7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
1/64
STRATEGI PEMBELAJARAN IPS
STRATEGI PEMBELAJARAN IPS DENGAN
PENDEKATAN KOMPREHENSHIF
Oleh: Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd
A.Pendahuluan
Berbicara tentang pendidikan, maka akan berbicara tentang dua aspek
penting, yaitu praktek pendidikan dan teori pendidikan. Praktek pendidikan
dapat diartikan sebagai seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan
membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang
diharapkan (Sadulloh,2003:1-2). Praktek pendidikan dapat dilihat dari tiga
aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan atau
motivasi. Adapun teori pendidikan dapat diartikan seperangkat konsep yang
sudah tersusun secara sistematis dan teruji secara empirik yang dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam praktek pendidikan.
Dalam paradigma baru tentang pendidikan, baik dalam konteks teori
maupun praktek, istilah pembelajaran lebih banyak dikembangkan. Menurut
Djahiri (2007:1) pembelajaran itu sendiri dapat dimaknai secara prosedural
maupun programatik. Secara programatik pembelajaran dimaknai sebagai
seperangkat komponen rancangan pelajaran yang memuat hasil pilihan dan
ramuan profesional perancang/guru untuk dibelajarkan kepada peserta
didiknya. Rancangan tersebut meliputi 5 komponen (M3SE) yakni; (1) Materi
atau bahan pelajaran, (2) Metode atau kegiatan belajar-mengajar, (3) Media
pelajaran atau alat bantu, (4) Sumber sub 1-2-3, (5) Pola Evaluasi atau
penilaian perolehan belajar. Adapun secara prosedural, pembelajaran adalah
proses interaksi/interadiasi antara kegiatan belajar siswa dengan kegiatan
mengajar guru serta dengan lingkungan belajarnya (learning environment).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum
pembelajaran di persekolahan, selayaknya disampaikan secara menarik dan
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
2/64
penuh makna dengan memadukan seluruh komponen pemebalajaran secara
efektif. Selain itu, IPS sebagai disiplin ilmu yang memiliki sensitivitas tinggi
terhadap dinamika perkembangan masyarakat. Dalam praktek
pembelajarannya harus senantiasa memperhatikan konteks yang berkembang.
Pendekatan-pendekatan pembelajaran efektif yang di ramu dari teori
pendidikan modern menjadi salah satu intrumen penting untuk diperhatikan
agar pembelajaran tetap menarik bagi peserta didik serta senantiasa relevan
dengan konteks yang berkembang.
Tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikapmental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat secara umum.
Untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan strategi yang memadukan
setiap komponen pembelajaran secara integrated dan koheren. Penentuan
materi yang tepat, metode yang efektif, media dan sumber pembelajaran yang
relevan serta proses evaluasi yang dapat mengukur tingkat pencapaian proses
dan hasil terhadap tujuan pembelajaran menjadi pekerjaan utama para aktor
pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Peran pendidik yang kini mengalami pergeseran dari teacher centered
menuju student centered merupakan suatu fenomena yang memiliki makna
filosofis terhadap praktek pembelajaran di persekolahan. Oleh karenanya, guruabad sekarang harus mampu meningkatkan profesionalismenya serta
senantiasa beradaptasi dengan dinamika perkembangan dunia pendidikan pada
khususnya dan dinamika global pada umumnya.
Berangkat dari uraian di atas, dalam makalah ini penulis akan
mendeskprisikan tentang konsep pembelajaran IPS beserta beberapa
pendekatan yang dinilai cukup efektif untuk diterapkan. Selain itu,
dihubungkan pula dengan konteks pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
3/64
Pendidikan (KTSP) sebagai trend terbaru dalam kebijakan pengembangan
kurikulum pada tingkat persekolahan.
B.Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
1.Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena
sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-
cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,
dan budaya).
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki
keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan
yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan
wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode.
Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai,
kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik,
ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-
budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang
kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan.
Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti
konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
4/64
Gambar 1: Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial
2.Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Karateristik mata pelajaran IPS antara lain sebagai berikut:
a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)
tertentu.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner.
d.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwadan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses
dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agarsurvive
seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan
keamanan.
e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
5/64
kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut
terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia
Dimensi
dalam
kehidupan
manusia
Ruang Waktu Norma/Nilai
Area dan
substansi
pembelajaran
Alam sebagai
tempat dan
penyedia
potensi sumber
daya
Alam dan
kehidupan yang
selalu
berproses,
masa lalu, saatini, dan yang
akan datang
Kaidah atau aturan yang
menjadi perekat dan
penjamin keharmonisan
kehidupan manusia dan
alam
Contoh
Kompetensi
Dasar yang
dikembang-
kan
Adaptasi
spasial dan
eksploratif
Berpikir
kronologis,
prospektif,
antisipatif
Konsisten dengan aturan
yang disepakati dan
kaidah alamiah masing-
masing disiplin ilmu
Alternatif
penyajian
dalam mata
pelajaran
Geografi Sejarah Ekonomi,
Sosiologi/Antropologi
3.Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial
yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri
maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai
manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan
secara baik. Menurut Awan Mutakin (1998), berdasarkan rumusan tujuan
umum tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
6/64
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
c.Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampumembangun diri sendiri agarsurvive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
4.Nilai-nilai yang dikembangkan dalam IPS
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
diantaranya adalah sebagai berikut:
a.Nilai Ketuhanan
Materi pembelajaran apapun dalam pendidikan IPS wajib berlandaskan
kepada nilai ketuhanan. Nilai ketuhanan merupakan nilai transendental
yang menjadi core value dari sistem nilai yang ada.
b.Nilai Edukatif
Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS adalah
adanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang lebih
baik. Proses pembelajaran IPS tiidak hanya terbatas di kelas dansekolah pada umumnya melainkan lebih jauh dari itu dilaksanakan
dalam kekhidupan sehari-hari
c.Nilai Praktis
Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki
nilai praktis. Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka,
melainkan digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual.
d.Nilai Teoritis
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
7/64
Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan fakta dan data yang terlepas
dari kerangka teoritis, melainkan dibina dan dikembangkan
kemampuan nalar kearah sense of rality, sense of discovery, sense of
inquiry, serta kemampuan mengajukan hipotesis terhadap suatu
masalah.
e.Nilai Filsafat
Menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi dan
pernannya di tengah masyarakat, sehingga tumbuh kesadaran mereka
selaku anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial
f.Nilai Kemanusiaan.Nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, tanggung jawab,
kejujuran, kedamaian, tanpa kekerasan, dan sebagainya perlu
disaampaikan secara terpadu dalam pembelajaran IPS, sehingga
dihasilkan kualitas lulusan yang unggul (human excellence) atau
manusia utuh/kaffah sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional.
