRUKTUR
Proses penyediaan penjaminan infrastruktur memerlukan waktu
yang cukup panjang. Dalam melakukan proses Penjaminan,
terdapat empat tahap yang diperlukan PT PII untuk menerbitkan
jaminan, yaitu:
1. Konsultasi dan bimbingan (Consult ati on and Gui dance ):
menyediakan informasi rinci terkait penjaminan oleh PT PII.
Misalnya: kriteria penjaminan, dan proses yang diperlukan untuk
memperoleh penjaminan, seperti Perjanjian KPS, dan lain-lain.
2. Penyaringan (Screening ): evaluasi formulir yang diserahkan
PJPK kepada PT PII untuk menentukan secara umum,
kelayakan proyek dalam menerima penjaminan, berdasarkan
ketentuan dan peraturan yang ada.
3. Evaluasi (Appraisal ). Melakukan appraisal terhadap kelayakan
proyek secara rinci dari sisi legal, teknis, ekonomi dan keuangan,
serta dari sisi lingkungan dan sosial, termasuk evaluasi kemampuan
PJPK dalam memenuhi kewajiban finansial sesuai Perjanjian KPS.
4. Penstrukturan (Structuring ): menentukan struktur penjaminan
serta menyiapkan ketentuan penjaminan, seperti masa berlaku
penjaminan, cakupan risiko dan kewajiban keuangan, ynag
disesuaikan untuk setiap proyek KPS spesifi k.
KEWAJIBAN PEMERINTAH
UNTUK MEMBAYAR KEMBALI
Setelah PII memenuhi kewajiban membayar atas klaim Badan
Usaha yang memenuhi syarat, PJPK akan berkewajiban membayar
kembali pengeluaran PT PII sesuai dengan Perjanjian Regres. Jika
PJPK adalah menteri /kepala lembaga, maka mekanisme akan
mengikut i mekani sme APBN. Jika PJPK adalah kepala daerah,
maka regres akan mengikuti mekanisme APBD. Sedangkan ji ka
PJPK adalah pimpinan BUM N/BUMD, maka mekanisme regres
akan mengikuti mekanisme korporasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
IMBAL JASA PENJAMINAN
DAN KEBIJAKAN HARGA
Atas penjaminan yang diberikannya PT PII menerapkan imbal
jasa sebagaimana diatur dalam Perpres No. 78 /2010 dan PMK
No. 260/ PMK.011/2010. Penerapan imbal jasa pada dasarnya
ditetapkan dengan pertimbangan sebagai berikut:
· Ni lai Kompensasi financial untuk jenis-jenis risiko infrastruktur
yang di jamin;
· Biaya yang dikeluarkan untuk memberi kan penjaminan;· Marji n keuntungan yang wajar.
PT PII dapat menerapkan biaya penjaminan kepada pihak yang
memiliki kepentingan terbesar atau yang paling memerlukan
penjaminan infrastruktur. (*)
Model Bisnis Dasar PT. PII. (Persero)
Proposal for Guarantee
Recourse Agreement
PPP Agreement
Co-Guarantee Agreement
Contracting Agency (Ministry, SOE, Regional Government)
MultilateralDevelopment Agency
Equity / Guarantee / Backstop
Liquidity / Guarantee facility
MOF
RMU
Investor
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
19
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
20/28
Tahap Transaksi Proyek Kerjasama ini biasanya memerlukan
waktu yang tidak sebentar. H al in i disamping dikarenakan
banyaknya proses birokrasi di pemerintahan, juga dikarenakan
sulitnya mencari titik temu kesepakatan antara PJPK dengan
Investor.
Proses tranksaksi dimulai dengan pengadaan badan usaha, dan
diharapkan diakhiri dengan penandatanganan perjanjian
Kerjasama. Untuk melaksanakan Tahap Transaksi i ni , biasanya
dibutuhkan biaya yang cukup besar sekitar 3 sampai 12% dari
total nilai investasi proyek. Umumnya, semakin lemah kerangka
kebijakan dan kapasitas kelembagaan pemerintah, maka semakin
lama proses transaksi berlangsung.
