7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
1/37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh Samonella typhi atau
Salmonella paratyphi. Tanda klinis klasik yang muncul pada penderita berupa
demam, malaise, nyeri perut, dan konstipasi. Demam tifoid yang tidak segera
ditangani akan memberat dan mengakibatkan delirium, perdarahan intestinal,
perforasi usus, dan kematian dalam jangka waktu 1 bulan.
Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasikuman S. typhi dari tinja dan urine penderita atau carier. Di beberapa negara
pencemaran terjadi karena mengkonsumsi kerang-kerangan yang berasal dari air
yang tercemar, buah-buahan dan sayur-sayuran mentah yang dipupuk dengan
kotoran manusia. Lalat dapat juga berperan sebagai perantara penularan
memindahkan mikroorganisme dari tinja ke makanan. Di dalam makanan
mikrorganisme berkembang biak memperbanyak diri mencapai dosis infektif.
Demam Tifoid tersebar merata di seluruh dunia. nsidensi penyakit Tifoid
menurut !"# mencapai 1$ juta orang dengan jumlah kematian sebanyak
%&&.&&& orang setahun dan $& ' kematian terjadi di benua (sia.)*+ (ngka
kematian Demam Tifoid menurut !"# mencapai 1& & ', sebelum ditemukan
antibiotik yang tepat, tetapi setelah ditemukan antibiotik yang tepat angka
kematian berkurang sampai 1 '. Pada penderita Demam Tifoid yang berat, S.
typhi menyerang usus, yang selanjutnya juga akan menyerang organ lain yang
menyebabkan adanya komplikasi pada organ lain seperti hati, limpa atau kantung
empedu.
Penegakan diagnosis Demam Tifoid dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan laboratorium. (dapun metoda pemeriksaan yang dilakukan antara
lain pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan serologis dan metoda biakan kuman.
Penanganan yang tepat dan komprehensif akan dapat memberikan
kesembuhan terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika, namun
perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet yang
tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dengan Demam Tifoid.
1
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
2/37
1.2. Aspek Disiplin Ilmu yang Terkai !engan Pen!ekaan Diagn"sis
H"lisik Pa!a Pen!eria Demam Ti#"i!
ntuk pengendalian permasalahan demam tifoid pada tingkat indi/idu dan
masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan 0tandar
ompetensi Dokter ndonesia )0D+, maka mahasiswa program profesi dokter
ni/ersitas 2uslim ndonesia melakukan kegiatan kepanitraan klinik pada bagian
lmu esehatan 2asyarakat dan edokteran omunitas dilayanan primer
)Puskesmas+ dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, sertakomunikasi efektif. 0elain itu kompetensi mempunyai landasan berupa
pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,
dan pengelolaan masalah kesehatan.
ompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut3
1..1. Profesionalitas yang luhur )ompetensi 1+ 3 untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian demam tifoid secara
indi/idual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik
moral dan peraturan perundangan.
1... 2awas diri dan pengembangan diri )ompetensi + 3 2ahasiswa mampu
mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis , sosial dan
budaya sendiri dalam penangan demam tifoid, melakukan rujukan bagi
kasus demam tifoid, sesuai dengan 0tandar ompetensi Dokter ndonesia
yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan.
1..*. omunikasi efektif )ompetensi *+ 3 2ahasiswa mampu melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada indi/idu, keluarga,
masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian demam tifoid.
1..4. Pengelolaan nformasi )ompetensi 4+ 3 2ahasiswa mampu
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
dalam praktik kedokteran.
1..5. Landasan lmiah lmu edokteran )ompetensi 5+ 3 2ahasiswa mampu
menyelesaikan masalah pengendalian demam tifoid secara holistik dan
komprehensif baik secara indi/idu, keluarga maupun komunitas
2
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
3/37
berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
1..%. eterampilan linis )ompetensi %+ 3 2ahasiswa mampu melakukan
prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah demam tifoid dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan
keselamatan orang lain.
1..$. Pengelolaan 2asalah esehatan )ompetensi $+ 3 2ahasiswa mampu
mengelolah masalah kesehatan indi/idu, keluarga maupun masyarakat
secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.1.$ TU%UAN DAN &AN'AAT (TUDI KA(U(
Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksana
masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai indi/idu yang utuh terdiri
dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif,
pre/entif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih
berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini )evidence
based medicine+.
1.$.1. Tu)uan Umum*
Tujuan dari penulisan laporan 0tudi asus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita urtikaria dengan pendekatan kedokteran
keluarga secara paripurna )komprehensif+ dan holistik, sesuai dengan 0tandar
ompetensi Dokter ndonesia )0D+, berbasis evidence based medicine)672+
pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta prinsip
penatalaksanaan penderita demam tifoid dengan pendekatan kedokteran keluarga
di Puskesmas 8ongaya tahun &15.
1.$.2 Tu)uan K+usus
1. ntuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada
le/el indi/idu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian
demam tifoid.
. ntuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian
ilmiah dari data di lapangan, untuk melakukan pengendalian demam tifoid.
