1
*SUHARTO DAN G30S*
Dditerbitkan oleh Cipta Lestari pada September 2000.:
Pengantar Pertama
Bahan Studi Sosial Politik
Rezim militeris Suharto, dengan segala aparat keamanan dan indoktrinasinya, seperti
Kopkamtib/Laksus, Lemhannas, Bakin, BP7, Dirjen Sospol Depdagri, dll, selalu
menekankan soal bahaya laten G30S/PKI. Begitu juga pemimpin-pemimpin informal
penguasa sejenis Dr. Suhardiman (Ketua Soksi) dan lain-lainnya. Mulai
penyelundupan dari luar negeri, aksi protes kaum tani karena kena gusur, sampai
kebakaran TVRI, seminar tuyul, dsb. dihubungkan dengan bahaya laten G30S/PKI.
Apalagi menjelang hari-hari 30 September dan 1 Oktober tiap tahun, yang bagi
penguasa merupakan momentum yang baik untuk mengkampanyekan tema tersebut.
Hal ini berakibat masalah G30S tetap masih merupakan tema sentral dalam
percaturan politik untuk jangka panjang, meskipun peristiwanya itu sendiri telah terjadi
lebih dari 30 tahun yang lalu. Semakin banyak memang pihak-pihak yang terlibat, atau
yang menggunakan kasus politik tersebut untuk kepentingan sesuatu golongan, atau
setidak-tidaknya yang ber-ingin tahu (nieuwsgierig) tentang berbagai masalah vital
dibelakang layar sampai sekarang belum terungkap tuntas.
Suatu tema vital yang kini menjadi perhatian dan usaha pengusutan oleh para
pengamat politik dan ahli sejarah khususnya, baik disebabkan oleh munculnya
data-data baru maupun karena logika ang timbul, ialah bagaimana sebetulnya
kedudukan Jenderal Suharto dalam peristiwa G30S, atau keterlibatannya atau
malahan pendalangannya dalam peristiwa tersebut.
Disajikan disini tulisan "Amerika Serikat dan Penggulingan Sukarno 1965-1967 karya
Prof. Peter Dale Scott dari University of California (Berkeley).
Tulisan ini menyajikan data-data yang cukup terinci hasil riset dia dari kawan-kawan
dan di antaranya bersumber dari bahan-bahan CIA, yang daripadanya dapat dinilai,
bahwa Presiden Suharto bukannya tidak tahu menahu, tidak hanya terlibat, tapi
malahan dialah sebetuInya yang mendalangi G30S dan telah mempersiapkannya jauh
sebelum tahun 1965. Suharto dan kawan-kawannya sebagai pengamat politik yang
cukup tajam dan lihay, yang mempunyai ambisi jangka panjang untuk merebut puncak
2
kekuasaan negara, mengetahui bahwa dalam dunia politik pada tahun-tahun '60-an
terdapat kontradiksi yang terpenting, ialah antara PKI yang dibantu sekutu-sekutu
politiknya lawan kelompok jenderal-jenderal kanan di dalam Angkatan Darat yang
dipimpin oleh Nasution/A. Yani (Suharto pribadi sudah lama tidak senang terhadap
kedua jenderal tersebut). Di tengah-tengah masyarakat juga terdapat
kekuatan-kekuatan politik yang cukup potensial, yang menampilkan diri sebagai
kekuatan Islam, nasionalis, murba, mahasiswa, dsb yang anti komunis tau
setidak-tidaknya yang khawatir terhadap cepatnya perkemangan kekuatan dan
pengaruh PKI.
Untuk mencapai tujuan jauhnya Soeharto dan kawan-kawannya cukup menyadari,
bahwa dalam posisi politik pada saat itu dari kekuatan riil yang ada padanya, tidak
mungkin untuk tampil secara terbuka dan langsung bergerak memimpin perebutan
kekuasaan. Dia cukup lihay dalam melancarkan aksinya secara bertahap.
Pertama-tama dan yang terpenting yang perlu dihancurkan adalah kelompok
jenderal-jenderal kanan A.D. pimpinan Nasutian/Yani, sebab hancurnya mereka, maka
otomatis akan membuka peluang baginya (Soeharto) untuk tampil sebagai orang
pertama Angkatan Darat. Tapi sebaliknya jika PKI yang hancur lebih dulu, maka dia
tak mungkin mendapatkan peluang yang baik tersebut, sebab dia pasti tetap hanya
menjadi orang bawahan Nasution/Yani.
Dia cukup tahu bahwa kekuatan politik yang berani dan mampu memukul kelompok
jenderal-jenderal A.D tersebut ialah PKI. Oleh karena itu permainan yang dia lakukan
ialah secara organik militer dia dkk. Seakan-akan tunduk dan loyal kepada
Nasution/Yani. Di fihak lain, dia bersikap pura-pura tidak begitu menentang PKI dan
kaum kiri pada umumnya. Malahan untuk lebih dapat menutupi sikapnya yang
sesungguhnya dia atau orang-orangnya bersikap akrab dengan oknum-oknum PKI
atau perwira-perwira yang dia ketahui berhaluan kiri. Misalnya apa yang dikerjakan
oleh Ali Murtopo dengan mendekati perwira-perwira kiri Kodam Diponegoro. Dr. Ibnu
Sutowo (finansier operasi Soeharto) yang kakak kandung Dr Satrio (tokoh PKI Jawa
Timur) suka tampil sebagai kerabat PKI. Soeharto sendiri yang mempunyai paman-PKI
di Jogja mempunyai hubungan akrab dengan Kol. Latif sekeluarga (pimpinan G30S).
Sehubungan dengan ini patut dipertanyakan, siapakah sebetulnya Jendral Amir
Makhmud itu? Jelas sekarang dia adalah pengikut setia (mungkin lebih tepat dengan
istilah penjilat) Jendral Soeharto. Apakah dia sudah sejak tahun '60 termasuk
kelompok Jendral Soeharto, yang ditugaskan untuk mendekat kepada oknum-oknum
3
PKI, atau baru pendatang kemudian? Yang terang, dan sudah menjadi rahasia umum,
bahwa dia sejak tahun '60-an telah dibina oleh oknum-oknum PKI seperti Umar
Bachsan (tokoh Angkatan '45 Jabar), Komara Mahmud (kakak Amir Mahmud) tokoh
PKI dan BTI Jawa Barat.
Juga siapakah sebetulnya Jendral Widodo (ex KSAD) itu? Pada tahun 60-an dia
dikenal sebagai kolonel Ka. Ass IV (logistik) Kodam Diponegoro dan berhaluan kiri. Dia
ternyata tak hanya terlibat, tapi ikut mempersiapkan dan melancarkan G30S di Jawa
Tengah. Tapi selekasnya G30S terpukul dia segera membalik dan malahan aktif ikut
ambil bagian menghancurkan G30S dan PKI terutama di Jawa Tengah. Apakah dia
berbuat begitu semata-mata karena bermental pengecut atau berwatak bajing loncat,
atau sbetulnya dia adalah anggota kelompok Jenderal Soeharto yang dengan sadar
ditugaskan berada di tegah perwiea-perwira kiri dengan misi untuk memprovokasi dan
menghancurkan PKI.
Setelah kelompok Jendral Nasution/Yani dapat dibabat habis (kecuali Nasution yang
meleset) oleh G30S, maka Soeharto dan kawan-kawan menemukan kesempatan
emas, memiliki posisi politik yang sangat menguntungkan, untuk melancarkan tahap
berikutnya dalam mencapai tujuan jauhnya. Kesempatan dan posisi yang sangat baik
ini ditambah lagi dengan dimilikinya kedudukan untuk otomatis menjadi pejabat KSAD.
Dikarenakan, menurut peraturan yang tak tertulis dalam keadaan dimana KSAD tak
ada atau tak dapat berfungsi, maka Pangkostrad otomatis secara ex ofisio menjadi
pejabat KSAD. Dengan begitu dia dapat mengkomando langsung KSAD, pasukan elit
AD. Dia sudah memiliki riil beberapa batalyon Raider dan pasukan lapis-baja di Jakarta,
yang sebagai Pangkostrad dia telah perintahkan mereka untuk datang ke Jakarta
menjelang tgl. 1 Oktober 1965.
Tahap ke II tersebut ialah menghancurkan PKI dan ormas-ormasnya, secara politik
dan fisik, partai politik terkuat dan pendukung utarna kekuasaan Bung Karno. Selain
kekuatan-kekuatan AD yang dia kuasai, dia juga memobilisasi kekuatan-kekuatan
ABRI lainnya prajurit kelompok Nasution/Yani. Kekuatan-kekuatan ABRI pendukung
Bung Karno atau yang pasif dia lumpuhkan, netralisasi atau atau pecah-belah. Dia
juga menarik, mobilisasi dan membakar semangat kekuatan-kekuatan anti PKI dari
kalangan Islam, nasionalis/marhaenis, murba, gereja, mahasiswa, dan lain-lain.
Dengan gerakan kilat, dengan dipimpin, dipelopori dan dengan inti pasukan-pasukan
tempur AD, dia lancarkan teror massal yang luar-biasa dahsyat dan sadisnya, dengan
korban konyol ratusan ribu banyaknya.
4
Seandainya PKI dan ormas-ormasnya jauh-jauh hari sudah tahu akan terjadinya teror
massal tersebut, dan mampu mengorganisasi bela-diri, maka mungkin korban konyol
teror tersebut tidak sedahsyat dan sebanyak itu.
Setelah dalam waktu beberapa bulan saja PKI dapat diporak-porandakan, maka
tinggal satu kekuatan yang masih menjadi perintang Soeharto untuk dapat mencapai
puncak singgasana kekuasaan. Perintang itu ialah Presiden Soekarno dan beberapa
pendukungnya, baik sipil maupun militer, yang secara formal masih berkuasa (UUD45).
Soeharto dan kawan-kawan tahu betul bahwa Soekarno tanpa dukungan kekuatan PKI
adalah makanan empuk bagi kekuatan Soeharto pada waktu itu.
Dilancarkanlah operasi tahap ke Ill, ialah menumpas habis kekuatan dan kekuasaan
Bung Karno dan pendukung-pendukungnya. Dan untuk lebih melancarkan operasinya
supaya tak banyak menimbulkan persoalan, maka dipaksalah Presiden Soekarno
untuk mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret '66. Dan senjata hukum ini dipakailah
oleh Soeharto untuk mensukseskan dengan cepat operasi tahap ke III. Bung Karno
dan pendukung-pendukungnya ditangkap dan Bung Karno sendiri akhirnya wafat
(pembunuhan seara pelan-pelan dan terselubung dalam tahanan pada tgl 21 juni
1970). Suatu tragedi dan ironi bahwa Bung Karno sebagai pendiri dan proklamator
Negara Republik Indonesia, justru wafat secara memilukan dan menyayat hati di
tempat tahanan dari rezim militeris Soeharto, yang setiap hari berteriak-teriak
"melaksanakan Pancasila dan UUD '45 secara murni dan konsekwen".
Patut dicatat, bahwa Bung Karno sampai akhir hidupnya tetap konsekwen tak mau
ikut-ikut arus membasmi komunis dan massanya, yang dilancarkan oleh Soeharto dkk,
karena beliau setia kepada kebenaran. Meskipun untuk itu beliau terpaksa ikut menjadi
korban. Begitu juga tokoh-tokoh nasional/marhaenis seperti Ali Sastroamijoyo dkk,
tokoh ABRI Letjen Hartono (KKO) dll, tokoh Agama Islam seperti Fatah Yasin dll.
Ny. Dewi Soekarno dalam Surat Terbukanya kepada Suharto (*tidak dimuat dalam
buku ini-pen*), mengungkapkan; setidak-tidaknya terdapat tiga fakta, yang
mengandung logika kuat, bahwa Jenderal Soeharto terlibat G30S.
*Pertama*, dia tidak termasuk daftar jendral yang perlu dibasmi oleh G30S. Padahal
pimpinan G30S yang perwira-perwira ABRI itu, pasti tahu peraturan intern AD, bahwa
jika KSAD berhalangan atau tidak ada, maka Pangkostrad (berarti Jenderal Soeharto)
otomatis menjadi pejabat KSAD. Pimpinan G30S tak mengetahui alamat rumah
Soeharto, bantah Soeharto atau pengikutnya. Omong kosong! Itu bantahan asbun
5
(asal bunyi). Kol Latif (pimpinan G30S) sekeluarga adalah sahabat akrab Soeharto
sekeluarga. Dia sering berbincang-bincang di rumah Soeharto. Letkol Untung adalah
bekas anak buah Soeharto. Komandan-komandan pasukan Raider yang
(di)-datang-(kan) ke Jakarta dari daerah-daerah menjelang 1 Oktober '65 sore telah
mulai bergerak dalam rangka G30S membasmi Jenderal Nasution/ Yani dkk. Jadi tidak
dimasukkannya nama Soeharto dalam daftar jenderal yang perlu ditangkap oleh G30S
adalah kesengajaan.
*Kedua,* beberapa hari sebelum tgI 30 September '65 (malahan jumpa terakhir
beberapa jam sebelum jam “D” dilancarkannya G30S) Kol. Latif beberapa kali
menemui jendral Soeharto, membicarakan Dewan Jendral dan akan adanya operasi
G30S. Soeharto tidak mencegah dan yang terpenting dia tidak melaporkannya kepada
atasannya KSAD Jendral Yani.
*Ketiga,* sampai jam 3 sore Jendral Soeharto sebagai Pangkostrad masih
menginspeksi pasukan-pasukan Raider yang tiba di Jakarta dari daerah. Dua jam
berikutnya, jam 5 sore, sebagian pasukan tersebut ambil bagian bersama-sama
dengan pasukan Cakra Birawa dan pasukan-pasukan lain untuk menangkapi Jenderal
Nasution/Yani dkk. Tidak mungkin Pangkostrad dan Ass I (intel) Kostrad tidak
tahu-menahu akan adanya G30S.
Seterusnya Ny. Dewi Sukarno juga menuntut tanggung jawab Soeharto dengan
terjadinya pembunuhan massal yang dahsyat dan amat sadis, terhadap orang-orang
komunis dan massa biasa, termasuk wanita dan anak-anak, pada tahun-tahun ‘65, ’66,
‘67. Juga mnuntut tanggung jawab atas diterlantarkannya Bung Karno dalam keadaan
sakit di dalam tahanan, yang hakekatnya adalah pembunuhan secara pelan-pelan dan
halus. Menurut Dewi, Jenderal Soeharto yang waktu itu merupakan pimpinan puncak
Hankam semestinya harus bisa mencegah terjadinya tragedi Nasional tersebut.
Peter Dale Scott dan Ny. Dewi Sukarno kedua-duanya bukan komunis. Mereka
hanyalah orang-orang yang ingin mendapatkan kebenaran fakta sejarah, orang-orang
yang ingin menaruh simpati kepada mereka yang menjadi korban yang tidak berdosa.
Peter Dale Scott dan Ny. Dewi Sukarno hanyalah dua dari sekian banyak manusia di
dalam dan luar negeri yang mempunyai dedikasi semacam itu.
Peristiwa G30S memang suatu tragedi nasional yang mengandung banyak
ke-luarbiasa-an, pengalaman dan pelajaran pahit. Banyak fakta yang masih tertutup,
padahal merupakan fakta dan data yang amat penting dan mempunyai nilai kunci.
6
Usaha pengusutan terus akan fakta-fakta yang masih tertutup tersebut, sudah tentu
berbeda secara diametral dengan usaha rezim militeris Soeharto untuk
menghangat-hangatkan bahaya laten G30S/PKI. Sebab mereka berbuat begitu adalah
dengan tujuan untuk menimpakan segala keborokan sebab dan akibat G30S kepada
PKI, musuh pokok (cetak tebal dari penyunting) mereka. Dan untuk maksud itu justru
fakta-fakta mereka tutup atau manipulasi.
Oleh karena itu, dua tulisan tersebut baik dibaca dengan tenang dan kritis. Juga
generasi muda baik diberi-tahu akan kejadian tersebut (tentu dengan cara yang tepat
sesuai dengan keadaan sekarang), supaya mereka tak mudah terkecoh oleh ulah
kaum koruptor sejarah sejenis Nugroho Notosusanto.
(wsk)
KATA PENGANTAR
G30S, komunisme sebagai lembaga (PKI), maupun sebagai ideologi (ajaran) masih
merupakan tema sentral dalam percaturan politik Indonesia sampai sekarang. Hal
mana diperkuat oleh kenyataan, bahwa niat Presiden Abdurrahman Wahid untuk
mengusulkan pencabutan. TAP MPRS 1966 ditolak oleh sebagian "elite politik" baik
yang berada di dalam DPR/MPR maupun yang berada di luarnya.
