i
SAMBUTAN WALIKOTA
Assalamu’alaikum Wr. Wbr.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya Buku Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Tegal telah disusun oleh
Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Tegal bekerja sama dengan Tim ISSDP
Pusat, dan PF Provinsi Jawa Tengah dan ISSDP Kota Tegal sesuai dengan
jadwal yang telah direncanakan dalam rangka pelaksanaan program
pengembangan pembangunan sektor sanitasi.
Buku SSK Kota Tegal ini merupakan dokumen rencana strategis sanitasi
yang dibuat khusus sebagai percepatan pembangunan sektor sanitasi Kota Tegal
berjangka menengah 5 (lima) tahun kedepan (2010 – 2014). Strategi ini untuk
mensinergikan upaya-upaya yang akan dilakukan pemerintah (pusat, provinsi,
kota), sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun kelompok
masyarakat sehingga program “Tegal Sehat 2010” dapat terwujud. Buku ini
disusun berdasarkan Buku Putih Sanitasi yang telah disusun sebelumnya serta
telah dikonsultasi publik guna saran dan masukan dari seluruh para pemangku
kepentingan (stakeholders) terkait.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada konsultan ISSDP Pusat, PF
ISSDP Provinsi Jawa Tengah dan ISSDP Kota Tegal yang telah banyak
membantu dan mendampingi dalam penyusunan SSK Kota Tegal ini. Ucapan
terimakasih juga kami sampaikan kepada Pokja Sanitasi Kota Tegal dalam
penyusunan SSK Kota Tegal, SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tegal dan
pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini.
Akhirnya, semoga buku SSK Kota Tegal ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat Kota Tegal. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk
dan hidayah sehingga pengelolaan sanitasi Kota Tegal dapat terselenggara
secara baik dengan dukungan masyarakat sesuai dengan slogan “Gerbang Mas
Kota Bahari (Gerakan Pembangunan Masyarakat Kota Bahari)”. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wbr.
Tegal, Januari 2010
ii
KATA PENGANTAR
Tantangan yang dihadapi Kota Tegal terkait dengan masalah sanitasi
masih sangat besar. Permasalahan sanitasi yang dihadapi antara lain
terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga dan
kerusakan IPLT; lahan TPA terbatas untuk menampung timbulan sampah yang
meningkat dari waktu ke waktu; masih terdapatnya genangan sebagai akibat
kurang optimalnya fungsi drainase kota; masih tercampurnya grey water dan
saluran drainase difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah praktis;
meningkatnya kebutuhan air bersih masyarakat tidak sebanding dengan debit
suplai air bersih; serta masih rendahnya kesadaran masyarakat mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Tegal merupakan dokumen rencana
strategis sanitasi yang dibuat khusus sebagai percepatan pembangunan sektor
sanitasi Kota Tegal berjangka menengah 5 (lima) tahun kedepan (2010-2014).
Strategi ini untuk mensinergikan upaya-upaya yang akan dilakukan pemerintah
(pusat, provinsi, kota), sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun
kelompok masyarakat sehingga program “Tegal Sehat 2010” dapat terwujud.
SSK Kota Tegal disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi
dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi Kota Tegal mulai Tahun
2010 hingga Tahun 2014.
Gambaran rinci SSK adalah sebagai berikut;
‐ Bab 1 mengenai pendahuluan.
‐ Bab 2 memberikan penjelasan tentang arah pengembangan sektor sanitasi
kota, menjelaskan visi dan misi, kebijakan umum, tujuan dan sasaran
pembangunan sektor sanitasi kota.
‐ Bab 3 menjelaskan tentang isu strategi dan tantangan dalam sektor sanitasi
baik untuk semua sub sektor, sektor air bersih dan aspek pendukung
layanan sanitasi.
‐ Bab 4 memaparkan tentang tujuan, sasaran, tahapan pencapaian dan
strategi setiap sub sektor sanitasi, sektor air bersih dan strategi aspek
pendukung layanan sanitasi.
‐ Bab 5 menjelaskan tentang program dan kegiatan yang akan dilakukan
secara terintegrasi antar sub sektor dan aspek pendukung layanan sanitasi.
‐ Bab 6 menjelaskan tentang strategi monitoring dan evaluasi program
sanitasi kota.
‐ Bab 7 sebagai penutup.
iii
Dengan tersusunnya SSK Kota Tegal diharapkan dapat mendukung
program “Tegal Sehat 2010” dan menjadi dokumen perencanaan legal untuk
perbaikan pembangunan sanitasi Kota Tegal.
Tim Pokja Sanitasi Kota Tegal mengucapkan terima kasih kepada ISSDP
Pusat, PF ISSDP Provinsi Jawa Tengah, CF ISSDP Kota Tegal, Satuan Kerja
Perangkat Daerah, Sub Klinik Desa dan semua pihak serta komponen
masyarakat yang telah membantu baik dalam pikiran, tenaga dan waktu untuk
proses penyusunan dan penyempurnaan dokumen SSK Kota Tegal.
Tegal, Januari 2010
Penyusun,
Tim Pelaksana Pokja Sanitasi Kota Tegal
iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN WALIKOTA .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ I-1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... I-1
1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan SSK ............................................... I-2
1.3 Landasan Hukum ................................................................................ I-3
1.4 Metode Penyusunan ........................................................................... I-5
1.5 Sistematika Dokumen ......................................................................... I-6
II ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI KOTA ..................... II-1
2.1 Gambaran Umum Situasi Sanitasi Kota .............................................. II-1
2.1.1 Kondisi Geografis ...................................................................... II-1
2.1.2 Demografi ................................................................................. II-8
2.1.3 Kondisi Topografi ....................................................................... II-12
2.1.4 Gambaran Umum Situasi Sanitasi Kota ................................... II-12
2.2 Visi Misi Sanitasi Kota Tegal ............................................................... II-22
2.3 Kebijakan Umum dan Arah Strategi Sanitasi Kota Tahun 2010-2014 . II-23
2.3.1 Kebijakan Umum Terkait Pembangunan Sektor Sanitasi .......... II-23
2.3.2 Arah Strategi Terkait Pembangun Sektor Sanitasi .................... II-25
2.3.2 Tujuan, Sasaran Sanitasi dan Arahan Pentahapan
Sektor Sanitasi .......................................................................... II-25
III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA . III-1 3.1 Aspek Non Teknis ............................................................................... III-1
3.1.1 Kebijakan Daerah dan Kelembagaan ........................................ III-1
3.1.2 Keuangan ................................................................................... III-3
3.1.3 Komunikasi ................................................................................ III-3
3.1.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis ......................................................... III-4
3.1.5 Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan .... III-4
3.1.6 Aspek Monitoring dan Evaluasi .................................................. III-5
v
3.2 Aspek Teknis dan PHBS ..................................................................... III-6
3.2.1 Sub Sektor Air Limbah Domestik ............................................. III-6
3.2.2 Sub Sektor Persampahan ....................................................... III-9
3.2.3 Sub Sektor Drainase Lingkungan ............................................ III-11
3.2.4 Sektor Air Bersih/Minum .......................................................... III-12
3.2.5 Aspek PHBS ............................................................................ III-14
IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI ....... IV-1
4.1 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian ....................................... IV-1
4.1.1 Sub Sektor Air Limbah Domestik ............................................. IV-1
4.1.2 Sub Sektor Persampahan ....................................................... IV-1
4.1.3 Sub Sektor Drainase ............................................................... IV-2
4.1.4 Sektor Air Bersih/Minum .......................................................... IV-2
4.1.5 Aspek PHBS ............................................................................ IV-2
4.2 Strategi Aspek Teknis dan PHBS ....................................................... IV-3
4.2.1 Sub Sektor Air Limbah Domestik ............................................. IV-3
4.2.2 Sub Sektor Persampahan ....................................................... IV-4
4.2.3 Sub Sektor Drainase Lingkungan ............................................ IV-5
4.2.4 Sektor Air Bersih/Minum .......................................................... IV-5
4.2.5 Aspek PHBS ............................................................................ IV-6
4.3 Strategi Aspek Non Teknis .................................................................. IV-7
4.3.1 Aspek Kebijakan Daerah dan Kelembagaan ........................... IV-7
4.3.2 Aspek Keuangan ..................................................................... IV-8
4.3.3 Aspek Komunikasi ................................................................... IV-10
4.3.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis ....................................................... IV-13
4.3.5 Pemberdayaan masyarakat, Aspek Jender, dan
Kemiskinan .............................................................................. IV-14
V PROGRAM DAN KEGIATAN SANITASI ........................................... V-1
5.1 Program dan Kegiatan Aspek Teknis dan PHBS ................................ V-1
5.1.1 Sub Sektor Air Limbah Domestik ............................................. V-1
5.1.2 Sub Sektor Persampahan ....................................................... V-6
5.1.3 Sub Sektor Drainase Lingkungan ............................................ V-10
5.1.4 Sektor Air Bersih/Minum .......................................................... V-12
5.1.5 Aspek PHBS ............................................................................ V-16
5.2 Program dan Kegiatan Aspek Non Teknis .......................................... V-19
5.2.1 Kebijakan Daerah dan Kelembagaan ...................................... V-19
vi
5.2.2 Keuangan ................................................................................ V-26
5.2.3 Komunikasi .............................................................................. V-27
5.2.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis ....................................................... V-29
5.2.5 Pemberdayaan masyarakat, Aspek Jender,
dan Kemiskinan ....................................................................... V-30
VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI ....................................... VI-1
6.1 Gambaran Umum Struktur Monitoring dan Evaluasi Sanitasi ............. VI-1
6.2 Pemantauan Strategi Sanitasi ............................................................. VI-2
6.3 Pendokumentasian ............................................................................. VI-10
6.4 Evaluasi Strategi Sanitasi Kota ........................................................... VI-11
6.5 Pelaporan ............................................................................................ VI-11
VII PENUTUP ........................................................................................... VII-1
7.1 Kesimpulan ......................................................................................... VII-1
7.2 Harapan .............................................................................................. VII-1
DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Glosarry Sanitasi .............................................................................. 1
2. Tabel Penentuan Zona Sanitasi....................................................... 2
3. Tabel Usulan Program dan Kegiatan ............................................... 3
4. SK Pokja Tahun 2009 ....................................................................... 4
DAFTAR TABEL
2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Tegal ................................... II-2
2.2 Luas daerah, Kepadatan, Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga
Menurut Kecamatan/Kelurahan di Kota Tegal 2008 ......................... II-8
2.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Tegal Tahun 2010 – 2014 ............ II-10
2.4 Jumlah Kegiatan Per tahun .............................................................. VI-3
2.5 Sasaran subsektor sanitasi, sektor air bersih dan PHBS Kota
Tegal tahun 2010 – 2014. ……………………………………………… VI-4
DAFTAR GAMBAR
2.1 Peta Administrasi Kota Tegal............................................................ II-12
2.2 Peta Citra Satelit Kota Tegal............................................................. II-13
2.3 Foto Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Kota Tegal ......................... II-15
2.4 Pengelolaan Persampahan di Kota Tegal ........................................ II-18
2.5 Kondisi Drainase di Kota Tegal......................................................... II-19
2.6 Peta Wilayah Prioritas Pengembangan Pengelolaan Air Limbah
Kota Tegal Berdasarkan Data Penduduk Tahun 2008 ..................... II-27
2.7 Peta Wilayah Prioritas Pengembangan Persampahan
Kota Tegal Berdasarkan Data Penduduk Tahun 2008 ..................... II-29
2.8 Peta Wilayah Prioritas Pengembangan Pengelolaan Drainase
Lingkungan Kota Tegal Berdasarkan Data Penduduk Tahun 2008 .. II-30
2.9 Peta Wilayah Prioritas Pengembangan Air BersihKota Tegal
Berdasarkan Data Penduduk Tahun 2008 ........................................ II-32
Strategi Sanitasi Kota Tegal I - 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Strategi sanitasi kota (SSK) Kota Tegal adalah suatu dokumen
perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara
komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang
jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kota Tegal dengan
tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis,
terintegrasi, dan berkelanjutan.
Guna menghasilkan strategi sanitasi kota sebagaimana tersebut di atas,
maka diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi
penyusunan strategi sanitasi kota dengan tujuan agar strategi sanitasi tersebut
memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan. Kerangka kerja
strategi sanitasi Kota Tegal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Strategi Sanitasi Kota Tegal. Kerangka kerja sanitasi ini merupakan salah satu
produk yang dihasilkan oleh kelompok kerja sanitasi.
Pengembangan layanan sanitasi kota harus didasari oleh suatu rencana
pembangunan sanitasi jangka menengah (3 sampai 5 tahunan) yang
kompehensif dan bersifat strategis. Rencana jangka menengah yang juga
disebut Strategi Sanitasi Kota (SSK) itu memang dibutuhkan mengingat kota-
kota Indonesia akan memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk
memiliki layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan Sanitasi menyeluruh.
Strategi Sanitasi Kota juga dibutuhkan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD-SKPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya untuk
dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi kotanya. Setelah
disepakati, Strategi Sanitasi Kota akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak
tahunan (annual action plan). Isinya, informasi lebih rinci dari berbagai usulan
kegiatan (program atau proyek) pengembangan layanan sanitasi kota yang
disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya.
Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Tegal berisi visi, misi, dan tujuan
pembangunan sanitasi kota Tegal berikut strategi-strategi pencapaiaannya. Tiap-
tiap strategi kemudian diterjemahkan menjadi berbagai usulan kegiatan berikut
komponen-komponen kegiatan indikatifnya. Cakupan suatu Strategi Sanitasi
Kota (SSK) akan meliputi :
Strategi Sanitasi Kota Tegal I - 2
Aspek Teknis; mencakup strategi dan usullan kegiatan pengembangan
sektor sanitasi yang terdiri dari (a) layanan sub sektor air limbah domestik,
(b) layanan sub sektor persampahan, dan (c) sub sektor drainase
lingkungan, serta sektor air bersih dan aspek Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Aspek Pendukung; mencakup strategi dan usulan kegiatan
pengembangan komponen (a) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, (b)
Keuangan (c) Komunikasi, (d) Keterlibatan Pelaku Bisnis, (e)
Pemberdayaan Masyarakat, aspek Jender dan Kemiskinan, (f) Monitoring
dan evaluasi
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN STRATEGI SANITASI KOTA
Maksud penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah tersusunnya
dokumen perencanaan strategis sanitasi Kota yang dapat dijadikan rujukan
perencanaan pembangunan sanitasi Kota Tegal dalam jangka menengah (5
tahunan).
Tujuan dari penyusunan dokumen kerangka kerja strategi sanitasi kota
(SSK) ini adalah:
a. Tujuan Umum Kerangka kerja strategi sanitasi kota (SSK) ini disusun sebagai rencana
pembangunan sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman
pembangunan sanitasi Kota Tegal mulai Tahun 2010 hingga Tahun 2014.
b. Tujuan Khusus 1) Kerangka kerja strategi sanitasi kota (SSK) ini dapat memberikan
gambaran tentang arah kebijakan pembangunan Sanitasi Kota Tegal
selama 5 tahun yaitu Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014.
2) Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-
langkah pelaksanaan kebijakan, serta penyusunan program jangka
menengah dan tahunan sektor sanitasi.
3) Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak
(instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri
untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi
Kota Tegal.
Strategi Sanitasi Kota Tegal I - 3
1.3. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum dalam penyusunan strategi sanitasi kota (SSK) Kota
Tegal adalah:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982
Tentang Pengaturan Air.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990
Tentang Pengendalian Pencemaran Air
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991
Tentang Sungai.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999
Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panang Menengah Nasional (RPJM)
Tahun 2004-2009
Keputusan Presiden Republik Indonesia
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000
Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
Strategi Sanitasi Kota Tegal I - 4
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001
Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002
Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber
Daya Air
Keputusan Menteri
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib
dilengkapi degan AMDAL
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan
Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
Perda Kota Tegal
1. Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Peraturan Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Nomor 6 Tahun 1995 tentang
Perubahan Kedua Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Tegal Nomor 26 Tahun 1981 Tentang Penyelenggaraan-Kebersihan
Kota Dan Pengumpulan Serta Pembuangan Sampah
sampah/Kotoran-kotoran.
2. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Nomor 10
Tahun 1991 Tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah
Kotamadya daerah Tingkat II Tegal Nomor 26 Tahun 1981 tentang
Penyelenggaraan Kebersihan Kota Dan Pengumpulan Serta
Pembuangan Sampah-sampah/Kotoran-kotoran.
3. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 4 Tahun 2005 Tentang
Pembentukan, Kedudukan, Tugas, Fungsi Dan Susunan Organisasi
Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Tegal.
Strategi Sanitasi Kota Tegal I - 5
4. Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 7 Tahun 2003 Tentang
Restribusi Penyedotan Kakus.
1.4. METODE PENYUSUNAN
Strategi Sanitasi Kota Tegal ini disusun oleh Pokja Sanitasi Kota secara
partisipatif dan terintegrasi lewat diskusi, lokakarya dan pembekalan baik yang
dilalukan oleh Tim Pokja sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi dari Tim
Konsultan ISSDP. Metode yang digunakan dalam penyusunan SSK ini
menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu yang secara bertahap untuk
menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Serangkaian kegiatan dan
metoda dilakukan bersama pokja baik lokakarya dan pelatihan, diskusi dan
pembekalan.
Metode penyusunan SSK ini, terdiri dari tahapan berikut:
1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kota saat ini (dari
Buku Putih Sanitasi), untuk belajar dari fakta sanitasi guna
menetapkan kondisi sanitasi yang tidak diinginkan. Pada tahap ini
Pokja mengkaji kembali Buku Putih Sanitasi Kota untuk memastikan
kondisi yang ada saat ini khususnya kondisi yang tidak diinginkan
atau permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan
sanitasi Kota. Kondisi semua sub sektor layanan sanitasi yang terdiri;
sub sektor air limbah, sub sektor persampahan, sub sektor drainase
lingkungan dan sektor air bersih serta aspek pendukung. Metoda
yang digunakan adalah kajian data sekunder dan kunjungan lapangan
untuk melakukan verifikasi informasi.
2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang
dituangkan kedalam visi, misi sanitasi kota, dan tujuan serta sasaran
pembangunan sanitasi kota. Dalam perumusan bagian ini tetap
mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di kota.
3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang
diinginkan. Analisis kesenjangan digunakan untuk mendiskripsikan
issue strategis dan kendala yang mungkin akan dihapadapi dalam
mencapai tujuan.
4. Merumuskan strategi sanitasi kota yang menjadi basis penyusunan
program dan kegiatan pembangunan sanitasi kota jangka menengah
Strategi Sanitasi Kota Tegal I - 6
(5 tahunan). Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan,
kelemahan, kesempatan dan ancaman dan Diagram Sistem Sanitasi.
1.5. SISTEMATIKA DOKUMEN
Pembahasan Strategi Sanitasi Kota dalam dokumen ini terdiri dari tujuh
(7) bab. Bab 1, 2 dan 3 dari Dokumen SSK ini merupakan Arah Pembangunan
Sanitasi Kota atau sering juga disebut sebagai Kerangka Kerja Sanitasi yang
memberikan arahan jangka panjang (20 tahunan), dan jangka menengah (5
tahunan) untuk pembangunan sanitasi kota secara komprehensif, yang dapat
digunakan sebagai alat untuk mengadvokasi para pengambil keputusan di tingkat
kota, propinsi dan pusat. Sedangkan Bab 3, 4, 5, 6 dan 7 memberikan gambaran
rinci tentang substansi upaya-upaya strategis yang akan dilakukan.
‐ Bab 1 mengenai pendahuluan.
‐ Bab 2 memberikan penjelasan tentang arah pengembangan sektor
sanitasi kota, menjelaskan visi dan misi, kebijakan umum, tujuan dan
sasaran pembangunan sektor sanitasi kota.
‐ Bab 3 menjelaskan tentang isu strategi dan tantangan dalam sector
sanitasi baik untuk semua sub sektor, sektor air bersih dan aspek
pendukung layanan sanitasi.
‐ Bab 4 memaparkan tentang tujuan, sasaran, tahapan pencapaian dan
strategi setiap sub sektor sanitasi, sektor air bersih dan strategi aspek
pendukung layanan sanitasi.
‐ Bab 5 menjelaskan tentang program dan kegiatan yang akan dilakukan
secara terintegrasi antar sub sektor dan aspek pendukung layanan
sanitasi.
‐ Bab 6 menjelaskan tentang strategi monitoring dan evaluasi program
sanitasi kota.
‐ Bab 7 sebagai penutup.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 1
BAB II ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI KOTA
Bagian ini akan menjelaskan secara singkat tentang gambaran umum
situasi sanitasi Kota Tegal saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kota yang akan
memberikan arahan tentang pembangunan sanitasi kota lima tahun kedepan,
Kebijakan umum sanitasi kota saat ini dan arah ke depan serta tujuan dan
sasaran pembangunan sektor sanitasi.
2.1. GAMBARAN UMUM KOTA TEGAL
2.1.1. KONDISI GEOGRAFIS Letak Kota Tegal berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes dan
Kabupaten Tegal. Secara geografis Kota Tegal terletak pada posisi 1090 08’-1090
10’ Bujur Timur dan 060 50’-060 53’ Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar
39,68 Km2, setelah tukar guling dengan Kabupaten Brebes. Batas wilayah Kota
Tegal secara administratif diuraikan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Tegal
Sebelah Timur : Kabupaten Tegal
Sebelah Barat : Kabupaten Brebes
Kota Tegal terbagi menjadi 4 kecamatan yaitu: Kecamatan Tegal Barat,
Kecamatan Tegal Timur, Kecamatan Tegal Selatan dan Kecamatan Margadana.
Dengan jumlah kelurahan adalah 27 kelurahan.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 2
Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kota Tegal
Kecamatan Kelurahan Luas (Km2) RW RT Kecamatan Kelurahan Luas
(Km2) RW RT
Tegal Selatan
Kalinyamat Wetan 0.89 4 17 Tegal Barat Pesurungan
Kidul 0.72 2 14 Bandung 0.59 5 21 Debong Lor 0.56 3 15 Debong Kidul 0.35 4 20 Kemandungan 0.56 3 13 Tunon 0.75 4 21 Pekauman 0.96 8 50 Keturen 0.62 3 17 Kraton 1.23 8 65 Debong Kulon 0.74 3 13 Tegalsari 2.19 14 106 Debong Tengah 1.11 6 35 Muarareja 7.73 3 14 Randugunting 1.38 12 89 Margadana Kaligangsa 2.52 6 35 Tegal Timur Kejambon 0.86 6 43 Krandon 1.20 4 22 Slerok 1.39 4 43 Cabawan 1.28 4 17 Panggung 2.23 13 128 Margadana 2.41 11 49
Mangkukusuman 0.47 4 43 Kalinyamat Kulon 1.52 4 27
Mintaragen 1.41 11 90 Sumurpanggang 1.00 2 18 Pesurungan Lor 1.82 3 21
Sumber : Profil Daerah Kota Tegal Tahun 2007
A. KEBIJAKAN KAWASAN STRATEGIS BREGAS DALAM RTRW PROPINSI JAWA TENGAH
Sistem pelayanan perkotaan di Propinsi Jawa Tengah didasarkan pada 2
aspek yaitu potensi dan permasalahan yang berkembang di lapangan
mencerminkan kondisi riil orientasi kawasan, serta arahan kebijakan yang
tertuang dalam RTRWN. Berdasarkan kriteria dan kondisi lapangan lingkup
Kawasan Strategis Bregas dapat dikategorikan sebagai berikut:
• Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Wilayah (KPPKW): adalah Kota Tegal
• Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Lokal (KPPKL): adalah Brebes dan Slawi
A.1 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN BREGAS
a. Hirarki Kota
Dengan melihat hirarki kota di wilayah ini strategi pengembangan kota
diarahkan untuk lebih memantapkan dan memperjelas hirarki yang sudah ada
untuk menghindari ke-primacy-an kota yang berperan sebagai pusat
pertumbuhan wilayah. Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan kota kecil
dan menengah dan mempunyai potensi untuk berkembang, terutama yang
berlokasi di dekat pusat pertumbuhan wilayah sebagai contoh Margadana, Slawi,
Bumiayu.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 3
b. Konstelasi Kota
Untuk lebih dapat meratakan pembangunan di Jawa Tengah, maka
alternatif pembangunan pertumbuhan dialokasikan pada daerah-daerah yang
tingkat perkembangan pembangunannya tinggi. Kota Tegal merupakan
generator untuk percepatan pertumbuhan, yang secara fungsional mempunyai
akses ke kota-kota orde dibawahnya. Diterapkan pusat pertumbuhan diharapkan
agar supaya tidak terjadi tumpang tindih fungsi pelayanan masing-masing kota
yang mungkin menyebabkan kurang berfungsinya kegiatan kota secara optimal
dan terjadi integrasi spasial skala lokal diantara kota-kota tersebut.
A.2 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KOTA TEGAL
a. Struktur Ruang Kota Tegal Kawasan Perkotaan Tegal mengalami perkembangan yang pesat pada
pusat kota, namun juga mempunyai faktor pembatas, sehingga perlu mendorong
pemanfaatan ruang secara proporsional sesuai dengan pusat pelayanan secara
hirarkis.
Kebijakan struktur ruang kota ini adalah:
• Meningkatkan fungsi dan peran pusat kegiatan utama kota melalui kualitas
lingkungan kawasan pusat kota yang diharapkan lebih berperan menjadi
pusat wilayah regional.
• Mendorong terciptanya sub pusat kegiatan yang sudah berkembang maupun
yang akan dikembangkan pada beberapa bagian wilayah guna memacu
desentralisasi pusat-pusat pelayanan kota. Pengembangan sub-sub pusat
sebagai pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan sistem pelayanan
yang akan dikembangkan secara hirarkis.
• Pengembangan sistem pusat pelayanan didukung dengan mengembangkan
sistem jaringan yang berfungsi kolektor yang menghubungkan antar pusat-
pusat pelayanan. Pengembangan sistem jaringan dengan memperhatikan
jaringan arteri primer yang merupakan bagian dari sistem regional – nasional,
b. Kebijakan Pola Ruang Kota Tegal
Pengembangan pola ruang kota diarahkan untuk mendorong
pemanfaatan ruang sesuai dengan kapasitas optimalnya serta membatasi
daerah-daerah yang mempunyai faktor pembatas pemanfaatan ruang. Pola
ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 4
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya. Pokok-pokok arahan kebijakan pola ruang ini adalah:
• Membatasi perkembangan pemanfaatan ruang pada wilayah pesisir, karena
ketinggian peil lahan yang rendah dan kemungkinan adanya abrasi, dan
membatasi intensitas pemanfaatan pada lahan dengan potensi genangan/
banjir.
• Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan melalui penyediaan ruang
terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau pada pusat-pusat pelayanan.
Pengembangan ruang terbuka non hijau dapat diintegrasikan pada
pengembangan fungsi komersial, sebagai ruang sosial yang sekaligus
berfungsi komersial.
• Mengembangkan pemanfaatan ruang pada kawasan sub pusat wilayah guna
mendorong desentralisasi pemanfaatan ruang secara lebih merata
melaluipemanfaatan bagi kegiatan perdagangan, jasa dan fasilitas pelayanan.
c. Kebijakan Pola Ruang Kota Tegal
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam
merealisasikan rumusan kebijakan tersebut, dilakukan strategi sebagai berikut:
1. Strategi Pengembangan Struktur Ruang Pembagian BWK di Kota Tegal adalah sebagai berikut:
- BWK I (Pusat Kota), meliputi:
- Kelurahan Pekauman - Kelurahan Debong Kulon
- Kelurahan Randugunting - Kelurahan Kemandungan
- Kelurahan Debong Lor - Kelurahan Pesurungan Kidul
- BWK II (Selatan), meliputi:
- Kelurahan Debong Tengah - Kelurahan Kalinyamat Wetan
- Kelurahan Debong Kidul - Kelurahan Kalinyamat Kulon
- Kelurahan Bandung - Kelurahan Tunon
- Kelurahan Keturen - Kelurahan Sumur Panggang
- BWK III (Utara), meliputi:
- Kelurahan Tegalsari - Kelurahan Muarareja
- Kelurahan Kraton - Kelurahan Mintaragen
- Kelurahan Pesurungan Lor
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 5
- Wilayah Bokong Semar di sebelah utara rencana jalan lingkar utara
di Kecamatan Muarareja
- BWK IV (Timur), meliputi:
- Kelurahan Panggung - Kelurahan Mangkukusuman
- Kelurahan Slerok - Kelurahan Kejambon
- BWK V (Barat), meliputi:
- Kelurahan Cabawan - Kelurahan Krandon
- Kelurahan Kaligangsa
- Wilayah Bokong Semar di sebelah selatan rencana jalan lingkar
utara di Kecamatan Muarareja
2. Strategi pengembangan sistem pusat pelayanan Pembangunan fasilitas pelayanan pada kawasan pusat kota sebagai
penunjang Kota Tegal menjadi pusat bagi wilayah di sekitarnya (Kota
Tegal sebagai kota PKW), sub pusat kota (pada tiap-tiap BWK), dan
pusat-pusat sub BWK.
Peningkatan prasarana dengan fungsi regional, yaitu prasarana
transportasi, perdagangan, jasa dan pelayanan umum lainnya.
Peningkatan fungsi sub pusat pelayanan dengan membangun ruang
terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau, serta fasilitas perdagangan
dan jasa pada tiap-tiap sub pusat pelayanan.
Peningkatan jumlah fasilitas pelayanan yaitu dengan pembangunan
sarana perkotaan meliputi: sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan.
Penambahan dan penempatan fasilitas dan utilitas dengan menempatkan
pada daerah strategis dan memiliki daya jangkau yang optimal.
3. Strategi pengembangan sistem jaringan Jaringan prasarana transportasi.
- Pembangunan jalan dan peningkatan fungsi jaringan jalan yang
berfungsi arteri, yaitu jalan lingkar utara dan jalan lingkar selatan Kota
Tegal.
- Peningkatan jalan lokal menjadi jalan kolektor, yaitu:
Jalan yang sejajar Jalan Dr Cipto Mangunkusumo di sebelah utara.