3
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
4/37
*. ntuk menggunakan landasan lmu edokteran linis dan esehatan
2asyarakat dalam melakukan upaya promotif, pre/entif, kuratif dan
rehabilitatif dalam pengendalian demam tifoid.4. ntuk dapat menggunakan dan menjelaskan epidemiologi, etiologi dan
patogenesis demam tifoid.
5. ntuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
penunjang, serta mengintepretasikan hasilnya dalam mendiagnosis demam
tifoid.
%. ntuk melakukan prosedur tatalaksana demam tifoid sesuai standar
kompetensi dokter ndonesia.
1.$.$. &an#aa (u!i Kasus1. 7agi nstitusi pendidikan.
Dapat dijadikan acuan )referensi+ bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus
sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
. 7agi Penderita )Pasien+.
2enambah wawasan tentang demam tifoid yang meliputi proses penyakit dan
penanganan menyeluruh demam tifoid sehingga dapat meyakinkan penderita
untuk melakukan pencegahan.
*. 7agi tenaga kesehatan.
"asil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita demam tifoid.
4. 7agi Pembelajar 0tudi asus )2ahasiswa+
0ebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas
wawasan dan pengetahuan mengenai evidence baseddan pendekatan diagnosis
holistik demam tifoid serta dalam hal penulisan studi kasus.
1., INDIKAT-R KEBERHA(ILAN TINDAKAN
ndikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan
penderita demam tifoid dengan pendekatan kedokteran keluarga, berbasis
evidence based medicineadalah3
1.4.1. Pasien mampu mengubah pola hidup untuk mencegah demam tifoid
1.4.. Perbaikan gejala dapat die/aluasi setelah istirahat dan pengobatan
4
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
5/37
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwapenilaian keberhasilan
tindakan pengobatan didasarkan atas kepatuhan pasien dalam mengubah pola
hidup untuk mencegah demam tifoid serta perbaikan gejala yang die/aluasi
setelah istirahat dan pengobatan.
5
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
6/37
BAB II
ANALI(I( KEPU(TAKAAN BERDA(ARKAN KA(U(
2.1. KERANGKA TE-RITI(
Hygien Pemaparan akeri In/asi )aringan
&alnurisi &akanan
'ak"r resik" !emam Ti#"i! &ekanisme !emam i#"i!
2.2. DE&A& TI'-ID
2.2.1. DE'INI(I
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh Samonella typhi atau
Salmonella paratyphi. Tanda klinis klasik yang muncul pada penderita berupa
demam, malaise, nyeri perut, dan konstipasi. Demam tifoid yang tidak segera
ditangani akan memberat dan mengakibatkan delirium, perdarahan intestinal,
perforasi usus, dan kematian dalam jangka waktu 1 bulan.
2.2.2. EPIDE&I-L-GI
Disriusi !an 'rekuensi
A. -rang
Demam tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada
perbedaan yang nyata antara insiden pada laki-laki dan perempuan. nsiden
pasien demam tifoid dengan usia 1 *& tahun $& 9& ', usia *1 4&
tahun 1& & ', usia : 4& tahun 5 1& '. 2enurut penelitian
0imanjuntak, ;.", dkk )1
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
7/37
Demam tifoid tersebar di seluruh dunia. Pada tahun &&&, insiden rate
demam tifoid di (merika Latin 5* per 1&&.&&& penduduk dan di (sia
Tenggara 11& per 1&&.&&& penduduk. Di ndonesia demam tifoid dapat
ditemukan sepanjang tahun, di 8akarta tara pada tahun &&1, insiden rate
demam tifoid %9& per 1&&.&&& penduduk dan pada tahun && meningkat
menjadi 1.4% per 1&&.&&& penduduk.
Di ndonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemik, tetapi
lebih sering bersifat sporadik, terpencar-pencar disuatu daerah, dan jarang
menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. 0umber
penularannya biasanya tidak dapat ditemukan.
'ak"r 'ak"r ang &empengaru+i 3Deerminan4
A. 'ak"r H"s
2anusia adalah sebagai reser/oir bagi kuman Salmonella thypi.
Terjadinya penularan 0almonella thypi sebagian besar melalui
makanan?minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita
atau carrier yang biasanya keluar bersama dengan tinja atau urine. Dapat
juga terjadi trasmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada
dalam bakterimia kepada bayinya. Penelitian yang dilakukan oleh "eru
Laksono )&&
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
8/37
memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. 7eberapa hal
yang mempercepat terjadinya penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi,
kepadatan penduduk, sumber air minum dan standart hygiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah.
2.2.$ ETI-L-GI
7asil penyebab tifoid adalah Salmonella typhi dan paratyphi dari genus
Salmonella. 7asil ini adalah gram negatif, bergerak, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, tetapi memiliki fimbria, bersifat aerob dan anaerob fakultatif.
kuran antara 4 B &,% mikrometer. 0uhu optimum untuk tumbuh adalah *$C;
dengan p" antara % 9.
ambar 1. 0almonella typhi )dikutip dari kepustakaan 4+
2.2., PAT-GENE(I(
2asuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi kedalam
tubuh manusia dapat melalui transmisi oral melalui makanan yang terkontaminasi
kuman Salmonella typhi, transmisi dari tangan ke mulut, dimana tangan yang
tidak higienis yang terkontaminasi dengan kumanSalmonella typhi langsung
bersentuhan dengan makanan yang dimakan serta melalui transmisi dari kotoran,
dimana kotoran indi/idu yang mempunyai basil Salmonella typhike sungai atau
dekat dengan sumber air yang digunakan sebagai air minum yang kemudian
langsung diminum tanpa dimasak. 0ebagian kuman dimusnakan dalam lambung,
sebagian lolos dan masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. 7ila
respon imunitas humoral mukosa )g(+ usus kurang baik maka kuman akan
menembus sel-sel epitel )terutama sel-2+ dan selanjutnya ke lamina propria.