5. Konsep Pembelajaran Terpadu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS)
Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut
dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada
hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik
dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah
memadukan Kompetensi Dasar.
Dengan pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk
menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal
yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk
dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Dalam pendekatan pembelajaran terpadu, program
pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu
sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
8/64
mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian
dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang
ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa,
dan permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan
yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut
pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata,
IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari
berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
6.Model-model Pembelajaran IPS Terpadu
a.Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran IPS, keterpaduan dapat dilakukan
berdasarkan topik yang terkait, misalnya Kegiatan Ekonomi
penduduk. Kegiatan ekonomi penduduk dapat ditinjau dari berbagai
disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi penduduk
dapat dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis
yang tercakup dalam disiplin Geografi.
Secara sosiologi, kegiatan ekonomi penduduk dapat
mempengaruhi interaksi sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara
historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu
mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep tentang jenis-
jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan
krteatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat
dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.
b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yangdidasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai
contoh, Potensi Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata. Dalam
pembelajaran yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan
ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan kausalitas, serta
perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama
yang terdapat di daerahnya, maka peserta didik selain dapat memahami
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
9/64
kondisi daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang
terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam IPS .
c. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah
berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah Tenaga Kerja
Indonesia. Pada pembelajaran terpadu, Tenaga Kerja Indonesia
ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Di
antaranya adalah faktor geografi, ekonomi, sosiologi, dan historis.
C.Pendekatan-Pendekatan yang Efektif dalam Pembelajaran IPS
1.Pendekatan Kontekstual
a.Mengapa Pendekatan Kontekstual
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang
dialaminya, bukan sekedar mengetahui-nya. Pembelajaran yang
berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dari kompetensi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, pendekatan
kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu
pendekatan pengajaran yang diharapkan dapat memenuhi harapan bahwa
anak sampai pada fase mampu mengalami dan mampu menanggapi
fenomena-fenomena kotekstual dalam kehidupan sehari-harinya.
Terdapat beberapa alasan mengapa pembelajaran kontekstualdikembangkan dewasa ini:
1) Penerapan kontek budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan
buku pedoman guru, dan buku teks akan mendorong sebagian siswa
untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan.
2) Penerapan konteks sosial dalam pembangunan silabus, penyusunan
buku pedoman, dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
10/64
masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk
mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap
perkembangan masyarakat.
3) Penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan keterampilan
komunikasi, akan membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh
terlibat dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat.
4) Penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan
kesejahteraan sosial politik serta dapat meningkatkan kesejahteraan
sosial.
5) Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat.
6) Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan
lebih produktif dan bermakna. Pendekatan konstektual dapat
dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
IPS merupakan ilmu yang berangkat dari fenomena keseharian, dan tidak bisa
dilepaskan dari dinamika perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah,
dinamika dan perubahan tersebut memiliki kekhasan sesuai dengan
lingkungan masyarakat berada. Oleh karenanya, pembelajaran IPS bagi anak
menjadi keniscayaan untuk selalu dihubungkan dengan konteksnya, sehingga
apa yang diperoleh anak tidak hanya berada dalam wilayah kognisi, melainkan
sampai kepada tataran dunia nyata yang ia jalani sehari-hari. Apa yang ia
dapatkan di sekolah merupakan apa yang ia jalani dan butuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Jika tidak demikian, maka apa yang diperolehnya di
sekolah hanya akan menjadi barang kadaluarsa yang tidak bernilai guna.
b.Pengertian Pendekatan Kontekstual
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
11/64
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Bagi disiplin ilmu sosial, pendekatan ini sangat cocok karena
fenomena sosial senantiasa mengalami perubahan sehingga apa yang siswa
pelajari betul-betul selalu up to date dan relevan dengan apa yang ia alami
sehari-hari.
Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkandunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses
pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami
makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya.
Dalam CTL diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan
siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam
benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu, siswa belajar
melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah
perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus
dikonstruksi oleh siswa.
Ilmu pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Oleh karenanya, pendekatan ini menjadi pendekatan yang sangat cocok dan
menjadi keniscayaan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).
c.Kunci Dasar Pembelajaran Kontekstual
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
12/64
The Northwest Regional Education Laboratory USA mengungkapkan bahwa
terdapat enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:
1. Pembelajaran bermakna; pemahaman, dan penalaran pribadi sangat terkait
dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran.
2. Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang
dipelajari dan diterapkan dalam tataran kehidupan dan fungsi dimasa sekarang
atau dimasa yang akan datang.
3. Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berfikir
kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan
suatu masalah.
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar; isi pembelajaran harus
dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan IPTEK serta
dunia kerja.
5. Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan menghargai nilai,
kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman, pendidik dan masyarakat tempat ia
mendidik
6. Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi penalarannya yang akan
merefleksikan hasil belajar sesungguhnya.
d.Penerapan CTL dalam Pembelajaran IPS
Siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Kembangkan
sifat keingintahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar
(belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam
pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik
yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
13/64
Praktek pendidikan dewasa ini, masih didominasi oleh kelas yang berfokus
pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah menjadi pilihan
utama dalam menentukan strategi belajar dan sering mengabaikan potensi siswa.
Untuk itu, diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa.
Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa adalah pendekatan kontekstual
(CTL) sebagaimana yang sudah diuraikan di atas.
CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for
Contextual Teaching and Learning, melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah
dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.
Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-gurudari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika
Serikat, melalui Direktorat SLTP Depdiknas
Pendekatan Kontekstual atau CTL merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks
ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka
dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna sebagai bekal hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapainya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswadalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar
mengajar lebih diwarnai Student Centereddaripada Teacher Centered.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai
berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2)
Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
14/64
secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa
yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan
dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan
mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan
pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan
penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan
refleksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk
belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing),
menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer(transferring).
1) Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep
baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Dengan demikian, mengaitkan
apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2) Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3) Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam
latihan yang realistic dan relevan.
4) Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok
sering dapat mengatasi masalah yang kompleks dengan sedikit bantuan.
Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar,
tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5) Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual adalah sebagai berikut 1)
Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
15/64
dalam berbagai konteks 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa
dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam
kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan
siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik
Adapun menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual
(CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning
Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang
sebenarnya (Authentic). Ketujuh komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:1)Konstruktivisme (Constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi
merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara
mental membangun pengetahuannya, dilandasi oleh struktur pengetahuan
yang dimilikinya.