Jalan lokal yang menghubungkan kepada pusat pelayanan di
wilayah Tegal Timur, Tegal Selatan dan Tegal Barat.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 6
- Pengembangan daerah pelabuhan dan penyediaan sarana dan
prasarana pendukung transportasi laut.
Jaringan listrik yaitu dengan peningkatan kualitas dan kuantitas
(pembangunan jaringan) pelayan listrik.
Jaringan telekomunikasi yaitu dengan peningkatan kualitas dan kuantitas
(pembangunan BTS) pelayanan telekomunikasi.
Jaringan drainase yaitu dengan pembangunan jaringan drainase primer
dan sekunder serta dengan peningkatan kualitas dan pengelolaan
jaringan yang sudah ada.
Jaringan persampahan
- Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah dan TPS.
- Penambahan sarana persampahan (container, gerobak).
Jaringan air bersih
- Pembangunan sistem perpipaan guna perluasan pelayanan jaringan
air bersih.
- Pengelolaan sistem perpipaan yang sudah ada guna mengurangi
tingkat kebocoran.
- Perlindungan terhadap sumber mata air.
Jaringan limbah
- Peningkatan kualitas dan fungsi IPLT.
- Penambahan sarana pengangkutan limbah.
4. Strategi Pengembangan Pola Ruang
a. Strategi pengembangan kawasan lindung
Penetapan kawasan lindung yaitu kawasan perlindungan setempat, dan
kawasan lindung berhutan bakau.
Pelestarian kawasan lindung sebagai lahan non terbangun dan
memfungsikannya sebagai hutan kota.
b. Strategi pengembangan kawasan budidaya
Pemanfaatan lahan eksisting dengan sejauh tidak menyimpang dari dasar
pengembangan struktur kegiatannya, maka lahan eksisting ini tetap
dipertahankan dengan pengaturan penataan lebih lanjut yang pada
prinsipnya meningkatkan daya manfaat lahan secara optimal.
- Penetapan kawasan perikanan darat (tambak) dan perikanan laut dan
penyediaan fasilitas pendukung untuk kawasan perikanan.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 7
- Penetapan kawasan pertanian sebagai lahan non terbangun dan
penyediaan fasilitas pendukung untuk kawasan pertanian serta
pelestarian sistem irigasi untuk lahan sawah.
- Penetapan kawasan untuk RTH sebagai lahan non terbangun dengan
penyediaan RTH disetiap sub pelayanan (kecamatan atau BWK) dan
peningkatan kualitas RTH yang sudah ada.
- Penetapan kawasan untuk RTNH sebagai lahan non terbangun
dengan penyediaan RTNH disetiap sub pelayanan (kecamatan atau
BWK), peningkatan kualitas RTNH yang sudah ada, dan penambahan
RTNH yaitu ruang pejalan kaki dan makam.
Potensi daya dukung lahan terutama untuk lahan-lahan kosong yang
belum dimanfaatkan dikembangkan secara optimal untuk tata guna lahan
baru yang lebih produktif.
Mengurangi kepadatan di daerah permukiman di Kecamatan Tegal Timur,
serta meningkatkan kualitas lingkungan di daerah permukiman padat
tersebut, yaitu dengan:
- Pembangunan permukiman dan fasilitas pendukungnya.
- Pengembangan permukiman dengan pemerataan kepadatan
permukiman.
Melaksanakan pengembangan tata ruang ke dalam (internal) dengan
mengupayakan penggunaan sistem zoning (pembagian daerah) yaitu
dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kecenderungan pertumbuhan
kota, yaitu:
- Penyediaan fasilitas perkantoran di setiap sub pusat Kecamatan atau
Bagian Wilayah Kota (BWK).
- Pengalokasian kegiatan dan penyediaan fasilitas perdagangan dan
jasa dan peningkatan kualitas fasilitas yang ada.
- Pengalokasian dan pembangunan kawasan industri terpadu serta
peningkatan fasilitas pendukung kawasan industri.
- Pengembangan kawasan pariwisata dengan peningkatan penyediaan
fasilitas pendukungnya.
- Menjaga kelestariannya dengan menetapkan sebgai kawasan cagar
budaya dan peningkatan penyediaan fasilitas pendukungnya.
- Peningkatan kualitas kawasan pelabuhan dengan penyediaan fasilitas
dan penyediaan sarana transportasi serta peningkatan kegiatan
didalamnya sehingga mendukung kondisi fisik pelabuhan.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 8
Mengupayakan pengembangan fisik kawasan perkotaan dengan tetap
mempertahankan lahan-lahan persawahan yang produktif.
Meningkatkan pengawasan terhadap eksploitasi berbagai sumber daya
alam untuk mencapai sistem pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).
2.1.2 DEMOGRAFI A.1 KEPENDUDUKAN
A.1.1 Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Tabel 2.2. Luas daerah, Kepadatan, Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan/ Kelurahan di Kota Tegal Tahun 2008
Kecamatan/Kelurahan
Luas Daerah (km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
(per km2)
Rumah Tangga
Tegal Selatan 6,43 57.770 8.984 14.461
Kalinyamat wetan 0,89 4.389 4.877 1.266
Bandung 0,59 5.227 9.012 1.300
Debong kidul 0,35 4.713 13.466 1.196
Tunon 0,75 5.443 7.257 1.580
Keturen 0,62 4.138 6.755 1.142
Debong kulon 0,74 4.004 5.411 1.051
Debong tengah 1,11 9.719 10.750 2.532
Randugunting 1,38 17.873 12.951 4.394
Tegal Timur 6,36 74.623 11.733 17.742
Kejambon 0,86 12.071 14.036 3.017
Slerok 1,39 15.126 10.882 3.623
Panggung 2,23 26.873 12.051 5.606
Mangkukusuman 0,47 5.176 11.013 1.292
Mintaragen 1,41 15.377 10.096 4.204
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 9
Kecamatan/Kelurahan
Luas Daerah (km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
(per km2)
Rumah Tangga
Tegal Barat 15,13 64.449 4.236 15.154
Pesurungan kidul 0,72 4.958 6.886 1.247
Debong lor 0,56 3.274 5.846 885
Kemandungan 0,56 3.681 6.573 954
Pekauman 0,96 7.912 8.242 1.877
Kraton 1,23 14.911 12.123 3.137
Tegalsari 2,19 23.507 10.734 5.456
Muarareja 7,73 6.256 702 1.598
Margadana 11,76 51.830 4.411 14.156
Kaligangsa 2,53 10.493 4.147 2.724
Krandon 1,20 6.521 5.434 1.990
Cabawan 1,28 5.991 4.680 1.413
Margadana 2,41 12.844 5.329 3.535
Kalinyamat kulon 1,52 5.341 3.514 1.538
Sumurpanggang 1,00 6.027 6.027 1.741
Pesurungan lor 1,82 4.613 2.535 1.215
2008 39,68 248.722 8.756 61.513
2007 39,68 247.076 6.227 58.831
2006 39,68 245.324 6.183 58.047
2005 39,68 245.234 6.180 58.277
2004 39,68 243.634 6.140 58.299
Sumber : Kota Tegal Dalam Angka 2008
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 10
A.1.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Tegal Tahun 2010-2014
No Kecamatan / Kelurahan
Pend. (jiwa)
Poryeksi Penduduk (tahun)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Tegal Selatan 57.644 57.852 58.060 58.269 58.479 58.689 58.900 59.112
4.371 4.387 4.403 4.418 4.434 4.450 4.466 4.482 5.236 5.255 5.274 5.293 5.312 5.331 5.350 5.369 4.685 4.702 4.719 4.736 4.753 4.770 4.787 4.804 5.432 5.452 5.471 5.491 5.511 5.530 5.550 5.570 4.205 4.220 4.235 4.251 4.266 4.281 4.297 4.312 3.944 3.958 3.972 3.987 4.001 4.016 4.030 4.044 12.009 12.052 12.096 12.139 12.183 12.227 12.271 12.315 17.762 17.862 17.890 17.955 18.019 18.084 18.149 18.214 2 Tegal Timur 73.610 73.906 74.172 74.439 74.707 74.976 75.246 75.517 12.001 12.044 12.088 12.131 12.175 12.219 12.263 12.307 15.051 15.105 15.160 15.214 15.269 15.324 15.379 15.434 26.418 26.513 26.609 26.704 26.800 26.897 26.994 27.091 5.161 5.180 5.198 5.217 5.236 5.255 5.273 5.292 15.010 15.064 15.118 15.173 15.227 15.282 15.337 15.392 3 Tegal Barat 63.962 64.192 64.423 64.655 64.888 65.122 65.356 65.591 4.954 4.972 4.990 5.008 5.026 5.044 5.062 5.080 3.208 3.220 3.231 3.243 3.254 3.266 3.278 3.290 3.606 3.619 3.632 3.645 3.658 3.671 3.685 3.698 7.903 7.936 7.965 7.994 8.022 8.051 8.080 8.109 14.859 14.912 14.966 15.020 15.074 15.128 15.183 15.238 23.225 23.309 23.393 23.477 23.561 23.646 23.731 23.817 6.202 6.224 6.247 6.269 6.292 6.314 6.337 6.360 4 Margadana 51.828 52.015 52.202 52.390 52.578 52.768 52.958 53.148 10.464 10.502 10.539 10.577 10.615 10.654 10.692 10.731 6.570 6.594 6.617 6.641 6.665 6.689 6.713 6.737 6.030 6.052 6.073 6.095 6.117 6.139 6.161 6.184 12.890 12.936 12.983 13.030 13.077 13.124 13.171 13.218 5.212 5.231 5.250 5.268 5.287 5.306 5.326 5.345 6.036 6.058 6.080 6.101 6.123 6.145 6.168 6.190 4.626 4.643 4.659 4.676 4.693 4.710 4.727 4.744
Jumlah 256.115Sumber: Kota Tegal dalam Angka 2007 dan hasil analisis
Tabel 2.3. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Tegal Tahun 2010-2014
Dalam upaya mendukung perencanaan strategi sanitasi Kota Tegal juga
diperlukan informasi tentang sebaran penduduk berdasarkan tingkat kepadatan
dengan klasifikasi sebagaimana tersaji dalam tabel dan gambar berikut ini:
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 11
Perencanaan Sanitasi Kota TegalDimana penduduk tinggal?
Klasifikasi Urban, didasarkan ‘kepadatan penduduk’Rural : < 25 org/haPeri-urban : 25 – 100 org/haUrban low : 100 – 175 org/haUrban medium : 175 – 250 org/haUrban high : > 250 org/ha
Catatan:- kepadatan penduduk saat ini di tingkat kelurahan, sbg: org/ha (BPS)- tanpa memperhitungkan penduduk di luar kota yang bekerja di kota dan pddk yg tak terdaftar
Kepadatan Klasifikasi Warna %Luas % Penduduk
< 25 Pedesaan 20% 2%25 ‐ 100 Peri‐urban 47% 38%100 ‐ 175 perkotaan rendah (urban low) 33% 59%175 ‐ 250 perkotaan menengah (urban medium) 0% 0% > 250 Perkotaan tinggi (urban high) 0% 0%
Persentase atas Total
ISSDP - INDONESIA SANITATION SECTOR DEVELOPMENT PROGRAM
Perencanaan Sanitasi Kota TegalDimana penduduk tinggal?
ISSDP - INDONESIA SANITATION SECTOR DEVELOPMENT PROGRAM
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 12
2.1.3 KONDISI TOPOGRAFI Ditinjau dari segi topografinya Kota Tegal terbagi dalam 2 bagian yaitu
daerah pantai dan daerah dataran rendah. Sebelah utara merupakan daerah
pantai yang relatif datar dan di sebelah selatan merupakan daerah dataran
rendah.
Rata-rata elevasi ketinggian di wilayah Kota sekitar 0-7 meter dari
permukaan laut dan dengan kemiringan sungai-sungai yang rata-rata dibawah 0-
2%.
2.1.4 GAMBARAN UMUM SITUASI SANITASI KOTA
Paparan tentang gambaran umum situasi sanitasi kota merupakan
ringkasan dari Buku Putih Sanitasi Kota Tegal yang menggambarkan tentang
kondisi sanitasi kota saat ini. Terdiri dari gambaran umum sub sektor air limbah
domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan sektor
air bersih.
Peta Kota Tegal
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kota Tegal
Gambar 2.1. Peta Adminstratif Kota Tegal
RENCANA PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI)
RENCANA PENGEMBANGANPELABUHAN
D TK
JL. YOS SODARSO JL. MARTOLOYO
Ke PEMALANG
JL. SUDIRMAN
JL. RAYA KOL. SOGIONO
JL. RAYA KOL.
SOGIONO
JL. RAYA DR. WAHIDIN
JL. RAYA KALI GANGSA
JL. RAYA CABAWAN
JL. M
T . H
ARYO
NO
JL. G
AJA
H M
ADA
JL. RAYA DR.CIPTO
JL. KS. TUBUN
JL. K
APTE
N S
UD
IBY
O
JL. P
EM
UD A
JL. P
AN
GG
UN
G T
IMU
RJL
. VET
ER
AN
JL. A
. YA
NI
JL. D
IPO
NE
GO
RO
JL. A
R. H
AK
IM
JL. S
ULT
AN
AG
UN
GJL
. AR
. HA
KIM
JL. LET.JEN S. PARMAN
JL. KAPTEN TENDEAN
JL. BLANAK
JL. BRAWIJAYA
JL. M
ATAR
AM I
Ke BREBES
JL. WERKUDORO
ALUN-ALUN
JL. PANCASILA
JL. SLAMET RIYADI
JL. Dr. SETIA BUDI
JL.SERAYU
JL. P
ERIN
TIS
KEM
ERD
EKAA
N
JL. P
ER
I NTI
S K
EM
ER
DEK
AAN
JL. S
UM
BO
DR
O
JL. A
RJU
NO
JL. R.A. KARTINIJL. MENTERI SUPENO
JL. K
OL.
SU
GIA
RTO
JL.S
EM
ER
U
JL.K
I GED
E S
EBA
YU
JL.T
ENTA
RA
PEL
AJAR
JL.K
.H. A
HM
AD D
AHLA
NJL
.K.H
. AH
MAD
DA
HLA
N
JL. WARU
JL. CEMARA
JL. F
LOR
ES
JL.WISANGGENI I
JL. PROKLAMASI
JL. D.I PANJAITAN
JL. H.O.S. COKROAMINOTO
JL. LETJEND. SUPRAPTO
JL. HANG TUAH
JL. HANG TUAH
JL. D
r. SU
TOM
O
JL. K
A PT.
ISM
AIL
JL. K
AP
T. IS
MA
IL
J L. B
RI G
J EN
D. K
ATA
MSO
JL. YOS SUDARSO II
JL. DURIAN
JL. S
EPAT
JL. M
ER
PATI
JL.JALAK BALI
JL. KOMPOL SUPRAPTO
JL. T
E UKU
UM
A R
J L. T
EUK
U U
MA
R
JL. TEUKU CIK DI TIRO
JL. SULTAN HASANUDIN
JL. K
I HA
JAR
DEW
AN
TAR
A
JL. M
ATAR
AM
II
JL.M
E LAT
I
JL. PANCASILA
Kali G
angs
a
Sung
ai K
emiri
Sungai Sibelis Kal
i Gun
g
Sun
gai K
etiw
on
KELURAHAN MUARA REJA
DESA PESURUNGAN LOR
KOTA TEGAL
KELURAHANPESURUNGAN KIDUL
KELURAHAN MINTARAGEN
KELURAHAN TEGALSARI
KEL. KEJAMBON
KEL. SLEROK
KEL. PANGGUNG
KELURAHANDEBONG KULON
KELURAHANKAUMAN
KELURAHAN KALIGANGSA
KELURAHAN KRANDON
KELURAHAN CABAWAN
KELURAHAN MARGADANA
KELURAHANRANDU GUNTING
KELURAHANBANDUNG
KELURAHANKALI NYAMAT WETAN
KELURAHANTUNONKELURAHAN
KALI NYAMAT KULON
KELURAHANDEBONG KIDUL
KELURAHANKETUREN
KELURAHANDEBONG TENGAH
KELURAHANSUMUR PANGGANG
KELURAHANMANGKUKUSUMAN
KELURAHANKRATON
KELURAHANKEMANDUNGAN
KAB. BREBES
KAB. TEGAL
KAB. TEGAL
L A U T J A W A
KECAMATAN TEGAL TIMUR
KECAMATAN TEGAL SELATANKECAMATAN MARGADANA
KECAMATAN TEGAL BARAT
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 13
Berikut adalah Potret citra satelit Kota Tegal
Gambar 2.2. Peta Citra Satelit Kota Tegal
A. Sub Sektor Air Limbah Rumah Domestik Gambaran Umum: Lembaga utama yang menangani sub sektor Air Limbah Rumah Tangga
adalah Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Tegal dan UPTD Pengolahan
Limbah Tinja pada Diskimtaru Kota Tegal.
Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik
sudah ada.
Pengelolaan grey water (air buangan rumah tangga seperti air bekas
cucian, air bekas mandi, dan lain-lain) dilakukan oleh masyarakat dan
Kantor Lingkungan Hidup Kota (KLH) Tegal, namun kondisinya belum
optimal. Sarana IPAL komunal sudah mulai didirikan di beberapa lokasi
percontohan. Pengelolaan IPAL dilakukan oleh masyarakat dengan
bimbingan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Tegal.
Pengelolaan black water (limbah tinja) dilakukan oleh masyarakat,
perusahaan swasta jasa penyedotan kakus, dan UPTD Pengolahan
LImbah Tinja (Diskimtaru).
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 14
Gambaran Fungsi Pengelolan Air Limbah Domestik : Fungsi pengelolaan air limbah domestic baik untuk jenis grey water
maupun black water yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah:
1. Penyediaan sarana daur ulang air limbah domestik
2. Pengelolaan daur ulang air limbah domestik.
3. Monitoring dan evaluasi kapasitas infrastruktur pengelolaan air limbah
domestik.
Gambaran Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Domestik: 1. Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kota Tegal yang diarahkan untuk
mewajibkan masyarakat di lingkungan pemukiman rumah tangga/individu
untuk melakukan pengelolaan air limbah domestic (baik untuk grey water
maupun black water) yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan
hidup.
2. Kebijakan yang ada baru sebatas :
• Perda No. 11 tahun 1987 tentang Bangunan yang mewajibkan
penyediaan sarana pengolahan air limbah domestic bagi setiap
bangunan termasuk rumah tinggal.
• Perda No. 7 tahun 2003 tentang Retribusi Penyedotan Kakus.
3. Kondisi penegakkan hukum / aturan masih belum optimal.
Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Cakupan Layanan UPTD Pengolahan Limbah Tinja saat ini baru sebesar
0,122% atau baru melayani 60 KK dari total masyarakat Kota Tegal dan 3
perusahaan swasta penyedia jasa layanan sedot tinja. Saat ini UPTD masih
kesulitan untuk :
• Memperbanyak pelanggan,
• Menilai potensi pelanggan serta kebutuhan pelanggan yang dapat
diorganisir untuk dapat memanfaatkan jasa penyedotan kakus
• Memiliki sarana dan prasarana IPLT yang mendukung pengolahan limbah
tinja secara optimal.
Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik 1. Koordinasi dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monev belum
optimal dan masih menemui beberapa kendala.
2. Masalah utama:
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 15
• Belum efektifnya pola sosialisasi pedoman pengelolaan air limbah
domestic di lingkungan SKPD maupun masyarakat, sehingga masih
terdapat perbedaan persepsi antar SKPD tentang cara pengelolaan air
limbah domestic, dan belum terbangunnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat secara optimal.
• Masih terdapat kelemahan yang dirasakan oleh personil-personil KLH
dan Diskimtaru untuk dapat melakukan advokasi tentang cara yang
benar dan arti penting pengelolaan air limbah domestic pada berbagai
pihak.
Permasalahan air limbah rumah domestik di Kota Tegal adalah sebagai berikut : 1. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, di
beberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak
tertata atau dikelola dengan benar.
2. Kerusakan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) yang terletak di
Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.
Gambar 2.3. Foto kondisi pengelolaan air Limbah di Kota Tegal
B. Sub Sektor Persampahan Gambaran Umum: Lembaga utama yang menangani sub-sektor persampahan adalah Seksi
Persampahan dan UPTD Pengelolaan Sampah pada Diskimtaru Kota
Tegal.
Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah belum
optimal.
Gambaran Fungsi Pengelolan Sub-sektor Persampahan : Fungsi pengelolaan persampahan yang belum ditangani oleh seluruh
pihak adalah:
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 16
1. Penyediaan sarana daur ulang sampah
2. Pengelolaan daur ulang sampah
3. Monitoring dan evaluasi terhadap dampak praktik pengelolaan sampah
yang berjalan di Kota Tegal.
Gambaran Kebijakan Pengelolaan Sampah:
• Kebijakan Pemerintah Kota Tegal yang diarahkan untuk pengelolaan
sampah adalah Perda No. 26 tahun 1981 tentang Penyelenggaraan
Kebersihan Kota dan Pengumpulan serta Pembuangan Sampah-Sampah /
Kotoran-Kotoran, yang telah diubah terakhir kali melalui Perda No. 6 tahun
1995. Perda Penyelenggaraan Kebersihan yang berlaku saat ini sudah
memuat sejumlah point positif yang memungkinkan terjadinya kerjasama
yang efektif antara Dinas Permukiman dan Tata Ruang (Diskimtaru)
sebagai lembaga penanggungjawab layanan persampahan dengan
Kelurahan. Namun demikian pola pengelolaan sampah yang tertuang di
dalamnya belum selaras dengan ketentuan pengelolaan sampah yang
diatur dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
• Saat ini sudah terdapat kebijakan lain yang mewajibkan penyediaan sarana
penampungan dan pengelolaan sampah di rumah tinggal, yaitu Perda No.
11 tahun 1987 tentang Bangunan yang mewajibkan penyediaan sarana
pengolahan sampah di setiap bangunan termasuk rumah tinggal.
• Kondisi penegakkan hukum / aturan masih belum optimal.
Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Persampahan Cakupan Layanan UPTD Pengolahan Sampah saat ini baru sebesar 60%
atau baru melayani 147.836 jiwa penduduk Kota Tegal. Saat ini Diskimtaru
dan UPTD Pengolahan Sampah masih menghadapi masalah terkait :
• Sarana dan prasarana pengolahan sampah yang sudah dalam kondisi
tidak memadai, terutama TPA.
• Belum efektifnya pola pemungutan retribusi sampah yang berjalan selama
ini.
Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Sampah 1. Koordinasi antar SKPD, dan juga antara SKPD dengan masyarakat dan
swasta dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monev
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 17
pengelolaan sampah belum optimal dan masih menemui beberapa
kendala.
2. Masalah utama:
• Belum terbentuknya pemahaman yang baik tentang potensi masalah
lingkungan yang besar bagi Kota Tegal sebagai akibat dari over
kapasitas TPA Muarareja dan habisnya masa sewa TPA pada tahun
2010.
• Belum optimalnya sosialisasi tentang hasil monitoring dan evaluasi
terhadap praktik pengelolaan lingkungan di Kota Tegal terkait hal
pengelolaan sampah yang sudah dijalankan selama ini.
• Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal untuk
turut serta mengusulkan rencana program pengelolaan sampah dalam
daftar usulan kegiatan prioritas yang dihasilkan pada proses
musrenbang kelurahan dan kecamatan.
Permasalahan persampahan di tingkat masyarakat 1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang
2. Prilaku masyarakat Kota Tegal membuang sampah di sungai atau badan
saluran masih banyak terlihat
3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah
4. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan
persampahan
5. Pada saat ini rumah tangga yang berasal dari permukiman yang berada
diluar jalan protokol belum ditangani secara baik, dan masih ditangani
secara individual.
Permasalahan persampahan di tingkat pemerintah 1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk data base
persampahan
2. Pihak Pemerintah Kota Tegal melalui Dinas Permukiman dan Tata Ruang
Kota Tegal mengalami kesulitan menempatkan TPS (baik permanen
maupun kontainer)
3. Status lahan TPA yang masih sewa dengan masa akhir pemakaian Tahun
2010
4. Pemerintah Kota Tegal belum memiliki TPA sanitary landfil
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 18
Permasalahan persampahan ditingkat swasta Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat
dijual kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut.
Gambar 2.4. Pengelolaan Persampahan di Kota Tegal
C. Sub Sektor Drainase Lingkungan Gambaran Umum: Lembaga utama yang menangani sub-sektor drainase lingkungan adalah
Seksi Penataan dan Pengembangan Lingkungan (Dinas Pekerjaan Umum
Kota Tegal).
Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan drainase lingkungan
belum optimal.
Belum adanya Perda yang mengatur pengelolaan drainase lingkungan
Gambaran Fungsi Pengelolan Sub-sektor Drainase Lingkungan : Fungsi pengelolaan drainase lingkungan yang belum ditangani oleh
seluruh pihak adalah:
1. Monitoring dan evaluasi integrasi system drainase lingkungan
2. Monitoring dan evaluasi terhadap dampak dari praktik pengelolaan
drainase lingkungan yang berjalan di Kota Tegal.
Gambaran Kebijakan Pengelolaan Drainase Lingkungan:
• Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kota Tegal yang diarahkan untuk
menegaskan kewajiban masyarakat dalam hal pengelolaan drainase
lingkungan.
• Saat ini sudah terdapat kebijakan lain yang mewajibkan masyarakat pemilik
bangunan termasuk rumah tinggal untuk menyediakan saluran drainase di
pekarangan sebagai media untuk menyalurkan air hujan, yaitu Perda No.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 19
11 tahun 1987 tentang Bangunan Kotamadya Tegal pasal 191. (Cat: perlu
revisi Perda Bangunan)
• Kondisi penegakkan hukum / aturan masih belum optimal.
Permasalahan drainase lingkungan Kota Tegal adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan data dari DPU Kota Tegal Tahun 2007 baru hampir seluruh
penduduk Kota Tegal sudah dilayani oleh sarana drainase lingkungan
tetapi sebagian besar sudah rusak dan belum berfungsi secara optimal.
2. Terjadinya genangan pada saat musim penghujan potensi di Kota Tegal
mencapai 646 ha dan Kecamatan Margadana menempati posisi tertinggi
dalam luas genangan mencapai 440 ha, karena wilayahnya berada di
bawah tanggul.
Tabel 2.6 Lokasi Potensi Genangan
No Lokasi genangan Tinggi Luas (Ha)
Lama genangan/
Tahun
Frekuensi genangan/
tahun 1 Kec. Tegal Timur 0,2 – 0,4 66 48 5 2 Kec. Tegal Barat 0,2 – 0,6 90 72 5 3 Kec. Tegal Selatan 0,2 – 0,5 50 48 5 4 Kec. Margadana 0,2 – 1,5 440 72 5
Sumber : RPIJM Kota Tegal tahun 2008
3. Di alur drainase lingkungan Kota Tegal terjadi sedimentasi oleh lumpur
4. Di beberapa saluran (drainase lingkungan) di Kota Tegal difungsikan
sebagai tempat pembuangan sampah sehingga akan menghambat laju alir
air (debit air)
5. Pemeliharaan saluran/drainase lingkungan yang terbatas
6. Beberapa bangunan sipil talud saluran (drainase lingkungan) di Kota Tegal
mengalami kerusakan (longsor)
7. Dimensi saluran/drainase lingkungan yang kurang sesuai dengan kondisi
lapangan
8. Masih mempergunakan saluran irigasi sebagai drainase lingkungan kota.
Gambar 2.5. Kondisi Drainase Lingkungan di Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 20
D. Sektor Air Bersih.
Gambaran Umum: Lembaga utama yang menangani sektor air bersih adalah PDAM Kota Tegal
dan Bidang Cipta Karya pada Dinas Pekerjaan Umum bertanggungjawab
untuk memberikan fasilitasi penyediaan air bersih bagi masyarakat miskin dan
daerah rawan air.
Permasalahan air bersih Kota Tegal di tingkat masyarakat 1. Besarnya angka pertumbuhan penduduk Kota Tegal mengakibatkan harus
mencari alternatif baru sumber air baku.
2. Beberapa masyarakat di Kota Tegal yang belum terakses oleh layanan air
bersih, contohnya Kecamatan Margadana dan Kecamatan Tegal Timur
belum seluruhnya terlayani jaringan perpipaan Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM).
3. Faktor ekonomi masyarakat yang rendah/terbatas menjadi alasan
masyarakat tersebut untuk tidak melakukan pemasangan jaringan air
bersih dari PDAM.
4. Banyak masyarakat berpendapat bahwa kualitas air PDAM kurang bagus,
sehingga masyarakat lebih mengandalkan sumber sumur dalam untuk
memperoleh sumber air bersih.
Permasalahan air bersih ditingkat PDAM 1. Debit air dari suplay PDAM sangat kecil, sehingga tidak mencukupi
kebutuhan air bersih masyarakat di Kota Tegal
2. Kehilangan air sebesar 43% yang dikarenakan adanya sambungan
liar/pencurian air, water meter rusak/tidak berfungsi, pencatatan meter air
yang tidak akurat.
3. Kurangnya jam kerja operasional, hal ini disebabkan oleh kurangnya
tekanan air pada sistem transmisi dan distribusi
4. Kinerja dan umur sistem distribusi kurang efesien.
Usulan dan prioritas program Sektor Air Bersih adalah sebagai berikut: 1. Optimalisasi sistem prasarana dan sarana air bersih, yang meliputi
optimalisasi jaringan pipa transmisi, produksi dan distribusi serta
bangunan-bangunan penunjang seperti reservoir dan lain-lain.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 21
2. Mengurangi kebocoran/kehilangan air menuju ke tingkat 35%.
3. Menambah kapasitas/supply air baku dengan melakukan studi tentang air
bawah tanah maupun air permukaan.
4. Mengembangkan cakupan pelayanan dengan menambah sarana dan
prasarana air bersih.
5. Pemberdayaan masyarakat melalui program penyediaan air bersih
berbasis masyarakat
6. Progam penguatan manajemen PDAM untuk mencari beberapa alternatif
pemecahan masalah yang terjadi di dalam PDAM baik aspek Teknis,
Keuangan, administrasi dan Manajemen.
2.2 VISI DAN MISI SANITASI KOTA TEGAL
Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi
pengembangan sanitasi Kota Tegal dalam rangka mencapai visi misi kota.