Padahal TAP MPRS XXV 1966 itu merupakan legalisasi pensalahgunaan
SUPERSEMAR oleh pengembannya yaitu PANGKOPKAMTIB Jendral Suharto.
Pensalahgunaan dan kekeliruan mana (abuse of power atau detournement du povoir)
itu telah dikoreksi oleh Presiden Sukarno dengan suratnya kepada jendral Suharto
yang disampaikan langsung oleh Wakil Perdana Menteri II Dr. H.J. Leimena pada
tanggal 13 Maret 1966.
Bahwa pembubaran PKI dan ormas-ormas afiliasinya pernah diusahakan oleh Kepala
G.V KOTI (Brigjen Sutjipto S.H.) sebagai konsep diajukan melalui Kepala Staf KOTI
(baru) Jendral Suharto pada tanggal. 19 Desember 1965 ditolak oleh Presiden
Sukarno dan mengakibatkan dicopotnya Brigjen Sutjipto S.H. dari Kepala Gabungan V
KOTI.
Demikian pula DWIFUNGSI ABRI jelas dibahas dalam tulisan Peter Dale Scott, bahwa
itu merupakan kelanjutan dari gagasan konsep perang wilayah, civic mission yang oleh
pihak pengusulnya (CIA/Amerika Serikat) dinamakan civic action, yang dikembangkan
sebagai doktrin strategis baru oleh SESKOAD dibawah bimbingan Jenderal A.H.
7
Nasution dan Brigjen Suwarto. Sebagai hasil rekomendasi Departemen Luar Negeri
Amerika Serikat pada tahun 1962, yang penulisannya dibantu oleh Pauker, sebuah
kelompok penasehat pelatihan militer (MILTAG=Military Training Asistency Group) A.S.
khusus didirikan di Indonesia (Jakarta) untuk membantu penerapan program-program
Civic Mission SESKOAD. Sebuah memo dari MENLU AS Dean Rusk kepada Presiden
Johnson 17 Juli 1964, menjelaskan bahwa pada waktu itu pentingnya MILTAG
terutama, adalah kontak dengan unsur-unsur anti komunis dalam Angkatan Darat
Indonesia dan Organisasi Teritorialnya.
Tulisan itu juga menjelaskan kedudukan dan keterlibatan Suharto dalam G30S, sama
seperti yang dikemukakan oleh aktor G30S Kolonel Latief dalam sidang-sidang
pengadilan dan pembelaannya, bahwa Suharto tidak hanya telah mengetahui
sebelumnya, tetapi malahan terlibat, dan justru yang mendalangi dan mempersiapkan
jauh sebelum terjadinya peristiwa itu.
Peristiwa-peristiwa penting : G30S, reaksi dan respons Suharto terhadapnya,
kemudian pembantaian massal dan penggulingan Presiden Sukarno yang di Indonesia
hampir selalu disajikan sebagai kejadian yang terpisah-pisah dengan alasan atau
motivasi berbeda-beda. Kesemuanya merupakan tahapan-tahapan dari kesatuan
skenario tunggal dalam usaha perebutan kekuasaan pemerintahan sipil oleh Angkatan
Darat. Kesemuanya merupakan skenario “creeping coup d'etat", dan covert
multinasional operation yang melibatkan juga badan-badan intelejen dan dinas rahasia
Amerika, Inggris, Jepang, Jerman dan mungkin juga Australia. Tentang kontak antara
Suharto dengan PSI, tulisan itu menyebut bahwa itu terjadi ketika Suharto sebagai
siswa SESKOAD berkenalan dengan brigjen Suwarto WADAN/ WAGUB SESKOAD.
Sejak itu dia disejajarkan dengan perwira-perwira A.D. yang bersimpati dengan PSI.
Sebuah narasumber menyatakan bahwa perkenalan dengan PSI telah diawali ketika
Suharto jadi salah satu peserta kelompok diskusi Pathook Yogyakarta pada awal
tahun kemerdekaan (1945-46) yang dirintis oleh Johan Syahruzah ketika membuat
jaringan gerakan anti Jepang di mana salah satu aktivitasnya adalah Daino yang juga
berkunjung ke rumah Suharto di Jalan Haji Agus Salim beberapa hari sebelum G30S.
Nara sumber lain juga menyatakan bahwa Subono Mantovani S.H. salah seorang
komandan kompi Brigade Expedisi Garuda Mataram ke Makassar untuk menumpas
pemberontakan Andi Aziz (KNIL) yang menolak kehadiran TNI di Negara Indonesia
Timur) secara spontan menyatakan ketika melihat foto reproduksi buronan aktor G30
S Syam Kamaruzaman kepada rekan sejawatnya di MAHMILUB, bahwa Syam ketika
itu Letnan satu dari berpangkat ex Lasykar Gabungan Yogya (Lasykar Tani) bersama
Lettu Subono Mantovani dan letkol Suharto pernah berada dalam satu kelompok
8
diskusi di Pathook. Masuk akal, apabila Harold Couch mencurigai Syam sebagai agen
ganda yang dimasukkan oleh Suharto ke dalam batang tubuh organisasi PKI.
Fakta lain yang mengindikasikan kedekatan Suharto dengan PSI, adalah fakta bahwa
ketika Suharto masih lajang mengizinkan. pavilyun rumah dinasnya di Kotabaru Yogya
ditempati oleh Amir Murtono (kapten) dan Marjuni (serma) yang pada waktu itu
ditugaskan di Pucuk Pimpinan TNI ex Brigade Kalasykaran yang dipimpin oleh
jenderal mayor Joko Suyono (Biro Perjoangan). Kedua orang tersebut termasuk dalam
faksi pro PSI (Syahrir) di DPP PESINDO, yang dipimpin oleh Dimyati, Nurullah dan
Rifa'i. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Amir Syarifudin Pemimpin Partai Sosialis,
MENHAN berusaha menanamkan ideologi sosialismenya melalui "Komisaris politik
PEPOLIT" (Pendidikan Politik), faksi Syahrir juga menugaskan beberapa kadernya
untuk membina para PATI Angkatan Darat. Dapat disebut diantaranya kolonel Wiyono
(ex Taman Siswa Yogya) juga anggauta PEPOLIT DEPHAN dan Kepala Biro
Hubungan Masyarakat DEPHAN di Jakarta sampai tahun 1952, L.M Sitorus Sekjen
Partai Sosialis, untuk Jawa Barat, Rauf Anwar untuk Jakarta, Dimyati untuk Jawa
Tengah, Ali Hanafiyah dan Suwarto untuk Bandung.
Tidak kurang pentingnya arti dari tulisan itu adalah ditelusurinya hubungan antara
program civic action/mission AD dengan usaha membersihkan militer Indonesia dari
sisa-sisa kepejoangan (romantisme revolusionernya) menjadi militer professional
untuk menumpas perlawanan rakyat (counter insuragency).
Bani Mutamakin Kajen Margoyoso Pati
Karya tulis ini dikutip dan Pasific Affairs .58 Musim Panas 1985; halaman 239-264.
Peter Dale Scott adalah Profesor pada Universitas California Berkeley serta anggota
Badan Penasehat Public Information Research.
*AMERIKA SERIKAT DAN PENGGULINGAN SUKARNO 1965-1967.*
Tulisan singkat ini subyek yang sangat penting, rumit dan memusingkan. Saya
mencoba mendis-kusikan keterlibatan AS dalam penggulingan berdarah Sukarno dari
Kepresidenan tahun 1965-1967. Seluruh peristiwa selama periode yang
pemahamannya keliru menjadi lebih penting daripada analisis tertulis yang mungkin
lebih lengkap. Kisah lengkap mengenal periode yang rumit dan kurang dimengerti ini
bahkan akan tetap berada di luar jangkauan analisa tertulis yang pa-ling lengkap
sekalipun. Banyak peristiwa yang tidak dapat didokumentasikan, sedangkan
9
dokumentasi yang tersisa dan terselamatkan banyak yang kontroversial dan tidak
dapat diverifikasi/dikaji benar tidaknya. Pembantaian kaum kiri sekutu Sukarno adalah
akibat meluasnya paranoia yang merupakan hasil kebijakan bersikap konspiratif, dan
menyajikan sebuah tragedi, yang tidak dikehendaki, oleh sesuatu. kelompok atau
koalisi. Peristiwa 1965 tidak mengesankan bahwa satu-satunya provokasi dan
kekerasan berasal dari sayap kanan militer Indonesia. Tetapi juga kontak mereka
dengan Amerika, atau (penting juga, namun nyaris disinggung disini) saling
hubungannya dengan badan Intelejen Inggris, Jerman dan Jepang.
Setelah semua diuraikan, masih ada kisah rumit dengan makna ganda tentang
pertumpahan darah dan pembantaian di Indonesia, yang pada hakekatnya lebih
sederhana dan mudah dimengerti atau di percaya dibandingkan dengan versi resmi
yang dikarang oleh Presiden Suharto dan sumber pemerintah AS. Masalah yang
digugat ialah bahwa apa yang dinamakan GESTAPU yang berusaha merebut
kekuasaan pada 30 September 1965 (ketika enam jenderal dibunuh), serangan sayap
kiri terhadap sayap kanan, mengakibatkan pulihnya kekuasaan dan pembersihan serta
balas dendam oleh kelompok tengah terhadap sayap kiri.1) Tulisan ini berusaha
membuktikan bahwa dengan mendorong atau paling tidak membantu mendorong
GESTAPU, maka sayap kanan dalam AD menyingkirkan saingannya dari kelompok
tengah AD. Hal ini berarti membuka jalan eliminasi golongan Sipil kiri yang sudah lama
direncanakan, dan sekaligus dan sekaligus membangun kediktatoran militer2)
GESTAPU hanyalah salah satu dan tiga tahapan, dengan kata lain, tahap pertama dari
ketiga tahapan COUP yang direncanakan sayap kanan AD, salah satu yang didorong
secara terbuka dan dibantu secara rahasia oleh para juru bicara serta pejabat
pemerintah AS. 3)
Sebelum beralih ke keterlibatan AS dalam apa yang dinamakan oleh CIA sendiri,
"salah satu diantara pembantaian masal terburuk abad kedua puluh",4) marilah kita
merenungkan kembali apa yang menyebabkannya. Menurut ilmuwan Australia, Harold
Crouch, pada tahun 1965, Markas Besar AD terbelah dalam dua kubu.
Ditengah-tengah ada para perwira tinggi yang diangkat bersamaan dan loyal kepada
jenderal Yani, yang enggan melawan kebijakan Presiden Sukarno tentang persatuan
nasional dan bersekutu dengan PKI. Kubu kedua, termasuk para jenderal sayap kanan
Nasution dan Soeharto, terdiri dari mereka yang menentang kebijakan Yani dan
Sukarno.5) Semua jenderal itu bersikap anti PKI, tetapi pada tahun 1965 masalah
yang bersifat memecah belah adalah isyu Sukarno.
Cerita singkat, (belum terungkap) tentang penggulingan Sukarno pada musim gugur
10
1965: Yani bersama lingkungan dekat para jenderal dibunuh, yang membuka jalan
perebutan kekuasaan oleh sayap kanan anti-Yani, dan bersekutu dengan Soeharto.
Kuncinya adalah apa yang dinamakan percobaan perebutan kekuasaan oleh
GESTAPU yang pada lahirnya bersikap mendukung Sukarno, namun sebenarnya
menjadikan anggota pirnpinan AD sebagai sasaran, fraksi yang paling taat dan setia
mendukung Sukarno, yaltu kelompok Yani. 6)Untuk menyatakan antara lingkungan
dekat Yani dengan mereka yang karena salah satu alasan tertentu kurang senang
terhadap Yani (termasuk Soeharto), dalam rapat Januari 1965 telah mempertemukan
mereka yang kemudian jadi korban September 30 dengan mereka yang kemudian
memegang kekuasaan setelah pembunuhan. 7)
Tidak seorangpun di antara para jenderal anti Sukarno yang menjadi sasaran
GESTAPU, kecuali yang bersifat problematis secara nyata jenderal Nasution. 8) Tetapi
pada tahun 1965 para penyelidik CIA dikecewakan oleh Nasution sebagai andalan
yang tangguh karena sikapnya yang mengalah terhadap Sukarno dalam
masalah-masalah penting.9) Hubungan antara Suharto dan Nasution sempat
membeku sesudah ada pemeriksaan karena dugaan/tuduhan korupsi (barter,
penyelundupan), pada tahun 1959, menyebabkan Suharto dipindahkan jabatan
sebagai Panglima Diponegoro.
Distorsi kenyataan yang bermuka dua, pertama oleh Letkol. Untung dengan
pernyataan GESTAPU-nya, dan kemudian oleh Suharto dengan ke berhasilan
menggagalkan COUP GESTAPU. Kedua-duanya kebohongan11) yang saling
menunjang. Pada 1 Oktober Untung mengumumkan secara mendua bahwa Sukarno
dalam "Perlindungan" GESTAPU (Pada hal tidak). Selain itu Dewan Jenderal yang
didukung oleh CIA. Telah merencanakan COUP sebelum 5 Oktober, dan untuk itu
didatangkan pasukan dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat ke Jakarta.12)
Memang, Pasukan ini didatangkan ke Jakarta dalam rangka turut serta Parade pada
perayaan hari ABRI tanggal 05 Oktober. Namun, Untung tidak menyebut bahwa
dirinya sendiri juga terlibat dalam perencanaan parade hari ABRI dan memilih
kesatuan yang akan diikutsertakan. 13) Selain itu, tidak menyebut bahwa
kesatuan-kesatuan (termasuk bekas Batalyonnya, YONIF 454) itu membekali
sebagian besar sekutu-sekutunya untuk Batalyon barunya dalam kegiatan GESTAPU
di Jakarta.
Dua pengumuman Suharto yang dislarkan RRI masih mempertegas bahwa AD tetap
setia kepada "Bung Karno Pemimpin Besar Revolusi", dan mengutuk pembunuhan
enam jenderal oleh Pemuda Rakyat dan GERWANI, serta unsur-unsur AURI tanpa
11
adanya bukti, kecuali lokasi terjadinya pembunuhan dan sumur tempat membenamkan
mayat ditemukan14), yang berada di wilayah Halim. Padahal ketika itu, Suharto tahu
benar bahwa pembunuhan enam jenderal itu justru sebenarnya dilaksanakan oleh
unsur-unsur pasukan yang mempunyai hubungan dengan Untung, unsur-unsur
dibawah pimpinan Suharto sendiri.15)
Jadi, apapun alasan dan motivasi oknum oknum perorangan seperti keterlibatan
Untung dalam "putsch" GESTAPU, maka GESTAPU itu sendiri munafik. Baik retorika
lebih-lebih lagi tindakannya tidak hanya sekedar tidak pada tempatnya (janggal), tetapi
dirancang dengan seksama untuk mempersiapkan respons Suharto yang sama
munafiknya. Contoh, keputusan GESTAPU untuk menjaga semua sisi Lapangan
Merdeka di Jakarta, kecuali sisi Timur, tempat markas KOSTRAD berada, itu konsisten
dengan keputusan GESTAPU bahwa hanya para Jenderal MABES AD yang dijadikan
sasaran karena mungkin akan menghalangi pengambil-alihan kekuasaan oleh Suharto.