8
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
9/37
Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag. uman dapat hidup dan berkembang biak didalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyer ileum distal dan kemudian ke
kelenjar getah bening mesenterika. 0elanjutnya melalui duktus toracicus kuman
yang terdapat dalam makrofag ini masuk kedalam sirkulasi darah sehingga
mengakibatkan bakteremia pertama yang asimptomatik dan menyebar keseluruh
organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Diorgan-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak diluar sel atau ruang
sinusoid dan selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan
bakteremia yang kedua kalinya disertai tanda-tanda dan gejala penyakit sistemik.Didalam hati, kuman masuk kedalam kandung empedu, berkembang biak,
dan bersama cairan empedu dieksresikan secara intermitten kedalam lumen usus.
0ebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam
sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung
makrofag telah terakti/asi dan hiperaktif maka saat fagosit kuman Salmonella
terjadi pelepasan berbagai mediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia,
sakit kepala, sakit perut, instabilitas /ascular, gangguan mental, dan koagulasi.
Didalam plak peyer makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia
jaringan. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah
sekitar plak peyer yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat
akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologi jaringan limfoid
ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus dan dapat
mengakibatkan perforasi.
6ndotoksin dapat menempel direseptor sel endotel kapiler dengan akibat
timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardio/askuler,
pernapasan dan gangguan organ lainnya.
2.2.6 GA&BARAN KLINI(
9
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
10/37
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan
terapi yang tepat dan meminimalkan terjadinya komplikasi. Pengetahuan
gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara
dini. !alaupun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk
membantu menegakkan diagnosis.
2asa tunas demam tifoid berlangsung antara 1&-14 hari. ejala-gejala klinis
yang timbul sangat ber/ariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimptomatik
hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyerikepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan
suhu badan yang meningkat. 0ifat demam adalah meningkat perlahan-lahan
terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala
menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif )peningkatan suhu 1o; tidak
diikuti peningkatan denyut nadi 9 kali permenit+, lidah yang berselaput )otor
ditengah, tepid an ujung merah serta tremor+, "epatosplenomegally, meteorismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis. @oseola
jarang ditemukan pada orang ndonesia.
2.2.7 PE&ERIK(AAN LAB-RAT-RIU&
a. Pemeriksaan @utin
!alaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan
leukopenia, dapat juga ditemukan kadar leukosit normal atau leukositosis.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. 0elain
itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Padapemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun
limfopenia. Laju endap darah )L6D+ pada demam tifoid dapat
meningkat.0#T dan 0PT sering kali meningkat, tetapi akan kembali
menjadi normal setelah sembuh. enaikan 0#T dan 0PT tidak
memerlukan penanganan khusus.
Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji widal dan kultur
bakteri. 0ampai sekarang, kultur menjadi standar baku dalam penegakan
diagnostik. 0elain uji widal, terdapat beberapa metode pemeriksaan serologi
10
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
11/37
lain yang dapat dilakukan dengan cepat dan mudah serta memiliki
sensiti/itas dan spesifisitas lebih baik dari antara uji T76E, Typhidot dan
dipstick.b. ji !idal
ji widal dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman
Salmonella typhi. Pada uji !idal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara
antigen kuman Salmonella typhi dengan antibody yang disebu dengan
agglutinin. (ntigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. 2aksud uji
widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita
tersangka demam tifoid yaitu 3 aglutinin # pada tubuh kuman, (glutinin "
pada flagella kuman dan aglutinin Fi pada simpai kuman.
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin # dan agglutinin "
yang digunakan untuk diagnosisn demam tifoid. 0emakin tinggi titernya
maka semakin besar kemungkinan terinfeksi oleh kuman ini.Pembentukan
agglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian
meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu keempat dan
tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul
aglutinin #, kemudian diikuti dengan agglutinin ". pada orang yang telah
sembuh aglutinin # masih tetap dijumpai setelah 4-% bulan, sedangkan
agglutinin " menetap lebih lama antara
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
12/37
ji tubeB merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat
)beberapa menit+ dan mudah untuk dikerjakan. ji ini mendeteksi antibodi
anti-Salmonella typhi #< pada serum pasien, dengan cara menghambat
ikatan antara g2 anti-#< yang terkonjugasi pada partikel lateB yang
berwarna dengan lipopolisakarida Salmonella typhiyang terkonjugasi pada
partikel magnetic lateB. "asil positif ujin tubeB ini menunjukkan terdapat
infeksi Salmonellae serogroupDwalau tidak secara spesifik menunjuk pada
Salmonella typhi. nfeksi oleh Salmonella paratyphiakan memberikan hasil
negatif.