2)Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus
yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan
dugaan (hipotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan
(conclusion).
3)Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan
bertanya berguna untuk: 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman
siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6)
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7)
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
16/64
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4)Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari sharing antar
teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat
belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang
terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5)Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi
bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa
yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran
kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan
melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
6)Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari
aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh
hari itu.
7)Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru
agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar.
Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual,
penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
2.Pendekatan Kompetensi
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melakukan sesuatu yang
diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
17/64
proses pembelajaran, kompetensi merujuk kepada perbuatan (performance)
yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar.
Kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang
dapat diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap serta tahapa-tahap pelaksanaannya secara utuh.
Terdapat dua landasan teoretis yang mendasari pendidikan berdasarkan
pendekatan kompetensi.
a. Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran
individual. Melalui pembelajaran individual peserta didik diharapkan
dapat belajar sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Setiap peserta
didik dapat belajar dengan cara dan berdasarkan kemampuan masing-
masing. Hal ini membutuhkan pengaturan kelas yang fleksibel, baik sarana
maupun waktu, karena dimungkinkan peserta didik belajar dengan
kecepatan yang berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta mempelajari
bahan ajar yang berbeda pula.
b.Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai
penugasan (learning for mastery) adalah suatu filsafat tentang
pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang
tepat semua peserta didik akan dapat belajar dengan hasil baik dari seluruh
bahan yang diberikan.
Menurut Mulyasa (2007:97), implikasi pendekatan kompetensi dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual,
meskipun dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu
diperhatikan perbedaan peserta didik.
b. Perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode dan
media bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti
kegiatan belajar tenang dan menyenangkan.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
18/64
c. Dalam pembelajaran pelu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam
penyelesaian tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik dapat
mengerjakan tugas belajar dengan baik. Apabila waktu yang tersedia di
sekolah tidak mencukupi, berilah kebebasan kepada peserta didik untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di luar kelas.
Adapun menurut Ashan dalam Mulyasa (2007:97) bahwa terdapat tiga hal
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pembelajaran dengan
pendekatan kompetensi, yaitu menetapkan kompetensi yang ingin dicapai,
mengembangkan strategi untuk mencapai kompetensi, dan evaluasi.
3.Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui
pemberdayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini
berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik
jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari
berhubungan dengan kehidupan dan berfaidah bagi lingkungannya.
Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faidah
lingkungan. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada
hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang
diberikan harus memberi jalan ke luar bagi peserta didik dalam menanggapi
lingkungannya. Pemilihan tema seyogyanya ditentukan oleh kebutuhan
lingkungan peserta didik.
UNISCO (1980) mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat
didayagunakan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaran sebagai
berikut:
a. Lingkungan yang meliputi fator-faktor fisik, biologi, sosiao-ekonomi, dan
budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan
berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
19/64
b.Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada dalam
suatu kelompok masyarakat.
c. Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki
pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan
dua cara sebagai berikut:
a. Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran.
Hal ini bisa dilakukan dengan metode-metode karyawisata, metode
pemberian tugas, dan lain-lain
b. Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk
kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti
narasumber, bisa juga sumber tiruan, seperti model dan gambar.
4.Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran
yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik
dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian tersebut,
termasuk diantaranya keterlibatan fisik, mental, dan sosial peserta didik dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan.
Indikator-indikator pendekatan keterampilan proses anatara lain
kemampuan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengukur,
mengamati, mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan,
mengkomunikasikan, dan mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk
menghasilkan suatu karya.
Menurut Mulyasa (2007:100), kemampuan yang menunjukkan
keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat
melalui partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
20/64
a.Kemampuan bertanya
b.Kemampuan melakukan pengamatan
c.Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan hasil pengamatan
d.Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi
e.Kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalamana
secara langsung.
f.Kemampuan merencanakan suatu kegiatan penelitian
g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang sudah dikuasai
dalam situasi baru.
h.Kemampuan menyajikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian.
D.Pembelajaran IPS dengan Memadukan Komponen-Komponen Pedagogik
1.Pedagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena pendidikan
Kajian tentang tindakan manusia dalam fenomena pendidikan
memerlukan kajian ilmiah dan analisis yang mendalam atas data
pedagogik (pendidikan anak) dan data andragogi (pendidikan orang
dewasa). Adapun data itu mencakup fakta (das sein) dan nilai (das sollen)
serta jalinan antara keduanya. Data faktual tidak berasal dari ilmu lain
tetapi dari objek yang dihadapi (fenomena) yang ditelaah ilmuwan
(pedagogi dan andragogi) secara empiris. Begitu pula data nilai (yangnormative) tidak berasal dari filsafat tertentu melainkan dari pengalaman
atas manusia secara hakiki. Itu sebabnya pedagogi dan andragogi
memerlukan jalinan antara telaah ilmiah dan telaah filsafah.
Sebaliknya ilmu pendidikan khususnya pedagogik (teoritis) adalah
ilmu yang menysusun teori dan konsep yang praktis serta positif, sebab
setiap pendidik tidak boleh ragu-ragu atau menyerah kepada keragu-
raguan prinsipil. Hal ini serupa dengan ilmu praktis lainnya yang mikro
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
21/64
dan makro. Seperti kedokteran, ekonomi, politik dan hukum. Oleh karena
itu, pedagogik (dan telaah pendidikan mikro) serta pedagogik praktis dan
andragogi (telaah pendidikan makro) bukanlah filsafat pendidikan yang
terbatas menggunakan atau menerapkan telaah aliran filsafat normative
yang bersumber dari filsafat tertentu. Yang lebih diperlukan ialah
penerapan metode filsafah yang radikal dalam menelaah hakikat peserta
didik sebagai manusia seutuhnya.
Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of knowledge) ilmu
pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup:
Relasi sesama manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to
person relationship)
Pentingnya ilmu pendidikan mempergunakan metode fenomenologi
secara kualitatif.
Orang dewasa yang berperan sebagai pendidik (educator)
Keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner,student)
Tujuan pendidikan (educational aims and objectives)
Tindakan dan proses pendidikan (educative process), dan
Lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution)
Dalam pedagogic, terdapat kajian tentang faktor-faktor pendidikan yang
meliputi: (a) tujuan hidup, (b) landasan falsafah dan yuridis pendidikan, (c)
pengelolaan pendidikan, (d) teori dan pengembangan kurikulum, (e) pengajaran
dalam arti pembelajaran (instruction) yaitu pelaksanaan kurikulum dalam arti luas
di lembaga formal dan non formal terkait.