Sandingan visi, misi Kota dan visi misi sanitasi dapat dilihat dalam table berikut.
Visi misi Kota Tegal Visi misi Sanitasi Visi
Terwujudnya masyarakat yang bermoral, berbudaya, dan berdaya saing untuk memperkuat Kota Tegal sebagai pusat perdagangan, jasa, industry dan maritime menuju masyarakat yang partisipatif dan sejahtera.
Misi 1. Meningkatkan sisitem manajemen pendidikan yang
berorientasi pada peningkatan mutu, kreatif, inovatif yang bertumpu pada nilai-nilai agama serta budaya sebagai sumber inspirasi dan motivasi.
2. Meningkatakan derajat kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkauoleh segenap lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan kualitas dan integritas SDM aparatur dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance).
4. Meningkatkan ketentraman, ketertiban, dan menegakkan supremasi hukum.
5. Meningkatkan peran aktif dan menggalang semangat kebersamaan serta harmoniasasi seluruh komponen pelaku pembangunan.
6. Meningkatkan komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap pengurangan kemiskinan dan pengangguran.
7. Meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi dan penciptaan peluang usaha guna mendorong tumbuhnya usaha baru.
8. Meningkatkan kapasitas manajemen dan akses permodalan bagi pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi.
9. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana umum daerah serta mengembangkan citra kota yang berwawasan lingkungan.
VisiTerwujudnya Lingkungan Sehat Kota Tegal Melalui Pembangunan Sanitasi Yang Partisipatif Menuju Masyarakat Sejahtera.
Misi 1. Meningkatkan kualitas lingkungan melalui
pembangunan sarana prasarana air bersih, air limbah, drainase dan persampahan
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui penjaringan aspirasi, pemberdayaan, kesetaraan gender dan kebersamaan dalam pembangunan sanitasi
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan publik sektor sanitasi dan membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 22
Visi misi Kota Tegal Visi misi Sanitasi 10. Meningkatkan infrastruktur jasa pelayanan perikanan
kelautan sesuai kewenangan pemerintah kota serta mengoptimalkan pemanfaatan potensi bahari (maritime) dalam mendukung perkembangan perekonomian daerah. 2.3 KEBIJAKAN UMUM DAN ARAH STRATEGI SANITASI KOTA TAHUN
2010-2014.
Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Tegal Tahun 2010-2014 maka arah kebijakan umum dan strategi
pembangunan sektor sanitasi mengacu kepada arah kebijakan umum dan
strategi pembangunan kota Tegal sebagai berikut:
2.3.1 Kebijakan Umum terkait pembangunan sektor sanitasi
a. Bidang Sosial Budaya 1. Kebijakan dalam urusan pendidikan diarahkan pada meningkatkan
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan sanitasi
2. Kebijakan dalam urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan upaya
lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat,
3. Kebijakan dalam urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan
kapasitas sistem, organisasi dan individu dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat Kota Tegal
4. Kebijakan dalam urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5. Kebijakan dalam urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, sehingga
masyarakat mampu dapat mensubsidi masyarakat yang kurang mampu
6. Kebijakan dalam urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
diarahkan pada meningkatkan pengarusutamaan gender (PUG) dalam
pembangunan sanitasi
7. Kebijakan dalam urusan pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan
diarahkan pada memfasilitasi pengembangan masyarakat dan lembaga
kelurahan dalam melaksanakan pembangunan sanitasi
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 23
b. Bidang Ekonomi 1. Kebijakan dalam urusan penanaman modal diarahkan pada meningkatkan
dukungan dari sisi SDM maupun infrastruktur sanitasi
2. Kebijakan dalam urusan penanaman modal diarahkan pada meningkatkan
promosi potensi dan peluang investasi di sektor sanitasi
c. Bidang Tata Ruang, Sarana dan Prasarana 1. Kebijakan dalam urusan penataan ruang diarahkan pada meningkatkan
keterlibatan para pelaksana pembangunan dalam rencana pemanfaatan
tata ruang sebagai dasar pelaksanaan pembangunan sanitasi
d. Bidang Perumahan 1. Kebijakan dalam urusan perumahan diarahkan pada meningkatkan
penataan lingkungan kawasan kumuh perumahan Kota Tegal
e. Bidang Pekerjaan Umum 1. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada mewujudkan
keterpaduan perencanaan pembangunan saluran drainase kota dengan
perencanaan penataan ruang kota
2. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan
dan memperhatikan relevansi kondisi kontur dalam perencanaan saluran
drainase/gorong yang masih kurang diperhatikan
3. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan
kapasitas dan kualitas pelayanan saluran drainase/gorong-gorong
perkotaan dengan meningkatkan ketegasan sanksi dalam mengoptimalkan
fungsi saluran drainase
4. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan
kualitas dan kuantitas saluran drainase perkotaan di wilayah Kota Tegal
5. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada mewujudkan
sistem jaringan dan manajemen pengolahan air baku secara terpadu
6. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam pembangunan prasarana air minum
7. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan
kuantitas dan kualitas sarana sanitasi kota melalui rencana induk sistem
sanitasi Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 24
8. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam pembangunan sarana pengelolaan air
limbah dalam skala komunitas
9. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan
kapasitas air minum.
f. Bidang Komunikasi dan Informatika
1. Kebijakan dalam urusan komunikasi dan informatika diarahkan pada
meningkatkan kerjasama pemerintah daerah dengan mass media dalam
rangka penyebarluasan informasi pembangunan sanitasi.
2.3.2 Arah Strategi terkait pembangunan sektor sanitasi
a. Strategi Bidang Sosial Budaya 1. Meningkatkan mutu pelayanan sanitasi dan pemberdayaan masyarakat
2. Memanfaatkan peluang pendanaan anggaran sanitasi dari Pemerintah
Pusat dan Provinsi maupun dari banyak pihak yang peduli
3. Membebaskan biaya pelayanan sanitasi bagi masyarakat tidak
mampu/miskin
b. Strategi Ekonomi 1. Memfasilitasi iklim kondusif untuk investasi sektor sanitasi
c. Strategi Sarana dan Prasarana 1. Memelihara kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan
publik
2. Mengoptimalkan potensi hubungan kerjasama antar daerah dalam
memanfaatkan sumber daya alam untuk peningkatan pelayanan publik.
2.3.3 Tujuan, Sasaran Sanitasi dan Arahan Pentahapan Pencapaian Sektor Sanitasi.
Tujuan umum pembangunan sektor sanitasi Kota Tegal tahun 2009 –
2014 adalah untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Sanitasi Kota yang juga
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan arah dan tujuan
pembangunan Kota Tegal sebagaimana tertuang dalam dokumen RPJMD Kota
tegal.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 25
a. Tujuan Sektor Sanitasi 1. Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kota Tegal melalui
pengelolaan sanitasi kota yang berwawasan lingkungan.
2. Meningkatkan cakupan dan kualitas layanan air bersih untuk mendukung
pengelolaan sanitasi kota yang berwawasan lingkungan.
3. Mengefektifkan pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
b. Sasaran Sektor Sanitasi 1. Tersedianya perencanaan pengelolaan sektor sanitasi skala kota yang
terintegrasi dan berkelanjutan.
2. Meningkatnya cakupan layanan sektor sanitasi melalui peningkatan
sarana prasarana sanitasi yang memadai.
3. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sektor sanitasi
yang mandiri dan berkelanjutan.
4. Meningkatnya akses masyarakat terhadap layanan air bersih melalui
peningkatan suplai dan sarana prasarana air bersih.
5. Meningkatnya peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan kota
dalam peningkatan efektivitas pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.
6. Terciptanya situasi yang kondusif untuk koordinasi dan integrasi kegiatan
pembangunan sanitasi di Kota Tegal.
c. Arahan pentahapan pencapaian sektor sanitasi Arahan pentahapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun
berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan
mempertimbangkan:
I. Arah pengembangan kota yang merupakan perwujudan dari visi dan
misi Kota Tegal dalam jangka panjang
II. Kepadatan penduduk Kota Tegal
III. Kawasan beresiko sanitasi
IV. Kondisi fisik wilayah (topografi dan struktur tanah)
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 26
1. Sub sektor Air limbah Domestik
Seiring berkembangnya Kota Tegal menjadi kota Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Provinsi Jawa Tengah
dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada
meningkatnya volume pencemar khususnya yang berasal dari buangan
domestik, baik air limbah cucian dan kamar madi (grey water) dan limbah WC
(black water). Sehingga baik dalam jangka pendek atau menengah maupun
jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah yang terpadu dalam
mendukung pembangunan sanitasi di Kota Tegal.
Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas
pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site)
secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas
tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau
perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development
(CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.
Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang
menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan
pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana
zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan
pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kota Tegal, yang
ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system).
Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
• Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang
dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan system setempat (on site)
dengan skala rumah tangga (household based). Tahapan penanganannya
dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini
mencakup 18 Kelurahan yang tersebar hampir diseluruh Kecataman di Kota
Tegal. Dalam peta diberi warna biru muda.
• Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat
diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena
merupakan daerah pada penduduk maka pemilihan system nya adalah
system setempat dengan pendekatan komunal (tidak berbasis rumah
tangga). Zona ini mencakup 4 kelurahan; Debong Tengah, Slerok,
Panggung dan Randu Gunting. Dalam peta diberi warna biru tua.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 27
• Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena
merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business
District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan system terpusat (off site)
dalam jangka menengah. Zona ini mencakup 4 kelurahan; Pekauman,
Tegalsari, Mangkukusuman, Kraton. Dalam peta diberi warna merah hati.
• Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena
merupakan kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang
menguntungkan. Dalam jangka panjang harus diatasi dengan pilihan system
terpusat (off site). Zona ini mencakup Kelurahan Mintaragen. Dalam peta
diberi warna kuning.
Gambar 2.7. Peta Wilayah Prioritas Pengembangan Pengelolaan Air
Limbah Kota Tegal berdasarkan Data Penduduk tahun 2008
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 28
2. Sub sektor Persampahan
Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun
(SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi.
Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan
persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD,
permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari
penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kota Tegal terdapat
3 (tiga) zona yang dapat diilustrasikan sebagai berikut:
• Zona 1, merupakan area yang harus terlayani dengan system tidak langsung
yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke
Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Minimal 70% cakupan layanan harus
diatasi dalam jangka menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat 15 kelurahan
dalam zona ini. Dalam peta diberi warna biru muda.
• Zona 2, merupakan area yang harus terlayani penuh 100% (full coverage)
dalam jangka waktu menengah dengan system layanan langsung dari
sumber ke TPA. Terdapat 3 (tiga) kelurahan dalam zona ini; Debong
Tengah, Debong Kidul dan Kejambon. Dalam peta diberi warna biru tua.
• Zona 3, merupakan area padat dan kawasan bisnis (Central Business
District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan system langsung ke TPA
dalam jangka waktu pendek. Zona ini mencakup 9 kelurahan; Pekauman,
Bandung, Tegalsari, Mintaragen, Slerok, Mangkukusuman, Panggung,
Kraton, Randugunting. Dalam peta diberi warna merah hati.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 29
Gambar 2.8 Peta Wilayah Prioritas Pengembangan Pengelolaan Persampahan Kota Tegal berdasarkan Data Penduduk Tahun 2008
3. Sub sektor Drainase Lingkungan Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang
sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan, maka
disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini
disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu
kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun
permukiman), daerah genangan air hujan, serta tingkat resiko kesehatan.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 30
Perencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut:
• Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang
dapat diatasi dalam jangka panjang mencakup 15 kelurahan yang tersebar
hampir diseluruh Kecataman di Kota Tegal. Dalam peta diberi warna kuning
muda.
• Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat
diatasi dalam jangka menengah dan panjang mencakup 2 kelurahan;
Debong Kidul dan Kejambon. Dalam peta diberi warna biru hijau.
• Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena
merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business
District/CBD) yang harus diatasi dalam jangka menengah, mencakup 4
kelurahan; Debong Tengah, Slerok, Panggung, Randugunting. Dalam peta
diberi warna biru.
• Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena
merupakan kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang
menguntungkan. Dalam jangka pendek harus diatasi. Zona ini mencakup 6
kelurahan; Muarareja, Pekauman, Tegalsari, Mintaragen, Mangkukusuman,
Kraton. Dalam peta diberi warna merah.
Gambar 2.9 Peta Wilayah Prioritas Pengembangan Pengelolaan Drainase Lingkungan Kota Tegal berdasarkan Data Penduduk Tahun 2008
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 31
4. Sektor Air Bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih di Kota Tegal dilakukan oleh
PDAM Kota Tegal sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang dituntut
meningkatkan pelayanan air bersih untuk masyarakat. Cakupan layanan PDAM
hingga saat ini baru mencapai 30%. Dalam jangka panjang direncanakan seluruh
masyarakat kota Tegal akan mendapatkan pelayanan PDAM baik dari aspek
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air yang lebih baik.
Sumber air bersih yang dominan lainnya di Kota Tegal adalah dengan
memanfaatkan sumur dalam (ABT) yang saat ini berjumlah 19 sumur dalam yang
dikelola oleh kelompok swadaya masyarakat.
Untuk mencapai sasaran tersebut PDAM Kota Tegal tengah berupaya
menambah sumber air baku dimana lokasi sumber air berada di Kabupeten
Tegal. Selanjutnya wilayah prioritas pengembangan air bersih disusun
berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya tata guna lahan, kepadatan
penduduk, kualitas air dan kemampuan membayar masyarakat. Hasil
penyusunan prioritas ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
• Zona 1, merupakan area yang perlu penanganan jangka pendek dan
segera, mencakup 7 kelurahan; Muarareja, Pesurungan Lor, Pekauman,
Tegalsari, Mintaragen, Mangkukusuman, Kraton. Dalam peta diberi warna
merah.
• Zona 2, merupakan area yang perlu penanganan jangka menengah dan
panjang, meliputi 20 kelurahan. Dalam peta diberi warna biru.
Strategi Sanitasi Kota Tegal II - 32
Gambar 2.10 Peta Wilayah Prioritas Pengembangan Air Bersih Kota Tegal berdasarkan Data Penduduk Tahun 2008
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 1
BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA
Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan
Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian
Visi dan Misi Sanitasi kota. Kota Tegal merumuskan strategi layanan sanitas
didasarkan pada isu-isu utama/strategis yang dihadapi pada saat ini. Paparan isu
strategis dan tantangan layanan sanitasi kota ini mencakup isu strategis aspek
non teknis yang terdiri dari aspek; kebijakan daerah dan kelembagaan,
keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, pemberdayaan masyarakat,
aspek jender dan kemiskinan, serta aspek monitoring dan evaluasi. Sedangkan
paparan isu strategis aspek teknis terdiri dari; sub sektor air limbah domestik, sub
sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan, sektor air bersih dan aspek
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
3.1 Isu Strategis Aspek Non Teknis Isu strategis aspek non teknis yang dimaksudkan dalam bagian ini
merupakan isu strategis pada tataran sektor sanitasi, sedangkan isu strategis
aspek non teknis yang terkait langsung dengan setiap sub sektor sanitasi akan
dipaparkan dalam sub bab isu strategis aspek teknis.
3.1.1 Kebijakan Daerah dan Kelembagaan
Dalam aspek kebijakan daerah dan kelembagaan, isu strategis yang
menjadi dasar pertimbangan adalah:
1. Tingkat Sistem Adanya substansi Perda No. 11 tahun 1987 tentang Bangunan yang
mendukung penyediaan sarana dan prasarana sanitasi yang baik dan
sehat secara mandiri oleh masyarakat Kota Tegal.
Adanya rintisan program koordinatif penyediaan sarana dan prasarana
sanitasi yang pro-poor dengan adanya pencanangan program Tegal Sehat
mulai 2010 dalam GERBANGMAS Kota Bahari.
Adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sudah memuat
kebijakan Pemerintah Kota Tegal dalam pembangunan sanitasi.
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 2
Pemerintah Kota telah mulai memisahkan fungsi regulator dan operator
untuk pengelolaan sanitasi, yang ditujukan untuk mengoptimalkan layanan
sanitasi bagi masyarakat Kota Tegal.
Saat ini Pemerintah Kota belum memiliki kebijakan dasar yang memuat
substansi yang tegas untuk mengarahkan pola tindak seluruh pihak baik
Pemerintah, masyarakat maupun swasta dalam pembangunan dan
pengelolaan sanitasi di Kota Tegal.
Sistem penegakan aturan yang terkait dengan pengelolaan sanitasi, air
bersih dan pengembangan prilaku hidup bersih dan sehat yang dijalankan
saat ini masih kurang optimal.
Saat ini Pemerintah Kota belum memiliki desain pola kerjasama yang
spesifik akan dijalankan dengan Pemerintah Kota / Kabupaten lain dan
Pihak Ketiga dalam pengelolaan layanan sanitasi di Kota Tegal.
2. Tingkat Organisasi Keberadaan organisasi Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Tegal dapat
dijadikan sebagai motor penggerak untuk membantu SKPD-SKPD
Pemerintah Kota dalam mendorong kinerja pengelolaan sanitasi, air bersih
dan pengembangan prilaku hidup bersih dan sehat di Kota Tegal.
Keberadaan Pokja AMPL Provinsi Jawa Tengah, Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi, dan Pokja AMPL Pusat yang mendukung upaya
pembangunan sanitasi, air bersih, dan pengembangan prilaku hidup bersih
dan sehat di Kota Tegal.
Keterbatasan eselon KLH telah menjadi kendala untuk menjalankan proses
strategis pengkoordinasian kegiatan pengelolaan sanitasi yang memenuhi
kaidah pengelolaan lingkungan secara lebih efektif dan efisien.
Pendistribusian tugas terkait sanitasi pada organisasi operator saat ini
masih kurang jelas.
Mekanisme dan prosedur layanan sanitasi yang diterapkan oleh masing-
masing SKPD penanggungjawab layanan sanitasi di Kota Tegal saat ini
belum berada dalam kondisi yang optimal untuk mendukung penyediaan
layanan sanitasi yang efektif dan efisien.
3. Tingkat Individu SKPD-SKPD penanggungjawab layanan pengelolaan sanitasi di Kota
Tegal saat ini masih berhadapan dengan masalah keterbatasan personil
yang memiliki pengetahuan, dan keterampilan teknis yang mendukung
optimalitas pengelolaan sarana dan prasarana serta layanan.
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 3
Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Tegal saat ini masih berhadapan
dengan masalah keterbatasan pengetahuan dan keterampilan tentang
teknik pengelolaan sanitasi. Hal ini menjadi kendala bagi Pokja untuk dapat
menjalankan tugas dan fungsi koordinasi yang terkait dengan hal teknis
pengelolaan sanitasi.
3.1.2 Keuangan Ada peluang pendanaan dari APBN berupa DAK sanitasi, belanja instansi
vertikal (K/L), dan APBD Propinsi berupa dana bantuan keuangan dan
dana vertikal/ satker propinsi untuk pembangunan sanitasi.
Kemampuan APBD kota dalam membiayai pembangunan sanitasi belum
optimal dan belum efektif.
Kurangnya pemahaman tentang aspek sanitasi dari anggota Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan Panitia Anggaran DPRD.
Belum masuknya aspek sanitasi kedalam dokumen perencanaan kota
(KUA, PPAS, RKA).
3.1.3 Komunikasi
Ada peluang untuk memanfaatkan lebih banyak ragam media untuk
sosialisasi pentingnya Sanitasi.
Adanya media massa milik Pemda (Sebayu FM) dan majalah (Warta
Bahari) yang bisa digunakan untuk promosi.
Advokasi isu sanitasi harus terintegrasi dan tidak dilakukan secara
parsial/sektoral dan tidak terpadu untuk suatu target keluaran (output) yang
terukur dalam perencanaan jangka waktu tertentu oleh komunikator (pelaku
komunikasi).
Kejelasan mekanisme untuk kualitas pengemasan pesan kunci, materi dan
perangkat (tools) yang dibutuhkan untuk kelompok sasaran advokasi
(DPRD, SKPD, Panitia Anggaran, Program/Donor) belum optimal.
Belum optimalnya perluasan jaringan, aliansi dan kemitraan dari berbagai
kelompok sasaran (media massa, sekolah, universitas, jaringan
keagamaan, posyandu) bagi percepatan pembangunan sanitasi skala kota.
Belum disadarinya posisi penting Pokja Sanitasi Kota Tegal oleh berbagai
program, proyek, donor, institusi bahwa Pokja merupakan payung
perencanaan dan koordinasi pembangunan sanitasi.
Belum terbangun sistem informasi sanitasi kota untuk pemangku
kepentingan (stakeholders) seperti pertemuan berkala bagi lembaga-
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 4
lembaga dan stakeholders penting yang berpotensi sebagai pemicu dan
focal point dalam mendukung percepatan pembangunan sanitasi.
Berbagai saluran dan sumber dana untuk kegiatan komunikasi selama ini
masih berjalan secara sektoral dan belum terintegrasi dalam pesan sanitasi
yang efektif dan akurat.
Ketrampilan personil yang belum optimal dalam menjaga kualitas
pengemasan isu dalam materi-materi dan perangkat komunikasi kreatif.
3.1.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis
Dalam aspek keterlibatan pelaku bisnis, isu strategis yang menjadi
dasar pertimbangan adalah:
Sudah ada beberapa pelaku bisnis yang terlibat dalam layanan sanitasi di
Kota seperti para pengepul dan pengolah sampah, pengusaha daur ulang
sampah, dan usaha sedot kakus/wc. Hal ini merupakan peluang yang bisa
dikembangkan lebih lanjut baik dalam bentuk kemitraan antara pemerintah
dan swsata maupun yang dikelola penuh oleh pihak swasta.
Sudah ada inisiatif usaha masyarakat untuk pemasaran hasil daur ulang
sampah walaupun masih terbatas. Khususnya pemasaran hasil composting
masih dalam skala lokal dan belum dapat dipasarkan secara masal. Inisiatif
beberapa usaha kecil sudah ada dan perlu penguatan untuk
pengembangan ke depan.
Adanya keterbatasan lahan dalam promosi investasi investasi dalam sektor
sanitasi yang bisa dikalola secara bisnis (full cost recovery) sehingga masih
diperlukan penguatan kemitraan untuk meraih peluang investasi swasta di
bidang sanitasi.
Sudah ada program Corporate Social Responsibility (CSR) dari beberapa
perusahaan di Kota Tegal namun belum terkoordinasi dengan baik
khususnya dalam sektor sanitasi.
3.1.5 Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan Dalam aspek pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan,
isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan adalah:
Dukungan lembaga formal dan informal di masyarakat (PKK, Kelurahan,
kecamatan, Posyandu, Puskesmas, RT/RW, Pengajian/Yassinan), Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, sudah ada sebagai sarana sosialisasi program
dan pengelolaan sanitasi.
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 5
Masyarakat sudah berkontribusi/swadaya dalam bentuk In-kind dan In-cash
dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi (air limbah, persampahan,
drainase lingkungan).
Perempuan diberi kesempatan untuk menyampaikan usulan dan
mengambil keputusan dalam pengadaan sarana sanitasi di rumah tangga.
Sudah ada pembagian tugas dan tukar peran antara laki-laki dan
perempuan untuk berbagai jenis kegiatan rumah tangga.
Dukungan SKPD terkait sanitasi cukup tinggi terhadap pembangunan
sanitasi kota dalam bentuk dana operasional, program, perangkat kerja, dll
Sosialisasi pada masyarakat tentang pengelolaan sarana sanitasi belum
memadai
Belum efektifnya lembaga lokal dalam pengelolaan sarana sanitasi.
3.1.6. Aspek Monitoring dan Evaluasi
Belum ada mekanisme pemantauan berkala dan evaluasi untuk mengukur
keberhasilan kegiatan komunikasi sanitasi di tingkat individu dan
masyarakat.
Kualitas individu dalam penyelenggaraan sekaligus pemantauan indikator
keberhasilan upaya advokasi bagi setiap isu/permasalahan sub sektor
serta berbagai aspek pendukung pembangunan sanitasi perlu peningkatan.
Belum adanya kebijakan yang menegaskan hak dan kewajiban, peran
dalam monitoring dan evaluasi program-program sanitasi secara terpadu
dan terintegrasi.
3.2 Aspek Teknis dan PHBS
Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa isu strategis aspek teknis ini tidak
hanya memuat tentang isu teknis saja tetapi juga memaparkan tentang aspek
non teknis yang melekat dan terkait langsung dengan setiap sub sektor sanitasi
dan sektor air bersih.
3.2.1. Sub Sektor Air Limbah Domestik Isu-isu utama/strategis yang teridentifikasi dalam pengelolaan sub-
sektor Air Limbah di Kota Tegal terdiri dari isu teknis operasional maupun non
teknis. Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan air
limbah dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis adalah
masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 6
lain dalam pengelolaan air limbah. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan
air limbah di Kota Tegal adalah sebagai berikut:
1) Isu teknis operasional layanan pengelolaan air limbah domestik
Masyarakat Kota Tegal sebagian besar menggunakan tangki septik untuk
mengolah air limbah rumah tangga, namun sebagian besar fasilitas tangki
septiknya masih belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan.
Disamping itu, permintaan warga dalam pelayanan sedot tinja untuk
melakukan pengurasan tangki septik juga masih rendah. Padahal tangki
septik memerlukan pengurasan paling tidak sekali dalam 5 tahun.
Sebagian masyarakat Kota Tegal telah memperoleh layanan MCK Umum
maupun MCK plus (Sanimas) yang berbasis komunal, namun operasional
dan pemeliharaannya belum berjalan optimal.
Di daerah yang padat penduduk di wilayah Tegal Timur dan sebagian
Tegal Barat, jarak antar rumah/bangunan berdekatan, sehingga
menyulitkan masyarakat dalam mengatur jarak antara bidang resap
buangan efluen dari tangki septik dengan sumur gali sesuai standar teknis.
Selain itu kondisi muka air tanah yang tinggi akibat genangan dan rob juga
menyulitkan dalam pembangunan tangki septik dan pembuangan
efluennya.
Masih rendahnya permintaan masyarakat atas jasa layanan pengurasan
limbah tinja dan pengolahan limbah industri perikanan menyebabkan
pemanfaatan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Muarareja dan
Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
tidak berjalan optimal, disamping masih kurang perhatiannya Pemerintah
Kota terhadap pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas tersebut.
Masih banyak masyarakat yang membuang black water dan grey water
secara langsung maupun terselubung ke saluran drainase dan badan air
tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Hal ini berarti pencemaran
akibat pembuangan air limbah yang tidak terkontrol telah menyebabkan
pencemaran air di badan air.
2) Isu kebijakan daerah dan kelembagaan
Adanya program bantuan penyediaan sarana pengolahan air limbah
domestik bagi kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (pro poor),
seperti terlihat dalam program pengadaan jamban keluarga bagi
masyarakat miskin.
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 7
Sudah adanya lembaga pelaksana teknis (operator) yaitu UPTD
Pengolahan Limbah Tinja di Diskimtaru, yang bertanggung jawab secara
khusus untuk memberikan layanan pengolahan limbah tinja di IPLT
Margadana.
Tersedianya Perda pendukung bagi penyediaan sarana dan kegiatan
pengelolaan air limbah domestik yaitu Perda No. 11 tahun 1987 tentang
Bangunan dan Perda No. 7 tahun 2003 tentang retribusi penyedotan
kakus. Namun substansinya belum menegaskan hak dan kewajiban serta
pola tindak yang perlu dilakukan oleh berbagai pihak dalam pengelolaan air
limbah domestik yang memenuhi kaidah pengelolaan lingkungan secara
baik. Selain itu penegakkan aturan tersebut masih belum optimal.
Organisasi/lembaga pengelola layanan air limbah masih lemah dalam
melaksanakan fungsi operasi dan pemeliharaan karena keterbatasan
sumber daya manusia, anggaran serta sistem pengelolaan air limbah
domestik di Kota Tegal yang masih belum terintegrasi.
Sistem layanan pengelolaan air limbah belum dirancang untuk terintegrasi
antar SKPD, dan juga belum menetapkan dengan tegas pola kerjasama
dengan swasta yang akan dijalankan oleh Pemerintah Kota Tegal dalam
pengelolaan air limbah domestik skala kota.
3) Isu keuangan
Komitmen Pemkot Tegal terhadap pembangunan sub sektor air limbah
domestik makin meningkat dengan indikasi belanja publik dan trend alokasi
anggaran sub sektor air limbah meningkat dari tahun ke tahun.
Pendapatan kota Tegal (termasuk dari retribusi sedot kakus) meningkat
rata-rata 2,5% tiap tahun.
Pendapatan dari retribusi sanitasi persampahan dan sedot tinja masih bisa
dikembangkan, mengingat potensinya jauh melebihi realisasi yang ada
saat ini.
Tersedia sumber-sumber potensial pendanaan sanitasi alternatif
(pendanaan berbasis masyarakat), seperti misalnya BKK dan BKM/KSM
yang berpotensi memfasilitasi dalam mengakses pendanaan dan bahkan
menyediakan pendaanaan kepada masyarakat terkait pembangunan
sarana air limbah domestik sederhana.
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 8
4) Isu komunikasi
Sudah ada hasil Media Mapping yang handal dan mutakhir yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan program dan kegiatan
komuniasi terkait pembangunan sub sektor air limbah.
Rendahnya prioritas pembahasan regulasi pengelolaan air limbah domestik
di kalangan DPRD, SKPD dan Panitia Anggaran.
Lemahnya keterlibatan jaringan dan aliansi kemitraan yang telah terbina
selama ini dalam sosialisasi bersama akan akibat dari pencemaran limbah
cair.
Kurangnya keterlibatan dan kerjasama antar sesama lembaga dan
program yang terkait dalam pengelolaan air limbah domestik.
Lemahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya pencemaran air
limbah domestik.
Sosialisasi kurang efektif karena tidak menjangkau seluruh pemangku
kepentingan kunci (key stakeholder).
5) Isu keterlibatan pelaku bisnis
Telah tersedianya truk sedot dan angkut lumpur tinja oleh Pemkot dan
Swasta yang bisa dikembangkan lagi karena potensi pasar (pemakai tangki
septik yang aman) masih dapat dikembangkan.