0ecara imunologi, antigen #< bersifat immunodominan sehingga
dapat merangsang respon imun secara independen terhadap timus dan
merangsang mitosis sel 7 tanpa bantuan dari sel T. karena sifat-sifat
tersebut, respon terhadap antigen #< berlangsung cepat sehingga deteksi
terhadap anti-#< dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk
infeksi primer dan hari ke -* untuk infeksi sekunder. Perlu diketahui bahwa
uji tubeB hanya dapat mendeteksi lg2 dan tidak dapat mendeteksi g
sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi
infeksi lampau.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan * macam komponen
meliputi 3 tabung berbentuk F yang berfungsi meningkatkan sensiti/itas,
reagen ( yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan
antigen #
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
13/37
0kor nterpretasi
H =egatif Tidak menunjuk infeksi tifoid aktif
* 7orderline Pengukuran tidak dapat disimpulkan. langi
pengujian apabila masih meragukan lakukan
pengulangan beberapa hari kemudian
4-5 Positif 2enunjukkan infeksi tifoid aktif
:% Positif ndikasi kuat infeksi tifoid
Tabel 1. nterpretasi hasil uji TubeB )dikutip dari kepustakaan 1+
onsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut. 8ika serum
tidak mengandung antibodi terhadap #
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
14/37
antara infeksi akut dengan kasus reinfeksi atau kon/alesen pada kasus
infeksi primer. ntuk mengatasi masalah tersebut, uji ini kemudian
dimodifikasi dengan mengakti/asi total g pada sampel serum. ji ini
yang dikenal dengan nama uji typhidot-2, memungkinkan ikatan antara
antigen dengan g2 spesifik yang ada pada serum pasien. 0tudi e/aluasi
yang dilakukan oleh hoo e dkk pada tahun 1
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
15/37
pengambilan darah setelah minggu pertama pada saat aglutinin semakin
meningkat.
2.2.8 PENATALAK(ANAAN
0ampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid sebagai
berikut stirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan, diet dan terapi penunjang )simtomatik dan suportif+
dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal,
pemberian antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran
kuman.
a. stirahat dan perawatanTirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan yang sepenuhnya ditempat seperti
makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan membantu dan
mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga
kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien
perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta higiene
perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
b. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan
penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan
umum dan giIi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhannya akan
semakin lama.
Dimasa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian
ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan
diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur
saring tersebut bertujuan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna
atau jperforasi usus. "al ini disebabkan karena ada pendapat bahwa usus harus dJ
iistirahatkan. 7eberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat
dini yaitu nasi dengan lauk-pauk rendah selulosa )menghindari sementara sayuran
yang berserat+ dapat diberikan dengan aman pada pasien dengan demam tifoid.
Pemerian animikr"a
15
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
16/37
#bat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid
adalah sebagai berikut3
Tabel 3 farmakoterapi demam tifoid
16
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
17/37
2.2.8 K-&PLIKA(I
0ebagai suatu penyakit sistemik maka hampir sama organ utama tubuh
dapat diserang dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi. 7eberapa komplikasi
yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu3
a. omplikasi intestinal yaitu perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik,
pankreatitis.
b. omplikasi ekstraintestinal
omplikasi kardio/askuler 3 gagal sirkulasi perifer, miokarditis
omplikasi darah 3 anemia hemolitik, trombositopenia
omplikasi paru 3 pneumonia, empiema, pleuritis
omplikasi hepatobilier 3 hepatitis, kolestitis
omplikasi ginjal 3 glomerulonefritis, pielonefritis omplikasi tulang 3 osteomielitis, periostitis
omplikasi neuropsikiatri ? tifoid toksik.1
2.2.9 PR-GN-(I(
Prognosis dari demam tifoid adalah berdasarkan dari cepat atau lambatnya
penanganan serta penggunaan antibiotik yang tepat. 7ila penyakit berat,
pengobatan terlambat?tidak adekuat atau ada komplikasi berat maka prognosis
buruk.
2.$ Pen!ekaan Diagn"se H"lisik Pa!a Pelayanan Ke!"keran Keluarga !i
Layanan Primer
Pengertian holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural pada ekosistemnya. 0ebagai mahluk biologis manusia
adalah merupakan sistem organ, terbentuk dari jaringan serta sel-sel yang
kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukandasar dan penyebab penyakit )disease+, luka )injury+ serta kegawatan yang
diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko
internal?indi/idual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
0esuai dengan arah yang digariskan dalam 0istem esehatan =asional &&4,
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama )layanan primer+.
17
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
18/37
Tujuan Diagnostik "olistik 3
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
. "ilangnya keluhan yang dirasakan pasien
*. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga )masalah sosial dalam kehidupannya+
5. 8angka waktu pengobatan pendek
%. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
$. Terproteksi dari resiko yang ditemukan
9. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan terapi,
tujuannya yakni
1. 2enentukan kedalaman letak penyakit
. 2enentukan kekuatan serangan pathogen penyakit*. 2enentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ
4. 2enentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. 2enentukan interfal kunjungan terapi. )2odul Pelatihan dan 0ertifikasi
(0P6T@ 8ateng &11+.