Sekali lagi, GES-TAPU mengumumkan alih kekuasaan kepada Dewan Revolusi yang
sama sekali fiktif tanpa mengikut sertakan Sukarno, pada gilirannya memberi peluang
pada Suharto dengan berpura-pura melindungi Sukarno yang hakekatnya mencegah
Sukarno kembali mengambil kendali pemerintahan. Lebih penting lagi, pembunuhan
terhadap para jenderal secara serampangan dekat lapangan udara tempat para
pemuda melakukan latihan Militer memberi peluang kepada Suharto meyelenggarakan
manuver bergaya Goebbels. Tujuannya, mengalihkan kecurigaan terhadap
pembunulian oleh pasukan dibawah Komandonya sendiri (yang ia ketahui melakukan
penculikan) kepada AURI dan personal PKI yang justru tidak tahu menahu tentang
penculikan dan pembunuhan. 16)
Dari sumber pro-Suharto terutama kajian CIA tentang GESTAPU yang diterbitkan
tahun 1968 diketahui seberapa banyak pasukan yang terlibat dalam pemberontakan
apa yang dinamakan GESTAPU, dan lebih penting lagi bahwa di Jakarta maupun di
Jawa Tengah, Batalyon-batalyon itu-itu juga yang memberi perbekalan kepada
Kompi-kompi yang "memberontak", juga digunakan untuk "melumpuhkan" para
pemberontak. Dua pertiga dari pasukan brigade - para (yang sehari sebelumnya di
Inspeksi oleh Suharto) ditambah satu kompi dan satu Peleton merupakan kesatuan
GESTAPU di Jakarta. Semua kesatuan ini, kecuali satu, dipimpin oleh Perwira Divisi
Diponegoro baik yang masih berdinas di Divisi maupun yang dipindahkan, dan dekat
dengan Suharto. Kesatuan terakhir dipimpin seorang Perwira yang patuh kepada
Basuki Rachmat, sekutu politik Suharto.17)
Dua dari kompi itu yang berasal dari Batalyon Infantri 454 dan Batalyon Infantri 530
12
adalah pasukan Raiders pilihan elite, dan sejak tahun 1962 penerimaan bantuan
utama dari Amerika Serikat.18) Fakta itu sendin tidaklah membuktikan apa-apa,
namun meningkatkan kecurigaan dan keingin tahuan tentang banyak perwira
GESTAPU yang memperoleh latihan di AS, pemimpin GESTAPU Jawa tengah,
Suherman, ketika kembali dari pendidikan di Fort Leavenworth dan Okinawa
pertengalian Agustus 1965,19) beberapa waktu sebelum ke Semarang mengadakan
pertemuan dengan Untung dan Mayor Sukirno, Komandan Batalyon 454. Hasil
pengamatan Ruth Mc Vey, kalau Suherman dapat mengikuti pendidikan di Fort
Leavenworth "berarti la telah lulus seleksi pendirian kliusus oleh pengamat CIA.20)
Jadi ada kesinambungan antara hasil yang telah dicapai, baik oleh GESTAPU,
maupun responsnya Suharto. la berkedok membela Sukarno serta menyerang
GESTAPU, melanjutkan tugasnya mengeliminasi anggota Markas Besar AD yang
pro-Yani, bersama-sama dengan unsur-unsur yang semula mendukung Yani,
kemudian pendukung Sukarno yang masih tersisa.21)
Tugas utamanya sudah tentu membinasakan PKI dan pendukungnya melalui
pertumpahan darah, dan seperti diakui oleh sekutu-sekutu Suharto telah membawa
korban lebih dari setengah juta jiwa manusia. Tiga peistiwa itu: GESTAPU, Respons
Suharto, dan pertumpahan darash hampir selalu disajikan di negeri ini dengan
motivasi yang terpisah-pisah, yaitu GESTAPU digambarkan sebagai komplotannya
PKI dan pertumpahan darah sebagian besar merupakan tindakan massa rakyat tidak
masuk akal kegila-gilaan.
Pejabat, Wartawan, dan Ilmuvvan AS, yang beberapa diantaranya agak dekat
hubungannya dengan CIA mungkin menjadi pihak-piliak yang terutama bertanggung
jawab atas mitos bahwa pertumpahan darah itu reaksi spontan massa yang bersikap
membalik terhadap PKI, dan apa yang dikatakan oleh Duta besar AS, Howard Jones,
sebagai pembantaian besar-besaran terhadap PKI.22) Sekalipun PKI tentu
mempunyai peran dalam munculnya histeria politik 1965, namun catatan Jones
tentang beberapa ratus korban teror PKI telah ditolak oleh Crouch menyatakan
kemudian munculnya tuduhan bahwa PKI melakukan kampanye teror selalu
dibesar-besarkan dan menyesatkan.23) Pada hakekatnya pembunuhan sistematik
terjadi oleh pasukan tentara dalam tahapan yang mengerikan, dan paling buruk
setelah Kolonel Sarwo Edhie dan pasukan RPKAD bergerak dari Jakarta ke Jawa
Timur dan Jawa Tengah, dan akhirnya ke Ball. 24)
Orang-orang sipil yang terlibat dalam pembantaian terdiri dari orang-orang yang
13
dikerahkan dan dilatih oleh Angkatan Darat di tempat, maupun diambil dari
kelompok-kelompok (seperti organisasi buruh SOKSI dukungan tentara dan CIA atau
Organisasi Mahasiswa GEMSOS yang bertahun-tahun sudah berkolaborasi dengan
tentara dalam masalah politik. Menurut keterangan Sundhaussen sudah jelas bahwa
sebagian besar tahap awal pembantaian massal yang direncanakan (Sumatera Utara,
Aceh, Cirebon, dan Seluruh Jawa Tengah dan Timur) ada komandan militernya
setempat yang bersikap anti PKI25), dengan sentimennya kuat dan gigih. Banyak
diantara komandan-komandan itu telah bertahun-tahun berkerja sama dengan
orang-orang sipil melalui apa yang dinamakan program "civic action" yang disponson
oleh AS dalam operasi ditujukan melawan PKI dan kadang-kadang langsung melawan
Sukarno.26)
Jadi, adalah sah-sah saja bila orang mencurigai adanya konspirasi dilihat dari
kenyataan bahwa respon sipil "anti PKI" berawal pada 1 Oktober 1965 ketika AD mulai
membagi-bagikan senjata kepada, Mahawiswa dan anggota Serikat Sekerja Muslim,
sebelum adanya, bukti secara terbuka keterkaitan GESTAPU dan PKI.27)
Bahkan Sundhausen, yang mengecilkan peran AD dalam mempersenjatai dan
menghasut gerombolan sipil pembantai, menyimpulkan bahwa betapapun besar dan
kuatnya kebencian dan ketakutan rakyat anti PKI, tanpa adanya propaganda anti PKI
oleh Militer, tidak akan terjadi pembantaian massal.28) Tulisan ini berlanjut dengan
mempermasalahkan bahxva GESTAPU, Respons Suharto, dan pertumpahan darah
termasuk dalam skenario tunggal yang masuk akal untuk pengambilan kekuasaan oleh
Militer, suatu skenario yang lagi-lagi tidak lama diusulkan Cile pada tahun 1970-1973
(dan dalam batas tertentu di Kamboja 1970).
Sudah tentu Suharto, konspirator utama dalam skenario ini dalam peran ganda dan
bermuka dua, seolah-olah sebagai pembela status quo yang konstitusional, padahal
sebenarnya bergerak dengan rencana untuk menumbangkannya seperti yang
dilakukan jenderal Pinochet di Cile. Namun, peranan dalam pengorganisasian
pertumpahan darah yang lebih langsung dimainkan oleh orang-orang sipil dan para
perwira yang dekat dengan kader Pemberontakan CIA yang gagal tahun 1958, yang
sekarang bekerja dalam apa yang dinamakan program "Civic action" yang didanai dan
dilatih oleh AS.
Unsur-unsur yang diperlukan dalam skenario harus dan jelas ada, diberikan oleh
negara- negara lain yang mendukung Soeharto, rupanya banyak negara seperti itu
berperan dalam mendukung seperti Jepang, Inggris, Jerman29) dan mungkin Australia.
14
Namun, saya ingin menyoroti dorongan dan bantuan kepada penggulingan oleh militer
dan pembunuhan massal yang datangnya dari AS, dari CIA, Militer, Yayasan Ford
RAND (Ford Foundation), serta Rand Corporation serta perorangan. 30)
*AMERIKA SERIKAT*
*DAN MISI ANGKATAN DARAT INDONESIA*
Rupanya Jelas bahwa sejak tahun 1953 AS berkepentingan membantu menggerakan
krisis Wilayah di Indonesia, biasanya dikenal sebagai, penyebab langsung"
mendorong Sukarno mengakhiri sistim parlementer dan menyatakan keadaan darurat
perang (SOB) pada 14 Maret 1957 dan mengantarkan "korps Perwira memperoleh
legitimasi dalam politik".31)
Pada tahun 1953 (kalau tidak malah sebelumnya) Dewan Keamanan Nasional AS
sudah memiliki serangkaian dokumen politik yang menuntut "tindakan tepat bekerja
sama dengan negara sahabat lainnya untuk mencegah pengendalian tetap kaum
Kotnunis terhadap Indonesia".32) NSC 171/1 tahun itu juga mempertimbangkan
pelatihan militer sebagai sarana untuk meningkatkan pengaruh AS, bahkan upaya
utama CIA ditujukan kepada partai-partai politik sayap kanan ("Kaum moderat : kanan
seperti yang dinyatakan NSC 171 /: terutama partai Islam Masyumi dan sosialis PSI.
jutaan Dolar yang dituangkan CIA kepada Masyumi dan PSI pada Pertengahan tahun
lima puluhan adalah faktor yang mempengaruhi peristiwra-peristiwa tahun 1965, ketika
bekas anggota, PSI, Syam, yang diduga sebagai otak perencana GESTAPU,33) dan
para perwira yang cenderung kepada PSI - terutama Suharto dan Sarwo Edhie - yang
terkemuka dalam merencanakan dan melaksanakan respons anti PKI terhadap
GESTAPU.34)
CIA pada tahun 1957-1958 membantu senjata dan personil kepada pemberontakan
daerah (PRRI dan Permesta) terhadap Sukarno. Operasi-operasi ini namanya saja
tersamar, (tertutup, rahasia) meskipun sebuah pesawat dan pilot Amerika tertangkap
dan upaya CIA dibarengi oleh sebuah gugus tugas lepas pantai dari Armada ketujuh
AS.35) Pada tahun 1975 sebuah Komisi pilihan senat yang mempelajari CIA,
menemukan apa yang dinamakan "ada bukti bahwa CIA terlibat dalam rencana
pembunuhan Presiden Sukarno", tetapi sesudah penyelidikan awal mengenai upaya
pembunuhan di Cikini, Jakarta, pada bulan November 1957, Komisi ini tidak
menelusuri masalah ini. 36)
Sesudah kegagalan pemberontakan PRRI Permesta di daerah yang disponsori CIA
15
pada 1 Agustus 1958 AS mulai meningkatkan program bantuan militer kepada
Indonesia dalam bilangan dua puluh juta dolar setahun 37)sebuah nota kepala Staf
gabungan AS tahun 1958 menjelaskan bantuan ini diberikan kepacla AD Indonesia
(“satu-satunya kekuatan non Komunis dengan kemampuan untuk menghambat dan
menantang PKI") sebagai "dorongan" kepada Nasution dalam melaksanakan
rencananya untuk mengendalikan PKI/Komunisme.38)
Kepala Staf Gabungan tidak menganggap perlu merinci "rencana" Nasution yang
diacu oleh dokumen-dolcumen lain.39) Hal itu hanya mengandung makna taktik-taktik
yang membuat jasa-jasa Nasution terkenal (dimata AS) selama penghancuran PKI
dalam peristiwa Madiun berupa pembunuhan massal, dan penangkapan massal, yang
secara minim sekali mencakup kader partai, mungkin sesudah adanya suatu provokasi
dari fihak Angkatan Darat.40) Nasution memberi konfirmasi tentang hal ini pada bulan
November 1965, sesudah pembantaian GESTAPU ketika ia menuntut pemusnahan
total PKI, "sampai ke akar-akarnya hingga tidak ada lagi Madiun ketiga. 41)
Sekalipun demikian pada tahun 1958 PKI muncul sebagai gerakan massa terbesar di
negeri ini, Pada periode inilah sekelompok peneliti akademik AS dalam "think-tanks"
yang disponsori AU AS dan CIA memaksakan kontak dalam Angkatan Darat Indonsia
secara terang-terangan, sering melalui jurnal ilmiah dan pers, agar mengambil alih
kekuasaan dan menghabisi oposisi PKI. Contoh paling mencolok adalah Guy Pauker
yang pada tahun 1958 baik memberi kuliah di Universitas California, Berkeley maupun
bertindak sebagai Konsultan RAND CORP. Dalam kedudukannya yang tersebut
belakangan inilah ia sering memelihara hubungan dengan apa yang ia namakan
"suatu kelompok sangat kecil" Intelektual PSI dan teman-teman mereka di AD.43 )
Dalam buku Rand Corp Yang diterbitkan Universitas Princeton Press, Pauker
mendesak rekanan dalam tubuh Angkatan Darat Indonesia untuk mengambil alih
tanggung jawab penuh dalam kepemipinan Nasional mereka "melaksanakan suatu
misi", dan untuk itu "menyerang dan menyapu bersih rumahnya".44) Walaupun Pauker
mungkin tidak mengharapkan seperti skala pertumpahan darah yang kenyataannya
kemudian terjadi, tidaklah mungkin mengelak akan fakta bahwa "misi” dan "sapu
bersih" adalah kata-kata samaran untuk kontra pemberontakan dan pembantaian
hingga sering digunakan sebelum dan selama "Coup". Perintah pembunuhan Pertarna
oleh Perwira militer kepada Mahasiswa Islam pada awal Oktober, adalah kata "sikat"
berarti "menyapu", "membersihkan", "menghapus" atau membantai. 45)
Kawan terdekat di AD Indonesia adalah jenderal Suwarto yang dilatih di AS, dan
16
berperan penting mengubah tentara dari fungsi revolusionernya (counter insurgancy)
menjadi fungsi secara pengacau tandingan. Tahun-tahun sesudah 1958 Suwarto
membangun Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat menjadi tempat berlatih
untuk mengambil alih kekuasaan politik. Dalam periode ini SESKOAD menjadi pusat
perhatian Pentagon, CIA, RAND CORPORATION dan (secara tidak langsung)
Yayasan Ford. 46)
Di bawah bimbingan Nasution dan dari Suwarto SESKOAD telah mengembangkan
suatu doktrin strategis baru, ialah perang Teritorial (dalam sebuah dokumen
dialih-bahasakan kedalam bahasa Inggris oleh Pauker), yang memberikan prioritas
kepada kontra pemberontakan sebagai peran utama Angkatan Darat. Khususnya
sesudah tahun 1962, ketika pemerintahan Kennedy membantu AD Indonesia
mengembangkan Civic Mision atau program "civic action", ini berarti organisasi
infrastruktur politiknya sendiri atau “Organisasi Teritorial" yang dalam beberapa hal
sampai mencapal tingkat desa.47)Sebagai hasil rekomendasi resmi Departemen Luar
Negen AS pada tahun 1962, yang penulisannya dibantu Pauker, sebuah kelompok
penasihat pelatihan Militer/iMilitary Training Assistency Group (MILTAG) AS khusus
didirikan di Jakarta untuk membantu penerapan program-program Civic Mission
SESKOAD. 41)
SESKOAD juga melatih para perwira militer dalam ilmu ekonomi dan administrasi
pemerintah, jadi sebenarnya menyelenggarakan pra-pemerintahan/pra-negara, lepas
dari pemerintah sipil Sukarno. Jadi tentara mulai bekerjasama dan bahkan
menandatangani kontrak dengan perusahaan-perusahaan AS dan asing lain dalam
bidang-bidang yang sekarang di bawah kekuasaannya. Program pelatihan ini
dipercayakan kepada para Perwira dan orang-orang sipil yang akrab dengan PSI.49)
Pejabat-pejabat AS memberikan konfirmasi bahwa orang-orang sipil, yang sedang
dalam program pelatihan yang didanai oleh Yayasan Ford (Ford Foundation), terlibat
dalam apa yang (pada waktu) dikatakan oleh atase pertahanan AS sebagai
"perencanaan terpadu" untuk mencegah pengambil-alihan oleh PKI. 50)
Pusat teleng (fokus) yang paling berarti dalam pelatiban dan bantuan AS adalah
hubungan yang meningkat antara organisasi Teritorial dengan pemerintah sipil,
organisasl keagamaan dan budaya, kelompok Pemuda, Veteran, serikat kerja,
organisasi petani, partai politik dan kelompok kelornpok tingkat lokal dan Wilayah.51)
Hubungan politis dengan kelompok sipil ini memberikan struktur penindasan terhadap
PKI yang dzalim pada tahun 1965, tetmasuk pertumpahan darahnya. 52)
17
Tidak lama kemudian kader tentara dan sipil bersama-sama merancang kegiatan yang
mengacaukan seperti kerusuhan anti Tionglioa di Bandung pada bulan Mei 1963, yang
tidak hanya. memalukan PKI, tetapi juga Sukarno pribadi. Laporan Chamsky dan
Herman mengatakan bahwa "program-program anti Tionghoa yang didalangi AD
terjadi di Jawa Barat pada tahun 1959 dan didanai oleh bantuan AS kepada
Komandan tentara setempat. "Rupanya dana CIA dimanfaatkan oleh Komandan
(Kolonel Kosasih) untuk membayar begundal-begundal preman dan bajingan setempat
dalam apa yang dinamakan Mazingo" kampanye tentara (dan mungkin orang-orang
Amerika) untuk merobek-robek hubungan dengan Cina.53) Kerusuhan tahun 1963
yang terjadi dalam bayangan (di bawah payung pengayoman) SESKOAD oleh
Sundhaussen dikaitkan dengan organisasi "civic action" Angkatan Darat/tentara dan
menampilkan kontak konspiratif antar unsur (suatu sel PSI bawah tanah, kelompok
Mahasiswa yang berafiliasi dengan PSI dan Masyumi, dan organisasi "civic action"
Divisi Siliwangi dibawah pimpinan Ishak Djuarsa) yang semuanya menjadi menonjol
dalam tahap awal apa yang dinamakan "respons" Suharto terhadap GESTAPU.54)
Kerusuhan bulan Mei 1963 diulangi pada Oktober 1965 dan Januari 1966 (khususnya
di Bandung), ketika hubungan antara Mahasiswa dengan tentara sebagian besar
ditangani perwira-perwira yang cenderung mendukung PSI seperti Sarwo Edhie dan
Kemal Idris"). Direktorat perencanaan CIA memberikan simpati kepada pembiasan
yang meningkat dari operasi yang mengatas-namakan anti PKI ke suatu yang
menyulitkan Sukarno. Perubahan ini tidaklah mengherankan karena Suwarto, Kemal
ldris dan PSI peranannya secara mencolok dalam Coup yang nyaris terjadi (yang
dinamakan "peristiwa Lubis") pada tahun 1956. 56)
Suwarto telah meningkatkan pengebangan seorang siswa baru, yaitu Kol. Suharto
yang masuk SESKOAD pada bulan Oktober 1959. Menurut Sundhanssen, seorang
sarjana yang relatif pro-Suharto: Pada awal tahun 1960-an Suharto terlibat dalam
penyusunan Doktrin Perang Teritorial/Wilayah dan kebijakan AD dalam Civic Mision
(yaitu: Penetrasi Perwira Militer dalam segala kegiatan dan tanggung jawab
pemerintahan).57) "Pusat dari citra umum tentang GESTAPU dan respons Suharto
adalah fakta yang banyak ditayangkan di TVR1 dan disebarluaskan bahwa Suharto,
tidak seperti gurunya Suwarto maupun Achmad Wiranatakusuma yang lama menjadi
kepala stafnya, tidak pernah belajar di AS namun, keterlibatannya dalam program civic
mision (atau apa yang dinamakan orang Amerika "civic action") menempatkan dirinya
dalam jajaran para Perwira yang cenderung kepada PSI, dalam titik pusat perhatian
kegiatan pelatihan AS di Indonesia, dalam suatu program terang-terangan bersifat
politis. 58)
18
Penyernpurnaan Doktrin Perang Wilayah dan Civic Mision ke Doktrin strategis baru
untuk intervensi politik Militer pada Tahun 1965 menjadi proses ideologis
mengkonsolidasi Angkatan Darat untuk mengambil alih kekuasaan politik sesudah
peristiwa GESTAPU. Hal ini menjadi jelas dalam bulan-bulan gawat sesudah
GESTAPU ketika Suwarto penasihat politik yang penting bagi mantan siswanya di
SESKOAD, Suharto, maka Doktrin strategisnya merupakan pembenaran ideologs
pernyataan Suharto 15 Agustus 1966, sebagai pelaksanaan dan desakan-desakan
Guy Pauker secara terbuka maupun diam-diam. Bahwa Angkatan Darat harus
memegang peranan penting disegala bidang.59)
Itulah sebabnya mengapa diadakan pertemuan persatuan Angkatan Darat pada bulan
Januari 1965, sesudah Suharto secara munafik mendesak Nasution agar bersikap
lebih lunak60), terhadap Sukarno yang hakekatnya merupakan langkah yang perlu
dalam suatu proses yang rumit. Langkah yang perlu diambil dalam proses agar
Suharto secara efektif dapat mengambil alih pimpinan sebagai Panglima Angkatan
Darat dan saingannya Nasution dan Yani. Langkah ini mengantarkan ke Seminar pada
bulan April 1965 di SESK0AD menuju kompromi Doktrin strategis militer, Tri Ubaya
Cakti, yang menandaskan tuntutan A.D. akan peranan politik Angkatan Darat yang
bebas dan mandiri.61) Suharto, pada 15 Agustus 1966, dalam pidatonya kepada
bangsa Indonesia membenarkan keunggulannya dan ketokohannya yang meningkat
dalam Wacana Misi Revolusioner Doktrin Tri Ubaya Cakti. Dua minggu kemudian di
SESK0AD doktrin itu direvisi atas anjuran Suharto, tetapi dalam tatanan 'secara
seksama digubah oleh Brigadir jenderal Suwarto" agar makin jelas memuat tekanan
Pauker pada "civic mission" tentara atau peranan kontrarevolusinya 62) . "Civic
Mission" ini yang begitu penting bagi Suharto juga menjadi sasaran dan hasil utama
bantuan militer AS kepada Indonesia.
