Download - Stroke

Transcript

DETEKSI DINI SERANGAN DAN PENANGANAN STROKE DI RUMAH Heru Wiratmoko*) *) Dosen Akper Pemkab Ponorogo Abstrak Stroke merupakan deficit neurologi akibat penurunan aliran darah di otak yang disebabkan oleh perdarahan di otak atau oleh karena sumbatan pembuluh darah di otak.Adapun factor resiko panyakit stroke adalah perokok, hipertensi, stress, obesitas, penggunaan kontrasepsi hormonal, penyakit kencing manis, penyakit jantung, usia tua, menopause, infeksi virus, pengguna alcohol. Rasa kantuk yang berlebihan dan henti nafas dapat dicurigai tanda awal serangan stroke. Tanda dan gejala stroke yang lain tergantung lokasi kerusakan otak yaitu dapat terjasi kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak, sulit bicara, sulit menelan, mudah lupa, kejang sampai terjadi penurunan kesadaran. Penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Penanganan pada fase akut yaitu awal serangan sampai 3 minggu dengan melakukan imobilisasi (istirahat total), sedangakan penanganan fase rehabilitative yaitu setelah 3 minggu serangan dengan melakukan latihan. Kata Kunci : Deteksi, Penanganan, Stroke, Rumah PENDAHULUAN Strok (bahasa Inggris: stroke) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tibatiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak. Stroke merupakan suatu gejala klinis yang pada awal timbulnya terjadi mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat menimbulkan kematian dan hanya disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke otak non traumatic (Mansjoer,2003:17). Di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat sekitar 200.000 kasus kematian yang disebabkan oleh stroke. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di Negara ini. Sekitar setengah juta orang Amerika setiap tahunnya mengalami gangguan pembuluh darah akut. Diperkirakan sekitar 2 juta orang di

Amerika serikat menderita gangguan neurologis akibat stroke. Sekitar 50% dari semua orang dewasa yang dirawat pada rumah sakit syaraf disebabkan oleh penyakit pembuluh darah (Price and Wilson: 1996) Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Pada 1999, 50 juta orang telah mengalami kecacatan akibat stroke. Jumlah ini merupakan 3,5 % dari seluruh penderita cacat. Proyeksi hingga 2020 nanti menunjukan bahwa setiap tahun sekitar 61 juta orang akan mengalami kecacatan

Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul Surabaya

37

akibat stroke (Gondowardaja, 4, http://www.balipost.co.id, diperoleh tanggal 24 Oktober 2008). Deteksi dini terhadap munculnya tanda dan gejala stroke sangat penting untuk dikenali. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah adanya keluhan nyeri kepala, pusing, sulit untuk bicara, kesulitan menelan, kaki tiba-tiba terasa berat dan sulit untuk digerakkan. Deteksi dini sangat mempengaruhi seseorang dalam penyembuhan stroke. Apabila kita mengenali gejala diatas harus dapat melakukan tindakan yang tepat supaya kerusakan otak tidak bertambah berat. Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang menyebabkan stroke tidak dapat ditolong dan meninggal akibat penanganan salah. Untuk itu dengan program edukasi bagi keluarga pasien stroke mengenai tata cara penanganan pasien stroke di rumah (home programe) akan sangat bermanfaat dalam mengembalikan kemampuan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Penanganan stroke yang cepat dan tepat dapat menurunkan kecacatan pada penderita. Menurut dr. Herman Syamsudin, SpS, AMARS Ketua Yayasan Stroke Indonesia (yastroki) DKI Jakarta, biasanya para pasien stroke merasa kondisi tubuhnya yang cacat ini menyebabkan mereka tidak berdaya dan merasa perlu dibantu oleh anggota keluarga lain. Bila tidak diberikan semangat mereka selamanya akan bergantung dengan anggota keluarga lain dan tidak mandiri (3, www.yastroki.or.id, diperoleh tanggal 24 Oktober 2008). Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya, bahwa peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi (Subekti, dkk, 2005). Peranan keluarga jelas sangat diharapkan selain semangat dari penderita itu sendiri untuk proses merehabilitasi fungsi bicaranya dan sensomotoriknya. Oleh karena proses ini