Diagnosis "olistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu 3
1. 2embentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi )penerimaan,
pencatatan biodata+ dengan pasien. 2embentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
2elakukan pemeriksaan sarinagn )Triage+, data diisikan dengan lembaran
penyaring
*. 2embentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. 2elakukan anamnesis
5. 2elakukan pemeriksaan fisik
%. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan inter/ensi
$. 2enentukan resiko indi/idual
diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktorindi/idual termasuk perilaku pasien.
9. 2enentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien.
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
19/37
. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai bagian
dari keluarga dan lingkungan komunitasnya.
*. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara
terpadu dan paripurna )komprehensif+.
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan )promotive+, pencegahan penyakit dan proteksi khusus
)preventive & spesific protection+, pemulihan kesehatan )curative+, pencegahan
kecacatan )disability limitation+ dan rehabilitasi setelah sakit )rehabilitation+
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etikakedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang disediakan
dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang melaksanakan
pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan
pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
Prinsip pelayanan Ke!"keran Keluarga !i Layanan Primer a!ala+*
a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her familyf. amily! community! and environment consideration
g. "thics and law awareness
h. Cost effective care and #uality assurance
i. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh )holistic approach$, yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
19
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
20/37
ntuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat
dari beberapa aspek yaitu3
. (spek Personal 3 eluhan utama, harapan dan kekhawatiran.. (spek linis3 7ila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.
. (spek nternal 3 epribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
arakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
F. (spek 6ksternal 3 Psikososial dan ekonomi keluarga.
F. Derajat >ungsi 0osial 3
Derajat 13 Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
Derajat 3 Pasien mengalami sedikit kesulitan.
Derajat *3 (da beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan,
hanya dapat melakukan kerja ringan.
Derajat 43 7anyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja, tergantung pada
keluarga.
Derajat 53 Tak dapat melakukan kegiatan
20
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
21/37
BAB III
&ET-D-L-GI (TUDI KA(U($.1 %enis (u!i Kasus
0tudi kasus ini menggunakan desain studi ohort untuk mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek )penyakit atau masalah kesehatan+, dengan
memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. emudian
mengikuti sepanjang periode waktu tertentu untuk melihat berapa banyak subjek
dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah
kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter layanan primer secara
paripurna dan holistik terutama tentang penatalaksanaan penderita demam tifoid
dengan pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas 2inasa pa pada tahun
&15.
$.2. L"kasi !an 0aku melakukan (u!i Kasus
$.2.1. Taa Leak Ge"gra#i
ambar 3 Puskesmas 2inasa pa
21
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
22/37
Puskesmas 2inasa upa berada di wilayah kecamatan @appocini, ota
2akassar dengan luas wilayah 1%%,*$ km.
(dapun batas wilayah kerja Puskesmas 2inasa pa adalah sebagai berikut 3
0ebelah tara 3 @! EF elurahan arunrung
0ebelah Timur 3 ecamatan 0omba #pu abupaten owa
0ebelah 7arat 3 @! elurahan unung 0ari
0ebelah 0elatan 3 elurahan 2angasa
ambar * 3 Peta ;akupan Puskesmas 2inasa pa
$.2.2. Daa Dem"gra#i
7erdasarkan data primer yang didapatkan melalui pendataan di wilayah
kerja Puskesmas 2inasa upa diketahui penduduk di wilayah kerja Puskesmas
2inasa upa ota 2akassar Tahun &15 berjumlah 1.$5& orang.
$.2.$. Daa ("sial Ek"n"mi
8umlah penduduk dalam wilayah Puskesmas 2inasa upa 1.$5& orang
yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki $*99 orang dan jenis kelamin perempuan
$*59 orang.
(gama
2ayoritas slam, yang lain risten, "indu dan 7udha
Tingkat Pendidikan
Perguruan Tinggi, 02(, 02P, 0D, dan Tidak Tamat 0D
2ata Pencaharian
2ayoritas =elayan, T=, P=0, dan !@(0!(0T(.
22
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
23/37
$.2.,. :isi !an &isi
Fisi
Puskesmas sebagai moti/ator masyarakat mandiri dalam kesehatan
menuju 2akassar kota Dunia
2isi
2elalui paya 3
2oti/asi gerakan Perilaku "idup 7ersih dan 0ehat )P"70+
2endidik masyarakat mampu mengenal, memprioritaskan dan
menyelesaikan masalah kesehatan diwilayah sekitarnya
2eningkatkan kemampuan 0umber Daya 2anusia )0D2+ Puskesmas
untuk menjadi moti/ator handal.
$.2.6. Kegiaan pelayanan kese+aan
Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui instalasi rawat jalan.
nstalasi rawatjalan melalui3 poliklinik umum, poliklinik gigi dan (.