2.Komponen-Komponen Pedagogik dalam Praktek Pembelajaran IPS
a.Pengertian Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari
kata dasar didik (mendidik), yang bermakna memelihara dan memberi
latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan sikap dan tata laku
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
22/64
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.
Adapun Djahiri (1980:3) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan
upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinu (terus
menerus sepanjang hayat) ke arah membina manusia/anak didik menjadi
insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).
Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna
bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan
dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama
dalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwapendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan
yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Adapun
berlangsung kontinu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat,
yaitu selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan,
kecuali apabila manusia sudah mati.
Adapun pembelajaran menurut Hamalik (1995:57) adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran
adalah siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku,
papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film, audio, serta video tape.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruangan kelas, perlengkapan audio
visual, dan komputer. Sementara prosedur terdiri atas jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Sementara Djahiri (2007:1) mengartikan pembelajaran secara
programatik dan prosedural. Secara programatik pembelajaran dimaknai
seperangkat komponen rancangan pelajaran yang memuat hasil pilihan dan
ramuan profesional perancang/guru untuk dibelajarkan kepada peserta
didiknya. Rancangan ini meliputi 5 komponen (M3SE) yakni; (1) Materi
atau bahan pelajaran, (2) Metode atau kegiatan belajar-mengajar, (3)
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
23/64
Media pelajaran atau alat bantu, (4) Sumber sub 1-2-3, (5) Pola Evaluasi
atau penilaian perolehan belajar. Secara prosedural, pembelajaran adalah
proses interaksi/interadiasi antara kegiatan belajar siswa (KBS) dengan
kegiatan mengajar guru (KMG) serta dengan lingkungan belajarnya
(learning environment).
b.Komponen-Komponen Pembelajaran IPS
Komponen minimal yang harus ada dalam setiap proses pembelajaran
adalah tujuan, materi, metode, media, sumber dan evaluasi, guru, peserta didik,
serta sarana dan prasarana.
1.Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran
Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1995:3) adalah seperangkat hasil
pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya
kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yaitu bimbingan,
pengajaran dan atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistem
pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Tujuan pendidikan
disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan
umum sampai ke tujuan pendidikan yang spesifik dan operasional. Tingkat-
tingkat tujuan pendidikan itu meliputi tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional, tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran (instruksional)
Dalam konsep tujuan pendidikan, dikenal pula taksonomi tujuan
pendidikan yakni suatu kategorisasi tujuan pendidikan yang umumnya
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan
pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri atas domain-domain berikut ini.
a.Matra Kognitif
Matra kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom dalam
Hamalik (1995:80) mengemukakan jenjang-jenjang tujuan kognitif sebagai
berikut:
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
24/64
1)Pengetahuan; Pengetahuan merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah
dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori yang menyangkut informasi
yang bermanfaat.
2) Pemahaman;Pemahaman adalah abilitet untuk menguasai pengertian.
Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya,
penafsiran, dan memperkirakan.
3) Penerapan (aplikasi); Penerapan adalah abilitet untuk menggunakan bahan
yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata, meliputi aturan,
metode, konsep, prinsip, hukum, dan teori.
4)Analisis (pengkajian); Analisis adalah abilitet untuk merinci bahan menjadi
bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami yang
meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-
bagian, dan mengenali prinsip-prinsip organisasi.
5)Sintesis; Sintesis adalah abilitet mengkombinasikan bagian-bagian menjadi
suatu keseluruhan yang baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku
kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru.
6) Evaluasi;Evaluasi adalah abilitet untuk mempertimbangkan nilai bahan
untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria eksternal.
b.Matra Afektif
Matra afektif adalah sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral
yang merupakan aspek aspek penting perkembangan siswa. Krathwohl,
Bloom, dan Masia dalam Hamalik (1995:81) mengembangkan hirarki matra
afektif yang terdiri atas:
1) Penerimaan (receiving), yaitu suatu keadaan sadar, kemauan untuk
menerima, dan perhatian terpilih.
2) Sambutan (responding), yaitu suatu sikap terbuka ke arah sambutan,
kemauan merespon, dan kepuasan yang timbul karena sambutan.
3) Menilai (valuing), yaitu penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu
nilai, dan membuat kesepakatan dan komitmen sehubungan dengan nilai.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
25/64
4) Organisasi (organization), yaitu suatu konseptualisasi tentang suatu nilai
dan suatu organisasi dari suatu sistem nilai.
5) Karakterisasi dengan suatu kompleks nilai, yaitu suatu formasi mengenai
perangkat umum, suatu manifestasi dari kompleks nilai.
c.Matra Psikomotor
Matra psikomotorik adalah kategori ketiga tujuan pendidikan yang
menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah.
Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa pola-pola gerakan atau keterampilan
fisik yang khusus.
Dalam konteks pembelajaran IPS, tujuan utamanya adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program
pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.
Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
diberlakukan dewasa ini, dimana kewenangan satuan pendidikan lebih besar
dalam merumuskan dan mengembangkan tujuan dan kurikulum yang menjadi
pegangannya. Pemerintah menentapkan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) bagi semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
SK dan KD tersebut menjadi acuan sekolah dan guru dalam merumuskan
tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran (instruksional), secara operasional,
hal tersebut dituangkan dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Termasuk di dalamnya Silabus dan RPP Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).
2.Materi Pembelajaran
Bahan ajar atau materi pembelajaran merupakan informasi, alat dan teks
yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
26/64
implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education
Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
Bahan ajar atau materi pembelajaran pada hakikatnya adalah isi
kurikulum. Dalam Undang-Undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan
Nasional telah ditetapkan bahwa Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan
pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang
bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri atas bahan kajian
atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses
belajar dan pembelajaran.
b. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan
pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran
disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.
c. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang
hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.
Selain itu, materi kurikulum juga mengandung aspek-aspek tertentu
yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Aspek-aspek tersebut menurut Hamalik(1995:25-26) meliputi:
a. Teori, yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan preposisi yang
saling berhubungan, menyajikan pendapat sistematik tentang gejala
dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel
dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
27/64
b. Konsep, yaitu suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari
kekhususan-kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari sekelompok
fakta atau gejala.
c. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat, atau pembuktian dalam penelitian.
d. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
e. Prosedur, yaitu suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.
f. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap
penting, terdiri atas terminologi, orang dan tempat, serta kejadian.
g. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
h. Contoh atau ilustrasi, yaitu suatu hal atau tindakan atau proses yang
bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
i. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal
atau suatu kata dalam garis besarnya.
j. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau theorm, atau pendapat yang tidak
perlu diberi argumentasi. Preposisi hampir sama dengan paradigma.
