Seminar Tahllnan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga NlIklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN 1693 - 7902
MODEL POHON KEGAGALAN UNTUK PELEP ASAN RADIOAKTIFKE LINGKUNGAN REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG
Sudjatmi K.A., M. Hendayun, V IS WardhaniPusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir (P3TkN) - BAT AN
ABSTRAKMODEL POHON KEGAGALAN UNTUK PELAP ASAN RADIOAKTIF KE
LINGKUNGAN REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG. Segi-segi keselamatandalam disain pembangunan suatu reaktor perlu diperhatikan, agar kemungkinanterjadinya kecelakaan pada reaktor terse but dapat diantisipasi sedini mungkin. Tujuandari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis rangkaian kecelakaan yangmungkin terjadi pada reaktor TRIG A 2000 Bandung. Untuk tujuan ini, dibuat modelpohon kegagalan dengan mengacu pada karakteristik sistem reaktor TRIG A 2000Bandung. Pohon kegagalan ini didisain untuk berbagai hubungan fasilitas,ketergantungan sistem primer, seperti pendingin utama dan sistem ventilasi. Pelepasanhasil fisi dari elemen bakar dan kehilangan pendingin primer dapat mengakibatkanpembebasan radiasi ke lingkungan. Dengan model pohon kegagalan ini akanmempermudah menelusuri sebab-sebab kecelakaan reaktor yang mungkin terjadi, baikdi dalam gedung reaktor maupun di sekitar gedung reaktor.Kata kunci : Pohon kegagalan, TRIGA 2000 Bandung, studi keselamatan probabilistik.
ABSTRACTFAULT TREE MODEL FOR THE 2000 KW BANDUNG TRIGA MARK
REACTOR. Safety on the reactor design should be considered, so that the possibilityof an accident ,could be anticipated. The purpose of this research is to identify and toanalyse the series of accident that might be happened on the 2000 kW Bandung TrigaMark Reactor. For this purpose a fault tree model based on the characteristic of thereactor system is created. This model is designed for the facilities relations, primarysystem dependency, e.g. a primary coolant and ventilation system. Fission gas releasefrom fuel element and loss of coolant can afected radioactive release to the
environment. By creating this fault tree, it could make easier on predicting the reason ofan accident that might be happened, in the reactor building and its surround.Keywords: Fault tree, Bandung TRIGA 2000, Probabilistic Safety Assessment
319
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003
PENDAHULUAN
ISSN 1693 - 7902
Identifikasi resiko ataupun potensi bahaya merupakan bagian dari utama dari studi
keselamatan suatu sistem. Analisis sistem dapat dilakukan baik secara deterministik
ataupun stokastik. Pada umumnya suatu analisis keselamatan berisi hasil-hasil
perhitungan secara deterministik berbagai aspek yang relevan dengan keselamatan.
Analisis sistem dengan menggunakan pohon kegagalan merupakan bagian pokok dari
studi keselamatan probabilistik (PSAlProbabilistic Safety Assessment), karena dengan
menggunakan pohon kegagalan terse but dapat ditelusuri penyebab suatu kejadian yang
tidak diinginkan beserta besamya peluang kejadiannya. Dalam studi keselamatan
berbasis perhitungan deterministik, analisis pohon kegagalan dapat merupakan
pelengkap dan juga dijadikan bagian dari prosedur penentuan konsekuensi suatu
kejadian berdasarkan narasi kejadiannya. Untuk menunjang peningkatan keselamatan
reaktor TRiGA 2000 Bandung, telah dilakukan analisis terhadap kemungkinan
terjadinya kecelakaan pada reaktor TRiGA 2000 Bandung(2). Dalam reaktor nuklir,
kecelakaan yang mungkin terjadi bisa beraneka ragam, yaitu mulai dari yang paling
ringan sampai dengan yang berbahaya. Ada beberapa kecelakaan yang mempunyai
potensi untuk melepaskan bahan-bahan radioaktif. Hal yang paling berbahaya dalam
sebuah reaktor nuklir adalah terdapatnya kebocoran atau pecahnya elemen bakar yang
menyebabkan lepasnya hasil-hasil fisi yang radioaktif dari teras reaktor.