memerlukan waktu relative lama, maka perlu pengertian dan kesabaran yang dalam dari semua pihak (Idris, 2004, 11, http://www.e-psikologi.com, diperoleh tanggal 20 November 2008). Sementara kebanyakan pasien mengalami stres bahkan depresi akibat kecacatan yang dialami. Tanda-tanda depresi dari penderita seperti motivasi hidup menurun, gangguan emosi, sulit konsentrasi dan sulit tidur, merupakan gejala yang mesti disikapi dengan bijak (Gondowardaja, 4, http://www.balipost.co.id, diperoleh tanggal 24 Oktober 2008). Menurut Dr. dr. Martina Wiwie Nasun, SpKj ( K ), memang kebanyakan pasien stroke ada kecenderungan mengalami depresi. Ini wajar, karena apa yang biasanya bisa dengan mudah dia lakukan,kini mereka tidak lagi mampu mengerjakan meskipun untuk hal-hal yang sangat mudah dan sederhana seperti makan, minum, ganti baju atau menyangkut urusan ke belakang. Itulah sebabnya, peranan lingkungan, baik dari keluarga, rehab medik sangat penting guna memotivasi semangat pasien stroke (Arief, 2, www.pjnhk.go.id, diperoleh tanggal 20 November 2008). Memandikan penderita ,menggantikan pakaiannya , menjaga kebersihan tempat tidur, membantu proses buang air besar & buang air kecil, menyuapi makan dan sebagainya memerlukan kesabaran & ketelatenan. Melatih penderita, baik pasif maupun aktif, merupakan kewajiban anggota keluarga dan harus dikerjakan secara teratur dan penuh semangat Seorang penderita akan mempunyai rasa percaya diri yang besar untuk segera sembuh, bila keluarga memahami derita yang dialaminya. Penderita stroke memerlukan banyak dukungan untuk mempercepat kesembuhannya. Peran keluarga dalam kaitan ikatan persaudaraan dan ikatan emosional biasanya memiliki peranan yang sangat besar dalam membantu proses penyembuhan (Arief, 5, www.pjnhk.go.id, diperoleh tanggal 20 November 2008).

38

Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul Surabaya

APA PENYAKIT STROKE ? Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah di otak. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik (stroke sumbatan) dan stroke hemorragik atau perdarahan (Sastrodiwirjo: 1980) Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan, Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah, Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu (Hemoragik Intraserebral) : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak dan (Hemoragik Subaraknoid): pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

Berdasarkan gejala kliniknya stroke dapat sembuh dalam waktu kurang dari 24 jam, ada juga yang sembuh dalam kurun waktu24 jam sampai dengan 1 minggu, ada juga yang sembuh dalam waktu 1 bulan, bahkan ada juga yang sembuh memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan ada juga yang tidak sembuh sampai meninggal dunia. Tanda dan gejala stroke tergantung lokasi otak yang terkena. Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut : bagian sistem saraf pusat ditandai Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik. Batang otak dimana terdapat 12 saraf cranial yang ditandai menurunnya kemampuan membau, mengecap (rasa), mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah. Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan. Faktor resiko terjadinya stroke antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol, arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah biasanya karena usia tua), gangguan jantung, diabetes mellitus, riwayat stroke dalam keluarga, merokok (aktif & pasif), usia, makanan tidak sehat (junk food, fast food), alkohol, kurang olahraga, kontrasepsi oral, obesitas dan stress. 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak. Semakin bertambah tua usia Anda, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia 55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun

Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul Surabaya

39

waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua kelompok umur Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil) mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan faktor risiko stroke yang lain. Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke. Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung, terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu di antara empat kasus stroke. Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun. Namun, ada faktor penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke karena

sekitar 40 persen penderita diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi. Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan kolesterol seperti daging, telur, dan produk susu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh. Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Memperbaiki tingkat kolesterol dengan menu makan yang sehat dan olahraga yang teratur dapat menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke. Dalam kasus tertentu, dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan kolesterol. Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah diubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan perokok ringan. Merokok hampir melipat gandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke, yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya atau lebih tua. Sesungguhnya, risiko stroke menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis. Pada pasien perokok, kerusakan yang diakibatkan stroke jauh lebih parah karena dinding bagian dalam (endothelial) pada sistem pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya sudah menjadi lemah. Ini menyebabkan kerusakan yang lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila terjadi stroke tahap kedua. Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan darah