Layananpenunjang berupa nstalasi Laboratorium, nstalasi amar 7ersalin,
nstalasi iIi, dan nstalasi >armasi.
ambar 4 3 0truktur #rganisasi Puskesmas 2inasa pa
eterangaan
=#. T6=(( 82L("
1 D#T6@ 22 *
D#T6@ 1
23
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
24/37
* P6@(!(T 5
4 7D(= 4
5 K 1
% 0(=T(@(= $ 6PD62#L# 1
9 (P#T66@ 1
< L(7#@(T#@2 1
1& P6(@(
11 P6@(!(T
Kegiaan P"k"k Puskesmas
Promosi esehatan
;akupan desa siaga aktif
P"70, dimana indicator P"70 adalah
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2emberikan bayi (0 eksklusif
2enimbang balita setiap bulan
2enggunakan air bersih
;uci tangan menggunakan sabun dan air brsih
2akan buah dan sayuran setiap hari
2elakukan akti/itas fisik setiap hari
2enggunakan jamban sehat
2emberantas jentik di rumah sekali seminggu
Tidak merokok di dalam ruangan
2endorong terbentuknya upaya kesehatan bersumber masyarakat
Penyuluhan =apIa
esehatan Lingkungan
Pelayanan kesehatan lingkungan
Pelayanan pengendalian Fektor )bebas jentik nyamuk (edes+
Pelayanan "ygiene sanitasi tempat-tempat umum
Penyehatan air
"ygiene dan sanitasi makanan dan minuman
24
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
25/37
( dan 7
(
Pemeriksaan pada ibu hamil
Penyuluhan pada ibu hamil
Perawatan pada ibu nifas
Pemberian /itamin ( pada bayi dan balitaa
Pemeriksaan pada tumbuh kembang bayi
Pemberantasan Penyakit 2enular )P2+
Penyuluhan P2
(batesasi
Data kematian
Pelacakan kasus
Puskesmas keliling
Penjaringan malaria
Posyandu
Penemuan penderita Pneumonia balita )cakupan balita dengan pneumonia
yang ditangani+
Penemuan pasien baru T7 7T( positif, ;ase Detection @ate );D@+
Pelayanan munisasi
Penyelidikan 6pidemiologi dan penanggulangan L7
Pelayanan penderita usta yang selesai berobat )@>T @ate+
Pelayanan penderita D7D
Pelayanan pada 7alita penderita diare
Penanganan kasus P20 dan "F?(D0
Pengobatan
;akupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
iIi
Pemantauan status giIi balita
Penyuluhan giIi
25
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
26/37
Pemberian /itamin ( pada bayi usia % bulan 5< bulan setiap bulan
>ebruari dan (gustus
Pelacakan giIi buruk
Pemantauan konsumsi garam beryodium
Pemberian makanan tambahan
Pencatatan dan pelaporan
Laboratorium
8enis pemeriksaan yang di lakukan di laboratorium 3
pemeriksaan darah rutin
pemeriksaan urine rutin
pemeriksaan tes kehamilan
pemeriksaan asam urat
pemeriksaan gula darah
pemeriksaan kolesterol
Pemeriksaan DD@ ? malaria
Pemeriksan 0putum T7
0krining "F (D0 pada ibu hamil dan penderita T7
$.2.7. 0aku (u!i Kasus
0tudi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di
puskesmas 8ongaya pada tanggal 9 2ei &15. 0elanjutnya dilakukan home /isit
untuk mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.
$.$. Pengumpulan Daa ; In#"rmasi0emua yang berkaitan dengan penyakit atau permasalahan kesehatan
penderita informasinya dikumpulkan dengan melakukan komunikasi personal
dengan pasien dan atau keluarganya dan analisis data.
$.,. 5ara Pengumpulan Daa ; In#"rmasi
Dilakukan dengan komunikasi personal dengan pasien?keluarganya secara
langsung dengan menggunakan pertanyaan what! why! who! where! when dan
how.
26
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
27/37
BAB I:
HA(IL DAN PE&BAHA(AN
,.1. HA(IL (TUDI KA(U(
,.1.1. I!enias Pasien
=ama 3 (n. (
8enis kelamin 3 laki-laki
mur 3 $ tahun
(gama 3 slam
0uku ? 7angsa 3 2akassar ? ndonesia
Pekerjaan?pendidikan 3 0iswa
(lamat 3 8l. 2inasa pa 7lok >?$
,.1.2. Anamnesis
Pasien anak usia $ tahun datang ke D Puskesmas 2inasa pa
dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum datang ke puskesmas. Demam
tidak terus menerus di rasakan terutama menjelang sore hari dan malam
hari. Pasien mengeluh nyeri kepala kadang-kadang, mual dan muntah serta
nafsu makan menurun, 7( lancar, 7(7 belum * hari terakhir.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan dari pasien,
dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah yaitu
pemeriksaan trombosit dan widal tes. "asil dari pemeriksaan didapatkan
trombosit 15%.&&& dan widal tes 0.typhi # 3 1?*& sehingga dokter
mendiagnosis demam tifoid. Pasien pun dianjurkan istirahat dan mendapat
pengobatan selama 5 hari kemudian kembali kontrol setelah pengobatan 5
hari.
@iwayat Penyakit Dahulu 3
- Pasien pernah datang ke puskesmas dengan keluhan yang sama 5 bulan
yang lalu.