Sampai saat ini analisis untuk berbagai bentuk kecelakaan dari yang berbentuk
penyimpangan-penyimpangan pada keadaan operasi normal sampai ke bentuk
kecelakaan terparah masih terus dikembangkan. Dari analisis bentuk-bentuk kecelakaan
terse but dapat dirumuskan cara-cara untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Mengingat pentingnya segi keselamatan sebuah reaktor, maka dilakukan
penyusunan pohon kegagalan untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
kecelakaan sistem reaktor TRiGA 2000 Bandung.
TEOR!
Reaktor TRiGA merupakan salah satu reaktor penelitian yang dilengkapi dengan
fasilitas produksi isotop. Dalam pengoperasian reaktor hams dipertimbangkan segal a
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan segi keselamatan. Pada umumnya, reaktor
mempunyai dua macam sistem, yaitu sistem proses dan sistem keselamatan. Sistem
320
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
proses yaitu sistem yang digunakan selama operasi normal, sedangkan sistem
keselamatan digunakan selama kondisi abnormal.
Secara umum, tujuan keselamatan reaktor nuklir ialah untuk melindungi
sistem/fasilitas, para pekeja dan lingkungan dari bahaya radiasi, dengan cara menyusun
dan memelihara sebuah pertahanan yang efektif.
Kecelakaan nuklir didefinisikan sebagai segala kejadian yang tidak direncanakan,
dan mengakibatkan tidak terkendalinya radiasi dan penyebaran zat radioaktif, sehingga
dapat menimbulkan bahaya radiasi, baik terhadap pekerja maupuan terhadap lingkungan
sekitarnya. Langkah pencegahan terjadinya penyebaran zat radioaktif ke lingkungan
adalah dengan konsep hambatan ganda (multiple barriers)(l). Konsep ini mengusahakan
agar bahan-bahan radioaktif tetap terkungkung dalam sistem reaktor nuklir dan tidak
menyebar ke luar, sehingga bahaya radiasi bagi penduduk yang 'tinggal di daerah
sekitarnya tidak terjadi. Pada Gambar 1. dapat dilihat bahwa setiap komponen dimulai
dari bahan bakar, kelongsong, sistem pendingin primer, sampai pada kubah bangunan
reaktor semua berfungsi sebagai penghambat penyebaran radiasi ke lingkungan.
Gambar 1. Reaktor TRIGA 2000 Bandung dan fasilitasnya(2)
321
Seminar Tahunan Pengawasan Pcmanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
MODEL POHON KEGAGALAN REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG
Model pohon kegagalan reaktor TRIGA 2000 Bandung dibuat berdasarkan
karakteristik dari reaktor tersebut. Pada tulisan ini, karakteristik yang ditinjau adalah
sistem reaktor TRIGA 2000. Dalam pembuatannya, pertama-tama perlu dirumuskan
beberapa peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan reaktor, kemudian
dari peristiwa-peristiwa ini dikembangkan menjadi peristiwa lain yang lebih spesifik.
Pada reaktor TRIGA 2000 Bandung, beberapa peristiwa yang dapat dijadikan landasan
bagi pengembangan pohon kegagalan adalah pembebasan radiasi ke lingkungan,
pelepasan hasil fisi dari elemen bakar dan kehilangan pendingin primer. Dari masing
masing peristiwa tersebut, kemudian dapat diperluas lagi sehingga terbentuk suatu
model pohon kegagalan.
Pembebasan radiasi ke lingkungan dipilih sebagai peristiwa utama yang menjadi
puncak pohon kegagalan ini. Dengan terlepasnya radiasi ke lingkungan berarti bahwa
sistem pertahanan berlapis yang dimiliki oleh reaktor terse but sudah tidak berfungsi
lagi, jadi perlu ditinjau ulang, karena telah mengakibatkan terbebasnya radiasi keluar
dari gedung reaktor. Dari peristiwa ini dapat dikembangkan peristiwa-peristiwa lain,
yang dapat menyebabkan terjadinya pembebasan radiasi ke lingkungan.
Peristiwa berikut yang dapat dijadikan sebagai titik awal pengembangan pohon
kegagalan ini ialah lepasnya hasil fisi dari elemen bakar. Hal ini dapat terjadi bila
elemen bakar kehilangan integritasnya. Rusaknya elemen bakar dapat disebabkan oleh
bermacam-macam" hal, baik karena hal-hal yang bersifat mekanik maupun kimiawi.