Selain itu, pada bulan Agustus 1964, Suharto mengawali kontak politiknya dengan
Malaysia, oleh sebab itu akhirnya dengan Jepang, Inggris dan Amerika Serikat.63)
Walau tujuan awal kontak-kontak ini mungkin hanya untuk menghindari perang dengan
Malaysia, namun Sundhaussen memberi kesan bahwa alasan Suharto adalah
kekhawatirannya yang diperkuat oleh laporan intelejen KOSTRAD pada pertengahan
1964 tentang kemajuan politik PKI.64)Mrazek mengkaitkan penjajakan perdamaian
dengan ditariknya mundur beberapa kesatuan terbaik ke Jawa dalam musim panas
1965.65) Gerakan ini bersamaan dengan pengembangan yang lebih dini disebuah
Batalyon divisi Diponegoro, yang secara politis disangsikan kearah berlawanan dapat
juga ditanggapi sebagai persiapan mengambil alih kekuasaan negara. 66)
19
Dalam catatan Jepang dilaporkan oleh Nishihara, mantan personal PRRI/Permesta
dengan hubungan Intelejen di Jepang menonjol dalam negoisasi bersama pejabat
Jepang67) Nishihara juga mendengar bahwa seorang sekutu akrab darl orang-orang
ini, Jan Walandouw, yang betindak sebagai penghubung CIA untuk pemberontakan
1958, dikemudian hari mengunjungi Washington dan mendukung Suharto sebagai
Pemimpin.68) Saya memperoleh informasi yang dapat dipercaya bahwa kunjungan
Walandouw ke Washington untuk kepentingan Suharto terjadi beberapa bulan
sebelum GESTAPU.69)
GERAKAN AS MELAWAN SUKARNO
Banyak orang di Washington, khususnya di Direktorat Perencanaan CIA telah lama
menginginkan agar Sukarno maupun PKI disingkirkan.70) Pada tahun 1961 pengamat
politik garis keras, khususnya Guy Pauker, juga berbalik melawan Nasution.71) Walau
demikian, sekalipun ada nota-nota akhir dari pemerintahan Eisenhower, yang sedang
meninggalkan Gedung Putih dan akan menentang "reznn apapun" di Indonesia "
dengan meningkatkan persahabatan terhadap blok Cina - Soviet" maka pemerintahan
Kennedy meningkatkan bantuan baik kepada Sukarno maupun Angkatan Darat.72)
Sebaliknya, ketika Lyndon Johnson menaiki kursi kepresidenan segera disusul dengan
perubahan politik yang lebih anti Sukarno. Hal ini jelas dari keputusan Johnson pada
bulan Desember 1963, yang menahan bantuan ekonomi yang (menurut Duta Besar
Jones) oleh Kennedy akan diberikan "hanya sekedar sebagai masalah rutin"73).
Penolakan ini memberi kesan bahwa tindakan AS yang menjengkelkan keterpurukan
ekonomi Indonesia pada Tahun 1963-1965 lebih cenderung sesuatu masalah politik
yang tidak disengaja dan pada masalah kekurang cermatan yang tidak disengaja.
Memang, jika penggulingan Allendde oleh CIA suatu analogi yang relevan, maka suatu
hari orang akan mengharapkan dapat mengetahui bahwa CIA, melalui spekulasi valuta
dan tindakan lain yang memusuhi, telah memberi sumbangan secara aktif kepada
destabilisasi radikal ekonomi Indonesia minggu-minggu sebelum "coup" terjadl, ketika
"harga beras antara 30 Juni dan 1 Oktober meningkat sampai empat kali, dan harga
dolar di pasar gelap melangit, khususnya dalam bulan September. 74)
Seperti halnya kejadian di Cile, pemutusan semua bantuan ekonomi secara berangsur
kepada Indonesia dalam tahun 1962-1965 dibarengi dengan pengalihan bantuan
militer kepada unsur-unsur bersahabat dalam AD Indonesia; bantuan militer AS
mencapai $39,5 juta dalam empat tahap 1962-1965 (dengan puncaknya pada Tahun
1962 $ 16,3 juta) dibandingkan dengan $ 28,3 juta dalam tiga belas tahun
20
1949-1961,75) Sesudah tahun 1964, ketika Sukarno menyatakan "go to hell with your
aid" (persetan dengan semua bantuanmu) kepada AS, makin lama makin sulit
memperoleh bantuan dari konggres AS. Orang-orang itu tidak menyadari apa yang
sedang berkembang, sulit mengerti mengapa AS harus membantu mempersenjatai
suatu negara yang sedang menasionalisasi kepentingan ekonomi AS, dan
memanfaatkan bantuan tunjangan berjumlah besar dari Uni Soviet untuk menghadapi
Inggris di Malaysia.
Jadi telah diciptakan citra umurn bahwa dibawah Johnson "semua bantuan AS kepada.
Indonesia dihentikan", suatu pernyataan yang ditunjang oleh dokumentasi yang
menyesatkan sampai para sarjana yang kompeten mengulanginya76). Hakikatnya,
Kongres menyetujui untuk menangani pendanaan militer Indonesia oleh AS (tidak
seperti bantuan kepada negara lain manapun) memperlakukan pemberian dana
kepada A.D. Indonesia sebagai masalah yang terselubung (rahasia), dengan
membatasi tinjauan kemball keputusan presiden tentang bantuan kepada Indonesia
oleh kongres kepada dua Komisi Senat dan ketua DPR AS, untuk selanjutnya akan
bekerjasama terlibat dalam pengawasan terhadap CIA. 77)
Keterangan Duta Besar Jones yang lebih tulus, mengakui bahwa "penghentian" berarti
pemrintah AS tidak membuat ikatan bantuan baru, walau masih melanjutkan dengan
program program yang sedang berjalan. Dengan memelihara bantuan yang sederhana
kepada (AD dan kepolisian Indonesia) bisa memperkuat mereka untuk menghadapi
bentrokan tak terelakkan ying sebenarnya dengan PKI yang sedang berkembang. 78)
Hanya dari dokumen yang diumumkan belakangan ini kita ketahui bahwa bantuan
militer baru sedang dalam perjalanan sampai bulan Juli 1965, dalam bentuk kontrak
rahasia untuk menyerahkan dua ratus Aero-Commander kepada AD Indonesia:
pesawat terbang ringan cocok untuk operasi "civic action" atau kontra pemberontakan,
barangkali oleh Korps Penerbangan AD yang perwira-perwira seniornya sebenarnya
telah dilantik di AS.79) Pada saat ini, bantuan AS yang secara terbuka dibenarkan,
sebenarnya terbatas pada melengkapi sistem komunikasi militer dan pelatihan "civic
action", dengan lebih menggunakan sistem komunikasi militer yang baru daripada
sistem sipil di tangan pendukung Sukarno, sehingga pada 1 Oktober 1965 Suharto
mampu menyelenggarakan pembersihan pendukung Sukarno - Yani dan kaum kiri
dengan cepat, sementara para perwira "civic action" merupakan inti dari Perwira
GESTAPU tingkat bawah di Jawa Tengah.80)
Sebelum beralih ke aspek yang lebih terselubung (rahasia) dari bantuan militer AS
21
kepada Indonesia pada tahun 1963-1965, marilah kita meninjau kemball perubahan
secara menyeluruh dalam hubungan AS-Indonesia. Sekarang bantuan ekonomi
terkatung-katung dan bantuan militer disalurkan dengan ketat demi memperkuat posisi
domestik Angkatan Darat di dalam negeri.
Pendanaan oleh pemerintah AS ternyata beralih dari Pembiayaan untuk Negara
Indonesia kepada kornponen atau unsur yang paling tidak setia kepada Kepala
Negara dan pernerintahan. Sebagai hasil persetujuan berawal dengan undang-undang
keadaan bahaya tahun 1957, tetapi dipercepat oleh perjanjian minyak yang
dinegosiasikan dengan AS tahun 1963, kita melihat benar-benar peralihan serupa
dalam arus pembayaran perusahaan minyak AS sebagai pengganti imbalan hasil
secara simbolik kepada pemerintah Sukarno; kedua perusahaan minyak yang besar di
Indonesia, Stanvac dan Caltex, sekarang memberikan pembayaran yang lebih besar
kepada perusahaan minyak Angkatan Darat PERTAMINA, dipirnpin oleh Jendral Ibnu
Sutowo, yang akhirnya menjadi sekutu politik Suharto. Selain itu juga kepada
perusahaan lain, PERTAMIN, dipimpin Chaerul Saleh, seorang politisi anti PKI dan pro
AS, setelah Sukarno ditumbangkan oleh Suharto, Fortune menulis bahwa
"Perusahaan Sutowo yang masih kecil memainkan peran kunci dalam pendanaan
operasi-operasi krusial (gawat) itu, dan Angkatan Darat tidak pernah
melupakannya.81)
*DUKUNGAN AS KEPADA KELOMPOK SUHARTO SEBELUM GESTAPU*
Pejabat-pejabat Amerika berkomentar tentang peranan bantuan AS dalam perode ini
telah berjasa dalam membantu golongan anti komunis merebut kekuasaan, tanpa
pernah memberi isyarat-isyarat seberapa tingkat tanggung jawab berkomplot dalam
merencanakan pertumpahan darah. Kesan yang diciptakan adalah bahwa pejabat AS
berada di luar perencanaan kejadian aktual, dan kita dapat amati dari berita kawat
yang belakangan terungkap bagaimana hati-hatinya pemerintah AS membantu
mengembangkan citra ini untuk dipisahkan darl apa yang terjadi di Indonesia.82)
Namun, hakekatnya pemerintah AS berbohong tentang keterlibatannya. Dalam tahun
anggaran 1965 suatu periode ketika The New York Times mengatakan "semua
bantuan AS kepada Indonesia dihentikan" jumlah personil program bantuan militer
(Military Assistance Program MAP) di Jakarta benar-benar meningkat diluar yang
diproyeksikan, sampal tingkat yang belum pernali terjadi . Menurut angka-angka yang
diumumkan dalam tahun 196683) dari tahun anggaran 1963 sampai tahun anggaran
1965 nilai pengiriman MAP anjlog dari sekitar empat belas Juta dolar sampai sedikit
22
diatas dua juta dolar
Tahun Fiskal Kiriman Kekuatan Personil/MAP Total Militer Sipil
1963 US $13.900.000 30 30
1964 7.000.000 29 29
1965 2.100.000 32 15
47
Meskipun ada penurunan ini, jumlah personel militer MAP nyaris tidak berubah, sekitar
tiga puluh, sementara dalam tahun anggaran 1965 personil sipil (lima belas) hadir
untuk pertama kali. Apakah orang menyangsikan bahwa pengiriman bantuan menurun
setajam angka-angka yang ditunjukkan, tetapi angka-angka personel MILTAG
menunjukkan bahwa program "civic action"nya ditingkatkan, bukan berkurang.85)
Telah kita ketahui bahwa beberapa bulan sebelum GESTAPU seorang utusan Suharto
dengan hubungan CIA masa Ialu (Kolonel Yan Walandaow) mengadakan kontak
dengan pemerintah AS. Sejak awal Mei 1965 pemasok (suplier) militer AS dengan
koneksl CIA (terutama Lockheed) bernegosiasi tentang penjualan perlengkapan
dengan hadiah untuk para perantara, sedemikian rupa untuk lebih menggerakkan
hadiah kepada pendukung Mayor Jenderal Suharto, yang hingga kini dikenal sedikit
saja sebagai pemimpin kelompok baru ketiga dalam AD, daripada mereka yang
mendukung Nasution dan Yani sebagai pemimpin angkatan bersenjata, hanya karena
gelarnya. Hanya dalam tahun terakhir ada konfirmasi bahwa dana rahasia yang
dikelola oleh AU AS (mungkin untuk kepentingan CIA) telah "dicuci' sebagai komisi
atas penjualan perlengkapan dan jasa Lockheed, agar memberikan hadiah politis
kepada personel militer negara asing.86)
Suatu penyelidikan Senat pada tahun 1976 dalam hadiah-hadiah ini mengungkapkan,
nyaris kurang berhati-hati, bahwa dalam Mel 1965 meliputi keberatan resmi Dewan
Lockheed, Komisi-komisi Lockheed di Indonesia telah diperbaharui peruntukannya
kepada kontrak dan perusahaan baru yang didirikan oleh agen lokal atau perantara
lama dari perusahaan 87). Memo-memo internal pada waktu itu tidak menunjukkan,
bahwa tidak ada alasan untuk perubahan, tetapi dalam memo kemudian penasehat
ekonomi Kedutaan Besar AS di Jakarta melaporkan yang menyatakan adanya
"pertim-bangan politis dibalik itu" 88). Jika ini benar maka itu menyatakan bahwa
dalam bulan Mei 1965, lima bulan sebelum Coup, Lockheed telah memperbaharui
peruntukan hadiah-hadiah kepada suatu keunggulan politik baru, dengan resiko
(seperti dinyatakan oleh asisten ketua penasehat dituntut karena perwakilannya) bisa
ingkar memenuhi kewajiban kontrak terdahulu.