Masih ada pihak swasta usaha sedot kakus yang membuang lumpur tinja
ke sungai dan mencemari lingkungan sehingga diperlukan pengaturan
yang jelas dan tegas.
6) Isu peran serta masyarakat
Operasional dan Maintenance MCK Umum dan MCK Plus (Sanimas)
belum optimal.
Masyarakat belum terbiasa untuk menjalankan pemeliharaan sarana
pengolahan air limbah domestik yang telah dibangun, ketergantungan
kepada pemerintah masih tinggi.
Masih ada 7,2% penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan (hasil studi
EHRA)
Pemanfaatan saluran drainase dan badan air untuk buangan air limbah
secara langsung maupun secara terselubung
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 9
3.2.2. Sub Sektor Persampahan Isu-isu utama/strategis yang teridentifikasi dalam pengelolaan sub-
sektor Persampahan di Kota Tegal terdiri dari isu teknis operasional maupun non
teknis. Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan
persampahan dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis
adalah masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-
aspek lain dalam pengelolaan persampahan. Adapun isu-isu strategis dalam
pengelolaan persampahan di Kota Tegal adalah sebagai berikut:
1) Isu teknis operasional layanan pengelolaan persampahan
Terbatasnya fasilitas pengumpulan sampah (TPS, Kontainer dan Transfer
depo) di lokasi-lokasi strategis akibat keterbatasan lahan penempatan
fasilitas tersebut. Hal tersebut juga disebabkan oleh adanya penolakan
dari warga masyarakat dalam penempatan fasilitas pengumpulan
sampah.
Keterbatasan armada pengangkutan serta lemahnya manajemen
pengangkutan sampah menyebabkan tertumpuknya sampah di TPS dan
kontainer yang menimbulkan polusi bau dan lingkungan di sekitar TPS
dan kontainer.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muarareja belum layak secara teknis,
karena masih menggunakan sistem open dumping. Selain itu, masa
pakai/sewa lahan TPA akan segera berakhir pada tahun 2010, sehingga
Pemerintah Kota Tegal harus segera mencari lokasi alternatif
penempatan TPA skala kota maupun regional sebelum masa pakai/sewa
TPA Muarareja berakhir.
Partisipasi masyarakat dalam pengumpulan sampah dari rumah tangga
ke TPS/kontainer sudah berjalan di beberapa kelurahan di wilayah Tegal
Timur, Tegal Barat dan sebagian Margadana. Program reduksi sampah
oleh masyarakat melalui komposting skala rumah tangga juga telah
dilakukan di beberapa kelurahan di wilayah Tegal Timur, Tegal Barat dan
sebagian Margadana melalui stimulan komposter (pilot project).
Belum dioperasikannya komposting skala kota di TPA Muarareja
menyebabkan program reduksi sampah melalui program 3R belum
berjalan optimal.
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 10
2) Isu kebijakan daerah dan kelembagaan
Telah mulai dilakukannya program pemicuan pengolahan kompos skala
rumah tangga di beberapa wilayah percontohan dalam rangka memicu
minat untuk mengurangi sampah di lingkungan rumah tangga (reducing).
Sudah adanya lembaga pelaksana teknis (operator) yaitu UPTD
Pengolahan Sampah di Diskimtaru, yang bertanggung jawab secara
khusus untuk memberikan layanan pengolahan sampah di TPA
Muarareja.
Perda No. 26 tahun 1981 jo Perda No. 6 tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kebersihan Kota dan Pengumpulan serta Pembuangan
Sampah-Sampah / Kotoran-Kotoran belum sepenuhnya sejalan dengan
upaya Pemerintah Kota Tegal untuk mendorong pengelolaan sampah
dengan prinsip 3R di Kota Tegal. Perda ini pun belum sepenuhnya
sejalan dengan arah pola pengelolaan sampah yang diatur dalam UU No.
18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Saat ini Pemerintah Kota Tegal masih mengalami kesulitan untuk
menemukan skema kelembagaan pengelolaan sampah regional yang
tepat dan realistis guna pemecahan masalah sampah Kota Tegal karena
habisnya masa kontrak TPA Muarareja.
3) Isu keuangan
Keterbatasan kemampuan pendanaan APBD kota Tegal mengakibatkan
anggaran yang dialokasiakan untuk pengelolaan persampahan terbatas
sehingga dalam penganggaran menganut sistem prioritas
Keterbatasan pendanaan disebabkan belum tercantumnya aspek sanitasi
belum sepenuhnya menjadi program prioritas dalam dokumen – dokumen
perencanaan kota yang ada
4) Isu komunikasi
Media yang digunakan untuk sosialisasi dan promosi persampahan
kurang menarik
5) Isu keterlibatan pelaku bisnis
Sudah ada beberapa usaha pengepul dan pengolah sampah yang cukup
potensial dalam mendukung program Reduce, Re-use dan Recycle (3 R)
yang diperkenalkan Pemerintah.
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 11
6) Isu peran serta masyarakat
Partisipasi warga dalam pengangkutan sampah dari rumah ke TPS sudah
cukup tinggi dan dilakukan secara swadaya.
Adanya upaya oleh masyarakat untuk mereduksi sampah skala rumah
tangga dengan cara komposting memalui pilot project (Tegal Timur dan
Tegal Barat)
3.2.3. Sub Sektor Drainase Lingkungan
Isu-isu utama/strategis yang teridentifikasi dalam pengelolaan sub-sektor
Drainase Lingkungan di Kota Tegal terdiri dari isu teknis operasional maupun non
teknis. Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan
drainase lingkungan dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non
teknis adalah masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan
aspek-aspek lain dalam pengelolaan drainase lingkungan. Adapun isu-isu
strategis dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kota Tegal adalah sebagai
berikut:
1) Isu teknis operasional layanan pengelolaan drainase lingkungan
Sistem drainase kota sebagian besar telah terbangun dengan
memanfaatkan sistem drainase makro Sungai Gung, Sungai Sibelis,
Sungai Kemiri dan Sungai Gangsa, namun belum melalui
perencanaan sistem drainase yang terintegrasi. Hal ini terbukti
dengan belum adanya Master Plan drainase Kota Tegal.
Kondisi topografi yang cenderung datar dan posisi Kota Tegal yang
berada di wilayah hilir memiliki resiko genangan dan banjir yang
tinggi.
Pembangunan dan Pemeliharaan sarana prasarana darinase
lingkungan belum berjalan optimal.
Frekuensi terjadinya rob yang tinggi yang berdampak pada
timbulnya genangan di area permukiman di wilayah utara Kota
Tegal belum mendapatkan penanganan yang komprehensif.
Pengembangan sistem polder di wilayah Margadana untuk
meminimalisir terjadinya banjir di wilayah Margadana dan Tegal
Barat. Sistem ini juga berpotensi untuk direplikasi dalam penangan
banjir/genangan akibat rob.
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 12
2) Isu kebijakan daerah dan kelembagaan
Adanya Program Stimulan Pembangunan Desa (PSPD) yang
merupakan program bantuan Pemerintah Kota bagi masyarakat di
wilayah miskin untuk memastikan ketersediaan sarana drainase
lingkungan dengan dimensi ± 0,4m yang dilaksanakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum.
Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kota yang menegaskan
tentang kewajiban masyarakat untuk membangun dan memelihara
sarana drainase lingkungan secara mandiri, dan memastikan integrasi
drainase lingkungan dengan drainase primer dan sekunder di Kota
Tegal.
3) Isu keuangan
Keterbatasan anggaran untuk sub sektor drainase sebagai akibat dari
sulitnya mengusulkan kegiatan dalam pembangunan dan pengelolaan
drainase lingkungan.
Kegiatan pembangunan drainase belum dikaitkan dengan kegiatan
lain sebagai suatu kesatuan dari kegiatan pembangunan jalan, dan
belum dikaitkan dengan aspek makro ekonomi. Dimana apabila
drainase kota baik akan membantu meningkatkan roda perekonomian
(biaya akibat banjir ditekan).
4) Isu komunikasi
Kurangnya kegiatan sosialisasi dan informasi tentang fungsi drainase
5) Isu peran serta masyarakat
Rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat dalam
pemeliharaan saluran drainase.
3.3.4. Sektor Air Bersih
Isu-isu utama/strategis yang teridentifikasi dalam pengelolaan Sektor Air
Bersih di Kota Tegal terdiri dari isu teknis operasional maupun non teknis.
Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan air bersih dan
ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan masalah non teknis adalah isu
operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek lain dalam
pengelolaan air bersih. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan air bersih di
Kota Tegal adalah sebagai berikut:
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 13
1) Isu teknis operasional layanan pengelolaan air bersih
• PDAM Kota Tegal telah dinilai sebagai perusahaan yang sehat.
• Kota Tegal terdapat 19 sumber air bersih dari sumur artetis yang bisa
dimanfaatkan (PU: 10 sumur, Bappermas: 9 sumur).
• Sudah ada kerjasama PDAM dan Dinkes tentang pengujian kualitas
air.
• Kondisi topografi kota Tegal memungkinkan pembangunan jaringan
perpipaan dengan sistem gravitasi.
• Suplai air baku untuk air bersih dengan debit sangat rendah sehingga
tidak menjangkau seluruh kawasan (cakupan layanan rendah).
• Terjadinya intrusi air laut dan penurunan kualitas air sumur dangkal.
• Sebagian besar sarana pengolahan air bersih sudah usang sehingga
terjadinya kebocoran air yang cukup tinggi.
• Belum efektifnya program/himbauan untuk hemat air.
• Kontrol untuk penggunaan/eksploitasi Air Bawah Tanah (ABT) belum
ada.
2) Isu kebijakan daerah dan kelembagaan
• Komitmen Pemda yang tinggi untuk penyediaan air bersih yang
ditunjukkan dari adanya program penyediaan air bersih untuk
masyarakat miskin di wilayah rawan air, dan upaya untuk memperkuat
kerjasama daerah dalam rangka pemastian penyediaan air baku.
Program bantuan penyediaan air bersih bagi masyarakat miskin di
wilayah rawan air saat ini telah berjalan cukup baik di Kota Tegal.
Program ini ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum dan dikelola oleh
organisasi kemasyarakatan air minum sederhana (OM-AMS) di
tingkat RW.
• Pola pembinaan antar SKPD (Dinas Pekerjaan Umum – PDAM –
Bappermas) terhadap Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau
OM-AMS telah dijalankan secara terintegrasi.
• Saat ini telah ada beberapa OM-AMS yang telah mampu mengelola
layanan penyediaan air bersih di tingkat masyarakat secara baik di
Kota Tegal.
• Pemerintah Kota Tegal masih mengalami kesulitan untuk menemukan
skema kelembagaan kerjasama regional yang tepat dan realistis
dalam proses pembahasan kerja sama guna pemecahan masalah
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 14
keterbatasan sumber air baku. Proses pembahasan kerja sama
tersebut saat ini masih sedang berlangsung.
3) Isu keuangan
• Rendahnya sektor pembiayaan sehingga tidak mampu melakukan
terobosan untuk meningkatkan cakupan pelayanan, misalnya
partisipasi pemda/penyertaan modal pemda, dll.
• Tarif air bersih PDAM Kota Tegal saat ini yang telah mendukung
biaya operasional layanan air minum dapat menjadi kekuatan
pendorong bagi optimalisasi layanan air bersih di Kota Tegal.
• Belum digali sumber pendanaan selain dari arus kas perusahaan dan
dari penyertaan modal pemda, misalnya hibah baik dari donor
maupun pemerintah pusat.
4) Isu keterlibatan pelaku bisnis
• Sudah ada beberapa usaha penjual air bersih baik penjual air keliling,
dan terminal air, namun belum terpantau dan terkoordinir.
5) Isu peran serta masyarakat
• Adanya kelembagaan swadaya di tingkat masyarakat untuk dilibatkan
dalam pengelolaan air bersih.
• Tingkat kemauan masyarakat untuk membayar air bersih cukup tinggi
dan sudah menjadi barang ekonomis.
• Masyarakat masih menganggap bahwa kualitas dan debit air PDAM
rendah.
• Kesadaran masyarakat rendah tentang perlunya penghematan
pengunaan air.
3.2.5. Aspek PHBS
Isu-isu utama/strategis yang teridentifikasi dalam pengelolaan Aspek
PHBS di Kota Tegal terdiri dari isu teknis operasional maupun non teknis.
Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan PHBS dan
ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis adalah masalah
operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek lain dalam
PHBS. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan PHBS di Kota Tegal adalah
sebagai berikut:
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 15
1) Isu teknis operasional layanan pengelolaan PHBS
• Adanya program upaya kesehatan berbasis masyarakat/UKBM
(kelurahan siaga, posyandu) yang didukung oleh kader PHBS aktif.
• Kerjasama dengan ormas dalam peningkatan PHBS sudah mulai
dijalankan.
• Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai PHBS di Kota
Tegal (puskesmas, pustu) dan Media Informasi yang dikelola oleh
Pemkot.
• Upaya kaderisasi kader PHBS belum optimal.
• Komuter berpotensi mempengaruhi pola PHBS ke warga masyarakat
kota Tegal.
2) Isu kebijakan daerah dan kelembagaan
• Sudah ada Pokja Sanitasi Kota dan Tim Koordinasi Kota Sehat yang
dapat mendorong upaya pengembangan prilaku hidup bersih dan
sehat di Kota Tegal .
• Pemerintah Kota Tegal saat ini telah memiliki berbagai program
pemicuan guna mendorong prilaku hidup bersih dan sehat yang dapat
terus dioptimalkan keberlanjutannya.
• Berbagai program dan upaya untuk mendorong prilaku hidup bersih
dan sehat yang ada di Kota Tegal saat ini belum terdukung dengan
pola monitoring dan evaluasi yang dapat menjamin integrasi dan
sinkronisasi pelaksanaan program-program tersebut oleh berbagai
pihak.
3) Isu keuangan
• Adanya dukungan dana dari APBD kota kepada Dians Kesehatan dan
Bapermas dalam upaya sosialisasi dan implementasi program dan
kegiatan PHBS.
• Adanya pendanaan alternatif untuk sosialisasi kesehatan dari dana
bagi hasil cukai tembakau.
• Sudah ada alokasi anggaran untuk pendataan PHBS walaupun masih
belum otimal untuk mendata semua indikator PHBS terkait sanitasi.
• Belum digunakannya dana dekonsentrasi untuk membiayai kegiatan
PHBS.
Strategi Sanitasi Kota Tegal III - 16
4) Isu komunikasi
• Adanya forum media yang dapat mendorong PHBS yaitu Forum
siaran bersama; radio; forum komunikasi wartawan.
• Media pengembangan promosi kesehatan untuk PHBS masih sangat
kurang dan belum dikemas secara menarik.
5) Isu keterlibatan pelaku bisnis
6) Isu peran serta masyarakat
• Adanya partisipasi aktif dari lembaga formal, informal dan masyarakat
dalam mendukung program PHBS.
• Belum adanya pelibatan laki-laki secara seimbang dalam promosi
PHBS
• Kesadaran masyarakat untuk indikator sanitasi sangat sulit dicapai
(seperti: membuang sampah sembarangan,BABS, CTPS, dll)
• Kebiasaan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, membuang
sampah dan BAB di sungai
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐1
BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA
Bab ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Tegal tahun 2010-2014 yang
akan memaparkan tentang tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian serta strategi utama
setiap sub sektor sanitasi, sektor air bersih dan strategi aspek pendukung layanan sanitasi.
4.1 TUJUAN, SASARAN, DAN TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1 Sub Sektor Air Limbah Tujuan:
Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kota Tegal melalui pengelolaan
air limbah domestik dan industri rumah tangga yang berwawasan lingkungan.
Sasaran: 1. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah
tangga skala perkotaan pada akhir tahun 2014
2. Meningkatkan cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan
tangki septik dari 85% menjadi 90% pada akhir tahun 2014.
3. Meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara
komunal dari 5 unit menjadi 10 unit di wilayah padat kumuh miskin perkotaan di
akhir tahun 2014.
4. Tersedianya dan berfungsinya IPAL Komunal untuk industri rumah tangga dari
3 unit menjadi 5 unit pada akhir tahun 2014.
5. Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan Air Limbah Domestik skala kota
dari 60 KK/bulan menjadi 100 KK/bulan pada akhir tahun 2014.
4.1.2 Sub Sektor Persampahan Tujuan:
Mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kota Tegal melalui peningkatan
kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan untuk
seluruh kota di atas Standar Pelayanan Minimum/SPM.
Sasaran: 1. Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan persampahan dari 67% menjadi
80% pada akhir tahun 2014.
2. Mengurangi timbulan sampah post collection hingga 50 m3/hari pada tahun
2014.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐2
3. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan
sistem 3R (reduce, reuse dan recycle) skala rumah tangga dari 1% menjadi 5%
pada tahun 2014.
4.1.3 Sub Sektor Drainase Lingkungan Tujuan: Meningkatkan Iingkungan yang sehat dan bersih di Kota Tegal melalui penyediaan
sarana dan prasarana drainase.
Sasaran:
1. Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase kota yang terintegrasi di
akhir tahun 2011
2. Berkurangnya luas genangan di Kota Tegal dari 646 Ha (data tahun 2008 –
RPIJM Cipta Karya) menjadi 300 Ha dengan memprioritaskan penanganan di
wilayah permukiman di akhir Tahun 2014
4.1.4 Sektor Air Bersih Tujuan: Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kota Tegal melalui peningkatan
cakupan layanan air bersih.
Sasaran: 1. Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih Kota Tegal dari 30% menjadi 45
% pada tahun 2015
2. Terjaganya supply air secara kualitas dan kuantitas dari sumber secara terus
menerus.
3. Menurunkan kehilangan air dari 43% menjadi 35% pada tahun 2014
4. Meningkatkan kepedulian akan pentingnya air bersih.
4.1.5 Aspek PHBS Tujuan: Mewujudkan Kota Tegal yang sehat dengan membudayakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat.
Sasaran: 1. Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 60 % pada
Tahun 2009 menjadi 85 % pada Tahun 2014.
2. Meningkatnya peran media dalam promosi PHBS.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐3
3. Meningkatnya jumlah dukungan sektor swasta (CSR) dalam promosi PHBS
sampai tahun 2014 .
4.2 STRATEGI ASPEK TEKNIS DAN PHBS
4.2.1 Sub Sektor Air Limbah Domestik Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
melekat dalam berbagai aspek maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai
sasaran pembangunan sub sektor air limbah tersebut adalah:
1. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah
tangga skala perkotaan pada akhir tahun 2014, adalah:
Melakukan kajian kelayakan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah
tangga sesuai dengan ketentuan peraturan lingkungan hidup.
Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
(offsite system) pada kawasan potensial (CBD) dan padat penduduk.
Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan air limbah
domestik dan industri rumah tangga dengan off site system pada wilayah CBD
dan wilayah padat.
2. Meningkatkan cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki
septik dari 85% menjadi 90% pada akhir tahun 2014, adalah:
Mengoptimalkan dan inovasi program stimulus kepemilikan jamban keluarga
untuk rumah tangga miskin.
Meningkatkan koordinasi antar SKPD untuk mensosialisasikan pentingnya
jamban dengan tangki septik.
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder tentang pengelolaan
jamban keluarga sehat.
Meningkatkan kebutuhan pengadaan jamban keluarga sesuai standar
kesehatan.
3. Meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal
dari 5 unit menjadi 10 unit di wilayah padat kumuh miskin perkotaan di akhir tahun
2014, adalah:
Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan MCK dan IPAL komunal melalui
pengorganisasian masyarakat dalam kelompok.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐4
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder pengelolaan IPAL
komunal yang ramah lingkungan.
Melakukan replikasi Sanimas pada wilayah padat penduduk, kumuh dan miskin
perkotaan.
4. Tersedianya dan berfungsinya IPAL Komunal untuk industri kecil dari 3 unit menjadi
5 unit pada akhir tahun 2014, adalah:
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan stakeholder pengelolaan IPAL
komunal industri rumah tangga yang ramah lingkungan.
• Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan IPAL komunal IRT melalui
pengorganisasian pelaku industri.
Membangun sarana IPAL komunal industri rumah tangga di wilayah baru.
5. Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan Air Limbah Domestik skala kota dari
60 KK/bulan menjadi 100 KK/bulan, adalah:
Menyediakan sarana & prasarana pengolahan air limbah domestic skala kota.
Meningkatkan kinerja operator layanan air limbah domestik skala kota.
Mengoptimalkan daya dukung kebijakan pengelolaan air limbah domestic.
Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen untuk efektivitas layanan
pengelolaan Air Limbah Domestik skala kota.
Mendorong minat swasta dalam layanan pengelolaan air limbah domestic.
4.2.2 Sub Sektor Persampahan 1. Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan persampahan dari 67% menjadi 80%
pada akhir tahun 2014, adalah:
Mengoptimalkan pemanfaatan sarana & prasarana persampahan.
Meningkatkan cakupan pelayan untuk MBR.
Menyediakan sarana & prasarana pengelolaan persampahan skala kota.
Meningkatkan kinerja operator layanan persampahan skala kota.
Mengoptimalkan daya dukung kebijakan pengelolaan persampahan.
Mendorong minat swasta dalam layanan pengelolaan persampahan.
Menyiapkan pengelolaan TPA regional.
2. Mengurangi timbulan sampah post collection hingga 50 m3/hari pada tahun 2014,
adalah:
Mengoptimalkan kondisi pengelolaan TPA Muarareja.
Mengoptimalkan kondisi pengelolaan komposting skala kota di Muarareja.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐5
3. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sistem
3R (reduce, reuse dan recycle) skala rumah tangga dari 1% menjadi 5% pada
tahun 2014, adalah:
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder pengelolaan sampah
dengan konsep 3 R.
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang konsep 3 R.
Mendorong partisipasi masyarakat mereplikasikan komposter rumah tangga.
Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat menggunakan
komposting komunal di 16 TPS secara bertahap.
Mengoptimalkan dan memperluas program stimulus komposter rumah tangga.
4.2.3 Sub Sektor Drainase Lingkungan 1. Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase Kota yang terintegrasi di akhir
tahun 2011, adalah:
Mengembangkan perencanaan sistem drainase kota yang terintegrasi dan
komprehensif.
2. Berkurangnya luas genangan di Kota Tegal dari 646 Ha menjadi 300 Ha dengan
memprioritaskan penanganan di wilayah permukiman di akhir Tahun 2014, adalah:
Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan drainase
lingkungan.
Mengoptimalkan fungsi sistem drainase lingkungan yang sudah ada.
Mengoptimalkan daya dukung kebijakan pengelolaan drainase lingkungan.
Mengembangkan penanganan pengurangan genangan di permukiman dengan
system Polder di wilayah Kecamatan Margadana.
Mengembangkan penanganan pengurangan genangan di permukiman dengan
system Polder dan Long Storage di wilayah utara Kota Tegal.
4.2.4 Sektor Air Bersih 1. Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih Kota Tegal dari 30% menjadi 45 %
pada tahun 2015, adalah:
Mengoptimalkan sistem sarana dan prasarana air bersih.
Meningkatkan suplai air di daerah rawan air.
Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan serta penyaluran air bersih melalui
pengorganisasian kelompok masyarakat pengguna air di daerah rawan air.
Meningkatkan kualitas pelayanan secara konsisten dan bertahap.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐6
Mencari alternative sumber air baku.
2. Terjaganya supply air secara kualitas dan kuantitas dari sumber secara terus
menerus, adalah:
Mengoptimalkan sistem sarana dan prasarana air bersih
Meningkatkan upaya konservasi wilayah tangkapan air dan perlindungan air
baku dari pencemaran
Membatasi eksploitasi Air Bawah Tanah (ABT)
3. Menurunkan kehilangan air dari 43% menjadi 35% pada tahun 2014, adalah:
Melakukan zoning jaringan pipa distribusi.
Memperbaiki sistem jaringan air bersih.
Memperbaiki water meter.
4. Meningkatkan kepedulian akan pentingnya air bersih adalah:
Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen dalam penyediaan dan
pemeliharaan layanan air bersih.
4.2.5 Aspek PHBS
1. Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 60 % pada Tahun
2009 menjadi 85 % pada Tahun 2014, adalah:
Mengoptimalkan program Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PHBS.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader kesehatan lingkungan dalam
promosi PHBS.
Mengoptimalkan peran instansi pemerintah dan sekolah dalam pemicuan dan
penerapan PHBS.
Meningkatkan komitmen penentu kebijakan anggaran untuk PHBS.
2. Meningkatnya peran media dalam promosi PHBS, adalah:
Mengembangkan program promosi PHBS yang menarik dan menjangkau semua
lapisan masyarakat.
Meningkatkan pemahaman tentang PHBS melalui saluran-saluran (media)
informasi yang sudah ada.
Menciptakan iklim investasi untuk promosi PHBS.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐7
3. Meningkatnya jumlah dukungan sektor swasta (CSR) dalam promosi PHBS sampai
tahun 2014, adalah:
Meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dalam bidang promosi PHBS.
Mengotimalkan pendanaan dari swasta – CSR untuk promosi PHBS.
4.3. STRATEGI ASPEK NON TEKNIS 4.3.1 Aspek Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Dengan mempertimbangkan tujuan pembangunan sanitasi Kota Tegal tahun 2014, dan
berbagai isu strategis serta tantangan yang dihadapi kota saat ini, maka dirumuskan
serangkaian strategi dalam aspek kebijakan daerah dan kelembagaan yang diarahkan pada
tingkatan system, organisasi dan individu.
Tingkatan Sistem Strategi pada tingkatan sistem adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penguatan kebijakan sanitasi dan penegakkannya di Kota Tegal
2. Mengembangkan kerjasama Pemerintah Kota dengan masyarakat dan swasta di
Kota Tegal, serta dengan Pemerintah Daerah lainnya dalam pembangunan dan
pengelolaan sanitasi.
3. Mengkondisikan integrasi antara system perencanaan, implementasi dan monitoring
dan evaluasi dalam pembangunan sanitasi di Kota Tegal.
4. Mengembangkan sistem pendukung penyediaan layanan sanitasi yang terintegrasi.
5. Mempertahankan dan mengoptimalkan program stimulus penyediaan sarana dan
pra-sarana sanitasi yang bersifat memberdayakan masyarakat miskin (poor
insclusive).
Tingkatan Organisasi Strategi pada tingkatan organisasi adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat kapasitas organisasi regulator dan operator layanan sanitasi untuk
dapat menyelenggarakan pelayanan sanitasi secara efektif dan efisien.
2. Mempertahankan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan peran Kelompok Kerja
(Pokja) Sanitasi Kota Tegal dalam mengawal proses implementasi SSK secara
terintegrasi.
3. Mengoptimalkan pengorganisasian kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengelola
sanitasi guna meningkatkan efektivitas kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana
sanitasi di tingkat masyarakat.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐8
Tingkatan Individu Strategi pada tingkatan individu adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapabilitas personil-personil SKPD penyelenggara layanan sanitasi.
2. Meningkatkan kapabilitas personil anggota Pokja.
4.3.2 Aspek Keuangan Strategi penguatan aspek keuangan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan sub sektor sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Strategi untuk meningkatkan (sasaran) sub sektor air limbah adalah:
Menyiapkan perencanaan kebijakan dan penganggaran dalam berbagai
dokumen perencanaan kota, agar aspek sanitasi masuk dalam program prioritas
pembangunan kota, dan dapat memanfaatkan berbagai sumber pendanaan
(APBN, APBD propinsi, dan APBD kota, serta partisipasi masyarakat).
Menyiapkan perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan sanitasi
khususnya dalam mengakses DAK sanitasi untuk pembiayan program dan
kegiatan air limbah.
Menyiapkan perencanan anggaran dari beberapa SKPD terkait agar aspek
sanitasi masuk dalam RKA SKPD dinas terkait, untuk mengimplementasikan
baik kegiatan non fisik dan kegiatan fisik program kegiatan air limbah.
Membuat perencanaan tentang pilihan teknologi, lokasi, anggaran, untuk sarana
fisik air limbah dengan memanfaatkan pendanan dari sumber APBD kota dan
pendanaan dari sumber DAK sanitasi.
Membuat perencanaan pendanaan menggunakan sumber pendanaan
perbankan komersial untuk saran dan prasarana sanitasi yang besar biaya
investasinya.
Jangka Pendek: Melakukan advokasi kepada semua pihak terkait dengan tujuan menjadikan
sanitasi sebagai salah satu aspek prioritas pembangunan kota.
Memastikan bahwa aspek sanitasi tercantum dalam RPJMD kota Tegal yang
baru.
Menjadikan SSK sebagai salah satu refernsi utama dalam penyusunan dokumen
perencanaan kebijana dan anggaran kota Tegal.
Menjalankan program dan kegiatan yang sudah berjalan saat ini dengan alokasi
anggaran yang ditingkatkan (dalam APBD – P 2010).
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐9
Jangka Menengah: Memastikan bahwa program kegiatan sanitasi ada dalam berbagai tingkatan
dokumen perencanaan ( dari dokumen hasil musrenbang hingga dokumen
perencanaan kota seperti KUA dan PPAS, tercantum dalam dokumen RKA
SKPD terkait).
Membuat program dan kegiatan PHBS yang terintegrasi antar SKPD dan
melibatkan pihak lain (LSM. KSM) dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk memiliki jamban dan tanki septic yang naik dan benar.
Menyiapkan usulan program kegiatan yang akan dibiayai dengan DAK sanitasi
untuk membiayai IPAL komunal atau sanimas kepada menteri teknis dengan
referensi utamanya dari SSK.
Jangka Panjang: Melakukan advokasi dan “mengawal” program dan kegiatan yang akan
diusulkan agar tercantum dalam setiap dokumen perencanaan kota.
Menyiapkan program kegiatan yang terintegrasi antara yang ada dalam SSK dan
RPIJM untuk dibiayai dari berbagai sumber dengan focus pada pembiayaan
sarana fisik dengan investasi besar (IPAL dan IPLT).
Melakukan revisi terhadap kebijakan yang mendukung pembangunan sanitasi
baik secara langsung maupun tidak langsung (perda sanitasi, pajak daerah
dikaitkan dengan sanitasi, dll.
2. Strategi untuk meningkatkan (sasaran) sub sektor persampahan adalah:
Mendorong terwujudnya TPA regional Bregas melalui komitmen antar daerah
dan instansi vertikal untuk pembiayaan dan regulasinya
Mengkaji dan mengidentifikasi sistem pembayaran retribusi persampahan yang
tepat untuk Kota Tegal, agar kontribusinya terhadap PAD meningkat.