Selain itu kehilangan air pendingin primer merupakan peristiwa berikutnya yang dapat
ditinjau sebagai salah satu peristiwa yang dapat dikembangkan. Jika pada reaktor
TRIGA 2000 Bandung terjadi kehilangan air pendingin, maka elemen bakar terse but
akan mengalami kenaikan temperatur dan terjadi scram.
Dengan mengacu pada ketiga peristiwa utama tadi (peristiwa terlepasnya radiasi
ke lingkungan, lepasnya hasil fisi dari elemen bakar dan kehilangan air pendingin
primer), maka dapat disusun sebuah pohon kegagalan bagi sistem reaktor TRIGA 2000
Bandung, yaitu dengan mengembangkan peristiwa-peristiwa utama, dan
menggabungkannya menjadi suatu rangkaian yang saling berkaitan satu dengan lainnya~
Pohon kegagalan Reaktor TRIGA 2000 Bandung dibuat berdasarkan tiga pokok
peristiwa yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
322
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
dalam pembacaan dan analisis pohon kegagalan terse but. Ketiga skema terse but dapat
dilihat pada Gambar 2,3 dan 4.
KETERANGANSKEMAPOHONKEGAGALAN:
AI : Pembebasan radiasi ke lingkungan
A2 : Radiasi dalam gedung reaktor
A3 : Kegagalan sistem ventilasi dari gedung reaktor
~ : Radiasi dalam gedung reaktor karena pelepasan hasil aktivasi
As : Radiasi dalam gedung reaktor berasal bukan dari teras reaktor
A6 : Pelepasan hasil fisi dari elemen bakar ke gedung reaktor
A7 : Pelepasan hasil fisi dari sumber lain
As : Kegagalan tabung pemindahan pada elemen bakar
A9 : Pembebasan gamma langsung dari kolam reaktor
AIO : Pembebasan gamma langsung dari sumber lain
All : Pelepasan aktivitas dari eksperimen
AI2 : Pelepasan ion penukar resin
AI3 : Kehilangan pendingin primer (LOCA)
AI4 : Kehilangan.pendingin primer dari tangki reaktor termasuk fasilitas ksperimen
Als : Kehilangan pendingin primer akibat kegagalan komponen rangkaian primer
selain tangki
AI6 : Kehilangan pendingin primer karena kegagalan dari tangki reaktor
AI7 : Kegagalan sistem pending in teras darurat
AI8 : Kehilangan pendingin primer karena kegagalan beam tube dan kolom termal
AI9 : Pelepasan hasil fisi ke tangki reaktor
A20 : Kecelakaan akibat obyek beratjatuh ke dalam tangki
A21 : Pelepasanhasil fisi selama pemuatan
A22 : Pelepasan hasil fisi dari tempat penyimpanan elemen bakar
A23 : Pelepasan hasil fisi dari teras
A24 : Pelepasan hasil fisi dari rak penyimpan elemen bakar dalam tangki
A2S : Kerusakan pada penyimpan elemen bakar akibat mekanik
323
Seminar Tahunan Pengawasan Pcmanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
A26 : Kerusakan pada penyimpan elemen bakar akibat kimiawi
A27 : Kerusakan mekanik pada elemen bakar
A28 : Kerusakan kimiawi pada elemen bakar
A29 : Kerusakan termal dari elemen bakar dengan naiknya suhu elemen bakar dan
kemudian pelepasan hasil fisi
A30 : Kecelakaan akibat eksperimen atau selama pemuatan elemen bakar
A31 : Runtuhan gedung reaktor jatuh ke dalam tangki
A32 : Reaksi kimia karena eksperimen
A33 : Hasil korosi dalam pendingin primer
A34 : Naiknya temperatur di atas batas yang diizinkan
A35 : Kegagalan elemen bakar karena eksperimen
A36 : Kegagalan elemen bakar karena perubahan konfigurasi pada teras reaktor
A37 : Kegagalan elemen bakar saat pengukuran panjang dan sudut elemen bakar
A38 : Ledakan
A39 : Bencana alam
A40 : Gempa
A41 : Korosi dari komponen reaktor