23
Perantara Indonesia, August Munir Dasaad "diketahui membantu Sukarno secara
finansial sejak tahun 1930-an”.39) Tetapi pada tahun 1965 Dasaad membangun
hubungan dengan kekuatan Suharto melalui saudara hubungan keluarga, Jenderal
Alamsyah, yang menjadi anak buah Suharto tidak lama pada tahun 1960, sesudah
Suharto selesai mengikuti pendidikan di SESKOAD) 90). Melalui kontrak baru,
Lockhced, Dasaad dan Alamsyah rupanya mendukung Suharto yang sedang naik
bintangnya.
Alamsyah yang menguasai sejumlah besar dana tertentu, ketika Coup dilakukan
dengan penggantian Sukarno oleh Suharto, segera saja menyediakannya untuk
Suharto, yang pasti memperoleh perhatian sebagai balas budi presiden yang baru.
Pada waktunya ia diberi kedudukan yang dipercaya dan dewasa ini Alamsyah boleh
dikatakan orang penting kedua sesudah presiden.91)
Jadi, pada tahun 1966 Kedutaan AS memberi nasehat kepada Lockhced agar
"melanjutkan pemanfaatan” koneksi Dasaad-Alamsyah-Suharto.92)
Pada bulan Juli 1965, pada titik yang diduga keras terendah hubungan bantuan AS
Indonesia, Rockwell-Standard ada persetujuan kontrak untuk memasok dua ratus
pesawat terbang ringan (Aerocommander) kepada AD Indonesia (bukan AU) dalam
dua bulan mendatang.93) Lagi-lagi agen komisi dalam transaksi ini adalah Bob Hasan,
rekan politik (dan akhirNya rekan bisnis) Suharto.94) Lehih rinci lagi, Suharto dan Bob
Hasan mendirikan dua perusahaan perkapalan yang dioperasikan oleh Divisi
Diponegoro di Jawa Tengah. Seperti telah lama diamati, divisi ini telah memasok
sebagian besar personel kedua belah pihak dimana coup GESTAPU baik yang
mementaskan upaya coup maupun yang menumpasnya. Salah satu dari tiga orang
pimpman gerakan GESTAPU jawa Tengah adalah Letkol Usman Sastrodibroto, kepala
seksi yang menangani fungsi ekstra militer dari divisi Diponegoro 95).
Jadi, dari dua kontrak penjualan militer AS dari sebelum peristiwa Coup GESTAPU,
kedua-duanya menyangkut imbalan politik kepada orang-orang yang muncul sesudah
GESTAPU sebagai sekutu dekat Suharto. Pemanfaatan saluran tradisional dengan
perlindungan/dukungan CIA menggambarkan bahwa AS tidak terlalu jauh dari
perkembangan politik yang kasar tahun 1965, walau indikasi secara terbuka baik dari
juru bicara pemerintah, maupun pers bisnis AS, mengungkapkan bahwa Indonesia
sebenarnya sekarang telah menjadi korban (penghancuran) komunisme dan tidak
mungkin tertolong lagi, tak sesuatupun yang bisa dilakukan untuk mengubahnya.
24
Selain itu tindakan beberapa korporasi/ perusahaan AS menjelaskan bahwa pada awal
1965 mereka berharap adanya dorongan peningkatan yang berarti bagi kedudukan AS
di Indonesia. Contoh, berita kawat yang diungkapkan belakangan ini bahwa Freeport
Sulphur pada bulan April 1965 mencapai "persiapan" pendahuluan dengan
pejabat-pejabat Indonesia untuk apa yang kemudian menjadi investasi AS $500 juta
dalam tembaga di Papua Barat. Ini yang memberikan kebohongan terhadap tuntutan
umum bahwa perusahaan tidak memulai negoisasi dengan orang-orang Indonesia
(tidak pelak lagi Ibnu Sutowo/sampal Februari 1966.96) Dalam bulan September 1965,
tidak lama setelah World Oil melaporkan bahwa, "industri gas dan minyak Indonesia
rupanya makin terpuruk dalam kancah politilk. Presiden perusahaan minyak yang kecil
(Asamera) dalam usaha patungan dengan Peusahaannya Ibnu Sutowo membell
saham senilai $50.00097) dalam perusahaannya yang seolah-olah terancam.
Ironisnya, pembelian ganda ini (pada 9 dan 21 Septembe) dilaporkan dalam Wall
Street Journal 30 September 1965, hari terjadinya GESTAPU.----
*"OPERASI (SATU KATA HILANG)”*
*CIA DALAM TAHUN 1965*
Kurang dari setahun setelah terjadinya GESTAPU dan pertumpahan darah, dengan
penuh penghargaan James Reston menulis tentang mereka sebagai percikan
"Secercah sinar di Asia'.
Washington berhati-hati untuk menyatakan mempunyai saham dalam perubahan di
negara yang penduduknya paling padat ke enam dan salah satu terkaya di dunia,
tetapi hal ini tidak berarti bahwa Washington tidak ada kaitannya dengan
kejadian-kejadian di Indonesia. Ada lebih banyak kontak antara kekuatan anti komunis
di negara itu dan setidak-tidaknya seorang pejabat sangat tinggi, di Washington
sebelum dan selama pembantaian di Indonesia daripada yang disadari dan diketahui
secara umum.98)
Menyangkut CIA pada tahun 1965, kita ada kesaksian dan pengakuan mantan
petugas CIA, Ralph Mc Gehee, yang anehnya secara menakjubkan diperkuat oleh
sensor yang selektif dari mantan atasannya di CIA.
Bila keadaan atau bukti yang diperlukan tidak ada untuk mendukung intervensi AS,
CIA menciptakan situasi yang tepat dan serasi atau membuatnya dan
menyebarluaskan pemutar-balikan keseluruhan dunia dengan
pembiasan-pembiasannya melalui operasi medianya. Contoh yang mencolok adalah
25
Cile. Terganggu oleh keengganan militer Cile bertindak terhadap Allende, CIA
memalsukan sebuah dokumen yang mengaku pengungkapan dan membongkar
rencana kaum kiri membunuh pimpinan militer Cile. Penemuan "rencana ini dimuat
dalam halaman depan media, dan Allende diturunkan dan dibunuh.
Ada kesamaan antara kejadian yang mempercepat penggulingan Allencle dan apa
yang terjadi di Indonesia tahun 1965. Perkiraan jumlah korban kematian yang terjadi
sebagai hasil operasi (*satu kata dihilangkan*). CIA terakhir berkisar antara setengah
juta sampai lebih dan sejuta orang.99)
Mc Gehee menyatakan pernah melihat sambil mininjau kemball dokumen-dokumen
CIA di Washington, sebuah laporan yang sangat dirahasiakan atas peranan badan
tersebut dalam memprovokasi penghancuran PKI sesudah GESTAPU. Rupanya tepat
untuk meminta kongres meninjau kembali dan pengumuman laporan seperti itu. Jika
seperti diduga CIA mengajukan teknik kejam sebagai model untuk operasi. Operasi
yang akan datang rupanya perlu mendokumentasikan titik balik utama dalam seiarah
operasi badan tersebut terhadap eksploitasi sistematik, dari operasi-operasi regu
kematian, tidak ada dalam coup Brasil tahun 1964, membuat program kontra
pemberontakan Phoenix di Vietnam yang terkenal karena kekejamannya sesudah
1967 dan sesudah 1968 meluas dari Guatemala ke negara Amerika Latin lainnya.100)
Mc Cehee menyatakan operasi perang urat saraf CIA terhadap Allende diperkuat oleh
Tad Szule.
Agen-agen CIA di Santiago membantu intelejen militer Cile merancang dokumen
rencana-rencana palsu seolah-olah Allende dan pendukungnya merencanakan
memenggal para komandan militer Cile. Hal ini dihembuskan oleh Junta untuk
membenarkan coupnya.101)
Memang operasi tipu muslihat dan penipuan CIA terhadap Allende rupanya bahkan
bertIndak lebih jauh, dengan menakut-nakuti baik golongan kiri maupun golongan
kanan dengan pembunuhan yang baru dimulai oleh lawan-lawannya. Jadi anggota
serikat sekerja maupun jenderal-jenderal yang konservatif menerima kartu kecil
dengan tulisan tercetak kata-kata ancaman Djakarta seacerca (Jakarta sudah makin
dekat).102)
Jumlah suatu model rencana destabilisasi meyakinkan semua yang berkepentingan
bahwa mereka tidak ada harapan lagi dapat dilindungi oleh Status Quo, oleh sebab itu
26
melemahkan garis tengah, sementara itu yang timbul, baik di kalangan kaum kiri
maupun kanan lebih banyak provokasi kekerasan diantara mereka. Rencana
semacam itu rupanya diikuti di Laos pada tahun 1959-1961, yang dijelaskan oleh
seorang petugas CIA kepada seorang wartawan bahwa tujuannya mempolarisasikan
Laos.102) Rupanya hal itu juga diikuti di Indonesia pada tahun 1965. Pengamat seperti
Sandhaussen menyatakan bahwa untuk mengerti kisah Coup Oktober 1965
pertama-tama harus mengamati "pasaran desas-desus" yang dalam tahun 1965
ternyata menjadi cerita kegila-gilaan yang tidak masuk akal.103) Pada 14 September,
dua minggu sebelum coup Angkatan Darat, diperingatkan bahwa ada rencana
membunuh pimpinan tentara, empat hari kemudian. Laporan kedua seperti itu
dibicarakan di Markas Besar AD pada 30 September104). Tetapi, setahun sebelumnya
yang diduga sebuah dokumen PKI, dan dinyatakan oleh PKI sebagai suatu pemalsuan,
mengaku menguraikan suatu rencana menggulingkan kaum pengikut Nasution melalui
infiltrasi dalam tubuh A.D.105) "Dokumen" ini yang dilaporkan politisi pro-AS, Chaerul
Saleh, pertengahan Desember 1964, telah memberi keyakinan kepada Suharto untuk
mengadakan pertemuan persatuan tentara bulan berikutnya106).
Ketegangan A.D. meningkat dengan desas-desus sepanjang tahun 1965 bahwa
daratan China menyelundupkan senjata untuk PKI mengadakan revolusi yang sudah
dekat dan segera meletus. Dua minggu sebelum GESTAPU cerita dengan tujuan ini
juga muncul di harian Malaysia, yang mengutip dari sumber di Bangkok dan pada
gilirannya mengacu pada sumber dan Hongkong107).
"Ketidakmungkinan dilacak secara internasional seperti ini adalah gaya ciri-ciri cerita
dalam periode ini yang berasal dari apa yang dinamakan orang dalam CIA "Wurlitser
yang perkasa" mereka yaitu jaringan "aset" pers dunia yang digunakan oleh CIA atau
badan sejenis Ml-6 dari Inggris dan dapat menanamkan berita yang tidak menimbulkan
dismformasi108). Tuntutan PKI untuk membentuk milisi rakyat atau "angkatan kelima"
serta Pelatihan Pemuda Rakyat di Lubang Buaya rupanya sedikit banyak menakutkan
bagi tentara Indonesia dalam sorotan cerita-cerita persenjataan Cina.
Namun berbulan-bulan sebelum Coup Paranoia PKI terus berlangsung dengan
mengulang-ulang laporan bahwa, "Dewan jenderal" yang didukung CIA sedang
dirancang untuk menindas PKI. Sudah tentu dongeng tentang Dewan Jenderal (fiktif)
inilah yang dinyatakan Untung sebagai sasaran dari Coup GESTAPU yang berdalih
anti CIA. Tetapi desas-desus seperti itu tidak hanya berasal dari sumber-sumber
anti-Amerika, bahkan sebaliknya acuan yang diumumkan oleh yang berwewenang
pertama adanya dewan ini terdapat dalam tulisan wartawan Washington Evans dan
27
Novak.
Kembali ke bulan Maret, Panglima divisi Siliwangi, Jenderal Ibrahim Adjie menyatakan
yang dikutip oleh dua wartawan Amerika bahwa kaum Komunis "telah kita tumpas
sebelumnya, (di Madiun). Kita terus mengkaji dan mengkaji mereka". Kedua wartawan
menyatakan memiliki informasi bahwa "... AD telah membentuk komisi penasehat
secara diam-diam, terdiri dari lima orang jenderal untuk memberikan laporan kepada
jenderal Yani.... dan jenderal Nasution tenntang kegiatan PKI".109)
Mortimer melihat terbunuhnya lima jenderal selain Yani oleh GESTAPU sebagai
barangkali signifikan mengenai koinsidensi dalam jumlah jenderal yang menjadi
sasaran dalam GESTAPU dengan jumlah jenderal yang telah dicatat oleh Novak dan
Evans. Kita juga terpukau oleh kebangkitan kemball di Amerika Serikat citra Yani dan
Nasution sebagai perencana anti PKI, lama sesudah cerita CIA dan pers AS
hakekatnya sudah mencoret mereka sebagai enggan bertindak melawan Sukarno
110). Jika eliminasi pesaing politik Suharto dilingkungan Angkatan Darat oleh
GESTAPU harus dituduhkan kepada kaum kiri, maka skenario hanya membutuhkan
kebangkitan kembali citra anti-komunis yang dilupakan para jenderal dalam oposisi
terhadap Sukarno. Suatu riwayat ganjil yang tidak ditandatangani tentang Nasution
pada bulan Agustus 1965 dalam The New York Times, berdasarkan wawancara tahun
1963, tetapi diterbitkan hanya setelah suatu serangan lisan oleh Nasution terhadap
pangkalan Inggris di Singapura, sekedar menyatakan (cukup, tidak pantas, konteksnya)
bahwa Nasutioan adalah "dianggap lawan paling gigih terhadap komunisme di
Indonesia, dan tambahnya bahwa Sukarno didukung oleh PKI", telah melancarkan
kampanye menetralisir Angkatan Darat sebagai suatu kekuatan anti komunis" 111).
PKI siap tempur. Kelompok Nasution berharap bahwa PKI akan menarik picu duluan,
tetapi justru tidak akan dilakukan PKI. PKI tidak akan membiarkan diprovokasi seperti
dalam penistiwa Madiun. Namun, akhirnya hanya akan tersisa dua kekuatan: PKI dan
kelompok Nasution. Garis tengah tidak mempunyai alternatif kecuali memilih
perlindungan pada yang lebih kuat 112).
Orang nyaris tidak dapat berharap memperoleh pengertian singkat dari propaganda
yang diperlukan untuk program merekayasa oleh peranan CIA.
Artikel Mc Gehee, setelah disensor oleh CIA, lebih sempit lagi menyoroti hanya
peranan CIA dalam propaganda anti-PKI.
28
Badan yang menganggap peluang ini (respons Suharto terhadap GESTAPU) dan
berupaya menghancurkan PKI .... (*delapan kalimat hilang*).... karangan media
memegang peranan kunci dalam menggugah kebencian massa terhadap PKI. Foto
dan mayat para jenderal yang telah rusak berat ditampilkan dalam semua harian dan
di televisi. Cerita yang menyertai foto-fotonya dengan bohong menyatakan bahwa para
jenderal kemaluannya dipotong dan matanya dicungkil oleh anggota GERWANI.
Kampanye yang diciptakan secara sinis dirancang untuk menyulut kemarahan publik
terhadap orang-orang komunis dan menyiapkan tahap pembantaian 113).
Mc Ghee manambahkan bahwa cerita propa-ganda tentang penyiksaan oleh
wanita-wanita histeris dengan pisau cukur, yang ditolak oleh sarjana-sarjana yang
serius sebagai tidak berdasar, telah disegarkan kembali dalam versi yang lebih
canggih oleh seorang wartawan AS, John Hughes, yang sekarang ketua juru bicara
Departemen Luar Negen 114).