Ketidakjelasan dalam proses di pemerintahan, ketidakjelasanwewenang antar lembaga nasional dan daerah, uji tuntas proyek
oleh instansi Pemberi Kontrak yang tidak mencukupi, serta proses-
proses persetujuan yang berbelit-belit juga berakibat pada
tertundanya pelaksanaan proyek dan semakin mahalnya biaya
transaksi. Bila pemerintah sudah memiliki banyak pengalaman
dalam melaksanakan pola KPS dan mampu membuat kerangka
kebijakan, peraturan, dan kelembagaan yang jelas, maka biaya
transaksi cenderung akan lebih murah.
Untuk mendapatkan proses transaksi dengan tingkat keberhasil an
yang baik maka perlu memperhatikan faktor-faktor berikut :
• Dalam tahapan ini Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)
akan memilih mitra terbaik untuk melaksanakan proyek
tersebut. Komitmen PJPK dan para pemangku kepentingan;
• Kejelasan konsep dan definisi proyek kerjasama yang didukung
oleh ketersediaan informasi serta analisis yang tertuang dalam
dokumen pra-studi kelayakan;
• Perencanaan t ransaksi yang reali stis termasuk di dalamnya
jadwal pelaksanaan, penyiapan kapasitas Tim Pengadaan dan
kelengkapan dokumen lelang;
• Identi fi kasi investor potensial dan minat pasar.
Berdasarkan Permen PPN No. 4/2010 tentang Panduan Umum
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur, dalam tahapan ini terdiri dari tiga
kegiatan, yaitu: Perencanaan Pengadaan Badan Usaha, Pelaksanaan
Pengadaan Badan Usaha dan Penandatanganan Perj anjian
Kerjasama.
TRANSAKSI DAN PERJANJIANKERJASAMA PROYEK KPS
Setelah persiapan Pra-Studi Kelayakan dari proyek dengan skema KPS, maka tahap selanjutnya
adalah tahap transaksi proyek kerjasama. Tahap ini adalah tahap yang cukup krusial. Hal ini
dikarenakan pada tahap ini Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) akan bertemu dengan
calon mitra kerja yang nantinya akan menjadi Badan Usaha Swasta yang akan melaksanakan
proyek tersebut.
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
20
EDUKASI KPS - Oleh: I r. Gunsair i , MPM
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
21/28
PERENCANAAN PENGADAAN
BADAN USAHA
Dalam Tahap Perencanaan Pengadaan Badan Usaha, PJPKmembentuk Panitia Pengadaan yang memahami, mengerti, dan
menguasai hal-hal seperti tata cara pengadaan, ruang lingkup
Proyek Kerjasama, hukum perjanjian dan ketentuan infrastruktur
sektor yang bersangkutan, aspek teknis serta aspek keuangan.
Pani tia tersebut kemudian menyusun jadwal pengadaan dan
konsep pengumuman pengadaan. Dalam tahap ini pula PJPK
melaksanakan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding ). Kegiatan
Penjajakan Minat ini di lakukan dengan tujuan untuk memperoleh
masukan dan mengetahui minat para calon investor terhadap
proyek kerjasama yang ditawarkan. H al i ni penting bagi PJPK
untuk mengemas proyek yang akan ditawarkan agar menarik bagi
investor untuk berinvestasi. Dalam tahap ini Panitia Pengadaan
menyusun H arga Perk i raan Sendi ri (H PS), D okumen
Prakualifikasi, dan Dokumen Pengadaan.
PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA
Prakualifikasi
Prakualifikasi merupakan salah satu langkah yang harus ditempuh
dalam tahap pengadaan proyek KPS untuk menyeleksi para calon
investor yang nantinya masuk dalam daftar pendek (short l i st )
untuk mengikuti proses pelelangan (competitive bidding ).
Prakualifikasi merupakan kegiatan setelah PJPK mengidentifikasi
proyek dan menyusun pra-studi kelayakan yang sudah memenuhi
persyaratan teknis, ekonomis, keuangan, sosial, dan lingkungan
yang telah ditentukan.
Tujuan dari prakualifikasi adalah untuk mendapatkan sejumlah
Badan Usaha yang memiliki kemampuan manajemen, teknis dan
keuangan untuk melaksanakan proyek dengan baik dan handal
sehingga layak di ikutsertakan dalam proses pelelangan.