A42 : Bagian dari gedung reaktor jatuh ke dalam tangki dan merusak tangki
~3 : Kimiawi yang bersifat korosif dalam pendingin primer karena eksperimen
A44 : Instrumen untuk pengawasan air kimia tidak dikalibrasi
~s : Instrumen 'untuk pengawasan air kimia sudah dijelaskan dengan tepat, tapi
operator tidak diperhatikan atau tidak mengerti
~6 : Kerusakan mekanik elemen bakar selama pemindahan dari teras ke rak
penyimpanan dalam tangki
~7 : Kecelakaan selama eksperimen yang mempengaruhi penyimpanan elemen
bakar
~8 : Korosi dari elemen bakar yang habis kemudian disimpan dalam tempat
penYlmpanan
A49 : Tidak cukupnya pengawasan kualitas air
Aso : Kimiawi yang bersifat korosif dalam air pada temp at penyimpanan elemen
bakar
324
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir· Jakarta, II Oesember 2003 ISSN 1693 - 7902
ASI : Korosi normal pada penyimpanan elemen bakar dalam tempat penyimpanan
AS2 : SCRAM manual rusak
AS3 : SCRAM otomatis tidak berfungsi
AS4 : Kerusakan beam tubes karena peristiwa eksternal
Ass : Bagian dari gedung reaktor bertubrukan dalam tangki dan kerusakan teras
325
Seminar Tahunan Pengawasan I'cmanfaatan Tcnaga Nuklir - Jakarta, II Dcsembcr 2003
TOP EVENT
A1
A2
A4
A3
A5
ISSN 1693 - 7902
A11
A7 A8
A12
A9 A10
Gambar 2. : Skemal pohon kegagalan reaktor TRIGA 2000 Bandung
326
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 -7902
(EXT)
Gambar 3. Skema 2 pohon kegagalan reaktor TRIGA 2000 Bandung
327
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003
A14
A17
ISSN 1693 - 7902
A16 A20
A42
(EXT)
A18
A54
( EXT)
Gambar 4. : Skema 3 pohon kegagalan reaktor TRIGA 2000 Bandung
328
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desembcr 2003
Keterangan simbol(3) :
Peristiwa Kegagalan : biasanya merupakan hasil darikombinasi pada peristiwa- peristiwa lainnya
ISSN 1693 - 7902
oooD
Pembahasan
Peristiwa Penting : menggambarkan peristiwa utama darisebuah pohon kegagalan tunggal yang sempurna
Peristiwa Kegagalan Primer: yang berdiri sendiri
Gerbang kondisional : keluaran benar, bila persyaratandipenuhi
Titik potong masing-masing blok: dimana keluarannyabenar jika semua masukannya bernilai benar
Kumpulan operasi-operasi : dimana keluarannya akanbernilai jika salah satu atau lebih masukannya bernilai benar
Pada Gambar 2 peristiwa utama Al diasumsikan sebagai pembebasan radiasi ke
lingkungan. Peristiwa ini digambarkan sebagai blok berbayang, yang menggambarkan
peristiwa utama dari sebuah perincian tunggal pohon kegagalan. Begitu pula pada
Gambar 3 "dan Gambar 4, peristiwa utama A6 dan AI4 menggambarkan peristiwa
peristiwa utama.
Ketiga skema pohon kegagalan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain.
Peristiwa awal yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan digambarkan dengan
lingkaran.
Untuk lebih memudahkan analisis pohon kegagalan ini dimulai dari skema pohon
kegagalan ketiga, dimana terdapat peristiwa-peristiwa awal penyebab terjadinya
kecelakaan.
Gambar 4 menerangkan kehilangan pendingin primer dari tangki reaktor term asuk
fasilitas eksperimen (A14). Peristiwa-peristiwa eksternal dianalisis atas dasar suatu
perusakan lengkap pada gedung reaktor dan elemen bakar. Ini berarti hasil fisi dapat
segera dibebaskan ke lingkungan tanpa penundaan oleh air dingin atau sistem ventilasi.
Tingkat radiasi yang terjadi lebih besar pada temp at kerusakan.