Pasukan Suharto, khususnya Kolonel Sarwo Edhie dan RPKAD, secara terbuka
terlibat dalam eksploitasi tubuh para korban secara sinis115) . Tetapi, beberapa aspek
kampanye propaganda secara besar-besaran rupanya didalangi oleh orang-orang
bukan Indonesia. Sebagai contoh ialah tajuk rencana yang mendukung GESTAPU,
yang dipermasalahkan, terbit dalam Harian Rakyat, surat kabar PKI, tanggal 2 Oktober.
Profesor Benedict Anderson dan Ruth Mc Vey yang mempertanyakan masalah
kebenarannya juga mengesampingkan kemungkinan bahwa benar kabar itu
"pemalsuan oleh AD" atas dasar bahwa "kemampuan tentara memalsukan dokumen
partai selalu teramat sangat rendah" 116).
Pertanyaan yang diangkat oleh Anderson dan Mc Vey belum juga terjawab secara
tuntas. Mengapa PKI tidak menunjukan dukungan kepada Coup GESTAPU ketika hal
itu sedang berjalan, lalu dengan gegabah membuat tajuk rencana mendukung
GESTAPU setelah ia ditumpas? Mengapa PKI yang tajuk rencananya mendukung
GESTAPU gagal mengerahkan memobilisasi pendukungnya untuk bertinclak atas
nama GESTAPU? Mengapa, Suharto yang waktu itu menguasai Jakarta, menutup
semua surat kabar kecuali yang satu ini, dan sebuah surat kabar lagi yang cenderung
ke kiri-kirian yang juga melayani tujuan-tujuan propagandanya?117). Dengan kata lain,
mengapa pada 2 Oktober Suharto mengijinkan hanya dua surat kabar ini untuk terbit,
yang sudah jelas menghadapi nasib akan ditutup selama-lamanya?
Seperti dinyatakan pada awal tulisan ini bahwa agak lucu dan tolol untuk menganggap
bahwa pada tahun 1965 kekerasan satu-satunya timbul dari pemerintah AS, militer
29
Indonesia, dan saling hubungan mereka dengan intelejen Inggris dan Jepang. Suatu
tulisan yang lebih panjang lagi dapat mendiskusikan tindakan proaktif PKI, dan
Sukarno sendiri dalam keruntuhan sosial ini. Dari satu sudut pandang tentu tidak
seorangpun terjamin menguasai kejadian dalam masa kacau ini118).
Namun untuk dua alasan penyajian obyektif dari kejadian-kejadian menurut model
terakhir rupanya tidak tepat dan nalar.
Pertama, seperti diakui berdasarkan studi sendiri CIA, kita bicara tentang
"pertumpahan darah yang padat dan mengerikan masa kini", yang taraf kekerasannya
tidak dapat dibandingkan dengan seperti tindakan sayap kiri, yang dipublikasikan
dengan baik tentang pembunuhan seorang letnan AD di perkebunan Bandar Betsy
dalam bulan 1965 119).
Kedua, skenano yang digambarkan Mc Gehee untuk 1965 dapat dilihat tidak sebagai
sekedar menjawab provokasi, paranoia, dan kekacauan belaka dalam tahun itu, tetapi
sebagai membesarkan hati dan meyakinkan secara aktif mendorong dan menyalurkan
tindakan-tindakan pembalasan tersebut.
Perlu dicatat bahwa mantan Direktur CIA William Colby berulangkali menyangkal
keterlibatan CIA atau unsur lain dari AS dalam pembantaian tahun 1965 (dengan
tiadanya Gugus Tugas Khusus CIA, Colby sebagai kepala CIA Divisi Asia Timur tahun
1962-1966, layaknya bertanggung jawab atas operasi CIA di Indonesia). Namun
sanggahan Colby dikaitkan dengan cerita yang tidak dipercaya. Tentang rencana PKI
merebut kekuatan politik sebuah cerita yang disegarkannya kembali pada tahun 1975.
Indonesia meledak, dengan tuntutan akan kekuasaan oleh partai Komunis terbesar di
dunia di luar tirai / yang membunuh kepemimpinan Angkatan Darat dengan
persetujuan Sukarno secara diam-diam dan dibias-biaskan sebagai pembalasan. CIA
memberikan arus laporan terus menerus tentang proses studi Indonesia walau tidak
mempunyai peran apapun dalam alur peristiwa itu sendiri 120).
Menyelesaikan masalah keterlibatan AS dalam operasi pembunuhan sistematis ini
penting, dan khususnya mengetahui lebih banyak tentang laporan CIA yang
dinyatakan Mc Gehee melihat sendiri. Mc Gehee menyatakan:
"Badan ini sangat bangga atas keberhasilan (*satu kata hilang*) dan menganjurkannya
sebagai satu model untuk operasi masa depan (*setengah kalimat hilang*)121). Duta
Besar Green melaporkan suatu wawancara dengan Nixon pada tahun 1967:
30
Pengalaman Indonesia salah satu perhatian khusus bagi (Nixon) karena segala
sesuatunya telah berlangsung di Indonesia dengan baik-baik saja. Saya kira ia sangat
tertarik pada seluruh pengalaman itu dengan menunjuk cara yang harus (!) kita
lakukan dalam hubungan yang lebih luas di Asia Tenggara umumnya dan mungkin di
dunia122).
Taksiran yang tak dapat dibandingkan seperti itu, membantu menjelaskan peranan
orang Indonesia dalam penggulingan yang disponsori Nixon terhadap Sihanouk di
Kamboja pada tahun 1970, pemanfaatan, skenario Jakarta untuk penggulingan
Allende di Cile pada tahun 1973, dan ke sponsoran AS dewasa ini darl rezim regu
kematian di Amerika Tengah 123).
Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat
Desember 198
Index
Universitas California, Berkeley, Arnerika Serikat
Desernber 1984
1. Kesulitan analisis ini berdasarkan terutama pada apa yang dinamakan "bukti"
yang disajikan pada sidang-sidang MAHMILUB, akan jelas bagi siapapun yang
mencoba merujuk alasan yang bertentangan dari GESTAPU dalam contoh
pernyataan resmi Suharto dikutip oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh,
dan studi CIA tahun 1968 yang daya khayalnya agak kurang. Akan diacu
kemudian untuk kedua tulisan itu. Saya hanya akan mengambil bagian darl bukti
MAHMILUB yang membatasi atau mendeskreditkan tesis anti PKI mereka. Untuk
interpretasi data MAHMILUB, bandingkan khususnya Coen Holtzappel "The 30
September Movement" Journal of Contemporary Asia, IX,2 (1970) 216-240
2. Dalam sidang 1978 yang lama ditangguhkan, perencana GESTAPU A. Latief
mempertegas pengungkapannya terdahulu bahwa ia mengunjungi mantan
komandannya Suharto pada malam terjadinya penculikan GESTAPU. Ia
menyatakan telah menggugah bersama Suharto adanya apa yang dinamakan
“DEWAN JENDERAL” sayap kanan yang merencanakan untuk merebut
kekuasaan, dan memberi informasi kepada Suharto suatu gerakan yang berniat
menghalangi dan mengganjal Dewan Jenderal mengadakan Coup. (Anonim
Kasus Latief Keterlibatan Suharto terungkap) Journal of Contemporary Asia, IX, 2
(1979) hal. 248-250. Untuk tinjauan yang lebih luas tentang keterlibatan Suharto
31
dalam GESTAPU, bandingkan khususnya WF. Wertheim "Rencana Siapa?
Sorotan baru atas peristiwa 1965. "Journal of Contemporary Asia IX, 2 (1979) hal.
197-215", Holtzappel “30 Septem-ber" seballknya lebih khusus menunjuk kepada
perwira-perwira intelejen yang akrab dengan partai Murba yang dilarang Chairul
Saleh dan Adam Malik. Bandingkan catatan kaki. 104
3. Ketiga tahapan: (1) GESTAPU yang mendorong "coup" sayap kiri. (2) Kesatuan
anti pemberontakan GESTAPU atau respons Suharto pembantaian PKI;
keruntuhan dengan kecepatan tinggi kekuasaan Sukarno. Makalah ini akan
membahas terutama kedua tahapan pertama dari GESTAPU/KAP GESTAPU.
Menamakan tahap pertama itu sendiri sebagai "coup" menurut pendapat saya
penyalah-gunaan istilah. Tidak ada kekuasaan yang beralih tangan atau bahwa
hal ini adalah yang dikehendakinya.
4. CIA AS Research study Indonesia Coup yang dampaknya membalik 1969 hal. 74
5. Harold Crouch Tentara dan Politik di Indonesia hal. 78-81
6. Tambahan seorang dari kedua korban GESTAPU di Jawa Tengah (Kol. Katamso)
satu-satunya pelabat tinggi non PKI yang menghadiri hari ULTAH PKI 41 di
Yogyakarta pada bulan Mel 1964; Mortimer, Komunis Indonesia hal. 432.
Ironisnya "penemuan" yang terlambat jenazahnya digunakan untuk mencetuskan
pembunuhan kontak-kontak PKI.
7. Empat dari enam wakil pro Yani dalam bulan Januari telah terbunuh
bersama-sama Yani pada 1 Oktober 1965. Dan lima wakil anti Yani dalam bulan
Januari akan kita lihat sedikitnya tiga orang menonjol dalam menindak GESTAPU
dan menyelesaikan eliminasi orang-orang yang loyal kepada Yani, Sukarno
(Ketiganya Suharto, Basuki Rachmat dan Sudirman dari SESKOAD) Crouch
Angkatan Darat, hal. 81
8. Sementara anak perempuan Nasution dan ajudannya terbunuh, la sempat lolos
tanpa cedera serius dan mendukung pembersihan yang terjadi kemudian.
9. Indonesia 22 Oktober 1961 hal. 65 (memorandum CIA 22 Maret 1961 dan Richard
M. Bassel Lampiran B) pada tahun 1965 kekecewaan ini meningkat dengan
opposisi yang menguat dari Nasution atas ketedibatan AS di Vietnam.
10. Crouch, Angkatan Darat hal. 40; Brian May, Tragedi Indonesia (London);
Rontledge dan Kegen Paul 1978) hal. 221-222.
11. Saya akan menganggap untuk argumentasi yang ringkas ini bahwa Untung
adalah penyusun, atau paling sedikit disetujui, pernyataan-pernyataan yang
diumumkan atas namanya. Para sarjana. yang melihat Untung sebagai orang
yang ditipu oleh yang mengendalikan GESTAPU, mencatat bahwa Untung tidak
tampak di sekitar stasiun siaran RRI yang mengeluarkan pengumuman atas
namanya. Dan bahwa pengaruhnya sedikit atau bahkan tidak ada. Gugus Tugas
32
yang menduduki stasiun itu (yang dipimpin Kapten Suradi dan Dinas Intelejen.
Brigade Infanterinya Latief). Holtzappel hal 216, 231-32, 230-237. Saya tidak ada
alasan untuk menentang pada analis GESTAPU yang seksama seperti Wertheim:
"Rencana Siapa?. Hal 212, dan HOLZAPPEL "30 September" hal 231 - yang
mengakhiri bahwa Untung pribadi itu lugu dan dimanipulasi oleh para dalang lain
seperti Syam Kamaruzzaman.
12. Siaran (radio) pukul 07.15 1 Oktober; Indonesia (April 1966) hal. 134; Ulf
Sundhaussen, The Road to Power Indonesian Military Politics 1945-1967 *Kuala
Lumpur dan Oxford University Press 1982) hal 196. Ibid hal. 201.
13. Ibid (dihalaman yang sama) hal 201.
14. Siaran 1 dan 4 Oktober 1965, Indonesia (April 1996) hal. 158-159.
15. Studi CIA hal 2; O.G. Roeder; The Smiling General: President Suharto of
Indonesia Jakarta Gunung Agung, 1970) hal. 12, dikutip Suharto sendiri: Dalam
perjalanan saya ke Markas KOSTRAD (Markas Suharto) melewati prajurit-prajurit
berbaret hijau yang di bawah komando KOSTRAD, tetapi tidak memberi hormat
kepada saya.
16. Anderson dan Mc. Vey menyimpulkan, bahwa Sukarno, Panglima AU Umar Dhani,
Ketua PKI DN Aidit (ketiganya merupakan sasaran politik utama "respons" anti
GESTAPU dari Suharto) dikumpulkan oleh perencana GESTAPU ditengah malam
dan dibawa ke pangkalan udara Halim, sekitar 1,5 KM dari sumur di Lubang
Buaya, tempat jenazah para jenderal diketemukan. Pada 1966 mereka menduga
bahwa hal itu untuk mematrikan pengendalian dasar para anggota komplotan dan
membujuk Soekarno "untuk menyertai" rencana komplotan (Benadict Anderson
dan Ruth Mc. Mc.Vey, A Preliminery Analysis of the October 1,1965 Coup
Indoesia) (Ithaca, New York: Cornell University Press 1971) hal 17-21).
Suatu hipotesis alternatif tentunya bahwa GESTAPU, dengan mempertemukan
orang-orang ini diluar kemauannya menciptakan kemiripan suatu komplotan
PKI-AU-Sukarno yang dikemudian hari dieksploitir oleh Suharto. Kehadiran
Sukarno di Halim "dikemudian hari memberi kritik Sukarno dengan beberapa
bahan peledak yang paling praktis". Gohn Hughes, The End of Sukarno (London
Agus dan Robertson 19978) hal .54).
17. CIA Study hal 2 bandingkan hal-5." Padaa puncak coup .....pasukan pemberontak
di JATENG diperkirakan kekuatannya hanya satu batalyon ; dua hari sesudah itu
melorot.
18. Rudolf Mrazek: The United States and the Indonesian Military 1945 - 1966 (Praha:
Akaderni Ilmu Pengetahuan Chekoslovakia 1975) jilid 11 hal 172.
Batalyon-batalyon itu terdiri dari sebagian besar Brigade 3 pasukan para, juga
membekali sebagian besar pasukan yang digunakan untuk menindas GESTAPU
33
Jakarta, yang dianggap perang saudara ini, penempatan kedua faksi banyak
struktur komando Suharto yang sangat dekat dipuji sebagai penjelasan
bagaimana Suharto mampu memulihkan ketertiban dalam kota tanpa ada letusan
senjata. Sementara di pangkalan udara Halim suatu apa yang dinamakan
pertempuran antara YONIF 454 (Baret Hijau) dan RPKAD (Baret Merah)
berlangsung tanpa ada k-orban gugur seorangpun. (CIA Study hal 60) juga di
JATENG "peralihan kekuasaan berlangsung tenang dan penuh kedamaian"
dengan "tiada kekerasan yang menakjubkan" (CIA Study hal 66).
19. Ibid, hal.60 N. Arthur J.Dommen, "The Attempted Coup in Indonesia" China
Quarterly Januari-Maret 1966, hal 147. Pertemuan "perkenalan pertarna para
perencana GESTAPU ditempatkan dalarn kronologi peristiwa Indonesia dan
"kira-kira sebelum 17 Agustus 1965, bandingkan Nugroho Notosusanto dan Ismail
Saleh, Upaya Coup Gerakan September 30" di Indonesia Jakarta. Pembimbing
Masa, 1968) hal 13;
Dalam CIA Study, perternuan ini tertanggal 6 September hal 112, Tidak ada
satupun perhitungan yang memungkinkan perencanaan suatu komplotan Coup
lebih dan pada beberapa minggu dalam negara yang penduduknya terpadat
kelima didunia.
20. Mortimer (1974), hal. 429. Prof Benedict Anderson mempunyat kesan bahwa
singkatan "Gestapu itu sendiri merupakan satu alasan lain dalam menganggap
bahwa Gestapu adalah suatu bikinan Amerika. Kita tidak bisa mengatakan
Gerakan September Tigapuluh dalam bahasa Indonesia; hal ini akan sama seperti
mengatakan May Teenth Four (Mei Sepuluh Empat) sebagai gantinya May Four
teenth (Empat belas Mei). Menurut urutan kata dalam Bahasa Indonesia
seharusnya adalah Gerakan Tiga puluh September. Di lain pihak para pemakai
bahasa Inggeris yang tidak begitu faham bahasa Indonesia atau tidak peduli
terhadapnya, seringkali menyebutnya tanggal menurut urutan bahasa Inggeris
(Surat tanggal 22 Agustus 1982 dari Prof Benedict Anderson).
21. Dalam CIA Study, pertemuan ini tertanggal 6 September hal 112. Tidak ada
satupun perhitungan yang memungkinkan perencanaan suatu komplotan Coup
lebih dan pada beberapa minggu dalam negara yang penduduknya terpadat
kelima di dunia. Dari enam perwira Staf Umum yang diangkat bersama Yani, tiga
orang (Suprapto, D.I Panjaitan, dan S.Parman) dibunuh. Dari tiga orang yang
selamat, dua (Mursyid dan Pranoto) dalam sembilan bulan berikutnya dipindahkan
oleh Suharto. Anggota terakhir dari Stafnya Yani, Djamin Ginting dimanfaatkan
oleh Suharto selama mendirikan Orde Baru, kemudian tidak dipedulikan.