40

Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul Surabaya

sehingga memperbesar risiko stroke, baik yang iskemik maupun hemoragik. Tetapi, konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat mengurangi daya penggumpalan platelet dalam darah, seperti halnva aspirin. Dengan demikian, konsumsi alkohol yang cukup justru dianggap dapat melindungi tubuh dari bahaya stroke iskemik. Pada edisi 18 November, 2000 dari The New England Journal of Medicine, dilaporkan bahwa Physicians Health Study memantau 22.000 pria yang selama rata-rata 12 tahun mengkonsumsi alkohol satu kali sehari. Ternyata, hasilnya menunjukkan adanya penurunan r isiko st roke secara menyeluruh. Klaus Berger M.D. dari Brigham and Womens Hospital di Boston beserta rekan-rekan juga menemukan bahwa manfaat ini masih terlihat pada konsumsi seminggu satu minuman. Walaupun demikian, disiplin menggunakan manfaat alkohol dalam konsumsi cukup sulit dikendalikan dan efek samping alkohol justru lebih berbahaya. Lagipula, penelitian lain menyimpulkan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan dapat mempengaruhi jumlah platelet sehingga mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah, yang menjurus ke pendarahan di otak serta memperbesar risiko stroke iskemik. Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan senyawa olahannya dapat menyebabkan stroke, di samping memicu faktor risiko yang lain seperti hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah. Kokain juga meyebabkan gangguan denyut jant ung (arryt hmias) at au denyut jantung jadi lebih cepat. Masing-masing menyebabkan pembentukan gumpalan darah.Marijuana mengurangi tekanan darah dan bila berinteraksi dengan faktor risiko lain, seperti hipertensi dan merokok, akan menyebabkan tekanan darah naik turun dengan cepat. Keadaan ini pun punya potensi merusak pembuluh darah. Cedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapat menyebabkan pendarahan

di dalam otak dan menyebabkan kerusakan yang sama seperti pada stroke hemoragik. Cedera pada leher, bila terkait dengan robeknya tulang punggung atau pembuluh karotidakibat peregangan atau pemutaran leher secara berlebihan atau adanya tekanan pada pembuluh merupakan penyebab stroke yang cukup berperan, terutama pada orang dewasa usia muda. Infeksi virus maupun bakteri dapat bergabung dengan faktor risiko lain dan membentuk risiko terjadinya stroke. Secara alami, sist em kekebalan tubuh biasanya melakukan perlawananan terhadap infeksi dalam bentuk meningkatkan peradangan dan sifat penangkalan infeksi pada darah. Sayangnya, reaksi kekebalan ini juga meningkatkan faktor penggumpalan dalam darah yang memicu risiko stroke embolikiskemik. KB hormonal juga beresiko terjadinya stroke. Faktor resiko stroke ini berkaitan dengan terjadinya fluktuasi dan perubahan hormonal yang mempengaruhi seorang wanita dalam berbagai tahapan dalam kehidupannya. P enelit ian memperlihatkan bahwa kontrasepsi oral jenis lama, dengan kandungan estrogen yang tinggi dapat memperbesar resiko stroke pada wanita. Tetapi, kontrasepsi oral jenis baru dengan kandungan estrogen lebih rendah, secara nyata tidak meningkatkan risiko stroke pada wanita. Penelit ian lain memperlihatkan bahwa kehamilan dan melahirkan menempatkan seorang wanita pada risiko terkena stroke meskipun tidak tinggi, yakni 8 di antara 100 wanita hamil. Risiko stroke terbesar seringkali terjadi pada periode 6 minggu setelah melahirkan (postparturn). Penyebabnya tidak diketahui namun perubahan hormonal pada akhir kehamilan diduga dapat meningkatkan risiko stroke. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa menopause beresiko terjadi stroke. Ketika produksi hormon estrogen pada usia menopause berkurang, risiko stroke pada

Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul Surabaya

41

wanita meningkat secara drastis. Untuk mengurangi pengaruh menopause sekaligus menurunkan risiko stroke kadangkali disarankan terapi sulih hormon (Hormon BAGAIMANA CARA MELAKUKAN DETEKSI DINI TERHADAP SERANGAN STROKE ? Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan Amerika Serikat (AS), rasa kantuk yang berlebihan setiap hari merupakan tanda awal serangan stroke. Dalam penelitian yang dipimpin Dr Bernadette Boden-Albala, asisten profesor bidang neurologi pada Universitas Columbia, New York, AS, orang yang sering mengantuk berisiko mengalami stroke dua hingga empat kali lebih tinggi. Kesimpulan Dr Boden-Albala berdasarkan penelitian terhadap sekitar 2.000 responden yang sering mengantuk dan tertidur dalam berbagai situasi. Dalam riset itu, mereka juga meneliti orang yang tertidur ketika menonton televisi, duduk, saat berbicara bersama, duduk terdiam setelah makan siang tanpa mengonsumsi alkohol, dan tiba-tiba berhenti mengemudi saat berkendaraan. Setelah dua tahun, ternyata orang yang beberapa kali suka mengantuk dalam sehari, risiko terkena stroke itu 2,6 kali lebih besar. Sementara itu, orang yang mengantuk secara sangat berlebihan risiko terkena stroke meningkat menjadi 4,5 kali lebih besar. Penelitian itu juga menemukan bahwa risiko serangan jantung atau kematian akibat penyakit kardiovaskular ikut meningkat akibat mengantuk setiap hari. Dr Boden-Albala menambahkan, penelitiannya itu menunjukkan bahwa orang yang kurang tidur mudah kelelahan sepanjang hari. Hasil penelitian ini akan sangat membantu memberikan pengertian kepada pasien terhadap masalah tidur dan efek dalam jangka panjang, tuturnya.

Replacement Therapy) tetapi terapi tersebut perlu dilakukan dengan kontrol dokter untuk memperkecil efek sampingnya yaitu kanker payudara dan kanker rahim (Leila : 2002) Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang menderita apnoea (yaitu tiba-tiba berhenti napas sejenak saat tidur) memiliki risiko tinggi terkena stroke. Bisa jadi, rasa mengantuk pada siang hari akibat dari kurangnya kualitas tidur malam itu juga terkait apnoea. Dr Heinrich Audebert, dokter konsultan stroke di Rumah Sakit St Thomas dan Guys di London, menemukan bahwa temuan hasil penelitian Dr BodenAlbala dan kawan-kawannya sangat beralasan. Apnoea (henti nafas) adalah faktor risiko stroke yang sering ditemui pada negara negara di kawasan Mediterania, ungkapnya. Dia menjelaskan, pasien yang mengalami apnoea meningkatkan level tekanan darahnya sepanjang malam. Salah satu penyebab potensial dari hasil penelitian ini bisa jadi tidak terdiagnosis sebelumnya karena kerusakan jaringan otak. Kerusakan itulah yang mengakibatkan rasa kantuk selama seharian. Untuk itu, kami menyarankan kepada para pasien yang sulit tidur malam menjalani skrining apnoea, ujarnya. Hal itu sangat penting. Sebab, berdasarkan laporan terakhir, setiap tahun ada sekitar 150.000 orang di Inggris yang mengidap stroke. (Dechacare, , http://www.dechacare.com.. Diperoleh tanggal 18 mei 2010) Tanda dan gejala stroke tergantung lokasi otak bagian mana yang terkena. Serangan stroke diawali dengan gejala kadang-kadang pusing sebagai akibat suplay aliran darah ke otak yang menurun. Setelah itu bisa terjadi gangguan motorik yaitu kelemahan pada satu sisi atau kedua