329
Scminar Tahllnan I'cngawasanl'cmanl~lalan Tcnaga NlIklir - Jakarta, II [)cscmbcr 2003 ISSN 16<)3- 7<)()2
Peristiwa-peristiwa eksternal pada skema ketiga ini, menjadi penyebab utama
terjadinya keeelakaan reaktor. Peristiwa yang dimaksud yaitu ledakan (A3S), beneana
alam (A39), atau gempa (A40).
Salah satu dari ketiga peristiwa eksternal ini seperti terlihat pada skema, dapat
menyebabkan kehilangan pendingin primer dari tangki reaktor (A16).
Selain itu peristiwa-peristiwa eksternal tadi juga dapat menimbulkan kerusakan
beam tube karena peristiwa eksternal (AS4) atau bagian gedung yang jatuh ke dalam
tangki dan merusak tangki (A42).Dan jika terjadi kerusakan beam lubes atau ada bagian
gedung yang jatuh ke dalam tangki dan terjadi kerusakan tangki akan menyebabkan
terjadinya kehilangan pendingin primer yang disebabkan oleh kegagalan beam tube dan
kolom termal (AIs)
Reaktor TRIGA 2000 Bandung, seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya,
mempunyai sistem pendingin teras darurat atau dikenal juga dengan istilah SPTD.
Dengan sistem ini kejadian kehilangan primer dapat ditanggulangi dengan eepat.
Seperti terlihat pada Gambar 4., kehilangan pendingin primer dari tangki reaktor
termasuk fasilitas eksperimen (AI4) dapat disebabkan oleh gagalnya sistem pendingin
teras darurat (AI7) serta oleh kehilangan pendingin primer dari tangki reaktor (A16) atau
oleh kehilangan pendingin primer karena kegagalan beam tube dan kolom termal (A1S).
AI4 ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kehilangan pendingin primer
(Al3). Selain A14, seperti terlihat pada 3., kehilangan pendingin primer dapat juga
disebabkan oleh kehilangan pendingin primer karena kegagalan komponen reaktor
(AIs).
Kehilangan pendingin" akibat kegagalan komponen ini akan menyebabkan
kenaikan temperatur pada elemen bakar, dan hal ini dapat ditanggulangi oleh SCRAM
otomatis dan SCRAM manual. Tetapi jika SCRAM otomatis (AS3)dan SCRAM manual
(AS2) ini tidak berfungsi, maka yang akan terjadi ialah adanya kerusakan termal dari
elemen bakar (A29)yang dapat menyebabkan elemen vakar boeor.
Peristiwa-peristiwa eksternal, ledakan, beneana alam, atau gempa juga dapat
menyebabkan runtuhan gedung reaktor jatuh ke dalam "tangki (A31)' Dengan adanya
runtuhan gedung yang jatuh ke dalam tangki reaktor ini, maka akan menimbulkan
kerusakan mekanik pada elemen bakar (A27).
330
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir • Jakarta, II Desembcr 2003 ISSN 1693- 7902
Kecelakaan akibat eksperimen atau selama pemuatan elemen bakar (A30) juga
akan menjadi penyebab timbulnya kerusakan mekanik pada elemen bakar. Kecelakaan
akibat eksperimen ini ditimbulkan saat manipulasi elemen bakar karena eksperimen
(A3S), manipulasi elemen bakar karena perubahan konfigurasi pada teras reaktor (A36),
atau saat manipulasi elemen bakar untuk mengukur panjang dan sudut dari elemen
bakar (A37).
Selain kerusakan mekanik pada elemen bakar, terdapat juga kerusakan kimiawi
pada elemen bakar (A2S) yang disebabkan karena reaksi kimia pada saat eksperimen
(A32) atau karena hasil korosi dalam pendingin primer (A33). Korosi dalam pendingin
primer terse but dapat timbul karena korosi komponen reaktor (A41) karena bahan kimia
yang bersifat korosif dalam pendingin primer (A43), instrumen untuk pengawasan air
kimia tidak dikalibrasi terlebih dahulu sehingga pembacaan parameter-parameter air
tidak benar, sehingga dapat menimbulkan korosi (A44), dan karena kesalahan operator
(A4S),
Jika terjadi kehilangan pendingin primer (An), atau kerusakan mekanik pada
elemen bakar (A27), atau kerusakan kimiawi pada elemen J:>akar (A2S)dapat
menyebabkan pelepasan hasil fisi dari teras (A23).