Hal-hal pokok yang harus ada dalam dokumen Prakualifi kasi
adalah :
1) Penjelasan singkat Proyek Kerjasama;
2) Bentuk dan format dari dokumen pernyataan minat (expression of i nterest );
3) Persyaratan kuali f ikasi calon Peser ta Pengadaan; dan4) Jadwal pelaksanaan dan tata cara penilaian prakualif ikasi.
Proses Pengadaan/Pelelangan
Dalam Tahap Perencanaan dan setelah di laksanakanM arket
Sounding, Pani tia Pengadaan menyusun D okumen Pengadaan.
Isi dari dokumen pengadaan tersebut adalah:
– Dokumen Pra-Studi Kelayakan;
– Konsep Perjanji an Kerjasama; dan
– Pedoman pengajuan penawaran.
Bagan Alir Proses Prakualifikasi
21Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
22/28
Sementara itu tujuan dari penyusunan dokumen pengadaan/pelelangan
sebagai pedoman:
– Unt uk mendapatkan i nformasi tentang proyek yangdikerjasamakan;
– Tata cara pemasukan penawaran;
– Persyaratan administrasi, teknis dan keuangan Badan Usahayang lulus Prakualifikasi.
Tata cara Pengadaan KPS
Ketentuan mengenai tatacara pengadaan badan usaha diatur secara
rinci dalam Lampiran Perpres No. 67 /2005 Jo. Perpres No. 13
/2010 Jo. Perpres No. 56/2011 t entang kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan I nf rastruk tur.
Perjanjian Kerjasama
Salah satu bagian dari isi dokumen pengadaan adalahdraft
perjanjian kerjasama. Sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No.
67/2005 Jo. Perpres No. 13/2010 Jo. Perpres No. 56/2011 tentang
kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur, Perjanjian Kerjasama paling kurang memuat
ketentuan mengenai:
a. lingkup pekerjaan;
b. jangka waktu;
c. jaminan pelaksanaan;
d. tari f dan mekanisme penyesuaiannya;
e. hak dan kewajiban, termasuk alokasi risiko;
f. standar kinerja pelayanan;
g. pengalihan saham sebelum Proyek Kerjasama beroperasi secara
komersial;
h. sanksi dalam hal para pihak ti dak memenuhi ketentuan
perjanjian;
i. pemutusan atau pengakhiran perjanjian;
j. laporan keuangan Badan Usaha dalam rangka pelaksanaanperjanjian, yang diperiksa secara tahunan oleh auditor
independen, dan pengumumannya dalam media cetak yangberskala nasional;
k. mekanisme penyelesaian sengketa yang diatur secara berjenjang,yaitu musyawarah mufakat, mediasi, dan arbitrase/pengadilan;
l. mekanisme pengawasan kinerja Badan Usaha dalam pelaksanaanperjanjian;
m. penggunaan dan kepemi li kan aset in fr astr ukt ur;
n. pengembali an aset inf rastruktur dan/atau pengelolaannyakepada M enteri / Kepala L embaga/K epala D aerah;
o. keadaan memaksa;
p. pernyataan dan jaminan para pihak bahwa Perjanjian Kerjasamasah mengikat para pihak dan telah sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku;
q. penggunaan bahasa dalam perjanji an, yaitu Bahasa Indonesiaatau apabila diperlukan dapat dibuat dalam Bahasa Indonesiadan Bahasa Inggris;
r. hukum yang berlaku, yaitu hukum Indonesia.
Persiapan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama
Setelah ditetapkan pemenang pengadaan Badan Usaha, pemenang
harus mendi ri kan Badan Usaha yang akan menandatangani
Perjanjian Kerjasama. Badan Usaha tersebut harus telah didirikan
selambat-lambatnya dalam jangka waktu enam bulan sejak
dikeluarkannya surat penetapan Pemenang Pengadaan atau Surat
Penetapan Pemenang tunggal oleh PJPK.