22.
23. Howard Palfrey Jones, Indonesia, The Possible Drearn (New York Hardcourt,
34
Brace Jovanovich 19 7 1) hal 39 1, bandingkan Arnold Brackman, The Communist
Collapse in Indonesia (New York; Norton, 1969) hal 118119.
24. Crouch, The Army hal 150.
25. Ibid hal. 140-153 untuk kasus Bali yang dipermasalahkan, bahkan Robert Shaplin
seorang wartawan yang dekat dengan sumber-sumber resmi AS, mengakui
"Tentara yang mulat dahulu" (Time Out of Hand (New York, Harpen dan Row 1969)
hal.125) Pernbunuhan di JATIM juga benar-benar mulat ketika RPKAD datang,
tidak hanya di JATENG dan BALI (Surat dan Benedict Anderson).
26. Sundhaussen, The Road, hal.171,178,179, 210,218; Donald Hardley "Aliran dan
jatuhnya Orde Lama" Indonesia 25 April 1970 hal. 40-41.
27. Sundhaussen, The Road hal 219.
28. Pada tahun 1965 BND (Bundes Nachrichten Dienst Dinas Intelejen Republik
Federal Jerman) membantu dinas rahasia militer Indonesia menindas PUTSCH
sayap kiri di Jakarta dengan memasok senapan mesin ringan, perlengkapan radio,
dan uang sekitar tiga ratus ribu DM (Heinz Hoehne dan Hermann Zolling The
General Was a Spy (New York Bantam) 1972 hal. XXXIII.
29. Kita tidak boleh disesatkan oleh dukungan CIA kepada pemberontakan 1958
untuk menganggap bahwa semua perencanaan pemerintah AS terhadap Sukarno
dan PKI pasti berlatar belakang CIA (bandingkan footnote 122).
30. Daniel Lev. Peralihan Ke DEM0KRASI TERPIMPIN : Indonesian Politics
1957-1959. (Ithaca, New York : Cornell University Press 1966) hal. 12.
Untuk sikap bermusuhan John Foster Dulles terhadap persatuan Indonesia pada
tahun 1953 bandingkanlah Leonard Meskey, Dulles (New York : The Dial Press)
James Wade, 1978) hal 437.
31. Declassified Documents, Quarterly Catalogogue (Wood Bridge Connecticut.
Research Publication 1982) 001191.
32. Syam, atas pengakuan sendiri memberikan pembinaan kepemimpinan kepada
perwira progressief GESTAPU yang hanya bertanggung jawab kepada Aidit
sebagai kepala Biro Khusus PKI. Masalah keterlibatan PKI dalarn GESTAPU
terletak pada hal apakah Syam (sesuai study CIA hal. 107 sudah lama agend
ganda Syam diakui sebagai informan KODAM JAYA. "Wertheim (hal.203)
mencatat bahwa pada tahun 1950-an Syam itu kader PSI dan telah berhubungan
dengan Let. Kol. Suharto sekarang presiden sering mengunjunginya kerumahnya
di Yogya". Hal ini mungkin memberi penjelasan mengapa pada tahun 1970-an,
setelah dijatuhi hukuman mati, Syam dan rekan konspiratornya Supeno,
dilaporkan dari waktu ke waktu diizinkan (keluar penjara) dan menulis laporan
untuk tentara tentang situasi politik (Mei, The Indonesian, hal. 114) sebagai
tambahan Syam yang memberi kesaksian dan dijatuhi hukuman, setelah
35
tertangkap pada Maret 1967, adalah orang yang ketiga yang diidentifikasi oleh
tentara sebagai Syam yang dibicarakan Untung :
Declassified Documents Retrospectif Collection (Washington, D.C. Carrolton
Press, 1967), 613;Hughes hal.25).
33. Wertheim "Rencana Siapa ? hal. 203; Mortimer, Indonesian Communism hal 431
(Syam); Sundhaussen, The Road, hal. 228 (Suwarto dan Sarwo Edhie).
34. Joseph B. Smith : Portreit of Cold War (New York Putnam 1976) hal 205,
bandingkan Thomas Powers, The Man Who Kept the Secrets (New York : Koupf
1979) hal. 89.
35. Konggres, Senat AS, Komisi terpilih untuk mempelajari Operasi, Pemerintah
dalam hubungan dengan kegiatan intelejen. "Perencanaan apa yang dinamakan
pembunuhan yang melibatkan pemimpin-pemimpin asing, Konggres ke 94 sidang
pertama 1975 (Laporan Senat No. 94-465) hal 4n; Komunikasi Pribadi.
36. Declassified Documents, Quarterly Catalogue, 1932, 002386, 1981, 367 A.
37. Ibid, 1982,002386 OCS Memo untuk Sec. Def, 22 September 1958).
38. Indonesia,22 Oktober 1976) hal. 164 (Memoran-dum. CIA 22 Maret 1961
Lamp A hal. 6.
39. Para sarjana berbeda pendapat tentang interpretasi Madiun maupun tentang
GESTAPU. Ada orang Amenka memperkuat kesimpulan Wertheim bahwa apa
yang dinamakan pemberontakan Madiun komunis ..... sedikit banyak diprovokasi
oleh unsur-unsur anti komunis. Namun Kahin berpendapat bahwa
kejadian-kejadian yang mengarah ke Madiun mungkin suatu gerakan pemerintah
umum yang sistematis bertujuan mematahkan kekuatan militer PKI (Wertheim. W
F Indonesian Society in Transition) Den Haag: W Van der Hoeve, 1956) hal 82;
George M.T. Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia (Itcha, New York;
Cornell University Press 1970) hal 238) hal. 238. Bandingkan Southwood dan
Flanaghan, Indonesia & Law hal 20. + 30.
40. Southwood dan Flanaghan Indonesia Law hal. 68; bandingkan pernyataan
Nasution kepada mahasiswa pada 12 November 1965 cetak ulang di Indonesia (1
April 1966) hal. 183. Kita harus dan wajib membasmi mereka (PKI) dari bumi
Indonesia.
41. Contoh dalam Peter Dale Scott "Mengekspor Pembangunan ekonomi militer"
dalam Malcol Caldwell Engine AIlison 250-C20B Ten Years Military Terror in
Indonesia (Notingham England: Spokke man Books 1975) paramedis perawatan
227-32.
42. David Ranson: Ford Country membangun suatu elit politik di Indonesia dalam
Steve Weismen ed. The Trojan Horse (San Fransisco California Ramparts Press
1974) hal 97; bandingkan hal 101 Pauker membawa Suwarto ke RAND pada
36
tahun 1962.
43. John H. Johnson The Role of the Military in Underdeveloped Countries Princeton
New York, Princeton University Press, 1962) hal 222-224. Kata Pengantar khusus
oleh Klaus Knorr, yang bekerja untuk CIA sambil mengajar di Princeton.
44. Shaplen, Time hal 118, Hughes The End hal. 119, Southwood dan Flanagan,
Indonesia: Law, hal 75-76; Scott, "Mengekspor" hal; 231. William Kintner pejabat
staf senior CIA (OPC) 1950-1952, kemudian DUBES Thailand zamannya NIXON,
juga menulis deml "Likuidasi" PKI sambil bekerja pada sebuah "thinkthank" yang
disubsidi CIA, Institue Penelitian Politik Luar Negeri di Kampus Universitas
Pensylvania (William Katner dan Joseph Kornfeder, The New Frontier of War
Jondon: Frederick Muller 1963) hal 233, 237238) Jika PKI mampu
mempertahankan kedudukannya secara resmi dan pengaruh Sovyet terus
berkembang kemungkinan Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara
"diambil alih oleh pemerintah komunis" yang resmi terpilih berdasarkan jumlah
penduduk sementara itu dengan bantuan Barat, pemimpin politik Asia yang bebas
bersama dengan militer tidak hanya bertahan dan mengatur, tetapi juga
membantai dan maju sambil melikuidasi gerilya dan politik musuh.
45. Ransom "Ford Country" hal 95-103; Southwood dan Flanaghan, Indonesia : Law,
hal 34-36; Scott "mengekspor".
46. Sundhaussen The Road hal 141, 175.
47. Keterangan AS yang diterbitkan tentang Program civic mission/civic action
menguraikannya sebagai mengabdikan diri kepada proyek-proyek civic,
rehabilitasi saluran, drainage daerah rawa dan menciptakan lahan sawah baru,
membangun jembatan dan jalan, dsb.nya Roger Hilsman, To Move a Nation
Garden City, New York : Doubleday 1967) hal 337. Namun, sebuah memo dan
MENLU Dean Rusk kepada presiden Johnson, 17juli 1964, menjelaskan. bahwa
pada waktu itu pentingnya MILTAG (Military Training/Technical Advisory Group)
terutama adalah kontak dengan unsur-unsur anti-komunis dalam AD Indonesia
dan organisasi Teritorialnya: "Bantuan kita kepada Indonesia kita puas bukan
menolong kaum Militer namun ini memungkin-kan kita memelihara kontak-kontak
dengan unsur-unsur kunci di Indonesia yang berkepentingan dan mampu
melawan kaum komunis. Kita anggap ini sebagai hal yang sangat vital bagi
seluruh dunia bebas Declassified Documents Quarterly Catalogue 1982, 001786
(DOS Memo for Presidet of July 17, 1964 Italics original).
48. Southwood and Flanagan, Indonesia Law, hal 35, Scott, "Mengekspor" hal 233.
49. Ransom, "Ford Country" hal 101-2 mengutip Willis G. Ethel; dikutip di Scott
"Mengekspor" hal 235.
50. Sundhaussen, The Road, hal.141. Ada juga organisasi para-militer dari
37
mahasiswa untuk pengawasan keamanan sendiri (PAM SWAKARSA) dan
mengikuti pola U.S.R.O.T.C. (pendidikan perwira cadangan AS) di bawah
pimpinan seorang kolonel AD Djuhartono) yang baru saja pulang dari mengikuti
pendidikan intelejen militer AS di Hawaii" yang diasuh oleh AD:
Mrazek, The United States ilid II, hal. 139, mengutip wawancara Nasution dengan
George Kahin Juli 1963.
51. Walau dengan rendah hati menyodorkan pengaruh politiknya, Pauker menyatakan
bahwa sebuah makalah RAND yang ia tulis tentang kontra pemberontakan dan
keadilan sosial, yang diabaikan oleh militer AS dan sebenarnya diperintahkan
untuk mereka, ada pengaruhnya dalarn pengembangan Doktrin Civic Nfission
kawannya Suwarto.
52. Noam Chomsky dan E.S. Herman, The Washington Connection and Third World
Fascism (Boston, Masachusetts South End Press 1979) hal. 206, David Mozingo,
Chinese Policy toward Indonesia Ithaca, New York Cornell University Press 1976)
hal 178.
53. Sundhaussen, The Road hal 178-179. PSI sudah tentu bukan sarana tunggal
maupun mudah dari politik AS. Namun sebenarnya dalam insiden 1963 maupun
yang lain, kita melihat kegiatan persekongkolan relevan dengan pengambilalihan
kekuasaan oleh militer melibatkan PSI dan pribadi-pribadi lain yang dalam fokus
pelatihan program AS, dan berperan penting dalam tahun 1965.
54. Sundhaussen, The Road hal 228-233; pada bulan Januari 1966, kaum aktivis PSI
di Bandung tahu benar apa yang sedang mereka tuju, tidak kurang dari
penggulingan Sukarno. Apalagi mereka memperoleh pedindungan dari Korp.
Perwira Siliwangi. Sekali lagi saya gunakan istilah Sundhaussen "cenderung
kepada PSI" untuk menunjukkan lingkungan, bukan menjelaskan. Sarwo Edhie
sudah lama menjalin kontak CIA, sementara peran Kemal Idris pada tahun 1965
sangat berhutang budi kepada Komandan PETA dulu, Yanagawa perwira
intelejen Jepang. Bandingkan Nasashi Nishihara, The Japanese and Sukarno's
Indonesia (Honolulu University Press of Hawaii 1976) hal 138, 212.
55. Sundhaussen, The Road hal 99-101. Lubis pun memimpin upaya pembunuhan
terhadap Sukarno dalam bulan Nopember 1957, dan pemberontakan 1958.
56. Ibid. 188. Bandingkan hal 159.
57. Sudah tentu status "siswa" Suharto tidak berarti bahwa itu sekedar sebagai tidak
ditangan mereka yang ia hubungi di SESKOAD. Contoh ketidak
ketergantungannya dengan PSI dan mereka yang akrab dengan PSI, terbukti
pada bulan Januari 1974, ketika ia dan Ali Murtopo menindas dengan tegas
mereka yang bertanggung jawab atas kerusuhan mahasiswa yang ditolerir oleh
tentara mengingatkan kepada yang terjadi pada bulan Mei 1963. Bandingkan
38
Crouch The Army hal. 309-317.
58. Sundhaussen, The Road hal. 228,241-243. Pada periode yang sama SESKOAD
digunakan untuk mereduksi para jenderal seperti Suryosumpeno yang walau anti
komunis, bersalah terhadap loyalitasnya kepada Sukarno hal 238.
59. Crouch, The Army hal. 80; pada waktu Itu Suharto sudah tidak senang dengan
"politik pro komunis yang sedang menanjaknya Sukarno" (Roeder The Smiling).
60. Crouch, The Army hal. 81, bandingkan Mrazek, The United States Jilid II hal
1499-51.
61. Sundhaussen The Road hal 241-243.
62. Melalui kelompok konsensus intelejennya, OPSUS Diketahui oleh Ali Murtopo)
Suharto mengadakan kontak dengan pimpinan-pimpinan Malaysia. Dalam dua
laporan personel bekas PSI dan PRRI/PERMESTA di Malaysia berperan dalarn
mendirikan hubungan politik yang beku ini. Crouch, The Army, hal. 7, Nishihera,
The Japanese, hal. 144.
63. Sundhaussen, The Road, hal. 188.
64. Mrazek, TheUnited States, jilid II, hal 152.
65. Bandingkan. Edward Luttwaak, Coup d Etat; A Practical Handbook (London: Allen
Jane/Penguin Press, 1968) hal. 61: Walau kesatuan-kesatuan tentara yang
kemasukan komunis sangat kuat, mereka berada di pihak yang salah, ketika
mereka berada di rimba Kalimantan, pasukan para yang anti komunis dan
"Marinir" mengambil alih Jakarta dan negara". Yang paling menarik dalam laporan
yang dikirim oleh Ruttwak (yang bertahun-tahun bekerja sama dengan CIA)
adalah bahwa "pasukan Para yang anti komunis bukan hanya terdiri dart satuan
RPKAD, tetapi juga mereka yang melancarkan Pemberontakan GESTAPU di
Jakarta sebelum ditindas.
66. Nishihara, The Japanese, hal. 142, 149.
67. lbid, hal 202, bandingkan hal 207. Veteran PRRI/Permesta yang terlibat dalam
OPSUS penjajag perdamaian, Daan Mogot dan Willy Pesik dengan Jan
Walandauw, termasuk yang ambil bagian dalam misi rahasia ke Jepang ketika
pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1958. Suatu misi yang rinciannya terdapat
dalam laporan mantan petugas CIA Joseph B. Smith (Portrait of a could warrior
(New York: G.P. Putnan's Sons, 1978) hal. 245 disusul dengan Walandauw
meneruskan penerbangannya ke Taipeh kemudian Manila, lalu New York.
68. Komunikasi pribadi. Jika laporan Neville Maxwell (petugas penelitian senior pada
Institut Studi Persemakmuran, Universitas Oxford) boleh dipercaya, maka
perencanaan skenario GESTAPU/Anti-GESTAPU sudah berawal sejak tahun
1964 Gournal of Contemporary Asia IX, 2 (1979) hal 251-252; cetak ulang, dalam
"Southwood dan Flanagan, Indonesia; Law hal. 13). Beberapa tahun lalu saya
39
sedang meneliti di Pakistan dalam latar belakang diplomatik konflik India-Pakistan,
dan dalam kertas-kertas KEMLU yang sempat saya pelajari, saya jumpai sebuah
surat kepada yang pada waktu itu MENLU Tn. Bhutto dan salah seorang
DUBESnya di Eropa ... melaporkan sesuatu percakapan dengan Perwira Intelejen
Belanda di NATO. Menurut catatan saya dari surat itu, Perwira itu memberi
komentar kepada Diplomat Pakistan bahwa Indonesia akan jatuh ke pangkuan
Barat seperti sebuah apel busuk" Badan-badan Intelejen Barat katanya, akan
merancang coup komunis yang prematur ... (yang akan) ditakdirkan sebelumnya
gagal, kecuali kalau ada peluang yang terbuka bagi tentara menindas kaum
komunis dan menahan Sukarno atas kebaikan hati tentara. Laporan Duta Besar
itu tertanggal Desember 1964.