Pelepasan hasil fisi dari rak penyimpan elemen bakar dalam tangki (A24)
ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa awal yaitu runtuhan gedung reaktor jatuh ke dalam
tangki (A31), atau karena kerusakan mekanik elemen bakar selama pemindahan dari
teras ke rak penyimpanan dalam tangki (A46), atau karena kerusakan kimiawi pada
elemen bakar (A28).
Peristiwa-peristiwa pelepasan hasil fisi dari teras (A23) atau dari rak penyimpan
elemen bakar dalam tangki (A24) akan menyebabkan terjadinya pelepasan hasil fisi dari
tangki reaktor (AI9).Kerusakan pada penyimpan elemen bakar akibat mekanik dan
kimiawi menjadi penyebab utama dari pelepasan hasil fisi selama pemuatan (A22).
Kerusakan pada penyimpan elemen bakar akibat mekanik (A2S) disebabkan karena
peristiwa ledakan, gempa, atau karena kecelakaan yang terjadi pada saat eksperimen
yang dapat mempengaruhi penyimpanan elemen bakar (A47).
Sedangkan kerusakan pada penyimpan elemen bakar akibat kimiawi (A26)
disebabkan karena korosi dari elemen bakar yang telah habis yang kemudian disimpan
dalam temp at penyimpanan (A4s) dan karena tidak cukupnya pengawasan dari air kimia
331
Seminar Tahunan Pcngawasan I'cmallfaatan Tcnaga Nuklir - Jakarta, II Desembcr 2003 ISSN 1693 - 7902
(A49). Korosi pada elemen bakar tadi disebabkan karena kimiawi yang bersifat korosif
dalam air pada tempat penyimpanan elemen bakar atau karena korosi normal.
Pada 3., peristiwa A6 merupakan peristiwa lepasnya hasil fisi dari elemen bakar,
dimana peristiwa ini dapat langsung menyebabkan radiasi baik ke lingkungan maupun
kepada pekerja. Pada ini, A6 menjadi peristiwa utama yang juga digambarkan sebagai
blok berbayang.
A6 ini disebabkan oleh tiga hal yang telah dianalisis sebelumnya, yaitu pelepasan
hasil fisi ke tangki reaktor (AI9), atau disebabkan oleh pelepasan hasil fisi selama
pemuatan (A2I), atau oleh pelepasan hasil fisi dari tempat penyimpanan elemen bakar
(A22). Sedangkan A21 sendiri disebabkan oleh adanya kegagalan tabung pemindahan
pada elemen bakar.
Pada 2, skema pohon kegagalan untuk peristiwa Al terbagi menjadi dua bagian,
yaitu cabang pertama terdiri dari A2 dan A3, yaitu pekerja terkena radiasi dan gagalnya
sistem ventilasi; dan cabang kedua yaitu hanya terdiri dari A2 saja.
Pada cabang pertama, pekerja yang terkena radiasi· disertai dengan gagalnya
sistem ventilasi disebabkan karena gedung reaktor terkena radiasi hasil fisi (A4), dimana
radiasi ini timbu1.saat hasil fisi lepas dari elemen bakar (A6).
Pada cabang kedua, pekerja yang terkena radiasi disebabkan oleh dua hal, yaitu
radiasi dalam gedung reaktor karena pelepasan hasil aktivasi (A4) atau radiasi di dalam
gedung reaktor (As).
A4 ini discbabkan olch hasil fisi yang lcpas dari clemen bakar (A6) atau dari
sumber lain (A7), yaitu dari pelepasan aktivitas dari eksperimen (All) atau dari
pelepasan ion penukar resin (AI2). Pada Gambar 2., All dan AI2 digambarkan juga
sebagai blok berbayang. Sedangkan As dapat disebabkan oleh kegagalan tabung
pemindahan pada elemen bakar (As) atau oleh pembebasan gamma langsung dari kolam
reaktor (A9) atau juga dapat dikarenakan oleh pembebasan gamma langsung dari
sumber lain (AID). Ketiga penyebab ini juga merupakan peristiwa-peristiwa utama dari
sebuah perincian tunggal pohon kegagalan.