PJPK bersama Badan Usaha yang dibentuk sebagaimana tersebut
di atas akan menandatangani Perjanjian Kerjasama. Perjanjian
Kerj asama akan berlaku efekt i f setelah semua persyaratan
pendahuluan yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama telah
diperoleh semua pihak. Persyaratan pendahuluan tersebut antara
lain dikeluarkannya persetujuan Jaminan Pemerintah dan
diperolehnya semua perizinan yang diperlukan Badan Usaha
untuk melaksanakan bidang usahanya. Dalam hal semua
persyaratan pendahuluan telah dipenuhi, PJPK akan menerbitkan
berita acara mengenai efektifnya perjanjian kerjasama. (*)
- >= 3 --> 1 Calon Pemenang, 2 Cadangan
- = 2 --> 1 Calon Pemenang, 1 Cadangan
- 1 --> Lelang Ulang atau Negosiasi denganPersetujuan Menteri
- Penawaran sah tidak ada --> Pelelangan umumgagal dan dilakukan pengadaan ulang
LULUS < 3
PENAWARAN
PQ UL < 3
LULUS > 3
PQPENGUMUMANPENETAPANPEMENANG
LELANG
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
22
EDUKASI KPS
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
23/28
Dari kelebihan tersebut Badan Usaha Swasta membutuhkan suatumekanisme yang dapat mengakomodir peluang tersebut. DalamSkema KPS sesuai dengan Perpres No. 67/2005 Jo. Perpres No.13/2010 Jo. Perpres No. 56/2011 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan I nfrastruktur (PerpresKPS), dimungkinkan adanya Proyek KPS dengan Prakarsa Badan
Usaha Swasta Proyek KPS. Skema ini disebut denganUnsolici ted Project .
Berbeda dengan skemaSoli ci ted , pada skemaUnsolici ted prakarsa
penyiapan proyek KPS berasal dari Pihak Badan Usaha dan BadanHukum Asing. Badan Usaha dan Badan Hukum Asing dapatmengajukan prakarsa Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
kepada Menteri /Kepala Lembaga/Kepala Daerah dengan kriteri asebagai berikut:
a. Ti dak termasuk dalam rencana induk pada sektor yangbersangkutan;
b. Terintegrasikan secara teknis dengan rencana induk pada sektor
yang bersangkutan;
c. Layak secara ekonomi dan fi nansial; dan
d. Ti dak memerlukan Dukungan Pemerintah yang berupakontribusi fi skal dalam bentuk f inansial.
TAHAPAN PROYEK KERJASAMA UNSOLICITED
Untuk dapat menyiapkan Proyek KPS dengan skemaUnsolicited Project , maka tahapan dalam penyiapan proyek KPS tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Badan Usaha atau Badan H ukum Asing yang bermaksuduntuk mengajukan prakarsa Proyek Kerjasama dapatmengajukan usulan prakarsa kepada Menteri/KepalaLembaga/Kepala Daerah, dengan menyampaikan informasi
mengenai pra studi kelayakan.
2. Menteri /Kepala Lembaga/Kepala Daerah mengevaluasi usulanproyek atas Prakarsa Badan Usaha atau Badan Hukum Asing.
3. Dalam hal berdasarkan evaluasi proyek atas prakarsa BadanUsaha atau Badan H ukum Asing memenuhi persyaratan
kelayakan maka Menteri /Kepala Lembaga/Kepala Daerahmemberikan persetujuan kepada Badan Usaha atau BadanHukum Asing untuk melanjutkan proses penyiapan proyek
dengan menyusun Pra-Studi Kelayakan beserta dokumenkelangkapan lainnya, yaitu :
a. Studi kelayakan;
b. Rencana bentuk kerjasama;
c. Rencana pembiayaan proyek dan sumber dananya; dan
d. Rencana penawaran kerjasama yang mencakup jadwal,proses dan cara penilaian.
4. Apabila studi kelayakan dan dokumen kelengkapan lainnyatelah diserahkan kepada PJPK, maka PJPK mengevaluasi studidan dokumen tersebut.
5. Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi proyek atas prakarsa
Badan Usaha atau Badan Hukum Asing memenuhi persyaratankelayakan, proyek atas prakarsa Badan Usaha atau BadanHukum Asing tersebut diproses melalui pelelangan umum
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini.
6. Berdasarkan evaluasi tersebut Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah menetapkan Badan Usaha atau Badan Hukum Asingsebagai Pemrakarsa, dengan mencantumkan jeni s kompensasi
UNSOLICITED PROJECT Dalam praktek skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) tidak semuaKementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah memiliki kemampuan sumber dana untuk membiayai penyiapan proyek karena terbatasnya APBN/APBD. Oleh karena itu tidak semuakebutuhan infrastruktur dapat dianggarkan dan realisasikan. Disamping itu Badan UsahaSwasta dengan kemampuan finansial dan manajemen yang lebih baik dapat membaca peluang untuk berinvestasi.