Dalam konteks pendidikan IPS, materi yang dirumuskan dalam kurikulum
merupakan realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial yakni sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Cabang-cabang tersebut
diintegrasikan sehingga melahirkan bahan ajar IPS secara terpadu.
Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk
dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya
merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu-ilmu
sosial, maka dalam pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap
dan komprehensif dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu
topik pembelajaran, dalam hal ini, diperlukan sejumlah sumber belajar yang
sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang studi
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
28/64
yang tercakup di dalamnya. Jika pembelajaran dalam satu topik tersebut
mencakup seluruh SK (Standar Kompetensi), maka ia akan memerlukan bahan
ajar yang mencakup empat bidang studi yakni Sosiologi/Antroplogi, Geografi,
Sejarah, dan Ekonomi secara terpadu.
Selain bahan ajar IPS secara terpadu, materi pembelajaran IPS hendakanya
juga diintegrasikan dengan muatan pendidikan nilai, Mulyana (2004:119)
mengartikan pendidikan nilai sebagai penanaman dan pengembangan nilai-nilai
pada diri seseorang. Dalam pengertian yang hampir sama, Mardiatmadja dalam
Mulyana (2004:119) mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap
peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannyasecara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai tidak hanya
merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan
tetapi mencakup keseluruhan program pendidikan.Sasaran yang hendak dituju
dalam pendidikan nilai adalah penanaman nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta
didik.
Tabel
Materi Esensial IPS dan Humaniora dalam Konteks Pendidikan Nilai
Nilai dalam Cakupan Luas Tujuan Kurikulum
Persamaan dan Keadilan Untuk menanamkan rasa kejujuran dan
persamaan kesempatan
Tanggung jawab sebagai warga dan
komitmen sosial
Untuk mengembangkan kemampuan
mengenal kehidupan suatu masyarakat
dan menyadari saling ketergantungan
kehidupan sosial
Penghargaan terhadap warisan bahasa
nasional
Untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa dan kebanggan terhadap aspek-
aspek bangsa yang unggul
Tanggung jawab lingkungan Untuk mengembangkan pemahaman
tentang saling ketergantungan manusia
dengan lingkungan dan kebutuhan untuk
melindungi warisan bangsa
Kesehatan Untuk mengembangkan kebiasaan hidup
sehat dan pencegahan terhadap penyakit
Kecermatan dalam menggunakan uang Untuk mengembangkan kepedulian
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
29/64
terhadap urusan dan pengetahuan tentang
penggunaan uang secara bijaksana
Sumber : Mulyana (2004:193
3.Metode Pembelajaran
Metode merupakan cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Metode dilaksanakan melalui
prosedur tertentu. Dewasa ini, keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama
dibandingkan dengan keaktifan guru, guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing bagi siswa. Karena itu, istilah metode yang digunakan lebih
menekankan pada kegiatan guru diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang
menekankan pada kegiatan siswa. Beberapa metode pengajaran yang dikenal
secara umum, antara lain sebagai berikut.
a.Metode ceramah, memberikan pengertian dan uaraian suatu masalah.
b.Metode diskusi, memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan.
c.Metode eksperimen, mengetahui proses terjadinya suatu masalah.
d.
Metode demonstrasi, menggunakan praga untuk memperjelas sebuah masalah.e.Metode pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu secara bebas dan
bertanggung jawab.
f.Metode sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan.
g.Metode drill, mengukur daya serap terhadap pelajaran.
h. Metode kerja kelompok, metode yang mendorong peserta didik untuk
mengembangkan nilai-nilai kerjasama dalam menyelasaikan suatu pekerjaan.
i. Metode tanya jawab, metode yang melatih peserta didik untuk berani
menyampaikan ide atau gagasan serta apa yang dia belum pahami.
j. Metode proyek, memecahkan masalah dengan langkah-langkah ilmiah, logis,
dan sistematis.
k. Metode Inquiri, metode ini merupakan metode yang mempersiapkan peserta
didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
30/64
pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan
yang satu dengan penemuan lainnya.
l.Metode Karyawisata, merupakan metode yang melibatkan suatu perjalanan atau
pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari
kurikulum sekolah.
Adapun Arifin dalam Arief (2002:46) mengungkapkan beberapa metode
modern ahli pendidikan dewasa ini, yaitu sebagai berikut.
a.Metode situasional dan kondisional dalam pembelajaran.
b. Metode tarhib dan targhib, untuk mendorong minat belajar anak didik agar
terlepas dari paksaan atau tekanan.
c. Metode kebermaknaan, yaitu menjadikan anak bergairah belajar dengan
menyadarkan bahwa pengetahuan itu bermakna dalam hidupnya.
d.Metode dialog, melahirkan sikap saling terbuka antara guru dan murid.
e. Metode pemberian contoh keteladanan yang baik, yang akan mempengaruhi
tingkah laku dan sikap mental anak didik.
f. Metode diskusi, memantapkan pengertian dan sikap anak terhadap suatu
masalah.
g.Meode induktif dan deduktif.
h.Metode demonstrasi.
i.Metode eksperimen.
j.Metode hadiah dan hukuman.
Prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan menurut Al-Saibany
dalam Arief (2002:93), yaitu sebagai berikut:
1.Mengetahui motivasi, minat, dan kebutuhan anak didiknya.
2.Mengetahui pendidikan.
3.Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik.
4.Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
31/64
5. Memperhatikan kepahaman dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi
pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan, dan kebebasan
berfikir.
6.Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi
anak didik.
7.Menegakkan uswah hasanah.
Metode-metode tersebut di atas dapat menjadi metode pilihan yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran IPS secara variatif. Tentunya tidak ada
metode yang terbaik bagi semua situasi pembelajaran, melainkan setiap situasi
dan bahan ajar memiliki pilihan metode terbaik masing-masing.
Selain metode di atas, terdapat beberapa model pembelajaran kontemporer
yang dapat membuat proses belajar mengajar lebih variatif dan menyenangkan
bagi anak. Model tersebut diantarannya sebagai berikut:
a. Examples Non Examples. Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
b.Picture and Picture: Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
32/64
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman
c. Numbered Heads Together: Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagaiberikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain6. Kesimpulan
d.Cooperatove Script: Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1.Guru membagi siswa untuk berpasangan
2.Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan
ide-ide pokok dalam ringkasannya.