@iwayat Penyakit eluarga 3
27
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
28/37
- Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama
,.1.$. Pemeriksaan 'isik
1. eadaan mum 3 0akit sedang
. Fital sign
esadaran 3 ;ompos 2entis
;0 3 15
Tek. Darah 3 11&?$& mm"g
>rek. =adi 3 99 B?menit
>rek Pernapasan 3 & B?menit
0uhu 3 *$,4 ;
*. 0tatus eneralis 3
- epala 3 =ormocephal
- 2ata 3 onjungti/a (nemis )-?-+, 0klera kterik )-?-+, pupil
bulat, isokor
- T"T 3 Dalam 7atas =ormal
- Leher 3 Pembesaran 7 dan tiroid )-+, trakea berada di
tengah
- Paru-paru
nspeksi 3 pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi 3 fremitus taktil dan /okal simetris kanan dan kiri
Perkusi 3 sonor seluruh lapang paru
(uskultasi 3 /esikuler kanan dan kiri, rhonki )-?-+,
wheeIing )-?-+- 8antung
nspeksi 3 iktus kordis tidak terlihat
Palpasi 3 iktus kordis teraba di ;0 F linea midkla/ikula
sinistra
Perkusi 3 batas jantung kanan ;0 F linea sternalis deBtra
batas jantung kiri ;0 F linea midkla/ikula
sinistra
batas pinggang jantung ;0 linea parasternalis
sinistra (uskultasi 3 bunyi jantung dan normal, murmur )-+
- (bdomen
nspeksi 3 simetris, kelainan kulit )-+, pelebaran /ena )-+
(uskultasi 3 bising usus normal
Palpasi 3 nyeri lepas )-+, nyeri ketuk )-+,hepatomegali)-+,
spleenomegali )-+
Perkusi 3 timpani di semua lapang abdomen, nyeri ketuk )-+
- 6kstremitas 3 akral hangat, edema
4. 0tatus Lokalis 3 -
28
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
29/37
,.1.,. Pa!a pemeriksaan penun)ang !i !apakan*
Trombosit 15%.&&&
!idal 3 0.Typhi # 3 1?*&
0. Typhi " 3 1?1%&
0. Typhi (" 3 1?4&
0. Typhi 7" 3 1?4&
,.1.6. Laar Belakang ("sial Ek"n"mi Dem"gra#i Lingkungan
Keluarga
a. 0tatus perkawinan 3 belum menikah
b. 8umlah anak ? 0audara 3 anak pertama dari 1 bersaudara
c. 8umlah anggota keluarga 3 * orang )bapak, ibu, 1 orang anak+
d. 0tatus ekonomi keluarga 3
eluarga pasien termasuk keluarga kurang mampuh. (yah pasien
bekerja sebagai supir mobil truk. bu pasien adalah seorang @T.
e. ondisi rumah 3
Tinggal di rumah kubuk dengan ukuran sekitar 4B% meter, berlantai
sebagian semen dan sebagian tanah, berdindingkan papan tanpa /entilasi, dan
beratapkan seng. Di dalam rumah terdiri dari ruang tamu yang bergabung
dengan ruang makan, tempat tidur, 1 dapur tempat masak, 1 kamar mandi
sekaligus tempat cuci piring dan !;. 0emua anggota keluarga tidur sekamar.
Listrik ada, /entilasi tidak ada dan pencahayaan kurang. Di dalam rumah
terdapat tempat ternak ayam. 0umber air minum dibeli dari penjual air
keliling dan ditampung di jergen , buang air besar di jamban yang
dibawahnya merupakan selokan, tidak ada pekarangan, bagian depan rumah
langsung jalanan umum, sampah rumah tangga dikumpulkan dan dibuang ke
tempat pembuangan sampah umum.
f. Pola onsumsi 2akanan eluarga
Pola makan -* kali sehari dengan menu yang tidak tentu. (n.( lebih
sering membeli makanan di warung makan dibanding makan masakan
dirumah. 2enu makan pun tidak menentu. 2enu yang paling sering di
konsumsi adalah nasi, tahu, tempe, ikan dan sayur
29
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
30/37
g. ondisi lingkungan keluarga 3
Pasien tinggal di gubuk kecil yang tidak memiliki perkarangan dan
sekitarnya terdapat deretan gubuk. Dibawahnya terdapat selokan dan
lingkungan sekitar yang kurang bersih. 0ecara umum keadaan lingkunganya
dikatakan kumuh.
h. ondisi pribadi pasien
Pasien jarang mandi, kuku panjang dan kotor, sering main bersama
teman temanya di selokan dan dilapangan terbuka tanpa memakai sendal.
i. (spek psikologis di keluargaPasien tinggal bersama ayah kandung dan ibu tiri, sering dimarahi oleh
ayahnya karena tidak mau mengikuti perintah orang tuanya, sehingga
menciptakan psikologi aman bagi penghuni komplek.
,.2. PE&BAHA(AN
Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis secara holistic
yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek resiko internal, dan aspek resiko
eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh
dan pendekatan diagnosis holistik.