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
23
EDUKASI KPS - Oleh:Novie Andriani, SH dan M. Taufiq Rinaldi, ST
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
24/28
yang diberikan. Berdasarkan Perpres KPS, Menteri/KepalaLembaga/Kepala Daerah akan memberi kan kompensasi kepadaBadan Usaha atau Badan Hukum Asing yang di tetapkan
sebagai Pemrakarsa Proyek Kerjasama. Kompensasi tersebutdalam bentuk :
a. Pemberian tambahan nilai maksimal 10% dari penilaiantender pemrakarsa dan dicantumkan secara tegas dalamdokumen pelelangan;
b. Pemberian hak untuk melakukan penawaran oleh Badan
Usaha atau Badan Hukum Asing pemrakarsa terhadappenawar terbaik (ri ght t o match ), sesuai dengan hasilpenilaian dalam proses pelelangan paling lama 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak ditetapkannya penawaran yangterbaik dari pelelangan umum Proyek Kerjasama yang
ditetapkan berdasarkan kriteria penilaian dari sektor yangbersangkutan; atau
c. Pembelian prakarsa Proyek Kerjasama termasuk hakkekayaan intelektual yang menyertainya oleh Menteri /
Kepala Lembaga/Kepala Daerah atau oleh pemenang lelang.
Pemberian bentuk kompensasi sebagaimana tersebut diatasdi cant umkan dalam persetuj uan M ent eri / Kepala
Lembaga/Kepala Daerah. Pemrakarsa Proyek Kerjasama yangt elah mendapatkan perset uj uan Ment eri / KepalaLembaga/Kepala Daerah tetap wajib mengikuti penawaran
sebagaimana disyaratkan dalam dokumen pelelangan umum.
Dalam hal Pemrakarsa telah mendapatkan kompensasipenambahan nilai dan ri ght to match maka seluruh StudiKelayakan dan dokumen-dokumen pendukungnya serta merta
beralih menjadi milik Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerahtanpa memperoleh bayaran atau kompensasi dalam bentuk
apapun. Namun untuk Pemrakarsa Proyek Kerjasama yangt elah mendapatkan perset uj uan Ment eri / KepalaLembaga/Kepala Daerah unt uk dibeli prakarsa proyeknya
beserta hak-hak yang melekat di dalamnya, tidak diperkenankanmengikuti penawaran sebagaimana disyaratkan dalam dokumenpelelangan umum.
7. Walaupun t elah di tetapkan sebagai Pemrakarsa ProyekKerjasama, Badan Usaha dan/atau Badan Hukum Asing tetap
harus mengikuti proses penawaran dalam Pengadaan Badanusaha.
Dalam penyusunan penyiapan proyek KPS dengan skemaUnsolicited ,Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah tidak dianjurkan untukmenyusun MoU dengan Badan Usaha atau Badan Hukum Asinguntuk menjamin transparansi proses pengadaan.
CONTOH PROYEK UNSOLICITED PROJECT :Proyek Pengolahan Sampah Kota Bandung
Latar belakang dari proyek ini adalah terjadinya bencana longsor
TPA Leuwigajah pada tahun 2005 yang menyebabkan terjadinyabeberapa permasalahan sampah. Masalah persampahan tersebutperlu penyelesaian dengan langkah-langkah percepatan penanganansampah Kota Bandung secara terpadu.
Arah Kebijakan untuk penanganan masalah persampahan KotaBandung berdasarkan Perda No. 2/2004 tentang RTRW KotaBandung sebagaimana telah diubah dengan Perda No. 03/2008adalah sebagai berikut: mengurangi volume sampah yang akandibuang ke tempat Pembuangan Akhir dengan cara pengelolaan
setempat perwilayah dengan teknis-teknis yang berwawasanlingkungan dan meningkatkan kualitas prasarana dan saranapengolahan sampah.