5.Sementara pendengar :
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
7.Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
33/64
8.Penutup
e. Student Teams-Achievment Division: Langkah-langkah yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2.Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semuaanggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis
tidak boleh saling membantu
5.Memberi evaluasi
6.Kesimpulan
4.Media Pembelajaran
Media menurut Djamarah dan Zain (2002:137) adalah alat bantu apa saja yang
dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Adapun
Hamalik (1995:69) berpendapat bahwa pengadaan media pembelajarandilakukan
oleh guru, siswa sendiri, dan bantuan orangtua. Prosedur yang dapat ditempuhnya,
yaitu sebagai berikut:
a.Memilih dan menggunakan alat bantuan yang tersedia di sekolah sesuai dengan
rencana pembelajaran.
b. Siswa memilih dan membuat sendiri alat bantuan yang diperlukannya
berdasarkan petunjuk dan bantuan guru.
c. Membeli di pasaran bebas seandainya alat-alat yang diperlukan itu ada di
pasaran dan cocok untuk kegiatan belajar yang akan dilakukan
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
34/64
Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2002:152-153) merumuskan fungsi
media pengajaran menjadi enam kategori sebagai berikut:
a. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi
tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan
salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
c.Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaanya integral dengan tujuan dan
isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan(pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
d. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam
arti dapat digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih
menarik perhatian siswa.
e. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat
proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian
yang diberikan guru.
f. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu
belajar mengajar. Dengan perkataan lain, menggunakan media, hasil belajar
yang dicapai siswa akan tahan lama diingat siswa sehingga mempunyani nilai
tinggi.
Ketika fungsi-fungsi media pelajaran itu diaplikasikan kedalam proses
belajar mengajar, maka terlihatlah perannya sebagai berikut:
a. Media yang digunakan guru sebagai penjelas terhadap suatu bahan yang guru
sampaikan.
b. Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat
memperoleh media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.
c. Media sebagai sumber belajar bagi siswa. Media sebagai bahan konkret
berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa, baik individual
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
35/64
maupun kelompok. Kekonkretan sifat media itulah akan banyak membantu
tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Seiring dengan semakin berkembangnya dunia pendidikan, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, bentuk media yang dapat dimanfaatkan sangat
beragam Djamarah dan Zain (2002:140-142) berpendapat bahwa sangat banyak
macam-macam media dan dapat dikategorisasikan menjadi sebagai berikut:
1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi menjadi sebagai berikut:
a) Media Auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti radio cassette recorderdan piringan hitam. Media ini tidak
cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b) Media Visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip
(film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan
cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol
yang bergerk seperti film kartun.
c) Media Audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena
meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi
kedalam:
1)Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak
suara.
2)Audiovisual gerak, yaitu media yang menampilkan unsur suara dan gambar
yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.
3) Audiovisual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal
dari suatu sumber seperti film gambarvideo-cassette.
4) Audiovisual tidak murni yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya
berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur
gambarnya bersumber darislides proyektordan unsur suaranya bersumber
dari tape recorder
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
36/64
2. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi menjadi sebagai berikut:
a) Media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak
terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik
yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh radio dan televisi
b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh runag dan waktu. Media ini
penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film,
sound slides, film rangkai yang harus menggunakan tempat yang tertutup
dan gelap.
c)Media untuk pengajaran individual. Media ini penggunaannya hanya untuk
seorang diri. Media yang termasuk kategori ini adalah modul berprogramdan pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi menjadi sebagai berikut:
a) Media sederhana. Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya
murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
a. Media kompleks. Media ini adalah media yang bahan dan alat
pembuatannya sulit diperoleh, mahal harganya, sulit membuatnya, dan
penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih
media pembelajaran, diantaranya dikemukakan oleh Djamarah dan Zain
(2002:145-147) sebagai berikut:
1.Objektivitas
2.Program pengajaran
3.Sasaran program
4.Situasi dan kondisi
5.Kualitas teknik
6.Keefektifan dan afisiensi penggunaan
5.Sumber Pembelajaran
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
37/64
Menurut Hamalik (1995:68) sumber-sumber yang dapat digunakan
sebagai bahan belajar terdapat pada hal-hal berikut ini.
a. Buku pelajaran yang sengaja disiapkan dan berkenaan dengan mata ajaran
tertentu.
b. Pribadi guru sendiri pada dasarnya merupakan sumber tidak tertulis dan
sangat kaya serta luas, yang perlu dimanfaatkan secara maksimal.
c. Sumber masyarakat juga merupakan sumber yang paling kaya bagi bahan
ajar siswa. Hal-hal yang tidak tertulis dalam buku dan belum terkuasai
oleh guru, ternyata ada dalam masyarakat, yaitu berupa objek, kejadian,
dan peninggalan sejarah.
Udin Saripudin dalam Djamarah dan Zain (2002:139)
mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi tiga kategori yaitu manusia,
alam lingkungan dan media pendidikan, karena itu sumber belajar adalah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan
pengajaran terdapat atau untuk belajar seseorang.
Sumber belajar utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS
dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster
dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam,
lingkungan sosial sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu
mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku
dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan
mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya dapat pula
memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti multimedia dan
internet.
Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama
Sosiologi/Antropologi, Geografi, Sejarah, dan Ekonomi maupun buku
penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal,
hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait
dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang,
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
38/64
dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berisi cerita atau tayangan
yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru, dalam hal ini,
dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang
diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan,
pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin
lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan
pemahaman guru terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan
semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan.
Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan
disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang
diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu
mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang
berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.
6.Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi terdiri atas evaluasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
Evaluasi hasil belajar menurut Hamalik (1995:159) adalah keseluruhan
kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,
penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam
upaya mencapai pembelajaran yang telah ditetapkan. Adapun evaluasi
pembelajaran menurut Hamalik (1995: 171) adalah evaluasi terhadap proses
belajar mengajar. Secara sistematik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada
komponen sistem pembelajaran yang meliputi komponen input, yaitu perilaku
awal (entry behavior) siswa, komponen input instrumental, yaitu kemampuan
profesional guru/tenaga kependidikan, komponen kurikulun (program studi,
metode, dan media), komponen administratif (alat, waktu, dan dana);
komponen proses, yaitu prosedur pelaksanaan pembelajaran; dan komponen
output, yaitu hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Menurut Hamalik (1995:159) fungsi evaluasi hasil belajar meliputi:
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
39/64
1) Untuk diagnostik dan pengembangan. Hasil evaluasi menggambarkan
kemajuan, kegagalan, dan kesulitan masing-masing siswa.