1. Anamnese
Aspek Pers"nal
Pasien datang ke D Puskesmas 2inasa pa dengan keluhan
demam sejak 4 hari sebelum datang ke puskesmas. Demam tidak terus
menerus di rasakan terutama pada sore hari. Pasien mengeluh nyeri kepala
kadang-kadang, mual dan muntah serta nafsu makan menurun, 7( lancar,
7(7 belum * hari terakhir.
ekhawatiran3 Takut terkena D7D, Takut penyakitnya tidak sembuh,
Takut penyakitnya akan bertambah parah. "arapan3 sembuh
Aspek Klinik
a. Demam sejak 4 hari sebelum ke puskesmas 8ongaya
b. Demam disertai nyeri kepala, mual, muntah dan 7(7 tidak lancar
Aspek 'ak"r Resik" Inernal
b. urangnya pengetahuan tentang demam tifoid
30
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
31/37
c. 2engidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab demam tifoid
kurang
d. 0ering mengkonsumsi makanan yang kurang bersih.
Aspek 'ak"r Resik" Eksernal
a. Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang
cukup padat dan kebersihan yang masih kurang.
b. Fentilasi dan jendela rumah yang masih kurang sehingga pencahayaan
dan pertukaran udara menjadi kurang.
c. 2akanan yang kurang bersih yang dikonsumsi setiap hari bila membeli
di luar.
Aspek Psik"s"sial Keluarga
Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat
menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengetahuan keluarga
tentang penyakit yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan
faktor pencetus. 0edangkan faktor yang dapat mendukung kesembuhan
pasien yaitu adanya dukungan dan moti/asi dari semua anggota keluarga
baik secara moral dan materi.
Aspek 'ungsi"nal
0ecara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu
dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di
luar rumah.
Dera)a 'ungsi"nal
(n.( masih dapat bekerja dengan baik tanpa bantuan siapapun
)derajat 1 minimal+
2. Pemeriksaan 'isik
Tanda Fital 3Tekanan Darah3 1&?9& mm"g, =adi 3 99 B?menit, Pernapasan 3
& B?menit, 0uhu 3 *$,4 &;
$. Pemeriksaan Penun)ang
a. Trombosit 15%.&&&
b. !idal 3 0.Typhi # 3 1?*&
0. Typhi " 3 1?1%&
0. Typhi (" 3 1?4&
31
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
32/37
0. Typhi 7" 3 1?4&
,. Gen"gram 3P"+"n Keluarga4
6. Diagn"sis H"lisik 3Bi"
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
33/37
b. Diagnose Psiko-sosial3 Takut terkena D7D, Takut penyakitnya tidak
sembuh, Takut penyakitnya akan bertambah parah.
c. ambaran dari enogram3 (n.( menderita demam tifoid.
d. Perbaikan dapat die/aluasi setelah pengobatan dengan didapatkan
berkurangnya gejala.
:.2. (aran
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Th.> berupa 3 penyakit
demam tifoid dengan pola makan yang tidak teratur dan tidak bersih maka
disarankan 3
a. 2enjaga kebersihan makanan
b. 2emberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit demam
tifoid
c. Penatalaksanaan demam tifoid sebaiknya selain farmakoterapi adalah
istirahat yang cukup.
DA'TAR PU(TAKA
1. (ru !0, 7ambang 0, drus (, dkk.%uku jar 'lmu Penyakit Dalam. nterna
Publishing. 6disi 5. 8akarta, &&
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
34/37
4. 8ohn L7. Typhoid >e/er. 2edscape. &1. Dapat diakses di
http3??emedicine.medscape.com?article?*11*5-o/er/iew. Diakses 1* februari
&14.
5. 0iti >0. eputusan 2enteri esehatan @epublik ndonesia =omor
*%4?26=60?0?F?&&% Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
8akarta3 &&%.
%. 0ulistia , @ianto 0, >rans D, dkk. >armakologi dan Terapi. Penerbit aya
7aru. 6disi 5. 8akarta, &&$. "al *9, 54, %4*, 9%4.
$. The (merican 0ociety of "ealth 0ystem Pharmacists. ;eftriaBone njection.
2aryland. &1*. Dapat diakses dihttp3??www.nlm.nih.go/?midlineplus?meds.Diakses 15 >ebruari &14.
9. ;hin, 8. &&%.Pemberantasan Penyakit (enular "disi )*. 8akarta3 nfomedika
rankie, et al. &&9. The T76E test detects not only typhoid-specific
antibodies but also soluble antigens and whole bacteria. +ournal of (edical
(icrobiology. 5$, *1%**.
1&. katan Dokter (nak ndonesia. &&9. 7ukujar 'nfeksi dan Pediatri ,ropis -nd
"d. 8akarta3 7adan Penerbit D(.
LA&PIRAN
Hasil D"kumenasi Kea!aan Ruma+ Dan Lingkungan (ekiarnya
34
http://www.nlm.nih.gov/midlineplus/medshttp://www.nlm.nih.gov/midlineplus/medshttp://www.nlm.nih.gov/midlineplus/meds7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
35/37
Gamar agian !epan ruma+ pasien
Ruangan &akan Pasien
Lantai Rumah Pasien
35
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
36/37
Tempat Tidur Pasien
Tempat ternak ayam
Dapur tempat memasak
36
7/25/2019 Study Case Demam Tifoid
37/37
Kamar mandi, Tepat mancuci, Tempat Air Bersih