Strategi Kota Bandung untuk mengatasi permasalahan sampah
dan/atau dalam rangka pengelolaan persampahan adalah pertamadengan menerapkan konsep 3R (reduce-recycle-reuse ) atau
mengurangi-memanfaatkan kembali-mendaur ulang, kedua yaitu
Tahapan Unsolicited Project*
• Rencana bentuk kerjasama• Rencana pembiayaan proyek dan sumber
dana• Rencana penawaran kerjasama mencakup
jadwal, prosesdan cara penilaian
Badan Usaha / Badan Hukum Asing mengajukan FS besertakelengkapan dokumen lainnya
Persetujuan oleh PJPK kepadaBadan Usaha/Badan Hukum Asing untuk melanjutkan FS
Kriteria1. Tidak termasuk dalam rencana induk pada sektor yang
bersangkutan;2. Terintegrasikan secara teknisdengan rencana induk
pada sektor yang bersangkutan;3. Layak secara ekonomi dan finansial4. Tidak memerlukan Dukungan Pemerintah yang berupa
kontribusi fiskal dalam bentuk finansial
Badan Usaha /Badan Hukum Asing
1Mengajukan pra studi
kelayakan kepada PJPK
2 3
PJPK menetapkan BadanUsaha/Badan Hukum Asing sebagai pemrakarsa dan bentuk
kompensasi yang diberikan
6
Evaluasi oleh PJPK
5 4
PengadaanBadan Usaha
7
* Dalam Perpres 56/2011
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
24
EDUKASI KPS
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
25/28
dengan memperbaiki dan menyiapkan prasarana pengelolaan
sampah dengan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan, danyang ketiga yaitu dengan menggalang kerjasama dengan sektor
swasta dan melakukan kolaborasi dengan kabupaten/kota sekitardalam penanganan masalah persampahan.
Pemerintah Kota Bandung memilih Pengolahan Sampah denganteknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah/PLTSa (Weste to Energy ).
PLTSa adalah pemusnahan sampah (incinerator ) modern yang dilengkapidengan peralatan kendali pembakaran dan sistem monitor emisi gasbuangan yang berkelanjutan, dan menghasilkan energi listrik. Namun
pada kenyataannya PLTSa lebih ditujukan untuk memusnahkansampah daripada menghasil kan li stri k.
Pada saat ini proyek PLTSA Kota Bandung
telah dilakukan beberapa studi dan kajian.Badan Usaha Pemrakarsa telah menyusunKajian dalam Aspek Lingkungan dan Sosial.Disamping itu, Pemrakarsa juga melakukananalisa Pasar terhadap perhitungan suply
sampah dan kemungkinan apakah listrik hasildari PLTSa tersebut akan dibeli oleh PLN.Pemrakarsa kemudian menyusun kerangka
rencana bisnis proyek PLTSa.
Dari kajian-kajian yang telah disusun terdapat
hal-hal yang perlu mendapat perhatian, yaituPLTSa hanya salah satu dari beberapa opsi
dari cara pengolahan akhir sampah, kerjasamadengan skemaBui ld-Operate-Transfer (BOT)
merupakan bentuk KPS yang memadai untukproyek tersebut, perlu di lakukan pembicaraandan kesepakatan dengan PLN mengenai tariff
dan diperlukannya dukungan dan jaminanuntuk proyek tersebut.
Rencana proyek PLTSa dapat dikatakan telah melalui Tahap I
(Perencanaan Proyek Kerjasama) dan Tahap I I (Penyi apan Pra-studi Kelayakan Proyek Kerja Sama). Saat ini tahapan yang sedang
berjalan adalah proses penetapan pemrakarsa dan kompensasikepada pemrakarsa, dimana masih menunggu proses Perda RT/RWprovinsi Jawa Barat dan Kota Bandung. Tahapan selanjutnya yang
akan di laksanakan adalah Tahap II I yaitu Transaksi Proyek KerjaSama yang terdiri dari: Rencana Pengadaan Badan Usaha (persiapanproses pelelangan), Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha (prosespelelangan), dan penandatanganan perjanjian kerjasama. (*)
25Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
26/28
UNIT PENGATUR
Pengaturan atau regulasi dimaksudkan untuk menjaga agar parapihak yang melakukan perjanjian kerjasama memenuhi ketentuan
yang telah disepakati bersama sesuai dengan hak dan kesepakatanmasing-masing.