42

Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul Surabaya

sisi anggota gerak baik anggota gerak kiri atau kanan atau kedua-duanya. Bahkan dapat terjadi kelumpuhan sehingga anggota gerak sama sekali tidak dapat digerakkan. Gangguan sensorik dapat juga dialami penderita yang ditandai dengan terasa panas atau tebal pada kulit anggota gerak bahkan sampai tidak bisa merasakan sentuhan. Penderita terasa sulit untuk bicara atau sulit untuk menerima informasi bahkan bisa kedua-duanya. Kesulitan menelan dan mulut tidak simetris lagi. Gangguan eliminasi urine atau ngompol BAGAIMANA CARA PENANGANAN STROKE DI RUMAH ? Penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Terlebih bila melihat angka penderita stroke yang terus meningkat dari tahun. Serangan stroke paling sering muncul atau timbul di rumah. Keluarga diharapkan mampu melakukan penanganan dini dan perawatan dirumah sebelum dibawa ke rumah sakit atau setelah penderita pulang dari perawatan di rumah sakit. Biasanya keluarga atau masyarakat itulah yang mengetahui pertama kali seseorang menderita suatu penyakit. Banyak tindakan-tindakan salah yang dilakukan masyarakat apabila terjadi serangan stroke, misalnya penderita tetap melakukan aktifitas pada saat serangan stroke timbul, ada juga yang member minum kopi karena pusing padahal penyebab pusingnya karena stroke. KESIMPULAN DAN SARAN Rasa kantuk yang berlebihan dan henti nafas dapat dicurigai tanda awal serangan stroke. Disamping ada tanda dan gejala lain yang muncul yaitu kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak, sulit menelan, sulit bicara, tidak mampu mengingat masa lalu, gangguan rasa, kejang sampai dapat terjadi penurunan kesadaran.

sebagai akibat spingter uri tidak mampu mengontrol air kencing. Kebutaan terjadi sebagai akibat kerusakan pada otak besar pada belakang. Akibat kerusakan otak besar samping dapat terjadi ketulian. Gangguan emosi dan persepsi (ilusi atau halusinasi) sebagai akibat gangguan otak depan. Gangguan memori (amnesia) yaitu lupa semua kejadian masa lalu terjadi bila pusat memori mengalami kerusakan. Yang lebih berat dan fatal bisa terjadi coma sampai meninggal dunia. (Price and Wilson: 1996) Cepat tanggap terhadap stroke juga harus dimiliki oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Percuma saja di bawa ke rumah sakit, kalau tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit tidak tanggap terhadap penyakit ini, sehingga periode emas penanganan stroke yang hanya tiga atau empat jam hilang dengan begitu saja. Hampir 85% dari semua stroke dapat dicegah ,karena Ancaman stroke hingga merenggut nyawa dan derita akibat stroke. Hidup bebas tanpa stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran semua orang selalu berupaya untuk mencegah Stroke atau mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, penghindari stress hingga meminum obat atau suplemen untuk menjaga kesehatan pembuluh darah hingga dapat mencegah terjadinya Stroke.

Penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Penanganan pada fase akut yaitu awal serangan sampai 3 minggu dengan melakukan imobilisasi (istirahat total), sedangakan penanganan fase rehabilitative yaitu setelah 3 minggu serangan dengan melakukan latihan.

Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul Surabaya

43

DAFTAR PUSTAKA Andradi dkk (1991), Terapi Penyakit Syaraf, Jakarta, FKUI Arief, Irfan. (2008) Empathy Bagi Pasien Stroke [Internet] 31 Juli, Bersumber dari : [Diakses tanggal 20 November 2008] Dechacare, (2010), Rasa kantuk gejala dini serangan stroke [Internet], bersumber dari : [Diakses tanggal 18 Mei 2010] Gondowardaja, Yoanes. Cara Bijak Tangani Pasien Stroke [Internet] Bersumber dari : [Diakses tanggal 24 Oktober 2008] Leila Henderson (2002), Stroke: Panduan perawatan, alih bahasa Indriani dari judul aslinya Stroke: Survival guide, Penerbit Arcan, Jakarta Long Barbara (1996), Perawatan Medikal Bedah, alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung, dari judul aslinya Medical Surgical, Bandung, YIAPK Mansjoer, Arief, dkk. (2000) Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. Mardjono (2000), Neurologis Dasar, Jakarta, Dian Rakyat Klinis Sastrodiwirjo dkk (1980), Kuliah Neurologi, Universitas Indonesia\ Kumpulan Jakarta,

Swearingen (2000), Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Monica Ester ,EGC, Jakarta

Pahria dkk (1996), Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC Price and Wilson (1996), Fisiologi ProsesProses Penyakit, alih bahasa Peter Anugerah, dari judul aslinya Patofisiologi, EGC, Jakarta Pusdiknakes (1996), Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguuan Sistem Persyarafan, Jakarta, Depkes RI.

44

Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul Surabaya