2) Untuk seleksi. Hasil evaluasi dapat digunakan dalam rangka menyeleksi
calon siswa dalam penerimaan siswa baru dan atau melanjutkan ke
pendidikan berikutnya.
3) Untuk kenaikan kelas. Hasil evaluasi digunakan untuk menetapkan siswa
mana yang memenuhi ranking atau ukuran yang ditetapkan dalam rangka
kenaikan kelas.
4)Untuk penempatan. Para lulusan yang ingin bekerja pada suatu instansi atau
perusahaan perlu menyiapkan transkip program studi yang telah
ditempuhnya, yang juga memuat nilai-nilai hasil evaluasi belajar.
Adapun tujuan evaluasi hasil belajar menurut Hamalik (1995:160)
meliputi:
1) Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.
2) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-
kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun
masing-masing individu.
3) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa, mnetapkan kesulitan-kesulitannya, dan menyarankan
kegiatan remedial (perbaikan).
4) Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya
sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.
5) Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa sehingga
guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan
pribadi yang berkualitas.
6) Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih
sekolah atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat, dan bakatnya.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
40/64
Sasaran evaluasi pembelajaran adalah untuk menjawab pertanyaan
tentang apa yang dinilai dalam sistem pembelajaran. Terdapat empat hal
pokok yang dijadikan sebagai sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu sebagai
berikut.
a.Evaluasi tujuan pembelajaran.
Menurut Hamalik (1995:173) evaluasi terhadap tujuan pembelajaran
bertitik tolak dari tiga pertanyaan yang dapat dianggap sebagai kriteria
evaluasi tujuan, yaitu sebagai berikut:
1)Apakah tujuan pembelajaran menggambarkan perilaku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran? Perilaku
yang dimaksud adalah perilaku yang dapat tampak, dapat diamati, dan
dapat diukur maupun perilaku yang tidak tampak.
2) Apakah tujuan pembelajaran menggambarkan kondisi tertentu dimana
siswa diharapkan mempertunjukkan kemampuannya setelah
mengalami proses pembelajaran?
3) Apakah dalam rumusan tujuan pembelajaran menggambarkan batas
minimal (paling rendah) perilaku yang dapat diterima?
b.Evaluasi unsur dinamis pembelajaran
Unsur-unsur pembelajaran pada hakikatnya merupakan unsur
penunjang dalam proses pembelajaran. Evaluasi unsur dinamis
pembelajaran meliputi:
1) Evaluasi terhadap motivasi belajar siswa dengan tujuan untuk
mengetahui apakah dorongan belajar siswa memadai dan apakah upaya
yang dilakukan guru untuk menggerakkan motivasi belajar itu sudah
sesuai dengan prinsip-prinsip yang disarankan;
2) Evaluasi terhadap bahan pelajaran, bertujuan untuk memperoleh
gambaran mengenai ruang lingkup, urutan, kedalaman, dan kesesuaian
bahan pelajaran;
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
41/64
3) Evaluasi terhadap alat bantu belajar, bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang tingkat ketepatan, kesesuaian, kedayagunaan, dan
keampuhan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran;
4) Evaluasi terhadap suasana belajar, bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang keadaan dan dukungan suasana belajar (khususnya
lingkungan kelas) terhadap proses pembelajaran;
5) Evaluasi terhadap keadaan subjek didik, bertujuan untuk mengetahui
keadaan diri subjek peserta didik yang berperan dalam peoses
pembelajaran;
c.Evaluasi pelaksanaan pembelajaran
Aspek-aspek yang perlu dinilai terdiri atas:
1) Tahap permulaan pembelajaran yang meliputi aspek metode yang
digunakan (ketepatan dan sistematika), penyampaian materi pelajaran,
kegiatan siswa, kegiatan guru, dan penggunaan unsur penunjang.
2) Tahap inti pembelajaran, meliputi metode yang digunakan (ketepatan
dan sistematika), materi yang disajikan, kegiatan siswa, kegiatan guru,
dan penggunaan unsur penunjang.
3) Tahap akhir pembelajaran, meliputi kesimpulan yang dibuat mengenai
materi, kegiatan siswa, kegiatan guru, dan prosedur/teknik penilaian.
4)Tahap tindak lanjut, meliputi kegiatan siswa, kegiatan guru, dan produk
yang dihasilkan.
d.Evaluasi kurikulum
Dalam hubungan ini, evaluasi berpijak pada pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1) Berapa banyak dan berapa luas/kedalaman tingkat ketercapaian tujuan
yang telah ditentukan dalam GBPP?
2) Sejauh mana ruang lingkup dan urutan pokok bahasan/sub-sub
pokok/topik telah disampaikan dan diserap oleh siswa?
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
42/64
3)Bagaimana tingkat pelaksanaan/penggunaan strategi pembelajaran yang
telah digariskan dalam GBPP?
4)Hingga mana ketercapaian hasil belajar siswa?
Sasaran dari proses evaluasi hasil balajar meliputi:
1)Ranah Kognitif
Penilaian terhadap pengetahuan pada tingkat satuan pelajaran menuntut
perumusan secara lebih khusus setiap aspek pengetahuan, yang
dikatagorikan sebagai konsep, prosedur, fakta, dan prinsip. MenurutHamalik (1995:162), untuk menilai pengetahuan dapat digunakan
pengujian sebagai berikut:
a)Sasaran penilaian aspek pengenalan (recognition).
b)Sasaran penilaian aspek mengingat kembali (recal).
c)Sasaran penilaian aspek pemahaman (komprehension).
2)Ranah Afektif
Sasaran ranah afektif (sikap dan nilai) meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
a) Aspek penerimaan, yaitu kesadaran peka terhadap gejala dan stimulus
serta menerima atau menyelesaikan stimulus atau gejala tersebut.
b)Sambutan, yaitu aktif mengikuti dan melaksanakan sendiri suatu gejala
di samping menyadari/menerimanya.
c)Aspek penilaian, yaitu perilaku yang konsisten, stabil, dan mengandung
kesungguhan kata hati dan kontrol secara aktif terhadap perilakunya.
d)Aspek organisasi, yaitu perilaku menginternalisasi, mengorganisasi, dan
memantapkan interaksi antara nilai-nilai dan menjadikannya sebagai
suatu pendirian yang teguh.
e) Aspek karakteristik diri dengan suatu nilai atau kompleks nilai, yaitu
menginternalisasi suatu nilai ke dalam sistem nilai dalam diri individu
yang berperilaku konsisten dengan sistem nilai tersebut.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
43/64
3)Ranah Keterampilan
Sasaran evaluasi keterampilan meliputi:
a) Aspek keterampilan kognitif. Evaluasi dilakukan dengan metode-
metode objektif tertutup.
b) Aspek keterampilan psikomotorik dengan tes tindakan terdapat
pelaksanaan tugas yang nyata atau yang disimulasikan, dan
berdasarkan kriteria ketepatan, kecepatan, dan kualitas penerapan
secara objektif.
c) Aspek keterampilan reaktif yang dilaksanakan secara langsung dengan
pengamatan objektif terhadap tingkah laku pendekatan atau
penghindaran; secara tidak langsung dengan kuesioner sikap.
d) Aspek keterampilan interaktif, secara langsung dengan menghitung
frekuensi kebiasaan dan cara-cara baik yang dipertunjukkan pada
kondisi tertentu.