Tujuan dari pengaturan/regulasi antara lain sebagai wasit yang
menengahi perselisihan atau beda pendapat yang mungkin t imbulselama masa kontrak kerjasama dan memberi kan saran dan solusi
masalah KPS serta sebagai pusat pengaduan seluruhstake holder (eksekut if, operator, investor, pelanggan).
Strategi pengaturan yang sebaiknya diterapkan meliputi merumuskanhal-hal yang perlu diatur, antisipasi terhadap persoalan yangmungkin timbul, adil dan transparan serta independen. Selain itu,pengaturan jangan terlepas dari dokumen kerjasama.
Untuk melaksanakan pengaturan, harus dibentuk Unit Pengaturan.Ketentuan pembentukan dan pengorganisasian Unit Pengaturharus dibentuk berdasarkan peraturan dan bersifat permanensampai dengan berakhirnya masa berlaku perjanjian. Unit iniberanggotakan unsur pemerintah, investor dan masyarakat
(disesuaikan kebutuhan). Selain itu, uni t pengatur juga merupakanunit yang independen.
Adapun tugas dan fungsi dari Unit Pengatur adalah untukmengawasi segala ketentuan dari pasal-pasal dalam perjanjiankerjasama serta mengklasifikasi ketentuan-ketentuan dalamperjanjian kerjasama. Unit ini juga bertugas untuk mengingatkandan menegur pihak-pihak dimaksud tentang tanggung jawab dankewajiban masing-masing.
Selanjutnya, unit pengatur bertugas juga untuk memeriksa secararuti n pemenuhan standar kinerja. Tugas lainnya adalah membuat
beri ta acara kemajuan, pekerjaan, dan membuat beri ta acarapenyelesaian pekerjaan, serta menerima keluhan/pengaduan daripihak-pihak terkait pelaksanaan ketentuan perjanjian danmemberikan solusi penyelesaian.
UNIT MONITORING
Sistem monitoring merupakan cara dan metode untukmendokumentasikan dengan baik, jelas dan tepat semua kegiatan
pelaksanaan Perjanjian Kerjasama. Tujuannya adalah agar ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kerjasama dapat dilaksanakan sesuai
kesepakatan, sehingga tidak terjadi permasalahan dan perselisihanatau paling tidak dapat mengurangi timbulnya hal tersebut.
Dalam rangka mendorong pelaksanaan monitoring tersebut makaharus dibentuk Unit Monitoring. Pembentukan dan
pengorganisasian Un it M oni toring harus berdasarkan suratkeputusan Penanggungjawab Proyek Kerjasama. Uni t Pengatur
ini bersifat permanen sampai berakhirnya masa berlaku perjanjian.Subordinasi fungsi Uni t Monit oring bisa dil akukan pada suatuinstitusi struktural yang sudah ada dengan membentuk unit
khusus. Unit Monitoring dipimpin oleh seorang Ketua yangmerangkap anggota.
Fungsi dan tugas unit ini adalah memonitor pemenuhan hak dankewajiban dari para pihak di dalam perjanjian kerjasama. Selajutnyamemonitor kinerja mitra usaha, mengkaji laporan bulanan,tahunan dan laporan khusus serta mengawasi jalannya pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
Unit ini juga bertugas menyiapkan sistem dan format pelaporan,mencatat dan mengadministrasikan semua dokumen hasilpemantauan/pengkajian dan menyerahkannya kepada PJPK serta
Kerjasama Pemerintah dan Swasta didasarkan pada perjanjianKerjasama yang memuat standar pelayanan dan kinerja yang harusdipantau pemenuhannya oleh Badan Usaha. Hanya dengan sistempengaturan dan pemantauan yang profesional dan terdokumentasidengan baik yang akan membuahkan hasil Kerjasama Pemerintahdan Swasta (KPS) yang memuaskan bagi semua pihak dan dapatm e n j a m i n t e r l a k s a n a n y a p r i n s i p w i n - w i n s o l u t i o n .
Prinsip KPS di bidang pelayanan umum adalahwin-wi n soluti on yang prosesnya pada setiap
tahap harus dilakukan secara transparan, adil, dan demi tercapainya tujuan untuk peningkatan
cakupan serta mutu pelayanan umum yang efektif dan efisien. Prinsipwin-win soluti on dapatdicapai jika para pihak yang berkepentingan (stakeholder ) memiliki niat baik, melaksanakankewajibannya sebaik mungkin dan saling mempercayai satu sama lain.
SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi Khusus Tahapan KPS 2011
26
EDUKASI KPS - Oleh: Novie Andr iani , SH
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
27/28
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsidan tugas unit kepada PJPK.
Adapun sistem pelaporan monitoring pelaksanaan perjanjian kerjasamaadalah laporan bulanan dan tahunan serta laporan insidentil yang
meliputi laporan keuangan dan laporan kinerja teknis.
Kegiatan manajemen kontrak meliputi kegiatan pemantauan yangberkelanjutan terhadap konsesi/ kontrak yang dilakukan mematuhiketentuan dan kontrak selama masa berlaku.
Kegiatan manajemen pelaksanaan perjanji an ini mencakupmanajemen pelaksanaan pada saat prakonstruksi, konstruksi,operasi komersial, dan saat berakhirnya perjanjian kerjasama.
1. Prakonstruksi
Manajemen pelaksanaan perj anji an kerj asama pada saatprakonstruksi dilakukan sejak penandatanganan perjanjian
kerjasama sampai dengan perolehan pembiayaan (fi nancial close ).Adapun hal-hal yang perlu dipantau pada tahap ini adalah
pemenuhan persyaratan pendahuluan (condi ti onal precedent ) olehBadan Usaha dalam perjanjian kerjasama dan perolehanpembiayaan serta pemantauan terhadap proses penyusunan KA-
AND AL dan Amdal.
2. Konstruksi
Manajemen pelaksanaan pada saat konstruksi terhitung sejakdimulainya konstruksi sampai dengan proyek kerjasama beroperasi
secara komersial. Pada tahap ini dilakukan manajemen pelaksanaanantara lain terhadap rancangan fasil itas baru atau penjelasan ataspelayanan yang akan disediakan; penggabungan fasilitas baru
dengan fasilitas yang telah ada; akses tapak dan hak menyampaikanpermasalahan terkait dengan kegagalan dan ketidakmampuan
Badan Usaha untuk memenuhi perjanjian kerjasama; penundaanatau perubahan jadwal konstruksi; variasi desain konstruksi;kesiapan pekerjaan/operasi; kesesuaian perencanaan teknik denganpelaksanaan konstruksi; p roperti dan perencanaan; sert apermasalahan mengenai tenaga kerja dan risiko yang ditanggung
oleh PJPK.
3. Operasi Komersial
Pada saat operasi komersial, manajemen pelaksanaan perjanjian
kerjasama dilakukan sejak proyek beroperasi komersial sampaidengan berakhirnya jangka waktu perjanjian kerjasama. Pada
tahap ini perlu dilakukan pemantauan terhadap standar kinerja
jasa atau layanan sesuai dengan perjanj ian kerj asama.
4. Berakhirnya perjanjian Kerjasama
Pengalihan kembali aset kepada PJPK merupakan salah satu halyang perlu dipertimbangkan dalam melakukan manajemen
pelaksanaan perjanjian kerjasama pada saat berakhirnya perjanjiankerjasama. Pengalihan aset dilakukan jika bentuk kerjasamamenggunakan opsi pengalihan/transfer aset. Pengalihan atau alihmilik merupakan proses pengalihan seluruh aset yang dibangundan/atau dikelola selama masa kerj asama kepada PJPK saat
perjanjian kerjasama berakhir.
Berikut ini adalah tahapan dalamproses alih milik sebagai berikut:
· Penil aian Aset. Peni laian asetterhadap semua komponeninfrastruktur/sistem yang termasuk
dalam perjanjian kerjasamaterhadap kondisi/kinerja dan sisa
umur teknis dari masing-masingkomponen.
· Pembayaran Kompensasi.Kompensasi yang harus dibayarkanoleh PJPK kepada badan usahasesuai dengan nilai yang tercantumdalam perjanjian kerjasama.
· Pengalihan Proyek. Pengalihan
proyek secara resmi dari badanusaha kepada PJPK setelah laporanpenilaian aset disepakati dan
ditandatangani oleh kedua belahpihak. (*)
27Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
8/16/2019 Tahapan KPS Di Indonesia
28/28
Dibanyak pesisir di Indonesia,fasilitas pelabuhan rakyat tidak
dilengkapi dermaga, kolampelabuhan, apalagi crane .