332
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tcnaga Nuklir - Jakarta, II Dcscmbcr 2003
KESIMPULAN
ISSN 1693 - 7902
Model pohon kegagalan reaktor TRIGA 2000 Bandung telah dirancang dengan
berbagai cara penyelidikan pembebasan radioaktif kelingkungan. Pohon kegagalan ini
didisain untuk berbagai hubungan fasilitas, ketergantungan sistem primer, seperti
pendingin utama dan sistem ventilasi.
Radiasi dilingkungan pada dasarnya disebabkan oleh lepasnya hasil fisi dari
elemen bakar yang berasal dari teras reaktor, fasilitas penyimpanan elemen bakar dan
tabung pemindah elemen bakar, dan juga disebabkan oleh lepasnya hasil fisi dari
sumber lain. Tetapi hal ini hanya terjadi bila sistem ventilasi gedung reaktor tidak
berfungsi. Lepasnya hasil fisi dari elemen bakar yang ada di teras reaktor disebabkan
oleh kerusakan elemen bakar karena, kerusakan mekanik, kimiawi dan hilangnya
pendingin.
Kerusakan elemen bakar karena hilangnya pendingin primer akibat kegagalan
komponen rangkaian primer hanya terjadi bila sistem scram tidak berfungsi, sedangkan
kerusakan elemen bakar karena hilangnya pendingin primer akibat gagalnya tangki,
beam tube dan kolom termal, hanya terjadi bila sistem pendingin teras 'darurat gagal.
Dengan didisainnya pohon kegagalan ini diharapkan akan lebih mempermudah
mendapatkan sebab-sebab kecelakaan reaktor yang mungkin terjadi, baik di dalam
gedung reaktor maupun disekitar gedung reaktor
DAFT AR PUST AKA
1. Sudjatmi K. A. Segi-segi Kese/amatan Reaktor. Buletin Batan. Badan Tenaga Atom
Nasional. Edisi Tahun XVIII No.2, 1997;
2. Anonim. Laporan Ana/isis Kese/amatan Pendahu/uan Peningkatan Daya Reaktor TRIGA
Mark II Bandung 2000 KW. PPTN-BATAN, 1996;
3. Hiromitsu Kumamoto & Ernest J. Henley Probabilistic Risk Assessment and
Management for Engineers and Scientists, The Institute of Electrical and Electronics
Engineers, Inc., New York, 1996,
333
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003
DISKUSI
Pertanyaan (Tukiran, P2TRR - BATAN)
1. Kenapa radiasi tinggi di ruang reaktor setelah up grade 2 Mwattl
2. Pernah tidak dilakukan analisis ATWS dengan pohon kegagalan?
ISSN 1693 - 7902
Jawaban (Sujatmi, P3TkN - BATAN)
1. Oaya dinaikkan sehingga fluks naik dan radiasi meningkat, sekarang sudah
ditambah shielding sehingga radiasi turun.
2. Saya tidakfbelum pernah melakukan.
Pertanyaan (Sony, P2TKN - BATAN)
1. Apakah metode yang diterapkan sudah sesuai, karena analisis pohon kegaga1an pada
umumnya diterapkan untuk menentukan kegagalan sistem, misalnya : sistem
pendingin pimer, sistem proteksi reaktor dan lain-lain sehingga dapat diketahui
komponen kritisnya?
2. Judul tidak sesuai dengan isi yang disampaikan, karena hanya menganalisis satu
kasus (elemen bakar pecah)?
3. Analisis kegagalan hasilnya secara kualitatif dan kuantitatif. Kualiitatif berupa
kebolehjadian gagal sedangkan kuantitatif berupa kombinasi minimal cutset (basic
event). Oalam makalah atau presentasi ini kedua hal tersebut tidak kelihatan?
Jawaban (Sujatmi, P3TkN - BATAN)
1. Metoda sudah sesuai, karena dari kejadian yang paling tidak diinginkan yaitu hasil
jisi keluar ke lingkungan dicari penyebab-penyebabnyadan seterusnya sampai
penyebab awal yang mungkin terjadi sesuai dengan pohon yang telah dibuat.
2. Eleman bakar pecah hanya salah satu kasus yang diterangkan, kasus lain dapat
dilihat pada pohon kegagalan yang telah dibuat.
3. Secara kuantitatif dapat dilihat pada pohon yang dihasilkan secara kuantitatif belum
dibuat.
334
Top Related