Membuat perencanaan terintegrasi dalam memanfaatkan DAK sanitasi dan dana
dari APBD untuk membiayai pembangunan air limbah dan pengelolaan
persampahan. Dimana pembiayaan akan focus pada sarana yang berjenjang
(3R hingga TPA)
Memanfaatkan DAK sanitasi untuk pengelolaan sampah sesuai kebutuhan pada
semua jenjang (rumah tangga - TPST - TPA)
Mengakses dana dari berbagai sumber dan swadaya masyarakat dalam
pengelolaan sampah.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐10
3. Strategi untuk meningkatkan (sasaran) sub sektor drainase adalah:
Melakukan persiapan Sharing dana Pemkot untuk memanfaatkan DAK sanitasi.
Memanfaatkan DAK sanitasi untuk pengelolaan drainase lingkungan.
Meningkatkan kapasitas pembiayaan pembangunan sarana prasarana drainase
dari berbagai sumber pendanaan.
4. Strategi penguatan aspek keuangan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan sektor air minum adalah sebagai berikut:
Menggali sumber dana alternatif untuk Mengoptimalkan produksi dan distribusi
air bersih (APBN/APBD I, Swasta/Donor).
Mendorong PDAM agar mampu meyakinkan pemda untuk melakukan tambahan
setoran modal/ penyertaan modal ; Sedangakan untuk daerah yang tidak
terjangkau layanan PDAM, maka kota dapat mengakses dana dari donor
WSSLIC III, propinsi, dll,).
5. Strategi penguatan aspek keuangan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan
dan sasaran pembangunan aspek PHBS adalah sebagai berikut:
Memprioritaskan pencanangan tegal sehat 2010 dengan peningkatan alokasi
APBD II dengan menjadikan PHBS menjadi salah satu program prioritas dalam
KUA dan PPAS, dan selanjutnya dalam RKA.
Meningkatkan komitmen penentu kebijakan anggaran untuk PHBS.
Memanfaatkan dana APBN dan APBD I untuk pengelolaan PHBS.
4.3.3 Aspek Komunikasi Strategi penguatan aspek komunikasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan
dan sasaran pembangunan sektor sanitasi secara keseluruhan dan setiap sub sektor
sanitasi adalah sebagai berikut:
Strategi komunikasi pembangunan sektor sanitasi sebagai berikut:
• Memperkuat posisi strategis Pokja (para SKPD) Sanitasi Kota oleh berbagai
program, proyek, donor ataupun insitusi dan para pemangku kepentingan lainnya.
• Mengoptimalkan perangkat, saluran dan sarana komunikasi setiap SKPD, serta
keberadaan simpul aliansi dan kemitraan dengan berbagai pihak (lembaga-lembaga
dan individu potensial) guna menunjang percepatan pembangunan sanitasi berskala
kota.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐11
• Mengoptimalkan saluran komunikasi terpadu dan berskala kota dengan
meningkatkan intensitas koordinasi dan keterlibatan tokoh kunci, lembaga, kelompok
masyarakat, berbagai aliansi dan kemitraan serta para pemangku kepentingan
(stakeholders) dalam menunjang pembangunan sanitasi kota.
• Membangun Pusat Pengolahan dan Pengelolaan Informasi & Data (knowledge
management), serta profil / potret, perencanaan, implementasi serta pemantuan
pembangunan sanitasi berskala kota.
• Meningkatkan ketrampilan pelaku kunci, khususnya komunikator pembangunan
sanitasi dalam menjaga kualitas pengemasan isu, saluran, perangkat dan materi
komunikasi kreatif untuk meningkatkan pemahaman, komitmen, dukungan,
kemitraan atau aliansi, serta menjaga dan menciptakan perubahan perilaku.
• Meningkatkan intervensi aspek komunikasi, khususnya melalui pendekatan advokasi
dan mobilisasi sosial secara vertikal, yakni pemerintah provinsi dan pusat, dalam
mewujudkan kerja sama antar kota / kabupaten tetangga demi percepatan
pembangunan sanitasi kota Bukittinggi yang membutuhkan kerja sama regional (TPA
dan IPAL ataupun dukungan regulasi, kesepakatan dan komitmen secara regional
lainnya).
• Menetapkan mekanisme pemantuan berkala dan evaluasi untuk mengukur
keberhasilan program dan kegiatan komunikasi pembangunan sanitasi di tingkat
individu dan masyarakat dalam skala kota.
Sedangkan strategi masing-masing sub sektor adalah sebagai berikut:
1. Strategi untuk meningkatkan (sasaran) sub sektor air limbah adalah:
Meningkatkan sinergi antara pihak-pihak pelaku pembangunan sanitasi untuk
mengembangkan kampanye dan promosi.
Memanfaatkan media mapping dalam perencanaan air limbah untuk sosialisasi
kepada masyarakat.
Melakukan advokasi yang berkesinambungan kepada stakeholder kunci (SKPD,
panitia anggaran, walikota, DPRD, Departemen Teknis, Pemerintah Pusat),
menyusun materi sosialisasi tentang sanitasi kota yang terintegrasi antar SKPD.
Mengefektifkan sosialisasi tentang kepemilikan jamban dengan tangki septic.
Memanfaatkan beragam media untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai sanitasi.
Meningkatkan sosialisasi pengelolaan sanitasi kepada masyarakat sehingga
menjangkau seluruh key stakeholder.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐12
2. Strategi untuk meningkatkan (sasaran) sub sektor persampahan adalah:
Meningkatkan sinergi antara pihak-pihak pelaku pembangunan sanitasi
(pemerintah dan masyarakat) untuk mengembangkan kampanye dan promosi
pengelolaan persampahan.
Melakukan advokasi yang berkesinambungan kepada stakeholder kunci (SKPD,
panitia anggaran, walikota, DPRD, Departemen Teknis, Pemerintah Pusat),
menyusun materi sosialisasi tentang sanitasi kota yang terintegrasi antar SKPD.
Memanfaatkan beragam media untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah yang sesuai dengan program
pemerintah.
Meningkatkan sosialisasi pengelolaan sampah kepada masyarakat sehingga
menjangkau seluruh key stakeholder.
3. Strategi untuk meningkatkan (sasaran) sub sektor drainase adalah:
Melakukan advokasi yang berkesinambungan kepada stakeholder kunci (SKPD,
panitia anggaran, walikota, DPRD, Departemen Teknis, Pemerintah Pusat),
dengan menyusun materi sosialisasi tentang sanitasi kota yang terintegrasi antar
SKPD.
Memanfaatkan beragam media untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai pengelolaan drainase lingkungan.
Meningkatkan sosialisasi pengelolaan drainase lingkungan kepada masyarakat
sehingga masyarakat menyadari arti penting pembangunan sanitasi bagi
kemajuan roda perekonomian, dan diusahakan dapat menjangkau seluruh key
stakeholder.
Meningkatkan sinergi antara pihak-pihak pelaku pembangunan sanitasi untuk
mengembangkan kampanye dan promosi pemeliharaan dan pembangunan
drainase lingkungan.
4. Strategi penguatan aspek komunikasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan sektor air minum adalah sebagai berikut:
Mengoptimalkan advokasi ke stakeholder kunci (SKPD, panitia anggaran,
walikota, DPRD).
Meningkatkan kampanye penggunaan air secara bijaksana melalui berbagai
media.
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐13
5. Strategi penguatan aspek komunikasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan aspek PHBS adalah sebagai berikut:
Melibatkan pihak media dan swasta untuk mewujudkan Tegal sehat 2010.
Mengembangkan program promosi PHBS yang menarik dan menjangkau semua
lapisan masyarakat.
Memanfaatkan media informasi yang menarik untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam PHBS.
4.3.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis Strategi pelibatan sektor swasta dan pelaku bisnis dalam pembangunan
sanitasi terpadu dan berskala kota dibagi dalam dua kelompok strategi, yaitu (1)
strategi untuk sanitasi kota Tegal secara umum yang juga menunjang sasaran dan
strategi aspek-aspek lainnya seperti kelembagaan, keuangan dan PMJK, dan (2)
strategi yang lebih spesifik terintegrasi dalam tujuan dan sasaran yang ditetapkan
setiap sub-sektor air limbah, persampahan, drainase lingkungan, dan aspek PHBS
untuk percepatan pembangunan sanitasi kota Tegal.
Strategi penguatan aspek pelibatan sektor swasta dan pelaku bisnis yang diarahkan
untuk mencapai tujuan dan dan sasaran pembangunan sanitasi kota adalah
sebagai berikut:
• Mengoptimalkan pelibatan sektor swasta dalam hal dukungan teknis,
pendanaan dan kebijakan
• Menciptakan iklim pendanaan yang memungkinkan dan menarik dunia usaha
untuk ikut membiayai penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sanitasi
• Penyusunan Regulasi CSR (Corporate Social Responsibility) dan pelibatan
pelaku bisnis dalam pembangunan sektor sanitasi
• Menciptakan jaringan kemitraan pihak swasta dan pelaku bisnis untuk
mendukung percepatan pembanguan sanitasi berskala kota
Strategi penguatan aspek pelibatan sektor swasta dan pelaku bisnis yang diarahkan
untuk mencapai tujuan dan dan sasaran pembangunan setiap sub-sektor
sanitasi kota Tegal adalah sebagai berikut:
1. Strategi penguatan aspek pelibatan sektor swasta dan pelaku bisnis yang
diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sektor air limbah
adalah sebagai berikut:
• Mendorong minat swasta dalam layanan pengelolaan air limbah domestik
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐14
2. Strategi penguatan aspek pelibatan sektor swasta dan pelaku bisnis yang
diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sektor
persampahan adalah sebagai berikut:
• Mendorong minat swasta dalam layanan pengelolaan persampahan
3. Strategi penguatan aspek pelibatan sektor swasta dan pelaku bisnis yang
diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan aspek PHBS
adalah sebagai berikut:
• Meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dan media dalam promosi
PHBS
• Mengotimalkan pendanaan dari swasta – CSR untuk promosi PHBS
• Melibatkan pihak swasta dan media dalam promosi PHBS
.
4.3.5 Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender, dan Kemiskinan Strategi pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan (PMJK) dalam
pembangunan sanitasi terpadu dan berskala kota dibagi dalam dua kelompok
strategi, yaitu (1) strategi untuk sanitasi kota Tegal secara umum yang juga
menunjang sasaran dan strategi aspek-aspek lainnya seperti kelembagaan,
keuangan dan komunikasi, dan (2) strategi yang lebih spesifik terintegrasi dalam
tujuan dan sasaran yang ditetapkan setiap sub-sektor air limbah, persampahan,
drainase lingkungan, dan aspek PHBS untuk percepatan pembangunan sanitasi kota
Tegal
Strategi penguatan aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan
(PMJK) yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan dan sasaran pembangunan
sanitasi kota Tegal adalah sebagai berikut:
• Mengembangkan pola pembinaan yang partisipatif dalam upaya optimalisasi
peran pemerintah kota, lembaga lokal, organisasi masyarakat dan tokoh
masyarakat dalam pengelolaan air limbah
• Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan masyarakat, laki-laki dan perempuan,
kaya dan miskin dalam pengelolaan sanitasi
Mengoptimalkan kesetaraan peran perempuan & laki-laki, kaya & miskin dalam
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐15
• Mengupayakan pengorganisasian masyarakat dalam kelompok untuk
pengelolaan sanitasi
Mengoptimalkan dan mengembangkan media Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) terkait sanitasi yang berorientas jender dan kemiskinan, sesuai
kebutuhan masyarakat dengan jangkauan yang luas
• Mengefektifkan peran dan fungsi lembaga formal dan informal dengan media
massa dalam pengelolaan sanitasi yang berorientasi jender dan kemiskinan
Mengakomodasi perencanaan partisipatif yang berorientasi pada jender dan
masyarakat miskin dalam pembangunan sarana sanitasi
Mengupayakan pemberdayaan masyarakat melalui ”Survey Mawas Diri” dan
kerjasama dengan lembaga lokal
Strategi penguatan aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan
(PMJK) yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan dan sasaran pembangunan
setiap sub-sektor sanitasi kota Tegal adalah sebagai berikut:
1. Strategi penguatan aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan
yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sektor air
limbah adalah sebagai berikut:
• Mengoptimalkan program stimulus kepemilikan jamban keluarga untuk rumah
tangga miskin
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder tentang
pengelolaan jamban keluarga sehat
• Meningkatkan kebutuhan pengadaan jamban keluarga sesuai standar
kesehatan
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder pengelolaan IPAL
komunal yang ramah lingkungan
• Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan MCK komunal melalui
pengorganisasian masyarakat dalam kelompok
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder pengelolaan IPAL
komunal industry rumah tangga yang ramah lingkungan
• Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan IPAL komunal IRT melalui
pengorganisasian pelaku industri
2. Strategi penguatan aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan
yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sektor
persampahan adalah sebagai berikut:
Strategi Sanitasi Kota Tegal IV‐16
• Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang konsep 3 R
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder pengelolaan
sampah dengan konsep 3 R
• Mendorong partisipasi masyarakat mereplikasikan komposter rumah tangga
3. Strategi penguatan aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan
yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan aspek PHBS
adalah sebagai berikut:
• Mengoptimalkan program UKBM untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam PHBS (program media informasi yang menarik
• Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader kesehatan lingkungan dalam
promosi PHBS
• Mengembangkan program promosi PHBS yang menarik dan menjangkau
semua lapisan masyarakat
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 1
BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN
Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas
pembangunan sanitasi Kota Tegal Tahun 2010 – 2014 ini disusun sesuai dengan
strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing sub sektor
sanitasi, sektor air bersih dan aspek higine/PHBS. Untuk mendapatkan
gambaran yang rinci dan lengkap terkait daftar program, kegiatan, keluaran,
lokasi, waktu pelaksanaan dan anggaran dapat dilihat dalam lampiran 3, yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bab ini.
5.1. PROGRAM DAN KEGIATAN ASPEK TEKNIS DAN HIGIENE 5.1.1. Sub sector Air Limbah Domestik
No Strategi Program Kegiatan Sasaran I: Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala perkotaan pada akhir tahun 2014 1 Kajian kelayakan pengelolaan air
limbah domestic dan industri rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan lingkungan hidup.
Program Pengembangan Data dan Informasi.
1. Survei dan inventarisasi pengelolaan ALD tingkat rumah tangga.
2. Survei dan inventarisasi pengelolaan ALD tingkat industri rumah tangga.
Program Pengendalian pencemaran dan perusakan LH
Pengkajian dampak lingkungan.
Peningkatan kualitas akses informasi SDA dan LH
1. Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (Sub Pengelolaan Air Limbah Domestik dan Industri Rumah Tangga)
2. Penyusunan materi komunikasi hasil SLHD & kajian dampak LH
2 Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat (offsite system) pada kawasan potensial (CBD) dan padat penduduk.
Program Perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar
1. Studi kelayakan (feasibility study) pengembangan sistem pengolahan air limbah terpusat (offsite system) pada kawasan terbatas.
2. Penyusunan Master Plan air limbah domestik sistem terpusat (offsite system) skala kota.
3. Penyusunan DED pengolahan air limbah domestik sistem terpusat (offsite system).
Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
1. Kajian Penyiapan Kebijakan Stimulus Pemasangan Sambungan Rumah (SR) Penyaluran Air Limbah Domestik.
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 2
No Strategi Program Kegiatan 2. Penyusunan Kebijakan
Stimulus Pemasangan Sambungan Rumah (SR) Penyaluran Air Limbah Domestik.
3 Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan air limbah domestik dan industry rumah tangga dengan off site system pada wilayah CBD dan wilayah padat
Program Diseminasi informasi survey & kajian air limbah domestic.
1. Publikasi info melalui berbagai saluran komunikasi
2. Forum/seminar pembahasan pesan kunci kondisi LH
Program Advokasi & mobilisasi bagi stakeholder.
1. Talk show radio & televisi. 2. Produksi materi komunikasi
untuk advokasi. Program Perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar.
Koordinasi penanggulangan limbah rumah tangga dan industri rumah tangga.
Sasaran II: Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik dari 85% menjadi 90% untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun 2014.
1 Mengoptimalkan dan inovasi program stimulus kepemilikan jamban keluarga.
Program Lingkungan sehat perumahan.
Replikasi program jamban keluarga untuk rumah tangga (keluarga miskin)
Program Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
Replikasi kegiatan Rehab Rumah Tidak Layak Huni
Pemberdayaan komunitas perumahan
Fasilitasi pemberian kredit mikro pembangunan dan perbaikan perumahan (arisan jamban non‐keluarga miskin)
2 Meningkatkan koordinasi antar SKPD untuk mensosialisasikan pentingnya jamban dengan tangki septik.
Program Perumusan kerangka acuan kegiatan sosialisasi jamban keluarga.
Focus Group Discussion (FGD)
Program Diseminasi informasi air limbah domestic yang terintegrasi dengan upaya advokasi dan mobilisasi bagi masyarakat miskin.
1. Talk show di radio & televisi. 2. Produksi materi komunikasi
untuk advokasi. 3. Koordinasi penanggulangan
limbah rumah tangga dan industri rumah tangga (isu tentang arti penting jamban dengan tangki septic).
3 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder tentang pengelolaan jamban keluarga.
Program Pendidikan Kedinasan.
Pelatihan tentang pembangunan dan pemeliharaan tangki septik sesuai standart kesehatan.
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Pembinaan Teknis Pengelolaan Jamban keluarga kepada masyarakat.
4 Menumbuhkan permintaan kebutuhan jamban keluarga sesuai standar kesehatan
Program Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Pengelolaan Air Limbah Domestik
1. Pelatihan tentang pembangunan dan pemeliharaan tangki septic kepada kader kesehatan, tukang bangunan, dan perusahaan swasta penyedia jasa penyedotan
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 3
No Strategi Program Kegiatan tinja.
2. Pelatihan pembuatan dan pemasaran toilet leher angsa bagi Karang Taruna dan Tukang Bangunan.
3. Sosialisasi kepada masyarakat tentang Unit Layanan Pengolahan Limbah Tinja UPTD Pengolahan Limbah Tinja Diskimtaru.
Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan (Sosialisasi Arti Penting Jamban Sehat
1. Publikasi success story pembangunan dan pemeliharaan jamban keluarga.
2. Sosialisasi tentang standar tangki septic (SNI 03-2398-2002) kepada PKK, Lurah, Camat dan Pers.
3. Fasilitasi Sosialisasi Perda No. 6 Tahun 11 tahun 1987 tentang Bangunan, dan Perda No. 7 tahun 2003 tentang Retribusi Penyedotan Kakus
Sasaran III: Meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal dari 5 unit menjadi 10 unit di wilayah padat kumuh miskin perkotaan di akhir tahun 2014.
1 Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan MCK dan IPAL/Septiktank komunal melalui pengorganisasian masyarakat dalam kelompok
Program Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun Desa
1. Pembinaan KSM Pengelola MCK dan IPAL/Septic tank komunal.
2. Pelatihan Teknik dan Sosialisasi Pengelolaan MCK dan IPAL/Septik tank Komunal.
Program Monitoring dan Evaluasi Perkembangan KSM
Monitoring dan evaluasi KSM
2 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder pengelolaan IPAL/Septiktank komunal yang ramah lingkungan
Program Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Pengelolaan IPAL Sehat
Pembinaan Teknis Pengelolaan MCK dan IPAL/Septic tank Komunal untuk KSM
3 Replikasi Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Limbah domestic berbasis komunal pada wilayah padat penduduk, kumuh dan miskin perkotaan
Program Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah
1. Pembangunan MCK komunal (Sanimas)
2. Pembangunan IPAL/Septic tank komunal
Sasaran IV: Tersedianya dan berfungsinaya IPAL Komunal untuk industri rumah tangga dari 3 unit menjadi 5 unit pada akhir tahun 2014
1 Membangun sarana IPAL komunal industri rumah tangga di wilayah baru
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
1. Pembebasan Lahan 2. Kajian kelayakan dan
Pembuatan DED IPAL Industri Rumah Tangga Pengolahan Ikan (Filet)
3. Pembangunan IPAL Industri Rumah Tangga Pengolah Ikan (Filet)
2 Optimalisasi fungsi Sarana dan Prasarana pengolah air limbah industri rumah tangga yang ada
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
1. Pengadaan peralatan pendukung operasional IPAL Industri Pengolah
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 4
No Strategi Program Kegiatan Ikan di Blok A dan Blok J PPP Tegalsari
2. Pembentukan KSM Pengelola IPAL Industri Rumah Tangga Pengolah Ikan di Blok A dan Blok J PPP Tegalsari.
3. Bimbingan Teknis Pengelolaan IPAL Industri Rumah Tangga bagi KSM
4. Penyusunan Standar Operasional Procedure (SOP) pengelolaan IPAL Industri Rumah Tangga
5. Bimbingan Teknis Penerapan produksi bersih bagi pelaku industri rumah tangga
3 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan stakeholder pengelolaan IPAL komunal industri rumah tangga yang ramah lingkungan
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil dan Menengah.
1. Pembuatan modul pilihan teknologi sederhana pengelolaan air limbah industri rumah tangga.
2. Sosialisasi dan pelatihan pola pengelolaan limbah Industri Rumah Tangga dalam menjaga kelestarian kawasan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Pembentukan Kelompok Industri Rumah Tangga (IRT) dalam bentuk Koperasi.
Program Pengembangan Industri Kecildan Menengah.
1. Pembinaan Manajemen Kelompok Industri Rumah Tangga.
2. Pengembangan dan pembinaan Kelompok IRT dalam memperkuat jaringan klaster bisnis
3. Monitoring dan evaluasi Kelompok Industri Rumah Tangga.
Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan
Pembinaan Organisasi Pedagang Kaki Lima dan Asongan tentang Pengelolan Grey Water
Program Pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan.
Pengawasan dan pembinaan pedagang kaki lima tentang kesehatan makanan hasil industry dan hasil produksi rumah tangga
Program Pengembangan lingkungan sehat.
Monitoring dan evaluasi Pengelolaan Grey Water Kelompok Pedagang Kaki Lima
Sasaran V: Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan Air Limbah Domestik skala kota dari 60 KK/bulan menjadi 100 KK/bulan. 1 Menyediakan sarana & prasarana
pengolahan air limbah domestic skala kota
Program Pengembangan Pengelolaan Sanitasi
1. Kajian Fungsi (optimalisasi) IPLT Muarareja (existing)
2. Penyusunan DED Pembangunan IPLT Muarareja
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 5
No Strategi Program Kegiatan 3. Pembangunan
(rekonstruksi) IPLT Muarareja.
4. Pengadaan Mobil sedot tinja.
2 Meningkatkan kinerja operator layanan air limbah domestik skala kota
Program Peningkatan Efektivitas Organisasi Pemerintah Daerah.
1. Kajian Analisis Beban Kerja dan Analisis Tupoksi pada KLH, dan Dinas PU (Pasca PP No. 41 tahun 2007)
2. Pembentukan Unit Pengaduan Masalah Pengelolaan Air Limbah Domestik
Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi.
Pembangunan Sistem Informasi Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik yang terintegrasi (BP2T – Dinas PU – Diskimtaru – UPT Pengolahan Limbah Tinja – Puskesmas
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur.
1. Analisis Jabatan (pada unit KLH, Diskimtaru, dan UPT Pengolahan Limbah Tinja)
2. Pendidikan dan Pelatihan Teknis Tugas dan Fungsi bagi PNS Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik (KLH, Diskimtaru, dan UPT Pengolahan Limbah Tinja)
Peningkatan Kerjasama Pelayanan Publik
1. Sosialisasi dan Pembinaan tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Skala Kota kepada RT, RW, Lurah, Camat, PKK, Kader Kesehatan, dan Perusahaan Swasta Penyediaan Jasa Penyedotan Kakus.
2. Kerjasama Layanan Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Perusahaan Swasa
3. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Layanan Perusahaan Swasta Penyedotan Kakus
3 Mengoptimalkan daya dukung kebijakan pengelolaan air limbah domestik
Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
1. Revisi Perda Retribusi sedot tinja/kakus.
2. Perbaikan Peraturan Walikota tentang Prosedur Pengajuan IMB.
3. Pengubahan model pengawasan utilitas bangunan.
4. Koordinasi Kerjasama Permasalahan Aturan Pengolahan Air Limbah Domestik.
5. Penyusunan Perda Pengolahan Limbah
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 6
No Strategi Program Kegiatan (Pengolahan Air Limbah Domestik menjadi sub bagian di dalamnya.
6. Fasilitasi Sosialisasi Perda Pengolahan Limbah (Pengolahan Air Limbah Domestik menjadi sub bagian di dalamnya).
4 Mendorong minat swasta dalam layanan pengelolaan air limbah domestik
Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
1. Pameran dan temu bisnis sanitasi.
2. Temu bisnis (gathering). 3. Event bersama 4. Informasi tentang
sosialisasi. 5. Penyusunan proposal
Program Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi
1. Peningkatan intensitas koordinasi antara Pemkot dengan pelaku bisnis.
2. Penyusunan pedoman (Juklak dan Juknis) tentang keterlibatan pelaku bisnis dalam pembangunan sanitasi.
3. Penyediaan Pusat Informasi tentang sanitasi oleh pelaku bisnis dan pemerintah
4. Pemberian penghargaan (Sanitation Award) bagi pelaku bisnis yang peduli sanitasi
5.1.2. Sub sector Persampahan
No Strategi Program Kegiatan Sasaran I: Meningkatnya efektifitas layanan pengelolaan persampahan dari 67% menjadi 80% pada akhir tahun 2014. 1 Mengoptimalkan pemanfaatan
sarana & prasarana persampahan
Program Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
1. Menyusun pedoman manajemen asset persampahan.
2. Mengevaluasi kinerja sarpras.
3. O&P sarpras. 2 Meningkatkan ketersediaan
sarana & prasarana pengelolaan persampahan skala kota
Program Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
1. Pengadaan dumptruck. 2. Pengadaan TPS u/ setiap
kelurahan. 3. Pengadaan container 4. Pengadaan Armroll truck 5. Pengadaan Transfer depo
3 Optimalisasi pemanfaatan TPA Muarareja
Program Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
1. Perpanjangan sewa lahan TPA Muarareja hingga tahun 2012.
2. Pembangunan TPA skala kota (transfer station) Muarareja
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 7
No Strategi Program Kegiatan 4 Meningkatkan kinerja operator
layanan persampahan skala kota.
Program Peningkatan Efektivitas Organisasi Pemerintah Daerah.
1. Kajian Analisis Beban Kerja dan Analisis Tupoksi pada KLH, dan Diskimtaru – UPT Pengolahan Sampah (Pasca PP No. 41 tahun 2007).
2. Pembentukan Unit Pengaduan Masalah Pengelolaan Sampah.
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
1. Analisis Jabatan (pada unit KLH, Diskimtaru, dan UPT Pengolahan Sampah).
2. Pendidikan dan Pelatihan Teknis Tugas dan Fungsi bagi PNS Daerah tentang Pengelolaan Sampah (KLH, Diskimtaru, dan UPT Pengolahan Sampah)
Peningkatan Kerjasama Pelayanan Publik
1. Sosialisasi dan Pembinaan tentang Sistem Pengelolaan Sampah Skala Kota kepada RT, RW, Lurah, Camat, PKK, Kader Kesehatan, dan Organisasi Masyarakat.
2. Kerjasama Layanan Pengolahan Sampah dengan Organisasi Masyarakat.
3. Pembenahan Kerjasama Pemungutan Retribusi Kebersihan.
4. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Layanan.
5 Mengoptimalkan daya dukung kebijakan pengelolaan persampahan
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
1. Penyusunan Kebijakan Manajemen Pengelolaan Sampah (Revisi Perda No. 6 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kebersihan Kota).
2. Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Persampahan.
3. Koordinasi Kerjasama Permasalahan Aturan Pengolahan Sampah
6 Mendorong minat swasta dalam layanan pengelolaan persampahan
Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
1. Pameran dan temu bisnis sanitas.
2. Temu bisnis (gathering). 3. Event bersama 4. Informasi tentang
sosialisasi. 5. Penyusunan proposal
Program Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi
1. Peningkatan intensitas koordinasi antara Pemkot dengan pelaku bisnis.
2. Penyusunan pedoman (Juklak dan Juknis) tentang keterlibatan pelaku bisnis dalam
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 8
No Strategi Program Kegiatan pembangunan sanitasi.
3. Penyediaan Pusat Informasi tentang sanitasi oleh pelaku bisnis dan pemerintah
4. Pemberian penghargaan (Sanitation Award) bagi pelaku bisnis yang peduli sanitasi
7 Menyiapkan pengelolaan TPA regional
Advokasi Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional
1. Advokasi kerjasama pengelolaan sampah antar daerah kepada DPRD.
2. Advokasi kerjasama pengelolaan sampah antar daerah kepada Pemprov Jateng, dan Departemen PU.
3. Advokasi kerjasama pengelolaan sampah antar daerah kepada Pemerintah Kab / Kota calon mitra.
Program Kajian Pengelolaan Sampah Regional
1. Kajian manfaat dan biaya pengelolaan sampah regional.
2. Kajian kelembagaan pengelolaan sampah regional
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rancangan RKPD (Pencantuman rencana kerja sama pengelolaan sampah regional ke dalam prioritas RKPD Kota Tegal).
Program Fasilitasi Kerjasama Antar Daerah dalam Penyediaan Pelayanan Publik
1. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD).
2. Penyusunan dokumen rencana kerjasama.
3. Pengajuan Surat Penawaran Kerjasama Pengelolaan Sampah Regional yang ditujukan Bupati / Walikota mitra dengan tembusan kepada Gubernur Jateng, Menteri Dalam Negeri, Departemen PU, Kementerian LH, dan DPRD Kota Tega
Program Penyiapan Kesepakatan Kerjasama Pengelolaan Sampah
1. Pembahasan rencana kerjasama daerah.
2. Drafting naskah kesepakatan / Perjanjian Kerjasama.
3. Penandatangan naskah kesepakatan / perjanjian kerjasama
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 9
No Strategi Program Kegiatan Sasaran II: Berkurangnya timbulan sampah post collection hingga 50 m3/hari pada tahun 2014melalui composting skala kota 1 Optimalisasi pengelolaan
composting skala kota di TPA Muarareja
Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
1. Pengadaan komposter & mesin pencacah u/ komposting skala kota.
2. Pengadaan incinerator Sasaran III: Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sistem 3R skala rumah tangga dari 1% menjadi 5% pada tahun 2014 1 Meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan stakeholder dalam pengelolaan sampah dengan konsep 3 R
Program Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa .
Pelatihan tentang pengelolaan sampah dengan konsep 3 R
Program Peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
Peningkatan kemampuan teknis aparat perencana pengelolaan sampah
Penguatan rencana sosialisasi dan kerangka acuan untuk meningkatkan pemahaman, kimitraan daan komitmen dalam melaksanakan 3 R.
1. Pertemuan rutin SKPD dan para stekholders (Focus Group Discussion -FGD) terkait implementasi 3 R.
2. Publikasi website dan jaringan media massa Pemkot; iklan layanan masyarakat; rubrik Tanya Jawab di media massa dan talk show radio & televisi; oleh para pengambil kebijakan / tokoh kunci
Program Pemberdayaan komunitas perumahan.
1. Penyuluhan tentang kualitas lingkungan sehat perumahan .
2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan perumahan.
Program Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
1. Pelatihan tentang pengelolaan sampah dengan konsep 3 R untuk kader, karang taruna dan tokoh masyarakat.
2. Fasilitasi jaringan kerjasama dalam pengelolaan 3 R
Program Peningkatan peran perempuan di perdesaan
Pelatihan ketrampilan usaha pertanian bagi perempuan
2 Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat menggunakan komposting komunal di 16 TPS secara bertahap
Program composting komunal.
Proyek percontohan (pilot project) pengelolaan sampah melalui komposting komunal di 16 TPS
3 Optimalisasi dan perluasan program stimulus Komposter skala rumah tangga
Peningkatan pemahaman manfaat pelaksanaan 3 R, dan memperkuat kemitraan dan komitmen mendukungnya.
1. Publikasi berbagai hasil praktek terbaik dan kisah sukses dari para stekeholders (individu dan kelompok masyarakat) dalam menjalankan 3 R.
2. Pemberian Stimulan komposter rumah tangga
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 10
No Strategi Program Kegiatan (pemberian komposter tingkat rumah tangga)
Program Pengembangan lembaga ekonomi perdesaan.
1. Peningkatan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
2. Pertemuan stekeholders untuk optimalisasi ketrampilan, aliansi dan kemitraan untuk pemasaran produk 3 R
Program Peningkatan peran perempuan di perdesaan
Pelatihan ketrampilan usaha pertanian bagi perempuan
5.1.3. Sub sector Drainase Lingkungan
No Strategi Program Kegiatan Sasaran I: Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase kota yang terintegrasi di akhir tahun 2011
1 Mengembangkan perencanaan sistem drainase kota yang terintegrasi dan komprehensif
Perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar.
1. Studi kelayakan pengembangan sistem drainase kota.
2. Penyusunan Master Plan Drainase.
3. Penyusunan DED jaringan drainase.
Pengembangan Data / Informasi
1. Pengumpulan, updating, dan analisis data drainase lingkungan per kelurahan (memuat data panjang drainase lingkungan, kondisi layanan, serta kondisi integrasi system).
2. Penyusunan Profil Daerah (sub kondisi drainase lingkungan).
Sasaran II: Berkurangnya luas genangan di Kota Tegal dari 646 Ha menjadi 300 Ha dengan memprioritaskan penanganan di wilayah permukiman di akhir Tahun 2014 1 Meningkatkan pemahaman,
kemitraan dan komitmen pengelolaan drainase lingkungan
Sosialisasi publik dan advokasi untuk para pengambil kebijakan serta penguatan aliansi bagi para pemangku kepentingan stakeholder.
1. Penyusunan kerangka acuan, pesan kunci dan produksi materi komunikasi pendukung advokasi dan sosialiasi pembangunan dan pemiliharaan drainase lingkungan berskala kota.
2. Pertemuan stakeholders / aliansi dan kemitraan yang terkait dengan pembangunan dan pemiliharaan (keindahan) drainase kota.
3. Publikasi website dan jaringan media massa serta saluran komunikasi Pemkot; iklan layanan masyarakat; rubrik Tanya Jawab di media massa dan talk show radio &
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 11
No Strategi Program Kegiatan televisi; oleh para pengambil kebijakan / tokoh kunci.
Perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar
Koordinasi perencanaan drainase perkotaan
2 Mengoptimalkan Fungsi Sistem Drainase Lingkungan Yang Sudah Ada
Penataan Lingkungan Permukiman Penduduk Perkotaan
1. Perbaikan sarana drainase lingkungan yang rusak.
2. Fasilitasi Pembersihan Drainase Lingkungan (Fasilitasi Pemicuan Kegiatan Gotong Royong / Kerja Bakti, dll).
3. Fasilitasi pembangunan saluran drainase lingkungan di daerah permukiman miskin.
4. Monitoring integrasi jaringan drainase lingkungan dengan jaringan drainase sekunder dan primer
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Lomba Lingkungan Sehat (termasuk drainase lingkungan)
3 Mengoptimalkan Daya Dukung Kebijakan Pengelolaan Drainase Lingkungan
Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
1. Penyusunan Perda Pengelolaan Drainase.
2. Perbaikan Peraturan Walikota tentang Prosedur Pengurusan Advis Planning.
3. Pengubahan model pengawasan utilitas bangunan.
4. Fasilitasi Sosialisasi Perda Pengelolaan Drainase
4 Mengembangkan penanganan pengurangan genangan di permukiman dengan system Polder di wilayah Kecamatan Margadana.
Program Pengendalian Banjir 1. Pembangunan Polder Kaligangsa (lanjutan).
2. Sosialisasi tentang Sistem Polder, Aspek Pengelolaan dan Pembiayaan.
5 Mengembangkan penanganan pengurangan genangan di permukiman dengan system Polder dan Long Storage di wilayah utara Kota Tegal.
Program Pengendalian Banjir 1. Studi Kelayakan Pembangunan Polder di wilayah utara Kota Pekalongan.
2. Pembebasan lahan 3. Penyusunan DED
Polder/Long Storage Pasurungan Lor.
4. Pembangunan Polder Pasurungan Lor.
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 12
5.1.4. Sektor Air Bersih/Minum
No Strategi Program Kegiatan Sasaran I: : Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih Kota Tegal dari 30% menjadi 45% pada tahun 2015
1 Mengoptimalkan sistem sarana dan prasarana air bersih
Penambahan Debit Air Baku Sungai Kaligung 250 L/detik.
1. Pembangunan Unit Produksi IPA Kapasitas 250 L/detik.
2. Pembangunan Perpipaan JDU PVC S12, 5 dimater 500 mm.
3. Crossing Rel Kereta Api. 4. Perlintasan Sungai Pipa
diamater 500 mm L = 20 m.
5. Pembangunan JDB / JDL : • PVC S 12,5 diameter
150 mm • PVC S 12,5 diameter
100 mm • PVC S 12,5 diameter
75 mm • PVC S 12,5 diameter
50 mm Penyiapan Program Ekspansi 1. Penyusunan Studi
Kelayakan • Sungai Ketiwon • Mata Air Kelle
Bumijawa 2. Pembuatan DED:
• Sungai Ketiwon • DED Jaringan
Distribusi Utama (JDU)
• DED Jaringan Distribusi Layanan/ Bagi (JDL/JDB) Tegal Selatan
• DED Jaringan Distribusi Layanan / Bagi (JDL/JDB) Margadana.
Pemerataan Air Ke Wilayah Prioritas (saat ini Margadana
1. Pembuatan Ground reservoir di PPIB + Asesories.
2. Pengadaan Konsultan Pengawasan Bak di PPIB.
3. Resetting jaringan untuk wilayah Margadana : • Penggantian pipa
ACP menjadi PVC diameter 150 (sebelah utara jalan dari WM zone 11 s/d Kali Kemiri sepanjang 1200 m
• Pemasangan pipa PVC diameter 150
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 13
No Strategi Program Kegiatan (sebelah selatan jalan) dari WM Zone 11 s/d Pasar Sumur panggang sepanjang 2.000 m
• Pengaktifan pelanggan pasif sejumlah 286 SR
2 Meningkatkan suplai air di daerah rawan air
Penambahan terminal air di wilayah kelurahan (yang diusulkan oleh masing-masing RT)
1. Pembuatan unit/lokasi terminal air.
2. Pengadaan mobil tangki air
3 Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan serta penyaluran air bersih melalui pengorganisasian kelompok masyarakat pengguna air di daerah rawan air
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum
1. Sosialisasi Cerita Keberhasilan Organisasi Kemasyarakatan Air Minum Sederhana (OM-AMS) dalam Pengelolaan Air Minum di Daerah Rawan Air.
2. Pembentukan OM-AMS di wilayah prioritas pengembangan air minum sederhana.
3. Fasilitasi Pembinaan Teknik Pengolahan Air Bersih.
4. Pembinaan Manajemen KSM.
5. Monitoring dan evaluasi OM-AMS
4 Meningkatkan kualitas pelayanan secara konsisten dan bertahap
Peningkatan Fasilitasi Pelayanan Pelanggan
1. Rehab Loket untuk Pembayaran Penagihan dan Gangguan.
2. Pengadaan perlengkapan: • AC • Kursi Pelanggan • Meja Pelayanan
• Televisi Flat 29” Monitoring Kepuasan
Pelangan 1. Pembuatan Forum
Pelanggan. 2. Real Survey Demmand
(RSD). Peningkatan Efektivitas
Penagihan Pengadaan alat pencatat water meter digital
Penyempurnaan Prosedur Operasional Kerja
1. Penyusunan SOP Lanjutan (Teknik dan Hub. Lang).
2. Penyusunan SOP Pengadaan Barang dan Jasa.
3. Pembuatan Peraturan Kepegawaian
Peningkatan Efektivitas Sistem Manajemen, Akuntansi dan Penertiban Inventarisasi
1. Pembuatan Program Billing Air, Billing Non Air, SIA (Sistem Informasi Akuntansi).
2. Pembuatan Sistem Pengarsipan (pelatihan , dll)
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 14
No Strategi Program Kegiatan Peningkatan Efektivitas kerja
dan optimalisasi Pelayanan 1. Pengadaan Komputer 2. Pengadaan Printer 3. Pengadaan Laptop 4. Pengadaan Kursi Meja 5. Pengadaan Meja Kursi
Tamu 6. Pengadaan Almari Arsip 7. Pengadaan rak barang
persediaan 8. Pengadaan sarana
pengaduan dan gangguan (telpon)
9. Pengadaan Motor 10. Pengadaan Roll Meter 11. Pengadaan Kendaraan
Operasional
5 Mencari alternative sumber air baku
Advokasi Kerjasama Pemanfaatan Air Baku
1. Advokasi kerjasama pemanfaatan air baku antar daerah kepada DPRD Kota Tegal
2. Advokasi kerjasama pemanfaatan air baku antar daerah kepada Pokja AMPL Provinsi Jateng, PDAB Provinsi Jateng.
3. Advokasi kerjasama pemanfaatan air baku antar daerah kepada Pemerintah Kab / Kota calon mitra.
Program Kajian Kerjasama
Pemanfaatan Air Baku Kajian manfaat dan biaya kerjasama pemanfaatan air baku
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rancangan RKPD (Pencantuman rencana kerja sama pemanfaatan air baku ke dalam prioritas RKPD Kota Tegal)
Program Fasilitasi Kerjasama Antar Daerah dalam Penyediaan Pelayanan Publik
1. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD).
2. Penyusunan dokumen rencana kerjasama.
3. Pengajuan Surat Penawaran Kerjasama Pemanfaatan Air Baku yang ditujukan Bupati / Walikota mitra dengan tembusan kepada Gubernur Jateng, Direktur PDAB Jateng, Menteri Dalam Negeri, Departemen PU, Kementerian LH, dan DPRD Kota Tegal
Program Penyiapan Kesepakatan Kerjasama Pemanfaatan Air Baku
1. Pembahasan rencana kerjasama daerah.
2. Drafting naskah kesepakatan / Perjanjian Kerjasama.
3. Penandatangan naskah
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 15
No Strategi Program Kegiatan kesepakatan / perjanjian kerjasama
Sasaran II: Terjaganya supply air secara kualitas dan kuantitas dari sumber secara terus menerus 1 Mengoptimalkan Sistem Sarana
dan Prasarana Air Bersih Penanganan Kondisi Tanah yang Labil atau Tanah yang Longsor
Pembuatan Talud (tahap awal di Bawah BPT VII (Ds. Cangkring).
2 Meningkatkan Upaya Konservasi Wilayah Tangkapan Air dan Perlindungan Air Baku dari Pencemaran
Pengamanan / Pelestarian Sumber Air
1. Penanaman pohon / penghijauan.
2. Pengamanan pohon dari penebangan liar.
3. Advokasi kepada daerah pemilik sumber air baku
3 Membatasi Eksploitasi Air Bawah Tanah (ABT)
Pewajiban Pembangunan Teknologi Sumur Resapan Pada Setiap Bangunan
Perubahan Perda IMB (mensyaratkan adanya sumur resapan di dalam IMB)
Pengembangan Informasi Ketersediaan Kualitas Sumber Air Kota Tegal
Penyediaan data base mengenai intrusi air laut, air permukaan dan air bawah tanah
Sasaran III: Menurunkan kehilangan air dari 43% menjadi 35% pada tahun 2014 1 Melakukan Zoning Jaringan Pipa
Distribusi Optimalisasi Zoning yang Ada
1. Studi zoning. 2. Model jaringan pipa
dengan software khusus.
Instalasi Meter Induk, Zoning dan Meter Sambungan Rumah
1. Penggantian water meter prioritas pada kondisi air baik.
2. Pendeteksian kebocoran secara sistematis (dengan mata, step tes, alat teknologi terkini)
2 Perbaikan Sistem Jaringan Air Bersih
Program Penyehatan PDAM 1. Penyambungan pipa distribusi GI ke PVC : • Jl. Cokroaminoto
dengan Jl. Gajah Mada (Barat Jalan)
• Jl. Sutoyo dengan • Jl. Gajah Mada
(selatan) 2. Penggantian pipa D GI
dengan PVC : • Jl. Veteran (Barat
Jalan) diameter 100 (18 SR)
• Jl. Letjend. Suprapto diamater 100 (57 SR)
• Jl. Kapt. Sudibyo (Jl. Jalak Barat s/d Kompol B Suprapto) C 100 (40 SR).
3 Perbaikan Water Meter Program Penyehatan PDAM 1. Penggantian WM pelanggan.
2. Penggantian WM induk diameter 250 di pipa Output Ground Reservoar Saimbang.
Sasaran IV: Meningkatkan kepedulian stakeholder akan pentingnya air
1 Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen dalam
Sosialiasi untuk diseminasi informasi hasil kondisi air
1. Penyusunan kerangka acuan, pesan kunci dan
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 16
No Strategi Program Kegiatan penyediaan dan pemeliharaan layanan air bersih
baku, pemetaan zonasi pejaringan pipa serta manfaat dan manual/standar pengeloaan air bersih.
materi pendukung advokasi dan sosialiasi pentingnya air bersih.
2. Publikasi melalui website Pemkot dan media massa serta berbagai saluran komunikasi yang ada.
Penguatan komitmen dan kemitraan dalam pelaksanaan kebijakan dan penyediaan layanan air bersih
1. Pertemuan stakeholders / aliansi dan kemitraan yang terkait dengan isu dan ruang lingkup pengelolaan air bersih.
2. Publikasi website dan jaringan media massa Pemkot; iklan layanan masyarakat; rubrik Tanya Jawab di media massa dan talk show radio & televisi; oleh para pengambil kebijakan / tokoh kunci.
3. Mengadakan kampanye HEMAT AIR : a. Pembuatan Bulletin b. Pembuatan Spanduk /
Baliho Sosialisasi Kemasyarakatan:
a. Festival Sumber Air b. Pembuatan hadiah
kepada pelanggan terbaik
c. Lomba-lomba (tema AIR)
5.1.5. Aspek PHBS
No Strategi Program Kegiatan
Sasaran I : Meningkatknya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 60 % menjadi 85 % pada Tahun 2014,.
1 Mengoptimalkan program UKBM untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PHBS (program media informasi yang menarik
Program Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Pembuatan media promosi dan informasi sadar hidup sehat, seperti banner, stiker, dll.
Program Kerjasama informasi dengan mass media
Sosialisasi/Penyuluhan masyarakat tentang PHBS
Program Pemberdayaan komunitas perumahan
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan sehat
Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan
Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender tentang PHBS
2 Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader kesehatan lingkungan dalam promosi PHBS
Program Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Lokalatih dan penyegaran kader kesehatan lingkungan, kader Posyandu, SKD tentang PHBS dan teknik komunikasi
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 17
No Strategi Program Kegiatan Program Peningkatan
keberdayaan masyarakat perdesaan
1. Pembinaan dan pendampingan kader kesehatan lingkungan, kader Posyandu, SKD
2. Pertemuan rutin dalam memicu kreatifitas dan aktivitas kader kesehatan lingkungan
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Lomba Kader Kesehatan Lingkungan
Program Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
Stimulan untuk Kader Kesehatan dan Posyandu
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Pendataan PHBS tatanan rumah tangga kepada seluruh keluarga di Kota Tegal
3 Mengoptimalkan peran instansi pemerintah dan sekolah dalam penerapan PHBS
Program Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
1. Penerbitan surat edaran walikota tentang PHBS
2. Sosialisasi PHBS di instansi pemerintah dan sekolah
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Penyediaan sarana sanitasi dan CTPS dengan memisahkan toilet pria dan wanita di sekolah dan kantor
Program Peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
1. Koordinasi intensif antar SKPD terkait dalam penerapan PHBS
2. Studi banding ke daerah lain yang sudah berhasil dalam pelaksanaan program PHBS
4 Meningkatkan komitmen penentu kebijakan anggaran untuk PHBS
Program Peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
1. Membuat perencanaan tahunan yang jelas dan mudah dimengerti
2. Loby ke Dewan dan panitia anggaran
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Advokasi pada para pengambil kebijakan tentang alokasi anggaran untuk PHBS
Sasaran II: Meningkatnya peran media dalam promosi PHBS 1 Mengembangkan program
promosi PHBS yang menarik dan menjangkau semua lapisan masyarakat
Program Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
1. Lomba PHBS di tingkat Kelurahan, Kecamatan dan Kota
2. Lomba PHBS untuk tingkat sekolah, kantor (pemerintah dan swasta)
Program Penguatan kelembagaan pengarusutamaan jender dan anak
Pengembangan materi dan pelaksanaan KIE tentang PHBS yang sensitive jender
Peningkatan aliansi dan kemitraan dalam pengemasan pesan kunci dan kerangka acuan untuk promosi bersama stakeholders terkait PHBS
Kegiatan bersama secara berkala dan produksi materi komunikasi secara terpadu oleh seluruh stakeholders yang terkait promosi PHBS
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 18
No Strategi Program Kegiatan
2 Meningkatkan pemahaman tentang PHBS melalui saluran-saluran (media) informasi yang sudah ada
Program Kerjasama informasi dan media massa
1. Pemasangan spanduk dalam moment tertentu oleh pihak swasta
2. Penyebar luasan informasi tentang PHBS melalui media cetak dan media elektronik
Program Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa
Pembinaan dan pengembangan jejaring komunikasi dan informasi
Program Fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi
Pelatihan untuk kader karang taruna, tokoh masyarakat tentang teknik komunikasi
Kunjungan lapangan bersama jurnalis / media massa, pihak swasta, anggota DPRD.
Publikasi website dan jaringan media massa Pemkot; iklan layanan masyarakat; rubrik Tanya Jawab di media massa dan talk show radio & televisi; oleh para pengambil kebijakan / tokoh kunci.
3 Menciptakan iklim investasi untuk promosi PHBS
Program Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi
1. Advokasi kepada para pemangku kebijakan untuk meraih dana APBD I, APBN dan swasta
2. Promosi bersama (co-branding) secara berkala dan produksi materi komunikasi secara terpadu oleh seluruh stakeholders yang terkait promosi PHBS
Sasaran III: Meningkatnya jumlah dukungan sektor swasta (CSR) dalam promosi PHBS sampai tahun 2014
1 Meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dan media dalam promosi PHBS
Program Peningkatan promosi dan kerjasama investasi
1. Sosialisasi dan advokasi bersama Walikota dengan swasta
2. Koordinasi dan sinkronisasi program CSR
3. Pendataan CSR 4. Penyelengaraan
pameran investasi 2 Mengotimalkan pendanaan dari
swasta – CSR untuk promosi PHBS
Program Regulasi investasi di tingkat kota
Mengembangkan model insentif untuk pihak swasta yang peduli akan sanitasi Penyusunan kebijakan investasi bagi pembangunan fasilitas sanitasi
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 19
5.2. PROGRAM DAN KEGIATAN ASPEK NON TEKNIS
5.2.1. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan
No Strategi Program Kegiatan 1 Melakukan penguatan kebijakan
sanitasi dan penegakkannya di Kota Tegal
Penataan Peraturan Perundang-Undangan
1. Koordinasi kerjasama permasalahan peraturan perundang-undangan (Koordinasi tentang penegakkan: a. Perda No. 11 tahun
1987 tentang Bangunan
b. Perda No. 7 tahun 2003 tentang Retribusi Penyedotan Kakus
c. Perda No. 6 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kebersihan Kota
d. Peraturan Kerjasama daerah dalam pelayanan publik)
2. Penyusunan rencana kerja rancangan peraturan perundang-undangan (Terdiri dari: a. Penyusunan Perda
Pengelolaan Air Limbah Domestik, Perda Pengelolaan Drainase, dan Perda Retribusi Kebersihan
b. Perubahan Perda IMB, Perda Penyedotan Kakus, Perda Penyelenggaran Kebersihan, Perda Kerjasama Daerah Kota Tegal, dan Peraturan Walikota tentang Prosedur Pengurusan IMB dan advis planning)
3. Kajian Peraturan Perundang-undangan daerah terhadap peraturan perundang-undangan yang baru, lebih tinggi dan keserasian antar peraturan perundangan-undangan daerah (Review: a. Perda No. 11 tahun
1987 tentang Bangunan
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 20
No Strategi Program Kegiatan b. Perda No. 7 tahun
2003 tentang Retribusi Penyedotan Kakus
c. Perda No. 6 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kebersihan Kota
d. Peraturan Kerjasama daerah dalam pelayanan publik)
4. Legislasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan (mencakup semua Perda yang dirubah dan dibentuk)
5. Fasilitasi sosialisasi peraturan perundang-undangan (untuk seluruh kegiatan sosialisasi aturan pengelolaan air limbah domestic, sampah, drainase lingkungan, air bersih dan PHBS, serta kerjasama daerah).
6. Publikasi peraturan perundang-undangan (untuk seluruh kegiatan sosialisasi aturan pengelolaan air limbah domestic, sampah, drainase lingkungan, air bersih dan PHBS, serta kerjasama daerah)
2 Mengembangkan kerjasama Pemerintah Kota dengan masyarakat dan swasta di Kota Tegal, serta dengan Pemerintah Daerah lainnya dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi
Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah
1. Dialog / audiensi Walikota / Wakil Walikota dengan tokoh masyarakat, pimpinan / anggota organisasi social dan kemasyarakat tentang masalah sanitasi, air minum dan PHBS.
2. Rapat koordinasi pejabat pemerintahan daerah terkait masalah sanitasi, air minum dan PHBS
3. Kunjungan kerja kepala daerah / wakil kepala daerah dalam rangka penguatan pembangunan sanitasi, air bersih dan pengembangan PHBS di Kota Tegal
4. Koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya terkait masalah dan pembangunan sanitasi, air minum dan
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 21
No Strategi Program Kegiatan pengembangan PHBS di Kota Tegal
Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
Fasilitasi kerjasama antar daerah dalam penyediaan pelayanan sampah dan air bersih Kota Tegal (yang meliputi kegiatan:
a. Advokasi kerjasama b. Pembentukan Tim
Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD)
c. Pengajuan Surat Penawaran Kerjasama
d. Penyusunan dokumen rencana kerjasama
e. Pembahasan rencana kerjasama daerah
f. Drafting naskah kesepakatan / Perjanjian Kerjasama
g. Penandatanganan naskah perjanjian kesepakatan kerjasama)
Program Kerjasama Pembangunan
1. Koordinasi kerjasama pembangunan antar daerah untuk pengelolaan sampah dan air bersih
2. Fasilitasi kerjasama dengan dunia usaha (kajian dan penyiapan kerjasama Pemerintah Kota dengan swasta dalam layanan penyedotan kakus)
3. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama (meliputi: a. Kerjasama
pengelolaan sampah dan air bersih dengan daerah lain
b. Kerjasama layanan penyedotan kakus dengan perusahaan swasta jasa penyedotan kakus
4. Kajian Model Kerjasama Daerah dalam
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 22
No Strategi Program Kegiatan pengelolaan sampah dan air bersih, yang meliputi: a. Kajian manfaat dan
biaya b. Kajian model
kelembagaan Program Perencanaan
Pembangunan Daerah Penyusunan Rancangan RKPD (Pencantuman rencana kerja sama pengelolaan sampah regional, pemanfaatan air baku, pengelolaan air limbah, drainase lingkungan, dan pengembangan PHBS) ke dalam prioritas RKPD Kota Tegal
Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa
Penyusunan Kajian Kelembagaan dan Pembiayaan Polder Berbasis Masyarakat
3 Mengkondisikan integrasi antara system perencanaan, implementasi dan monitoring dan evaluasi dalam pembangunan sanitasi di Kota Tegal
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
1. Perbaikan protap musrenbang Kota tegal (untuk mencantumkan keterlibatan Pokja Sanitasi Kota Tegal dalam proses musrenbang)
2. Community Action Plan (CAP)
3. Pembangunan system monitoring dan evaluasi pengelolaan sanitasi, air bersih, dan pengembangan PHBS di Kota Tegal
4. Monitoring dan Evaluasi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP)
5. Penyusunan Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Keciptakaryaan tahun 2015 – 2019.
Program Perencanaan Pengembangan Kota-Kota Menengah dan Besar
1. Koordinasi perencanaan air minum, drainase dan sanitasi perkotaan
2. Koordinasi penanggulangan limbah rumah tangga dan industry perkotaan
4 Mengembangkan sistem pendukung penyediaan layanan sanitasi yang terintegrasi
Pengembangan Data / Informasi
1. Pengumpulan, updating, dan analisis data sanitasi, air bersih, dan PHBS per kelurahan
2. Penyusunan Profil Daerah (Kelurahan, Kecamatan dan Kota) yang telah memuat data
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 23
No Strategi Program Kegiatan dasar sanitasi, air bersih, dan kondisi PHBS di Kota Tegal
Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pembangunan Sistem Informasi Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik, dan drainase lingkungan yang terintegrasi (BP2T – Dinas PU – Diskimtaru – UPT Pengolahan Limbah Tinja – Puskesmas)
5 Mempertahankan dan mengoptimalkan program stimulus penyediaan sarana dan pra-sarana sanitasi yang bersifat memberdayakan masyarakat miskin (poor insclusive)
Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa
1. Pemberian stimulan pembangunan desa untuk: a. Program jamban
keluarga b. Program arisan
jamban c. PSPD untuk
pengelolaan drainase lingkungan
2. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program s.d.a
6 Memperkuat kapasitas organisasi regulator dan operator layanan sanitasi untuk dapat menyelenggarakan pelayanan sanitasi secara efektif dan efisien
Program Penataan Kelembagaan Daerah (Program Penataan Daerah Otonom Baru)
1. Kajian Analisis Beban Kerja dan Analisis Tupoksi di lingkungan Pemerintah Kota Tegal (Pasca PP No. 41 tahun 2007), ditujukan untuk mengidentifikasikan gap kapasitas organisasi penanggungjawab pengelolaan sanitasi dalam pelaksanaan tugasnya
2. Pembentukan Unit Pengaduan Masalah Pengelolaan Sanitasi dan Air Bersih (atau penambahan tugas penampungan pengaduan pada unit pengelola saat ini: UPTD Pengolahan Limbah Tinja, UPTD Pengolahan Sampah, Dinas PU, dan PDAM)
3. Penyempurnaan prosedur layanan penyedotan kakus, pengangkutan dan pengolahan sampah, cek utilitas bangunan, penerbitan ijin IMB
4. Penyempurnaan Tupoksi SKPD / Unit penanggungjawab pengelolaan sanitasi (indikasi: UPTD
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 24
No Strategi Program Kegiatan Pengolahan Limbah Tinja, UPTD Pengolahan Sampah, KLH)
7
Mempertahankan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan peran Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Tegal dalam mengawal proses implementasi SSK secara terintegrasi
Pembangunan Kerangka Organisasi Pokja
1. Revisi dan Penerbitan SK Pokja Sanitasi Kota Tegal
2. Pembuatan Buku Pedoman Organisasi Pokja
3. Pembuatan Buku Pedoman Tata Kerja Pokja
4. Pembuatan Rencana Kerja Pokja
Monitoring dan evaluasi Kapasitas Organisasi Pokja
1. Penyusunan instrument monitoring dan evaluasi kapasitas organisasi Pokja
2. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kapasitas organisasi Pokja
3. Koordinasi penanganan masalah Pokja
Pembangunan Sekretariat Pokja
Pengadaan perangkat kantor pendukung kerja Pokja
7 Mengoptimalkan pengorganisasian kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengelola sanitasi guna meningkatkan efektivitas kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana sanitasi di tingkat masyarakat
Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa
1. Pembentukan KSM Sanitasi dan atau Organisasi Kemasyarakatan Air Minum Sederhana (OM-AMS). KSM Sanitasi diarahkan untuk menangani operasi dan pemeliharaan sarana pengelolaan air limbah domestic, drainase lingkungan, dan sampah di tingkat masyarakat.