Prosedur yang dapat ditempuh dalam melakukan evaluasi hasil belajar
adalah sebagai berikut:
1)Persiapan
Pada tahap ini guru menyusun kisi-kisi (blue print). Blue print ini
dianggap sebagai guide dalam pengembangan pola belajar lebih lanjut,
melalui instrumen evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan
dalam proses belajar mengajar. Melalui cara ini, tes evaluasi dapat
berfungsi sebagai bagian integral dalam sistem mengajar dan bersifat
langsung. Bentuk item yang disusun dapat berupa pilihan berganda, essay,
atau bentuk lainnya.
2)Penyusunan alat ukur
Pada tahap ini, guru menentukan jenis alat ukur yang akan digunakan
berdasarkan tujuan dari pengukuran tersebut dan aspek/ranah apa yang
hendak diukur. Alat evaluasinya dapat berupa penilaian dengan tes dan
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
44/64
penilaian bukan dengan tes. Penilaian dengan tes terdapat tiga macam,
yaitu a) educational test, untuk mengukur kemampuan siswa di sekolah
atau prestasi belajar; b) mental testatau tes intelegensi seseorang; dan c)
aptitude testuntuk mengetahui bakat seseorang.
Tes lisan dan tertulis. Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur
ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Keuntungan penggunaan tes lisan
(oral tes) menurut Hamalik (1995:166), yaitu sebagai berikut:
a) memberikan pengalaman kepada siswa untuk melakukan ekspresi secara
lisan;
b) siswa mendapat manfaat tertentu dengan mendengarkan respon/jawaban
dari siswa lainnya;
c) pertanyaan yang dijawab oleh siswa lebih banyak dan lebih luas
dibandingkan dengan yang ditulis;
d)kesalahan yang dibuat siswa segera dapat diketahui dan diperbaiki pada saat
itu juga;
e) tes tertulis banyak menggunakan penglihatan yang sewaktu membaca dan
menulis sesuatu jawaban; dan
f)pengaruh faktor dari luar pada waktu ujian, misalnya sulit menyatakan
pendapat secara lisan dapat dihindari.
7.Guru
Oleh karena pembelajaran IPS Terpadu merupakan gabungan antara
berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi
terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan
implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas. Seyogianya guru dalam
pembelajaran IPS dilakukan oleh seorang guru mata pelajaran, yakni Guru
Mata Pelajaran IPS.
Di sekolah pada umumnya guru-guru yang tersedia terdiri atas guru-
guru disiplin ilmu seperti guru Geografi, Sosiologi/Antropologi, Ekonomi, dan
Sejarah. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi
ke dalam pengintegrasian disiplin ilmu-ilmu sosial, karena mereka yang
memiliki latar belakang Geografi tidak memiliki kemampuan yang optimal
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
45/64
pada Ekonomi dan Sejarah, begitu pula sebaliknya. Di samping itu,
pembelajaran IPS Terpadu juga menimbulkan konsekuensi terhadap
berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke
dalam IPS, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban
jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.
Untuk itu, dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan dua cara,
yakni: (1) team teaching, dan (2) guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan
dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing.
1. Team Teaching
Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu
topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru
memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan.
Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1) pencapaian KD pada setiap topik
efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa yang ahli dalam ilmu-ilmu
sosial, (2) pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada
dilakukan oleh seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan
berbagai konsep dan pengalaman, dan (3) peserta didik akan lebih cepat
memahami karena diskusi akan berjalan dengan narasumber dari berbagai
disiplin ilmu.
Kelemahan dari sistem ini antara lain adalah jika tidak ada koordinasi,
maka setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan sehingga pencapaian
KD tidak akan terpenuhi. Selanjutnya, jika kurang persiapan, penampilan di
kelas akan tersendat-sendat karena skenario tidak berjalan dengan semestinya,
sehingga para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di dalam kelas.
Untuk itu maka diperlukan beberapa langkah seperti berikut.
a. Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan SK yang harus dicapai
dalam satu topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan berapa guru bidang studi
IPS yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada topik tersebut.
b.Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya KD yang termasuk dalam SK yang
ia mampu, seperti misalnya SK-1 oleh guru dengan latar belakang
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
46/64
Sosiologi/Antropologi, SK-2 oleh guru dengan latar belakang Geografi, dan
seterusnya.
c. Disusun skenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang termasuk ke
dalam topik yang bersangkutan, sehingga setiap anggota memahami apa yang
harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut.
d.Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan sistem ini
merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi kecanggungan di dalam kelas.
e.Evaluasi dan remedial menjadi tanggung jawab masing-masing guru sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sehingga akumulasi nilai gabungan
dari setiap Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi menjadi nilai mata
pelajaran IPS.
2. Guru Tunggal
Pembelajaran IPS dengan seorang guru merupakan hal yang ideal
dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) IPS merupakan satu mata pelajaran, (2)
guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia
kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan (3)
oleh karena tanggung jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi untuk
saling mengandalkan tidak akan muncul.
Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran
IPS terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni: (1) oleh karena mata
pelajaran IPS terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru yang
tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan
penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut, (2) seorang gurubidang studi geografi tidak menguasai secara mendalam tentang sejarah dan
ekonomi sehingga dalam pembelajaran IPS terpadu akan didominasi oleh
bidang studi geografi, serta (3) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan
metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering
tanpa makna.
7/30/2019 Strategi Pembelajaran Ips
47/64
Untuk tercapainya pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukan oleh
guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut.
a.Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPS diberikan pelatihan bidang-
bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Sejarah
diberikan pelatihan tentang bidang studi Geografi dan Ekonomi.
b. Koordinasi antarbidang studi yang tercakup dalam mata p
Top Related