69. Indonesia, 22 (Oktober 1976) hal. 165 (Memo CIA Maret 1961, Lampiran A, hal 8)
bandingkan Powers, The Man hal. 80)
70. Indonesia, 22 (Oktober 1976) hal. 165 (Memo CIA Maret 1961).
71. Memo Dewan Keamanan Nasional (NSC) AS zaman Eisenhower, yang tak lama
lagi selesai tugasnya, mungkin harus melibatkan AS menentang tidak hanya PKI
di Indonesia, tetapi suatu politik yang keakrabannya makin meningkat dengan blok
China-Soviet dan pihak rezim apapun yang sedang berkuasa "Memo itu diakhiri
dengan" ukuran serta pentingnya Indonesia mengharuskan (!) upaya AS yang
tegas mencegah kemungkinan-kemungkinan ini "Declassified Documents
Quarterly Catalogue 1982, 000592 (NSC 0023 19 December 1960) Untuk
intrik-intrik AS lainnya pada waktu ini menyebabkan keterlibatan AS yang lebih
luas di ASTENG, bandingkan Declassified Document Quarterly Catalogue 1983
001285-86; Peter Dale Scott, The War Conspiracy (New York: Bobbs Merrill
1972)hal 12,14,20.
72. Jones, Indonesia, The Possible Dream, hal. 299
73. Mortimer, Indonesian Communism, hal. 385-386
74. Departemen Pertahanan AS, Military Assistance Fact 1 Mei 1966. Sebelum 1963
adanya dan besarnya MAP di Indonesia dirahasiakan bagi publik, angka-angka
diumumkan tetapi berlaku surut. Sesudah tahun 1962 jumlah pasokan bantuan
militer menurun secara drastis, tetapi makin lama makin diarahkan kepada
khususnya komplotan anti PKI dan anti Sukarno dalam tubuh tentara; bandingkan
catatan kaki 46, 70 dan 83.
75. The New-York Times, 5 Agustus 1965, hal. 3, bandingkan Nishihara, The
Japanese, hal. 144; Mrazek Jilid II hal 121.
76. Sebuah amandemen Senat dalam tahun 1964 untuk memutuskan semua bantuan
kepada Indonesia tanpa syarat secara diam-diam ditiadakan dalam pertemuan
komisi atas dasar yang menyesatkan bahwa undang-undang bantuan Luar Negen
40
"menurut Presiden melaporkan secara lengkap dan bersamaan kepada kedua
Dewan dan Konggres atas setiap bantuan yang diberikan kepada Indonesia
(Konggres, Senat AS, Laporan No. BB-1925. Undang-undang Bantuan Luar
Negen 1964, hal. 11) akibat persyaratan undang-undang bahwa laporan Presiden
kepada Konggres berlaku bagi delapan belas negara lain, namun dalam kasus
Indonesia ia harus melaporkan kepada dua Komisi Senat dan kepada Ketua
Dewan Undang-undang Bantuan Luar Negeri Seksi 620/0).
77. Jones, Indonesia, The Possible Dream, hal. 324.
78. AS. Konggres, Senat, Komisi Hubungan Luar Negeri, Multi National Corporation,
and US. Foreign Policy, Hearings (selanjutnya dikutip sebagai dengar pendapat
Komisi Gereja). Kongres ke 94, sidang ke 2, 1975, hal. 941. Mrazek The United
States, jilid II hal. 22 Nlrazek mengutip Let. Kol. Juono yang menyatakan bahwa
kami sama sekali tergantung dari bantuan AS.
79. Notosusanto dan Ismail Saleh, The Coup, hal. 43, 45.
80. Nishihara, Japanese (hal. 171, 194, 282) menunjukkan peran komplotan fraksi
kecil anti Sukarno pada tahun 1965-1966 termasuk Ibnu Sutowo, Adam Malik, dan
tokoh minyak Jepang Nishijama yang berpengaruh) yang mengajukan diri sebagai
perantara pemberontakan PRRI 1958 dengan pemerintah pusat. Alamsyah yang
disebut sebagai salah seorang anggauta darl kelompok ini. Ia bergabung dalam
staf Suharto pada tahun 1960. Untuk Murba dan CIA bandingkan catatan kaki
104.
81. Fortune, Juli 1973 hal. 154, bandingkan Wall StreetJournal 15 April 1967, juga
dalarn Scott "mengekspor" hal. 239,258.
82. Declassified Documents Retrospective Collection, 609 A (Kawat Keduataan 1353
2 Nopember 1965).
83. The New York Times, 5 Agustus 1965, hal. 3
84. Departemen Pertahanan. AS Military Assistance Fact, 1 Mei 1966. Personil militer
sebanyak tiga puluh dua orang dalam tahun anggaran 1965 menunjukkan
peningkatan di atas angka yang diproyeksikan pada bulan Maret 1969. Dua puluh
sembilan. Kebanyakan dari mereka rupanya Baret Hijau Pasukan Khusus AS
yang pangkalan depannya di Okinawa dikunjungi oleh Perencana GESTAPU
Suherman dalam Agustus 1965. Bandingkan catatan kaki 122.
85. George Benson, seorang rekan Guy Pauker yang memimpin kelompok penasehat
pelatihan militer (MILTAG) di Jakarta kemudian. di sewa Ibnu Sutowo untuk
bertindak sebagat pelobby untuk perusahaan minyak tentara (yang kemudian
namanya diganti PERTAMINA) di Washington ... The New York Times 6
Desember 1981 hal. 1.
86. San Francisco Chronicle, 24 Oktober 1980 hal. 22 menggambarkan salah satu
41
operasi USAF-Locked di Asia Tenggara, "dengan nama sandi Operasi Buttercup
yang beroperasi dari pangkalan Udara Norton (USAF) di California sejak 1965
sampai 1972". Untuk keterlibatan langsung CIA dalam pembayaran imbalan
Komisi dengan Lockheed bandingkan Anthony Sampson, The Army Bazar (New
York Viking, 1977) hal. 137, 227, 228, 238.
87. Dengar Pendapat Komisi Gerela, hal. 962.
88. Ibid, hal 960.
89. Nishihara, The Japanese, hal 153.
90. Lockheed Aircraft International, memo Fred C. A leuser kepada Ede M. Constable
19 juli 1968 dalam Komisi Dengar Pendapat Gereja, hal. 962.
91. Ibid. hal. 954 catatan kaki 957, pada 1968, ketika Alamsyah mengalami kesurutan
dalam kekuasaannya, Lockheed menghapus perantara dan membayar
honorarium pada agen langsung kepada kelompok perwira militer hal. 342, 977.
92. Dengar pendapat Komisi Gereja hal. 941; bandingkan hal. 955.
93. Southwood dan Flanagan, Indoesia Law; hal. 59.
94. Crouch The Army, hal. 114.
95. Declassified Documents Quarterly Catalogue 1982, 002507 (Kawat 15 April 1965,
dan delegast AS ke PBB) bandingkan Ferbes WilsonThe Conquest of Copper
mountain. (New York Atheneum 1981) hal. 153-155.
96. World Oil 15 Agustus 1965, hal. 209.
97. The New York Times, 19 Mei 1966. IV 4.
98. Ralph, Mc Gehee, CIA dan Kertas Putih tentang El-Salvador The Nation 11 April
1981 hal 423. Kata yang dihilangkan muncul dalarn konteksnya yang seharusnya
"kecurigaan (muslihat)". Bandingkan Roger Morris dan Richard Mauzy "Following
the Scenario" (mengikuti scenario) dalam Robert L. Borosage dan John Marks
penyunting The CIA File (New York Greensman/Viking 1976 hal. 39)" Demikianlah
ketakutan akan subversi komunis yang meledak sebagai pembunuhan gila-gilaan
dalam tahun 1965-1966, telah didorong dalam propaganda penetrasi Badan itu
(CIA) di Indonesia. Apa yang aku ketahui kata seorang mantan pejabat intelejen
dan penstiwa Indonesia, bahwa badan itu (CIA melimpahi beberapa orang-orang
di tingkat atas, dan semuanya meledak serta berjalan lancar sepanjang
menyangkut kepentingan kami". Semua acuan yang dihapus muncul dalam teks
aslinya seperti dicetak tebal (bold) mencerminkan penyensoran oleh CIA.
99. Victor Maebhaeti dan John Marks, The CIA and die Cult of Intelegence (New York
Knopf 1974) lial 245.
Untuk suatu daftar dari dua puluh lima mata-mata yang dipindahkan dari Vietnam
ke Guatemala dalam periode 1964-1973, bandingkan Suzabne Jones dan David
Tobis, Guatemala (Berkely, California dan New iork Konggres Amerika Utara
42
tentang Amerika Latin 1974) hal. 201.
100. Tadz Szulc, The Illusion of Peace (New York Viking, 1978) hal. 724. Mata-mata
CIA puncak yang bertanggun jawab atas operasi anti ALLENDE tahun 1970, Sam
Halpern, sebelumnya bertugas sebagai Kepala Petugas Eksekutif dalam operast
CIA anti Sukarno pada tahun 1957-1958: Seymour Hersh, The Price of Power
(New York Summit Books 1983) hal. 277, Power, The Man hal. 9.
101. Donal Freed dan Fred Simon Landis, Death in Washington Westport,
Connecticcut Lawrence Hill 1980), hal. 104-105
102. Time, Mart 17,1961.
103. Sundhaussen, The Road, Hal. 195
104. Jones, Indonesia: The Possible Dream hal 374; Justus M. Van Der Kroef "Pangkal
Coup 1965 di Indonesia kemungkinan dan alternatif'.. Journal of South East Asia
Studies, 11, 2 (September 1972) hal. 282. Tiga jenderal dinyatakan sebagal
sasaran dalam laporan pertama (Suharto, Mursyid dan Sukendro) semua selamat
dari GESTAPU.
105. Partai Murbanya Chairul Saleh, termasuk Adam Malik yang pro AS, juga
memprogandakan Badan Pendukung Sukarnoisme (BPS) yang anti-komunis,
yang oleh Sukarno dibubarkan pada 17 Desember 1964. (Subandrio melaporkan
telah memberi informasi kepada Sukarno yang berkesan adanya pengaruh CIA
AS diballk BPS. (Mortimer hal. 377); Jelas ada dukungan dari organisasi buruh
SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia) yang didukung CIA dan
tentara) Tidak Lima kemudian MURBA sendiri dibubarkan, dan langsung menjadi
aktif penabur desas-desus dan ketidak tenteraman Holtzappel hal 238).
106. Sundliaussen,The Road, hal 183; Mortimer, Indonesian Communism hal 376-377;
Singapore Straits Times, 24 Desember 1964 dikutip dalam Van Der FLroef asal
mula Coup 1965 lial. 183.
107. Sabah Times, 14 September 1965, dikutip dalain Van Der Kroef, "Asal Mula" hal.
296. Mozingo, Chinese Policy Oial. 292) menghilangkan tuduhan seperti itu
dengan catatan kaki yang merendahkan.
108. Powers, The Man, hal. 80 bandingkan laporan Senat No. 95-755,Foreign and
Military Intelegence, hal.192. Saluran-saluran yang disponson CIA juga
menyebarkan kisah senjata China pada waktu itu di dalam wilayah AS, contoh
Brian Crozier "Perang saudara di Indoncsia" New Leader November 1965, hal. 4.
109. Mortimer, Indonesian Comunism, hal. 386. Tulisan Evans dan Nevak kebetulan
bersamaan dengin munculnya apa yang dinamakan "Surat Gilchrist yang menurut
pengakuan DUBES Inggris menulis tentang persekongkolan AS-Inggris anti
Sukarno untuk dilaksanakan bersama dengan kawan-kawan militer setempat".
Semua pernyataan setuju bahwa surat itu palsu. Namun hal itu membingungkan
43
perhatian dan sebuah surat dan DUBES Gilchrist yang memberatkan yang
dibicarakan Sukarno dengan Michael Fosrtall, utusan Lyndon Johnson pada
pertengahan Februari 1965, yang tahu adanya surat itu Declassified Documents
Retrospective Collection 59411 (kawat Kedutaan 1583, 13 Februan 1965).
110. Bandingkan dengan Denis Werner, Reporter 28 Maret 1963, hal 62-63. Namun
dengan Jenderal Nasution MENHAN dan Jenderal Yani KSAD sekarang
meniadakan Sukarno dalam sengketa dengan Malaysia ... Tn. Brackman dan
semua mahasiswa serius lainnya dari Indonesia mengalami kesukaran dengan
kepemimpinan tentara yang makin tidak bertanggung jawab.
111. The New York Times, 2 Agustus 1965, hal. 2.
112. Brackman The Communist, hal. 40.
113. Mc. Gehee, The CIA, hal. 243.
114. Hughes, The End, hal. 43-50, bandingkan Crouch, The Army, hal 140
“Tidak ada bukti yang mendukung cerita-cerita itu.”
115. Hughes, The End, hal. 150 juga mengisahkan bagaimana Sarwo Edhie
mengeksploitasi jenazah Kolonel Katamso sebagai dalih untuk memprovokasi
pembantaian PKI di JATENG, bandingkan Crouch hal. 154 juga catatan kaki 6.
116. Anderson dan Mc Vey, A Preliminary, hal. 133.
117. Benedict Anderson dan Ruth Mc Vey apa yang terjadi di Indonesia?" New York
Review of Books 1 Juni 1978, hal. 41. Komunikasi pribadi dari Anderson. Surat
kabar kedua Suluh Indonesia mengatakan kepada pembaca PNI bahwa PNI tidak
mendukung GESTAPU oleh sebab itu bertindak sebagai opposisi potenstal
terhadap Suharto untuk meraih kekuasaan.
118. Dengan demikian para pembela peran AS pada periode ini dapat menunjukkan
bahwa dimana civic action tertanam dalam dalam, seperti di JABAR, jumlah orang
sipil yang dibunuh relatif (!) kecil. Dan bahwa pembantaian yang paling tidak
pandang bulu terjadi dimana program civic action hanya baru saja diperkenalkan
dalam pandangan saya, hal ini tidak mengurangi saham tanggung jawab AS atas
pernbunuhan.
119. CIA Studi hal 70; Sundhaussen, The Road. 185.
120. William Colby: Honorable Men; My Life in the CIA (New York: Simon dan Schuster
1978) hal.227. Crouch, The Army (hal 108) tidak menemukan dalam bukti
MAHMILUB "bahwa PKI bertujuan mengambil alih pemerintahan, hanya berharap
melindungi diri dan Dewan jenderal.
121. Mc. Gehee: The CIA hal.424.
122. Szulc, The Illusion hal 16.
123. Southwood dan Flanagan, Indonesia Law hal 38-9 (Camboja). Memoir seorang
mantan ahli intelejen Angkatan Laut AS, rencana milik AS untuk menggulingkan
44
Sihanouk termasuk permintaan wewenang menyusupkan kelompok pembunuh
dilatih di AS menyamar sebagai VIETCONG ke Pnom Penh untuk membunuh
Pangeran Sihanouk sebagai dalih untuk revolusi (Hersh, The Price hal. 179).
Seperti yang ditempuh Hersh, kelompok pembunuh Baret Hijau beroperasi di
Vietnam Selatan secara rutin berpakaian sebagai kader Viet Cong jika
melaksanakan tugas. Jadi apapun yang diduga bencana AS pada tahun 1968,
yang dilaporkan disetujui "tidak lama setelah pelantikan Nixon.......” pada tingkat
tertinggi Pemerintah" menghendaki agar ada pembunuhan yang moderat di pusat
oleh nyata-nyata kaum kiri sebagai dalih untuk penggulingan kekuasaan oleh
sayap kanan. Hal ini menimbulkan masalah yang menarik. Walau asing: apakah
operasi anti Sukarno yang lebih dini memerlukan unsur asing untuk
diidentifikasikan dalarn pasukan GESTAPU untuk membunuh para jenderal ?
Holtzappel. (30 September hal. 222) mencurigai penggunaan orang luar dengan
diberi ...... penyamaran yang sesuai untuk menye-lesaikan pekerjaan kotor "Ia
menunjuk pada saksi-saksi sidang dari batalyonnya Untung dan kelompok
pembunuh yang menyatakan dibawah sumpah tidak mengenal komandan
batalyonnya. " Walau para saksi itu sendiri itu mungkin orang asing, tetapi orang
asing lebih mudah diidentifikasikan ke dalam jajarannya daripada ke dalam
batalyon reguler.
Top Related