2. Pembinaan KSM Sanitasi dan atau Organisasi Kemasyarakatan Air Minum Sederhana (OM-AMS)
3. Monitoring dan evaluasi KSM Sanitasi dan atau Organisasi Kemasyarakatan Air Minum Sederhana (OM-AMS).
8 Meningkatkan kapabilitas personil-personil SKPD penyelenggara layanan sanitasi
Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
1. Penilaian kebutuhan pelatihan bagi PNS daerah (dalam hal ini ditujukan bagi personil SKPD penanggungjawab pengelolaan sanitasi, air bersih dan pengembangan PHBS)
2. Pendidikan dan pelatihan teknis tugas dan fungsi
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 25
No Strategi Program Kegiatan bagi PNS daerah (dalam hal ini ditujukan bagi personil SKPD penanggungjawab pengelolaan sanitasi, air bersih dan pengembangan PHBS)
Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
1. Pelaksanaan analisis jabatan di lingkungan Pemerintah Kota Tegal yang ditujukan untuk mengidentifikasikan gap kapasitas personil penanggungjawab layanan pengelolaan sanitasi dalam pelaksanaan tugasnya
2. Studi Banding 3. Magang
9 Meningkatkan kapabilitas personil anggota Pokja
Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah
1. Penilaian kebutuhan pelatihan bagi PNS daerah (dalam hal ini ditujukan bagi personil SKPD penanggungjawab pengelolaan sanitasi, air bersih dan pengembangan PHBS)
2. Pelatihan kemampuan teknis anggota Pokja sesuai hasil penilaian kebutuhan pelatihan Pokja
3. Studi Banding 4. Penyelenggaraan City
Summit 5. Pelaksanaan koordinasi
dengan Pokja AMPL Provinsi, TTPS, dan Pokja AMPL Pusat dalam rangka sinkronisasi pengawalan pembangunan sanitasi
6. Keterlibatan dalam agenda kegiatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang diselenggarakan oleh Pokja Provinsi, TTPS dan AKOPSI
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 26
5.2.2 Keuangan
No Strategi Program Kegiatan 1 Integrasi SSK kedalam dokumen
– dokumen perencanaan kota. Penguatan kapasitas aparat SKPD dalam perencanaan pembangunan kota
1. Rapat koordinasi antara pokja dengan masing – masing kepala SKPD membahas integrasi SSK kedala dokumen perencanaan.
2. Rapat koordinasi antar SKPD membahas integrasi SSK dengan RKPD, KUA,PPAS dan RKA
3. Audiensi dengan walikota dan TAPD membahas hal yang sama
4. Audiensi dengan Panitia Anggaran
2 Peningkatan alokasi anggaran sanitasi dari sumber APBN (DAK, dana vertical PU, Depkes,dll)
1.Pemetaan daerah/ lokasi calon penerima
2.Penyusunan usulan/proposal
1. Rakor untuk mengaitkan hasil musrenbang desa – kota dengan kebutuhan pendanaannya
2. Penyusunan anggaran sanitasi dengan referensi dari SSK dan RPIJM
3. Penyusunan bujet masing-masing lokasi disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada
3 Peningkatan alokasi anggaran sanitasi dari sumber APBD Propinsi (dana satjer, dana bantuan keuangan,dana bagi hasil)
1. Penyusunan dan sinkronisasi program kegiatan kota dg propinsi
2. Pemetaan peluang pembiayaan bersama antara kota dg propinsi
1. Penjabaran usulan kota kepada propinsi
2. Rakor dg propinsi untuk sinkronisasi program kegiatan
3. Pembuatan usulan program kegiatan yang akan diajukan kepada propinsi
4. Rakor dengan TAPD dan Panggar DPRD
5. Penjabaran perencanaan pembangunan sanitasi regional
4 Peningkatan alokasi anggaransanitasi dari sumber APBD Propinsi (dana satjer, dana bantuan keuangan,dana bagi hasil)
1. Koordinasi dengan TAPD (dan Panitia Anggaran DPRD)
1. Rapat koordinasi, audiensi dengan walikota atau TAPD mengenai kebutuhan pendanaan sanitasi kedalam perencanaan alokasi pendanaan pembangunan kota
2. Pembekalan TAPD dalam penyusunan dokumen perencanaan tahunan (agar SSK menjadi referensi utama)
5 Harmonisasi pemanfaatan DAK sanitasi
1. Koordinasi antar SKPD dlm penggunaan DAK sanitasi
2. Peningkatan kapasitas
aparat dalam optimalisasi DAK sanitasi
1. Workshop Penyusunan bersama kegiatan yang akan dibiayai oleh DAK sanitasi
2. Penyusunan usulan (perencanaan dan alokasi anggaran) kegiatan sanitasi di beberapa lokasi
1. Workshop aspek perencanaan, pengajuan, dan mekanisme
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 27
No Strategi Program Kegiatan pemanfaatan DAK sanitasi (arus dana, pengadaan, dll.)
6 Peningkatan alokasi pendanaan sanitasi di tingkat SKPD
1. Penjabaran masing – masing SKPD atas pembangunan sanitasi di SKPDnya
2. Penjabaran kegiatan yang
dibiayai APBD kota dan sumbernya (belanja modal, barang dan jasa, penyertaan pemda, SILPA, dana cadangan , dll)
1. Evaluasi kegiatan san itasi (oleh SKPD didampingi pokja san)2 tahun sebelumnya dan pembuatan skala prioritas kegiatan sanitasi
2. Penyususnan RKA sanitasi (sesuai permendagri 13/2006) dengan pendampingan oleh pokja san
3. Pegadaan kegiatan sanitasi fisik dan non fisik (air limbah, persampahan, drainase, PHBS, dan air minum)
1. Penyusunan bujet dan implementasi berupa pengadaan kegiatan dari sumber dana terpilih)
2. Pengadaan Materi Buku/booklet/leaflet/dll. Berisi Pemahaman Aspek sanitasi versi popular dengan target audience TAPD dan Panggar DPRD
3. Konsultasi dan atau Audiensi dengan TAPD dan Panggar atas usulan kegiatan terpilih dalam forum rapat koordinasi/workshop atau lainnya.
5.2.3 Komunikasi Adapun rincian program dan kegiatan aspek komunikasi telah dirangkum dalam
berbagai sasaran dan strategi sub-sektor yang relevan pada bab ini. Dengan
demikian dukungan komunikasi dilakukan secara terintegrasi dan sesuai dengan
tahapan percepatan pembangunan setiap sanitasi dan sub-sektornya dalam
skala kota.
No Strategi Program Kegiatan Sasaran I: Percepatan dan terciptanya komitmen politik dan komitmen sosial bagi landasan kebijakan dan regulasi pendukung serta ketetapan anggaran untuk pembangunan sektor sanitasi, melalui upaya advokasi 1 Perencanaan terpadu untuk
skenario / jadwal bersama, target yang ingin dicapai dan penanggung jawab teknis pelaksanaan rangkaian kegiatan advokasi.
Penyusunan kerangka acuan kegiatan advokasi kebijakan dan anggaran untuk sanitasi.
Assesmen / studi komunikasi khusus untuk keperluan advokasi.
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 28
No Strategi Program Kegiatan Peningkatan kualitas dan
kelengkapan materi advokasi. Produksi dan penyusunan pesan kunci yang sesuai untuk setiap alat / saluran dan sasaran advokasi
2 Mengkondisikan integrasi pesan dalam setiap kegiatan SKPD yang terkait dengan sanitasi dan setiap sub-sektor sanitasi serta aspek pendukungnya.
Penguatan dukungan jurnalis dan media massa khusus untuk upaya advokasi.
Talk show, rubrik surat pembaca dan tanya jawab di berbagai media massa oleh tokoh kunci dan pelaku advokasi.
Peningkatan intensitas tatap
muka dan penciptaan peluang bagi mementum advokasi.
Lobi khusus; dengar pendapat ; audiensi; konsultasi publik; dan forum seminar / city sanitation summit .
3 Meningkatkan kapasitas
organisasi dan individu dalam teknis dan pelaksanaan kegiatan advokasi untuk mencapai hasil, keluaran serta pemantauan hasil dan dampak yang ditargetkan.
Pelatihan perencanaan, implementasi dan pemantauan kegiatan komunikasi bagi tokoh kunci dalam advokasi.
1. Pameran, festival, karnaval, konser, perayaan / hari jadi dan event publik lainnya.
2. Pemantuan dan evaluasi berbagai kegiatan advokasi.
Strategi II: Penguatan dan terbangunnya kemitraan dan aliansi untuk implementasi dan keberlanjutan pesan dan program sanitasi, melalui mobilisasi sosial. 1 Menghidupkan simpul jaringan
dan kemitraan serta peretmuan berkala yang dari berbagai kelompok masyarakat, sekolah dan berbagai institusi, asosiasi dan aliansi lainnya.
Penyusunan kerangka acuan rangkaian setiap kegiatan dan taktik implemantasi Mobilisasi sosial.
Assesmen dan pemetaan stakeholders yang terkait untuk dukungan, aliansi dan kemitraan.
Penyusunan berbagai pesan kunci, disain, materi, presentasi untuk implementasi mobiliasi sosial.
Website, konferensi dan siaran pers, pemasangan iklan baliho, stiker, poster, spanduk (co-branding) .
2 Mendorong kerja sama dan dan jadwal bersama dalam implementasi kegiatan oleh aliansi dan kemitraan berbagai kelompok masyarakat, beberapa program / lembaga swasta, media massa, dan lembaga donor dan institusi di bidang sanitasi.
Pembelajaran (lessons learned) serta replikasi praktik terbaik dalam pembangunan sanitasi antar stakeholders dan pelaku pembangunan sanitasi.
Pelatihan dan lokakarya sanitasi.
Pelatihan, ramah tamah, kerja sama (co-branding) dengan media massa dan swasta/bisnis
Kunjungan lapangan (jaringan media massa, swasta, politisi dan tokoh masyarakat) ke lokasi percontohan.
3 Menciptakan pola komunikasi
antar stekeholders sanitasi kota. Peningkatan kerja sama dalam berbagai penyelenggaraan event publik.
Pertemuan / kontak / surat / kartu dan sebaran informasi secara berkala
Penjajakan minat untuk kemitraan dan aliansi, kesediaan dalam keterlibatan program dan pertemuan rutin.
Pameran, karnaval, konser, perayaan hari besar/ultah, keagamaan / adat, gerak jalan, sepeda santai, pertunjukan dan iklan bersama di media.
Strategi III: Peningkatan dan terjaganya perilaku hidup bersih dan sehat, terutama dalam optimalisasi akses atas sanitasi yang lebih baik, melelalui komunikasi berbagai program yang terintegrasi.
1 Peningkatan sumber daya dalam pengelolaan dan penyebaran Informasi dan Data Sanitasi kepada publik yang beragam
Penyusunan kerangka acuan rangkaian setiap kegiatan dan taktik implemantasi komunikasi program.
Assesmen dan studi komunikasi berskala kota
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 29
No Strategi Program Kegiatan 2 Peningaktan kualitas dan akurasi
materi komunikasi yang terintegrasi oleh SKPD terkait.
Penyusunan / produksi berbagai pesan kunci, disain, materi, presentasi untuk implementasi komunikasi program.
Produksi dan penyusunan pesan kunci, disain, berbagai materi yang cocok untuk khalayak sesuai dengan keragamannya.
3 Optimalisasi anggaran, saluran
dan perangkat yang dimiliki SKPD untuk memperkuat penyampaian pesan isu sanitasi.
Desiminasi informasi / selebaran secara langsung ke alamat, area publik, jalanan, keramaian.
1. Penyuluhan, seminar dan temu muka dan diskusi terfokus.
2. Peluncuran, terbitan dan publikasi berjangka.
3. Website, siaran, pemasangan iklan baliho, stiker, poster, spanduk
4 Penetapan sistem pemantauan dan evaluasi untuk setiap indikator keberhasilan capaian hasil dan serta dampak secara berkala.
Peningkatan kualitas dan kuantitas kampanye, event publik dan penyadaran baik secara massal maupun terbatas melalui berbagai tingkat dan keragaman saluran komunikasi yang cocok untuk setiap kelompok sasaran.
Pameran, karnaval, konser, perayaan hari besar/ultah, keagamaan / pertunjukan, radio komunitas dan media rakyat.
5.2.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis
No Strategi Program Kegiatan 1 Mengoptimalkan pelibatan sektor
swasta dalam hal dukungan teknis, pendanaan dan kebijakan
Program Peningkatan promosi dan kerjasama investasi
1. Peningkatan intensitas koordinasi antara Pemkot dengan pelaku bisnis.
2. Penyusunan pedoman (Juklak dan Juknis) tentang keterlibatan pelaku bisnis dalam pembangunan sanitasi.
3. Pengembangan MIS (Manajemen Informasi Sistem) tentang penanganan dan pengelolaan sanitasi kota.
4. Pelaksanaan pembangunan sanitasi dengan memanfaatkan dana CSR/pelaku bisnis
2 Menciptakan iklim pendanaan yang memungkinkan dan menarik dunia usaha untuk ikut membiayai penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan
Program Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi
Promosi bersama (co-branding) secara berkala dan produksi materi komunikasi secara terpadu oleh seluruh stakeholders yang terkait
Program Peningkatan promosi dan kerjasama investasi
1. Sosialisasi dan advokasi bersama Walikota dengan swasta.
2. Penyelengaraan pameran investasi
Program Regulasi investasi di tingkat kota
Mengembangkan model insentif untuk pihak swasta yang peduli akan sanitasi
3 Menciptakan jaringan kemitraan pihak swasta dan pelaku bisnis untuk mendukung percepatan pembanguan sanitasi berskala kota
Peningkatan aliansi dan kemitraan dalam pengemasan pesan kunci dan kerangka acuan untuk promosi bersama stakeholders terkait
Kegiatan bersama secara berkala dan produksi materi komunikasi secara terpadu oleh seluruh stakeholders yang terkait
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 30
No Strategi Program Kegiatan Program Kerjasama informasi
dan media massa
Pemasangan spanduk dalam moment tertentu oleh pihak swasta
Program Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa
Pembinaan dan pengembangan jejaring komunikasi dan informasi
4 Penyusunan Regulasi CSR (Corporate Social Responsibility) dan pelibatan pelaku bisnis dalam pembangunan sektor sanitasi
Program Regulasi investasi di tingkat kota
1. Pendataan CSR 2. Koordinasi dan sinkronisasi
program CSR 3. Penyusunan draft Perda
CSR dan pelibatan pelaku bisnis. Dengar pendapat draft Perda (Raperda) CSR dan pelaku bisnis
4. Pengesahan Perda CSR dan pelibatan pelaku bisnis
5. Penyusunan kebijakan investasi bagi pembangunan fasilitas sanitasi
5.2.5 Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender, dan Kemiskinan
No Strategi Program Kegiatan 1 Mengembangkan pola pembinaan
yang partisipatif dalam upaya optimalisasi peran pemerintah kota, lembaga lokal, organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat dalam pengelolaan sanitasi
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan
Pemberdayaan lembaga dan ORMAS
Program Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
1. Pembinaan kelompok masyarakat dalam pembangunan desa/kota
2. Pelaksanaan musyawarah/pertemuan rutin masyarakat
Program Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
Pelatihan kader/kelompok masyarakat tentang pengelolaan keuangan kelompok
Program Peningkatan peran perempuan di pedesaan
Pelatihan perempuan dalam bidang usaha ekonomi produktif
2 Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin dalam pengelolaan sanitasi
Peningkatan peran serta/kesetaraan jender dalam pembangunan
1. Pembinaan organisasi perempuan
2. Pendidikan & pelatihan peningkatan peran serta dan kesetaraan jender
3. Pelatihan partisipatif untuk peniliaian kebutuhan masyarakat
Penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan anak
Peningkatan kapasitas dan jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan &
Strategi Sanitasi Kota Tegal V - 31
No Strategi Program Kegiatan anak
3 Mengoptimalkan kesetaraan peran perempuan & laki-laki, kaya & miskin dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Program Keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan
Sosialisasi terkait dengan kesetaraan jender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Peningkatan peran serta/kesetaraan jender dalam pembangunan
1. Pelatihan bagi perempuan tentang keorganisasian
2. Perekrutan tenaga kerja perempuan dalam pengelolaan sanitasi
4 Mengupayakan pengorganisasian masyarakat dalam kelompok untuk pengelolaan sanitasi
Program Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
1. Stimulasi pembentukan kelompok masyarakat peduli
2. Pembinaan kelompok masyarakat dalam pembangunan desa/kota
5 Mengoptimalkan dan mengembangkan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) terkait sanitasi yang berorientas jender dan kemiskinan, sesuai kebutuhan masyarakat dengan jangkauan yang luas
Program Penguatan kelembagaan pengarusutamaan jender dan anak
1. Pengembangan sistem informasi jender dan anak
2. Pengembangan materi dan pelaksanaan KIE tentang kesetaraan jender dan keadilan jender
6 Mengefektifkan peran dan fungsi lembaga formal dan informal dengan media massa dalam pengelolaan sanitasi yang berorientasi jender dan kemiskinan
Program Penguatan kelembagaan pengarusutamaan jender dan anak
Peningkatan kapasitas dan jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan & anak.
7 Mengakomodasi perencanaan partisipatif yang berorientasi pada jender dan masyarakat miskin dalam pembangunan sarana sanitasi
Peningkatan peran serta/kesetaraan jender dalam pembangunan
Pelatihan partisipatif untuk peniliaian kebutuhan masyarakat yang berwawasan jender
8 Mengupayakan pemberdayaan masyarakat melalui ”Survey Mawas Diri” dan kerjasama dengan lembaga lokal
Program Promosi Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Survey Mawas Diri dan pendataan kondisi sanitasi rumah tangga
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 1
BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Paparan bab ini tidak menjelaskan tentang kegiatan pemantauan dan
evaluasi sanitasi tetapi hanya memuat tentang strategi untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi dengan fokus kepada pemantauan dan evaluasi
Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang telah ditetapkan dalam bab-bab sebelumnya.
6.1 GAMBARAN UMUM PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI
Tujuan pembangunan sanitasi tingkat kota telah ditetapkan oleh
pemerintah kota dan dinyatakan dalam sebuah dokumen Strategi Sanitasi Kota
(SSK). Dokumen SSK juga mencantumkam target-target pembangunan sanitasi
subsektor (air bersih, air limbah, persampahan dan drainase) serta target aspek
perilaku hidup bersih dan sehat. Strategi, kebijakan dan daftar panjang program
dan kegiatan telah disiapkan dalam dokumen ini guna mendukung tercapainya
tujuan pembangunan sanitasi kota.
Dalam pelaksanaannya nanti, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi
untuk proses pelaksanaan SSK serta hasilnya guna melihat ketepatan
penggunaan sumber daya baik keuangan maupun manusia. Pemantauan dan
evaluasi terhadap pelaksanaan SSK juga perlu dilakukan untuk mengetahui
hambatan/masalah dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan untuk
meningkatkan kualitas proses di kemudian hari. Pemantauan dan evaluasi SSK
akan dilakukan untuk menilai capaian-capaian subsektor sanitasi dan aspek
perilaku hidup bersih dan sehat seperti tercantum di bab 2 dan 4 dokumen SSK.
Pemantauan atau juga dikenal sebagai monitoring bertujuan untuk:
1. Memverifikasi tingkat efektifitas dan efisiensi proses pelaksanaan
kegiatan.
2. Mengidentifikasi capaian dan kelemahannya.
3. Menetapkan rekomendasi langkah perbaikan untuk mengoptimalkan
pencapaian.
Sedangkan evaluasi bertujuan untuk menilai konsep, desain,
pelaksanaan, dan manfaat kegiatan dan program pembangunan sanitasi.
Hasil pemantauan dan evaluasi sangat penting sebagai umpan balik
bagi pengambil keputusan berkaitan:
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 2
1. Kemajuan relatif capaian strategis pembangunan sanitasi dengan
dilaksanakannya kegiatan-kegiatan pembangunan dalam kerangka
kebijakan dan strategi yang disepakati.
2. Bentuk usaha peningkatkan kinerja dan akuntabilitas institusi dalam usaha
pencapaian visi pembangunan sanitasi.
3. Kelembagaan untuk Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi
Pemantauan dan evaluasi mulai dilakukan di bulan Februari 2010 atau
setelah SSK diresmikan sebagai acuan bagi pemerintah kota dalam membangun
sanitasi. Pemantauan dilakukan setiap empat bulan yaitu di bulan April, Agustus
dan Desember. Kerangka waktu ini dipilih untuk menyelaraskan proses
pemantauan dan evaluasi dengan alur perencanaan dan penganggaran daerah.
Pihak yang terlibat dalam pemantauan dan evaluasi adalah sebagai
berikut:
Penanggungjawab Utama: 1. Ketua: Kepala Bappeda.
2. Wakil Ketua: Kabid Praswil dan Prasbangwil.
Pengumpul Data dan Dokumentasi: 1. Kasubid Praswil dan staff Bappeda
Pengolah data/Pemantau: 1. Ka. UPTD Diskimtaru
2. Ka. Seksi Pengkajian Dampak dan Lab KLH
3. Kabid Cipta karya DPU / Kasi Pembangunan Pengairan DPU
4. PDAM / Kabid Cipta Karya DPU
5. Kasi Penyehatan Lingkungan Dinkes
6. Kasubid Dokumen dan Publikasi Bagian Humas dan Protokol
7. Kabid Promosi BPPT
8. Kabid Pemberdayaan Masyarakat dan Ka. Pangan Bapermas
6.2 Pemantauan Strategi Sanitasi Kota 1. Pemantauan Capaian Pelaksanaan kegiatan adalah untuk menilai tingkat
investasi dan keluaran dari pelaksanaan kegiatan berkaitan sanitasi oleh
pemerintah kota. Kegiatan-kegiatan ini mengacu kepada usulan kegiatan
(rencana tindak) SSK maupun kegiatan-kegiatan diluar usulan SSK yang
dilaksanakan oleh SKPD. Jumlah kegiatan usulan SSK menurut tahun dan
sub sektornya adalah sebagai berikut:
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 3
Tabel 6.1 Jumlah kegiatan pertahun Sektor/sub sektor/aspek
TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014Sub Sektor Air Limbah Domestik 18 23 31 20 32 Sub Sektor Persampahan 11 31 32 29 27 Sub Sektor Darinase Lingkungan 6 10 13 12 11 Sektor Air Bersih 3 5 6 - - Aspek PHBS 12 31 29 32 29
Sumber: Data yang diolah. Keterangan: Masih merupakan daftar panjang usulan (long list). 2. Pemantauan Capaian Strategis adalah untuk menilai tingkat capaian tujuan
dan sasaran pembangunan subsektor sanitasi dengan melihat indikator-
indikator yang telah ditetapkan pada bab 4.1 Tujuan, Sasaran, serta Tahapan
Pencapaian Subsektor Sanitasi. Adapun sasarannya adalah sebagai berikut:
Tabel 6.2 Sasaran subsektor sanitasi, sektor air bersih dan PHBSKota Tegal tahun 2010 – 2014.
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 4
Tabel Capaian Strategis A. Subsektor Air Limbah
A.1 Tujuan Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kota Tegal melalui pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga yang berwawasan lingkungan.
A.1.1 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri skala rumah tangga perkotaan pada akhir tahun 2014
Adanya Master Plan Air Limbah Domestik termasuk Industri rumaht tangga.
0 2009 1 1
A.1.2 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Meningkatkan cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik dari 85,73% menjadi 90% pada akhir tahun 2014
cukup jelas 85.73% Dokumen RPIJM Cipata Karya 2009
90% 86% 87% 88% 89% 90%
A.1.3 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal dari 5 unit menjadi 10 unit di wilayah padat kumuh miskin perkotaan di akhir tahun 2014
Cukup jelas 5 unit KLH 2009 10 unit 2 1 1 1
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 5
A.1.4 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
kecil dari 3 unit menjadi 5 unit pada akhir Tersedianya dan berfungsinya IPAL komunal untuk industri tahun 2014
Cukup jelas 3 unit KLH 2009 5 unit 1 1 1 1 1
A.1.5 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan Air Limbah Domestik skala kota dari 60 KK/bulan menjadi 100 KK/bulan.
Cukup jelas 60 KIMTARU 100 60 70 80 90 100
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 6
B. Subsektor Persampahan B.1 Tujuan
Mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kota Tegal melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan untuk seluruh kota di atas Standar Pelayanan Minimum/SPM.
B.1.1 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan sampah dari 67% menjadi 80% pada akhir tahun 2014.
Cukup jelas 67% KIMTARU 2009 80% 70% 72% 75% 77% 80%
B.1.2 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Berkurangnya timbulan sampah post collection hingga 50 m3/hari pada tahun 2014 melalui composting skala kota
Cukup jelas 0 KIMTARU 2009 50 m3 10 20 30 40 50
B.1.3 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sistem 3R skala rumah tangga dari 1% menjadi 5% pada tahun 2014
Cukup jelas 1% KHL 2009 5% 1% 2% 3% 4% 5%
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 7
C. Subsektor Drainase C.1 Tujuan
Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di kota Tegal melalui penyediaan sarana dan prasarana drainase
C.1.1 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase kota yang terintegrasi di akhir tahun 2011.
Cukup jelas 0 DPU 2009 1 1
C.1.2 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Berkurangnya luas genangan di kota Tegal dari 646 Ha (data tahun 2008 - RPIJM Cipta Karya) menjadi 300 Ha dengan memprioritaskan penanganan di wilayah permukiman di akhir tahun 2014.
Cukup jelas 646 Ha area tergenan
RPIJM Cipta Karya, 2008.
300 Ha area tergena ng
600 Ha 500 Ha 450 Ha 400 Ha 300 Ha
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 8
D. Subsektor Air Bersih D.1 Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di kota Tegal melalui peningkatan cakupan layanan air bersih
D.1.1 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih kota Tegal dari 30% menjadi 45% pada tahun 2015
Cukup jelas 30% 45% 32% 35% 37% 42% 45%
D.1.2 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Terjaganya supply air secara kualitas dan kuantitas dari sumber secara terus menerus.
Mempertahankan supply yang ada. Debit supply yang tersedia …..M3/hari Kualitas Standar Baku Mutu air …..?
PDAM
D.1.3 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Menurunkan kehilangan air dari 43% menjadi 35% pada tahun 2014
Turunnya kehilangan air dari 43% menjadi 35%
43% PDAM 35% 41% 39% 37% 36% 35%
D.1.4 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Meningkatkan kepedulian stakeholder akan pentingnya air bersih
Terjaganya luas area konservasi disekitar sumber air. Jumlah laporan dari masyarakat tentang kebocoran
2 Ha
5
PDAM 2 Ha
15
2 Ha
7
2 Ha
9
2 Ha
11
2 Ha
12
2 Ha
15
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 9
E. Subsektor PHBS E.1 Tujuan
Mewujudkan kota Tegal yang sehat dengan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
E.1.1 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 60% pada tahun 2009 menjadi 85% pada tahun 2014.
Cukup jelas 60% Dinkes 85% 65% 70% 75% 80% 85%
E.1.2 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Mengoptimalkan peran sektor swasta (CSR) dalam promosi PHBS sampai tahun 2014
Keterlibatan 5 sektor swasta yang diorganisir oleh Pokja dan SKPD
1 Bappeda 5 2 2 3 4 5
E.1.3 Sasaran Indikator
Data Dasar Target 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Sumber & Tahun Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Mengoptimalkan peran media dalam promosi PHBS yang menarik minat dan partisipasi masyarakat mulai tahun 2010.
Promosi PHBS yang dilakukan media dikendalikan dan terpantau oleh Humas dan Pokja ( 8 Media )
4 Bappeda/Humas
8 6 8 8 8 8
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 10
3. Pemantauan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan adalah untuk menilai tingkat
kepedulian pengambil keputusan terhadap rekomendasi program dan kegiatan usulan
SSK. Hal ini dilakukan salah satunya adalah dengan melihat jumlah usulan kegiatan
SSK yang diakomodasi sebagai kegiatan SKPD dalam tahun perencanaan SSK.
6.3. Pendokumentasian. Data-data yang akan digunakan untuk menentukan data dasar atau baseline indikator
tujuan dan sasaran subsektor adalah data-data yang ada di SKPD masing-masing berupa;
laporan realisasi fisik dan keuangan (RFK), data hasil survey dan studi yang dilakukan di
SKPD masing-masing. Pokja akan mendokumentasi semua data dan informasi yang
masuk sebagai upaya untuk mengembangkan data base terkait sanitasi.
Pendekatan untuk dokumentasi data dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Pembagian peran dan tanggungjawab dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi
disesuaikan dengan kedudukan setiap institusi formal dan informal. Institusi formal adalah
SKPD Pemerintah Kota Tegal yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan
monitoring dan evaluasi kegiatan masing-masing SKPD. Sedangkan institusi informal
adalah institusi yang melaksanakan tugas monitoring dan evaluasi di luar SKPD dalam hal
ini Pokja Sanitasi Kota Tegal yang bertanggung jawab atas koordinasi kegiatan monitoring
dan evaluasi kemajuan sanitasi.
Tugas khusus Pokja Sanitasi yang terkait monev adalah:
Koordinasi semua kegiatan yang terkait dengan pemantauan capaian kegiatan, capaian
strategis dan perencanaan dan pengambilan keputusan. Koordinasi untuk memastikan
bahwa semua kegiatan yang diusulkan dalam SSK dapat diimplementasikan dan dipantau
dengan menggunakan instrumen yang tepat untuk memantau pencapaian sasaran, visi dan
tujuan.
Tugas ini memerlukan dua kegiatan penting monitoring, yakni pemantauan proses
perencanaan, untuk memastikan bahwa proses perencanaan sanitasi sudah berjalan efektif
dalam mencapai sasaran. Yang kedua adalah pemantauan pelaksanaan kegiatan dan
keluaran yang dihasilkan serta aspek capaian sasaran stretegismya. Dengan memakai
indikator sanitasi yang didefinisikan dengan jelas, untuk mengukur kecenderungan jangka
panjang dan perubahan serta memberikan panduan untuk penyesuaian yang diperlukan.
Strategi Sanitasi Kota Tegal VI - 11
6.4. Evaluasi Strategi Sanitasi Kota Evaluasi dilakukan untuk menemukan penyebab munculnya deviasi antara
rencana tercantum dalam SSK dengan realisasi capaian. Untuk evaluasi pelaksanaan
kegiatan, deviasi dapat dilihat dari jumlah kegiatan yang diusulkan dalam SSK dengan
jumlah kegiatan yang diakomodasi SKPD. Disamping itu dapat dilihat pula dari
perbandingan jumlah investasi dan keluaran kegiatan.
Evaluasi capaian strategis dapat dilihat dari deviasi target dengan capaian sasaran
subsektor sanitasi. Kegiatan evaluasi capaian strategis menggunakan data yang disarikan
dari kegiatan pemantauan pelaksanaan kegiatan dan pemantauan capaian strategis
pemerintah kota. Meskipun begitu, evaluasi ini perlu memperhatikan kontributor diluar
pemerintah kota yaitu swasta dan masyarakat. Oleh karena itu, survei sanitasi seluruh kota
perlu dilakukan untuk menilai capaian beberapa indikator. Survei ini hendaknya dilakukan
minimal setiap dua tahun sekali dan menggunakan metode yang sama. Evaluasi berkaitan
dengan dampak dari dilaksanakannya kegiatan perlu dilakukan tersendiri dalam jangka
waktu yang lebih panjang (5 tahunan).
6.5. Pelaporan Pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi menyampaian tiga hal yaitu deviasi
capaian pelaksanaan SSK terhadap rencananya, potensi penyebab deviasi dan
rekomendasi. Pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi akan disampaikan kepada elemen
pemerintah kota yaitu walikota, tim pengawas, tim pengarah/kepala SKPD, dan juga ketua
DPRD. Pelaporan juga disampaikan kepada pihak swasta yaitu BUMN/BUMD dan pelaku
bisnis. Pelaporan kepada masyarakat disampaikan kepada ulama, forum kota, perguruan
tinggi/universitas maupun masyarakat langsung. Pelaporan diberikan dalam bentuk
audiensi dan forum selain laporan tertulis. Media yang digunakan untuk pelaporan adalah
presentasi dan sosialiasi melalui media cetak dan elektronik.
Pelaporan berkaitan dengan hasil pemantauan pelaksanaan kegiatan serta
perencanaan dan pengambilan keputusan wajib disampaikan kepada ketua tim pengarah
dan walikota saat kegiatan pemantauan pelaksanaan kegiatan telah selesai dilaksanakan di
bulan April, Agustus, dan Desember.
Pelaporan berkaitan dengan hasil pemantauan capaian strategis dilaksanakan
setiap tahun di bulan Januari/Februari setelah dilaksanakannya usulan kegiatan dalam
SSK. Pelaporan capaian strategis tahunan ini hanya melaporkan tingkat kontribusi program
dan kegiatan pemerintah kota dalam mewujudkan tercapainya target strategis atau yang
berkaitan dengan tujuan dan sasaran subsektor sanitasi. Hasil survei tingkat kota juga perlu
disampaikan dalam pelaporan pemantauan capaian strategis.
Strategi Sanitasi Kota Tegal VII - 1
BAB VII PENUTUP
Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Tegal tahun 2010 – 2014 ini
merupakan proses yang pertama bagi Pemerintah Kota Tegal khususnya oleh
semua jajaran Pokja Sanitasi Kota Tegal, oleh karena itu masih belum lengkap
dan sempurna sebagaimana layaknya suatu Strategi Sanitasi Skala Kota yang
terintegrasi dan menyeluruh. Namun demikian terkandung banyak harapan dan
semangat untuk menjadikan Strategi Sanitasi Kota ini sebagai suatu dokumen
perencanaan di tingkat Kota Tegal. Berikut ini adalah beberapa butir kesimpulan
dan harapan.
7.1 Kesimpulan
1. Strategi Sanitasi Kota Tegal dimaksudkan sebagai arah dan pedoman
umum pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi beserta aspek
pendukungnya selama kurun waktu lima tahun dimulai sejak
disusunnya dokumen ini.
2. Untuk dapat mewujudkan Visi strategis sanitasi dibutuhkan rumusan
Misi yang terdiri dari beberapa kondisi sebagai parameter pencapaian
target dan sasaran yang telah ditetapkan.
3. Penetapan strategi pencapaian yang terdiri dari sasaran, program dan
kegiatan merupakan rangkaian langkah strategis untuk menyikapi isu
strategis menuju perwujudan Visi dan Misi yang pada dasarnya adalah
langkah awal menuju pencapaian tujuan dan arah pembangunan
jangka menengah Kota Tegal.
7.2 Harapan
1. Substansi yang terkandung dalam Dokumen Strategi Sanitasi Kota
Tegal tahun 2010 – 2014 ini diharapkan dapat mengikuti tuntutan
perkembangan situasi sehingga diperlukan proses evaluasi secara
berkelanjutan.
Strategi Sanitasi Kota Tegal VII - 2
2. Realisasi Strategi Sanitasi Kota Tegal tahun 2010 - 2014 wajib
didukung oleh segenap elemen stakeholders terkait.
3. Sebagai dokumen perencanaan yang dihasilkan secara partisipatif
melalui serangkaian lokakarya dan diskusi mendalam sudah tentu
dalam realisasinya juga dilakukan pendekatan partisipatif sehingga
hasil yang diraih dapat lebih optimal.
1
Glossary Sanitasi
Air : Campuran gas-gas, terutama oksigen dan nitrogen, yang mengelilingi bumi dan membentuk atmosfir (Jica Expert-DPU.2000.”Glossary Wastewater Treatment System”.Jakarta)
Air Limbah : Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. (Sugiharto.2005.Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah.Jakarta).
Air limbah Domestik : Air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau pemukiman termasuk didalamnya adalah yang berasal dari kamar mandi tempat cuci, WC, serta tempat memasak. (Sugiharto.2005.Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah.Jakarta).
Cubluk : Disebut juga dengan Soakage/leaching pit, merupakan suatu lubang yang digunakan untuk menampung tinja manusia dari jamban, berfungsi sebagai tempat pengendapan tinja dan juga sebagai media peresapan dari cairan yang masuk. Cairan yang masuk baik dari tinja, air seni maupun air pembilas dari jamban akan meresap ke dalam tanah dan sisa padatan akan teruarai. (Ir. Martin Dharmasetiawan, Msc.2006.”Perencanaan Sarana Sanitasi Perkotaan”.Jakarta).
Drainase : Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air dan atau ke bangunan resapan buatan (Balitbang PU)
Drainase Lingkungan : Atau disebut juga Ecodrain adalah Rangkaian usaha sejak dari sumber (hulu) sampai ke muara (hilir) untuk membuang/mengalirkan hujan kelebihan melalui saluran drainase dan atau sungai ke badan air (pantai/laut, dana, situ, waduk, dan bozem) dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di dataran banjir yang dilalui oleh saluran dan atau sungai tersebut (akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak).(DPU.2007)
Drainase Perkotaan : Drainase di wilayah kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia (Balitbang PU)
Higiene : Berasal dari bahasa yunani yang artinya perawatan dan pemeliharaan kesehatan (Petra Widmer.2005.”pangan, papan, dan kebun berguna”.Yogyakarta).
IPAL : Merupakan Instalasi Pengolahan Air Limbah yang mana pada umumnya tingkatan proses pengolahan air limbah didasarkan pada kondisi karakteristik kualitas influen yang masuk ke dalam IPAL serta persyaratan kualitas influent yang ditetapkan.
Tahapan pengolahan IPAL: 1. Pengolahan pendahuluan (pre-treatment) 2. Pengolahan primer (primary treatment) 3. Pengolahan sekunder (secondary treatment) 4. Pengolahan tersier (tertiary treatment) (Ir. Martin Dharmasetiawan, Msc.2006.”Perencanaan Sarana Sanitasi Perkotaan”.Jakarta).
2
IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja dengan tujuan untuk menurunkan kandungan zat organik dari lumpur tinja tersebut yang dapat mencemari lingkungan dan untuk menurunkan bakteri-bakteri patogen (organisme penyebab penyakit)
Jamban Sehat : Fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit (Departemen Kesehatan RI.2008.Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.Jakarta).
ODF : Open Defecation Free adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan (Departemen Kesehatan RI.2008.Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.Jakarta).
On Site System : Suatu sistem pengeloan air limbah yang berada di dalam persil (batas tanah yang dimiliki) atau dengan kata lain pada titik dimana limbah tersebut timbul, contoh: cubluk, tangki septik. (Robert J. Kodoatie, Ph.D. & Roestam Sjarief, Ph.D. 2008. “Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu”. Yogyakarta).
Off Site System : Sistem sanitasi secara terpusat adalah suatu sistem yang menggunakan sarana tertentu untuk membawa air limbah keluar dari persil, dan mengolahnya ke lokasi tertentu. Air limbah rumah tangga yang diolah secara terpusat di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tersebut adalah berasal dari kamar mandi, toilet dan dapur.
Suatu sistem pembuangan air limbah yang mengalirkan air limbah dari sumbernya ke saluran air limbah kota. Kemudian saluran air limbah kota akan mengumpulkan dan mengalirkan air limbah menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk di olah, sebelum dibuang ke Badan Air Penerima (BAP) dan/atau dimanfaatkan untuk kepentingan lain.
(Ir. Martin Dharmasetiawan, Msc.2006.”Perencanaan Sarana Sanitasi Perkotaan”.Jakarta).
Pencemaran Air : Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. (DPU.2007).
Pengelolaan Sampah : Kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008).
Penghasil Sampah : Setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah (Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008).
Peran Masyarakat : Keterlibatan masyarakat secara sukarela di dalam proses perumusan kebijakan dan pelaksanaan keputusan dan/atau kebijakan yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat pada setiap tahap kegiatan pembangunan (perencanaan, desain, implementasi, dan evaluasi). (DPU.2007).
Produksi Bersih : Strategi pencegahan dampak lingkungan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk, jasa untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap manusia maupun lingkungan (UNEP.1994).
3
Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KLH.2003).
3R : Upaya pengelolaan sampah dengan mencegah (reduce), memanfaatkan/memakai kembali (reuse), dan mendaur ulang (recycle). (Tim Penulis PS.2008.”Penanganan & Pengolahan Sampah”.Jakarta).
Reduce (Cegah) : Upaya pengelolaan sampah yang diterapkan dengan meminimalisir jumlah barang yang digunakan. Pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah saja, tetapi juga mencegah penggunaan barang-barang yang mengandung kimia berbahaya dan tidak mudah terdekomposisi. (Tim Penulis PS.2008.”Penanganan & Pengolahan Sampah”.Jakarta).
Reuse (Pakai Ulang) : Upaya pengelolaan sampah dengan memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung, diusahakan dipakai berulang-ulang. (Tim Penulis PS.2008.”Penanganan & Pengolahan Sampah”.Jakarta).
Recycle (Daur Ulang) : Upaya pengelolaan sampah dengan mengolah barang yang tidak terpakai menjadi barang baru. Upaya ini memerlukan campur tangan produsen pada praktiknya. Namun, beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh masyarakat, seperti pengomposan, pembuatan batako dan briket. (Tim Penulis PS.2008.”Penanganan & Pengolahan Sampah”.Jakarta).
Sampah : Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008).
Sampah Anorganik : Sampah yang tidak dapat terurai (undegradable), seperti karet, plastik, kaleng, dan logam. (Tim Penulis PS.2008.”Penanganan & Pengolahan Sampah”.Jakarta).
Sampah Organik : Sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur dan dapat terurai secara alami (degradable). (Tim Penulis PS.2008.”Penanganan & Pengolahan Sampah”.Jakarta).
Sanitasi : Terdiri dari tiga unsur, yaitu: 1) air limbah domestik; 2) sampah; 3) drainase (Pusteklim.2008.”Manual Teknologi Tepat Guna Pengolahan Air Limbah”.Yogyakarta).
Sanitasi Dasar : Sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga (Departemen Kesehatan RI.2008.Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.Jakarta).
Sanitasi Total : Kondisi ketika suatu komunitas: 1) tidak buang air besar (BAB) sembarangan; 2) Mencuci tangan pakai sabun; 3) Mengelola air minum dan makanan yang aman; 4) Mengelola sampah dengan benar; 5) Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman (Departemen Kesehatan RI.2008.Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.Jakarta).
4
Sewerage : Suatu sistem pembuangan air limbah yang mengalirkan air limbah dari sumbernya ke saluran air limbah kota, yang selanjutnya akan diteruskan ke IPAL untuk diolah.
(Ir. Martin Dharmasetiawan, Msc.2006.”Perencanaan Sarana Sanitasi Perkotaan”.Jakarta).
Separate/Konvensional System: Pengaliran air limbah yang dipisahkan dengan air hujan, pengaliran air limbah dengan sistem ini biasanya digunakan perpipaan air limbah yang terpisah (sewerage) dari saluran drainase, kemudian dialirkan ke Instalasi Pengolahaan Air Limbah (IPAL), baru kemudian hasil olahan dialirkan ke badan air penerima (sungai/ laut)
Combine System: pengaliran air limbah yang dicampurkan dengan air hujan, pengaliran air limbah secara bersama-sama dengan saluran drainase, kemudian dialirkan ke Instalasi Pengolahaan Air Limbah (IPAL), sebelum dialirkan ke badan air penerima (sungai/laut).
Sistem IPAL : Sistem Instalasi Pengolahan air limbah merupakan sistem yang diterapakan untuk menurunkan kadar polutan yang ada dalam air (berlebih) agar berkurang sampai batas yang diperbolehkan. Ada beberapa macam cara pengolahan limbah cair, tergantung dari sifat atau karakteristik dan kandungan parameter pencemar yang ada.
Spesifik Sampah : Sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumnya memerlukan pengelolaan khusus (Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008).
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan (Departemen Kesehatan RI.2008.Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.Jakarta).
Sumber Sampah : Asal Timbulan Sampah (Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008).
Tangki Septik : Merupakan sarana pembuangan air limbah yang sangat umum digunakan terutama di perkotaan Indonesia. Prinsip utamanya adalah mengendapkan bahan padatan yang terkandung air limbah dan diuraikan secara anaerobic (tanpa oksigen) di dalam tangki sedangkan bagian cairnya dialirkan ke bidang peresapan. (Ir. Martin Dharmasetiawan, Msc.2006.”Perencanaan Sarana Sanitasi Perkotaan”.Jakarta).
Tata Ruang : Wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun yang tidak direncanakan (terbentuk secara alamiah seperti wilayah aliran sungai, danau, suaka alam, gua, gunung, dan sejenisnya).
Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentukan rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan lainnya membentuk tata ruang (Seperti pusat kota, pusat lingkungan, pusat pemerintahan; prasarana jalan seperti jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal; rancang bangun kota seperti ketinggian bangunan, garis langit, dan sebagainya).
Pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam (pola lokasi,
5
sebaran permukiman, tempat kerja, industri, dan pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan).
(Parfi Khadiyanto.2005.”Tata Ruang Berbasis Pada Kesesuaian Lahan”.Semarang).
TPS : Tempat Penampungan Sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008).
TPA : Tempat Pembuangan Akhir adalah Tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008).
Analisis Zona Air Bersih Kota Tegal
Tahun 2007
Kelurahan Kecamatan Population Luas
(Ha) Density (pop/ha)
Density (pop/ha)
2014 Classification Initial scoring
Water supply Male Female Total 2014-RPIJM
Pop density<25p/ha
Extreme soil
condition
Pop density > 175 pop/ha
Public places, CBD,
markets, etc
Pop density>100p/ha
Ground water poor
quality
Ability to pay - high
Yang telah
dilayani PDAM
System Choice
Muarareja Kec. Tegal Barat 5,798
6,360 773
8
8 peri-urban 0 1 0 0 0 1 1 Short-term action
Pasurungan Lor Kec. Margadana 4,880
4,744 182
27
26 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Short-term action
Kalinyamat Kulon Kec. Margadana 5,258
5,345 152
35
35 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Kaligangsa Kec. Margadana 10,520
10,731 253
42
42 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Cabawan Kec. Margadana 6,045
6,184 128
47
48 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Kalinyamat Wetan Kec. Tegal Selatan 4,357
4,482 89
49
50 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Debong Kulon Kec. Tegal Selatan 3,668
4,044 74
50
55 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Krandon Kec. Margadana 6,406
6,737 120
53
56 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Margadana Kec. Margadana 12,985
13,218 241
54
55 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Debong Lor Kec. Tegal Barat 3,200
3,290 56
57
59 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Sumurpanggang Kec. Margadana 6,075
6,190 100
61
62 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Kemandungan Kec. Tegal Barat 3,585
3,698 56
64
66 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Keturen Kec. Tegal Selatan 4,252
4,312 62
69
70 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Pasurungan Kidul Kec. Tegal Barat 4,970
5,097 72
69
71 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Tunon Kec. Tegal Selatan 5,417
5,570 75
72
74 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Pekauman Kec. Tegal Barat 8,000
8,109 96
83
84 peri-urban 0 0 0 1 0 0 1 Short-term action
Bandung Kec. Tegal Selatan 5,259
5,369 59
89
91 peri-urban 0 0 0 0 0 0 1 Medium-term action
Tegalsari Kec. Tegal Barat 23,254
23,817 219
106
109 urban low 0 1 0 1 1 1 1 Short-term action
Mintaragen Kec. Tegal Timur 15,147
15,392 141
107
109 urban low 0 1 0 1 1 1 1 Short-term action
Debong Tengah Kec. Tegal Selatan 12,059
12,315 111
109
111 urban low 0 0 0 0 1 0 1 Medium-term action
Slerok Kec. Tegal Timur 15,131
15,434 139
109
111 urban low 0 0 0 0 1 0 1 Medium-term action
Mangkukusuman Kec. Tegal Timur 5,262
5,292 47
112
113 urban low 0 0 0 1 1 0 1 Short-term action
Panggung Kec. Tegal Timur 26,312
27,091 223
118
121 urban low 0 0 0 0 1 0 1 Medium-term action
Kraton Kec. Tegal Barat 14,952
15,238 123
122
124 urban low 0 0 0 1 1 0 1 Short-term action
Randugunting Kec. Tegal Selatan 17,768
18,214 138
129
132 urban low 0 0 0 0 1 0 1 Medium-term action
Debong Kidul Kec. Tegal Selatan 4,720
4,804 35
135
137 urban low 0 0 0 0 1 0 1 Medium-term action
Kejambon Kec. Tegal Timur 11,801
12,307 86
137
143 urban low 0 0 0 0 1 0 1 Medium-term action
Analisis Zona Air Limbah Tegal
Tahun 2014
Kelurahan Population
Luas (Ha) Density (pop/ha)
2007
Density (pop/ha)
2014 Classification Initial scoring Domestic liquid waste
Male Female Total 2014-RPIJM
Pop. Density > 25 pop/ha
Extreme soil
condition
business district - current
business district - future
Pop density > 100 pop/ha
Pop density >
250 pop/ha
Pop density >
175 pop/ha
Health risk
(4 or 3)
Sub-soil condition
unsuitable
Poor HH System Choise
Muarareja Kec. Tegal Barat 5,798
6,360 773
8
8 peri-urban 1 1 0 0 0 0 0 0 1
Aab - On site, household based
Pasurungan Lor Kec. Margadana 4,880
4,744 182
27
26 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 (2)
Aab - On site, household based
Kalinyamat Kulon Kec. Margadana 5,258
5,345 152
35
35 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 1 (4) 0 1 (7)
Aab - On site, household based
Kaligangsa Kec. Margadana 10,520
10,731 253
42
42 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Aab - On site, household based
Cabawan Kec. Margadana 6,045
6,184 128
47
48 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Aab - On site, household based
Kalinyamat Wetan Kec. Tegal Selatan 4,357
4,482 89
49
50 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 1 (4) 0 1 (3)
Aab - On site, household based
Debong Kulon Kec. Tegal Selatan 3,668
4,044 74
50
55 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 (8)
Aab - On site, household based
Krandon Kec. Margadana 6,406
6,737 120
53
56 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 1 (3) 0
Aab - On site, household based
Margadana Kec. Margadana 12,985
13,218 241
54
55 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 1 (3) 0
Aab - On site, household based
Debong Lor Kec. Tegal Barat 3,200
3,290 56
57
59 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 1 (3) 0 1 (1)
Aab - On site, household based
Sumurpanggang Kec. Margadana 6,075
6,190 100
61
62 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 1 (4) 0 1 (6)
Aab - On site, household based
Kemandungan Kec. Tegal Barat 3,585
3,698 56
64
66 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Aab - On site, household based
Keturen Kec. Tegal Selatan 4,252
4,312 62
69
70 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Aab - On site, household based
Pasurungan Kidul Kec. Tegal Barat 4,970
5,097 72
69
71 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 1 (3) 0 1 (9)
Aab - On site, household based
Tunon Kec. Tegal Selatan 5,417
5,570 75
72
74 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 1 (4) 0 1 (10)
Aab - On site, household based
Pekauman Kec. Tegal Barat 8,000
8,109 96
83
84 peri-urban 1 0 1 0 0 0 0 0 0
Bba - Off site medium term
Bandung Kec. Tegal Selatan 5,259
5,369 59
89
91 peri-urban 1 0 0 0 0 0 0 1 (4) 0 1 (4)
Aab - On site, household based
Tegalsari Kec. Tegal Barat 23,254
23,817 219
106
109 urban low 1 0 1 0 1 0 0 1 (4) 0
Bba - Off site medium term
Mintaragen Kec. Tegal Timur 15,147
15,392 141
107
109 urban low 1 0 0 1 1 0 0 1 (3) 0 Baa - Off site, long term
Debong Tengah Kec. Tegal Selatan 12,059
12,315 111
109
111 urban low 1 0 0 0 1 0 0 1 (3) 0 1 (12)
Abb - On site, household and/or community based
Slerok Kec. Tegal Timur 15,131
15,434 139
109
111 urban low 1 0 0 0 1 0 0 1 (3) 0
Abb - On site, household and/or community based
Mangkukusuman Kec. Tegal Timur 5,262
5,292 47
112
113 urban low 1 0 1 0 1 0 0 1 (3) 0 1 (11)
Bba - Off site medium term
Panggung Kec. Tegal Timur 26,312
27,091 223
118
121 urban low 1 0 0 0 1 0 0 1 (3) 0
Abb - On site, household and/or community based
Kraton Kec. Tegal Barat 14,952
15,238 123
122
124 urban low 1 0 1 0 1 0 0 0 0
Bba - Off site medium term
Randugunting Kec. Tegal Selatan 17,768
18,214 138
129
132 urban low 1 0 0 0 1 0 0 1 (3) 0
Abb - On site, household and/or community based
Debong Kidul Kec. Tegal Selatan 4,720
4,804 35
135
137 urban low 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 (5)
Aab - On site, household based
Kejambon Kec. Tegal Timur 11,801
12,307 86
137
143 urban low 1 0 0 0 1 0 0 0 0
Aab - On site, household based
Analisis Zona Darinase Kota Tegal
Tahun 2007
Kelurahan Kecamatan Population Luas
(Ha) Density (pop/ha)
Density (pop/ha)
2014 Classification
Initial scoring
Male Female Total 2014-RPIJM Tertiary drainage
Pop
density<25p/ha
rob Public places, CBD, markets,
etc
Pop density > 175 pop/ha
annual inundation
>30cm >2hours
Pop density>1
00p/ha
Health risk (4 or 3)
mka tanah tinggi
System Choice
Muarareja Kec. Tegal Barat 5,798
6,360 773
8
8 peri-urban 1 1 0 0 0 0 Short term action
Pasurungan Lor Kec. Margadana 4,880
4,744 182
27
26 peri-urban 1 0 0 0 1 0 0 Long-term action
Kalinyamat Kulon Kec. Margadana 5,258
5,345 152
35
35 peri-urban 0 0 0 0 1 0 1 (4) Long-term action
Kaligangsa Kec. Margadana 10,520
10,731 253
42
42 peri-urban 0 0 0 0 1 0 0 Long-term action
Cabawan Kec. Margadana 6,045
6,184 128
47
48 peri-urban 0 0 0 0 1 0 0 Long-term action
Kalinyamat Wetan Kec. Tegal Selatan 4,357
4,482 89
49
50 peri-urban 0 0 0 0 1 0 1 (4) Long-term action
Debong Kulon Kec. Tegal Selatan 3,668
4,044 74
50
55 peri-urban 0 0 0 0 0 0 Long-term action
Krandon Kec. Margadana 6,406
6,737 120
53
56 peri-urban 0 0 0 0 1 0 1 (3) Long-term action
Margadana Kec. Margadana 12,985
13,218 241
54
55 peri-urban 0 0 0 0 1 0 1 (3) Long-term action
Debong Lor Kec. Tegal Barat 3,200
3,290 56
57
59 peri-urban 0 0 0 0 0 1 (3) Long-term action
Sumurpanggang Kec. Margadana 6,075
6,190 100
61
62 peri-urban 0 0 0 0 1 0 1 (4) Long-term action
Kemandungan Kec. Tegal Barat 3,585
3,698 56
64
66 peri-urban 0 0 0 0 0 0 Long-term action
Keturen Kec. Tegal Selatan 4,252
4,312 62
69
70 peri-urban 0 0 0 0 0 0 Long-term action
Pasurungan Kidul Kec. Tegal Barat 4,970
5,097 72
69
71 peri-urban 0 0 0 0 0 1 (3) Long-term action
Tunon Kec. Tegal Selatan 5,417
5,570 75
72
74 peri-urban 0 0 0 0 1 0 1 (4) Short term action
Pekauman Kec. Tegal Barat 8,000
8,109 96
83
84 peri-urban 0 0 1 0 0 0 Long-term action
Bandung Kec. Tegal Selatan 5,259
5,369 59
89
91 peri-urban 0 0 0 0 1 0 1 (4) Short term action
Tegalsari Kec. Tegal Barat 23,254
23,817 219
106
109 urban low 0 1 1 0 1 1 (4) Short term action
Mintaragen Kec. Tegal Timur 15,147
15,392 141
107
109 urban low 0 1 1 0 1 1 (3) Medium-term action
Debong Tengah Kec. Tegal Selatan 12,059
12,315 111
109
111 urban low 0 0 0 0 1 1 1 (3) Medium-term action
Slerok Kec. Tegal Timur 15,131
15,434 139
109
111 urban low 0 0 0 0 1 1 (3) Short term action
Mangkukusuman Kec. Tegal Timur 5,262
5,292 47
112
113 urban low 0 0 1 0 1 1 (3) Medium-term action
Panggung Kec. Tegal Timur 26,312
27,091 223
118
121 urban low 0 0 0 0 1 1 1 (3) Short term action
Kraton Kec. Tegal Barat 14,952
15,238 123
122
124 urban low 0 0 1 0 1 1 0 Medium-term action
Randugunting Kec. Tegal Selatan 17,768
18,214 138
129
132 urban low 0 0 0 0 1 1 (3) Medium to long term action
Debong Kidul Kec. Tegal Selatan 4,720
4,804 35
135
137 urban low 0 0 0 0 1 0 Medium to long term action
Kejambon Kec. Tegal Timur 11,801
12,307 86
137
143 urban low 0 0 0 0 1 0
Analisis Zona Persampahan Tegal
Tahun 2007
Kelurahan Kecamatan Population Luas
(Ha) Density (pop/ha)
2007
Density (pop/ha)
2014 Classification
Initial scoring
Male Female Total 2014-RPIJM Domestic waste
Public places, CBD, markets,
etc
Pop density>100p/ha
Pop density>25p/ha System Choice
Muarareja Kec. Tegal Barat 5,798
6,360 773
8
8 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Pasurungan Lor Kec. Margadana 4,880
4,744 182
27
26 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Kalinyamat Kulon Kec. Margadana 5,258
5,345 152
35
35 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Kaligangsa Kec. Margadana 10,520
10,731 253
42
42 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Cabawan Kec. Margadana 6,045
6,184 128
47
48 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Kalinyamat Wetan Kec. Tegal Selatan 4,357
4,482 89
49
50 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Debong Kulon Kec. Tegal Selatan 3,668
4,044 74
50
55 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Krandon Kec. Margadana 6,406
6,737 120
53
56 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Margadana Kec. Margadana 12,985
13,218 241
54
55 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Debong Lor Kec. Tegal Barat 3,200
3,290 56
57
59 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Sumurpanggang Kec. Margadana 6,075
6,190 100
61
62 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Kemandungan Kec. Tegal Barat 3,585
3,698 56
64
66 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Keturen Kec. Tegal Selatan 4,252
4,312 62
69
70 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Pasurungan Kidul Kec. Tegal Barat 4,970
5,097 72
69
71 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Tunon Kec. Tegal Selatan 5,417
5,570 75
72
74 peri-urban 0 0 1 Coverage 70%, medium-term action; in direct
Pekauman Kec. Tegal Barat 8,000
8,109 96
83
84 peri-urban 1 0 1 Full coverage, including street sweeping - short-term action
Bandung Kec. Tegal Selatan 5,259
5,369 59
89
91 peri-urban 1 0 1 Full coverage, short-term action incl. street sweeping(in-direct)
Tegalsari Kec. Tegal Barat 23,254
23,817 219
106
109 urban low 1 1 1 Full coverage, short-term action incl. street sweeping(in-direct)
Mintaragen Kec. Tegal Timur 15,147
15,392 141
107
109 urban low 1 1 1 Full coverage, short-term action incl. street sweeping(in-direct)
Debong Tengah Kec. Tegal Selatan 12,059
12,315 111
109
111 urban low 0 1 1 Full coverage, medium-term action
Slerok Kec. Tegal Timur 15,131
15,434 139
109
111 urban low 1 1 1 Full coverage, short-term action incl. street sweeping(in-direct)
Mangkukusuman Kec. Tegal Timur 5,262
5,292 47
112
113 urban low 1 1 1 Full coverage, including street sweeping - short-term action
Panggung Kec. Tegal Timur 26,312
27,091 223
118
121 urban low 1 1 1 Full coverage, short-term action incl. street sweeping(in-direct)
Kraton Kec. Tegal Barat 14,952
15,238 123
122
124 urban low 1 1 1 Full coverage, including street sweeping - short-term action
Randugunting Kec. Tegal Selatan 17,768
18,214 138
129
132 urban low 1 1 1 Full coverage, short-term action incl. street sweeping(in-direct)
Debong Kidul Kec. Tegal Selatan 4,720
4,804 35
135
137 urban low 0 1 1 Full coverage, medium-term action
Kejambon Kec. Tegal Timur 11,801
12,307 86
137
143 urban low 0 1 1 Full coverage, medium-term action
Top Related